KELAPA KOPYOR Budidaya Kelapa kopyor bisa menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan dibanding dengan kelapa biasa. Dari segi keuntungan, kelapa kopyor memiliki nilai jual 10 kali lebih mahal dibanding dengan kelapa biasa. Sayangnya penyediaan bibit pohon kelapa kopyor masih sulit ditemu sehingga masih jarang dibudidayakan tetapi ini merupakan sebuah peluang karena nilai ekonomis yang besar dan pesaing sedikit. Kelapa kopyor sendiri sebenarnya merupakan kelapa yang mengalami kelainan genetik secara alamiah. Kelainan genetik ini menyebabkan daging buah empuk bertekstur gembur dan daging buah sebagian besar tidak melekat pada tempurung. Karena daging tidak melekat pada tempurung jika kelapa kopyor ini dikocok-kocok maka akan terdengar seperti kelapa berisi pasir.
Tipe Kelapa Kopyor Kelapa Kopyor Tipe Dalam Kelapa kopyor tipe dalam memiliki cirri-ciri sebagai berikut
Memiliki batang besar Memiliki bol pada pangkal batang Berbunga pada umur 5-7 tahun Buah kelapa berukuran cukup besar, tetapi produktifitas sedikit. Dalam 1 tandan hanya menghasilkan buah kopyor sebanyak 1-2 butir. Buah kelapa kopyor tipe Dalam terdiri atas 3 warna, yitu hijau, hijau kekuningan dan coklat, hijau kekuningan
Tipe dalam ini hanya menghasilkan buah kopyor sedikit karena dalam penyerbukan bunga silang sehingga pertemuan antara gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari relatif kecil. Kelapa kopyor tipe dalam ini banyak dibudidayakan di daerah Kalianda (Lampung Selatan), Ciomas (Bogor), Sumenep dan Jombang (Jawa Timur) dan Pati (Jawa Tengah). Kelapa Kopyor Tipe Genjah Tipe yang kedua di kelapa kopyor adalah tipe genjah, ciri-cirinya sebagai berikut
Memiliki batang lebih kecil dibanding dengan tipe dalam Tidak memiliki bol pada pangkal batang Tipe genjah berbuah lebih cepat, yaitu mulai berbuah pada usia 3-4 tahun Ukuran buah lebih kecil tetapi produktifitas lebih banyak. buah kelapa kopyor tipe Genjah terdiri atas 5 warna, yaitu; hijau, hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning, (gading wulan) dan orange (gading).
Produktifitas buah kopyor tinggi karena tanaman menyerbuk sendiri sehingga peluang pertemuan antara gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari lebih besar. Kelapa koyor tipe genjah banyak dibudidayakan didaerah Pati Jawa Tengah. 1
Budidaya Kelapa Kopyor Untuk melakukan budidaya kelapa kopyor pemilihan bibit yang unggul menjadi salah satu kunci kesuksesan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah meluncurkan beberapa varietas unggul kelapa kopyor, yaitu varietas Kelapa Genjah Coklat Kopyor, Kelapa Genjah Hijau Kopyor dan Kelapa Genjah Kuning Kopyor. Untuk memperbanyak kelapa kopyor bisa menggunakan sistem invitro yaitu dengan penumbuhan embrio dari buah kopyor pada media tumbuh buatan dan dikondisi aseptik di laboratorium. Dengan metode invitro ini mampu menghasilkan kopyor hingga 100%. Untuk kelapa kopyor tipe Dalam jika menggunakan teknik invitro penanaman bibit kelapa kopyor harus terpisah dari pertanian kelapa biasa. Hal ini untuk mencegah penyerbukan silang dengan kelapa biasa. Sedangkan untuk tipe Genjah bisa ditanam bersamaan dengan kelapa biasa.
Hama dan Penyakit Kelapa Kopyor Hama dan penyakit dalam melakukan budidaya kelapa kopyor sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelapa biasa, jenis hama yang sering menyerang antara lain Plesispa rechei Chapuis, Brontispa longissima Gestro, Oryctes rhinoceros L. dan Artona catoxantha.
2
Untuk penyakit yang sering menyerang kelapa kopyor antara lain bercak daun, busuk kering, busuk janur, pendarahan batang, busuk pucuk, gugur buah dan penyakit yang di sebabkan oleh Phytoplasma.
