FORUM KAJIAN PERTAHANAN DAN MARITIM
Vol. 5, No. 18, Desember 2012 Skep KASAL No. Kep/03/V/2005 tanggal 31 Mei 2005 tentang pembentukan FKPM dan S. Gas KASAL No. 5. Gas/17/VII/2011 a.n. Laksda TNI (Purn) Robert Mangindaan dkk 5 orang
KEKUATAN UDARA (‘AIRPOWER’) ATAU ‘AIR AND SPACE POWER’?
Pengantar Redaksi Kekuatan Udara (Air power) bagi negara kecilatau medium rasanya suatu mimpi indah, bahkan mungkin suatu mithos. Contohnya: dalam kampanye di Kosovo, NATO telah mengklim operasi “Denny Flight” dengan kekuatan Udara yang terbesar pernah dilakukan NATO. Begitu masifnya kekuatan Udara dengan lebih dari 100.000 sorti dan bom lebih dari 3000 bom , diterminasi setelah 970 hari bisa dihitung berapa “biaya” yang harus menjadi beban operasi ini. Naskah menterjemahkan Airpower sebagai kekuatan Udara, mengingat belum hadirnya kamus baku pertahanan nasional dan militer yang dikeluarkan Kemhan. Dengan diproposisikannya kekuatan Udara sebagai kekuatan strategik, perlu memahami kedekatannya dengan doktrin dan strategi-strategi nasional seperti strategi pertahanan nasional, strategi militer nasional, strategi ekonomi nasional, dan strategi keamanan nasional sebagai super-set dari strategi strategi-nasional tersebut yang berorientasi pada tercapainya “obyektif” kepentingan nasional (asumsinya: kepentingan nasional sudah terdokumentasikan). Sejarah perkembangan Angkatan Udara yang berasal dari bagian kedinasan Angkatan Darat dan persepsi konservatif masing-masing Angkatan terhadap kekuatan Udara membuat perkembangan ini sungguh sulit dan melalui tahapan isu “sentrik”. Tulisan kedua mencoba aplikasi model penilaian transparansi “buku-putih” dan dicontohkan adalah PLA, kekuatan militer nasional China. Model (sebagai tiruan sistem masalah) sebagai ide “out-of-the box” dari US National Defense University tentang buku putih pemerintah China, barangkali dapat dijadikan pembelajaran, pemahaman lebih lanjut dan penarikan kesimpulan apakah benarbenar China sudah membakukan “transparansinya” melalui buku putihnya ? Selamat membaca, dan redaksi masih tetap mengharapkan saran, komen, dan kritik tentang konten situs www.fkpmaritim.org . Pembina Asrena Kasal Pemimpin Redaksi Laksda TNI (Purn) Robert Mangindaan Wakil Pemimpin Redaksi Laksda TNI (Purn) Budiman D. Said Sekretaris Redaksi Kol Laut (Purn) Willy F. Sumakul Staf Redaksi Goldy Evi Grace Simatupang S.IP Alamat Redaksi FKPM Jl. dr. Sutomo No. 10, Lt. 3 Jakarta Pusat 10710 Telp./Fax. : 021-34835435 www.fkpmaritim.org E-mail :
[email protected] Redaksi menerima tulisan dari luar sesuai dengan misi FKPM. Naskah yang dimuat merupakan pandangan pribadi dan tidak mencerminkan pandangan resmi TNI AL. Ti d a k d iju a l u n t u k u m u m
Oleh : Budiman Djoko Said * Pendahuluan Usai PD-II menyisakan pertanyaan (legenda atau mitos) tentang hadirnya satuan udara masif dan besar sebagai kekuatan Udara (Airpower). Bahkan sebagian pengamat menyebut kekuatan Udara koalisi yang begitu besar dalam perang teluk tidak lebih dari kampanye Udara (air campaign). Disadari bahwa pengawak udara (airmen) yang terlibat dalam operasi Udara paham uniknya kapabilitas kekuatan Udara, berbasis teori “konsentrasikan tembakan kepada setiap titik dimuka permukaan bumi ini”. Teori yang disepakati pemikir kekuatan udara seperti Douhet, Trenchard, Mitchell, de Seversky dan Slessor disam ping cerita kekuatan Udara yang disebut mitos (pen). 1 NATO mendemokan salah satu kekuatan Udara dalam operasi “Deny Flight” (ODF) di Bosnia-Herzegovina, dimulai April 1993 sampai Desember 1995 dan diterminasi setelah 970 hari “di aerial presence”. 2 NATO meng* ) Purnawirawan TNI-AL terakhir berdinas sebagai Dan Seskoal tahun 2001.Tahun 2002, ditugaskan sebagai wakil ketua CDMS (sekarang FKPM), dan pertengahan tahun 2002 bergabung dengan UPN “Veteran” Jakarta sebagai Warek bidang kemahasiswaan dan tahun 2006-2011 menjabat sebagai Rektor. Bulan Maret tahun 2011 kembali bergabung ke-FKPM sampai sekarang. E-mail :
[email protected],
[email protected]. 1
Drew, Dennis.M, Colonel USAF (Ret), The Fairchild Papers, hal 59, Air University Press, May 2008, Recapitalizing the Air Force Intellect, Essays on War, Airpower, and Military Education dan periksa Hammond, Grant T,Dr, Air and Space Journal , 2000, Myths of the Air War over Serbia. Some ‘Lessons’ not to Learn. Guillino Douhet, bukan penerbang tapi pemikir kekuatan Udara yang bagus setelah diangkat sebagai Dan Yon Penerbangan Italia, Trenchard orang Perancis dan Billy Mitchell, orang America. Meskipun konsep mereka bisa saja dianggap klasik, namun beberapa bagian masih relevan.
2
Definisi Aerial Presence, tidak diketemukan di kamus khusus militer NATO maupun AS (Dictionary of Military and Related Terms, JP 1-02), namun dari beberapa terminologi yang berdekatan (aerial picket, port) dsb dapat diperkirakan sebagai Area yang...
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? membesarkan sejarah yang sulit diadopsi dalam peperangan modern dan doktrin. Pengunaan doktrin tanpa perubahan versus RMA berpeluang menciptakan “bias”, citra tradisional dan parokial (pikiran sempit). Tepat kalau doktrin bisa disebut juga sebagai “mesin perubahan” versus MTR/RMA mengingat begitu cepatnya perubahan yang diakibatkan revolusi teknik dan rekayasa (engineering). 5 Berpikir arif dan profesional untuk memenangkan perang dengan cara yang paling effisien dan dirasionalisasikan melalui perbaikan doktrin. Doktrin bicara tentang peperangan bukan fisikal. Fisik bagi kekuatan Udara adalah media udara dan ruang angkasa. Dua ruang terpisah secara fisika tetapi dihubungkan dengan “effek” (EBO) yang diproduksi bersama. Karena itu operasi berbasis effek ini dapat diintegrasikan doktrin bicara “effek” dan sinergi, bukan bicara platform, media atau sistem atau cara yang dipilih. Adopsi konsep EBO memaksa pengawak Udara wajib memiliki kapabilitas berbasis effek lebih dari sekedar mencari dan memilih sasaran. Kekuatan Udara memandang dua media diatas sebagai media terbaik penggunaan sista offensif. Obyektif sistem-senjata offensif adalah menguasai, membendung dan mengeksploitasi inisiatif. Offensif cederung lebih kepada aksi dibandingkan reaksi dan akan mendikte waktu, ruang, tempat dan maksud, ruang lingkup, intensitas, dan langkah operasi bandingkan pemakaian kata “offensif-aktif” atau “defensifaktif” yang sering membingungkan. Offensif identik aktif dan proaktif sedangkan defensif cenderung ke reaktif bukan proaktif dan .... pertahanan terbaik adalah offensif. 6 Menyanggupi berbasis effek (Effect-Based/EBO), dalam pola operasi militer gabungan dan sebagai fondasi untuk memenuhi keinginan strate-
klaim telah melakukan kurang lebih 100.000 x sorti dengan total penggunaan lebih 3000 bom ― jumlah sorti dan bom yang terbesar dalam sejarah NATO, dan apa alasannya ? 3 Tumpang tindih pertarungan etnik, beban kekerasan ekonomik dan kepemimpinan oportunis serta lanskap paska perang dingin telah menciptakan chaos dan situasi berbahaya di Bosnia 4 memaksa PBB turun tangan. Apa definisi kekuatan Udara ? Wikipedia, mengartikan sebagai gabungan aplikasi dan strategi militer versus realisme peperangan aerial (aerial warfare). Dikaitkan dengan doktrin doktrin ada dalam wilayah dan ruang operasional yang kompleks. Doktrin Inggris menyebutkekuatan Udara sebagai abilitas (ability) memproyeksikan kekuatan melalui udara dan ruang angkasa untuk mempengaruhi dengan kecepatan, ketinggian dan capaiannya (speed, height, reach). Makalah mencoba mengamati konsep kekuatan Udara (Air and Space Power) dan tugas gabungan,kaitannya dengan strategi keamanan nasional dan kepentingan nasional, serta dengan strategi instrumen kekuatan lainnya. Dua (2) kekuatan ; Udara dan Maritim bercirikan kekuatan strategik, sebagai senjata offensif dan kedua-duanya mencari sasaran (targeting)― mencari dan memilih sasaran tentunya akan memerlukan inteligen yang kuat (maritime intelligence , air space intelligence). Doktrin, Kebijakan dan Strategi Keamanan Nasional Satu dari 10 proposisi kekuatan udara menyebut kekuatan Udara sebagai kekuatan stratememahami kekuatan strategikperlu gik 4a memahami konsep doktrin. Doktrin adalah petunjuk penggunaan kekuatan dan satu fondasinya adalah sejarah. Sebaiknya tidak perlu
.... diorganisir Angkatan Udara untuk dijadikan fokus operasi udara atau kontrol area keluar dan masuknya pesawat terbang. Terminologi periksa Air kekuatan udara, nampaknya mengalami perubahan sebutan kearah kekuatan udara dan ruang angkasa (air and space power Force Doctrine / AFDD 1) yang artinya kekuatan sinergik produk aplikasi kekuatan udara, ruang angkasa dan sistem informasi untuk memproyeksikan kekuatan strategik global. Misi awal ODF sebenarnya mengawal mandat PBB tentang “zona larangan terbang (no-fly zone)” diatas Bosnia. Misi ini berkembang dan termasuk didalamnya misi bantuan udara dekat (CAS/close air support) untuk membantu dan melindungi manuvra darat PBB dan menangkal serangan unit Serbia terhadap enam area aman (safety-areas) tetapan PBB. Belum adanya kamus umum militer nasional bagi TNI---belum ada kesepakatan apakah definisi Airpower sebagai kekuatan udara, atau lainnya dan bandingkan kekuatan juga merupakan terjemahan dari force. Lantas apa beda terjemahan Air Force dengan Airpower ? 3
Beale, Michael O, BS & MS, May USAF , School of Advanced Airpower Studies Air University,“ Bomb Over Bosnia: The Role of Airpower in Bosnia-Hersegovina”, hal 1.
