KEMAMPUAN ANAK TK DI JAWA TENGAH DALAM MENGGAMBAR DENGAN RANCANGAN BIDANG GEOMETRIS Syafii ∗
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif anak TK di Jawa Tengah dalam menggambar dengan rangsangan bidang geometris. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bersifat eksploratif, dengan penarikan sampel secara accidental dan purposive. Alat utama pengumpul data yang digunakan adalah tes, sementara analisis data diolah dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak TK di Jawa Tengah berdasarkan gambar yang dibuat, menunjukkan kelancaran dalam berpikir divergen akan tetapi kurang lancar dalam berpikir konvergen. Mereka lebih mudah merespons bidang lingkaran dibandingkan dengan bidang persegi. Ditinjau dari jenis kelamin, objek gambar yang ditampilkan oleh anak laki-laki lebih beragam dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran perlunya penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih luas dan representatif. Kata Kunci: Gambar; bidang geometris; berpikir divergen; berpikir konvergen.
Pendahuluan Era global yang dipacu derasnya arus informasi, pesatnya perkembangan teknologi, dan juga persaingan tenaga kerja, amat sering menimbulkan ketidakberdayaan di antara anggota masyarakat untuk mengikutinya. Mereka tidak dapat berpartisipasi, bahkan sebaliknya terlindas globalisasi, oleh karena keterbatasan kemampuan untuk memenuhi atau menjawab kebutuhan yang diperlukan. Tegasnya, kreativitas menjadi faktor penting dalam era global agar seseorang mampu berperan dan menikmati kehidupannya. Sifat kreatif seringkali diterjemahkan sebagai suatu karakter seseorang yang mau dan mampu menghadapi masalah, menciptakan hal-hal baru, atau dapat menghasilkan alternatif-alternatif. Memperhatikan semua kondisi itu, para ahli pendidikan tampaknya sepakat bahwa kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan. Pendidikan bagi seorang anak atau siswa secara linier merupakan fungsi bagi pendidikan selanjutnya. Maksudnya, pendidikan di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) akan menentukan pendidikan anak di Sekolah Dasar (SD). Pendidikan anak di SD akan menentukan pendidikan di sekolah lanjutan,
∗
Penulis adalah seorang Magister Pendidikan dan dosen Seni Rupa Universitas Negeri Semarang
1
dan seterusnya. Pada setiap tingkat pendidikan tersebut proses pengembangan kreativitas senantiasa amat penting. Banyak ahli berpendapat bahwa proses pengembangan kreativitas anak dalam pendidikan yang dipandang paling efektif adalah dalam atau melalui pendidikan seni rupa, khususnya melalui aktivitas menggambar (lihat: Yochim, 1967; Lowenfeld dan Brittain, 1982; dan juga Lancaster, 1990). Secara lebih khusus lagi, sebagaimana pendapat Lowenfeld dan Brittain (1982) bahwa masa suburnya kreativitas adalah masa anak-anak. Dengan demikian sesungguhnya tersirat bahwa upaya pemupukan kreativitas amat tepat manakala diawali pada masa anak-anak. Pemupukan kreativitas melalui pendidikan, khususnya pendidikan formal masa anak dapat diawali ketika anak berada pada jenjang pendidikan TK, yang lazim disebut sebagai pendidikan prasekolah. Pendidikan TK merupakan pendidikan fakultatif dalam rangka menyiapkan anak-anak memasuki bangku SD sejak dini. Sehubungan dengan itu, yang menjadi pemikiran program adalah pengupayaan agar anak-anak dapat menjadi lebih siap menerima berbagai mata pelajaran di sekolah. Berbagai program yang ada dalam kerangka pengembangan kreativitas, satu di antaranya dituangkan dalam kegiatan menggambar. Persoalannya adalah apakah anak-anak TK dalam beraktivitas menggambar