Kelapa kopyor merupakan komoditas andalan yang bernilai ekonomi tinggi dan di cirikan oleh daging buah yang bertekstur gembur dan sebagian besar tidak melekat di tempurungnya serta rasa yang gurih pada buah yang mudah. Di Filipina, Jenis kelapa ini di sebut makapuno, di Srilangka dan Thailand disebut dikiri. Buah kopyor ini di duga berasal dari tanaman kelapa yang mengalami mutasi genetik secara alamiah. Kelapa berbuah kopyor adalah mutan kelapa yang ditemukan di antara populasi kelapa normal. Buah kelapa kopyor dapat dipasarkan dalam bentuk segar dan siap saji maupaun melalui pengolahan lebih dahulu Di Indonesia, pemanfaatan kelapa kopyor lebih ditujukan untuk kebutuhan konsumsi bahan pangan berupa es kopyor, es krim kopyor, koktil, selei kopyor dan bahan campuran kue. Di Filipina, jenis produk yang dapat dihasilkan dari kelapa kopyor lebih beragam dan berkembang, antara lain makapuno coconut candy, pure makapuno preserve (buah kaleng), bokupai (kue kelapa) dan manisan. Produk produk ini telah di pasarkan secara luas di Filipina. Hasil survei yang di laksanakan Balitka pada tahun 2006 menunjukan bahwa kelapa kopyor terdiri atas dua tipe, yaitu tipe Dalam dan tipe Genjah. Tipe Dalam terdapat di Kalianda (Lampung Selatan), Ciomas (Bogor), Sumenep dan Jombang (Jawa Timur) dan Pati (Jawa Tengah). Tipe Genjah terdapat di Pati (Jawa Tengah) yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Dukuhseti, Margoyoso, Tayu,Wedarijaksa, Gembong dan Terangkil. Pertanaman kelapa kopyor ini dijumpai dalam bentuk tanaman tunggal dan populasi. Kelapa kopyar yang di tanam secara populasi dijumpai di Dukuhseti, Kabupaten Pati (Jawa Tengah), Sumenep (Jawa Timur), Ciomas (Bogor, Jawa Barat), Kalianda (Lampung Selatan), Riau dan Kalimantan Timur. Kelapa kopyor yang di tanam secara individu terdapat di Kabupaten Pati , Jombang dan Sumenep. Secara alami, tanaman kelapa kopyor tipe Dalam hanya menghasilkan buah kopyor 12 butir per tandan. Hal ini disebabkan kelapa tipe Dalam termasuk tanaman menyerbuk silang sehingga peluang bertemunya gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari relatif kecil. Kelapa kopyor tipe Genjah menghasilkan buah kopyor per tandam lebih banyak dari tipe Dalam, kadang kadang dapat mencapai 50% hal ini disebabkan kelapa tipe Genjah termasuk tanaman menyerbuk sendiri sehingga peluang bertemunya gen resisif pada bunga betina dan serbuk sari lebih besar. Buah kelapa kopyor tipe Dalam terdiri atas 3 warna, yitu hijau, hijau kekuningan dan coklat, hijau kekuningan, sedangkan buah kelapa kopyor tipe Genjah terdiri atas 5 warna, yaitu; hijau, hijau kekuningan, coklat tua, coklat muda, kuning, (gading wulan) dan orange (gading). Berdasarkan tipe buah, kelapa kopyor dengan daging buah yang tebal dan buahnya berwarna hijau dan coklat memiliki rasa yang lebih enak dan gurih.
