KEJUJURAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BUKIT INDAH LAWU
NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Agama Islam
Oleh : FAJRIN NISA ALKHOIROTI F.100080087/G.000080280
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
1
KEJUJURAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BUKIT INDAH LAWU
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Agama Islam
Diajukan Oleh : FAJRIN NISA ALKHOIROTI F.100080087/G.000080280
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
KEJUJURAN AKADEMIK DAN NON AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BUKIT INDAH LAWU
ABSTRAK
Fajrin Nisa Alkhoiroti Sri lestari Syamsul hidayat Fakultas Psikologi dan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami bentuk-bentuk perilaku jujur dan tidak jujur pada siswa SMP serta alasan-alasan yang mendasarinya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terbuka. Informan penelitian ini adalah 103 siswa. Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah “bagaimana bentuk-bentuk perilaku jujur dan tidak jujur serta alasan yang mendasari?”. Hasil penelitian menunjukkan siswa masih mempertahankan nilai kejujuran. Terlihat dari hasil prosentase keseluruhan bahwa 61% siswa berperilaku jujur, 31% siswa berperilaku tidak jujur dan 5% lain-lain. Lebih jelasnya siswa yang berperilaku jujur dalam lingkup akademik sebanyak 37% dan siswa yang berperilaku jujur dalam lingkup non akademik sebanyak 24%. Sedangkan siswa yang tidak jujur dalam lingkup akademik sebanyak 17% dan siswa yang berperilaku tidak jujur dalam lingkup non akademik sebanyak 14%. Dari keseluruhan situasi tersebut yang paling tinggi nilai prosentasenya ialah perilaku jujur dalam lingkup akademik. Namun sangat disayangkan karena dari beberapa respon tersebut banyak siswa yang mengungkap bahwa motif atau alasan mereka berperilaku jujur maupun tidak jujur karena takut dimarahi. Ini artinya siswa berperilaku jujur bukan atas dasar mengikuti hati nurani. Dari pembahasan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa siswa SMP Bukit Indah Lawu masih memegang dan mempertahankan nilai kejujuran.
Kata kunci : jujur, tidak jujur, siswa SMP
sebab yang signifikan berasal dari
PENDAHULUAN
B tidak
erkembangnya perilaku
masalah kejujuran. Dengan kata lain
yang sebelum era global
kejujuran
muncul,
kini
menjadi
salah
satu
cenderung
parameter dalam setiap aktivitas
meluas. Menurut Thomas Lickona
kehidupan, tanpa terkecuali dalam
ada 10 tanda-tanda zaman yang harus
lingkungan
diwaspadai,
(1)
pendidikan.Lingkup akademis pada
meningkatnya kekerasan di kalangan
hakikatnya merupakan ranah untuk
masyarakat; (2) penggunaan bahasa
membangun karakter disiplin dan
dan kata-kata yang memburuk; (3)
penempaan moral yang lebih baik,
pengaruh peer group (geng) yang
meliputi
kuat dalam tindak kekerasan; (4)
penanaman
meningkatnya perilaku merusak diri,
Nyatanya fenomena tersebut malah
seperti penggunaan narkoba, minum
menjadi sebuah dilema yang sudah
minuman keras dan sexs bebas; (5)
tidak dapat dipungkiri
semakin kaburnya pedoman moral
Terbukti, diberbagai tingkatan dalam
baik dan buruk; (6) menurunya etos
dunia pendidikan sering dijumpai
kerja; (7) semakin rendahnya rasa
praktik-praktik
hormat kepada orang tua dan guru;
tersebut.
antara
lain:
dunia
salah
satunya
sikap
adalah
kejujuran.
kembali.
ketidakjujuran
(8) rendahnya rasa tanggung jawab
Nilai kejujuran sendiri adalah
individu dan warga negara; (9)
salah satu hal utama yang harus
membudayanya ketidakjujuran; dan
dijunjung tinggi oleh setiap anggota
(10) adanya rasa saling curiga dan
institusi pendidikan, baik itu staf
kebencian di antara sesama (Lickona,
pengajar, staf pendukung, dan juga
1991).
siswa. Tidak berhenti pada titik Bangsa
terdegradasi
ini kualitas
menjadi moral
tersebut, nilai kejujuran diharapkan diwujudkan
ke
dalam
perilaku
kehidupan berbangsa, bernegara dan
sebagai sebuah bentuk integritas,
bermasyarakatnya pun salah satu
yaitu konsistensi antara pikiran yang
3
jujur
dan
perilaku
yang
jujur.
