Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
KEKERASAN DALAM BERITA: KAJIAN PENDIDIKAN MEDIA BAGI ANAK VIOLENCE IN MEDIA: A STUDY OF MEDIA EDUCATION FOR CHILDREN Diyan Nur Rakhmah W. Sekretariat Balitbang, Kemdikbud Gedung E lantai 2, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan - Jakarta Pusat email:
[email protected] Diterima tanggal: 05/04/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 22/04/2013; Disetujui tanggal: 15/05/2013 Abstrak: Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengkaji pola pemberitaan media saat ini yang diwarnai dengan kekerasan dan kriminalitas dan dikaitkan dengan pentingnya pendidikan media bagi anak. Kajian ini juga mencoba menawarkan solusi terhadap berbagai permasalahan yang muncul sebagai akibat dari pengaruh buruk media, baik kepada orang tua, pengelola media, pendidik, dan pihak lain yang peduli terhadap pendidikan dan perkembangan perilaku anak Indonesia. Analisis kajian ini menggunakan studi literatur. Hasil kajian menunjukkan bahwa media cetak maupun elektronik berperan besar dalam membentuk pribadi dan pola pikir anak. Di samping sebagai tempat dan sumber belajar, media memiliki peran strategis dalam membentuk pola keseharian anak. Secara tidak langsung, media juga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya tindakan kejahatan dan kriminalitas yang dilakukan oleh anak. Kajian ini merekomendasikan kepada orang tua, pengelola media, dan pegiat pendidikan dan tenaga pendidik terkait dengan alternatif solusi keberadaan media dengan cara mengoptimalkan perannya dalam menciptakan media yang bersih dan mendidik sehingga layak dikonsumsi oleh anak-anak dengan aman dan nyaman. Kata kunci: media, kekerasan, pendidikan, perilaku anak Abstract: The objective of this paper is to review the pattern of how media deliver crime and violence news associated with the importance of media education for children. This paper also offers solution for parents, media practiotioners, educators and other stakeholders who have concern on children’s education and behavioral development. Its analysis uses literature study method. It can be concluded from the study’s results that media, either printed or electronics, played a major role to built the children’s personality and paradigm. Not only as learning instrument and source learning, but media has a strategic influence in establishing children’s daily pattern, media can also trigger crime and mischief conducted by children. This study suggests parents, media practicioners and educators to optimize their roles in orchestrating healthy and nurturing media that can be enjoyed safely by children. Keywords: media, violence, education, and children behavioure
Pendahuluan
mimpinan Julius Caesar memasyarakatkan Acta
Keterbukaan informasi merupakan hasil per-
Diurna, yaitu catatan harian atau pengumuman
juangan bangsa terhadap hak setiap warga
tertulis setiap hari yang terpampang di papan
dalam berkomunikasi, baik melalui lisan maupun
pengumuman tentang kegiatan Senat yang
tulisan. Media informasi berkembang seiring
bertujuan agar masyarakat ketika itu dapat
dengan kebebasan berpikir dan mengemukakan
mengetahui aktivitas pemerintahnya. Jejak
pendapat di muka umum. Pada sejarah yang lebih
sejarah ini menunjukan, bahwa peran media
tua, istilah jurnalistik erat kaitannya dengan pers
dalam komunikasi berjalan optimal, sehingga
berasal dari istilah latin, yaitu diurnal yang berarti
secara transparan dapat diakses oleh seluruh
harian atau setiap hari (Muis, 1996). Pada sekitar
lapisan masyarakat.
tahun 60 SM, kekuasaan Romawi di bawah kepe268
Diyan Nur Rakhmah W., Kekerasan dalam Berita: Kajian Pendidikan Media bagi Anak
Keterbukaan informasi melalui kelahiran
Kebebasan dalam media kemudian tidak
media cetak maupun elektronik di Indonesia
otomatis melahirkan kebebasan yang bertang-
merupakan hasil dari proses panjang dan
gung jawab. Pada beberapa kasus ditemukan
bertahap. Media di Indonesia pada awal perkem-
penyalahgunaan media untuk kepentingan
bangannya merupakan sarana propaganda
tertentu. Publik pasti belum lupa tentang langkah
Pemerintah untuk menyampaikan pesan politik
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang akan
dalam menciptakan hegemoni politik yang
mengawasi konten siaran Media Nusantara Citra
mengakar di masyarakat. Media ditampilkan secara
(MNC) Grup, menyusul beredarnya video berisi
seragam dengan didominasi perspektif Pe-
percakapan rencana penggunaan frekuensi publik
merintah untuk mempengaruhi pola dan isi
untuk kepentingan politik praktis oleh sebuah
pemberitaan (Wirodono, 2005). Publik belum lupa
partai politik di media sosial (Karta, 2013). Pada
bagaimana peran Televisi Republik Indonesia
kasus tersebut, menunjukkan bahwa pengaruh
(TVRI) di awal siarannya. Selepas jatuhnya Orde
media yang begitu masif harus diseimbangkan
Lama, TVRI berperan sebagai corong dan alat
dengan peran pihak lain di luar media termasuk
propaganda Orde Baru. Kontrol melalui sensor
masyarakat agar media tidak melanggar fungsi
atas siaran-siaran yang dapat mengganggu
yang seharusnya.
stabilitas negara dan jalannya roda pem-
Media cetak dan elektronik telah menjadi
bangunan diperlakukan secara ketat, dan bagi
bagian penting dalam kehidupan manusia melalui
yang melanggar ditindak secara represif, salah
perannya dalam pembentukan karakter masya-
satunya melalui pembredelan (Siregar, 2005).
rakat. Ada korelasi positif antara peran media dan
Secara berkala, tayangan TVRI didominasi dengan
pendidikan masyarakat. Media menjembatani
acara seremoni yang memperlihatkan para
kebijakan Pemerintah dengan masyarakat dan
petinggi negara “memukul gong” dan/atau
pelaku pendidikan yang berada di kota hingga
“menggunting pita”. Intervensi Pemerintah
pelosok desa. Selain itu, media cetak dan
kemudian tidak hanya melalui TVRI sebagai media
elektronik saat ini juga dapat berperan sebagai
pemerintah, tetapi juga terhadap media massa
wadah untuk belajar. Kegiatan belajar saat ini
yang mulai berkembang saat itu.
