KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh : FARIDA NOVIANINGSIH H 0405029
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Yang dipersiapkan dan disusun oleh FARIDA NOVIANINGSIH H 0405029
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : 30 Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Anggota I
Anggota II
Prof.Dr.Ir. Totok Mardikanto, MS NIP.19470713 198103 1 001
Arip Wijianto, SP, MSi NIP.19771226 200501 1 002
Dr. Ir. Suwarto, MSi NIP.19561119 198301 1 002
Surakarta,
Agustus 2010
Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya yang telah melindungi serta membimbing penulis sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan Di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”. Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak. Untuk ini pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS., selaku Pembimbing Utama Skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi dan studi 4. Bapak Arip Wijianto, SP, MSi., selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini 5. Bapak Dr. Ir. Suwarto, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis 6. Kepala Kantor BAPPEDA Kota Surakarta beserta staf yang telah memberikan izin dan bantuannya selama ini 7. Kepala Kantor Dinas Pertanian Kota Surakarta beserta segenap penyuluh atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan. 8. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 9. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan 10. Segenap Kelompok Tani yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta atas informasi yang telah diberikan
iii
11. Keluarga penulis (Bapak, Ibu, Kakak dan Adik-adikku) dan keluarga Kakak Wagino atas segala doa, dukungan baik moril, materiil, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi 12. Teman-teman PKP atas bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis untuk tetap berjuang, dan 13. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang. Ridho Allah SWT yang penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta,
Agustus 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
ii
KATA PENGANTAR...............................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
ix
RINGKASAN ............................................................................................
x
SUMMARY ...............................................................................................
xi
I.
II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Rumusan Masalah........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
4
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................
4
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka..........................................................................
5
B. Kerangka Berpikir .......................................................................
47
C. Dimensi Penelitian.......................................................................
48
III. METODE PENELITIAN A. Metode Desain Penelitian............................................................
51
B. Lokasi Penelitian .........................................................................
51
C. Teknik Cuplikan (Sampling).......................................................
52
D. Jenis dan Sumber Data ................................................................
54
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ..................................
55
F. Validitas Data..............................................................................
57
G. Teknik Analisis Data...................................................................
59
v
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V.
A. Keadaan Alam .............................................................................
62
B. Keadaan Penduduk......................................................................
63
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan .............................................
66
D. Keadaan Sarana Perekonomian...................................................
68
E. Keadaan Kelembagaan Penyuluhan ............................................
68
SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Sajian Data ...................................................................................
70
1. Sistem Penyuluhan Pertanian................................................
70
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian ....................
77
3. Kinerja Penyuluh...................................................................
85
4. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian..................
86
5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian ............................................
87
6. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian......................................
89
7. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian .............................
92
8. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian............................
93
B. Temuan Pokok dan Pembahasan..................................................
95
1. Sistem Penyuluhan Pertanian................................................
95
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian ....................
98
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penyuluhan Pertanian..
103
4. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian......................................
104
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan ................................................................................
105
B.
Saran...........................................................................................
106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
107
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12.
Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19.
Jumlah Anggota Kelompok Tani di Kota Surakarta ..................... 51 Rincian Sampel Penelitian ............................................................. 52 Sumber Data Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ..................... 54 Luas dan Tata Guna Lahan di Kecamatan Laweyan...................... 62 Kelompok Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 ........... 63 Kelompok Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 ................................................. 65 Kelompok Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 ................................................. 66 Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kecamatan Laweyan pada bulan Maret tahun 2010......................................................... 67 Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan Laweyan............ 68 Daftar Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta................................................................................ 69 Jumlah Anggota dalam Kelembagaan Petani di Kecamatan Laweyan ......................................................................................... 81 Bentuk Peran Serta dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ....................................................................................... 83 Jalinan Kerjasama dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan ...................... 84 Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan ......................................................................................... 87 Jenis Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan...... 88 Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan .................................................................. 90 Perubahan Sikap yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan.................................................................... 91 Perubahan Ketrampilan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan.................................................................... 92 Sarana dan Prasarana Kelopmpok Tani di Kecamatan Laweyan…. 93
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ........................................................................................ Gambar 2. Bagan Trianggulasi Data................................................................ Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode ........................................................... Gambar 4. Model Analisis Interaktif ............................................................... Gambar 5. Struktur Kelembagaan di Dinas Pertanian Kota Surakarta ............
viii
48 58 58 60 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ......... Lampiran 2. Identitas Subjek dan Informan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ............................................................. Lampiran 3. Hasil Wawancara Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.......... Lampiran 4. Rincian Triangulasi Data............................................................. Lampiran 5. Rincian Triangulasi Metode........................................................ Lampiran 6. Dokumentasi ............................................................................... Lampiran 7. Peta Kecamatan Laweyan Kota Surakarta .................................. Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian..................................................................... Lampiran 9. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PUMK Tanaman Hias Kota Surakarta Tahun 2008 ........................................................
ix
111
132 133 170 185 203 206 207 208
RINGKASAN
FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. ”KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto,MS. dan Arip Wijianto, SP, MSi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. (2) Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (3) Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif digunakan sebagai metode dari penelitian ini. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan content analysis. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi data, triangulasi metode dan review informan, sedangkan analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu: (1) reduksi data (2) sajian data (3) penarikan simpulan dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komponen yang berperan dalam menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan pertanian yaitu kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan, ketenagaan penyuluhan, pembiayaan penyuluhan, pengawasan dan pengendalian penyuluhan. Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian mencakup lima aspek yaitu programa penyuluhan, mekanisme kerja, metode penyuluhan, materi penyuluhan, peran serta dan kerjasama. Programa penyuluhan berisi gambaran keadaan wilayah, kebijakan pemerintah, dan rencana penyuluhan selama satu tahun yang akan datang. Mekanisme kerja yang berjalan yaitu mekanisme dari bawah dan atas sedangkan metode penyuluhan yang dominan digunakan yaitu metode perorangan dan kelompok. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan anggrek dan pengembangan tanaman obat. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian yaitu THL; PDP; Lurah; ketua, pengurus dan anggota kelompok tani; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Pertanian Propinsi; Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan masyarakat. Kerjasama yang terjalin berkaitan dengan subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, silaturahmi, penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal usaha. Kegiatan penyuluhan setiap kelompok tani dilaksanakan sebulan sekali. Tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, Tetapi ada kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian. Terdapat faktor pendukung dan penghambat serta tindak lanjut penyuluhan selanjutnya. Dampak kegiatan penyuluhan pertanian yaitu adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.
x
SUMMARY
FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. “AN AGRICULTURE EXTENSION ACTIVITY ON YARD DECORATION PLANTATION IN DISTRICT LAWEYAN OF SURAKARTA CITY.” Under tuitions of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS. and Arip Wijianto, SP, MSi. This research aims to: (1) Study the process of agriculture extension implementation activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, (2) to study the factors supporting and inhibiting the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, and (3) to study the follow-up of the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City. The research employed a qualitative and descriptive approach. The sampling technique used was snowball sampling. Techniques of collecting data used were in-depth interview, observation and content analysis. The data validity test employed was data and method triangulations, and informant review, meanwhile the data analysis was done using three main components: (1) data reduction, (2) display, (3) conclusion drawing and verification. Considering the result of research it can be concluded that the components supporting the agriculture extension activity smoothness include: the agriculture extension policy, extention institution, extention staffing, extension funding, supervision and control. The process of agriculture extension activity encompasses five aspects: extention program, work mechanism, extention method, extention material, participation and cooperation. The extention program contains a description of location condition, governmental policy, and extention plan for the next one year. The work mechanism proceeding is the bottom-up one while the dominant extention methods used were private and group method. The materials delivered include orchid cultivation, food processing, compost and liquid fertilizer development, fishery, animal husbandry, orchid cross-breeding and medicinal plantation development. The parties participating in the agriculture extention activity are THL, PDP, Lurah, chief, administrator, and farmer group member; living environmental service; provincial agricultural service, forestry staff of agricultural service and society. The cooperation established relates to the orchid plant subsidy, pest management, comparative study facility, visit, extention, training, produce marketing, decoration plantation exhibition, agriculture yield or processed-food selling and business capital grant. The extention activity of each farmer group is done once a month. There is no private and self-help, but there is institution supporting the agriculture extention. There is supporting and inhibiting factor as well as the follow-up of extention. The effect of agriculture extention activity includes the change in the farmer’s knowledge, attitude and skill.
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan proses yang berkesinambungan dan memerlukan perhatian semua pihak. Artinya, suatu proses pembangunan pertanian tidak akan berhasil apabila dalam pelaksanaannya hanya bersifat parsial. Keberhasilan suatu proses pembangunan pertanian tidak hanya dipandang dari out put yang dihasilkan tetapi juga perlu aspek lain yang diperhatikan yaitu bagaimana pembangunan pertanian ini dapat terus berlanjut. Pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya pertanian secara optimal, dengan cara mengikutsertakan masyarakat kota menuju ke pertanian agribisnis yang maju, mandiri dan sejahtera serta tercapainya perbaikan taraf hidup petani dan masyarakat pada umumnya. Salah satu caranya adalah dengan adanya penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009) adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan sasaran, agar terbangun proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) seseorang yang dapat diamati oleh orang atau pihak lain baik secara langsung (berupa: ucapan, tindakan dan bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau hasil kerja). Pembangunan pertanian ditunjukkan ke semua sektor pertanian, salah satunya adalah di sektor tanaman pangan dan hortikultura. Hortikultura dibagi menjadi tiga golongan tanaman yakni buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Hortikultura banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi oleh manusia dapat bermanfaat bagi tubuh. Pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2 atau pencemar udara lainnya. Limbah tanamannya serta limbah buah atau sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh
xii
baik bagi kesehatan jiwa manusia. Usaha budidaya tanaman hortikultura, pada dasarnya tidak memerlukan lahan yang cukup luas. Salah satunya di lahan pekarangan rumah masing-masing. Pekarangan merupakan perpaduan pertanian yang melibatkan peran manusia dengan ekosistemnya. Secara ekologis, pekarangan dengan struktur tanaman yang tingginya berjenjang dan beraneka jenisnya, mulai dari jenis tanaman keras sampai tanaman perdu dan sejenis rerumputan, bukan saja akan mampu mengoptimalkan penggunaan energi matahari, melainkan juga dapat melindungi tanah dari erosi air hujan. Sehingga, berbagai jenis tanaman dapat tumbuh berdampingan serta kesuburan tanah dan tata air tetap terjaga. Selain itu, di pekarangan juga terjadi sistem daur ulang yang sangat baik. Dedaunan yang jatuh, sampah-sampah organik sisa rumah tangga dan kotoran hewan ternak merupakan sumber daya yang baik bagi pertumbuhan tanaman pekarangan. Sebaliknya, dedaunan dan rerumputan segar merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kota Surakarta merupakan salah satu daerah perkotaan yang padat penduduk dengan lahan pertanian yang sempit karena sebagian besar lahannya digunakan untuk pemukiman dan pabrik. Sehingga kegiatan penyuluhan pertanian difokuskan pada intensifikasi penggunaan lahan yang ada melalui pendampingan dan pembinaan masyarakat pada umumnya dan kelompok tani pada khususnya. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan dilakukan tidak hanya di bidang pertanian tanaman pangan saja tetapi juga meliputi bidang tanaman hias yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Kota Surakarta. Salah satunya adalah pengembangan tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Peneliti memilih Kecamatan Laweyan sebagai lokasi penelitian karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Laweyan telah membudidayakan tanaman hias di pekarangan rumah masing-masing. Tanaman hias yang sudah dibudidayakan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah anggrek, melati, adenium, anthurium, rosella dan agloenema.
xiii
B. Perumusan Masalah Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan sekarang ini masih terbatas pada penanganan lahan sawah, sedangkan untuk pekarangan belum banyak mendapatkan perhatian. Mengenai pekarangan, hampir semua tempat di Indonesia ini dapat kita jumpai adanya pekarangan. Pekarangan merupakan agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi yang tidak kecil dalam mencukupi kebutuhan hidup pemiliknya. Bahkan kalau dikembangkan secara baik akan dapat bermanfaat lebih jauh lagi, seperti kesejahteraan masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan pasar bahkan mungkin memenuhi kebutuhan nasional. Selain digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura (buah-buahan dan sayuran), pekarangan juga dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hias. Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi. Sejak disadari oleh masyarakat tentang arti pentingnya tanaman hias bagi kehidupan mereka, maka orang-orang mulai mengusahakan dan mencari jenis-jenis tanaman hias yang menarik dan dapat tumbuh di dalam maupun luar ruangan. Pemeliharaan tanaman hias pun cukup mudah dan di setiap rumah sudah banyak terdapat tanaman hias yang mampu tumbuh dengan subur. Tanaman hias dapat berfungsi untuk memperindah lingkungan dan mengurangi polusi udara sehingga lingkungan menjadi sejuk dan segar. Hal tersebut dapat menimbulkan keinginan masyarakat kota untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dengan cara mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Berdasarkan uraian singkat di atas dapat dijabarkan beberapa rumusan masalah terkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pakarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, yakni sabagai berikut: 1. Bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?
xiv
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta? 3. Bagaimana tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengkaji proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 2. Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 3. Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan mengenai kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi masyarakat kota atau petani, dapat dijadikan informasi untuk melaksanakan kegiatan budidaya tanaman hias di lahan pekarangan rumah masing-masing. 3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam penyusunan penelitian sejenis. 4. Bagi pengambil kebijakan (pemerintah dan instansi terkait), dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan penyuluhan pertanian yang akan datang guna memperoleh manfaat yang lebih baik.
xv
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian a. Pembangunan pertanian Mosher (1991) memaparkan bahwa pembangunan pertanian cenderung dipikirkan dan dibicarakan hanya karena pembangunan itu menyediakan lebih banyak hasil untuk manusia. Dalam kenyataannya ada terdapat suatu hasil tambahan bahkan barangkali merupakan hasil yang lebih penting, yaitu: pembangunan pertanian mengubah manusiamanusia yang bekerja didalamnya. Supaya pembangunan pertanian itu terlaksana, pengetahuan dan keterampilan para petani haruslah terus meningkat dan berubah. Karena para petani terus-menerus menerima metoda
baru,
cara
berpikir
mereka
pun
berubah.
Mereka
mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri. Menurut Soetriono et all (2006), dalam pembangunan pertanian masalah penting tentang usahatani adalah mengubah usahatani dalam arti luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode berusaha tani secara baik, benar dan efisien. Bentuk usahatani yang sesuai bagi pertanian primitif bukanlah bentuk produktif jika metode modern dipergunakan. Tindakan yang dianggap lebih efisien antar lain: 1) Pemetaan dan registrasi hak pemilikan tanah 2) Pemagaran tanah untuk mencegah pengembalian sewenangwenang 3) Konsolidasi yang terpencar-pencar 4) Redistribusi tanah untuk mendapatkan satuan manajemen yang efisien 5) Mengubah syarat-syarat penyakapan.
xvi
Arifin (2010) mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian di Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa, perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiaptiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuhan dan hewan (Hadisapoetro, 1973). Menurut Mardikanto (2007), di dalam proses pembangunan pertanian, perbaikan kualitas hidup yang dicita-citakan itu diupayakan melalui kegiatan peningkatan produktivitas usahatani, yakni melalui semakin besarnya turut campur tangan manusia (petani) selama proses produksi berlangsung. Dengan kata lain, pembangunan pertanian menuntut adanya perubahan perilaku petani yang mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani dan peningkatan pendapatan
demi
perbaikan
kualitas
hidupnya
sendiri
dan
masyarakatnya. b. Pembangunan pertanian berkelanjutan Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, pertanian atau agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu, pembahasan
mengenai
sektor
dan
sistem
pertanian
harus
menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga
xvii
sebagai homo socius dan homo religius. Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya lokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian (Mubyarto et all, 2009). Pertanian
berkelanjutan
(sustainable
agriculture)
adalah
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Sudirja, 2010). Pembangunan pertanian berkelanjutan membutuhkan perhatian serius terutama terhadap kemampuan ekosistem dan kegiatan yang ekploratif terhadap sumberdaya alam tersebut. Walaupun pertanian masa depan adalah pertanian yang bersifat sinergis dengan industrialisasi dan antisipatif terhadap dinamika perdagangan bebas, tetapi pada misi pembangunan pertanian berbudaya industry tetap mengemban misi kelestarian lingkungan. Pengelolaan pertanian berkelanjutan memliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: 1) Mantap secara ekologis Sesuai dengan arti penting pengelolaan pertanian berkelanjutan bahwa pengelolaan pertanian erat kaitannya dengan bidang ekologi, terutama pendekatan ekosistem. Pengelolaan pertanian harus dapat mempertahankan kualitas sumberdaya alam yang ada. Dengan demikian, ekosistem secara keseluruhan tetap dapat dipertahankan.
xviii
2) Berlanjut secara ekonomis Pertanian yang dikelola oleh petani harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri baik pangan, sandang maupun papan tanpa harus merusak ekosistem yang ada, sekaligus meminimalkan resiko untuk tidak tercukupi kebutuhan petani. Artinya, dengan usaha pertanian, petani akan merasa bahwa kebutuhannya terjamin dan terpenuhi serta resiko kekurangan terhadap kebutuhannya relatif sangat kecil. 3) Adil Sumberdaya dan kekuasaan sering kali hanya dikuasai oleh beberapa orang yang notabene kekayaannya telah melimpah, sedangkan anggota masyarakat terutama petani secara keseluruhan tidak mendapatkan sumberdaya dan kekuasaan yang pantas. Untuk itu, pendistribusian sumberdaya dan kekuasaan secara merata dan adil harus benar-benar diterapkan sehingga hak-hak mereka terpenuhi. 4) Manusiawi Syarat ini menekankan pada persamaan hak, derajat dan martabat manusia (hak asasi manusia), artinya apa pun bentuk kehidupan di masyarakat asalkan sesuai dengan aturan, tata nilai dan norma yang ada harus dihargai secara benar dan tepat. 5) Luwes Masyarakat pedesaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi usahatani yang terus berkembang, seperti penggunaan teknologi dalam pengelolaan lahan pertanian, perubahan inovasi teknologi dan bentuk penggunaan teknologi di bidang pertanian lainnya. (Mangunwidjaja et all, 2005).
xix
c. Pertanian Kota Peran tanaman dalam keindahan kota dapat dilihat dalam pertamanan, jalur hijau terutama di kota-kota besar. Mengingat aktivitas di kota sangat padat dan sarana serta prasarana yang lebih padat, maka secara langsung dapat berpengaruh terhadap kondisi iklim setempat. Biasanya kota mempunyai suhu udara lebih panas daripada luar kota. Untuk menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman, penanaman jenis tanaman yang sesuai merupakan upaya yang baik dan sekaligus merupakan upaya pelestarian hayati (Ashari, 1995). Pertanian kota (urban
agriculture) didefinisikan sebagai
usahatani, pengolahan, dan ditribusi dari berbagai komoditas pangan, termasuk sayuran dan peternakan di dalam atau pinggir kota di daerah perkotaan. Kerawanan pangan di perkotaan umumnya disebabkan karena permasalahan ketersediaan pangan, ketidakmampuan rumah tangga miskin di perkotaan untuk mengakses pangan yang aman, berkualitas dalam jumlah yang cukup. Bakker, et al. (2000) menunjukkan bahwa pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk mengatasi ketahanan pangan rumah tangga (Hanani, 2009). Secara sempit dan secara luas penggunaan definisi Pertanian Kota menurut Mougeot (2000) dalam
Redwood (2009): pertanian
kota adalah suatu lokasi industri yang ada di dalam kota atu di pinggiran kota, sebuh kota kecil atau kota taraf kota dunia, yang mana pertumbuhan
dan
pemeliharaan,
pengolahan
dan
penyebaran
perbedaan hasil-hasil makanan dan hasil-hasil bukan makanan, menggunakan sebagian besar manusia dan sumber-sumber daya yang ada, hasil-hasil dan berdasarkan pada pelayanan dan sekitar area kota, dan dalam mengubah persediaan manusia dan sumber daya, hasil dan sebagian besar pelayanan untuk area kota. Di Indonesia, tentu saja bahkan belum masuk sebagai suatu kategori guna lahan perkotaan yang resmi. Pertanian Kota (PK) di negeri sedang berkembang karena post-poverty syndrom cenderung
xx
menganggap PK sebagai masalah sebagai sisa-sisa ketertinggalan, sebagai akibat dari tidak terselesaikannya kawasan pedesaan. Namun, nyatanya PK tetap ada, bahkan di Kota-Kota negara maju sekalipun. Makin cepat suatu Kota mengakuinya dan memasukkannya di dalam perencanaan
tata
ruangnya,
makin
cepat
mereka
merasakan
manfaatnya. Kini PK dihubungkan dengan cara-cara Kota mengurangi ecological footprint-nya, membantu keluarga miskin menambah penghasilan dan makanan segar, serta meningkatkan keamanan makanan di banyak Kota. PK juga menghasilkan tanaman hias serta mengindahkan lahan-lahan terbengkalai Kota (Kusumawijaya, 2009). Intensifikasi pertanian di sekitar kota memerlukan berbagai input seperti pupuk, makhluk hidup, tenaga kerja dan air. Banyak input yang mahal dalam istilah lain harta langsung dan mungkin pengaruh lingkungan
dari
pupuk-pupuk
dan
pestisida-pestisida.
