KELAYAKAN FINANSIAL INTEGRASI MARKISA, KOPI DAN SAYURAN DI KAWASAN AIR DINGIN KABUPATEN SOLOK Buharman B dan Nusyirwan Hasan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok Km. 40, Sukarami
ABSTRACT Air Dingin is located on high wetland agroecosystem with hilly and undulated vegetation so that the area should be managed with conservation agricultural pattern using integrated passion fruit, coffea, and vegetable crops. This method will improve the optimilized land area and avoid the damage of environment because of slashing and burning. Financial analysis using investation criteria (NPV, B/C, and IRR) was done for 15 years period for passion fruit and coffea, and three cropping seasons of vegetable crops in one year. Passion fruit would produce the yield after two years planting and coffea after three years planting. With DF 18%, integrated passion fruit, coffea, and vegetable crops gave NPV Rp.93,316,430 (Present Value of Benefit Rp.221,178,500 and Present Value of Cost Rp.127,862,000); B/C ratio 1.73; IRR>50%, meaning that it was very acceptable. If cost production increases 50%, integrated passion fruit, coffea and vegetable crops is still acceptable with NPV value Rp.29,385,400 (Present Value of Benefit Rp.221,178,500 and Present Value of Cost Rp.191,793,100); B/C ratio 1.15, and IRR 39.12%. Implementation of this type of integration needs technology and financial support so that cooperation between land owners and investors suggested.
PENDAHULUAN
L
uas kawasan Air Dingin sebagai bagian dari Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok adalah 126,4 km2. Sebagian besar arealnya merupakan kawasan hutan dengan topografi berbukit dan bergelombang. Kawasan budidaya yang luasnya terbatas (1.772,4 ha), agar dapat memberikan hasil, pengelolaannya harus berwawasan konservasi. Jenis tanaman tahunan yang umum diusahakan petani saat ini adalah markisa, alpokad dan kopi, sedangkan tanaman semusimnya adalah sayuran (kentang, kubis, cabe, dan tomat). Dengan sistem tumpangsari, kombinasi antara tanaman tahunan dan tanaman semusim dapat dilakukan pada lahan yang sama secara bersamaan. Hadian et al. (2005) menyebutkan bahwa pengelolaan usahatani di kawasan ini masih relatif sederhana, menggunakan input rendah dan tanpa menghiraukan kaidah konservasi. Bersama tanaman lainnya, kopi sangat potensial untuk dikembangkan di kawasan ini. Bagian barat dan timur kawasan Air Dingin dengan ketinggian 1100-1800 m dari
356 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
muka laut (DML) merupakan kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan hutan kemasyarakatan yang sudah banyak dibabat untuk pertanian. Pada hutan yang masih tinggal kesuburan tanah masih tinggi dan lapisan top soilnya masih utuh. Kawasan dengan ketinggian di atas 1400 m DML (masih dalam kawasan hutan TNKS dan hutan masyarakat/nagari) sudah banyak ditanami oleh masyarakat dengan markisa, sedikit tanaman kopi, kayumanis dan sayuran dengan pola tanam campuran dan sistem ladang berpindah. Sementara itu, sebagian besar lahan yang layak dijadikan lahan usahatani dibiarkan terlantar yang ditumbuhi pakis resam dan alang-alang. Praktek perladangan berpindah ini perlu diatasi secepatnya, agar degradasi kesuburan lahan pertanian, kekurangan air dan kekurangan sumberdaya hayati dapat diantisipasi. Berdasarkan kondisi agroekosistem kawasan, maka kombinasi usahatani sayuran, markisa dan kopi dalam sistem integrasi berwawasan konservasi dapat dijadikan andalan. Pemanfaatan lahan pertanian secara optimal tidak saja dapat mengantisipasi dampak negatif kerusakan lingkungan, tetapi sekaligus mendukung pengembangan ekonomi
masyarakat dan kesempatan kerja (Pemda Solok, 2007).
nansial, dapat dikemukakan sebagai berikut:
Bappeda-BBSDL (2007) menyebutkan bahwa potensi areal yang sesuai untuk pengembangan tanaman kopi Arabika di Kabupaten Solok yang terluas terdapat di Kecamatan Lembah Gumanti (8264 ha). Kopi Arabika mutunya jauh lebih lebih baik dibandingkan jenis kopi yang lain. Sesuai dengan kondisi agroekosistemnya, kawasan Air Dingin dipandang sesuai untuk kawasan pengembangan kopi Arabika.
