Kecanduan Internet dan Terapi Kognitif Perilaku: Sebuah Tinjauan Ringkas (Internet Addiction Disorder and Cognitive Behavioral Therapy)
Makalah diserahkan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata kuliah Pastoral Counseling.
Oleh Victor Christianto email:
[email protected]
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SATYABHAKTI MALANG, INDONESIA September 2014
1
Kata Pengantar
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menempuh matakuliah Pastoral Counseling yang diampu oleh Tom Dooley, Psy.D. Sebagai topik makalah, penulis memilih untuk membahas mengenai kecanduan Internet (Internet Addiction Disorder =IAD) dan Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy). Alasan pemilihan topik ini adalah karena pesatnya pertumbuhan pengguna Internet di antara kaum remaja dan pemuda di Indonesia, dan di antara mereka banyak yang berlebihan dalam menggunakan Internet tersebut dengan berbagai eksesnya. Penulis berusaha menyoroti tidak saja penggunaan Internet secara umum, tetapi juga penggunaan game online, jejaring sosial (social network), dan pornografi. Penulis mencoba menyoroti latar belakang, definisi, cakupan masalah serta jenis terapi yang dapat ditempuh khususnya menggunakan metode Terapi Kognitif Perilaku. Makalah ini ditulis dengan motivasi dari pengalaman penulis sendiri yang nyaris menjadi pecandu Internet beberapa tahun lalu, namun syukurlah dengan pertolongan Tuhan sekarang penulis sudah dapat mengontrol penggunaan Internet secara lebih rasional. Karena itu hendaknya pembaca memperhatikan dengan benar agar tidak sampai terjatuh dalam jerat kecanduan Internet. Harapan penulis adalah bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Version 1.0: 18 September 2014 VC, email:
[email protected]
2
Daftar Isi
Kata Pengantar
2
Daftar Isi
3
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Latar belakang dan Cakupan masalah Kecanduan Internet 4 Definisi dan simptom Kecanduan Internet 7 Penyebab Utama Kecanduan Internet 10 Terapi-terapi yang tersedia 11 Terapi Kognitif Perilaku (CBT): Definisi dan metode 13 Bagaimana menolong anak-anak atau remaja yang mengalami Kecanduan Internet 16 7. Kesimpulan 17
Daftar Pustaka
18
3
1. Latar belakang dan Cakupan Masalah Kecanduan Internet
Pada saat ini penggunaan Internet semakin meluas, tidak saja di negara-negar maju, tapi juga di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, India dan China. Meskipun waktu yang digunakan orang pada umumnya untuk melakukan akses online dapat menjadi sangat produktif, penggunaan Internet secara kompulsif dapat berpengaruh buruk pada kehidupan, pekerjaan dan hubungan dalam keluarga. Jika Anda atau anakanak Anda merasa merasa lebih nyaman dengan teman-teman online daripada dengan teman-teman di dunia nyata, atau Anda tidak dapat menahan diri dari bermain game online atau membuka smartphone atau gadget lainnya, maka ada kemungkinan Anda atau anak-anak Anda sudah menggunakan Internet terlalu banyak (istilahnya: kecanduan Internet).1 Latar belakang dari meluasnya gejala kecanduan Internet ini antara lain adalah meningkat pesatnya penggunaan perangkat mobil seperti smartphone dan tablet di seluruh dunia, khususnya dalam sepuluh tahun terakhir. Kini orang dapat mengakses Internet di manapun dan kapanpun, bahkan juga di toilet. Selain membawa dampak yang baik berupa komunikasi yang lebih mudah dengan siapa saja dan di mana saja, namun juga muncul berbagai dampak buruk yang tidak terelakkan khususnya bagi anak-anak dan generasi muda. Banyak di antara anak-anak dan remaja saat ini lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari entah untuk bermain game online maupun untuk bercengkerama dengan teman-teman online mereka melalui berbagai situs jejaring sosial seperti facebook, youtube, instagram atau twitter.
1
Helpguide.org, “Internet and Computer Addiction: Signs, Symptoms and Treatment,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.helpguide.org/mental/internet_cybersex_addiction.htm; Internet; diakses 11 September 2014.
