PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN INSTALASI AIR TERHADAP TINGKAT LABA OPERASI DENGAN VOLUME KEBOCORAN/KEHILANGAN AIR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya)
NOVIANTI 113403177 Jl. Jend. AH. Nasution. Kp. Gunung Mipir RT 02 RW 02 Kel. Cipari, Kec. Mangkubumi, Kota Tasikmalaya 46181 E-mail:
[email protected]
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya
ABSTRACT
This study aims to determine (1) the water installation maintenance costs, the volume of leakage/loss of water, and the level of operating profit; (2) the influence of the water installation maintenance costs to the volume of leakage/loss of water; (3) the influence of the volume of leakage/loss of water to the level of operating profit. The research was conducted at the Regional Water Company (PDAM) Tirta Sukapura Tasikmalaya regency. The method used in this research is descriptive method using case studies. Techniques of data collection is done through the primary data is data obtained directly from the research subjects in this case at PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya district and secondary data is data obtained from the research literature. The results showed that: (1) installation maintenance costs of water, the volume of leakage/loss of water, and the level of operating profit in PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya district each year experienced an increase and decrease; (2) the influence of the water installation maintenance costs to the volume of leakage/loss of water in PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya district has significant influence; and (3) the Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 1
influence of the volume of leakage/loss of water to the level of operating profit in PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya regency have a significant effect.
Keywords: Water Installation Maintenance Costs, Volume Leakage/Loss of Water and Level of Operating Profit
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) biaya pemeliharaan instalasi air, volume kebocoran/kehilangan air, dan tingkat laba operasi; (2) pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air; (3) pengaruh volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi. Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam hal ini di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) biaya pemeliharaan instalasi air, volume kebocoran/kehilangan air, dan tingkat laba operasi di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya mengalami kenaikkan dan penurunan; (2) pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya memiliki pengaruh yang signifikan; dan (3) pengaruh volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya memiliki pengaruh yang signifikan.
Kata kunci: Biaya Pemeliharaan Instalasi Air, Volume Kebocoran/Kehilangan Air, dan Tingkat Laba Operasi
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 2
PENDAHULUAN Kegiatan pemeliharaan dimaksudkan agar fasilitas dan peralatan yang dimiliki perusahaan tetap dalam kondisi baik untuk menjamin kelangsungan kegiatan proses produksi dan distribusi sesuai dengan yang telah direncanakan dan meminimumkan kerugian. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan dan memberikan kemanfaatan umum di bidang air minum. PDAM mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kebocoran air antara 40-50% dari total produksi. Kebocoran terjadi karena pipa yang sudah tua dan tidak layak pakai, sehingga tidak dapat beroperasi dengan baik. Selain itu kebocoran juga terjadi karena pencurian sambungan air secara liar sebelum masuk meteran. Dengan demikian kegiatan pemeliharaan yang menyangkut instalasi air ini diperlukan sejumlah pengeluaran yaitu biaya pemeliharaan instalasi air. Pengeluaran biaya pemeliharaan instalasi air yang terkoordinasi dan terencanan akan mempengaruhi volume kebocoran/kehilangan air perusahaan. Dengan biaya pemeliharaan instalasi air maka akan menentukan kelancaran proses pendistribusian air karena perpipaan yang dimiliki perusahaan dalam keadaan baik sehingga diharapkan dapat mengurangi kebocoran/kehilangan air dan dapat mencapai tingkat laba operasi yang optimal. Salah satu cara yang dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya untuk menekan volume kebocoran/kehilangan air adalah dengan mengoptimalkan biaya pemeliharaan instalasi air salah satunya yaitu berusaha agar jaringan transmisi dan distribusi air yang dimilikinya selalu dalam keadaan baik dan dapat berjalan lancar sehingga dapat mencapai tingkat laba operasi yang baik. Dengan adanya biaya pemeliharaan instalasi air, kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan tidak terganggu, dari sisi lain beban operasi meningkat yang kemudian akan diikuti peningkatan laba bersih sehingga diharapkan dapat mencapai tingkat laba operasi yang baik, selain itu volume kebocoran/kehilangan air dapat berkurang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Untuk
mengetahui
biaya
pemeliharaan
instalasi
air,
volume
kebocoran/kehilangan air, dan tingkat laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 3
2. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui pengaruh volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. 4. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif yaitu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. (Sugiyono, 2010:21) Sedangkan pengertian studi kasus yaitu penelitian tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan satu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Moh. Nazir, 2003:66)
Operasionalisasi Variabel Berdasarkan judul penulis dalam melakukan penelitian, terdapat tiga variabel yang terdiri dari satu variabel independen, satu variabel dependen, dan satu variabel intervening. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah Biaya Pemeliharaan Instalasi Air (X), yang menjadi variabel dependen adalah Tingkat Laba Operasi (Y), dan yang menjadi variabel intervening adalah Volume Kebocoran/ Kehilangan Air (Z).
