484
Hukum dan Pembangunan
KECENDERUNGAN W ANITA MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA TERHADAP KESUSILAAN Oleh : Sumiyanto Dalam membicarakan masalah wanita yang cenderung menjadi korban tindak pidana alau pelaku dari tindak pidana, terdapat tiga segi tipologi wan ita menjadi korban dalam tindak pidana perkosaan yakni unrealited victims, provocative victims dan biologically victim. Dan adanya penyebab terjadinya kejabalan terhadap kesusilaan ini dipengaruhi adanya gambar-gambar, tulisan-tulisan, alau patung-patung yang porno, baik disiarkan oleb mass media baik penerbilan maupun media elektronik. Pendabuluan Pada peringatan hari Kartini sering kali dalam berbagai mas media ditampilkan perjuangan dan jasa-jasa seorang wanita yang berusaha mencapai emansipasi dengan golongan pria. Memang dewasa ini boleh dikatakan bahwa wanita sudah banyak yang menduduki jabatan- jabatan penting, baik pada instansi pemerintah maupun dibidang swasta. Sehingga sekarang ini banyak dikenal lernbaga-Iembaga organisasi kewanitaan seperti Dharma Wanita,Ikatan wanita pengusaha Indonesia (IWAPI), Polisi wan ita (Polwan ), dan masih banyak lagi prganisasi wanita baik di bidang sipil maupun militer. Kalau dilihat perjuangan beberapa wanita yang berhasil memperjuangkan hak-hakoya schingga dapat menduduki pekerjaan-pekerjaan/ profesi-profesi tertentu seperti sebagai Dokter,Hakirn, Dosen, dan sebagainya, maka boleh dikatakan bahwa wanita dewasa ini sudah berhasil memperjuangkan hak-hakoya sesuai dengan asas emansipasi. Tetapi di samping itu perlu di ingat pula bahwa jumlah wanita menurut
Kecenderungan
485
catatan Demografi lebih besar dari jumlah pria,sehingga tidak jarang pula banyak wanita yang sering menjadi korban dalam kehidupannya di masyarakat. Dalam tingkatan-tingkatan tertentu masih ban yak yang menjadi buruh-buruh pabrik yang upahnya jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan golongan pekerja pria. Memang kalau dilihat dari kekuatan phisik pria lebih kuat dari pada wanita. Tetapi kadang-kadang ada pula pekerjaan yang mcmerlukan ketelitian, kerapian, dan keindahan yang hanya dapat dilakukan oleh wan ita, toh mereka ini hanya mend,apatkan bayaran yang minim. Disisi lain masih ban yak pula wanita yang menjadi korban, baik Secara secara kriminologis maupun berdasarkan Hukum Pidana. Kriminologis wanita sering menjadi korban dalam bentuk patologi sosial seperti adanya pelacuran, sehingga hal ini sering terjadi "Crimer without victims" (J.E. Sahetapy, 1987). Para pelacur secara langsung tidak merasa bahwa dirinya menjadi korban, memang dalam hal pelacuran si pelacur itu dapat diklasifikasikan baik sehagai pelaku dan sekaligus sebagai korban . Dalam ketentuan hukum pidana diatur beherapa tindak-pidana yang herkaitan dengan kesusilaan seperti misalnya tentang: merusak kesusilaan (pasal 281 KUHP), PORNOGRAFI (pasal 282 KUHP), Perzinahan (pasal 284 KUHP), perkosaan (pasal 285 KUHP) persetubuhan (pasal 287 KUHP), berbuat cabul (pasal 290 KUHP), homosexsual (pasal 292 KUHP), memperdaya orang di bawah umur untuk berbuat cabul (pasal 293 KUHP) perdagangan wanita (pasal 297 KUHP),dan mempertunjukan iktiar untuk mencegah hamil (pasal 534 KUHP) (P.A F. Lamintang dan Djisman Samosir, 1979). Dari beberapa ketentuan yang mengatur ten tang tindak pidana di bidang kesusilaan tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar korbannya adalah wanita . Bahkan yang lebih tragis lagi bahwa wanita yang menjadi korban disini bukan hanya wan ita-wan ita yang sudah dewasa, melainkan termasukjuga wanita-wanita yang masih belum dewasa (anak-anak wanita). Kasus yang sangat menarik perhatian masyarakat misalnya ten tang perkosaan. Dalam lima tahun terakhir ini beberapa daerah di pulau Jawa,sering diguncang oleh peristiwa perkosaan,sebagai contoh di Jawa Timur yang terkenal di wilayah Kediri dan di beberapa wilayah yang lain.