a. Markisa Di Kabupaten Solok terdapat tiga jenis markisa manis yang diusahakan petani, yaitu markisa bunga ungu biasa, bunga putih, dan bunga ungu super. Markisa bunga putih dan bunga ungu super adalah jenis unggul yang masing-masing dinamakan Gumanti dan Super Solinda sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 121/Kpts/TP.20/2/2001 tanggal 8 Februari 2001 dan SK No. 220/Kpts/TP. 204/4/2001 tanggal 4 April 2001. Spesifikasi kedua jenis markisa unggul tersebut adalah produksi buah pada umur dua tahun 65-75 kg/pohon (setara 26-30 t/ha, populasi 400 pohon/ha), berat buah 120-140 gram/buah, dan toleran terhadap hama dan penyakit. Produksi buah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan tanaman. Daya simpan buah pada wadah terbuka 18-21 hari, tahan dalam transportasi, dan umumnya dikonsumsi dalam bentuk buah segar (BPTP Sumbar, 2001).
Analisis kelayakan finansial ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana integrasi markisa, kopi dan sayuran di kawasan Air Dingin menguntungkan secara finansial. Hal ini diperlukan dalam menentukan upaya mengubah praktek ladang berpindah menjadi pertanian menetap yang lebih produktif dan adaptif.
INTEGRASI MARKISA, KOPI, DAN SAYURAN Integrasi tanaman markisa, kopi dan sayuran dimaksudkan sebagai penanaman ketiga jenis tanaman tersebut pada lahan yang sama dalam bentuk tumpangsari. Markisa dan kopi termasuk tanaman tahunan, sementara sayuran (kubis, tomat, kentang, bawang merah) adalah tanaman semusim yang dapat diusahakan 3-4 kali tanam sebelum tanaman tahunan menaungi tanah dan tanaman semusim di bawahnya. Tanaman kopi membutuhkan naungan yang sekaligus sebagai sumber bahan organik dari sarasah yang dihasilkan. Markisa manis selain dapat berfungsi sebagai penaung kopi juga menghasilkan buah secara kontinyu. Sayuran yang diintegrasikan dengan markisa dan kopi akan memberikan hasil dan mendatangkan penerimaan usahatani dari 3-4 musim tanam dalam 1-2 tahun pertama sebelum tanaman markisa dan kopi menghasilkan. Deskripsi umum komoditas markisa, kopi dan sayuran yang mendasari penyusunan kuantitas masukan-hasil dalam analisis fi-
Selain dikonsumsi segar, buah markisa manis dapat diolah menjadi jus dan sirup, baik dalam bentuk tunggal ataupun dicampur dengan terung belanda (juice mix). Nilai tambah pengolahan juice mix markisa-terung belanda ini cukup tinggi. Untuk menghasilkan 100 liter juice mix menggunakan peralatan sederhana, biaya variabelnya hanya Rp. 1.625,-/gelas, sementara harga jual di restoran dapat mencapai Rp.5.000,-/ gelas. Markisa sebagai tanaman merambat membutuhkan para-para (menggunakan tiang kayu/bambu, kawat, dan tali nilon) untuk media rambatnya. Tiang para-para sudah harus dibangun 6 bulan setelah markisa ditanam. Secara bertahap tiang para-para perlu diganti bersamaan dengan pemangkasan dan pemupukan tanaman. Pemupukan tanaman markisa harus dilakukan secara rutin seKelayakan Finansial Integrasi Markisa, 357 Kopi dan Sayuran di Air Dingin
tiap 3 bulan berupa 250 gram NPK + 5 kg pupuk kandang yang diinkubasi selama 1 minggu. Pupuk diberikan melingkar tanaman dengan jarak 1 m dari batang pada kedalaman 10 cm dan ditutup dengan tanah.
dengan takaran seperti pada Tabel 1. Pemeliharaan lainnya adalah pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pemangkasan, dan pengelolaan penaung yang berasal dari tanaman markisa.
