134
PENELITIAN
FAUZIAH
Keluarga Harmoni dalam Perspektif Komunitas Islam: dalam Realitas Perkawinan Monogami, Poligami dan Sirri di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat
Fauziah Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Abstract Marriage is fundamental in the formation of the family. A harmonious family is the ideal state which is obtained whenever each family member either individually or in groups, manage their role or function correctly. A harmonious family is not merely the dream of each family, but also communities and countries. For that ideal Islam hopes a family to sustain, have intertwined harmony, mutual love, cherish and appreciate that each member feels peace in their homes. But the reality in discovering household lives reveals various problems that must be solved. This research was done in the District Indramayu by observing a family in harmony through the perspective of Islamic Community. Keywords: Harmonious Family, Islamic Community, Monogamy, Polygamy, Sirri Marriage,.
Latar Belakang
K
eluarga merupakan unit terkecil dari susunan kelompok masyarakat dan merupakan sendi dasar dalam membina dan mewujudkan suatu bangsa, keluarga membentuk karakter yang berpengaruh kuat kepada lingkungannya, jika karakter yang dihasilkan oleh keluarga itu baik, maka akan membentuk lingkungan yang baik, lebih besar lagi akan membentuk suatu bangsa yang baik, sebaliknya akan membentuk suatu bangsa yang buruk jika karakter yang dihasilkan dalam keluarga buruk (Abdul Fatah, tanggal 17 Februari 2011).
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
135
Selain itu keluarga juga tempat pembentukan kesatuan biososial, hubungan ibu, bapak, dan anak dikonstruksikan secara sosial. Keluarga juga merupakan pembentukan kesatuan ideologis, nilai dan agama (www.gemari.or.di, akses tanggal 24 Februari 2010). Menyadari pentingnya fungsi dan peranan keluarga, Pemerintah telah berupaya melakukan penguatan terhadap lembaga keluarga dan mengusung perbaikan hukum keluarga, yaitu diajukannya kepada Presiden RI Draft Rancangan UndangUndang Hukum Materiil Peradilan Agama Bidang Perkawinan (HMPA). Sebagaimana kita ketahui setiap agama telah menetapkan banyak petunjuk dan peraturan dalam pembentukan keluarga yaitu melalui perkawinan. Perkawinan merupakan pintu masuk yang harus dilalui setiap individu bagi terbentuknya keluarga. Tanpa perkawinan sesuai ajaran/ ketentuan agama, mustahil sebuah keluarga akan harmoni. Akan tetapi untuk mewujudkan keluarga harmoni tidaklah mudah. Karena ketidakharmonisan kehidupan keluarga dapat terjadi di berbagai tempat dengan beragam penyebab, baik faktor internal maupun eksternal. Kabupaten Indramayu yang terkenal dengan kebiasaan kawin-cerai diduga dapat berpengaruh terhadap terciptanya keluarga harmoni. Kondisi wilayah maupun kebiasaan yang terjadi dimasyarakat tersebut sangat mempengaruhi kehidupan keluarga. Untuk itulah penelitian tentang Keluarga Harmoni dalam Perspektif Komunitas Islam di Kabupaten Indramayu dirasa perlu untuk dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; a) Untuk mengetahui dan menghimpun informasi mengenai konsep keluarga harmoni menurut komunitas Islam di Kabupaten Indramayu; b) Mengetahui dan menghimpun informasi mengenai realitas keluarga harmoni dalam beragam bentuk perkawinan: monogami, poligami dan di bawah tangan (sirri) dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keharmonisan dalam keluarga; c) Mengetahui dan menghimpun informasi mengenai peran Kantor Urusan Agama dalam mewujudkan keluarga harmoni.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
136
FAUZIAH
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan deskriptif. Penelitian ini bermaksud untuk menggali persepsi masyarakat di Kabupaten Indarmayu mengenai keluarga harmoni dalam perspektif komunitas Islam dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan kriteria yang melakukan pernikahan monogami, poligami dan nikah di bawah tangan (sirri). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan persepsi dan pengalaman masyarakat terkait dengan ketiga bentuk pernikahan tersebut. Untuk melengkapi informasi tersebut, penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan wawancara mendalam kepada para tokoh agama, Kepala Kantor Urusan Agama, Ketua Pengadilan Agama, Pengadilan Negeri dan Suku Dinas Catatan Sipil serta Wawancara langsung dilakukan terhadap beberapa informan kunci yaitu anggota masyarakat yang terikat perkawinan monogami, poligami maupun nikah sirri. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku, dokumen, dan pendapat orang-orang yang terkait. Selama masa penelitian lapangan, peneliti juga melakukan observasi lapangan, mengamati berbagai fenomena terkait dengan kehidupan perkawinan dan keluarga. Data yang sudah terkumpul dianalisis untuk dikategorikan. KajianTerdahulu Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama sampai saat ini paling tidak sudah melakukan tiga kali penelitian dengan tema keluarga sakinah. Pertama, Pengkajian tentang Model Pembinaan Kelurga Sakinah (1998), Kedua, Evaluasi Program Pembinaan Keluarga Sakinah (2001) dan Ketiga, Kajian tentang Konsep Masyarakat terhadap Keluarga Sakinah (2005). Tiga penelitian tersebut mendeskripsikan dengan lengkap tentang pelaksanaan program baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga sosial keagamaan dan persepsi masyarakat tentang programprogram tersebut. Persepsi yang digali terbatas pada komunitas Muslim. Sedangkan dalam penelitian ini, untuk mengetahui dan menghimpun informasi mengenai konsep keluarga harmoni dalam perspektif komunitas Islam dalam realitas perkawinan monogami, poligami dan sirri.
