PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Dedy Purwanto NIM: 029114107
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25 Mei 2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25 Mei 2008
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama :
Dedy Purwanto
NIM :
029114107
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KEBUTUHAN PELACUR YANG BEKERJA SEBAGAI KAPSTER DITINJAU DARI TEORI HIRARKI ABRAHAM MASLOW
Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelola, mendistribusikan secara terbatas untuk kepentingan akademis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Penulis
Dedy Purwanto
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk mereka yang memiliki profesi yang direndahkan. Namun mereka berjuang untuk keluarga, untuk sebuah hidup bagi dirinya dan anaknya.
KUPU-KUPU MALAM ada yg benci dirinya ada yg butuh dirinya ada yg berlutut mencintanya ada pula yg kejam menyiksa dirinya ini hidup wanita si kupu-kupu malam bekerja bertaruh seluruh jiwa raga bibir senyum kata halus merayu memanja kepada setiap mereka yg datang dosakah yg dia kerjakan sucikah mereka yg datang kadang dia tersenyum dalam tangis kadang dia menangis di dalam senyuman oh apa yg terjadi, terjadilah yg dia tahu Tuhan penyayang umatnya oh apa yg terjadi, terjadilah yg dia tahu hanyalah menyambung nyawa
song by: Titiek Puspa
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam penulisan skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 25 Mei 2008 Yang Menyatakan,
Dedy Purwanto
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Dedy Purwanto (2008). Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap kompleksitas permasalahan yang diteliti dengan tujuan untuk menggambarkan suatu fenomena. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan jenis pertanyaan semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan tiga orang subjek. Adapun hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk kebutuhan fisiologis, responden menyatakan bahwa alasan memilih profesi ini adalah untuk mecukupi kebutuhan hidup. Sementara, untuk kebutuhan akan keselamatan, subjek menilai adanya keamanan profesi pelacur yang bekedok kapster. Untuk kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, subjek menyatakan bahwa peran penerimaan keluarga digantikan teman seprofesi. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas. Untuk kebutuhan akan harga diri, subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri. Dengan menentukan tarif untuk jasa pelayanannya sebagai pelacur berarti ada penilaian terhadap harga diri. Adapun dalam perspektif kebutuhan akan aktualisasi diri, subjek memiliki keinginan untuk memiliki usaha sendiri.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Dedy Purwanto (2008). The needs of sex commercial workers who work as capsters based on Abraham Maslow hierarchy theory. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
This research has an objective to describe commercial sex worker needs who work as a capster based on Abraham Maslow hierarchy theory. This is a descriptive qualitative research, that stand on narative to explore complexity of problems that researched in order to describe a phenomenon. The method used on this research is interview with a semi-structure questionaire and it use three respondents. As the results can concluded that on physiologic needs, respondents state that their reason choose prophecy as a commercial sex worker is to suffice their life needs. While on safety needs, respondents state that safety as a commercial sex worker who work as a capster on a parlor. On belong sense and love needs, respondents state that as a social creature, a commercial sex worker cannot be separated with their envionment. In work place whereas their spend as ten hours every day, their have more interaction with other capsters and customers. So, role of family acceptance have been changed by their friends with same prophecy. That is supported by same activities. On self esteem needs, respondents state that price of service as a measurement of self esteem. On self actualization needs, respondents state that their have a will to have their own bussines.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Sebagai bagian dari proses pengambilan gelar sarjana psikologi, penulis memilih topik “Pelacur yang Bekerja sebagai Kapster Ditinjau dari Teori Hirari Abraham Maslow”. Banyak rintangan dari dalam dan luar yang menghandang. Namun, berkat kekuatan yang secara misterius Tuhan berikan akhirnya skripsi ini bisa selesai. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk orangorang yang ikut mengisi hidup perkuliahan: 1. Bokap yang membiayai kuliah dan hidup di Jogja. 2. Pak Wahyudi yang senantiasa memberi bimbingan selama menulis skripsi. 3. Pak Pratik yang bersedia meluangkan waktu dalam konsultasi di luar mata kuliah. 4. Para dosen semua yang telah membagi ilmu dan pengalaman. 5. Best pren, Velia, dimanapun aku, kamu selalu hadir untuk mengingatkan betapa berarti semua yang kulakukan. 6. Geng semester satu: Adi, Tyas, Lisna, Weda, Elen, Desta, Heri. Kalian kenangan awal dalam kehidupan kampus. Kapan kita pergi bareng lagi yukkk! 7. Nanud yang kini menghilang entah dimana. Hope you find your soul mate! 8. Roni dan Ronald yang pada saat kita akan berpisah menjadi teman dekat. 9. Sari dan Dewie yang memberi tahu prosedur skripsi. 10. Teman-teman kampus semua!! 11. Mba Ning, Pak Gi, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni yang turut membantu urusan administrasi, prakikum, dan jurnal. 12. Evan, Yuda, dan Sri. Wah wah… kalian benar-benar telah membantu. 13. Sansan yang menginspirasi kecukupan dalam materi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14. Tante kost dan saudara di Jakarta yang turut mendoakan. 15. Anak-anak ’03 yang berbagi rasa di hari yang sama pendadaran.
Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saya mohon maaf atas kesalahan dan kelalaian yang saya lakukan saat melakukan penelitian, baik sikap, utur kata, maupun tulisan. Saya juga menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………………..
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................................
vii
ABSTRACT ...............................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1
A. Latar Belakang ......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
6
1. Manfaat Praktis ............................................................................
6
2. Manfaat Teoritis ...........................................................................
6
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................
7
A. Tinjauan tentang Kebutuhan .................................................................
7
1. Pengertian Kebutuhan...................................................................
7
2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow ...........
8
B. Tinjauan tentang Pelacuran ...................................................................
13
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pengertian Pelacuran ....................................................................
13
2. Macam-macam Pelacuran ............................................................
14
3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran .............................
16
C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur sebagai Kapster Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow .........................................................
17
1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis .........
17
2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Keselamatan..................................................................................
17
3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta .............................................................
18
4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Harga Diri ....................................................................................
18
5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................................................
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................
20
A. Jenis Penelitian .....................................................................................
20
B. Subjek Penelitian ..................................................................................
20
C. Batasan Ilmiah ......................................................................................
21
D. Metode Penelitian .................................................................................
22
E. Analisis Data ........................................................................................
22
F. Daftar Pertanyaan .................................................................................
23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................................
25
A. Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
25
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................
25
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Penentuan Subjek Penelitian ...........................................................
26
3. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................
27
B. Laporan Hasil Penelitian .......................................................................
27
1. Subjek I ...........................................................................................
27
1.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................
29
1.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................
32
1.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................
33
1.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................
35
1.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................
37
2. Subjek II ..........................................................................................
38
2.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................
39
2.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................
41
2.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................
42
2.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................
44
2.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................
45
3. Subjek III ........................................................................................
45
3.a. Kebutuhan Fisiologis ..............................................................
46
3.b. Kebutuhan akan Keselamatan .................................................
47
3.c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta ......................................
47
3.d. Kebutuhan akan Penghargaan .................................................
48
3.e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri ............................................
49
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................
49
D. Keterbatasan Penelitian .........................................................................
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
55
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ...........................................................................................
55
B. Saran .....................................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
57
LAMPIRAN................................................................................................................
59
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tak bisa dipungkiri bahwa hubungan seks dilakukan manusia untuk reproduksi dalam ikatan pernikahan. Namun, di dalam perkembangannya, seks dilakukan untuk pemenuhan hasrat seksual, mencari nafkah dan hiburan, yang dilakukan di luar ikatan pernikahan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan terbentuk menjadi prostitusi di mana kebutuhan konsumen dan penyedia jasa dapat terpenuhi. Maraknya bisnis hiburan yang menjadi ciri modernisasi, menjadi pelengkap bagi bisnis prostitusi. Berbagai fasilitas penunjang seperti panti pijat, bar, kafe, karaoke dan diskotik berkembang pesat untuk memenuhi tuntutan perubahan nilai masyarakat. Gaya hidup hedonis yang memuja kenikmatan menjadi faktor dominan dalam perkembangan bisnis hiburan dan bisnis prostitusi (Abdul Untung, 2004). Didukung pernyataan Barry (2001), prostitusi yang melekat pada bisnis hiburan merupakan sebuah bentuk aktivitas seksual yang ditopengi dengan pekerjaan legal. Hal ini dilakukan juga untuk menghindari stigma sosial yang terlanjur melekat buruk di mata masyarakat. Konsumen yang datang pun bisa menghindari kesan bagi dirinya bahwa itu bukanlah lokalisasi pelacuran. Usaha salon pun tak lepas dari prostitusi, yang dikenal dengan salon plus. Seperti pada umumnya, salon ini memberikan layanan seperti creambath, potong rambut, cuci, blow, facial dan lain sebagainya. Yang membedakan adalah transaksi seksual yang disediakan (Emka, 2003).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di kota Yogyakarta, salon-salon seperti ini terlihat memusat di jalan Magelang, jalan Kaliurang, jalan Monjali, jalan Palagan, jalan Solo, jalan Janti, dan jalan Ring Road Utara. Selain di jalan-jalan tersebut, di jalan lain juga berdiri satu dua. Salon ini terlihat kecil dari luar. Ukurannya sekitar 3 x 3 meter. Namun itu belum termasuk ruang-ruang yang disediakan untuk melakukan pijat. Ciri khas yang melekat pada salon ini adalah para kapster, yang tiap salon umumnya memiliki 4-6 dan memakai kaos you can see. Penulis menjumpai satu salon yang eksklusif di Selokan Mataram. Dikatakan demikian karena menempati bangunan ruko tingkat tiga dan dilengkapi dengan AC Tidak seperti yang lain yang hanya menempati bangunan kecil satu lantai tanpa AC. Salon plus bisa dilihat di iklan koran Kedaulatan Rakyat. Pada kolom salon, sebagian besar merupakan salon plus. Kata massage ditampilkan sebagai layanan. Kita bisa juga melihat pada sebuah situs website komunitas berupa forum yang menceritakan pengalaman para member yang telah mencoba salon plus. Pemilik salon plus adalah juga mucikari. Namun, tidak menjadi mediator antara kapster dengan konsumen, dia hanya sebatas menyediakan salon itu. Untuk pijat, mucikari sudah menentukan tarif tersendiri. Tiap salon berbeda-beda, berkisar Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000 per jam. Tarif untuk layanan seksual diputuskan berdasarkan tawar menawar kapster dengan konsumen. Menurut Emka (2003), salon plus ini merupakan sebuah prostitusi yang berkembang dari kebebasan dalam masyarakat. Kebebasan ini bisa kita lihat dari menurunnya nilai seks yang dibuktikan dengan banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, perselingkuhan dan pelacuran itu sendiri. Globalisasi dari negara-negara barat yang memandang seks sebagai hal yang wajar turut memberikan dampak kebebasan.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sedangkan alasan masuknya seorang wanita menjadi pelacur menurut Sanie (2004) dikarenakan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu itu sendiri, latar belakang rumah tangga, dan faktor komunitas. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Barry (2001) yang mengatakan sebagian pelacur melakukannya untuk dapat memberikan nafkah bagi orang tua, pasangan hidup, dan atau anaknya. Lemert (1996) juga mengatakan bahwa seorang gadis yang memiliki intefioritas kuat akan memiliki kebutuhan kompulsif untuk melakukan prosmiskuitas. Dengan kata lain, gadis tersebut memiliki dorongan seks tinggi dan terpuaskan dengan berganti-ganti pasangan. Akhirnya, dia memilih menjadi pelacur yang di mana dorongan seks itu dapat selalu terpenuhi. Senada yang ditemukan melalui studi fungsional, pelacuran menjadi suatu hal yang fungsional bagi gairah yang menyimpang yang tidak dapat diperoleh melalui seks dalam pernikahan. Contoh dalam penyimpangan seks adalah paedofilia dan sadho-machism. Pelacuran menjadi tempat bagi penyimpangan itu karena hubungan seks terjadi atas dasar upah. Faktor latar belakang keluarga dinyatakan Kemp (1998) bahwa pelacuran memiliki dimensi pewarisan. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa sebagian pelacur memiliki ibu atau nenek yang juga menjalani profesi pelacur. Bisa jadi anak ini memiliki toleransi yang tinggi karena melihat kenyataan bahwa keluarganya melacur. Faktor komunitas menurut Barry (2001) karena wanita dipaksa atau diperdaya oleh mucikari. Bentuknya bisa dilihat sebagai penculikan wanita atau janji mendapat pekerjaan. Ajakan seorang teman yang berprofesi sebagai pelacur pun merupakan tipu daya untuk mendapat uang dengan cara cepat dan berlimpah.
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fenomena pelacuran selama ini kebanyakan hanya dipandang dari satu sisi oleh masyarakat. Mereka terlanjur mengecap prostitusi sebagai hal yang sepenuhnya negatif yang merupakan penyimpangan dari nilai dan norma yang berlaku. Lebih jauh lagi, penyimpangan ini adalah perilaku yang patologis atau hal yang kotor, maksiat atau asusila
(Koentjoro, 1997). Anggapan tersebut muncul karena prostitusi
membawa dampak penyakit menular bagi para pelakunya. Apalagi, penyakit AIDS yang belum ditemukan obatnya dan berdampak melemahkan sistem kekebalan tubuh melengkapi pandangan negatif terhadap prostitusi. Sanksi masyarakat terhadap pelacur seringkali tidak adil. Mereka harus menanggung semua sanksi, termasuk mendekam di penjara atau hidup dalam masa depan yang gelap. Sedangkan para konsumen tidak terkena sanksi. Masyarakat umum mengesampingkan bahwa pelacur juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhankebutuhan dan memerlukan pemenuhan atas kebutuhan tersebut. Kebutuhan yang dimaksud di atas salah satunya adalah peran yang menonjol adalah sebagai ibu. Kehadiran anak tentunya memerlukan biaya. Dari situlah ada tugas baru yang diemban. Biar bagaimanapun naluri ibu untuk memenuhi kebutuhan anak selalu ada, terlepas dari pekerjaan yang dilakukan sebagai pelacur (Sokolov, 1991). Teori Hirarki Maslow bisa menjadi titik tolak pemahaman yang komperhensif karena memandang perilaku adalah hasil dari dorongan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan ini dipenuhi secara bertingkat. Dimulai dari kebutuhan biologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara pribadi, penulis tertarik melakukan penelitian ini karena melihat fenomena salon plus yang jumlahnya berkembang pesat dalam satu tahun terakhir. Perkembangan ini seakan-akan bebas tanpa adanya kontrol sosial maupun dari pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat kebutuhan psikologis pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari Teori Hirarki Maslow.