4
Untuk memberikan gambaran luasnya cakupan masalah yang terkait dengan Kecanduan Internet ini, beberapa data berikut mungkin akan membantu: a. Sekitar 25% pengguna memenuhi criteria kecanduan Internet setelah 6 bulan pertama menggunakan Internet. b. Liga Pemuda Komunis Cina (China Communist Youth League) mengklaim bahwa pada tahun 2007, 17% dari warga China yang berusia antara 13 dan 17 tahun mengalami kecanduan Internet.2 c. Menurut Maressa Orzack, direktur dari Computer Addiction Study di Rumahsakit McLean milik Universitas Harvard, antara 5-10% dari pengguna Internet menderita semacam ketergantungan terhadap Web (Web dependency).3 d. Menurut Center of Internet Addiction Recovery, para pecandu Internet menderita problem-problem emosi seperti depresi dan gangguan kecemasan dan seringkali menggunakan dunia fantasi Internet untuk secara psikologis lari dari perasaan tidak enak atau situasi stress. e. Para peneliti juga menemukan bahwa penggunaan Internet secara kompulsif dapat menyebabkan perubahan morfologis dari dari struktur otak. Sebuah studi terhadap mahasiswa-mahasiswa Cina yang mengalami kecanduan Internet (di antaranya menggunakan komputer sampai 10 jam sehari dan 6 hari seminggu) menemukan penyusutan ukuran dorsolateral prefrontal cortex, rostral anterior cingulated cortex, daerah motor suplementer, dan bagian-bagian dari cerebellum,
2
Pacificepoch.com, “17% of Youth Addicted to Internet,” January 11, 2007 [artikel on-line]; diambil dari http://www.pacificepoch.com/newsstories/86510_0_5_0_M/; Internet; diakses 11 September 2014. 3
Lea Goldman, “This is Your Brain on Clicks,” Forbes [artikel on-line]; diambil dari http://www.forbes.com/forbes/2005/0509/054.html; Internet; diakses 11 September 2014.
5
dibandingkan dengan para mahasiswa yang bukan pecandu.4 Diduga bahwa perubahan morfologis tersebut mungkin disebabkan oleh optimisasi kognitif pembelajaran untuk menggunakan komputer lebih efektif, tapi juga mungkin akibat rusaknya ingatan jangka pendek dan kemampuan pengambilan keputusan. f. Menurut Patricia Wallace, Direktur Senior dari Pusat Universitas Johns Hopkins untuk Orang-orang Muda Berbakat, pada suatu universitas besar di New York tingkat dropout dari para mahasiswa tahun pertama (freshmen) meningkat pesat seiring dengan investasi mereka dalam komputer dan akses Internet, dan para administrator memperhatikan bahwa 43% dari para mahasiswa dropout ini dulunya sering tidak tidur semalaman karena mengakses Internet.
4
ScientificAmerican.com, “High wired: Does addictive Internet use restructure the brain?” [artikel on-line]; diambil dari www.scientificamerican.com; Internet; diakses 11 September 2014.
6
2. Definisi dan Simptom Kecanduan Internet
Kecanduan
Internet
(Internet
Addiction
Disorder=IAD)
mengacu
pada
penggunaan Internet yang bermasalah, termasuk beragam aspek dari teknologi Internet yang berkaitan, seperti email dan World Wide Web. Perlu dicatat bahwa kecanduan internet belum tercantum dalam buku pegangan profesional kesehatan mental yaitu: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (2000) yang dikenal sebagai DSM-IV. Namun demikian, kecanduan internet telah diakui secara formal sebagai gangguan oleh American Psychological Association.5 Meskipun kecanduan internet telah mempengaruhi banyak orang, para ahli masih memperdebatkan mengenai terminologi yang tepat untuk gejala tersebut. Namun demikian, dalam 1 dekade terakhir konsep tentang kecanduan internet telah semakin luas diterima sebagai gangguan klinis yang acapkali memerlukan perawatan (treatment) khusus. Para peneliti masih belum sepakat tentang apakah kecanduan internet merupakan gangguan pada dirinya sendiri atau merupakan symptom dari gangguan yang lain. Ada juga yang memperdebatkan apakah kecanduan internet harus dikategorikan sebagai gangguan impuls atau gangguan kompulsif-obsesif (obsessive compulsive disorder) dan bukannya kecanduan biasa. Salah satu gejala (symptom) kecanduan Internet adalah penggunaan waktu yang berlebihan untuk Internet. Seseorang mungkin mengalami kesulitan untuk mengurangi akses terhadap Internet bahkan jika ia diancam sanksi mendapat nilai yang buruk di sekolah atau dikeluarkan dari pekerjaannya. Ada beberapa kasus telah dilaporkan tentang
5
Minddisorders.com, “Internet addiction disorder,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html; Internet; diakses 11 September 2014.