b. Kopi Ada beberapa jenis kopi Arabika anjuran yang dapat ditanam pada agroekosistem dataran tinggi, seperti Abesinia 3, USDA 762, S 795, Kartika 1, Kartika 2, dan Andungsari. Tiga klon unggul pertama membutuhkan jarak tanam 2,5 x 2,5 m (populasi 1.600 batang/ha) dengan potensi hasil biji kering 1,0 – 1,5 ton/ tahun, mulai menghasilkan umur 2 tahun dengan umur ekonomis 25 tahun. Saran penanaman mulai ketinggian 700 m di atas permukaan laut pada lahan subur atau marginal dengan naungan cukup. Varietas Kartika dapat ditanam lebih rapat (1,6 x 1,6 m, populasi 3.600 batang/ha), potensi hasilnya 2.0002.500 kg/ha/tahun dengan umur ekonomis 25 tahun (Puslitkoka, 2006). Dari banyak klon yang tersedia, klon S 795 cocok untuk kawasan Air Dingin yang lahannya tergolong kurang subur. Klon ini berbunga pertama umur 15-24 bulan, produktivitas 1,0–1,5 t/ha pada ketinggian >1.000 m di atas permukaan laut, dan tahan terhadap penyakit karat daun.
c. Sayuran Berbagai jenis sayuran, varietas lokal dan unggul, tersedia di lapangan, baik yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian ataupun swasta. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang telah menghasilkan beberapa varietas unggul sayuran dataran tinggi dengan potensi hasil tinggi, seperti: (i) cabe merah (Lembang-1, Tanjung-1 dan Tanjung-2) dengan hasil 9-18 t/ha; (ii) bawang merah (Kramat-1, Kramat-2, dan Kuning) dengan potensi hasil 6-25,3 t/ha; (iii) kentang (Amudra, Manohara, Merbabu-17, Repita, Krespo, Balsa, Tango, Erika, dan Fries) dengan potensi hasil berkisar 20-42 t/ha (Puslitbanghorti, 2006). Selain itu, varietas sayuran produksi swasta juga banyak beredar di pasaran dan telah ditanam oleh petani, seperti cabe Bagayo produksi PT Panah Merah dan berbagai jenis kubis asal impor. Banyaknya pilihan varietas lebih memudahkan petani untuk memilih varietas sesuai kondisi dan musim tanam. Perlu dicatat bahwa luas efektif lahan yang dapat ditanami sayuran dalam pola tumpangsari dengan markisa dan kopi untuk 3-4 musim tanam adalah sekitar 80%.
Input rutin yang harus diberikan untuk tanaman kopi adalah pupuk buatan
Tabel 1. Takaran dan jenis pupuk menurut umur tanaman hujan (g/pohon/tahun). Awal MH (g/th) Umur tanaman (tahun) Urea SP36 KCl Kieserit 1 20 25 15 10 2 50 40 40 15 3 75 50 50 25 4 100 50 70 35 5-10 150 80 100 50 >10 200 100 125 70 Sumber: Puslitkoka (2006).
358 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
kopi untuk awal dan akhir musim
Urea 20 50 75 100 150 200
Akhir MH SP36 25 40 50 50 80 100
(g/th) KCl 15 40 50 70 100 125
Kieserit 10 15 25 35 50 70
Pengelolaan tanaman sayuran harus dilakukan secara intensif, baik dalam hal seleksi bibit, waktu tanam, pemupukan dan pengendalian OPT maupun panen dan pascapanen. Satu hal yang agak krusial dalam usahatani sayuran adalah fluktuasi harga yang tajam. Karena itu perlu pengaturan waktu tanam dan sistem tanam, agar periode panen dapat diatur. Komoditas sayuran yang dianalisis dalam hal ini adalah kentang, kubis dan tomat yang ditanam secara berurutan.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Komponen Biaya-Penerimaan Analisis kelayakan finansial dimaksudkan sebagai dasar pertimbangan dalam berinvestasi pada usaha agribisnis, khususnya integrasi markisa, kopi, dan sayuran. Beberapa variabel ekonomi yang perlu dihitung kuantitas dan nilainya antara lain: 1. Status penguasaan lahan (milik, sewa) 2. Semua input yang digunakan 3. Manajemen dan tenaga kerja 4. Hasil fisik (sayuran, markisa, kopi) 5. Harga dan nilai input-output.