Oktober 1991
486
Hukum dan Pembangunan
Sehingga pada akhir-akhir ini pula sering dilakukan upaya- upaya penanggulangannya baik seeara preventif melalui diskusi-diskusi Iseminar-seminar di berbagai Perguruan Tinggi dan lembaga Kepolisian, maupun seeara represif yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri dengan menjatuhkan hukuman yang berat dan oleh Lembaga Pemasyarakatan dengan cara mendidik dan membina para pelaku perkosaan yang dijatuhi hukuman penjara selama menjalani hukumannya (Made Sadhie Astuti, 1991). Kasus perzinahan yang ban yak di tangggapi oleh ahli hukum misalnya "kasus Nlasah" yang terjada di Dukuh Pengkol, Desa Pujiharjo, Keeamatan Manyaran, Wonogiri (Kompas, 27 lanuari 1990). Dalam masalah perzinaan ini apabila ditinjau dari segi ketentuan Hukum materiil memang masih banyak kelemahannya, sehingga tidak mustahil kalau ada anggota masyarakat yang merasa tidak puas apabila kasus perzinahan itu diselesaikan menurut ketentuan KUHP. Berdasarkan ketentuan pasal 284 KUHP perzinahan termasuk delik aduan dan yang dapat dituntut telah melakukan perzinahan hanya mereka yang melakukan hubungan sex di luar ikatan perkawinan yang mana salah satu dari pelakunya terikat dalam suatu perkawinan. Padahal masyarakat memandang bahwa perzinahan itu merupakan delik yamg sakral oleh karena itu siapa saja yang mengetahuinya dapat mengambil tindakan, dan di sam ping itu yang di pan dang sebagai perzinahan oleh masyarakat itu meliputi pula perbuatan hubungan sex antara pria dan wan ita di luar perkawinan tanpa memandang apakah mereka ilu terikat dalam suatu perkawinan atau tidak. Memang seakan-akan dalam masyarakat ada perasaan kecemburuan sosial apabila di lingkungan masyarakat ada orang yang melakukan perzinahan, sehinga tidak jarang pula warga masyarakat melakukan tindakan penangkapan. Dalam pcristiwa perzinahan sarna halnya telah tcrjadi "Crimes without victims", karena mercka melakukan perzinahan itu atas dasar suka sarna suka, jadi mereka itu sekaligus berperan sebagai pelaku dan juga sebagai korban. Kalau mcnurut ketentuan pasal 284 KUHP lebih tegas bahwa yang menjadi korban pcrzinahan adalah suiami/isteri dari orang yang melakukan pcrzinahan. Pada kasus pomografi sering kali yang dijadikan obyek gambar-gambar, tulisan-tulisan, ataulukisan-Iukisan, dengan menampilkan tubuh atau body seorang wan ita, atau bagian-bagian tubuhnya yang cukup merangsang bagi golongan lawan jenisnya yang sedang melihat atau suka
Kecenderungan
487
membaca nya. Sebagai, contoh adanya gambar-gambar pada kalcnuerkalender, majalah-majalah, Vidio uan sebagainya. Korban tindak pidana yang berupa ' persetubuhan atau berbuat cabul kebanyakan adalahanak-anak wan ita, baik statusnya sebagai anak tiri, anak angkat, maupun anak orang lain. Bisa jadi yang menjadi korban itu wanit" yang pingsan atau tak berdaya. Perbuatan cabul yang dilakukan o\ch dua orang atau lebih yang berjenis kelamin sarna termasuk homosexual, sedangkan perbuatan c.1bul yang dilakukan oleh pria dan wanil-.1 yang sarna-sarna sudah dcwasa di muka umum termasuk tindak pidana merusak kesusilaan. Sebab-sebab wanlta mudah rnenjadi