Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
KELAYAKAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MASALAH PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI DI SMA NEGERI BANDA ACEH M. Ridhwan1 Hambali2 1 Pendidikan Biologi Universitas Serambi Mekkah 2 Pendidikan Guru sekolah Dasar Universitas Serambi Mekkah ABSTRAK Masalah reproduksi manusia merupakan masalah penting yang hari ini perlu diketahui dan dipahami siswa agar dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terkait permasalahan reproduksi yang dihadapi. Bahan ajar berupa buku pelajaran yang menjadi acuan utama siswa dalam mempelajari reproduksi khususnya reproduksi manusia dinilai kurang efektif dalam menjawab kebutuhan siswa terhadap informasi tersebut. Hal ini membuat siswa mencari sumber informasi lain terkait masalah reproduksi yang kerap sekali sulit untuk dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu diperlukan terobosan terhadap bahan ajar reproduksi manusia yang menjadi suplemen utama dalam konsep biologi reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari tentang efektifitas dan kelayakan dari bahan ajar biologi reproduksi manusia yang telah dikembangkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Banda Aceh. Instrumen penelitian menggunakan angket dari siswa dan angket dari validator. Data diolah dengan tehnik analisis data statistik deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pada umumnya siswa sangat membutuhkan bahan ajar sistem reproduksi manusia. 2). Sistem reproduksi manusia sangat dibutuhkan oleh siswa SMA karena sesuai dengan umur siswa. 3). Bahan ajar sudah layak digunakan untuk pembelajaran biologi khususnya Reproduksi namun masih perlu perbaikan-perbaikan Kata-kata Kunci
: Kelayakan, Kebutuhan, Reproduksi, Berbasis Masalah
PENDAHULUAN Perbincangan mengenai permasalahan seksual atau reproduksi dalam masyarakat kita seolah masih tabu. Hal ini disebabkan oleh persepsi masyarakat bahwa masalah seksual atau reproduksi itu adalah wilayah pribadi yang memalukan. Namun fakta di lapangan berkata lain, banyak sekali terjadi kekarasan seksual terhadap remaja bahkan pada anak-anak. Menurut Pusat Pelayanan Terpadu Berbasis Gender dan Anak (PPTBGA) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mengungkapkan, selama Januari 2014 telah menerima 22 laporan kasus kekerasan seksual terhadap anak (Anonimous, 2014). Bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar, yakni segala sesuatu yang memudahkan peserta didik memperoleh sejumlah informasi pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Dalam kurikulum Biologi SMA terdapat materi sistem reproduksi. Materi ini merupakan materi yang paling diminati oleh siswa pada umumnya. Sebenarnya hal yang membuat siswa lebih tertarik dengan sistem reproduksi yaitu remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon. Hormon seks yang dihasilkan pada saat remaja membuat fisik dan 102
Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
fisiologi mereka mengalami perubahan yang signifikans. Hal ini bisa membuat mereka mempunyai dorongan untuk melakukan percobaan-percobaan dalam aktifitas seksualnya. Untuk itu mereka membutuhkan informasi mengenai perkembangan system reproduksinya. Apabila informasi mengenai aktifitas seksualnya kurang mencukupi bisa berakibat kepada penyalahgunaan fungsi seksualnya. Akibat informasi yang tidak cukup ini siswa sering mencari sumber informasi alternatif yang berdampak buruk terhadap permahaman reprodukdi dan seksualitas. Sebenarnya informasi tersebut diperoleh siswa melalui materi sistem reproduksi. Materi ini dapat dijadikan sebagai pemecahan masalah yang sering muncul di masyarakat dan erat hubungan dengan perkembangan siswa dalam pembelajaran yaitu