150
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
Kebutuhan Penguasaan Bahasa Budaya Jepang Berbasis Kebutuhan User di Dunia Industri Vera Yulianti Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110 Penulis untuk Korespondensi/E-mail:
[email protected]
Abstrak – Dalam rangka penyusunan kurikulum 2013, salah satu yang menjadi kriteria adalah kebutuhan User (Pengguna) lulusan universitas di dunia kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan kebutuhan User (pengguna) dunia kerja tentang kebutuhan penguasaan bahasa dan pengetahuan budaya yang harus dikuasai lulusan program studi sastra Jepang. Hasil penelitian menunjukkan Kemahiran berbicara sangat dituntut untuk semua jenis pekerjaan, sedangkan kemahiran mendengar, menulis dan membaca tergantung jenis pekerjaan yang ditekuni. Abstract – In order to arrange 2013 curriculum , university should put attention on the needs of industrial user . The aim of this study is mapping the needs of industrial user, especially on Japanese language skill and Japanese culture knowledge. The result shows speaking skill is highly needed in every kind of job, while listening, reading and writing skills need depends on the kind of job. Keywords – Japanese Language Skill, User, Japanese Culture Knowledge
I.
D
PENDAHULUAN
alam rangka penyusunan kurikulum 2013, selain mengacu kepada KKNI yang telah disusun Diknas salah satu yang menjadi kriteria dalam penyusunan kurikulum tersebut adalah memperhatikan kebutuhan User (Pengguna) lulusan universitas di dunia kerja. Adapun pengguna lulusan program studi Sastra Jepang di dunia kerja umumnya adalah industri-industri otomotif, perbankan, pemerintahan, dunia
pendidikan dan industri lain yang berkaitan dengan kejepangan. Terkait dengan kebutuhan tersebut, pihak pendidik di universitas dalam hal ini para pengajar di program studi selayaknya melakukan penelitian mengenai kebutuhan penguasaan bahasa dan pengetahuan budaya Jepang di dunia industri. Penelitian ini harus melibatkan secara langsung pihak User atau pengguna lulusan dalam hal ini dunia kerja agar kurikulum dan silabus yang disusun dan diterapkan di aktifitas belajar mengajar benar-benar mengacu pada kebutuhan tersebut. Tujuan akhirnya agar lulusan dari program studi sastra Jepang layak dan siap pakai di dunia kerja yang terkait dengan kejepangan. Pemetaan kebutuhan penguasaan bahasa Jepang dan pengetahuan budaya di dunia kerja penting agar kurikulum yang telah disusun akan dikembangkan secara mendetail dalam silabus mata kuliah- mata kuliah yang tersebar dalam kurikulum tersebut benar-benar dapat menjawab kebutuhan pengguna di dunia kerja. Namun, pada kenyataannya, dalam pengembangan silabus tersebut, pihak pendidik di universitas mengalami kesulitan untuk memetakan kebutuhan riil dari pihak User karena kendala waktu untuk berkomunikasi secara tatap muka. Oleh karena itu, penelitian yang menghubungkan pihak universitas dan pihak User ( pengguna) di dunia kerja untuk memetakan kemahiran dan pengetahuan yang seharusnya dimiliki lulusan sastra Jepang agar siap pakai di dunia kerja dibutuhkan.
