152
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN RESPON MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS INVESTIGASI (Studi pada Matakuliah Landasan Pembelajaran Kimia) 1
Muhammad Danial, 2Tati Sulastri 12 Universitas Negeri Makassar E-mail:
[email protected]
Abstrak – Tujuan penelitian ini adalah menumbuhkembangkan perilaku kemandirian belajar dan menganalisis respon mahasiswa pada pembelajaran berbasis investigasi untuk mata kuliah Landasan Pembelajaran Kimia. Metode yang digunakan adalah 1) pemberian tugas investigasi, 2) melakukan investigasi di sekolah, 3) menyusun bahan presentasi dan diskusi hasil investigasi di kelas, 4) melakukan presentasi dan diskusi kelas, 5) menyusun buku laporan hasil investigasi yang tervalidasi. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Angkatan 2015 Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar yang berjumlah 24 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kemandirian belajar mahasiswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis investigasi pada mata kuliah landasan pembelajaran berada pada angka 3,78 dengan kategori tinggi, (2) respon mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis investigasi pada mata kuliah landasaan pembelajaran berada pada angka 4,16 dengan kategori lengkap/baik/tinggi, (3) aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran berbasis investigasi pada perkuliahan landasan pembelajaran teramati antusias, aktif, dan interaktif, dan (4) kelengkapan informasi pada setiap komoponen berdasarkan sisitematika penulisan buku laporan hasil investigasi yang diharapkan terpenuhi secara baik. Adapun produk penelitian ini adalah buku laporan hasil investigasi tentang permasalahan belajar dan pembelajaran serta dukungan teori pemecahan atas permasalahan tersebut. Kata kunci:investigasi, kemandirian belajar
I. PENDAHULUAN Permasalahan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu masalah yang mendesak untuk direspon sebagai tanggapan atas keprihatinan masyarakat tentang kondisi pendidikan. Permasalahannya kemudian adalah bagaimana guru (di sekolah dan perguruan tinggi) dapat menyajikan pembelajaran yang terbaik sehingga belajar lebih mengasyikkan dan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk beraktivitas/belajar sebagaimana yang diharapkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah saat ini?, bagaimana upaya guru mampu menarik minat siswa agar memilih mendahulukan belajar daripada bermain dan menikmati kemudahan teknologi?, bagaimana guru dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar mereka dapat bermain sambil belajar?, bagaimana menyiapkan calon guru dan guru yang peduli dan selalu siap memberikan yang terbaik bagi siswanya?, bagaimana membangun kemandirian belajar?, dan bagaimana menumbuhkan kesadaran berpikir yang tinggi dari para calon guru masa depan agar dapat berusaha mencari alternatif penyelesaian masalah dalam menjawab tantangan perubahan yang sangat pesat saat ini dan nanti? Lembaga pendidikan dihadapkan pada tantangan bagaimana menyiapkan calon guru (Kimia) yang mampu beradaptasi dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan terus menerus berkembang dengan pesat sehingga calon gurudan guru harus siap untuk belajar sepanjang hayat untuk tidak ketinggalan zaman. Teknologi juga berkembang dengan pesat sehingga guru dan calon guru perlu segera beradaptasi dengan cara memanfaatkan teknologi (IT) untuk memudahkan menjalankan tugas-
tugasnya. Ketersediaan fasilitas komputer yang berbasis jaringan intra ataupun internet di setiap perguruan tinggi semestinya memberikan lebih banyak kemudahan bagi mahasiswa calon guru dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Berbagai persoalan tentang mutu pendidikan, kemandirian belajar mahasiswa menjadi hal yang perlu mendapat perhatian untuk diangkat sebagai suatu tema dalam upaya memperbaiki kondisi pendidikan. Belajar mandiri lebih mengarah pada penciptaan kesempatan dan pengalaman yang diperlukan oleh siswa/ mahasiswa agar menjadi cakap, tumbuh dalam motivasi dan keinginan untuk terus menerus belajar. Belajar mandiri menempatkan tanggung jawab ada pada diri siswa/ mahasiswa untuk mencapai tujuan dan nilai (HEA, 2014). Dalam kerangka ini yang diharapkan muncul adalah insan atau individu siswa/ mahasiswa yang menghargai nilai belajar sebagai aktivitas yang semakin diminati dalam rangka menciptakan pribadipribadi dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungan tempat tinggalnya (Suratno, 2005) Sekarang ini, masih terdapat mahasiswa yang belum mampu secara mandiri untuk menemukan, mengenal, memerinci hal-hal yang kontradiktif, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang bersifat permasalahan, serta pemecahannya. Mereka masih sangat mengharapkan atau menurut apa yang disajikan oleh dosen atau masih bergantung pada dosen. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kagiatan tatap muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen, akan tetapi keberhasilan belajar perlu diletakkan pada kemandirian belajar. Upaya-upaya untuk memahami pelajaran dengan baik diperlukan kesediaan dan sikap mandiri, sehingga sikap