B. Rumusan Masalah Masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini : “Bagaimana gambaran kebutuhan psikologis pelacur sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow?”
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kebutuhan pelacur yang bekerja sebagai kapster salon plus ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan untuk penelitian yang relevan di masa mendatang. b. Sebagai wacana di bidang Psikologi. c. Untuk mengetahui hirarki kebutuhan pelacur ditinjau dari Teori Hirarki Abraham Maslow.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca mengenai keberadaan pelacur pada salon-salon plus yang mempunyai kebutuhankebutuhan untuk dipenuhi.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan tentang Kebutuhan 1. Pengertian Kebutuhan Manusia sebagai makhluk hidup pastilah mempunyai kebutuhan dalam kehidupannya. Kebutuhan sendiri menurut Chaplin (2001) diartikan sebagai sembarang kekurangan, ketiadaan, atau ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang sehingga merusak kesejahteraannya. Kartono (1987) mengungkapkan bahwa kebutuhan adalah setiap kekurangan yang ada pada individu baik yang merupakan kegemaran maupun kebuthan fisiologisnya; persyaratan tetap untuk tetap hidup atau penyesuaian yang optimal terhadap lingkungan. Sementara itu, Winkel (1996) menyatakan bahwa kebutuhan adalah kekosongan dalam kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya. Tokoh lain yang memberikan definisi tentang kebutuhan adalah Murray (dalam Brehm, 1996) yang berpendapat bahwa kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan dan ingin memperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau tindakan tertentu. Dengan melihat pendapat dari beberapa tokoh di atas, jelaslah bahwa pada intinya kebutuhan adalah suatu keadaan di mana terdapat kekurangan atau ketidaksempurnaan atau kekosongan yang mengganggu kesejahteraan manusia dalam kehidupannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi akan menimbulkan
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketegangan atau suatu perasaan emosional (Chaplin, 1995). Hal ini membuat manusia melakukan suatu usaha atau tindakan untuk dapat memenuhi kebutuhannya demi mencapai kesejahteraan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kebutuhan sebagai alat pendorong bagi manusia. Handoko (1992) menyatakan bahwa tingkah laku manusia terarah pada tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti dikemukakan oleh Maslow (dalam Schultz, 1991), kebutuhan sebagai deficiency motivation yang artinya kebutuhan menjadi dorongan untuk membereskan suatu kekurangan dalam diri organisme.
2. Kebutuhan Berdasarkan Teori Hirarki Abraham Maslow Maslow (dalam Goble, 1987) berpendapat bahwa kebutuhan merupakan inti dari kodrat manusia. Menurut Maslow, manusia memiliki kecenderungankecenderungan untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya sehingga penuh makna dan memuaskan. Bagi Maslow, manusia merupakan makhluk yang tidak pernah merasa puas dalam keadaan yang sepenuhnya. Kebutuhan-kebutuhan pokok manusia tersusun dalam suatu hirarki potensi yang relatif kuat, mulai dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan yang mendasar telah terpenuhi, akan muncul kebutuhankebutuhan baru yang lebih tinggi dan seterusnya. Kebutuhan manusia ini tidak hanya bersifat fisiologis semata tapi juga bersifat psikologis. Konsep fundamental dari pendirian Maslow yaitu bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Maslow
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengungkapkan suatu kebutuhan dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit 2. Kehadirannya mencegah timbulnya penyakit 3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit 4. Dalam situasi tertentu yang sangat kompleks dan di mana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lain 5. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat. Adapun kelima kebutuhan menurut Maslow tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan fisiologis / faali Kebutuhan fisiologis merupakan titik tolak teori motivasi Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat dan mendasar karena berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan hidup manusia. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah makanan, air, oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan akan temperature, seks dan kebutuhan akan stimulasi sensoris (Farozin, 2003). Menurut Maslow kebutuhan fisiologis manusia tidak dapat dibuatkan suatu daftar karena akan dapat mencapai jumlah berapa saja yang dikehendaki seseorang tergantung pada tingkat kekhususan penguraiannya pangan, bernafas, dan semua kebutuhan lain yang terkait dengan tubuh.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kebutuhan akan keselamatan Kebutuhan ini hampir merupakan pengatur perilaku yang eksklusif, yang menyerap semua kapasitas organisme bagi usaha memuaskan kebutuhan itu. Kebutuhan akan keselamatan meliputi keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan pada diri pelindung, dan sebagainya. Jika orang dewasa merasa keselamatannya terancam, kita tidak akan mungkin melihatnya dari luar. Maslow berpendapat bahwa seseorang yang kurang merasa aman, cemas dan kurang percaya diri dalam lingkungannya akan terdorong untuk mencari area-area hidup lain di mana ia dapat memperoleh ketentraman, kepastian dan rasa aman. Contoh paling mudah dalam hal ini dapat dilihat pada anak-anak. 3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi. Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan akan cinta kasih, rasa kasih, dan rasa memiliki. Pada tahap ini, orang merasa ingin memiliki tempat dalam kelompok atau keluarganya. Selama belum terpenuhi, ia akan merasa kesepian, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu. Cinta dalam hal ini tidak sinonim dengan seks. Maslow memandang seks sebagai suatu kebutuhan fisik yang murni. Perilaku seksual ditentukan oleh
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak hal, bukan hanya oleh kebutuhan seksual tetapi yang utama adalah kebutuhan akan cinta dan kelembutan hati. 4. Kebutuhan akan Harga Diri Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan dari individu untuk mendapat penilaian terhadap dirinya yang mantap, mempunyai dasar yang kuat dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan akan orang-orang lainnya. Kebutuhan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia, dan kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan sebagai penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi. Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, kegunaan, kekuatan, kapabilitas, dan kelaikan, akan keguanaan dan rasa diperlukan oleh dunia. Tetapi rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan perasaan-perasaan rendah diri, kelemahan, dan tidak berdaya. Pada gilirannya, perasaan-perasaan ini melahirkan keputusasaan yang mendasar atau kecenderungan kompensatif atau neurotis. Harga diri yang paling mantap dan sehat dilandaskan pada penghargaan yang diperoleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau kemasyuhran faktor-faktor luar dan pujian berlebih yang tidak berdasar.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Sekalipun semua kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, segera akan berkembang perasaan tidak puas dan kegelisahan yang baru, kecuali apabila orang itu melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Istilah ini menunjuk pada keinginan orang akan perwujudan diri, yakni pada kecenderungan untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya. Bentuk khusus dari kebutuhan ini berbeda pada tiap orang. Orang yang dapat menjadi sesuatu harus menjadi sesuatu. Contohnya, seorang musisi harus menciptakan musik, seorang penyair harus bersyair. Pencapaian kebutuhan akan perwujudan diri oleh seorang individu biasanya akan menemui banyak hambatan. Hambatan tersebut diperoleh dari : 1.
Hambatan dari individu berupa ketidaktahuan, keraguan dan rasa takut individu untuk mengungkap potensi-potensinya
2. Hambatan dari luar/ lingkungan berupa perepresian sifat-sifat, bakat maupun potensi individu 3. Pengaruh negatif dari adanya kebutuhan akan rasa aman yang kuat. Manusia cenderung tidak berani mengambil resiko, takut membuat kesalahan dan tidak mau melepaskan kebiasaan lama yang konstruktif (Farozin, 2003). Pada hal untuk mewujudkan diri secara penuh manusia harus melakukan hal-hal tersebut.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tinjauan tentang Pelacuran 1. Pengertian Pelacuran Pelacuran berarti usaha menyerahkan diri untuk maksud hubungan seks secara terang-terangan dengan mendapat imbalan jasa (Asyari, 1986). Pelacuran dalam kajian psikologi abnormal adalah pemberian layanan hubungan seksual kepada seseorang demi suatu imbalan, biasanya berupa uang. Pelacuran menurut Bonger (dalam Kartono, 2005) adalah gejala kemasyarakatan di mana wanita menjual diri, melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Definisi tersebut jelas menyatakan bahwa adanya peristiwa penjualan diri yang dijadikan sebagai suatu profesi atau mata pencaharian dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual. Sedangkan definisi pelacuran yang sering dikemukakan yaitu definisi menurut Society (1970), yaitu praktek hubungan seksual yang dilakukan karena kebiasaan atau dilakukan sesaat, kurang lebih dilakukan siapa saja (promiskuitas) untuk
dorongan
mencari
keuntungan
(imbalan/upah).
Definisi
tersebut
mengandung tiga unsur dasar, yaitu : 1. Payment (bayaran). 2. Promiscuity (tanpa membeda-bedakan, dilakukan dengan siapa saja). 3. Sexual Indefference (ketidak-acuhan seksual). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pekerja seks merupakan orang yang bekerja memberikan layanan seks tanpa membedabedakan pasangannya. Tujuan mereka melakukan hal itu untuk mendapat imbalan yang biasanya berupa uang. Dalam penelitian ini, pekerja seks adalah wanita yang 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bekerja sebagai kapster di salon plus yang memberikan layanan seks dengan tujuan mendapatkan imbalan yang biasanya berupa uang. 2. Macam- Macam Pelacuran Secara teknis ada empat macam prostitusi menurut Coleman (dalam Supratiknya, 2000), yaitu : a. Hubungan heteroseksual dimana pihak perempuan menerima pembayaran. b. Hubungan heteroseksual dimana seorang lelaki menerima pembayaran. c. Prostitusi homoseksual dimana seorang perempuan menawarkan layanan hubungan homoseksual kepada perempuan lain. d. Prostitusi homoseksual diamana seorang lelaki menawarkan layanan hubugan homoseksual kepada lelaki lain. Berdasarkan cara mencari pelanggan, Lamtiur (2004) membedakan pelacur menjadi 3 golongan yaitu : 1. Pelacur yang mencari pelanggan melalui agen Agen yang dimaksud dalam hal ini antara lain supir taksi, tukang ojeg, tukang becak dan lainnya. Para agen ini berperan untuk mengantarkan tamu yang merupakan penumpang mereka ke tempat pelacur. Biasanya agen menawarkan kepada para penumpang yang umumnya berasal dari luar kota yang menginginkan jasa pelayanan seksual. Mereka mendapatkan bonus tertentu dari para pelacur apabila berhasil mengantarkan konsumen. Cara mendapatkan pelanggan melalui agen seperti ini cukup efektif dan dinilai saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Di satu sisi pelacur diuntungkan
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karena jumlah pelanggannya meningkat dengan cara yang cukup mudah. Di sisi lain para agen mendapat penghasilan tambahan. 2. Pelacur yang mencari pelanggan sendiri Pelacur yang masuk dalam kategori ini adalah mereka yang menawarkan diri secara langsung kepada konsumen tanpa perantara siapa pun juga. Cara yang dilakukan misalnya dengan menjajakan diri di pinggir jalan atau dengan memasang iklan di media cetak. Ada juga terselubung seperti ayam kampus, yaitu mahasiswi yang menjual diri. 3. Pelacur yang mencari pelanggan lewat mucikari Mucikari menurut Hull (1997) adalah seorang yang langsung bertanggung jawab dalam penyediaan fasilitas yang memungkinkan terjadinya perdagangan seks. Mucikari sering dikenal dengan sebutan mami. Seringkali para mucikari ini tinggal serumah dengan pelacurnya. Peran mucikari sangat dominan dalam terjadinya transaksi seksual antara konsumen dan pelacur. Hal ini dikarenakan calon konsumen atau pemakai jasa harus melalui mami untuk dapat menikmati layanan seksual. Setiap kali terjadi transaksi, pelacur harus menyetorkan uang imbalannya kepada mami. Uang ini kemudian digunakan untuk biaya hidup pelacur tersebut dan komisi. Jadi tidak semua uang imbalan dari pengguna jasa masuk ke tangan pelacur. 3. Kapster Salon Plus sebagai Bentuk Pelacuran Keberadaan salon plus yang saat ini banyak menjamur di kota-kota besar, termasuk Yogyakarta, memang sulit dideteksi. Seperti halnya salon pada umumnya, salon plus juga memberikan layanan seperti cuci, potong, creambath, 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan sebagainya. Namun apabila ditilik lebih dalam, salon ini juga memberikan layanan seksual yang diberikan kepada konsumennya. Layanan seksual ini diberikan oleh wanita-wanita yang merangkap bekerja sebagai kapster pada salon tersebut. Layanan seksual yang diberikan oleh para kapster salon plus ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pelacuran. Hal ini dikarenakan para kapster salon memberikan layanan seksual kepada para konsumennya dengan mendapatkan imbal jasa tertentu yang biasanya berupa uang. Jelaslah bahwa kegiatan kapster salon plus tersebut memenuhi rumusan unsur pelacuran sebagaimana dikemukakan dalam Encyclopedia Britania. Pertama, kapster salon plus mendapat pembayaran atas jasa yang diberikan. Kedua, kapster salon plus memberikan layanan seksual kepada siapa saja tanpa pembedaan tertentu asalkan ada pembayaran. Ketiga, kapster salon plus melakukan hubungan seksual tanpa mempedulikan hakikat dari hubungan seks itu sendiri. Hubungan seks yang mereka lakukan bersifat impersonal karena berlangsung tanpa afeksi dan kasih sayang. Bagi pelacur yang terpenting mereka mendapatkan imbal jasa tertentu. C. Pemenuhan Kebutuhan Pelacur yang Bekerja sebagai Kaspter Berdasarkan Hirarki Maslow 1. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis Manusia bekerja untuk mendapatkan uang. Uang tersebut digunakan untuk membeli berbagai macam kebutuhan. Namun, yang primer adalah untuk membeli makan. Pelacur juga merupakan profesi untuk mencari uang. Ada yang memang
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjalani untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ada pula yang ingin mendapatkan uang melimpah. Yang terakhir ini mematok tarif yang relatif tinggi. Pelacur yang bekerja sebagai kapster terdorong melakukan profesi ini karena memiliki kebutuhan hidup. Uang yang didapat digunakan untuk kebutuhan pokok. Bahkan, dorongan seks merupakan kebutuhan yang ingin bisa mereka penuhi. 2. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Keselamatan Tayangan di TV sering menyajikan berita razia terhadap pelacur. Keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi mereka karena harus menanggung malu bila wajahnya dikenali oleh keluarga dan kerabat. Dengan menjadi kapster, mereka bisa menghindari hal-hal demikian. Bukan berarti terbebas sepenuhnya dari razia, namun salon menjadi tempat yang lebih aman bila dibandingkan harus menjajakan diri di jalan. 3. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta Sebagai makhluk sosial, pelacur tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Di luar salon, mereka menghabiskan waktu dengan kerabat dan keluarga. Di tempat kerja dimana menghabiskan sekitar sepuluh jam tiap harinya, pergaulan lebih banyak dihabiskan dengan teman sesama kapster dan juga konsumennya. Peran penerimaan keluarga dan kerabat digantikan. Hal itu didorong pula dengan kesamaan aktifitas. Bukan tidak mungkin kapster juga menemukan penerimaan itu dari kosumennya. Menurut Debbie (1998), wanita memandang pengalaman seks 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan hal yang sekunder. Yang utama adalah alasan-alasan yang bersifat emosional, seperti perhatian dan kasih sayang. 4. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Harga Diri Dengan menentukan tarif untuk jasa pelayanannya berarti ada penilaian terhadap dirinya sendiri. Semakin besar tarif, maka akan menimbulkan pemikiran bahwa dirinya memang berharga. Pemikiran tersebut juga muncul apabila konsumen yang sama terus memakai jasanya. 5. Kapster sebagai Sarana Pemenuhan Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Apabila pelacur telah dapat memenuhi semua kebutuhan di atas, maka akan muncul kebutuhan lain yang sifatnya lebih tinggi. Kebutuhan ini terkait dengan dorongan melakukan apa yang secara individual sesuai baginya. Tentunya satu dengan yang lainnya berbeda.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Salah satu bagian penting dalam penelitian ilmiah adalah ketepatan pemilihan metode penelitian. Hal ini akan mempengaruhi pengungkapan masalah yang muncul dalam penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif kualitatif, yang berarti bertumpu pada narasi untuk mengungkap kompleksitas permasalahan yang diteliti (Poerwandari, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam situasi alamiah. Peneliti tidak berusaha memanipulasi setting penelitian. Ciri khas lain dari penelitian kualitatif deskriptif adalah menekankan pentingnya kedekatan peneliti dengan subjek penelitian, bertujuan agar diperoleh pemahaman yang jelas tentang realitas. Ini berarti peneliti akan melakukan kontak langsung dengan subjek (Poerwandari, 2001).
B. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang pelacur yang bekerja sebagai kapster di Yogyakarta. Pemilihan subjek dengan metode snow ball, yaitu pemilihan satu orang membawa pada semua sampel. Dalam proses pengambilan sampel, peneliti menemui kendala karena banyak kapster tidak bersedia untuk dijadikan subjek. Ada satu orang subjek yang mau membantu karena memandang ada kesamaan daerah asal dengan peneliti dan dia mengajak teman satu salon untuk menjadi subjek.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Batasan Ilmiah Maslow tidak membuat perwujudan kelima kebutuhan secara rinci. Maka, dengan berlandaskan teori yang telah dipaparkan pada bab II, peneliti menyusun batasan istilah dari lima kebutuhan kapster yang bekerja sebagai pelacur sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan yang terkait langsung dengan pemeliharaan biologis, meliputi kebutuhan untuk makan, seks, dan segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan tubuh. 2. Kebutuhan akan keselamatan, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari ketakutan dan kecemasan dari masyarakat dan keluarga. Termasuk bebas dari penyakit kelamin. 3. Kebutuhan akan memiliki dan cinta, meliputi kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan pemilik salon, pelanggan, teman seprofesi, meliputi apa yang dialami dan dirasakan subjek ketika berada di salon. Selain itu juga terkait dengan anak adalah penyisihan gaji. 4. Kebutuhan akan penghargaan, meliputi kebutuhan subjek untuk dapat menghargai diri sendiri dan dihargai orang lain. Dalam penelitian ini akan terungkap dari patokan tarif, pujian, bonus dari mami dan pelanggan, dan frekuensi dipakai oleh pelanggan. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri, meliputi kebutuhan subjek untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan yang ada. Kebutuhan ini terungkap dalam tujuan selanjutnya berupa profesi yang akan dijalani setelah tidak lagi bekerja di salon tersebut.
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah pertanyaan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2004). Moleong (2001) mengatakan bahwa percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis pertanyaan semi terstruktur. Ciri-ciri wawancara tersebut antara lain adanya pertanyaan yang telah disusun berdasarkan teori yang diambil, adanya kebebasan yang dimiliki peneliti dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak terikat oleh susunan kata-kata maupun urutan pertanyaan yang harus diajukan (Kerlinger, 1990). E. Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang datanya berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis, atau bentuk non angka lainnya (Poerwandari, 1998). Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Memindahkan setiap data yang diperoleh dari wawancara dan observasi ke dalam transkrip verbatim. 2. Membaca, mempelajari, dan menelaah data dengan seksama. 3. Mereduksi data dengan cara membuat abstraksi, yaitu membuat rangkuman tema yan gberkaitan dengan topik penelitian. 4. Menyusun hasil reduksi data ke dalam satuan-satuan. 5. Membuat kategorisasi satuan dan pengkodean. 6. Melakukan interpretasi data dan pembahasan.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Daftar Pertanyaan Kriteria Kebutuhan fisiologis
Pertanyaan •
•
Kebutuhan akan keselamatan
•
•
•
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta
•
• •
• Kebutuhan akan penghargaan
•
•
•
•
Batasan
Apakah sebagian besar • upah dipakai untuk makan? Bagiamana Anda memandang seks ketika melakukannya dengan • pelanggan? Bagaimana pendapat Anda melihat berita pelacur yang dirazia? Bagaimana pandangan lingkungan akan keberadaan salon ini? Bagaimana pandangan keluarga akan profesi yang dijalani ini? Apakah profesi ini merupakan yang utama dalam mencari nafkah?
•
Ceritakan hubungan Anda dengan sesama kapster! Ceritakan hubungan Anda dengan mucikari! Ceritakan hubungan Anda dengan pelanggan! Peran Anda sebagai ibu? Bagaimana penilaian sesama kapster terhadap Anda? Bagaimana penilaian mucikari terhadap Anda? Bagaimana penilaian pelanggan terhadap Anda? Apa kriteria yang
•
22
•
•
•
•
Uang yang didapat sebagai imbalan atas layanan seks dipakai sebagai pemenuhan kebutuhan fisiologis. Seks dengan pelanggan menjadi pemenuhan atas dorongan seksual. Kapster merupakan sarana dimana profesi sebagai pelacur terselubung sehingga bebas dari razia. Salon menjadi tempat dimana lingkungan sosial menganggap tidak terjadi praktik pelacuran. Kebutuhan hidup didapat dari profesinya menjadi pelacur. Salon menjadi sarana untuk menjalin hubungan erat dengan teman sesama kapster, pelanggan, dan mucikari. Gaji menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan anak. Kapster menjadi sarana untuk mendapatkan penghargaan yang didapat dari penialaian atas diri sendiri, teman sesama kapster, pelanggan, dan muckiari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kebutuhan akan aktualisasi diri
•
dipakai Anda untuk menentukan besarnya tarif? Apa harapan pribadi • Anda dengan menjalani profesi ini?
23
Keinginan setelah tidak bekerja di salon F.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Salon F terletak di jalan Magelang Km 4 berukuran 4 x 10 m. Dari jalan raya akan terlihat papan nama dengan background merah yang mulai pudar dan tulisan putih. Dari trotoar, salon ini menjorok ke dalam yang bisa dipakai untuk memarkir motor. Parkir motor ini dipakai pengunjung karena tidak ada kapster yang membawa motor. Di situ ada hanger yang dipakai untuk menjemur handukhanduk kecil. Penutup yang digunakan adalah folding door berwarna hijau. Namun, bila salon dibuka masih ada pembatas berupa kaca selebar ruangan dengan pintu di sisi kanan. Ruangan dibagi menjadi bagian depan, tengah, dan belakang. Bagian depan menjadi tempat kegiatan yang berhubungan dengan rambut. Karena itu, terdapat tiga kursi yang di depannya masing-masing ada cermin berukuran 60 x 100 cm sejajar dengan dinding sebelah kanan. Di hadapannya ada sofa merah untuk dua orang, membelakangi kursi keramas khas salon. Di pojok kanan belakang ada refrigerator merk Coca-Cola untuk soft drink, bersebelahan dengan sofa merah untuk dua orang. Perlengkapan salon, seperti obat creambath; lulur; krem pijat, diletakan pada etalase ukuran tinggi 200 x 60 x 80 cm yang berada di pojok kiri depan. Di pojok kanan depan ada VCD player dan speaker. Terutama dinyalakan bila ada pijat.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bagian tengah ada dua kamar pijat. Kamar ini dibuat dari triplek karena sebenarnya salon hanya berupa ruang kosong persegi panjang. Ukurannya 1,5 x 2,8 m berada di kiri. Pintu yang digunakan hanya sehelai kain yang ditutup menggunakan kain perekat. Di dalamnya ada satu kain busa yang langsung diletakkan ke lantai dan satu bantal. Selain itu, meja kecil yang di atasnya diletakkan kipas angin. Untuk menggantung pakaian, ada hanger di sebelah pintu. Di tengah antara dua kamar ini ada lampu putih di atas. Sebagai informasi tambahan, triplek tidak menutup sampai langit-langit, masih ada jarak 1 m. Bagian belakang terdapat kamar mandi dan kursi untuk facial. Antara bagian depan dan belakang dihubungkan dari sisa ruang kamar pijat. Antara bagian depan dan tengah diberi pintu kain, sedangkan bagian tengah dan belakang tidak diberi. Cat dinding yang digunakan berwarna hijau muda, dari bagian depan sampai kamar mandi. Bak dan keramiknya biru, sedangkan di bagian lain menggunakan hitam. Bak yang dipakai adalah bak plastik dan pintunya alumunium yang keduanya umum dijual di toko material. Sumber air menggunakan pompa air.
2. Penentuan Subyek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga orang pelacur yang bekerja sebagai kapster di Yogyakarta yang telah memiliki minimal satu anak kandung. Pemilihan subjek dengan metode snow ball, yaitu satu sampel membawa pada populasi yang bersedia dijadikan sampel. Metode ini dipilih setelah peneliti kesulitan mendapat subjek. Sampelsampel yang didekati tidak bersedia diwanwancarai. Akhirnya, peneliti mendapat satu subjek, yaitu Dina, yang bersedia membantu karena adanya kesamaan
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daerah asal. Karena tidak mau dirinya ditipu oleh wartawan, peneliti harus menunjukkan kartu identitas diri mahasiswa. Dina kemudian menawarkan teman sesama salon untuk besedia diwawancara. Namun, mereka tidak langsung setuju. Peneliti melakukan beberapa kali raport dengan beberapa kali berkunjung ke salon ini. Setelah ini, peneliti menawarkan lagi dan mereka bersedia.
3. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2007. Adapun tempat penelitian dipilih Salon F yang terletak di jalan Magelang.
B. Laporan Hasil Penelitian 1. Subyek I Nama
Dina
Usia
29 tahun
Asal kota
Sokaraja
Pendidikan
SD
Status
Menikah
Tempat tinggal
Kost
Awal bekerja
Tahun 2003
Jumlah anak
Dua (empat tahun dan sebelas bulan)
Sebagai seorang ibu dari dua putranya, Dina lebih menyukai tinggal di rumah dan mengurus kedua anaknya. Namun, kebutuhan hidup rumah tangganya
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak tercukupi hanya dengan gaji dari suami. Maka, dia memutuskan untuk bekerja. Sebelum bekerja di salon F, pernah bekerja di salon yang mengkhusukan potong rambut dan rias pengantin. Melalui perincian lebih lanjut, pernyataanpernyataan yang dikemukakan subjek mampu mencerminkan kebutuhan fisiologis sampai dengan aktualisasi diri. Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan Dina dapat dideskripsikan, sebagai berikut: Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Subyek 1 Kebutuhan Kutipan Wawancara Analisis Kebutuhan Aku penginnya tidak melakukan jasa plus- Mendapatkan Fisiologis plus, tapi karena pendapatan dari salon uang minim, .. ya terpaksa pekerjaan itu kulakukan. Sing penting aku ra sampe kekurangan mbayar kebutuhan bulananku ……………....……………… (W.I/No.26) Mungkin karena lingkungan. Waktu itu Mendapatkan niatku Cuma mau manis-manis aja sama Pelanggan tamu. Kok mereka (teman-teman) bisa banyak dapat tamu banyak. Waktu itu aku penginnya nggak ingin terjun di situ…………………...……. (W.I/No.12) Kebutuhan akan keselamatan
Aslinya aku takut lho mas ….. Soale kan ngga tau kebersihan tamu itu gimana. Tapi kadang karena dah terlanjur, aku cuma berpikiran dengan pake pengaman, resiko ketularan penyakit bisa diatasi ………....…………………… (W.I/No.14)
Takut penyakit karena ketidakjelasan kebersihan pelanggan
Kebutuhan Dulu aku sampe pernah selingkuh. Tapi tiap akan memiliki hari aku terus kepikiran resikonya. Setelah & cinta tak timbang-timbang, akhirnya nggak tak terusin …………. (W.I/No.31) Paling kalau pergi bareng-bareng itu kalau misalnya ee.. sesama kapsternya ada yang syukuran. Ada apa tuh baru bareng …………………….………. (W.I/No.40) Kebutuhan Aku kerja di sini kan karena aku punya akan kemampuan kerja di salon, seperti motong, penghargaan creambath atau facial ... Jadi nggak bener
Selingkuh sebagai bentuk rasa memiliki & cinta Kebersamaan sebagai bentuk rasa memiliki & cinta Membutuhkan penghargaan atas skill yang
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kalo dikatakan aku kerja di sini semata-mata untuk melayani plus-plus. Malah kalo bisa gak usah pakelah layanan kayak gitu….……………………… (W.I/No.15) Kebutuhan Saya punya rencana pengin buka salon akan aktualisasi sendiri. Terutama di bidang rias. Ya diri pokoknya nelatenin yang seperti itu aja. Mungkin seandainya saya udah punya modal, penginnya saya buka sendiri………………………. (W.I/No.57)
dimiliki
Membutuhkan penyaluran atas potensi dan skill yang dimiliki
Tabel di atas memberikan gambaran kebutuhan psikologis dari Dina dalam menjalani profesinya sebagai salah satu kapster di salon plus. Berikut ini disajikan analisis atas tabel di atas dengan mengacu pada konsep teori hirarki Abraham Maslow. a. Kebutuhan Fisiologis Berdasarkan tinjauan kebutuhan fisiologis, Dina cenderung menyatakan bahwa motivasi kerjanya di salon plus lebih didasari oleh kebutuhan mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tercermin dari pernyataannya yang menyebutkan bahwa dalam menjalani pekerjaan sebagai pelacur, motivasi utamanya adalah menambah penghasilan yang diterimanya dari salon yang cenderung minim sehingga dapat menutupi kebutuhannya selama satu bulan, seperti pada kutipan: W.I/No.26 …
Aku penginnya tidak melakukan jasa plus-plus, tapi karena pendapatan dari salon minim, .. ya terpaksa pekerjaan itu kulakukan. Sing penting aku ra sampe kekurangan mbayar kebutuhan bulananku.