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
137
Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini ada beberapa terminologi yang perlu diberi batasan, yaitu keluarga harmoni, komunitas Islam dan perkawinan monogami, poligami dan sirri. Keluarga Harmoni Keluarga harmoni merupakan bentukan dari dua kata, “keluarga” dan “harmoni”. Secara antropologis, Koentjaraningrat dan kawan-kawan mendefinisikan keluarga sebagai “kelompok yang terikat oleh hubungan perkawinan dan darah yang biasanya disebut kelompok kekerabatan”. Sementara JB Suparlan dan kawan –kawan dalam kamus istilah kesejahteraan sosial menyatakan keluarga adalah lembaga sosial, bagian yang terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok manusia yang hidup bersama dengan adanya ikatan perkawinan hubungan darah dan adopsi. Hubungan itu terdiri dari suami istri, anak-anak dan saudara. (Rusmin Tumanggor –makalah- tanggal 14 Serptember 2009: 1-2). Harmoni adalah “suatu kondisi selaras, teratur, tentram, dan seimbang”. (Lorens Bagus. 1996: 282). Dengan demikian, kelurga harmoni adalah “bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri atas sekelompok manusia yang hidup bersama dengan adanya perkawinan, hubungan darah dan adopsi yang diliputi suasana keselarasan, keteraturan, ketenteraman, dan keseimbangan”. Dalam Islam, istilah yang digunakan untuk padanan keluarga harmoni adalah keluarga sakinah. Keluarga sakinah menurut Ismah Salman adalah suatu keluarga yang dibentuk melalui pernikahan secara sah dan memberikan ketenangan batin serta kebahagiaan yang hakiki bagi segenap anggota keluarga. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan keluarga harmoni adalah kondisi ideal yang diperoleh ketika masing-masing anggota baik secara sendiri maupun kelompok menjalani peran dan fungsinya secara benar. Komunitas Islam Komunitas Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para penganut agama Islam.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
138
FAUZIAH
Perkawinan Menurut Hukum Islam yang dimaksud dengan perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang antar keduanya bukan muhrim. (Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam; 348). Merujuk pada Undang-undang No 1 tahun 1974 Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (Bab I pasal 1Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Sebab, perkawinan memiliki aturan yang harus dipenuhi agar pelaksanaannya dapat dibedakan antara yang benar dengan yang salah. Di dalam agama Islam selain bentuk perkawinan monogami dalam prakteknya terdapat juga bentuk perkawinan poligami dan perkawinan sirri. Perkawinan monogami adalah suatu bentuk perkawinan/pernikahan dimana si suami tidak menikah dengan perempuan lain dan si istri tidak menikah dengan lelaki lain dan dilakukan secara tercatat. (http://organisasi.org/maca,-jenis-bentuk-perkawinanpernikahan , akses tanggal 25 Februari 2011). Pada prinsipnya suatu perkawinan seorang hanya boleh mempunyai seorang istri (monogami), maka perkawinan poligami diperbolehkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan dan pengadilan telah memberi idzin. (Undang-Undang Perkawinan pasal 3 ayat (2). Adapun yang dimaksud dengan perkawinan poligami adalah bentuk perkawinan dimana seorang suami menikahi beberapa wanita/ istri dua, tiga atau empat dilakukan secara tercatat. (http://organisasi.org/ maca,-jenis-bentuk-perkawinan-pernikahan , akses tanggal 25 Februari 2011.). Perkawinnan sirri adalah perkawinan yang dilaksanakan tidak di bawah pengawasan petugas negara yang berwenang mengupacarakannya dan mencatat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (Ichtijanto;1997:10) Agama Islam memandang perkawinan sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar yaitu meliputi berbagai aspek
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
139
