KEGIATAN PENDATAAN BAHAN GALIAN TERTINGGAL DALAM TAMBANG DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Zamri Ta'in, Bambang T.S dan Edie Kurnia Dj. Subdirektorat Konservasi DIM
SARI Dalam rangka mencegah terjadinya pemborosan serta pengambilan bahan galian batubara tanpa mengikuti kaidah – kaidah konservasi, maka dilakukan kegiatan Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi bahan galian tertinggal di daerah Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan yang termasuk dalam PT. Triaryani yang telah mendapat Kuasa Pertambangan Eksploitasi No. 2172.K/2014/DDJP/1993. Batubara daerah Sungaimalam terdiri dari Seam I, II, III dan Seam IV terdapat pada Formasi Muara Enim dengan kemiringan lapisan berkisar 5 - 10° merupakan sinklin “Sungaimalam” di Sumatera Selatan. Seam IV merupakan seam batubara cukup baik dan cukup tebal rata-rata 28 meter. Cadangan terukur sebesar 555, 696 juta ton dengan overburden / Stripping Ratio 1 : 6. Batubara dari daerah ini diperuntukan sebagai bahan energi listrik “ Mine Mouth Power Plant / MMPP” di Musi Rawas sebagai pendukung listrik interkoneksi Jawa- Sumatera diketahui dimana pemakaian listrik setiap tahun meningkat. Batubara daerah Sungaimalam yang merupakan konsesi PT. Triaryani, sampai saat ini belum dilakukan penambangan, dan informasi terakhir perusahaan sedang melakukan pertemuan dengan pihak Concersium Perusahaan Jepang telah dihasilkan : UBC / up graded brown coal di Jepang Melakukan konsultasi dengan Jim Coleman dan Graffin Coal Hasil tes batubara Sungaimalam di Jepang tersebut hampir sama dengan tes yang dilakukan oleh PT. Sucofindo, Jakarta. Semua pekerjaan yang dilakukan ini adalah dalam rangka untuk mendapatkan Soft Loan dalam pembangunan Mine Mouth Power Plant/ MMPP yang target kontruksi nya tahun 2005/2006 cukup padat modal sehingga menghasilkan listrik kapasitas 600 MW harga listrik yang kompetitif dipasar.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 1
1.
PENDAHULUAN
Semakin tumbuhnya peluang pasar dan investasi dalam bidang pertambangan di era globalisasi, kiranya sangat perlu bila seluruh potensi sumber daya mineral yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal, terencana, bertanggungjawab dengan mengutamakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan Kepmen ESDM Nomor : 1453.K/29/MEM/2000 yang merupakan implementasi dari Pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan bahan galian tersebut perlu dilakukan penerapan konservasi bahan galian yang meliputi perumusan kebijakan konservasi, pemantauan cadangan, recovery penambangan dan pengolahan, serta pengawasan konservasi, sehingga tidak menyebabkan berbagai pemborosan bahan galian di berbagai tahapan kegiatan yang menyebabkan kurang maksimalnya kontribusi terhadap pembangunan nasional. Disamping itu dalam pengelolaan sumber daya mineral juga perlu mengindahkan prinsip konservasi bahan galian yang disediakan untuk kepentingan penelitian, cagar alam geologi/laboratorium alam dan cadangan bagi generasi yang akan datang. Dalam mendukung upaya tersebut di atas, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral mempunyai usulan suatu kegiatan pendataan bahan galian yang tertinggal di daerah Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan dan dibiayai dari dana DIK-S Tahun Anggaran 2002 1.1. LATAR BELAKANG Konservasi bahan galian menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral adalah upaya pengolahan bahan galian golongan ( kecuali minyak dan gas bumi) untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan rakyat secara luas. Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral (DIM) melalui Subdirektorat Konservasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi diantaranya adalah : Melakukan pemantauan cadangan, recovery penambangan dan pengolahan, serta pengawasan konservasi sumber daya mineral. Memberikan bimbingan teknis konservasi sumber daya mineral.