Kebutuhan fisiologis Dina yang utama adalah materi yang didorong oleh minimnya jumlah penghasilan rutin yang didapatkan dari profesinya sebagai kapster murni di salon tempatnya bekerja. Secara implisit, dia menegaskan
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keinginannya untuk mendapatkan satu situasi dimana dia dapat bekerja secara normal dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya tanpa melayani pijat plus. Hal tersebut terungkap dari pengakuannya bahwa dalam menjalani profesinya, pada awalnya Dina tidak memiliki niatan untuk terjun sebagai pelacur. Pengalaman dia sebelumnya yang bekerja sebagai tukang potong rambut serta perias manten di salon lain selama lima tahun menegaskan bahwa Dina memiliki kompetensi yang memadai sebagai kapster. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa pilihan profesi kapster yang diambil oleh Dina pada dasarnya merupakan aktualisasi potensi skillnya di bidang kapster, bukan semata-mata karena ingin berprofesi sebagai pelacur. Namun, minimnya penghasilan sebagai kapster telah membawa Dina pada situasi yang sulit. Terlebih lagi, Dina berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang ekonomi lemah. Gambaran akan minimnya penghasilan sebagai kapster murni terungkap dari pernyataannya yang menyebutkan bahwa penghasilan yang diterimanya sebagai kapster senantiasa habis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada kesempatan untuk menabung. Berangkat dari kondisi tersebut, Dina melihat salah satu peluang untuk meningkatkan penghasilannya dari salon tersebut adalah dengan menawarkan jasa layanan plus. Situasi lingkungan kerja juga dikatakan telah turut berperan dalam mendorongnya untuk mendapatkan pelanggan dengan cara-cara sebagaimana layaknya yang dilakukan oleh pelacur, seperti pada kutipan: W.I/No.12 ….. Mungkin karena lingkungan. Waktu itu niatku Cuma mau manis- manis aja sama tamu. Kok mereka (teman-teman)
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bisa dapat tamu banyak. Waktu itu aku penginnya nggak ingin terjun di situ. . Pernyataan Dina di atas menegaskan bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu penyebab dia menjalani profesi ganda sebagai kapster sekaligus pelacur. Di satu sisi dia dihadapkan pada adanya kebutuhan mendapatkan materi yang memadai, namun di sisi lain realita iklim kerja di salon plus tersebut telah membentuk pola pikirnya untuk mendapatkan banyak pelanggan dengan berbagai cara, termasuk cara yang lazim digunakan oleh pelacur. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa faktor kebutuhan akan materi menjadi pendorong utama bagi Dina dalam menjalani profesi gandanya sebagai kapster sekaligus merangkap sebagai pelacur. Hal tersebut juga menunjukkan motivasi terbesarnya bekerja di salon plus bukan untuk mendapatkan kepuasan sebagai pelacur melainkan mendapatkan materi.
b. Kebutuhan akan Keselamatan Hasil wawancara menunjukkan bahwa Dina termasuk orang yang cenderung memperhatikan keselamatan dirinya dalam bekerja. Tuntutan akan materi yang memadai tidak selalu menuntunnya pada tindakan pelacuran sebagaimana layaknya dilakukan oleh pelacur. Dalam hal ini Dina termasuk cukup selektif karena terlihat dari seringnya menolak untuk melakukan hubungan seks dengan pengunjung. Jika ada yang meminta, terlebih dulu dia akan menawarkan kepada temannya. Dalam beberapa kesempatan, Dina berinisiatif memberikan harga yang tinggi dengan harapan tamu akan menolaknya. Hal ini dilakukan dengan alasan khawatir bila tertular penyakit
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelamin karena dalam benaknya, tidak semua tamu memiliki latar belakang kesehatan yang baik. Namun demikian Dina juga tidak menyangkal jika sesekali dia juga menjajakan diri sebagai pelacur, sebagaimana disebutkan pada pernyataan berikut: W.I/No.14 ….
Aslinya aku takut lho mas ….. Soale kan ngga tau kebersihan tamu itu gimana. Tapi kadang karena dah terlanjur, aku cuma berpikiran dengan pake pengaman, resiko ketularan penyakit bisa diatasi.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa meskipun Dina memberikan layanan plus kepada tamunya, Dina tetap mengedepankan kehati-hatian. Dalam konteks ini, pemikirannya hanya sebatas cukup dengan menggunakan pengaman untuk mengurangi resiko tertular penyakit kelamin. Dalam perspektif lain, kebutuhan Dina akan keselamatan juga diarahkan pada keselamatan dari penilaian negatif orang lain akan profesi gandanya sebagai kaspter sekaligus pelacur. Dalam konteks ini, Dina mencoba untuk mengurangi resiko atas keselamatannya tersebut, Dina melakukan beberapa upaya seperti bersikap acuh terhadap penilaian tetangga akan pekerjaan yang dijalani dalam upaya untuk menjaga martabatnya. Dina juga berupaya untuk merahasiakan pijat plus dari suami. Selain itu, pada saat bulan puasa, pakaian yang dikenakan lebih tertutup serta salon tutup lebih awal. Cara ini dilakukan untuk menghindari razia yang umum terjadi.
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan memiliki dan cinta, Dina cenderung menyatakan bahwa gairah kerjanya di salon plus juga didorong oleh
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adanya kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta kasih. Dalam konteks ini, kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta kasih dapat diperoleh dari keakraban hubungan di antara sesama karyawan salon maupun dari intensitas hubungan yang terjalin antara karyawan salon dengan tamunya. Intensitas hubungan antara karyawan salon dengan tamunya biasanya berawal dari keakraban yang dimulai sejak pertama kali kenalan di salon. Dalam upaya untuk mendapatkan banyak pengunjung, biasanya para karyawan salon mencoba bersikap manis kepada setiap tamu dan biasanya mendapatkan respon yang positif dari para tamu. Dari situ pulalah biasanya layanan pijat plus berawal. Demikian juga halnya dengan Dina yang berusaha membangun pola interaksi yang penuh keakraban dengan tamunya dengan cara bersikap terbuka kepada tamu, mengobrol seputar pekerjaan, keluarga hingga masalah pribadi. Bahkan terkadang keakraban tersebut berlanjut di luar salon, baik yang diwujudkan dengan melakukan kencan maupun sebatas intensif berkomunikasi melalui telepon dan sms. Bahkan intensitas hubungan yang semakin tinggi terkadang membawa Dina pada perselingkuhan. Perselingkuhan tersebut ada yang sempat terjalin beberapa waktu. Namun mengingat status Dina sebagai wanita bersuani, pada akhirnya hubungan tersebut tidak dapat dilanjutkan lagi. Hal ini dinyatakan Dina, seperti pada kutipan: W.I/No.31 …... Dulu aku sampe pernah selingkuh. Tapi tiap hari aku terus kepikiran resikonya. Setelah tak timbang-timbang, akhirnya nggak tak terusin.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tema pembicaraan dengan teman kapster dan pemilik salon juga sama yang dibicarakan dengan pengunjung. Dina sendiri mengakui bahwa mereka sudah layaknya keluarga. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena jam kerja mereka bersama mencapai sebelas jam. Kekeluargaan yang terjalin terlihat dalam acara syukuran yang diadakan salah satu dari mereka. Kunjungan bersama dan menikmati liburan juga hal lainnya. Mereka pernah pergi berlibur ke Tawangmangu, seperti pada kutipan: W.I/No.40 …. Paling kalau pergi bareng-bareng itu kalau misalnya ee.. sesama kapsternya ada yang syukuran. Ada apa tuh baru bareng.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa bagi Dina, suasana keluargaan yang didapatkannya dari teman kerja di salon maupun dari tamu atau pelanggan salon merupakan hal penting yang menentukan gairahnya dalam bekerja. Kebutuhan ini di satu sisi telah menciptakan kondisi interaksi yang sangat intensif dengan tamu dan selanjutnya tidak jarang berimbas pada terciptanya pelayanan sebagai pelacur. Adapun bentuk aktualisasi diri Dina sebagai seorang ibu, Dina membeli kebutuhan susu anaknya serta membayar pengasuh anak dari gajinya.
d. Kebutuhan akan Penghargaan Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan penghargaan, Dina menyatakan bahwa sebagai manusia biasa, dia juga memiliki keinginan untuk mendapatkan penghargaan baik dalam kapasitasnya sebagai karyawan salon maupun dalam kapasitasnya sebagai pribadi. Kebutuhan akan penghargaan ini dapat diperoleh dari pengakuan dari majikan serta teman kerja akan kemampuan yang
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimilikinya dan biasanya berimbas pada tanggung jawab pekerjaan yang diembannya. Dalam konteks profesi sampingan sebagai pelacur, perasaan ingin dihargai tersebut menjadi hal yang menghambat intensitas dirinya terjun menjalani profesi sampingannya. Berbekal kemampuan di bidang salon yang dimilikinya, Dina cenderung lebih memilih melayani tamu sesuai dengan kompetensinya di bidang salon daripada memberikan layanan lebih sebagai pelacur. Hal ini terbukti dari pernyataannya: W.I/No.15 …. Aku kerja di sini kan karena aku punya kemampuan kerja di salon, seperti motong, creambath atau facial ... Jadi nggak bener kalo dikatakan aku kerja di sini semata-mata untuk melayani plus-plus. Malah kalo bisa gak usah pakelah layanan kayak gitu….
Pernyataan tersebut menekankan relevansi kemampuan yang dimilikinya dengan jenis pekerjaan yang sebenarnya hendak digeluti di salon. Di sini dijelaskan bahwa layanan plus-plus bukanlah hal utama yang
hendak
diprioritaskan dalam profesinya sebagai kapster. Oleh karena itu, Dina merasa lebih senang bila mendapat pengunjung yang hanya datang untuk sekedar pijat. Jenis pengunjung yang tak disukainya adalah mereka yang sewaktu dipijat memegang-megang tubuhnya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa Dina lebih mengedepankan pengakuan orang atas kemampuan utamanya di bidang salon daripada pelayanan sebagai pelacur yang terkadang dilakukannya. Hal ini berarti bahwa Dina menganggap sangat penting terhadap kebutuhan untuk dihargai secara wajar sesuai dengan profesinya.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Dina memiliki harapan untuk suatu saat dapat berusaha secara mandiri. Oleh sebab itu dalam pemikirannya, dengan bekerja di salon Dina dapat mengumpulkan modal untuk usaha secara bertahap, seperti pada pernyataan: W.I/No.57 …. Saya punya rencana pengin buka salon sendiri. Terutama di bidang rias. Ya pokoknya nelatenin yang seperti itu aja. Mungkin seandainya saya udah punya modal, penginnya saya buka sendiri.
Pernyataan di atas menggambarkan harapan Dina dalam bekerja di salon adalah untuk mengembangkan potensi dirinya agar bermanfaat bagi keluarganya, terutama anaknya. Selain itu, Dina juga memiliki obsesi untuk suatu saat dapat mengaktualisasikan potensi dirinya dengan membuka usaha mandiri di bidang salon. Baginya, profesi sebagai kapster di salon merupakan rintisan awal bagi tercapainya obsesi tersebut.
2. Subyek II Nama
Wulan
Usia
29 tahun
Asal kota
Magelang
Pendidikan
SMP
Status
Janda
Tempat tinggal
Kost
Awal bekerja
Tahun 2006
Jumlah anak
Satu (empat bulan)
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Status pernikahan Wulan adalah nikah siri dan telah bercerai. Namun meskipun masih mendapatkan nafkah dari mantan suami, Wulan perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi setelah mempunyai seorang anak.
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Subyek 2 Kebutuhan Kutipan Wawancara Analisis Kebutuhan Kan buat cari tambahan, mbantu-mbantu Mendapatkan Fisiologis suami. Misalpun ada kerjaan lain ya kerja uang lain. Karena sekarang susah cari kerjaan ya.. untuk cari tambahan ya.. mungkin sementara kerja di salon dulu …………………………….. (W.II/No.55)
Kebutuhan akan keselamatan
Kebutuhan akan memiliki & cinta
Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan aktualisasi diri
Ya karena gimana ya.. ya karena ya.. karena di salon tuh lebih enak. Maksudnya lebih enak kan nyantai. Kita kalau ada tamu dikerjain, kalau ngga ada tamu kita cuman duduk-duduk. Gitu. Saya tuh lebih asyik, badan lebih terawat, ngga terlalu cape ………………………. (W.II/No.50) Ya selama ini sih aku merasa aman-aman aja karena aku kerja di tempat yang bener, yaitu salon. Kan orang pada tahu salon itu tempat apaan..?……………. (W.II/No.53)
Mendapatkan kenyamanan dalam bekerja
Mendapatkan status kerja yang jelas
Ya udah apa ya… deket banget lah, seperti Kebersamaan kakak adik, seperti keluarga, sepeti kakak sebagai bentuk beradik …………………… (W.II/No.28) penyaluran rasa memiliki & cinta Tapi kalau murah kan ya menyangkut Membutuhkan harga diri kita. Jadi ya.. jadi.. wajar-wajar. penghargaan Sejajar gitu lho ……………… (W.II/No.9) atas palayanan yang diberikan Ya kadang pengin nabung. Ya cuman itu. Ingin memiliki Buat nanti sewaktu-waktu perlu uang tabungan untuk ……………………………. (W.II/No.58) kebutuhan mendadak.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel di atas memberikan gambaran kebutuhan psikologis dari Wulan dalam menjalani profesinya sebagai salah satu kapster di salon plus. Berikut ini disajikan analisis atas tabel di atas dengan mengacu pada konsep teori hirarki Abraham Maslow. a. Kebutuhan Fisiologis Berdasarkan
tinjauan
kebutuhan
fisiologis,
Wulan
cenderung
menyatakan bahwa motivasi kerjanya di salon plus lebih didasari oleh kebutuhan mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun diakuinya bahwa dia masih mendapatkan nafkah dari mantan suaminya, Wulan merasa perlu mencari penghasilan tambahan, sebagaimana dinyatakan: (W.II/No.55) ….. Kan buat cari tambahan, mbantu-mbantu suami. Misalpun ada kerjaan lain ya kerja lain. Karena sekarang susah cari kerjaan ya.. untuk cari tambahan ya.. mungkin sementara kerja di salon dulu. Sebagai seorang istri yang telah bercerai dengan suaminya tetapi masih mendapatkan nafkah materiil, keinginan Wulan untuk bekerja di salon menunjukkan adanya hasrat Wulan untuk mendapatkan materi lebih. Selain itu, kebutuhan fisiologis lainnya yang dapat diungkapkan adalah adanya keinginan Wulan untuk bekerja dalam situasi yang nyaman dari tekanan pekerjaan. Hal ini nampak dari pernyataannya sebagai berikut: W.II/No.50 … Ya karena gimana ya.. ya karena ya.. karena di salon tuh lebih enak. Maksudnya lebih enak kan nyantai. Kita kalau ada tamu dikerjain, kalau ngga ada tamu kita cuman duduk-duduk. Gitu. Saya tuh lebih asyik, badan lebih terawat, ngga terlalu cape.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa bagi Wulan, keinginannya untuk mendapatkan materi lebih sebanding dengan hasratnya untuk
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapatkan pekerjaan yang dapat dijalani dengan relatif santai tanpa ada tekanan yang berat. Bagi Wulan, suasana kerja di salon menawarkan kedua hal tersebut, yaitu kecukupan materi serta kenyamanan bekerja. Dalam konteks fisiologis ini, terlihat bahwa bagi Wulan salon merupakan alternatif tempat kerja yang dapat memenuhi kebutuhannya, utamanya yang berkenaan dengan kecukupan materi serta kenyamanan bekerja. Profesi sambilan sebagai pelacur yang dijalaninya bisa jadi memang memberikan tambahan materi yang tidak kecil, sehingga dapat memberikan dorongan yang lebih besar lagi untuk bertahan dan menekuni profesinya saat ini. Jika dikaitkan dengan kenyamanan dalam bekerja, profesi pelacur mungkin bisa juga dianggap memberikan kenyamanan tersendiri bagi Wulan.