4
Ibid, abstrak.
4a ”10 Propositions Regarding Air Power ”, Chief of Staff/USAF, Air Force Historical Studies Office,Washington,1995,hal 1. 5
Tritten,James J dan Cimbala, Stephen J,National Defense University, Joint Force Quarterly, Winter 2002-03, “Joint Doctrine Engine of Change?”, hal 90. MTR adalah Military Technology Revolution (definisi Russia) atau RMA (revolution in Military Affairs) sebutan sekarang; kedua-duanya berbasis perubahan teknologi yang lebih maju. RMA akan mendikte ukuran effektivitas atau (MOE).
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
2
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? ekonomi untuk menemukan pilihan terbaik. 10 Kebijakan nasional bisa diekspresikan dalam format yang lebih luas seperti Strategi KamNas atau perintah eksekutif Presidensial. Kebijakan bisa juga diekspresikan dalam operasi militer,selain sebagai “obyektif” bisa juga sebagai AP (aturan pelibatan atau rules of engagement) ― kondisi apa dan bagaimana dan sasaran mana diijinkan diserang. 11 Analog pernyataan Dr Kugler bahwa analisis kebijakan mengutilisasikan [1] metode evaluasi strategik dan [2] sistem analisis dengan teknik ekonominya serta [3] operasional riset dengan model matematika yang lebih terstruktur. 12 Metode dan teknik yang sama juga biasa digunakan oleh militer untuk membuat analisis strategi dalam publikasi RAND 13 sebagai bagian studi kebijakan nasional atau strategi nasional. Kerangka analisis kebijakan nasional sering digunakan versus problema strategi pertahanan dan militer. 14 KamNas (atau strategi Kamnas) mengorkestrakan strategi semua instrumen kekuatan nasional untuk menjamin tercapainya kedaulatan dan kesejahteraan ekonomi serta keamanan (3 substansi utama kepentingan nasional yang dideklarasikan) promosi kepentingan nasional kedunia luar (outward-looking). Strategi menggambarkan kebijakan yang lebih luas dan fokus pada perencanaan serta aksi pelaksanaannya dengan mengikat means, ways
gi keamanan nasional (atau strategi nasional) 7 menuntut pemikiran ulang pengembangan doktrin agar diselaraskan dengan strategi keamanan nasional. Ihwal seperti ini memperjelas doktrin dan strategi nasional tidak bisa lagi terisolasi satu sama lain. Relevansi lain, pengembangan doktrin agar dipertajam hubungannya dengan agensi pemerintah lainnya dalam wadah strategi keamanan nasional. 8 Kebijakan (policy), strategi dan doktrin ketiganya sering digunakan bergantian dan “relatif” mirip, meski kenyataannya berbeda. Dilihat dari dampak atau kebisaannya dijadikan rujukan satu sama lain menjadi sangatlah penting mengapa harus dipahami perbedaannya. 9 Doktrin militer mempertimbangkan pekerjaan, aksi, kegiatan yang harus diselesaikan agar mencapai tujuan (ends) strategi militer. Doktrin adalah otoritatif, bukan arahan/mengarahkan. Kebijakan adalah petunjuk atau instruksi yang harus dicapai atau refleksi dari kesadaran untuk memilih sesuatu nilai/harga tertentu serta mudah berubah. Dikarenakan kebijakan nasional selalu mengait perubahan kepemimpinan nasional, dan atau pertimbangan politik dan atau fiskal.Sebaliknya doktrin sulit untuk berubah. Kebijakan nasional biasanya akan diterjemahkan kebawah berbentuk rencana dan program (PJPT atau RPJM) nasional melalui sitem analisis yang akan menggunakan teknik dan analisis
6
Doctrine, USAF, Air Force Doctrine Document 1, 17 November 2003, hal 15-21.Ttg EBO, periksa naskah lama ttg EBO dalam Quater Deck ~ www.fkpmaritim.org
7
“Force Planning”, Naval War Coll Press, strategi nasional,strategi keamanan nasional dan strategi raya (grand strategy) bisa dibolak balik, sama artinya.
8
Air Power Development Centre, Australian Govt,2008, Dr Sanu Kainikira , “A Fresh Look at Air Power Doctrine”, hal 5.
9
Ibid, hal 11.
10 Kugler, Richard L, NDU, CTSP, 2006, Policy Analysis in National Security Affairs; New Methods for a New Era, hal4. 11 Ibid,hal 11.Militer lebih mengenal strategirelatif sama dengan policy.Publikasi Army, Naval, Air War Coll/University, lebih sering menyebut strategi. Strategi nasional diturunkan dari muatan kepentingan nasional (obyektifnya), menjadi strategi-strategi instrumen kekuatan nasional strategi diplomatik,strategi ekonomi nasional dan strategi pertahanan militer, berasumsi bahwa kepentingan nasional terdokumentasikan. Semua strateginasional tegabung dalam strategi keamanan nasional. Tugas Strategi KamNas (KamNas) menjamin tercapainya obyektif kepentingan nasional.TingNas=visi jangka menengah,strategi=misi yang mendukung visi negara bangsa. TingNas dibangun setiap kepala pemerintahan baru (menurut Huntington). Muatan dalam pembukaan UUD RI adalah fundamental of national goals yang jauh lebih tinggi dan lebih abstrak dibandingkan TingNas. Semua entiti dalam ruang strategi raya (grand-strategy) diikuti dengan kata belakang adalah nasimisal: strategi pertahanan nasional,strategi militer nasional,kepentingan nasional,dst,bukan negara (state/nation). Mengapa nasional? onal National=nation/state+“core value”.Obyektif strategi adalah lebih kesistem nilai bukan nation/stateyang lebih fisikal. Yang diamankan strategi KamNas adalah obyektif muatan kepentingan nasional, lebih dari kepentingan negara. KamNas berorientasi pada pengancam TingNas. Diluar cara yang lebih effisien. Periksa juga “Aturan Peliini ancaman masuk dan diagendakan dalam isu Kamdagri (Homeland Security’s issues) batan (AP)” dan dua artikel tentang Kamnas oleh tim FKPM dalam situs www.fkpmaritim.org. 12 Quarter Deck (QD) , Vol 5, no15, 2012, “Pentingkah analisis kebijakan ?... dst”, Budiman Djoko Said, hal-2, kolom kanan. 13 Periksa Bibliography publikasi RAND dengan judul yang bertebaran seperti Cost Analysis,Cost Consideration, Cost Benefit,Cost Effectiveness, Economics of Defense, Defense’s Economics, System Analysis in the Defense”, dll. 14 Kugler, Richard L, NDU, CTSP, 2006, Policy Analysis in National Security Affairs; New Methods for a New Era, hal 15.