Supaya
lingkungan dapat seimbang maka perlu dicari pilihan-pilihan (mendaur ulang botol, menggabungkan manajemen hama), meskipun air dapat menjadi faktor kunci. Kecepatan dan perencanaan pertumbuhan alam di kota akan menghasilkan air dan dekat berhubungan dengan masalah kebersihan, banyak kota-kota mempunyai perlengkapan air yang tidak teratur. Dalam area peri urban, seringkali menganjurkan pada pengairan yang efisien dan meneruskan cara dengan penggunaan tanah. Seperti contohnya, dalam memproduksi sayuran, persaingan dari air dapat menjadi faktor kunci pengaruh kelangsungan hidup dari pertanian dekat kota (Livingston, 1987 dalam Smith, 1999 ). 2. Penyuluhan Pertanian a. Penyuluhan pertanian Menurut Setiana (2005) penyuluhan adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang berada di pedesaan agar meningkat pengetahuan, keterampilan dan sikap
mentalnya
menjadi
xxi
lebih
produktif
sehingga
mampu
meningkatkan pendapatan keluarganya, dan pada gilirannya akan meningkat pula kesejahteraan hidupnya. Karena penyuluhan pertanian dalam jangka panjang adalah terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat, maka hal ini hanya dapat dicapai apabila para petani dalam masyarakat telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik. b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan mampu menjauhi para pengijon, lintah darat dan melakukan teknik pemasaran yang benar. c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak berfoya-foya dan setelah berlangsungnya masa panenan bisa menabung, bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan dan mampu mencari alternatif lain dalam usaha. Penyebaran informasi tentang teknologi baru merupakan hal yang penting sehingga petani dapat menggunakan perkembangan pertanian terkini. Tetapi dalam pelaksanaannya, ada jurang pemisah antara temuan penelitian dan
kebutuhan
petani.
Agar teknologi
tersebut dapat sukses menyebar di kalangan petani maka sebaiknya teknologi tersebut memberikan tujuan yang berguna bagi pengguna akhirnya. Institusi yang menjembatani jurang pemisah antara petani dan para peneliti dalam bidang pertanian adalah layanan penyuluhan pertanian (National Portal Content Management Team, 2010). Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap penyuluhan adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam arti mengubah perilaku masyarakat sasaran agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya perbaikan mutu hidup. Dalam hal ini, sasaran penyuluhan sangatlah beragam baik mengenai karakteristik individu, lingkungan fisik dan sosialnya serta kebutuhan-kebutuhannya, motivasi dan tujuan yang diinginkannya. Oleh karena itu, di dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, setiap penyuluh harus memahami dan
xxii
mampu memilih metode dan teknik penyuluhan yang paling baik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya (Soesmono, 1975 dalam Mardikanto, 1993). Ballantyne dalam Hawkins dkk (1982) mengemukakan bahwa komunitas pertanian merupakan grup klien atau pendengar yang terpenting dalam penyuluhan pertanian. Bagaimanapun, ada pihak lain yang walaupun tidak memiliki dan bekerja di lahan pertanian, mempunyai ketertarikan yang besar dalam peningkatan produksi pertanian. Organisasi komersial pengolahan barang atau penjual jasa kepada para petani tergantung pada keberuntungan dalam industri lokal pada mata pencaharian mereka. Lagipula, staf mereka sering dimintai pertimbangan oleh petani tentang penggunaan pestisida, pupuk, alat-alat pertanian, dan lain sebagainya. Studi telah menunjukkan bahwa staf perusahaan tersebut, walaupun semata-mata hanya memperhatikan penjualan produk barang dan jasa mereka, tetapi mereka sering memberikan saran teknis dan terkadang memberikannya dalam bentuk pelatihan nonformal. Selaras dengan peran kunci yang dimainkan oleh kegiatan penyuluhan tersebut, telah dapat dilihat bahwa di semua sektor kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian, kehadiran penyuluhan pertanian selalu dirasakan manfaatnya. Bukan saja oleh orang pertanian sendiri (penyuluh, administrator bahkan peneliti), tetapi juga oleh semua pihak yang terkait seperti: produsen sarana produksi pertanian, produsen alat/mesin pertanian, pedagang, maupun penyedia kredit usahatani dan para pengusaha atau pimpinan wilayah dari tingkat pusat sampai yang terendah di tingkat desa/kelurahan. Akan tetapi, arti penting penyuluhan pertanian itu sering belum mendapat perhatian yang wajar sebagai kebutuhan yang dirasakan (felt need) oleh mereka yang terkait di dalamnya (Mardikanto, 1994).
xxiii
Penyuluhan adalah proses pemberdayan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas demi kemandiriannya. Katena itu, penyuluhan pertanian tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dan
pendapatan
usahatani,
tetapi
juga
untuk
meningkatkan kapasitasnya agar mampu dan berani menyampaikan kebutuhan dan hak-hak politiknya serta mampu dan berani memilih alternatif pemecahan masalah yang dihadapi yang paling efisien dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial, budaya dan kearifan lokal. Peningkatan kapasits ini penting, agar masyarakat (petani) memiliki “posisi tawar” dalam pengambilan keputusan politik tentang kebijakan pembangunan
pertanian
yang
berpihak
kepada
masyarakat
(Mardikanto, 2007). Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas,
efisiensi
usaha,
pendapatan,
dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Departemen Pertanian, 2006). Penyuluhan pertanian bukanlah suatu hal yang bisa ditangai secara mandiri oleh satu pihak namun memerlukan keterkaitan dan kerjasama antar lembaga, bukan hanya peneliti dan penyuluh namun juga antara petugas penyuluh dengan pelaku bisnis pertanian lainnya seperti pelaku pemasaran, transportasi, penyimpanan, lembaga keuangan dan asuransi serta institusi lain yang terkait dengan pembangunan pertanian dan pedesaan. Harmonisasi pembagian peran layanan penyuluhan dan pendanaan antara sektor publik dan private akan menjadi tema strategis dalam layanan dan pendanaan penyuluhan pertanian di masa mendatang. Privatisasi penyuluhan pertanian yang dimaknai sebagai pembagian peran yang serasi juga merupakan wahana demokratisasi karena membuka peluang partisipasi aktif dari
xxiv
stakeholders terkait untuk berkontribusi dalam proses penyuluhan pertanian. Monopoli sepihak dalam penyuluhan pertanian bisa dihindari, namun justru memunculkan iklim kompetisi sehat yang memungkinkan client untuk bisa memilih alternatif yang terbaik yang mampu menyediakan kebutuhan akan layanan penyuluhan pertanian. Meskipun penyuluhan private akan semakin menguat karena efektifitas dan efeisiensinya, namun bagaimanapun juga penyuluhan publik tetap penting sebagai penyedia public goods. Nampaknya perlu segmentasi layanan, untuk komoditas yang melibatkan orang banyak dengan profitabilitas dan harga produk rendah tetap menjadi tanggungjawab sektor public yang memungkinkan client mendapat layanan tanpa dipungut biaya. Penyuluh public juga dapat berfungsi sebagai mediator dan koordinator penyuluhan (Subejo, 2010). Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah di mana orang dewasa dan pemuda belajar dengan mengerjakan. Penyuluhan adalah hubungan kemitraan antara pemeritah, tuan tanah, dan masyarakat, yang menyediakan pelayanan dan pendidikan terencana untuk menemukan
kebutuhan
masyarakat.
Tujuan
utamanya
adalah
kemajuan masyarakat (Kelsey and Cannon, 1955). Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. Dalam hal ini perlu diingat bahwa orang yang memberi bimbingan bukanlah decision maker melainkan sebagai katalisator. Pembimbing yang baik seringkali tidak menentukan jalan yang akan ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam menemukan dan menentukan sendiri jalan yang akan ditempuh (Partowisastro, 1985). Tiap masyarakat menyediakan pendidikan umum untuk setiap masyarakat muda. Latihan ini memberikan kebutuhan ketrampilan
xxv
setiap anak untuk hidup dalam bermasyarakat. Latihan ini mencoba untuk mengembangkan kemampuan setiap anak sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilahirkan oleh masyarakat. Latihan ini mungkin atau tidak mungkin berisi tentang unsur-unsur yang mendorong
pembangunan.
Pendidikan
pembangunan
adalah
pendidikan yang ingin mengembangkan sederetan masyarakat. Pendidikan ini harus berhati-hati dalam memilih bagian bahan-bahan yang akan digunakan untuk mengajar. Dan pendidikan ini secara adil dapat
memilih
tentang
pengetahuan
baru,
kemampuan
dan
ketrampilan-ketrampilan menolong setiap murid untuk belajar (Mosher, 1966). Salah pengertian yang sering terjadi mengenai peranan penyuluhan
ialah
bahwa
tugas
penyuluhan
adalah
untuk
menyampaikan hasil-hasil penelitian pertanian kepada petani-petani. Penyuluh pertanian yang baik memang berbuat demikian, tetapi akan lebih tepat bila dikatakan bahwa tugasnya adalah menyadarkan petanipetani akan adanya alternatif-alternatif, adanya metode-metode lin untuk menyelenggarakan pekerjaan usahatani mereka. Beberapa dari alternatif itu ada yang telah dipraktekkan olah masyarakat setempat. Dewasa ini tidak semua petani mengikuti cara-cara kerja yang sama. Beberapa
di
antara
mereka
lebih
berhasil
dari
yang
lain
(Mosher, 1978). Penyuluhan pertanian merupakan kata majemuk, gabungan dari kata penyuluhan dan pertanian. Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor atau pelita pemberi terang dalam kegelapan. Karenanya, penyuluhan dapat diartikan sebagai usaha memberi terang atau petunjuk bagi orang yang berjalan dalam kegelapan. Sedangkan pertanian berarti pengetrapan karya manusia pada alam sehingga dapat memperoleh dan menaikkan produksi yang lebih bermanfaat bagi kehidupannya sendiri beserta keluarganya, dan bagi masyarakat lingkungannya. Sehingga, penyuluhan pertanian dapat diartikan
xxvi
sebagai usaha untuk memberikan keterangan, penjelasan, petunjuk, bimbingan, tuntunan, jalan dan arah yang harus ditempuh oleh setiap orang yang berusaha tani sehingga dapat menaikkan guna, mutu dan nilai produksi yang lebih bermanfaat bagi kehidupannnya sendiri dan keluarganya
serta
masyarakat
lingkungannya,
dengan
tetap
mempertahankan dan membina kelestarian serta potensi sumberdaya alam yang diolahnya (Mardikanto et all, 1982). Penyuluhan adalah sistem pendidikan nonformal tanpa paksaan menjadikan seseorang sadar dan yakin bahwa sesuatu yang dianjurkan akan membawa ke arah perbaikan dari hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan sebelumnya. Sifat penyuluhan tidak terbatas sampai dengan penjelasan, tapi diteruskan dengan usaha bimbingan agar timbul suatu hasrat untuk mencoba dan melaksanakan hal-hal yang telah disampaikan oleh seorang penyuluh. Hasrat ini timbul akibat adanya perubahan pengetahuan, sikap, kecakapan dan bentuk tindakan dari pihak penerima. Juga penyuluhan ditujukan kepada usaha untuk menimbulkan keyakinan bahwa hal-hal yang disuluhkan lebih baik dari hal yang telah dikerjakan sebelumnya (Samsudin, 1982). b. Sistem Penyuluhan pertanian Menurut UU No 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa sistem penyuluhan pertanian adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan. Tujuan pengaturan sistem penyuluhan meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial, yaitu: 1) Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan serta kehutanan yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan 2) Memberdayakan
pelaku
utama
dan
pelaku
usaha
dalam
peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,
penumbuhan
xxvii
motivasi,
pengembangan
potensi,
pemberian peluang, peningkatan kesadaran dan pendampingan serta fasilitasi 3) Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka,
berswadaya,
bermitra
berwawasan luas ke bertanggung
jawab
sejajar,
kesetaraan
depan, berwawasan yang
dapat
gender,
lingkungan dan
menjamin
terlaksananya
pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan 4) Memberikan perlindungan, keadilan dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan 5) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan Sedangkan fungsi sistem penyuluhan meliputi: 1) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha 2) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya 3) Meningkatkan
kemampuan
kepemimpinan,
manajerial
dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha 4) Membantu
pelaku
utama
dan
pelaku
usaha
dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan 5) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha 6) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan
xxviii
7) Melembagakan
nilai-nilai
budaya
pembangunan
pertanian,
perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan. Ruang lingkup pengaturan dalam Undang-Undang tentang Sistem Penyuluhan Pertanian ini terdiri atas kebijakan, kelembagaan, ketenagaan,
penyelenggaraan,
pembiayaan,
pengawasan
dan
pengendalian penyuluhan pertanian (Mardikanto, 2009). 1) Kebijakan Penyuluhan Pertanian Jika kebijakan diartikan sebagai pilihan terbaik yang perlu dilakukan oleh setiap manajemen untuk mengelola sumberdaya demi tercapainya tujuan yang ditetapkan, maka pemerintah berkewajiban untuk menetapkan kebijakan penyuluhan pertanian yang secara empiris memiliki peran strategis sebagai pemicu maupun
pemacu
atau
pelancar
pembangunan
pertanian
(Mardikanto, 2009). Pertanian mengacu pada produksi dan konsumsi komoditas yang diproduksi dengan menanam tanaman atau mengelola peternakan.
Kebijakan
adalah
tindakan
pemerintah
untuk
mengubah perilaku produsen dan kumsumen. Analisis terdiri dari evaluasi keputusan pemerintah untuk mengubah perilaku ekonomi. Kerangka pikir untuk analisis kebijakan pertanian, oleh karena itu, adalah sebuah sistem logis untuk menganalisis kebijakan publik yang mempengaruhi produsen, pemasar, dan konsumen hasil panen dan produk pertanian (Pearson et all, 2004). Mardikanto (1993) juga mengemukakan bahwa salah satu syarat dan faktor pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kebijakan
pemerintah
untuk
pembangunan
pertanian
dan
penjabarannya oleh aparat pemerintah di tingkat regional dan lokal, serta langkah-langkah pelaksanaan yang telah dimusyawarahkan oleh warga masyarakat setempat. Tentang hal ini, harus diingat
xxix
bahwa kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan harus mengacu dan merupakan bagian integral yang tidak boleh terlepas bahkan harus memperlancar
pelaksanaan
serta
tercapainya
tujuan-tujuan
pembangunan. Karena itu, setiap penyuluh harus benar-benar memahami
semua
kebijakan
dan
hasil-hasil
musyawarah
masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan khususnya pembangunan pertanian. Tanpa adanya pemahaman yang mendalam tentang kebijakan-kebijakan yang telah disepakati, penyuluh yang bersangkutan akan kesulitan dalam merumuskan programa penyuluhannya. Di lain pihak, tanpa adanya pemahaman yang baik terhadap kebijaksanaan dan kesepakatan yang telah ditetapkan, dikhawatirkan programa penyuluhan yang dirumuskan akan
kurang
bermanfaat,
berbeda,
atau
bahkan
mungkin
bertentangan dengan kebijakan dan kesepakatan yang ada. Adapun beragam bentuk-bentuk kebijakan penyuluhan pertanian di Indonesia antara lain: a) Pembangunan Kebun Raya Bogor b) Pelaksanaan Tanam Paksa c) Pembentukan Departemen Pertanian d) Pembentukan LVD (Landbouw Voorlichting Dienst) e) Penyuluhan oleh LVD f) Pembentukan BPMD (Balai Pendidikan Masyarakat Desa) g) Penyuluhan Masal h) Bimbingan Masal i) Penyuluhan Pertanian di Masa Reformasi 2) Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Dalam pengertian sehari-hari, kelembagaan dapat diartikan dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, kelembagaan organisasi)
sering yaitu
diartikan
himpunan
sebatas
individu
entitas yang
(kelompok,
sepakat
untuk
menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Tetapi dalam ari luas,
xxx
kelembagaan mencakup nilai-nilai, aturan, budaya dan lain-lain. (Mardikanto, 2009). Undang Undang No.16 Tahun 2006 menetapkan bahwa Kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan pertanian. Kelembagaan penyuluhan terdiri atas kelembagaan penyuluhan pemerintah, kelembagaan penyuluhan swasta dan kelembagaan penyuluhan swadaya. Untuk kelembagaan penyuluhan pemerintah, bentuk-bentuknya meliputi: pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan, pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan, pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan, dan pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan swasta dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan pertanian dan kehutanan setempat. Kelembagaan penyuluhan swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha. 3) Ketenagaan Penyuluh Pertanian Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa setiap penyuluh (pertanian) harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai: a) Guru, yang berperan untuk mengubah perilaku (sikap, pengetahuan
dan
keterampilan)
masyarakat
penerima
manfaatnya. b) Penganalisa, yang selalu melakukan pengamatan terhadap keadaan (sumberdaya alam, perilaku masyarakat, kemampuan dana, dan kelembagaan yang ada) dan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat sasaran, dan melakukan analisis tentang alternatif pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
xxxi
c) Penasehat, untuk memilih alternatif perubahan yang paling tepat, yang secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan dan dapat diterima nilai-nilai sosial budaya setempat. Organisator, yang mampu menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat (terutama tokoh-tokohnya), mampu menumbuhkan
kesadaran
dan
menggerakkan
partisipasi
masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya perubahanperubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina
kegiatan-kegiatan
maupun
mengembangkan
kelembagaan-kelembagaan yang efektif untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang direncanakan. Mukherjee (1969) mengemukakan bahwa riset adalah suatu proses yang berkelanjutan yang memerlukan sejumlah kompetensi dan telah teruji dalam pertanian, peternakan, irigasi, pengolahan makanan dan pemeliharaannya. Dengan demikian, sebelum hasil riset ditransmisikan untuk diadopsi oleh para petani, maka sangat penting untuk diadakan suatu pengujian di lapangan oleh staf ilmuwan yang bekerja dari sejumlah percobaan lokal. Mereka tidak harus sangat terlatih seperti di pusat penelitian, tetapi mereka perlu mempunyai suatu dasar pelatihan dan pendidikan pertanian yang harus berkaitan dengan solusi dari dihadapi
petani
dan
permasalahan praktis yang
memperkenalkannya
melalui
petugas
penyuluhan. Akhirnya, kader para pekerja yang secara langsung terlibat dalam diseminasi pengetahuan ilmiah kepada para petani perlu mengetahui tentang kebutuhan pengetahuan petani dalam bidang pertanian dan pelatihan tentang praktek yang diperlukan oleh seorang penyuluh pertanian. Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta, dan/atau penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS)
xxxii
yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta yaitu penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Dan penyuluh swadaya yaitu pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan
warga
masyarakat
lainnya
yang
dengan
kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Pengangkatan dan penempatan penyuluh PNS disesuaikan dengan kebutuhan dan formasi yang tersedia berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
meningkatkan kompetensi penyuluh PNS melalui pendidikan dan pelatihan. Alih tugas penyuluh PNS hanya dapat dilakukan apabila diganti dengan penyuluh PNS yang baru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Keberadaan penyuluh swasta dan penyuluh swadaya bersifat mandiri untuk memenuhi kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh swasta dan penyuluh swadaya (Departemen Pertanian, 2006). 4) Pembiayaan Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto (2009) menyatakan bahwa unsur pembiayaan di dalam kegiatan penyuluhan diperlukan untuk: a. Biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif dan lain-lain) b. Pengadaan
perlengkapan
(alat
bantu
dan
alat
(pembuatan
atau
perbanyakan
peraga
penyuluhan) c. Biaya
operasional
atau
penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lainlain) d. Biaya manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi, pos dan telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain)
xxxiii
e. Biaya operasional dan pemeliharaan (kantor, sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan dan lain-lain) Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan oleh APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat, pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan. Dalam hal penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan penyuluh swadaya, pembiayaannya dapat dibantu oleh Pemerintah dan pemerintah daerah (Departemen Pertanian, 2006). 5) Pengawasan dan Pengendalian Penyuluhan Pertanian Pengawasan merupakan suatu proses yang mana pimpinan organisasi memantau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan serta membuat penyesuaian-penyesuaian jika dipandang perlu. Pengawasan diartikan sebagai pengamatan dari dekat (secara langsung) dan atau dari jauh (secara tidak langsung) yang dilakukan secara menyeluruh dengan jalan membandingkan antara pekerjaan yang dilakukan dengan yang seharusnya dilakukan. Pada pelaksanaan
penyuluhan,
pengawasan
dilakukan
terhadap
penerapan sistem kerja latihan dan kunjungan yang dilaksanakan pada suatu organisasi. Sebagai suatu proses, pengawasan ini mempunyai tiga komponen utama yaitu rencana kerja yang tepat, pengamatan pelaksanaan kegiatan baik dari dekat maupun dari jauh dan tindakan koreksi. Pada komponen rencana kerja yang tepat, rencana kerja mulai disusun dari unit pelaksana paling bawah yaitu penyuluh lapangan secara berjenjang sampai pada tingkat pimpinan pada unit
xxxiv
organisasi. Penyuluh lapangan mendasarkan rencana kegiatan mereka pada program kerja dan mingguan mereka. Jadi setiap penyuluh lapangan harus menyusun program kerja dua mingguan mereka, yang terinci dan mencakup hari dan tanggal kunjungan, kelompok tani yang dikunjungi, materi yang akan disampaikan serta data apa saja yang harus dilengkapi dalam pelaksanaan pelaporan hasil kegiatan. Demikian juga supervisor harus menyusun program supervisi terhadap program kerja penyuluh lapangan dan bersama dengan kepala unit lapangan menyusun program
latihan
bagi
penyuluh
lapangan
dalam
rangka
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Secara berjenjang ke atas setiap petugas yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan menyusun programa kegiatan masing-masing, agar sistem kerja yang telah ditetapkan dapat berjalan secara efektif. Pengamatan
dari
dekat
dalam
pelaksanaan
kegiatan
seringkali disebut dengan pemeriksaan, namun jika pemeriksaan disertai dengan pemberian bimbingan dan petunjuk langsung pada saat pelaksanaan pemeriksaan maka disebut sebagai supervisi. Pelaksanaan
pengawasan
terhadap
unit
kegiatan
biasanya
dilakukan melalui supervisi dengan mendatangi secara langsung dan membandingkan kegiatan yang seharusnya dilakukan dengan kegiatan yang sedang berlangsung di lapangan. Sedangkan pengamatan dari jauh seringkali disebut dengan monitoring. Kegiatan monitoring dapat dilakukan melalui pelaporan. Untuk memperoleh hasil pelaporan yang baik, artinya tepat waktu dan akurat, perlu ditetapkan terlebih dahulu sistem dan prosedur pelaporan di samping penetapan informasi yang ingin disajikan. Tindakan
koreksi
dilakukan
dengan
maksud
untuk
mengarahkan kembali semua kegiatan agar dapat mencapai sasaran yang ingin dicapai. Tindakan koreksi hanya dilakukan jika telah terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah
xxxv
ditetapkan. Penyimpangan ini dapat diketahui dari laporan yang diterima melalui monitoring
maupun dari kegiatan supervisi
lapangan (Suhardiyono, 1992). c. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Penyelenggaraan penyuluhan pertanian merupakan sebuah sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Pengkajian dalam konteks input dimulai dengan mempelajari kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi, selanjutnya ditelusuri proses penyelenggaraan serta dampak yang terjadi. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah suatu
rangkaian
kegiatan
yang
pengorganisasian, pelaksanaan mencapai
tujuan
penyelenggaraan pelaksanaan
dari
dan monitoring
penyuluhan
pertanian.
