KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI KEC. RATU SAMBAN KOTA BENGKULU Zulkarnain STIKes Bhakti Husada Bengkulu Jl.Kinibalu 8 Kebun Tebeng BengkuluTelp (0736)23422 email :
[email protected] ABSTRACT Nutritional problems caused by lack of food, because nutrition is an important factor. The research problem is the growing number of children who experience malnutrition among children under five. The goal of this research was to determine the relationship of food intake with the incidence of malnutrition among children under five in the region of the District of Ratu Samban Bengkulu City. The type of case control studies. The population in the study all children under five are suffering from malnutrition the number 38 toddlers. The sampling technique used purposive random sampling is the case of samples obtained all children under five who suffer from malnutrition as many as 38 infants and toddlers control is available in the working area of the District Ratu Samban and do not suffer from malnutrition as many as 38 children, this research was conducted in the District Work Area Ratu Samban Bengkulu city on April 22, 2015 through to May 22, 2015. The results obtained (55.3%) infants with less food intake (50.0%) of 38 infants who experienced the incidence of malnutrition, infant fraction 20.6% which has a good food intake, and of the 38 children were well nourished most of 26.2% children who have poor food intake, exclusive, and the obtained value of p = 0.000. Keywords: nutrition, toddlers PENDAHULUAN
kedua sumber makanan ini memiliki sifat dan zat berguna untuk tenaga (energi), pertumbuhan tubuh, serta pengaturan pertumbuhannya. Malnutrisi lebih sering tenjadi pada masa diatas umur 6 bulan jika dibandingkan periode 4—6 Bulan pertama kehidupan karena tidak sedikit keluarga yang tidak mengerti kebutuhan khusus bayi, tidak tahu bagaimana cara membuat makanan dan bahan — bahan yang tersedia di sekitar mereka atau belum mampu menyediakan makanan yang bernilai gizi baik (Arisman, 2008). Usia
Masalah gizi pada dasarnya Asupan zat gizi sangatlah penting dan mempengaruhi status gizi seorang yang merupakan modal utama bagi kesehatan setiap individu.Beberapa penelitian menyimpulkan 54% kematian bayi dan balita dilatarbelakangi oleh faktor gizi (Depkes, 2007). Sedangkan makanan yang bergizi dapat ditemukan dalam berbagai jenis makanan, yaitu makanan dari tumbuhan dan makanan dari hewan,
10
paling rawan terkena defisiensi mi adalah umur dua tahun karena pada kurun waktu itu berlangsung masa peralihan dan ASI ke pengganti AS!.Pengganti ASI seringkali memililci kandungan karbohidrat tinggi tapi mutu dan kandungan proternnya sangat rendah (Nyoman 2008). World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita di dasari oleh keadaan gizi yang buruk.Menurut bank dunia tahun 2002 sekitar 47% anak-anak India kurang gizi.Malnutrisi pada anakanak sebagian besar disebabkan oleh tingginya infeksi dan kesalahan pemberian makanan pada balita sejak lahir hingga tiga tahun.Sekitar 30% anak-anak India dilahirkan dengan berat badan kurang dan umumnya tidak berubah saat besar (Anonymous, 2008). Depkes RI (2005), balita dengan gizi kurang sebesar 28.82% pada tahun 2002 dan rneningkat menjadi 28.71% pada tahun 2003. Departemen kesehatan RI mencatat jumlah anak usia dibawah lima tahun (balita) yang memiliki gizi kurang meningkat dan 17.1% menjadi 19.3% pada tahun 2002. Dengan demikian jumlah balita kurang gizi meningkat dan 24.6% menjadi 27.3% dan lebih kurang 20 juta anak balita. Negara Indonesia butuh generasi yang baik maka perlu anak yang sehat, maka dalam hal ini perlu diketahui gizi kurang dan gizi buruk pada balita yang berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan kesehatan (Arisma 2009). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta bayi Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Ditinjau dan tinggi badan, sebanyak 25,8% bayi Indonesia pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dan janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan. Ketika lahir, berat otak hanya 350 gram, dalam satu tahun, berat otak menjadi 1000 gram dan terus bertambah menjadi sekitar 1200 gram ketika anak berusia dua tahun (Nyoman, 2008). Berdasarkan basil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dilcetahui bahwa prevalensi nasional berat badan kurang (underweight) pada balita adalah 18.4%.Dalam basil riskesdas tersebut juga diketahui bahwa dan sekitar 25 juta balita di Indonesia terdapat 4.6 Juta gizi kurang dan 1.4 juta (5.4%) diantaranya mengalami gizi buruk. Adapun secara nasional berdasarkan riskesdas tahun 2010 prevalensi berat badan kurang (Underweight) adalah 17.9% yang terdini dan 4.9% gizi buruk dan 13% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18.4%) sudah terlihat terdapat penurunan permasalahan gizi. Penurunan terutama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu 5.4% tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010 atau turun sebesar 0,5% sedangkan prevalensi gizi kurang masih tetap sebesar 13% (Arisman, 2009). Asupan Nutrisi adalah makanan yang berisi semua zat gizi
11
yang penting dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan tubuh (Baliwati, 2006). Gizi baik adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki asupan makanan yang cukup sehingga energi yang dibutuhkan terpenuhi dengan baik ( Nyoman, 2008). Gizi kurang adalah Suatu keadaan akibat asupan makanan kurang sehingga pemakaian energi selama jangka waktu tertentu tidak mencukupi (Baliwati, 2006). Pada tahun 2011 jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi di wilayah kerja puskesmas kecamatan Ratu Samban adalah sebanyak 27 balita Dari jumlah 236 balita yang di timbang di wilayah kerja puskesmas tersebut. Sedangkan pada tahun 2012 balita yang mengalami kekurangan gizi di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Ratu Samban adalah sebanyak 23 balita dari jumlah 236 balita yang berada di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Ratu Samban, pada tahun 2013 balita gizi kurang di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Ratu Samban meningkat menjadi 38 balita dari jumnlah 300 balita yang berada di wilayah kerja puskesmas kecamatan Ratu Samban (Dinas Kesehatan Kota, 2013).