3
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? dan ends. 15 Means bagi KamNas adalah semua strategi instrumen kekuatan nasional, ways bagi KamNas adalah bagaimana mengorkestrakan dan ends (ends-product) Kamnas adalah tercapainya obyektif kepentingan nasional (utamanya berkatagori “survival”). KamNas adalah “ruh” aplikasi pertahanan nasional, hubungan internasional, hubungan ekonomi dan perdagangan ― esensi KamNas adalah versus aktor negara lain.Isu Kam Nas dan perlunya kehadiran militer selalu dipandang (berorientasi) dari sisi kepentingan nasional. 16 Arsitektur (bangunan) strategi nasional atau strategi raya atau strategi keamanan nasional adalah rujukan bagi manajemen nasional, strategi militer,postur kekuatan militer dan kapabilitas militer. Bahkan dukungan terhadap hubungan ekonomi yang lebih menguntungkan dan tercapainya kesejahteraan agar disegani aktor lainnya. Contoh betapa effektif dan luwesnya strategi militer nasional versus manajemen perubahan --- dengan hadirnya agenda transformasi kekuatan militer segera mengagendakan dinamisasi strategi militer nasional (geser interaksi means, ways dan ends sebelumnya, pen). 17 Contoh lain; kehadiran ancaman asimetrik membuat strategi KamNas harus menyelaraskan perencanaan dan kegiatan dibawahnya dengan tampilan perubahan ancaman asimetrik non-negara sebagai fokus dan basis kerangka pikir baru bahkan mungkin tidak ada sebelumnya ― rubah strategi, postur kekuatan militer, tugas, dinamisasi peran dan kapabilitas yang mengalir dari srategi ketugas (produk strategy-to-task, pen). 18 Dampak asimetrik lain-
nya berupa bentuk peperangan tidak beraturan (Irregular Warfare) akan melanda hampir semua negara. Pengancam non-negara memanfaatkan sista asimetrik yang sederhana, murah, effektif dan terbayar mahal apabila mengenai sasaran ― sangat “effektivitas-biaya”. Perang asimetrik adalah “yang lemah versus kuat”, tapi kapabel memegang kendali insiatif, misal penggunaan kapal selam, kapal kecil dengan rudal jarak menengah, ranjau, dan sistem senjata NBC (NuBiKa). 19 Perkembangan dan fenomena kekuatan Udara Kekuatan Udara diperkenalkan H.G. Wells tahun 1908 melalui “The War in the Air” dan istilah tersebut meluas digunakan tahun 1920-an, khususnya saat kekuatan ini menjadi terminologi umum dan kapabilitas satuan Udara. Saat itu teori tentang kekuatan ini umumnya diterima sebagai isu kompleks dan sebatas pengertian sederhana tentang optimalisasi penggunaan satuan Udara. Bahkan Churchill menegaskan Airpower is the most difficult of all forms of military force to measure, or even express in precise terms. 20 Meski penggunaan kekuatan Udara sekarang sudah menjadi semakin maju dan merupakan kebutuhan penting bagi operasi militer gabungan dalam satu abad ini ― statusnya tetap se bagai penugasan yang kompleks dan membutuhkan pemikiran yang mendalam. 21 Kekuatan Udara menjadi bagian integral kekuatan militer gabungan dan peperangan modern dan konsekuensinya menjadi komponen penting dalam strategi KamNas --- strategi
15 Doctrine, USAF, Air Force Doctrine Document 1, 17 November 2003, hal 11. 16 Kepentingan Nasional yang terdokumentasi menjadi basis pengambilan keputusan nasional (NSDM / National Security Decision Making).Isyarat setiap isu Keamanan nasional dengan tingkat dan kategori (tingkat mulai 4,3,2 dan 1, serta katagori mulai “lain-lain”, sampai dengan “survival”) ditentukan (dan dilaksanakan) oleh Dewan Keamanan Nasional (perintah wakil ketua) mengingat waktu (respons) untuk bertindak sangatlah penting, dan info selalu kepada Ketua (dhi Presiden). Tidak selalu harus menunggu keputusan sang Ketua. Veto tingkat dan katagori bisa langsung dilakukan Ketua setiap saat. Isu ancaman yang tidak relevan dengan ancaman terhadap kepentingan nasional (asumsinya kelebih effisien. pentingan nasional sudah terdokumentasikan dan disetujui Parlemen) dikeluarkan dan dimasukan dalam agenda Kamdagri 17 Transformasi adalah contoh agenda (keberanian)perubahan manajemen.Transformasi adalah agenda bentuk perubahan, obyektifnya adalah effisiensi tentunya contoh agenda pertama yang dilakukan DepHan AS adalah merubah konsep perencanaan dan anggaran berbasis TBP (threat-based planning) ke basis CBP (capabilities-based planning). Kedua merubah konsep ekspeditionari Angkatan Udara sebagai kekuatan Udara dan ruang angkasa (Air and Space), periksa Supporting Air and Space Expeditionary Forces, Capabilities and Sustainability of Air and Space Expeditionary Forces, Snyder,Don, et-all, 4 persons, RAND, 2006. Reformasi ataupun RMA dalam tubuh organisasi militer hanyalah bagian kecil transformasi. 18 Peran ditentukan oleh UU, tapi tidak bagi fungsi dan tugas. Periksa QD tentang konsep strategy-to-task (www.fkpmaritim.org) membuat formulasi “tugas” (task) diawali dari paradigma (model) strategi nasional sampai ke-tugas, lebih realistik disesuaikan dengan situasi dan lingkungan strategik yang selalu berkembang. Model tersebut adalah teknik atau perangkat untuk membuat atau menciptakan tugas dan tangtugas (task) selalu ada acuannya yakni strategi dihirarkhis paling atas. gung jawab serta koordinasi dalam organisasi 19 Pemegang kendali sistem senjata asimetrik bisa juga disebut melakukan peperangan atau strategi A2/AD (anti access dan area denial). 20 Air Power Development Centre, Australian Govt, 2008, Dr Sanu Kainikira , Essays on Aipower, Preface, halaman xi. 21 Ibid, halaman 1.
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
4
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? yang mengawal tercapainya obyektif kepentingan nasional. Strategi ini butuh kekuatan Udara sebagai kekuatan integral dan sentra elemen “penggetar” (deterrence) bagi aktor negara lain ― tentu saja dengan syarat tertentu. Tujuan ”menggetarkan” adalah mencegah aktor negara lain berbuat “sesuatu” yang bertentangan dengan keinginan (obyektif) kepentingan nasional. Dari perspektif keamanan nasional, “menggetarkan” diawali dari usaha menghindari konflik dengan menugaskan kekuatan Udaranya (atau paket dengan kekuatan Maritim dan atau Darat) 22 dengan cara yang efektif, tepat dan meningkat gradual didikte oleh perkembangan lingkungan strategik. Aktor pelaku penggetaran harus yakin memiliki kapabilitas merespon aksi “lawan potensial” dan kapabel mendemonstrasikan dengan cara “tegas”serta menyanggupi beban “biayaperang” (cost of war), kalau terjadi skenario yang buruk. Angkatan Udara memiliki kebisaan memproyeksikan kekuatan militer melalui udara kemana dan kapan saja sekaligus penyumbang unit kekuatan Udara. Kecepatan, jarak dan fleksibilitasnya kapabel memberikan effek yang diharapkan.Keluasan ruang, waktu, dan informasi yang didapat menjadikan “gudang informasi” bagi kekuatan gabungan, teman atau sahabat bila diperlukan, termasuk elit nasional dan militer guna pengambilan keputusan nasional.Memberikan beberapa faktor kelebihan seperti kecepatan, akurasi keputusan militer, komplemen kebutuhan operasional satuan Udara Angkatan lainnya sekaligus saat yang sama dapat beraksi menutup akses kekuatan lawan potensial yang ingin berbuat sama. 23 Prinsip-prinsip sederhana seperti diatas benar-benar membuktikan bahwa udara dan ruang angkasa adalah media terbaik penggunaan sista offensif. 24 Sementara itu memilih cara defensif selain dikatagorikan sebagai pertahanan
yang paling lemah dan pastinya akan tergerus oleh inisiatif lawan. Statistik menyebut bahwa sukses peperangan umumnya baik ditingkat operasional ataupun taktik umumnya tercapai melalui offensif―meski “Battle of Britain” disebut sebagai kampanye Udara defensif, tetap saja terdiri dari penggal besar pelibatan besar perang Udara offensif. Umumnya ditingkat operasional maupun taktik penggunaan kekuatan Udara selalu dalam posisi offensif, meskipun pelaksanaan operasi atau taktik tersebut berada dalam rangkaian kampanye pertahanan strategik dan operasional. Bahkan kegiatan kontrol Udara dan ruang angkasapun sangatlah offensif dan operator kekuatan Udara siap untuk melibatkan dirinya setiap saat. Sejarah juga mencatat bahwa rencana serbuan Udara (dan ruang angkasa) yang direncanakan dengan sangat baik akan ekstrim sulit dicegah. 25 Bagi yang bertahan pasti akan memerlukan asset “lebih” untuk mempertahankan area diluar poros serangan Udara― selain melelahkanjuga biaya yang mahal. Pernyataan tradisional diatas banyak dijumpai dalam petunjuk atau doktrin Angkatan Udara dan digolongkan sebagai “misi Angkatan Udara” seperti interdiksi, bantuan udara dekat, patroli tempur udara, lawan udara defensif, dan lainnya. Misi yang tidak dinikmati oleh dinas penerbangan lain,walaupun mereka bisa saja melakukannya; mengingat daftar tersebut tidak termasuk dalam misi formal mereka. Awalnya kekuatan Udara lebih banyak disebut sebagai kekuatan pendukung, tidak sebagai komponen kekuatan gabungan apalagi elemen manuvra. Apalagi sebagai kekuatan yang menentukan (decisive) sangat diragukan untuk menghasilkan effek strategik. Namun hal ini berubah sejak perang Teluk tahun 1991 ― membuktikan kekuatan Udara sama baiknya dengan mitranya yakni elemen manuvra perang Darat, dan Maritim. Konsekuensi sebagai elemen
22 Menggunakan paket gabungan militer berupa kekuatan Darat (land-power), Maritim (maritim power) dan Udara (air-power) dan bisa saja menugaskan ketiga-tiganya atau dua saja atau salah satu dengan kriteria kredibilitas, kapabilitas dan kesanggupan dan respon serta siap bertarung dalam jangka yang cukup panjang dan melelahkan. Asumsinya ada keputusan Ketua Dewan Keamanan Nasional untuk mendemonstrasikan gelar “operasi penggetaran” ini --- effektivitas getar, butuh sistem logistik dan stok serta inventori “perang” untuk waktu yang cukup lama. Dengan mengirim atau mendengung-dengungkan saja dengan mengirim 2 atau 3 kapal atau pesawat dalam AOR (area of responsibility) atau dalam axis “menggetarkan” (deterrence axis) mungkinkah lawan langsung tergetar? Opsi menggunakan paket kekuatan gabungan militer bisa saja menjadi paket lebih besar lagi dengan melibatkan instrumen kekuatan ekonomi dan diplomasi bersama-sama dalam paket yang disebut FDO (flexible deterrence option) ---semua paket strategi tersebut dikendalikan (bukan koordinasi saja) dan diatur oleh WanKamNas dan pada tingkat KamNas 3, 2 langsung dikendalikan oleh WaPres. 23 Doctrine, USAF, Air Force Doctrine Document 1, 17 November 2003, hal 15. 24 Doctrine, USAF, Air Force Doctrine Document 1, 17 November 2003, hal 22. 25 Ibid, halaman 22. Melelahkan dikarenakan tidak diketahuinya faktor inisiatif dan waktu yang dipegang oleh penyerang.