II. LANDASAN TEORI Dalam penyusunan kurikulum pendidikan di perguruan tinggi hendaknya memperhatikan hal-
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
hal di bawah ini agar kurikulum yang disusun dapat menyiapkan lulusan yang siap pakai di dunia industri1 . Pertama, sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, mata kuliah hendaknya disusun dengan struktur program: pengembangan kepribadian (MPK), keilmuan dan keterampilan (MKK), keahlian berkarya (MKB), perilaku berkarya (MPB), berkehidupan bermasyarakat (MBB). Selanjutnya Kepmendiknas tersebut ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi yang didasarkan atas pendekatan kompetensi (comptence-based curriculum). Sedangkan unsur-unsur komptensi yang diacu dalam peraturan ini merujuk kepada the four pilars of education UNESCO (1997) yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together [1]. Kemudian, keempat pilar belajar tersebut dirumuskan ke dalam elemen kompetensi berikut: (a) Landasan kepribadian; (b) Penguasaan ilmu dan keterampilan; (c) Kemampuan berkarya; (d) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai; dan (e) Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Berdasarkan elemen komptensi ini, struktur kurikulum dikelompokkan ke dalam rumpun berikut: Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK), Matakuliah Perilaku Berkarya (MPB), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), dan Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB). Menurut Christoper W. Store dalam penelitiannya yang berjudul “Insights into Language Curriculum Development” seharusnya penyusunan kurikulum pengajaran bahasa asing di universitas mempertimbangkan kebutuhan di dunia kerja sehingga lulusan siap bekerja dengan kemampuan bahasa asing yang dimilikinya[2]. Penelitian Storey di atas, didasarkan pada teori proses pengembangan kurikulum, yang di dalamnya terdapat tujuh kategori yaitu : needs and situation analysis, setting of objectives, assessment/testing, planning / organization of course / syllabus, selection and development materials, planning for effective teaching, and
151
evaluation ( p.94). Adapun pada kategori needs and situation pad dasarnya dipertimbangkan pada kebutuhan belajar mahasiswa. Namun ada faktor kebutuhan lingkungan yang juga harus diperhatikan, yaitu kebutuhan lingkungan kerja yang akan menerima mahasiswa tersebut setelah selesai belajar di universitas. Untuk itu dibutuhkan pemetaan yang mendalam terhadap kebutuhan lingkungan kerja akan kemampuan bahasa asing dan pengetahuan lain yang menunjang terkait dengan bidang dan jenis pekerjaan yang akan digeluti. Adapun pengembangan silabus berbasis kebutuhan User di dunia industri, harus memperhatikan halhal yang mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh 国際交流基金 atau The Japan Foundation ( 2010 : 10-22) yang disebut konsep “ Can Do” yang termuat dalam JF日本語教育スタ ンダード2010(第二版 [3]. Kurikulum yang saat ini dipakai di prodi sastra Jepang UAI adalah kurikulum yang disusun dengan mengacu pada PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan SK Mendiknas No.232 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Dalam pelaksanaannya, perkuliahan di UAI dibagi dalam 3 kelompok : (1) kelompok perkuliahan universitas, (2) kelompok perkuliahan fakultas dan (3) kelompok perkuliahan program studi [4] [1]. Kurikulum yang digunakan di Prodi Sastra Jepang UAI adalah kurikulum 2014. Pada kurikulum 2013, pada dasarnya pengembangan mata kuliah terdapat pada mata kuliah – mata kuliah pilihan prodi yang diupayakan lebih mengacu pada kebutuhan dunia kerja.