kemasyarakatan yang akan mempunyai pengaruh mendasar terhadap kaum Muslimin khususnya dan eksistensi umat manusia. Keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan “mencekal” bentuk frustasi sosial. UNFPA sebah badan PBB yang menangani masalah kependudukan antara lain merekemendasikan perlunya penanganan serius terhadap hubungan antar generasi yang kurang harmonis. Ini adalah saat yang tepat untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap keluarga, khususnya dalam skala nasional. (Yoyoh Yusro. www.dakwatuna.com, akses tanggal 24 Februari 2010). Gambaran Umum Kabupaten Indramayu Nama Indramayu berasal dari Darma Ayu lengkapnya Nyi Endang Darma yang Ayu yaitu orang kedua pendiri Indramayu. Kabupaten Indramayu mempunyai visi “Terwujudnya Masayrakat Indramayu yang Religius, Maju, Mandiri dan Sejahtera”. Kondisi wilayah Kabupaten Indramayu sangat diuntungkan secara ekonomis dengan letak geografisnya yang berada dijalur utama pantura yang merupakan urat nadi perekonomian nasional dan membentang sepanjang pesisir pantai utara pulau Jawa dengan panjang garis pantai 114 km. Kabupaten Indramayu saat ini memiliki desa sebanyak 305 desa dan 8 kelurahan yang tersebardi 31 Kecamatan. Pada tahun 2008 telah terjadi pemekaran wilayah yang menghasilkan 3 desa baru, yaitu Desa Tambak, Wanantara dan Karanglayung. Batas wilayah kabupaten Indramayu: sebelah utara: Laut Jawa, sebelah selatan: Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon, sebelah barat: Kabupaten Subang dan sebelah timur: Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon. Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah 204.011 Ha atau 2.040.110 Km². Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Pada akhir tahun 2007 berdasarkan hasil Registrasi Penduduk jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.717.793 jiwa. Sedangkan pada akhir tahun 2008 angka tersebut telah berubah menjadi 1.732.674 jiwa. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Indramayu tahun 2008 sebesar 0,86%. Pertumbuhan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (Indramayu Dalam Angka 2009). Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
140
FAUZIAH
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indaramayu pada tahun ajaran 2007/2008 tercatat jumlah SD sebanyak 880, murid 193.959 orang dan 1.247 guru. Kemudian Tingkat SLTP jumlah sekolah tercatat sebanyak 148, murid 63.301 orang dan 3.385 guru. Sedangkan di tingkat SLTA jumlah sekolah sebanyak 52, murid 16.528 oang dan 1.378 guru. Dan untuk Sekolah Kejuruan tercatat memiliki sekolah sebanyak 45 sekolah, murid 15.645 orang dan guru 1.144 guru. (Ibid). Berdasarkan data Kantor Kementerian Agama Kabupaten Indramayu, pada bulan Januari 2010 penduduk Indramayu berjumlah 1.711.422 dengan komposisi agama, Islam 1.703.731, Katolik 2.835, Kristen 4.386, Hindu 160, Buddha 297 dan Khonghucu 13 orang. Jumlah tempat peribadatan umat Islam di tahun 2008 tercatat sebanyak 761 masjid, 4229 langgar dan 549 musholla. Tempat peribadatan lainnya gereja berjumlah 19 dan 2 vihara. (Data Kementerian Agama Kabupaten Indramayu Tahun 2010). Selama ini kita mendapatkan informasi dari media massa bahwa Kabupaten Indramayu pernah mengalami angka perceraian paling tinggi. Fenomena nikah sirri pun bukanlah hal baru. Menurut Ketua Pengadilan Agama, sudah dua (2) tahun belakangan ini angka perceraian di Kabupaten Indramayu menurun bila dibandingkan Pemalang dan Cirebon. (Wawancara dengan Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu). Untuk pasangan nikah sirri pun sudah dicatat oleh pemerintah. Pada tahun 2009 sudah dicatat 230 pasangan dan untuk tahun 2010 ini ada 193 pasangan. Hal ini dikarenakan kesadaran hukum masyarakat Kabupaten Indramayu mulai meningkat dan dukungan dari Bupati Kabupaten Indramayu H.Irianto MS. Syafiuddin, yang lebih dikenal dengan panggilan Yance, yang memberikan perhatian serius terhadap warganya yang melakukan nikah sirri untuk mencatatkan pernikahannya. Dalam hal ini, pemerintah Indramayu melalui APBD telah menganggarkan pencatatan nikah gratis bagi warga yang miskin atau tidak mampu. Pemda setempat telah melakukan kerjasama denganKantor Kementerian Agama Kabupaten Indramayu dan Kantor Pengadilan Agama Kabupaten
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
141