b. Kebutuhan akan Keselamatan Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan keselamatan, Wulan cenderung menyatakan bahwa motivasi kerjanya di salon plus lebih didasari oleh pemahamannya bahwa dirinya merasa aman dengan bekerja di salon. Hal ini bisa dipahami mengingat status salon sebagai sebuah tempat usaha yang legal baik secara sosial maupun hukum. Artinya, Wulan berpendapat jika bekerja di salon, aktivitas layanan plus yang kadang diberikan kepada sebagian tamu relatif dapat ditutupi dan tidak terkena sanksi sosial secara langsung. Dalam hal ini, keamanan ataupun keselamatan tersebut lebih diarahkan pada tinjauan normatif sosiologis,
yaitu menyangkut penilaian dari keluarga dan
masyarakat. Sebagaimana dikatakannya:
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
W.II/No.53 … Ya selama ini sih aku merasa aman-aman aja karena aku kerja di tempat yang bener, yaitu salon. Kan orang pada tahu salon itu tempat apaan..?
Keluarga sebenarnya tidak akan memperbolehkan bila mengetahui di salon tersebut memberikan pijat plus. Begitu juga suaminya akan melarang. Kepada suami, Wulan berusaha meyakinkan bahwa tidak semua pengunjung meminta pijat plus dan dia cukup mendapat uang meski tidak melakukannya, seperti yang nampak pada pernyataan sebagai berikut: W.II/No.46 … Karena yang masuk salon kan ngga semua harus kayak gitu. Kan engga. Kalau kita niatnya kerja gini-gini kita kan juga dapet duit soale kan yang punya salon ngga meng mengharuskan kerja kayak gitu. Terus suami ya.. terpaksa boleh ngga boleh, akhirnya memperbolehkan. Kebutuhan akan keselamatan yang terkait dengan keterampilan mendapatkan nafkah terungkap dalam pernyataannya sebagai berikut: W.II/No.55 … Kan buat cari tambahan, mbantu-mbantu suami. Misalpun ada kerjaan lain ya kerja lain. Karena sekarang susah cari kerjaan ya.. untuk cari tambahan ya.. mungkin sementara kerja di salon dulu. Meskipun mendapat nafkah dari mantan suami, namun Wulan memilih untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wulan memilih bekerja di salon karena merasa sulit menemukan pekerjaan di tempat lain.
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan memiliki dan cinta, Wulan merasa memperoleh rasa memiliki dan cinta dan kasih sayang dengan bekerja di salon. Kebutuhan akan memiliki dan cinta dengan pelanggan nampak dari pembicaraan sewaktu pijat berlangsung. Tema yang dibicarakan seputar
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluarga dan pekerjaan. Wulan merasa lebih nyaman dengan pelanggan dibanding dengan pengunjung baru, seperti pada pernyataan: W.II/No.15 … Kalau udah langganan kita enak. Mau ngapa-ngapain kan kita udah saling kenal. He eh kan? Jadi kan ngobrol. Apa yang diobrolin.. apa yang itu kita kan udah.. udah.. itu ya.. sreg kayae. Udah itu kayak.. udah akrab gitu lho. Kedekatan Wulan dengan pelanggan juga terjalin di luar jam kerja dalam bentuk sms. Tapi, sms yang dibalas yang berkaitan dengan permasalahan pribadi yang dihadapi pelanggan. Dia menolak ajakan keluar dari pelanggan, seperti pada pernyataan: W.II/No.18 … Lha makane aku nek sekedar curhat lewat sms apa ya tek balesi karena kita berteman. Tapi kalau melebihi.. kalau kita keluar main, karena kita yang ngga penting-penting.. ya aku ngga bisa, ngga mau. Wulan merasa dekat dengan teman-teman kapster dan pemilik salon. Tema yang dibicarakan seputar keluarga masing-masing. Meskipun pemilik hanya beberapa jam di salon tapi Wulan tetap merasa dekat. Sedangkan pada teman-temannya dianggap selayaknya keluarga, seperti pada pernyataan: W.II/No.28 … Ya udah apa ya… deket banget lah, seperti kakak adik, seperti keluarga, sepeti kakak beradik. Berdasarkan
tinjauan
kebutuhan
akan
aktualisasi
diri,
Wulan
menyiratkan keinginannya untuk berharga dan bermanfaat bagi keluarganya. Kebutuhan aktualisasi diri Wulan dengan bekerja sebagai kapster saat ini adalah membelikan susu untuk anaknya. Sedangkan di masa mendatang untuk bisa menyekolahkan anak. Selain itu, dia belum memiliki kebutuhan lain. Keinginan Wulan ini didukung juga dengan sikapnya yang begitu memperdulikan anaknya, seperti pada pernyataan:
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
W.II/No.57 … Oo kalau aku sekedar kerja aja cari uang ya masa depan anak, mbantu-mbantu lah.
d. Kebutuhan akan Penghargaan Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan penghargaan, Wulan merasa dihargai dengan bekerja di salon. Meskipun sebagai pengisi waktu luang, dalam menjalankan profesinya di salon Wulan juga ingin dihargai oleh pengunjung dengan tarif yang sesuai, seperti pada pernyataan: W.II/No.9 .…
Tapi kalau murah kan ya menyangkut harga diri kita. Jadi ya.. jadi.. wajar-wajar. Sejajar gitu lho. Terlebih lagi pekerjaannya memiliki konsekuensi pelecehan, Wulan
berusaha agar pengunjung bersikap baik padanya. Pengunjung yang baik menjadikan dirinya sebagai tempat berbagi.
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Wulan belum memiliki gambaran aktualisasi diri yang jelas. Dia hanya menyiratkan keinginannya untuk bisa memiliki tabungan dengan menyisihkan gaji. Saat ini Wulan belum memiliki tabungan. Hal ini ditunjukkan dalam pernyataan: Ya kadang pengin nabung. Ya cuman itu. Buat nanti sewaktu-waktu perlu uang ……………………………. (W.II/No.58)
3. Subyek III Nama
Dewi
Usia
34 tahun
Asal kota
Yogyakarta
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pendidikan
SMA
Status
Menikah
Tempat tinggal
Rumah
Awal bekerja
Tahun 2003
Jumlah anak
Satu (enam tahun)
Petama kali bekerja di salon F, alasan Dewi adalah untuk mencari nafkah setelah bercerai dengan suaminya. Lama-lama dia merasakan kemudahan mendapatkan uang sebagai kapster. Ditinjau lebih jauh, alasannya mencakup kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Wawancara dengan Subyek 3 Kebutuhan Kutipan Wawancara Analisis Kebutuhan Ya sebenernya di mata Tuhan itu salah tapi Mendapatkan Fisiologis demi anak ya.. apapun kita lakukan. materi ……………………………...(W.III/No.23) Kebutuhan akan keselamatan
Ya kadang kalau pas sepi kita ke sebelah Mendapatkan ngobrol. Duduk ngobrol. Kita ledek- status kerja ledekan, biasa ………….... (W.III/No.33) yang jelas
Kebutuhan akan memiliki & cinta
Tamu kita anggap biasa aja. Karena apa, kalau sampai dia milih orang lain kita sakit hati hehe. Jadi santai-santai aja ……………………………. (W.III/No.26) kadang-kadang kalau tamunya engga apa.. engga pelit, kita dikasih tips. Kadang ya tamune juga ya.. udah cape-cape mijit ngga dikasih duit ………………... (W.III/No.8)
Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan aktualisasi diri
Mendapatkan pengakuan eksistensi diri Membutuhkan penghargaan atas palayanan yang diberikan
Saya pegin dapet duit banyak. Udah itu Ingin membuka saya keluar dari sini saya bisa buka usaha usaha sendiri. yang lebih baik. (W.III/No.37)
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel di atas memberikan gambaran kebutuhan psikologis dari Dewi dalam menjalani profesinya sebagai salah satu kapster di salon plus. Berikut ini disajikan analisis atas tabel di atas dengan mengacu pada konsep teori hirarki Abraham Maslow.
a. Kebutuhan Fisiologis Berdasarkan
tinjauan
kebutuhan
fisiologis,
Dewi
menegaskan
motivasinya bekerja di salon adalah untuk bertahan hidup. Kebutuhan fisologis terlihat jelas dari alasannya bekerja adalah untuk mecukupi kebutuhan hidup. Sedangkan kebutuhan akan keselamatan Dewi adalah untuk mendapatkan nafkah. Dia merahasiakan tentang pijat plus dari suami, anak, dan juga teman-teman satu salonnya, seperti pada pernyataan: W.III/No.23…. Ya sebenernya di mata Tuhan itu salah tapi demi anak ya.. apapun kita lakukan. Yang penting kan suaminya ngga tau. Kekhawatiran yang menonjol adalah bila suatu saat anaknya beranjak dewasa akan tahu pekerjaan yang sesungguhnya dilakukan.
b. Kebutuhan akan Keselamatan Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan keselamatan, Dewi menegaskan motivasinya bekerja di salon adalah untuk mendapatkan status sosial yang jelas dan positif. Hal ini didasarkan pada pemikirannya bahwa secara normatif, profesi di salon adalah positif sebagaimana profesi positif lainnya. Oleh sebab itu dia senantiasa berusaha menjaga citra salon tempatnya bekerja.
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kebutuhan akan keselamatan yang lain adalah sikapnya yang baik kepada tetangga, bahkan terkesan akrab, seperti pada pernyataan: W.III/No.33…..Ya kadang kalau pas sepi kita ke sebelah ngobrol. Duduk ngobrol. Kita ledek-ledekan, biasa. Dia tidak takut akan adanya razia karena menilai selama ini bersikap baik dan mampu membawa diri.
c. Kebutuhan akan Memiliki dan Cinta Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan memiliki dan cinta, Dewi merasa mendapatkan nilai-nilai cinta dan kasih sayang dengan bekerja di salon. Hal ini diperolehnya melalui tercapainya adalah kesenangan dalam bekerja di salon karena mendapat banyak pengunjung yang dianggapnya sebagai teman. Karena itulah dia menjadi tempat berbagi masalah dengan pengunjung. Namun, diakuinya bahwa selama ini selalu menjaga batas agar tidak jatuh cinta. Selain itu juga agar menghindari iri bila ada pelanggan yang berpaling ke teman, seperti pada pernyataan: W.III/No.26 …. Tamu kita anggap biasa aja. Karena apa, kalau sampai dia milih orang lain kita sakit hati hehe. Jadi santai-santai aja. Batas dalam hubungan ini juga diterapkan pada temanya karena cemas bila kisah hidupnya sampai dibeberkan. Namun, kepada pemilik, dia menganggap sebagai sahabat. Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan aktualisasi diri, Dewi memiliki keinginan untuk mendapatkan materi dan memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini, kebutuhan aktualisasi diri yang terlihat jelas adalah mampu membiayai biaya sekolah anaknya, seperti pada pernyataan:
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
W.III/No.36… Bisa cukuplah untuk makan satu hari, untuk anaknya. Di situlah maka saya seneng. Tapi akhirnya sampai sekarang niatku nyari duit untuk anak. Bukan untuk siapa-siapa.
d. Kebutuhan akan Penghargaan Berdasarkan tinjauan kebutuhan akan penghargaan, dengan bekerja di salon Dewi merasa mendapatkan penghargaan yang sepantasnya atas kerja yang dilakukannya. Penghargaan tersebut diukur dari materi yang diperolehnya baik dari pemilik salon maupun pelanggan. Hal ini tercermin dari pernyataan Dewi sebagai berikut: W.III/No.8…. kadang-kadang kalau tamunya engga apa.. engga pelit, kita dikasih tips. Kadang ya tamune juga ya.. udah cape-cape mijit ngga dikasih duit. Kutipan di atas menunjukkan dari tiap layanan pijat yang diberikan Dewi berharap mendapat tips. Ini tidak termasuk pijat plus karena dia sudah senang bila pengunjung dapat merasakan manfaat dari pijat. Selain itu, Dewi berpendapat bahwa kembalinya pengunjung ditentukan juga oleh sikapnya. Mendukung pernyataan ini, dia berusaha menghindarkan rasa bosan pengunjung. Dia termasuk fleksibel dalam menentukan tarif namun tak segan bila mendapat tamu yang kurang sopan.
e. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Dewi memiliki keinginan untuk membuka usaha sendiri setelah tidak bekerja di salon F, seperti pada pernyataan: W.III/No.37 Saya pegin dapet duit banyak. Udah itu saya keluar dari sini saya bisa buka usaha yang lebih baik.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Namun, pernyataan ini belum bisa diwujudkannya karena sampai saat ini Dewi belum menyisihkan uang untuk ditabung.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berikut dibahas masing-masing kebutuhan dari hasil analisis: 1. Kebutuhan Fisiologis Dalam kebutuhan ini, hasil wawancara menunjukkan bahwa tiga orang responden cenderung memiliki kesamaan dalam hal orientasinya pada kebutuhan fisiologis dalam menjalani profesinya sebagai pelacur yang bekerja sebagai kapster. Secara eksplisit mereka menyatakan bahwa alasan mereka memilih profesi sebagai pelacur yang bekerja sebagai kapster adalah untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dalam perspektif penulis, motif fisiologis yang melatarbelakangi orang memilih profesi sebagai pelacur yang bekerja sebagai kapster sangat dominan. Sejalan dengan kodratnya, pada umumnya manusia bekerja untuk mendapatkan uang demi memenuhi segala kebutuhan hidupnya baik kebutuhan yang bersifat primer, sekunder maupun tersier. Persoalan yang membedakan antara satu pelacur dengan pelacur lainnya mungkin terletak pada skala dominasi kebutuhan. Dalam artian masing-masing individu pelaku pelacur memiliki skala orientasi yang tidak sama yang mendasari pemilihan profesi sebagai pelacur yang bekerja sebagai kapster. Banyak di antara pelaku pelacur yang lebih mengedepankan pemenuhan kebutuhan primer sebagai alasan pemilihan profesi sebagai pelacur. Hal ini dapat dilihat dari sejauhmana intensitas pelaku pelacur dalam menjual layanan
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seksualnya diukur dari standar kebutuhan dasar hidupnya. Jika orang tersebut memiliki intensitas yang rendah dalam menjajakan dirinya sebagai pelacur dapat dimaknai orang tersebut cenderung menjadikan pelacur sebagai profesi untuk sekedar memenuhi kebutuhan primernya. Sementara itu bagi orang yang memiliki intensitas tinggi dalam menjajakan dirinya sebagai pelacur, maka ada kecenderungan orientasi pemenuhan kebutuhannya lebih didominasi oleh kebutuhan sekunder bahkan tersier. 2. Kebutuhan akan Keselamatan Keamanan disini dapat dimaknai dalam konteks keamanan menjalankan profesi sebagai pelacur karena berkedok sebagai kapster salon. Dalam hal ini, pelacur cenderung memiliki anggapan bahwa kehormatan keluarga tetap harus dijaga, dimana salah satu caranya adalah dengan membuat kedok sebagai kapster salon. Selain itu mereka juga berkeyakinan bahwa keluarga tidak akan mengijinkan mereka berprofesi sebagai pelacur. Dalam pergaulan dengan tetangga, yang mewakili anggota masyarakat, mereka tidak merasa canggung. Terkadang mereka berkunjung dan mengobrol. Namun, ketika bulan puasa, para kapster mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang lebih tertutup. Bila biasanya menggunkan rok mini, maka diganti dengan celana panjang. Begitupun dengan kaos you can see diganti dengan Tshirt. Pada dasaranya, ini dilakukan untuk menghindari tindakan anarkis yang dilakukan oknum tertentu selama bulan puasa. Dalam melakukan hubungan seks, mereka menggunakan kondom. Dari beberapa salon yang sempat diobservasi penulis, ada yang tidak menggunakan
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kondom dalam melayani pelanggan. Pada wawancara dengan subjek I meskipun tidak menyiapkan kondom, dia meminta dari temannya. Sedangkan wawancara dengan subjek II tidak mengakui memberikan layanan seks. Namun, dari percakapan off the record, dia tetap menggunakan kondom. 3. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta Keberadaan komunitas pelacur yang berprofesi sebagai kapster di suatu salon secara alamiah akan memunculkan rasa kebersamaan yang disatukan oleh kesamaan nasib dan profesi. Implikasinya adalah tumbuhnya perasaan untuk saling membutuhkan dan mengasihi sebagai layaknya sebuah keluarga. Dengan sesama kapster dan pemilik, mereka terbiasa menceritakan kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan anak. Pergi tamasya bersama pernah dilakukan, meskipun sangat jarang. Melakukan kontak dengan pelanggan bagi mereka hal biasa dan dilakukan melalui sms. Mereka tidak mau berhubungan di luar tempat kerja. Pada pelanggan, mereka menjaga jarak dengan alasan tidak ingin kecewa apabila memilih temannya untuk memijat dan tidak ingin jatuh cinta. Tetapi, satu subjek pernah jatuh cinta kepada pelanggannya. Perwujudan diri sebagai seorang ibu dengan bekerja sebagai kapster adalah untuk membeli susu. Satu subjek membayar baby sitter karena tinggal di kost dan status suami-istri bekerja. Bagi yang memiliki anak usia sekolah, mereka menyisihkan untuk biaya sekolah. Ketiganya memiliki jawaban sama untuk menyekolahkan anak.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Kebutuhan akan Harga Diri Kebutuhan akan penghargaan yang menonjol dari mereka semua adalah keinginan untuk diperlakukan sopan oleh pengunjung, terutama ketika memberikan massage. Umumnya tidak suka ketika pijat, pelanggan memegangmegang tubuhnya. Ketiganya tidak ragu untuk menyatakan keberatan apabila diperlakukan kurang sopan. Dalam hal tarif, mereka memiliki harga batas bawah. Baik ke pelanggan mau pengunjung baru tarifnya sama. Namun, tawar-menawar dari pengunjung bisa menurunkan tarif. Alasan tarif itu berkaitan dengan harga diri. Mereka tidak mau dipandang murahan. Sedangkan untuk kriteria pujian, bonus dari mami dan pelanggan, dan frekuensi dipakai oleh pelanggan tidak mereka anggap sebagai hal yang berpengaruh. Hal ini karena dipengaruhi faktor menjaga jarak seperti yang terungkap dalam analisis kebutuhan akan memiliki dan cinta. 5. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Satu orang subjek, yaitu Dina, menunjukan adanya kebutuhan ini dengan menyisihkan gaji untuk modal memiliki salon sendiri yang tidak menyediakan layanan seks. Wulan dan Dewi sama-sama memiliki keinginan untuk bisa menabung. Sampai saat ini keduanya belum memiliki tabungan.
D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan pada pemilihan responden yang homogen, yaitu hanya berasal dari satu salon. Hal ini disebabkan karena sedikit kapster yang
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersedia menjadi subjek penelitian. Homogenitas ini menutup kemungkinan apabila ada perbedaan karakteristik berdasarkan tempat kerja. Keterbatasan lain adalah kecenderungan faking dari jawaban subjek. Faking ini terlihat jelas pada subjek II yang mengelak bahwa dirinya memberikan jasa plus dan pada subjek III yang mengelak ketika ditanya penggunaan kondom. Namun, keterbatasan ini diatasi langsung pada saat wawancara dengan cara mengulang pertanyaan yang sama dengan jawaban bebas sehingga muncul jawaban yang diperlukan untuk analisis data. Keterbatasan lain juga muncul karena pertanyaan yang dilontarkan fokus pada korelasi batasan istilah. Pertanyaan umum yang bisa menjadi penunjang data jadi terlewatkan.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Salon F, kebutuhan pelacur yang bekerja sebagai kapster ditinjau dari teori hirarki Abraham Maslow dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebutuhan fisiologis: Untuk mencukupi kebutuhan hidup. 2. Kebutuhan akan keselamatan: Profesi kapster menutupi profesi sebagai pelacur Subjek tidak selalu bersedia diajak berhubungan seks untuk menghindari penyakit kelamin 3. Kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta: Teman satu salon, pelanggan, dan pemilik menjadi teman akrab Untuk anak, subjek memberikan perhatian pada keperluan membeli susu dan biaya sekolah. 4. Kebutuhan akan harga diri: Subjek menyatakan tarif layanan sebagai ukuran penghargaan atas diri 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri: Subjek ingin bisa membuka usaha sendiri dengan menyisihkan gaji sebagai modal
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan beberapa saran, sebagai berikut : •
Bagi akademisi, penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih dikembangkan pada multi aspek yang dikaji, meliputi tinjauan sosio-ekonomi, budaya maupun hukum.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Asyari, 1986. Glosarium Seks dan Gender. Carasvatibooks, Yogyakarta. Barry, 2001. Antara Cinta, Seks, dan Dusta: Memahami Perselingkuhan. Galang Press, Yogyakarta. Brehm, 1996. Masalah Muda-Mudi dalam Perkawinan. Magic Centre, Jakarta. Chaplin, 2001. Pedagang Jalanan dan Pelacur Jakarta: Sebuah Kajian Antropologi Sosial. LP3ES, Jakarta. Emka, Moammar, 2003. Jakarta Undercover: Sex ‘n the City. Galang Press, Jakarta. Farozin, Muh., 2003. Pemahaman Tingkah Laku. Rineka Cipta, Jakarta. Goble, Frank. 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Kanisius, Yogyakarta. Handoko, 1992. Motivasi: Daya Penggerak Tingkah Laku. Kanisius, Yogyakarta. Hull, Terence, 1997. Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Kartono, 1987. Psikologi Abnormal dan Abnormal Seksual. Mandar Madju, Bandung. Kerlinger, Fred, 1990. Korelasi dan Analisis Regresi Ganda. Nur Cahaya, Yogyakata. Koentjoro, 1997. Resosialisasi Pelacur dan Permasalaannya: Sebuah Tinjauan Evaluatif. Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta. Lemert, 1996. Anak dan Wanita dalam Hukum. LP3ES, Jakarta. Moleong, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung. Poerwandari, 2004. Mengungkap Selubung Kekerasan: Telaah Filsafat Manusia. Kepustakaan Eja Insani, Bandung.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sanie, Susy, 2004. Kaitan Faktor Sosial-Ekonomi terhadap Masuknya Perempuan dalam Industri Seks dan Dampaknya pada Kesehatan Reproduksi. Pusat Kajian Pembangunan, Indonesia. Schultz, 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Kanisius, Yogyakarta. Society in Scotland, Gentlemen, 1970. Encyclopedia Britanica. Wiliam Benton Publishing, Chicago. Sokolov, Ivan, 1991. Buku Panduan Orang Tua: Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Efektif dan Berhasil di Era Modern. Binarupa Aksara, Jakarta. Supratiknya, 2000. Tantangan Psikologi Menghadapi Milenium Baru. Yayasan Pembina Fakultas Psikologi, Yogyakarta. Then, Debbie, 1998. Jika Suami Anda Berselingkuh…: Kebenaran yang Tak Terungkap tentang Perselingkuhan. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Untung, Abdul, 2004. Analisis Kebutuhan Pelayanan Sosial bagi Pelacur ABG (Anak Baru Gede): Studi Kasus di Kota Yogyakarta. B2P3S, Yogyakarta. Winkel, 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN Wawancara I Tanggal : 23 Juli 2007 Subjek : Dina (nama samaran) Pukul : 11.30 WIB Tempat : Salon F No. 1.
2.
3.
4.
Pertanyaan dan Jawaban OK. Ya udah langsung mulai ya mbak iki. Hee... Sini mbak deket biar lebih kedengeran. Ya ya ya. Mbaknya dari tahun berapa kerja di sini? Dua ribu tiga. Ya? Dua ribu.. tiga.. eh.. he-eh tho dua ribu tiga. Tahun dua ribu tiga. Iya. Iya kan sekarang tahun dua ribu tujuh. Iya. Sebelum kerja di sini mbak? Ya kerja di salon tapi bukan di plus seperti ini. Yang lebih utama potong sama rias manten. Di sana lima tahun. Lha mbak kalau di sini dapat gaji pokok ngga? Dapet. Berapa mbak? Eh hehe rahasia dong.. hehe Hehe.. tapi perlu ini mbak. Ngga papa, ngga papa. Kalau pertama masuk dulu dua ratus lima puluh. Sekarang tiga ratus dua lima. Lha terus kalau dari plus-nya sendiri dapet berapa? Sebulannya. Ngga tau. Karena jarang sekali. Jarang sekali. Lha emang dalam sebulan bisa berapa orang yang minta diplus? 55
Koding W.I/No.1
Analisis Bekerja mulai tahun 2003-sekarang.
•
W.I/No.2
•
Sebelumnya bekerja di salon biasa selama lima tahun.
W.I/No.3
•
Saat ini gaji yang diterima adalah Rp. 325.000,-
W.I/No.4
•
Melayani pijat plus dalam sebulan ratarata tiga orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
6.
7.
8.
Ngga banyak. Paling satu dua tiga udah. Oh ya? Kalau sehari berapa mbak? Jarang dapet. Oh gitu.. ya ya. Terus mbak kalau dari gaji sama uang plusnya dipakai apa aja? Ya.. kalau gaji ya.. ngga tentu. Kadang untuk mbayar kontrak. Kadang misalnya aku ngambil tivi dulu untuk mbayar angsuran tivi. Sekarang ngga brani ambil apa-apa karena aku kan anakku udah dua tho. Setiap hari saya harus beli susu. Beli susu makanya saya kerja di sini ngga pernah nrima gaji utuh karena.. aku tiap hari udah ngebon. Kalau ngga ngebon ya aku dapet kan itu ngga tentu tho. Paling kalau sisa berapa.. gaji tiga ratus.. aku nggaji yang momong. Lha itu nabung juga ngga mbak? Dari uang segitu masih ada uang yang ditabung? Engga. Habis semua? Habis semua. Terus mbak itu tarifnya untuk plus-nya berapa sih? Plus apa dulu? Karena kalau aku plus yang main paling jarang karena saya.. ngga niat di situ lho, mas. Ya.. mungkin karena lingkungan ya.. jadi akhirnya terjun.. tapi ngga sepenuhnya. Ya jarang banget lah. Seandainya aku terjun situ full, mas, pasti aku udah beli apa-apa tho. Mbaknya nentuin tarif dasarnya apa mbak? Dulu waktu awalawal kerja. Apa? Dasarnya apa? Nentuin tarifnya gimana? Nentuin tarifnya? Iya. Kalau mau gitu?
W.I/No.5
•
•
•
•
W.I/No.6
•
W.I/No.7
•
•
W.I/No.8
56
•
Kebutuhan fisiologis: gaji yang diterima untuk membayar kontrak tempat tinggal. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: gaji yang diterima digunakan membeli susu anak. Tiap hari hutang dari pemilik salon untuk membeli susu. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: membayar pengasuh anak. Tidak ada uang sisa untuk ditabung.
Melayani pijat plus karena pengaruh lingkungan. Kebutuhan akan keselamatan: membatasi berhubungan seks dengan pengunjung.
Melayani pijat plus karena dipengaruhi oleh teman kapster satu salon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
10.