III. METODE PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran angket dengan lima pilihan berjenjang, (selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah) dan wawancara lanjutan terhadap responden. Angket yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dan akan ditindaklanjuti dengan wawancara lanjutan untuk menanyakan hal-hal yang perlu diperjelas dari jawaban angket dengan alur kerja meliputi, pertama, mendata calon responden penelitian ini, yaitu lulusan sastra
152
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
Jepang yang berkecimpung di dunia kerja kejepangan (industri otomotif, pendidikan, produk rumah tangga , produk alumunium, perbankan, kontraktor, asuransi, pemerintahan dan penerbitan). Kedua, menyebarkan angket yang berisi pertanyaan tentang penggunaan bahasa Jepang (mencakup empat kemampuan berbahasa: berbicara, menyimak, membaca dan menulis), penggunaan teknologi informasi dan budaya kerja di dunia kerja kejepangan. Ketiga, menganalisis data yang diperoleh melalui angket secara deskriptif dan melakukan wawancara lanjutan untuk jawaban angket yang perlu konfirmasi mengenai kepastian maksud yang hendak disampaikan responden. Sumber data dalam penelitian ini adalah lulusan sastra Jepang (dari berbagai universitas) yang berkecimpung di dunia industri kejepangan. Adapun industri-industri ataupun lembaga kejepangan yang menjadi responden penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. The Japan Foundation Jakarta (pendidikan bahasa dan budaya Jepang) 2. PT Charm Indonesia (produk rumah tangga) 3. Bank of Tokyo Jakarta ( perbankan ) 4. PT Astra Honda Motor ( industri otomotif ) 5. PT Tokio Marine ( asuransi ) 6. Kedutaan Besar Jepang Jakarta (pemerintahan) 7. The Jakarta Shinbun ( penerbitan ) 8. PT YKK API ( produk alumunium ) 9. PT YKK ZIPCO ( produk resleting ) 10. JICA Indonesia ( pemerintahan )
IV. HASIL ANALISIS Sesuai dengan jadwal pelaksanaan, telah dilakukan penyebaran angket penggunaan bahasa Jepang dan penerapan budaya kerja orang Jepang di dunia kerja kejepangan. Angket tersebut adalah kuesioner lima pilihan berjenjang yang berisi beberapa kelompok pertanyaan tentang penggunaan keahlian berbahasa (mencakup empat kemampuan berbahasa : berbicara, menyimak, membaca dan menulis), penerapaan keahlian teknologi informasi dan penerapan budaya kerja orang Jepang. Meskipun angket tersebut adalah kuosioner lima pilihan berjenjang, tetapi pada bagian akhir responden diberikan kesempatan untuk menambahkan jawaban secara bebas
(menuliskan jawaban). Uji coba ini dilakukan dengan menyebarkan angket kepada lulusan satra Jepang dari berbagai universitas sebanyak sepuluh (10) sepuluh orang yang bekerja di dunia kerja kejepangan seperti yang sudah dijelaskan di 3.2. Adapun hasil uji coba angket tersebut adalah sebagai berikut. Dari hasil angket, jenis pekerjaan responden dapat dipetakan seperti yang terlihat di tabel 1. Tabel 1. Jenis Pekerjaan Responden Jenis Pekerjaan
Jumlah ( orang )
Sekretaris dan Penerjemah
6
Pengajar dan Peneliti Bahasa
1
Staf Marketing
2
Editor
1
Meskipun sebaran jenis pekerjaan di atas secara jumlah statistik belum dapat dikatakan mencerminkan sebaran jenis pekerjaan lulusan sastra Jepang secara representatif, namun memberikan gambaran umum jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan para lulusan sastra Jepang di dunia industri yang menjadi responden penelitian ini. Dari berbagai situasi yang membutuhkan kemampuan berbicara bahasa Jepang (Tabel 2), maka yang paling banyak dipilih oleh responden (sekurang-kurangnya enam responden) adalah kemampuan berbicara dalam bahasa Jepag pada situasi A.1 (memperkenalkan diri pada rekan kerja/ mitra bisnis), A.2 (menjelaskan alasan suatu keadaan (ketidakhadiran/ keterlambatan/ penundaan) , A.3 (menjelaskan kemampuan dan keahlian diri/perusahaan, A.5 (Menjelaskan fungsi dan cara kerja suatu alat) , A.6 (menyampaikan pesan dari orang lain), A,7 (menanyakan/ membuat janji jadwal kegiatan) dan A.9 (membuat janji di telepon). Adapun yang jarang dipilih responden adalah (kurang dari enam respon den adalah) A.4 dan A.8 , A.9 – A.14.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
