PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DRILL DENGAN MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA MUBAROK TUKANGAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nurul Aini Rochmatun NIM 10111247010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2014
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DRILL DENGAN MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA MUBAROK TUKANGAN YOGYAKARTA” yang disusun oleh Nurul Aini Rochmatun, NIM 10111247010 ini telah dikoreksi dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.
Pembimbing I,
Yogyakarta, Mei 2014 Pembimbing II,
Dr. Ishartiwi, M. Pd. NIP. 19601001 198601 2 001
Nelva Rolina, M. Si. NIP. 19800718 200501 2 001
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penelitian karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, maka saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, Mei 2014 Yang menyatakan,
Nurul Aini Rochmatun NIM 10111247010
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DRILL DENGAN MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA MUBAROK TUKANGAN YOGYAKARTA” yang disusun oleh Nurul Aini Rochmatun, NIM 10111247010 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 17 Juni 2014 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI Nama
Jabatan
Tanda Tangan
Tanggal
Dr. Ishartiwi, M. Pd.
Ketua Penguji
........................
...............
Nur Cholimah, M. Pd.
Sekretaris Penguji
........................
...............
........................
...............
Penguji Pendamping ........................
...............
Prof. Dr. Sukadiyanto, M. Pd. Penguji Utama Nelva Rolina, M. Si.
Yogyakarta, …………………........ Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M. Pd. NIP. 19600902 198702 1 001
iv
MOTTO
“Dalam mengajarkan kecakapan, guru harus mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti kecakapan sebagai penyempurnaan dari suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata” (Abyani Tahmid)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1.
Kedua orangtuaku tercinta
2.
Nusa dan Bangsaku Indonesia
3.
Almamaterku, Unversitas Negeri Yogyakarta
vi
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DRILL DENGAN MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK A TK ABA MUBAROK TUKANGAN YOGYAKARTA
Oleh Nurul Aini Rochmatun NIM 10111247010 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui metode drill dengan menggambar pada anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta. Metode drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan kepada anak. Latihan yang diberikan berupa kegiatan menggambar motif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan dalam 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, berjumlah 19 anak terdiri dari 10 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode drill dengan menggambar motif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus meliputi menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif pada anak Kelompok A di TK ABA Mubarok tukangan Yogyakarta. Kemampuan motorik halus yang dicapai anak Kelompok A, sebelum tindakan, mencapai 39,18% dengan kriteria kurang. Pada tindakan Siklus I mencapai 69,59% dengan kriteria cukup. Pada tindakan Siklus II mencapai 93,10% dengan kriteria baik. Peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A dari sebelum tindakan ke tindakan Siklus I mencapai 30,41% dan peningkatan dari Siklus I ke Siklus II mencapai 25,14%. Langkah-langkah metode drill dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) sebelum menggambar, anak diberi latihan menggaris, menebalkan dan mewarnai sesuai dengan tahapan teknik menggambar, (2) latihan menggaris, menebalkan dan mewarnai dilakukan pada setiap anak untuk memudahkan pengarahan dan koreksi, (3) memberikan pujian pada anak yang sudah melakukan teknik menggambar dengan baik, dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil dalam teknik menggambar, dan (3) motif gambar dibuat lebih bervariasi dengan membuat motif daun dan bunga, dan dibuat dengan ukuran lebih besar yaitu ukuran A4. Kata kunci: kemampuan motorik halus, metode drill, anak kelompok A
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt, atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga tugas akhir skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar pada Anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta” dapat tersusun dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan di PG PAUD FIP UNY. 3. Koordinator Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, yang telah memberikan motivasi dalam upaya penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Dr. Ishartiwi, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. 5. Ibu Nelva Rolina, M. Si. selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi. 6. Ibu Kepala TK dan teman-teman seprofesi di TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta yang telah membantu dalam proses penelitian dan pengambilan data. 7. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan dukungannya selama menempuh studi. 8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
viii
Semoga amal baik dari berbagai pihak mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah swt. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan pendidikan anak usia dini. Peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dalam upaya penyempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta,
Peneliti
ix
Mei 2014
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR...................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6 C. Batasan Masalah .......................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7 G. Definisi Operasional .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini ................................................ 10 1. Pengertian Motorik Halus....................................................................... 10 2. Perkembangan Motorik Anak ................................................................. 12 3. Pengertian Anak Usia Dini ..................................................................... 14 4. Karakteristik Anak Usia Dini ................................................................. 15 5. Prinsip Perkembangan Motorik Anak Usia Dini ..................................... 17 x
6. Alasan Pentingnya Mengembangkan Motorik pada Anak ....................... 19 7. Fungsi Motorik Halus ............................................................................ 20 8. Tujuan Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini ............................... 21 9. Ciri-ciri Perkembangan Motorik Halus ................................................... 22 B. Metode Drill (Latihan) dengan Menggambar ............................................... 24 1. Pengertian Metode Drill (Latihan).......................................................... 24 2. Macam-Macam Metode Drill ................................................................. 26 3. Karakteristik Metode Drill ..................................................................... 27 4. Langkah-langkah Metode Drill .............................................................. 30 C. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar ................................................................................................ 31 1. Pengertian Menggambar......................................................................... 31 2. Unsur-unsur Menggambar ...................................................................... 33 3. Manfaat Menggambar pada Aspek Perkembangan Anak ........................ 35 4. Menggambar terhadap Peningkatan Motorik Halus Anak ....................... 36 D. Kerangka Pikir ............................................................................................. 38 E. Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 41 B. Desain Penelitian ......................................................................................... 41 C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 42 D. Rancangan Penelitian ................................................................................... 42 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 46 F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 47 G. Teknik Analisis Data.................................................................................... 48 H. Indikator Keberhasilan ................................................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................................... 51 B. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................. 52 xi
1. Data Kemampuan Awal ......................................................................... 52 2. Tindakan Siklus I ................................................................................... 52 3. Tindakan Siklus II .................................................................................. 60 C. Analisis Data ............................................................................................... 67 D. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................ 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.................................................................................................. 73 B. Saran ........................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75 LAMPIRAN ..................................................................................................... 78
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kisi-kisi Insrumen Peningkatan Motorik Halus melalui Metode Drill Menggambar ............................................................................. 47 Tabel 2. Kriteria Penilaian Peningkatan Mototrik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar ................................................................ 48 Tabel 3. Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus I .............................................................................................. 56 Tabel 4. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Sebelum Tindakan dan Tindakan Siklus I .......................................... 57 Tabel 5. Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus II ............................................................................................. 65 Tabel 6. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A dari Tindakan Siklus I ke Tindakan Siklus II............................................. 66 Tabel 7. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A Sebelum Tindakan, Tindakan Siklus I, dan Tindakan Siklus II ........... 68
xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 42 Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus I............................................................................. 56 Gambar 3. Grafik Peningkatan Skor Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A Sebelum Tindakan ke Tindakan Siklus I ..................... 57 Gambar 4. Grafik Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus II ........................................................................... 65 Gambar 5. Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A dari Siklus I ke Siklus II ............................................. 66 Gambar 6. Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A dari Sebelum Tindakan Ke Siklus I dan Siklus II ........ 69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 78 Lampiran 2. Rencana Kegiatan Harian (RKH) .................................................. 80 Lampiran 3. Hasil Pengamatan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A ........................................................................ 93 Lampiran 4. Foto Dokumentasi Penelitian ......................................................... 98
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini menurut (Yasin Mustofa, 2007: 10) adalah manusia kecil sedang mengalami masa kanak-kanak awal, yaitu yang berusia antara 2 sampai 6 tahun, yang tumbuh kemampuan emosionalnya agar setelah dewasa nanti berkemungkinan besar untuk memiliki kecerdasan. Anak usia dini masih menurut Bawani (Yasin Mustofa, 2007: 54) adalah masa kanak-kanak awal di mana fase kehidupan anak telah lepas dari sebutan sebagai bayi atau kira-kira berada dalam rentan usia 2-6 tahun. Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Usia keemasan (golden age), yaitu pada usia 4 tahun 50% kecerdasan telah tercapai dan 80% pada usia 8 tahun (Slamet Suyanto, 2005: 7). Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan anak usia dini bertujuan mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi pendidikan merupakan salah satu cara mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak agar optimal. Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang melalui stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Maimunah Hasan, 2010: 15). Oleh karena itu, proses pembelajaran dilaksanakan melalui pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan untuk mengembangkan potensi-potensi alamiah yang
1
dimiliki anak agar aspek-aspek perkembangan anak menjadi optimal. Salah satu aspek perkembangan anak yang perlu dikembangkan adalah aspek perkembangan fisik motorik. Dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan fisik/motorik di Taman Kanak-kanak dijelaskan bahwa usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik (Depdiknas, 2010: 2). Dijelaskan oleh Hurlock (1997: 40) bahwa perkembangan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan ini akan berpengaruh pada kemampuan sosial emosi, bahasa, dan fisik anak. Bredekamp (Solehuddin, 2000: 10) menyatakan bahwa bagi anak usia pra sekolah, gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi. Berdasarkan hal tersebut bahwa salah satu pemberian rangsangan pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
jasmani dan
rohani
adalah
meningkatkan kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Hal ini ditegaskan oleh Siti Mas’udah (2011) bahwa peningkatan kemampuan motorik seorang anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lain pula. Pentingnya peningkatan motorik halus pada anak, ditegaskan oleh Hurlock (1997: 44) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring
2
makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak, serta semakin baik prestasi di sekolah. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Felicitas Harmandini (2013) menegaskan bahwa motorik halus merujuk pada perkembangan gerakan otot-otot kecil pada tangannya untuk saling berkoordinasi guna memungkinkan terjadinya fungsifungsi seperti memegang benda-benda kecil, menulis, atau memegang sendok untuk makan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan dalam aktivitas anak di sekolah nanti, dan dalam life skills secara umum. Bila motorik halusnya lemah, anak akan kesulitan makan sendiri atau memakai pakaian sendiri. Berdasarkan pengalaman menjadi guru di TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, memperhatikan kemampuan motorik halus seperti menggaris, menebalkan dan mewarnai yang dilakukan anak kelompok A masih rendah. Berbagai permasalahan ditemukan pada kegiatan pembelajaran. Beberapa permasalahan tersebut, di antaranya: pertama, kemampuan motorik halus anak kelompok A belum berkembang sesuai harapan, terbukti dalam kegiatan khususnya menulis dan menggambar masih kesulitan menggunakan pensil. Anak masih sulit memegang pensil dengan benar, dan menggerakan pensil masih kaku. Kedua, metode maupun media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan minat anak. Terbukti anak cenderung membuang-buang waktunya untuk aktivitas yang memakai motorik halus, seperti anak mengganggu teman yang lain pada saat pembelajaran atau kegiatan berlangsung. Ketiga, penerapan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan
3
motorik halus kurang terencana dan terprogram, sehingga kegiatan yang mendukung pembelajaran kurang menarik dan bervariasi. Misalnya metode pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai untuk meningkatkan motorik halus pada anak. Keempat guru belum menggunakan metode drill dengan menggambar dalam pembelajaran pada anak kelompok A. Berdasarkan permasalahan di atas, guru selayaknya mengembangkan kegiatan belajar yang sesuai dengan perkembangan anak untuk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Oleh karena pentingnya kemampuan motorik halus, maka perlunya peningkatan motorik halus pada anak dilakukan sejak dini dengan pendekatan, metode maupun media yang tepat, dan sesuai dengan minat, kebutuhan dan tahap perkembangan anak. Berkaitan dengan pembelajaran di sekolah, sebenarnya banyak metode pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan aspek motorik halus anak. Salah satunya yang digunakan adalah metode drill atau metode latihan (Syaiful Sagala, 2003: 21). Menurut (Syaiful Sagala, 2003: 21) metode drill adalah metode latihan, atau metode trainning yang merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Selain itu juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode latihan (drill) menurut Delsa Joesafira (2010) juga dapat digunakan untuk kecakapan motoris, misalnya: menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari, pertukangan,
sebagainya)
dan
kecakapan
mental,
misalnya:
menghafal,
menjumlah, menggalikan, membagi dan sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode latihan (drill) salah satunya adalah
4
menentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan, sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan dan latihan diselingi dengan aktivitas lain agar tidak membosankan (Delsa Joesafira, 2010). Prinsip pembelajaran di TK, di antaranya bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain, serta pembelajaran berorientasi pada perkembangan anak. Untuk dapat menerapkan metode latihan dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A, maka dapat diselingi dengan aktivitas menggambar. Menurut Hajar Pamadi (2008: 2.12) aktivitas menggambar merupakan aktivitas yang dapat membantu meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktivitasnya kelak, seperti aktivitas yang membutuhkan kinerja otot lengan dan tangan dalam prosesnya. Aktivitas menggambar pada anak merupakan aktivitas yang dapat membantu meningkatkan kinerja otot tangan sekaligus mengembangkan kemampuan motorik anak. Kemampuan tersebut sangat penting dalam perkembangan aktivitas anak kelak, seperti dalam mengetik, mengangkat benda dan aktivitas lainnya yang dalam prosesnya membutuhkan kinerja otot lengan dan tangan (Fariz Ilman, 2014). Kemampuan berkoordinasi merupakan manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktifitas menggambar Dalam menggambar diperlukan koordinasi yang bagus antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam pensil, menggaris sampai mewarnai (Fariz Ilman, 2014). Berdasarkan kondisi tersebut, bahwa kemampuan motorik halus pada anak kelompok A perlu ditingkatkan. Kemampuan motorik halus sangat penting
5
dimiliki agar anak bisa berkembang dengan optimal, dan mampu melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan motorik.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai untuk meningkatkan motorik halus pada anak. 2. Guru belum memanfaatkan metode drill dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. 3. Anak kurang menggunakan waktunya untuk aktivitas yang memakai motorik halus. 4. Anak kelompok A pada umumnya masih memiliki kemampuan motorik halus yang rendah, terutama pada kegiatan pra menulis.
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini di batasi pada permasalahan nomor dua, yaitu guru belum memanfaatkan metode drill dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus melalui
6
meode drill dengan menggambar pada anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta melalui metode drill dengan menggambar.
F. Manfaat Penelitian Manfat yang diharapkan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagi anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, metode drill dengan menggambar dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus. 2. Bagi sekolah, metode drill dengan menggambar sebagai masukan salah satu cara yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak. 3. Bagi guru, untuk menambah pengetahuan tentang kemampuan meningkatkan kemampuan motrik halus, khususnya metode drill dengan menggambar.
G. Definisi Operasional 1.
Anak kelompok A TK ABA Mubarok adalah anak yang berusia 4-5 tahun. Kelompok A berjumlah 19 anak, terdiri dari 10 anak perempuan dan 9 anak laki-laki.
7
2.