Indramayu. (Wawancara dengan Kepala Kementerian Agama Kabupaten Indramayu). Hasil dan Analisis Penelitian Konsep Keluarga Harmoni Dalam Komunitas Islam Keluarga harmoni dalam komunitas Islam disebut dengan istilah kelurga sakinah, tentu menjadi dambaan setiap orang untuk mencapainya, bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materiil dan spirituilnya, tetapi dengan kondisi hidup keluarga yang bahagia setiap individu di dalamnya akan mendapatkan kesempatan yang seluas – luasnya untuk berkembang sesuai dengan potensinya, bakat dan kemampuan yang dimiliki. (Nurchholish Madjid. 2000: 71-80). Agama Islam memiliki penganut terbesar di Indonesia, memandang bahwa membangun keluarga harmoni merupakan upaya yang wajib ditempuh oleh setiap pasangan (keluarga) yang diawali dengan perkawinan/ pernikahan secara Islami. Islam menginginkan pasangan suami istri yang membina rumah tangga dapat berjalan dengan langgeng, terjalin keharmonisan, saling mengasihi, menyayangi dan menghargai sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumah tangganya. Sehingga ungkapan Rasulullah SAW “Baiti jannati” rumahku adalah surgaku merupakan ungkapan yang tepat tentang rumah tangga/keluarga yang ideal. Apabila rumah tangga dijalani sesuai dengan syari’at agama, maka kelanggengan pernikahan pasti terjadi. Begitu indahnya perkawinan dalam Islam. Rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, itulah cita-cita tertinggi dalam sebuah perkawinan. Oleh karena itu Islam sangat mementingkan pembinaan terhadap keluarga. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Indramayu dimana sebagian besar penduduknya beragama Islam, dalam memahami makna dari keluarga harmoni bervariasi. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan dari tingkat pendidikan dan jenis profesi pekerjaan. Konsep keluarga harmoni bagi masyarakat yang tingkat pendidikanya SMA ke bawah (SD dan SLTP) dengan mata pencaharian Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
142
FAUZIAH
sebagai petani, nelayan dan tukang becak adalah keluarga yang di dalam rumah tangganya saling kasih mengasihi, tidak pernah cekcok dan dapat menerima kekurangan masing-masing pasangan meskipun kehidupan rumah tangganya masih serba kekurangan hal itu tidak menjadi hambatan untuk keharmonisan dalam rumah tangga. (Wawancara dengan Sutarih). Sedangkan menurut masyarakat yang tingkat pendidikannya SMA keatas (SMA, Dipolama dan Sarjana) yang sebagian dari mereka adalah tokoh masyarakat, pegawai pemerintahan/swasta dan pejabat, mereka memahami keluarga harmoni adalah keluarga yang perkawinanya mengikuti aturan agama dan di dalam rumah tangganya melaksanakan aturan-aturan agama, masing-masing pasangan dan anggota keluarga dapat menjalankan kewajiban masing-masing serta adanya saling keterbukaan. Menurut mereka inilah rumah tangga yang harmoni. (Wawancara dengan K.H.Sulhin Hudaiby). Bila dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat komunitas Islam di kabupaten Indramayu, mereka tidak mempermasalahkan bentuk dari perkawinan, apakah perkawianannya monogami, poligami ataupun sirri karena menurut mereka meskipun rumah tangganya monogami tetapi rumah tangganya tidak didasarkan pada aturan agama dan tidak adanya keterbukaan maka rumah tangga tesebut tidak mungkin harmoni. Realitas Keluarga Harmoni Dalam Beragam Bentuk Perkawinan Pada umumnya, masyarakat Kabupaten Indramayu menjalankan perkawinan monogami. Namun realitasnya, di wilayah tersebut juga ditemukan keluarga yang menjalankan perkawinan poligami dan nikah sirri. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Kantor Kementerian Agama Indramayu dan Ketua Pengadilan Agama Indramayu, dua tahun belakangan ini sebagian masyarakat Kabupaten Indramayu sudah memahami pentingnya perkawinan tercatat. Dalam hal ini, pemerintah Indramayu telah mencanagkan pencatatan nikah gratis bagi warga yang miskin atau tidak mampu. Pemda setempat telah melakukan kerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Indramayu dan Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu. Tercatat pada tahun 2009 sudah dicatatkan 230 pasangan dan untuk tahun
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
143
2010 ini yang sudah ada 193 pasangan yang perkawinanya akan dicatatkan secara gratis. Profil Keluarga Monogami, Poligami dan Sirri Untuk pasangan pernikahan monogami, dengan key informant K.H. Shulhin Hudaiby yang mendapatkan penghargaan keluarga teladan tahun 2007-2008, beliau juga adalah seorang tokoh agama yang sekarang ini menjabat Ketua II Bidang Keagamaan MUI Kab Indramayu dan pensiunan Pegawai Negeri Sipil sebagai Penghulu. Pasangan ini sudah mengarungi hidup berumah tangga selama 44 tahun dan sudah dikarunia 3 orang putra serta 2 orang putri dan 5 orang cucu. Menurut pasangan ini perkawinan merupakan gerbang atau kunci awal untuk membentuk keluarga