tidak hanya terbatas pada lingkup media yang
Reformasi politik membawa efek luberan (spill
dimaksud dalam undang-undang, tetapi mulai
over effect) terhadap kebebasan media di
berkembang pada media informasi yang sifatnya
Indonesia menuju era keterbukaan, yaitu tidak
lebih umum di masyarakat, seperti televisi, koran,
sekadar pengimplementasian Pasal 28 Undang-
atau bahan bacaan lain. Program belajar interaktif
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
di TV Edukasi Pusat Teknologi dan Komunikasi,
(Amandemen) berupa hak berkomunikasi dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
berpendapat di muka umum, tetapi juga
bermunculannya program-program berbasis
melahirkan konsep kebebasan pers. Media
pengetahuan seperti BBC Learning English,
memiliki idealisme, yaitu memberikan informasi
National Geographic, dan sebagainya, menjadi
yang benar sebagai sarana pendidikan. Ke-
contoh bahwa media berperan strategis dalam
bebasan pers memberikan peluang bagi media
mencerdaskan bangsa.
untuk menyampaikan idealismenya. Pada tataran
Perkembangan media informasi di Indonesia,
akarnya, media berperan besar dalam pem-
disadari atau tidak berkembang mengikuti
bentukan sifat kritis, kemandirian dan kedalaman
permintaan pasar. Media cetak dan elektronik
berpikir pemirsanya (Haryatmoko, 2007). Pada
banyak menyediakan berita yang tidak lagi hanya
beberapa kasus pemilihan kepala daerah,
bersifat informatif dan bermanfaat secara
transparansi yang melekat pada media men-
kejurnalistikan, namun disesuaikan dengan
ciptakan kedekatan emosional antara calon kepala
kebutuhan pasar pemirsa atau pembacanya. Dua
daerah dan konstituennya. Dalam tataran inilah
jenis berita yang pasti akan mendapatkan tempat
media berperan besar dalam membentuk sifat
bagi pemirsa atau penonton, yaitu berita
kritis masyarakat.
mengenai bencana (disaster) dan kriminal (crime) (Muda, 2003). Kekerasan dan kriminalitas menjadi
269
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
tema pemberitaan penting dan menarik bagi
kekerasan yang disajikan dalam media dan tanpa
masyarakat karena menyangkut kebutuhan dasar
ada pendampingan dari orang tua, pada akhirnya
(basic needs) manusia, yaitu perasaan aman. Atas
berpotensi untuk menduplikasi adegan kekerasan
dasar itulah, hampir sepanjang waktu wajah
yang dilihatnya, baik secara eksplisit atau secara
media Indonesia diwarnai dengan berita kriminal
implisit yang ditafsirkan sepihak oleh anak. Kasus
dan kekerasan. Setiap stasiun televisi, terkesan
kekerasan dan kriminalitas yang dilakukan oleh
berlomba menayangkan tayangan kriminal yang
anak-anak, bahkan di usia yang tergolong sangat
pada kenyataannya saat ini banyak menarik
muda-belia merupakan bentuk duplikasi pada
perhatian publik. Beberapa kasus kriminal besar
pemberitaan media.
cenderung ditayangkan berulang-ulang oleh
Berangkat dari kenyataan yang banyak
hampir semua media, dengan penggambaran
terjadi pada akhir-akhir ini tentang pemberitaan
secara jelas dan terperinci tayangan secara
mengenai kekerasan dan kriminalitas serta mulai
khusus dalam bentuk talkshow, atau breaking news
bermunculannya tindak kriminalitas yang di-
pada waktu-waktu utama (primetime). Di
lakukan oleh anak-anak, permasalahan yang
beberapa media cetak, kriminalitas menjadi objek
diangkat dalam kajian ini, yaitu: 1) Bagaimana
bisnis yang laris di kalangan masyarakat. Pada
pemberitaan media berperan dalam membentuk
beberapa kasus kriminal, media cetak seperti
pribadi dan pola pikir anak saat ini; 2) Bagaimana
koran atau tabloid memasang berita tersebut
peran pendidikan media bagi anak khususnya
menjadi berita utama (headline) dengan tampilan
terkait dengan realitas kehidupan tentang
mencolok dan tidak jarang menggunakan gaya
kejadian kekerasan dan kriminalitas; dan 3)
pemberitaan yang berlebihan. Pada beberapa
Bagaimana solusi yang ditawarkan kepada orang
surat kabar ditemukan pojok kriminal atau rubrik
tua, pengelola media, pegiat pendidikan serta
khusus yang berisi berita kekerasan dan
pihak lain yang peduli terhadap pendidikan dan
kriminalitas yang terjadi pada setiap harinya.
perkembangan perilaku anak Indonesia terkait
Kondisi media saat ini, diperkirakan pada
dengan keberadaan media.
masa depan sangat mengkhawatirkan bagi
Atas dasar masalah tersebut, maka tujuan
perkembangan anak dan remaja. Anak yang
kajian ini, yaitu untuk mengidentifikasi: 1) Peran
memiliki intensitas menonton atau membaca berita
pemberitaan media dalam membentuk pribadi dan
kriminal yang tinggi tanpa pengawasan bijak orang
pola pikir anak; 2) Peran pendidikan media bagi
tua akan belajar menyesuaikan hal-hal yang
anak, terkait dengan realitas kehidupan tentang
diterimanya sesuai dengan realitas sosial. Kondisi
kejadian kekerasan dan kriminalitas; dan 3)
ini pada akhirnya bermuara pada degradasi moral
Alternatif solusi yang ditawarkan kepada para
pada usia dini. Pemberitaan tentang kekerasan
pemangku kepentingan pendidikan (orang tua,
dan kriminalitas yang berlebihan serta tanpa
pengelola media, dan pegiat pendidikan) terkait
kontrol sensor yang tegas dapat menyebabkan
dengan keberadaan media.