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
153 kemandirian belajar menjadi faktor penentu keberhasilan belajar atau kemampuan menghadapi tantangan. Sebagai guru di perguruan tinggi yang berarti memiliki tanggung jawab besar pada tingkat mikro (bertanggung jawab atas proses pembelajaran di kelas), perlu memikirkan dan mengupayakan proses pembelajaran yang mampu membentuk atau membangun mahasiswanya. Bersangkut paut dengan hal tersebut, pembelajaran berbasis investigatif diduga kuat dapat mengatasi permasalahan belajar dan pembelajaran di kelas. Pembelajaran investigatif mengharuskan dosen menyiapkan topik permasalahan multiaspek untuk sekelompok mahasiswa pada jenjang kemampuan atau minat tertentu. Dari permasalahan tersebut, mahasiswa kemudian diarahkan untuk menemukan konsep dan prinsip. Karena mahasiswa secara bersama-sama menemukan konsep atau prinsip, maka diharapkan konsep atau prinsip tersebut tertanam dengan baik pada diri mahasiswa yang pada akhirnya mahasiswa menguasai konsep atau prinsip dengan baik pula. Karena itu, pembelajaran ini dapat menjadi landasan untuk membangun kultur kemandirian belajar dan dapat mengembangkan kesadaran berpikir mahasiswa. Pada dasarnya, pembelajaran berbasis investigasi meliputi empat fitur penting yakni investigasi, interaksi, interpretasi, dan motivasi instrintik (Sharan & Sharan, 1992). Paradigma pembelajaran berbasis investigasi menerangkan bahwa pembelajaran lebih dari sekedar memperoleh pengetahuan, tetapi membangun pengetahuan. Ini berarti para pebelajar menginterpretasi informasi dalam konteks pengalaman mereka (Tan et al (2007)). Pembelajaran harus dipersonalisasi, menyusun konteks autentik, dan berorientasi penyelesaian masalah. Dengan demikian, model pembelajaran berbasis investigasi menggambarkan bahwa model ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Kimia. Investigasi merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan. Kegiatan belajar dimulai dengan pemberian masalah-masalah oleh guru atau siswa yang memilih sendiri permasalahan yang akan diselidiki hingga pemecahan masalah. Kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh guru yang dalam pelaksanaannya mengacu pada berbagai teori investigasi. Pembelajaran investigatif mencakup 4 komponen penting yaitu: investigasi, interaksi, interpretasi, dan motivasi intrinsik. Investigasi mengacu pada fakta bahwa fokus pada proses bertanya tentang topik yang dipilih. Interaksi diperlukan bagi siswa/ mahasiswa untuk mengeksplorasi ide-ide dan membantu satu sama lain belajar. Interpretasi terjadi ketika kelompok menguraikan dan menyintesis temuan dari masing-masing anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik adalah dikobarkan pada siswa/ mahasiswa dengan memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi (Zingaro, D., 2008). Pemilihan topik investigasi merupakan landasan untuk membangun karakter kemandirian yang mana
siswa/mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih atau menentukan topik investigasi. Dalam menentukan atau memilih topik, mereka tentunya terlebih dahulu bertanya dalam dirinya dan melakukan regulasi berpikir tentang apa yang telah dipahami sebelumnya, apa yang akan dipahami, dan bagaimana memahaminya. Interaksi satu sama lain menjadi landasan dalam membangun karakter kemandirian, dimana siswa mengeksplorasi idea tau gagasan baik saat akan memulai investigasi maupun saat investigasi sedang berjalan. Interaksi komunikatif satu sama lain dalam konteks belajar menandakan proses kultur kemandirian sedang terlatihkan atau sedang dibangun pada diri siswa. Interpretasi atas temuan menjadi landasan dalam membangun karakter kemandirian siswa/mahasiswa. Masing-masing siswa/mahasiswa menguraikan dan menyintesis temuan-temuan mereka dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kejelasan idea atau gagasan. Motivasi intrinsik, yang mana siswa/mahasiswa diberi kewenangan atau otonomi dalam proses investigasi tanpa diintervensi oleh guru/dosen kecuali diperlukan. Pemberian otonomi dalam proses investigasi dapat mengobarkan motivasi dalam diri siswa/ mahasiswa untuk melakukannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Hal ini juga menjadi landasan untuk membangun kultur kemandirian siswa/ mahasiswa dalam belajar. Secara operasional, tujuan penelitian ini adalah: menumbuhkembangkan perilaku kemandirian belajar dan menganalisis respon mahasiswa pada pembelajaran berbasis investigasi untuk mata kuliah Landasan Pembelajaran Kimia. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berbasis investigasi yang secara eksplisit dapat menumbuhkan kemandirian belajar mahasiswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis investigasi. Penelitian ini berorientasi pada proses pembelajaran dan produk hasil investigasi. Berdasarkan kebutuhan dari penelitian ini, maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan kimia PPs UNM semester genap tahun akademik 2015/2016 yang berjumlah 24 orang. Objek penelitian ini adalah matakuliah Landasan Pembelajaran Kimia dengan 3 SKS. Prosedur penelitian ini meliputi: 1) pemberian tugas investigasi, 2) melakukan investigasi di sekolah, 3) menyusun bahan presentasi dan diskusi hasil investigasi di kelas, 4) melakukan presentasi dan diskusi kelas, dan 5) menyusun buku laporan hasil investigasi yang tervalidasi. Setelah proses pembelajaran selama satu semester, mahasiswa diminta untuk mengisi angket tentang kemandirian belajar dan respon mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis investigasi pada matakuliah Landasan Pembelajan Kimia. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, angket kemandirian belajar, dan angket respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran berbasis investigasi (Slavin, 2005), serta lembar penilaian produk buku laporan hasil investigasi. Teknik pengumpuan data
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
154 dilakuka dengan cara mengamati/mengobservasi, pengisian angket oleh mahasiswa, dan penilaian buku laporan hasil investigasi. Lembar observasi digunakan saat proses presentasi dan diskusi kelas sedang berlangsung atas hasil investigasi yang mereka telah lakukan. Aspek yang diamati meliputi keterlibatan aktif dan penguasaan materi investigasi. Angket kemandirian belajar diisi oleh mahasiswa setelah proses pembelajara atau perkuliahan Landasan Pembelajaran Kimia. Angket kemandirian belajar mencakup aspek tanggung jawab, kebebasan, keaktifan, kepercayaan diri, dan indakan inisiatif. Angket respon mahasiswa juga diisi oleh mahasiswa setelah proses perkuliahan yang mencakup aspek cakupan isu masalah, pemahaman konsep belajar dan pembelajaran, keaktifan individu, keaktifan kelas dalam proses pembelajaran, pebelajar mandiri, dan aspek kesadaran perpikir. Lembar penilaian produk digunakan untuk menilai/mengkategorikan kualitas buku laporan hasil investigasi mahasiswa yang mencakup aspek jenis masalah yang ditemukan, keluasan penyajian teori belajar dan pembelajaran sebagai suatu kajian solusi atas permasalahan yang mereka temukan, manfaat hasil investigasi yang telah mereka hasilkan kaitannya dengan rencana penelitian tesis mahasiswa, dan kemutakhiran serta jenis sumber rujukan yang mereka sajikan. Data penelitian ini diolah dan dianalisis secara deskriptif (Arikunto, 2006; Gazpersz, 1991) meliputi data kemandirian belajar, respon mahasiswa, data observasi saat presentasi dan diskusi, dan kualitas buku laporan hasil investigasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemandirian Belajar Data kemandirian belajar mahasiswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis investigasi untuk matakuliah landasan pembelajaran kimia disajikan pada Tabel 1. 2. Respon Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Investigasi. Data respon mahasiswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis investigasi untuk matakuliah landasan pembelajaran kimia disajikan pada Tabel 2. 3. Respon Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Investigasi. Mahasiswa: (1) terlibat dalam pemunculan dan pemecahan masalah, (2) ikut dalam penentuan dan pemilihan masalah, (3) mengorganisasi tugas mereka yang diminati, (4) menerapkan strategi belajar dan sumber belajar yang bervariasi, (5) mengumpulkan informasi sesuai topik permasalahannya, (6) menggunakan sumber dan media belajar lebih dari satu, (7) mengkonsultasikan temuan mereka maupun konflik yang muncul, (8) mempresentasikan hasil karya/temuan mereka di kelas, (9) mendiskusikan temuan mereka secara interaktif di kelas, (10) melakukan refleksi/ evaluasi terhadap hasil penyelidikan mereka, (11) memperbaiki laporan akhir, (12) pembelajaran lebih
No
Aspek
Indikator
1. Memiliki kesadaran akan manfaat belajar Tanggung 1 2. Disiplin dalam Jawab mengikuti proses pembelajaran 1. Memiliki kebebasan untuk melaksanakan belajar tanpa tekanan dari pihak lain 2 Bebas 2. Mampu menyelesaikan tugas dalam proses pembelajaran 1. Melakukan berbagai cara untuk mencapai keberhasilan 3 Aktif 2. Berpartisipasi aktif dalam menemukan informasi 1. Mampu mengambil keputusan dari diri Percaya sendiri 4 Diri 2. Percaya pada kemampuan diri sendiri 1. Mewujudkan diri sendiri secara optimal 5 dalam belajar Inisiatif 2. Mampu menetapkan cara belajar Rata-rata Angka dan Kategori Aspek
Angka dan Kategori Aspek
4,02 dan Tinggi
3,54 dan Tinggi
3,59 dan Tinggi
3,59 dan Tinggi
4,13 dan Tinggi
3,78 dan Tinggi berpusat kepada mahasiswa, (13) mahasiswa antusias dan termotivasi mengikuti pola dari perkuliahan ini.