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 4
Prosedur Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut: 1. Studi Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara melihat langsung objek atau aktivitas yang sebenarnya dengan melaksanakan beberapa langkah sebagai berikut: 1) Wawancara 2) Studi Dokumentasi 3) Observasi 2. Studi Kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan
membaca,
mempelajari dan
mengumpulkan berbagai literatur dan bahan perkuliahan khususnya, yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti yang bertujuan untuk mendapatkan data sekunder, yaitu sumber informasi dari para ahli yang sifatnya teoritis, dimana dapat digunakan sebagai dasar pembanding yang mendukung dalam pembahasan.
Model/Paradigma Penelitian
X
Z
Y
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Keterangan: X
= Biaya Pemeliharaan
Y
= Tingkat Laba Operasi
Z
= Volume Kebocoran/Kehilangan Air
Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistik parametik (skala yang digunakan adalah rasio) untuk menguji hipotesis yang Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 5
diajukan. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (Sugiyono, 2013:253). Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air, volume kebocoran/kehlangan air terhadap tingkat laba operasi, dan biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening.
Analisis Regresi Sederhana Digunakan untuk menaksir hubungan antara variabel independen dan variabel intervening, serta variabel intervening dan variabel dependen. Rumus: 1.
Z= a+bX = =
(∑
)(∑ ∑
) − (∑ )(∑ − (∑ )
( ∑
) − (∑ )(∑ ∑ − (∑ )
)
) Sugiyono (2010:272)
Keterangan: X =
Biaya Pemeliharaan Instalasi Air
Z =
Volume Kebocoran/Kehilangan Air
a =
Konstanta yaitu besarnya variabel Y apabila variabel X = 0
b =
Koefisien arah garis yang menunjukkan besarnya variabel terikat Y, setiap variabel X berubah satu satuan.
2.
Y= a+bZ = =
(∑
)(∑ ∑
) − (∑ )(∑ − (∑ )
( ∑
) − (∑ )(∑ ∑ − (∑ )
)
) Sugiyono (2010:272)
Keterangan: Z =
Volume Kebocoran/Kehilangan Air Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 6
Y =
Tingkat Laba Operasi
a =
Konstanta yaitu besarnya variabel Y apabila variabel X = 0
b =
Koefisien arah garis yang menunjukkan besarnya variabel terikat Y, setiap variabel X berubah satu satuan.