e. Biaya masukan-hasil dan upah tenaga kerja sesuai dengan harga berlaku pada pertengahan tahun 2007, khususnya harga pupuk bersubsidi. f. Proyeksi hasil markisa mulai tahun ke-2 sampai tahun ke-15, rata-rata 25,07 t/ ha/tahun. g. Proyeksi hasil kopi mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-15 rata-rata 1,115 t/ ha/tahun. Model Analisis Analisis data dilakukan menggunakan model analisis kelayakan finansial dengan menghitung besaran nilai Net Present Value, Benefit-Cost Ratio, Present Value, dan Internal Rate of Return (Gittinger, 1986), dengan formula sebagai berikut:
NPV
=
B/C
=
PV
=
n ∑ t=1
(PV Benefit) (PV Cost) 1 F (1+r)
(1)
(2) (3)
t
IRR
=
r1 + {
Asumsi Dalam menyusun arus biaya dan penerimaan (cost-benefit) ketiga komoditas dalam sistem integrasi perlu ditetapkan beberapa asumsi, yaitu: a. Proyeksi hasil tanaman sayuran (kentang, kubis, dan tomat) selama 3 musim tanam. b. Investasi untuk lahan dan bangunan tidak dimasukkan dalam analisis, karena dianggap milik sendiri. Kalaupun tidak milik sendiri nilai lahan pada akhir tahun ke-15 sebagai salvage value tidak berubah. c. Jangka waktu analisis tanaman tahunan (markisa dan kopi) selama 15 tahun. d. Markisa mulai menghasilkan pada tahun ke-2 dan kopi pada tahun ke-3.
(Bt+Ct) (1+r)t
(NPV1) } (r1-r2) (NPV1-NPV2)
(4)
dimana : NPV B C F R T IRR
= Net Present Value (Rp), = benefit (Rp), = cost (Rp), = nilai yang akan datang (Rp), = suku bunga bank (%/tahun), = waktu (tahun), = Internal Rate of Return (%).
Apabila nilai NPV positif, B/C>1, dan IRR lebih besar dari bunga investasi, maka usahatani layak secara finansial. Artinya, investasi menggunakan dana bank dengan suku bunga komersial secara finansial dianggap menguntungkan (layak), begitu pula sebaliknya.
Kelayakan Finansial Integrasi Markisa, 359 Kopi dan Sayuran di Air Dingin
HASIL ANALISIS Masukan-Hasil Usahatani Sayuran Keragaan teknis yang direfleksikan dari kuantitas masukan-hasil dan gambaran kinerja ekonomis dari nilai biaya dan penerimaan serta tingkat keuntungan dan nilai rasio B/C disajikan pada Tabel 2. Selama satu setengah tahun pertama, lahan dapat ditanami dengan aneka sayuran. Biaya awal langsung adalah biaya pembukaan lahan untuk tanaman pertama, sementara untuk tanaman berikutnya biaya ini tidak diperlukan. Begitu juga penggunaan pupuk kandang dengan jumlah 30 t/ha, tidak selalu harus diberikan setiap musim tanam, karena efeknya terhadap perbaikan struktur tanah masih berlanjut. Kalau tanaman awal dipilih cabe menggunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP), untuk tanaman kedua
seperti bawang merah MPHP tidak perlu diganti. Dengan sekuen polatanam tertentu dapat diperoleh efisiensi biaya dan beberapa keuntungan teknis misalnya diputusnya mata rantai jenis penyakit tertentu apabila tidak menanam tanaman sejenis secara berurutan. Banyak pilihan jenis sayuran dataran tinggi yang dapat diusahakan. Dalam analisis ini lahan yang baru dibuka ditanami dengan kentang-kubis dan tomat. Ketiga jenis sayuran ini membutuhkan input dengan kuantitas dan biaya yang berbeda. Menurut peringkat, total biaya produksi kentang paling tinggi diikuti oleh tomat dan kubis dengan nilai masing-masing Rp. 22.980.000,-, Rp.21.587.000,- dan Rp. 9.805.000,-/ha serta nilai rasio B/C 1,96; 1,85; dan 1,91.