Peningkatan kemampuan motorik halus adalah kemampuan pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil, seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan. Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Tahap peningkatan perkembangan motorik halus pada anak, yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah menggaris, menebalkan dan mewarnai sesuai dengan pola gambar. Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A dicatat dalam lembar observasi.
3.
Metode drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan kepada anak. Latihan yang diberikan berupa kegiatan menggambar. Menggambar adalah kegiatan kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Teknik menggambar dalam upaya meningkatkan motorik halus dalam penelitian ini adalah (a) gerakan tangan ke berbagai arah, yaitu atas bawah, kiri kanan, depan belakang, (b) menelusuri bentukbentuk geometri dan garis putus-putus, dan (c) menghubungkan titik-titik. Langkah-langkah metode drill dengan menggambar yang dilakukan, terdiri dari: a. Tahap persiapan, meliputi: menentukan motif yang digunakan dalam kegiatan menggambar dan menentukan langkah-langkah dalam proses menggambar, yaitu menggaris, menbalkan dan mewarnai motif. b. Tahap pelaksanaan, meliputi langkah pembukaan, langkah pelaksanaan
8
dan langkah mengakhiri. Langkah pembukaan, yaitu guru menjelaskan kepada anak terkait dengan tema kegiatan, yaitu menggambar motif. Langkah pelaksanaan, meliputi: (1) anak memperhatikan contoh gambar yang akan dibuat, yaitu gambar bermotif daun dan bunga, (2) anak menyimak penjelasan guru tentang tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif, (3) anak melakukan latihan memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris,
menebalkan
dan
mewarnai
motif,
seperti
yang
didemonstrasikan guru, dan (4) anak diberi kesempatan untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. c. Penutup, yaitu pada akhir kegiatan menggambar motif, guru memberikan pujian kepada anak yang sudah berhasil menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. Guru juga memberikan motivasi kepada anak yang belum berhasil dengan baik dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Samsudin (2008: 11) yang dimaksud motorik adalah: Segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam perkembangan motorik terdapat tiga unsur yang menentukannya yaitu otot, saraf, dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi, dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Menurut Harun Rasyid (2009: 109) bahwa tumbuh kembangnya motorik anak ditentukan oleh beberapa prinsip dasar, seperti: (a) skuensial atau urutan pokok berdasarkan kejadian penting, (b) sistem kematangan motorik dari motorik kasar ke motorik halus, (c) pengembangan motor dari kepala ke kaki, dan (d) pengembangan motorik dari proximal ke distal. MS. Sumantri (2005: 143) menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian sekelompok otot-otot
kecil
penggunaan
seperti jari-jemari dan tangan yang sering
membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 118) menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.
10
Menurut Bambang Sujiono (2008: 12.5) motorik halus adalah: Gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai serta menganyam. Namun, tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. Menurut Sujarwo (2006: 42) motorik halus merupakan pengendalian otot yang lebih kecil dan dapat digunakan untuk menggenggam, menulis, menggunakan alat, gerakan terampil belum dikuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang. Pada anak tunagrahita mengalami hambatan motoriknya, sehingga mempengaruhi perkembangan kemampuan bidang-bidang yang lain. Dini P. Daeng Sari (1996: 121) menjelaskan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus. Gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan serta kemampuan pengendalian gerak yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan kecepatan dan kecermatan dalam gerakangerakannya. Gerakan yang termasuk motorik halus ini antara lain adalah gerakan mencoret, melempar, menangkap bola, meronce manik-manik, menggambar, menulis, menjahit, dan lain-lain. Keterampilan ini berkembang lebih lambat dibandingkan dengan keterampilan motorik kasar karena memang tuntutannya lebih tinggi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motorik halus merupakan gerakan yang melatih otot-otot kecil yang memerlukan koordinasi tangan dan mata untuk merangsang kelenturan gerakan motorik halus anak untuk
11
menyiapkan anak pada pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi dan ketepatan mata dan tangan yang cermat. Kemampuan motorik halus dalam penelitian
ini
adalah
kemampuan
anak
menggerakkan
tangan
melalui
menggambar, yang memerlukan kecermatan dalam gerakannya.
2. Perkembangan Motorik Anak Corbin (MS. Sumantri, 2005: 48) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan perkembangan
motorik
saling
mempengaruhi.
Lohman
dan
Tunner
(Maria J. Wantah, 2005: 21) menunjukkan daur siklus pertumbuhan yang terdiri dari empat periode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode lainnya ditandai dengan pertumbuhan yang lambat. Selama periode pra lahir dan enam bulan setelah lahir pertumbuhan tubuh anak sangat cepat pada akhir tahun pertama pasca lahir, pertumbuhan menunjukkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sampai anak memasuki tahap remaja, atau tahap kematangan kehidupan seksualnya. Menurut Hurlock (1997: 152) bahwa pada waktu kehidupan pertama antara empat atau lima tahun, anak dapat mengendalikan gerakan kasar yang melibatkan bagian badan yang lebih luas untuk digunakan seperti berjalan, berlari, melompat, berenang dan sebagainya. Setelah berumur lima tahun ke atas, melalui koordinasi yang lebih baik dengan melibatkan pertumbuhan otot dan tulang yang
12
lebih proporsional, anak akan mulai cekatan dalam aktivitas motorik seperti menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis, dan menggunakan alat. Gallahue (Depdiknas, 2007: 4) berpendapat bahwa terdapat lima tingkatan dalam belajar gerak: tingkat penjelajahan, tingkat penemuan, tingkat gabungan, tingkat pemilihan dan tingkat penghalusan. Dari tingkat pembagian belajar gerak tersebut, bila kita akan melaksanakan aktifitas jasmani tentu akan disesuaikan antara karakteristik perkembangan anak dengan metode yang akan digunakan. Harun Rasyid (2009: 111) menjelaskan bahwa perkembangan motorik pada anak usia dini, sangat memerlukan banyak frekuensi dan kesempatan untuk pengembangan aktivitas fisik secara fundamental. Proses melatih anak anak dalam upaya peningkatan motorik halus secara skuensial dengan kreativitas akan mewujudkan karakteristik bakat terpendam dalam diri anak. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak. Dalam penelitian ini perkembangan motorik pada anak kelompok A TK ABA Tukangan Yogyakarta adalah perkembangan
motorik
halus.
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan,
13
dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
3. Pengertian Anak Usia Dini Pengertian anak usia dini menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 1) adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan tahun. Dalam kelompok ini dicakup bayi hingga anak kelas tiga SD. Batasan di atas sejalan dengan pengertian dari NAEYC (National Association for The Education Young Children) (Solehuddin, 2000: 10). Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia nol hingga delapan tahun. Sementara itu Sub Direktorat PAUD membatasi pengertian anak usia dini pada anak usia nol sampai enam tahun, yakni hingga anak menyelesaikan masa Taman Kanak-kanak (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 1). Lebih terperinci Bredekamp (Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 2) membagi anak usia dini menjadi tiga kelompok, yakni kelompok bayi hingga 2 tahun, kelompok 3 hingga 5 tahun, kelompok enam hingga 8 tahun. Pembagian di kelompok tersebut dapat mempengaruhi kebijakan penerapan kurikulum dalam pengasuhan dan pendidikan anak usia dini tersebut. Pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, menyebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia nol sampai enam tahun. Sementara itu menurut kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan nol sampai delapan tahun (Maimunah Hasan, 2009: 17). Lebih lanjut dalam Undangundang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
14
Nasional pada pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir, sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Siti Aisyah, 2008: 14). Anak usia dini oleh Beeker (MS. Sumantri, 2005: 12) dikelompokkan pada anak yang berusia tiga sampai enam tahun, anak usia tersebut biasanya mengikuti program pendidikan dini atau kindergarten. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian anak usia dini adalah anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Pada fase atau masa ini disebut sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa anak kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan.
4. Karakteristik Anak Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial-moral, dan sebagainya. Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu masa yang sangat berharga dibanding usiausia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik.
15
Siti Aisyah (2008: 14) mengemukakan tentang karakteristik anak usia dini adalah: a. b. c. d. e. f. g.
Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Merupakan pribadi yang unik. Suka berfantasi dan berimajinasi. Masa paling potensi untuk belajar. Menunjukkan sikap egosentris. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Hibana S. Rahman (2002: 33-36) merinci tentang karakteristik anak usia 4-6 sebagai berikut: a.
Usia 0 – 1 Tahun Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar dipelajari anak pada usia ini, yakni: 1) Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri,dan berjalan, 2) Mempelajari keterampilan menggunakan pancaindera, seperti melihat, mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukan setiap benda ke mulut. 3) Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontak sosial dengan lingkungannya.
b.
Usia 2 – 3 Tahun Beberapa karakteristik khusus dilalui anak pada masa ini, antara lain: 1) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya. 2) Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. 3) Anak mulai belajar mengembangkan emosi.
16
c.
Usia 4 – 6 Tahun Anak pada usia ini memiliki karakteristik antara lain: 1) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. 2) Perkembangan bahasa juga semakin baik. 3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak
usia dini, antara lain memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensi untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, dan memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. Karakteristik usia anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, berada pada kisaran usia 4-5 tahun.
5. Prinsip Perkembangan Motorik Anak Usia Dini Menurut Malina dan Bouchard (Martini Jamaris, 2006: 10) prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktek. Salah satu prinsip perkembangan anak usia dini yang normal adalah terjadi suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktifitas gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya (MS. Sumantri, 2005: 48).
17
Menurut Gesell, dkk (Slamet Suyanto, 2005: 50) perkembangan motorik pada anak mengikuti delapan pola umum, yakni: a. Continuity (bersifat kontinyu), dimulai dari gerakan yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak. b. Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang sama), semua anak memiliki pola tahapan yang sama meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda. c. Maturity (kematangan), dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk saat anak lahir, tetapi proses mielinasinya masih terus berlangsung sampai beberapa tahun kemudian.demikian pula otot dan tulang sebagai alat gerak. d. Umum ke khusus, yaitu dimulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagiannya. e. Dimulai dari gerak refleks bawaan kearah gerak yang terkoordinasi. Anak lahir ke dunia ini telah memiliki refleks, seperti menangis bila lapar, haus, sakit atau merasa tidak enak. f. Bersifat chepalo-caudal direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu dari bagian yang mendekati ekor. g. Bersifat proximo-distal, artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh (tulang belakang) berkembang terlebih dahulu dari yang lebih jauh. h. Koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dulu sebelum bila melakukan koordinasi organ bersilangan. Berdasarkan
uraian
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
prinsip
perkembangan motorik pada anak dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktifitas pada anak. Untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.
18
6. Alasan Pentingnya Mengembangkan Motorik pada Anak Perkembangan motorik halus merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak Kelompok Bermain/KB dan Taman Kanakkanak/TK. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik halus akan berkembang dengan secara otomatis dengan bertambahnya usia anak, merupakan anggapan yang keliru. Endang Rini Sukamti (2010: 2) menyatakan bahwa perkembangan motorik halus pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini, yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat/appropriate, bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatan motorik halus yang menyenangkan anak. Masa anak-anak adalah masa yang sering disebut sebagai “masa ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik. Menurut Siti Aisyah (2008: 43) ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, di antaranya: a. Tubuh anak-anak lebih lentur dari pada tubuh remaja atau dewasa. b. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya. c. Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil dari pada ketika dia sudah besar. d. Anak-anak sangat menyenangi kegiatan yang sifatnya pengulangan. e. Tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil dari pada tanggung jawabnya ketika mereka semakin besar. Berdasarkan alasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pentingnya meningkatkan motorik halus pada anak, agar anak memiliki kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kemampuan tersebut sangat penting dimiliki agar anak bisa berkembang dengan optimal, dan mampu melakukan aktivitas yang 19
membutuhkan kemampuan motorik. Selain itu, pembelajaran pada anak usia TK sangat memerlukan bimbingan, dorongan pengarahan agar memperoleh konsep yang benar. Untuk itu pembelajaran yang dilakukan harus mampu memperoleh konsep yang benar, misalnya pembelajaran dengan menggambar.
7. Fungsi Motorik Halus Hurlock (1997: 45) menyatakan bahwa fungsi kemampuan motorik halus dalam empat kategori, yaitu keterampilan bantu diri, keterampilan bantu sosial, keterampilan bermain, dan keterampilan sekolah. Keterampilan bantu diri meliputi makan, minum, berpakaian, merawat diri, dan mandi. Keterampilan bantu sosial meliputi membantu pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel lantai dan sebagainya. Keterampilan bermain meliputi menangkap bola, main kasti, dan sebagainya. Sedangkan keterampilan sekolah meliputi pekerjaan yang melibatkan keterampilan motorik seperti menulis, menggambar, menggunting, dan sebagainya (Ahmad Hadi, 1999: 26). Winkel (2012: 213) mengemukakan fungsi kemampuan motorik halus adalah (a) proses belajar mengajar terutama proses belajar yang menghasilkan keterampilan
motorik, antara
lain: kecepatan menulis, memotong, membuat
garis, dan sebagainya, dan (b) membantu dalam proses belajar tertentu seperti koordinasi gerak dalam pelajaran keterampilan dan pendidikan jasmani. Fungsi kemampuan motorik halus yang dijelaskan Winkel, bahwa semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak
20
memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan guru dan orang tua dalam mengoptimalkan kemampuan mototrik halus anak. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motorik halus adalah membantu proses belajar baik di sekolah maupun di rumah. Semua pelajaran di sekolah membutuhkan kesiapan keterampilan motorik, seperti menulis, menggambar, menari, olah raga, menghitung, dan sebagainya. Di rumah keterampilan motorik digunakan untuk aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, mandi, mengerjakan pekerjaan rumah, bermain, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut membutuhkan keterampilan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus. Dalam penelitian ini difokuskan pada peningkatan motorik halus melalui menggambar.
8. Tujuan Peningkatan Motorik Halus Anak Usia Dini MS. Sumantri (2005: 9) menyatakan bahwa, aktivitas peningkatan motorik halus anak usia dini bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Peningkatan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang di anjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Tujuan peningkatan motorik halus pada anak usia 4 sampai 6 tahun (Depdiknas, 2007: 3) adalah: a. Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. b. Anak mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan 21
memanipulasi benda benda. c. Anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan. d. Anal mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 115) menyatakan bahwa tujuan peningkatan motorik halus adalah: a. b. c. d.
Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. Mampu mengendalikan emosi. Secara khusus tujuan peningkatan motorik halus anak dapat menunjukan kemampuan menggerakan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan motorik halus adalah menggerakan otot-otot kecil yang dapat mengkoordinasikan mata, pikiran, yang dapat mengembangkan kreativitas, ketelitian, serta kesabaran pada anak. Tujuan peningkatan motorik halus dalam penelitian ini adalah agar anak mampu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan jari-jemari secara optimal, sehingga kegiatan seperti kesiapan menulis dan menggambar dapat dilakukan dengan baik.