Analisis Korelasi Suatu ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat asosiasi atau derajat keeratan antara variabel independen dan variabel intervening, serta variabel intervening dan variabel dependen. Koefisien dalam penelitian ini akan dicari dengan menggunakan analisis Pearson, analisis ini digunakan untuk menentukan apakah variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intervening, serta apakah variabel intervening mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Derajat hubungan ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus: 1. Variabel Independen terhadap Variabel Intervening ∑
= { ∑
− (∑
)(∑ )
− (∑ ) }{ ∑
− (∑ ) } Sugiyono (2010:248)
Keterangan: r =
Koefisien korelasi jalur antar variabel X dan Z
n =
Ukuran Sampel
X =
Biaya Pemeliharaan Instalasi Air
Z =
Volume Kebocoran/Kehilangan Air
2. Variabel Intervening terhadap Variabel Dependen ∑
= { ∑
− (∑ )(∑
− (∑ ) }{ ∑
) − (∑
) } Sugiyono (2010:248)
Keterangan: r =
Koefisien korelasi jalur antar variabel Z dan Y
n =
Ukuran Sampel
Z =
Volume Kebocoran/Kehilangan Air
Y =
Tingkat Laba Operasi Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 7
Interpretasi terhadap koefisien korelasi penulis tuangkan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
0,00 – 1,99 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00
Sugiyono (2010:250)
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi adalah pengkuadratan korelasi (r2) digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen dan variabel intervening, serta variabel intervening dan variabel dependen. Rumus: Kd = (r2) x 100% Keterangan: Kd = Koefisien determinasi (r2) = Koefisien korelasi dikuadratkan
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian yang akan penulis lakukan dengan prosedur: 1. Penetapan Hipotesis Operasional Ho : ρ1 = 0
: Biaya pemeliharaan instalasi air tidak berpengaruh terhadap volume kebocoran/kehilangan air.
Ha : ρ1 ≠ 0
: Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh terhadap volume kebocoran/kehilangan air.
Ho : ρ2 = 0
: Volume
kebocoran/kehilangan
air
tidak
berpengaruh
terhadap tingkat laba operasi. Ha : ρ2 ≠ 0
: Volume kebocoran/kehilangan air berpengaruh terhadap tingkat laba operasi.
2. Penetapan Tingkat Signifikansi Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dengan taraf nyata 5% (α = 0,05). Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 8
3. Uji Signifikansi Untuk mengetahui tingkat signifikansi atas pengaruh variabel independen terhadap variabel intervening, serta variabel intervening terhadap variabel dependen. Maka dilakukan pengujian parameter r dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Ho adalah hipotesis yang menyatakan pengaruh variabel independen tidak signifikan terhadap variabel intervening, serta variabel intervening tidak signifikan terhadap variabel dependen, sehingga Ha adalah hipotesis penelitian dari peneliti yaitu prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji, dihitung dengan rumus: =
√n − 2 √1 − r Sugiyono (2010:250)
Keterangan: t
= Nilai uji t
r
= Nilai koefisien korelasi
n-2 = Derajat kebebasan 4. Kaidah Keputusan Terima Ho, jika – t ½ α < t hitung < t ½ α Tolak Ho, jika t hitung > t ½ α aau < -t ½ α 5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis seperti tahapan diatas, maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak (sesuai kaidah keputusan).
Karena adanya variabel Z (Volume Kebocoran/Kehilangan Air) maka hubungan yang terjadi antara variabel X (Biaya Pemeliharaan Instalasi Air) terhadap variabel Y (Tingkat Laba Operasi) menjadi hubungan yang tidak langsung karena diperantarai oleh Z (Volume Kebocoran/Kehilangan Air).
Uji Intervening Pengujian menggunakan analisis regresi variabel intervening dengan Metode Kausal Step. Digunakan untuk memastikan bahwa volume kebocoran/kehilangan air Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 9
merupakan variabel intervening antara biaya pemeliharaan instalasi air dan tingkat laba operasi. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persamaan regresi variabel X terhadap variabel Y. (Y = a1 + cX) 2. Persamaan regresi variabel X terhadap Z. (Z = a2 + aX) 3. Persamaan regresi variabel X terhadap variabel Y dengan memasukan variabel Z. (Y = a3 + c’X + bM) 4. Menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut: 1) Variabel Z dinyatakan sebagai variabel intervening jika, setelah memasukan variabel Z pengaruh variabel X terhadap Y menurun menjadi nol (c’=0) atau pengaruh variabel X terhadap Y yang tadinya signifikan (sebelum memasukan variabel Z) menjadi tidak signifikan setelah memasukan variabel Z ke dalam model persamaan regresi variabel intervening. 2) Atau variabel Z dinyatakan sebagai variabel intervening jika, setelah memasukan variabel Z pengaruh variabel X terhadap Y menurun tetapi tidak menjadi nol (c’≠ 0) atau pengaruh variabel X terhadap Y yang tadinya signifikan (sebelum memasukan variabel Z) menjadi tetap signifikan setelah memasukan variabel Z ke dalam model persamaan regersi variabel intervening tetapi mengalami penurunan koefesien regresi.