Keheranan lain yang muncul adalah
pengajaran yang dijalankan (Hasan, 2012).
adanya indikasi yang menunjukkan bahwa pelaku tindak pelanggaran akademik sebenarnya
LANDASAN TEORI Nilai jujur
mengetahui
Nilai adalah keyakinan yang
bahwa praktek-praktek pelanggaran
berhubungan dengan cara bertingkah
akademik dilarang. Di sini nilai
laku atau tujuan akhir tertentu.
integritas
mulai
(Schwart, 1994). Dalam hal ini nilai
memang
berkaitan dengan kekal, kebutuhan,
seseorang
yang memegang nilai
keuntungan, aturan sosial, dan proses
kejujuran
akan
nilai. (Kniker, 1977).
tersebut
dipertanyakan,
apakah
bertindak
dan
berperilaku sesuai dengan nilai yang
jujur
(kejujuran)
adalah
dipegangnya secara konsisten atau
perilaku yang diikuti dengan hati
sebaliknya (Wisesa, 2008).
yang lurus (ikhlas), berbicara sesuai
Dalam
dunia
pendidikan,
dengan kenyataan, berbuat sesuai
sebenarnya tidak sedikit dari para
bukti, kebenaran (tidak bohong),
civitas
dapat dipercaya, bersikap adil, tidak
akademika
yang
kurang
bahkan tidak bisa menanamkan nilai
mencuri
kejujuran
dalam
lainya. Orang yang memiliki sifat
kegiatan
belajar-mengajar
yang
Misalnya
siswa
dilakukan.
setiap
proses
jujur
serta sifat-sifat terpuji
perkataannya
dibuktikan
selalu
dengan
dapat
perilakunya.
melakukan plagiasi atau menyontek.
Dengan
Bahkan
masalah
ketidakjujuran
merupakan salah satu unsur kekuatan
tersebut
juga
kerap
spiritual,
pula
menghinggapi sistem dari lembaga pendidikan, peniadaan standarisasi
misalnya serta
berupa
penyelewengan
kompetensi
demikian
akhlak
kejujuran
mulia,
serta
Lestari
dan
kepribadian. Penelitian
Adiyanti (2012) mengenai konsep
dan
jujur dalam perspektif orang Jawa
kualifikasi kurikulum dalam sistem
mengungkapkan bahwa definisi jujur
pengelolaan
adalah menyampaikan fakta dengan
pendidikan
dan
benar dan berupaya mendapatkan
4
sesuatu dengan cara yang benar.
Kejujuran Akademik
Selain itu, indikasi-indikasi perilaku
Kejujuran merupakan salah
jujur dan tidak jujur yang masing-
satu
masing terdiri dari dua hal. Indikasi
karimah). Karena itulah tujuan utama
jujur
sebuah pendidikan sendiri adalah
adalah
kebenaran
dan
menyampaikan bertindak
perilaku
terpuji
(Akhlaqul
fair.
untuk membentuk karakter jujur,
Sementara itu indikasi tidak jujur
sebab kejujuran adalah modal dasar
adalah berbohong dan bertindak
dalam kehidupan bersama dan kunci
curang.
menuju Kejujuran adalah komponen
keberhasilan.
kejujuran
peserta
Melalui
didik
dapat
ruhani yang memantulkan berbagai
mempelajari,
sikap terpuji seperti tanggung jawab
mengerti
(honorable), peduli
(respectable),
keharmonisan. Jujur terhadap peran
dapat dipercaya (creditable), dan
pribadi, jujur terhadap hak dan
perilaku baik lainnya. Kejujuran
tanggung
tersebut muncul dari dalam diri
tatanan
individu sebagai cerminan dari nilai-
berfikir, bersikap, dan bertindak.
nilai
diajarkan
Kecurangan adalah sebuah bentuk
lingkungannya serta bukanlah sebuah
ketidakjujuran yang acap kali terjadi
bentuk
melainkan
dalam kehidupan. Bila kejujuran
sebuah panggilan dari dalam dan
sudah hilang, maka kekacauan dan
sebuah
atau
ketidakharmonisan akan menguasai
komitmen. Pada prakteknya, perilaku
situasi. Yang ada hanya rekayasa dan
yang jujur adalah perilaku sesuai
manipulasi,
dengan
penindasan dan sebagainya (Wijaya,
yang
telah
keterpaksaan,
wujud
keterikatan
kenyataan,
baik
dalam
bentuk perbuatan maupun perkataan
memahami,
tentang
jawab, yang
ada,
dan
keseimbangan-
jujur
terhadap
jujur
penyerobotan
dalam
hak,
2010).
yang diikuti dengan sikap tanggung
Nilai-nilai
jawab termasuk resiko dan seluruh
merupakan
akibat atas apa yang dilakukan
kehidupan
(Tasmara, 2001).
maka
bagian
kejujuran utama
dalam
lembaga pendidikan,
apapun yang terjadi dengan
hasil ujian, kejujuran adalah di atas
5
segalanya. Jika memang dengan
membayar
kejujuran tersebut kemudian banyak
barang,
siswa lembaga pendidikan
yang
mengembalikan sesuatu yang bukan
tidak
cara
haknya dan tidak melarikan uang
lulus ujian maka
memperbaikinya
bukan
mengijinkan menyontek
siswa saat
meningkatkan dalam
ujian,
tetapi
guru
pembelajaran,
guru
meningkatkan dalam
proses
meningkatkan
sesuai
tidak
harga
mencuri,
SPP.
untuk
kompetensi
materi,
kompetensi
dengan
sesuatu
Sejauh ini, yang termasuk perilaku akademik
ketidakjujuran ialah
menyelewengkan
non perilaku
uang.