Melakukan evaluasi perencanaan dan penerapan konservasi sumber daya mineral. Dalam rangkan mewujudkan penerapan aspek konservasi bahan galian, Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral akan melakukan kegiatan pendataan bahan balian yang tertinggal di bekas tambang pada beberapa lokasi di daerah kabupaten tersebut.Kegiatan berupa pendataan, pemantauan dan pengawasan konservasi bahan galian akan dilakukan di daerah Kontrak Karya / CoW di PT.Tri Aryani dan beberapa lokasi di sekitarnya serta melakukan pengambilan percontoh di lokasi yang terpilih. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud kegiatan adalah terwujudnya penerapan aspek konservasi bahan galian, diantaranya dengan melakukan pendataan bahan galian yang tertinggal dan bahan galian lain di daerah bekas tambang dan sekitarnya sesuai dengan ruang lingkup pengawasan konservasi, antara lain : 1..Penetapan sumberdaya dan cadangan 2. Penetapan dan penerapan stripping rati dan / atau cut off grade 3. Penetapan dan peningkatan recovery penambangan , pengangkutan dan pengolahan/pemurnian. 4. Peningkatan nilai tambah bahan galian 5. Penanganan bahan galian kadar/nilai marjinal dan kadar/nilai rendah 6. Penanganan mineral ikutan dan bahan galian lain. 7. Penanganan sisa cadangan dan sumberdaya pasca tambang. 8. Pengecekan tailing dan penanganan tailing. 9. Penggunaan produksi bahan galian. Tujuan kegiatan pendataan bahan galian yang tertinggal dalam tambang adalah, untuk mengusahakan terwujud nya pengelolaan sumber daya mineral secara rasional, bijaksana,efektif dan efisien, serta mencegah terjadinya pemborosan dalam pengambilan dan pemakaian bahan galian agar diperoleh manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan negara dan masyarakat luas.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 2
1.3. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil pengumpulan data baik sekunder maupun primer akan digunakan untuk; − −
Melengkapi pembuatan Basis Data Konservasi Bahan Galian, di Direktorat Inventarisasi SumberDaya Mineral; Dijadikan bahan acuan untuk evaluasi perencanaan dan penerapan konservasi Sumberdaya batubara dan bahan galian lain di konsesi PT. Triaryani, Di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
1.4. LOKASI & PENCAPAIAN DAERAH. Secara administratif lokasi kegiatan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musirawas (Mura), Provinsi Sumatera Selatan (Gambar.1). Pencapaian daerah dapat dilakukan dengan cara : 1. Perjalanan dengan pesawat terbang regular Bandung - Palembang, dilanjutkan dengan kendaraan darat Palembang – Lb. Linggau (ibukota Kabupaten Musirawas) - daerah kegiatan. 2. Perjalanan dengan kendaraan darat Bandung Merak (melalui penyeberangan dengan kapal ferry) Bakauheni (Lampung) – Lubuk Linggau daerah kegiatan.
dari Simpang Nibung + 55 km ke lokasi PT.Triaryani dengan keadaan jalan pernah beraspal dan sekarang sangat rusak berat, untuk bisa menuju kesana hanya bisa dengan kendaraan double handle seperti Toyota Hard Top atau Hi Line apalagi pada musin penghujan. Iklim di daerah ini umumnya panas karena sebagian besar merupakan daerah pedataran dan perbukitan rendah, pada umumnya tidak ada lagi pohon- pohon yang besar karena telah ditebang dan diambil untuk bahan bangunan rumah dan kantor. Musin penghujan berlangsung bulan November sampai Juni dan musim kemarau dari Juli sampai Oktober setiap tahunnya. Pada tanggal 25 November 1997 No : 01/KWL-6/Ph/11/97, PT.Triaryani telah mendapat persetujuan soal Pinjam Pakai Kawasan Hutan Produksi Tetap Meranti Musi Rawas seluas 650,80 Ha dan Areal Penggunaan Lainnya seluas 719,20 Ha dari Kanwil Dept.Kehutanan Provinsi Sumetera Selatan. Juga PT. Triaryani telah mendapatkan idzin berupa KP.Eksploitasi Batubara DU. 1427 / Sumsel atau KP. No. 2172 K/2014/DDJP/1993 dengan status KP. Eksploitasi, dari tanggal 12 Oktober 1988 sampai dengan 12 Oktober tahun 2018.
DAN
1.6. KENDALA TEKNIS DAN NON TEKNIS.
Daerah konsesi terletak dalam wilayah Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Kampung/Desa yang terdekat yaitu Desa Tebing Tinggi dan Desa Beringin Makmur II. Penduduk asli menempati sebagian besar daerah ini dengan mata pencaharian sebagai petani,perkebunan karet,sawit dan sebagian kecil merupakan penduduk pendatang dengan mata pencaharian disamping ada yang berkebun karet, sawit juga sebagai pegawai negeri sipil (guru,perkantoran) dan sebagai TNI /Kepolisian. Komoditi utama daerah ini adalah karet dan kelapasawit, serta beras yang umumnya dikosumsi untuk mereka sendiri. Di daerah ini transportasi cukup baik disamping transport sungai yang berdekatan dengan kota kecamatan Bingin Teluk juga ada transportasi darat yang mana + 105 km dari Kota Kabupaten Lubuk Linggau dengan keadaan jalan cukup baik dan mulus beraspal hotmik,
Dalam pengawasan, pemantauan dan evaluasi bahan galian yang tertinggal di daerah pendataaan PT. Triaryani, terlihat kendala –kendala teknis sebagai berikut; Faktor jarak merupakan kendala utama dalam transportasi batubara ke pelabuhan dan apabila batubara ini dipersiapkan untuk komoditi eksport, sedangkan sungai Musi rawas yang semula diperkirakan bisa dipakai sebagai jalur transportasi batubara akan tetapi tidak dapat dilalui mengingat telah merupakan jalur perekonomian penduduk/ rakyat setempat. Dalam rencana penambangan dimana stripping ratio 1 : 6 akan tetapi batubara yang cukup potensial dan kualitas cukup baik adalah pada Seam IV ini terletak dalam urutan penampang lubang bor (RH19) terdapat pada kedalaman antara 168,50 m hingga 197,52 meter. Artinya harus membongkar terlebih dahulu sampai 168,50 m sebagai overburden dan baru bisa mengambil batubara setebal + 30
1.5. DEMOGRAFI, TATAGUNA LAHAN.
IKLIM
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 3
meter kemudian. Walaupun ada Seam IV ini yang telah tersingkap karena topografi seperti hulu sungai putih dekat lokasi RH-10. Mengingat PT.Tri Aryani telah mendapat Kuasa Pertambangan Eksploitasi sejak tahun 1993, tanah penduduk belum dibebaskan dimana lahan tersebut masih dipergunakan sebagai daerah perkebunan, ladang dan pemukiman, akan tetapi dengan pihak kehutanan telah dilakukan ganti tanam tumbuh tahun 1995.