Tabel 2. Situasi Pekerjaan yang Menuntut Kemampuan Berbicara Bahasa Jepang Penggunaan Kemahiran Berbahasa Jepang di Dunia Kerja A. BERBICARA 1. Memperkenalkan diri pada rekan kerja / mitra bisnis 2. Menjelaskan alasan suatu keadaan 3. ( ketidakhadiran / keterlambatan / 4. penundaan ) 5. Menjelaskan kemampuan dan 6. keahlian diri / perusahaan 7. Menyampaikan ide cara menyelesaikan pekerjaan 8. Menjelaskan fungsi dan cara kerja alat 9. Menyampaikan pesan dari orang lain 10. Menanyakan / membuat janji jadwal kegiatan 11. Menjelaskan rute rencana perjalanan 12. Membuat janji di telepon 13. Presentasi hasil pekerjaan 14. Menawarkan produk perusahaan 15. Bernegosiasi harga 16. Menanyakan pendapat suatu masalah 17. Menolak tawaran atau ajakan
A
B
C
1
5
4
8
5
2
1
3
3
7
3
3
5
2
3
5
2
1
4
3
2
5
1
2
1
5
1
1
1 4 5
E
2
1
1
D
2
2
1
1 1
1 2
4
4
3
6
4
1 4
1
Keterangan : A = selalu B = sering C = kadang-kadang D = jarang E = tidak pernah Dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan responden yang pada umumnya adalah sektretaris dan penerjemah, dapat dipahami bahwa seorang sekretaris sekaligus penerjemah di dunia industri kejepangan dituntut keahlian untuk berbicara atau menerjemahkan dalam situasi perkenalan, menjelaskan alasan ketidakhadiran/ keterlambatan/ penundaan, memjelaskan kemampuan perusahaan, menjelaskan fungsi dan cara kerja suatu alat,
153
menyampaikan pesan orang lain, dan membuat janji karena umumnya mereka harus mendampingi atasan orang Jepang bernegosiasi dengan mitra bisnis orang Indonesia ataupun mendampingi atasan berkomunikasi dengan rekan kerjan orang Indonesia dalam suatu perusahaan. Tetapi mereka jarang menggunakan bahasa Jepang untuk menyampaikan ide suatu pekerjaan, presentasi suatu pekerjaan dan menanyakan pendapat suatu masalah yang umumnya merupakan ruang lingkup jenis pekerjaan di tingkat manajerial menengah ke atas (kepala bagian, manajer dan lain-lain). Demikian pula kemampuan berbicara dalam situasi menawarkan produk dan bernegosiasi hanya dituntut dari seorang lulusan sastra Jepang yang bekerja di bidang marketing (responden E). Tabel 3. Situasi Pekerjaan yang Menuntut Kemampuan Menyimak Bahasa Jepang Penggunaan Kemahiran Berbahasa Jepang di Dunia Kerja B. MENYIMAK 1. perkenalan diri dari mitra bisnis 2. alasan suatu keadaan 3. ( ketidakhadiran / leterlambatan / 4. penundaan ) 5. penejelasan kemampuan dan 6. keahlian diri / perusahaan 7. perkenalan diri dari mitra bisnis 8. penjelasan fungsi dan cara kerja suatu 9. alat 10. perkenalan diri dari mitra bisnis 11. penjelasan janji jadwal kegiatan 12. rute rencana perjalanan 13. membuat janji di telepon 14. Presentasi hasil pekerjaan 15. penawaran produk perusahaan 16. negosiasi harga 17. pendapat suatu masalah 18. tawaran atau ajakan
A
B
C
D
2
4
3
1
3
5
2
4
3
1
1
6
1
1
1
4
3
3
3
5
2
3
5
1
E
2
7
1
1
1
2
5
1
1
1
2
3
3
1
1
2
2
4
2
4
4
2 7 4
2
1
4
1
1
154
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