Tabel 2. Proyeksi analisis masukan-hasil usahatani sayuran di kawasan Air Dingin Kabupaten Solok, 2007. Masukan-hasil
Kentang Nilai Kuantitas (Rp./ha)
1. Sarana produksi - Bibit 1.250 kg - Urea (Rp.800,-/kg) 200 kg - SP36 (Rp.2.500,-/kg) 250 kg - KCl (Rp.2.500,-/kg) 300 kg - ZA (Rp.1.800,-/kg) 400 kg - NPK (Rp.6.000,-/kg) 50 kg - Pukan (Rp.150,-/kg) 20 ton - Kaptan (Rp.200,-/kg) 3 ton - Obat-obatan - MPHP - Tiang - Tali Sub total (1) 2.Tenaga kerja (Rp.25.000,-/HOK) - Pembukaan lahan - Pengolahan 40 lahan/persiapan tanam - Tanam 40 - Penyiangan 30 - Pengendalian hama 10 dan penyakit - Panen 25 Sub total (2) 145 3. Total biaya produksi (Rp./ha) 4. Penerimaan (Rp./ha) 18 ton 5. Pendapatan (Rp./ha) 6. B/C
Kubis Kuantitas
Tomat
Nilai (Rp./ha)
Kuantitas
7.500.000,360.000,625.000,750.000,720.000,300.000,3.000.000,600.000,1.500.000,15.355.000,-
5 sack 100 kg 250 kg 200 kg 250 kg 15 ton 3 ton
4.000.000,1.000.000,-
40
1.000.000,-
40
1.000.000,-
1.000.000,750.000,250.000,-
20 30 10
500.000,750.000,250.000,-
20 35 10
500.000,875.000,250.000,-
625.000,7.625.000,22.980.000,-
15 115
375.000,2.875.000,9.805.000,-
50 155
1.250.000,3.875.000,21.587.000,-
45.000.000,22.020.000,1,96
25 ton
18.750.000,8.945.000,1,91
20 ton
40.000.000,18.413.000,1,85
360 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
-
325.000,15 sack 180.000,200 kg 625.000,300 kg 500.000,300 kg 450.000,300 kg 100 kg 2.250.000,15 ton 600.000,3 ton 2.000.000,200 kg - 250.000 btg 75 gl 6.930.000,-
Nilai (Rp./ha) 825.000,360.000,750.000,750.000,540.000,600.000,2.250.000,600.000,2.500.000,4.600.000,3.750.000,187.000,17.712.000,-
Masukan-Hasil Markisa dan Kopi Dalam sistem integrasi markisa, kopi dan sayuran, pemisahan pemakaian tenaga kerja tidak terlalu tegas, dalam arti bahwa perawatan satu jenis tanaman secara tidak langsung juga dapat merawat tanaman lain yang berintegrasi (sinergis). Pembukaan lahan di awal untuk tanaman sayuran, misalnya, sekaligus juga untuk tanaman markisa dan kopi. Pemupukan tanaman sayuran dapat memberi efek positif terhadap tanaman tahunan di sekitarnya. Demikian juga dengan perawatan tanaman markisa yang tidak hanya berfungsi untuk mendapatkan pertumbuhan hasil buah yang baik, melainkan juga dapat memberi naungan bagi tanaman kopi. Pada tahun pertama, total curahan tenaga kerja untuk pengelolaan usahatani kentang, kubis dan tomat berturut-turut adalah 145, 115, dan 155 HOK, sementara untuk persiapan penanaman markisa dan kopi dibutuhkan sebanyak 64 HOK dan 68
HOK. Selanjutnya, kebutuhan tenaga kerja untuk markisa dan kopi meningkat sejalan dengan pertumbuhan tanaman. Selama umur ekonomis tanaman, diproyeksikan kebutuhan tenaga kerja untuk markisa dan kopi adalah 3.798 dan 1.333 HOK atau ratarata 253 dan 89 HOK/ha/tahun. Dengan tingkat upah Rp.25.000,-/HOK, total nilai tenaga kerja untuk markisa dan kopi mencapai Rp.8.550.000,-/ha/tahun atau Rp. 128.250.000,- selama 15 tahun. Besaran ini merupakan salah satu indikasi penciptaan kesempatan kerja sektor pertanian di pedesaan yang tidak sedikit. Sejalan dengan kebutuhan bahan pertanaman, khususnya bibit markisa, pupuk serta kebutuhan sarana lainnya pada tahun pertama pertanaman markisa dibutuhkan biaya Rp.17.466.000,-/ha (Tabel 3). Kebutuhan biaya untuk kopi pada tahun pertama adalah Rp.3.792.000,-, sedangkan pada tahun kedua hanya Rp.1.132.000,- yang besarnya meningkat secara linear (Tabel 4 dan 5).