2.
KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN
2.1. PENGUMPULAN DATA DAN PER CONTOHAN. Dalam rangka kegiatan pengawasan dan pemantauan telah dilakukan pengumpulan data sekunder dari ; 1. Perpustakaan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral dan Perpustakaan Sub Direktorat Batubara dan Gambut. 2. Kantor Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Musi Rawas di Lb. Linggau. 3. Perpustakaan Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta dan dari Instansi terkait lainnya. Serta informasi pada person yang telah bekerja pada daerah kajian tersebut. Disamping mengumpulkan data tersebut juga telah dilakukan peninjauan lapangan dan pengambilan conto batubara pada lokasi hulu sungai Putih di dekat lokasi Titik Pemboran RH-10 daerah Sungaimalam termasuk daerah konsesi PT. Tri Aryani. 2.2.
KUALITAS DAN ANALISA KIMIA BATUBARA.
Telah dilakukan pengambilan conto batubara di daerah konsesi PT. Triaryani di daerah sungai putih hulu dekat RH-10, dimana pada daerah ini pula pengambilan conto untuk dianalisa (pengecekan kualitas) di Jepang bulan April 2002 sebanyak 500 kg batubara. Dalam rencana conto batubara ini akan dianalisa pada Laboratorium Kimia dan Fisika Mineral Sub Direktorat Konservasi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral di Bandung, sebagai mengecek kwalitas dan mutu batubara dari daerah ini. Analisis kimia batubara terdiri analisis proksimat dan analisis ultimat, sedangkan analisis petrografi batubara adalah untuk
menentukan komposisi mineral vitrinit, eksinit, mineral matter dan refleksi vitrinitnya. Hasil analisa batubara Seam IV yang dilakukan perusahaan dari data pemboran Sungaimalam adalah sbb; Ash Content : 1,79 % - 7,48 %. Total Sulfur : 0,10 % - 0,29 % Inherent Moisture : 14,0 % - 16,33 % Volatil Matter : 38,71 % - 50,96 % Fixed Carbon . 26,17 % - 41,03 % Specific Gravity : 1,30 gr/cc – 1,37 gr/cc Calorific Value : 5074 Kcal/Kg 5641 Kcal/Kg. 2.3. PENGOLAHAN DATA DAN PELAPORAN. Mengingat di daerah Sungaimalam PT. Tri Aryani belum melakukan kegiatan penambangan dan setelah dilakukan peninjauan lapangan, diperoleh informasi dari kantor Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut : − PT. Tri Aryani sedang melakukan pembicaraan dengan konsorsium perusahaan-perusahaan energi dari Jepang dan melakukan uji conto batubara dari daerah Sungaimalam yang dilakukan di Jepang. − PT. Tri Aryani sedang menjajaki kemungkinan mendapatkan Soft Loan dari pihak Investor Asing untuk bekerjasama dalam membangun pabrik pembangkit tenaga listrik di daerah Musi Rawas. Kalau semua rencana ini dapat dilaksanakan, maka pada tahun 2005/2006 pabrik diharapkan dapat berdiri. Sebagai kewajiban perusahaan, PT. Tri Aryani selalu membayar iuran tetap kepada pemerintah Kabupaten Musi Rawas setiap tahun (foto copy kwitansi pembayaran diperlihatkan). Mengingat pihak PT. Tri Aryani belum melakukan kegiatan penambangan, maka data produksi, data kegiatan tambang, data penjualan dan pengangkutan serta recovery penambangan belum bisa disajikan, sehingga beberapa hal yang menjadi bagian dari tugas dan fungsi Subdirektorat Konservasi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral bidang pengawasan, pemantauan dan evaluasi belum bisa dilaksanakan, meskipun Kuasa Pertambangan berupa KP. Eksploitasi telah dikeluarkan sejak tahun 1993. Berarti
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 4
telah hampir 10 tahun pihak PT. Tri Aryani belum melakukan kegiatan eksploitasi sesuai dengan idzin KP. Eksploitasi yang diberikan oleh pihak Direktorat Jenderal Pertambangan Umum. 3.