5
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? strategik atau taktik ― waktu (respons) menjadi sangatlah penting sekali, 28 inilah barangkali cara berperang terkinikan. Cara berperang seperti ini dituntut bisa memproyeksikan kekuatan sesegera mungkin dan kemana saja serta sangat mengurangi beban biaya di”stasion”kan ditempat terjauh lebih permanen. Idealnya akan meminimalkan tingkat risiko kerusakan yang dialami oleh penduduk maupun infrastruktur negara penyerang. Sejauh ini hanyalah satuan Udara yang alami memiliki mobilitas tinggi dan bisa membawa sista yang lebih akurat serta lethal sebagai platform yang tepat dan terbaik digunakan dalam operasi gabungan untuk memainkan peran dan effektif menyerang pusat gravitas ini lebih offensif. 29 Snyder berhasil meyakinkan organisasi militer untuk lebih memilih offensif yang menjamin pengaruh kuat terhadap “lawan” dibandingkan memilih “defensif”. 30 Lebih dari itu, kekuatan Udara kapabel diperankan lebih jauh untuk beroperasi dan bermanuvra “bebas” atau “simultan” ditingkat peperangan taktis, operasional bahkan strategik dan sangat membantu Komandan Operasi Gabungan (JFC/Joint Force Commander). Mudah dideploikan kemana saja, dengan tugas tambahan mengumpulkan informasi dan sambil menyerang sasaran terpilih ― serta masif dan effektif merebut inisiatif kontrol “lawan”. Bisa dicatat disini bahwa serangan kekuatan Udara akan memaksakan “lawan” bereaksi bukan beraksi dan memaksa untuk tidak bisa berinisiatif sama sekali. 31 Era modern ini adalah era bagi pemilik aset kekuatan Udara untuk segera menguasai kontrol Udara dan ruang angkasa dalam rangka mengamati manuvra kekuatan lawan dengan akurat bagi kepentingan manuvra gabungan. Tahun 1991 dalam operasi Badai Gurun, kekuatan Udara mendemonstrasikan sebagai satuan yang terlatih baik dengan peralatan terbaik dan kapabel mendominasi semua aspek operasi dalam peperangan modern. 32 Hanya beberapa hari sejak awal operasi tempur,
manuvra, kekuatan Udara berhak didukung kekuatan lainnya. 26 Perkembangan kekuatan Udara dimulai akhir abad 20-an dan sebagai komponen kekuatan gabungan dan elemen manuvra; biasanya melakukan tugasnya dalam 3 phasa linear. 27 Pertama sebagai kekuatan siap reaktif, dan akan bereaksi menghentikan serangan awal lawan (halted-initial attacks). Kedua, membangun kekuatan besar serta menentukan mandala tempur, beroperasi offensif terbatas terus menerus (masif) sambil membatasi dan melemahkan kekuatan lawan. Akhirnya dilakukan serangan atau operasi sentrik darat (ground centric) yang menentukan. Pola klasik seperti diatas adalah rangkaian kegiatan linear dan akan berakhir dalam produk (end-product) serangan balas darat (ground-based counter attacks). Tahapan seperti diatas tidak selalu harus dilalui, prinsip ekonomi peperangan bisa saja hanya memerlukan dua atau bahkan satu phasa saja. Kekuatan Udara dalam tugas gabungan Tugas gabungan adalah bentuk operasi yang berbasis effisiensi. Militer gabungan menatap peperangan mendatang sangat dipengaruhi oleh kehadiran sista modern dengan jarak jangkau yang semakin unggul, meningkatnya daya hancur (lethality) dan pintar (smart weapons). Didukung sistem pengamatan, penilaian dan managemen tempur yang bagus akan terbangun kapabilitas cara bertempur baru.Kapabilitas seperti ini sangat memungkinkan untuk melakukan transisi dari perang penghancuran (annihilation) dan berlarut (attrition) dengan memposisikan ratusan ribu personil militer yang berpeluang besar dan berisiko terlibat dalam perkelahian brutal, saling berhadaphadapan dan sebaliknya risiko rusak beratnya area dan infrastruktur yang bertahan, menjadi cara langsung mencari dan menyerang pusat gravitas lawan (termasuk pemimpinnya) baik 26 Ibid, halaman 16. 27 Ibid, halaman 16.
28 RANDCORPT, “Defining the Role of Airpower in Joint Missions”, ch1. “Introduction : Airpower and the “ New American Way of War “, halaman 3. 29 Air Force Basic Doctrine, halaman 22. 30 Carter, John. R, Major USAF , Cadre Paper, Air University Press, October 1998, “Airpower and the Cult of the Offensive”, halaman 24. 31 Ibid, halaman 22. 32 RAND CORPT,2002, Edited by Zalmay Khalilzad, Jeremy Shapiro, “Strategic Appraisal; US Air and Space Power in the 21 St Century”, Part—II, Where Does the USAF Need to GO ? ---ch4. “Modernizing the Combat Forces:Near – Term Options”, halaman 93.