korban. Berdasarkan kajian Viktimologi ada pandangan umum babwa semua orang yang normal pasti pernab mengalami menjadi korban (viktim) dalam scjarah kehidupannya. Masalah korban merupakan geja.la yang terdapat dalam setiap situasi dan interaksi sosial. Orang selalu mencoba menyimpulkan sebab-sebab mengapa sescorang menjadi korban, sehingga hal yang demikian ini dapat dijadikan dasar untuk bertindak lebih bati-hati. Para korban tidak hanya menderita secara fisik, melainkan juga mengalami penderitaan sosial dan psikologik. Tidak jarang justru kondisi sosial psikologik yang lebih memperberat penderitaan seorang korban, meskipun kondisi pisiknya sudah dapat dipulihkan secara medis. 5ebagai contoh dalam kasus perkosaan, walaupun wanita yang menjadi korban. sudab dapat disembuhkan secara medis luka pisiknya, tetapi tidak jarang wanita-wanita yang menjadi korban pemerkosaan itu mend~rita stres atau frustasi dalam hidupnya .. Ada pihak yang memandang hahwa perkosaan sehagai. konsekuensi alamiah dari pcrmainan seksual, dalam mana lelaki sebagai pihak yang mengejar dan perempuansehagai pihak yangg dikejar. Perbuatan perkosaann tidak dapat ditiadakan, karena hal ini sebagai konsekucnsi bahwa manusia ciptaan Tuhan yang tcruiri dari unsur system dan malaikat (Bismar Sireggar, 1991). Dilihat dari · segi tipologi korban perkosaan maka wanita dapat menjadi korban perkosaan karena hal-hal sebagai herikut : Unrelated victirnsmaksudnya wan ita yang menjadi korhan perkosaan itu tidak mempunyai huhungan sarna sekali dengan pelaku kejahatan. Pada tipe O/aober 1991
488
Hukum dan Pembangunan
yang demikian ini niat melakukan perkosaan benar-benar. berasal dari sipelaku, oleh karena itu tanggung jawab sepenuhnya terletak pada si pelaku kejahatan. Provocative victimsmaksudnya wanita telah berbuat sesuatu yang merangsang si pelaku, sehingga sebagai konsekuensinya pelaku terangsang untuk melakukan perkosaan terhadap dirinya. Dalam hal ini seharusnya tanggung jawab dipikul bersama.Biologically weak victimsmaksudnya wanita menjadi korban karena karakteristik fisiknya atau mentalnya dapat menumbuhkan pemikiran pada si pelaku untuk melakukan perkosaan. Dalam bal ini masyarakat maupun pemerintab harus turut bertanggung jawab, terbadap orang yang tidak mampu mempertabankan dirinya karena cacat (Muladi, 1991). Melalui teknologi yang canggib seperti dalam televisi dengan pesawat parabolanya, dalam kenyataannya sering ditayangkan penyanyi- penyanyi yang gaya, nada, dan 'kata-katanya merangsang para penonton dalam segi kesusilaan. Apalagi yang ada pada video kaset (Blue Film). Mengenai kasus zinah, sebenamya di beberapa daerab banyak terungkap kasus-kasus zinab, baik yang banya terungkap dalam masmedia surat kabar maupun yang terungkap melalui badan peradilan. Mengingat peraturan yang mengancam pidana terbadap perbuatan zinab itu masih sangat sempit sekali, sehingga banyak kasus-kasus zinab yang diselesaikan melalui pengadilan tetapi putusan pengadilan itu boleb dikatakan tidak memuaskan korban. Mengingat sempitnya perumusan tindak pidana zinah yang dirumuskan dalam pasal 284 KUHP, sehingga tidak jarang para hakim yang