3
Perbanyakan kelapa kopyor dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, cara konvensional, menggunakan benih yang berasal dari tandan yang menghasilkan buah kopyor. Tanaman yang di perbanyak dengan cara ini apabila telah berproduksi hanya menghasilkan 1-2 butir/tandan. Cara ini telah dilakukan oleh petani di kabupaten Sumenep, Pati dan Lampung Selatan. Kedua cara in vitro, yaitu menumbuhkan embrio dari buah kopyor pada media tumbuh buatan dalam kondisi aseptik di laboratorium. Tanaman yang di hasilkan dengan cara ini akan menghasilkan 90% hingga 100% buah kopyor . Tanaman kelapa kopyor yang di perbanyak dengan cara ini telah di tanam di Ciomas (Bogor), Riau dan Kalimantan Timur. Oleh karena sifat sifat menyerbuk silang, maka bibit kelapa kopyor tipe Dalam hasil teknik in vitro harus di tanam pada areal teisolasi dari pertanaman kelapa biasa. Jarak yang dapat di tolelir adalah 400 m. Sebaliknya karena sifat menyerbuk sendiri, bibit kelapa kopyor tipe Genjah dapat di tanam pada areal yang tidak terisolasi terlalu ketat seperti tipe Dalam. Seperti halnya dengan jenis tanaman kelapa lainnya, tanaman kelapa kopyor dapat di serang hama dan penyakit. Jenis hama utama yang dapat menyerang tanaman kelapa kopyor, antara lain Plesispa rechei Chapuis, Brontispa longissima Gestro, Oryctes rhinoceros L. dan Artona catoxantha. Penyakit yang dapat menyerang tanaman kelapa kopyor, antara lain; bercak daun, busuk kering, busuk janur, pendarahan batang, busuk pucuk, gugur buah dan penyakit yang di sebabkan oleh Phytoplasma. Pengendalian hama dan penyakit saat ini adalah dengan cara pegendalian hama dan penyakit terpadu dengan konsepsi analisis ekonomi. Perhitungan kelayakan invenstasi kelapa kopyor berdasarkan atas pedoman teknik budidaya kelapa secara umum, yang meliputi; pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Secara umum, usaha tani kelapa kopyor cukup menjanjikan tetapi investasi yang di lakukan harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan investasi. (Sumber: Buku Monograf Kelapa Kopyor, Balitka 2007).
Peluang Besar Kopyor Kultur Embrio Kelapa kopyor dari kultur embrio lebih menjanjikan ketimbang sawit. Dalam dua tahun sejak berbuah, sudah bisa balik modal. Hasilnya Rp133 juta/ha/tahun. Siapa yang tidak mengenal kelapa kopyor. Di Indonesia, daging buah kelapa ini banyak dibuat sebagai es kopyor, es krim kopyor, koktil, selai kopyor, dan campuran kue. Sedangkan di Filipina, ragam produk berbasis kelapa kopyor sudah berkembang pesat seperti macapuno coconut candy, pure macapuno preserves (buah kaleng), bokupai (kue kelapa), dan manisan. Kelapa kopyor seperti halnya kelapa macapuno di Filipina, merupakan mutan kelapa yang ditemukan di antara populasi kelapa normal. Dari hasil penelitian, ternyata kelapa kopyor ini defisiensi enzim α-D Galaktosidase pada 4
endosperma (daging buah) sehingga pembentukan daging buah tidak normal dan tidak mampu untuk mendukung perkecambahan embrionya. Secara awam, buah kelapa kopyor ini sangat mudah dikenali. Caranya dengan menggoyang-goyangkan buah kelapa ke kiri dan kanan. Biasanya, pada buah kelapa kopyor, terdengar bunyi seolah-olah buah kelapa berisi pasir, dan bukan berisi air seperti halnya kelapa normal. Hanya 1%-10% Secara alami, pohon kelapa yang mempunyai sifat kopyor bisa menghasilkan buah kelapa kopyor 1%-10%. Dari 12 butir dari satu tandan, buah kelapa kopyornya hanya 1-2 butir. Dalam setahun, produksi puncak kelapa sekitar 70 butir. Dengan demikian, jumlah kelapa kopyornya sekitar 7 butir/pohon/tahun. Dengan harga Rp20 ribu/butir, nilainya Rp140 ribu. Biasanya, petani memperbanyak kelapa kopyor dari buah kelapa yang bukan kopyor, tetapi masih setandan dengan yang menghasilkan kopyor. Tentunya, kelapa yang setandan dengan kopyor ini mempunyai sifat kopyor. Menurut Ir. Sumarjono, M.Sc., Kepala Biro Riset PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Bogor, Jawa Barat, peluang bibit yang diperbanyak secara alami ini untuk mendapatkan pohon yang memproduksi kelapa kopyor sekitar 25%. Jika populasi 100 pohon/ha, maka peluang yang menghasilkan kopyor sekitar 25 pohon. Untuk mengenali apakah bibit kelapa kopyor ini diperbanyak secara alami, terlihat dari masih terdapatnya buah. Embrio tumbuh dari buah kelapanya. Seperti diketahui, endosperma buah kelapa yang setandan dengan kelapa kopyor ini masih utuh. Endosperma ini sebagai salah satu sumber makanan pembibitan kelapa kopyor secara alami. Sedangkan endosperma buah kelapa kopyor tidak normal sehingga tidak bisa mendukung perkecambahan embrionya. Harga bibit kelapa kopyor perbanyakan alami ini Rp20 ribu – Rp30 ribu/bibit. Biasanya para pedagang mengatakan, peluang mendapatkan pohon kelapa yang bisa menghasilkan kopyor sekitar 20% - 60%. Ini hanya sebagai trik dagang saja. Padahal, “Yang benar itu, rentangnya sekitar 20% - 30%,” kata Sumarjono kepada AGRINA, ketika ditemui di kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, RPN, di Bogor, Oktober lalu. Karena itu, biasanya, jika kita ingin mendapatkan pohon kelapa kopyor dari perbanyakan alami ini, kita harus membeli sekitar 10 bibit kelapa. Dari 10 bibit yang kita beli dan tanam tadi, biasanya terdapat 2-3 pohon yang bisa menghasilkan kelapa kopyor. Satu pohon hanya bisa menghasilkan buah kelapa kopyor sekitar 7 butir/tahun. Sedangkan pohon yang lainnya, hanya menghasilkan kelapa normal.