Keterangan : A = selalu B = sering C = kadang-kadang D = jarang E = tidak pernah Pada Tabel.3 terlihat hasil pemetaan kebutuhan kemampuan menyimak bahasa Jepang dalam berbagai situasi pekerjaan. Dari berbagai situasi yang membutuhkan kemampuan menyimak bahasa Jepang di atas, maka yang paling banyak dipilih oleh responden (sekurang-kurangnya enam responden) adalah situasi B.1 (perkenalan diri dari mitra bisnis), B.4 (perkenalan diri dari mitra bisnis) , B.6 (perkenalan diri dari mitra bisnis), B.7 (penjelasan janji jadwal kegiatan) , B.8 (rute rencana perjalanan) , B.9 (membuat janji di telepon) dan B.13. Adapun yang jarang dipilih responden adalah (kurang dari enam respon den adalah) B.2, B.3, B.5, B.10-12, dan B.14. Dilihat dari hasil pemetaan kebutuhan berbicara (Tabel 2) dan kebutuhan menyimak (Tabel 3), dapat diketahui bahwa situasi yang membutuhkan kedua kemampuan tersebut adalah perkenalan pada rekan bisnis, menyampaikan dan menyimak pesan dari orang lain,membuat jadwal kegiatan dan membuat janji di telpon. Dapat disimpulkan bahwa ketiga situasi ini adalah situasi pekerjaan yang umum ditemui oleh lulusan sastra Jepang yang berkerja di dunia industri kejepangan di berbagai jenis pekerjaan. Dengan kata lain, Tuntutan akan kemampuan berbicara dan menyimak dalam bahasa Jepang untuk ketiga situasi ini sangat tinggi. Dari hasil wawancara lanjutan diketahui bahwa tuntutan kemampuan berbicara dan menyimak dalam bahasa Jepang untuk ketiga situasi ini hingga pada kemampuan menggunakan ragam bahasa hormat (honorfic expression) dengan pertimbangan bahwa mereka menghdapi mitra bisnis yang mengharuskan mereka mampu menyimak penggunaan ragam bahasa hormat untuk ketiga situasi ini. Pada hasil Tabel 2 kemampuan berbicara pada situasi A.2 ( menjelaskan alasan suatu keadaan), A.3 (menjelaskan kemampuan / keahlian perusahaan) dan A.5 (menjelaskan fungsi kerja suatu alat) termasuk situasi yang membutuhkan kemampuan berbicara tetapi tidak terlalu dituntut kemampuan menyimak (hasil tidak tidak banyak
muncul di Tabel 3). Hal ini dapat dipahami karena sebagai seorang sekretaris atau penerjemah umumnya mereka menerjemahkan alasan keterlambatan karyawan orang Indonesia, keterlambatan jadwal produksi di pabrik dan menanyakan cara penggunaan alat-alat baru di pabrik jika ada hal yang tidak jelas di buku panduan. Selanjutnya tabel 4 di bawah ini menunjukkan hasil pemetaan tuntutan kebutuhan kemampuan membaca dalam bahasa Jepang di berbagai situasi pekerjaan. Tabel 4. Situasi Pekerjaan yang Menuntut Kemampuan Membaca dalam Bahasa Jepang Penggunaan Kemahiran Berbahasa Jepang di Dunia Kerja C. MEMBACA 1. jadwal kegiatan 2. instruksi pekerjaan 3. laporan hasil pekerjaan 4. email tentang pertanyaan, konfirmasi 5. janji, permintaan produk dll 6. surat kontrak / perjanjian 7. katalog produk 8. penjelasan rute perjalanan 9. manual instruksi pekerjaan 10. manual alat / mesin 11. artikel koran atau majalah 12. Menawarkan produk perusahaan 13. Bernegosiasi harga 14. Menanyakan pendapat suat masalah 15. Menolak tawaran atau ajakan 16. Menanyakan pendapat orang lain terhadap suatu masalah
A
B
2 4 4
6 4 3
6
2
1
3
C
E
2 2 2
1 1
1
2
4
5
2
3
3
5
2
8
1
1
2
5
1
1
4
3
1
1
1
3
3
3
1
3
3
3
6
1 3
1
6 2
D
6
3
1
Keterangan : A = selalu B = sering C = kadang-kadang D = jarang E = tidak pernah
1
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
Tabel 5. Situasi Pekerjaan yang Menuntut Kemampuan Menulis dalam Bahasa Jepang Penggunaan Kemahiran Berbahasa Jepang Di Dunia Kerja D. MENULIS 1. jadwal kegiatan 2. instruksi pekerjaan 3. laporan hasil pekerjaan 4. email tentang pertanyaan, konfirmasi janji, permintaan produk dll 5. surat kontrak / perjanjian 6. katalog produk 7. penjelasan rute perjalanan 8. manual instruksi pekerjaan 9. manual alat / mesin 10. artikel koran atau majalah 11. Menawarkan produk perusahaan 12. Bernegosiasi harga 13. Menanyakan pendapat suat masalah 14. Menolak tawaran atau ajakan
A
2
B
C
7
1 1
D
E
5
2 4 2
6
4
4
2
5
3
3
2
4
3
2
3
2
4
3
3
4
2
4
2
2
5
4
6 1 4 1
4
1
1
4
4
2