Iya. Ya.. aku terjun.. di kayak gini tuh.. mau aneh-aneh.. semenjak ada mbak Dewi (teman satu salon). Waktu belum ada dia aku belum terjun kayak gitu. Ya mungkin itu ya.. pertama ya.. aku waktu itu ngga langsungan.. ngga.. ya paling banter ya itu tadi.. ngocok. Jadi awalnya kerja berapa bulan W.I/No.9 • dulu? Brarti kerja biasa dulu di sini? He-eh. Terus sampai berapa bulan kemudian? Pokoknya dari awal masuk sampai terjun kayak gitu tuh.. anakku paling gede umurnya.. dua ribu tiga.. ya mulai terjun saya tahun dua ribu empat. Pokoknya anakku mulai umur.. mau tahun.. setahun itu baru terjun kayak gitu.. Karena yang paling gede kan empat tahun. Ya ya. Terus alasannya mbak, W.I/No.10 • tadi kan kalau mbaknya ngomong dari temannya itu. Dari mbaknya sendiri? Ngga tau. Mungkin karena • lingkungan. Waktu itu niatku Cuma mau manis-manis aja sama tamu. Kok mereka (teman-teman) bisa dapat tamu banyak. Waktu itu aku penginnya nggak ingin terjun di situ. Eee ngga taunya tak manis manisin orangnya ya.. yang pertama saya terjun orangnya enak. Enak diajak ngobrol. Akhirnya.. akhirnya.. mungkin dari obrolan itu kan apa ya.. cuma.. ya mengalir sendirilah. Waktu itu ciuman aja karena dia minta ML tapi saya ngga mau. Akhirnya dia cuma nyium-nyium aja. Terus setelah itu.. aku.. piye ya.. tapi aku emang sama tamu sudah seperti itu tapi ngga setiap tamu terus aku kayak gitu. Sama tamu jadi jarang
57
Melayani pijat plus setelah bekerja sekitar satu tahun.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: bersikap manis kepada pengunjung. Kebutuhan penghargaan: ingin mendapatkan banyak pengunjung seperti teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.
12.
13.
banget. Sedapetnya aja. Misalnya ada tamu yang datang W.I/No.11 • minta ML padahal.. mbaknya.. ngga niat sepenuhnya di situ, terus mbaknya layani atau..? Kalau ada yang minta ML biasanya.. kalau orangnya itu mas.. • itu.. apa ya.. misalnya dia berani bayar tinggi, aku lebih sering tak lemparin ke temenku. Tapi aku ngomong pijat diitung dua tho kan aku udah mijeti semua. Kalau udah gitu tarifnya bayar sendiri sama temenku. Terus ya tak lempar. Kalau sama mbaknya W.I/No.12 • pasangnya berapa kalau mbaknya bilang tinggi? Hehe ya engga sih paling untuk embel-embel. Ngga terlalu ini sih.. • Tapi pernah ya ketanggor. Aku cuma iseng aja. Weh..”Mbak-e mau berapa? Ya udah tiga ratus ya.” Tapi sama temenku ya? “Ngga mau. Aku mau sama mbake.” Aslinya aku takut lho mas ….. Soale kan ngga tau kebersihan tamu itu gimana. Tapi kadang karena dah terlanjur, aku cuma berpikiran dengan pake pengaman, resiko ketularan penyakit bisa diatasi. Akhirnya terjun juga tapi ya jarang banget. Lha di sini ngga sedia W.I/No.13 • pelindung? Ada sih temenku yang bawa. Tapi seandainya aku bawa mau ditaruh dimana. Karena aku ngga niat kerja di situ itu lho. Aku kerja di • sini kan karena aku punya kemampuan kerja di salon, seperti motong, creambath atau facial ... Jadi nggak bener kalo dikatakan aku kerja di sini semata-mata untuk melayani plus-plus. Malah kalo bisa gak usah pakelah layanan kayak gitu..Aku sendiri males tapi 58
Kebutuhan akan keselamatan: menolak untuk diajak berhubungan seks. Kebutuhan akan keselamatan: Menawarkan teman bila ada pengunjung yang minta berhubungan seks, dengan tetap meminta bagian upahnya sendiri. Mematok tarif tinggi hanya sebagai cara menghidari hubungan seks. Kebutuhan akan keselamatan: Takut berhubungan seks karena alasan kesehatan.
Tidak sedia kondom karena memang tidak berniat untuk melayani hubungan seks. Kebutuhan akan penghargaan: merasa memiliki keterampilan layaknya kapster.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14.
15.
16.
17.
piye sih.. terlanjur. Kalau liat orangnya, mbak-nya pasang tarifnya pengaruh ngga? Misalnya orangnya punya duit atau kelihatan baik. Kalau aku ngga peduli. Pokoknya prisipnya aku mau kayak gitu dia harus mau ngga bayar dua ratus lima puluh eh seratus lima puluh. Tapi ngga liat kalau dia apa.. ngga mau aku juga ngga mau. Jadi apa ya.. ngga liat penampilan karena kalau liat penampilan, omongannya kan pinter gitu tho tamuku pinter ngomong gitu lho. Saya ngga ngandalin di situ. Terus mbak ini tentang pelanggan. Orang yang pijat sama mbak banyak yang balik lagi ngga? Jarang. Jarang? Paling kalau ada berapa orang mbak? Paling satu dua tiga. Terus mereka rutin tiap bulan atau tiap berapa minggu? Kalau ke sini? Iya. Biasanya sebulan sekali. Kalau alasannya mereka balik lagi, dari mbaknya apa? Ya.. kalau.. menurutku sih kebetulan tamu itu.. apa.. ngga minta ya.. selain ML ya.. aku masih berusaha biar tamu itu balik. Tapi kalau memang.. tamu itu.. ngga mau balik ya udah. Tapi ya makanya.. jarang, mas, balik sama aku jarang. Kebanyakan cowok yang masuk salon mintanya yang lebih tho. Maksudnya ML? Ya engga. Harus lebih pintar.. pintar.. gimana gimana gitu lho. Sedangkan aku merasa ngga sepintar temen-temenku. Soalnya kalau mereka gini gini. Kalau aku
W.I/No.14 •
•
Kebutuhan akan penghargaan: tarif yang dipatok merupakan harga mati. Penentuan tarif tidak dipengaruhi oleh faktor dari pengunjung.
W.I/No.15 •
Memiliki pelanggan tetap sekitar tiga orang dengan frekuensi pijat satu bulan sekali.
W.I/No.16 •
Berusaha agar pengunjung menjadi pelanggan. Kebutuhan akan penghargaan: tidak terlalu mempedulikan penolakan dari pengunjung agar datang kembali.
•
W.I/No.17 •
59
Menilai bahwa pengunjung selalu memiliki keinginan untuk dipuaskan yang tidak mampu diberikannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18.
19.
20.
21.
22.
23.
kan biasa. Pinter gimana sih mbak contohnya? Ya muaske ngono lho, mas. Lho mbaknya sendiri apa ngga merasa? Hehe.. Ngga merasa tuh hehe.. Kalau buat aku sendiri masih ngerasa biasa aja tuh. Belum seperti temenku ngomong, bisa gini bisa gini. Ya kalau menurutku lho masih biasa aja. Maksudnya bisa gini gini gimana mbak? Hehe. Kan ada yang mau.. apa ya.. karaoke.. kan aku ngga bisa. Aku ngga mau. Ada yang.. Ya pokoknya itu lah aku paling ngga bisa sama ML itu. Paling kalau ngga terpaksa tho karena aku kalau bisa jangan. Kalau pelanggan pernah komentar apa sama servisnya yang mbak pernah kasih? Macem-macem hehe. Ada yang gini: “Akh mbak-e ra gelem ngono we.” “Ya biarin tho.” “Moso sih mba koe ra iso ngemut!?” Tapi nek sing orangnya biasa ya seneng aja. Kadang ada tamu yang nyarinya ngga seperti itu memang ada. Ya seneng tapi jarang. Kebanyakan mintanya yang lebih. Reko-reko gitu lho. Kalau yang datang ke sini pijat minta plus atau ada yang cuma pijat thok? Ya kebanyakan minta. Selama di sini lebih banyak orang baru atau pelanggan lama yang datang? Yang sama aku? Iya. Baru. Jarang pegang tamu yang balik berkali-kali. Paling cuma pijat ya udah. Jarang. Ada pelanggan yang
W.I/No.18 •
Menganggap temannya lebih mampu dalam memuaskan pengunjung.
W.I/No.19 •
Kebutuhan akan penghargaan: bersedia berhubungan seks dengan pengunjung bila terpaksa.
W.I/No.20 •
Pernah mendapat pengunjung yang minta lebih dan ditolak. Kebutuhan akan penghargaan: senang bila mendapat pengunjung yang bersikap wajar.
•
W.I/No.21 •
Kebanyakan pengunjung minta pijat plus.
W.I/No.22 •
Kebanyakan yang dilayani adalah pengunjung baru.
W.I/No.23 •
Menilai bahwa tidak
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komentarnya enak didengar? Engga. 24.
25.
Punya pelanggan yang nyebelin? W.I/No.24 • Orang-orang yang datang nyebeli gitu mbak? Pernah. Gimana ceritanya itu mbak? Yang nyebelin itu.. piye ya.. wah macem-macem he, mas. Yang • nyebelin itu.. oh banyak. Yo nek wong ra keturutan karepe yen.. kan nyebelin kae lah. Tur nek aku kan tak los tho. Masa bodoh yang penting udah tak pijeti mbayar. Yang nyebelin tho ada yang.. apa • ya.. ee.. tangannya maunya emek emek dia ngga mau mbayar. Aku kan kalau tak pijeti diem. Ngga usah.. karena aku kalau dipegang ngono yo ngga nyaman tho • mijetnya. Aku malah lebih seneng kalau orangnya tak pijet bioso ngono lho, mas. Ngga usah ngemek emek. Aku juga lebih enak ngerjainnya. Kalau aku udah ngomong gitu kan.. aku malah.. sio-sio tho mijetnya ketoe ra dinikmati ngono lho, mas. Karena setiap aku megang tamu ya kebanyakan mu tak pijet sampai selesai. Ya bermacem-macem, mas. Ono sik.. yo saking banyake, mas, jadi ngga terlalu inget. Soale kalau diinget marake mangkel. Soale kerja kayak gini asline tuh.. sini berlwanan tho, mas. Aku penginnya tidak melakukan jasa plus-plus, tapi karena pendapatan dari salon minim, .. ya terpaksa pekerjaan itu kulakukan. Sing penting aku ra sampe kekurangan mbayar kebutuhan bulananku Lha mbak kalau tadi ada yang W.I/No.25 • nyebelin mbaknya cuek aja ya? Masa bodo yang penting tugas saya sudah saya lakukan gitu lho.
61
ada pengunjung yang memberikan komentar baik. Kebutuhan akan penghargaan: berharap bahwa pijat yang dilakukan dinikmati pengunjung. Kebutuhan akan penghargaan: tidak senang bila pengujung memegang tubuhnya sewaktu dipijat. Kebutuhan akan penghargaan: menjalani profesi ini menimbulkan pertetangan batin. Kebutuhan akan fisiologis: berpikir bahwa, tanpa harus memberikan pijat plus, asal kebutuhan hidup terpenuhi merupakan hal yang diinginkan.
Kebutuhan akan penghargaan: mengutamakan pijat tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26.
27.
28.
Tugas saya pijet. Kalau dia nyebelin karena ini.. udah masa bodo yang penting aku udah ngerjain tugasku itu pijet. Mbaknya pengin dapet W.I/No.26 • pelanggan yang kayak gimana? Orang minta aneh-aneh ngga papa. Yang penting dipijeti ki piye yo.. ya penak ngono lho, mas, dijak ngobrol. Tapi jelas.. aku.. ngga mau nyari kayak gitu kayak gitu, • mas. Yang penting aku kerja kayak gitu lho, mas. Karena tahu sendiri kan salon kayak gini potong memang banyak tapi kan ngga sebanyak Johny Andrean. Karena • aku udah disibukkan dengan pekerjaan potong pun ngapain aku megang tapi itu ya karena motongnya cuma standar. Ya udah akhirnya ikut pijat juga kan. Aku waktu awal ikut masuk di salon.. • kan enga pijat. Lama-lama pijat tuh karena tamu bolak-balik milih. Nek ra gelem tenan njuk bali. Ya udah terjun lah ra popo lah. Awalawale yo kagok tho mas hurung kulino nyekel wong lanang. Soale.. waktu belum punya suami aku juga jarang bergaul sama laki-laki tho. Sempet takut gitu. Tak kuatkautin. Sing penting saya.. ngga.. apa ya.. ngapain takut, ngga salah. Intinya kerja. Kalau lagi pijat sama pelanggan W.I/No.27 • yang diobrolin apa, mbak, paling sering? Ya macem-macem. Kadang aku nanyain kerja apa, kuliah dimana, tergantung orangnya tho, tugasnya dimana. Ya biasa. Tapi kalau ngobrolin soal yang seks-seks itu aku jarang. Curhat-curhatan sama yang di W.I/No.28 • pijat? Curhat-curhatan? Ya masalah keluarga atau
62
memperdulikan tuntutan pengunjung.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: senang bila mendapat pengunjung yang bisa diajak ngobrol. Sungkan menolak keinginan pengunjung yang memilih dipijat oleh dia. Sebelum menikah jarang bergaul dengan laki-laki sehingga awal-awal melayani pijat terasa canggung. Kebutuhan akan keselamatan: alasan bekerja memberanikan dirinya untuk melayani pijat.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: mengobrol dengan pengunjung seputar pekerjaan dan kuliah.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: membicarakan masalah pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29.
masalah pribadi. Pernah tapi udah lama banget tuh • tamu.. langgananku.. Sekarang udah ngga balik lagi. Pernah tuh.. dia nanya yo anakmu umur berapa, dia yo.. enak lah diajak ngobrol. Tapi sekarang udah ngga balik lagi. Katanya tak.. sms..: “Aku sekarang lagi berusaha memperbaiki ekonomi.” Kan dia orangnya pisah sama istri tho. Ya udah intinya aku ngga mau nganggu orang yang.. ya udah ngono. Kalau sekedar tanya kabar ya tapi kalau ngejak ketemu engga. Kalau sama pelanggan akrabnya W.I/No.29 • kayak apa? Seakrab apa? Misalnya bisa deket banget, bisa sms-an tanya kabar. Apa ya udah habis pijat ya udah. • Dulu aku sampe pernah selingkuh. Tapi tiap hari aku terus kepikiran resikonya. Setelah tak timbangtimbang, akhirnya nggak tak terusin. Aku udah punya suami udah punya anak. Ya anakku baru setahun lebih waktu itu. Ada orang Surabaya. Dia ngomong kalau aku harep ditembung dewe karo bojoku. Tapi aku mikir belum tentu juga aku sama orang itu baik tho walaupun dia itu kaya. Dia kan punya usaha di Jogja. Elektronik di jalan Solo. Tapi aku mikir gini: “Ah orangnya aja masuk salonsalon. Seandainya nanti jadi suamiku belum.. belum tentu.. apa ya.. seperti suamiku yang sekarang. Nasibnya aja biasa tapi sama aku ngajeni. Makanya aku ngga mau terlalu banget sama suamiku. Emang dia orang ngga punya tapi aku menghargai perasaan dia. Sama aku pengine gini-gini kan baik. Apa salahe ya tho, mas, ya ngga papa tak jalani apa adanya aja. Ya pernah, mas,
63
dengan pelanggan. Menerima bila pelanggaan memiliki alasan pribadi untuk tidak kembali ke salon.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pernah selingkuh dengan pelanggan. Tetap memilih mempertahankan pernikahan sewaktu diajak menikah dengan selingkuhannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30.