GEOLOGI DAN POTENSI BAHAN GALIAN
3.1. GEOLOGI REGIONAL Secara regional geologi daerah kegiatan termasuk dalam Cekungan Sumatera Selatan, dimana cekungan ini diisi oleh seri batuan sedimen dan gunungapi yang penyebarannya cukup luas ( gambar.4). Daerah penelitian termasuk dalam peta geologi regional lembar Sorolangun- Bangko ber skala 1:250.000 yang dipetakan oleh H.M.D. Rosidi dkk,.(1978), Shell Mijnbouw (1978) dan terakhir oleh Suwarna dan Suharsono (1984). Cekungan Sumatera Selatan bila ditinjau dari kerangka tektonik Indonesia bagian Barat yang dibuat oleh Koesoemadinata dan Hardjono (1977) menempati bagian cekungan pendalaman belakang (back deep basin). Tektonik yang mempengaruhi Cekungan Sumatera Selatan menurut Soedarmono (1974) terjadi pada tiga periode aktivitas orogenesa yaitu aktivitas orogenesa yang terjadi pada Mesozoikum Tengah, Kapur Akhir – Tersier Awal dan Plio Plistosen. Cekungan ini terbentuk sebagai akibat dari pergerakan sesar bongkah batuan dasar yang terjadi akibat orogenesa tersebut diatas. Pergerakan sesar bongkah tersebut berpengaruh besar terhadap pembentukan sedimen yang mengisi Cekungan Sumatera Selatan. Pembentukan endapan sedimen dimulai dengan diendapkannya Formasi Lahat, Talang Akar, Baturaja, Gumai, Air Benangkat, Muara Enim dan Kasai. Seluruh formasi batuan ini diendapkan pada cekungan melalui satu siklus pengendapan yang terbagi dalam dua fase, yaitu fase trangresi dan fase regresi. Fase trangresi diwakili oleh Formasi Lahat, Talang Akar, Baturaja dan Gumai, sedangkan fase regresi diwakili oleh formasi Air Benangkat, Muara Enim dan Kasai. Potensi batubara telah diketahui terdapat dalam horizon tertentu pada Formasi Muara Enim yang merupakan formasi pembawa batubara yang diendapkan pada fasa susut laut (regresi) yang berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal. Batubara terbentuk di lingkungan peralihan pada laut dangkal sampai daratan Formasi Muara Enim
diendapkan secara selaras diatas Formasi Air Benakat sebagai kelanjutan dari fasa susut laut di lingkungan laut dangkal sampai peralihan, berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Bawah. Shell, 1978 telah membagi formasi ini berdasarkan kelompok kandungan batubara menjadi 4 (empat) anggota dari tua ke muda sebagai berikut, Anggota M1, Anggota M2, Anggota M3 dan Anggota M4 3.2. GEOLOGI LOKAL SUNGAI MALAM.
DAERAH
Daerah sungai malam terletak di ujung bagian barat-laut Cekungan Sumatera Selatan yang berarah utara - selatan. Pada peta geologi memperlihatkan struktur lipatan yang berarah utara-selatan dengan sayap-sayap bagian berat lebih curam sampai membentuk “flexure” sedangkan sayap-sayap bagian timur umumnya hampir datar dengan sudut kemiringan 5°10 ° baik pada sinklin Malam maupun pada sinklin Betung. Urutan stratigrafi formasi pembawa batubara dari Cekungan Sumatera Selatan di daerah Sungaimalam. Dari masing-masing anggota ini kelompok lapisan batubara dan sediman pembawa batubara diamati melalui profil-profil khas yang diperlihatkan pada log lubang bor RH-22 dan BH 02 pada gambar penampang bor. Lithologi khusus dari sisipan di dalam lapisan batubara adalah batulempung pelethoid dan tufaan. Pita-pita lempung tufaan mengandung mineral biotit terpudarkan terdapat meluas keseluruh daerah penyelidikan dan dapat disebandingkan dengan lapisan intra sedimen antara Seam A-1 dan Seam A-2 di daerah Bukit Asam, karenanya diperlakukan sebagai horizon penunjuk. Keempat anggota dari Formasi Muara Enim dapat diamati pada seluruh daerah Sungaimalam melalui penampang lubang bor dan singkapan (Photo 2&3). Anggota M 1 di karakteristikan oleh periode trangresif yang ditandai oleh lapisan batupasir glaukonitan yang diendapkan berselingan dengan batupasir halus berwarna abu-abu muda. Batas anggota M 1 ditandai oleh lapisan batubara Seam V ( Seam Petai, . Shell,1978), yang ditembus oleh lubang bor RH-03, BH-02 dan BH03.Seam VI adalah lapisan batubara terbawah yang ditembus oleh lubang bor BH-02, BH-03, BH-04 dan BH-05,
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 5
sebarannya dapat ditelusuri sepanjang 5 km yang menempati sayap sruktur antiklin. Seam ini dikarakteristikan oleh satu pita lempung pelethoid dan ketebalannya berkisar dari 1,55 m di lubang bor RH-03 sampai 3,50 m di lubang bor BH-02 di sinklin Betung. Anggota M2 disusun oleh batupasir glaukonitan, batupasir halus dan batulumpur coklat. Dari dasar sampai puncak anggota ini mengandung Seam IV dan Seam V. Ketebalan anggota M2 di daerah Sungaimalam adalah 49,50 m dan hampir 70 % dibentuk oleh batubara. Seam V terdapat 3 sampai 5 meter di atas Seam VI, ketebalannya berkisar dari 3,5 sampai 7,85 meter dan penyebarannya menempati kedua struktur sinklin yang terdapat di daerah Sungaimalam. Lapisan intrasedimen antara Seam V dan Seam VI terdiri dari batupasir dan batulempung putih Lapisan ini pada lubang bor RH-03 dan RH08 serta pemboran sumur air di dekat bivak, terdiri dari perselingan batulanau dan batulumpur yang mempunyai ketebalan sapai 15 meter. Seam IV (Seam Pengadang di daerah Babat atau gabungan Seam Mangus dan Seam Suban di daerah Bukit Asam)berkembang sangat baik didaerah Sungaimalam (Foto.2dan3). Seam ini mempunyai ketebalan berkisar dari 18,50 meter di lubang bor RH-12 sampai 31,95 meter di lubang bor RH-22, rata-rata ketebalannya 28 meter dan mengandung 5-6 pita lempung. Pita lempung tufaan sangat membantu dalam korelasi pada seluruh daerah eksplorasi dan sering kali horizon ini teramati oleh kandungan mineral