Tabel 6. Kebutuhan Pengetahuan Teknologi Informasi A 10 2
B
C
8 7
1 3 2
Keterangan : A = selalu B = sering C = kadang-kadang D = jarang E = tidak pernah
A
B
C
1. Etika perkenalan dan bertukar kartu 2. kartu nama
2
6
2
5
4
2 2
1 6
9 2
D
E
1 5 2
1
1
1 7
1
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Keterangan : A = selalu B = sering C = kadang-kadang D = jarang E = tidak pernah
Penggunaan Kemahiran Teknologi Informasi 1. Microsoft Word 2. Microsoft Excel 3. Microsoft Power Point 4. Microsoft Paint 5. Adobe Photoshop 6. SPSS Lain-lain ( tuliskan ) : Menggunakan video kamera dan berbagai gadget serta editing dengan DVD Movie Maker Menggunakan faksimil
Penerapan Pengetahuan Budaya Kerja Orang Jepang
Keterangan : A = selalu B = sering C = kadang-kadang D = jarang E = tidak pernah
6 3
Tabel 7. Kebutuhan Pengetahuan Budaya Jepang di Dunia Kerja
3. Etika mengajukan pertanyaan 4. Etika bernegosiasi 5. Etika menerima tamu 6. Etika menerima tamu 7. Etika mengajukan permintaan 8. Etika dalam rapat 9. Lain-lain ( tuliskan ) : etika menyanggah pendapat dalam rapat etika konfirmasi janji
2
155
D
E
7 4 1
3 4 9
Dari hasil dan pembahasa penelitian di bab IV dapat disimpulkan mengenai jenis pekerjaan dan kebutuhan penguasaan bahasa Jepang dan pengetahuan budaya serta pengetahuan yang menunjang lainnya yang dituntut dari seorang lulusan sastra Jepang agar siap pakai di dunia industri kejepangan seperti di bawah ini. Pertama, alumni sastra Jepang di dunia kerja kejepangan umumnya bekerja sebagai sekretaris, interpreter atau translater dan bebrapa orang yang sudah cukup lama bekerja dipercaya menjadi kepala bagian atau manajer yang berhubungan langsung dengan atasan orang Jepang atau mitra bisnis orang Jepang. Kedua, berkaitan dengan kemahiran berbahasa Jepang, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Umumnya semua menggunakan kemahiran berbicara dalam bahasa Jepang khususnya untuk karyawan yang sudah bekerja lebih dari tiga tahun. Namun kemahiran berbicara jarang digunakan untuk kegiatan yang bersifat marketing (menawarkan produk, negosiasi harga dan lain-lain)
156
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vo. 2, No.2, September 2013
2. Demikian juga dengan kemahiran menyimak kemampuan menyimak dalam bahasa Jepang untuk kegiatan marketing jarang digunakan. Ketiga, untuk kegiatan perbankan dan pemerintahan, kemahiran membaca dalam bahasa Jepang jarang digunakan karena mitra bisnisnya adalah orang Indonesia. Sedangkan profesi lain kemahiran membaca masih dituntut untuk dikuasai. Kemahiran menulis dalam bahasa Jepang hanya dituntut untuk profesi sekretaris , penerjemah atau posisi yang lebih tinggi seperti manajer. Keempat, untuk menunjang karir pengetahuan budaya kerja Jepang yang dituntut untuk dikuasai adalah etika berkenalan, mengajukan pertanyaan, menerima tamu, mengajukan permintaan dan etika di dalam rapat. Sedangkan pengetahuan teknologi informasi yang dikuasai adalah Software Microsoft serta penggunaan video kamera dan mesin faksimil.
DAFTAR PUSTAKA [1] T. P. K. U. P. Indonesia, "Rambu-Rambu Pengembangan Kurikulum Universitas Pendidikan Indonesia," 2012. [Online]. Available: http://www.upi.edu/main/file/RAMBURAMBU%20PK%20UPI%202013.pdf. [Accessed 3 Februari 2013]. [2] C. W. Storey, "Insight into Curriculum Development," Electronic Journal of Foreign Language Teaching, Centre for Language Studies, National University of Singapore, vol. 4, no. 1, 2007. [3] K. K. Kikin, "JF Nihongo Kyouiku Sutandaado Dai Ni Ban," 2010. [Online]. Available: http://jfstandard.jp/pdf/jfs2010_all.pdf. [Accessed 8 February 2013]. 国際交流基金(2010)「JF日本語教育スタンダー ド(第二版)」、 [4] UAI, Silabus Universitas Kurikulum Program Studi Sastra Jepang, Jakarta: UAI, 2010.