JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
KEMAMPUAN PENGAJAR, MEDIA PEMBELAJARAN DAN KEPUASAN WARGA BELAJAR Oleh : Bakri Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta Gedung sentra Kramat Jl. Kramat Raya No. 7-9 Jakarta Pusat 10450 Telp. 021 – 31904598 Fax. 021 – 31904599 Email :
[email protected]
ABSTRAK Latar belakang penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kemampuan pengajar dan media pembelajaran terhadap kepuasan warga belajar. Penelitian yang berjudul: “pengaruh kemampuan pengajar dan media pembelajaran terhadap kepuasan warga belajar Di LP3I Cabang Balikpapan“ . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikasi kemampuan pengajar dan media pembelajaran secara simultan dan parsial terhadap kepuasan warga belajar di LP3I Cabang Balikpapan. Adapun rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah (1) Apakah kemampuan Pengajar dan Media Pembelajaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan 2). Apakah kemampuan pengajar dan Media Pembelajaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan, Adapun kegunaan penelitian ini antara lain: (1) untuk mengetahui variabel kemampuan pengajar dan variabel media pembelajaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan, (2) untuk mengetahui variabel kemampuan pengajar dan variabel media pembelajaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan. Kata kunci: kemampuan pengajar, media pembelajaran, kepuasan warga belajar
PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia pengajaran yang cukup pesat serta kebutuhan masyarakat terhadap pengajaran, menentukan bahwa pengajaran menjadi harapan masyarakat sebagai salah satu wadah pembinaan generasi penerus dimasa yang akan datang. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu cepat, maka bentuk pengajaran yang diinginkan masyarakat sudah pasti pula berkembang dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pengajaran yang mempunyai tujuan utama mencerdaskan kehidupan bangsa dan pokok inti dari perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Di era keterbukaan sekarang ini kebutuhan akan ilmu pengetahuan merupakan hal yang utama, rasa keingintahuan menjadi hal pokok dimana pengajaran itu sendiri menjadi kebutuhan, maka pengajaran haruslah memberikan kepuasan bagi yang mengkonsumsinya dalam hal ini warga belajar.
1
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Kualitas pengajaran sendiri ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu di antaranya adalah pengajar. Meskipun faktor-faktor lain ikut mempunyai andil dalam merosotnya mutu pengajaran, namun pengajar merupakan salah satu faktor penentu karena pengajarlah yang secara terprogram berinteraksi dengan warga belajar dalam proses pembelajaran. Berbicara tentang pengajar, tentu tidak terlepas dari citra dan penghargaan kepada pengajar, pengajaran profesi pengajar dan kualitas pengajar yang banyak disorot oleh barbagi pihak, meskipun masih banyak pengajar yang mendedikasikan dirinya dalam bidang pengajaran karena memang benar-benar menyadari pentingnya pengajaran dan pentingnya peran pengajar dalam membina generasi penerus yang akan menentukan nasib bangsa dimasa yang akan datang. Fakta tentang kualitas pengajar di negeri kita menunjukkan bahwa sedikitnya 50% pengajar di Indonesia tidak memiliki kualitas sesuai Standarisasi Pengajaran Nasional (SPN). Berdasakan catatan Human Development Index (HDI), fakta ini menunjukkan bahwa mutu pengajar di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar pada pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dari data statistik HDI terdapat 60% pengajar SD, 40%, SLTP, 43% SMA, 34% SMK dan 42% pengajar pengajaran nonformal/informal dianggap belum layak mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% pengajar atau setara dengan 69. 477 pengajar mengajar bukan bidang studinya. Dengan demikian, kualitas SDM kita adalah turun 109 dari 179 negara di dunia. Untuk itu, perlu dibangun landasan yang kuat untuk meningkatkan kualitas pengajar dengan standarisasi rata-rata bukan standarsisasi minimal (Thoharudin 2006:1). Berikut ini disajikan data statsitik yang menunjukkan kualitas pengajaran di Indonesia termasuk kualitas pengajar sebagai berikut: Tabel 1. Kualitas Pengajaran Indonesia NO 1 2 3 4 5
ASPEK PENILAIAN Kualitas Pembelajaran bidang Sains Kualitas Pembelajaran bidang Matematika Kualitas pembelajaran bidang kemampuan membaca Kualitas pembelajaran bidang matematika Kualitas pembelajaran bidang sains
SUMBER INFORMAS I PISA PISA PISA TIMMS TIMMS
TAHUN 2006 2006 2006 2007 2007
PERINGKAT 50 dari 57 negara 50 dari 57 negara 49 dari 57 negara 35 dari 48 negara 35 dari 48 negara
Sumber: 1. Programme for International Student Assessment (PISA), 2006 2. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS), 2007
Berdasarkan data tabel di atas, terlihat bahwa kualitas pengajaran di Indonesia terlihat masih sangat rendah, hal tersebut terbukti dengan posisi kualitas pengajaran di Indonesia yang menempati 50 dari 57 negera berdasarkan data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS), 2007 serta pada posisi 35 dari 48 negera berdasarkan data dari Programme for International Student Assessment (PISA), 2006.
2
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Tabel 2 Kualitas Infrastruktur Pengajaran Sekolah NO 1 2 3 4 5 6 7 8
RUANG KELAS SD SMP SMA & SMK NON FORMAL SD SMP SMA & SMK Pengajaran NON FORMAL/INFORMAL
TINGKAT KERUSAKAN Berat Berat Berat Berat Ringan Ringan Ringan Ringan
PROSENTASE (%) 23,03 5,81 2,73 1,52 24,91 4,29 7,36 5,32
Sumber : Depdiknas 2008
Berdasarkan data di atas, terlihat dengan jelas bahwa kualitas infrastruktur pengajaran sekolah di Indonesia masih memprihatinkan, hal tersebut terbukti dengan masih banyaknya kerusakan pada infrastruktur yang dimiliki oleh sekolahsekolah. Tabel 3 Kualitas Pengajar NO 1 2 3 4
KATEGORI TINGKAT PENGAJARAN SD SMP SMA & SMK NON FORMAL/INFORMAL
PROSENTASE PENGAJAR S-1 (%) 22,15 71,67 81,4 92,7
Sumber : Depdiknas 2008
Berdasarkan data dari tabel diatas, terlihat bahwa kualitas pengajar di Indonesia masih kurang dan belum layak untuk mengajar, hal tersebut terlihat dari tingkat pengajaran pengajar yang umumnya belum sarjana, sehingga berdampak pada kualitas pengajaran yang diberikan terhadap warga belajarnya. Kusuma (2006:77) mengemukakan bahwa saat ini lahan pengajaran sudah dilirik oleh para pengusaha-pengusaha bermodal besar yang sebelumnya bergerak di luar bidang pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis pengajaran harus dikelola secara profesional. Dari sisi lain dengan tidak melepas identitas pengajaran itu sendiri maka kualitas output yang dihasilkan haruslah sejalan dengan kebutuhan dan ketepatgunaan output itu sendiri. Proses pembelajaran interaksi antar kedua belah pihak sangatlah diperlukan dalam hal ini warga belajar selaku warga belajar dan pengajar selaku pengajar yang secara fungsional menjadi sumber ilmu haruslah memiliki kompetensi yang memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan oleh lembaga pengajaran itu sendiri.
3
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Tabel 4 Harapan Terhadap Kualitas Kemampuan Pengajar, Media Pembelajaran dan Kepuasan Warga Belajar di LP3I Cabang Balikapan NO
URAIAN
Harapan terhadap Kemampuan Pengajar
1
2
Harapan atas Media Pembelajaran
PILIHAN
1) 2) 3)
Kualitas pengajar Kualitas proses belajar mengajar Kualitas hasil belajar mengajar.
31,28 33,43 35,29
1)
Kualitas peralatan pembelajaran (Infokus, LCD, perlengakpan tulis, dll) Kualitas sarana pembelajaran (perpustakaan, lab, dll) Kualitas fasilitas kampus (ruang parkir, mushola, kantin, dll).