Perilaku
menyelewengkan uang orangtua dan menggelembungkan
jumlah
uang
kemampuan siswa dalam belajar dan
yang dilakukan oleh siswa juga
berbagai
lainnya.
diikuti dengan tindakan berbohong
Memang bukan suatu solusi yang
dalam perkataan. Siswa melakukan
instan, tetapi jauh
tindakan tersebut karena merasa
peningkatan
lebih permanen
dan lebih terhormat (Listyo, 2008).
bahwa
Kejujuran non Akademik
dipenuhi lebih besar daripada uang
Kejujuran
non
akademik
kebutuhan
yang
ingin
yang diberikan oleh orang tua dan
merupakan perilaku benar dalam
adanya
berkata dan berbuat hal-hal yang
meminta secara jujur. Hasil tersebut
dilakukan di luar hal yang tidak
sejalan dengan penelitian Myint
bersangkutan
(2000)
walapun
dengan
masih
bahwa
enggan
alasan
untuk
utama
lingkup
terjadinya penyelewengan finansial
akademika. Kejujuran non akademik
adalah kebutuhan hidup yang tinggi
dapat
kegiatan
dan kurangnya kemampuan ekonomi
keseharian dalam sekolah. Dalam
untuk mewujudkan kebutuhan yang
penelitian Nurani (2012) diuraikan
diinginkan sehingga memunculkan
lebih lanjut maka yang termasuk
keputusan untuk berbuat korupsi atau
dalam
bentuk penyelewengan uang yang
dijumpai
perbuatan
dalam
akademik
perasaan
dalam
atau
perkataan
sesuai dengan kenyataan di sekolah
lain.
adalah menyampaikan kebenaran,
6
Ketidakjujuran non akademik
Sekolah Dasar. Remaja awal ini
yang terjadi di sekolah sesuai dengan
berkisar antara umur 10-14 tahun.
penelitian Fuadah (2011) bahwa
Masa remaja awal atau masa puber
kenakalan
adalah periode unik dan khusus yang
dalam
siswa
non
terlambat
yang
termasuk
akademik
masuk
seperti
sekolah,
ditandai
dengan
perubahan-
tidak
perubahan perkembangan yang tidak
masuk sekolah kurang dari tiga hari
terjadi dalam tahap-tahap lain dalam
tanpa alasan (kecuali sakit), seragam
rentang kehidupan.
tidak sesuai dengan peraturan, tidak melakukan Tindakan
tugas tersebut
ketidakjujuran siswa
masuk
dan
Persentase
dominan
kognitif, afektif dan psikomotorik
apabila
mengalami perubahan sebagai masa
membuat
transisi dari masa anak-anak menjadi
siswa
melakukan
aspek perkembangan siswa yaitu
dalam
akademik
berbohong
alasan.
kebersihan.
Selama di SMP/ MTs seluruh
yang
kenakalan
masa dewasa. Masa remaja dan perubahan
yang
menyertainya
bentuk ini yaitu 23.40%. Hal itu
merupakan fenomena yang harus di
yang
hadapi oleh guru. Menurut Santrock
kemungkinan
tingginya
yang
(2002) transisi ke sekolah menengah
terlambat masuk sekolah dan tidak
atau sekolah lanjutan pertama dari
masuk sekolah mencapai dua kali
sekolah dasar menarik perhatian para
lipat dari total jumlah siswa SMA
ahli perkembangan, karena meski
tersebut.
pada dasarnya transisi ini adalah
SMP
frekuensi
membuat siswa
sebagai
Lingkungan
suatu pengalaman normatif bagi semua
Akademik Anak usia Sekolah Menengah
anak,
menimbulkan
hal
ini
stress.
dapat Karena
Pertama (SMP) dapat dikategorikan
transmisi berlangsung pada suatu
sebagai anak usia remaja awal. Pada
masa
umumnya
Sekolah
(individu, keluarga dan sekolah)
Menengah Pertama (SMP) adalah
yang berlangsung secara serentak.