telah terakomodasi proses pendidikan kreatif? Atau sebaliknya, apakah kreativitas anak telah dipupuk melalui aktivitas menggambar sebagai pilihan? Kreativitas seseorang dapat tercermin dalam berbagai aspek salah satu di antaranya adalah kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah berpikir kreatif yang oleh para ahli diklasifikasi ke dalam dua kemampuan berpikir, yakni kemampuan berpikir divergen dan konvergen. Selanjutnya, menggambar sebagai sarana pendidikan kreatif, apakah dapat digunakan untuk mengungkap kemampuan berpikir kreatif itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini. Secara lebih khusus, kemampuan menggambar dibatasi dengan memberikan rangsangan bidang geometris (lebih khusus lagi lingkaran dan persegi) sebagai upaya untuk menampilkan kemampuan anak dalam berpikir kreatif divergen dan konvergen sebagai sasaran khusus penelitian ini. Secara lebih khusus penelitian ini membatasi khalayak sasaran siswa TK di Jawa Tengah, dengan harapan dapat diperoleh informasi awal yang berguna dalam kajian yang lebih luas dan mendalam. Di samping itu, wilayah Jawa Tengah yang relatif heterogen kondisi masyarakatnya, diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih komprehensif tentang kemampuan berpikir kreatif anak. Berkenaan dengan itu, masalah penelitian dirumuskan “Bagaimanakah kemampuan berpikir kreatif anak TK di Jawa Tengah dalam menggambar dengan rangsangan bidang geometris?” Pertanyaan ini diharapkan dapat memberikan jawaban deskriptif dalam kerangka pengembangan
2
informasi teoretis, yang pada gilirannya dapat digunakan sebagai pijakan bagi pengembang program kependidikan di tingkat pendidikan prasekolah atau pendidikan dasar. Tijauan Pustaka Gambar adalah produk karya seni rupa dua dimensi, artinya gambar senantiasa tampil dalam format yang ditentukan dengan ukuran panjang dan lebar, atau hanya dapat dinikmati dari arah depan saja. Gambar seringkali dicirikan dalam proses kegiatannya menggunakan media pensil, pena atau kapur (Gilbert, 1992: 179). Dengan kesederhanaan media yang digunakan itu, maka tidak mengherankan jika gambar itu dapat dihasilkan oleh orang dalam berbagai tingkat usia, baik dewasa maupun anak-anak. Anak memulai menggambar jauh sebelum mereka mulai menulis, bahkan dapat dinyatakan sebelum mereka dapat bicara jelas. Dalam menggambar, anak-anak dapat merasakan sesuatu yang lebih daripada kemampuan berbicara, oleh karena melalui kegiatan menggambar anak-anak dapat menyatakan fantasi maupun ketakutannya. Apapun isinya gambar anak menunjukkan sarana berekspresi (Gilbert, 1992: 179). Menggambar sebagai sarana berekspresi seni tampaknya merupakan kegiatan yang paling mudah dilakukan oleh anak dibanding dengan jenis aktivitas seni yang lain. Benda-benda yang dapat digoreskan pada suatu bidang dimanfaatkan sebagai sarana berekspresi dalam berkarya seni. Pensil, krayon, pena, bahkan ranting pohon atau jarinya pun dapat dimanfaatkan oleh anak sebagai media. Bidang gambar yang digunakan tidak terbatas hanya berupa kertas, akan tetapi lantai, tembok, pasir dan tanah pun dapat menjadi sasaran gambar bagi anak. Gambar sebagai produk aktivitas anak banyak menarik ahli psikologi sebagai bahan kajian. Salah satu kesimpulan yang menarik adalah bahwa gambar dapat menjadi ciri perkembangan anak itu sendiri, baik perkembangan fisik dan perkembangan aspek lainnya, termasuk di dalamnya kreativitas (Eng 1970:181; Lowenfeld dan Brittain 1982: 54-64). Berdasarkan penelitian lain, sebagaimana yang dipaparkan oleh Eisner (1972: 117-128) antara lain menunjukkan pula bahwa