33,17
Kepuasan atas proses belajar menagajar Kepuasan atas pelayanan pengajaran Kepuasan atas sarana prasarana/media pembelajaran
37.56 28,67 33,77
2) 3)
Harapan atas Kepuasan atas manfaat yang diharapkan
3
PROSENTASE (%)
1) 2) 3)
37,65 29,18
Sumber : Data Olahan Penelitian Pendahuluan Penulis, 2013
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, harapan warga belajar LP3I terhadap kemampuan pengajar, media pembelajaran dan kepuasan mereka sangat tinggi, hal tersebut ditunjukkan oleh nilai prosentase yang tinggi berkisar antara 29,18% s/d 37,65%. Untuk melihat sejauh mana realitas yang sebenarnya terjadi baik itu yang menyangkut kemampuan pengajar, media pembelajaran dan kepuasan warga belajar LP3I Cabang Balikpapan dan keterkaitan ke-3 variabel diatas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Untuk itulah, maka peneliti akan melakukan kajian terhadap variabel-variabel tersebut diatas yang terkait dengan : “Pengaruh Kemampuan Pengajar Dan Media Pembelajaran Terhadap Kepuasan Warga Belajar Di LP3I Cabang Balikpapan” . Identifikasi Masalah 1.
2. 3.
Pengajar perlu memiliki komitmen menetapkan strategi untuk kendali mutu pendidikan, memberdayakan sumber daya yang ada, meningkatkan profesionalitas kerja, melakukan penelitian pendidikan untuk pengembangan diri dan mengikuti perkembangan zaman. Kemampuan pengajar, fasilitas media pembelajaran dapat menentukan kualitas dan kepuasan warga belajar. Besarnya harapan warga belajar di LP3I Cabang Balikpapan sangat tinggi terhadap kemampuan dan kepuasan mereka dalam menimba ilmu di lingkungan LP3I Cabang Balikpapan.
Pembatasan Masalah Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh kemampuan dan media pembelajaran dengan kepuasan warga belajar dilingkungan LP3I Cabang Balikpapan.
4
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah kemampuan pengajar dan media pembelajaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan ? 2. Apakah kemampuan pengajar dan media pembelajaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan serta kegunaan penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui variabel kemampuan pengajar dan variabel media pembelajaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan 2. Untuk mengetahui variabel kemampuan pengajar dan variabel media pembelajaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan, wawasan ilmiah ataufun referensi bagi pihak-pihak yang memerlukan terutama bagi warga belajar/warga belajar sehingga dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori ilmu-ilmu sosial dalam mengembangkan perpengajaran tinggi. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan evaluasi bagi LP3I Cabang Balikpapan dimana penelitian dilakukan baik dari segi kemampuan pengajar dan media pembelajaran maupun secara khusus penguasan materi yang berhubungan erat dengan kebutuhan pasar kerja. Sebagai bahan untuk perbaikan dan penerapan standarisasi kemampuan pengajar dan media pembelajaran sebagai salah satu pendukung lembaga yang ditelah ditentukan dan harus dimiliki setiap cabang LP3I yang membuka program pengajaran profesi 2 tahun. KAJIAN LITERATUR KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS Kajian Literatur Sebagai penelitian yang memiliki kegunaan untuk penelitian selanjutnya serta dalam mempertajam referensi atau pengertian yang mendalam terhadap
5
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
variabel penelitian yang digunakan, maka untuk memberikan gambaran atau jawaban dari penelitian secara teoritis terhadap permasalahan yang diangkat dan diteliti maka beberapa landasan teoritis yang mendukung pada penelitian ini digambarkan secara sederhana dan diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang penelitian ini. Kemampuan Pengajar Menurut Matindas (2002:56) ; “Kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan hal-hal yang menuntut persyaratan fisik atau mental tertentu tanpa perlu diselesaikan waktu yang cepat “ Kemampuan atau kompetensi individu yakni pengajar menurut Hanafi (2007:71) yang diuraikan Wijaya mengemukakan bahwa kompetensi meliputi pengetahuan, keahlian, sikap dan perilaku karyawan. Pengertian kompetensi dapat dipadukan dengan soft skill yang meliputi intuisi dan kepekaan SDM, Hard skill meliputi pengetahuan dan keterampilan fisik, Social skill meliputi keterampilan dan hubungan sosial sumber daya manusia (SDM) dan mental skill meliputi mental sumber daya manusia itu sendiri. Maka kompetensi atau kemampuan adalah suatu yang melekat dalam diri seorang individu yang mencakup konsep diri, motif, sifat, pengetahuan dan keahlian yang dapat dipergunakan untuk memprediksi kinerjanya. Lebih lanjut Spencer and Spencer dalam Usmara (2003:109) mengungkapkan definisi kompetensi adalah suatu karakter yang mendasari seseorang seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya. Dharma (2008:1) mengatakan bahwa Pengajar merupakan elemen kunci dalam sistem pengajaran, khususnya di institusi pengajaran. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya, dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu Interaksi pengajar dengan warga belajar tidak berkualitas. Peraturan Menteri Pengajaran Nasional (No.41 tahun 2009) tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pengajar dan Penjelasan Dharma (2008:4) menjelaskan tentang Peraturan Menteri Pengajaran Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 bahwa Standar Kompetensi pengajar dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Ke-4 aspek tersebut merupakan dimensi dari kemampuan pengajar. Kompetensi Pedagogik Dimensi Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki pengajar berkenaan dengan karakteristik warga belajar dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang pengajar harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena warga belajar memiliki karakter, sifat, dan keinginan yang
6
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
berbeda. Adapun indikatornya dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, yang terdiri dari; a. Merumuskan tujuan. b. Menguraikan deskripsi satuan bahasan. c. Merancang kegiatan belajar mengajar. d. Memilih berbagai media dan sumber belajar. e. Merencanakan penilaian penguasaan tujuan. 2) Kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar; a. Membuka pelajaran b. Menyajikan materi c. Menggunakan media dan metode d. Menggunakan alat peraga e. Menggunakan bahasa yang komunikatif f. Memotivasi siswa g. Mengorganisasi kegiatan h. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif i. Menyimpulkan pelajaran j. Memberikan umpan balik k. Melaksanakan penilaian l. Menggunakan waktu. 3) Kemampuan melakukan penilaian. a. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran. b. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda. c. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid. d. Mampu memeriksa jawab. e. Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian. f. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian. g. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian. h. Mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian. i. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian. j. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis. k. Mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian. l. Mengklasifikasi kemampuan siswa. m. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian. n. Mampu melaksanakan tindak lanjut. o. Mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut. p. Mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian Kompetensi Kepribadian Pelaksanaan tugas sebagai pengajar harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi
7
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar. Pengajaran adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Sebagai pengajar harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pengajaran akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Pengajar dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan atau tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila pengajar juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Pengajar harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang pengajar. Kompetensi Sosial Pengajar di mata masyarakat dan warga belajar merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Pengajar perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan lembaga pengajaran dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua warga belajar, para pengajar tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan pengajar dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kompetensi Profesional Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki pengajar dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Pengajar mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar warga belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu pengajar dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. pengajar harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Sebagai seorang pengajar yang harus memiliki kemampuan seperti penguasaan materi, penampilan fisik dan perilaku dalam mengajar merupakan modal pokok dalam kemampuan pengajar yang harus dimiliki, baik dalam sisi kemampuan mengajar maupun dalam mentransformasi ilmu pengetahuan.