sakinah/harmoni. Menurutnya, untuk membentuk keharmonian dalam keluarga diawali dengan niat menikah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengikuti Sunnah Rasul SAW. Dalam memilih pasangan juga harus diperhatikan agamanya. Papua Apabila rumah tangga diwarnai dengan religius, maka rumah tangga tersebut akan dipelihara dan dijaga oleh Allah SWT. Apabila rumah tangga sudah dijaga oleh Allah SWT tentulah rumah tangga tersebut akan tentram dan harmoni. (Wawancara dengan K.H. Sulhin HUdaiby pada tanggal 17 maret 2010). Meskipun begitu, menurut pengakuan istrinya Aeniyah, ketika suaminya menjadi penghulu, ia juga banyak mendapatkan ujian. Mulai dari isu-isu ada hubungan dengan wanita lain dan sikap suaminya yang sedikit temperamen. Namun karena kesabaran, percaya kepada suami dan berusaha untuk menjaga keutuhan rumah tangga dan percaya akan takdir Allah SWT semuanya bisa dilewati sampai sekarang ini. (Wawancara dengan Aeniyah pada tanggal 17 Maret 2010). Berbeda dengan Sutarih, seorang nelayan dan penarik becak yang sudah 3 kali menikah dengan dua orang wanita. Pernikahannya yang pertama dengan Saheti yang dicatatkan, sedangkan pernikahannya dengan Maheri yang sudah diceraikannya dan kembali menikah (rujuk) tidak dicatatkan (Sirri). Alasannya, karena untuk biaya nikah secara tercatat, dikenakan biaya dua (2) kali lipat dari nikah sirri. Isterinya Saheti juga demikian, wanita yang berusia 44 tahun ini sudah menikah 4 kali dengan 3 laki-laki. Hanya pernikahannya yang pertama dengan Sutarih dicatatkan,
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
144
FAUZIAH
sedangkan pernikahannya yang lain tidak. Alasannya selain tidak ada biaya juga kalau tidak cocok tidak sulit untuk bercerai. Pada tahun 2009, pasangan ini telah mencatatkan pernikahannya secara gratis berkat kerjasama Kantor Kementerian Agama dan Pengadilan Agma Kabupaten Indramayu dan dukungan dana dari pemerintah setempat. Meskipun mereka tadinya tidak mau mendaftarkan pernikahannya, tetapi karena anak pertama mereka yang sekarang duduk di kelas 5 SD dan tahun depan akan mengikuti Ujian Nasional disyaratkan harus ada Akta Kelahiran Anak. Karena alasan inilah akhirnya pasangan ini mau mencatatkan pernikahannya. Pasangan ini merasa rumah tangganya sudah harmonis. Menurutnya untuk membentuk keluarga sakinah/harmoni tidak mesti harus menikah secara tercatat. Karena yang paling penting sah menurut agama selain itu dalam rumah tangga harus saling asih dan menerima apa adanya keadaan masing–masing pasangan. Meskipun setiap istrinya mau melahirkan, Sutarih selalu berhutang untuk biaya persalinannya. Namun pasangan ini merasa sudah harmoni dan berharap pernikahan mereka yang sekarang ini adalah yang terakhir. (Wawancara dengan Sutarih pada tanggal 16 Maret 2010). Lain lagi dengan Ida, wanita muda ini terpaksa melakukan nikah sirri dengan suami keduanya bukan lantaran tidak ada biaya. Akan tetapi dia takut pensiunan Pertamina dari suami pertamanya akan hilang kalau ia mencatatkan pernikahannya yang kedua. Sedangkan pekerjaan suaminya yang sekarang ini adalah jual beli mobil yang penghasilannya tidak tetap dan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama 3 orang anak dari suaminya terdahulu. Ia terpaksa mencari tambahan dengan mengantar jemput anak sekolah di sekitar tempat tinggalnya. Pasangan ini merasa rumah tangganya sudah harmoni. Karena mereka tidak pernah mempermasalahkan keuangan yang tidak cukup, masing-masing pasangan mau menerima keadaan dan kekurangan pasangan. Hubungan antara anak-anaknya dengan suaminya sekarang juga baik. Hanya saja mereka merasa hubungan sosial mereka sedikit terganggu karena masih ada keluraga/tetangga yang mencibirkan pelaku nikah sirri.Namun mereka tidak memperdulikannya karena menurutnya HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
145