7
para mahasiswa yang menolak untuk tidak mengakses Internet agar bisa mengikuti kuliah. Gejala-gejala kecanduan lain meliputi antara lain kurang tidur, kelelahan, nilainilai yang memburuk, kinerja yang buruk di tempat kerja, apatisme dll. Ada juga kemungkinan berkurangnya investasi untuk hubungan sosial dan aktivitas. Seseorang mungkin berbohong tentang berapa banyak waktu yang digunakannya untuk online atau menyangkal bahwa mereka memiliki masalah. Mereka mungkin menjadi sering marah (irritable) saat tidak online, atau marah kepada siapapun yang menanyakan waktu mereka di Internet.6 Tanda-tanda dan symptom dari kecanduan Internet berbeda-beda untuk tiap orang. Sebagai contoh, tidak ada kriteria sekian jam perhari atau berapa pesan sehari yang mengindikasikan seseorang telah kecanduan Internet. Namun berikut ini dapat diberikan tanda-tanda peringatan bahwa penggunaan Internet Anda atau anak-anak Anda mungkin telah menjadi suatu masalah:7 a. Tidak dapat melacak waktu yang digunakan untuk online. b. Memiliki masalah untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan atau di rumah. c. Terisolasi dari keluarga dan teman-teman. d. Merasa bersalah atau defensif terhadap penggunaan Internet. e. Merasa semacam euphoria jika sedang terlibat dalam aktivitas Internet. Kecanduan internet, yang juga disebut kecanduan komputer, kecanduan online, penggunaan internet yang patologis (Pathological Internet Use=PIU), iDisorder, atau
6
Ibid.
7
Helpguide.org, “Internet and Computer Addiction: Signs, Symptoms and Treatment,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.helpguide.org/mental/internet_cybersex_addiction.htm; Internet; diakses 11 September 2014.
8
gangguan kecanduan internet (Internet Addiction Disorder=IAD), mencakup sejumlah problem kontrol impuls seperti:8 a. Kecanduan cybersex (Cybersex Addiction): internet pornography, adult chat rooms, adult fantasy role-play. b. Kecanduan hubungan-cyber (Cyber-Relationship Addiction): kecanduan jejaring sosial, chat, text (sms) atau email c. Net Compulsions: game online, judi online, permainan saham online, atau lelang online seperti eBay yang seringkali membawa konsekuensi masalah finansial atau masalah pekerjaan. d. Kelebihan Informasi (Information Overload): selancar online atau pencarian database secara kompulsif e. Kecanduan Komputer: memainkan permainan komputer secara obsesif, seperti Solitaire atau Minesweeper, atau pemrogramn komputer secara obsesif. Yang paling umum dari kecanduan Internet ini adalah cybersex, judi online dan kecanduan hubungan-cyber.
8
Ibid.
9
3. Penyebab Utama Kecanduan Internet
Tidak seorangpun yang tahu apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang kecanduan Internet, namun ada beberapa faktor yang telah diusulkan untuk menjelaskan kecanduan Internet. Salah satu teori berhubungan dengan potensi mengubah mood (mood-altering potential) dari perilaku-perilaku yang berkaitan dengan kecanduan proses. Sama seperti seseorang yang mengalami kecanduan belanja merasakan dorongan (rush) atau perubahan mood yang menyenangkan dari tindakan-tindakan yang berhubungan dengan belanja, demikian pula seseorang yang kecanduan internet mungkin merasakan dorongan yang sama untuk menghidupkan komputer dan mengunjungi situs-situs favorit mereka. Dengan kata lain, para peneliti berpikir bahwa terdapat perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi dalam tubuh saat seseorang terlibat dalam perilaku kecanduan. Lebih lanjut, dari sudut pandang biologis, mungkin terdapat kombinasi dari gen-gen yang membuat seseorang lebih rentan terhadap perilaku kecanduan, mirip dengan para peneliti yang telah menemukan gen-gen yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap alkohol.9 Teori-teori lainnya berupaya menjelaskan kecanduan tersebut dengan penjelasan perilaku, psikodinamik dan kepribadian, sosiokultural atau biomedikal (Ferris).