8
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Media Pembelajaran Media pembelajaran, baik yang sederhana sampai yang teknologi modern tetap diperlukan dalam mendukung proses pembelajaran itu sendiri. Berbagai fasilitas seperti; internet, wifi, Laptop, LCD dan lainya haruslah menjadi media pembelajaran yang berhubungan dengan proses pengajaran. Sejalan dengan hal tersebut Dwi Prasetya (2009:41) yang mengutip Suryabrata, 1989 dalam Widyartini, 2002, pembelajaran atau proses belajar mengajar secara teknis adalah interaksi secara aktif antara tenaga pengajar dan warga belajar, dimana tenaga pengajar mengelola sumber-sumber belajar (termasuk dirinya sendiri) guna memberikan pengalaman belajar kepada warga belajar. Apabila kita bicara sumber belajar maka tidak terlepas dari pengetahuan, antusiasme, media belajar (LCD, Slide, OHP), komunikasi, dan bimbingan kesulitan belajar warga belajar. Dari sisi lain sebagai mana penjelasan Dharma (2008:23) yang dikutip dari Ibrahim dan Nana memberikan definisi media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan (Materi Pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan warga belajar sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut sebagaimana Hamalik yang diungkapkan Hermawati (2010:44) menjelaskan bahwa seorang pengajar kemampuan untuk menggunakan segala media pembelajaran karena baik sebagai alat bantu utama maupun pendukung dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar para warga belajar tidak jenuh serta termotivasi menggunakan media dalam proses pembelajaran. Sebagaimana dari definisi umum diatas maka dapat diambil kesimpulan dasar bahwa media pembelajaran dengan teknologi modern (media fisik) baik yang mencakup penggunaan media saat proses belajar mengajar, fasilitas utama pada saat proses tersebut, penguasaan terhadap media yang dilibatkan saat proses pembelajaran atau transformasi ilmu dan fasilitas pendukung seperti ; wifi yang seharusnya harus selalu dioptimalkan dan digunakan dalam proses pembelajaran serta motivasi untuk menggunakan media adalah salah satu hal penting untuk memberikan pengetahuan dan pengembangan diri warga belajar. Hal-hal tersebut diatas merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar, yang pastinya juga akan berdampak juga pada kepuasan warga belajar dalam menjalani proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti mengkategorikan dalam 2 aspek media pembelajaran yaitu secara fisik dan non fisik.
KEPUASAN WARGA BELAJAR Kepuasan dan Permasalahan Warga Belajar Proses pembelajaran tidak akan terlepas dari suatu interaksi antara pengajar dan warga belajar, maka untuk itu sangat berkaitan sekali dan menyangkut dalam
9
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
psikologi. Di dalam psikologi pengajaran sebagaimana yang diungkapkan Abimanyu yang di uraikan Ibrahim (2006:5) bahwasanya peranan psikologi dalam dunia pengajaran dan pengajaran adalah bertujuan dengan memberikan orientasi mengenai laporan studi, menulusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pengajaran dan didalam suatu proses belajar dan mengajar. Jika kita pandang lebih luas berkenaan dengan kepuasan konsumen, maka warga belajar sebagai konsumen atau pelanggan yang ingin dipuaskan oleh sipemberi layanan yaitu pengajar secara khusus yang berperan secara langsung dalam proses pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan Ahmad (2009:18) kepuasan konsumen atau pelanggan merupakan suatu perasaan dimana telah sesuainya atau melebihi harapan konsumen. Kaitannya dengan kepuasan konsumen, yakni warga belajar sebagai konsumen yang orientasinya mengacu kepada kemampuan pengajar, dalam hal ini pengajar yang berhubungan secara langsung selain lembaga pengajaran itu sendiri secara umum, yang berfungsi untuk menjaga hubungan yang sempurna antar pribadi. Tse dan Wilton dalam Kandampully dan Suhartanto yang dikutif oleh Prasetyaningrum (2009:31) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara ekspektasi sebelumnya (atau beberapa norma kinerja lain) dan kinerja aktual dari produk sebagaimana yang dirasakan setelah pengkonsumsiannya. Berkenaan dengan pengertian diatas dapat diambil benang merah dari beberapa definisi tersebut bahwa kepuasan warga belajar akan terjadi apabila proses pengajaran dan didalam suatu proses belajar dan mengajar telah terpenuhinya segala sesuatu yang sesuai dengan harapan konsumen dalam hal ini warga belajar. Maka pada proses ini sebagai warga belajar selaku konsumen mengharapkan bahwa ilmu yang mereka terima akan dapat diterapkan langsung didunia kerja sebagaimana tujuan lembaga pengajaran tersebut yakni LP3I Cabang Balikpapan. Kepuasan pada setiap warga belajar terhadap pengajar memang selalu berbeda, namun dari sisi lain dapat dijelaskan ada hal yang berkenaan dengan kepuasan itu sendiri di antaranya : Media sebagai sebuah alat yang dilibatkan dalam hal pembelajaran dengan tujuan pembimbingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan baik dalam penggunaan media sebagai alat dari proses pembelajaran itu sendiri. Sesuai dengan peraturan Menteri pengajaran nasional No 41 tahun 2009 yang berkaitan dengan kompetensi pengajar dalam penjelasannya; penggunaan media dan sumber belajar yang harus sesuai dengan tujuan bimbingan atau pengajaran dan gaya warga belajar atau warga belajar. Maka dalam hal ini segala media, sumber dan gaya warga belajar harus disesuaikan dengan kebutuhan yakni karena berhubungan dengan dunia industri, maka disesuaikan pula dengan kebutuhan agar motivasi terhadap media tersebut tersebut tetap terjaga dan selalu tepat guna dalam setiap proses belajar mengajar.
10
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Hubungan Media Pembelajaran dengan Kepuasan Warga belajar Menurut Budi Agustiono dan Sumarno (2006), terdapat hubungan yang positifdan signifikan antara Media Pembelajaran dengan kepuasan Warga belajar. Dwi Prasetya (2009:41) yang mengutip Suryabrata, 1989 dalam Widyartini, 2002, pembelajaran atau proses belajar mengajar secara teknis adalah interaksi secara aktif antara tenaga pengajar dan warga belajar, dimana tenaga pengajar mengelola sumber-sumber belajar (termasuk dirinya sendiri) guna memberikan pengalaman belajar kepada warga belajar. Apabila kita bicara sumber belajar maka tidak terlepas dari pengetahuan, antusiasme, media belajar (LCD, Slide, OHP), komunikasi, dan bimbingan kesulitan belajar warga belajar. Dari sisi lain sebagai mana penjelasan Dharma (2008:23) yang dikutip dari Ibrahim dan nana memberikan definisi media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan (Materi Pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan warga belajar sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut sebagaimana Hamalik yang diungkapkan Hermawati (2010:44) menjelaskan bahwa seorang pengajar kemampuan untuk menggunakan segala media pembelajaran karena baik sebagai alat bantu utama maupun pendukung dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar para warga belajar tidak jenuh serta termotivasi menggunakan media dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan bagannya sebagai berikut:
Gambar 2. Hubungan Media Pembelajaran dengan Kepuasan Belajar
Hubungan kemampuan Pengajar dan Media Pembelajaran terhadap Kepuasan warga belajar Menurut Buchari Alma et all (2007) terdapat hubungan positif anatara Kemampuan Pengajar dan Media Pembelajaran terhadap Kepuasan Warga belajar baik secara parsial maupun simultan. Menurut pendapat Edwardson yang dikutib oleh Fandy Tjiptono (Tjiptono 2000:89) sebenamya sampai saat ini belum dicapai kesepakatan mengenai konsep kepuasan warga belajar, yaitu apakah kepuasan merupakan respons emosional ataukah sesungguhnya merupakan suatu evaluasi kognitif (bersifat penalaran). Menurut Tjiptono (2000:90) kemudian juga mengutip pendapat Mowen, yang merumuskan bahwa kepuasan pelanggan sebagai sikap keseluruhan
11
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