5
Bersifat Generatif Nah, menurut Sumarjono, RPN sudah menemukan teknologi in vitro (perbanyakan kelapa kopyor dari embrio buah kelapa kopyor secara kultur jaringan). Teknologi ini lebih dikenal dengan embryo zigotic, yang bersifat generatif, yang dikulturkan pada media tanam di dalam tabung. Teknologi ini dirintis oleh Dr. J.S Tahardi dan sudah dipatenkan 1997. “Setelah Pak Tahardi pensiun, saya kembangkan lagi metodenya,” ujar alumnus Agronomi IPB Bogor, itu. Kultur embrio (embryo rescue) ini dilakukan dengan cara mengambil embrio yang berukuran sekitar 5 mm dari buah kelapa kopyor (umur 10-11 bulan sejak pembungaan). Kemudian embrio ini ditempatkan di dalam tabung dengan media tanam dari campuran agar-agar, arang aktif, zat pengatur tumbuh, dan sebagainya. Media tanam ini sebagai pengganti endosperma yang remah dan lepas dari batoknya sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan embrio. Kultur embrio ini ditempatkan di dalam tabung reaksi berukuran panjang 15 cm dan diameter 2 cm. Embrio ini akan tumbuh menjadi plantlet (daun dan akar, sebagai salah satu tahap in vitro). Setelah agak besar, dipindahkan ke tabung reaksi berukuran 25 cm dan diameter 4 cm. Kemudian, mulai dilakukan aklimatisasi atau adaptasi dengan kondisi ex vivo (di alam terbuka) secara bertahap. Waktu yang diperlukan sejak pemulihan embrio di tabung sampai menghasilkan bibit siap tanam (tinggi daun 60-80 cm) memerlukan waktu 1,5 tahun.
Menurut Sumarjono, tidak semua kultur embrio in-vitro ini berhasil menjadi bibit siap tanam. Sekarang, tingkat keberhasilannya sekitar 50%. “Dulu, hanya 20%. Setelah diperbaiki metodenya, sekarang bisa kita tingkatkan sampai 50%,” cerita peraih gelar Master of Science di bidang Hortikultura dari Origon State University, Amerika Serikat, itu. Hasilnya 95%-100% Yang menarik, bibit yang berasal dari kultur embrio buah kelapa kopyor ini, setelah masa tanaman belum menghasilkan (TBM, sekitar 5 tahun sejak tanam bibit), bisa menghasilkan 95%-100% buah adalah kopyor. Untuk Kelapa Dalam (penyerbukan silang atau open pollination), biasanya sekitar 95%, sedangkan untuk Kelapa Genjah (penyerbukan sendiri atau self pollination), bisa mendekati 100%. Karena itu, jika ingin menghasilkan jumlah buah kelapa kopyor mendekati 100%, maka minimum jarak dengan kelapa lain sekitar 50 m. “Kelapa kopyor ini lebih prospek dibandingkan dengan sawit,” papar Dr. Ir. Didiek Hadjar Gunadi, M.Sc., Presiden Direktur RPN, ketika berbincang-bincang dengan pakar agribisnis Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., beberapa waktu lalu. Menurut Sumarjono, produksi puncak pohon kelapa kopyor ini sekitar 70 butir/pohon/tahun. Dengan populasi kelapa kopyor 100 pohon/ha, jumlah buah kopyor sekitar 95%, dan harga kelapa kopyor Rp20 ribu/butir, maka pendapatan dari berkebun kelapa kopyor sekitar Rp 133 juta/ha/tahun. 6