anak yang terbiasa terpapar informasi tentang kekerasan akan merasa bahwa kekerasan dan
Kajian Literatur dan Pembahasan
kriminalitas yang rutin tergambar dari apa yang
Pers/Media Informasi
dibaca atau ditontonnya merupakan hal yang
Istilah pers, dikenal masyarakat sebagai salah
biasa terjadi. Hal ini juga merupakan kejadian
satu jenis media massa (media komunikasi massa)
alamiah yang mungkin (dan diperbolehkan) terjadi
yang dalam istilah Bahasa Inggris disebut sebagai
pada setiap orang. Ketidakjelasan sanksi semakin
mass media (Muis, 1996). Seiring dengan
mempertegas bahwa lingkungan tempat tinggal
perkembangan kebutuhan masyarakat akan
mereka permisif dengan kondisi seperti itu.
informasi, media massa berkembang menjadi
Pengaruh negatif pemberitaan media yang
beragam bentuk, yaitu media elektronik seperti
kelewat kebablasan lebih mengkhawatirkan pada
televisi dan radio, serta jurnalistik penyiaran atau
aspek sikap (behavioural) anak. Pada aspek ini,
jurnalistik udara (Wolsely dan Campbell dalam
seorang anak yang sudah terbiasa dengan
Muis, 1996).
suguhan mengerikan tentang kriminalitas dan
270
Diyan Nur Rakhmah W., Kekerasan dalam Berita: Kajian Pendidikan Media bagi Anak
Manusia memiliki keterbatasan panca indera
media di masyarakat yang tidak lagi didominasi
untuk mengetahui segala hal yang terjadi di dunia.
oleh masyarakat di lingkup perkotaan, namun juga
Oleh karena itu, media beperan dalam mem-
masyarakat di pedesaan melalui program koran
berikan informasi dan membantu mengetahui
hingga internet masuk desa menyebabkan
secara jelas tentang dunia sekelilingnya (Liliweri,
kalangan masyarakat yang melek informasi
1996). Karakteristik media yang fleksibel dan
semakin meningkat jumlahnya.
dinamis, menjadikan media cerminan kehidupan
Gambaran tersebut menunjukan bahwa
masyarakat. Media dituntut untuk dapat menjadi
masyarakat Indonesia menyadari pentingnya
alat revolusi, pengawasan sosial, pendidikan,
keberadaan media komunikasi sebagai sumber
sarana menyalurkan, dan membina pendapat
informasi utama yang menyajikan beraneka ragam
umum, serta sarana mengerahkan massa sesuai
informasi yang ruang lingkupnya tidak dibatasi
demokrasi di Indonesia (Michael Fluornoy, 1989).
oleh sekat teritorial. Lahirnya televisi pendidikan,
Media dalam beberapa kasus juga telah
program/tayangan pendidikan di media-media
menciptakan kedekatan emosional antara
elektronik maupun rubrik/kolom khusus tentang
masyarakat di belahan bumi yang satu dengan
pendidikan di media cetak menunjukkan peran
yang lainnya.
media dalam memfasilitasi masyarakat dalam
Pada dasarnya, ada tiga fungsi utama media,
mengakses pendidikan. Media saat ini tidak hanya
yaitu fungsi pemberitaan, pendidikan, dan hiburan
berperan menjembatani program Pemerintah
(Darajat dalam Siregar, 2005). Berdasarkan fungsi
Pusat di bidang pendidikan agar tersampaikan
tersebut, media berperan besar sebagai guru bagi
dengan tepat kepada masyarakat di tingkat akar
masyarakat sebagai pemirsanya, sehingga
rumput, namun juga menjadi wadah transfer
dibutuhkan pengemasan yang baik dan beretika
knowledge antara pendidik dan peserta didik.
terhadap pemberitaan yang disajikan. Media
Pengelolaan media di Indonesia dari waktu
harus dapat menciptakan suasana kondusif dan
ke waktu, semakin berkembang seiring dengan
membangun, sehingga penyajian suatu berita
dinamika informasi yang dibutuhkan oleh
harus dapat menyejukkan, menimbulkan sikap
masyarakat. Sejak bermunculan media-media
positif, serta memunculkan perilaku saling
yang dikelola oleh swasta, baik media elektronik
menghargai dan tidak memprovokasi pihak
maupun cetak, masyarakat diberikan beragam
tertentu yang dapat menimbulkan kerawanan
pilihan tayangan dan pemberitaan yang dapat
sosial.
disesuaikan dengan selera pribadi setiap orang.
Media informasi berkembang seiring dengan
Media informasi tidak juga hanya menjadi
perkembangan dinamika masyarakat. Media
monopoli pusat atau kota besar layaknya Jakarta.
mengemas berbagai realita kehidupan
menjadi
Hampir setiap daerah kini memiliki media lokal, baik
berita yang menjadi sumber utama informasi dan
media elektronik ataupun media cetak yang
jendela dunia bagi sebagian besar orang. Badan
bersifat lebih kedaerahan. Akses masyarakat
Pusat Statistik mencatat presentasi masyarakat
terhadap media menjadi semakin luas dan mudah.
yang mengakses media elektronik berupa televisi
Namun, kelahiran berbagai media lokal dinilai
mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sama dengan kemunculan media-media swasta
yaitu 90,27% pada tahun 2009 menjadi 91,68%
lain yang muncul sebelumnya, yaitu hanya melihat
pada tahun 2012 (BPS, 2012). Berbeda dengan
media komunikasi ini sebagai potensi, aset, dan
televisi, penggunaan media informasi lain menurun
peluang dalam mengadu keuntungan (Wirodono,
jumlahnya, yaitu untuk radio menurun dari 23,50%
2005).