terhadap suatu barang atau jasa setelah perolehan (acquisition) dan pemakaiannya. Menurut Ben M. Enis (Enis, 1974:319) : Customer satisfaction adalah "... the consumer's beleief that the benefits of a given exchange exceed the cost of making that exchange ...". Jadi kepuasan pelanggan adalah perbandingan antara persepsinya mengenai sesuatu dibandingkan dengan ekspektasinya terhadap hal tersebut. Christopher Lovelock (1994:100) ada lima dimensi yang dapat dijadikan patokan (pedoman) dalam mengukur tingkat kepuasan warga belajar. Dalam bahasa riset pemasaran, dimensi tersebut ialah: tangible (fasilitas fisik, peralatan dan personalia pemberi jasa), realibility (keakuratan dan keterikatan pemberi jasa pada komitmen atau memberikan jasa sesuai yang telah dijanjikan), responsiveness (kemauan dan kemampuan pemberi jasa atau personilnya untuk memberikan layanan secara cepat!tepat sesuai keinginan konsumen), assurance (keyakinan bahwa pemberi saja atau staf/personilnya mempunyai kompetensi memadai) dan empathy (pemberi Jasa atau personilnya memberikan perhatian atau sikap peduli terhadap para pelanggannya, mengetahui kebutuhan per individual pelanggan). Begitu juga Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Freddy Rangkuti (2002:19) ciri-ciri kualitas jasa dapat dievaluasi ke dalam lima dimensi, yaitu: realibility (keandalan, yaitu kemampuan pemberi jasa dalam memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan), responsiveness (daya tanggap, yaitu kemampuan, dan kemauan memberikan pelayanan kepada pelanggan pemberi jasa atau personilnya untuk melayani kebutuhan pelanggan secara memadai), emphaty (empati, yaitu kemampuan pemberi jasa atau personilnya untuk memahami kebutuhan konsumen, termasuk kebutuhan akan perhatian terhadap kepentingannya), dan tangible (fisik, yaitu aset berujud fisik, peralatan dan sarana komunikasi yang dimiliki oleh pemberi jasa). Di dalam bukunya yang betjudul "Pengukuran tingkat kepuasan warga belajar", J.Supranto (2001:233) mengutip definisi kepuasan dari Oliver, bahwa "Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil kinerja yang dirasakan dengan harapannya." Sementara itu, Kotler (1996:10) menyatakan bahwa : "Customer satisfaction is the extent to which a product's perceived performance matches a buyer's expectations. If the product's performance falls short of expectations, the buyer is dissatisfied. If performance matches or exceed expectations, the buyer is satisfied or delighted " Berdasarkan uraian diatas maka dimungkinkan ada hubungan antara kemampuan pengajar dan media pembelajaran dengan kepuasan warga belajar. Dan berdasarkan uraian-uraian dan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran antara kemampuan pengajar dan media pembelajaran dengan kepuasan warga belajar di lingkungan LP3I Cabang Balikpapan dan dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
12
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Gambar 3. Model Paradigma Hubungan antara Kemampuan Pengajar dan Media Pembelajaran terhadap Kepuasan Warga Belajar di LP3I Cabang Balikpapan
Hipotesis Adapun hipotesis yang dapat dikemukakan dari beberapa uraian definisi dan beberapa penelitian terdahulu : 1. Variabel Kemampuan pengajar dan Media Pembelajaran secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3IBusiness College Balikpapan. 2. Variabel Kemampuan pengajar dan Media Pembelajaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan warga belajar pada LP3I Cabang Balikpapan.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerical atau angka yang diperoleh dengan metode statistik serta dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperoleh signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. Operasionalisasi Variabel Operasionalisasi variable dari penelitian yang diangkat penulis terdiri dari Variabel Kemampuan Pengajar (X1) dan Variable Media Pembelajaran (X2) sebagai variable yang memengaruhi atau disebut juga sebagai variabel penyebab, atau sering disebut sebagai variabel bebas atau independent variable (X), serta Variable Kepuasan Warga Belajar (Y) sebagai variabel akibat disebut variabel variabel tergantung atau dependent variable.
13
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Dalam Operasionalisasi Variabel tersebut berisi Kisi-kisi Variabel Penelitian yang memuat deskripsi dimensi (subvariabel), setiap dimensi dirumuskan indikatornya untuk kemudian menjadi item angket (quisionery). Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan pendekatan survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1995:3). Populasi Sampel dan Teknik Penarikan Data 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian(Arikunto, 2006:130). Populasi ditetapkan dimaksudkan agar suatu penelitian dapat mengukur sesuatu sesuai dengan kasusnya dan tidak berlebihan denganpopulasi yang diacu. 1. Sampel Sampel adalah sebagian atauwakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Sesuai dengan pemahaman diatas, maka sampel dalam penelitianini adalah sebagian atau wakil yang sudah ditentukan. 2. Teknik penarikan sampel Dalam penelitian ini digunakan, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Stratified Random Sampling yaitu pengambilan sampel sesuai strata secara proposional. (Singarimbun, 1995:154). Sesuai rumus Slovin dimana jumlah sample ditentukan dengan rumus n = (N)/(1 + Ne2), dimana n = jumlah sample N = jumlah populasi e = tingkat kesalahan, dalam hal ini diambil 10 % Dari rumus di atas, karena populasinya sebanyak 242, maka jumlah sampel diperoleh sebanyak 70 responden. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh tidak bias, hasil rumus Slovin merupakan hasil minimal (batas minimal) serta untuk mengantisipasi tidak kembalinya kuisioner yang disebarkan. 3. Sumber data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melaluimedia perantara) (Indriantoro, 1999:146). Dalam penelitianini data diperoleh dari kuesioner responden tentangbeberapa variabel yang diteliti dan dari interview tentangprofil dan historikal obyek. b. Data sekunder Adapun data sekunder merupakan sumber data penelitianyang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui mediaperantara
14
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)(Indriantoro, 1999:147). Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan melalui : a. Kuisioner Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2005:135). Sehubungan dengan penelitian ini peneliti, menyebarkan kuisioner kepada responden. a. Dokumentasi Yang dimaksud dengan dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat majalah, brosur dan internet yang berhubungan dengan kemampuan pengajar untuk memperoleh landasan teori dan mendapatkan data yang dapat menunjang penelitian. 5. Skala pengukuran Untuk mengukur jawaban responden maka diberi skor. Dalam penelitian ini pemberian skor menggunakan skala Likert yaitu dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah pernyataan dan kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban: “sangat setuju”, “setuju”, ”ragu-ragu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju” (Singarimbun, 1995:111). Skala Likert dimaksudkan untuk menentukan skor atas setiap pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan. Jawaban dari responden dibagi dalam lima kategori penilaian dimana masing-masing pertanyaan diberi skor satusampai lima. Dalam penelitian ini terdiri lima jawaban yang mengandung variasi nilai bertingkat, antara lain: 4.
Tabel 7 Bobot Nilai Setiap Pertanyaan Alternatif Jawaban Sangat setuju, Sangat Penting , sangat memuaskan, selalu Setuju, penting, memuaskan, sering Netral, biasa, cukup memuaskan, kadang-kadang Tidak setuju, tidak penting, tidak memuaskan, jarang Sangat tidak setuju, Sangat tidak penting, sangat tidak memuaskan, tidak pernah
Bobot Nilai 5 4 3 2 1
Teknik Analisis Data 1. Validitas dan Reliabilitas a.
Validitas Selanjutnya dilakukan adalah dengan membuat kesimpulan, yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dan r kritis (r kritis = 0,30).
15
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Kriteria jika r hitung lebih besar (>) dari nilai r kritis, item instrument dinyatakan valid (sugiyono, 2007 ; 134). Selain itu menurut Cooper (2000), instrument dinyatakan valid jika r hitung lebih besar (>) daripada r table. b. Reliabilitas Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Dalam penelitian ini kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu ke waktu. Dengan kata lain uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui ketepatan/ tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur karena syarat untuk kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsisten atau tidak berubah-ubah. c. Uji Persyaratan Analisis (Asumsi Klasik) Selanjutnya dalam pengolahan data, perlu dilakukan uji persyaratan analisis mencakup: Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi, dan Uji Heterokedastisitas 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Data distribusi normal dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dari pengambilan keputusan. Jika data menyebar disekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas. Begitu pula sebaliknya jika data yang menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksinya dilakukan dengan cara menganalisis besaran nilai toleransi dan Variance Inflation Factor (VIF) (Ghozali, 2006) yaitu: a) Mempunyai nilai VIF < 10 b) Mempunyai angka TOLERANCE > 10%. 3) Uji Heteroskedastisitas Dalam Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas, karena data ini menghimpun data
16
JURNAL LENTERA BISNIS
1.
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Cara menganalisis asumsi Heteroskedastisitas dengan melihat grafik scatter plot dimana : a) Jika penyebaran data pada scatter plot teratur dan membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu) maka dapat disimpulkan terjadi problem Heteroskedastisitas, b) Jika penyebaran data pada scatter plot tidak teratur atau menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu (naik turun, mengelompok menjadi satu), serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi problem Heteroskedastisitas. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Y = b1X1+ b2X2 + e Dimana : Y = Motivasi Warga belajar b1 = Koefisien regresi Kompetensi Dosen b2 = Koefisien regresi Fasilitas Perkuliahan X1 = Kompetensi Dosen X2 = Fasilitas Perkuliahan e = Varians pengganggu
Pengujian Hipotesis a.