9. Ciri-ciri Perkembangan Motorik Halus Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda, yaitu dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masamasa pertama kehidupannyam (Revina, 2013). Berikut perkembangan motorik
22
halus anak usia 4 – 5 tahun (Revina, 2013): a. Menggambar sesuatu yang diketahui, bukan yang dilihat. b. Mulai menulis sesuatu dan mampu mengontrol gerakan tangannya. c. Menggunting zig zag, melengkung, membentuk dengan lilin. d. Menyelesaikan puzlle 4 keping. e. Melipat. f. Menggunting sesuai pola. g. Menyusun mainan konstruksi bangunan. h. Mewarnai lebih rapi tidak keluar garis. i.
Meniru tulisan. Berdasarkan uraian di atas, kegiatan motorik yang dapat dilakukan sesuai
dengan kegiatan menggambar adalah adalah menggambar sesuatu yang diketahui dan mewarnai lebih rapi tidak keluar garis. Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 119-121) bahwa beberapa ciri perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun sesuai dengan kegiatan menggambar adalah makin terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi), menggambar dengan gerakan turun naik bersambung seperti gunung atau bukit, dan menarik garis lurus. Lebih lanjut ditegaskan oleh Samsudin (2008: 71-72) bahwa ruang lingkup motorik halus yang dapat
disesuaikan dengan kegiatan menggambar,
meliputi:
menggambar garis lingkar dan garis silang, menyusun menara empat sampai tujuh balok, menggambar dengan motorik naik turun bersambung, dan menarik garis lurus, lengkong, miring.
23
Berdasarkan ciri-ciri perkembangan motorik halus di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perkembangan motori halus pada anak kelompok A (usia 4-5 tahun), di antaranya menggambar sesuatu yang diketahui, mulai menulis sesuatu, menggunting zig zag, melengkung, menyelesaikan puzlle, melipat menggunting sesuai pola, mewarnai, dan meniru tulisan. Ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun disesuaikan dengan kegiatan menggambar, di antaranya terampil menggunakan jari tangan (mewarnai dengan rapi), menggambar dengan gerakan turun naik bersambung seperti gunung atau bukit, dan menarik garis lurus. Selain itu, perlu diperhatikan pemberian kegiatan yang sistematis dan terprogram secara baik serta ditunjang dengan model program peningkatan motorik halus yang baik untuk anak usia dini akan dapat melatih ciri-ciri perkembangan motorik halus anak yang sudah muncul untuk ditingkatkan agar lebih baik lagi.
B. Metode Drill (Latihan) dengan Menggambar 1. Pengertian Metode Drill (Latihan) Menurut Delsa Joesafira (2010) metode latihan atau drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa, sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar yang realistis, ia akan berusaha melatih keterampilannya. Bila situasi belajar itu diubahubah kondisinya sehingga menuntut respons yang berubah, maka keterampilan
24
akan lebih disempurnakan. Ada keterampilan yang dapat disempurnakan dalam jangka waktu yang pendek dan ada yang membutuhkan waktu cukup lama. Perlu diperhatikan latihan itu tidak diberikan begitu saja kepada siswa tanpa pengertian, jadi latihan itu didahului dengan pengertian dasar. Ditegaskan oleh Moh. Syafiruddin (2011) bahwa teknik latihan atau drill yaitu suatu teknik yang dapat di artikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah di pelajari. Menurut Shvoong (2011) metode drill atau disebut latihan adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dan sebagainya. Metode drill atau latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan merupakan suatu pola pengajaran yang membentuk atau membina pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui kegiatan melakukan atau mengerjakan suatu dengan berulang-ulang, sehingga tercapai suatu asosiasi yang mengkondisi antara stimulus dan respon tertentu dan bersifat permanen. Metode ini menekankan upaya pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada proses pengulangan kegiatan atau perbuatan tertentu. Metode ini diharapkan dapat menyiapkan tenaga-tenaga yang akan melaksanakan tugas-tugas khusus yang dispesifikasikan secara tajam. 25
2. Macam-macam Metode Drill Bentuk-bentuk metode drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik (Abyani Tahmid, 2009: 1-2), sebagai berikut: a. Teknik Inquiry (Kerja Kelompok) Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan. b. Teknik Discovery (Penemuan) Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi. c. Teknik Micro Teaching Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru. d. Teknik Modul Belajar Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi). e. Teknik Belajar Mandiri Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu teknik inquiry (kerja kelompok), teknik discovery (penemuan), teknik micro teaching dan teknik modul belajar, dan teknik belajar mandiri. 26
3. Karakteristik Metode Drill Secara umum (Abyani Tahmid, 2009: 2-4) pembelajaran dengan metode latihan (drill) biasanya digunakan agar: a. Siswa memperoleh kecakapan motorik, seperti mengulas, menghafal, membuat alat-alat, menggunakan alat/mesin, permainan, dan atletik. b. Siswa
memperoleh kecakapan
mental,
seperti melakukan perkalian,
menjumlah, mengenal tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. c. Assosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunan simbol, membaca peta, dan sebagainya. d. Dalam mengajarkan kecakapan, dengan metode latihan siap guru harus mengetahui sifat
kecakapan itu sendiri, seperti, kecakapan sebagai
penyempurnaan dari suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata. Kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya menentukan suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi dan kondisi. Metode drill/ latihan siap tepat digunakan: a. Apabila pelajaran dimaksudkan untuk pelajaran yang sudah diberikan atau yang sedang berlangsung. b. Apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih keterampilan siswa dalam mengerjakan sesuatu dan melatih siswa untuk berfikir cepat. c. Metode ini digunakan untuk memperkuat daya tanggapan siswa terhadap pelajaran.
27
Beberapa keuntungan dalam pemanfaatan metode drill (Roestiyah, 2001: 78) sebagai berikut: a. Dalam waktu yang relatif singkat, siswa dapat dengan cepat memperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan. b. Dapat menanamkan pada siswa kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin. c. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya. d. Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan antara siswa yang disiplin dan yang kurang memperhatikan saat berlangsungnya pengajaran. e. Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingat siswa, karena seluruh fikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan. f. Siswa akan dapat menggunakan daya pikirnya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka siswa akan menjadi lebih teratur dan teliti. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar, di samping itu juga siswa langsung mengetahui prestasinya. Di samping keuntungan yang ada, ada beberapa kelemahan dalam metode ini (Roestiyah, 2001: 8-11), antara lain: a. Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikan.
28
b. Kurang memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan. c. Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak otomatis. d. Dapat menimbulkan verbalisme. e. Latihan yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan. f. Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri siswa, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru. Kelemahan-kelemahan di atas (Syaiful Sagala, 2003: 11-13) dapat diatasi dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. Guru mengarahkan siswa untuk memberikan respons yang maksimal dan reaksi yang tepat. b. Jika terdapat kesulitan pada siswa saat merespons, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut. c. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respons yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya. d. Usahakan siswa memiliki ketepatan merespons kemudian kecepatan merespon. e. Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh siswa.
29
4. Langkah-langkah Metode Drill Langkah-langkah penerapannya metode drill di kelas, latihan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar, baik secara lisan maupun secara tulisan, dalam bentuk mental maupun fisik. Meskipun metode ini dapat digunakan dalam berbagai kegiatan belajar, tidaklah berarti bahwa setiap metode ini harus dipakai dalam semua aktifitas pembelajaran. Sebelum melaksanakan metode drill, guru harus mempertimbangkan tentang kesiapan guru, siswa dan pendukung lainnya yang terlibat dalam penerapan metode ini (Syaiful Sagala, 2003: 14-17). a. Tahap Persiapan Pada tahap ini, ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain: 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa 2) Tentukan dengan jelas keterampilan secara spesifik dan berurutan 3) Tentukan rangkaian gerakan atau langkah yang harus dikerjakan untuk menghindari kesalahan 4) Lakukan kegiatan pradrill sebelum menerapkan metode ini secara penuh b. Tahap Pelaksanaan 1) Langkah pembukaan Dalam langkah pembukaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh guru diantaranya mengemukakan tujuan yang harus dicapai, bentukbentuk latihan yang akan dilakukan. 2) Langkah pelaksanaan a) Memulai latihan dengan hal-hal yang sederhana dulu. b) Ciptakan suasana yang menyenangkan/menyejukkan.
30
c) Yakinkan bahwa semua siswa tertarik untuk ikut. d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk terus berlatih. 3) Langkah mengakhiri Apabila latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan motivasi untuk siswa terus melakukan latihan secara berkesinambungan sehingga latihan yang diberikan dapat semakin melekat, terampil dan terbiasa. c. Penutup 1) Melaksanakan
perbaikan
terhadap
kesalahan-kesalahan
yang
dilaksanakan oleh siswa. 2) Memberikan latihan penenangan.
C. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar 1. Pengertian Menggambar Menggambar menurut Garha (E. Muharam, dkk., 1992: 11) merupakan salah satu kegiatan seni rupa yang bertujuan menampilkan fungsinya sebagai hiasan, bukan sebagai bentuk ungkapan perasaan. Hal yang penting dalam menggambar ialah menghasilkan ide membuat hiasan. Langkah dalam latihannya, yaitu merancang bentuk, menyempurnakan desain, menjiplak desain, menetapkan warna, dan menyelesaikan gambar. Tata urutan latihan dalam kegiatan ini sebagai latihan permulaan tidak dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang mengikat misalnya bentuk-bentuk alam, maka latihan permulaan dimulai dengan menyusun bentuk-bentuk abstrak.
31
Menggambar dikemukakan oleh Prawira (2004: 1) merupakan menggambar hiasan (ornamen) pada kertas gambar atau pada benda tertentu. Sifat pada gambar menunjukan fungsi gambar sebagai hiasan (motif hias). Bahan dan alat yang diperlukan di antaranya adalah kertas gambar, pewarna, kuas, pinsil hitam atau pensil warna dan spidol. Adapun prosedur pelaksanaannya (Prawira, 2004: 2), sebagai berikut: a. Buat rancangan atau gambar berupa motif hias/ornamen pada kertas yang sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu. b. Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak, atau geometris. c. Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih saja atau berwarna. Pewarna yang digunakan bisa diambil dari pewarna buatan, atau pewarna alam. Ciri atau karakteristik gambar menurut E. Muharam, dkk. (1992: 12) di antaranya memiliki hiasan yang berperan lebih banyak, berfungsi untuk menarik perhatian dan menunjukan kedudukan dalam masyarakat, adanya wujud hiasan dapat berbentuk gambar, ukiran, atau benda perhiasan, tema yang pertama kali dipergunakan berbentuk simbolik, menuntut adanya suatu susunan yang ditata teratur, tertib dan rapi, serta dalam perkembangannya peranan seni menggambar tidak lagi hanya berbentuk benda hias atau untuk memberi hiasan bagi manusia saja, tetapi peranannya bisa meluas ke segala bidang, misalnya dipergunakan sebagai bagian dari perlengkapan hidup. Corak ragam hias dapat diklasifikasikan ke dalam geometris, organis, natural dan perpaduannya. Warna ragam hias menempati peran yang penting dalam ragam hias (Yoki Mirantiyo, 2012). Keterkaitan corak ragam hias dengan teknik bentuk corak yang terdapat dalam ragam hias tekstil sering kali dipengaruhi
32
oleh alat dan teknik yang digunakan dalam membuat motif. Kegiatan menata pola ragam hias menentukan keindahan tekstil yang dihasilkan. Memilih corak ragam hias dapat disesuaikan dengan teknik yang dipilih. Membuat pola ragam hias pada rancangan tekstil unsur bentuk, warna dan tekstur tidak dapat dipisahkan. Membuat komposisi pola ragam hias adalah kegiatan yang dilakukan setelah membuat pola ragam hias (Yoki Mirantiyo, 2012). Dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi adalah perbaikan dari kurikulum tersebut, yang di dalamnya mengandung lima pokok pengembangan program kegiatan, yaitu pembiasaan, bahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditegaskan bahwa menggambar merupakan wujud hiasan berbentuk gambar, ukiran, atau benda perhiasan, tema yang pertama kali dipergunakan berbentuk simbolik. Menggambar mampu mengekspresikan diri anak dan berkreasi dengan gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni misalnya anak dapat menggambar sederhana (menggambar).
2. Unsur-unsur Menggambar Menurut E. Muharam, dkk. (1992: 10) unsur-unsur menggambar terdapat pada lambang-lambang visual gambar yaitu garis, warna, tekstur, ruang dan terang-gelap, skala dan proporsi, bentuk dan wujud benda. Unsur-unsur menggambar menurut Rakhmat Supriyono (2012: 2), meliputi: a. Garis (line) Konsep garis dalam gambar merupakan objek yang memanjang dapat dimaknai sebagai garis.
33
b. Bidang (shape) Bentuk bidang ada yang beraturan (geometri) seperti lingkaran, segitiga, segi empat, elips, setengah lingkaran, dan ada pula yang tidak ada aturan serta bentuk-bentuk lainnya. c. Warna (color) Warna yang kontras tentunya akan membuat gambar terlihat menarik perhatian. Warna juga dapat menstimulus selera karena warna merupakan unsur visual yang paling menarik perhatian. d. Pola (pattern) Pattern merupakan semacam pola atau susunan unsur-unsur visual. Pattern bisa teratur (monoton) dan tidak beraturan (dinamis). Unsur-unsur menggambar yang dapat berkaitan dengan kemampuan motorik halus yang dapat diterapkan untuk kegiatan anak (E. Muharam, dkk., 1992: 10) sebagai berikut: a. Garis Garis adalah lambang visual seni rupa yang paling banyak dan sering digunakan sebagai ungkapan. Garis juga merupakan unsur yang paling dominan dalam
menggambar
bentuk.
Garis
yang
dimaksud
dalam
menggambar adalah garis ornamen (hiasan) yang membentuk sebuah pola. b. Warna Warna adalah konvensi umum dari bentuk atau wujud benda. Warna dalam menggambar disesuaikan dengan ornamen (hiasan), misalnya ornamen daun maka pewarnaan menggunakan warna hijau. c. Bentuk Bentuk-bentuk dua dimensi dan latihan pengamatan siluet melatih mata mengenal bentuk yang kemudian dikoordinasikan dengan tangan yang akan melukiskannya. Bentuk dua dimensi dalam menggambar disesuaikan dengan pola yang akan dibentuk, misalnya penggunaan ornamen daun dan bunga.
34
Penggunaan dua dimensi dalam menggambar pada anak, tidak diberikan karena pada tingkat anak-anak penggunaan bentuk dua dimensi masih sulit dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam menggambar terdiri dari garis, warna, dan bentuk. Garis merupakan unsur mendasar dan unsur penting dalam mewujudkan sebuah gambar. Bentuk dapat berupa bangun beraturan seperti lingkaran, segi empat segi tiga atau tidak beraturan. Pada gambar, warna dapat berwujud garis, bidang, ruang dan nada gelap terang.