9
Minddisorders.com, “Internet addiction disorder,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html; Internet; diakses 11 September 2014.
10
4. Terapi-terapi yang tersedia
Karena gangguan kecanduan Internet merupakan fenomena yang masih relatif baru, hanya ada sedikit penelitian tentang efektivitas dari prosedur perawatan. Beberapa ahli menyarankan penghentian total dari penggunaan Internet. Ahli lainnya mengatakan bahwa adalah tidak realistis untuk menyarankan pada seseorang untuk berhenti sama sekali menggunakan Internet.10 Banyak dari prosedur perawatan yang telah digunakan untuk menangani kecanduan Internet telah dikembangkan berdasarkan program penanganan terhadap kecanduan lainnya dan kelompok dukungan. Salah satu buku yang membahas tentang kecanduan secara umum adalah karya Edward T. Welch.11 Jika kecanduan Internet yang diderita seseorang memiliki dimensi biologis, maka obatobatan antidepressant atau anti-kecemasan dapat menolong. Intervensi psikologis mungkin mencakup perubahan lingkungan atau perubahan asosiasi yang telah dibuat oleh Internet, atau mengurangi penguatan yang diterima akibat penggunaan Internet yang berlebihan. Intervensi interpersonal mungkin terdiri dari pendekatan seperti pelatihan ketrampilan sosial atau pendampingan (coaching) dalam keahlian-keahlian komunikasi. Terapi keluarga dan pernikahan mungkin dapat diterapkan jika pengguna beralih ke Internet sebagai pelarian terhadap masalahmasalah dalam keluarganya.12
10
Minddisorders.com, “Internet addiction disorder,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html; Internet; diakses 11 September 2014. 11
Edward T. Welch, Kecanduan: Sebuah Pesta dalam Kubur, diterjemahkan oleh Fenny Veronica (Surabaya: Penerbit Momentum, 2005). 12
Minddisorders.com, “Internet addiction disorder,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html; Internet; diakses 11 September 2014.
11
Sebagai alternative dari menyetop semua aktivitas yang berhubungan dengan Internet, Young (1999) memberikan 7 teknik perawatan yang mungkin dilakukan:13 a. Praktekkan kebalikannya (Practice the opposite) b. Penghenti eksternal (External stoppers) c. Tetapkan goal (Setting goals) d. Kartu-kartu pengingat (Reminder cards) e. Inventori personal (Personal inventory) f. Dukungan sosial (Social support) g. Terapi keluarga (Family therapy). Kondisi kambuh (relapse) adalah lumrah untuk siapapun yang berhubungan dengan kecanduan Internet. Mengakui dan mengantisipasi kambuh seringkali merupakan bagian dari proses perawatan. Mengidentifikasi situasi-situasi yang menyebabkan kecanduan Internet dan menemukan cara-cara untuk menghadapi situasi-situasi ini dapat sangat mengurangi kemungkinan kambuh total.14
13
Chien Chou, Linda Condron, & John C. Belland, “A Review of the Research on Internet Addiction,” Educational Psychology Review, Vol. 17 No. 4, December 2005 (2005): 383. 14
Ibid.