masa remaja awal setelah mereka
Para peneliti tersebut menemukan
melalui
bahwa
ketika
usia
masa-masa
pendidikan
ketika
tahun
banyak
pertama
perubahan
sekolah
7
lanjutan atau sekolah
menengah
pertama dapat menyulitkan bagi
Kejujuran Akademik dan non Akademik Siswa SMP
banyak murid. Di kelas tujuh, murid-
Terbentuknya karakter jujur
murid kurang puas terhadap sekolah,
merupakan
kurang bertanggung jawab terhadap
proses
sekolah dan kurang menyukai guru-
menjadi
guru mereka. Menurunya kepuasan
Hilangnya nilai-nilai kejujuran di
bersekolah terjadi tanpa memandang
lembaga pendidikan akan membawa
seberapa berhasil murid-murid secara
bangsa kepada kehancuran. Namun
akademis.
realitanya, kejujuran dewasa ini telah
Kejujuran
dalam
dengan
perkembangan
remaja
untuk
kaitanya kesadaran
terbesar
pendidikan. kunci
dari
Kejujuran keberhasilan.
menjadi karakter yang langka dan sangat
sulit
dijumpai.
Baik
di
secara
lembaga pelayanan publik, birokrasi
sebagai
negara dan pemerintahan. Akibatnya,
perilakunya. Dalam hal ini, remaja
berbagai kehancuran kian mendera
mampu memahami alasan berbuat
bangsa ini. Bangsa yang telah lama
baik dan buruk dan mampu berbuat
merdeka, tapi langkahnya untuk
moralitas secara mandiri. Terdapat
maju masih tertatih-tatih. Berbagai
lima perubahan pada remaja menurut
kasus
Hurlock (2002) yaitu: (1) pandangan
mewarnai sejarah perjalanan bangsa
moral remaja menjadi abstrak; (2)
yang diperagakan oleh para aparatur
pandangan
negara dihampir semua lini. Budaya
sukarela
mematuhi
tujuan
standar
moral
moral
remaja
sering
ketidakjujuran
Korupsi,
salah; (3) penilaian
moral sering
seakan telah menjadi tradisi yang
didasari pertimbangan kognitif; (4)
membudaya sehingga sangat sulit
penilaian
dari
untuk dibendung. Ironisnya, para
egosentris menjadi sosiosentris; (5)
pelaku ketidakjujuran itu merupakan
penilaian
aparatur negara yang pernah dicetak
moral
bergerak
secara
menjadi lebih mendalam.
psikis
dan
saja
terpusat pada apa yang benar dan
moral
Kolusi
terus
Nepotisme
dan dibentuk di lembaga pendidikan (Zulkhairi, 2011). Hal ini sebenarnya telah diperingatkan dalam al Quran,
8
namun
kebanyakan
orang
tidak
transaksi jual beli sendiri. Dari sini
mengindahkan. Sehingga tidak jelas
kesadaran
mana
kedustaan,
untuk berbelanja dengan membayar
karena ia sering mencampur adukkan
dan mengambil uang kembalian jika
antara
memang berlebihan, tanpa harus
kejujuran
dan
kebenaran
dengan
kebohongan.
siswa
sangat
dituntut
diawasi oleh guru atau pegawai
Hal yang termasuk dalam
kantin. (Fuadah, 2011).
kejujuran non akademik pada siswa
Pertanyaan Penelitian
SMP yang banyak muncul ialah menyampaikan
kebenaran,
Berdasarkan kerangka teoritis yang
dikemukakan,
diajukan
harga
pertanyaan penelitian yaitu : “apa
mencuri,
bentuk perilaku jujur dan tidak jujur
mengembalikan sesuatu yang bukan
dalam akademik dan non akademik
haknya dan tidak melarikan uang
siswa
SPP.Kebenaran diwujudkan dengan
berperilaku jujur dan tidak jujur
mengatakan
dalam akademik dan non akademik
membayar
sesuatu
barang,
sesuai
tidak
keadaan
yang
sebenarnya walaupun siswa telah melakukan kesalahan. Dalam hal ini siswa cenderung mengabaikan sanksi atau kemarahan yang didapat karena lebih mengedepankan kejujurannya. Untuk
mendukung
terciptanya kejujuran tersebut salah satu yang bisa diupayakan pihak sekolah
ialah
adanya
kantin
SMP?”
dan
“apa
alasan
pada siswa SMP?”. METODE PENELITIAN Gejala Penelitian Gejala penelitian yang akan diteliti adalah bentuk-bentuk perilaku jujur dan tidak jujur beserta alasan yang mendasarinya. Metode Pengumpulan Data
kejujuran
Dalam penelitian ini metode
merupakan upaya untuk mendidik
yang digunakan untuk memperoleh
akhlak siswa agar berperilaku jujur.
informasi dari responden adalah
Kantin kejujuran tidak memiliki
berbentuk angket atau kuesioner
penjual dan tidak dijaga, sehingga
terbuka. Dalam mengungkap sebuah
siswa dengan bebasnya melakukan
nilai, obserfasi dan wawancara tidak
kejujuran.