3. Manfaat Menggambar pada Aspek Perkembangan Anak Menggambar merupakan salah satu jenis aktivitas belajar yang termasuk dalam drawing activities (Ishartiwi, 2009: 14). Selain itu, dengan menggambar juga dapat menerapkan aktivitas belajar yang lain, seperti motor activities, mental activities (mengingat dan menanggapi), dan emotional activities (minat dan gembira) (Ishartiwi, 2009: 14). Belajar menggambar dapat memberikan manfaat secara optimal dalam penerapan konsep. Seperti yang dijelaskan Franz Dwiono (2006: 1) bahwa ketika seorang anak belajar menggambar, akan terjadi sebuah aktivitas atau sebuah proses pembelajaran yang mencakup indera penglihatan, pikiran, mental dan fisik anak tersebut. Masing-masing proses itu berhubungan dengan perkembangan keterampilan dan mentalnya. Untuk memperjelas, proses tersebut dibagi menjadi empat aspek (Franz Dwiono, 2006: 2), yaitu: aspek visual, aspek pengetahuan, aspek mental, dan aspek motorik. Keempat aspek tersebut
35
salah satunya merupakan aspek motorik halus yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Aspek motorik, meliputi kecepatan, kelenturan dan kekuatan. Ketika berlatih menggambar, motorik seorang anak yang berkembang adalah gerak otot, khususnya otot-otot halus anak yang berada di sekitar pergelangan tangan serta jari-jari. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan manfaat menggambar pada anak dapat meningkatkan berbagai aspek, di antaranya: (1) aspek visual, yaitu kemampuan visual anak yang berkembang ketika anak menggambar, (2) aspek pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang teknik-teknik menggambar, (3) aspek mental, yaitu kemampuan untuk mengelola berbagai perasaan dan emosi, dan (4) aspek motorik, yaitu kecepatan, kelenturan dan kekuatan. Dalam penelitian ini yaitu menggambar manfaat yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yaitu peningkatan motorik halus.
4. Menggambar terhadap Peningkatan Motorik Halus Anak Gambar anak yang semula berupa coretan berbentuk kipas (coretan ke kiri dan ke kanan) dalam perkembangannya berubah menjadi lingkaran-lingkaran walaupun belum sempurna (E. Muharam, dkk., 1992: 12). Dengan meningkatnya usia anak, coretan-coretan berkembang, menampilkan bentuk-bentuk lain. Hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan dan perkembangan anak membuat anggota tubuh anak lebih siap untuk melakukan aktivitas yang mencakup keterampilan visual dan motorik halus. Kebanyakan anak membuat gambar yang merupakan representasi dari sesuatu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gambar
36
merupakan serangkaian tanda-tanda pada suatu permukaan yang datar dengan menggunakan suatu objek sehingga dapat dilihat dengan
jelas. Aktivitas
menggambar berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak di antaranya keterampilan tangan. Beberapa keterampilan tangan yang penting bagi anak untuk dikembangkan menurut Wing (Elis Komalasari, 2009: 4), di antaranya: a. Mampu melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan (palmar arching), yaitu penempatan pergelangan tangan pada sudut yang tepat pada permukaan vertikal dalam suatu kegiatan. b. Menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sembari menggunakan jari tengah dan jari manis untuk kestabilan tangan (hand side separation) yaitu cara memegang suatu benda dengan benar. c. Membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk (open web space)yaitu pengembangkan pola memegang benda yang benar, seperti alat-alat tulis yang bisa membantu perkembangan keterampilan motorik halus atau keterampilan tangan. Keterampilan motorik halus dalam aktivitas menggambar menurut Wing (Elis Komalasari, 2009: 4) di atas adalah ketika anak-anak belum siap belajar menggunakan untuk alat-alat tulis tersebut dengan benar. Hal ini terkadang bisa menyebabkan pembelajaran memegang pensil dengan cara yang tidak efisien, yang
pada
akhirnya
menjadi
masalah.
Untuk
menyemangati
anak
mengembangkan pola memegang yang benar, berilah anak alat-alat tulis yang bisa membantu perkembangan keterampilan motorik halus, misalnya, krayon yang pendek (tidak lebih dari 5 cm panjangnya), akan membuat anak menggunakan keterampilan tangannya dari pada seluruh tangan. Kapur tulis berbentuk bulat telur akan membuat anak menggunakan teknik open web space. Terakhir, menggambar dan
mewarnai pada permukaan vertikal akan menempatkan
pergelangan tangan pada sudut yang tepat untuk membentuk palmar arching (Elis Komalasari, 2009: 5). 37
Berdasarkan urqian di atas, bahwa dalam aktivitas menggambar sangat berkaitan dalam proses latihan meningkatkan keterampilan tangan, karena aktivitas dalam menggambar terdapat proses pembuatan bentuk-bentuk pola yang tersusun secara berulang pada suatu permukaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa melalui menggambar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Adapun indikator menggambar dalam penelitian ini, meliputi: membuat atau menulis motif gambar, menebalkan motif gambar, dan mewarnai motif gambar.
D. Kerangka Pikir Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata tersebut dapat dikembangkan melalui aktivitas menggambar. Menggambar merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak, karena melibatkan unsur-unsur menulis, menggaris, dan mewarnai. Salah satu metode yang diupayakan melalui penelitian ini adalah metode drill dengan menggambar. Metode dalam pembelajaran sebagai suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan. Oleh karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pengajaran. Metode drill meruapakan salah satu metode yang efektif diterapkan pada anak TK, karena anak akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya, dalam hal ini menggambar pada anak TK.
38
Menggambar dalam upaya meningkatkan motorik halus pada anak, yang dalam aktivitasnya menggunakan jari-jemari untuk menggaris menggunakan pensil, dan mewarnai menggunakan pensil warna, dan dalam pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan anak. Adapun kemampuan motorik halus yang berkaitan dengan menggambar dapat berpengaruh ada motorik halus anak, karena terdapat aktivitas memegang alat tulis, menempel (teknik menggambar), menarik garis, membuat bentuk bangun datar seperti lingkaran/segi empat dan mewarnai. Aktivitas dalam menggambar berpengaruh pada peningkatan kemampuan motorik halus lainnya terutama untuk keterampilan tangan. Aktivitas ini termasuk memegang pensil dengan benar. Oleh karena itu, menggambar merupakan salah satu jenis kegiatan yang dalam pelaksanaannya dapat berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus. Aktivitas yang dilakukan melalui menggambar, yaitu anak akan menggunakan jari-jari tangannya untuk menulis, menggaris, dan mewarnai. Dengan menggambar, akan melatih aktivitas gerakan otot-otot tangan dan
jari-jari
tangan,
sehingga
diharapkan
melalui
menggambar
dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan pencapaian indikator yang dilakukan dalam metode drill dengan menggambar, meliputi: menggaris motif pada gambar, menebalkan motif gambar, dan mewarnai motif gambar.
39
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif pada anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta dapat ditingkatkan melalui metode drill dengan menggambar.
40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) (Suharsimi Arikunto, 2006: 3). Lebih lanjut dikatakan Suharsimi bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian tindakan bertujuan untuk mencapai tiga hal berikut: (1) peningkatan praktik, (2) peningkatan (atau pengembangan profesional), pemahaman praktik, dan (3) peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik (Suwarsih Madya, 2007: 25).
B. Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan kerangka atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian tersebut, serta memberikan gambaran jika penelitian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menunjuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, melakukan refleksi dan merancang tindakan selanjutnya (Suharsimi Arikunto, 2010: 132). Model dari masing-masing tahap tersebut seperti pada gambar berikut:
41
Perencanaan
SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamataan
Tindakan Selanjutnya
Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah anak didik di TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta pada tahun ajaran 2012/2013, yang berjumlah 19 anak didik pada kelas A, terdiri dari10 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Penelitian dilaksanakan di TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta pada tahun ajaran 2012/2013. Anak kelompok A pada umumnya masih memiliki kemampuan motorik halus yang rendah, terutama pada kegiatan pra menulis.
D. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Suwarsih Madya, 1994: 24)) menggunakan empat komponen tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang tergabung dalam satu spiral yang saling terkait.
42
1. Rencana Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan, antara lain: a.
Peneliti menyusun Rencana Kegiatan Harian (KH) dengan tema ”tanaman” dan dituangkan dalam kegiatan peningkatan motorik halus melalui metode drill dengan menggambar.
b.
Mempersiapkan sarana dan prasarana yang terdiri dari ruang kelas yang telah disetting untuk kegiatan menggambar yang dilengkapi dengan alat menggambar. Setting yang dilakukan yaitu menyatukan empat meja menjadi satu dan bangku ditempatkan mengelilingi meja. Setting kelas seperti ini bertujuan agar anak-anak lebih leluasa dalam menggambar, karena meja menggambar menjadi lebih luas dan bisa menempatkan peralatan menggambar di atas meja.
c.
Menyiapkan instrumen lembar pengamatan yang berisi tentang indikator peningkatan motorik halus.
d.
Menyiapkan alat menggambar, seperti pensil, pensil warna dan kertas gambar.
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru sebagai peneliti yang dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tindakan penelitian dilaksanakan di dalam kelas dengan tahapan kegiatan, yaitu kegiatan awal 30 menit, kegiatan inti 60 menit dan kegiatan akhir 30 menit. Langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan pada tindakan siklus I, yaitu:
43
a. Anak-anak yang berjumlah 19 dibagi menjadi empat kelompok. Untuk menarik perhatian anak, masing-masing kelompok diberi nama sesuai dengan tema pembelajaran yaitu nama-nama binatang. b. Melaksanakan kegiatan menggambar dengan metode drill di bawah bimbingan dan pendampingan guru. Langkah-langkah menggambar dengan metode drill, yaitu: 1) Anak memperhatikan contoh motif gambar, yaitu gambar bermotif daun dan bunga. 2) Guru mendemonstrasikan tentang tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. 3) Anak diberi kesempatan untuk melakukan latihan memegang dan menggunakan pensil untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif, seperti yang didemonstrasikan guru. 4) Anak diberi kesempatan untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. 5) Untuk
menciptakan
suasana
menyenangkan
bagi
anak,
guru
memberikan pujian dengan memberikan mengucapkan kata “pintar’ atau “hebat” pada anak yang sudah berhasil dalam latihan menggunakan pensil dan memberikan motivasi dengan mengucapkan “kamu pasti bisa, karena kamu pintar” pada anak yang belum berhasil dalam berlatih.
44
Selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan metode drill menggambar dengan pada siklus II, yaitu: a. Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang terdapat gambar bermotif daun dan bunga. b. Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. c. Selama
proses
mengingatkan
kegiatan
anak
berlangsung,
apabila
terjadi
guru
kesalahan
mendampingi dalam
dan
menggaris,
menebalkan dan mewarnai motif. 3. Observasi Observasi dilaksanakan selama proses kegiatan menggambar dengan metode drill berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah tersedia. Pengamatan dilakukan oleh kolaborator dalam hal ini guru kelas kelompok B. Selanjutnya berdasarkan hasil observasi, guru melakukan penilaian terhadap kemampuan motorik halus yang dicapai anak melalui indikator menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. 4. Refleksi Refleksi ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara penelitian terhadap proses yang terjadi, dan untuk mengetahui masalah yang muncul. Tahap-tahap yang dilakukan dalam refleksi, yaitu: a. Peneliti melakukan evaluasi dari data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran.
45
b. Melakukan diskusi antara peneliti dan kolaborator untuk mengevaluasi hasil dari tindakan yang dilakukan dan kendala yang muncul. c. Mencari solusi terhadap kendala-kendala yang mungkin muncul agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya. d. Menganalisis hasil kemampuan motorik halus pada anak kelompok A dan pengambilan keputusan apabila hasil pengamatan belum mencapai target, maka tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai ada peningkatan yang telah ditetapkan.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan oleh kolaborator dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran serta partisipasi yang ditunjukkan anak pada saat proses kegiatan menggambar berlangsung. Observasi yang dilakukan meliputi peningkatan kemampuan motorik halus melalui indikator kemampuan menggaris motif, kemampuan anak dalam menebalkan dan kemampuan anak dalam mewarnai. 2. Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2010: 135) menyatakan bahwa dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Penggunaan teknik
46
dokumen dalam penelitian ini dengan cara melihat biodata seluruh anak kelompok A, dan mengambil foto anak pada saat proses kegiatan berlangsung.