Bandingkan dengan kelapa sawit pada saat produksi puncak 30 ton tandan buah segar (TBS)/tahun. Dengan harga TBS Rp1.400/kg, maka pendapatannya sekitar Rp42 juta/ha. Jadi,”Kelapa kopyor lebih menguntungkan,” simpul Didiek dalam perbincangan di kantor RPN. Kalkulasi Sumarjono, kebutuhan bibit per hektar sekitar 110%, termasuk 10% penyulaman jika ada yang mati. Jadi bibit yang diperlukan 110 bibit/ha. Jangan kaget, harga bibit kelapa kopyor dengan kultur embrio ini cukup mahal, sekitar Rp385 ribu/bibit atau Rp42,35 juta/ha. Biaya perawatan, pupuk, dan lain-lain selama TBM (5 tahun sejak tanam bibit) sekitar Rp 40 juta/hektar. Dari perhitungan Sumarjono, pada tahun kedua tanaman menghasilkan sudah bisa balik modal. “Dua tahun berbuah, sudah balik modal,” urai lelaki kelahiran Malang, Jawa Timur, itu. Bandingkan dengan kelapa kopyor dari bibit yang dikembangbiakan secara alami. Dengan harga bibit Rp20 ribu/bibit, maka kebutuhan modal bibit Rp2,2 juta/ha. Diperkirakan sekitar 25 pohon yang bisa menghasilkan kelapa kopyor. Dari pohon kelapa kopyor yang mempunyai sifat kopyor itu diperoleh kelapa kopyor (7 butir x 25 pohon = 175 butir atau setara Rp3,5 juta)/tahun. Sedangkan 75 pohon kelapa lainnya menghasilkan buah normal. Memasok Campina Sekarang, menurut Sumarjono, RPN bekerjasama dengan produsen es krim Campina untuk memasok kelapa kopyor. Pihak Campina memerlukan 2.000 bungkus daging kelapa kopyor (satu bungkus 250 gr atau setara sebutir kelapa kopyor) sebulan. “Ya, kami memang sudah bekerjasama dengan produsen es krim Campina,” konfirmasi Dr. Ir. Laksmita Prima Santi, MS, peneliti pada Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara, yang menangani kerjasama dengan pihak luar, ketika dihubungi melalui telepon. Meski teknologi menghasilkan bibit dengan kultur embrio ini sudah lama ditemukan, baru tiga tahun ini dikembangkan secara komersial. “Dulu pengusaha belum banyak tertarik menanam kelapa kopyor karena masa TBMnya lima tahun,” terang Sumarjono. Sekarang, lanjut dia, sudah ada pengusaha di Sumatera Utara yang menanam kelapa kopyor. Beberapa pengusaha berminat untuk membeli bibit. Tahun lalu, RPN sudah menghasilkan sekitar 2.000 bibit kelapa kopyor siap tanam dari kultur embrio. Tahun ini, perusahaan riset ini akan menghasilkan sekitar 5.000 bibit. Tapi, terus terang saja, menurut Sumarjono, pada tahap awal ini bibit yang dihasilkan akan digunakan dulu untuk menanam di kebun RPN seluas 30 ha di Ciomas dan Ciampea, di Bogor. “Maksudnya supaya kita menguasai pasar awal dulu. Kita menjadi market leader,” tuturnya.
7
Sekarang ini, pasar produk kelapa kopyor masih kecil (niche market). Tetapi jika nanti produk olahan berbasis kelapa kopyor, baik olahan kuliner (yang dipesan saat ingin dikonsumsi seperti es kopyor) maupun olahan massal (diproduksi secara massal seperti kopyor dalam kaleng), semakin berkembang pesat sesuai dengan permintaan konsumen, bisa jadi bisnis kelapa kopyor ini kian menggiurkan. Tetapi, sekarang, “Kita belum berani memproduksi bibit dalam skala besar karena market kopyor masih kecil,” ujar Sumarjono.
8