pada tahun 2009 menjadi hanya 18,57% pada
Keberagaman media, baik dalam hal penge-
2012 (BPS, 2012), dan juga majalah/koran
lolaan maupun isi pemberitaan kecenderungannya
menurun dari 18,94% pada tahun 2009 menjadi
berubah dan bergerak ke arah media yang minim
17,66% pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukan
nilai pendidikan. Sebuah kajian mencatat ada 3
bahwa manusia secara alami memiliki ketertarikan
(tiga) tema utama yang mendominasi pem-
pada media informasi yang menyajikan hal yang
beritaan media di Indonesia, yaitu politik/
lengkap secara audio dan visual. Penggunaan
pemerintahan, kekerasan/kriminalitas, dan
271
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
ekonomi (Herlina, 2006). Tiga tema utama ini
dekriminalisasi dan desentifikasi yang jauh lebih
mencerminkan
politik/
tinggi kepada masyarakat (Wirodono, 2005).
pemerintahan, kekerasan/kriminalitas, dan
bahwa
Kriminalitas dan kekerasan yang ter-gambarkan
ekonomi memiliki pergerakan yang paling dinamis
secara audio visual memiliki efek yang lebih
dibandingkan
dan
mengkhawatirkan, karena apa yang ditampilkan
merupakan topik yang dianggap menarik oleh
hampir mendekati kenyataan dan rawan untuk
sebagian besar publik. Dari tiga tema utama
diduplikasi oleh pemirsanya.
dengan
peristiwa
peristiwa
lain
tersebut, tema kekerasan/kriminalitas dinilai
Kekerasan dalam media berbahaya, karena
cukup menarik bagi khalayak, karena dianggap
berpeluang menciptakan penularan kekerasan
merefleksikan peningkatan kejadian kekerasan/
media menjadi kekerasan nyata dalam kehidupan
kriminalitas di tengah masyarakat.
sosial. Pemuatan berita tentang kekerasan yang tanpa kendali akan memberikan dampak
Kekerasan dalam Media
membahayakan di kemudian hari, khususnya
Kekerasan didefinisikan sebagai tindakan yang
pada konsumen yang berada pada rentang usia
mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa
anak-anak hingga remaja. Paparan informasi
pihak lain tanpa persetujuan (Lardallier dalam
tentang kekerasan dapat mempengaruhi persepsi
Haryatmoko, 2007). Kekerasan tidak hanya dapat
dan perilaku anak tentang tindakan kekerasan.
berbentuk fisik, namun bisa berupa tekanan yang
Informasi
bersifat psikologis yang secara mental dapat
menciptakan kegelisahan publik, sehingga
menghancurkan pribadi seseorang. Kekerasan
membangkitkan sikap represif masyarakat. Hasil
mengandung sikap dominasi terhadap seseorang
studi tentang kekerasan dalam media televisi di
dalam berbagai bentuk seperti fisik, verbal,
Amerika Serikat oleh American Psychological
mental, moral, dan psikologis. Pemuatan keke-
Association pada tahun 1995 menyimpulkan 3
rasan dalam pemberitaan media berdasar pada
(tiga) dampak dari pemuatan berita kekerasan
prinsip supplay dan demand (penawaran dan
oleh media, yaitu: pertama, mempresentasikan
permintaan). Berita yang dapat berupa tulisan
program kekerasan meningkatkan perilaku
atau visual (gambar) digolongkan sebagai
agresif; kedua, memperlihatkan secara berulang
komoditi yang di dalamnya terkandung komponen
tayangan
pihak yang menawarkan, yang meminta serta
ketidakpekaan
pihak yang tertarik yang ketiganya memiliki
penderitaan korban; dan ketiga, tayangan
hubungan searah (linear) dan mutualisme (saling
kekerasan dapat meningkatkan rasa takut,
menguntungkan). Kenyataan ini yang menye-
sehingga akan menciptakan representasi dalam
babkan kekerasan/tindakan kriminal merupakan
diri pemirsa, betapa berbahayanya dunia (Jehel
aspek yang menarik dan berpotensi untuk
dalam Wirodono, 2005). Pada kajian lain,
dieksploitasi oleh kepentingan ekonomi.
ditemukan bahwa pemberitaan media tentang
tentang
kekerasan
kekerasan
dapat
terhadap
juga
dapat
menyebabkan
kekerasan
dan
Kekerasan dalam film, fiksi, siaran, pem-
kekerasan mempengaruhi kondisi psikologis ibu
beritaan dan iklan menjadi bagian dari industri
rumah tangga yang merupakan salah satu
budaya yang tujuan utamanya mengejar rating
konsumen rutin media (Bernadus, 2012). Berita
program tinggi dan sukses pasar. Tayangan dan
kriminal, khususnya yang ditayangkan di televisi
pemberitaan tentang kekerasan sangat jarang
mempengaruhi kecemasan ibu rumah tangga,
mempertimbangkan aspek pendidikan, etika, dan
yaitu semakin tinggi intensitas ibu rumah tangga
efek traumatisme penonton (Haryatmoko, 2007).
menyaksikan tayangan berita kriminal, maka
Berdasarkan tujuan dan orientasi pemberitaan,
semakin tinggi pula kecemasan ibu rumah tangga
tayangan dan pemberitaan kekerasan di media
tersebut terhadap tindak kekerasan yang terjadi
cetak dan media elektronik memiliki kesamaan
pada anak dan sebaliknya, semakin rendah
yang hampir identik walaupun efek yang dihasilkan
intensitas ibu rumah tangga menyaksikan
antara
berbeda.
tayangan berita kriminal, maka semakin rendah
Dibandingkan dengan media cetak, media
pula kecemasan ibu rumah tangga tersebut akan
elektronik, khususnya televisi memiliki daya
tindak kejahatan pada anak.