F. Instrumen Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 101) instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun pedoman observasi ini kisi-kisi instrumennya sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi Peningkatan Motorik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar Variabel Peningkatan Kemampuan Motorik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar
Sub Variabel
Indikator
Deskripsi Indikator
Menggaris motif
Mampu mengaris motif dengan rapi dan sampai selesai
Menebalkan motif
Mampu menebalkan motif dengan rapi dan sampai selesaia Mampu mewarnai motif dengan rapi dan sampai selesai
Menggaris motif hias dengan rapi (garis tidak keluar dari motif), dan dapat menyelesaikan menggaris motif Menebalkan dengan rapi (garis tidak keluar dari motif) dan selesai menebalkan motif hias Mewarnai motif hias dengan rapi (mewarnai tidak keluar dari motif) dan dapat mewarnai motif hias sampai selesai Total Jumlah Butir
Mewarnai motif
Jumlah Butir 1
1
1
3
Berdasarkan kisi-kisi instrumen peningkatan motorik halus pada anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan melalui metode drill dengan menggambar, maka kriteria penilaian diuraikan sebagai berikut:
47
Tabel 2. Kriteria Penilaian Peningkatan Motorik Halus melalui Metode Drill dengan Menggambar No
Sub Variabel
Belum Berkembang (BB) 0 Anak belum mau menggaris motif
1
Menggaris motif
2
Menebalkan motif
Anak belum mau menebalkan motif
3
Mewarnai motif
Anak belum mau mewarnai motif
Indikator dan Skor Berkembang Mulai Berkembang Sesuai Harapan (MB) (BSH) 1 2 Anak tidak dapat Anak kurang menggaris motif dapat menggaris hias dengan rapi motif hias (garis keluar dari dengan rapi motif), dan tidak (garis keluar dari dapat motif), dan dapat menyelesaikan menggaris motif menggaris motif sampai selesai Anak tidak dapat Anak kurang menebalkan dapat dengan rapi (garis menebalkan keluar dari motif) motif hias dan tidak selesai dengan rapi menebalkan motif (garis keluar dari hias motif), dan dapat menebalkan motif hias sampai selesai Anak tidak dapat Anak kurang mewarnai dengan dapat mewarnai rapi (garis keluar dengan rapi motif dari motif) dan hias (garis keluar tidak selesai dari motif), dan mewaranai motif dapat mewarnai hias sampai selesai
Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 Anak dapat menggaris sesuai pola pada motif (garis tidak keluar dari motif) dan dapat menggaris motif sampai selesai Anak dapat menebalkan motif hias dengan rapi (garis tidak keluar dari motif) dan dapat menebalkan sampai selesai Anak dapat mewarnai motif hias dengan rapi (garis tidak keluar dari motif) dan dapat mewarnai motif hias sampai selesai
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah suatu usaha menganalisis dan memberi interpretasi terhadap data yang terkumpul (Anas Sudijono, 1997: 43). Analisis dilakukan pada setiap siklus dengan teknik deskriptif kuantitatif (Suharsimi Arikunto, 2010: 44). Berikut ini rumus yang digunakan dalam analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif (Ngalim Purwanto, 2006: 102) yaitu:
48
NP =
× 100%
Keterangan: NP : Nilai Persen yang Dicari R : Skor Mentah yang Diperoleh SM : Skor Maksimum Ideal dari Nilai yang Ada R : Konstanta Berdasarkan rumus tersebut, maka langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menjumlahkan seluruh skor pada setiap indikator, sehingga menghasilkan skor mentah (R) yang dicapai setiap anak. 2. Menghitung nilai SM diperoleh yang diperoleh dari hasil kemampuan motorik halus pada setiap pertemuan, yaitu dihitung dari presentase rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh anak dalam satu kelas. 3. Menghitung nilai NP diperoleh dengan cara nilai R dibagi dengan nilai SM. Nilai dari hasil bagi tersebut belum menunjukkan nilai pencapaian peningkatan kemampuan motorik halus dalam bentuk persentase. Oleh karena itu nilai tersebut masih harus dikalikan dengan 100%, sehingga akan muncul Nila Presentase (NP) yang dicari. 4. Nilai hasil presentase rata-rata kemampuan motorik halus pada siklus I dan siklus II, diperoleh dari hasil presentase rata-rata pada pertemuan pertama dan kedua. 5. Hasil akhir presentase peningkatan kemampuan motorik halus, yaitu diambil dari menghitung selisih hasil presentase rata-rata sebelum tindakan dengan hasil presentase rata-rata pada siklus I, dan menghitung selisih dari hasil presentase rata-rata pada siklus I dengan presentase rata-rata pada siklus II. 49
G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan dikatakan berhasil apabila ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Adapun keberhasilan akan tercapai apabila kemampuan motorik halus terjadi peningkatan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 80% kemampuan motorik halus anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta mengalami peningkatan melalui metode drill dengan menggambar. Suharsimi Arikunto (2010: 44) meninterpretasikan skala keberhasilan menjadi empat tingkatan, yaitu: 1. Kategori baik (Berkembang Sangat Baik/BSB) apabila hasil penilaian kemampuan motorik halus yang dicapai anak antara 76 – 100%. 2. Kategori cukup (Berkembang Sesuai Harapan/BSB) apabila hasil penilaian kemampuan motorik halus yang dicapai anak antara 56 – 75%. 3. Kategori kurang (Mulai Berkembang/MB) apabila hasil penilaian kemampuan motorik halus yang dicapai anak antara 41 – 55%. 4. Kategori belum baik (Belum berkembang/BB) apabila hasil penilaian kemampuan motorik halus yang dicapai anak antara 0 – 40%.
50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian yang bertempat di TK ABA Mubarok, beralamatkan di Jalan Tukangan Nomor 1 Kelurahan Tegal Panggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta. TK ini merupakan TK swasta yang didirikan oleh yayasan Aisyiyah, yang berdiri sejak tahun 1968 dan saat ini memiliki akreditasi peringkat A. Di TK ini dibagi menjadi tiga kelas, yaitu satu kelas Kelompok A dan dua kelas Kelompok B. TK ABA Mubarok saat ini memiliki sembilan orang tenaga pengajar, satu orang kepala TK, dan dibantu oleh dua orang tenaga kebersihan. TK ini berada dalam kota Yogyakarta dan terletak di pinggir jalan raya dan dalam satu kompleks dengan mesjid Mubarok. Gedung ini dibatasi oleh pagar pembatas yang aman bagi anak-anak. Gedung TK ABA Mubarok terdiri dari 2 lantai, memiliki jumlah 3 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang dapur, 1 ruang kepala dan 1 ruang guru serta memiliki 3 kamar mandi dan toilet. Sarana dan prasarana sudah memadai dan tertata dengan baik, dan memiliki halaman yang cukup luas untuk anak-anak bermain di halaman sekolah. Kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan di TK ini meliputi tahapan pencapaian perkembangan kognitif, motorik, moral dan sosial. Kurikulum pembelajaran di TK ABA Mubarok menggunakan kurikulum pembelajaran tahun 2010. Selain program pembelajaran yang dilaksanakan, juga terdapat kegiatan ekstra seperti menari, melukis dan musik.
51
B. Deskripsi Data Penelitian 1. Data Kemampuan Awal Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum mengadakan penelitian adalah mengetahui kemampuan awal anak sebelum tindakan dilaksanakan. Pada kegiatan sebelum tindakan, guru melaksanakan aktivitas menggambar seperti biasa dan belum menggunakan pendekatan metode drill. Dari hasil observasi awal yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa dalam kemampuan motorik halus, sebagian besar anak belum menunjukkan kemampuan motorik halus yang baik. Hal ini ditunjukkan anak yaitu masih kesulitan pada saat menggaris, menebalkan dan mewarnai. Kemampuan motorik halus sebelum tindakan yang dicapai anak Kelompok A, dapat dideskripsikan bahwa kemampuan motorik halus sebelum tindakan, baru mencapai 39,18% dengan total skor 67. Berdasarkan hasil presentase tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan awal motorik halus anak belum berkembang dengan baik. Hasil presentase pencapaian kemampuan motorik halus anak baru mencapai 39,18% dengan kategori kurang atau Belum Berkembang (BB).
2. Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan Masing-masing pertemuan dilaksanakan pada hari Senin dan Rabu, tanggal 10 dan 12 Februari 2014 sesuai dengan tema pembelajaran. Adapun hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:
52
a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan Pertama pada tindakan Siklus I dilakukan pada hari Senin 10 Februari 2014, yang berlangsung dari jam 08.00 sampai dengan 10.00 WIB yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. Pertemuan Kedua pada tindakan Siklus I dilakukan pada hari Rabu 12 Februari 2014, yang berlangsung dari jam 07.30 sampai dengan 10.00 WIB. Hasil pelaksanaan diuraikan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (1) Kegiatan diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan bercakap-cakap tentang tema kegiatan. (2) Selanjutnya guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi lagu ”Suara Bebek” dan dilakukan sambil bertepuk tangan. b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi menggambar, khususnya menggaris motif, menebalkan motif, dan mewarnai motif. Selanjutnya guru meminta anak duduk rapi di bangku masing-masing dan mendengarkan penjelasan guru. Adapun langkah-langkah pelaksanaan menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A tindakan Siklus I sebagai berikut: (1) Guru mengelompokkan anak menjadi dua kelompok. Untuk menarik perhatian anak, guru memberi nama masing-masing kelompok sesuai dengan tema pembelajaran yaitu nama-nama binatang. (2) Guru menjelaskan kepada anak terkait dengan tema kegiatan dan langkahlangkah yang dilakukan saat menggambar.
53
(3) Melaksanakan kegiatan menggambar dengan metode drill di bawah bimbingan dan pendampingan guru. Langkah-langkah menggambar dengan metode drill, yaitu: (a) Guru memperlihatkan contoh gambar yang akan dibuat anak, yaitu gambar bermotif daun. (b) Guru menjelaskan tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. (c) Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. (d) Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. (e) Untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, dengan cara memberikan pujian pada anak yang sudah berhasil melatih cara menggunakan pensil dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil. (f) Guru masih memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih menggunakan pensil, bertujuan agar anak mahir menggunakan pensil sehingga mampu menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. (g) Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang terdapat gambar bermotif daun. (h) Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. 54
(i) Selama proses kegiatan guru mendampingi dan mengingatkan anak apabila terjadi kesalahan dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. c) Kegiatan Akhir Pelaksanaan motorik halus, selalu diupayakan guru untuk memberi motivasi dan dorongan kepada anak yang masih pasif supaya anak ikut terlibat langsung dalam kegiatan menggambar. (1) Pada tahap ini guru memberikan pujian kepada anak yang mampu motorik halus dengan baik. (2) Kepada anak yang belum mampu motorik halus dan belum mampu menggambar dengan baik, guru memberikan motivasi agar pada pertemuan selanjutnya untuk lebih baik lagi dalam kegiatan menggambar. (3) Akhir kegiatan guru meminta anak untuk merapikan alat tulis dan duduk dengan rapi di tempat masing-masing. (4) Selanjutnya guru bersama kolaborator melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pada Pertemuan Pertama tindakan Siklus I, dan merencanakan pertemuan selanjutnya.
b. Observasi Tindakan Siklus I Observasi kegiatan menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta pada Pertemuan Pertama dan kedua dirangkum dalam satu observasi tindakan Siklus I, meliputi: (1) kemampuan menggaris motif, (2) kemampuan menebalkan motif, dan (3) kemampuan
55
menggaris motif dalam gambar. Peningkatan kemampuan motorik halus melalui menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta pada Pertemuan Pertama dan kedua tindakan Siklus I diuraikan melalui Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus I Hasil yang Dicapai Siklus I Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua Rata-rata
Skor
Presentase (%)
Kategori
100 138 119
58,48 80,70 69,59
Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan Siklus I, kemampuan motorik halus anak kelompok A pada pertemuan pertama, skor yang dicapai adalah 100 atau 58,48%. Pada pertemuan kedua, skor yang dicapai adalah 138 atau 80,70%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui rata-rata kemampuan motorik halus anak kelompok A pada tindakan Siklus I skornya mencapai 119 atau 69,59% (Mulai Bekembang/MB). Kemampuan motorik halus anak Kelompok A pada tindakan Siklus I, disajikan melalui grafik pada Gambar 2 berikut ini:
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
80.7 58.48
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Siklus I Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus I 56
Hasil presentase pencapaian kemampuan motorik halus anak pada siklus I mencapai 69,59% dengan kategori cukup (Berkembang Sesuai Harapan/BSH). Peningkatan tersebut disajikan melalui Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Sebelum Tindakan dan Tindakan Siklus I Peningkatan
Skor
Presentase (%)
Sebelum Tindakan Siklus I Jumlah Peningkatan
67 119 52
39,18
Kategori Belum Berkembang Mulai Berkembang
69,59 30,41
Berdasarkan uraian Tabel 4 di atas bahwa kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum tindakan ke tindakan Siklus I. Kemampuan motorik halus sebelum tindakan, mencapai skor 67 (39,18%). Pada Siklus I mencapai skor 119 (69,59%). Peningkatan dari sebelum tindakan ke tindakan Siklus I mencapai skor 52 (30,41%). Grafik peningkatan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A juga disajikan melalui grafik pada Gambar 3 berikut ini:
69.59 70 60 50 40 30 20 10 0
39.18
Sebelum Tindakan
Siklus I
Peningkatan Gambar 3. Grafik Peningkatan Skor Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A Sebelum Tindakan ke Tindakan Siklus I
57
c. Refleksi Tindakan Siklus I Refleksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah evaluasi terhadap proses tindakan dalam satu Siklus. Kegiatan refleksi dilakukan oleh guru bersama kolaborator, yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai pijakan untuk melakukan kegiatan pada Siklus II. Peneliti dan kolabolator sebagai observer membahas hal-hal apa saja yang menjadi masalah atau kendala pada pelaksanaan Siklus I. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi peneliti dan kolaborator diperoleh hal-hal yang menjadi hambatan atau kendala pada tindakan Siklus I, antara lain: 1) Anak terlihat masih ragu-ragu dan belum percaya diri dalam menggambar, padahal anak sudah bisa menggunakan pensil dengan baik. 2) Masih terdapat anak yang tertinggal mengikuti tahapan menggaris, menebalkan dan mewarnai seperti yang dicontohkan atau diperagakan guru. Hal ini dikarenakan ramai dengan teman sebelahnya, sehingga meminta guru untuk mengulang tahapan yang tertinggal tersebut. 3) Masih terdapat anak ada yang belum mandiri dalam menyelesaikan kegiatan menggaris, menebalkan dan mewarnai meminta, sehingga anak masih meminta guru atau teman untuk membantu menyelesaikannya. 4) Masih terdapat anak yang hasil karyanya belum mencapai kategori baik (belum rapi dan belum tepat teknik menggaris, menebalkan dan mewarnai). Berdasarkan uraian di atas, bahwa pelaksanaan tindakan pada Siklus I masih banyak kekurangannya, sehingga perlu dilakukan perbaikan yang diharapkan pada tindakan Siklus II bisa lebih berhasil. Untuk itu direncanakan beberapa langkah
58
perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan pada tindakan Siklus II. Adapun perbaikan yang dilakukan dengan cara: 1) Untuk lebih menarik perhatian dan anak lebih antusias, maka guru mempergunakan gambar dan kertas yang ukurannya lebih besar dari yang dipergunakan sebelumnya (ukuran A4). 2) Untuk memperjelas tahapan atau langkah dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif gambar, guru menggunakan motif gambar dengan ukuran yang besar, dan setiap tahapan diberi nomor di bawahnya sehingga anak dapat melihat apa yang didemonstrasikan guru dengan jelas. Kemudian anak yang ketinggalan dalam mengikuti tahapan menggaris, menebalkan dan mewarnai motif gambar, guru menanyakan dan mengulang kembali tentang tahapantahapan tersebut, sehingga diharapkan anak tidak banyak tanya atau meminta guru mengulang dalam mencontohkan setiap tahapan latihan tersebut. 3) Dari awal pembelajaran anak dimotivasi atau disemangati untuk bisa menyelesaikan sendiri tanpa minta bantuan orang lain baik guru maupun teman. 4) Guru selalu mengingatkan anak untuk menggaris, menebalkan dan menwarnai motif dengan benar, dengan mempergunakan jari-jemari dan memperhatikan agar tidak keluar dari pola garis seperti apa yang dicontohkan guru, sehingga menghasilkan hasil menggambar yang baik. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada tindakan Siklus I, bahwa peningkatan kemampuan motorik halus melalui menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, belum
59
mencapai keberhasilan yang ditetapkan. Hipotesis pada tindakan Siklus II bahwa kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta dapat ditingkatkan melalui menggambar dengan metode drill, dengan perbaikan-perbaikan meliputi: (1) sebelum menggambar dilaksanakan, anak diberi kesempatan melakukan latihan menggaris, menebalkan dan mewarnai, (2) latihan menggaris, menebalkan dan mewarnai, dilaksanakan secara satu per satu pada anak, untuk memudahkan pengarahan dan koreksi oleh guru, (3) proses tahapan menggaris, menebalkan dan mewarnai yang dilakukan anak, perlu didampingi guru dan diingatkan kembali apabila ada kesalahan pada saat kegiatan berlangsung, serta guru memberikan motivasi pada setiap anak selama kegiatan berlangsung, dan (4) motif gambar menggunakan motif daun dan bunga yang dibuat dengan ukuran A4, sehingga lebih lebih bervariatif dan lebih memudahkan anak dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai.
3. Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan Masing-masing pertemuan dilaksanakan pada Senin 17 Februari 2014 dan Rabu 19 Februari 2014 dan sesuai dengan tema pembelajaran. Adapun hasil penelitian diuraikan sebagai berikut: a. Revisi Tindakan Siklus II Peneliti
melakukan
kegiatan
perencanaan
tambahan
pada
tahap
perencanaan pelaksanaan Siklus II, yaitu perencanaan perbaikan terhadap beberapa masalah yang ada pada saat pelaksanaan tindakan Siklus I. Perbaikan yang dilakukan sebagai berikut: 60
1) Guru mengubah teknik pelaksanaan secara klasikal dibagi menjadi 4 kelompok. Hal ini dimaksudkan agar guru bisa memperhatikan anak lebih optimal, sehingga anak bersemangat dan percaya diri. 2) Guru membuat motif gambar di atas kertas karton, sehingga anak diharapkan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. 3) Guru membuat variasi gambar lebih dari satu dan ukuran lebih besar dari ukuran semula, sehingga anak lebih jelas dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai. 4) Guru memotivasi dan mengingatkan anak tentang teknik menggambar, sehingga anak mendapatkan hasil menggambar yang baik.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan Siklus II terdiri dari pertemuan pertama dan kedua. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin 17 Februari 2014, yang berlangsung dari jam 07.30 sampai dengan 10.00 WIB. Pertemuan Kedua pada tindakan Siklus II dilakukan pada hari Rabu 19 Februari 2014, yang berlangsung dari jam 07.30 sampai dengan 10.00 WIB. Pelaksaanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. 1) Kegiatan Awal a) Kegiatan diawali dengan berdoa dan dilanjutkan dengan bercakap-cakap tentang tema kegiatan. b) Guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi lagu ”Ikan Kecil” dan dilakukan sambil bertepuk tangan. Pada kegiatan inti guru menjelaskan
61
materi menggambar, khususnya menggaris motif, menebalkan motif, dan mewarnai motif. 2) Kegiatan Inti Selanjutnya guru meminta anak duduk rapi di bangku masing-masing dan mendengarkan penjelasan guru. Adapun langkah-langkah pelaksanaan menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A tindakan Siklus II sebagai berikut: a) Langkah pertama, yaitu guru mengelompokkan anak menjadi empat kelompok. Untuk menarik perhatian anak, guru memberi nama masingmasing kelompok sesuai dengan tema pembelajaran yaitu nama-nama binatang. b) Langkah kedua, yaitu guru menjelaskan kepada anak terkait dengan tema kegiatan dan langkah-langkah yang dilakukan saat menggambar. c) Langkah ketiga, yaitu melaksanakan kegiatan menggambar dengan metode drill di bawah bimbingan dan pendampingan guru. Langkah-langkah menggambar dengan metode drill, yaitu: (1) Guru memperlihatkan contoh gambar yang akan dibuat anak, yaitu gambar bermotif daun dan tambahan motif bunga. (2) Guru menjelaskan tahap-tahap menggambar
yang terdiri dari
menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. (3) Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif.
62
(4) Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. (5) Menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, dengan memberikan pujian pada anak yang sudah berhasil melatih cara menggunakan pensil dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil. (6) Guru masih memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih menggunakan pensil, bertujuan agar anak mahir menggunakan pensil sehingga mampu menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. (7) Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang sudah terdapat gambar motif bervariasi, yaitu motif daun dan bunga. (8) Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. (9) Selama proses kegiatan guru mendampingi dan mengingatkan anak apabila terjadi kesalahan dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. Guru juga memberikan motivasi kepada anak selama kegiatan menggambar berlangsung. 3) Kegiatan Akhir Pada akhir kegiatan motorik halus, guru tetap mengupayakan untuk memberi motivasi dan dorongan kepada anak yang masih pasif supaya anak ikut terlibat langsung dalam kegiatan menggambar. a) Guru memberikan pujian kepada anak yang mampu menggambar dengan baik. Anak sudah mampu menyelesaikan gambar sampai selesai dan anak
63
menunjukkan eningkatan yang signifikan. b) Kepada anak yang belum mampu menggambar dengan baik dan belum berani melakukan, guru memberikan motivasi agar pada pertemuan selanjutnya untuk lebih baik lagi dalam kegiatan menggambar. Pada akhir tindakan Siklus II, menggambar dengan metode drill juga berjalan dengan tertib dan lancar. Sebelum menutup pembelajaran, guru mengajak anak bernyanyi lagu “Tujuh Ekor Ikan Mas”. Hal ini untuk memberikan rasa senang setelah selesai melaksanakan kegiatan. Akhir kegiatan guru meminta anak untuk merapikan buku dan alat tulis dan duduk dengan rapi di bangku masing-masing. Selanjutnya guru bersama kolaborator melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pada pertemuan tindakan Siklus II dan merencanakan pertemuan selanjutnya.
d. Observasi Tindakan Siklus II Observasi peningkatan kemampuan motorik halus melalui menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta pada Pertemuan Pertama dan Kedua dirangkum dalam satu Siklus II, meliputi: (1) kemampuan menggaris motif, (2) kemampuan menebalkan motif, dan (3) kemampuan mewarnai motif gambar. Kemampuan motorik halus melalui menggambar dengan metode drill Pertemuan Kedua tindakan Siklus II pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta pada diuraikan melalui Tabel 5 berikut ini:
64
Tabel 5. Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus II Hasil yang Dicapai Siklus II Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua Rata-rata
Skor
Presentase (%)
Kategori
157 167 162
91,81 97,66 93,10
Berkembang Sangat Baik (BSB)
Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan Siklus II, kemampuan motorik halus anak kelompok A pada pertemuan pertama, skor yang dicapai adalah 157 atau 91,81%. Pada pertemuan kedua, skor yang dicapai adalah 167 atau 97,66%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui rata-rata kemampuan motorik halus anak kelompok A pada tindakan Siklus II skornya mencapai 162 atau 93,10%. Kemampuan motorik halus anak Kelompok A pada tindakan Siklus I, disajikan melalui grafik pada Gambar 4 berikut ini:
97.66 98 97 96 95 94 93 92 91 90 89 88
91.81
Pertemuan Pertama
Pertemuan Kedua
Siklus II Gambar 4. Grafik Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A pada Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan Siklus II, dapat ditegaskan bahwa adanya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A dari tindakan Siklus I ke tindakan Siklus II. Peningkatan tersebut disajikan melalui Tabel 6 berikut ini: 65
Tabel 6. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A dari Tindakan Siklus I ke Tindakan Siklus II Peningkatan
Skor
Presentase (%)
Siklus I Siklus II Jumlah Peningkatan
119 162 43
69,59 93,10 25,14
Kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Berkembang Sangat Baik (BSB)
Berdasarkan Tabel 6 peningkatan kemampuan motorik halus pada tindakan Siklus II, bahwa kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, menunjukkan adanya peningkatan dari tindakan Siklus I ke tindakan Siklus II. Hasil presentase pencapaian kemampuan motorik halus anak pada siklus II mencapai 93,10% dengan kategori baik (Berkembang Sangat Baik/BSB). Peningkatan skor dari Siklus I ke Siklus II mencapai 43 (25,14%). Peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A dari Siklus I ke Siklus I disajikan melalui grafik pada Gambar 5 berikut:
93.1
100 80
69.59
60 40 20 0 Siklus I
Siklus II Peningkatan
Gambar 5. Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A dari Siklus I ke Siklus II
66
c. Refleksi Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil evaluasi seluruh kegiatan motorik halus melalui menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta, mengalami peningkatan yang signifikan. Anak-anak dalam mengikuti kegiatan menggambar dari awal sampai akhir, mampu (1) menggaris motif, (2) menebalkan motif, dan (3) mewarnai motif. Selain itu selama kegiatan anak-anak terlihat senang dan antusias. Dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada tindakan Siklus II terhadap hambatan yang muncul pada tindakan Siklus I, maka kemampuan motorik halus melalui menggambar dengan metode drill pada anak Kelompok A terjadi peningkatan yang lebih baik lagi. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II upaya peningkatan kemampuan motorik halus melalui metode drill dengan menggambar, mencapai skor 162 (93,10%). Dengan perbaikan yang telah dilakukan, akhirnya kegiatan metode drill dengan menggambar pada tindakan Siklus II sudah mencapai tingkat keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian dihentikan sampai siklus II.
C. Analisis Data Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta. Hasil peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok A dari sebelum tindakan, tindakan Siklus I, dan tindakan Siklus II tersebut disajikan melalui Tabel 7 berikut ini:
67
Tabel 7. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A Sebelum Tindakan, Tindakan Siklus I, dan Tindakan Siklus II Peningkatan Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
Skor
Presentase (%)
Kategori
67 119 162
39,18
Belum Berkembang (BB)
69,59 93,10
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) Berkembang Sangat Baik (BSB)
Berdasarkan tabel peningkatan di atas, diketahui bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok A TK ABA Tukangan Yogyakarta sebelum tindakan mencapai 39,18% dengan kategori kurang (Belum Berkembang/BB). Pada tindakan Siklus I mencapai 69,59% dengan kategori cukup (Berkembang Sesuai Harapan/BSH). Pada tindakan Siklus II mencapai 93,10% dengan kategori baik (Berkembang Sangat Baik/BSB). Dari uraian tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa secara menyeluruh kemampuan anak dalam kemampuan motorik halus melalui metode drill dengan menggambar menunjukkan peningkatan setiap siklusnya. Indikator kemampuan motorik halus melalui metode drill dengan menggambar, meliputi: (1) menggaris motif, (2) menebalkan motif, dan (3) mewarnai motif. Hasil penelitian pada akhir tindakan Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok A mencapai skor 162 (93,10%) dengan kategori baik (Berkembang Sangat Baik/BSB). Dengan demikian hipotesis tindakan yang menyatakan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta dapat ditingkatkan melalui menggambar dengan metode drill, telah terbukti. Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak keloompok A dari sebelum tindakan, ke Siklus I dan Siklus II juga diuraikan melalui grafik pada Gambar 6 berikut ini:
68
93.1
100 69.59
80 60
39.18
40 20 0 Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Peningkatan Gambar 6. Grafik Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A dari Sebelum Tindakan Ke Siklus I dan Siklus II
D. Pembahasan Hasil Penelitian Perkembangan motorik halus anak usia dini sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain. Apabila anak tidak mampu melakukan gerakan fisik dengan baik akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri dan konsep diri negatif dalam melakukan gerakan fisik. Oleh karena itu perkembangan motorik halus sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia din. Keadaan demikian digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu strategi untuk membantu meningkatkan kemampuan motorik halus adalah menggambar dengan metode drill. Menggambar dengan metode drill adalah suatu kegiatan melakukan hal yang
sama,
berulang-ulang
secara sungguh-sungguh untuk
memperkuat
keterampilan menggambar agar dapat tertanam dengan baik unsur-unsur dalam menggambar. Indikator-indikator kemampuan motorik halus yang digunakan
69
dalam menggambar dengan metode drill, meliputi: menggaris motif, menebalkan motif, dan mewarnai motif. Kemampuan motorik halus pada Siklus I mencapai skor 119 (69,59%) dengan kategori cukup (Berkembang Sesuai harapan/BSH). Peningkatan dari sebelum tindakan ke tindakan Siklus I mencapai skor 52 (30,41%). Berdasarkan hasil yang dicapai pada tindakan Siklus I, belum mencapai keberhasilan yang ditetapkan karena adanya hambatan-hambaan atau permasalahan yang muncul terkait dengan kegiatan menggambar denan metode drill. Permasalahan pada Siklus I selanjutnya dilakukan perbaikan-perbaikan, agar pada Siklus II dapat mencapai keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh, di mana hasil kemampuan motorik halus anak melalui menggambar dengan metode drill pada Pertemuan Pertama dan Kedua Siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan adalah: (1) menggunakan motif yang lebih bervariasi dan lebih besar, (2) memperjelas dan mengulang kembali latihanlatihan dalam tahapan menggaris, menebalkan dan mewarnai motif, (3) membuat lembar kerja anak yang berisi variasi motif gambar, dan (4) memberikan motivasi selama kegiatan menggambar. Peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok pada tindakan Siklus II, dapat dilihat dari hasil presentase pencapaian kemampuan motorik halus anak mencapai 93,10% dengan kategori baik (Berkembang Sangat Baik/BSB). Peningkatan skor dari Siklus I ke Siklus II mencapai 43 (25,14%). Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat ditegaskan bahwa menggambar dengan metode drill merupakan pendekatan yang efektif, karena 70
terbukti mampu meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta. Hal ini seperti ditegaskan oleh Roestiyah
(2001: 7-8) bahwa menggambar dengan metode drill memiliki
kelebihan, di antaranya adalah (1) dalam waktu yang relatif singkat, siswa dapat dengan cepat memperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan, (2) dapat menanamkan pada siswa kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin, (3) diswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya, (4) guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan antara siswa yang disiplin dan yang kurang memperhatikan saat berlangsungnya pengajaran, (5) bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingat siswa, karena seluruh fikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan, dan (6) siswa akan dapat menggunakan daya pikirnya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik, maka siswa akan menjadi lebih teratur dan teliti. Kemampuan motorik halus yang diperoleh anak Kelompok A, diharapkan mampu memberikan sumbangan yang besar dalam tahapan pencapaian perkembangan motorik secara keseluruhan pada anak TK. Menurut Winkel (2012: 213) fungsi kemampuan motorik halus adalah (a) proses belajar mengajar terutama proses belajar yang menghasilkan keterampilan motorik, antara lain: kecepatan menulis, memotong, membuat garis, dan sebagainya, dan (b) membantu dalam proses belajar tertentu seperti koordinasi gerak dalam pelajaran keterampilan dan pendidikan jasmani. Lebih lanjut ditegaskan dalam kurikulum pembelajaran TK (Depdiknas, 2007: 3) bahwa tujuan peningkatan motorik halus 71
pada anak usia 4 sampai 6 tahun, meliputi: (1) anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, (2) anak mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda benda, (3) anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan, dan (4) anak mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Berdasarkan uraian pembahasan di atas, bahwa dalam proses belajarmengajar, guru harus memiliki strategi, agar anak dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Dalam menyusun strategi belajar mengajar, guru tidak lepas dari pemilihan metode mengajar. Keberhasilan dari proses interaksi belajar mengajar adalah tergantung dari pemilihan metode mengajar yang tepat, sehingga anak dapat belajar secara efektif dan efesien karena guru telah mempersiapkan metode sesuai dengan kondisi belajar anak. Dengan demikian peranan metode dalam sistem pembelajaran sangatlah penting terutama kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu metode untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode dril. Metode dril pada dasarnya merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Metode drill yang diterapkan dalam menggambar pada anak kelompok A TK ABA Mubarok merupakan teknik pengajaran yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan menggambar, dan anak mampu mengingat secara bertahap kegiatan dalam menggambar. Dengan metode drill, anak mampu menggambar secara optimal dengan penerapan unsur-unsur menggambar yang baik, sehingga kemampuan motorik halus anak menjadi lebih meningkat. 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode drill dengan menggambar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak Kelompok A di TK ABA Mubarok Tukangan Yogyakarta. Kemampuan motorik halus yang dicapai anak Kelompok A, sebelum tindakan, mencapai 39,18% dengan kriteria kurang. Pada tindakan Siklus I mencapai 69,59% dengan kriteria cukup. Pada tindakan Siklus II mencapai 93,10% dengan kriteria baik. Peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A dari sebelum tindakan ke tindakan Siklus I mencapai 30,41% dan peningkatan dari Siklus I ke Siklus II mencapai 25,14%. Langkah-langkah metode drill dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) sebelum menggambar, anak diberi latihan menggaris, menebalkan dan mewarnai sesuai dengan tahapan teknik menggambar, (2) latihan menggaris, menebalkan dan mewarnai dilakukan pada setiap anak untuk memudahkan pengarahan dan koreksi, (3) memberikan pujian pada anak yang sudah melakukan teknik menggambar dengan baik, dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil dalam teknik menggambar, dan (3) motif gambar dibuat lebih bervariasi dengan membuat motif daun dan bunga, dan dibuat dengan ukuran lebih besar yaitu ukuran A4.