penyuluhan
penyuluhan
terdiri
pertanian
pertanian
perencanaan, evaluasi
untuk
Keseluruhan
aspek
berdampak
kepada
terhadap
masyarakat
tani
(Departemen Pertanian, 2004). Menurut
Saptaji
(2010),
keberhasilan
penyelenggaraan
penyuluhan pertanian dipengaruhi dan berhubungan erat dengan penyelengaraan kegiatan-kegiatan bidang-bidang lain, seperti: (1) Kegiatan Penelitian (research) yang menghasilkan teknologi baru; (2) Kegiatan Pelayanan (service) yang berperan dalam penyediaan saprodi (pupuk, pestisida, dan lain-lain) membantu dalam perolehan usaha tani; (3) Kegiatan pengaturan (regulation) yang berperan dalam hal peraturan-peraturan, izin usaha, pengendalian harga dan kebijakankebijakan yang berkaitan dengan pembangunan pertanian; (4) Pembinaan
masyarakat
mengembangkan
dalam
dukungan
pembangunan pertanian.
dan
hal
ini
dimaksudkan
pendapat
umum
untuk terhadap
Oleh karenanya penyuluhan pertanian
haruslah dilakukan secara akrab serta serasi dan bekerjasama antar kelembagaan baik pemerintah, maupun swasta, antar penyuluh pertanian dan keluarga tani-nelayan dan antar petani-nelayan itu sendiri, yang ruang lingkupnya meliputi pembudidayaan yang lebih
xxxvi
baik (better farming), pengelolaan usaha tani-nelayan yang lebih menguntungkan (better bussines) dan kehidupan yang lebih sejahtera (better living). Komponen-komponen
yang
merupakan
bagian
dari
penyelenggaraan penyuluhan pertanian yaitu meliputi programa penyuluhan, mekanisme kerja penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan, peran serta dan kerjasama. a) Programa Penyuluhan Pertanian Definisi
programa
penyuluhan
pertanian
menurut
Departemen Pertanian (2006) adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa atau kelurahan atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional. Menurut Kartasapoetra (1991), program kerja penyuluhan pertanian adalah hasil pemikiran tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di suatu tempat tertentu, sebagai langkah lanjutan untuk kegiatan usahatani atau pengelolaan pertanian yang masa datang di tempat tersebut dengan harapan apa yang dilakukan atau kegiatan penyuluhan yang perlu dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah digariskan. Tujuan yang telah digariskan adalah peningkatan teknologi pengelolaan pertanian agar tercapai peningkatan produksi, pendapatan, dan kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya. Mardikanto
(2009)
mengemukakan
bahwa
untuk
mengetahui seberapa jauh perencanaan program yang dirumuskan itu telah baik, maka beberapa acuan tentang pengukurannya mencakup hal-hal sebagai berikut:
xxxvii
i. Analisis fakta dan keadaan Perencanaan program yang baik harus mengungkapkan hasil analisis fakta dan keadaan yang lengkap yang menyangkut keadaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana, dan dukungan kebijaksanaan, keadaan sosial, keamanan, dan stabilitas politik. ii. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan Perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalah-masalah nyata yang telah dirasakan masyarakat. Artinya, perumusan masalah hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang dinilai sebagai penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan nyata masyarakat yang telah dapat dirasakan oleh mereka. iii. Jelas dan menjamin keluwesan Perencanaan program harus jelas sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan dan kesalahpengertian dalam pelaksanaannya. Setiap perencanaan juga harus luwes (memberikan peluang untuk dimodifikasi) sebab jika tidak, program tersebut tidak dapat dilaksanakan dan pada gilirannya justru tidak dapat mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan masyarakat. iv. Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan Tujuan yang ingin dicapai haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau kepuasan masyarakat penerima manfaatnya. Jika tidak, program semacam ini tidak mungkin menggerakkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi didalamnya. v. Menjaga keseimbangan Setiap
perencanaan
program
harus
mampu
mencakup
kepentingan sebagian besar masyarakat dan bukan demi kepentingan sekelompok kecil masyarakat saja.
xxxviii
vi. Pekerjaan yang jelas Perencanaan program, harus merumuskan prosedur dan tujuan sasaran kegiatan yang jelas, yang mencakup : masyarakat penerima manfaatnya; tujuan, waktu, dan tempat; metode yang akan digunakan; tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait; pembagian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap kelompok personel; serta ukuranukuran yang digunakan untuk evaluasi kegiatannya vii. Proses yang berkelanjutan Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak lanjut (kegiatan yang harus dilakukan) pada tahapan berikutnya harus dinyatakan dalam suatu rangkaia kegiatan yang berkelanjutan. viii. Merupakan proses belajar dan mengajar Semua pihak yang terlibat dalam perumusan, pelaksanaan dan evaluasi program perlu mendapat kesempatan “belajar” dan “mengajar”. ix. Merupakan proses koordinasi Perumusan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan harus melibatkan dan mau mendengarkan kepentingan semua pihak di dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting adanya koordinasi
untuk
menggerakkan
semua
pihak
untuk
berpartisipasi didalamnya. x. Memberikan kesempatan evalusi proses dan hasilnya Perencanaan program harus memuat dan memberi kesempatan untuk dapat dilaksanakannya evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun hasilnya. b) Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian Mekanisme adalah susunan atau hubungan dari bagian sesuatu yang diadaptasikan untuk menghasilkan sebuah efek (Brainy Media, 2010). Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dalam satu
xxxix
kesatuan jalur vertikal dari tingkat pusat sampai kepada kelompok tani dan nelayan beserta keluarganya melalui Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian. Penanggung jawab penyelenggara penyuluhan pertanian dari pusat sampai daerah adalah sebagai berikut: i.
Di tingkat pusat adalah Menteri Pertanian Pelaksanaan sehari-hari, wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan kepada Kepala Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian/Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Nasional yang disingkat KPPN.
ii.
Di tingkat Propinsi Daerah Tingkat I adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Pelaksanaan
sehari-hari
selaku
penanggung
jawab
koordinasinya dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian/Ketua Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian Propinsi Daerah Tingkat I (FKPP I). iii.
Di tingkat Kabupaten Daerah Tingkat II adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pelaksana sehari-hari selaku penanggung jawab koordinasinya dilimpahkan kepada Ketua Pelaksana Harian BIMAS/Ketua Forum Koordinasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Daerah Tingkat II (FKPP II).
iv.
Di tingkat Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) adalah Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), setelah
dikoordinasikan
dengan
Camat
dan
Kepala
Desa/Kelurahan setempat. Hubungan kerja antara KPPN – FKPP I – FKPP II – BPP adalah hubungan kerja koordinatif fungsional dalam aspek-aspek penyusunan program, pelaporan, pemantauan dan penilaian penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Hubungan kerja horisontal antara unit-unit kerja penyuluhan pertanian di berbagai tingkat
xl
wilayah daerah adalah hubungan kerja fungsional yang dilakukan secara langsung berdasarkan programa yang telah ditetapkan untuk masing-masing tingkat wilayah daerahnya. Hubungan kerja antara Kelompok Tani Nelayan Andalan di berbagai tingkat wilayah daerah dengan BPP/FKPP di wilayah daerah yang bersangkutan adalah hubungan kerja konsultatif. Hubungan kerja BPP dengan unit Pelaksana Teknis Lingkup Departemen dengan BPP diatur oleh Menteri Pertanian dengan konsultasi Menteri Dalam Negeri. Pada era reformasi, pelaksanaan penyuluhan pertanian menggunakan mekanisme kerja yang didasarkan pada pendekatan partisipatif yang memungkinkan petani ikut merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta menarik manfaat dari kegiatan penyuluhan pertanian (Supanggyo, 2007). c) Metode Penyuluhan Pertanian Penyuluhan memerlukan beberapa metode dan peralatan mengajar. Masyarakat dipengaruhi untuk membuat perubahan perilaku dalam proporsi pada kontak mereka dengan sejumlah metode atau alat yang berbeda. Metode yang menjangkau sasaran dalam jumlah besar disebut media massa. Jumlah yang lebih kecil dijangkau dengan aktivitas kelompok. Metode kontak personal sangat penting dan efektif tetapi memerlukan waktu yang lebih lama dan energi yang lebih besar. Penyuluhan tidak dapat dilakukan tanpa kontak personal tetapi penyuluhan bukanlah hal yang berjalan seorang diri. Setiap alat mengajar mempunyai posisinya tersendiri dan mereka saling mendukung satu sama lainnya. Bersama-sama mereka memberikan stimulus untuk minat, harapan, tindakan, dan kepuasan (Kelsey and Cannon, 1955). Menurut Mardikanto dan Arip (2005) mengemukakan bahwa metode adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan
masyarakat
mempelajari
sesuatu
sasaran.
Kemampuan
berbeda-beda
xli
seseorang
demikian
juga
untuk tahap
perkembangan mental, keadaan lingkungan dan kesempatannya berbeda-beda. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu metode penyuluhan pertanian yang berhasil guna dan berdaya guna. Adapun dasar-dasar dalam pertimbangan pemilihan metode penyuluhan dapat digolongkan menjadi empat, yaitu : i.
Sasaran Yang harus diperhatikan penyuluh dari segi sasarannya meliputi tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran, sosial budaya dan banyaknya sasaran yang hendak dicapai.
ii.
Sumberdaya penyuluhan Dalam hal ini yang perlu dipertimbangkan antara lain kemampuan penyuluh, materi penyuluh, serta sarana dan biaya penyuluhan. Kemampuan penyuluh dan pengalaman penyuluh yang meliputi penguasaan ilmu dan keterampilan serta sikap yang dimiliki perlu dipertimbangkan. Materi penyuluhan yang akan disampaikan perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode penyuluhan. Untuk yang bersifat teknis biasanya dipilih metode yang memungkinkan praktek di lapangan dan untuk materi yang bersifat nonteknis, misalnya agar petani mau berkelompok dan mau memasarkan hasil usahanya biasanya diipilih metode diskusi kelompok. Keadaan peralatan, alat-alat bantu, fasilitas dan biaya yang tersedia juga akan menentukan dalam pemilihan metode penyuluhan.
iii.
Keadaan daerah Pemilihan metode penyuluhan perlu mempertimbangkan kondisi daerah pelaksanaan penyuluh pertanian, antara lain musim, keadaan usahatani, dan keadaan lapangan. Terkait dengan musim, apabila pada suatu keadaan tertentu tidak dapat dilaksanakan suatu proses produksi maka tentu tidak akan diadakan penyuluhan di tempat usahatani seperti demonstrasi sehingga
dalam hal ini akan lebih memungkinkan untuk
xlii
diadakan pertemuan di rumah petani. Keadaan usahatani turut mempengaruhi pemilihan metode penyuluhan. Misalnya untuk mengintensifkan ternak unggas di suatu daerah maka dipilih metode demonstrasi, sedangkan untuk tujuan introduksi diterapkan metode karya wisata ke tempat lain. Keadaan lapangan seperti topografi, jenis tanah, sistem pengairan, serta sarana
juga
perlu
dipertimbangkan.
Misalnya
untuk
perkampungan yang letaknya terpisah-pisah maka kegiatan penyuluhan akan lebih efektif dilakukan di tempat tinggal petani atau di lahan usahataninya. iv.
Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah yang berasal dari pusat atau daerah terkadang
menentukan
pemilihan
metode
penyuluhan.
Pendekatan intensifikasi secara massal dan cash program memerlukan waktu yang relatif cepat daripada pendekatan perorangan yang pada dasarnya akan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Metode
penyuluhan
menurut
keadaan
psiko
sosial
sasarannya dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: 1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya melalui kunjungan ke rumah dan kunjungan ke tempat kegiatan sasarannya 2) Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi dengan sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di lapangan dan penyelenggaraan latihan 3) Pendekatan massal, jika penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya penyuluhan lewat TV dan penyebaran selebaran. (Mardikanto, 1993).
xliii
Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa penggolongan metode penyuluhan pertanian di negara berkembang sekurangkurangnya ada tiga penggolongan. Pertama adalah berdasarkan jarak jangkauan sasaran. Metode menurut penggolongan seperti ini dapat dibedakan dalam metode langsung (tatap muka) seperti kunjungan
rumah,
pertemuan,
kursus
tani,
demonstrasi,
karyawisata dan metode tidak langsung (memakai media massa) seperti terbitan, siaran radio, siaran TV, sandiwara dan lain sebagainya. Kedua adalah berdasarkan jumlah sasaran. Menurut penggolongan ini ada tiga pendekatan yang sering dilakukan. Ketiga pendekatan tersebut adalah pendekatan perorangan seperti kunjungan
rumah,
telepon;
pendekatan
kelompok
seperti
pertemuan, demonstrasi, karyawisata, perlombaan, diskusi, kursus tani; dan pendekatan massal seperti radio, siaran televisi, wayang, brosur, leaflet, folder, poster, spanduk dan sandiwara. Ketiga adalah berdasarkan indera penerima yaitu yang dapat dilihat atau dibaca seperti terbitan, spanduk, poster, surat, slide, film, pameran; dapat didengar seperti siaran radio, rekaman tape recorder, telepon; dapat dilihat dan didengar seperti film bersuara, siaran TV, wayang, demonstrasi dari lapangan dan lain sebagainya. d) Materi Penyuluhan Pertanian Materi penyuluhan menurut Undang Undang No.16 tahun 2006 adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. Vademecum
Bimas
dalam
Mardikanto
(2009)
mengemukakan bahwa ragam materi yang disiapkan dalam setiap penyuluhan perlu mencakup kebijaksanaan dan peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian seperti pola
xliv
kebijakan umum pembangunan pertanian, kebijakan harga dasar, penyaluran
kredit
usahatani,
distribusi
sarana
produksi,
pengelolaan air dan sebagainya; hasil-hasil penelitian atau pengujian dan rekomendasi teknis yang permintaan oleh instansi yang berwenang; pengalaman petani yang telah berhasil; informasi pasar; petunjuk teknis tentang
penggunaan alat dan sarana
produksi; informasi tentang kelembagaan dan kemudahankemudahan yang berkaitan dengan pembangunan pertanian seperti informasi tentang pusat-pusat informasi penelitian, lembaga keuangan dan perbankan, lembaga pemasaran sarana produksi, perlengkapan pertanian, dan sebagainya; serta dorongan dan rangsangan untuk terciptanya swakarsa, swakarya dan swadaya masyarakat. Kartasapoetra
(1991)
mengungkapkan
bahwa
materi
penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dengan demikian maka mereka akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk mempraktekkanya. Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat hidupnya. e) Peran Serta dan Kerjasama Materi penyuluhan menurut Undang Undang No.16 tahun 2006 adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen,
ekonomi,
hukum
dan
kelestarian
lingkungan.
Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan mendorong peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pelaksanaan penyuluhan.
Kerja
sama
penyuluhan
dapat
dilakukan
antarkelembagaan penyuluhan, baik secara vertikal, horizontal maupun
lintas
sektoral.
Kerja
sama
penyuluhan
antara
kelembagaan penyuluhan nasional, regional, dan/atau internasional
xlv
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari menteri. Penyuluh swasta dan penyuluh swadaya dalam melaksanakan penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha dapat berkoordinasi dengan penyuluh PNS. Supanggyo
(2007)
menyatakan
bahwa
kerjasama
penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga penyuluh pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan pertanian dengan lembaga pelayanan lain, petani dan pelaku usaha serta masyarakat lainnya. d. Kinerja Penyuluh Pertanian Kinerja penyuluh pertanian adalah cara kerja yang dilakukan oleh penyuluh supaya kegiatan penyuluhannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Dalam kinerja penyuluh terdapat pengawasan dan pengendalian. Kegiatan pengawasan (supervisi) lebih bersifat fasilitas atau pembinaan, utamanya yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh PPL atau PPS (Mardikanto, 2009). e. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto (1993), organisasi dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari kelompok-kelompok orang yang saling bekerja sama di dalam struktur tata hubungan antar kelompokkelompok (unit kegiatan) yang melaksanakan fungsi masing-masing, demi tercapainya tujuan (bersama) tertentu yang menjadi tujuan organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian, pengorganisasian dapat diartikan sebagai upaya untuk mengkoordinasikan atau menghubung-hubungkan kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap unit (kelompok)
kegiatan
yang
terdapat
dalam
organisasi
yang
bersangkutan demi tercapainya tujuan organisasi yang menjadi tujuan bersama. 1) Kelembagaan Penyedia Sarana Produksi Di tingkat Nasional dan Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan kelembagaan penyedia sarana produksi dilakukan oleh BUMN dan
xlvi
swasta
(produsen/distributor/penyalur),
sedang
di
tingkat
Desa/Kelurahan ditangani oleh swasta (pengecer) dan koperasi (Koperasi Unit Desa/KUD dan Koperasi Kelompok Tani/KKT). 2) Kelembagaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Di masa lalu, kelembagaan pengolahan dan pemasaran hasil dilakukan
oleh
BUMN
(BULOG),
swasta
dan
koperasi
(KUD/KKT). 3) Kelembagaan Keuangan (Kredit) Secara konvensional, lembaga keuangan yang banyak berperan dalam pembangunan pertanian dilaksanakan oleh bank (Bank Rakyat Indonesia/BRI) dan swasta (pedagang/tengkulak dan pelepas uang). Peran BRI sangan dominan sejak dikembangkannya program BIMAS, utamanya sejak dibentuknya BRI Unit Desa pada tahun 1970. 4) Kelembagaan Pengangkutan (Transportasi) Sejak dilaksanakannya pembangunan di segala bidang sebagai pelaksana Rencana Pembangunan Lima Tahunan sejak 1970, kelembagaan pengangkutan semakin membaik, utamanya berperan dalam mendukung pembangunan pertanian. f. Kegiatan Penyuluhan Pertanian Kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan terencana dan berkelanjutan yang harus diorganisasikan dengan baik. Menurut Lionberger dan Gwin (1983) dalam Mardikanto (2009) dengan tegas menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu diantara sekian banyak variable yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku petani dan perubahan-perubahan yang menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian. Artinya, penyuluhan pertanian yang baik tidak selalu menjamin tercapainya tujuan pembangunan dan kegagalan pembangunan pertanian tidak selalu hanya disebabkan karena buruknya pelaksanaan penyuluhan pertanian.
xlvii
g. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto (2009), penyuluhan merupakan proses perubahan perilaku manusia (petani) yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Dengan demikian, efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku (petani) penerima manfaatnya, yang baik yang menyangkut:
pengetahuan,
sikap
dan
ketrampilannya.