Kantin
9
mampu mengungkap sebuah nilai,
setiap ulangan, namun suatu ketika
sehingga
metode
guru memberikan ulangan mendadak
vignette pada angket terbuka. Metode
sehingga anak tidak siap sama sekali.
vignette adalah metode pertanyaan
Dari situasi tersebut dapat dilihat
deskripsi satu kalimat dari sebuah
bahwa,
situasi hipotetis, dimana responden
berperilaku jujur dan tidak jujur
diminta
pilihan
karena takut bila orang tua marah.
tentang apa yang harus dilakukan
Perasaan takut terhadap orang tua
antara dua alternatif hal yang terjadi.
mendorong anak berperilaku tidak
menggunakan
untuk
membuat
sebagian
besar
siswa
jujur. Hal ini sesuai dengan pendapat
Metode analisis
Sarwono (2011) bahwa alasan siswa
Peneliti
kualitatif
berbuat jujur adalah agar tidak
menggunakan prosedur yang umum
dimarahi atau dihukum. Perasaan
dan langkah-langkah khusus dalam
takut yang dialami oleh remaja
analisis data. Namun cara yang
tersebut termasuk dalam kecemasan
paling
ideal
adalah
dengan
yang disosialisasikan. Kecemasan
prosedur
umum
tersebut dalam dosis yang tepat akan
(pengumpulan data, analisis dan
membawa perilaku-perilaku positif
pembahasan)
dan
mencampurkan
dengan
langkah-
mendorong
remaja
untuk
langkah khusus (coding, generalisasi
menjaga tingkah lakunya agar selalu
dan analisis struktural). (Creswell,
sesuai dengan norma masyarakat.
2010).
Sedangkan
alasan
siswa
berperilaku tidak jujur sesuai dengan
Hasil dan pembahasan
pendapat Zusnaini (2013) bahwa 1. Bentuk perilaku jujur dan
perilaku
berbohong
pada
anak
tidak jujur dalam lingkup
disebabkan oleh dua faktor, faktor
akademis
pertama karena takut dan kawatir
Mengenai perilaku jujur dan
seperti misalnya takut akan sanksi
tidak jujur siswa dalam hal ini
atau dimarahi. Faktor kedua karena
dibahas
keinginan
ketika
anak
diharapkan
selalu mendapat nilai yang bagus
untuk
merealisasikan
maksud atau tujuan. Seperti misalnya
10
keinginan untuk puas, keinginan
meningkatkan citra diri siswa. Oleh
untuk
keinginan
karena itu mereka berusaha mencari
bersahabat dengan teman dan lain
jalan keluar dengan cara menyontek
sebagainya. Dalam penelitian ini
agar dapat mempertahankan citra diri
juga
yang
memiliki,
terungkap
bahwa
anak
positif.
Sejalan
dengan
berperilaku tidak jujur karena ingin
pendapat Putra (2010) bahwa anak
memperoleh
menjadi
tinggi
nilai
untuk
ulangan
memenuhi
yang
harapan
pribadi maupun orang tuanya.
berani
mencoba
untuk
menyontek agar mendapat nilai yang baik dan tidak dimarahi oleh orang
Mengenai perilaku jujur dan
tua. Maka yang terjadi adalah kerja
tidak jujur siswa dalam hal ini akan
otak anak tersebut hanyalah untuk
dibahas dari beberapa situasi yakni
bertahan agar tidak mendapat marah
tidak mengerjakan tugas kelompok,
dari orang tua, namun bukan untuk
adanya suap untuk memperoleh nilai
mempelajari materi secara maksimal.
dan ketidaktahuan siswa adanya
Perilaku jujur dan tidak jujur
tugas. Dari situasi tersebut perilaku
terhadap teman akan terbagi dalam
jujur maupun tidak jujur siswa yang
dua
paling
dalam
individu siswa dan ujian nasional.
berhadapan dengan guru ialah siswa
Siswa yang berperilaku jujur dalam
menginginkan nilai yang bagus dan
hal ini memilih untuk berusaha
ingin pandai.
dengan upaya sendiri dan tidak
banyak
terungkap
Perihal
siswa
lebih
situasi
memberikan
yaitu
adanya
contekan
tugas
terhadap
menginginkan nilai tersebut sesuai
teman yang meminta. Penelitian
dengan penelitian Burns dkk. (1988)
Pujiatni dan Lestari (2008) terungkap
bahwa
fakta-fakta
persaingan
dalam
bahwa
di
perilaku
memperolah nilai yang tinggi dan
menyontek diakui oleh siswa sebagai
peringkat
yang
perilaku yang tidak terpuji, tidak
terjadinya
menyontek. Nilai
tinggi
akan
tinggi
memicu
berpengaruh
yang pada
baik, dan perlu untuk dihindari Sedangkan
siswa
yang
peringkat akademis di kelas dan
berperilaku tidak jujur antara lain
peringkat akademis di kelas dapat
menyontek
dan
memberikan
11
contekan dengan motif karena ingin
temannya.