biotit terpudarkan yang mendukung penunjuk waktu dan dapat dipercaya bahwa pita ini diendapkan di daerah yang luas selama periode singkat aktivitas vulkanik disekitar Cekungan Sumetera Selatan. Anggota M3 umumnya ditembus oleh semua lubang bor di daerah prospek Sungaimalam, terdiri dari batulumpur coklat kaya akan sisa tumbuhan dan nodul batubesian, batupasir abu-abu kehijauan dan abu-abu, dan batulempung hijau agak kebentonitan serta mengandung 2 lapisan batubara tipis yaitu Seam II dan Seam III. Ketebalan anggota dari dasar sampai puncak 71 meter di lubang bor RH-13 dan 109 meter di lubang bor RH-19. Batupasir abu-abu kehijauan mengandung nodul batubesian yang mempunyai lubang-lubang gas terdapar antara 3 –35 meter di atas Seam IV dan menindih batulumpur coklat. Batupasir ini berbutir halus sampai sedang, tersemen sangat
buruk dan bersifat glaukonitan, tebalnya berkisar 6 sapai 15 meter. Oleh karena terdapat di seluruh daerah maka batupasir ini diperlakukan sebagai horizon penunjuk. Batulempung hijau umumnya dicirikan oleh struktur lentikular dan miskin akan sisa tumbuhan, terdapat dibawah Seam III. Seam III terdapat dalam batulempung hijau dan berada 29 meter sampai 60 meter diatas Seam IV, ketebalannya berkisar dari 0,95 meter 1,85 meter, rata-rata 1,25 meter. Seam III ini mempunyai 1 (satu) lapisan pengotor lempung coklat dan terdapat hampir disetiap lubang bor yang menembusnya. Anggota M4 ditembus sebagian interval oleh beberapa lubang bor, umumnya kandungan batuapung yang berdiameter sampai 2 cm dan membentuk perlapisan bersusun terbalik. Seam I dicirikan oleh 2 atau 3 pita lempung pelethoid yang berwarna coklat, dan kandungan mineral pirit sebagai pengisi rekahan (cleat). Tebal Seam I berkisar dari 2,80 meter sampai 4,0 meter, rata-rata 3,5 meter dan terdapat 25 meter sampai 42 meter diatas Seam II terdiri dari perulangan batupasir abu-abu kehijauan, batulempung atau batulumpur hijau sampai coklat dan 1 (satu) lapisan batubara. Batas bawah anggota adalah lantai Seam I sedangkan batas atasnya belum dapat ditentukan karena hanya sebagian interval yang ditembus oleh pemboran. Batupasir pada anggota M4 dicirikan oleh Seam II ditembus oleh lubang bor RH-13, RH-18, RH-19,RH-21 dan RH-22, ketebalannya berkisar dari 0,90 meter sampai 1,38 meter, rata-rata 1,10 meter, terletak 10 meter sampai 63 meter diatas Seam III. Seam ini kadangkala pada lubang bor tertentu berubah menjadi lempung batubaraan. 3.3. KUALITAS BATUBARA SG. MALAM DAN KEGUNAANYA. Untuk kualitas batubara daerah Sungaimalam ini analisanya dilaksanakan oleh Laboratorium PT. Sucofindo, Jakarta. Analisa ini diarahkan untuk keperluan perindustrian dan perdagangan yang dikerjakan menurut prosedur analisa kualitas yang telah lazim dilaksanakan. Analisa yang telah dilakukan terhadap conto inti dari 15 lubang bor ( RH-02, RH06,RH-09, RH-10 sampai RH-19, BH-02 dan BH-03) dilakukan untuk setiap ply dan composite sample.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 6
Informasi terkini menyebutkan bahwa batubara Musirawas dan sekitarnya dari analisis kimia termasuk “high volatile coal” dan dikatagorikan Subbituminus klas A-B (Klasifikasi ASTM, USA), dengan spesifikasi dalam perhitungan “as determined basis” . Disamping potensi cadangan cukup besar, deposit batubara Sungaimalam memiliki kualitas relatif cukup baik dibandingkan dengan batubara sejenisnya dari Sumatera Selatan seperti; Bangko, Arahan, Suban Jeriji dan sebagainya. Dalam rencana sebagai bahan baku bagi Mine Mouth Power Plant (MMPP) di Mulut Tambang, serta industri perbatubaraan, juga sedang penjajakan dengan Perusahaan dalam negeri seperti ; PT. Wahyuni Mandera, PT. Dipasena, PT. Pupuk Sriwijaya dan PT. Garuda Pancaarta di Lampung untuk mensuplai kebutuhan listrik mereka pada tahun 2004/2005. 3.4.PERENCANAANTAMBANG SUNGAI MALAM DAN PERMASALAHAN. Mengingat besarnya cadangan batubara di daerah Sungaimalam serta kondisi geologi, termasuk keberadaan, tebal lapisan batubara , penyebaran serta kemiringan batubara yang hanya berkisar 5-10°, serta Stripping Ratio yang rendah (1:6), maka sistem penambangan batubara di Sungaimalam yang direncanakan adalah Tambang Terbuka (Tamka). Dengan adanya prospek tambang jangka panjang, kemudahan dalam teknik penambangan, serta biaya penambangan yang relatif murah, maka prospek batubara Sungaimalam dinilai cukup menguntungkan untuk membangun PLTU di Mulut Tambang bagi keperluan interkoneksi listrik Pulau Sumatera dan Jawa yang konsumsi listriknya selalu bertambah setiap tahunnya. Permasalahan yang timbul dari pemanfaatan batubara ini adalah faktor pengangkutan dan spesifikasi dari pihak pembeli seandainya pihak pembeli yang potensial didalam negeri adalah pihak pembangkit tenaga listrik (PLTU), pabrik semen dan industri lainnya. Sungai Musirawas yang semula memberikan harapan untuk dapat dimanfaatkan sebagai prasarana pengangkutan batubara, ternyata kondisi fisiknya tidak mendukung. Disamping itu oleh masyarakat setempat Sungai Musirawas telah digunakan sebagai sarana penunjang sektor perekonomian termasuk pengangkutan industri perkayuan. Untuk dapat mengubah kondisi tradisional yang telah terbiasa dilakukan oleh masyarakat supaya lebih intensif dan efisien memerlukan
penanganan dengan biaya tinggi meliputi program multi disiplin yang perlu diterapkan. Banyaknya masalah dan kendala-kendala yangperludiselesaikan maka penambangan batubara daerah Sungaimalam belum bisa dilaksanakan sesuai dengan rencana waktu yang telah ditentukan semula.