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian penulis memperoleh data mengenai biaya pemeliharaan instalas air, volume kebocoran/kehilangan air serta data tingkat laba operasi yang diperoleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan untuk diolah dan dianalisis bersumber dari data dan laporan keuangan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya pada Tahun 2008-2014.
Biaya Pemeliharaan Instalasi Air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Pemeliharaan instalasi air dilakukan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya adalah untuk merawat atau memperbaiki instalasi air agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan atau ditentukan oleh perusahaan dengan hasil produksi yang berkualitas, Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 10
kerugian yang minimal, dan laba yang maksimal. Biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya meliputi biaya pemeliharaan sumber air, biaya pemeliharaan pengolahan air, dan biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi air. Data biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama tahun 2008 sampai dengan 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Biaya Pemeliharaan Instalasi Air PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2008 s.d 2014 Pemeliharaan Instalasi Air (Rp) Tahun
Pemeliharaan Sumber Air
Pemeliharaan Pengolahan Air
Pemeliharaan Transmisi dan Distribusi Air
Total Biaya (Rp)
2008
73.259.875
21.410.375
707.233.541
801.903.791
2009
101.367.500
21.282.500
1.878.103.398
2.000.753.398
2010
79.240.251
21.591.225
1.247.610.394
1.348.441.870
2011
87.590.200
8.589.800
1.154.014.486
1.250.194.486
2012
141.824.070
15.187.375
494.552.708
651.564.153
2013
172.198.615
1.483.390
957.870.925
1.131.552.930
2014
156.136.990
64.380.000
1.037.512.888
1.258.029.878
Jumlah
811.617.501
153.924.665
7.476.898.340
8.442.440.506
%
9,62
1,82
88,56
100
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 cenderung mengalami fluktuatif. Biaya pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya terbesar yaitu terjadi pada Tahun 2009 yakni sebesar Rp 2.000.753.398,00 sedangkan biaya pemeliharaan instalasi air terkecil terjadi pada Tahun 2012 yaitu sebesar Rp 651.564.153,00. Begitu pula bahwa setiap tahun biaya pemeliharaan instalasi air terus mengalami perubahan yang bervariasi, hal ini disebabkan karena faktor intensitas kegiatan pemeliharaan instalasi air oleh pihak PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 11
Peningkatan biaya pemeliharaan instalasi air dikarenakan terjadi lonjakan biaya pemeliharaan sumber air, biaya pemeliharaan pengolahan air, dan biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi air yang paling besar sehubungan dengan semakin banyaknya pipa distribusi yang sudah rusak. Beberapa kegiatan pemeliharaan instalasi air yang periodik diantaranya perawatan pipa, perawatan sumber air, banyaknya pergantian mesin hydrant, pergantian meter air, pergantian pipa, penambahan jalur, dan berbagai fasilitas lainnya yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Sedangkan biaya pemeliharaan instalasi air yang relatif rendah dikarenakan pada Tahun 2012 aktivitas pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya relatif rendah. Jalurjalur pipa serta mesin pompa, hydrant, gate valve, meter air dan peralatan pada waktu itu masih stabil dikarenakan masih baru dilakukan perbaikan atau pergantian.