permasalahan reproduksi. Siswa dalam hal ini remaja berada dalam tahap psikologi perkembangan yang rentan dengan berbagai macam perubahan, baik secara fisik, psikis, maupun biologis. Perkembangan seksualiatas menjadi lebih menarik dipersoalkan karena dewasa ini rangsangan seksual melalui media visual dan media cetak sangatlah massif dan menggoda yang membuat berbagai kalangan menjadi sangat mengkhawatirkan. Hal ini diperparah lagi dengan ketidak tahuan remaja dalam memahami masalah reproduksi secara benar dan bertanggung jawab. Di samping itu pengetahuan seks mereka peroleh dari teman sebaya yang tidak tahu secara benar apa sebetulnya seks itu. Pendidikan reproduksi hendaknya diberikan sejak dini agar secara dini pula dapat dikenalkan mengenai identitas diri dan keluarga, mengenal organ-organ tubuh secara biologis beserta fungsinya, bagaimana menjaganya, bagaimana dampak dari hubungan seks yang tidak aman sampai cara penularan HIV/AIDS dan pencegahannya (Wahyu Tanoto, 2014). Pendidikan reproduksi di sekolah dapat diintegrasikan dalam pelajaran biologi pada materi sistem reproduksi, meliputi anatomi dan fungsi alat reproduksi, cara perawatan dan pencegahan terhadap infeksi sistem reproduksi. Selain itu mereka juga perlu tahu soal seluk beluk seksualitas termasuk kaitan kaitannya terhadap dorongan, pelecehan seksual, pengelolaan dan pemanfaatan, dampak kemajuan teknologi serta pengemabangan diri. Informasi yang didapatkan siswa harus dapat dipertanggung-jawabkan dan tidak menjerumuskan. Informasi ini dimaksudkan agar remaja tidak salah menilai dan tidak berprilaku asusila hingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu materi ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan prilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak hak reproduksi serta meningkatkan kualitas sistem reproduksinya. Dengan mengetahui informasi yang benar dan segala kaitan dan akibatnya, diharapkan para siswa dapat lebih baik bertanggung jawab diri sendiri dan sekitarnya. Akan tetapi bahan ajar biologi yang ada selama ini dinilai kurang dapat menjabarkan apa yang diperlukan dan terutama darurat dibutuhkan oleh siswa remaja dalam menjawab tantangan era globalisasi arus informasi seperti sekarang ini. Materi yang terkandung dalam buku sekolah dinilai kurang sesuai dan mendalam untuk menyelesaikan generasi muda dari fakta seks remaja yang sangat mengerikan di negeri ini. Aspek sosial dari masalah seksual juga sangat jarang dibahas dan textbook yang digunakan disekolah, baik di SMP maupun di SMA (Widjanarko, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan bahan ajar biologi berbasis masalah pada sistem reproduksi sebagai bahan bacaan bagi siswa SMA Negeri di Kota Banda Aceh.
103
M. Ridhwan dan Hambali METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Banda Aceh pada bulan April 2014. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) model pembelajaran, khususnya berupa pengembangan produk bahan ajar biologi pada konsep Sistem Reproduksi dengan pendekatan berbasis masalah, yang merupakan pengembangan dari model bahan ajar dalam bentuk lain yang sifatnya melengkapi bahan ajar yang sudah ada. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian berupa model prosedural. Model Prosedural adalah model yang bersifat deskriptif yaitu menggariskan langkah langkah yang harus di ikuti untuk menghasilkan produk. Model prosedural yang digunakan mengacu pada (R & D cyle Borg dan Gall dalam setyosari, 2010). Namun untuk artikel ini penulis hanya membahas mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi manusia. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrument yang dibuat adalah berupa angket mengenai kebutuhan siswa akan materi reproduksi manusia. Soal angket dibuat sebanyak 10 butir soal dengan alternative jawaban: a = sangat setuju, b = setuju, c = tidak setuju, dan d = sangat tidak setuju. Adapun angket mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi ini diajukan kepada 25 orang siswa pada SMA Negeri di Banda Aceh. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang didapatkan mengenai analisis kebutuhan siswa terhadap materi reproduksi disajikan dalam Tabel 1 berikut ini. Pernyataan : No