Asupan Makanan
Dan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10-13 Desember 2014, diperoleh bahwa dan 10 balita yang mengalami gizi kurang di wilayah Kecamatan Ratu Samban 6 diantaranya memiliki asupan makanan yang kurang. Penelitian ini adalah diketahui hubungan asupan makanan dengan kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah kerja Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu METODE PENELITIAN Jenis penelitian observational analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Notoatmodjo, 2010), dengan menggunakan pendekatan Case Control yaitu adanya kelompok kontrol terhadap kelompok kasus dimana penderita Gizi Kurang yang Asupan Makanan Kurang Baik dan sebagai kelompok kontrol penderita Gizi Kurang yang Asupan Makanan Baik dengan kriteria sampel yang homogen dan tinggal di Kecamatan Ratu Samban. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Tabel 1 Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu Kejadian Gizi Kurang Total Gizi Kurang Gizi baik N
%
N
%
N
%
Kurang Baik
31
73,8
11
26,2
42
100
Baik
7
20,6
27
79,4
34
100
12
OR P 0,000 0,092
Tabel diatas terlihat bahwa dari 38 balita yang mengalami Gizi kurang, sebagian besar 73,8% Balita yang memiliki asupan makan kurang baik Hasil perhitungan statistik uji chi square didapat nilai p = 0,000 < 0,05 artinya terdapat Hubungan Asupan Makanan dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu Tahun 2015. Hasil uji Risk Estimate (OR) terdapat nilai 0,092 yang artinya asupan makanan yang kurang baik berpeluang menyebabkan kejadian gizi kurang.
kesehatan dalam memberikan asupan makanan yang baik kepada anaknya Setengah dan responden 50,0% balita dengan kejadian gizi kurang dapat dilihat sebagian besar 55,3% orang tua balita memiliki asupan makanan kurang baik. Hasil kunjungan kerumah ibu mengenai gizi balita sehingga kurang memperhatikan asupan makanan anak. Variasi jenis makanan serta jumlah cukup dan mengandung protein dapat meningkatkan asupan gizi balita agar status gizi balita lebih baik Sesuai teori menurut Supariasa (2002) mengatakan bahwa status gizi yang normal merupakan status kesehatan seorang yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan pemasukan zat-zat gizi. Seseorang yang memiliki status gizi Normal memiliki konsumsi zat-zat yang tinggi yang diperoleh dan konsumsi makanan sehari-hari, zat gizi yang diperoleh tubuh mempunyai nilai yang sangat penting dimana berfungsi untuk membantu pemeliharaan proses pertumbuhan dan perkembangan, faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang adalah pendapat rendah, persediaan makanan dirumah kurang, pendidikan serta kemiskinan dan keterampilan kurang. Dari 38 balita yang mengalami gizi kurang, sebagian besar 73,8% balita yang memiliki asupan makanan kurang baik, hal ini dipengaruhi oleh pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan ketersediaan pangan di rumah tangga kurang, tingkat pendidikan ibu rendah sehingga pengetahuan ibu tentang gizi kurang mempengaruhi
PEMBAHASAN Tebel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua balita memiliki asupan makanan kurang baik, karena kesibukan orang tua balita sebagai buruh harian, pedagang, pembantu rumah tangga yang berpenghasilan rendah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari yang berakibat kekurangan ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga sehingga asupan makanan menjadi kurang baik Karena kesibukan orang tua tersebutlah yangjadi salah satu factor asupan makanan nya kurang baik, karena orangtua tidak banyak waktu bersama anaknya dan tidak banyak waktu member waktu asupan makanan yang diperlukan atau dibutuhkan oleh balita tersebut, mengawasi anaknya karena kesibukan orang tua yangmana orang tua tidak bias mengetahui makanan apa yang dimakan anaknya tersebut dan orangtua kurang adanya informasi atau wawasan tentang
13
status balita yang berstatus gizi kurang atau tidak normal, Supariasa (2002) mengatakan bahwa konsumsi makanan mempunyai peranan yang penting terhadap terjadinya gizi buruk pada anak balita factor secara langsung yaitu asupan makanan, maupun ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, pola asuh, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan kemiskinan mempunyai peranan penting terhadap terjadinya gizi kurang pada balita. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Eni Novalya (2009) dengan hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan makan dengan kejadian gizi kurang hasil statisticmenggunakan uji Chi Square diperoleh nila p= 0,000 < 0,05. Kenyataan yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang memiliki asupan makan yang cukup, terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan Rendah , dan jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti mengasumsikan bahwa asupan makanan pada balita, dipengaruhi oleh beberapa faktor, dian-taranya pendidikan responden, pendapatan responden, dan jenis kelamin balita. Hal ini menandakan bahwa pendidikan ibu sangat penting untuk menentukan pola asuh, terutama dalam pemilihan makanan. dan keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan, baik kualitas maupun kuantitas makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka asupan makanan yang diberikan kepada balita adalah semakin baik.