mengadili kasus zinah yang dilakukan oleb jejaka dan gadis menggunakan pasal tentang penipuan (pasal 378 KUHP). Apabila ditinjau dari kejadiannya memang kasus zinab antara jejaka dan gadis sering kali terjadi karena bujuk rayu (rayuan gombal) atau di dalam segi hukumnya termasuk tipu muslihat atau rangkaian kebohongan. Memang pihak laki-laki dalam upayanya untuk dapat melakukan hubungan sex tidak ragu-ragu lagi untuk memberi sesuatu, melihat sesuatu, ataupun menjanjikan sesuatu misalnya "kalau hamil akan dikawin " dan sebagainya. Hanya saja kalau dilihat dari segi obyeknya kelihatannya kurang tepat apabila diteraplmn pasal 378 KUHP ten tang penipuan (Putusan PN, lember No. 198/Pid/B/1984; Putusan PN. Medan No 571/KS/1980; dan Putusan PN. Pamekasan No. 20/Pid.S/1987. Ketiga putusan Pengadilan Negeri ini dalam tingkat Banding maupun dalam tingkat kasasi dibatalkan,
Kecenderungan
489
dengan pertimhangan hahwa yang menjaui obyck pcnipuan hukan "barang" melainkan "orang". Sedangkan dalam kasus zinah y.ang uilakukan olch orang-orang yang telah heristcri atau hcrsuami, pcnyclcsaiannya mclalui pcngadilan juga sulit, karena sclain tindak piuana zinah tcrmasuk uclik auuan, untuk dapal menuntut para pelaku maka salah satu pihak yang beristeri atau bersuami harus melakukan perceraian terlebih dahulu terhadap suami atau istcri yang melakukan perzinahan. Sedikit mcnyingkap scbab-scbab tcrjadinya kasus zinah, dapat dibedakan anLora scbah-scbab perzinahan yang dilakukan oleh jejaka dengan gadis dan sehah-sebab perzinahan yang dilakukan oleh orangorang yang telah bersuami atau beristeri. Sebab-scbab perzinahan an tar jejaka ~lengan gadis antara lain karena mcmang mercka ingin tahu rasanya melakukan hubungan sex atau ingin menikmati hubungan sex, atau karena keinginan mcnikah yang terhalang. Sedangkan sebab -sehab terjadinya perzinahan . anL~ra orang-orang yang telah heristeri atau hersuami, sangat beraneka ragam misalnya dapat terjadi karena faktor materi, wanita untuk dapat mcmpcrolah perhiasan, mohil, atau rumah melakukan perhuatan zinah dengan pria- pria yang kaya; atau karena terangsang wajah yang cantik atau tampan; atau memang salah satu pihak mcmpunyai kclainan di biuang sex misalnya hypersex. Memang sehah-sehab terjadinya perkosaaan dan zinah, tidak · dapat hanya dilihat dari kaca mata sekuler, atau berdasarkan akal semata, melainkan harus dilihat pula herdasarkan iman sescorang (Bismar Siregar, 1919). Dalam AI Qur'an tidak disehut ten tang perkosaan, melainkan hanya disehutkan tentang zinah (Surat AI Isra 17:32). Dalam pcmbahasan mengenai pcrkosaan dan perzinahan ada pula yang mcnsinyalir hahwa sehah terjadinya kedua hal tcrscbut karen a pornografi, maksudnya sering disehut-sehut dalam masmedia hahwa orang melakukan perkosaan gara-gara karena ·tidak tahan lagi menahan nafsu hirahinya setelah melihat gamhar yang porno (Adegan Film porno), atau melakukan perzinahan sekedar untuk melampiaskan/memenuhi nafsu hirahinya. Sedangkan sehah-sehah pornografi itu sendiri erat kaitannya dcngan usaha-usaha promosi di hidang hisnis. Misalnya dalam usaha perdagangan
Olaober 1991
490
Hukum dan Pembangunan