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
6
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? banyak berperan dalam tugas gabungan operasi Maritim (JMO/Joint Maritime Operation). Bila kekuatan Udara bergabung dengan kekuatan Maritim, maka kekuatan ini akan berada dibawah kontrol JFC (Joint Force Commander). Kekuatan Udara yang digabungkan bersama kekuatan Maritim ini akan mengikuti aturan Komando dan Kontrol 35 dari Komando Gabungan operasi Maritim ― disebut JMO (Air) atau Komando Gabungan (Udara) Operasi Maritim/ JFACC (Joint Force Air Component Commander) dan Komando ini bersifat komponen. Komando ini membantu Komandan Operasi Maritim membuat rancangan, koordinasi, alokasi dan tugas operasi udara gabungan Maritim dan merujuk konsep operasi gabungan Maritim. JFC juga menunjuk pemegang otoritas kontrol (kontroller) Udara dan ruang angkasa (atau ACA/ airspace control authority) untuk memegang tanggung jawab penuh semua kontrol diudara dan ruang angkasa dalam area tanggungjawabnya (AOR). Demikianlah gambaran singkat kekuatan Udara. Apabila dilakukan studi dan pemeriksaan lebih dalam dan lebih jauh tentang (peran) kekuatan Udara maka kegiatan ini dapat dikatagorikan sebagai studi tentang sekuriti internasional. 36
kekuatan koalisi kapabel memperoleh (hampir ~ 100%) kebebasan beroperasi didaerah lawan. Bahkan tidak memberi kesempatan lawan bisa beroperasi dan manuvra didaerah “teman” pun koalisi benar-benar memegang inisitiatif diawal serbuan. Mencermati tiga phasa yang bisa dilakukan oleh kekuatan Udara, versus transisi kapabilitas tempur tersebut sangat menguntungkan sekali bagi kekuatan gabungan bahkan kekuatan koalisi serta memanfaatkan kebisaan kekuatan Udara diperankan dalam tugas gabungan atau koalisi dewasa ini yakni 33 : [1] kapabel mendeteksi, melokalisir dan mengidentifikasi formasi kekuatan darat lawan yang besar dan beberapa tipikal sasaran fisik dengan segera dan cepat dalam area yang luas, [2] perbaikan akurasi dan lethalitas munisi konvensional telah meningkatkan besaran ukuran effektivitas sistem senjata yang dapat diluncurkan dari platform udara dan [3] sensor baru yang ditempatkan dipesawat penyerang, dengan pengaturan miniaturisasi munisi, menambah effektivitas serangan dimalam hari atau cuaca yang kurang baik. Faktor yang selama ini dimanfaatkan untuk melindungi kekuatan permukaan laut atau darat dari serangan udara. [4] Paket kombinasi jaming, desepsi, dan senjata jarak jauh (stand-off) serta sejumlah pesawat “siluman” baik pembom/B-2 dan atau penyerang/F-117 telah membatasi effektivitas “pertahanan udara“ lawan yang berbasis didarat, dan membiarkan paket kekuatan udara lainnya praktis tidak terganggu sama sekali melakukan pekerjaan pokoknya dengan meluncurkan muatan pokoknya menghancurkan “pusat gravitas” lawan ― sentrik Udara. Mengingat konfrontasi lewat media Maritim diyakini paling banyak terjadi dan luas skala dan katagorinya, maka operasi gabungan Maritim dengan kekuatan Udara akan banyak diperankan dimasa mendatang. 34 Kekuatan Udara gabungan baik milik Laut dan Udara paling
Isu Sentrik ? Berawal dari kompetensi kekuatan Udara adalah “keunggulan diudara”, demikian juga Angkatan Darat dengan “keunggulannya di darat” dan Angkatan Laut dengan keunggulan “diarea Maritim”. 37 Isu sentrik ini muncul semenjak perang Gurun tahun 1991-an dan sentra isu muncul dari pertanyaan kapabel tidaknya kekuatan Udara melaksanakan operasi “mendalam” (deep-strike). Kubu Angkatan Darat menengarai operasi ini tidak akan bisa dilakukan Angkatan Udara sebagai alasan pertama. Kedua, doktrin Angkatan Darat selama ini percaya bahwa operasi “men-
33 RAND CORPT,2002, Edited by Zalmay Khalilzad, Jeremy Shapiro, “ Strategic Appraisal; US Air and Space Power in the 21 St Century”, Part—II, Where Does the USAF Need to GO ? ---ch4. “Modernizing the Combat Forces:Near – Term Options”, halaman 93. 34 “ Doctrine for Joint Maritime Operations (AIR) “ , Joint Pub 3-04, 31 July 1991, halaman II-1.Komandan diterjemahkan dari Commander, sedangkan Panglima yang berasal dari terjemahan “C-in-C” (Commander – in- Chief ...Kepalanya para Komandan Panglima). 35 C2 (Command and Control) sering diterjemahkan sebagai Komando dan Kendali (Kodal), bukan Komando dan Kontrol. Padahal artian Komando sendiri lebih banyak kepengendalian penuh atau kendali lebih dekat kepada Komando --- ada pengertian ganda sepertinya. Arti K berikutnya adalah kontrol yang kewenangannya tidaklah sepenuh Komando, artinya secara kualitas dan bobot kewenangan berada dibawah Komando. 36 RAND CORPT,USA, 2010, “ Air power “ ,ch1. Introduction, halaman 3.
7
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? dalam” adalah kunci kampanye pasukan darat tingkat divisi. Dalam kegiatan perkelahian (warfighting) 38 sebagai bagian dari tingkat operasional, kekuatan Udara telah membuktikan kapabel menjalankan misinya ― termasuk aksi operasi “mendalam” (deep strike). 39 Suksesnya misi tersebut bukan berarti Angkatan Udara mengklim kapabel mendominasi semua medium dan semua situasi peperangan. Dicontohkan pengusiran pasukan lawan yang bersembunyi “dalam-dalam” diteritorinya atau merebut teritori dan ruang mereka atau effektivitas melakukan patroli pinggiran (urban) sesuatu yang sungguh tidak mungkin dilakukan kekuatan Udara. 40 Belum hadirnya kejelasan doktrin versus isu kekuatan Udara ini memaksa Angkatan mencari jalan keluar 41 dan hadirnya operasi “Badai Gurun” menjadi “bench-marking” perbaikan doktrin. Sebenarnya “ketegangan” ini sudah hadir, semenjak munculnya dinas penerbangandalam Angkatan Darat dan bertumpu pada beberapa isu [1] peran darat dan udara, utamanya peran yang menentukan (decisive). [2] Kesimpulan (konservatif) Darat bahwa kekuatan Udara tidak kapabel dan potensial sebagai kekuatan Udara, bahkan tidak lebih baik dari Artileri jarak jauh pendukung manuvra pasukan Darat. 42 [3] Petinggi Angkatan Darat waktu itu berpikir bahwa Angkatan lain dan kedinasan lain
bersifat membantu Infanteri, hal ini terjadi pada periode antar Perang Dunia (interwar period). Studi sentrik ini akan memeriksa seberapa jauh bentuk dan derajad konvergensi antara Angkatan darat dan Udara dengan pendekatan doktrin dan konsep. Harapannya; upaya studi ini akan menjamin pengertian yang lebih baik untuk membangun basis konsep yang lebih komprehensif dan lebih maju, serta bagaimana teori kekuatan Udara yang dipangkalkan didarat (land-based). 43 Kubu Angkatan Udara memandang teori kekuatan Udara dan doktrin era perang Vietnam, terkotakan dalam “strategik” dan “taktik”. Sebaliknya kubu Angkatan Darat menganggap konsep dan doktrin kekuatan Udara tetap mengikuti dan mengait erat dengan doktrin dan taktik perang Darat (land warfare). Doktrin Angkatan Darat berevolusi dari isu linear, intensifitas daya tembak dalam kegiatan “Pertahanan Aktif” kealam manuvra yang berorientasi pada “Pertempuran Darat-Udara” (Air-Land Battle). Debat berkembang meluas keisu kontrol, desentralisasi kekuatan Udara dan meliput area tingkat taktis CAS (combat air system) ke isu interdiksi. Pada tahun 1986 lebih berkembang kedalam operasi gabungan, tingkat mandala, dan perspektif kampanye dan operasional. 44 Hadirnya teori tentang kelumpuhan industri pertahanan lawan oleh kekuat an Udara,
37 RANDCORPT, “Defining the Role of Airpower in Joint Missions”, ch1. “Introduction : Airpower and the “ New American Way of War “, halaman 4. Kekuatan Udara dengan kapabilitasnya bisa mengontrol manuvra “lawan” diarea tanggung jawabnya dan bisa meliput area kontrol keunggulan Darat, dan Maritim , akibatnya kekuatan Udara menjadi kompetitor bagi kekuatan Darat dan Maritim, periksa halanan 5. Tentang isu Maritim , periksa juga “The National Strategy for Maritime Security “, September 2005, Dept of Homeland Security, USA, Washington, halaman 1, Introduksi. Note: The Maritime domain for the United States includesthe Great Lakesandall navigableinland waterways suchastheMissisipi artinya sungai, laut, kelautan, teluk, pantai sampai dasar laut dan udaRiver lanjutan catatan kaki no.5 ....... and the Intra-Coastal Waterway ra diatasnya adalah domain (dalam ruang Cordonne Sanitaire—ruang kontrol) Maritim. Bukan dibalik seperti Kelautan yang malah mengontrol Maritim – tentunya super-set yang akan mengontrol sub-set ? Bagi RI dengan hadir lengkapnya semua elemen domain Maritim, menjadi aneh kalau justru Kelautan yang mengontrol Maritim dan perlu diketahui bahwa jantung kekuatan Maritim (Maritime Forces) dimana-mana adalah Angkatan Laut. 38 Sulit menterjemahkan “warfighting” (TNI belum memiliki kamus umum pertahanan nasional dan militer), berbeda dengan terjemahan combat, war , operational dll, yg lebih jelas. “warfigting” ditemukan dalam ADP (US Army Doctrine Publication) 3-0, Unified Land Operations, October 2011, hal iv, dengan terminologi “warfighting” yang meliput kegiatan seperti: mission command, movement and manuevre , intelligence, fire, sustainment dan protection. 39 Operasi mendalam (deep-strike) dilakukan dengan mendeploikan seluruh pasukan lengkap dengan peralatannya langsung kejantung lawan dari titik embarkasi atau pendaratannya. Meskipun nampaknya sama , akan tetapi doktrin Marinir AS dan Angkatan Daratnya berbeda tentang pelaksanaan operasi men”dalam” (deep operations)-nya, periksa RAND CORPT, 2006, “Learning Large Lessons. The Evolving Roles of Ground Power and Air Power in the Post-Cold War Era”, Johnson, David.E,halaman 145. 40 RANDCORPT, “Defining the Role of Airpower in Joint Missions”, ch1. “Introduction : Airpower and the “ New American Way of War “, halaman 4-5. 41 RAND CORPT, 2006, “Learning Large Lessons. The Evolving Roles of Ground Power and Air Power in the Post-Cold War Era”, Johnson,David.E, halaman 42. 42 Ibid, halaman 9. 43 Hamilton, Robert.J, Major USAF, School of Advances Airpower Studies , Air University, June 1993,“Green and Blue in the Wild Blue: An Examination of the Evolution of Army and Air Force Airpower Thinking and Doctrine Since The Vietnam War”, abstract.