73
B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru TK Guru dapat menggunakan metode drill dengan menggambar, sebagai metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Latihan teknik menggambar dilakukan secara satu per satu pada setiap anak dan motif gambar dibuat bervariasi serta ukuran motif gambar dibuat dengan ukuran A4. 2. Bagi Pihak Taman Kanak-kanak (TK) Pihak TK perlu menambah berbagai sumber kegiatan yang menarik untuk anak dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, misalnya dengan menyediakan buku kumpulan metode maupun pembelajaran untuk anak, sehingga metode dan media pembelajaran yang ada lebih bervariatif.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abyani Tahmid. (2009). Pengertian dan Ragam Metode Pembelajaran. Jakarta: Gramedia. Ahmad Hadi. (1999). Upaya Peningkatan Motorik Halus sebagai Persiapan Menulis Permulaan Siswa Tunagrahita Sedang dengan Menggunakan Keterampilan Mozaic di SLB N Bantul. Skripsi. Yogyakarta: FIP UNY. Anas Sudijono. (1997). Pengantar Statistika. Jakarta: Rajawali Press. Bambang Sujiono. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2010). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD. ______. (2007). Persiapan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD. Delsa Joesafira. (2010). Metode Latihan (Drill). Diambil dari: http:// delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-latihan-drill.html. Diakses tanggal 25 Maret 2013 Jam 14.35 WIB. Dini P. Daeng Sari. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. E. Muharam, dkk. (1992). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud. Elis Komalasari. (2009). Peranan Aktivitas Menggambar dalam Mengembangkan Keterampilan Matematika Anak Usia TK. Bandung: Repository UPI. Endang Rini Sukamti. (2010). Diktat Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta. Fariz Ilman. (2014). 9 Manfaat Belajar Menggambar & Mewarnai bagi Anak. Diambil melalui http://blog.lazada.co.id/manfaat-belajar-menggambarmewarnai-bagi-anak/. Diakses tanggal 22 Agustus 2014 Jam 13.20 WIB. Felicitas Harmandini (2013). Latih Motorik Halus Anak dengan Menggambar. Diambil dari: http://health.kompas.com/read/2013/03/01/19554761/ Latih.Motorik.Halus.Anak.dengan.Menggambar. Diakses tanggal 20 Maret 2013 Jam 14.50 WIB. Franz Dwiono. (2006). Mengapa Anak Perlu Belajar Menggambar?. Jakarta: Gramedia.
75
Hajar Pamadhi. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Harun Rasyid. (2009). Assesment Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Presindo. Hibana S. Rahman. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press. Hurlock, B. Elizabeth. (1997). Perkembangan Anak. (Terjemahan: Med Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih). Jakarta: Erlangga. Ishartiwi. (2009). Modalitas Belajar. Diambil dari: blog.staffuny.ac.id. Diakses tanggal 20 Maret 2013 Jam 14.55 WIB. Maimunah Hasan. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press. Maria J. Wantah. (2005). Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman. Kanak-kanak. Jakarta: PT. Grasindo. Moh. Syafiruddin. (2011). Metode Drill (Latihan). Diambil dar: http://www.syafir .com/2011/01/09/metode-drill-latihan. Diakses tanggal 20 Maret 2013 Jam 15.50 WIB. MS. Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prawira. (2004). Cara Mudah Menggambar dengan Pensil. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Rakhmat Supriyono. (2012). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka. Revina. (2013). Perkembangan Motorik Halus Anak. Diambil dari: http://bidanku .com/index.php?/perkembangan-motorik-halus-anak. Diakses tanggal 20 Maret 2013 Jam 14.30 WIB. Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Litera Prenada Media Group.
76
Shvoong. (2011). Pengertian dan Tujuan metode Drill. Diambil dari: http://id. shvoong.com/social-sciences/education/2244614-pengertian-dan-tujuanmetode-drill/. Diakses tanggal 25 Maret 2013 Jam 19.15 WIB. Siti Aisyah. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Siti Mas’udah. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Problematika dan Kendala Pengembannya. Diambil dari: http://siti-m-s-fisip.web.unair.ac.id /profil.html. Diakses tanggal 20 Maret 2013 Jam 19.35 WIB. Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY. Solehuddin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung. FIP UPI. Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. ______. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Sujarwo. (2006). Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suwarsih Madya. (2007). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Jakarta: Alphabeta. ______. (1994). Penelitian Tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Syaiful Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta. Tadkiroatun Musfiroh. (2008). Cerdas melalui Bermain. Jakarta: Grasindo. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Winkel, WS. (2012). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia Yasin Mustofa. (2007). EQ Untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sketsa. Yoki Mirantiyo. (2012). Motif Gambar Dekoratif. Diambil dari: http:// yokimirantiyo.blogspot.com/2012/12/gambar-dekoratif-motif-hias.html. Diakses tanggal 15 Maret 2013 Jam 19.40 WIB. Yudha M. Saputra dan Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Yogyakarta: FIP UNY. 77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian
78
79
Lampiran 2. Rencana Kegiatan Harian (RKH) RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH) Kelompok/Semester Tema/Sub Tema Hari/Tanggal Waktu Indikator
Kegiatan pembelajaran
:A : Binatang/Jenis dan Ciri Binatang : Senin, 10 Februari 2014 : 08.00 – 10. 00 WIB Penilaian Alat Peraga Perkembangan Anak dan Sumber Belajar
Memberi dan membalas salam (Nam 33)
Menggambar bebas dari bentuk dasar titik, garis, lingkaran, segitiga, segiempat (FH. 6.1.2)
A. Kegiatan Awal (±30 Menit) 1. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama sebelum kegiatan. 2. Mengucapkan salam dan dijawab oleh anakanak. 3. Menyanyikan lagu “Suara Bebek” sambil berdiri dan bertepuk tangan. B. Kegiatan Inti (±60 Menit) 1. Guru memperlihatkan contoh gambar yang akan dibuat anak, yaitu gambar bermotif daun. 2. Guru menjelaskan tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. 3. Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. 4. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. 5. Untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, dengan cara memberikan pujian pada anak yang sudah berhasil melatih cara menggunakan pensil
Anak langsung
Alat Percakapan
Unjuk kerja
Pensil, pensil warna, kertas A4
80
Unjuk kerja
Hasil
Analisa Perbaikan ●
√
○
ì
Pengayaan
6.
7.
8.
9.
dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil. Guru masih memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih menggunakan pensil, bertujuan agar anak mahir menggunakan pensil sehingga mampu menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang terdapat gambar bermotif daun dan bunga. Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. Selama proses kegiatan guru mendampingi dan mengingatkan anak apabila terjadi kesalahan dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif.
Meniru melipat bentuk benda sederhana (FM.41) PBKB. Kreatif
Pemberian Tugas Melipat caping petani Guru meminta anak menyebutkan macam-macam pekerjaan yang diketahui anak. Guru menanyakan pada anak apa saja perlengkapan yang digunakan petani, kemudian guru mengajak anak melipat caping yang digunakan petani di sawah. Masingmasing anak dibagi kertas lipat, guru memberi contoh pada anak cara melipat kertas membentuk caping dan anak meniru guru melipat bentuk caping.
Mengelompokkan benda berdasarkan bentuk (K. 11) PBKB. Mandiri
Pemberian Tugas Mewarnai gambar yang berbentuk lingkaran dan segi empat Guru menunjukkan gambar dengan berbagai macam bentuk. Minta pada anak untuk menyebutkan macam-macam bentuk gambar yang ada. Kemudian anak diminta untuk mewarnai gambar yang berbentuk lingkaran dan segi tiga.
Kertas lipat
Hasil karya
Gambar, krayon
Penugasan
81
C. Istirahat (±30 Menit) Cuci tangan, makan, bermain bebas Membuang sampah di tempat sampah
Melakukan percakapan dengan teman sebaya orang dewasa (B.) PBKB. Percaya diri
D. Kegiatan Akhir (±30 menit) Demontrasi petani menanam padi di sawah Anak-anak diajak bercakap-cakap tentang kegiatan petani yang bekerja di sawah. Minta anak untuk meragakan kegiatan petani di sawah, kegiatan ini dapat dilakukan bergantian. Diskusi kegiatan sehari Guru menanyakan pada anak kegiatan apa saja yang telah dilakukan sejak pagi hingga menjelang pulang. Berdoa sesudah melakukan kegiatan Anak berdoa pulang dengan bersama-sama
Air, serbet, kue, halaman
Observasi
Anak langsung
Unjuk Kerja
Anak langsung
Percakapan
Anak langsung
Observasi
khusyu’
Salam penutup kegiatan Mengetahui Kepala TK
Yogyakarta, 10 Februari 2014 Guru Kelas/Peneliti
Kepala Sekolah, Sukiyati, A.Ma
Nurul Aini Rochmatun
82
RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH) Kelompok/Semester Tema/Sub Tema Hari/Tanggal Waktu Indikator
Kegiatan pembelajaran
:A : Binatang/Jenis dan Ciri Binatang : Rabu, 12 Februari 2014 : 08.00 – 10.00 WIB Penilaian Alat Peraga Perkembangan Anak dan Sumber Belajar
Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan (Nam 55)
Menggambar bebas dari bentuk dasar titik, garis, lingkaran, segitiga, segiempat (FH. 6.1.2)
A. Kegiatan Awal (±30 Menit) 1. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama sebelum kegiatan. 2. Mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-anak. 3. Bernyanyi “Anak Gajah”sambil berdiri dan bertepuk tangan. B. Kegiatan Inti (±60 Menit) 1. Guru memperlihatkan contoh gambar yang akan dibuat anak, yaitu gambar bermotif daun. 2. Guru menjelaskan tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. 3. Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. 4. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. 5. Untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, dengan cara memberikan pujian pada anak yang sudah berhasil melatih cara menggunakan
Anak langsung
Alat Observasi
Unjuk kerja
Pensil, warna, A4
pensil kertas
83
Unjuk kerja
Hasil
Analisa Perbaikan ●
√
○
ì
Pengayaan
6.
7.
8.
9.
pensil dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil. Guru masih memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih menggunakan pensil, bertujuan agar anak mahir menggunakan pensil sehingga mampu menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang terdapat gambar bermotif daun dan bunga. Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. Selama proses kegiatan guru mendampingi dan mengingatkan anak apabila terjadi kesalahan dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif
Menunjuk sebanyakbanyaknya benda menurut jenisnya (K.13) PBKB. Percaya diri
Pemberian Tugas Mewarnai gambar kendaraan untuk rekreasi Guru menanyakan pada anak macammacam kendaraan untuk rekreasi. Anak menyebutkan macam-macam kendaraan yang dapat digunakan untuk rekreasi. Anak diminta mengambil gambar kendaraan yang telah disediakan dank rayon keudian diminta mewarnainya dengan rapi..
Meniru huruf Hijaiyyah (PAI) PBKB. Mandiri
Pemberian Tugas Guru menunjukkan poster huruf Hijaiyyah. Guru membaca huruf Hijaiyyah tersebut dan anak-anak menirukannya. Kemudian minta anakanak mengambil buku hijaiyyahnya dan
Gambar kendaraan, krayon atau pastel
Hasil karya
Poster Huruf Hijaiyyah, buku tulis Hijaiyyah, dan pensil
Penugasan
84
pensil untuk meniru menulis huruf Hijaiyyah.
Memiliki rasa dermawan (AM.23) PBKB. Toleransi
C. Istirahat (±30 Menit) Cuci tangan, makan, bermain bebas Membuang sampah di tempat sampah
Air, serbet, kue, halaman
D. Kegiatan Akhir (±30 menit) Bercerita menolong teman yang mabuk Buku Cerita di dalam bis rekreasi Anak diminta membuat duduk melingkar di atas karpet. Guru menerangkan pada anak-anak bahwa hari ini akan bercerita tentang anak yang mabuk dalam kendaraan rekreasi. Anakanak mendengarkan dengan tertib. Diskusi kegiatan sehari Guru menanyakan pada anak kegiatan apa saja yang telah dilakukan sejak pagi hingga menjelang pulang Berdoa sesudah melakukan kegiatan Anak berdoa pulang dengan khusyu’ dan guru mendampingi anak berdoa
Observasi
Observasi
Anak langsung
Percakapan
Anak langsung
Observasi
Salam penutup kegiatan Mengetahui Kepala TK
Yogyakarta, 12 Februari 2014 Guru Kelas/Peneliti
Kepala Sekolah, Sukiyati, A.Ma.