272
kedua
media
tersebut
Diyan Nur Rakhmah W., Kekerasan dalam Berita: Kajian Pendidikan Media bagi Anak
Bentuk kekerasan dan objek penderita
sesungguhnya, dan efek”double dose” (resonance),
kekerasan yang ditampilkan media beragam.
yaitu anggapan bahwa apa yang terjadi dalam
Tindak kekerasan yang umumnya ditayangkan
kehidupan sehari-hari sama dengan yang
dalam media dialami oleh berbagai rentang usia,
ditayangkan televisi, sehingga menimbulkan
mulai dari anak-anak hingga anak dewasa. Wanita
ketakutan heavy viewer. Berdasarkan teori ini,
merupakan salah satu objek kekerasan yang
dapat disimpulkan bahwa televisi sebagai salah
sering dimuat dalam pemberitaan media dan
satu media merupakan suatu kekuatan dominan
merupakan tema utama nomor 3 (tiga) pem-
yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam
beritaan media (Aliansi Jurnalis Independen,
segala aspek kehidupan.
2012). Kondisi ini menggambarkan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma dalam masyarakat
Teori Uses and Gratifications
tentang kesadaran untuk memberikan per-
Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki
lindungan kepada wanita dan anak-anak, di mana
peran aktif dalam memilih dan menggunakan
mereka sebagai makhluk lemah dapat dijadikan
media (Blumler, Gurevitch dan Katz dalam Griffin,
objek pelampiasan emosi yang kemudian
2003). Pengguna media menjadi bagian yang
berimplikasi pada terjadinya kekerasan terhadap
penting dalam proses komunikasi dan berorientasi
wanita dan anak-anak. Bentuk kekerasan juga
pada tujuan penggunaan media tersebut. Teori
tidak hanya terbatas pada kekerasan fisik dan
ini mengungkapkan bahwa ada motif kebutuhan
psikologis (Haryatmoko, 2007), namun juga dapat
yang menyebabkan seseorang menggunakan
berupa kekerasan dokumen (penampilan gambar
media, diantaranya yaitu kebutuhan akan
kekerasan yang berupa dokumen atau fakta
informasi (information), kebutuhan untuk
kekerasan), kekerasan fiksi dan simulasi (acara
menonjolkan sesuatu yang penting dalam
yang mirip dengan kondisi riil, seperti tayangan
kehidupan seseorang (personal identity), dan
video permainan) dan kekerasan simbolik
dorongan penggunaan media untuk bersosialisasi
(kekerasan berupa cara berpikir, bahasa, cara
dengan orang lain (integration and social
kerja dan cara bertindak yang biasanya beroperasi
interaction) serta hiburan (entertainment).
melalui iklan)
Berdasarkan pada motif kebutuhan tersebut, terdapat proses internal yang dilakukan oleh
Teori Komunikasi
seseorang untuk mencari kepuasan (gratifikasi)
Teori Kultivasi
dari media, yaitu proses seleksi (selectivity),
Teori ini menjelaskan keterkaitan antara media
memperhatikan (attention), dan keterlibatan
komunikasi yang difokuskan pada media televisi
(involvement). Berdasarkan pada teori ini dapat
dengan tindak kekerasan. Teori Kultivasi secara
disimpulkan bahwa media tidak berpengaruh
umum menyatakan bahwa seseorang yang
secara penuh terhadap pribadi dan tindakan
memiliki intensitas menonton televisi yang tinggi
seseorang. Manusia memiliki sikap kritis dan dapat
(heavy viewer) terpapar pengaruh sangat tinggi
memilah dan memilih tayangan dan pemberitaan
akan
membangun
yang disajikan media untuk kemudian diapli-
keyakinan yang berlebihan (Gerbner, Gross,
kasikan dalam kehidupan. Oleh karena itu, secara
Morgan dan Signorielli dalam Nurudin, 2007).
mendasar seseorang memiliki kebebasan dalam
Kelompok lain yang dikemukakan dalam teori ini,
memanfaatkan media yang dibaca atau di-
yaitu penonton yang objektif (light viewer), yakni
tontonnya.
tayangan
televisi
dan
kelompok penonton yang tidak terpengaruh dengan tayangan televisi, karena memiliki banyak
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
sumber lain untuk mempengaruhi pemikiran
Teori ini memfokuskan pada kondisi struktural
mereka terhadap realitas kehidupan.
suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan
Teori ini melahirkan istilah “Mean World
terjadinya suatu efek media massa (Melvin L.
Syndrome”, yaitu fenomena di mana pemberitaan
DeFluer dalam Fisher, 1986). Teori ini didasarkan
media tentang kekerasan membuat penonton
pada sifat masyarakat modern, di mana media
percaya bahwa dunia ini lebih berbahaya dari yang
massa dianggap sebagai sistem informasi yang
273
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
memiliki peran penting dalam proses memelihara,
publik dan merupakan tema menarik yang digemari
perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,
masyarakat dan pihak pengelola media mem-
kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
fasilitasi keinginan masyarakat dan menilai
Teori ini berfokus pada penilaian bahwa dalam masyarakat modern, pemirsa menjadi tergantung
kekerasan sebagai objek tayangan yang menjual (prinsip supply dan demand).
pada media massa sebagai sumber informasi bagi
Penayangan dan pemuatan berita tentang
pengetahuan tentang apa yang terjadi dalam
kekerasan merupakan sebuah ancaman ketika
masyarakatnya. Media massa menurut teori ini
konsumen media tidak hanya terbatas pada usia
memberikan efek ketergantungan dengan jenis
dewasa dan dengan latar belakang pendidikan
dan
juga
yang layak, sehingga memahami dampak negatif
dipengaruhi oleh jumlah kondisi struktural,
tingkat
ketergantungan
yang
dari pemberitaan media. Berdasarkan hasil survei
meskipun kondisi terpenting berkaitan dengan
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia pada
tingkat perubahan, konfliknya atau tidak stabilnya
tahun 2012, televisi merupakan jenis media yang
masyarakat tersebut. Berkaitan dengan apa yang
banyak dikonsumsi oleh anak-anak, bahkan pada
ditakutkan media yang pada dasarnya melayani
usia yang terlalu dini dengan rata-rata anak usia
berbagai fungsi dan kepentingan akan informasi.