karakteristik, tingkat kompleksitas, dan kualitas gestalt gambar anak berkembang sesuai dengan umur kronologisnya. Gambar anak-anak pada tingkat prasekolah dan awal SD berkecenderungan tampil secara piktografik dan akhirnya mengarah pada objek yang representatif. Bentuk visual yang tampil dalam gambar anak memiliki kesamaan, walaupun dari kultur yang berbeda, khususnya pada usia anak prasekolah. Bertolak dari konsep tentang gambar anak dan hasil-hasil penelitian yang telah dikemukakan, penelitian ini memfokuskan pada aspek kemampuan anak dalam menggambar sebagai tolok ukur
3
kreativitasnya. Kaitannya dengan kreativitas, penelitian ini dikerangkai oleh penelitian-penelitian yang pernah dilakukan, misalnya oleh Torrance pada tahun 1966 (dalam Thorndike dan Hagen 1977:389), Child pada tahun 1973, Cohen, Child dan Reid pada tahun 1975 (dalam Cohen 1978:19-26) yang mencoba melakukan pengukuran kreativitas, khususnya kemampuan berpikir divergen melalui gambar. Di samping itu, didasarkan juga pada pernyataan bahwa secara umum seni (termasuk menggambar) memiliki sumbangan yang paling penting untuk memupuk berpikir kreatif anak (Eisner 1972:8). Seringkali kreativitas diartikan sebagai kelenturan atau kelincahan dalam berpikir, kelancaran dalam mengemukakan pendapat, kemampuan untuk memunculkan gagasan baru, atau kemampuan untuk melihat sesuatu dalam hubungan-hubungan baru, atau juga kemampuan berpikir yang berbeda dengan orang lain. Pada umumnya, kreativitas juga dianggap perilaku yang konstruktif dan produktif yang dapat diamati dalam tindakan atau kecakapan seseorang. Kreativitas tidak menjadi fenomena yang unik pada diri individu, akan tetapi ia memberikan kontribusi yang mendasar bagi individu (Lowenfeld dan Brittain 1982:69). Telah banyak peneliti yang mengukur dan memberikan atribut perilaku kreatif, antara lain adalah Guilford, Mackinnon, Maslow, Rogers, Taylor, Kubie, Wallas dan Torrance (lihat Gaitskell dan Hurwitz 1975:44-48) yang temuannya banyak digunakan untuk mengembangkan program pendidikan, terutama dalam pendidikan seni. Kreativitas anak oleh para ahli perlu dipupuk melalui kegiatan yang mendorong anak untuk berpikir kreatif yang meliputi cara berpikir divergen dan konvergen (Campbell 1993:27-29). Berpikir divergen adalah kemampuan berpikir ke segala arah berangkat dari satu ide atau gagasan, menyebar ke segala arah atau segi. Sementara itu, berpikir konvergen adalah kemampuan untuk melihat masalah atau perkara dari berbagai arah, segi dan mengumpulkan berbagai fakta penting dan mengarahkannya pada masalah atau perkara yang dihadapi. Pada pernyataan lain, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yochim (1967:35) bahwa berpikir divergen berarah pada eksperimentasi dan eksplorasi, sementara berpikir konvergen berarah pada organisasi dan sintesis. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara lebih khusus jenis penelitian yang digunakan adalah eksploratif, artinya berusaha menemukan kemampuan berpikir kreatif anak melalui gambar pada tataran awal. Oleh karena itu penelitian ini tidak mengajukan hipotesis. Populasi penelitian ini adalah siswa/anak TK di Jawa Tengah. Pemilihan wilayah Jawa Tengah lebih disebabkan dengan alasan praktis, artinya pada kesempatan mendatang hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan penelitian yang lebih luas. Penarikan sampel penelitian dilakukan secara accidental dan purposive. Langkah yang ditempuh adalah menjaring sejumlah anggota sampel dengan mendasarkan pada faktor
4