Yang
kesemuanya itu dapat diamati pada: 1) Perubahan-perubahan
pelaksanaan
kegiatan
bertani
yang
mencakup macam dan jumlah sarana atau teknik bertaninya. 2) Perubahan-perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya. 3) Perubahan dalam pengelolaan usaha (perorangan, kelompok, koperasi) serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya. h. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto (2009), tentang beberapa faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena: 1) Keadaan pribadi penerima manfaat a) Motivasi pribadi untuk melakukan perubahan, yang berupa perasaan ketidakpuasaan atau penderitaan atas keadaan yang sedang dialami (baik yang berupa keadaan alam yang kurang subur, tingkat produktivitas yang sangat rendah, pendapatan yang terlalu kecil atau struktur kelembagaan yang kurang mendukung). b) Adanya kekuatan-kekuatan pendukung untuk terus melakukan perubahan-perubahan, baik yang disebabkan karena: i. Adanya kebutuhan untuk memenuhi atau menyelesaikan tugas atau kegiatan yang telah dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya
xlviii
ii. Adanya kebutuhan untuk melaksanakan perubahan secara bertahap 2) Keadaan lingkungan fisik a) Sifat-sifat alami yang dimiliki oleh sumberdaya alam seperti: sifat fisika dan kimia tanah, kemiringan lahan, curah hujan dan tersedianya sarana pengairan. b) Teknologi yang tersedia c) Status penggunaan lahan. d) Luas lahan yang diusahakan relatif sempit. 3) Lingkungan sosial dan budaya masyarakat a) Kebudayaan b) Opini publik c) Pengambil keputusan dalam keluarga d) Kekutan lembaga sosial 4) Macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk menunjang kegiatan penyuluhan. i. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian Menurut Mardikanto (2009), adanya kekuatan-kekuatan yang menghambat terjadinya perubahan, sebagai akibat dari: 1) Ketakutan atau trauma masa lampau yang berupa ketidakberhasilan dari upaya-upaya perubahan yang dilakukan, baik yang bersifat teknis
(bencana
alam),
ekonomis
(kenaikan
harga
input,
merosotnya harga jual produk, kurang berfungsinya KUD) maupun sosial (pencurian dan perusakan pada plot-plot pengujian). 2) Kekurangsiapan untuk melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, ketrampilan, dana dan kurangnya pengalaman untuk melakukan perubahan-perubahan. 3) Ketakutan terhadap berkurangnya kepuasan yang selama ini telah dirasakan.
xlix
4) Adanya sebagian kegiatan yang tidak diterima masyarakat meskipun tujuan kegiatan secara keseluruhan diterima oleh masyarakat yang bersangkutan 5) Adanya ancaman-ancaman dari pihak luar (yang akan tersaingi maupun yang akan dirugikan) dari perubahan yang direncanakan. j. Penyuluhan pertanian untuk masyarakat Kota Pengertian penyuluhan pertanian sebelum krisis (Repelita I s.d. Repelita V) adalah pendidikan di luar sekolah (nonformal) yang ditujukan kepada petani-nelayan beserta keluarganya agar mereka dapat berusaha tani lebih baik (better farming), menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community). Dengan demikian, tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku petani agar dapat berusaha tani lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera dan bermasyarakat lebih baik. Mengingat sumber daya manusia petani sangat rendah, maka untuk mengubah perilaku petani dilakukan melalui pendidikan luar sekolah (nonformal) dengan berbagai cara atau metode seperti kursus tani, demonstrasi, karyawisata, siaran pedesaan (RRI dan televisi) dan sekolah lapang serta penyebaran informasi melalui media cetak seperti brosur, folder/lipatan, poster, surat kabar dan lain-lain (Daniel et all, 2006). 3. Tanaman Hias Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masingmasing tanaman memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi. Tidak hanya fashion, tanaman hias juga mengenal trend. Di saat trend sedang berlangsung harga tanaman hias bisa jadi sangat tinggi dan akan turun saat trend yang baru atau berikutnya berlangsung. Tidak heran banyak pecinta tanaman yang beralih profesi untuk menjual tanaman
l
koleksinya karena bisnis tanaman hias cukup menjanjikan. Beberapa jenis bunga juga menjadi tanaman industry yang dijual melalui floris atau toko bunga untuk disalurkan ke industry perhotelan, perkantoran ataupun industry lainnya. Beberapa jenis bunga yang menjadi tanaman industry adalah mawar, gladiol, krisan, tulip, dan lain lain. Tanaman bunga yang memiliki harga lebih tinggi dan selalu menjadi dambaan para pecinta bunga adalah tanaman anggrek. Tanaman anggrek bulan terutama yang memiliki warna yang langka atau unik dapat memiliki harga hingga jutaan rupiah (Naibaho, 2010). Mengenal habitat asli tanaman hias merupakan hal penting dalam aspek budi daya. Ditinjau dari asal-usul tanaman hias, sifat dan karakter yang tepat dengan lingkungan tumbuhnya bisa diketahui lebih mendalam. Hal ini tentu saja berkaitan dengan media tanam, ketinggian lokasi, kebutuhan suhu, kelembaban, tingkat keasaman, unsur hara hingga perlakuan khusus lainnya. Pada prinsipnya, penyesuaian tanaman agar serasa hidup di habitatnya (Redaksi PS, 2008). Tanaman hias yang ditanam di taman, kebun, halaman rumah, atau di dalam rumah merupakan tanaman yang berasal dari alam bebas atau hasil silangan. Pada dasarnya, tanaman tersebut memerlukan perawatan yang baik sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuhnya. Perawatan tanaman meliputi penyiraman, pemberian zat makanan (hara) tambahan, pencegahan datangnya hama dan penyakit, penggantian media serta pemangkasan. Perawatan tanaman yang sesuai dengan kebutuhan kelembaban, suhu udara, suhu media serta cahaya akan memberikan hasil tampilan tanaman hias yang sempurna. Beberapa tanda atau indikasi kelainan yang sering dijumpai pada tanaman hias di dalam ruangan antara lain layu, daun menguning dan akhirnya mati. Kadang pula ditemukan adanya cendawan, kutu atau ulat daun. Kehadiran hama tersebut selain menandakan tanaman tidak bersih, kemungkinan juga tidak dilakukan perawatan secara teratur dan berkala. Bila dijumpai gejala seperti itu, penanganan pertama yang harus dilakukan adalah segera memindahkan
li
tanaman yang terserang ke tempat lain supaya tidak menulari tanaman yang sehat. Dapat pula tanaman tersebut langsung dibuang atau dimusnahkan bila serangannya sudah cukup parah (Arifin, 2007). Pada garis besarnya, anggrek mempunyai dua cara pertumbuhan. Kedua cara pertumbuhan itu mempengaruhi sekali cara perbanyakan vegetatif. Dua macam pertumbuhan anggrek adalah cara tumbuh monopodial dan sympodial. Anggrek yang tumbuh secara monopodial adalah anggrek monopodial yaitu tanaman yang hanya mempunyai satu sumbu utama. Artinya pertumbuhan ujung batangnya boleh dikatakan tidak terbatas. Contohnya Arachnis, Ascocenda dan Vanda. Tanaman yang termasuk sympodial yaitu tanaman yang pertumbuhan ujung-ujung batangnya terbatas, mula-mula sumbunya tumbuh dahulu, kemudian menghentikan pertumbuhannya disusul tunas baru muncul sebagai cabang di pangkal batang pertama, tumbuh, berhenti lagi pada tinggi tertentu, begitu terus berulang-ulang. Contohnya: Cattleya, Dendrobium dan Oncidium (Soeryowinoto et all, 2000). Anggrek sudah lama dipelihara di mana-mana. Di tempat asalnya, anggrek ada yang hidup di pohon yaitu menempel pada batang dan dahan pohon, dan ada juga yang hidup di atas tanah yang kaya dengan sampahsampah atau daun-daun yang telah berubah menjadi humus. Sifat khas tanaman anggrek dapat dilihat dari bentuk-bentuk batang dan bunga. a. Batang 1) Bentuk batang monopodial Yaitu batang tanaman hanya mempunyai sumbu utama, artinya pertumbuhan ujung batang boleh dikatakan tidak terbatas (tumbuh terus ke atas). Bentuk ini terdapat pada: Vanda, Arachnis dan Aerides. 2) Bentuk batang sympodial Yaitu batang tanaman yang pertumbuhan ujung-ujung batangnya terbatas. Bentuk ini terdapat pada: Cattleya, Dendrobium dan Oncidium.
lii
b. Bunga Warna anggrek merupakan alat yang ampuh untuk memikat serangga. Warna-warna ini disebabkan oeh zat warna yang terkandung dalam bunga tersebut. Zat warna tersebut terkandung dalam plastida-plastida atau cairan anthocyan. Tetapi anehnya, tiap-tiap warna dikunjungi oleh serangga yang berbeda. Misalnya lalat menyukai bunga berwarna putih, kumbang suka warna bunga yang kuning, lebah suka bunga yang berwarna biru atau merah serta kupu-kupu akan datang bila bunga sudah masak. (Soeryowinoto, 1997). Pada umumnya tanaman anggrek berasal dari daerah tropika bertipe iklim basah. Tanaman anggrek berdasarkan sifat tumbuhnya dapat dibagi menjadi dua yaitu anggrek epifit dan anggrek terestrial. Anggrek epifit yaitu anggrek yang tumbuhnya menopang pada tumbuhan lain namun tidak merugikan tanaman yang ditumpanginya, contohnya Cattleya, Dendrobium dan Vanda. Sedangkan anggrek terestrial yaitu anggrek yang seluruh perakarannnya di dalam tanah, rawa atau daratan, contohnya: Arachnis dan Calanthe (Ashari, 1995). 4. Pekarangan Menurut Soetriono et all (2006), pekarangan selain berfungsi sebagai perbaikan gizi, juga berfungsi sebagai sumber tambahan penghasilan. Bagi masyarakat yang tidak mengharapkan pekarangan sebagai sumber pendapatan atau kebutuhan sehari-hari, pekarangan difungsikan sebagai pemuas kebutuhan rohani dalam bentuk keindahan. Hal ini disebabkan adanya pengusahaan penanaman tanaman bunga atau tanaman hias. Sehubungan dengan hal tersebut, pekarangan ditekankan sebagai lahan yang ditanami tanaman bergizi tinggi serta obat-obatan yang siap memberikan hasil setiap kali dibutuhkan. Untuk itu, fungsi pekarangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Letaknya harus berdekatan dengan rumah b. Isinya beraneka macam kebutuhan rumah tangga
liii
c. Hasilnya kecil untuk kebutuhan rumah tangga d. Tidak memerlukan modal besar. Pekarangan merupakan perpaduan pertanian yang melibatkan peran manusia dengan ekosistemnya. Secara ekologis, pekarangan dengan struktur tanaman yang tingginya berjenjang dan beraneka jenisnya, mulai dari jenis tanaman keras dengan ketinggian yang menjulang, sampai dengan tanaman perdu dan sejenis rerumputan, bukan saja akan mampu mengoptimalkan penggunaan energi matahari, melainkan juga melindungi tanah dari erosi oleh guyuran air hujan. Dengan demikian, berbagai jenis tanaman memungkinkan tumbuh berdampingan, dan kesuburan tanah serta tata air tetap terjaga. Di samping itu, dalam pekarangan juga terjadi sistem daur ulang yang sangat baik. Sebagai lumbung pangan, pekarangan mempunyai peranan yang besar sebagai penopang ketahanan pangan (Djoen, 2009). Pekarangan adalah lingkungan kita sehari-hari, jika ditata dengan baik bakal menjadi taman. Dan jika dipelihara dengan baik, akan memberikan lingkungan menarik, nyaman, sehat serta menyenangkan dan membuat kita betah berlama-lama tinggal di rumah. Dengan menanam tanaman yang berproduktif, taman pekarangan dapat memberikan kesehatan yang memenuhi kepuasan jasmaniah dan rohaniah. Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman produktif seperti tanaman holtikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias), rempah-rempah, obat-obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan memberikan keuntungan yang berlipat ganda (Irwan, 2009). 5. Intensifikasi hortikultura di pekarangan Hortikultura adalah suatu cabang dari ilmu pertanian yang ditunjang oleh beberapa ilmu pengetahuan lainnya, seperti Agronomi, pemuliaan tanaman, proteksi tanaman dan teknologi benih. Hortikultura sendiri terbagi menjadi tiga golongan tanaman yakni tanaman buah-buahan, tanaman sayuran dan tanaman bunga atau hias. Tanaman hortikultura ini terpisah dari jenis tanaman perkebunan, tanaman pangan dan tanaman
liv
yang lain. Hal ini disebabkan hortikultura berfungsi dan bersifat lain. Adapun fungsi tanaman hortikultura bisa dibedakan menjadi beberapa bagian seperti: berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral, sebagai stabilator lingkungan dan sebagai penghapus budi nurani manusia (Arief, 1990). Istilah hortikultura biasanya dihubungkan dengan sejarah dari umat manusia. Asal kata hortikultura muncul baru-baru saja yaitu pada abad ke17. Hortikultura berasal dari bahasa Latin yaitu hortus yang berarti kebun dan colere yang berarti pengolahan. Hal ini merupakan sebuah konsep dari perkebunan (Anglo-Saxon gyrgan, terlampir). Sebuah daerah pertanian dengan konsep abad pertengahan yang telah dilakukan selam beberapa periode. Pertanian sekarang ini mempunyai makna luas yaitu sebuah teknologi untuk meningkatkan kualitas flora dan fauna. Konsep awal dari hortikultura yaitu holtikultura merupakan bagian dari sebuah system pertanian yang dihubungkan dengan sistem penanaman dalam sebuah kebun dan lebih dikonsentrasikan pada agronomi (yaitu pertanian dengan hasil utamanya berupa biji-bijian dan makanan ternak serta perhutanan yang hasilnya berupa kayu (Janick, 1972). Istilah hortikultura berasal dari dua kata bahasa Latin yaitu hortus yang artinya sebuah kebun dan cultura yang artinya pengolahan. Di masa lampau, perkebunan yang luas dikelilingi oleh dinding yang tinggi atau struktur yang serupa dengan bangunan tersebut, dan juga tanaman panenan. Di dalam area tersebut ditanami buah-buahan seperti buah apel, buah per, buah persik, buah kurma, buah delima atau pohon ara, dan atau bisa juga berupa sayuran, tanaman bunga dan tanaman hias. Pada umumnya, istilah hortikultura yang sebenarnya yaitu pengolahan tanaman tanpa pagar pelindung. Sering kali area ini disebut sebagai kebun. Dengan demikian, hortikultura adalah sebuah budidaya menumbuhkan tanaman dalam kebun (Edmond et all, 1977). Kontribusi hortikultura terhadap manusia dan lingkungan cukup besar. Manfaat produk hortikultura bagi manusia di antaranya adalah
lv
sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga dan pendapatan negara. Sedangkan bagi lingkungan adalah rasa estetikanya, konservasi genetik sekaligus sebagai penyangga kelestarian alam. a. Bahan pangan Untuk pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein, serta zat pelindung seperti vitamin dan mineral. Karbohidrat banyak terdapat pada pangan beras, jagung dan ketela pohon. Sedangkan pangan protein dapat diperoleh dari hewan (protein hewani) atau tanaman (protein nabati). Buah-buahan dan sayuranmengandung cukup banyak pangan protein maupun vitamin serta mineral. Protein hewani harganya sangat mahal, hingga tidak terjangkau oleh kebanyakan penduduk Indonesia. b. Pendapatan keluarga (petani) dan Negara Usahatani hortikultura memerlukan biaya dan tenaga kerja terampil serta sarana yang lebih mahal dibandingkan dengan usahatani tanaman pangan.
Tanaman
hortikultura
perlu
lebih
intensif,
sehingga
memerlukan modal yang besar. Namun demikian, nilai jual produk hortikultura pun lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang memadai. c. Estetika Kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun kesehatan lingkungan sangat ditentukan oleh flora yang tumbuh. Flora di samping memberikan nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman. Selanjutnya flora sebagai sumber oksigen yang diperlukan untuk kehidupan. d. Budaya bangsa Taraf kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari tingkat masyarakat dalam memanfaatkan produk hortikultura. Bagi masyarakat yang telah maju, konsumsi hortikultura merupakan kebutuhan primer.
lvi
e. Kelestarian alam dan tanaman Dewasa ini promosi dan perlombaan lingkungan indah dan bersih untuk kota dan pemukiman baru menonjol. Bangunan besar, gedung bertingkat dan jalur hijau perkotaan semakin indah dan tertata rapi. Dengan demikian, peranan bunga dan tanaman hias semakin penting. Sehingga secara tidak langsung, bunga dan tanaman hias dapat berfungsi untuk menjaga kelestarian tanaman dan lingkungan. (Ashari, 1995). Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai peran yang penting dalam sektor pertanian, baik dari sisi sumbangan ekonomi nasional, pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja maupun berbagai segi kehidupan masyarakat. Beberapa manfaat komoditas hortikultura dalam kehidupan masyarakat antara lain: a. Manfaat sebagai bahan pangan Kemanfaatan
komoditas
hortikultura
sebagai
bahan
pangan,
ditunjukkan oleh kandungan nutrisi yang berguna sebagai sumbersumber energi, vitamin, mineral dan serat alami. b. Manfaat di bidang ekonomi Kemanfaatan di bidang ekonomi dapat dilihat secara nasional, regional maupun tingkat rumah tangga petani. Sementara di tingkat rumah tangga petani, hortikultura merupakan sumber pendapatan rumah tangga yang penting pula. Bahkan banyak diantara petani-petani hotikultura yang mempunyai kehidupan ekonomi yang cukup baik di pedesaan. c. Manfaat di bidang kesehatan Kemanfaatan dalam bidang kesehatan dapat digambarkan peranannya dalam
menjaga
kesehatan,
terutama
terhadap
penyakit-penyakit
degeneratif. Pencegahan penyakit-penyakit diabetes, hipertensi, gangguan jantung dan penyakit-penyakit yang terkait dengan umur lanjut manusia, sangat dipengaruhi oleh konsumsi hortikultura.
lvii
d. Manfaat di bidang budaya. Di bidang budaya, komoditas hortikutura sangat erat berkaitan dengan keindahan rumah, perkantoran dan sarana umum (taman-taman dan lain-lain), pesta-pesta dan upacara-upacara adat atau keagamaan serta pariwisata. (Soekirno, 2009). B. Kerangka Berpikir Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pemberdayaan terhadap para pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengubah perilaku petani ke arah perbaikan cara berusahatani untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk itu, pelaksanaan penyuluhan pertanian kini semakin menuntut koordinasi dan kekompakkan dari berbagai institusi pemerintah dan masyarakat sekitarnya. Salah satu faktor yang memberikan konstribusi besar terhadap keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia adalah dengan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian memerlukan suatu sistem penyuluhan pertanian yang terdiri dari kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan
pertanian,
ketenagaan
penyuluhan
pertanian,
pembiayan
penyuluhan pertanian, pengawasan penyuluhan pertanian dan pengendalian penyuluhan
pertanian.
Sistem
penyuluhan
pertanian
tersebut
akan
mempengaruhi kinerja penyuluh dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Dalam penyelenggaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta membutuhkan programa penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan serta peran serta dan kerjasama. Dengan penyelenggaraan penyuluhan dan kinerja penyuluh yang baik, maka kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan memerlukan lembaga pendukung bagi kelancaran penyuluhan. Dan pada akhirnya, dapat dilihat keberhasilan terkait dengan faktor pendukung dan faktor penghambat dari kegiatan
lviii
penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta bagi para petani tanaman hias. Adapun alur kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut: Sistem Penyuluhan Pertanian: 1. Kebijakan penyuluhan pertanian 2. Kelembagaan penyuluhan pertanian 3. Ketenagaan penyuluhan pertanian 4. Pembiayaan penyuluhan pertanian 5. Pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian
Kinerja penyuluh Penyelenggaraan penyuluhan pertanian: 1. Programa penyuluhan pertanian 2. Mekanisme kerja penuluhan pertanian 3. Metode penyuluhan pertanian 4. Materi penyuluhan pertanian 5. Peran serta dan kerjasama
Faktor pendukung penyuluhan pertanian
Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Keberhasilan Penyuluhan Pertanian: 1. Perubahan Pengetahuan 2. Perubahan Sikap 3. Perubahan Keterampilan
Kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian
Faktor penghambat penyuluhan pertanian
Gambar 1. Kerangka Berpikir Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta C. Dimensi Penelitian 1. Sistem penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap petani beserta keluarganya dan pelaku usaha pertanian lainnya melalui penyuluhan pertanian.
lix
a. Kebijakan merupakan suatu pilihan terbaik yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengelola sumberdaya demi tercapainya tujuan yang ditetapkan. b. Kelembagaan merupakan suatu entitas (kelompok atau organisasi) yang berkewajiban melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian adalah lembaga pemerintah, petani,
dan
masyarakat
yang
mempunyai
tugas
dan
fungsi
menyelenggarakan penyuluhan pertanian. c. Ketenagaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah para penyuluh (PNS, swasta dan swadaya) yang mempunyai kualifikasi tertentu baik menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap dan ketrampilan menyuluh. d. Pembiayaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta meliputi biaya personil, pengadan perlengkapan, biaya operasional, biaya manajemen dan biaya pemeliharaan. e. Pengawasan dan pengendalian penyuluhan pertanian ditunjukkan dengan adanya kegiatan supervisi serta pemantauan dan evaluasi program penyuluhan. 2. Penyelenggaraan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, meliputi: a. Programa penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. b. Mekanisme kerja yaitu tata cara atau tata urutan pelaksanaan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. c. Metode penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan Kota Surakarta adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan penerima manfaat.
lx
d. Materi penyuluhan pertanian merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaatnya. e. Peran serta yaitu peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam penyelenggeraan penyuluhan pertanian; sedangkan kerjasama adalah kerjasama yang dimulai dari penyusunan rencana, pelaksanaan sampai dengan pemantauan penyelenggaraan penyuluhan. 3. Kinerja penyuluh adalah cara kerja yang dilakukan oleh penyuluh supaya kegiatan penyuluhannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan. 4. Kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah lembaga yang mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian. 5. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ini merupakan kegiatan menyampaikan pesan dan memberikan pelatihan kepada khalayak petani untuk mengubah perilaku, sikap dan keterampilannya mengenai penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan sampai mereka tahu, mau dan mampu untuk menerapkan kegiatan penyuluhan tersebut. Kegiatan penyuluhan meliputi siapa yang melakukan, bagaimana pelaksanaannya, kapan, dimana, siapa yang dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan. 6. Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku penerima manfaat baik pengetahuan, sikap dan ketrampilan. 7. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian. 8. Faktor penghambat adalah faktor-faktor yang menghambat keberhasilan penyuluhan pertanian.
lxi
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2000) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1996), penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact linding) sebagaimana keadaan sebenarnya. B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan kriteria dan pertimbangan tertentu. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Laweyan karena Kecamatan Laweyan mempunyai jumlah anggota kelompok tani pembudidaya tanaman hias terbanyak di Kota Surakarta. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani di Kota Surakarta No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5.