Tingkat Laba Operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya diperoleh dari selisih antara laba kotor dari kegiatan perusahaan dikurangi dengan beban operasi perusahaan. Adapun tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun waktu 7 tahun yang penulis sajikan mulai dari tahun 2008 sampai 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut: Tabel 1.3 Tingkat Laba Operasi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2008 s.d 2014 Tingkat Laba Operasi (Rp) Tahun Laba Kotor
Beban Operasi
Laba Operasi
2008
15.490.284.139
12.420.328.225
3.069.955.913
2009
25.128.110.661
19.503.971.906
5.624.138.755
2010
24.827.607.618
19.384.776.044
5.442.831.574
2011
13.996.015.688
10.545.919.949
3.450.095.739
2012
13.932.552.443
13.002.541.371
930.011.072
2013
14.107.267.207
10.702.581.753
3.404.685.454
2014
24.782.534.186
19.377.197.758
5.405.336.428 27.327.054.935
Sumber: Data diolah penulis
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 12
Berdasarkan pada diatas dapat dilihat bahwa tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 cenderung fluktuatif. Tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya terbesar yaitu terjadi pada Tahun 2009 yaitu sebesar Rp 5.624.138.755,00 sedangkan tingkat laba operasi terkecil terjadi pada Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 930.011.072,00. Secara keseluruhan dalam kurun waktu 7 tahun tingkat laba operasi yang diperoleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan dan penurunan, yang lebih disebabkan karena perusahaan memiliki keterbatasan dalam menurunkan volume kebocoran/kehilangan air atau karena tidak stabil atau tidak konsistennya
penerapan
biaya
pemeliharaan
instalasi
air
terhadap
volume
kebocoran/kehilangan air, karena salah satu pengaruh tingkat laba operasi yaitu dari volume kebocoran/kehilangan air. Volume Kebocoran/Kehilangan Air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya masih belum mencapai 100% dalam mendistribusikan air kepada masyarakat karena masih mengalami hambatan dan gangguan berupa kebocoran/kehilangan air. Tentu saja untuk menangani masalah kebocoran/kehilangan air harus dilaksanakan pemeliharaan instalasi air agar volume kebocoran/kehilangan air dapat diminimalkan dan mengalami penurunan seiring dengan pemeliharaan yang dilakukan. Untuk itu maka PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya berupaya untuk meminimalkan volume kebocoran/kehilangan air guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memberikan layanan pendistribusian air yang lancar. Berikut ini data mengenai volume kebocoran/kehilangan air yang dialami PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalayaselama tahun 2008 sampai dengan tahun 2014.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 13
Tabel 1.4 Volume Kebocoran/Kehilangan Air PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2008 s.d 2014 Volume Kebocoran/Kehilangan Air (M3) Tahun Distribusi Air
Penjualan Air
Volume Kebocoran/Kehilangan Air
2008
11.048.357,82
6.609.363,22
4.438.994,60
2009
9.453.381,10
6.569.705,00
2.883.676,10
2010
9.436.932,75
6.388.531,94
3.048.400,81
2011
9.665.883,74
6.455.535,72
3.210.348,02
2012
11.256.933,06
6.617.439,00
4.639.494,06
2013
9.745.900,18
6.461.896,00
3.284.004,18
2014
9.581.653,92
6.400.223,12
3.181.430,80
Jumlah
24.686.348,57
Rata-rata
3.526.621,22
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa volume kebocoran/ kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 cenderung fluktuatif. Peningkatan volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya tertinggi yaitu terjadi pada Tahun 2012 yaitu sebesar 4.639.494,06 M3. Hal ini dikarenakan banyaknya pemasangan pipa yang tidak tepat, pipa rusak atau pecah, dan sambungan liar. Sedangakan volume kebocoran/kehilangan air terendah terjadi pada Tahun 2009 yaitu sebesar 2.883.676,10 M3 karena pipa jaringan distribusi dan transmisi air banyak yang baru diperbaharui dan diganti seutuhnya sehingga debit air yang didistribusikan berjalan dengan lancar. Dan rata-rata volume kebocoran/kehilangan air per tahun yaitu sebesar 3.526.621,22 M3 jumlah air yang bocor/hilang tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan. Dalam laporan laba rugi volume kebocoran/kehilangan air diperlakukan sebagai beban yaitu termasuk pada pos beban langsung transmisi dan distribusi air, dan pada catatan atas laporan keuangan volume kebocoran/ kehilangan air tersebut tidak disebutkan secara khusus tetapi berada pada pos beban operasional dalam beban langsung transmisi dan distribusi air.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 14