Sebagian
siswa
membantu teman merupakan hal
berperilaku
jujur
karena
yang salah dalam perspektif siswa.
keinginannya
Sesuai dengan penelitian Strom, S. &
keadaan sebenarnya dan tidak ingin
Strom, R. (2007) bahwa mencontek
berbohong, Bila anak senang atau
terjadi karena adanya erosi perilaku,
mengagumi seseorang, biasanya ia
dimana
akan
seorang
mementingkan
siswa
lebih
membantu
teman-
untuk
mengungkap
mengidentifikasikan
dirinya
dengan orang tersebut, termasuk
teman mereka dalam mengerjakan
“menyerap”
tugas dan ujian. Pujiatni dan Lestari
tersebut.
(2008)
bahwa
semakin besar ia mulai mengenal
kondisi mahasiswa yang mengetahui
orang lain selain keluarga inti. Pada
perilaku menyontek adalah tindakan
saat
yang tidak baik tetapi mereka tetap
mengidentifikasi orang lain di luar
melakukannya menunjukkan kurang
keluarga (Ibung, 2009).
mengemukakan
nilai
moral
Terutama
inilah
ketika
anak
orang anak
mungkin
berfungsinya mekanisme kontrol diri
Dalam situasi di sekolah pun
pada diri mahasiswa. Idealnya, bila
tidak berarti perilaku yang dilakukan
secara
mahasiswa
bersifat akademis, seperti tertera
mengetahui bila perilaku menyontek
dalam situasi yang disajikan siswa
itu tidak baik, maka mereka tidak
berhadapan dengan guru. Perilaku
akan melakukannya. Apabila mereka
jujur
tetap melakukannya, maka mereka
berhadapan dengan guru terungkap
akan memberikan sanksi terhadap
dalam tiga situasi yakni perilaku
diri sendiri.
siswa
kognitif
dan
tidak
terlambat
jujur
karena
siswa
bangun
2. Bentuk perilaku jujur dan
kesiangan, siswa yang tidak taat tata
tidak jujur non akademis
tertib dengan tidak memakai atribut
Situasi
lengkap saat upacara dan siswa yang
ketika
siswa
berhadapan dengan orang tua ialah ketika anak tidak membayarkan uang SPP yang diberikan ibunya namun digunakan untuk mentraktir teman-
tidak piket kelas karena terlambat. Dari
beberapa
situasi
tersebut, perilaku jujur yang paling
12
banyak terungkap ialah siswa ingin
berperilaku jujur maupun tidak jujur
mengatakan
yang
karena takut dimarahi. Ini artinya
sebenarnya atau berkata jujur dan
siswa berperilaku jujur bukan atas
tidak
dasar
keadaan
ingin
mengakui
berbohong
kesalahan
dengan
untuk
jujur
telah
secara hati nurani. Dari pembahasan
masih
secara keseluruhan dapat diketahui
memegang teguh nilai jujur yang
bahwa siswa SMP Bukit Indah Lawu
diwujudkan dengan berani mengakui
masih
kesalahannya pada guru. Artinya
mempertahankan
hubungan
murid
terwujud dalam situasi apapun dan
untuk
dengan siapapun.
jujur.
Kesimpulan dan saran
diperbuatnya.
mampu
yang
keinginannya
Siswa
guru
dengan
mendorong
anak
menginternalisasi
nilai
Menurut Ma dkk (2000) bahwa hubungan
guru
berkorelasi
dengan
dengan
prososial
dan
murid
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah
dilakukan
terdapat
yang
diambil oleh peneliti, yaitu sebagai
yang
baik
dengan guru. Dapat
kejujuran,
beberapa kesimpulan yang dapat
murid
hubungan
nilai
dan
orientasi
berorientasi prososial pada umumnya memiliki
memegang
berikut: Bentuk-bentuk perilaku jujur siswa SMP dalam lingkup akademik
kesimpulan
yaitu; (a) berkata benar, (b) bertindak
dari hasil prosentase keseluruhan
benar, (c) mengakui kesalahan, (d)
bahwa 64% siswa berperilaku jujur,
menuntut
32% siswa berperilaku tidak jujur
mempertahankan
dan 4% lain-lain. Dari ketiga situasi
menolak
tersebut yang paling tinggi nilai
berusaha atas upaya sendiri dan (8)
prosentase perilaku jujur terungkap
berusaha mencari informasi yang
pada siswa yang berhadapan dengan
benar. Sedangkan alasan-alasan yang
orang
sangat
termasuk kategori moral yaitu; (a)
disayangkan karena dari keseluruhan
Usaha sendiri lebih baik, (b) malu, (c)
respon tersebut siswa mengungkap
jujur tidak ingin berbohong, (d) tidak
bahwa motif atau alasan mereka
ingin curang, (e) agar tidak dosa, (f)
tua.