Laweyan Serengan Banjarsari Jebres Pasar Kliwon
Jumlah Anggota Kelompok Tani Pembudidaya Tanaman Hias 99 47 57 89 75
Sumber: Database Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PUMK Tanaman Hias Kota Surakarta Tahun 2008.
lxii
C. Teknik Cuplikan (Sampling) Penentuan subjek dan informan dalam penelitian ini menggunakan snowball sampling (pengambilan sampel bola salju), yaitu pemilihan sampel dengan terlebih dahulu menetapkan satu informan kunci (key-person), untuk kemudian pemilihan sampel-sampel yang berikutnya, tergantung pada informasi atau pertimbangan yang diberikan oleh informan kunci tersebut. Pada tahap selanjutnya, penetapan sampel yang berikutnya, juga berdasarkan informasi yang diberikan oleh responden-responden yang terpilih tadi, sedemikian rupa sehingga seperti “bola salju” yang menggelinding (Mardikanto, 2006). Rincian sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Rincian Sampel Penelitian Sampel Subjek 1. Penyuluh a. PDP (Petugas Dinas Pertanian) b. THL (Tenaga Harian Lepas) 2. Ketua Kelompok Tani 3. Petani Informan a. Lurah b. Pedagang Tanaman Hias
Keterangan Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
1. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang mempunyai keterlibatan langsung dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah: a. Penyuluh (PDP dan THL) Penyuluh disini adalah penyuluh yang berasal dari Dinas Pertanian Surakarta yang melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan. Pertimbangannya
lxiii
karena merupakan pihak yang berkaitan erat dan terkait langsung dengan adanya kegiatan penyuluhan. b. Ketua kelompok tani Ketua kelompok tani menjadi informan karena dianggap mengetahui seluk beluk kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, sehingga dapat memberikan informasi mengenai masalah yang akan diteliti. c. Petani Petani disini adalah petani yang mengetahui informasi tentang kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias di pekarangan serta petani yang menjadi anggota kelompok tani karena dianggap mengetahui tentang masalah yang akan diteliti. 2. Informan Informan adalah pihak-pihak yang tidak mempunyai keterlibatan langsung dalam kegiatan penyuluhan, tetapi mereka bisa digali informasinya tentang kegiatan penyuluhn pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Informan berkewajiban menjadi tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Syarat yang digunakan untuk memilih informan antara lain, jujur, taat pada janji, patuh terhadap peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota tim yang menentang penelitian (Moleong, 2000). Adapun informan dalam penelitian ini antara lain: a. Lurah Lurah disini adalah Lurah yang berasal dari Kelurahan Sondakan Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang akan diteliti. b. Pedagang Tanaman Hias Pedagang tanaman hias menjadi informan karena dianggap mengetahui asal usul darimana tanaman hias di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta itu berasal.
lxiv
D. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Sedangkan sumber data utama dari penelitian menurut Lofland dan Lofland (1984) dalam Moleong (2000) ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam katakata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Beragam sumber data tersebut menuntut teknik pengumpulan data tertentu yang sesuai dengan sumber datanya guna mendapatkan data yang diperlukan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Sumber Data Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Data Yang Digunakan Pr. Data Pokok 1. Sistem Penyuluhan Pertanian a. Kebijakan b. Kelembagaan c. Ketenagaan d. Pembiayaan e. Pengawasan dan Pengendalian 2. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian a. Programa penyuluhan b. Mekanisme kerja c. Metode penyuluhan d. Materi penyuluhan e. Peran serta dan Kerjasama 3. Kinerja Penyuluh 4. Kelembagaan pendukung Penyuluhan Pertanian 5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian 6. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat 7. Arsip atau Dokumen Data Pendukung 1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian 4. Keadaan Perekonomian 5. Keadaan Kelembagaan
Pr.: Primer
Sifat Data Sk. Kn.
Sumber Data Kl.
X X X X X
X X X X X
Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan
X X X X X X X
X X X X X X X
Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan Subjek atau Informan
X
X
Subjek atau Informan
X X
Subjek atau Informan Subjek atau Informan Dinas Pertanian Kecamatan Laweyan Kecamatan Laweyan Kecamatan Laweyan Dinas Pertanian Dinas Pertanian
Sk.: Sekunder
X
X
X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
Kn.: Kuantitatif
lxv
Kl.: Kualitatif
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Menurut Goetz dan Le Compte (1984) dalam Sutopo (2006) menyatakan bahwa strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non interaktif. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi berperan. Sedangkan metode non interaktif meliputi kuisioner, mencatat dokumen atau arsip (content analysis) dan juga observasi berperan tak berperan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interviewing), observasi serta mengkaji dokumen dan arsip (content analysis). 1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing) Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Adapun jenis wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur atau yang sering disebut sebagai wawancara mendalam. Cohen (1976) dalam Bell (1993) mengatakan bahwa seperti halnya memancing, wawancara adalah sebuah aktivitas yang memerlukan persiapan yang teliti, kesabaran yang lebih, dan latihan yang dapat dipertimbangkan jika akhir yang menguntungkan menjadi sebuah tangkapan yang berharga. Sutopo (2006), memaparkan bahwa wawancara ini dilakukan dalam keadaan peneliti tidak tahu mengenai apa yang terjadi sebenarnya dan ingin menggali informasinya secara mendalam dan lengkap dari narasumbernya. Dengan demikian, wawancara ini dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka (open ended) dan mengarah pada kedalaman informasi. Untuk menjaga agar pokok-pokok penting dalam pertanyaan tidak terlewatkan, maka dalam berwawancara sering digunakan semacam pedoman wawancara atau juga dapat disebut sebagai petunjuk wawancara.
lxvi
2. Observasi Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar. Jenis observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif di mana peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apa pun selain sebagai pengamat pasif, namun peneliti benar-benar hadir dalam konteksnya (Sutopo, 2006). Observasi langsung memungkinkan untuk dapat lebih dipercaya daripada apa yang dikatakan orang dalam beberapa hal. Terutama observasi langsung dapat berguna untuk menemukan apa yang dilakukan manusia, apa yang mereka katakan, lakukan, ataupun berperilaku sejalan dengan apa yang mereka nyatakan sebagai cara untuk bertingkah laku (Bell, 1993). Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian secara langsung. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan wawancara dengan informan. Adapun instrumen yang dibutuhkan antara lain adalah kamera sebagai alat dokumentasi. 3. Mengkaji dokumen atau arsip (Content Analysis) Menurut Berelson (1952) dalam Moleong (2000) mendefinisikan content
analysis
sebagai
teknik
penelitian
untuk
keperluan
mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Menurut Yin (1987) dalam Sutopo (2006) mengemukakan bahwa content analysis sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Content analysis ini merupakan kegiatan mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip kemudian peneliti dapat memaknai isi yang tersirat di dalamnya. Oleh karena itu, dalam menghadapi beragam dokumen atau arsip tertulis sebagai sumber data, peneliti hrus bisa bersikap kritis dan teliti.
lxvii
F. Validitas Data Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti harus memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data. Cara-cara tersebut antara lain berupa teknik trianggulasi dan reviu informan. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik simpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang (Sutopo, 2006). Menurut Patton (1984) dalam Sutopo (2006) ada 4 macam trianggulasi yaitu: (1) Trianggulasi data atau data triangulation, (2) Trianggulasi peneliti atau
investigator
triangulation,
(3)
Trianggulasi
metodologis
atau
methodological triangulation dan (4) Trianggulasi teoretis atau theoretical triangulation. Trianggulasi
data
(trianggulasi
sumber)
merupakan
suatu
cara
mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, peneliti tersebut wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai sumber data yang berbeda. Trianggulasi sumber ini bisa menggunakan satu jenis sumber data misalnya informan, namun beberapa informan atau narasumber yang digunakan harus merupakan kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda misalnya di dalam status atau posisi peranannya yang berkaitan dalam konteks tertentu. Trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti. Trianggulasi metode merupakan jenis trianggulasi yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda. Dan trianggulasi teori merupakan jenis trianggulasi yang dilakukan oleh peneliti dengan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Berdasarkan pengertian di atas, maka teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data (trianggulasi sumber) dan trianggulasi
lxviii
metode. Trianggulasi data (trianggulasi sumber) yaitu dalam mengumpulkan data, peneliti tersebut wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai sumber data yang berbeda. Adapun bagan dari trianggulasi data dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Data
Wawancara
Informan
Content analysis
Dokumen/arsip
Observasi
Aktivitas/perilaku
Gambar 2. Bagan Trianggulasi Data (Sutopo, 2006) Sedangkan trianggulasi metode merupakan jenis trianggulasi yang bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda. Di sini yang ditekankan adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Adapun bagan dari trianggulasi metode dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Kuesioner
Data
Wawancara
Sumber data
Observasi
Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006) Selain itu, pengembangan validitas juga dilakukan dengan cara melakukan revieu informan kunci. Pada waktu peneliti mendapatkan data
lxix
yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya walaupun masih belum utuh dan menyeluruh, tetapi apa yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan dengan informannya khususnya informan pokok (key informant). Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis merupakan pernyataan yang disetujui oleh mereka (Sutopo, 2006). Pernyataan-pernyataan yang ditulis dalam penelitian ini merupakan hasil yang disetujui oleh key informant. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Tiga komponen tersebut harus ada (dibuat atau dikembangkan), dan selalu terlibat dalam proses analisis, saling berkaitan serta saling menentukan arahan isi dan simpulan, baik yang bersifat sementara maupun simpulan akhir sebagai hasil analisis akhir. 1. Reduksi Data Reduksi
data
merupakan
proses
seleksi,
pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi data dari catatan lapangan. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan.
Dalam
penyusun
ringkasan
peneliti
membuat
coding,
memusatkan tema, menentukan batas permasalahan dengan menulis memo (Sutopo, 2006). 2. Sajian Data Sajian data menurut Sutopo (2006) merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
lxx
3. Penarikan kesimpulan (verifikasi) Kegiatan ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan-kesimpulan final mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan penelti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif” (Miles dan Huberman, 1992). Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, penelti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian data. Bilamana kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalam data (Sutopo, 2006). Dalam keadaan ini tampak bahwa penelitian kualitatif prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus sebagaimana gambar di bawah ini:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi Gambar 4. Model Analisis Interaktif
lxxi
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proses analisis dengan tiga komponen yang ada saling menjalin dan dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Selain itu, tiga komponen tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaktif baik antara komponennya maupun dengan proses pengumpulan data dalam proses yang berbentuk siklus. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapang melalui wawancara dengan beberapa subjek dan informan. Maka peneliti melakukan reduksi data dengan memilah-milah data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. Dalam melakukan proses reduksi, peneliti sekaligus membuat sajian datanya yaitu menyusun data yang diperoleh secara sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami alur berpikirnya. Selama proses reduksi dan penyajian data ini peneliti sudah mulai dapat menarik kesimpulan yang akan diperoleh melalui data atau informasi yang didapatkan. Dalam menarik kesimpulan ini apabila kesimpulan yang diperoleh kurang meyakinkan maka peneliti menggali lagi informasi yang ada (kembali ke tahap pertama) sehingga semakin meyakinkan kesimpulan yang diperoleh. Oleh karena itu, model analisis interaktif ini merupakan satu kesatuan yang saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya sehingga dalam proses pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang lainnya.
lxxii
IV.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam 1. Kondisi Geografi dan Topografi Kecamatan Laweyan mempuyai luas wilayah sebesar 863,57 Ha. Kecamatan laweyan terbagi menjadi 11 Kelurahan yaitu Kelurahan Pajang, Kelurahan Laweyan, Kelurahan Panularan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Penumping, Kelurahan Purwosari, Kelurahan Bumi, Kelurahan Sondakan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Jajar dan Kelurahan Karangasem. Tinggi tempat Kecamatan Laweyan dari permukaan laut yaitu 80 – 110 m dan mempunyai kemiringan lahan sebesar 0 – 2 %. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Laweyan yaitu: Sebelah Utara
: Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur
: Kecamatan Banjarsari
Sebelah Selatan
: Kecamatan Serengan
Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo
2. Luas dan Tata Guna Lahan Luas Wilayah Kecamatan Laweyan adalah 863,86 Ha yang terdiri dari perumahan atau pemukiman, perusahaan, tegalan, sawah, taman kota dan lain-lain. Keterangan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Luas dan Tata Guna Lahan di Kecamatan Laweyan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Lahan Perumahan/pemukiman Jasa Perusahaan Industri Tanah kosong Tegalan Sawah Kuburan Lapangan olahraga Taman kota Lain-lain Jumlah
Luas (Ha) 563,83 88,61 42,20 39,40 7,28 0,00 40,90 6,05 12,24 0,15 63,20 863,86
Prosentase (%) 65,27 10,26 4,88 4,56 0,84 0,00 4,73 0,70 1,42 0,02 7,32 100
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan di Kecamatan Laweyan dimanfaatkan untuk perumahan atau pemukiman
lxxiii
sebesar 563,83 (65,27%). Penggunaan lahan untuk pemukiman atau perumahan disebabkan oleh adanya peralihan fungsi lahan, sehingga sebagian besar masyarakat kota khususnya Kecamatan Laweyan bercocok tanam di pekarangan rumah masing-masing. Selain digunakan untuk pemuliman, lahan di Kecamatan Laweyan juga dimanfaatkan untuk jasa sebesar 10,26%, perusahaan sebesar 4,88% dan industri sebesar 4,56%. Di Kecamatan Laweyan masih terdapat sawah sebesar 4,73%, tanah kosong sebesar 0,84%, kuburan sebesar 0,70%, lapangan olahraga 1,42%, taman kota sebesar 0,02% dan tidak terdapat tegalan (0%). Sedangkan untuk lain-lain seperti pusat perbelanjaan, apotik dan
rumah sakit sebesar
7,32%. B. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan banyaknya penduduk pria dengan banyaknya penduduk wanita pada suatu daerah dan waktu tertentu. Sedangkan untuk penduduk usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas sebagai kelompok usia non produktif, dan penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok usia yang produktif (Mantra, 2003). Untuk tingkatan umur dan jenis kelamin dapat diamati pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Kelompok Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 + Jumlah
Jumlah Penduduk Laki-laki 6.298 5.060 5.285 5.827 6.114 6.003 5.783 5.211 4.297 3.358 53.236
Perempuan 7.240 5.416 5.536 5.778 6.433 6.482 6.425 5.383 4.679 3.520 56.892
Jumlah 13.538 10.476 10.821 11.605 12.547 12.485 12.208 10.594 8.976 6.878 110.128
Prosentase (%) 12,29 9,51 9,83 10,54 11,39 11,34 11,09 9,62 8,15 6,25 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
lxxiv
Berdasarkan jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan dapat diketahui nilai rasio jenis kelamin (Sex Ratio). Rasio jenis kelamin dapat diketahui rumus berikut ini: Sex Ratio
penduduk laki laki x 100 penduduk wanita 53.236 x 100 56.892
94
Sex ratio 94, ini berarti bahwa tiap 100 perempuan terdapat 94 lakilaki. Apabila angka ini jauh di bawah angka 100, maka akan menimbulkan berbagai masalah. Karena di wilayah Kecamatan Laweyan kekeurangan penduduk laki-laki, akibatnya di wilayah ini kekurangan tenaga laki-laki untuk melksanakan pembangunan atau masalah lain yang berkaitan dengan
perkawinan.
Sedangkan
untuk
angka
beban
tanggungan
merupakan perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Angka beban tanggungan dapat diketahui dengan rumus berikut : ABT
penduduk usia non produktif x 100 penduduk usia produktif 41.713 x 100 68.415
60,97
Angka beban tanggungan penduduk di Kecamatan Laweyan sebesar 60,97. Berarti tiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 61 orang penduduk usia non produktif. Angka beban tanggungan ini termasuk tinggi. Tingginya angka beban tanggungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi di Kecamatan Laweyan, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang non produktif. Berdasarkan tabel 5, juga dapat dihitung kepadatan penduduk di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Kepadatan penduduk
lxxv
adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah. Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembialng dapat berupa jumlah penduduk di wilyah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti penduduk daerah pedesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas wilayah, luas daerah pertanian atau luas daerah pedesaan. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : Kepadatan Penduduk =
=
Jumlah penduduk Luas wilayah
110.128 jiwa 8,6357 km 2
= 12.752,64 jiwa / km2. Hal ini berarti bahwa dalam tiap lahan seluas 1 km2 terdapat 12.753 penduduk. 2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Suatu negara dengan tingkat pendidikan tinggi berarti memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mengetahui keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Pendidikan Tamat akademik/ PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah Jumlah
Jumlah (Jiwa) 9.865 19.696 21.458 15.458 7.451 10.571 9.212 93.757
Prosentase (%) 10,51 21,01 22,89 16,59 7,95 11,22 9,83 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditempuh oleh penduduk di Kecamatan Laweyan adalah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu sebesar 21.458 orang atau sebesar 22,89%. Sedangkan untuk sekolah yang pernah ditampuh
olah
masyarakat
Kecamatan
lxxvi
Laweyan
adalah
tamat
akademik/PT (10,51%), tamat SLTA (21,01%), tamat SD (16,59%), tidak tamat SD (7,95%), belum tamat SD (11,22%) dan tidak sekolah (9,83%). 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Laweyan bekerja di berbagai bidang, hal ini menunjukkan bahwa keaktifan penduduk secara ekonomi cukup tinggi. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Mata Pencaharian Petani sendiri Buruh tani Pengusaha Buruh industry Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri Sipil Pensiunan Lain-lain Jumlah
Jumlah (Jiwa) 38 39 977 16.512 13.105 5.388 2.164 4.990 36.653 3.777 83.643
Persentase (%) 0,04 0,05 1,17 19,74 15,67 6,44 2,59 5,97 43,82 4,52 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Laweyan bekerja sebagai pensiunan (43,82%), buruh industry (19,74%) dan buruh bangunan (15,67%). Adapun jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani sendiri maupun buruh tani masing-masing 0,04% dan 0,05%. Jumlah penduduk paling sedikit adalah mereka yang bekerja di sektor pertanian, hal ini dikarenakan lahan sawah di Kecamatan Laweyan cukup sempit hanya 40,90 Ha. Sehingga penduduk yang bekerja dan berminat untuk bekerja sebagai petani pun hanya sedikit. C. Keadaan Pertanian dan Peternakan Produksi pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta cukup banyak mulai dari hasil padi, buah-buahan hingga hasil perikanan dan peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pangan dan gizi penduduk Kota Surakarta cukup baik. Untuk mengetahui jumlah produksi komoditas pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
lxxvii
Tabel 8. Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kecamatn Laweyan pada bulan Maret 2010 No. 1. 2. 3.
4.
Komoditas Pertanian Padi sawah Kelapa Hortikultura - Belimbing - Jambu biji - Nangka - Pepaya - Pisang - Sawo - Sirsak - Melinjo Tanaman Hias - Anggrek - Mawar - Melati - Aglonema - Adenium - Euphorbia - Anthurium - Caladium
Jumlah Produksi 7 ton/Ha 0,012 ton 61 kw 9 kw 3 kw 29 kw 60 kw 12 kw 1 kw 183 kw 270 tangkai 125 tangkai 30 tangkai 60 pohon/rumpun 600 pohon/rumpun 450 pohon/rumpun 255 pohon/rumpun 300 pohon/rumpun
Sumber: Laporan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kota Surakarta pada bulan Maret 2010 Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa komoditas pertanian di Kecamatan Laweyan jumlah produksi padi sawahnya sebesar 7 ton/Ha dan kelapa 0,012 ton. Sedangkan untuk produksi hortikultura yang paling banyak adalah produksi tanaman melinjo yaitu sebesar 183 kw dan untuk tanaman hias yang paling banyak adalah tanaman anggrek yaitu sebesar 270 tangkai. Dengan hasil produksi melinjo yang banyak, maka selain diadakan kegiatan peyuluhan tanaman hias khususnya anggrek, di Kecamatan Laweyan juga diadakan kegiatan penyuluhan olahan pangan yang bahan daasarnya dari melinjo misalnya membuat emping melinjo. Komoditas ternak yang terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu sapi, kerbau, kambing, ayam buras, dan itik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
lxxviii
Tabel 9. Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan Laweyan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jenis Ternak Sapi perah Sapi biasa Kerbau Kambing/domba Kuda Ayam kampung Ayam ras Itik Itik manila Angsa
Jumlah (ekor) 239 9 77 180 86 8.118 38 165 65 20
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010 Kecamatan Laweyan juga merupakan salah satu penghasil ayam kampung paling banyak yaitu 8.118 ekor. Hal ini disebabkan oleh adanya bantuan dari pemerintah kota untuk mengembangkan usahanya selain usata pertanian. Selain ayam kampung, ada juga hasil peternakan yang lain yaitu sapi perah (239 ekor), sapi biasa (9 ekor), kerbau (77 ekor), domba atau kambing (180 ekor), kuda (86 ekor), ayam ras (38 ekor), itik (165 ekor), itik manila (65 ekor) dan angsa (20 ekor). D. Keadaan Sarana Perekonomian Tersedianya sarana perekonomian di suatu wilayah sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan perekonomian penduduk di wilayah tersebut. Adapun sarana perekonomian yang terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu 2 unit kios saprotan. Industri yang berkembang di Kecamatan Laweyan yaitu industri kecil rumah tangga yang didominasi industri olahan pangan dan sektor jasa seperti penjahit, fotocopy, bengkel, dan salon. Selain itu, Kecamatan Laweyan juga ditunjang dengan lembaga keuangan yang berupa 1 unit Bank Unit Desa (BPR dan BRI). E. Keadaan Kelembagaan Penyuluhan Dinas Pertanian merupakan salah satu kelembagaan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Jumlah Kelurahan di wilayah Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yaitu sebanyak 11 Kelurahan. Jumlah kelembagaan yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta terdiri atas 8 kelompok tani, yang terdiri dari 5 kelompok tani dewasa (83 orang) dan
lxxix
3 wanita tani (53 orang). Dari sebelas Kelurahan yang ada di Kecamatan Laweyan dibagi menjadi 4 wilayah binaan (wibi) penyuluh pertanian di mana masing-masing wilayah binaan terdiri atas dua Kelurahan. Masing-masing wilayah binaan dibawahi oleh satu orang penyuluh pertanian. Berdasarkan Data Base THL TBPP, tim penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan adalah sebagai berikut: Tabel 10. Daftar Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Laweyan No.