Jenis Informasi
1
Sumber belajar system reproduksi dalam biologi yang digunakan saat ini masih terbatas pada penggunaan buku teks Perlu adanya bahan ajar tambahan system reproduksi yang terintegrasi sehingga menjawab kebutuhan siswa di era globalisasi Ide dan gagasan baru yang saya dapatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan system reproduksi masih kurang Saya tertarik dalam memecahkan persoalan reproduksi Kemampuan saya dalam mengalisis permasalahan reproduksi sehari-hari masih kurang Saya sering berdiskusi dengan teman sebaya mengenai permasalahan reproduksi Dalam memperoleh informasi belajar biologi
2
3
4 5
6 7
104
Jumlah Jawaban Siswa (%) SS S TS STS 20 4 1 (80%) (16%) (4%)
Jlh 25 (100%)
19 (76%)
4 (16%)
2 (8%)
25 (100%)
16 (64%)
7 (24%)
2 (8%)
25 (100%)
19 (76%) 18 (72%)
5 (20%) 4 (16%)
1 (4%) 3 (12%)
25 (100%) 25 (100%)
20 (80%) 18
2 (8%) 5
3 (12%) 2
25 (100%) 25
Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
8
9 10
khususnya materi system reproduksi lebih teratarik melalui media elektronik (internet, tv, dan video) Saya tidak meyakini kebenaran informasi yang saya peroleh Penyaringan informasi diperlukan untuk memahami masalah reproduksi Saya membutuhkan informasi yang lebih terpercaya mengenai permasalahan reproduksi
ISSN : 2337 - 8085 (72%)
(20%)
(8%)
(100%)
21 (84%) 17 (68%) 20 (80%)
3 (12%) 5 (20%) 3 (12%)
1 (4%) 2 (8%) 2 (8%)
25 (100%) 25 (100%) 25 (100%)
105
M. Ridhwan dan Hambali
106
Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
107
M. Ridhwan dan Hambali Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa masih sangat membutuhkan sumber informasi mengenai reproduksi yang terpercaya untuk memperkaya khasanah pengetahuan mereka terhadap pengetahuan reproduksi. Selama ini mereka mengaku bahwa materi reproduksi yang diajarkan oleh guru mereka masih terbatas dari buku teks saja. Buku teks bisa memberikan informasi yang sangat sedikit dibandingkan kebutuhan remaja akan pengetahuan reproduksi yang benar dan akurat. Bahan ajar yang bersumber dari luar buku teks sangat diperlukan siswa sebagai tambahan materi system reproduksi yang berguna untuk menjawab kebutuhan di era globalisasi dewasa ini. Hal ini diperlukan siswa untuk mengup-date pengetahuan mereka yang perkembangannya sangat cepat seperti sekarang ini. Siswa juga mengakui bahwa ide dan gagasan baru yang didapatkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan system reproduksi juga masih kurang. Untuk itu sangat diperlukan materi tambahan berupa bahan ajar di luar buku teks. Materi tambahan ini dapat dilakukan salah satunya dengan membuat bahan ajar dengan berbasis masalah. Hal ini bermakna bahwa bahan ajar yang ditambahkan itu adalah materi yang benar-benar diperlukan oleh siswa dalam perkembangan kehidupannya. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa siswa sangat tertarik dalam memecahkan persoalan reproduksi manusia. Ketertarikan siswa ini menjadi modal bagi pengembang materi ajar biologi khususnya reproduksi untuk mengembangkan materi ajar yang berbasis masalah. Di sini siswa sudah punya gairah (passion) dalam mempelajari biologi, sehingga keterbatasan bahan ajar yang diperlukan siswa perlu segera dilengkapi. Terhadap pertanyaan kemampuan siswa dalam mengalisis permasalahan reproduksi sehari-hari masih kurang, pada umumnya siswa menyatakan mereka sangat setuju dan setuju dengan pertanyaan tersebut. Artinya siswa masih sangat membutuhkan materi yang mudah dimengerti oleh siswa sesuai dengan kemampuan kognitif mereka dalam menjawab tantangan yang dialami oleh perkembangan fisiologisnya yang terus berkembang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa sering berdiskusi dengan teman sebaya mengenai permasalahan reproduksi. Dari hasil jawaban siswa terhadap pertanyaan ini ada hal yang perlu kita khawatirkan. Bisa saja hasil dari diskusi tersebut ada hal-hal yang mereka belum ketahui sehingga hasil diskusinya bisa menimbulkan kesimpulan yang tidak kita harapkan. Apalagi kalau diskusi tersebut berlangsung antar siswa yang berlainan jenis kelamin, untuk menjawab pertanyaan mereka, mereka langsung mempraktekkan hal tersebut. Dalam memperoleh informasi belajar biologi khususnya materi system reproduksi siswa lebih teratarik melalui media elektronik (internet, tv, dan video). Dalam hal memperoleh informasi yang cepat , penggunaan perangkat teknologi sudah baik. Namun terkadang siswa bisa terjerumus kepada pornografi yang didapatkan dari media tersebut. Apalagi kalau dalam mencari informasi siswa tidak didampingi oleh orang yang lebih dewasa. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa siswa tidak meyakini kebenaran informasi yang diperoleh tentang materi reproduksi, apalagi yang didapatkan dari media elektronik. Hal ini menjadi starting poin agi kita pengembang bahan ajar untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih bertanggung jawab dan terpercaya. Menurut siswa informasi yang masuk tentang maalah reproduksi juga perlu disaring, agar informasi yang didapatkan benar-benar valid dan berguna bagi mereka. Karena itu mereka juga menganggap bahwa media elektronik tidak begitu mereka yakini, karena dalam media tersebut bercampur baur antara informasi yang benar dengan informasi yang tidak benar. 108
Serambi Akademica, Vol. II, No. 2, November 2014
ISSN : 2337 - 8085
Karena itu mereka membutuhkan media yang benar-benar mereka percayai. Salah satunya adalah bahan ajar yang dibuat oleh pengembang atau oleh guru. Dari hasil penilaian validator dapat disimpulkan bahwa bahan ajar sudah layak untuk digunakan, namun di sana sini masih perlu perbaikan untuk melengkapi kekurangankekurangan.
PENUTUP Dari hasil penelitian pendahuluan ini dapat disimpulkan bebarap hal sebagai berikut: 1. Siswa mengharapkan adanya suatu bahan ajar yang lebih dari bahan ajar yang terdapat dalam buku teks. 2. Siswa mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang kurang dapat dipercaya. 3. Bahan Ajar yang dikembangkan sudah layak untuk digunakan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Pedoman Memilih dan menyusun Bahan Ajar (Online) http://akhmadsudrajatwordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembanganbahan-ajar-2. Diakses 6 April 2014 Anonimous (2014) http://www.kabar3.com/news/2014/02/kasus-kekerasan-seksual-anakmeningkat-di-banyumas Belawati, 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Mursid, R. 1997. “Pengembangan Buku Ajar Gambar Teknik Dengan Menggunakan Rancangan Pembelajaran Model Dick Dan Carey” Tesis. Malang. IKIP Malang Rusmiyati, A. 2007. Pengembangan Model Pengajaran dengan Berbasis Masalah Pada Pokok Bahasan Fluida untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Malang: Kencana Widjanarko, M. 2007. Perilaku Seks Remaja Kudus. Kudus: Puslitbang Universitas Muria Kudus. Wahyu Tanoto (2014) http://mitrawacana.or.id/artikel/pendidikan-kesehatan-seksual-danreproduksi-bagi-anak/ diakses 1 Juni 2014. Widjanarko, M. 2007. Seksualitas Remaja. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM dan Ford Foundation.
109