Uji statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (β1) sama dengan nol, atau H0 : β1 = 0 yang artinya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau H0 : β ≠ 0 yang artinya adalah variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Kuncoro (2001), Pengambilan keputusan dengan tingkat signifikansi (α) = 0,01 ditentukan sebagai berikut: a) Jika tingkat signifikansi t hitung > 0,01 atau t hitung < t tabel, maka H0 diterima. b) Jika tingkat signifikansi t hitung < 0,01 atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.
17
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Keterangan: t hitung diperoleh dengan menggunakan α = 0,01 (satu sisi) dengan dk = nk-1 (100-2-1) = 97 Berdasarkan nilai α = 0,01 dan dk = 97 diperoleh t tabel = 1,29 (Sugiyono, 2004). b. Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol atau H0 : β1 = β2 = ……= βk = 0 yang artinya adalah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak semua parameter simultan sama dengan nol, atau H0 : β1 ≠ β2 ≠……≠ βk ≠ 0 yang artinya adalah semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2001). Kriteria pengujian : 1) Jika tingkat signifikansi F > 0,01 atau F hitung < F tabel, maka H0 diterima. 2) Jika tingkat signifikansi F < 0,01 atau F hitung > F tabel, maka H0 ditolak. Keterangan: F hitung diperoleh dengan menggunakan dk1 = 2 (variabel bebas) dengan dk2 = n-k-1 (100-2-1) = 97 Berdasarkan dk1 = 2 = 0,01dan dk2 = 97 diperoleh F tabel = 1,29 (Sugiyono, 2004). Korelasi Product Moment Korelasi Product Moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variable bila data kedua variable berbentul interval atau ratio, dan sumber data dari dua variable atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono ; 2009). Berikut ini dikemukakan rumus yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung koefesien korelasi adalah sebagai berikut :
Dimana : rxy = Korelasi antara variable x dengan y x = variable x x = variable y
18
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut (Sugiyono, 209, 231) : Tabel 16 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi : Interval Koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 - 1,000
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ada diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variasi dependen (Kuncoro, 2001). ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan hal-hal sebagai berikut : 1. Deskripsi Obyek Penelitian LP3I Balikpapan adalah suatu lembaga pendidikan profesi 2 tahun yang beralamat Jl. Ahmad Yani 406 Balikpapan, sebuah lokasi yang sangat strategis yang berada di tengah-tengah kota Balikpapan. LP3I Balikpapan memiliki 5 konsentrasi atau bidang keahlian yaitu Business Administration, Business Administration, Computer Accounting, Informatics Computer, Financial & Banking Syariah dan Heavy Duty Equipment 2. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah diambil dari semua warga belajar di LP3I Cabang Balikpapan. Dari ke semua warga belajar atau populasi peneliti mengambil jumlah warga belajar yang dipilih sebagai responden adalah sebanyak 70 orang dengan identitas yang bisa dilihat di tabel dibawah ini sebagai berikut : usia dan jurusan. d. Usia Responden
19
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Tabel 10 Usia Responden No
Usia 18 tahun 19 tahun 20 tahun
Jumlah 50 15 5
Prosentase 71,42 21,42 17,14
e. Konsentrasi Penggolongan responden menurut tingkat pendidikan dan jurusannya dikelompokkan dalam tabel berikut ini : Tabel 11 Distribusi Responden menurut Jurusan Konsentrasi/Bidang keahlian
Jumlah Warga belajar
Frekuensi
Prosentase (%)
Junior : Business Administration (BA 9) Business Administration (BA 10) Computer Accounting (KA 5) Informatics Computer (IK 5) Financial & Banking Syariah (FBS 3) Heavy Duty Equipment (TAB 5) Senior : Business Administration (BA 7) Business Administration (BA 8) Computer Accounting (KA 4) Informatics Computer (IK 4) Financial & Banking Syariah (FBS 2) Heavy Duty Equipment (TAB 4)
33 32 25 7 10 29
10 9 7 2 3 8
14,29 12,86 10.00 2,86 4,29 11,43
23 24 22 9 13 15
7 7 6 3 4 4
10,00 10,00 8,57 4,29 5,71 5,71
Jumlah
242
100
Sumber : Data Primer yang diolah,2013
Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa prosentase tingkat pendidikan relatif hampir merata, namun secara umum didominasi oleh konsentrasi Business Administration. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya suatu kuesioner untuk melakukan pengukuran. Untuk melakukan uji validitas maka dilakukan pengambilan data terhadap 30 sampel responden dalam populasi yang sama dari penelitian ini. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah melakukan uji signifikasi dengan membandingkan nilai koefisien korelasi r hitung dengan r kritis yang nilainya 0,3. Pengambilan keputusan uji validitas : • Bila nilai r hitung > r kritis = 0.3, maka item pertanyaan valid • Bila nilai r hitung < r tkrits = 0.3, maka item pertanyaan tidak valid
20
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 12 Uji Validitas Variabel Kemampuan Pengajar Item X1
Corrected ItemTotal Correlation
Validation
X101
0.385
Valid
X102
0.610
Valid
X103
0.532
Valid
X104
0.485
Valid
X105
0.540
Valid
X106
0.438
Valid
X107
0.419
Valid
X108
0.599
Valid
X109
0.109
Tidak Valid
X110
0.436
Valid
X111
0.426
Valid
X112
0.647
Valid
X113
0.608
Valid
X114
0.448
Valid
X115
0.409
Valid
X116
0.741
Valid
X117
0.659
Valid
X118
0.830
Valid
X119
0.336
Valid
X120
0.604
Valid
X121
0.570
Valid
X122
0.453
Valid
X123
0.460
Valid
X124
0.446
Valid
X125
0.400
Valid
X126
0.771
Valid
X127
0.748
Valid
X128
0.676
Valid
X129
0.730
Valid
X130
0.733
Valid
X131
0.703
Valid
X132
0.745
Valid
X133
0.892
Valid
X134
0.648
Valid
X135
0.684
Valid
21
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Item X1
Corrected ItemTotal Correlation
Validation
X136
0.686
Valid
X137
0.720
Valid
X138
0.669
Valid
X139
0.693
Valid
X140
0.679
Valid
X141
0.673
Valid
X142
0.730
Valid
X143
0.593
Valid
X144
0.725
Valid
X145
0.625
Valid
X146
0.675
Valid
X147
0.549
Valid
X148
0.634
Valid
X149
0.629
Valid
X150
0.769
Valid
X151
0.613
Valid
X152
0.650
Valid
X153
0.697
Valid
X154
0.733
Valid
X155
0.661
Valid
X156
0.612
Valid
X157
0.706
Valid
X158
0.788
Valid
X159
0.678
Valid
0.694
Valid
X160
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap item-item yang merupakan indikator variabel kemampuan pengajar (X1), rata-rata memiliki nilai koefisien korelasi > 0,30, yang artinya bahwa item-item tersebut dinyatakan valid dan dapat diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya. Untuk item X109 nilai koefisien korelasi < 0.30 sehingga dinyatakan tidak valid dan tidak dapat diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya untuk itu maka item tersebut dihapuskan dari indikator indicator variabel kemampuan pengajar (X1).