Tabel 3. Proyeksi arus biaya dan penerimaan usahatani markisa dalam integrasi markisa, kopi, dan sayuran di kawasan Air Dingin per hektar. Tahun ke (Rp.’000,-) No. Masukan-hasil Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8-15 1. Sarana produksi - Bibit markisa (Rp.1.000,- 400 400 /bt) - Kapur (Rp.200,-/kg) 16 16 16 16 16 16 16 128 240 - NPK (Rp.6.000,-/kg) 2.400 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800 38.400 69.600 - Trichoderma (Rp.10.000,-/kg) 200 200 200 200 200 200 200 1.600 3.000 - Pupuk kandang (Rp.150.000,-/t) 900 900 900 900 900 900 900 7.200 13.500 - Tiang kayu (Rp.10.000,-/bt) 8.000 - 8.000 - Kawat (Rp.450.000,-/gl) 2.700 - 2.700 - Tali (Rp.27.500,-/kg) 2.750 - 2.750 - Paku (Rp.10.000,-/kg) 100 100 Sub total (1) 17.466 5.916 5.916 5.916 5.916 5.916 5.916 47.328 100.290 2. Tenaga kerja (Rp.25.000,-/HOK) - Lubang tanam 300 300 - Tanam 200 200 - Pasang tiang - 3.750 - 3.750 - Penyiangan 300 1.200 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 12.000 21.000 - Pemeliharaan 200 300 300 600 600 4.800 6.800 - Pemupukan 800 800 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 12.800 22.400 - Panen - 1.500 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 24.500 41.000 Sub total (2) 1.600 7.250 6.300 6.400 6.400 6.700 6.700 54.100 95.450 3. Hasil markisa (Rp.1.000,-/kg) - 13.000 26.000 26.000 26.000 26.000 26.000 208.000 351.000 Kelayakan Finansial Integrasi Markisa, 361 Kopi dan Sayuran di Air Dingin
Tabel 4. Proyeksi masukan-hasil usahatani kopi dalam integrasi markisa, kopi, dan sayuran di kawasan Air Dingin, 2007 per hektar. No.
Masukan/hasil
1. Saprodi kopi - Bibit kopi - Urea - SP36 - KCl - Kiserit 2. Tenaga kerja - Lubang tanam - Tanam - Pemangkasan - Pemupukan - Panen dan pengeringan Sub total (2) 3. Hasil kopi
Satuan
1
Batang Kg Kg Kg Kg
2
1.600 80 64 64 80
HOK HOK HOK HOK HOK HOK Kg
3
160 120 128 80
40 20 8 68 -
240 128 192 80
8 8 -
12 25 37 500
Tahun ke 4 5 320 128 246 80
6
480 192 384 80
7
640 256 512 80
8-15
Jumlah
- 1.600 640 5.120 7.680 256 2.048 3.192 512 4.096 6.134 80 640 1.200
20 24 24 24 16 20 20 20 45 50 65 60 81 94 109 104 900 1.000 1.300 1.200
40 20 192 284 160 264 480 725 832 1.333 9.600 14.500
Tabel 5. Proyek arus biaya dan penerimaan usahatani kopi dalam integrasi markisa, kopi, dan sayuran di kawasan Air Dingin per hektar. No.
Masukan-hasil
1. Sarana produksi - Bibit kopi (Rp.2.000,-/bt) - Urea (Rp.1.500,-/kg) - SP 36 (Rp.3.500,-/kg) - KCl (Rp.3.500,-/kg) - Kiserit (Rp.300,-/kg) Sub total (1) 2. Tenaga kerja (Rp.25.000/HOK) - Lubang tanam - Tanam - Pemangkasan - Pemupukan - Panen dan pascapanen Sub total (2) Total biaya 3. Hasil kopi (Rp.15.000/kg)
1 3.200 120 224 224 24 3.792 1.000 500 200 1.700 5.492 -
2
3
-
-
240 420 448 24 1.132 200 1.332 -
Analisis Finansial Nilai masukan-hasil komoditas sayuran, markisa, dan kopi yang diproyeksikan pada Tabel 2, 3, dan 5 disederhanakan pada Tabel 6. Khusus untuk tanaman sayuran, besarnya nilai biaya dan penerimaan dihitung dengan luas efektif 80%, karena 20% lainnya sudah dimanfaatkan untuk tanaman markisa dan kopi. Secara kumulatif dalam jangka waktu 15 tahun besarnya biaya investasi sebelum di-discount mencapai Rp. 320.194.000,- dan total manfaat sebesar Rp.651.500.000,- untuk setiap hektar tanaman yang diintegrasikan.