ditarik
Namun
keadilan,
berbuat
(e)
keadilan,
(f)
curang,
(7)
13
merasa bersalah, (g) mengatakan yang
teman, (m)
sebenarnya, (h) menyontek tidak baik
bisa, (o) tidak mengetahui, (p) untuk
dan (i) untuk mendapatkan keadilan.
menyelesaikan tugas, (q) tidak ingin
Sedangkan
ketinggalan dan (r) agar jawabanya
yang
termasuk
dalam
kategori self esteem yaitu; (j) Tidak ingin dimarahi, (k) agar mendapatkan nilai bagus, (l) ingin pandai, (m) tidak ingin mengecewakan guru, (n) tidak masuk sekolah, (o) tidak ingin diejek teman, (p) agar tidak di hukum, (q) takut
ndividual, (n) merasa
sama. Bentuk-bentuk perilaku jujur siswa SMP dalam lingkup non akademik
yaitu;
(a)
mengakui
kesalahan, (b) mengatakan yang
petugas, (r) tidak ingin tersaingi, (s)
sebenarnya,
(c)
Siap
menerima
takut jawabanya sama, (t) orientasi
hukuman atas perbuatan. Sedangkan
teman, (u) karena UNAS, (v) tidak ingin
alasan-alasan yang termasuk dalam
tertinggal dan (w) untuk menyelesaikan
kategori moral yaitu; (a) mengatakan
tugas.
yang sebenarnya, (b) jujur tidak Bentuk-bentuk perilaku tidak
ingin bohong, (c) merasa bersalah,
jujur siswa SMP dalam lingkup
(d) malu (e) agar lain kali lebih
akademik
antara
lain;
(a)
disiplin. Sedangkan yang termasuk
informasi,
(b)
dalam kategori self esteem yaitu; (f)
bertindak curang, (c) mengabaikan
tidak ingin dimarahi, (g) tidak ingin
kekebenaran,
dihukum dan (h) siap menerima
memanipulasi
(d)
menghindari
hukuman dan (e) menghindari tugas
hukuman
sekolah.
diperbuat.
Sedangkan
alasan-alasan
atas
kesalahan
yang
yang termasuk kategori moral yaitu;
Bentuk-bentuk perilaku tidak
Menyontek, (b) malu, (c) berbohong.
jujur siswa SMP dalam lingkup non
Sedangkan
esteem
akademik yaitu; (a) memanipulasi
yaitu; (d) Takut dimarahi, (e) belum
informasi, (b) berusaha menghindari
siap ulangan, (f) agar mendapat nilai
hukuman dan (c) bertindak curang.
bagus, (g) supaya bisa mengerjakan
Sedangkan
tugas,
takut
termasuk dalam kategori moral yaitu;
dihukum, (j) ingin dianggap / dipuji,
(a) malu, (b) berbohong, (c) sadar
(k) karena UNAS, (l) orientasi
melanggar tata tertib. Sedangkan
(h)
kategori
beralasan,
self
(i)
alasan-alasan
yang
14
yang termasuk kategori self esteem yaitu;
(d)
takut
dimarahi,
(e)
Diharapkan siswa lebih teliti dalam memilih teman, karena tidak
beralasan, (f) tidak bisa mengganti
semua
teman
dapat
dijadikan
uang SPP, (g) takut dihukum, (h)
tuntunan atau pedoman. Pilihlah
ingin mendapatkan nilai yang bagus
teman yang lebih memprioritaskan
dan (i) agar guru tidak mengetahui
pada perilaku-perilaku yang baik
kesalahannya.
yang menolak pada hal buruk atau
Saran
anarkis. Hal ini bukan berarti pilihBerdasarkan kesimpulan yang
pilih teman, sebaliknya bila teman
diperoleh dari penelitian ini, peneliti
tersebut memiliki perilaku yang tidak
memberikan saran, yaitu:
baik, ajaklah ia untuk berperilaku
1. Orang tua
sesuai norma yang berlaku.