Nama Penyuluh
1.
Sodi
2.
Wahyu Utomo, SP.
3.
Sri Rahayu Waluyaningsih, SP. Anang Dwinanto B.,B.Sc
4.
Jabatan Dalam Dinas Petugas Dinas Pertanian (PDP) THL
Wilayah Binaan Koordinator
-
Laweyan
THL
Laweyan
THL
Laweyan
Karangasem, Kerten. Karangasem, Jajar. Karangasem, Sondakan.
Sumber Data: Data Base THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
lxxx
Kelurahan
V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data 1. Sistem Penyuluhan Pertanian a. Kebijakan Penyuluhan Pertanian Kebijakan pemerintah yang terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu program peningkatan
kesejahteraan petani;
program peningkatan
penerapan teknologi pertanian, perikanan dan perkebunan; program peningkatan produksi pertanian, perikanan, perkebunan yang didukung dengan adanya program-program pemerintah seperti subsidi bibit tanaman anggrek dan pupuk tanaman anggrek, alat mekanisasi (drayer dan pompa air), pinjaman per kelompok tani Rp 10 juta1, SLPTT, budidaya tanaman anggrek, olahan pangan, tanaman sayur, perikanan dan tanaman obat2. Wilayah Kecamatan Laweyan, sebagian besar lahan pertaniannya dimanfaatkan untuk perumahan. Sehingga, sebagian besar masyarakat Kecamatan Laweyan membudidayakan tanaman hortikultura (tanaman buah, tanaman sayur dan tanaman hias) di pekarangan rumah masingmasing. Selain digunakan untuk mengembangkan tanaman hortikultura, pekarangan rumah mereka juga digunakan untuk membudidayakan ikan lele dan lobster. Serta untuk bahan olahan pangan, mereka menggunakan berbagai jenis tanaman yang ada di pekarangan rumah mereka seperti
1
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Heri Iswanti selaku Ketua Kelompok Tani Mawar Merah Kecamatan laweyan Kota Surakaarta: “Setiap kelompok tani yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta telah mendapatkan pinjaman uang RP 10 juta. Pinjaman tersebut kami pergunakan untuk mengembangkan usaha” (wawancara 17 Mei 2010).
2
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Kecamatan Laweyan: “PDP hanya penyambung lidah dari Dinas ke masyarakat. PDP itu dibantu oleh penyuluh yang berhubungan langsung dengan petani. Kebijakan yang pernah diberikan di Kecamatan Laweyan antara lain bantuan subsidi pupuk, bibit anggrek, alat mekanisisasi (seperti drayer dan pompa air), pinjaman 10 juta tiap kelompok tani, tanaman sayuran, olahan pangan, perikanan, budidaya tanaman anggrek dan tanaman obat” (wawancara 11 Mei 2010).
lxxxi
rosella untuk membuat sirup dan jahe untuk membuat minuman jahe instan. Terkait dengan kebijakan-kebijakan tersebut, pemerintah daerah (pemda) juga ikut berperan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan. Peran pemda tersebut berupa pemberian pembinaan berupa pelatihan-pelatihan, kerjasama dan koordinasi. Karena tanpa peran pemda tersebut program-program pemerintah tidak akan berjalan lancar. Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan bantuan fasilitas-fasilitas yang berupa drayer dan pompa air untuk mendukung kelancaran kegiatan penyuluhan di lapangan. Pengaruh
kebijakan
terhadap
kinerja
penyuluh
dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah cukup bagus karena penyuluh lebih cepat mendapatkan informasi dari manasaja baik dari pusat maupun dari sasaran dan permintaan dari bawah dapat cepat ditanggapi, SLPTT dapat memberikan motivasi kepada kelompok tani untuk lebih aktif, pinjaman modal Rp 10 juta untuk setiap kelompok tani dapat digunakan oleh para anggota kelompok tani untuk mengembangkan usahataninya seperti ternak ayam potong. b. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Berdasarkan penjelasan para subjek dan informan, bentuk kelembagaan penyuluhan pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah3, karena dana yang didapat untuk kegiatan penyuluhan dan dana untuk tenaga penyuluh berasal dari pemerintah4. Tugas kelembagaaan selama kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan adalah memberikan penyuluhan dan pelatihanpelatihan seperti pembuatan pupuk cair dan penyilangan tanaman 3
4
Seperti halnya diungkapkan oleh Bapak Wahyu Utomo selaku Ketua Koordinator THL-TBPP Dinas Pertanian Kota Surakarta “…. Bentuk kelembagaannya penyuluhan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang langsung ke Dinas. Tugasnya mengatur kegiatan kelompok tani, kebutuhan pupuk, kebutuhan sarana dan prasarana kelompok tani serta mengkoordinasi kegiatan penyuluhan” (wawancara 22 April 2010). Hal tersebut diperjelas dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Kecamatan Laweyan: “… Dana yang didapatkan untuk kegiatan penyuluhan dan untuk biaya penyuluh berasal dari pemerintah” (wawancara 11 Mei 2010).
lxxxii
anggrek, mengatur kegiatan kelompok tani, membina penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas-tugasnya, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan penyuluhan serta memberikan bantuan pinjaman. Adapun struktur kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Kepala Dinas
Kabid Produksi
PDP (Petugas Dinas Pertanian)
Kabid Pertanian
THL TBPP (Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian)
= garis komando = garis koordinasi Gambar 5. Struktur Kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta Berdasarkan struktur kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta dapat dijelaskan bahwa PDP adalah staff yang ditugasi menangani secara teknis di wilayah (Kecamatan) dan koordinator dengan Kabid Produksi. Sedangkan THL adalah koordinasi dengan PDP dalam pelaksanaan penyuluhan di lapang (wilayah) dan koordinator dengan Kabid Pertanian. Sehingga PDP dan THL merupakan satu kesatuan unit kerja yang dapat mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta5. Kekurangan dari kelembagaan pemerintah yaitu masalah pertanian yang belum terarah dengan baik, kurangnya koordinasi antara penyuluh dan lahan pertanian yang sempit. Sedangkan kelebihan dari kelembagaan pemerintah yaitu tenaga penyuluhnya sudah banyak, sarana dan prasarananya sudah mencukupi dan bisa mendukung kegiatan kelompok
5
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Luluk selaku THL di Kecamatan Laweyan: “… Di Kecamatan Laweyan, terdapat PDP dan THL. THL dan PDP merupakan satu kesatuan unit kerja yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian ” (wawancara 11 Mei 2010).
lxxxiii
tani. Berdasarkan penjelasan dari para informan bahwa di Kecamatan Laweyan tidak ada kelembagaan penyuluhan swasta6 dan swadaya7. c. Ketenagaan Penyuluhan Pertanian Jumlah penyuluh di Kecamatan Laweyan adalah 4 orang penyuluh pertanian yang terdiri dari 1 PDP dan 3 THL TBPP. Masing-masing penyuluh memegang wilayah binaan yang terdiri dari 2 Kelurahan. Koordinator tidak mempunyai wilayah binaan. Tetapi yang sering menghadiri pertemuan rutin hanya dua orang8. Peran penyuluh pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan kelompok, menyampaikan informasi-informasi dari pusat kepada para petani yang terkait dengan pertanian, melakukan pemasaran, pameran hasil pertanian, mengikuti ketahanan pangan dan melihat keunggulan yang ada dalam kelompok tani. Berdasarkan penjelasan dari para subjek dan informan bahwa di Kecamatan Laweyan tidak ada penyuluh swasta dan swadaya9. Kekurangan dari tenaga penyuluh pemerintah yaitu intensitas pendampingan kelompok tani yang kurang, penyuluh yang masih kalah pengalaman dengan para petani dan penyuluh di Kecamatan Laweyan sebagian besar masih honorer. Sedangkan kelebihan dari tenaga penyuluh pemerintah yaitu mempunyai keterampilan untuk membuat inovasiinovasi baru, bisa menjembatani kebutuhan kelompok tani, penyuluh 6
7
8
9
Hal tersebut seperti penjelasan yang diberikan Ibu Karbino selaku Ketua Kelompok Tani Srikandhi Kecamatan Laweyan “…. Di Kecamatan Laweyan tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, langsung ke Dinas” (wawancara 24 Mei 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu Utomo selaku Ketua Koordinator THL-TBPP: “…. Kalau di Kecamatan Laweyan, kelembagaan swasta dan swadaya belum ada, semua kegiatan yang berhubungan dengan pertanian langsung ke Dinas” (wawancara 22 April 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Dinas Pertanian Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yaitu: “….Di Kecamatan Laweyan jumlah penyuluhnya 3 orang dan PDPnya 1 orang. Tapi masih THL belum PNS. Dan yang sering menghadiri pertemuan tiap bulan hanya 2 orang saja, karena satu orang penyuluh sedang mendapat tugas ke Ngawi” (wawancara 11 Mei 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu selaku Ketua Koordinator THL-TBPP yaitu: “…. Penyuluh swasta dan swadaya di Kecamatan Laweyan sampai saat ini belum ada” (wawancara 22 April 2010).
lxxxiv
lebih dekat dengan pemerintah dan sering mendapatkan informasi yang lebih dari pemerintah, tidak pamrih, bisa mengetahui pengalamanpengalaman baru serta memberikan penyuluhan dan informasi sesuai dengan kebutuhan petani. d. Pembiayaan Penyuluhan Pertanian Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat10 dan swadaya anggota11. Proporsi pembiayaan dari masing-masing sumber pembiayaan adalah pembiayaan untuk kegiatan penyuluhan pertanian lebih banyak berasal dari APBD Kota Surakarta yaitu sebesar 50% lebih sedangkan sisanya berasal dari swadaya anggota12. Prosedur penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat dikirimkan ke Dinas Pertanian kemudian dari Dinas membaginya per kelompok tani dan penggunaannya tergantung kebutuhan per kelompok tani. Serta untuk para penyuluh PNS termasuk biaya operasional dan pemeliharaan drayer dan pompa air, dana dari pemkot Surakarta disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke penyuluh PNS, sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh pemkot Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan pembiayaan untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas Pertanian, pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk dibuat perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan kepada kelompok tani. Penentuan prioritas penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah lebih banyak digunakan untuk konsumsi, studi banding, membeli media tanam dan praktek. Pembiayaan penyuluhan pertanian oleh 10
11
12
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu selaku Ketua Koordinator THL-TBPP yaitu: “….Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat” (wawancara 22 April 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Thoyyib selaku ketua kelompok tani Putri Mandiri yaitu: “…. Pembiayaan dari setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani berasal dari swadaya anggota, sedangkan dari pusat untuk kelompok kami belum ada” (wawancara 28 April 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Proporsi terbesar berasal dari APBD kota Surakarta sekitar 50 % lebih tapi untuk lebih jelas itu tugasnya struktural” (wawancara 22 April 2010).
lxxxv
pemerintah tersebut dirasakan oleh penyuluh dan kelompok tani sudah cukup untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Kekurangan dari pembiayaan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan yaitu kelompok tani sangat sulit untuk menentukan penggunaan dana tersebut, kelompok tani tidak bisa merinci penggunaan modal, banyak anggota kelompok tani yang belum punya kesadaran untuk datang dalam pertemuan dan anggota kelompok tani yang sulit untuk melunasi pinjman. Sedangkan kelebihan dari pembiayaan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan yaitu dana yang didapatkan dari pemerintah daerah bisa langsung dipinjamkan ke masing-masing anggota kelompok tani untuk kebutuhan hidupnya dan mengembangkan usahataninya serta bisa untuk menunjang kegiatan kelompok tani (misalnya untuk praktek dan studi banding). e. Pengawasan dan Pengendalian Penyuluhan Pertanian Bentuk pengawasan dan pengendalian kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah membuat laporan tiga bulan sekali untuk tanaman pangan dan satu bulan sekali untuk tanaman hias13, melakukan monitoring dan evaluasi (monev) satu bulan sekali serta mengumpulkan kelompok tani yang tidak sehat selama tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan14. Berdasarkan Buku Kerja Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian Tahun 2009 tentang Supervisi, monitoring evaluasi dan pelaporan bahwa: supervisi, monitoring evaluasi dilakukan oleh pusat dilakukan enam bulan sekali, oleh Provinsi dilakukan tiga bulan sekali dan oleh Kota dilakukan sebulan sekali. Dan pelaporan yang dilakukan oleh Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yaitu: 13
14
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu: “….Di Kecmatan Laweyan pengawasannya dalam bentuk laporan 3 bulan untuk tanaman pangan dan sebulan sekali untuk tanaman hias. Dan selanjutnya dilaporkan ke pusat” (wawancara 11 Mei 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Untuk kegiatan penyuluhan tanaman hias pekarangan, pengawasannya dilakukan dengan memantau tiap bulan serta mengumpulkan kelompok tani yang kurang sehat untuk dievaluasi kegiatannya” (wawancara 22 April 2010).
lxxxvi
1) Menyusun laporan yang memuat data monografi wilayah, potensi agroekosistem, poktan atau gapoktan, usahatani atau produksi pertanian, kelembagaan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi penyuluhan pertanian. 2) Menyusun laporan hasil identifikasi masalah-masalah dan upaya pemecahan masalah yang dihadapi petani dan keluarganya dalam berusahatani. 3) Menyusun laporan hasil pengamatan dan pengembangan sumberdaya. 4) Menyusun laporan hasil RDKK. 5) Menyampaikan laporan kepada Kepala atau Koordinator Dinas. 6) Laporan disampaikan paling lambat hari pertama Minggu kedua. Pihak yang melakukan pengawasan dan pengendalian adalah Dinas Pertanian (PDP dan THL), Pusat (staff khusus kepresidenan), Bappeda, Lurah, pengurus dan anggota kelompok tani15. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian, terkait dengan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukannya dan melakukan pelaporan ke Pusat. Untuk Lurah melakukan pengawasan di tiap Kelurahan terkait dengan dana Blockgrant yang diberikan kepada setiap kelompok tani. Bappeda dan Pusat melakukan pengawasan kaitannya dengan laporan dari Dinas Pertanian. Pengurus dan anggota kelompok tani melakukan pengawasan sendiri terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh kelompoknya kemudian melaporkannya ke Dinas Pertanian. Kekurangan
dari
pengawasan
dan
pengendalian
kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah dari kelompok taninya sendiri belum dapat menjalankan dengan baik dari kegiatan yang ada, masyarakat belum punya kesadaran untuk mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian dan intensitas pertemuan kelompok tani yang 15
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu: “….Biasanya pengawasan diakukan oleh PDP dan THL, pernah juga dari Bappeda dan Pusat yang datang untuk meninjau langsung kegiatan penyuluhan. Selain itu dari puhak Kelurahan dan Kelompok tani juga ikut mengawasi setiap kegiatan penyuluhan yang berlangsung setiap bulannya” (wawancara 11 Mei 2010).
lxxxvii
kurang. Sedangkan kelebihan dari pengawasan dan pengendalian kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah antara penyuluh dan petani bisa saling mengisi kelebihan dan kelemahannya, permasalahan kegiatan kelompok tani bisa diawasi secara langsung, terpantau kegiatannya dan jika dari Dinas Pertanian dan Pusat datang semua, pengalaman petani bisa bertambah lebih banyak serta bisa saling tukar menukar pengalaman. 2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian a. Programa Penyuluhan Langkah
penyusunan
programa
penyuluhan
pertanian
di
Kecamatan Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh dan petani. Untuk mengetahui kebutuhan petani biasanya petani mengadakan pertemuan dengan Dinas Pertanian. Hal ini dilakukan supaya kebutuhan yang sangat diperlukan oleh para petani dapat diprioritaskan terlebih dahulu. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian menyatakan bahwa ada beberapa langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di tingkat Kelurahan yaitu: 1) Penyusunan programa Kelurahan dimulai dengan penggalian data atau informasi mengenai potensi, monografi, jenis komoditas unggulan dan tingkat produktivitasnya, keberadaan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan), kelembagaan agribisnis dan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama. Penggalian data dan informasi ini dilakukan dengan menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) atau teknik identifikasi keadaan wilayah lainnya. 2) Hasil penggalian data informasi tersebut merupakan masukan untuk menyusun rencana kegiatan poktan atau gapoktan dalam setahun yang mencerminkan upaya perbaikan produktivitas usaha di tingkat poktan
lxxxviii
atau gapoktan (RDK/Rencana Definitif Kelompok) yang dilengkapi dengan rincian kebutuhan sarana produksi atau usaha yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan rencana tersebut (RDKK/ Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). 3) Selanjutnya hasil rekapitulasi RDK dan RDKK seluruh poktan atau gapoktan di Kelurahan akan dikaji dengan kegiatan dinas. 4) Pengkajian kegiatan poktan atau gapoktan dilakukan melalui serangkaian pertemuan-pertemuan yang dimotori oleh para penyuluh, Lurah dan pengurus poktan atau gapoktan. 5) Programa yang sudah final ditandatangani oleh para penyusun kemudian ditandatangani oleh Lurah sebagai tanda mengetahui. 6) Selanjutnya akan disampaikan ke Kecamatan dan untuk disampaikan di
dalam
forum
Musrenbangkel
(Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Kelurahan). Langkah yang ditempuh untuk mengakomodasi kebutuhan petani dalam programa penyuluhan pertanian adalah dengan mengadakan percontohan terlebih dahulu, menyamakan kegiatan kelompok dengan Musren (Musyawarah Rencana) antara kelompok tani dengan Dinas Pertanian dan mengadakan pertemuan16. Tujuan dibuat programa penyuluhan pertanian adalah untuk mengetahui dan mengatur kebutuhan kelompok tani, sebagai acuan untuk melakukan kegiatan penyuluhan selanjutnya dan supaya kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan baik. Hal terpenting yang ingin dicapai dengan pembuatan programa penyuluhan pertanian adalah terciptanya kepuasan petani atas kegiatan penyuluhan yang diadakan. dengan melakukan pendekatan-pendekatan kepada para petani untuk dapat mencapai kepuasan mereka. Pendekatan16
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Dulu pernah ada program penyuluhan tapi tahun ini belum dibuat karena awalnya tidak ada penyuluh PNS, tidak ada motivasi untuk membuat programa dan Kota Solo sendiri bukan sentral pertanian. Programa yang biasanya kita buat hanya berupa buku laporan kegiatan THL-TBPP saja. Buku laporan ini dibuat dengan cara melakukan musyawarah terlebih dahulu antara kelompok tani dengan Dinas Pertanian dan melakukan pertemuan rutin setiap bulannya ” (wawancara 22 April 2010).
lxxxix
pendekatan tersebut dilakukan melalui pendekatan perseorangan, pendekatan kelompok maupun dengan pendekatan secara massal. Selama ini sudah ada pembinaan dan pengawasan dari Dinas Pertanian dan ketua kelompok tani dalam penyusunan dan pelaksanaan programa penyuluhan pertanian. Bentuk pembinaan dan pengawasan yaitu berupa rapat pelaksanaan programa dan mengadakan pertemuan dan pelatihan tiap bulan yang meliputi: pembuatan programa penyuluhan sudah jadi atau belum, kapan diselesaikan, masalah yang dihadapi dan upaya pemecahan masalah. Permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan dan pelaksanaan programa penyuluhan pertanian adalah tidak ada anggaran untuk penyusunan programa, kebutuhan kelompok yang bermacam-macam dan sebagian besar anggota kelompok tani yang masih aktif adalah ibu-ibu. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah untuk anggaran biasanya dilakukan secara gotong royong, untuk kebutuhan kelompok biasanya dengan rencana kegiatan kelompok setiap enam bulan sekali dan setiap pertemuan diberi undangan serta para anggota kelompok tani beralih ke olahan pangan seperti peyek kacang, tahu mangkuk, telur asin, sirup rosella dan jahe instan. Bahan olahan pangan pada umumnya berasal dari tanaman yang ditanam di pekarangan rumah anggota kelompok tani. Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan jabaran dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di tingkat wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat latar belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan umum wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan teknologi pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta kebijakan pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan dalam kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi maupun teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh
xc
pertanian di Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan datang. b. Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju ke Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT. Terakhir, kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para petani melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik, ada juga mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau usulan dari para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh pertanian melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh akan langsung lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke pusat17. Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian18, Ketua RW dan Ketua RT19. Ada pembinaan dan pengawasan dalam mekanisme kerja penyuluhan pertanian. Bentuk pembinaan dan pengawasan adalah THL ikut mendampingi kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh berkoordinasi langsung dengan Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian, perwakilan 2 orang tiap kelompok tani untuk dilatih di Dinas Pertanian dan studi banding dengan kelompok tani lainnya. 17
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu: “….Modelnya yaitu permintaan-permintaan dari bawah atau kemauan-kemauan dari masyarakat itu apa kemudian lapor ke atas Dinas terus ke Propinsi. Ada juga yang berasal dari Pusat yang kemudian diberikan kepada para petani misalnya olahan pangan” (wawancara 11 Mei 2010).