362 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura
-
360 448 672 24 1.504 -
200
Tahun ke (Rp.’000,-) 4 5 6
480 448 861 24 1.813 -
500 300 400 625 1.125 925 2.025 2.429 3.838 7.500 15.500
-
-
720 672 1.344 24 2.760 -
960 896 1.792 24 3.672 -
600 600 500 500 1.250 1.625 2.350 2.725 5.110 6.397 15.000 19.500
7
8-15
-
960 7.680 896 7.168 1.792 14.336 25 192 3.672 29.376
Jumlah 3.200 11.520 11.172 21.469 360 47.721
-
1.200 600 600 4.800 7.100 500 4.000 6.600 1.500 12.000 18.125 2.600 20.800 33.325 6.272 50.176 81.046 18.000 144.000 217.500
Menggunakan Discount Factor (DF) 18% sebagai patokan suku bunga komersial tanpa subsidi, ternyata integrasi markisa, kopi, dan sayuran menghasilkan Net Present Value = Rp.93.316.430,-; rasioB/C = 1,73; dan IRR >50% yang secara finansial adalah sangat layak. Bilamana bunga modal lebih rendah seperti skim kredit SP3 dan KKPE dengan bunga disubsidi, maka tingkat kelayakan investasi menjadi lebih besar lagi. Analisis Kepekaan Dalam analisis kepekaan diproyeksikan terjadi kenaikan biaya produksi sebesar
Tabel 6. Biaya dan penerimaan tahunan integrasi markisa manis, kopi arabika, dan sayuran di kawasan Air Dingin per hektar. Biaya (Rp’000/tahun) Penerimaan (Rp’000/tahun) Tahun keSayuran Markisa Kopi Total Sayuran Markisa Kopi Total 1 26.228 19.066 5.492 50.786 51.000 51.000 2 17.270 13.166 1.332 31.768 32.000 13.000 45.000 3 12.216 2.429 14.555 26.000 7.500 33.500 4 12.316 3.838 16.154 26.000 13.500 39.500 5 12.316 5.110 17.426 26.000 15.000 41.000 6 12.616 6.397 19.013 26.000 19.500 45.500 7 12.616 6.272 18.888 26.000 18.000 44.000 8-15 101.428 50.176 151.604 208.000 144.000 352.000 Total 43.498 195.650 81.046 320.194 83.000 351.000 217.500 651.500
50%, baik akibat kenaikan harga sarana produksi ataupun upah tenaga kerja. Sebaliknya besarnya penerimaan tidak berubah karena jumlah hasil dan harga jual dianggap tetap. Namun dalam kenyataannya selama periode 15 tahun, nilai hasil akan cenderung naik sejalan dengan laju inflasi. Analisis kepekaan menghasilkan nilai yang masih layak (feasible) dengan nilai NPV = Rp.29.385.400,-; rasio B/C = 1,15; dan IRR = 39,12%. Peningkatan biaya produksi 50% menyebabkan NPV pada tahun pertama bernilai negatif, tetapi pada tahun
kedua sampai tahun kelima belas semua NPV bernilai positif (Tabel 7). Belum berkembangnya usahatani integrasi markisa, kopi, dan sayuran di kawasan Air Dingin tidak terlepas dari kurangnya modal petani serta keterbatasan lainnya termasuk informasi teknologi dan kelembagaan. Dengan tingkat kelayakan finansial yang menguntungkan, aplikasi di lapangan membutuhkan intervensi dari pihak luar. Hal ini memberi peluang bagi calon investor untuk membangun kemitraan dengan pemilik lahan.