kebetulan. Penjaringan dilakukan dengan meminta bantuan mahasiswa Pendidikan Guru Taman Kanakkanak (PGTK) D2 UNNES yang berprofesi guru. Siswa dari mahasiswa yang berprofesi guru tersebut digunakan sebagai anggota sampel. Dengan pertimbangan kepraktisan dan proporsionalitas anggota sampel, ditetapkan secara purposive. Seluruh siswa yang dijadikan anggota sampel berjumlah 68 anak. Variabel utama penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa TK, yang terdiri dari kemampuan berpikir divergen dan konvergen. Secara lebih khusus kemampuan berpikir tersebut diurai ke dalam domain kelancaran dan keluwesan berpikir. Lebih lanjut, deskripsi kemampuan berpikir kreatif tersebut ditinjau berdasarkan jenis kelamin siswa untuk melihat perbedaan kecenderungannya. Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang mengungkap tentang kemampuan berpikir siswa. Tes dikembangkan dengan menyediakan bidang-bidang lingkaran dan persegi masing-masing sejumlah 9 (sembilan) buah yang terdiri dua set. Set pertama untuk pengukuran kemampuan berpikir divergen, dan set kedua untuk pengukuran kemampuan berpikir konvergen. Siswa diminta untuk menggambar dengan alat yang dimiliki untuk masing-masing set dalam waktu 18 menit. Berdasarkan respons siswa yang tercermin dalam gambar, langkah selanjutnya adalah dilakukan pensekoran. Pensekoran dihitung berdasarkan jumlah bidang yang diselesaikan, oleh karena itu setiap kelompok akan diperoleh sekor maksimal 9. Sekor penyelesaian masing-masing bidang ini merupakan gambaran dari kelancaran berpikir siswa. Sementara jumlah kategori untuk masing-masing kelompok merupakan penggambaran keluwesan anak dalam berpikir. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows. Analisis yang digunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan dan menggambarkan tentang kemampuan berpikir kreatif siswa. Analisis yang dimaksud adalah deskriptif persentase, dan rerata sekor. Hasil Penelitian dan Pembahasan Sebagaimana masalah yang diajukan dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kreatif anak yang dimaksud meliputi kemampuan berpikir divergen dan konvergen yang diungkap melalui gambar dengan rangsangan bidang-bidang geometris (lingkaran dan persegi). Kemampuan berpikir kreatif lebih lanjut diurai ke dalam dua domain, yakni kelancaran dan keluwesan. Oleh karena itu dalam pembahasan kemampuan berpikir kreatif anak TK di Jawa Tengah dalam menggambar dengan ransangan bidang geometris secara bertutut-turut dikemukakan kelancaran anak dalam berpikir divergen, kelancaran anak dalam berpikir konvergen, serta keluwesan anak dalam berpikir divergen dan konvergen. Kelancaran Anak dalam Berpikir Divergen Kelancaran anak dalam berpikir divergen, berdasarkan analisis terhadap respons yang diberikan oleh anak dalam bentuk gambar pada 9 buah lingkaran dan persegi, proporsi terbesar anak
5
memperoleh sekor 9 (51,5 % untuk lingkaran dan 36,8 % untuk persegi). Artinya anak dapat dengan lancar menyelesaikannya dalam waktu yang ditentukan. Namun demikian, ternyata proporsi respons anak atas bidang lingkaran dan persegi amat jauh berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelancaran berpikir divergen anak lebih mudah dirangsang dengan bidang lingkaran daripada bidang persegi. Dengan perkataan lain anak lebih sulit merespons bidang persegi dibandingkan dengan bidang lingkaran. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan besarnya rerata sekor. Rerata sekor kelancaran berpikir divergen pada bidang lingkaran adalah 6,93 (dibulatkan menjadi 7 bidang), dan kelancaran berpikir divergen bidang persegi adalah 5,75 (dibulatkan menjadi 6 bidang). Dengan demikian dapat ditegaskan, bahwa berdasarkan angka proporsi yang didapatkan dan rerata sekor tersebut, anak TK sebagai subjek penelitian, menunjukkan pada kategori lancar dalam berpikir divergen. Berdasarkan jenis objek yang digambar, tampaknya ada kecenderungan anak laki-laki lebih beragam dalam merespons (kelancaran berpikir divergen) bidang lingkaran daripada anak perempuan. Ada 17 jenis objek gambar yang merupakan respons anak laki-laki atas bidang lingkaran, sementara anak perempuan hanya ada 10 jenis objek gambar. Secara urut dari proporsi terbesar objek yang digambar anak laki-laki maupun perempuan adalah buah, matahari, kepala manusia, bunga, jam, bola, kepala binatang, roda, balon, dan binatang berkaki dua. Sementara yang hanya digambar oleh anak laki-laki adalah ikan, teko, topi, kepala robot, kura-kura, lampu, dan akuarium (lihat Gambar 1). Dengan rangsangan bidang persegi, kelancaran berpikir divergen juga terdapat kecenderungan bahwa anak laki-laki menampilkan objek yang lebih beragam daripada anak perempuan. Anak laki-laki menampilkan 17 objek, sementara anak perempuan hanya 11 objek. Baik anak laki-laki maupun perempuan terdapat kecenderungan untuk menampilkan bingkisan kado, mobil, rumah, jam, akuarium, dan tas dengan proporsi yang relatif besar. Objek berikutnya dengan proporsi lebih kecil yang menjadi pilihan anak laki-laki dan perempuan adalah televisi, meja, buku, amplop, dan cangkir. Sementara yang hanya digambar oleh anak laki-laki adalah masjid, gereja, orang, wajah, dot, dan bendera. Kelancaran Anak dalam Berpikir Konvergen Berdasarkan analisis data diperoleh informasi bahwa anak TK yang menjadi responden penelitian ini relatif kesulitan merespons bidang-bidang lingkaran maupun persegi untuk dirangkai menjadi sebuah atau beberapa objek gambar. Hal tersebut ditunjukkan dengan 25% responden tidak dapat atau salah merespons bidang lingkaran dan 30% pada bidang persegi. Terdapat kecenderungan anak kesulitan untuk merangkai bidang persegi. Sementara untuk bidang lingkaran berimbang proporsinya antara anak yang kesulitan dan dapat merespons dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa anak-anak TK dalam berpikir konvergen dengan rangsangan bidang lingkaran lebih lancar dibandingkan dengan bidang persegi.
6
Objek yang digambar oleh anak dengan rangsangan bidang lingkaran ditemukan 7 objek, yakni boneka ulat, manusia, kaca mata, mobil/kendaraan sejenis, sepeda, binatang berkaki dua, dan rangkaian balon. Kesemua objek itu yang paling besar proporsinya adalah kaca mata (64,86% untuk anak laki-laki dan 57, 35% untuk anak perempuan) dan boneka ulat (40,54% untuk anak laki-laki dan 47, 06% untuk anak perempuan). Tampaknya jika ditinjau dari jenis kelamin anak tidak ada perbedaan yang berarti jumlah objek yang digambar anak laki-laki dan anak perempuan. Objek yang digambar anak perempuan sejumlah 7 jenis --seperti disebut di atas, sementara anak laki-laki sejumlah 6 jenis -sebagaimana anak perempuan tanpa rangkaian balon. Pemilihan objek gambar anak sebagai indikator kelancaran berpikir konvergen pada bidang persegi, sebagaimana objek pada bidang lingkaran, juga ditemukan hanya sedikit jenisnya, yakni kereta api, mobil gandeng, rumah, robot, orang, dan almari. Kereta api dan mobil gandeng memiliki proporsi yang besar (banyak menjadi respons anak). Tampaknya juga tidak ada perbedaan yang berarti jumlah objek yang dipilih oleh anak laki-laki dan perempuan. Terdapat 6 objek yang digambar oleh anak lakilaki (sebagaimana yang disebut di atas) dan 4 (empat) objek yang digambar oleh anak perempuan (objek rumah dan robot tidak menjadi pilihan) (lihat Gambar 2). Keluwesan Anak dalam Berpikir Divergen dan Konvergen Keluwesan anak dalam berpikir kreatif ini dinyatakan oleh banyaknya kategori objek yang digambar. Oleh karena itu besarnya angka dalam pembahasan berikut hanya menunjukkan keragaman objek yang digambar. Dalam berpikir divergen, semakin banyak respons yang dibuat oleh anak dari suatu rangsangan menggambarkan semakin tinggi tingkat keluwesan berpikir anak. Akan tetapi dalam berpikir konvergen tidak demikian halnya. Semakin banyak anak dapat merespons bidang yang disediakan dalam satu objek yang digambar mengindikasikan anak tersebut tinggi tingkat keluwesan berpikirnya. Berkenaan dengan itu, dalam penyajian analisis data berikut ini sekor keluwesan berpikir hanya digunakan untuk menunjukkan pada jumlah klasifikasi bukan tingkat keluwesan. Dengan bidang lingkaran, keluwesan anak TK subjek penelitian ini dalam berpikir divergen, tampaknya menyebar sebagaimana kurva normal, artinya pada klasifikasi tengah memiliki proporsi lebih besar, sementara pada klasifikasi rendah dan tinggi berproporsi sedikit. Demikian juga pada bidang persegi. Klasifikasi objek gambar yang secara umum dibuat oleh anak, pada bidang lingkaran umumnya digambarkan berbagai jenis buah yang berkarakter bulat, (antara lain jeruk, apel dan rambutan), wajah orang dengan berbagai variasi, dan matahari dengan atau isian ornamen wajah, serta objek-objek lain. Sementara pada bidang persegi, pada umumnya anak menggambarkan objek bingkisan kado dengan berbagai variasi, rumah dengan pintu dan jendela, dan mobil, serta objek-objek lainnya. Di antara anak
7
itu, walaupun mereka lancar merespons bidang lingkaran atau pun persegi, akan tetapi objek-objek itu dibuat secara berulang, sehingga klasifikasi objek yang dibuat menjadi kecil atau sedikit. Demikian juga di antara mereka ada yang menggambarkan objek gambar yang serumpun (misalnya berbagai jenis buah). Dengan perkataan lain, jika dapat disimpulkan, anak yang lancar berpikir belum tentu luwes dalam berpikir sebagaimana yang tertuang dalam gambarnya. Keluwesan anak dalam berpikir konvergen tampaknya memperlihatkan adanya perbedaan yang cukup berarti antara rangsangan bidang lingkaran dan persegi. Dengan bidang lingkaran ditemukan 5 klasifikasi, sementara pada bidang persegi hanya ada 3
klasifikasi. Agaknya memang ada
kecenderungan bagi anak, untuk lebih mudah merespons bidang lingkaran dibandingkan dengan bidang persegi. Proporsi anak yang tidak merespons bidang lingkaran dan persegi memang cukup besar (25,0% untuk lingkaran, dan 47,1% untuk persegi). Hal ini menunjukkan bahwa berpikir konvergen bagi anak TK yang dituangkan melalui gambar dapat dinyatakan masih cukup berat atau sulit. Umumnya anak-anak menggambarkan objek itu dengan memanfaatkan dua buah bidang, baik lingkaran maupun persegi. Rangsangan dua buah lingkaran secara horisontal mereka ubah menjadi bentuk kaca mata, sepeda, atau mobil. Dua buah lingkaran dalam susunan vertikal mereka bentuk menjadi figur manusia, atau binatang berkaki dua. Rangsangan dua buah persegi secara horisontal direspons menjadi mobil gandeng. Sementara yang tersusun vertikal dibentuk menjadi sosok manusia robot atau almari. Jumlah rangkaian terbanyak adalah tiga buah bidang untuk dijadikan satu jenis gambar oleh anak. Dengan tiga rangkaian lingkaran, anak dapat menampilkan gambar boneka ulat, dan rangkaian balon. Sementara dengan tiga bidang persegi anak dapat menggambarkan rangkaian gerbong kereta api, rangkaian rumah (perumahan), dan juga manusia robot.