sekolah dasar menonton televisi antara 30 (tiga puluh) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) jam
Hasil kajian dan Pembahasan
setiap minggu (Illa, 2012). Penayangan kekerasan
Media cetak maupun elektronik dewasa ini
di media dalam bentuk tertulis maupun visual
menyajikan beragam berita yang mengandung
mengkhawatirkan bagi konsumen anak yang
ketertarikan publik (public interest) dengan
secara umum merupakan heavy viewer. Pada
banyak nilai mulai dari yang sarat hingga minim
banyak kasus, peran orang tua tidak berjalan
nilai pendidikan. Di satu sisi, stasiun televisi dan
optimal dalam mengawasi perkembangan anak-
radio serta media cetak seperti koran dan majalah
anaknya. Orang tua menjadikan media sebagai
telah menyadari akan pentingnya pendidikan
solusi bagi penyaluran karakter anak yang kritis
dengan bermunculannya tayangan atau rubrik
dan ingin tahu akan banyak hal. Anak dibiarkan
pengkajian pengetahuan dan rubrik khusus
bebas berintekasi dengan media tanpa penga-
tentang konsultasi pendidikan yang melibatkan
wasan dan intensitas yang dikendalikan oleh
siswa dan pihak pendidik (guru). Di sisi lain, media
orang tua. Anak juga dibiarkan mencari sendiri
kita juga berlomba menayangkan program dan
jawaban tentang banyak hal yang ingin dike-
rubrik khusus hiburan, kriminalitas dan beragam
tahuinya dari media. Peran orang tua dalam
variety show yang menjamur dan menarik minat
memberikan informasi dan penanaman nilai-nilai
khalayak sebagai konsumen media. Kekerasan/
pendidikan perlahan digantikan oleh media.
kriminalitas menjadi salah satu pemberitaan yang
Usia dini merupakan usia emas di mana anak
terbukti dapat menarik banyak animo masyarakat
berusaha untuk menyerap dan kemudian
untuk membaca atau menonton tayangan berita
menduplikasi apa yang dilihatnya dan dipelajari.
terlihat dari banyaknya bermunculan program
Berbagai literatur psikologi anak, di antaranya A
khusus kriminal di televisi dan pemuatan berita-
To Z The Golden Age (Rusman, 2013) menyebut
berita
bahwa usia 0-5 tahun sebagai masa pertumbuhan
kekerasan/kriminal
pada
bagian
pemberitaan utama (headline news).
yang paling penting. Pada usia ini, sifat anak-anak
Penayangan dan pemuatan kekerasan/
seperti spons, menyerap sebanyak-banyaknya
tindakan kriminal dalam media menunjukkan dua
dan menangkap segala informasi dengan cepat
kenyataan: pertama, tindakan kekerasan memang
yang kemudian diterjemahkan melalui perilaku dan
semakin marak terjadi di tengah masyarakat dan
sikap. Pada usia ini, berbagai hal yang ditanamkan
setiap orang perlu dibekali informasi yang tepat
dan disajikan orang tua serta lingkungan berperan
agar waspada terhadap tindakan kekerasan yang
besar membentuk kepribadian dan pola pikir anak.
berpeluang terjadi juga pada dirinya; dan yang
Tahap perkembangan anak hingga remaja berada
kedua kenyataan bahwa informasi mengenai
pada posisi yang memiliki pola perilaku dan hasrat
kekerasan memang telah menjadi ketertarikan
penerimaan sosial yang tinggi dengan menye-
274
Diyan Nur Rakhmah W., Kekerasan dalam Berita: Kajian Pendidikan Media bagi Anak
suaikan pola perilaku tersebut sesuai dengan
media malah membuat nama publik figur tersebut
tuntutan sosial. Seorang anak akan menjadi orang
semakin tenar bahkan di kalangan anak-anak.
yang kasar ketika pada masa kecilnya terbiasa
Oleh karena itu, ketika penayangan sebuah film
dididik dengan kekerasan, namun bisa menjadi
komedi Indonesia yang salah satunya peme-
pribadi yang lemah lembut ketika orang tuanya
rannya adalah bintang porno asal Jepang dan
terbiasa
dalam
kemudian mendapat pencekalan penayangannya
bersikap. Oleh karena itu, pola asuh orang tua
mengajarkan
kesantunan
di beberapa daerah oleh masyarakat, pada
pada usia dini seorang anak sangat menentukan
catatan lain terungkap bahwa riwayat pencarian
pembentukan sikap dan pribadi anak di masa
atas nama bintang porno tersebut justru
depan.
meningkat tajam diakses oleh pengguna internet
Masyarakat Nigeria pernah mempopulerkan
di Indonesia (Firdaus, 2009).
istilah “it takes a village to raise a child”, yang
Akses terhadap media yang semakin luas dan
maknanya adalah pengasuhan anak merupakan
bebas akan menyebabkan paparan nilai-nilai
upaya komunal (Rusman, 2013). Istilah tersebut
kekerasan terserap secara kuat yang kemudian
berarti bahwa perkembangan seorang anak
membentuk pribadi dan karakter seorang anak.
bukan hanya ditentukan oleh orang tua, namun
Kondisi tersebut akan memberikan dampak pada
juga merupakan upaya “sekampung” yang
pembentukan sikap anak menjadi penakut,
melibatkan lingkungan, sekolah, teman bermain,
khawatir dan curiga berlebihan. Anak akan
termasuk media. Pada awal perkembangannya,
mengalami efek Double Dose (resonance) atau
media tidak dikategorikan sebagai entitas
pada tingkat yang lebih ekstrim, seorang anak
terdekat anak. Namun kini media memiliki peran
akan mengalami efek Mean World Syndrome, di
penting, karena intensitas penggunaannya kian
mana mereka akan percaya bahwa dunia yang
meluas, khususnya di kalangan anak-anak.