yang penting mereka sudah merasa cocok dan tidak melanggar aturan agama. (Wawancara dengan Ida pada tanggal 18 Maret 2010). Sementara realitas pelaku perkawinan poligami yang biasanya dianggap tidak harmonis, ternyata pasangan ini sebaliknya, keluarganya harmonis baik istri pertama maupun isteri kedua. Menurut pengakuan Imroh Khariri, muadzin masjid, yang sudah dikarunia empat orang anak (3 orang putra dan 1 orang putri), ia melakukan poligami atas anjuran istri pertamanya. Hal ini berawal dari cobaan yang datang terhadap keluarganya dari tahun 1993 s/d tahun 2003. Keluarga ini mendapatkan cobaan toko kelontong milik keluarganya dirampok orang, dan kecelakaan mobil sepulang dari menghadiri wisuda anaknya serta sakit yang diderita dua orang anaknya. Keadaan ini membuat Imroh dan istrinya kerepotan dan sangat memerlukan biaya yang cukup banyak sehingga mereka harus berusaha dan bekerja lebih keras lagi untuk mengembalikan usahanya seperti semula dan mengganti mobil orang yang mereka pinjam rusak akibat kecelakaan serta membiayai pengobatan anaknya yang cukup besar. Keadaan ini membuat mereka membutuhkan tenaga orang lain untuk membantu meringankan pekerjaan mereka dan merawat anak mereka yang sedang sakit sampai berbulan-bulan. Pasangan ini akhirnya memutuskan untuk mempekerjakan seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, yang tadinya bekerja sebagai pembantu bidan. Wanita itu menerima tawaran untuk bekerja di keluarga Khariri. Ia bekerja dari pagi sampai malam sehingga mulai ada bisik-bisik dari tetangga karena istri dari Khariri setiap hari pergi mengajar. Khawatir ada fitnah, maka istrinya menyarankan kepada suaminya, Khariri untuk menikahi wanita itu supaya tidak ada fitnah. Semula Khariri tidak menyetujui usul dari istrinya dan ia mengumpulkan anak-anaknya untuk minta pendapat dari mereka dan anak-anaknya menyetujui usul ibunya meskipun semula anak perempuannya tidak setuju tapi setelah diberi pengertian akhirnya setuju. Setelah semuanya setuju, istri Khariri menghadap orang tua wanita yang bekerja di rumahnya untuk meminta anaknya menjadi istri kedua dari suaminya. Mereka tinggal satu rumah, tapi setelah ekonominya kembali seperti semula, istri keduanya sudah dibelikan rumah dan Khariri mengatur satu hari tinggal di rumah istri pertama besoknya di rumah istri kedua dan begitu seterusnya. Kedua istrinya tidak mempermasalahkan keadaan ini, malah mereka rukun. Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
146
FAUZIAH
Menurut pendapat Khariri, dengan melakukan pernikahan poligami tidak menjadi hambatan untuk membentuk keluarga sakinah (harmoni). Apalagi pernikahan ini dilakukan secara sah baik oleh agama maupun peraturan pemerintah. Yang penting tujuan dan motivasi menikah harus diluruskan niatnya yaitu karena mengharapkan ridho dari Allah SWT dan dengan hati yang ikhlas tidak perlu malu kepada tetangga dan keluarga karena melakukan poligami. Justru kita harus malu kepada Allah SWT apabila melakukan zina dan perselingkuhan. (Wawancara dengan bapak Khariri, pada tanggal 18 Maret 2010). Dari hasil wawancara terhadap pelaku pasangan yang melakukan perkawinan: monogami, poligami dan sirri, nampak peranan seorang isteri untuk mewujudkan keluarga harmoni dalam rumah tangga sangat besar. Dari informasi yang diperoleh meskipun prilaku suami yang temperamen, berpenghasilan rendah, kalau istri menerima, sabar dan tidak mengeluh, maka akan tercipta rumah tangga yang harmoni, rukun dan bahagia. Meskipun masih ada masyarakat yang mengangap bahwa keluarga yang bahagia dan harmoni adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan materinya. Dalam arti asalkan keluarga tersebut memiliki harta yang banyak, rumah yang besar dan mewah, kendaraan dan peralatan rumah tangga yang modern serta memiliki tabungan yang banyak, telah dianggap harmoni dan bahagia, tanpa memikirkan hal – hal yang bersifat psikis. Pandangan tersebut adalah pandangan yang keliru. Karena kebahagiaan dan keharmonian keluarga tidak hanya diukur dari kecukupan materi saja, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan yang sah, tercukupi kebutuhan spirituilnya, memiliki hubungan yang harmonis baik antar anggota keluarga, masyarakat sekitar dan lingkungannya. Hal ini sangat diperlukan untuk memperoleh kebahagiaan hidup sehingga hidupnya dapat damai, tentram dan nyaman. Bagaimana sebuah keluarga dapat mencapai kebahagiaan sejati walaupun berlebihan secara materi, namun selalu dikejar rasa berdosa dan bersalah karena harta yang ia makan dan ia gunakan merupakan hasil korupsi atau tindak kejahatan lainnya. Sungguh dalam keluarga tersebut yang ada hanya rasa was- was, takut, dan jiwa yang gersang sehingga materi yang berlimpah hanya akan membuatnya hidup sengasara secara batiniah, dalam arti kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang sebenarnya tidak akan tercapai.