Tabel 1. Kemandirian Belajar Mahasiswa Keterangan: Rentang Angka: 1 s.d. 5 dan Tingkat Kategori: Sangat Rendah s.d Sangat Tinggi. 4. Respon Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Investigasi. Penyajian produk hasil investigasi permasalahan belajar dan pembelajaran di sekolah dituangkan dalam bentuk laporan hasil investigasi dengan sistematika sebagai berikut: Penyajian produk hasil investigasi permasalahan belajar dan pembelajaran di sekolah dituangkan dalam bentuk laporan hasil investigasi dengan sistematika sebagai berikut:
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
155 a. Bab 1. Pengidentifikasian permasalahan belajar yang dialami oleh peserta didik dan permasalahan pembelajaran yang dialami oleh guru bidang studi kimia di sekolah. b. Bab 2. Penyajian secara konseptual teori-teori belajar dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk menyelesaikan permasalahan belajar oleh peserta didik dan permasalahan pembelajaran oleh guru dan penyajian kerangka pikir secara konseptual dengan kalimat sendiri oleh mahasiswa sebagai pelaku investigasi (investigator). c. Bab 3. Penyimpulan solusi permasalahan belajar dan permasalahan dan melakukan refleksi terhadap kemanfaatan hasil investigasi ini dengan rencana penelitian tesis bagi investigator yang bersangkutan. d. Daftar Rujukan. Penyajian daftar rujukan yang digunakan oleh investiagator dari berbagai sumber meliputi: artikel jurnal cetak dan on-line, buku tentang teori belajar dan pembelajaran, laporan penelitian, tesis, dan skripsi No
Aspek Respon
Indikator
1
Cakupan isu permasalahan
2
Pemahaman konsep belajar dan pembelajaran Keaktifan individu
Jenis permasalahan belajar dan pembelajaran Teori belajar dan teori pembelajaran
3
4
5
6
7
8
Keterlibatan kelas dalam proses pembelajaran Kualitas hasil investigasi
Keterlibatan dalam memperoleh informasi dengan menggunakan berbagai cara atau teknik Berpartisipasi aktif dalam presentasi dan diskusi
Keakuratan sumber data permasalahan dan pemilihan dan penyajian teori sebagai solusi permasalahan Kemanfaatann Kesesuian ya dengan permasalahan dan rencana teori pendukung penelitian rencana penelitian tesis tesis Menjadi Pengaturan diri pebelajar dalam mandiri menyelesaikan tugas atau memperoleh informasi Kesadaran Pengetahuan dan berpikir pengaturan berpikir Rata-rata Angka dan Kategori Aspek
Angka dan Kategori aspek 3,91 dan Lengkap 4,33 dan Tinggi
4,02 dan Tinggi
3,91 dan Tinggi
3,95 dan Baik
4,41 dan Baik
4,21 dan Baik
4,54 dan Tinggi 4,16 dan Lengkap/Baik/ Tinggi
Keterangan: Rentang Angka: 1 s.d. 5 Tingkat Kategori: 1.Superfisial s.d Lengkap Mendalam 2.Buruk s.d. Baik 3.Rendah s.d Tinggi
B. Hasil Penelitian 1. Kemandirian Belajar Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perilaku kemandirian belajar mahasiswa setelah dibelajarkan melalui proses pembelajaran berbasis investigasi berada pada angka 3,78 dengan kategori tinggi. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa keseluruhan aspek kemandirian belajar yakni tanggung jawab, bebas, aktif, percaya diri, dan inisiatif berada pada ketogri tinggi. Hal ini berarti bahwa dampak proses pembelajaran melalui kegiatan investigasi atau penyelidikan berkontribusi baik terhadap ke lima aspek kemandirian belajar pada diri mahasiswa. a. Tanggung Jawab Kegiatan pembelajaran melalui proses investigasi menumbuhkan perilaku rasa tanggung jawab pada diri pebelajar. Pemilihan topik investigasi yang mereka minati untuk diselidiki merupkan salah satu bagian dalam banyak rangkaian kegiatan investigasi yang mempunyai peran dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri pebelajar. Mereka merasa perlu dan menyadari bahwa apa yang mereka pilih sebagai topik penyeledikan harus dipertanggung jawabkan dalam bentuk melaksanakan kegiatan penyeledikan hingga mereka mendapatkan pengetahuan atau informasi yang terkait dengan topik penyelidikan mereka. Bentuk pertanggungjawaban mereka terhadap kegiatan investigasi ini harus dilaporkan di kelas secara lengkap dan menyeluruh secara obyektif dan ilmiah baik proses pelaksanaannya maupun produk yang dihasilkannya. Mereka harus dapat memberi penjelasanpenjelasan bagaimana informasi itu diperoleh, di mana sumber informasi