4. HASIL PEMANTAUAN PENGAWASAN DAN PEMBAHASAN 4.1. UPAYA - UPAYA PENINGKATAN CADANGAN. Dalam rangka meningkatkan cadangan batubara di daerah Prospek Sungaimalam telah dilakukan eksplorasi detail dan dilanjutkan dengan program pemboran inti. Program pemboran ini telah dilaksanakan sebanyak 32 lubang bor dengan total kedalaman 2.294,30 meter. Semua koordinat dan ketinggian nya telah diikat dalam peta topografi skala 1:5.000, dilapangan juga telah dipasang pilar beton dan posisinya ditetapkan berdasarkan titik permanen ( titik tetap ) di Bingin Teluk. Metoda pemboran yang dipakai adalah Pemboran Inti tegak dengan “casing” pada overburden dan juga pada kondisi lubang yang sulit. Rig yang digunakan adalah Long Year 24 untuk pemboran tinjau dan Long Year 38 wireline pada pemboran dalam. Perlengkapan utama terdiri dari mesin pompa Royal Bean RQ 520 dan RQ 530 ( digunakan sebagai pemasok air dan Lumpur ), power generator, drill rod, casing dan coring bit HQ. Semua pengintian (coring) dikerjakan dengan triple tube core barrel sehingga persentasi inti tidak kurang dari 96 %. Interval grid pemboran dalam arah formasi rata-rata berjarak 1 km dan arah down dip rata-rata 500 meter 4.2.
CARA PERHITUNGAN CADANGAN.
Keadaan batubara di daerah Sungaimalam terdapat 1(satu) lapisan batubara utama (Seam IV) dengan ketebalan berkisar 18,50 meter hingga 31,95 meter, rata-rata ketebalan 28 meter dan 5(lima) lapisan batubara berkisar 1,0 meter sampai 7,85 meter. Ke enam lapisan batubara ini menempati struktur sinklin Sungaimalam
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 7
yang tidak simetris, sayap bagian timur hampir datar sedangkan sayap bagian barat curam sampai membentuk “flexure” dan 2 (dua) lapisan pada sinklin Betung. Adapun daerah sebaran batubara di sinklin Sungaimalam memanjang searah sumbu nya dengan ketebalan konsisten sepanjang 7,20 km pada sayap bagian timur dan 3,0 km pada sayap sebelah barat.Dalam perhitungan cadangan daerah ini dibagi 25 blok poligon berdasarkan daerah pengaruh 1 (satu) titik bor atau singkapan (gambar 10). Batas poligon diluar daerah pemboran kearah “down dip” ditentukan sampai batas daerah pemetaan topografi sedangkan kearah permukaan batas atas setiap seam sekaligus menjadi batas poligon . Intensitas grid pemboran dalam arah strike berkisar dari 500 m hingga 1300 m, rata-rata 1000 meter dan pada arah down dip rata-rata 500 meter. Variasi dari faktor-faktor geologi dan kualitas batubara terhadap masing – masing lubang bor yang berdampingan tidak lebih dari 5 %, terkecuali pada Sinklin Betung. Volume endapan batubara setiap poligon dihitung berdasarkan luas proyeksi (L) x Tebal semu seam di Blok (T). Angka berat (ton) yang didapatkan dengan memperkalikan volume dan berat jenis (SG) yang ditetapkan berkisar 1,31 sampai 1,37 ton/m3. Dari hasil penyelidikan eksplorasi terakhir telah dihitung sumberdaya dan cadangan batubara di daerah Sungaimalam, seperti terlihat dalam tabel 4, dibawah ini. Dimana cadangan (sumberdaya batubara terukur) pada Blok I untuk Seam 1, Seam2, Seam 3 dan Seam 4 berjumlah 555.696.344,29 Ton, untuk sumberdayaTerunjuk sebagian Blok I dan II terlihat Seam 5 dan Seam 6 berjumlah 81.175.863,85 Ton sedangkan untuk Blok III dengan sumberdaya Tereka pada Seam 1, Seam 2 dam Seam 4 berjumlah 7.737.180,00 Ton. Jumlah Sumberdaya Batubara daerah Sungaimalam adalah 644.609.388,14 Ton. 4.3. UPAYA UPAYAMEREALISASIKAN TERWUJUDNYA MMPP. Pada tanggal 24 Januari 2002 PT. Triaryani telah mengadakan pertemuan dengan Mr. Tetsuya Deguchi, Manager Coal & Energy Project Dept., Technical Development Group KOBE STEEL LTD., dan Mr. Eiichiro Makino, Deputy Manager Coal Liquefaction Project Office, Energy Company NISSHO IWAI COORPORATION dari Jepang, dalam rangka mempersiapkan upgraded brown coal (UBC) test, combustion test dan feasibility