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
147
Meskipun realitanya masih ada sebagian masyarakat yang masih memilih perkawinan di bawah tangan (sirri). Hal ini dikarenakan masyarakat masih belum memahami pentingnya pernikahan tercatat untuk melindungi hak perempuan dan anak disamping karena biaya menikah dianggap masih tinggi. Faktor-faktor yang dapat menunjang terwujudnya keluarga harmoni di antaranya adalah: rumah tangga dihiasi dengan nuansa religius, masingmasing pasangan menjalankan kewajiban terlebih dahulu tidak hanya menuntut hak, masing-masing pasangan menjaga kehormatan diri dimanapun berada, saling memberikan perhatian dan pemenuhan kebutuhan lahir dan batin, realistis dan ridho dengan karakter pasangan, membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat, menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis, meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas, menghidupkan kembali hal-hal yang dapat menciptakan kemesraan dan kesabaran. Sedangkan faktor –faktor penghambat terwujudnya keluarga harmoni di antaranya: faktor ekonomi, tidak terpenuhinya kebutuhan lahir dan batin, kurang adanya saling pengertian, campur tangan orang lain, kurang perhatian, hidup terpisah, adanya dominasi orangtua/mertua, adanya orang ketiga dan adanya kejenuhan. Peran Kantor Urusan Agama Komunitas Islam memiliki lembaga formal yang mengurusi perkawinan yaitu Kantor Urusan Agama dan Badan Pembinaan Penasihat dan Pelestarian Pernikahan (BP4). Kantor Urusan Agama dan BP4 sangat cukup berperan dalam mewujudkan keluarga harmoni. Hal ini dapat dilihat baik secara administratif maupun dalam mempersiapkan mental calon pasangan suami isteri. Pasangan yang ingin menikah setelah mendaftar di KUA akan mendapatkan bimbingan pranikah yang disebut kursus calon pengantin (suscaten) yang dilakukan secara kolektif. Idealnya suscatin ini dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan perkawinan kepada calon pasangan suami isteri. Adapun tujuan dari suscatin ini antara lain untuk memberikan penyadaran kepada calon pengantin akan tugas dan kewajibannya masing-masing. Pelaksanaan kursus calon pengantin
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
148
FAUZIAH
ini merupakan salah satu langkah awal untuk menuju keluarga yang harmoni. Dalam mengarungi hidup berumah tangga tidak selamanya mulus tentu ada hal-hal yang menjadi pemicu masalah dalam berumah tangga. Apabila dikemudian hari terjadi konflik, maka akan dibimbing oleh BP4. Adapun penilaian masyarakat terkait peran Kantor Urusan Agama dalam membentuk keluarga sakinah, umumnya perannya masih sangat diperlukan untuk langkah awal terbentuknya keluarga harmoni. Meskipun lembaga tersebut belum begitu efektif dalam melakukan sosialisasi nilai – nilai perkawinan. Penutup Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut; a) Persepsi keluarga harmoni bagi Komunitas Islam di Kabuapaten Indramayu masih beragam sesuai dengan tingkat pendidikan, sosial dan pemahaman agama. Namun secara umum mereka sependapat bahwa keluarga harmoni adalah keluarga yang bahagia dimana rumah tangganya menjalankan aturan agama, masing-masing pasangan menjalankan kewajiban dan haknya serta mau menerima kekurangan pasangan dan bersabar dalam menghadapi cobaan rumah tangga; b) Realitas perkawinan yang terjadi di masyarakat Kabupaten Indramayu meskipun pada umumnya melakukan perkawinan monogami namun kenyataannya terdapat juga masyarakat yang melakukan pernikahan poligami dan nikah sirri. Realitas nikah sirri dikarenakan masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat dari pernikahan tercatat dan dikarenakan biaya nikah yang dianggap masih tinggi apabila dilakukan secara tercatat. Sedangkan untuk pelaku nikah poligami dikarenakan suatu keadaan yang mendesak dan sudah mendapatkan idzin dari istri pertama dan Pengadilan Agama; b) Kantor Urusan Agama (KUA) memegang peranan yang penting bagi pembinaan calon pasangan pengantin untuk langkah awal terbentuknya keluarga harmoni. Hanya saja pelaksanaanya belum dilakukan secara maksimal dan waktunya masih terbatas. Penelitian ini merekomendasikan: a) Untuk membentuk keluarga yang bahagia/harmoni perlu ditingkatkan pelayanan penasehatan perkawinan dan perlu penambahan waktu serta dilakukan secara
HARMONI
Januari - Maret 2011
KELUARGA HARMONI DALAM PERSPEKTIF KOMUNITAS ISLAM: DALAM REALITAS PERKAWINAN ....