itu didapatkan, instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data, dan kebenaran informasi tersebut. Tentunya hal ini sangat menuntut pebelajar sfat kehati-hatiani dan kedisiplinan dalam melakukan proses investigasi tersebut. Segala manfaat, kelebihan, dan keterbatasan yang diperoleh baik pengalaman proses maupun produk investigasi mareka harus dapat menjelaskan dengan baik dan objektif. Melalui tuntutan-tuntutan inilah yang membuat para pebelajar (mahasiswa) merasa harus melahirkan sifat rasa tanggung jawab pada diri siswa baik saat akan memulai proses investigasi maupun saat sedang berlangsung hingga pelaporan hasil investigasinya. Pebelajar yang mengetahui atau merasa dirinya kurang pandai atau kurang mampu, mereka berupaya untuk mendapatkan masukan-masukan dari pebelajar yang pandai, sehingga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu aspek dalam menumbuhkan perilaku
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
156 mandiri pebelajar dalam proses belajar atau dalam proses menemukan berbagai informasi yang dibutuhkannya. b. Bebas Kebebasan dalam melakukan kegiatan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang tercipta dalam pembelajaran investigasi. Pebelajar (mahasiswa) memiliki kebebasan dalam menggunakan cara dan sumber belajar untuk menemukan berbagai informasi yang handal. Pebelajar melakukan kegiatan belajar atau menyelesaikan tugas investigasi tanpa tekanan dari pihak lain. Topik investigasi yang meraka akan selidiki, teknik penyelidikan yang mereka akan gunakan, bentuk penyajian hasil investigasi yang mereka tampilkan, adalalah rangkaian pembelajaran investigasi yang memberi kesempatan kepada pebelajar untuk menentukan caranya tersendiri. Aspek kebebasan dalam melakukan dan melaporkannya sepenuhnya ada pada diri pebelajar. Hal ini jika pebelajar mengalami pengalaman-pengalaman belajar seperti ini akan dapat menanamkan makna dan manfaat kebebasan dalam belajar. Pebelajar dapat merasakan suasana kebebasan dalam menemukan sendiri berbagai fakta, dan konsep atau mungkin produk informasi yang lebih tinggi dari itu sebagai buah dari hasil investigasi atau dalam menyelesaikan tugas yang mereka lakukan secara bebas. Dengan demikian aspek kebebaan menjadi salah satu aspek perilaku yang dapat terlatihkan dan ditumbuhkan melalui kegiatan pembelajaran investigasi dan tentunya hal ini menjadi bagian dari upaya untuk menanamkan atau menumbuhkan kemandirian belajar pada pebelajar. c. Aktif Partisipasi aktif dalam pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dalam keberhasilan suatu proses investigasi. Pebelajar melakukan berbagai cara untuk mendapatkan informasi. Keterlibatan secara penuh menjadi tuntutan dalam proses penyelidikan. Keberhasilan dalam menemukan berbagai informasi sangat ditentukan oleh keterlibatan pebelajar menelusuri informasi di berbagai sumber belajar dan melakukan berbagai teknik dan bentuk kajian. Tanpa keterlibatan secara aktif, pebelajar tidak akan dapat menemukan banyak informasi atau solusi dari suatu topik investigasi. Hal ini tentunya dapat berdampak kurang ilmiah saat menyajikan hasil investigasinya. Hasil investigasi yang tidak didukung oleh banyak informasi menjadikan hasil investigasi tersebut sebagai suatu temuan yang kurang dapat diterima secara ilmiah. Karena itu, melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran investigasi, perilaku aktif atau keterlibatan pebelajar secara aktif menjadi aspek pengalaman-pengalaman belajar yang terlatihkan selama proses investigasi. Pengalaman-pengalaman belajar ini akan menjadi tumbuh dan besar jika pebelajar senantiasa dikondisikan dalam setiap proses pembelajaaran. Karena itu, kemandirian belajar dapat ditumbuhkan pada diri pebelajar dengan menawarkan suatu proses pembelajaran yang mengajak pebelajar untuk terlibat secara aktif dalam menemukan berbagai fakta atau konsep atau berbagai informasi lainnya. d. Percaya Diri