Guna mengejar target volume kebocoran/kehilangan air seminim mungkin, PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya berupaya untuk meningkatkan pelayanan agar distribusi air selalu berjalan dengan lancar. Sebagai langkah nyatanya, PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya akan melakukan berbagai upaya berbagai perbaikan kualitas di masa yang akan datang dengan melakukan perawatan instalasi air dan pemeliharaannya jauh lebih rutin lagi. Hal ini dikarenakan kondisi perpipaan yang sudah dimakan usia dan minimnya anggaran untuk itu, perawatan dan pemeliharaan instalasi air menjadi salah satu kendalanya. Pengaruh Biaya Pemeliharaan Instalasi Air terhadap Volume Kebocoran/ Kehilangan Air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS Statistics 22 (Lampiran 1) dianalisis untuk mengukur tingkat hubungan fungsional, keeratan hubungan dan pengaruhnya, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persamaan Regresi Linier Berdasarkan hasil analisis penulis dapat diperoleh persamaan regresi yaitu Z = 21,091 – 0,476 X. 2. Koefisien Korelasi Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 1 maka diperoleh koefisien korelasi sebesar –0,858 artinya bahwa antara biaya pemeliharaan instalasi air dengan volume kebocoran/kehilangan air mempunyai hubungan atau korelasi negatif atau berlawanan arah. 3. Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan (lampiran 1) besarnya koefisien determinasi sebesar 0,736 ini berarti bahwa biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh terhadap volume kebocoran/kehilangan air sebesar 73,6%. 4. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang penulis ajukan adalah: Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh secara signifikan terhadap volume kebocoran/kehilangan air. Dalam pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui tahapan yang penulis sajikan pada BAB III.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 15
Perhitungan SPSS Statistics 22 (Lampiran 1) maka diperoleh Pvalue = 0,014a pada tingkat kesalahan sebesar 5% atau (α = 0,05), yaitu Pvalue < α atau 0,014 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini mengandung arti bahwa setiap penambahan biaya pemeliharaan istalasi air akan menurunkan volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa biaya pemeliharaan instalasi air mempengaruhi volume kebocoran/kehilangan air. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zaki Baridwan, (2000:245) bahwa biaya pemeliharaan yang dikeluarkan dapat memelihara suatu aktiva agar berada dalam kondisi yang baik. Sehingga proses distribusi air akan berjalan lancar dan sesuai rencana. Biaya pemeliharaan instalasi air merupakan salah satu faktor dalam menurunkan volume kebocoran/kehilangan air yang diharapkan perusahaan.
Pengaruh Volume Kebocoran/Kehilangan Air terhadap Tingkat Laba Operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS Statistics 22 (Lampiran 2) kemudian dianalisis untuk mengukur tingkat hubungan fungsional, keeratan hubungan dan pengaruhnya, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persamaan Regresi Linier Berdasarkan hasil analisis penulis dapat diperoleh persamaan regresi yaitu Y = 40,918 – 1,864 Z. 2. Koefisien Korelasi Berdasarkan hasil analisis (Lampiran 2) maka diperoleh koefisien korelasi sebesar –0,851 artinya volume kebocoran/kehilangan air dengan tingkat laba operasi mempunyai hubungan atau korelasi negatif atau berlawanan arah.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 16
3. Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan (Lampiran 2) besarnya koefisien determinasi sebesar 0,724 ini berarti bahwa volume kebocoran/kehilangan air berpengaruh terhadap tingkat laba operasi sebesar 72,4%. 4. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang penulis ajukan adalah: Volume kebocoran/kehilangan air berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat laba operasi. Dalam pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui tahapan yang penulis sajikan pada BAB III. Perhitungan SPSS Statistics 22 (Lampiran 2) maka diperoleh Pvalue = 0,015a pada tingkat kesalahan sebesar 5% atau (α = 0,05), yaitu Pvalue < α atau 0,015 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini mengandung arti bahwa setiap penurunan volume kebocoran/kehilangan air
akan menaikkan tingkat laba
operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa volume kebocoran/ kehilangan air dapat mempengaruhi tingkat laba operasi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh
Sukmayeni
(Kepala
Litbang
Perpamsi)
bahwa
volume
kebocoran/kehilangan air berhubungan dengan kerugian yang dialami oleh perusahaan, maka volume kebocoran/kehilangan air sangat berpengaruh terhadap tingkat laba operasi
yang
dihasilkan
perusahaan,
dengan
meminimalisir
volume
kebocoran/kehilangan air maka pendapatan pun akan meningkat.