22
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Tabel 13 Uji Validitas Variabel Media Pembelajaran Item X2
Corrected Item-Total Correlation
Validation
X201
0.471
Valid
X202
0.402
Valid
X203
0.226
Tidak Valid
X204
0.604
Valid
X205
0.602
Valid
X206
0.408
Valid
X207
0.461
Valid
X208
0.564
Valid
X209
0.619
Valid
X210
0.513
Valid
X211
0.628
Valid
X212
0.648
Valid
X213
0.659
Valid
X214
0.655
Valid
X215
0.623
Valid
X216
0.624
Valid
X217
0.589
Valid
X218
0.62
Valid
X219
0.851
Valid
X220
0.792
Valid
X221
0.592
Valid
X222
0.603
Valid
X223
0.586
Valid
X224
0.704
Valid
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap item-item yang merupakan indicator variabel media pembelajaran (X2), rata-rata memiliki nilai koefisien korelasi > 0,30, yang artinya bahwa item-item tersebut dinyatakan valid dan dapat diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya. Untuk item X203 nilai koefisien korelasi < 0.30 sehingga dinyatakan tidak valid dan tidak dapat diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya untuk itu maka item tersebut dihapuskan dari indicator variabel media pembelajaran (X2)
23
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Tabel 14 Uji Validitas Variabel Kepuasan Warga Belajar
Item Y
Corrected Item-Total Correlation
Validation
Y101
0.405
Valid
Y102
0.729
Valid
Y103
0.736
Valid
Y104
0.764
Valid
Y105
0.733
Valid
Y106
0.668
Valid
Y107
0.593
Valid
Y108
0.714
Valid
Y109
0.648
Valid
Y110
0.64
Valid
Y111
0.542
Valid
Y112
0.793
Valid
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Berdasarkan hasil uji validitas terhadap item-item yang merupakan indikator variabel kepuasan warga belajar (Y), rata-rata memiliki nilai koefisien korelasi > 0,30, yang artinya bahwa item-item tersebut dinyatakan valid dan dapat diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi dari suatu variabel. Butir pertanyaan dalam variabel dikatakan reliabel atau terpercaya apabila jawaban responden adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha ≥0,60. Adapun hasil uji reliabilitas variabel kemampuan pengajar, media pembelajaran dan kepuasan warga belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 15. Reliability Statistics Kemampuan Pengajar
Reliability Statistics Cronbac 's Alpha
N of Items .971
60
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil olah data uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh bahwa nilai koefisien Cronbach's Alpha pada variabel kemampuan pengajar (X1) sebesar 0.971. Hasil ini lebih besar dari 0.60, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah reliabel.
24
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Tabel 16. Reliability Statistics Media Pembelajaran Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.934 Sumber : Data primer yang diolah, 2013
24
Berdasarkan hasil olah data uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh bahwa nilai koefisien Cronbach's Alpha pada variabel media pembelajaran (X2) sebesar 0.934. Hasil ini lebih besar dari 0.60, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah reliabel. Tabel 17. Reliability Statistics Kepuasan Warga Belajar Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .917
12
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil olah data uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh bahwa nilai koefisien Cronbach's Alpha pada variabel kepuasan warg belajar (Y) sebesar 0.917. Hasil ini lebih besar dari 0.60, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah reliabel.. Dengan demikian maka secara keseluruhan variabel yang dibangun oleh indikator-indikator dalam penelitian ini dinyatakan reliable, sehingga variabel ini dapat digunakan sebagai pengukuran lebih lanjut. Analisis Kualitatif Berdasarkan hasil tanggapan 70 orang responden tentang kemampuan pengajar, media pembelajaran dan kepuasan warga belajar, maka peneliti akan menguraikan secara rinci jawaban responden yang dikelompokkan dalam kategori skor dengan menggunakan rentang skala sebagai berikut (Husein Umar,1997) : Sangat Tidak Setuju (STS) Tidak Setuju (TS) Cukup Setuju (CS) Setuju (S) Sangat Setuju (SS)
: 1 x 70 = : 2 x 70 = : 3 x 70 = : 4 x 70 = : 5 x 70 =
70 140 210 280 350
= skor tertinggi – skor terendah 5 Interval = TI - TR 5 = 350 - 70 5 = 56 Skor terendah = 100 Skor tertinggi = 500 Interval
25
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Maka interval dari kriteria rata-rata dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Sangat tidak setuju : 70 – 126 Tidak setuju : 126 – 182 Cukup setuju : 182 – 238 Setuju : 238 – 294 Sangat setuju : 294 – 350 Variabel Kemampuan pengajar (X1) Untuk pengukuran variabel kemampuan pengajar digunakan pendapat responden mengenai Kompetensi pedagogik yang terdiri dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar, dan kemampuan melaksanakan penilaian; Kompetensi Kepribadian, yang terdiri dari empaty, terbuka, wibawa, bertanggung jawab serta mampu menilai diri; Kompetensi social, terdiri dari komunikasi lisan, tulisan dan isyarat, menggunakan teknologi komunikais dan infoermasi secara fungsional, berpikir secara efektif dengan peserta didik, sesama warga belajar, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidik, orang tua & wali dan masyarakat serta menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan; Kompetensi Profesional, terdiri dari mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku warga belajar, mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, mampu melaksanakan evaluasi belajar, mampu menumbuhkan motivasi warga belajar. Variabel Media pembelajaran (X2) Untuk pengukuran variabel media pembelajaran digunakan pendapat responden mengenai tersedianya Unit Kegiatan Warga belajar untuk menyalurkan bakat dan minat, tersedianya infokus/OHP yang layak pakai untuk menunjang perkuliahan, tersedianya ruang kelas yang bersih untuk perkuliahan, tersedianya meja dan kursi yang nyaman, tersedianya sarana toilet yang memadai, tersedia perpustakaan yang menyediakan referensi materi perkuliahan, tersedia buku dalam jumlah yang cukup di perpusatakan, tersedia ruangan diskusi untuk warga belajar, tersedia studio atau laboratorium sesuai kebutuhan warga belajar, tersedia kantin yang layak, Tersedia Sarana peribadatan yang layak, tersedia sarana olah raga, tersedia sarana yang layak untuk menunjang kegiatan ekstrakulikuler, tersedia lahan parkir kendaraan yang nyaman serta tersedia hotspot untuk akses internet, layanan akurat dan tepat waktu, jumlah jam belajar di kelas yang memenuhi kebutuhan warga belajar, pengaturan jadwal kuliah tidak memberatkan warga belajar, kemudahan dalam mendapatkan materi perkuliahan (handout, diktat, dll), ketetapan waktu pengajaran dosen dengan waktu yang seharusnya,
26
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
kesesuaian harga/biaya kuliah dengan kualitas yang ditawarkan. Variabel Kepuasan Warga Belajar (Y) Untuk pengukuran variabel kepuasan warga belajar digunakan pendapat responden tidak ada komplain atau keluhan terhadap LP3I Cabang Balikpapan, konsumen memberikan pujian setelah kuliah di LP3I Cabang Balikpapan dan melakukan kuliah di LP3I Cabang Balikpapan merupakan sebuah pengalaman yang bagus. Analisis Kuantitatif Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Deteksi tidak adanya Multikolinearitas yakni dengan melihat besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance (Ghozali, 2006):
a. b.
Mempunyai nilai VIF < 10 Mempunyai angka TOLERANCE > 10%
Mengacu pada kedua pendapat di atas maka berdasarkan hasil olah data penelitian yang telah dilakukan menggunakan software SPSS diperoleh : Tabel 21.Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model Tolerance
VIF
(Constant) 1
K_Pengajar
0.472
2.117
M_Pembelajaran
0.472
2.117
a. Dependent Variable: Kepuasan
Sumber : data Primer yang Diolah, 2013
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa VIF < 10 dan tolerance > 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas atau korelasi yang sempurna antara variabel-variabel bebas, yaitu kemampuan pengajar dan media pembelajaran.
27
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
2) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak ada kesamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Dasar pengambilan keputusan adalah jika titik-titik pada output grafik antara SRESID dan ZPRED dalam hasil olah data dengan software SPSS membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian diperoleh grafik sebagai berikut :
Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Gambar 4. Gambar Hasil Uji Heterokedastisitas
Dari grafik tersebut, dapat terlihat titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. 3) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
28
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Sumber : Data primer yang diolah, 2013 Gambar 5. Hasil Pengujian Normalitas
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS, maka dapat diketahui bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan perhitungan regresi berganda antara kemampuan pengajar (X1), media pembelajaran (X2) terhadap kepuasan warga belajar (Y) dengan dibantu program SPSS dalam perhitungannya dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 22 Ringkasan Hasil Estimasi Regresi Unstandardized Coefficients
Model B (Constant) 1
K_Pengajar M_Pembelajaran
Standardized Coefficients
Std. Error
-8.554
4.336
0.17
0.027
0.176
0.049
T
Sig.