Pembelajaran berbasis investigasi dapat menjadikan pebelajar mampu mengambil keputusan dari diri sendiri. Topik apa yang akan menjadi tugas investigasi dan bagaimana melakukannya adalah sepenuhnya ditentukan oleh pebelajar. Tentunya hal ini terkait dengan materi pokok atau mata kuliah tertentu. Dalam penelitian ini, materi pokoknya adalah permasalahan belajar dan pembelajaran karena kesesuaiannya dengan muatan dari mata kuliah Landasan Pembelajaran. Keputusan pebelajar dalam menentukan topik investigasi merupakan salah satu penanda bahwa pebelajar memiliki kepercayaan diri bahwa mereka mampu melakukan tugas investigasi tersebut. Rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya membuat pebelajar memutuskan dan menentukan topik investigasi. Mereka tentunya lebih awal memikirkan cara tugas itu dilakukan dan cara menyelesaikannya. Dengan demikian, langkah pembelajaran investigasi yaitu memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan topik investigasi mnjadi langkah pembelajaran yang dapat menummbuhkan kepercayaan dirinya. Demikian pula ketika pebelajar menyajikan dan mengomunikasikan hasil investigasinya juga menanamkan rasa kepercayaan dalam dirinya bahwa apa yang mereka sajikan dan komunikasikan merupakan suatu hasil kajian ilmiah yang mereka dapat pertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah pula. Karena itu, kemandirian belajar pada pebelajar dapat dilatihkan dan ditumbuhkan melalui rangkaian langkah pembelajaran investigasi yang dalam setiap langkah pembelajaran dapat menumbuhkan kepercayaan diri pebelajar atas kemampuan yang dimiliknya dan kebenaran informasi yang diperolehnya. e. Inisiatif Selain ke empat aspek yang telah dijelaskan, inisiatif merupakan salah satu aspek atau potensi pada diri pebelajar yang dapat diberdayakan melalui pembelajaran investigasi. Proses investigasi yang dilakukan oleh pebelajar dapat mewujudkan dirinya sebagai pebelajar yang mampu secara optimal menemukan berbagai informasi dan menyelesaikan suatu permasalahan. Kemampuan yang ada pada diri pebelajar diaplikasikannya secara maksimal dalam rangka menyelesaikan tugas investigasi. Keterampilan-keterampilan yang dimiliki atau pengetahuan yang dimiliki oleh pebelajar diberdayakannya dalam menentukan dan meerapkan cara melakukan investigasi, cara belajar, dan cara menyelesaikan masalah yang ditemukan. Keterampilan dalam mengambil inisiatif untuk menentukan cara belajar dan menetapkannya sebagai cara belajar dalam menyelesaikan tugas investigasi diwujudkan sendiri. Dengan demikian, proses pembelajaran investigasi apabila dilatihkan kepada pebelajar secara baik, akan dapat menumbuhkan perilaku inisiatif pada diri pebelajar. Perilaku insiatif ini tentunya dapat menjadi salah satu aspek dalam menumbuhkembangkan sifat atau perilaku pebelajar menjadi pebelajar mandiri atau menumbuhkembangkan sifat kemandirian belajar bagi pebelajar (mahasiswa). 2..Respon Mahasiswa Berdasarkkan Tabel 2 menunjukkan bahwa respon mahasiswa terhadap pembelajaran investigasi untuk mata
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
157 kuliah landasan pembelajaran untuk keselurhan aspek respon berada pada angka 4,16 dengan kategori lengkap/baik/tinggi. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa aspek respon mahasiswa terhadap pembelajaran investigasi meliputi aspek (1) cakupan isu permasalahan, (2) pemahaman konsep belajar dan pmbelajaran, (3) keaktifan individu, (4) keterkibatab kelas dalam pembelajaran, (5) kualitas hasil investigasi, (6) kemanfaatannya dengan rencana penelitian tesis, (7) menjadi pebelajar mandiri, dan (8) kesadaran beroikir berada dalam kategori baik. a. Cakupan isu permasalahan Hasil investigasi mahasiswa dikategorikan ke dalam dua jenis permasalahan yaitu permasalahan belajar dan permasalahan pembelajaran. Permasalahan belajar erat kaitannya dengan peserta didik dan permasalahan pembelajaran erat kaitannya dengan guru kimia. Respon mahasiswa terhadap hasil investigasi yang mereka telah lakukan yang terkait dengan cakupan isu permasalahan berada dalam kategori lengkap. Hal ini juga sesuai dengan isi laporan hasil investigasi yang mereka tulis dan saat mereka menyajikannya di kelas. Penyajian ke dua permasalahan tersebut dibahas secara lengkap, misalnya hasil belajar peserta didik, kesulitan peserta didik dalam belajar kimia, motivasi belajar, minat belajar dan membaca materi atau mata pelajaran kimia, model dan media pembelajaran, submber belajar, serta metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kimia. b. Pemahaman konsep belajar dan pembelajaran Pemahaman mahasiswa terhadap teori belajar dan pembelajaran yang terkait dengan permasalahan yang mereka peroleh tergolong tinggi. Hal juga sesuai dengan penguasaan materi saat mereka mempresentasikan hasil investigasinya di kelas dan teori-teori belajar dan pembelajaran yang mereka tinjau dalam laporan hasil investigasinya. Mareka menguasai teori-teori tersebut dalam memberikan penjelasan-penjelasan atas permasalahan yang terkait dengan belajar dan pembelajaran. Mereka juga dapat menjelaskan dengan baik atas beberapa pertanyaan yang terumgkap dalam diskusi kelas. Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang terungkap dalam presentasi dan diskusi di antaranya teori Skinner, Bruner, Ausubel, Piaget, Bandura, dan filosofi dari teori behaviorisme, kognitivisme, humanisttik, dan konstruktivisme, dan bahkan teori perkembangan koginitif manusia (peserta didik). c. Keaktifan individu Respon mahasiswa terhadap keterlibatan mereka secara individu dalam pembelajaran investigasi tergolong tinggi. Keterlibatan setiap mahasiswa dalam memperoleh informasi dengan menggunakan berbagai cara begitu tinggi. Hal ini terlihat ketika mereka sedang menyajikan hasil investigasinya dengan menampilkan sumber belajar dan cara mereka memperoleh informasi dan upaya mereka mengaitkannya antara permasalahan yang mereka temukan dengan solusi yang mereka sajikan. Beberapa penanda yang menunjukkan bahwa mereka tergolong aktif dalam memperoleh informasi di antaranya adalah bervariasinya sumber rujukan yang tercantum dalam laporan hasil investigasinya dan komentar-komentar mereka saat
presentasi dan diskusi ataupun saat sesi tanya jawab. Misalnya, sumber buku pembelajaran efektif, tulisan-tulisan yang terkait belajar jitu, teknik mengatasi kesulitan belajar, dan artikel-artikel jurnal yang terkait dengan penerapan berbagai model pembelajaran sebagai upaya mengatasi permasalahan belajar dan pembelajaran. d. Keterlibatan kelas dalam proses pembelajaran Partisipasi aktif mahasiswa dalam proses presntasi dan diskusi tergolong tinggi. Setiap mahasiswa menyajikan hasil investigasinya dan mempertanggungjawabkannya dengan memberi penjelasan-penjelasan atas pertanyaan saat sesi diskusi dan tanya jawab. Interaksi secara dialog begitu tinggi sehingga semua mahasiswa terlibat dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang serius untuk dijelaskan dan memperoleh klarifikasi-klariifkasi ilmiah. e. Kualitas hasil investigasi Keakuratan sumber data permasalahan dan pemilihan teori pembelajaran yang sesuai dengan solusi permasalahan tergolong baik. Sumber data permasalahan berasal dari guru, peserta didik, dan dokumen-dokumen pendukung yang ada di sekolah. Pemilihan dan penyajian teori belajar dan pembelajaran sebagai solusi permasalahan berasal dari berbagai sumber, di antaranya sumber buku, artikel jurnal, dan laporan-laporan penelitian ilmiah (skripsi dan tesis). f. Kemanfaatannya untuk rencana penelitian tesis Hasil investigasi mahasiswa atas permasalahan belajar dan pembelajaran di sekolah dan teori-teori belajar dan pembelajaran tergolong baik. Permasalahan yang mereka temukan menjadi informasi penting dalam menuliskan latar belakang permasalahan untuk rencana penelitian mereka. Demikian halnya, teori-teori belajar dan pembelajaran yang mereka tinjau yang terkait permasalahan menjadi informasi penting juga dalam menyusun kajian pustaka, kerangka pikir, dan perumusan hipotesis penelitian. Informasiinformasi ini terungkap saat terjadi proses diskusi, tanya jawab, dan refleksi atas hasil investigasi yang telah mereka lakukan. Umumnya mereka menyampaikan bahwa hasil investigasi ini bermanfaat dalam rangka penyusunan rencana penelitian tesis mereka. g. Menjadi pebelajar mandiri Tahapan-tahapan pembelajaran investigasi yang mereka jalani melatih mereka untuk menjadi pebelajar mandiri. Hal ini terlihat dari respon mereka yang tergolong baik. Penanda bahwa mereka terlatih menjadi pebelajar mandiri yaitu kemampuan mereka menyelesaikan tugas investigasi secara individu dan mempertanggungjawabkannya di kelas juga secara individu. Masing-masing menyajikan hasil investigasinya dan tentunyan sekaligus mempersiapkan diri untuk memberi penjelasan-penjelasan atas pertanyaanpertanyaan yang diajukan di kelas. Ke semuanya ini, mereka dapat melakukannya dengan baik. h. Kesadaran berpikir Pengetahuan dan pengaturan berpikir tergolong tinggi. Hal ini terlihat saat mereka menyajikan hasil investigasinya secara rapi dan sistematis serta saat memberikan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh kelas. Mereka dapat memberi penjelasan dengan baik dan