pakaian atau kosmetik, sebagai sarana untuk mempromosikan barang dagangannya para pedagang tidak segan lagi menggunakan patung atau gambar wanita, yang menampilkan wajah yang menarik atau body yang sexy, atau dengan menampilkan pakaian-pakaian tertentu yang dapat merangsang nafsu birahi misalnya patung wanita yang banya menggunakan celana dalam dan beba. Dalam bentuk gambar sering kali digunakan pada perdagangan kalender. Para pedagang maupun pencetak dan penerbit kalender dalam usabanya untuk menarik konsumen yang sebanyak-banyaknyasering kali juga digunakan dengan cara menampilkan wajab-wajab atau body-body para penyanyi atau peragawati yang menarik. Penampilan gambar ini beraneka ragam cara, ada yang menampilkan kecantikan seseorang dengan berpakaian secara adat atau menurut mode tertentu, tetapi ada pula yang menampilkan body wanita dengan pakaian yang sangat minim, atau memakai pakaian yang menampilkan bagian-bagian tertentu yang merangsang kaum pria. Masib ban yak lagi gambar-gambar yang sifatnya porno yang digunakan sebagai promosi dalam bisnis, misalnya dalam film percintaan, kaset video yang berisi Blue film yang menampilkan aneka cara dan gaya dalam melakukan hubungan sex, maupun gambar-gambar yang ditayangkan melalui TV, baik dalam acara film, maupun dalam acara kesenian menyanyi dan menari. Dalam masmedia cetakpunr baik langsung maupun secara tidak langsung, sering dimuat/ditampilkan gambar-gambar atau tulisan-tulisan yang merangsang nafsu birahi, misalnya dalam topik-topik yang menyajikan terjadinya kejahatan terhadap kesusilaan uDtuk menarik minat para pembaca sering digunakan kalimat-kalimat yang menarik, atau dalam promosi film melalui surat kabar sering ditampilkan gam bar- gam bar yang sifatnya porno. Masih termasuk masmedia cetak yang menarik misalnya berbagai macam majalah yang masing-masing mempunyai sifat khusus tersendiri, seperti majalah Kartini, Femina dan lainnya yang banyak menanipilkan wanita, mode pakaian, dan aneka ragam kosmetik. Dari mode pakaian secara tidak langsung dapat merangsang seseorang untuk berbuat cabul atau semi cabul, misalnya seseorang berpakaian mini atau model pakaian yang bagian tertentu terbuka
Kecenderungan
491
Memang untuk mencari sehah -sehah timhulnya kejahatan sceara rinei apalagi lengkap cukup sulit, karena dalam kehioupan masyarakat han yak hal-hal yang terkait apalagi kehutuhan manusia tioak terha!;1S dan sclalu bcrkemhang. Dalam hal ini Arif Gosita mcngatakan bahwa : Masalah kriminalitas sebagai sualu kenyalaan sosial tidak bcrdi.-i sendiri, lelapi berkait:m dengan masalah sosial, ckonomi, polilik dan budaya, scbagai fcnomena yang ada di dalam masyaraJ<.,1 dan saling mempengaruhi salu dengan yang lain. Kdminilitas ",Jalah sualu hasul inleraksi karena adanya intcl'elasi anlal'a fcnomena yang ada. (ArifGosita, 1983). Dari sikap dan tingkah laku muda mudi yang hehas akihat pengaruh modernisasi, pcrkcmbangan tekn ologi dan kchuoayaan oapat mcnyehabknn perhuatan-pcrhuatan yang melanggar kesusilaan. Dcwasa ini han yak taman-taman rekreasi yang diperlengkapi sarana dan prasarana yang memudahkan kaum remaja untuk herpacaran, menjalin