12
5. Terapi Kognitif Perilaku (CBT)
Terapi dapat memberikan Anda dorongan yang kuat untuk mengontrol penggunaan Internet. Misalnya Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy = CBT) memberikan langkah demi langkah untuk menghentikan perilaku Internet kompulsif dan mengubah persepsi Anda mengenai Internet, smartphone dan komputer. Terapi juga dapat menolong Anda untuk mempelajari cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi emosi-emosi tidak nyaman, seperti kecemasan, stress, atau depresi.15 Menurut literatur, Terapi Kognitif Perilaku (CBT) telah menjadi metode yang berguna dan efektif untuk menangani gangguan kompulsif seperti gangguan ledakan emosi, judi patologis, trichotillomania. CBT juga efektif untuk menanggulangi kecanduan obat, gangguan emosional dan gangguan makan.16 CBT adalah perawatan yang sudah lazim dan didasarkan pada premis bahwa pikiran mengendalikan perasaan. Pasien diajar untuk memantau pikiran-pikiran mereka dan mengidentikasikan mana yang memicu perasaan dan tindakan kecanduan, sementara mereka belajar ketrampilan menanggulangi kecanduan tersebut serta cara-cara untuk mencegah kambuh (relapse). CBT biasanya memerlukan 3 bulan perawatan atau sekitar 12 kali pertemuan mingguan. Sebuah model kognitif perilaku terhadap kecanduan Internet telah dikembangkan oleh Davis, seperti terlihat pada skema 1 di bawah ini: 15
Helpguide.org, “Internet and Computer Addiction: Signs, Symptoms and Treatment,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.helpguide.org/mental/internet_cybersex_addiction.htm; Internet; diakses 11 September 2014. 16
Kimberley S. Young, “Cognitive Behaviour Therapy with Internet Addicts: Treatment Outcomes and Implications,” CyberPsychology & Behavior Vol. 10 No. 5 (2007): 672-673
13
Skema 1. Model kognitif perilaku terhadap kecanduan Internet menurut Davis.17
Khazaal et al. merangkumkan komponen-komponen perilaku dan motivasional dari perawatan kecanduan Internet menurut Young sebagai berikut: Tabel 1. Komponen-komponen perilaku dan motivasional dari CBT (Young)18 Strategi pemulihan
Tujuan
Akuilah apa yang telah hilang
Mengenali masalah
Bawalah kartu-kartu pengingat
Mengenali masalah
Dengarlah suara-suara penyangkalan
Mengenali masalah
17
Omer Senormanci, Ramazan Konkan, & Mehmet Zihni Sungur, “Internet Addiction and its Cognitive Behavioral Therapy,” InTech [artikel on-line]; diambil dari http://cdn.intechopen.com/pdfs/31830/InTechInternet_addiction_and_its_cognitive_behavioral_therapy.pdf; Internet; diakses 11 September 2014. 18
Yazeer Khazaal, Constantina Xirossavidou, Riaz Khan, Yves Edel, Fadi Zebouni, Daniele Zullino, “Cognitive Behavioral Treatments for Internet Addiction,” The Open Addiction Journal, Vol. 5 (2012, Suppl. 1:M5): 30-35
14
Profil-profil dari On-lineaholica
Mengenali masalah
Tinjaulah waktu online Anda
Pengamatan diri
Akuilah dorongan Anda akan kecanduan
Pengamatan diri
Pelarian, obatbius dari Internet
Pengamatan diri
Gunakan teknik manajemen waktu
Manajemen waktu
Ambillah langkah nyata untuk
Pengembangan aktivitas off-line
menanggulangi masalah Hadapi kesepian Anda
Pengembangan aktivitas off-line
Carilah dukungan dalam dunia nyata
Pengembangan aktivitas off-line
Pertimbangkan manfaat dari pemulihan
Pencegahan relapse (kambuh)
(recovery benefits) Tip-tip untuk perjalanan menuju pemulihan
15
Pencegahan relapse (kambuh)
6. Bagaimana menolong anak-anak dan remaja yang mengalami Kecanduan Internet
Dalam makalah ini kita telah menyoroti latar belakang, symptom serta beberapa langkah terapi yang dapat ditempuh. Namun langkah-langkah ini mungkin akan berbeda jika yang mengalami kecanduan Internet adalah anak-anak Anda. Jika Anda membatasi penggunaan Internet secara keras bagi anak-anak Anda, maka mereka mungkin akan memberontak atau pergi ke tempat lain. Tapi Anda perlu memantau penggunaan komputer dan smartphone, mengawasi aktivitas online dan memberikan pertolongan jika anak-anak Anda memerlukan.19 Jika anak-anak Anda menunjukkan tanda-tanda kecanduan Internet, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menolong:20 a. Doronglah minat-minat lainnya dan aktivitas sosial; b. Pantaulah penggunaan komputer dan tetapkan batasan yang jelas; c. Gunakan apps untuk membatasi penggunaan smartphone oleh anak-anak Anda; d. Bicarakanlah dengan anak-anak Anda tentang masalah-masalah yang bisa muncul akibat kecanduan Internet; e. Carilah pertolongan: mungkin dari pelatih olahraga, dokter, sahabat keluarga/tetangga, konselor atau psikolog.