study Mine Mouth Power Plant (IPP, Independent Power Producer) dengan menggunakan batubara produk UBC. Pada tanggal 4 April 2002 PT. Triaryani telah mengirim conto batubara sebanyak 500 kg ke KOBE STEEL Ltd di Jepang. Untuk dilakukan pengetesan UBC (upgrade brown coal) untuk studi kelayakan pendahuluan penerapan teknologi UBC pembangkit listrik mulut tambang batubara di Musi Rawas. Juga telah dilakukan pertemuan kembali dengan tim dari Jepang ( seperti pertemuan 24 Januari 2002) dan dimana hasil tes sementara batubara hampir sama dengan hasil test yang dilakukan di PT. Sucofindo Jakarta. 4.4. KEGIATAN PT. TRI ARYANI SEKARANG. Adapun kegiatan PT.Tri Aryani yang dapat terpantau sejak Januari 2002 hingga bulan Juli 2002 adalah sebagai berikut 1. Pencairan batubara muda menjadi minyaksintetis(coalliquefaction).Peng ujian pencairan batubara tahap kedua dilakukan oleh Direktorat Teknologi Konservasi dan Konservasi Energi, BPPT. Contoh batubara dari 3(tiga) lubang bor yaitu; RH-25, RH-26 dan RH-27. Dari hasil pengujian menghasilkan minyak hampir 50 % sedikit lebih rendah dari batubara Banko. Selanjutnya akan melakukan pengkajian lagi lebih dalam untuk meningkatkan konversi minyaknya hasilnya sampai 60 %. 2. Akan melakukan kerjasam dengan PT. Wahyuni Mandera, PT. Dipasena, PT. Pupuk Sriwijaya dan PT. Garuda Pancaarta di Lampung untuk mensup lai kebutuhan listrik mereka pada tahun 2004/2005. Juga membicarakan dengan PT. PLN(Persero) Wilayah IV mengenai kekurangan listrik di Lampung,Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi, mengenai captive power (diesel) yang berhubungan dengan naiknya harga BBM dan mengenai listrik untuk interkoneksi Sumatera 275 KV. 3.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
Untuk dua bulan kedepan ( bulanJuli Agustus2002) melakukan pengkajian sbb;
42 - 8
* Asumsi studi kelayakan pendahuluan“UBC Mine Mouth Power Plant” seperti harga batubara, harga listrik, harga heavy oil, dsb. * Bahan bahan untuk survey lokasi dalam rangka pembuatan studi kelayakan pendahuluan “ UBC Mine Mouth Power Plant” seperti kondisi plant site, kondisi meteorology, bencana alam, kondisi sungai dan pelabuhan, kondisi jalan, transportasi alat alat berat dan besar, tenaga listrik, air industri,peraturan lingkungan basis industri yang berdekatan dengan plant site dan mata pencarian. * Kalau semuanya berjalan lancar sehingga target kontruksi pembangkit listrik kapasitas 600 MW tahun 2005/2006 dapat tercapai. Ini mendukung keperluan listrik di Pulau Sumatera dan Jawa dalam rangka iterkoneksi Sumatera –Jawa. 4.
5.
Melakukan kunjungan ke Sydney – Australia dalam rangka konsultasi berbagai hal sbb; Jangka waktu operasi, jangka waktu pembayaran kembali untuk biaya kontruksi, kelonggaran waktu pembayaran kembali biaya kontruksi, metode depresiasi, jumlah tahun depresiasi, kembalinya equity, suku bunga bank jangka panjang dan pendek, kursdevisa (Rp –US Dolar ) dll, dengan Macquarie Bank di Sydney. Melakukan konsultasi mengenai harga batubara sebelum dan sesudah proses UBC untuk suplai selama 20 tahun dan 30 tahun dengan Jim Coleman dan Graffin Coal.