Simpulan dan Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan sesuai dengan kerangka masalah yang dikemukakan, simpulan penelitian dapat dinyatakan bahwa dalam hal kelancaran berpikir divergen anak TK di Jawa Tengah termasuk ke dalam kategori lancar, dengan kecenderungan anak laki-laki dapat menampilkan objek gambar yang lebih beragam dibandingkan dengan anak perempuan. Selain itu terdapat kecenderungan anak-anak kurang lancar berpikir divergen dalam merespons bidang persegi dibandingkan dengan bidang lingkaran. Dalam hal kelancaran berpikir konvergen, anak TK di Jawa Tengah pada kategori cukup lancar dengan bidang lingkaran dan tidak lancar dengan bidang persegi. Dibandingkan dengan kelancaran berpikir divergen, tampaknya anak dalam berpikir konvergen merasa kesulitan/tidak lancar. Sementara itu, dalam hal keluwesan berpikir divergen pada bidang lingkaran dan
8
persegi, tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, akan tetapi pada keluwesan berpikir konvergen menunjukkan kecenderungan anak kurang mampu merespons bidang persegi. Anak-anak cenderung sulit menentukan alternatif objek gambar berbasis bidang persegi dibandingkan dengan lingkaran. Dalam pemilihan objek gambar, khususnya dalam hal berpikir konvergen, di antara anak-anak yang merespons, sebagian besar dapat merangkai dengan dua buah bidang menjadi sebuah gambar, sebagian lainnya dengan tiga bidang menjadi sebuah gambar dan rangkaian ini merupakan penggabungan terbanyak bidang-bidang. Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan temuan penelitian dan untuk memastikan faktor determinan kemampuan berpikir kreatif anak TK, perlu kiranya dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan anggota sampel yang besar dan representatif. Penelitian yang akan dilakukan perlu pengamatan yang cermat ketika anak-anak merespons bidang-bidang geometris menjadi bentuk gambar. Penelitian yang akan datang juga perlu mempertimbangkan kerepresentativan wilayah penelitian yang lebih luas, dan konteks sosial budaya yang beragam. Sudah barang tentu, perlu pemikiran penggunaan waktu, dana, dan tenaga yang lebih besar.
Gambar 1 Karya seorang anak sampel penelitian dalam berpikir divergen
9
Gambar 2 Karya seorang anak sampel penelitian dalam berpikir konvergen
Daftar Pustaka Brittain, W.L. 1979. Creativity, Art, and the Young Child. New York: Macmillan. Campbell, D. 1993. Mengembangkan Kreativitas. Dalam A.M. Mangunhardjana (Penyadur). Yogyakarta: Kanisius. Cohen, L. 1978. Educational Research in Classrooms and Schools: A Manual of Materials and Methods. London: Harper & Row Publishers. Eisner, W.E. 1972. Educating Artistic Vision. New York: Macmillan. Eng, H. 1970. The Psychology of Children’s Drawing. London: Routledge & Kegan Paul. Gaitskell, C. dan Hurwitz, A. 1975. Chlidren and Their Art. New York: Harcourt Brace Jovanovich. Gilbert, R. 1992. Living with Art. New York: McGraw-Hill. Lancaster. J. 1990. Art in the Primary School. New York: Routledge. Lowenfeld, V. dan Brittain, W.L. 1982. Creative and Mental Growth. New York: Macmillan. Thorndike, R.L. dan Hagen, E.P. 1977. Measurement and Evaluation in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons. Yochim, L.D. 1967. Perceptual Growth in Creativity. Pennysylvania: International Textbook Company.
10