Nurul Aini Rochmatun
85
RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH) Kelompok/Semester Tema/Sub Tema Hari/Tanggal Waktu Indikator
Kegiatan pembelajaran
:A : Binatang/Jenis dan Ciri Binatang : Senin, 17 Februari 2014 : 08.00 – 10.00 WIB Penilaian Alat Peraga Perkembangan Anak dan Sumber Belajar
Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan (Nam 55)
Menggambar bebas dari bentuk dasar titik, garis, lingkaran, segitiga, segiempat (FH. 6.1.2)
A. Kegiatan Awal (±30 Menit) 1. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama sebelum kegiatan. 2. Mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-anak. 3. Bernyanyi “Ikan Kecil” sambil berdiri dan bertepuk tangan. B. Kegiatan Inti (±60 Menit) 1. Guru memperlihatkan contoh gambar yang akan dibuat anak, yaitu gambar bermotif daun dan tambahan motif bunga. 2. Guru menjelaskan tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. 3. Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. 4. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. 5. Untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, dengan cara memberikan pujian pada anak yang sudah berhasil
Anak langsung
Alat Observasi
Unjuk kerja
Pensil, warna, A4
pensil kertas
86
Unjuk kerja
Hasil
Analisa Perbaikan ●
√
○
ì
Pengayaan
6.
7.
8.
9.
Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana (29) PBKB. Tanggung jawab
melatih cara menggunakan pensil dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil. Guru masih memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih menggunakan pensil, bertujuan agar anak mahir menggunakan pensil sehingga mampu menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang sudah terdapat gambar motif bervariasi, yaitu motif daun dan bunga. Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. Selama proses kegiatan guru mendampingi dan mengingatkan anak apabila terjadi kesalahan dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. Guru juga memberikan motivasi kepada anak selama kegiatan menggambar berlangsung.
Pemberian Tugas Menghubungkan gambar dengan tulisan yang melambangkannya. Guru menunjukkan LKA yang ada di Majalah Bustan. Guru meminta anakanak menyebutkan gambar yang ada di majalah tersebut, kemudian bersama anak-anak membaca tulisan yang ada di sebelahnya. Minta anak-anak menghubungkan gambar dengan tulisan yang ada di samping gambar. Warnai gambar dengan krayon.
Majalah Bustan hal.3, pensil dan krayon
87
Penugasan
Membilang/menyebut urutan bilangan dari 110 (K.8) PBKB. Mandiri
Guru menunjukkan gambar polisi yang berjumlah 10. Minta anak-anak untuk membilangnya dengan urut. Minta anak untuk maju satu persatu bergantian untuk membilang gambar polisi tersebut secara urut dari 1-10. C. Istirahat (±30 Menit) Cuci tangan, makan, bermain bebas Membuang sampah di tempat sampah
Mau (NAM.27) Toleransi
mengalah PBKB.
D. Kegiatan Akhir (±30 menit) Bercakap-cakap jika melanggar peraturan lalu lintas Guru memperlihatkan gambar keramaian di jalan raya. Anak diminta menyebutkan apa saja kendaraan yang ada di gambar tersebut. Guru menanyakan pada anak-anak siapa yang sering ikut ayah atau ibu melewati jalan raya yang ramai dan bagaimana jika jalanan sedang macet.
Gambar polisi
Penugasan
Air, serbet, kue, halaman
Observasi
Anak langsung
Percakapan
Diskusi kegiatan sehari Guru menanyakan pada anak kegiatan apa saja yang telah dilakukan sejak pagi hingga menjelang pulang. Berdoa sesudah melakukan kegiatan Anak berdoa sebelum pulang dengan khusyu’ bersama-sama
Anak langsung
Observasi
Salam penutup kegiatan Mengetahui Kepala TK
Yogyakarta, 17 Februari 2014 Guru Kelas/Peneliti
pal Sukiyati, A.Ma.
Nurul Aini Rochmatun
88
RENCANA KEGIATAN HARIAN (RKH) Kelompok/Semester Tema/Sub Tema Hari/Tanggal Waktu Indikator
Kegiatan pembelajaran
:A : Binatang/Jenis dan Ciri Binatang : Rabu, 19 Februari 2014 : 08.00 – 10.00 WIB Penilaian Alat Peraga Perkembangan Anak dan Sumber Belajar
Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan (Nam 55)
Menggambar bebas dari bentuk dasar titik, garis, lingkaran, segitiga, segiempat (FH. 6.1.2)
A. Kegiatan Awal (±30 Menit) 1. Kegiatan awal dimulai dengan berdoa bersama sebelum kegiatan. 2. Mengucapkan salam dan dijawab oleh anak-anak. 3. Bernyanyi “Kupu-kupu” sambil berdiri dan bertepuk tangan. B. Kegiatan Inti (±60 Menit) 1. Guru memperlihatkan contoh gambar yang akan dibuat anak, yaitu gambar bermotif daun dan tambahan motif bunga. 2. Guru menjelaskan tahap-tahap menggambar yang terdiri dari menggaris motif, menebalkan motif dan mewarnai motif. 3. Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara memegang dan menggunakan pensil yang tepat untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. 4. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melatih sendiri menggaris dan menebalkan menggunakan pensil. 5. Untuk menciptakan suasana menyenangkan bagi anak, dengan cara memberikan pujian pada anak yang sudah berhasil
Anak langsung
Alat Observasi
Unjuk kerja
Pensil, warna, A4
pensil kertas
89
Unjuk kerja
Hasil
Analisa Perbaikan ●
√
○
ì
Pengayaan
6.
7.
8.
9.
Menyebutkan kembali kata-kata yang baru didengar (B,20)
melatih cara menggunakan pensil dan memberikan motivasi pada anak yang belum berhasil. Guru masih memberikan kesempatan pada anak untuk berlatih menggunakan pensil, bertujuan agar anak mahir menggunakan pensil sehingga mampu menggaris, menebalkan dan mewarnai motif dengan baik. Guru membagi Lembar Kerja Anak (LKA) yang sudah terdapat gambar motif bervariasi, yaitu motif daun dan bunga. Selanjutnya anak diminta untuk menggaris, menebalkan dan mewarnai motif tersebut. Selama proses kegiatan guru mendampingi dan mengingatkan anak apabila terjadi kesalahan dalam menggaris, menebalkan dan mewarnai motif. Guru juga memberikan motivasi kepada anak selama kegiatan menggambar berlangsung.
PL. Menyebutkan simbol huruf/kata : “Permainan tebak huruf” • Anak ditanya macam-macam huruf yang sudah dikenalnya • Anak menyebutkan macammacam huruf yang diperlihatkan guru 10. Anak mendengarkan penjelasan guru mengenai cara menggunakan kartu kata 11. Anak mengambil kartu kata
Kartu kata
90
Pemberian Tugas
yang telah disiapkan dan menyebutkan huruf/kata yang ada pada kartu kata 12. Guru melakukan observasi dan pencatatan proses kegiatan serta membimbing anak untuk menyelesaikan kegiatannya 13. Guru mendokumentasikan hasil karya anak 14. Anak berpindah ke kegiatan inti kedua Menyebutkannama benda yang diperlihatkan (B.22)
PL.Menunjukkan simbol huruf/kata pada kartu kata 1. Anak ditanya mengenai makanan kesukaan 2. Anak diminta menyebutkan makanan kesukaan masing-masing 3. Anak diminta menyimak penjelasan tentang cara melakukan kegiatan, yaitu anak menunjukkan huruf/kata yang ditunjukkan oleh guru 4. Guru melakukan observasi dan pencatatan proses kegiatan 5. Guru mendokumentasikan hasil karya anak 6. Setelah selesai, anak berpindah ke kegiatan inti terakhir C. Istirahat (±30 Menit) Cuci tangan, makan, bermain bebas Membuang sampah di tempat sampah
Meminta tolong dengan sopan (AM. 19) PBKB. Hormat dan Sopan
D. Kegiatan Akhir (±30 menit) Bercakap-cakap cara meminta tolong dengan sopan
Kartu kata
Air, serbet, kue, halaman
Anak langsung
91
Pemberian Tugas
Observasi
Percakapan
Guru menanyakan pada anak siapa saja yang senang membantu ibu di rumah dan pekerjaan apa saja yang dikerjakan di rumah. Guru menanyakan pada anak bagaimana cara meminta tolong pada teman dengan sopan, apakah dengan dibentak-bentak atau bagaimana. Guru menjelaskan pada anak-anak cara minta tolong yang benar. Diskusi kegiatan sehari Guru menanyakan pada anak kegiatan apa saja yang telah dilakukan sejak pagi hingga menjelang pulang.
Anak langsung
Observasi
Berdoa sesudah melakukan kegiatan Salam penutup kegiatan Mengetahui Kepala TK
Yogyakarta, 19 Februari 2014 Guru Kelas/Peneliti
Sukiyati, A.Ma.
Nurul Aini Rochmatun
92
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok A Sebelum Tindakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Anak Laz Shi Gyf Gfv Nch Srs Lsa Mdj Rjc Aps Asl Ikt Sys Nbs Ffr Mjh Nda Nal Ksk Jumlah Persentase (%)
Menggaris Motif Skor 1 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 15 4 0 78.95 21.05 0.00
Indikator Menebalkan Motif Skor 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 16 3 0 84.21 15.79 0.00
Mewarnai Motif Skor 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 16 3 0 84.21 15.79 0.00 Skor Maksimal
Jumlah Skor
Persentase Skor
3 3 3 3 4 3 4 5 3 3 5 3 3 4 3 4 3 5 3 67 171 Yogyakarta, November 2013 Peneliti,
Nurul Aini Rochmatun
93
33.33 33.33 33.33 33.33 44.44 33.33 44.44 55.56 33.33 33.33 55.56 33.33 33.33 44.44 33.33 44.44 33.33 55.56 33.33 744.44 39.18
Pertemuan Pertama Siklus 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Menggaris Motif Nama Anak Skor 1 2 3 Laz 2 Shi 1 Gyf 2 Gfv 1 Nch 3 Srs 1 Lsa 2 Mdj 2 Rjc 2 Aps 1 Asl 3 Ikt 1 Sys 2 Nbs 1 Ffr 2 Mjh 3 Nda 1 Nal 2 Ksk 1 8 8 3 Jumlah Persentase (%) 42.11 42.11 15.79
Indikator Menebalkan Motif Skor 1 2 3 2 1 2 2 3 1 1 3 2 1 3 1 2 1 2 1 2 3 1 8 7 4 42.11 36.84 21.05
Mewarnai Motif Skor 1 2 3 3 1 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 8 8 3 42.11 42.11 15.79 Skor Maksimal
Jumlah Skor 7 3 6 4 8 3 5 8 5 4 8 3 6 4 5 5 5 8 3 100
171 Februari 2014
Observer,
Yogyakarta, Peneliti,
Sukiyati, A.Md.
Nurul Aini Rochmatun
94
Persentase Skor 77.78 33.33 66.67 44.44 88.89 33.33 55.56 88.89 55.56 44.44 88.89 33.33 66.67 44.44 55.56 55.56 55.56 88.89 33.33 1111.11 58.48
Pertemuan Kedua Siklus 1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Menggaris Motif Skor 1 2 3 Laz 3 Shi 2 Gyf 3 Gfv 2 Nch 3 Srs 2 Lsa 3 Mdj 3 Rjc 2 Aps 2 Asl 3 Ikt 2 Sys 3 Nbs 2 Ffr 3 Mjh 3 Nda 2 Nal 2 Ksk 2 0 10 9 Jumlah Persentase (%) 0.00 52.63 47.37 Nama Anak
Indikator Menebalkan Motif Skor 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 0 0.00
2 10 52.63
8 42.11
Mewarnai Motif Skor 1 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 0 10 9 0.00 52.63 47.37 Skor Maksimal
Jumlah Skor 8 6 6 7 8 6 8 8 7 8 8 6 8 7 8 8 7 8 6 138
171 Februari 2014
Observer,
Yogyakarta, Peneliti,
Sukiyati, A.Md.
Nurul Aini Rochmatun
95
Persentase Skor 88.89 66.67 66.67 77.78 88.89 66.67 88.89 88.89 77.78 88.89 88.89 66.67 88.89 77.78 88.89 88.89 77.78 88.89 66.67 1533.33 80.70
Pertemuan Pertama Siklus 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Menggaris Motif Skor 1 2 3 Laz 3 Shi 3 Gyf 3 Gfv 2 Nch 3 Srs 3 Lsa 3 Mdj 3 Rjc 2 Aps 3 Asl 3 Ikt 3 Sys 3 Nbs 2 Ffr 3 Mjh 3 Nda 2 Nal 3 KSk 2 0 5 14 Jumlah Persentase (%) 0.00 26.32 73.68 Nama Anak
Indikator Menebalkan Motif Skor 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 0 4 15 0.00 21.05 78.95
Mewarnai Motif Skor 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 0 5 14 0.00 26.32 73.68 Skor Maksimal
Jumlah Skor 9 8 9 7 9 8 9 8 7 9 9 8 8 7 9 9 8 9 7 157
171 Februari 2014
Observer,
Yogyakarta, Peneliti,
Sukiyati, A.Md.
Nurul Aini Rochmatun
96
Persentase Skor 100.00 88.89 100.00 77.78 100.00 88.89 100.00 88.89 77.78 100.00 100.00 88.89 88.89 77.78 100.00 100.00 88.89 100.00 77.78 1744.44 91.81
Pertemuan Kedua Siklus 2
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Menggaris Motif Skor 1 2 3 Laz 3 Shi 3 Gyf 3 Gfv 3 Nch 3 Srs 3 Lsa 3 Mdj 3 Rjc 2 Aps 3 Asl 3 Ikt 3 Sys 3 Nbs 3 Ffr 3 Mjh 3 Nda 3 Nal 3 Ksk 2 0 2 17 Jumlah Persentase (%) 0.00 10.53 89.47 Nama Anak
Indikator Menebalkan Motif Skor 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 18 0.00 5.26 94.74
Mewarnai Motif Skor 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 1 18 0.00 5.26 94.74 Skor Maksimal
Jumlah Skor
9 9 9 9 9 9 9 8 7 9 9 9 9 9 9 9 9 9 8 167 171 Februari 2014
Observer,
Yogyakarta, Peneliti,
Sukiyati, A.Md.
Nurul Aini Rochmatun
97
Persentase Skor
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 88.89 77.78 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 88.89 1855.56 97.66
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Guru sedang menjelaskan tentang tahapan menggambar pada anak (Siklus I)
Gambar 2. Anak sedang menggaris motif (Siklus I)
98
Gambar 3. Anak sedang menebalkan motif (Siklus I)
Gambar 4. Anak sedang mewarnai motif (Siklus I) 99
Gambar 5. Guru memberikan latihan pada anak tentang tahapan menggaris motif (Siklus I)
Gambar 6. Guru memberikan latihan pada anak tentang tahapan menebalkan (Siklus II) 100
Gambar 7. Anak sedang melakukan aktivitas menggaris dan menebalkan (Siklus II)
Gambar 8. Anak sedang melakukan aktivitas mewarnai (Siklus II) 101