4.5. PEMBAHASAN. KP. Eksploitasi PT. Tri Aryani telah dikeluarkan oleh Pemerintah dalam hal ini oleh Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan & Energi sejak tahun 1993. Meskipun demikian sampai saat peninjauan lapangan yang dilakukan oleh Tim Konservasi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya mineral (DIM) pada bulan Juni dan Juli 2002, belum terlihat ada kegiatan penambangan yang dilakukan oleh pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi tersebut. Batubara daerah Sungaimalam ini dari segi kualitas, jumlah cadangan serta ratio overburden yang relatif kecil dan cara
penambangan yang diperkirakan sebagai tambang terbuka, cukup potensial untuk dikembangkan, hanya saja faktor transportasi cukup mempengaruhi nilai ekonomisnya. Hal ini diperkirakan yang menyebabkan PT. Tri Aryani belum memulai melakukan penambangan. Untuk itu pihak PT. Tri Aryani telah berusaha melakukan pendekatan dengan pihak Swasta Asing dan Swasta Nasional untuk merencanakan Pembangunan Listrik Tenaga Uap di Musi Rawas, yang dikenal dengan “ Mine Mouth Power Plant / MMPP” dengan memakai batubara daerah Sungaimalam sebagai bahan baku energinya. Untuk merealisasikan usaha tersebut akan memerlukan waktu serta pemodalan yang cukup besar, serta telah melalui tahapan-tahapan studi kelayakan dan kalau semuanya berjalan dengan baik maka pembangunan Mine Mouth Power Plant di Musi Rawas dengan kapasitas 600 MW akan terealisasi tahun 2005/2006 dan akan menunjang interkoneksi listrik Pulau Jawa – Pulau Sumatera. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam pengawasan, pemantauan dan evaluasi bahan galian yang tertinggal di daerah Musi Rawas, khususnya di wilayah Kuasa Pertambangan milik PT. Triaryani, dijumpai adanya beberapa masalah penting yang harus segera diselesaikan. Beberapa diantaranya adalah masalah transportasi batubara dari lokasi ke pelabuhan, seandainya produk batubara tersebut akan diekspor, kedudukan seam utama (seam IV) yang cukup dalam (168-200 meter) dan pembebasan lahan milik masyarakat. Perkembangan kegiatan di daerah prospek batubara Sungaimalam saat ini menunjukkan bahwa PT. Tri Aryani sedang melakukan penjajakan kerjasama dengan konsorsium perusahaanperusahaan Energi dari Jepang dan melakukan uji conto batubara daerah Sungaimalam serta kemungkinan untuk mendapatkan Soft Loan dari pihak investor asing untuk membangun pabrik pembangkit tenaga listrik di daerah Musi Rawas. Data kegiatan tambang yang meliputi data produksi, pengangkutan, recovery penambangan serta pengolahan belum bisa disajikan, maka direncanakan untuk
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 9
mengevaluasi data tersebut dari hasil studi kelayakan (FS) yang pernah dilakukan oleh PT. Tri Aryani. Dari hasil evaluasi data eksplorasi yang tersedia serta dengan telah diperolehnya KP eksploitasi, maka dapat disimpulkan bahwa cadangan batubara Sungaimalam seharusnya telah ditambang dan dimanfaatkan sesuai dengan kegunaannya. Dalam periode sekitar 8 tahun terakhir seharusnya PT Tri Aryani telah memproduksi batubara sesuai dengan kapasitas yang direncanakan dan tentu saja pemerintah daerah dan pusat akan mendapatkan manfaat dari produksi tersebut.
Seandainya ada hal-hal yang menyebabkan ketidak-layakan tambang batubara tersebut sehingga tidak memungkinkan untuk memproduksinya, maka disarankan agar surat ijin eksploitasi yang telah diterbitkan ditinjau kembali dan kemudian dapat dilakukan proses studi kelayakan (feasibility study) kembali sesuai dengan perkembangan terakhir dan selanjutnya dilakukan evaluasi tentang studi kelayakan tersebut. Seandainya dari evaluasi studi kelayakan ulangan tersebut dapat dinyatakan layak tambang, maka KP eksploitasi dapat diberikan kembali sehingga cadangan batubara Sungai malam dapat dimanfaatkan.
DAFTAR PUSTAKA. 1. Asian Journal Mining Operating ;1999,Operating Mines (CoW and KP), Indonesia Minerals Exploration and Mining, Directory 1999/2000, halaman 316. 2.Joe Widartojo, Syarifudin,. 2000. Indonesia Coal Mining Company Profile 2000. 3. Koesoemadinata, R.P., Hardjono, 1977 ; Kerangka Sedimenter Endapan Batubara Tersier di Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan VI, IAGI. 4. Rosidi, H.M.D. dkk., (1978): Peta Geologi Lembar Sarolangun-Bangko, Direktorat Geologi, Bandung. 5. Shell Mijnbouw, 1978 ; Explanatory Notes to the Geological Map of South Sumatera Coal Province. 6. Suwarna, N., Suharsono, (1984): Peta Geologi Lembar Sarolangun, Sumatera Selatan., Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung. 7. Syufra Ilyas., Tobing, S.M, 1994 ; Batubara Sungaimalam Sumatera Selatan. PT. Tri Aryani, Jakarta.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 10
0
12.5
25
kilometers
PALEMBANG
LOKASI KEGIATAN
LUBUKLINGGAU
BENGKULU
Gambar.1.
Peta Lokasi Daerah Pemantauan dan Pengawasan Konservasi di Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan
Photo. 1. Morfologi Daerah Sungaimalam, Kabupaten Musi Rawas. Sumsel.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 11
Gambar. 2. Peta Geologi Lokal Daerah Sungaimalam, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 12
Gambar.3 Penampang Geologi Daerah Sungai Malam Kab. Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Gambar. 4
Diagram Pagar Batubara daerah Sungaimalam, Kab. Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 13
Photo.2. Singkapan Batubara Seam IV di hulu Sungai Putih.
Photo.3. Singkapan Batubara Seam IV, dekat Base Camp PT. Tri Aryani
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002
42 - 14