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
8
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’? makin menambah bukti pentingnya kekuatan Udara sebagai penentu. Dan nampaknya persaingan (sentrik) intra Angkatan/Kedinasan akan berlangsung terus. Tabel dibawah ini menunjukkan kehadiran
Case
Ground Centric
isu “sentrik“ (Darat-Udara) tersebut per setiap kegiatan pertempuran dimulai dari perang Irak,tahun 1991. Kolom menggambarkan ada isu sentrik Udara dan sentrik Darat. Kolom Integrated adalah status kompromi kedua perspek-
Air Centric
Integrated
End State
Iraq, 1991
Ground campaign decisive after air softened Iraqi forces.
Air power set the conditions for overwhelming success-all but won the war.
Air campaign significantly weakened an incompetent opponet who was defeated by ground power
Containment and sanctions for 10+years; OIF
Bosnia
Croat-Muslim ground offensive principally responsible for Serb concessions.
Decisive and precise air power forced Serb concessions.
Combination of ground threat and air attact and low stakes for Serbs resulted in consessions; rapidity yields false expectations about Serb will to resist.
MOOTW
Kosovo
Threat of a ground invasion caused Milosevic to yield; center of gravity Serb Forces in Kosovo; a minor view held that KLA influenced decision.
Air power forced Milosevic to yield after stepping up modest initial campaign; center of gravity “downtown” - what Milosevic valued; attacking forces in Kosovo a waste of bombs.
Air attact against infrastructure targets changed the political dynamic. This use of air power, coupled with diplomatic isolation (Russians) and NATO unity, caused Milosevic to yield. Ground threat a future consideration and may have influenced to a lesser degree.
MOOTW
Afghanistan
Anti-Taliban Afghan ground forces, enabled by air power, overcame Taliban and al Qaeda. CAS not responsive during Operation Anaconda, when U.S. ground forces necessary to root out remnants.
Air power decisive in giving Anti-Taliban Afghans the edge. Also key in Operation Anaconda in protecting U.S. ground forces.
Air power decisive in giving Afghans the edge, but U.S. ground forces needed to do the searches and rooting out that surrogate Afghan forces did not want to do. Air power critical in Operation Anaconda.
MOOTW
Iraq, 2003
“Shock and awe” did not obviate the need for ground combat; “boots on the ground” were needed to destroy Saddam’s regime and occupy Iraq. Nevertheless, air power was a key enabler in achieving these objectives.
Air power set the conditions for rapid success on the ground, despite being in a supporting role. However, control of the FSCL by ground commanders limited air power’s contribution in the “deep battle” (as defined by the Army and Marine Corps).
Air power precluded effective positioning and employment of Iraqi ground forves even in bad weather or darkness, often shattering units before they could close with coalition ground forces. This not only reduced the costs, risks, and duration of the coalition campaign to remove Saddam’s regime, but largely left coalition ground units to mop up the remnants of shattered enemy formations in close battle where friction persisted unbated.
MOOTW
Referensi: RAND CORPT, 2006, “Learning Large Lessons. The Evolving Roles of Ground Power and Air Power in the Post-Cold War Era”, Johnson,David.E, halaman xiv.Perhatikan isu sentrik ini berlangsung cukup panjang, mulai perang Irak pertama sd Irak tahun 2003, juga upaya integrasinya dalam kolom Integrated.
44 Ibid, halaman 5. Menarik mencermati isu sentrik ini, mengingat bisa saja terjadi persinggungan sebagai penyebab isu sentrik ini dan melanda hampir pasti disemua Angkatan, masalahnya bagaimana menyelesaikan bukan dengan sederhana dengan sekedar kompromi atau mendikotomikan namun lebih penting lagi dengan cara pembagian distribusi task dan effisiensi bagi kepentingan (obyektif) operasi gabungan.
9
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’?
darat adalah faktor penentu” makanya kekuatan Udara tidak lebih sebagai elemen bantu atau pendukung saja (meski penting) dan kapabilitas kekuatan Udara adalah subordinasi kampanye Darat yang menentukan. Meskipun kekuatan Udara berhasil membuktikan kapabilitasya untuk membungkam kekuatan lawan, lagi-lagi kubu Darat tetap bersikeras menyimpulkan bahwa operasi Udara hanya menghentikan sementara, dan menyatakan bahwa pasukan Darat lawan masih bisa berkeliaran dimalam hari atau cuaca buruk. Apapun juga isu sentrik ini, pelajaran perang Teluk 1991, banyak membawa perubahan muatan doktrin kedua Angkatan ini.Lain Angkatan (kubu) Darat lain lagi dengan Angkatan Laut, dalam tiga dekade akhir ini, hubungannya sangat harmonis dalam pelaksanaan operasi serbuan aerial (aerial strike operations) bersamasama unit Udara Angkatan laut, Udara bahkan Marinir AS.Berbeda dengan periode sebelum perang Vietnam satuan Udara masing-masing Angkatan dan Marinir masing-masing memiliki budaya dan perilaku yang berbeda jauh satu sama lain . Bayangkan dalam bentangan waktu dua (2) abad, penerbang Angkatan Laut telah menikmati kebiasaan beroperasi bebas di laut terbuka , jauh dari pangkalan dengan konsekuensi yang terbangun adalah sangat “percaya diri” dan terbiasa untuk beradaptasi menghadapi setiap perubahan situasi yang jauh dari keputusan pusat dan sedikit menghadapi rintangan untuk melakukan kebebasan bernavigasi dan kebebasan bertindak.Sampai pertengahan tahun 1980-an, integrasi antara Laut dan Udara masih sulit untuk dibicarakan, 48 fokusnya masih dalam tahap “dekonfliksi”. Ada juga upaya “sedikit” bersinergi dalam perang Vietnam, dimana dua Angkatan tersebut membagi daerah sasaran di Vietnam Utara dalam beberapa “rute paket” ,empat rute paket dekat pantai diserahkan ke Angkatan Laut dan sisanya yang lebih
tif sentrik tersebut sedangkan kolom end-state adalah produk kegiatan yang terintegrasi (integrated). MOOTW atau OTW (sama saja) adalah kependekan dari Military Operation Other than War atau Other Than War yang artinya sama saja. Bahasan khusus tentang “sentrik udara” dapat diawali dari komentar Prof James A Mowbray, Profesor Air War Coll, tahun 1991 yang menangkap perspektif sentrik udara dalam perang Teluk, sebagai berikut : the Gulf War brought to the fore the technology, tactics, techniques, and operational methods on which the Air Force had been working since the Vietnam War. Precision guided munitions , precision navigation systems like the global positioning system (GPS), and day–night all–weather operations allowed the Air Force to fly , fight, and win in the face of the worst weather in the Middle East in more than a decade. That technology helped to win the fastest , lowest casualty, most devastatingly destructive onesided war in recorded history. Air Force capabilities had come of age. 45 Nada yang sama dari Kas Angkatan Udara dengan klim ucapannya; “This is the first time a field Army has been defeated by Airpower”. Hampir sama, ahli sejarah ke-Angkatan Udara-an, Richard P Hallion, yang menggaungkan kembali pandangan Kas Angkatan Udara AS dengan menulis 46: Today, Airpower is the dominant form of military power. Does this mean that all future wars will be won solely by Airpower ? Not at all. But what it does mean is that Aipower has clearly proven its ability not merely to be decisive in war ---after all, it had demonstrated decisiveness in the Second World War and, to a degree, as early as the First World War --but to be the determinant of victory in war. 47 Akar sebenarnya penyebab sentrik ini adalah jawab pertanyaan “siapa sebenarnya yang memenangkan perang (decisive) ini ?” Dua kubu berusaha menjawab dan berdebat tentang isu peran masing-masing dalam koalisi. Darat bersikukuh dengan konsep “pancangan kaki di-
45 RAND CORPT, 2006, “Learning Large Lessons. The Evolving Roles of Ground Power and Air Power in the Post-Cold War Era”, Johnson,David.E, halaman 27. 46 Ibid, halaman sama , disitu tercatat sang Profesor menulis dalam artikel berjudul “ Air Force Doctrine Problems 1926- Present,” Air Power Journal , Winter 1995. 47 RAND CORPT, 2006, “Learning Large Lessons. The Evolving Roles of Ground Power and Air Power in the Post-Cold War Era”, Johnson,David.E, halaman 28. 48 Rand CORPT,USA , Prepared for USAF , 2007, Lambeth, Benjamin S, “Combat Pair; The Evolution of Air Force – Navy Integration in Strike Warfare”, halaman 3-5.