tengah mereka hadapi lebih berbahaya dari apa
Penyerapan nilai-nilai kekerasan yang
yang mereka lihat di televisi atau mereka baca di
dipaparkan media menurut Teori Kultivasi secara
media sehingga menimbulkan perasaan takut
bertahap akan memberikan pengaruh pada
yang berlebihan dalam menghadapi dunia. Kondisi
perkembangan aspek kognitif, aspek afektif, dan
ini yang pada beberapa kasus menyebabkan
aspek behavioural anak (Gerbner, Gross, Morgan
terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan oleh
dan Signorielli dalam Nurudin, 2007). Kekerasan
anak-anak dan remaja yang didasarkan pada
yang ditayangkan berulang-ulang dengan
naluri untuk melindungi dirinya sendiri. Selain itu,
intensitas rutin oleh media secara kognitif akan
usia anak yang sedang berada pada tahap meniru
memberikan pengetahuan terhadap kejahatan
(modelling) orang lain menyebabkan anak dengan
kepada anak. Pada tahap ini, seorang anak yang
mudah mengikuti tindakan seseorang yang
sedang berada pada masa ingin tahu yang tinggi,
dilihatnya tanpa dapat membedakan nilai positif
akan banyak mencari tahu tentang kejahatan
dan negatif atas tindakan tersebut. Kasus
yang diberitakan oleh media. Anak akan menjadi
penembakan seorang Profesor bidang Biologi di
lebih tahu tentang suatu hal yang awalnya sama
Massachusetts ketika remaja (Nur, 2012) serta
sekali tidak pernah dikenalnya, seperti apa itu
kasus tindak perkosaan yang dilakukan oleh lima
pembunuhan, bunuh diri, perampokan hingga
orang anak usia sekolah dasar di Jakarta baru-
perkosaan. Pemberitaan media yang dilakukan
baru ini (Andi, 2013) merupakan bentuk dari pola
secara besar-besaran dan berulang-ulang
perlindungan diri dan tindakan meniru seorang
menyebabkan seorang anak mencari tahu melalui
anak yang menyimpang, karena tidak adanya
berbagai sumber (tanpa mereka tahu apakah
pendampingan orang tua ketika berinteraksi
sumber tersebut baik atau tidak) hingga rasa ingin
dengan media.
tahu mereka terpuaskan secara keilmuan. Kasus
Seorang anak seharusnya sudah mulai
video asusila yang dilakukan oleh salah seorang
dikenalkan pada media dengan pendampingan
publik figur dapat menjadi salah satu contoh, di
intensif oleh orang tuanya sejak anak tersebut
mana pemuatan dan penayangan berita terkait
menunjukan ketertarikan pada suatu hal. Anak
video yang dilakukan dengan berlebihan oleh
pada
usia
yang
dianggap
matang
harus
275
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
diperkenalkan akan kebutuhannya pada media
Pernyataan tersebut mendapat dukungan penuh
dan fungsi media tersebut dalam kehidupannya.
dari para pelaku bisnis yang menjalankan
Media harus diperkenalkan sebagai sarana untuk
komitmen mereka untuk tidak memasang iklan di
belajar dan sarana untuk memahami orang lain
stasiun televisi yang menayangkan program
dan lingkungannya. Sesuai Teori Uses and
kekerasan/kriminal.
Gratification, anak harus dididik untuk menjadi
selayaknya menjadi bahan pelajaran bagi media
seorang light viewer, yang memiliki peran aktif
di Indonesia untuk mengoptimalkan peran mereka
dalam
Pengalaman
tersebut
memilih dan menggunakan media. Pada
sebagai sarana yang menjembatani kebijakan
usia sekolah, selayaknya seorang anak sudah
Pemerintah dengan masyarakat, serta sarana
mulai diperkenalkan dengan media sebagai
memasyarakatkan pendidikan kepada publik.
sebuah sarana yang luas dan bersifat universal.
Kebebasan pers sebagai salah satu wujud
Media harus diperkenalkan sebagai wadah yang
demokrasi sudah saatnya dimanfaatkan oleh
kaya ilmu dan pengetahuan, serta bebas
media sebagai momentum peningkatan keter-
dimanfaatkan oleh semua orang. Anak sudah
libatan masyarakat umum dalam komponen
mulai dibiasakan untuk bersentuhan dengan
pemberitaan, sehingga prinsip keterbukaan yang
media secara sehat untuk mencari informasi,
bertanggung jawab dapat tetap berjalan.
referensi dan ilmu pengetahuan. Peran orang tua
Media diberikan kebebasan untuk tetap dapat
harus berjalan secara optimal dalam melakukan
menjadi pihak netral dan dapat menjalankan
pendampingan kepada anak-anaknya dalam
perannya sebagai pengawas kebijakan Peme-
berinteraksi dengan media. Orang tua juga harus
rintah. Kebebasan media tetap dapat berjalan
berfungsi optimal dalam melakukan pemilihan dan
seiring dengan kendali kode etik jurnalistik di
pemilahan tayangan dan pemberitaan untuk anak-
mana media hanya boleh memberitakan hal-hal
anaknya, dengan menunjukkan tindakan yang
yang bersifat membangun dan bernilai pendidikan
baik dan buruk, patut, dan tidak patut. Orang tua
bagi masyarakat. Sudah saatnya media di
selayaknya tidak serta merta menjadikan media
Indonesia belajar dari British Broadcasting
sebagai pihak ketiga yang dipercaya mendidik dan
Corporation (BBC) yang juga diikat oleh kode etik
memberikan hiburan kepada anak-anak mereka.
tertentu dalam materi dan teknis penyiarannya,
Penelitian Kaiser Family Foundation tahun 2010
di antaranya pelarangan terhadap penyiaran
(Nurjaman, 2013) mengenai dampak media
materi yang dianggap mengandung nilai buruk,
terhadap anak menujukkan bahwa perilaku orang
kontroversial dan mendorong pada perpecahan
tua dalam membatasi anaknya menonton televisi
masyarakat (Wirodono, 2005).
dinilai efektif membentuk perilaku anak agar tidak terpengaruh oleh paparan efek buruk media.