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017
158 memperlihatkan tingkat penguasaan materi yang tingg. Semua pertanyaan dapat dijelaskan dengan penuh tanggungjawab dan dapat diterima. Penanda kesadaran berpikir yang tinggi juga terlihat dari laporan hasil investigasi yang mereka telah susun. Sistematikan penyajian data permasalahan belajar dan pembelajaran serta solusi untuk setiap permasalahan tersebut disajikan dengan apik, baik penjelasan secara konseptual maupun penjelasan secara kontekstual di lapangan. e. Aktivitas mahasiswa Aktivitas mahasiswa saat mereka malakukan presentasi, diskusi, dan tanya jawab yang terkait dengan hasil investigasi yang telah mereka lakukan terlihat baik. Mereka sangat antusias dan menunjukkan pemahaman dan penguasaan yang baik atas apa yang telah mereka investigasi, baik substansi permasalahan maupun solusi yang merka tawarkan secara konseptual. f. Kualitas produk investigasi Berdasarkan sistematika penyajian informasi hasil investigasi yang dituangkan dalam bentuk laporan investigasi menunjukkan kualitas suatu produk investigasi hal ini terlihat pola penyajian yang begitu runtut dan informasi yang lengkap yang terkait dengan identifikasi permasalahan, solusi yang ditawarkan, refleksi, dan sumber pustaka yang mereka rujuk. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan maka beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini di antaranya adalah: (1) kemandirian belajar mahasiswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis investigasi pada mata kuliah landasan pembelajaran berada pada angka 3,78 dengan kategori tinggi, (2) respon mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis investigasi pada mata kuliah landasaan pembelajaran berada pada angka 4,16 dengan kategori lengkap/baik/tinggi, (3) aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran berbasis investigasi pada perkuliahan landasan pembelajaran teramati antusias, aktif, dan interaktif, dan (4) kelengkapan informasi pada setiap komoponen berdasarkan sisitematika penulisan laporan hasil investigasi yang diharapkan terpenuhi secara baik.
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka beberapa hal yang masih perlu ditindaklanjuti dalam rangka perbaikan proses pembelajaran berbasis investigasi ini di antaranya adalah: (1) perlu secara maksimal pengampu mata kuliah landasan pembelajaran untuk memantau mahasiswa dalam melakukan proses investigasi di sekolah dan perlu ada pelatihan bagi guru kimia di sekolah tentang mendesain suatu kegiatan pembelajaran kimia yang dapat membantu peserta didik untuk dapat belajar lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu PEndekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Gaspersz. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu-Ilmu Teknik, dan Biologi. Bandung: Armico Human Depelopment Report. 2014. Sustaining Human Progress Reducing Vurnerabilities and Buildong Resilience for Education. HDR. Sharan, Y. & Sharan, S. 1992. Expanding Cooperative Learning Through Group Investigation. New York: Teachers College Press. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. London: Allymand Bacon. Suratno, A. 2005. Internet dan Kemandirian Belajar. Semarang: UKS. Tan, I.V.C., Sharan, S., dan Lee, C.K.E. 2007. Group Investigation Effects on Achievement, Motivation, and Perceptions of Students in Singapore. Journal of Education Research. Volume 100, Number 3/ January-February, 2007: 142-154. http://heldrefpublications.metapress.com/app/home/contibution.asp. Diakses 13 Maret 2008. Zingaro, D. 2008. Group Investigation: Theory and Practice. Toronto: Ontario Institute for Studies in Education, July 18, 2008. Diakses 1 Maret 2015.
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017