Tabel 7. Analisis kepekaan integrasi markisa manis, kopi Arabika, dan sayuran di Dingin Kabupaten Solok, 2007 (Rp’000/ha). DF Tahun Total biaya Total manfaat PV biaya PV manfaat 18% 1 76.179,00 51.000,00 0,847 64.523,610 43.197,000 2 47.652,00 45.000,00 0,718 34.214,140 32.310,000 3 21.832,50 33.500,00 0,609 13.295,990 20.401,500 4 24.231,00 39.500,00 0,516 12.503,200 20.382,000 5 26.139,00 41.000,00 0,437 11.422,740 17.917,000 6 28.519,50 45.500,00 0,370 10.552,220 16.835,000 7 28.332,00 44.000,00 0,314 8.896,248 13.816,000 8 28.452,75 44.000,00 0,266 7.561,250 11.704,000 9 28.425,75 44.000,00 0,225 6.395,794 9.900,000 10 28.425,75 44.000,00 0,191 5.429,318 8.404,000 11 28.425,75 44.000,00 0,162 4.604,972 7.128,000 12 28.425,75 44.000,00 0,137 3.894,328 6.028,000 13 28.425,75 44.000,00 0,116 3.297,387 5.104,000 14 28.425,75 44.000,00 0,099 2.814,149 4.356,000 15 28.452,75 44.000,00 0,084 2.387,763 3.696,000 Jumlah 191.793,100 221.178,500
kawasan Air Net Present Value -21.326,610 1.904,136 7.106,508 7.878,804 6.494,257 6.282,785 4.919,752 4.142,751 3.504,206 2.974,682 2.523,029 2.133,672 1.806,613 1.541,851 1.308,237 29.385,400
Kelayakan Finansial Integrasi Markisa, 363 Kopi dan Sayuran di Air Dingin
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Penerapan pola integrasi markisa, kopi, dan sayuran pada agroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim basah merupakan salah satu alternatif budidaya berwawasan konservasi untuk lahan kering bergelombang seperti kawasan Air Dingin, Kabupaten Solok. Integrasi tersebut selain dapat mencegah kerusakan lingkungan akibat praktek ladang berpindah, juga mengarah kepada pemanfaatan potensi sumberdaya lahan secara optimal serta penciptaan kesempatan kerja di sektor pertanian. 2. Secara finansial dengan DF 18% sebagai patokan suku bunga komersial, integrasi markisa, kopi, dan sayuran menghasilkan NPV = Rp.93.316.430,- (Present Value of Benefit Rp.221.178.500,- dan Present Value of Cost Rp.127.862.000,); rasio B/C = 1,73 dan IRR>50% yang berarti sangat layak. Nilai tersebut didasarkan pada jangka waktu analisis 15 tahun untuk markisa dan kopi serta 3 musim tanam tahun pertama untuk sayuran. Apabila biaya produksi naik 50%, integrasi markisa, kopi, dan sayuran masih layak dengan nilai NPV = Rp. 29.385.400,- (Present Value of Benefit Rp.221.178.500,- dan Present Value of Cost Rp.191.793.100,-); rasio B/C = 1,15 dan IRR = 39,12%. 3. Implementasi integrasi markisa, kopi dan sayuran di lapangan membutuhkan dukungan teknologi dan investasi dari pihak luar sebagai bagian dari kegiatan pengembangan kawasan. Kerjasama antara pemilik lahan dan investor dalam bentuk sistem bagi hasil yang saling menguntungkan perlu dirumuskan.
Badan Litbangtan. 2004. Agro Wirausaha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bappeda-BBSD. 2007. Laporan Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Kakao (Theobroma cacao L.) dan Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Solok. Kerjasama Bappeda Kabupaten Solok dengan Balai Besar Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian. Buharman B., Yanti Mala, dan Edial Afdi. 2004. Perspektif Pengembangan Agribisnis Markisa di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. JPPTP Volume 7 (1): 54-68. BPTP Sumbar. 2001. Markisa Manis (Passiflora ligularis): Komoditas unggulan wilayah dataran tinggi Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Monograf No. 05. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi ProyekProyek Pertanian. Terjemahan Slamet Sutomo dan K Mangiri. Edisi kedua. Penerbit UI Press, Jakarta. 579 hlm. Hadian, Y., Alkusumah, Y. Mulyadi, dan M. Hikmat. 2005. Laporan akhir identifikasi dan evaluasi potensi lahan untuk mendukung Prima Tani di Lembah Gumanti Kabupaten Solok Sumatera Barat. Balai Besar Penelitian Sumberdaya Lahan, Bogor. Pemerintah Kabupaten Solok. 2007. Strategi Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Kabupaten Solok Tahun 2006-2010. Puslitbanghorti. 2006. Katalog Teknologi Unggulan Hortikultura: Tanaman Sayuran, Tanaman Buah, dan Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Litbang Pertanian. Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
364 Prosiding Seminar Nasional Hortikultura