kasih aL1U sckeoar untuk bersenang-senang an tara muda mudi. Akihat pengaruh pornografi dan pergaulan behas antara muda mudi, sehingga sering terjadi kasus-kasus huhungan sex di luar pcrkawinan, haik yang dilakukan oleh muda mudi yang helum cukup umur, maupun yang dilakukim oleh pria dewasa terhadap anak wanita (dalam masyarakat sering disehut dengan "Perkosaan terhadap anak"). Sedangkan akihat perkembangan ekonomi yang demikian cepat, sebingga perkemhangan ekonomi di daerab perkotaan tidak seimhang dengan perkemhangan ekonomi di daerab pedesaan, akihatnya hanyak warga pedesaan yang urhanisasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Upaya untuk mencari pekerjaan di kola ini tidak hanya dilakukan olch pemuda-pemuda dari desa, tetapi juga dilakukan oleh wanita-waniL1 dari pedesaan. Sering diulas dalam masmedia adanya wan ita dari pedesaan yang pergi kc kota untuk mencari pekerjaan, teL1pi terjerumus dalam usaha pcrdagangan wan ita atau dunia pelacuran.
Kesimpulan Jenis-jenis tindak pidana terhadap kesusilaan menurut ketentuan KUHP meliputi perhuatan merusak kesusilaan, pornografi, perzinahan, perkosaan, persetuhuhan, herhuat cahul, homosexual, dan pcrdagangan wanita. Sedangkan menurut kajian kriminologis tcrmasuk juga pelacuran Oktober 1991
Hukum dan Pembangunan
492
dan perbuatan hubungan sex antara pria dan wanita di luar perkawinan tanpa memandang apakah mereka itu terikat dalam suatu perkawinan atau tidak. Kecendurungan wan ita menjadi korban kejahatan terhadap kesusilaan antara lain disebabkan karena sifat provokatif wanita terhadap pria, keadaan pisik wan ita yang lemah dibandingkan dengan pria, karena rasa ingin tahu melakukan hubungan sex antara muda mudi, karena wan ita ingin mendapatkan sesuatu seperti perhiasan, mobil atau rumah, karen a hubungan interrelasi an tara pria yang tampan dan wanita yang cantik, atau karena sifat hypersex seseorang. Terjadinya kejahatan terhadap kesusilaan ini dipengaruhi pula oleh adanya ganibar-gambar, tulisan-tulisan, atau patung-patung yang porno, baik yang disiarkan melalui masmedia cetak seperti surat kabar dan majalah, maupun yang disiarkan melalui masmedia elektronik seperti film, Video dan TV. Tulisan, gambar, patung yang bersifat pornografi sering kali ditampilkan dalam usaha promosi perdagangan. Di samping itu terjadinya kejahatan terhadap kesusilaan disebabkan juga karena adanya pergaulan bebas antara muda mudi dan kurangnya pengawasan orang tua terhadap putra putrinya. Daftar Pustaka : 1.
J.E. Sahetapy, Viktimologi Sebuah Bunga Rampai, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1987, h.28.
2.
P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1979, h. 119 sid 125 dan h. 220.
3.
Made Sadhi Astuti, Gugatan . Ganli Kerugian Bagi Korban Perkosaan, Laporan hasil penelitian, Universitas Brawijaya, Malang, 1991, g.4.
4.
Kompas, tanggal 27 - Januari 1990, h. III.
S.
Bismar Siregar, "Tanggung jawab hakim melindungi korban perkosaan" , Makalah seminar nasional tentang Aspek perlindungan hukum bagi korban perkosaan, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 28 Pebruari 1991, h.10.
493
Kecenderungan
6.