Beta -1.973
0.053
0.58
6.269
0
0.334
3.617
0.001
a. Dependent Variable: Kepuasan
Sumber : Data primer yang diolah, 2013
29
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi yang terbentuk pada uji regresi ini adalah : Y = -8.554 + 0.17 X1 + 0.176 X2. Berdasarkan persamaan dapat diketahui bahwa 1) Nilai koefisien regresi variabel kemampuan pengajar sebesar 0,17 bernilai positif mempunyai arti bahwa jika persepsi terhadap kemampuan pengajar semakin baik, maka kepuasan warga belajar akan meningkat. 2) Nilai koefisien regresi variabel media pembelajaran sebesar 0.176 bernilai positif mempunyai arti bahwa jika media pembelajaran semakin baik, maka kepuasan warga belajar akan meningkat. 1. Pengujian Hipotesis a) Uji t Uji t ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara kemampuan pengajar (X1) dan media pembelajaran (X2) terhadap kepuasan warga belajar (Y) secara parsial. • Perumusan hipotesis H0 : β < 0 : tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan pengajar (X1) dan media pembelajaran (X2) terhadap kepuasan warga belajar (Y) Ha : β > 0 : ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan pengajar (X1), media pembelajaran (X2) terhadap kepuasan warga belajar (Y) Melalui perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui sebagai berikut. Hipotesis 1: Kemampuan pengajar Mempunyai Pengaruh Yang Positif Terhadap Kepuasan Warga belajar Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk variabel kemampuan pengajar adalah sebesar 6.269 dan dengan menggunakan level significance (taraf signifikasi) sebesar 5% diperoleh t tabel sebesar 2.92 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 6.269 > 2.92 Nilai signifikasi t kurang dari 5 % (0,000), menandakan bahwa kemampuan pengajar (X1) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan pelayanan (Y). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan kemampuan pengajar mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan warga belajar dapat diterima. Hipotesis 2: Media pembelajaran Mempunyai Pengaruh Yang Positif Terhadap Kepuasan Warga belajar Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk
30
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
variabel harga adalah sebesar 3.617 dan dengan menggunakan level significance (taraf signifikasi) sebesar 5% diperoleh t tabel sebesar 2.92 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 3.617 > 2.92. Nilai signifikasi t kurang dari 5 % (0,001), menandakan bahwa harga (X2) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan warga belajarn (Y). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H2 diterima, sehingga hipotesis yang menyatakan media pembelajaran mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepuasan warga belajar dapat diterima. b) Uji F Dalam melakukan uji F, parameter yang digunakan adalah dengan membandingkan F-hitung > F-tabel. Pengujian terhadap pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dilakukan dengan uji F dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini. Ho : Kemampuan pengajar dan media pembelajaran tidak berpengaruh terhadap kepuasan warga belajar H1 : Kemampuan pengajar dan media pembelajaran berpengaruh terhadap kepuasan warga belajar Tabel 23 Nilai Uji F
ANOVA ANOVAb Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
13444.618
2
6722.309
Residual Total
4989.719 18434.338
67 69
74.473
F 90.265
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Media Pembelajaran, KemampuanAjar b. Dependent Variable: Kepuasan Warga Belajar
Sumber : Data primer yang diolah 2013
Dari tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan uji F diperoleh nilai F-hitung sebesar 90.265 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (<0,01). Sementara nilai F-tabel sebesar 3.1338 (dari perhitungan dk1 =2, alpha= 0,01 dan dk = 70-2-1 = 67 diperoleh F table 1,66). Ini berarti bahwa Fhitung (90.265 ) > Ftabel (1,66) dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa kemampuan pengajar dan media pembelajaran berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap kepuasan warga belajar LP3I Business College Cabang Balikpapan. 2) Korelasi Product Moment Menurut Sugiyono (2009;228), Korelasi Product Moment merupakan suatu Teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variable bila data
31
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
kedua variable berbentul interval atau ratio, dan sumber data dari dua variable atau lebih tersebut adalah sama. Berikut ini dikemukakan rumus yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung koefesien korelasi adalah sebagai berikut :
Dimana : rxy = Korelasi antara variable x dengan y x = variable x x = variable y Adapun klasifikasi Koefisien Korelasi menurut Jonathan Sarwono (2009 : 59) adalah : 0 : Tidak ada korelasi >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat Kuat 1 : Korelasi sempurna Berdasarkan hasil olah data penelitian menggunakan SPSS diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut : Tabel 24 Nilai Koefesien Korelasi Correlations K_Pengajar K_Pengajar
Pearson Correlation
M_Pembelajaran 1
Sig. (2-tailed) N M_Pembelajaran
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kepuasan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kepuasan
.726**
.823**
.000
.000
70
70
70
.726**
1
.756**
.000
.000
70
70
70
.823**
.756**
1
.000
.000
70
70
70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data Primer yang diolah 2013
3) Korelasi antara Kemampuan pengajar dengan Kepuasan warga belajar Dari table di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien korelasi antara Kemampuan Pengajar dan Kepuasan warga belajar ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0.823 , signifikansi < 0.01 yang berarti hubungan diantara kedua variabel tersebut sangat kuat dan signifikan dengan arah positif. Hubungan ini dapat diartikan bahwa semakin baik kemampuan pengajar maka semakin memberikan kepuasan
32
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
terhadap warga belajar. 4) Korelasi Hubungan antara Kepuasan Warga belajar
Media
pembelajaran
dengan
Berdasarkan data table di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien korelasi antara media pembelajaran dan Kepuasan warga belajar ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0.756, signifikansi <0.01 yang berarti hubungan diantara kedua variabel sangat kuat dan signifikan dengan arah positif. Hubungan ini dapat diartikan bahwa semakin baik media pembelajaran yang digunakan maka semakin memberikan kepuasan terhadap warga belajar. 5) Koefisien Determinasi antara Kemampuan pengajar dan Media pembelajaran dengan Kepuasan warga belajar Untuk mengetahui besarnya pengaruh kemampuan pengajar dan media pembelajaran terhadap kepuasan warga belajar dapat dilihat dari besarnya nilai adjusted R2 Tabel 25. Model Summary Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.854a
.729
.721
.43788
a. Predictors: (Constant), Kemampuan ajar, media pembelajaran b. Dependent Variable: Kepuasan_warga belajar
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai Adusted R Square yaitu sebesar 0.721 yang artinya bahwa variansi dari semua variabel bebas yaitu kemampuan pengajar dan media pembelajaran dapat menerangkan variabel kepuasan warga belajar sebesar 72.1%, sedangkan sisanya sebesar 27.9% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini. Pembahasan Pembahasan Hasil Penelitian Dengan melibatkan sebanyak 70 orang responden, memberikan informasi mengenai pengaruh dari variabel kemampuan pengajar dan media pembelajaran terhadap kepuasan warga belajar. Dari tabel tersebut dapat diterangkan bahwa angka R square sebesar 0.721 yang artinya bahwa variasi dari semua variabel bebas yaitu kemampuan pengajar dan media pembelajaran dapat menerangkan variabel kepuasan warga belajar sebesar 72.1%, sedangkan sisanya sebesar 27.9 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.