Simpulan dan Saran
Sedini mungkin seorang anak harus diberikan
Simpulan
kesadaran bahwa lingkungan dan interaksi sosial
Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan
secara nyata jauh lebih penting dibandingkan
sebagai berikut. Pertama, media baik cetak
dengan apa yang tergambarkan dalam media.
maupun elektronik berperan besar dalam
Sebijak mungkin tanggung jawab terhadap
membentuk pribadi dan pola pikir anak. Media
moral anak bukan hanya tugas orang tua, namun
sebagai tempat belajar dan sumber belajar
juga pihak pengelola media. Di beberapa negara
memiliki peran strategis dalam membentuk pola
maju seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang,
keseharian anak. Isi pemberitaan media yang
dan Belanda sudah sejak lama memiliki aturan
didominasi oleh kekerasan dan kriminalitas
yang ketat bagi media informasinya, khususnya
menjadi salah satu faktor dominan yang
media penyiaran (Wirodono, 2005). Pada tahun
menyebabkan banyak terjadinya tindakan
1995, beberapa pemilik stasiun televisi di Eropa
kejahatan dan kriminalitas yang dilakukan oleh
dan Amerika meminta maaf kepada masyarakat
anak. Kedua, orang tua belum secara intensif
secara terbuka atas program-program tayangan
mendampingi dan/atau mengawasi anak-anaknya
media mereka yang dipenuhi kekerasan sehingga
dalam mengakses media informasi, sehingga
menciptakan keresahan di tengah masyarakat.
orang tua belum memahami peran dan fungsi
276
Diyan Nur Rakhmah W., Kekerasan dalam Berita: Kajian Pendidikan Media bagi Anak
teknologi informasi dan pengelola media belum
2) Mengoptimalkan peran orang tua dalam
memiliki komitmen secara profesional dan
mendampingi anak berinteraksi dengan media
proporsional dalam menjalankan kode etik
dan melakukan pemilahan dan pemilihan media
jurnalistik. Ketiga, pegiat pendidikan belum
agar anak-anak bisa mendapatkan konten media
bekerja sama dengan media untuk mengopti-
yang tepat dengan kebutuhan usianya; dan 3)
malkan peran media dalam menyampaikan nilai-
Memberikan sanksi dalam berbagai bentuk
nilai pendidikan yang persuasif dan edukatif.
kepada
pengelola
media
agar
dalam
menyampaikan pemberitaan sarat dengan nilaiSaran
nilai pendidikan yang persuasif dan edukatif,
Berdasarkan simpulan, beberapa hal yang dapat
misalnya menegur media secara resmi dan
direkomendasikan untuk mengatasi permasa-
diketahui publik agar memberikan efek jera
lahan, yaitu: 1) Membiasakan anak-anak
kepada pengelola media terkait pemberitaan
berinteraksi dengan media dalam mencari
yang ditayangkan, melakukan pembekuan siaran/
informasi, mencari referensi tugas sekolah dan
pemberitaan sementara, hingga pada kasus yang
memperluas pengetahuan agar anak-anak
lebih ekstrim mencabut hak siar atau ijin operasi
mengerti fungsi media dan anak-anak merasa
karena pelanggaran media yang diklasifikasikan
membutuhkan media sebagai sarana informasi;
sebagai pelanggaran tingkat berat.
Pustaka Acuan Andi, Aisyah. 4 April 2013. Perkosa Teman Sekelas, Lima Siswa SD jadi Tersangka. www.okezone.com. Diunduh pada 5 April 2013 pukul 19.00 WIB. Aliansi Jurnalis Independen. 10 Desember 2012. “Masih ada Kekerasan pada Perempuan di Media” .www.ajiindonesia.or.id. Diunduh pada 26 Maret 2013 pukul 13.00. Badan Pusat Statistik. 2012. Indikator Sosial Budaya 2003, 2006, 2009 dan 2012. Jakarta. Bernardus, Liat W. 2012. Pengaruh Tayangan Berita Kriminal Di Televisi Terhadap Kecemasan Ibu Rumah Tangga Akan Tindak Kejahatan Pada Anak Di RW 06 Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang. www.fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id. Diunduh pada 28 Mei 2013 pukul 15.05 WIB. Firdaus, Putra. 2009. Menculik si Bintang Porno Miyabi. www.firdausputra.com. Diunduh pada 7 Juni 2013 pukul 09.00 WIB. Flournoy, Don Michael. 1989. Analisa Isi Surat Kabar-Surat Kabar Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya. Griffin, E.M. 2003. A First Look At Communication Theory. London: Mcgraw-Hil. Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius. Herlina. Oktober 2006. Berita Utama di Surat Kabar (Studi Analisis Isi tentang Tema-Tema Berita Utama di Harian Jawa Pos dan Harian Republika Periode Mei 2004 s.d. Oktober 2004).http:// upnjatim.ac.id. Diunduh pada 28 Maret 2013 pukul 14.00 WIB. Illa, Kartila. 24 Mei 2012. Anak-anak Cenderung Meniru Adegan di Televisi. www.kompas.com. Diunduh pada 1 April 2013 pukul 10.00 WIB.
277
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
Karta, Raharja Ucu. 6 Mei 2013. Diduga Dukung Hanura, MNC Group Diawasi KPI. www.republika.co.id. Diunduh pada 10 Mei 2013 pukul. 18.00 WIB. Liliweri, Alo. 1996. Memahami Peran Komunikasi dalam Masyarakat. Bandung: Rosda Karya. Muda, Dedi Iskandar. 2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muis, A. 1996. Kontroversi Sekitar Kebebasan Pers. Jakarta: Mario Grafika. Nur, Resti Agtadwimawanti. 2012. Kalapnya Sang Profesor. Majalah Intisari. Edisi 605. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Rusman, Nurjaman. 2013. Hati-Hati Besarkan Buah Hati dengan TV. Majalah Intisari. Edisi Mei 2013. Siregar, R.H. 2005. Setengah Abad Pergulatan Etika Pers. Jakarta: Dewan Kehormatan PWI. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen). Wirodono, Sunardian. 2005. Matikan TV-Mu!: Teror Media Televisi di Indonesia. Yogyakarta: Resist Book.
278