Hendaknya dalam keluarga senantiasa
menciptakan
3. Sekolah.
dan
Menciptakan iklim yang baik
membiasakan perilaku dan norma
terhadap tumbuhnya sikap jujur.
jujur antara lain orang tua menjadi
Teknik untuk menciptakan iklim
suri
yang
tauladan
yang
baik
dalam
baik
adalah
dengan
berperilaku jujur, tidak berbohong
memberikan tata tertib aturan atau
sekecil apa pun, membiasakan anak
pedoman kelas dan sekolah yang
mengatakan hal yang terjadi, saling
disetujui
terbuka antara anak dan orang tua
didalamnya termasuk perilaku tidak
dengan
jujur, mengadakan kantin kejujuran,
komunikasi,
memberikan
siswa
dan
yang
apresiasi terhadap anak yang telah
mengadakan
berbuat jujur, tidak memarahi anak
barang temuan dan pengumuman
ketika
kesalahan,
khusus, memberikan penghargaan
berusaha memberi maaf terhadap
yang tinggi kepada setiap siswa yang
anak
tidak
telah beperilaku jujur. Sanksi yang
sungkan meminta maaf (mengakui
diberikan untuk pelaku tidak jujur
kesalahan) ketika orang tua yang
hendaknya lebih mengarah pada
berbuat salah.
sanksi moral bukan fisik. Selain itu
melakukan
yang
2. Siswa
bersalah
dan
perlunya
tempat
guru
dukungan
penampung
civitas
15
akademika
sekolah
dalam
memberikan contoh yang baik dan tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati. 4. Praktisi Psikologi Fenomena
perilaku
tidak
jujur dalam akademik yang banyak dilakukan
oleh
remaja
SMP
hendaknya menjadi perhatian serius bagi
kalangan praktisi
psikologi
khususnya bidang pendidikan. Para praktisi
psikologi
memperhatikan ketidakjujuran
diharapkan gejala-gejala
yang
timbul
dan
mengatasi permasalahan yang terjadi sebelum hal tersebut merajalela dan tidak terjangkau. 5. Peneliti selanjutnya Para peneliti selanjutnya yang berminat
meneliti
kejujuran
akademik dapat menambahkan hasil penelitian
ini
sebagai
tambahan
informasi. Selain itu, untuk meneliti kejujuran dapat memfokuskan pada bentuk internalisasi nilai moral yang dibiasakan orang tua, guru maupun teman baik dirumah ataupun sekolah. Daftar Pustaka Anderman, E.M, dkk. (1998). Motivation and Cheating During Early Adolescence.
Journal of Educational Psychology University of Kentucky, 90, 1, 84-93. Burns, S.R., Davis, S.F,. Hoshino, J., Miller, R.L. (1988). Academic Dishonesty: A Delineation of Cross-cultural Patterns. College Students Journal, 32 (4), 590-597. Creswell, J. W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Doolan, M & Baker, T. (2001). An online discussion forum to support group assignments: exploring the problem of ownership Paper presented at the CAL’01 conference. University of Warwick. Hasan, M. N. Meninjau kembali realitas kejujuran akademik. Diunduh 08 September 2012. Dari http://edukasi.kompasiana.co m/2012/07/14/meninjaukembali-realita-kejujuran akademik/ Hurlock, E. (2002). Psikologi Perkembangan: Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Ibung, D. (2009). Mengembangkan nilai moral pada anak, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Kniker, C. R., (1977). You And Values Education. USA: Charles E. Merrill Publishing Company.
16
Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books. Listyo, S. (2008). Membangun Budaya Lembaga Pendidikan Jurnal el-Harakah Vol. X, No.1. Malang Ma, H.K., Cheung, P.C. & Shek, D.T.L. (2007). The relation of prosocial orientation to peer interactions, family social environment and personality of Chinese adolescents. International Journal of Behavioral Development, 31, 12-18. Pujiatni, K. & Lestari, S. (2008). Studi Kualitatif Pengalaman Menyontek pada Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Putra, S.E. (2010). Faktor Penyebab Siswa Menyontek dan Solusinya. Yokyakarta: UNY Santrock, J. W. (2002). Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kepribadian yang Bertanggungjawab, Profesional, dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani. Wijaya, S. E. S. (2011). Tanamkan Lagi Kejujuran dan Ketulusan. Diunduh 12 Oktober 2012 dari http://www.solopos.com/201 1/solo/tanamkan-lagiketulusan-dan-kejujuran90917. Zulkhairi, T. (2012) Draf Brief Notes. Membumikan Karakter Jujur dalam Pendidikan Aceh. Bireuen. Zusnaini, I. (2013). Mendidik anak agar jujur. Platinum publishing. Wisesa, A. (2008). Integritas Nilai Kejujuran dan Pelanggaran Akademik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sarwono, S.W. (1997). Psikologi Sosial : Individu dan Teoriteori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Strom, S. S & Strom, R. D. (2007). Cheating in Middle School and High School. The Educational Forum; Winter; ProQuest Education Journals. Tasmara, T. (2001). Kecerdasan Ruhaniah (Transcedental Intellegence) Membentuk
17