Pengaruh Biaya Pemeliharaan Instalasi Air terhadap Tingkat Laba Operasi dengan Volume Kebocoran/Kehilangan sebagai Variabel Intervening pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS Statistics 22 (Lampiran 3) dianalisis untuk mengukur tingkat hubungan fungsional, keeratan hubungan dan pengaruhnya. Hasil analisis penulis berdasarkan uji intervening (Lampiran 3) adalah sebagai berikut:
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 17
1. Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba operasi dengan ß= 1,0003 dan tingkat signifikansi 0,0233. 2. Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh signifikan terhadap volume kebocoran/kehilangan air dengan ß= -0,4763 dan tingkat signifikansi 0,0136. 3. Biaya pemeliharaan instalasi air tidak berpengaruh signifikan (tidak berpengaruh langsung) terhadap tingkat laba operasi setelah memasukkan volume kebocoran/kehilangan air dengan ß= 0,4247 dan tingkat signifikansi 0,5080. Volume kebocoran/kehilangan air memediasi secara mutlak hubungan antara biaya pemeliharaan instalasi air dan tingkat laba operasi. Karena sesuai dengan kriteria, yaitu pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi yang tadinya signifikan (sebelum memasukan volume kebocoran/kehilangan air) menjadi tidak signifikan setelah memasukan volume kebocoran/kehilangan air ke dalam model persamaan regresi variabel intervening tersebut. Sehingga sudah dipastikan volume kebocoran/kehilangan air merupakan variabel intervening. Biaya pemeliharaan instalasi air mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap tingkat laba operasi. Pengaruh tidak langsung tersebut dikarenakan diperantarai oleh adanya volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening. Realisasi dari penggunaan biaya pemeliharaan instalasi air yang besar akan searah dengan meningkatnya tingkat laba operasi, karena dengan adanya biaya pemeliharaan instalasi air maka fasilitas dan peralatan instalasi air akan terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga kapasitas produksi dapat dipertahankan, distribusi air berjalan lancar, pipa dan peralatan lainnya dapat terkontrol dan beroperasi dengan baik sehingga dapat menurunkan volume kebocoran/kehilangan air yang berhubungan dengan kerugian perusahaan, yang pada akhirnya akan menaikkan pendapatan dan berdampak positif terhadap tingkat laba operasi. Hal tersebut sesuai dengan teori mengenai biaya diungkapakan oleh Krismiaji (2002:8) yang menyatakan bahwa biaya merupakan kas atau ekuitas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode masa mendatang. Hal tersebut intinya menggambarkan bahwa biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan menjadi suatu pengorbanan yang dilakukan dengan harapan volume kebocoran/kehilangan air dapat ditekan
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 18
seminimal mungkin sehingga dapat memberikan dampak baik terhadap tingkat laba operasi dimasa yang akan datang.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh biaya pemeliharaan
instalasi
air
terhadap
tingkat
laba
operasi
dengan
volume
kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 yang terbesar terjadi pada tahun 2009, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2012. Tingkat laba operasi yang PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 yang terbesar terjadi pada tahun 2009, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2013. Volume kebocoran/kehilangan air PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 yang terbesar terjadi pada tahun 2012, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2009.
2.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan yang berlawanan arah antara biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, artinya semakin tinggi biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya maka volume kebocoran/kehilangan air yang dicapai cenderung akan semakin rendah.
3.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan yang berlawanan arah antara volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, artinya semakin rendah volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya maka tingkat laba operasi yang dicapai cenderung akan semakin tinggi.
4.
Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan instalasi air mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap tingkat laba operasi. Karena volume kebocoran/kehilangan air memediasi secara mutlak hubungan antara biaya Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 19
pemeliharaan instalasi air dan tingkat laba operasi. Dengan adanya biaya pemeliharaan instalasi air maka fasilitas dan peralatan instalasi air akan terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga volume kebocoran/kehilangan air dapat diminimalisir dan berdampak positif terhadap tingkat laba operasi.