33
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Dari tabel uji validitas dapat diketahui bahwa variabel kemampuan pengajar dan media pembelajaran serta kepuasan warga belajar mempunyai r hitung yang lebih besar daripada r kritis 0,3, sehingga dapat dikatakan bahwa semua indikator pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid. Dari tabel uji reliabilitas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel antara kemampuan pengajar, media pembelajaran dan kepuasan warga belajar diperoleh nilai Cronbach Alpha ≥ 0,60. Dengan demikian, maka hasil uji reabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel. Dari gambar grafik distribusi normalitas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian menunjukan pola distribusi yang normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dari tabel multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai Variance Inflation Factor ( VIF ) dari masing masing variabel bebas lebih kecil dari angka 10, dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinieritas, maka model yang ada layak untuk dipakai. Dari gambar heteroskedastisitas terdeteksi titik-titik yang ada adalah menyebar, dan tidak membentuk pola tertentu, sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari uji t diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel dan tingkat signifikan < 0,05 hanya untuk variabel media pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel media pembelajaran secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan warga belajar. Dari uji F juga di ketahui bahwa F hitung > F tabel dan tingkat signifikasi < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kemampuan pengajar dan media pembelajaran secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan warga belajar. Pembahasan Implementasi Hasil Penelitian Dengan melihat hasil penelitian di atas, terlihat bahwa korelasi (kaitan) antara kemampuan pengajar dan media pembelajaran dengan kepuasan warga belajar terlihat memiliki pengaruh yang kuat. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.854. Adapun kontribusi kemampuan pengajar dan media pembelajaran terhadap kepuasan warga belajar memiliki prosentase yang sangat besar. Hal tersebut ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 72.9 %. Dari hasil di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa ternyata warga belajar menilai cukup layak terhadap kemampuan pengajar dan media pembelajaran, dimana nilai dalam skala likert yang ada menunjukkan besarannya masing-masing sebesar 3,85 dan 3,66 yang berada di kisaran nilai 3.00 s/d 4.00. Dari data di atas jelaslah sudah bahwa peranan kemampuan pengajar pendidikian dan media pembelajaran merupakan variable yang sangat strategis dan menentukan dalam mempengaruhi tingkat kepuasan warga belajar, karena maju mundurnya suatu lembaga pendidikan bermula dari tingkat kepuasan warga belajar. Semakin tinggi tingkat kepuasan warga belajar, semakin besar peluang lembaga untuk menjaga eksistensi dan pengembangan program pendidikannya ke
34
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
depan. Kita menyadari bahwa kepuasan warga belajar merupakan factor yang menentukan eksisitensi lembaga pendidikan, karena kita mengetahui bahwa kehadiran persaingan pendidikan di antara perguruan tinggi berjalan sangat ketat, sehinga disadari atau tidak, langsung maupun tidak langsung, tingkat kepuasan warga belajar ini akan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam memilih perguruan tinggi mana yang akan mereka pilih. Dengan demikian faktor kepuasan tersebut haruslah disikapi dengan bijak oleh setiap perguruan tinggi, jika lembaga tersebut ingin tetap eksis, maju dan berkembang. Kita mengetahui bahwa setiap Perguruan Tinggi senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk menjaring perolehan jumlah warga belajar sebanyakbanyaknya. Berbagai upaya dilakukan melalui promosi untuk menjaring minat konsumen, salah satu diantaranya adalah dengan memenuhi harapan mereka, sehingga tercipta kepuasan yang tinggi, dimana jika kepuasan telah tercipta, maka ia akan merasa puas, nyaman dan betah. Untuk menciptakan kepuasan tersebut jelas harus memperhatiakan kebutuhan mereka, diantaranya kualitas pengajar dan media pembelajaran yang sesuai dengan harapan mereka, karena jika tidak makanlembaga pendidikan tersebut akan tidak atau kurang berkualitas, tidak diminati, kalah bersaing dan akhirnya hancur (tutup). Sehingga dengan demikian kunci pengembangan lembaga terletak pada kepuasan warga belajarnya, yang berarti bahwa jika lembaga pendidikan ingin senantiasa eksis, maju dan berkembang, maka ia harus memberikan pelayanan yang memuaskan bagi para warga belajaranya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan pengajar secara parsial berpengaruh positif terhadap kepuasan warga belajar yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0.823 yang berarti hubungan diantara keduanya kuat. 2. Media pembelajaran secara parsial berpengaruh positif terhadap kepuasan warga belajar yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0,756 yang berarti hubungan diantara keduanya sangat kuat. 3. Secara simultan variabel kemampuan pengajar dan media pembelajaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan warga belajar yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0,854 yang berarti hubungan diantara keduanya sangat kuat. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,677 yang berarti bahwa kemampuan pengajar dapat menerangkan variabel kepuasan warga belajar sebesar 67,7 %, sedangkan sisanya sebesar 32,3% diterangkan oleh variabel lain.
35
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka diberikan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan kepuasan warga belajar Islam LP3I Cabang Balikpapan. Adapun saran-saran yang diberikan bagi perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan data hasil kuisioner diperoleh indek Kemampuan Pengajar berdasarkan skala likert sebesar 3.85, yang berarti kualitas kemampuan pengajar dinilai warga belajar sudah baik, sehingga dengan demikian perlu dipertahankan kualitasnya, bahkan kalau perlu lebih ditingkatkan lagi dengan cara memberikan pengarahan dan atau melakukan sleksi dan perekrutan Pengajar yang lebih kualified. 2. Berdasarkan data hasil kuisioner diperoleh indek Media Pembelajaran berdasarkan skala likert sebesar 3.66, yang berarti kualitas media pembelajaran dinilai warga belajar sudah cukup layak dan memadai, namun agar hasilnya lebih baik lagi, maka kualitas media pembelajaran perlu ditingkatkan lagi, dengan cara melengakpi selengkap mungkin dan selayak mungkin mutunya. Berdasarkan data hasil kuisioner diperoleh indek Kepuasan Warga Belajar berdasarkan skala likert sebesar 3.85, yang berarti kepuasan warga belajar dinilai sudah cukup puas, namun agar hasilnya lebih memuaskan mereka lagi, maka perlu meningkatkan upaya-upaya kepuasan mereka dengan cara meningkatkan kualitas indikator kepuasan. DAFTAR PUSTAKA Ahmad. Zein, 2009 “Aplikasi Pemasaran Dan Salesmanship”, Mitra Wacana Media Jakarta. Asnawi dan Masyhury, 2009 “ Metodologi Riset Manajemen Pemasaran “. UIN Malang. Hadis, 2008 “ Psikologi Dalam Pendidikan “ Alfabeta Bandung Hermawati, 2010” Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Kepribadian Dan Kemampuan Dosen Dalam Mengajar Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Kutai Husada Tenggarong” Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Ibrahim, 2010 “Analisis Kemampuan Individu Dan Motivasi Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kota Balikpapan “ Tesis Program Pascasarjana Universitas Wijaya Putra. Mendiknas, 2009 “ Peraturan MENDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional “ www. Mendiknas.go.id/http.peraturan
36
JURNAL LENTERA BISNIS
VOL. 3 NO. 1 Mei 2014 / ISSN 2252-9993
Mendiknas, 2005 “ Peraturan MENDIKNAS Standar Pendidikan Nasional “ .www.mendiknas go.id.com/http peraturan Maryati, edisi 1, 2001 ” Statistik Ekonomi Dan Bisnis”.UPP AMP YKPN Yogyakarta. Matindas . R, 2002 ” Manajemen Sumber Daya Manusia, Lewat Konsep AKU, ( Ambisi, Kenyataan, dan Usaha ) “, Pustaka Utama Grafiti Malang. Mangkuprawira, 2009 “ Manajemen Sumber Daya Manusia “, Andi Yogyakarta Usmara. Edisi 2, 2003 “ Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia “ Amara Books. Yogyakarta Prasetyaningrum, 2009 “Analisis pengaruh pembelajaran dan kualitas Pelayanan terhadap kepuasan mahasiswa dan Loyalitas mahasiswa (studi kasus pada undaris ungaran) “Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Rachmawati. Ike kusdyah, 2008 “ Manajemen Sumber Daya Manusia “ , Andi Yogyakarta. Siagian. Sondang P, 2003 ” Filsafat Administrasi “ .Bumi Aksara Jakarta. Sugiono, edisi 12, 2005 ” Metode Penelitian Administrasi “. Alfabeta Bandung. Singgih dan Fandy, 2001 ”Riset Pemasaran”. PT.Gramedia Jakarta. Setiawan.roy, 2010 ” Mitra Ekonomi Dan Manajemen Bisnis “ Jurnal penelitian Volume 1 No. 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Trihendradi, 2009” 7 Langkah Mudah Melakukan Menggunakan SPSS 17” Andi Yogyakarta.
Analisis
statistik
Wijaya.David, 2009 “Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan Berbasis Kompetensi “ Jurnal pendidikan Penabur No 12 tahun ke 8 Jakarta
37