Keadaan tersebut tentunya masih ditopang dengan pendapatan dari responden tersebut, semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka akan semakin beraneka ragam makanan yang dikonsumsi dan akan semakin baik pula nilai asupan makanan dari balitanya (Notoadmoja, 2010). Jenis kelamin juga turut mempengaruhi asupan makanan balita. Balita berjenis kelamin lakilaki lebih banyak mendapatkan asupan makanan) cukup dibanding balita berjenis kelamin perempuan. Responden selalu memberikan porsi lebih untuk asupan makanan kepada balita berjenis kelamin laki-laki dibanding perempuan. Keadaan itu sendiri dinilai wajar oleh sebagian masyarakat karena masyarakat berpendapat-bahwa laki-laki membutuhkan asupan yang lebih besar, sebab laki-laki lebih banyak mengeluarkan tenaga dibanding perempuan (Kus, 2004) . Kegunaan MakananPertumbuhan dan perkembangan selalu dialami oleh setiap anak. Pertumbuhan dan perkembangan paling penting terjadi pada masa balita. Masa balita adalah masa pada saat anak berusia di bawah lima tahun (Kus, 2004). Hasil uji Risk Estimate (OR) terdapat nilai 0,092 yang artinya Asupan Makanan yang Kurang Baik berpeluang menyebabkan kejadian Gizi Kurang sebesar 0,092 kali lipat di banding dengan Asupan Makanan yang Baik, karena asupan makanan yang kurang baik tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi balita dikarenakan orang tua balita tersebut tidak teratur dalam memberikan asupan makanan kepada anaknya,
14
dan orang tua kurang adanya informasi atau wawasan tentang kesehatan dalam memberikan asupan makanan yang baik kepada anakanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asydhad (2006) Masa lampau berpengaruh besar terhadap masa yang akan datang. Apa yang diberikan yang dilakukan kepada balita sangat menentukan terhadap pertumbuhan dan keadaan tubuh, serta beberapa perilaku pada saat remaja dan dewasa kelak. Karena itu, sejak usia balita orang tua harus memerhatikan pemberian gizi yang diperlukan oleh si kecil agar ia tumbuh kembang optimal, sehat, serta cerdas sesuai dengan harapan ( Arsyad, 2006).
tingkatkan, misalkan penyuluhan dilakukan dalam tiga bulan sekali di maksimalkan menjadi sebulan sekali. DAFTAR PUSTAKA Almatier, S. 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum Amonymous. 2008. Kesehatan dan Gizi, Jakarta: Gramedia pustaka umum Arikunto. S. 2006. Prosuder penelitian. Rineka Cipta: Jakarta Arisman, MB. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan. Edisi kedua, Jakarta : EGC Asydhad. L. A. 2006. Makanan tepat untuk balita. Jakarta: PT. Kawan Pustaka Baliwati, 2006. Pengantar Pangan dan gizi. Jakarta: PT. Swadaya Departemen Kesehatan RI, Laporan RISKESDAS 2007, Jakarta: Balitbang. Diakses tanggal 22 November 2014 Depkes, 2007. Profil kesehatan RI. Diakses pada tanggal 27 desember 2014 Dinkes, 2013. Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2013.Bengkulu Irianto, Kus, 2004. Gizi dan Pola hidup sehat.Bandung : Yrama Widya Notoadmojo. 2010. Metedologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Edisi Rineka Cipta Nyoman, 2008. Kebutuhan Zat Gizi Balita. Supriasa. 2002. Penelitian Status Gizi.Jakarta:PenerbitKedoktera n. EGC Eny Novalya. 2009. Ilmu gizi. Jakarta: Rineka Cipta
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Ada hubungan signifikan antara asupan makanan dengan kejadian gizi kurang pada balita di wilayah kerja Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu. SARAN Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat memberikan penjelasan hubungan asupan makanan dengan kejadian gizi kurang pada balita di wilayah kerja kecamatan ratu samban kota bengkulu. Gizi yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap ibu dan ekonomi, pengetahuan yang baik di dapatkan dari sikap ibu yang mendukung dan peduli terhadap perkembangan balita serta ibu aktif mengikuti penyuluhan dari puskesmas. Bagi puskesmas dalam melaksanakan penyuluhan harus di
15