Muladi,· Aspek leroritis dan praklis penanganan korban perko saan·, Makalah seminar nasional tcntang Aspek perlindungan hu kum bagi korban perkosaan, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 28 Pebruari 1991, h.6.
7.
Bismar Siregar, Op. Cit., h. 12.
8.
Departemen Agama, AI Qur'an Dan Terjemahannya, PT. Bumi Restu Jakarta, 1974, h. 429.
9.
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan (kumpulan karangan), Akademika Pressindo, Jakarta, 1983,h.2 .
••••• CURICULUM VITAE 1.
2.
Nama lengkap
Sumiyanto, SH.MH
Pangkat/Gol.Nip
Lcktor Madya IIII.d.(130819396
Pendidikan
Sarjana Hukum
Pekerjaan
Tenaga Pengajar (Dosen telap Fakultas Hukum UNIBRA W).
Pengalaman dalam penelitian : a. Penelitian Masalah Visum Et Repertum Sebagai A1at Bukti (penelitian kelompok), kerjasama antara kejaksaan Agung RI dengan Fakultas Hukum Unibraw. tahun 1982. b. Penelilian Pelaksanaan ,Peraluran Tala Kota DKI Jakarta Dan Kesulitan-kesulit.1n yang dihadapinya (Penelitian perorangan), lahum 1984. c. Penelilian Penyelesaian Tunggakan Kredil Bimas oleh Kejaksaan Negri di wilayah Jawa Timur (Penelitian perorangan sebagai bahan penyusunan tesis), tahun 1985. d. Penelilian beberapa kendala Pelaksanaan Pi dana Penjara dengan Sislem Pemasyarakatan pada Lcmbaga Permasyarakat.1n (PeneIitian perorangan), tahun 1988.
Oktober 1991
Hukum dan Pembangunan
494
e. Penelitian Efektivitas PErlindungan Hak-Hak Korban Kejahatan untuk menuntut ganti kerugian 9Suatu kajian dari segi Viktimologi), penelitian perorangan, tahun 1989. f. Penelitian sebab-sebab meningkatnya pensurian kendaraan bermotor dan upaya pencegahannya di walayah kodya Malang (Penelitian kelompok), tabun 1990.
g. Penelitian beberapa Hambatan dalam komunikasi Hukum (Suatu studi di wilayah Kota Madya Malang), Penelitian Kelompok, tahun 1996. . h. Penelitian Penyelesaian Kasus Pemakaian Tanah Tanpa Ijin yang berhak atau kuasanya yang sah (Penelitian Kelompok) tahun 1990 3.
Kegiatan ilmiah : a. · Mengikuti Ceramah Hukum Pidana di FH Unair Surabaya, tanggal5-6 Agustus 1986. b. Mengikuti Penataran Nasional Hukum Pidana di FH Undip Semarang tanggaI6-28 Agustus 1987. c. Mengikuti Seminar Viktimologis di FH Unair Surabaya, tanggal 28 -29 Oktober 1988. d. Mengikuti Penataran Administrasi Akademik Dan Kemahasiswaan di IKIP Surabaya, tanggal 13 - 23 Maret 1989. e. Mengikuti Seminar Nasional mengenai Putusan Pengadilan Pidana sebagai upaya menegakkan keadilan di FH Unair Surabaya, tanggar 27 Nop'ember 1989.
'.
f. Mengikuti Lokakarya dan Rekonstruksi kuliah di FH Unibraw Malang, tanggal20 Pebruati 13 Maret 1990.
4.
,.
Tulisan i1miah: Relevansi Viktimologi Dalam Perkembangan IImu Hukum Pidana, disampaikan dalam Diskusi pada Dies Natalis Unibraw ke XXII*I, di Fakultas Hukum, tabun 1986. Peranan Lemba ga Permasyarakatan Sebagai Lembaga Pembinaan Dan Pendidikan Narapidana, disampaikan dalam Diskusi pada Dies Natalis Unibraw ke XXIV, di Fakultas Hukum, tahun 1987
•••