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
10
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’?
kedalam diserahkan ke Angkatan Udara ― nampaknya masih belum berpengaruh terhadap upaya “siner gitas”. Sesungguhnya dasar K2 Angkatan Udara adalah “orkestra tunggal” atau sentralisasi komando, mungkin faktor ini yang menyulitkan upaya sinergitas. Kenyataannya penerbang Laut dan Udara masih saja beroperasi diruang masing-masing dan terpisah dan tidak satupun produk sinergik yang terbangun. Bahkan ditahun 1987, 49 terjadi insiden di Mediterania, dimana satu F-14A Tomcat (US Navy) dipangkalkan dikapal induk telah menjatuhkan RF-4C Phantom (USAF)yang dipangkalkan diJerman Barat tahun 1987. Anti klimaks terjadi semenjak selesainya perang Vietnam dan awal perang dingin, dan sangat merubah iklim dan budaya hubungan satu sama lain. Simak saja pernyataan Komandan komponen Udara Sekutu di Korea ... sulitnya membedakan mana satuan Udara dari Angkatan Udara, Laut dan Marinir dalam suatu operasi gabungan Udara kalau tidak dilihat dari atribut atau papan nama dan tanda tanda lainnya, saking begitu Hal yang sama adalah komentar para instruktur Sekolah Sista Pesawat pemburu yang sekarang menjadi Pati bintang tiga dengan pernyataan relatif mirip seperti rekannya diatas, bahkan menambahkan ... sulit membedakan mana penerbang Laut,Udara dan Marinir yang sedang berbicara hangat tentang taktik dan operasi Udara baik itu penerbang Laut F/A18 Hornet, penerbang Udara F-15 dan F-16 C, dan Marinir dengan AV-8B nya. Sinkronisasi ini berlangsung dengan klimaksnya ditahun 1990 dengan finalisasinya ditahun 2001, dalam Operasi “Enduring Freedom” di Afghanistan tahun 2001, dan semakin bertambah membaik ditahun 2002 dengan Operasi “Iraqi Freedom”-nya. Bisa jadi proyek JSF (Joint Strike Fighter) dengan F-22 (kode Raptor?) diciptakan untuk membuat semua unit pesawat pemburu menjadi lebih sinergik.Sebelum ditutup seksi ini, ada baiknya me-
nampilkan gambar dibawah ini (halaman-12); barangkali kapabel mengelaborasikan “keinginan” masing-masing lanskap penerbangan dengan variasi basis pemangkalan baik dari kapal induk, darat dan dihadapkan dengan jenis dan katagori elemen kekuatan Udaranya baik itu Pemburu (strike) atau Pembom, agar bisa digali lebih dalam fenomena kekuatan Udara ini. Atribut format yang berbeda dari elemen kekuatan Udara Kesimpulan Bahasan diatas lebih banyak menyoroti kekuatan Udara negara besar, karena merekalah yang memang pantas memiliki dan memperoleh manfaat dengan dukungan Ekonomi yang sukses (strategi ekonomi nasional). Sebaliknya nampak sangatlah sulit bagi negara kecil, sedang atau sedang berkembang untuk tetap menghadirkan apalagi mempertahankan utilitas kehadiran kekuatan Udara dengan atribut besaran jumlah sorti, jumlah senjata yang dilontarkannya dan “biaya” perang yang luar biasa... dan bisa dihitung berapa jumlah (total) “life-cycle cost”-nya. Namun satu hal yang pantas disepakati, bahwa unsur RMA sangat kuat sekali dalam membangun kapabilitas kekuatan Udara, dan pelaksanaan dilapangan adalah Industri pertahanan nasional yang kuat didukung riset pertahanan nasional yang unggul.Aktor yang memberikan isyarat telah memiliki kekuatan Udara(lebih dari Angkatan Udara), telah dikaruniai “keberuntungan” sudah memberikan nuansa effek “getar” dan mengingatkan siapa saja bahwa pemilik kekuatan Udara ini kapabel melakukan kontrol dan akan memegang kendali insitiatif diawal konflik atau pertempuran dan tahapan berikutnya sebagai rangkaian kampanye perangnya dan diakhiri dengan memenangkan perang. Dukungan statistik selama ini menunjukkan bahwa sukses ditahap awal sangatlah menentukan sekali.
49 Ibid, halaman 10. RF – 4, adalah pesawat pemburu F-4, kode R didepan adalah Radar. Skuadron ini dipangkalkan di Jerman Barat , pesawat tsb sedang bertugas mencoba peralatan baru (TEREC) guna mendeteksi dan melokalisasi posisi emisi Radar Rudal Darat ke Udara. F-14 A (F kode untuk jenis Fighter) menembak dengan Rudal anti Udara. Beruntung satu (1) Rudal AIM – 9 L (heat seeking missile) tidak meluncur, rudal kedua meluncur namun tidak meluluh lantakkan RF tersebut karena terlalu dekat jaraknya sehingga hulu ledaknya tdk berfungsi penuh.Kedua penerbang RF-4C meloncat dengan kursi lontarnya.
11
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Kekuatan Udara (‘Airpower’) atau ‘Air and Space Power’?
ATRIBUT FORMAT YANG BERBEDA DARI ELEMEN KEKUATAN UDARA
Deployment equals U.S. commitment Lowest unit cost
Land-based strike fighters
Fewer “deck constraints” Stealth
High sortie rate Tactical agility Multimission Strike fixed and moving targets accurately
Sustained forward presence
Carrier-based strike fighters Crisis agility: position to deter without commitment ashore
Large payload Long range
Bombers Do not need bases on scene
Ready crisis response
Can strike quikly from distant bases Strategic agility
Referensi: Ibid, halaman xi. Ada tiga (3) basis himpunan yakni Carrier-based, Land-based dan Bomber yang memberikan sumbangan besar kecilnya “end-products” kekuatan Udara. Perhatikan penilaian (assesments) interseksi antara dua basis , misal Carrier-Based dengan Bombers , akan menghasilkan --ketidak perlunya berbasis kejadian yang sama. Antara Bombers dengan Land-Based strike fighters akan menghasilkan ---- sedikit “deck constrains” (hambatan) dan menciptakan utilisasi penggunaan jenis silupukulan terhadap man (Stealth). Interseksi dari tiga interseksi ini membulatkan satu obyektif yakni sasaran yang bergerak maupun tetap dengan akurasi yang tinggI.
----ooo000ooo----
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
12
Transparansi PRC dengan “Buku Putih”- Kajian Singkat ...
TRANSPARANSI PRC DENGAN “BUKU PUTIH” KAJIAN SINGKAT (RESEARCH BRIEF) DENGAN MODEL RUNTUN WAKTU (TIME - SERIES)1 Oleh : Tim FKPM putih dan sekurang-kurangnya memiliki arti bagi kepentingan pembaca barangkali inilah esen sinya. Muatan pokok dalam buku putih tersebut, kalau boleh disebut dokumen strategik, hanyalah isu pertumbuhan kekuatan militernya, tentu saja dengan konsekuensi anggarannya. Pertanyaan kuncinya benarkah isu yang dibicarakan didalam “buku putih” tersebut benar atau sekurang-kurangnya rasional ― rasionalisasi muatan berdasarkan tingkat kepercayaan regional tentang muatan tersebut. Contoh, bila China membeli sebuah kapal induk, seorang analis biaya (cost-estimate dan cost-estimate relationship) bisa membuat estimasi terhadap komponen biaya yang relevan (gaji adalah contoh biaya “irelevan” bagi anggaran belanja militer) dengan asumsi usia pakai (economics’s life) 20 tahun dan akan menemukan besaran angka yang aduhai dan bandingkan dengan angka yang muncul dalam buku putih ― sangatlah berbeda dengan realita muatan “buku putih” sub-anggaran.
Pendahuluan Buku putih yang sering diterbitkan dibanyak negara seperti Jepang, Australia dan lainnya sepertinya lebih banyak (hanya) diorientasikan untuk konsumsi politik luar negeri ― tidak mencerminkan isi “dapur” yang sebenarnya. Berbagai kriteria dan penilaian yang didapat didalamnya masih merupakan agenda yang seringkali menimbulkan tanda tanya negara sekitarnya. Contoh: merujuk dokumen strategik China dengan judul “Pertahanan Nasional China ditahun 2010” yang dirilis bulan Maret tahun 2011 2 sepertinya ingin mengkomunikasikan informasi terkini tentang perkembangan kekuatan militer China dengan variabel seperti strategi, kapabilitas dan niatnya. Pola sama yang dilakukan China semenjak tahun 1998 sebagai perangkat guna [1] meningkatkan transparansi sebagai respons terhadap keprihatinan negara tetangga China dan negara besar lainnya, [2] lebih banyak mempertahankan keterbukaan isu niat strategi dibandingkan kapabilitas kekuatan militernya. Model yang hanya dibicarakan diatas buku putih, dan produsen “buku putih” biasanya mengeluarkan pernyataan seperti [1] untuk menjernihkan keragu-raguan dan meningkatkan derajat kepercayaan(confidence and security building measures) dan [2] menyadarkan penduduk sendiri pentingnya pertahanan nasional dan [3] menangkal dan mengingatkan (kandidat) musuh.