18
19
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Dalam mekanisme penyuluhan pertanian, pihak yang berperan antara lain THL, kelompok tani,Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Lurah” (wawancara 22 April 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Yus selaku anggota kelompok tani Srikandhi yaitu: “….Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian, antara lain THL, kelompok tani, Ketua RT, Ketua RW dan Lurah” (wawancara 24 Mei 2010).
xci
Permasalahan yang ditemukan dalam mekanisme penyuluhan pertanian adalah jadwal Senin sampai Kamis tidak bisa dijalankan dengan baik oleh para penyuluh karena penyuluh merangkap secara struktural (administrasi dan penyuluh lapang) dan sebagian besar anggota kelompok tani yang masih aktif adalah ibu-ibu rumah tangga. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah melaksanakan kegiatan administrasi terlebih dahulu lalu kemudian penyuluh baru ke lapang, mencari jadwal yang sesuai dengan penyuluh dan anggota kelompok tani dan langsung mendekati per RW untuk bersosialisasi. Meskipun jumlah tani wanita lebih sedikit bila dibandingkan dengan tani dewasa, tetapi tani wanita di Kecamatan Laweyan lebih aktif melakukan kegiatan penyuluhan bila dibandingkan dengan tani dewasa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anggota kelompok tani dewasa pada saat pertemuan rutin mereka masih bekerja. Adapun jumlah anggota dalam kelembagaan petani di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Jumlah Anggota dalam Kelembagaan Petani di Kecamatan Laweyan Nama Kecamatan
Laweyan
Jumlah Kelompok Tani 8
Tani Dewasa Jml. Jml. Kel. Ang. 5 83
Jumlah Kelompok Tani Tani Wanita Taruna Tani Jml. Jml. Jml. Jml. Kel. Ang. Kel. Ang. 3 53 -
Sumber Data: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010 Keterangan: Jml.Kel. = Jumlah Kelompok Tani Jml.Ang. = Jumlah Anggota
c. Metode Penyuluhan Pertanian Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah pendekatan perorangan dan pendekatan kelompok. Metode yang dominan digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan yaitu pendekatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan dana yang tersedia untuk melaksanakan metode penyuluhan sangat terbatas, jadi dengan penggunaan metode tersebut materi penyuluhan dapat tersampaikan kepada para petani dengan dana yang relatif murah. Dasar pemilihan metode adalah permintaan dari anggota kelompok tani
xcii
kemudian penyuluh menindaklanjuti metode tersebut. Penerimaan metode oleh sasaran adalah sudah diterima dengan baik dan sudah dipraktekkan oleh anggota kelompok tani20. Permasalahan
yang
ditemukan
dalam
penggunaan
metode
penyuluhan pertanian antara lain teknik komunikasi kurang baik, usia anggota kelompok tani yang sudah tua, sulit untuk mengumpulkan anggota kelompok tani dan dana yang tidak ada untuk melakukan kegiatan yang menggunakan biaya lebih banyak. Cara mengatasi permasalahan adalah memakai bahasa campuran dalam berkomunikasi, melihat VCD atau studi banding, dimusyawarahkan bersama antara penyuluh dan anggota kelompok tani serta mengajukan proposal ke Pusat. d. Materi Penyuluhan Pertanian Jenis materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan anggrek serta penggantian media tanam verikultur dan pelatihan verikultur (tanaman anggrek). Untuk saat ini, materi penyuluhan yang banyak disampaikan oleh para penyuluh adalah tentang budidaya tanaman anggrek dan olahan pangan. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar anggota kelompok tani berasal dari kalangan ibu-ibu rumah tangga. Dasar penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari anggota kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani terus melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan. Berdasarkan keterangan para subjek dan informan, materi yang telah disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tersebut sudah sesuai
20
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “…. Metode yang pernah digunakan dalam kegiatan ini antara lain dengan demonstrasi atau praktek langsung, diskusi, ceramah, studi banding dan pendampingan kelompok. Pemilihan metode tergantung kebutuhan petani dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran dan sudah dipraktekkan karena biasanya disertai dengan gambar transparan dan dengan langsung praktek” (wawancara 22 April 2010).
xciii
dengan kebutuhan petani. Hal ini disebabkan karena materi tersebut didasarkan pada permintaan para anggota kelompok tani21. Permasalahan dalam menetapkan dan menyampaikan materi penyuluhan pertanian adalah banyak anggota kelompok tani yang berusia tua sehingga mereka malas untuk mengikuti pertemuan. Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan teori sebentar kemudian praktek langsung dan dengan melakukan pendekatan setiap anggota kelompok tani supaya ikut terlibat dalam kegiatan penyuluhan. e. Peran Serta dan Kerjasama Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan dapat berjalan karena adanya peran serta dari berbagai pihak. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah THL, PDP, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian Propinsi, Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan masyarakat sekitar. Bentuk dan pihak yang berperan serta dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Bentuk Peran Serta dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan No.
Pihak yang Berperan Serta
1.
THL dan PDP
2. 3.
6.
Lurah Ketua, pengurus dan anggota kelompok tani Dinas Lingkungan Hidup Dinas Pertanian Propinsi (PHP: Petugas Hama Penyakit) Staff Kehutanan Dinas Pertanian
7.
Masyarakat sekitar
4. 5.
Bentuk Peran Serta Penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian dan penyampai informasi Pendorong kelompok tani Perencana, penerima dan pelaksana informasi Penyampai informasi pembuatan kompos Penanggulangan hama dan penyakit Pengawasan kegiatan penyuluhan pertanian Membantu kegiatan penyuluhan secara tidak langsung
Sumber: Data Primer
21
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “…. Materi yang pernah kita sampaikan dalam kegiatan penyuluhan antara lain teknik budidaya adenium, anggrek, hortikultura, pembutan kompos dan olahan pangan. Dasar penentuan materi biasanya dari kelompok tani mintanya apa, Dinas Cuma menjembatani saja dan materinya sudah sesuai dengan kebutuhan sasaran karena petani yang minta, kalau kita yang menentukan kebutuhan dari petani biasanya petani kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan” (wawancara 22 April 2010).
xciv
Selain adanya peran serta dari berbagai pihak tersebut, maka diperlukan juga adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat. Sikap pemerintah daerah terhadap pihak-pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan adalah sudah cukup bagus22. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kunjungan mereka dalam kegiatan penyuluhan dan ikut serta dalam memecahkan masalah yang ada, pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada kelompok-kelompok tani serta adanya pembinaan dan pengawasan kepada kelompok tani. Permasalahan yang ditemukan oleh pihak yang berperan serta adalah kelompok tani sangat susah diatur, modal, pinjaman yang belum lunas, waktu dan lahan sempit. Cara mengatasi permasalahan adalah sosialisasi, pendampingan, pertemuan rutin, mengajukan proposal, melaksanakan pembinaan dan membayar pinjaman setiap bulan. Selain adanya peran serta dari berbagai pihak, kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga menimbulkan beberapa jalinan kerjasama antara berbagai pihak sehingga tercipta keadaan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerjasama. Jalinan kerjasama tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13. Jalinan Kerjasama dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta No. 1. 2.
Lingkup Kerjasama Kegiatan penyuluhan dan pembiayaan penyuluhan Subsidi tanaman anggrek
3.
Pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias dan jualan hasil tani
4.
Penanggulangan hama dan penyakit
Pihak-pihak yang Bekerjasama Lurah, Dinas Pertanian dan kelompok tani Penyedia bibit anggrek dari Salatiga dan Dinas Pertanian Aspartan (Assosiasi Pasar Tani), pedagang tanaman hias, masyarakat sekitar dan kelompok tani PHP Propinsi, Dinas Pertanian dan kelompok tani
Sumber: Data Primer
22
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “…. Sikap pemerintah daerah jelas cukup bagus karena dipantau langsung dari propinsi dan pemerintah daerah sudah menyerahkan ke Dinas Pertanian. Yang ikut berperan serta biasanya Lurah, Dinas Lingkungan Hidup terkait dengan pembuatan kompos dan Dinas Pertanian propinsi (PHP) terkait dengan hama dan penyakit” (wawancara 22 April 2010).
xcv
Berdasarkan
tabel
13,
jalinan
kerjasama
dalam
kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena Dinas Pertanian, Lurah dan kelompok tani merupakan satu kesatuan yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama dengan penyedia bibit anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman hias dan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong kelompok tani, Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat pemasaran hasil pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai perencana, penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal usaha. Permasalahan yang ditemukan dalam hubungan kerjasama adalah penyuluh sudah memberikan informasi tapi dari kelompok tani belum melaksanakan informasi tersebut dengan baik, pemikiran kelompok tani yang inginnya selalu dibantu terus, jarak jualannya jauh serta waktunya setiap hari. Cara mengatasi permasalahan adalah untuk kegiatan pelatihan atau pemantauan dari kelompok tani diberi undangan supaya bisa datang semua serta beralih ke olahan pangan.
3. Kinerja Penyuluh Kinerja penyuluh di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena petani sudah mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pertanian, penyuluh sering melakukan pemantauan ke rumah-rumah yang sering dibantu dan penyuluh mempunyai ide-ide kreatif untuk membuat inovasiinovasi baru. Pihak yang berperan dalam kinerja penyuluh adalah ketua dan
xcvi
anggota kelompok tani, THL, PDP dan Struktural Dinas23. Dalam kinerja penyuluh, ada pembinaan dan pengawasannya. Bentuk pembinaan dan pengawasan adalah dengan membuat laporan tiga bulan sekali ke pusat oleh PDP dan laporan bulanan ke PDP oleh THL, sedangkan dari kelompok tani terdapat laporan sebulan sekali ke Dinas. Permasalahan yang ditemukan dalam kinerja penyuluh adalah Kota Surakarta bukan merupakan konsentrasi pertanian dan kelompok tani belum mempunyai inisiatif untuk membuat inovasi-inovasi baru. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memberikan inovasi olahan pangan dan memberikan teknik budidaya tanaman hortikultura. 4. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian Berdasarkan penjelasan dari para subjek dan informan bahwa di Kecamatan Laweyan hanya terdapat kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian yaitu berupa kios saprotan dan Bank Unit Desa (BPR dan BRI)24. Kios saprotan adalah kelembagaan yang berfungsi untuk menyediakan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media tanam. Sedangkan Bank Unit Desa (BPR dan BRI) adalah kelembagaan yang berguna
memberikan
pinjaman
modal
kepada para
petani
untuk
mengembangkan usahanya. Namun selama dua tahun terakhir ini, para petani lebih senang meminjam uang di kelompok taninya masing-masing. Hal ini disebabkan karena bunga dari bank lebih besar jika dibandingkan dengan bunga yang berasal dari kelompok tani25. Adapun kelembagaan
23
24
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “…. Kinerja penyuluh disini sudah baik, karena penyuluh disini sudah ada pembinaan yang dilakukan oleh struktural Dinas dan pengawasannya berupa laporan bulanan ke pusat” (wawancara 22 April 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Kecamatan Laweyan hanya mempunyai beberapa kelembagaan pendukung yaitu berupa BRI dan kios saprotan, tetapi untuk kegiatan penyuluhan pertanian langsung ditangani oleh Dinas Pertanian” (wawancara 22 April 2010).
25
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Heri Iswanti selaku Ketua Kelompok Tani Mawar Merah yaitu: “….Dahulu kelompok tani di Kecamatan Laweyan meminjam modzl untuk kegiatan penyuluhan kepada bank. Namun karena bunganya terlalu besar, maka sekarang ini para anggota lebih senang meminjam uang kepada kelompok tani” (wawancara 17 Mei 2010).
xcvii
pendukung kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 14. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan Jumlah BUUD/ KUD Buah
Ang.
-
-
Koperasi Pertanian di luar KUD Buah Ang. -
-
Bank Unit Desa (BPR, BRI)
Kios Saprotan
Lembaga Swadaya Desa (LSD)
ada
2
-
Lumbung Padi Desa
-
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010 Keterangan: Ang. = Anggota
Tugas dari kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah memberikan pinjaman dan menyediakan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media tanam. Adapun kekurangan dari kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah kios saprotan masih sedikit dan suku bunga banknya besar. Sedangkan untuk kelebihan dari kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah kebutuhan pertanian dapat diatasi, bisa untuk menunjang kegiatan penyuluhan, bisa untuk dana studi banding dan bisa untuk pengembangan usahanya. 5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian Kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan terencana dan berkelanjutan yang harus diorganisasikan dengan baik. Kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan banyak memanfaatkan lahan pekarangan rumah masing-masing untuk membudidayakan tanaman hias seperti anggrek dan rosella. Tetapi pada saat sekarang ini harga tanaman hias semakin menurun sehingga banyak dari anggota kelompok tani yang beralih ke olahan pangan seperti pembuatan sirup dari tanaman rosella. Selain itu ada juga beberapa Kelurahan di Kecamatan Laweyan yang membudidayakan tanaman padi (seperti di Kelurahan Karangasem dan Kelurahan Jajar) serta beternak ayam potong (seperti di Kelurahan Pajang). Adapun jenis kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
xcviii
Tabel 15. Jenis Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta No.
Nama Kelurahan
Nama Kelompok Tani
1. 2. 3. 4. 5.
Karangasem Kerten Laweyan Sondakan Purwosari
6. 7. 8. 9.
Pajang Pajang Jajar Karangasem
Bulak Indah Srikandhi Putri Caka Mawar Merah Paguyuban Seratus Manunggal Anggrek Jingga Rukun Makmur Jajar Putri Mandiri
Jumlah Anggota (orang) 39 15 22 16 11
Jenis Usaha Tani Pokok
Luasan
Padi Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias Tanaman hias
31 Ha 15 petak 0,9 Ha 0,24 Ha 0,3 Ha
11 4 18 25
Tanaman hias Ayam potong Padi Tanaman hias
0,275 Ha 4 petak 0,7 Ha
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Pihak yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, PDP26 dan semua warga Kelurahan27. Waktu diadakan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penyuluh pertanian dengan kelompok tani yaitu setiap kelompok tani mengadakan pertemuan sebulan sekali. Daerah yang masih aktif melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah Kelurahan Sondakan, Kelurahan Kerten dan Kelurahan Karangasem. Jadwal pertemuan untuk kelompok tani Srikandhi di Kelurahan Kerten yang diketuai oleh Ibu Karbino setiap tanggal 5 sebulan sekali, kelompok tani Mawar Merah di Sondakan yang diketuai oleh Ibu heri Iswanti setiap tanggal 7 sebulan sekali dan kelompok tani Putri Mandiri di Karangasem yang diketuai oleh Ibu Thoyib setiap tanggal 28 sebulan sekali28. 26
27
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “…. Pihak yang melakukan kegiatan penyuluhan berasal dari penyuluh, kelompok tani, lurah dan PDP” (wawancara 22 April 2010). Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Karbino selaku ketua kelompok tani Srikandhi yaitu: “…. Selain penyuluh, kelompok tani dan Lurah yang melakukan penyuluhan, ada juga dari masyarakat sekitar yang ikut dalam kegiatan penyuluhan yang kami lakukan setiap bulannnya” (wawancara 24 Mei 2010).
28
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Luluk selaku THL di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yaitu: “…. Kegiatan penyuluhannya ada sedikit kendala, tanaman hias kurang diminati lagi oleh msyarakat sehingga kelompok lebih banyak beralih ke olahan pangan. Tetapi pertemuan rutin tiap bulannnya sudah berjalan dengan baik. Untuk kelompok tani Srikandhi di Kerten tiap tanggal 5, kelompok tani Mawar Merah di Sondakan tiap tanggal 7 dan kelompok tani Putri Mandiri di Karangasem tiap tanggal 28. Dan hanya tiga kelompok tani ini saja yang masih aktif, yang lainnya hanya namanya saja dan kegiatannya sudah tidak jalan” (wawancara 22 April 2010).
xcix
6. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian Penyuluhan
pertanian
adalah
proses
perubahan
perilaku
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) di kalangan masyarakat (petani) agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteran keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian (Mardikanto, 2009). Berdasarkan keterangan dari subjek dan informan bahwa tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah berhasil karena ada beberapa tanaman hias misalnya anggrek yang sudah dapat dipasarkan serta terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan29. a. Perubahan Pengetahuan Salah satu dampak yang terbentuk dari hasil kegiatan penyuluhan petanian tanaman hias pekarangan yaitu adanya perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak tahu berubah menjadi tahu. Tahu berarti benar-benar memahami dengan pikirannya tentang segala ilmu atau teknologi dan informasi yang disampaikan oleh penyuluh. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam sasaran yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta olahan pangan. Adapun perubahan pengetahuan yang dialami oleh sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
29
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan yaitu sudah ada perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta ada beberapa tanaman anggrek yang dapat dipasarkan” (wawancara 22 April 2010).
c
Tabel 16. Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan Dimensi 1. Budidaya tanaman anggrek 2. Dosis Penggunaan pupuk 3. Cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair 4. Olahan pangan
Jumlah Anggota Kelompok Tani (orang) 56
Jumlah Anggota yang Berubah (orang) 43
Prosentase (%) 77
56
28
50
56
19
34
56
51
91
Sumber: Data Sekunder Berdasarkan pada tabel 16, bahwa kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan telah berdampak pada perubahan pengetahuan petani. Perubahan pengetahuan paling banyak terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota tani sebanyak 51 orang telah mengetahui bagaimana cara mengolah hasil tani mereka atau sebesar 91%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Laweyan adalah ibu-ibu rumah tangga dan sebagian besar lahan pertaniannya dimanfaatkan untuk perumahan. b. Perubahan Sikap Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi. Perubahan sikap yang terlihat yaitu petani mau mencoba dan mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai macam olahan pangan. Mau disini berarti sukarela dan atas kemauan sendiri untuk mencari, menerima, memahami, menghayati dan menerapkan atau melaksanakan segala informasi baru yang diperlukan untuk peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakatnya. Perubahan sikap yang dialami sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
ci
Tabel 17. Perubahan Sikap yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan Dimensi 1. Budidaya tanaman anggrek 2. Dosis penggunaan pupuk 3. Cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair 4. Olahan pangan
Jumlah Anggota Kelompok Tani (orang) 56
Jumlah Anggota yang Berubah (orang) 30
Prosentase (%) 54
56
17
30
56
16
29
56
46
82
Sumber: Data Sekunder Berdasarkan pada tabel 17, selain berdampak pada perubahan pengetahuan, kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan juga berdampak pada perubahan sikap. Perubahan sikap paling banyak juga terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota kelompok tani sebanyak 46 orang petani telah mau menerapkan pengetahuan mereka tentang olahan pangan atau sebesar 82%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Laweyan adalah ibu-ibu rumah tangga dan bahan olahan pangan mereka berasal dari pekarangan rumah. Sehingga mereka tidak kesulitan untuk mencari bahan olahan pangan. c. Perubahan Ketrampilan Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu untuk mengembangkan tanaman anggrek. Mampu baik dalam pengertian trampil untuk melakukan semua kegiatan maupun dapat mengupayakan sendiri
sumberdaya
(input)
yang
diperlukan
demi
tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakatnya. Perubahan ketrampilan yang dialami sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
cii
Tabel 18. Perubahan Ketrampilan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan Dimensi
1. Pemilihan bibit
Jumlah Anggota Kelompok Tani (orang) 56
Jumlah Anggota yang Berubah (orang) 34
Prosentase (%) 61
56
32
57
56
23
41
56
16
29
56
39
70
tanaman anggrek 2. Pemeliharaan tanaman anggek 3. Dosis penggunaan pupuk 4. Cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair 5. Olahan pangan
Sumber: Data Sekunder Berdasarkan pada tabel 18, adanya perubahan pengetahuan dan perubahan sikap,
kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan juga berdampak pada perubahan ketrampilan. Perubahan ketrampilan paling banyak juga terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota kelompok tani sebanyak 39 orang telah mampu untuk mengupayakan sendiri bahan untuk olahan pangan atau sebesar 70%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar ibu-ibu rumah tangga ingin mengembangkan hasil pertanian dengan cara mengolah hasil tani yang berasal dari pekarangan. 7. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki kebutuhan, keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanantekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada seseorang dengan orang lainnya. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan rutin, adanya simpan pinjam30, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan 30
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu: “….Faktor yang mendukung kegiatan penyuluhan antara lain motivasi masyarakat, pertemuan rutian tiap bulan, modal dri pusat, swadaya anggota dan simpan pinjam” (wawancara 22 April 2010).
ciii
studi banding31. Motivasi pribadi ditentukan oleh keadaan yang dirasakan oleh penerima manfaat untuk melakukan perubahan-perubahan misalnya adanya kebutuhan keluarga yang berubah selaras dengan semakin dewasanya anak-anak untuk sekolah. Sarana dan prasarana yang dimiliki petani antara lain 4 unit hand sprayer, 3 unit traktor dan 2 unit mesin tetas. Swadaya anggota didapatkan dari iuran anggota tani setiap pertemuan. Simpan pinjam didapatkan oleh para anggota tani dari modal yang didaptkan oleh kelompok tani sebesar Rp. 10 juta. Penyuluh di Kecamatan Laweyan sangat aktif dalam memberikan informasi atau inovasi baru kepada petani. Informasi ini didapatkan oleh penyuluh dari programa pemerintah maupun dari internet. Adapun kerjasama yang pernah dilakukan adalah dengan Aspartan, penyedia bibit anggrek dari Salatiga dan PHP (Petugas Hama Penyakit) Propinsi serta studi banding yang pernah dilakukan adalah studi banding ke Semarang (tanaman anggrek) dan ke Sragen (budidaya atau ternak cacing). Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 19. Sarana dan Prasarana Kelompok Tani di Kecamatan Laweyan Kepemilikan Traktor
Hand Sprayer
Mesin Tetas
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Milik
Petani
Dinas
Swasta
Petani
Dinas
Swasta
Petani
Dinas
Swasta
4
-
-
3
-
-
2
-
-
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
8. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian Selain faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet, kurang berfungsinya KUD (Koperasi Unit Desa), sulit untuk menambah
31
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Dardji selaku Lurah Sondakan yaitu: “…. Faktor pendukungnya banyak contohnya SDM (penyuluh dan anggota kelompok tani), peralatan, studi banding dan modal dari pusat” (wawancara 25 Mei 2010).