19
Helpguide.org, “Internet and Computer Addiction: Signs, Symptoms and Treatment,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.helpguide.org/mental/internet_cybersex_addiction.htm; Internet; diakses 11 September 2014. 20
Ibid.
16
7. Kesimpulan Dalam makalah ini kita telah menyoroti latar belakang, cakupan masalah, definisi dan symptom Kecanduan Internet. Juga telah dibahas beberapa terapi yang bisa ditempuh, termasuk Terapi Kognitif Perilaku (CBT). Diharapkan para orangtua dan guru berperan aktif dalam mengatur akses dan waktu penggunaan Internet dari anak-anak dan remaja sehingga dampak negatif dari Internet dapat dihindarkan. Makalah ini ditulis dengan motivasi dari pengalaman penulis sendiri yang nyaris menjadi pecandu Internet beberapa tahun lalu, namun syukurlah dengan pertolongan Tuhan sekarang penulis sudah dapat mengontrol penggunaan Internet secara lebih rasional. Karena itu hendaknya pembaca memperhatikan dengan benar agar tidak sampai terjatuh dalam jerat kecanduan Internet. Makalah ini memang baru merupakan penelitian awal tentang Kecanduan Internet dan langkah-langkah penanggulangannya, karena itu diperlukan penelitian lanjutan untuk memahami problem tersebut dengan konteks anak-anak dan remaja di Indonesia.
17
Daftar Pustaka
1. Young, Kimberley S., & de Abreu, Chistiano Nabuco. Internet Addiction: A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., 2011. 2. Young, Kimberley S. “Internet Addiction: The Emergence of a New Clinical Disorder,” CyberPsychology & Behavior Vol. 1 No. 3 (2006): 237-244 3. _______. “Cognitive Behaviour Therapy with Internet Addicts: Treatment Outcomes and Implications,” CyberPsychology & Behavior Vol. 10 No. 5 (2007): 672-673 4. Chou, C., Condron, L., & Belland, John C. “A Review of the Research on Internet Addiction,” Educational Psychology Review, Vol. 17 No. 4, December 2005 (2005): 383. 5. Goldman, Lea. “This is Your Brain on Clicks,” Forbes [artikel on-line]; diambil dari http://www.forbes.com/forbes/2005/0509/054.html; Internet; diakses 11 September 2014. 6. Helpguide.org. “Internet and Computer Addiction: Signs, Symptoms and Treatment,” [artikel online]; diambil dari http://www.helpguide.org/mental/internet_cybersex_addiction.htm; Internet; diakses 11 September 2014. 7. Khazaal, Yazeer, et al. “Cognitive Behavioral Treatments for Internet Addiction,” The Open Addiction Journal, Vol. 5 (2012, Suppl. 1:M5): 30-35 8. Minddisorders.com. “Internet addiction disorder,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Internet-addiction-disorder.html; Internet; diakses 11 September 2014. 9. Pacificepoch.com. “17% of Youth Addicted to Internet,” January 11, 2007 [artikel on-line]; diambil dari http://www.pacificepoch.com/newsstories/86510_0_5_0_M/; Internet; diakses 11 September 2014. 10. Ramdhonee, Karishma S. “Psychological Impact of Internet Usage on Children/Adolescents,” [artikel on-line]; diambil dari http://www.gov.mu/portal/sites/cert/sid2012/Psychological%20Impact%20of%20Internet%20usa ge%20on%20Children.pdf; Internet; diakses 11 September 2014. 11. Senormanci, O., Konkan, R., & Sungur, M.Z. “Internet Addiction and its Cognitive Behavioral Therapy,” InTech [artikel on-line]; diambil dari http://cdn.intechopen.com/pdfs/31830/InTechInternet_addiction_and_its_cognitive_behavioral_therapy.pdf; Internet; diakses 11 September 2014. 12. Welch, Edward T. Kecanduan: Sebuah Pesta dalam Kubur, diterjemahkan oleh Fenny Veronica (Surabaya: Penerbit Momentum, 2005).
Versi 1.0: 18 September 2014 VC, email:
[email protected] URL: http://independent.academia.edu/VChristianto URL: http://www.sciprint.org
18