Obyektif Obyektif tulisan ini adalah mencoba merasionalisasikan beberapa kriteria yang “absah” pendukung kapabilitas kekuatan militer nasional PRC, untuk menemukan tingkat kepercayaan yang didapat (atau tingkat ketidak-kepercayaan yang didapat). Dalam bahasa kuantitatif adalah maksimum tingkat kepercayaan (atau minimum) sedangkan bahasa kualitatif adalah seberapa jauhkah kepercayaan regional terhadap “buku putih” tersebut ?
Definisi masalah Model buku putih yang sering diterbitkan beberapa negara lain, tentunya akan berbeda beda kepentingan. Kepentingan bagi pemilik buku putih akan berbeda dengan kepentingan negara lain. Bagaimana membaca suatu buku
Pembahasan Asumsi yang digunakan, model yang dibuat
1. Kata “White Paper” sering diterjemahkan sebagai buku putih dan didengungkan sebagai dokumen (strategik) pertahanan nasional (?). 2. Saunders,Phillip C, Rustici, Ross, National Defense University, Strategic Forum – 269, “Chinese Military Transparancy:Evaluating the 2010 Defense White Paper”,
13
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Transparansi PRC dengan “Buku Putih”- Kajian Singkat ... internasional, regional dan internal. Kemudian tujuan keamanan nasional (national security goals) dengan sub-subnya seperti strategik dan taktis, dan seterusnya. Total semuanya terdapat 19 sub-variabel (warna putih dalam kolom paling kiri) yang mendukung gambaran apakah PRC benar-benar transparan atau tidak? Sub-sub tersebut diberi warna sesuai hasil penilaian (assesment), tinggi rendah penilaian sesuai baris bawah dalam gambar. Baris teratas akan berisikan runtun waktu (time series) penilaian tersebut mulai tahun 1998 sampai dengan 2010 (12 tahun) .
NDU dengan perspektif akademik mereka tentunya memenuhi syarat, pertama tingkat keacakan (randomness) responden dan kedua jumlah sampel tinggi, serta ketiga metode yang digunakan dan format penilaian absah (pembagian sub-variabel dan variabelnya akurat). Perhatikan model yang dibangun National Defense University (NDU) 3 dibawah ini, ada lima kelompok variabel yang dibangun untuk memudahkan dan menciptakan sub-variabel yang lebih rinci, misalnya lingkungan keamanan (security environtment) dengan sub-subnya yakni
3. Ibid, hal. 3. Model adalah tiruan sistem masalah, kali ini tiruan sistem masalah diwakilkan dalam bentuk tabel yang menunjukan perubahan penilaian (assesment) per periode waktu.
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
14
Transparansi PRC dengan “Buku Putih”- Kajian Singkat ... Bahasan model
atas masih tidak ada kejelasan tentang area tugas yang diminati. Area internal (dalam negeri) saja yang ditunjukkan, regional dan internasional sama sekali tidak jelas (disembunyikan). Hanya isu diTibet dan Turki timur disinggung sedikit ― bagaimana dengan Laut China selatan dan semenanjung Korea , serta kekuatan diperbatasan (India,Pakistan,Nepal, dll) “panas” ? Kelima, postur kekuatan sekarang, meliput jumlah personil, struktur kekuatan dan struktur komando. Hanya disebutkan jumlah kekuatan milisianya sejumlah 8 juta personil ditambah personil khusus seperti ahli hukum dan penasehat militernya. Jumlah personil diAngkatan masing-masing sangatlah tidak dijelaskan. Untuk merubah warna ke kuning saja nampaknya sulit. Peningkatan produksi kapal selam,pesawat terbang dan persenjataan lainnya tentunya membutuhkan proyeksi jumlah personil yang cukup besar. Untuk struktur organisasi besar (PLAA,PLAN,PLAAF dan Second Artellery, tiga Armada lautnya) apalagi susunan tempur (OOB) di bawah masing-masing Angkatan hanya digambarkan bagan dan daftar nama pejabatnya saja dan sangatlah sedikit sekali informasi tentang jumlah personilnya. Sub-variabel struktur komando hanya berisikan kekuatan mobilisasi dan cadangan saja. Keenam,manjemen pertahanan yang terbagi dalam rencana akuisisi pertahanan (pengadaan), anggaran keseluruhan /umum dan kecenderungan anggaran, sedikit didapat informasinya. Apalagi kecenderungan anggaran (fluktuasi) yang kabarnya selalu meningkat tajam per tahun, bahkan jauh melampui anggaran bela diri Jepang. Pengamat Barat banyak meragukan persentase yang diinformasikan, sebaliknya mereka menduga lebih dari jumlah prosentasi itu yang murni dari komponen biaya langsung untuk menunjang kesiagaan (tidak termasuk komponen gaji). Ketujuh, hubungan internasional, PKO (peace-keeping operations), bantuan kemanusiaan, kerjasama luar negeri, latihan bersama, dan semacam itu― dapat dipastikan akan menempati “rating” tertinggi derajat transparansinya.
Pertama, dalam kelompok lingkungan keamanan, kriteria internasional dan regional memperoleh penilaian transparansi “medium”. Sedangkan untuk internal dinilai “rendah”, meskipun mulai tahun 2006 mengalami peningkatan. Kedua, sub-variabel tujuan keamanan nasional, menurut NDU, definisi tujuan keamanan nasionalnya (strategik)baik strategik maupun taktik dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Mudah untuk menilai kategori strategik, karena China telah mendefinisikan strategi keamanan nasionalnya untuk mendukung kepentingan nasional (jelas dan konkrit) seperti menjaga tegaknya kedaulatan, keamanan dan membangun kekuatan militer dan memenangkan perang yang berinformasi, memelihara harmonisasi dan stabilisasi sosial, memelihara dunia yang stabil dan aman. Maka sub-variabel ini mudah dilihat, meskipun tetap belum menunjukkan warna yang konkrit (hijau), apalagi di sub-variabel taktik lebih mudah dipahami mengingat dua tahun belakangan ini, kooperasi, kolaborasi, kunjungan kenegara tetangga, sahabat, bahkan ke negara kuat, penumpasan anti perompakan di Somalia (meski termasuk jalur independen) frekuensinya meningkat. Ketiga,dalam variabel defense policy, nampak jelas bahwa misi menempati penilaian redah transparansinya - cara pengamatan apapun masih tidak cukup jelas missi PLA utamanya PLAN (Ibid, hal 4) dan PLASAF (PLA Second Artillery Force) sebagai organisasi pembawa rudal balistik yang dipangkalkan didarat (konvensional maupun bukan) dan Artileri jarak jauh, melihat jarak jangkauan dan variasi muatan proyektiflnya benarkah khusus untuk sekedar pertahanan? Bagaimana dengan informasi produk massal kapal selam samudra baik diesel-elektrik maupun nuklirnya, pesawat terbangnya, tank-tank, serta Arteleri beratnya? Belum lagi sista (sistem senjata) asimetriknya yang sangat mudah diproduksi massal di China sebagai sista AA/AD–nya ? Keempat, sama halnya sub-variabel yang di-
15
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
Transparansi PRC dengan “Buku Putih”- Kajian Singkat ...
Simpulan akhir
NDU. Namun sepertinya variabelnya sudah cukup mewakili apa-apa yang harus dinilai untuk mencerminkan transparansi. Bahkan model ini masih dapat diperkaya (enrichment) de ngan memperbanyak variabel dan menambah jumlah sub-variabel dan sub-sub variabelnya agar semakin halus penilaiannya (assesments). Bila dicermati variabel mana-mana yng sensitif sesuai urutan adalah variabel kelima, keempat dan keenam, lainnya hanya mengakomodasikan kepentingan yang lebih diwarnai tranparansi hubungan internasional dan CSBM, belum sama sekali menunjukkan kapabilitas dan intensi sebenarnya. Bila dikuantifikasikan dengan asumsi bobot di luar variabel lima, empat dan enam dari tujuh variabel yang sensitif transparansinya maka penilaian yang didapat akan bergerak antara angka 40 (optimistik)-50% (pesimistik) estimasinya. Model ini dapat dijadikan pembelajaran untuk membuat suatu peniaian terhadap negara lain.
Kajian singkat ini dibuat mengikuti format sistem analisis yang sederhana seperti – pengumpulan data dan literatur, membangun definisi masalah dan obyektifnya (apa sebenarnya yang mau dicari – bukan maksud dan tujuan), membangun model dan menjalankan model (bahas model) dan berakhir di penarikan kesimpulan. Model yang digunakan untuk menilai sepertinya membenarkan “kesan” 4 tentang buku putih yang dikeluarkan pemerintah China belum mencapai derajat transparansi yang signifikan. Model yang dikutip dari tulisan pak Saunders, et-all, dalam transkrip terbitan NDU Press berjudul Chinese Military Transparancy: Evaluating the 2010 Defense White Paper bisa saja digunakan untuk menilai negara lain selain China. Bagaimana pemilihan variabel dan proyeksi penilaian setiap variabel kedalam bentuk warna tidak dijelaskan sama sekali oleh NDU. Model memang dilihat dari perspektif 4
Kesan adalah bentuk penilaian (assesment) terendah.
----ooo000ooo----
Vol. 5, No. 18, Desember 2012
16