Saran Berdasakan hasil kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka diperoleh saran yang diharapkan dapat bermanfaat yang berguna bagi pihak perusahaan maupun peneliti selanjutnya dimasa yang akan datang, yaitu: 1.
Bagi Perusahaan
Sebaiknya PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dapat terus menekan volume kebocoran/kehilangan air agar tidak berdampak negatif kepada perusahaan yang dapat menyebabkan tingkat laba operasi semakin menurun. Perusahaan harus melakukan peningkatan pemeliharaan instalasi air namun dengan efisiensi biaya, agar dapat mengurangi beban-beban perusahaan. Dengan mengurangi beban perusahaan serta elemen-elemen perusahaan dapat bekerja dengan optimal sehingga tingkat laba operasi terus meningkat dengan tetap
menekan
volume
kebocoran/kehilangan
air
karena
hasil
dari
pemeliharaan instalasi air yang optimal.
Selanjutnya PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya diharapkan melakukan beberapa pergantian untuk komponen instalasi air yang sudah tua dan sangat krusial, diantaranya pergantian pipa, meter air dan untuk menjaga pelayanan terbaik kepada masyarakat, hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas volume produksi dan menekan volume kebocoran/kehilangan air.
2.
Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki objek biaya pemeliharaan bisa menggunakan ruang lingkup lain selain instalasi air seperti mengkhususkan terhadap pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi air, bisa juga dengan menambah atau mengganti salah satu variabelnya, misalnya membahas tentang pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi air terhadap pendapatan penjualan dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening. Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 20
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ahyari. 2002. Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Jakarta: Kertasindo Agus Maulana. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Keenam. Jakarta: Binarupa Aksara. Asisten Deputi Urusan BUMD. 2000. Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Blocher, Chen, Lin, diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani. 2002. Manajemen Biaya, Buku I. Jakarta: Salemba Empat. Departemen Kesehatan. 2000. Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Depkes. Dian Vitta. 2004. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Euis Rosidah. 2013. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Bandung: Mujahid Press. Hani T. Handoko, 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. http://teorionline.wordpress.com/2010/03/11/aplikasi-analisis-jalur-dengan-spss-versi15-0/.(e-book) I Putu Jaya, 2010. Perencanaan Instalasi Air Bersih. Kediri: Politeknik Kediri. .(ebook) Irawan. 2008. Sistem Penyediaan Air Bersih. Universitas Tarumanegara: Bahan Ajar. (e-book) Melda S. 2005. Analisis Anggaran Biaya sebagai Alat Ukur Kinerja PDAM. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.(e-book) Mohammad Nazir, 2000, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Jakarta: Paper Press. Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya, Bandung: Refika Aditama. Nana S. 2010. Sistem Plumbing Dalam Gedung. Universitas Widyatama: Bahan Ajar. (e-book) Nidjo Sandjojo. 2014. Metode Analisis Jalur dan Aplikasinya. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 21
Permendagri No. 23 Tahun 2006. Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Jakarta. Priyono Salim. 2007. Kebocoran Air PDAM, Edisi Pertama. Jakarta: Java Pena. Sadeli, Lilik. 2004. Akuntansi Manajemen: Sistem, Proses dan Pemecahan Soal. Jakarta: Bumi Aksara. S.R, Soemarso. 2003. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Seyhan. 2013. Distribusi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Tesis. (e-book) SNI-03-6481-2000. 2000. Instalasi Pipa Air. (e-book) Suarni Abuzar. 2011. Pendahuluan dan Pengenalan Plumbing. Universitas Andalas: Power Point Jurusan Teknik Lingkungan. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alvabeta Supriyono. 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Jakarta: Risangka. Suryadi. 2008. Jaringan Pemipaan. Universitas Tarumanegara: Bahan Ajar. Suyatna. 2010. Biaya Pemeliharaan Distribusi dan Transmisi Air Bersih. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar. 2003. Kamus Akuntansi, Cetakan kedua. Jakarta: Gagas Promosindo. Zaki Baridwan. 2000. Intermediate Accounting, Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE.
Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 22