civ
anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya32. Luas lahan yang diusahakan relatif sempit akan menjadi kendala untuk dapat mengusahakan kegiatan pertanian secara efisien. Petani yang berlahan sempit seringkali tidak dapat menerapkan usahatani yang sangat intensif. Bagi masyarakat kota tanaman hias hanya sekedar hobi karena tanaman hias sekarang ini mempunyai nilai jual yang rendah, sehingga mereka membudidayakan tanaman hias untuk dirinya sendiri dan tanaman hias seperti rosella juga dapat digunakan untuk bahan pembuar sirup. Terkait dengan dana, untuk kegiatan penyuluhan tanaman dana yang diberikan oleh pemerintah masih kurang. Karena dana RP 10 juta dari pemerintah digunakan oleh anggota kelompok tani untuk mengembangkan usahataninya seperti beternak ayam potong. Pengembalian pinjaman dari pemerintah sering mengalami kemacetan karena ekonomi para anggota tani yang paspasan serta kurang berfungsinya KUD (Koperasi Unit Desa) yang menyediakan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media tanam dengan harga yang relatif murah. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan sudah terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan memberikan inovasiinovasi baru kepada para anggota kelompok tani seperti olahan pangan dan penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran dan obor blarak (mengaktifkan kembali kelompok tani yang sudah tidak aktif) untuk ikut dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
32
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Dardji yaitu: “…. Organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya dan sebagai penanggung jawab, saya harus melakukan obor blarak supaya kelompok taninya lebih aktif kembali.” (wawancara 25 Mei 2010).
cv
B. Temuan Pokok dan Pembahasan 1. Sistem Penyuluhan Pertanian Berdasarkan pernyataan Mardikanto (2007) bahwa “Sampai dengan dasawarsa 1970-an, kelembagaan penyuluhan pertanian hanya dilakukan oleh instansi pemerintah. Tetapi seiring dengan kebijakan pembangunan pertanian yang semakin memberikan peluang bagi swasta dan LSM, peran pemerintah semakin berkurang meskipun dalam praktek masih didominasi oleh institusi pemerintah. Di masa lalu, kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat nasional melekat pada Departemen Pertanian dan di tingkat propinsi atau kabupaten atau kota melekat pada Dinas terkait (Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan). Sejak dilaksanakan Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan pada tahun 1976, dikembangkan Balai Penyuluhn Pertanian di tingkat wilayah Pembantu Bupati. Pada periode 1995-2000, di tingkat Kabupaten pernah dicoba pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian yang terpisah dari Dinas yaitu Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), tetapi seiring dengan bergulirnya reformasi, BIPP tersebut banyak yang berubah menjadi beragam bentuk. Sebgai tindak lanjut ditetapkannya kebijakan Revitalisasi Pertanian pada 11 Juni 2005, pada bulan Desember 2006 diundangkan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang antara lain mengatur kelembagaan penyuluhan pertanian yaitu di tingkat pusat (Badan Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan Nasional), di tingkat Provinsi (Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, dan Komisi Penyuluhan Pertanian Provinsi), di tingkat Kabupaten/Kota (Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota dan Komisi Penyuluhan Pertanian Kabupaten/Kota), di tingkat Kecamatan (Balai Penyuluhan Pertanian)dan di tingkat Desa/Kelurahan (Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan)”. Kelembagaan pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang bentuknya Dinas Pertanian. Karena di Kecamatan Laweyan belum ada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga ruang kerja untuk PDP dan THL
cvi
berada di Dinas Pertanian. Meskipun di Kecamatan Laweyan belum ada BPP dan belum adanya kelembagaan swasta dan swadaya, namun kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan sudah berjalan sesuai dengan kebijakan pemerintah dan jadwal pertemuan masing-masing kelompok tani di Kecamatan Laweyan. Tugas kelembagaaan selama kegiatan
penyuluhan
pertanian
tanaman
hias
pekarangan
adalah
memberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan seperti pembuatan pupuk cair dan penyilangan tanaman anggrek, mengatur kegiatan kelompok tani, membina penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas-tugasnya, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan penyuluhan serta memberikan bantuan pinjaman (Hal ini sesuai dengan keretangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu Utomo). Menurut Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa “Ketenagaan penyuluhan pertanian terdiri atas tiga macam penyuluh pertanian, yaitu penyuluh pertanian pemerintah yang terdiri dari penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta yaitu penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan penyuluh swadaya yaitu pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh”. Ketenagaan penyuluh yang ada di Kecamatan Laweyan adalah penyuluh pemerintah yaitu satu orang penyuluh yang sudah PNS yang bertugas sebagai PDP dan tiga orang THL TBPP. Sedangkan untuk penyuluh swasta dan swadaya, di Kecamatan Laweyan belum terdapat penyuluh swasta dan swadaya. Masing-masing THL TBPP memegang wilayah binaan yang terdiri dari 2 Kelurahan dan PDP tidak mempunyai wilayah binaan. Peran penyuluh pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan
cvii
kelompok, menyampaikan informasi-informasi dari pusat kepada para petani yang terkait dengan pertanian, melakukan pemasaran, pameran hasil pertanian, mengikuti ketahanan pangan dan melihat keunggulan yang ada dalam kelompok tani. Sumber pembiayan dan prosedur penggunaan biaya dalam kegiatan penyuluhan pertanian sudah sesuai dengan pernyataan Departemen Pertanian (2006) yang menyebutkan bahwa “Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten atau kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat”. Sedangkan menurut Mardikanto (2009), unsur pembiayaan
di dalam kegiatan penyuluhan
pertanian diperlukan untuk biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif dan lain-lain), pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga penyuluhan), biaya operasional (pembuatan atau perbanyakan atau penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lain-lain), biaya manajemen
(kantor,
perlengkapan,
sarana
transportasi,
pos
dan
telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain), dan biaya operasional dan pemeliharaan (sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan penyuluhan dan lain-lain)”. Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat dan swadaya anggota. Prosedur penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat dikirimkan ke Dinas Pertanian kemudian dari Dinas membaginya per kelompok tani dan penggunaannya tergantung kebutuhan per kelompok tani. Serta untuk para penyuluh PNS termasuk biaya operasional dan pemeliharaan drayer dan pompa air, dana dari pemkot Surakarta disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke penyuluh PNS, sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh pemkot
Surakarta
ke
masing-masing
rekening
THL.
Sedangkan
pembiayaan untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas Pertanian, pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk dibuat perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan
cviii
kepada kelompok tani. Penentuan prioritas penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah lebih banyak digunakan untuk konsumsi, studi banding, membeli media tanam dan praktek. Sejalan dengan pernyataan Suhardiyono (1992) bahwa “Pengawasan diartikan sebagai pengamatan dari dekat (secara langsung) dan atau dari jauh (secara tidak langsung) yang dilakukan secara menyeluruh dengan jalan membandingkan antara pekerjaan yang dilakukan dengan yang seharusnya
dilakukan.
Pada
pelaksanaan
penyuluhan,
pengawasan
dilakukan terhadap penerapan sistem kerja latihan dan kunjungan yang dilaksanakan pada suatu organisasi. Sebagai suatu proses, pengawasan ini mempunyai tiga komponen utama yaitu rencana kerja yang tepat, pengamatan pelaksanaan kegiatan baik dari dekat maupun dari jauh dan tindakan koreksi. Tindakan koreksi dilakukan dengan maksud untuk mengarahkan kembali semua kegiatan agar dapat mencapai sasaran yang ingin dicapai. Tindakan koreksi hanya dilakukan jika telah terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Penyimpangan ini dapat diketahui dari laporan yang diterima melalui monitoring maupun dari kegiatan supervisi lapangan”. Bentuk pengawasan dan pengendalian kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah secara langsung yaitu dengan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) satu bulan sekali terhadap para anggota kelompok tani yang telah dibantu dan secara tidak langsung yaitu dengan membuat laporan satu bulan sekali untuk tanaman hias serta mengumpulkan kelompok tani yang tidak sehat selama tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan. 2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian (2006), definisi programa penyuluhan pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan terdiri atas programa penyuluhan desa atau kelurahan atau unit kerja lapangan, programa
cix
penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten atau kota, programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional”. Langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh dan petani dengan mengadakan pertemuan. Hal ini dilakukan supaya kebutuhan yang sangat diperlukan oleh para petani dapat diprioritaskan terlebih dahulu. Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan jabaran dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di tingkat wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat latar belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan umum wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan teknologi pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta kebijakan pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan dalam kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi maupun teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam rencanarencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh pertanian di Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan datang. Mekanisme kerja dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan sudah sesuai dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Sebelum pelaksanaan otonomi daerah, penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dalam satu kesatuan jalur vertikal dari tingkat pusat sampai kepada kelompok tani dan nelayan beserta keluarganya melalui Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian. Pada era reformasi,
pelaksanaan penyuluhan
pertanian menggunakan mekanisme kerja yang didasarkan pada pendekatan partisipatif yang memungkinkan petani ikut merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta menarik manfaat dari kegiatan penyuluhan pertanian”. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju ke
cx
Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT. Terakhir, kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para petani melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik, ada juga mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau usulan dari para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh pertanian melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh akan langsung lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke pusat. Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian, Ketua RW dan Ketua RT. Sejalan dengan pernyataan Mardikanto, (1993) bahwa “Metode penyuluhan menurut keadaan psiko sosial sasarannya dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: (1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya melalui kunjungan ke rumah dan kunjungan ke tempat kegiatan sasarannya, (2) Pendekatan
kelompok,
manakala
penyuluh
berkomunikasi
dengan
sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di lapangan dan penyelenggaraan latihan, serta (3) Pendekatan massal, jika penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya penyuluhan lewat TV dan penyebaran selebaran”. Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah pendekatan perorangan dan kelompok. Metode yang belum dapat dilaksanakan adalah pendekatan massal. Pendekatan massal yang belum dapat dilaksanakan ini berdampak pada perubahan sikap petani dalam merespon setiap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Hal tersebut dikarenakan informasi yang diterima petani sebelum adanya kegiatan penyuluhan masih sedikit. Metode perorangan digunakan oleh para penyuluh untuk melakukan peninjauan terhadap anggota kelompok tani yang telah dibantu. Merode ini dilakukan oleh para penyuluh dengan cara masuk ke rumah-rumah. Hal ini
cxi
bertujuan supaya permasalahan petani dapat diatasi secara langsung. Selain metode perorangan, dalam kegiatan ini digunakan pula metode kelompok. Metode ini dirasakan oleh penyuluh sudah sesuai dengan tuntutan petani. Di sini tidak hanya penyuluh yang merasa sudah sesuai, tetapi juga petani juga merasa sudah sesuai karena pemilihan metode ini berdasarkan permintaan
dari
anggota
kelompok
tani
kemudian
penyuluh
menindaklanjuti metode tersebut. Adanya metode perorangan dan kelompok ini menjadikan suatu penilaian yang baik terhadap kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan. Penggunaan metode ini sesuai dengan pernyataan Mardikanto (1993). Berdasarkan pernyataan Kartasapoetra (1991) bahwa “Materi penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dengan demikian maka mereka akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk mempraktekkanya. Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat hidupnya”. Di samping metode penyuluhan yang sesuai, materi penyuluhan pertanian juga sudah sesuai dengan kebutuhan petani. Disini terlihat materi yang disampaikan oleh penyuluh sudah jelas karena didukung dengan adanya kedekatan penyuluh dengan petani. Jenis materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan anggrek dan penggantian media tanam verikultur dan pelatihan verikultur (tanaman anggrek). Dasar penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari anggota kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani terus melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan. Materi penyuluhan yang dirasakan secara pokok sudah sesuai dengan dengan pernyataan Kartasapoetra (1991). Sejalan dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Kerjasama penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga penyuluh pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan pertanian dengan
cxii
lembaga pelayanan lain, petani dan pelaku usaha serta masyarakat lainnya”. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan dapat berjalan karena adanya peran serta dari berbagai pihak. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah THL, PDP, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian Propinsi, Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan masyarakat sekitar. Selain adanya peran serta dari berbagai pihak tersebut, maka diperlukan juga adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat. Sikap pemerintah daerah terhadap pihak-pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan adalah sudah cukup bagus. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kunjungan mereka dalam kegiatan penyuluhan dan ikut serta dalam memecahkan masalah yang ada, pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada kelompok-kelompok tani serta adanya pembinaan dan pengawasan kepada kelompok tani. Kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga menimbulkan beberapa jalinan kerjasama antara berbagai pihak sehingga tercipta keadaan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerjasama. Jalinan kerjasama dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena Dinas Pertanian, Lurah dan kelompok tani merupakan satu kesatuan yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama dengan penyedia bibit anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman hias dan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong kelompok tani, Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat pemasaran hasil pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai perencana, penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman
cxiii
hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal usaha. 3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penyuluhan Pertanian Sejalan dengan pernyataan Mardikanto (2009), “Tentang beberapa faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena: keadaan pribadi penerima manfaat, keadaan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan budaya masyarakat dan macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia untuk menunjang kegiatan penyuluhan. Sedangkan faktor penghambat dapat terjadi karena: ketakutan atau trauma masa lampau, kekurangsiapan untuk melakukan perubahan, ketakutan terhadap berkurangnya kepuasan yang selama ini telah dirasakan, adanya sebagian kegiatan yang tidak diterima masyarakat dan adanya ancaman-ancaman dari pihak luar”. Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki kebutuhan, keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanan-tekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada seseorang dengan orang lainnya. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan rutin, adanya simpan pinjam, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan studi banding. Selain faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet, sulit untuk menambah anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya.
cxiv
4. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan
dirasakan
sudah
sesuai
dengan
pernyataan
Mardikanto (2009) bahwa “Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku (petani) penerima manfaatnya, baik yang menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilannya”. Tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak tahu berubah menjadi tahu. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam sasaran yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta olahan pangan. Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi. Perubahan sikap
yang terlihat
yaitu
petani
mau
mencoba dan
mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai macam olahan pangan. Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu untuk mengembangkan tanaman anggrek. Selain adanya perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan memberikan inovasi baru kepada kelompok tani seperti olahan pangan dan penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran dan obor blarak.
cxv
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah a. Penyusunan programa penyuluhan dilakukan dengan menyesuaikan kegiatan kelompok dengan Musren antara kelompok tani dengan Dinas Pertanian dan mengadakan pertemuan. b. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan ada dua jalur yaitu sentralistik dan partisipatif. c. Metode penyuluhan yang digunakan meliputi metode perorangan dan metode kelompok. d. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan anggrek, penggantian media tanam verikultur dan pelatihan verikultur (tanaman anggrek). 2. Faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah a. Faktor pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan rutin, adanya simpan pinjam, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan studi banding. b. Faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet, sulit untuk menambah anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya.
cxvi
3. Tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan adalah memberikan inovasi-inovasi baru kepada para anggota kelompok tani seperti olahan pangan dan penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran dan obor blarak. B. Saran 1. Penyuluh diharapkan dapat mengupayakan cara pendekatan lain yang dapat membantu petani dalam merespon dan memahami inovasi atau materi baru yang disampaikan oleh penyuluh misalnya dengan menambah frekuensi pelaksanaan diskusi mengenai tanaman hias pekarangan. 2. Kerjasama antara penyuluh, aparat pemerintah, kelompok tani dan pedagang tanaman hias dalam bentuk bantuan dan pemasaran tanaman hias dapat ditingkatkan lagi.
cxvii
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Arifin. 1990. Hortikultura. Andi Offset. Yogyakarta. Arifin,
Bustanul. 2010. Strategi Baru Pembangunan Pertanian. http://tkpkri.org/berita/berita/strategi-baru-pembangunan-pertanian.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Arifin, Hadi Susilo. 2007. Tanaman Hias Tampil Prima Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta. Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Bell, Judith. 1993. Doing Your Research Project. Open University Press. Philadhelphia. Brainy Media. 2010. Definition of Mechanism. http:/www.brainyquote.com /words/me/mechanism188680.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. Daniel, M., Darmawati dan Nieldalina. 2006. PRA (Participatory Rural Appraisal): Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembanguna Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Departemen Pertanian. 2004. Ringkasan Eksekutif Pengkajian http://www.deptan.go.id/bpsdm/puskaji/hasil-kajian/ringkasankajian2004.htm. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
2004.
. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. http://www.12laws.com/indeks.php?view=article&catid=45:indonesiaactundang-undang&id=984:undang-undang-nomor-16-tahun-2006undang-undang-tentang-sistem-penyuluhan-pertanian-perikanan-dankehutanan-&tmpl=component&print=18page. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. Djoen.
2009. Pekarangan, Lumbung Pangan Kita. http://www.penulislepas.com/pekarangan-lumbung-pangan-kita.htm. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Edmond, J. B., Senn, T. L., Andrews, F. S. and Halfacre, R. G. 1977. Fundamentals of Horticulture. Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD. New Delhi. Hadisapoetra, Soedarsono. 1973. Pembangunan Pertanian. Departemen Ekonoi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
cxviii
Hanani, Nuhfil. 2009. Pertanian Kota dan Ketahanan Pangan. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/category/pertanian-kota-dan-ketahananpangan/. Diakses pada tanggal 10 November 2009. Hawkins, H.S., Dunn, A.M., dan Cary, J.W. 1982. Agricultural and Livestock Extension Volume 2. Australian University International Development Program. Canberra. Irwan, Z. D. 2009. Lingkungan Hidup: Eksplorasi Pemanfaatan Pekarangan Secara Konseptual. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd= eksplorasi-pemanfaatan-pekarangan-secara-konseptual&dn=2008 1124075 715. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009. Janick, Jules. 1972. Horticultural Science Second Edition. W. H. Freeman and Company. San Francisco. Kartasapoetra, AG. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Radar Jaya Offset. Jakarta. Kelsey, LD and Cannon CH. 1955. Cooperative Extension Work. Comstock Publishing Associates. New York. Kusumawijaya, Marco. 2009. Pertanian Kota. http://petahijau.wordpress.com/2006/08/27/pertanian-kota/. Diakses pada tanggal 3 November 2009. Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Depok. Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Mardikanto, Totok dan Sutarni, Sri. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian: Dalam Teori dan Teori. Hapsara. Surakarta. . 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. . 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian Cetakan Pertama. Sebelas Maret University Press. Surakarta. dan Arip Wijianto. 2005. Modul Kuliah Metoda dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Proyek SP4 UNS. Surakarta. . 2006. Prosedur Penelitian: untuk Kegiatan Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Prima Theresia Pressindo. Surakarta. . 2007. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Pertama. Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Kehutanan Sosial (PUSPA). Surakarta.
cxix
. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta. Miles, M. B dan Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Mosher, AT. 1966. Getting Agriculture Moving: Essentials for Development and Modernization. Pyramid Books. New York. . 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi Cetakan Keenam. CV Yasaguna Diterbitkan dengan Kerjasama Franklin Book Programs, Inc. New York. Jakarta. . 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi Cetakan Ketigabelas. CV Yasaguna Diterbitkan dengan Kerjasama Franklin Book Programs, Inc. New York. Jakarta. Mubyarto dan Santosa, Awan. 2009. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kritik Terhadap Paradigma Agribisnis). http://www.ekonomirakyat.org. Diakses pada tanggal 3 November 2009. Mukherjee. 1969. Role of Rural Institutions in Asian Agriculture Development. University of Tokyo Press. Tokyo. Naibaho, Yuni. 2010. Tanaman Hias. http://duniatanaman.com/category/tanamanhias. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. National Portal Content Management Team. 2010. Agricultural Extension Programmes. http://india.gov.in/citizen/agriculture/extprogram.php. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Partowisastro, H.K. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah Jilid I. Erlangga. Jakarta Pusat. Pearson, S., Gotsch, C. dan Bahri, S. 2004. Application of The Policy Analysis Matrix in Indonesian Agriculture. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Redaksi PS. 2008. Sukses Memulai Bisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Depok. Redwood, Mark. 2000. Agriculture in Urban Planning. Earthscan and the International Development Research Centre (IDRC). USA.
cxx
Samsudin. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian Cetakan Kedua. Angkasa Offset. Bandung. Saptaji, Luki. 2010. Reposisi Peranan Penyuluhan di Era Otonomi Daerah. http://distanak.banten.go.id/reposisi-peranan-penyuluhan-di-era-otonomidaerah. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. Sastraatmadja, Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni. Bandung. Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor. Smith, Olanrewaju B. 1999. Urban Agriculture In West Africa: Contributing to Food Security and Urban Sanitation. Earthscan and the International Development Research Centre (IDRC). USA. Soekirno. 2009. Peran Pelaku Perlindungan Tanaman dalam Pasar Internasional Produk-Produk Hortikultura Indonesia. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/peran-pelaku-perlindungan-tanamandalam-pasar-internasional-produk-produk-hortikultura-indonesia. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009. Soeryowinoto, Sutarni M. 1997. Merawat Anggrek. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. dan Soeryowinoto, Maeso. 2000. Perbanyakan Vegetatif Pada Anggrek Cetakan Ketujuhbelas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Soetriono, Suwandari, Anik dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Kedua. Bayumedia Publishing. Malang. Subejo. 2010. Demokratisasi Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah: Tinjauan dari aspek Penyuluhan Pertanian. http://subejo.staff.ugm.ac.id /wp-content/cultivar-juni-2007.pdf. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. Sudirja, Rija. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/03/pembangunan_pertanian_berkelanjutan_berbasis _sistem_pertanian_organik/. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010. Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta. Supanggyo. 2007. Buku Penunjang Kuliah Administrasi Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Kedua. UNS Press. Surakarta.
cxxi