149
berkesinambungan agar tujuan perkawinan itu sendiri dapat tercapai; b) Badan Pembinaan Penasihat dan Pelestarian Pernikahan (BP4) dalam memberikan bimbingan perkawinan jangan hanya dilakukan ketika hendak melakukan perkawinan saja tetapi pasca perkawinan tetap dilakukan pemantauan; c) Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan tokoh-tokoh agama dalam melakukan pembinaan terutama bagi pasangan yang akan melangsungkan perkawinan dan yang mengalami konflik agar tidak terjadi perceraian. Daftar Pustaka
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1996. Hunt, Chester L. et.al. 1993. Sosiologi. Jilid I Jakarta. Köningsmann , Josef SVD. 1978. Pedoman Hukum Perkawinan Gereja Katolik. Ledalero: Sekolah Tinggi filsafat –Teologi Katolik. Laporan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Kota Indramayu tahun 2009 Laporan Peradilan Agama Indramayu, tahun 2009 Laporan Peristiwa Nikah dan Rujuk Provinsi NTT, Kantor Wilayah Departemen Agama Indramayu, tahun 2007-2009 Laporan Tahunan Kandepag, Kota Indramayu Tahun 2007 Madjid, Nurcholish. 200. Masyarakat Religius: Membumikan Nilai-nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat Jakarta: Paramadina. Menuju Kelurga Bahagia, Kursus Persiapan Perkawinan Katolik Dekenat Bekasi. Tim SKK Dekenat Bekasi: Ferbruari 2007. Mubarok, Achmad. 2002. Al-Irsyad an Nafsiy: Konseling Agama, Teori dan Praktik Jakarta: Bina Rena Pariwara. Purba, Jonedy Chandra. Keluarga Kristen yang Bertanggung Jawab dalam www.gkps.or.id., akses tanggal 21 Pebruari 2010. Situs: Membangun Keluarga Sejahtera, Tinjauan Perspektif Iman Katolik dalam http://www.parokikris-to-fo-rus.-org/, Tim. 2009. Kota Indramayu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Indramayu. Tim. 2008. Kehidupan Keagamaan. Departemen Agama Kota Indramayu
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. X
No. 1
150
FAUZIAH
Tim Penyusun. 2001. Evaluasi Program Pem-binaan Kelu-arga Sakinah, Laporan Penelitian Ja-karta: Puslitbang Kehidupan Beragama. Tim Penyusun. 2005. Kajian tentang Konsep Masyarakat terhadap Keluarga Sakinah, Laporan Penelitian Ja-karta: Puslitbang Kehidupan Beragama,. Tim Penyusun. 1998. Pengkajian tentang Model Pembinaan Keluarga Sakinah, Laporan Penelitian Ja-karta: Puslitbang Kehidupan Beragama. Tumanggor, Rusmin. Tinjauan Konseptual tentang Keluarga , makalah pada Pertemuan Diskusi Tim Pa-kar Pemberdayaan Keluarga: Staf Ahli Menteri, Civitas Akademika, Peneliti, Pemerhati Keluarga dan Pejabat Terka-it yang diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan Keluarga Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, Depar-temen Sosial RI, tgl. 14 September 2009 di Ruang Rapat Utama Lantai II De-partemen Sosial RI Jln. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat. Yoyoh, Yusroh. 2010. Pernikahan sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah dalam www.dakwatuna.com, akses tanggal 24 Februari 2010. Zarkasyi, Muslich M. , 2005. Gerakan Keluarga Sakinah: Studi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Kelompok Keluarga Sakinah di Kabupaten Temanggung, Tesis S2 Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.
HARMONI
Januari - Maret 2011