31.
32.
33.
katakanlah dulu aku selingkuh. Tapi tiap hari aku berpikir ginigini yo ah tak timbang-timbang gitu lho. Tapi ya udah akhirnya ngga tak terusin. Selingkuhnya sama yang datang W.I/No.30 • ke sini mbak? Sama yang pijat? Dia ngga mau datang ke sini. Dia datang ke sini cuma sekali. Dia minta ditemuin di hotel. Tapi waktu itu kan pendekatan aku ngga ada niat ke situ tho. Ya udah. Tapi dia sama anak-anakku emang sayang. Lha aku salutnya di situ. Tapi aku mikir ah pasti lebih sayang orang tuanya sendiri. Cuma aku merasa kenalnya belum lama banget sih baru setahun. Terus mbak ini ganti ya W.I/No.31 • ngobrolin tentang jam kerja nih. Kerjanya dari jam berapa sampai jam berapa di sini mbak? Setengah sepuluh eh.. setengah sepuluh pagi sampai sembilan malem. Tiap bulan ada cutinya? Libur seminggu sekali. Kalau lagi ngga ada yang datang W.I/No.32 • biasanya ngapain mbak? J: Ngapa ya.. Seandainya aku.. punya nomor tamu ya coba tak sms. “Mbok ke sini mumpung lagi sepi.” Itu aja. Tapi kalau nemui • tamu sampai keluar saya engga. Engga pernah sekarang. Nemui itu cuma yang pernah seneng sama aku thok itu. Seandainya saya mau.. banyak. Aku harus keluar • nemui tamu banyak tapi aku ngga mau. Ngga berani.
Kalau di sini mbak ngobrolin W.I/No.33 • apa sama temen-temen? Ada yang soal rumah tangga, teman, ya macem-macem. Kadang 64
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: kagum dengan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anakya oleh selingkuhannya.
Bekerja dari 09.3021.00 dengan hari libur satu hari dalam seminggu.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pernah menemui selingkuhan di luar jam kerja. Kebutuhan akan keselamatan: tidak berani menemui pengunjung di luar jam kerja. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: berusaha mengajak datang pengunjung ke salon. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: berbagi cerita dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
permasalahan mereka masingmasing. Biasa. Semua ada deh yang diobrolin. 34.
35.
36.
37.
38.
Ini boleh dikatakan seharian di salon. Terus mereka udah kayak keluarga? Soalnya kalau keluarga kan tiap hari ketemu terus. Sedangkan di sini kan mbaknya kerja dari pagi sampai malem. Udah akrab banget kayak keluarga? Iya. Sering kangen sama keluarga di rumah? Sering. Kalau aku lagi diem-diem itu aku inget anakku. Jadi kadang mbayangin ah enaknya di rumah nonton tivi, kumpul sama anakanak. Terus kalau kangen piye mbak sama keluarga? Kebetulan kost-ku kan belakang. Kadang kalau aku emang kangen aku balik ke sana. Kalau perasaanku ngga penak aku langsung balik. Kadang kan.. yang momong kan mbak saya.. bawa sini anakku. Aku ya seneng. Soalnya kebetulan deket. Suaminya kerja juga ya? He eh. Kalau pulang jam berapa? Suamiku pulang jam lima. Pernah pergi rame-rame sama temen kapster? Pernah dulu piknik di Tawangmangu tapi itu tahu dua ribu.. kalau ngga salah tahun tahun dua ribu empat. Sering ngga mbak pergi ramerame? Udah lama ngga. Paling kalau pergi bareng-bareng itu kalau misalnya ee.. sesama kapsternya ada yang syukuran. Ada apa tuh baru bareng.
W.I/No.34 •
kapster seputar rumah tangga, teman, dan permasalahan. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: Mengakui bahwa teman-teman satu salon sudah seperti keluarga.
W.I/No.35 •
Sewaktu bekerja sering merasa rindu dengan keluarga, terutama anak.
W.I/No.36 •
Pulang bila merasakan rindu atau perasaan tidak enak terhadap anaknya. Anak diasuh oleh kakak.
•
W.I/No.37 •
Suami bekerja sampai pukul lima sore.
W.I/No.38 •
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pernah pergi berlibur bersama ke Tawangmangu. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pergi bersama dalam acara keluarga.
•
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39.
40.
41.
42.
43.
Acara keluarga gitu? He eh. Pemilik salonnya sering ke sini? Dulu hampir ditunggu terus. Sekarang ngga tau nih, jarang. Dulu seharian di sini. Aku sampai sms, cerewet buat salonnya ditunggu. Apalagi kalau ada ribut, bos-e yang tak onek-onekke. Kalau ngasih gaji datang sendiri? Dateng. Dia wayahe nggaji yo wis nggaji. Nek mau pulang itu ngasih gajinya. Tugasnya pemilik salon apa aja mbak? Ya kadang-kadang belanja-belanja. Ngecek apanya yang ngga ada. Kadang kalau pas lagi di sini tahu ada yang berantakan protes: “Ini beresin! Ini beresin!” Ya biasa. Tapi kalau ke sini mampirnya lama? Kalau berapa hari ini jarang. Mampirnya paling dua jam satu jam. Sama pemiliknya ngobrolin apa? Ya ngobrol tentang anak lah. Kan kebetulan bosnya udah punya anak tho. Tentang anak lah, tentang temen-temen.. temen-temen suaminya. Biasa. Akrab juga sama pemiliknya? Ya akrab. Kebetulan bos-e adikku he, mas. Oo.. adik sendiri? Hehe.. Tinggal di Jogja? Iya. Sering bareng acara keluarga? Aku jarang. Kalau pulang sih rumahku cuma deket. Ya kalau ketemu pas di sini aja. Kadang kalau aku pas ke tempat bapakku ya ketemu. Adiknya tahu kalau ini salon
W.I/No.39 •
•
•
Sekarang pemilik jarang menunggui salon. Meminta pemilik untuk menunggui dan bertanggung jawab bila terjadi keributan. Pemilik selalu datang bila memberi gaji.
W.I/No.40 •
Pemilik bertugas membeli barangbarang dan merapikan.
W.I/No.41 •
Bila berkunjung, pemilik berada di salon selama dua jam. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: membicarakan keluarga dan kehidupan pemilik.
•
W.I/No.42 •
• •
W.I/No.43 • 66
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: mengakui kedekatan dengan pemilik. Pemilik adalah kakak kandung. Jarang bertemu dengan pemilik, sebagai adik, kecuali di salon.
Pemilik meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44.
45.
plus? Kalau adikku.. seandainya tahu, dia ngga nyuruh. Dia ngomong gini: “Aku pokoknya tahunya yang penting kalian tuh pijat. Seandainya kalian mau apa-apa, itu hak kalian. Tapi kalau ada apaapa..” Dia ngga mau ikut nanggung gitu lho karena dia merasa ngga nyuruh. “Jadi, apapun sama kalian yang kayak gitu jangan nglibatke bos-e.” Karena resikonya besar kan, dari ini ini ini. Karena dimintain surat pernyataan bahwa ada apa-apa di salon ini dia ngga ikut nanggung. Seandainya suatu saat salon ini digrebek kan otomatis sing keno denda bos-e tho. Bos-e sekali keno dendo kan podo wae karo nyediake koyo ngono tho, mas. W.I/No.44 • Pernah digrebek? Saya ngga minta. Insya Allah ngga pernah. • Kalau pas musim puasa kan.. liat di tivi-tivi mesti nek tempattempat billiard apa tempat disko kan mesti di.. • Sini menyesuaikan kalau pas puasa. Sopan. Tutupnya pun ngga malem. Maksudnya sopan dari jam tutup atau penampilan? Ya jam tutup juga penampilan. Tapi kadang ada yang bandel, tapi kebanyakan pake baju yang rapi karena menghormati orang puasa. Karena sini orang Islam semua tho. Brarti belum pernah ada razia ya? Ngga minta. Ada yang ini ngga.. jadi anak W.I/No.45 • kesayangannya pemilik salon? Kalau anak kesayangan ngga ada. Cuma mungkin ono sing rodo digatekke terutama yang kerjanya • 67
surat pernyataan yang menyebutkan bahwa dirinya tidak bertanggung jawab bila terjadi sesuatu perihal layanan pijat plus.
Salon belum pernah dirazia. Kebutuhan akan keselamatan: tidak berharap salon terkena razia. Kebutuhan akan keselamatan: tutup lebih awal dan berpakaian sopan saat bulan puasa.
Pemilik salon lebih memberi perhatian bagi yang bekerja dengan baik. Bila terlambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46.
47.
48.
bagus, tertib. Itu yang paling digatekke. Tapi ne kerjo ambura.. opo yo.. Sing penting andakata dia brangkatnya mau siang.. atau.. Sini • kan kalau telat ngga dapet uang makan. Ya udah jangan salahkan kalau terus gajinya melorot. • Pokoknya biar mereka le berangkat tertib. Tapi kadang ada yang merasa cari uang kayak gitu kan nyantai tho, mas. Ya udah itu brarti kan pilihannya mereka. Tapi ya biasa, mas, ngga pilih kasih. Ya memang ada yang temen dari smp. Tapi kan selama di tempat kerja memandang mereka itu pegawai. Kalau mbaknya sendiri pernah W.I/No.46 • dikomentari apa? Disanjung ngga sama pemiliknya? Ora. Engga. Aku di sini tetep • pegawai. Di rumah mbakyu. Pernah aku berbuat kesalahan tho, digentak-gentak ngono tak tompo. Ya biar ngga mentang-mentang mbaknya gitu lho. Ya udah biasa. Temen-temen di sini tahu kalau itu tahu kalau itu adiknya mbak? Tahu. Mbaknya kan tadi ngomong ada W.I/No.47 • yang lebih diperhatikan. Lha, mbaknya liat piye? Iri atau pengin atau biasa aja? Aku karena liat kenapa iki diperhatikan, kenapa.. penyebabnya apa aku ngga iri karena tau alasane. Misale yo.. opo yo.. kenapa mereka merhatiken.. ada alasane saya ngga iri. Kecuali kok aku udah berusaha ini.. kok ngga seperti mereka, itu baru iri. Mungkin iri ya tapi aku irinya ngeliat tuh sik.. sik pantese gimana tuh. Terus ini mba di deket sini kan W.I/No.48 • toko-toko, ada orang jualan juga. Mereka tahu ngga sih
68
datang tidak mendapatkan uang makan. Ada teman yang sering berangkat terlambat. Ada kapster yang adalah teman smp pemilik, namun pemilik memandang semua sama sebagai pegawai.
Pernah dimarahi pemilik karena berbuat salah. Teman-teman kapster tahu bahwa pemilik adalah kakak kandungnya.
Kebutuhan akan penghargaan: tidak iri melihat ada yang lebih diperhatikan karena memang ada alasan logis.
Kebutuhan akan keselamatan: Tidak terlalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49.
50.
51.
kalau ini salonnya salon plus? Ngga tahu aku. Karena ngga mungkin tho mereka mau ngomong: “Itu salonnya ini-ini.” Tapi entah ya kalau tetangga di belakang tuh saya ngga tahu. Aku ngga mau mikir kayak gitu karena terlalu mikir kayak gitu ngga maju tho, mas. Orang pun ngga ngapangapain tetep dirasain gitu. Yang penting saya ngga nganggu mereka. Kalau ikut pikiran orang tau sendiri tho, mas, malah meracuni pikiran kita. Tapi kalau pas misalnya ini tadi W.I/No.49 • mbak pesen es jeruk? Ya biasa aja? Itu kan pesen es jeruk di • sebelah. Oo.. biasa. Tapi kalau mereka ketemu mbak? Ya biasa. Ketemu ya ngobrol-ngobrol biasa? Kadang kalau mau ke sebelah ya ngobrol sambil pinjem koran. Mbaca. Paling sok ngobrol soal keluarga. “Piye bu rame ngga?” Kan jual bakso tho dia. “Yo wis biasa. Alhamdulilah.” Ya wis cuma obrolan biasa. Jadi ngga tahu tho mereka. Mau ee.. pikiran sama kita di sini kan ngga tahu tho wong ketemunya biasa, ngobrolnya biasa. Pernah ada tetangga yang pijat W.I/No.50 • ke sini? Pernah. Minta plus juga? Pernah, tapi saya ngga melayani. W.I/No.51 • Mbak kalau beli makan? Di warung. Sebelah itu ada. Kadang sana agak jauh. Kalau lagi pengin makan sebelah, sebelah. Kalau lagi.. ngga pengin yang.. makan apa ya.. jauh-jauh pernah. Ngga tentu kok, mas.
69
memperdulikan dengan tanggapan tetangga di sekitar salon.
Tetangga bersikap wajar. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: kadang ngobrol dengan tetangga dan membaca koran.
Pernah ada tetangga yang datang pijat tapi kebetulan tidak melayani. Kadang membeli makan di sebelah, kadang agak jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52.
53.
54.
55.
Mbak nganggep salon ini.. apa ya.. tempat berlindung? Misale dari keluarga ya.. anggepane mbak kerja biasa. Ya kadang merasa seperti itu sih. Tapi yang penting ngga sepenuhnya tho. Ngga sepenuhnya di situ lho, mas. Aku kan juga ngga terlalu banget di situ. Ya kadang timbul seperti itu suatu saat, “Ah itu pijat kan gini-gini.” Mbak kerja di sini emang untuk nafkah utama atau bantu suami? Bantu suami. Kalau seandainya gaji suami cukup, saya penginnya ngurus anak di rumah aja. Tapi ngga cukup kalau aku ngga kerja. Mbak tadi ngomong kalau sebenernya ngga pengin kerja juga di sini apalagi sampai total banget. Lha terus mbak selama jalani profesi ini punya harapan apa dengan menjalani profesi ini? Mungkin dari uangnya mbak pengin bisa nyekolahin anak sampai tinggi atau punya harapan lain? Ya.. apa ya.. pokoknya menjalani seperti air mengalir aja. Penginnya sih ya.. aa.. kalau bisa aku menjalani kayak gini aku nabung untuk besok-besoknya. Apalagi kan udah punya anak. Ya.. ya.. seperti itu.. seperti umumnya aja. Umumnya kayak gitu. Nduwe harapan seperti itu. Misalnya ngga punya harapan seperti itu ah.. ya ngga kerja kayak gini lah. Mbak kan ngga mungkin terusterusan kerja di sini. Lha setelah di salon ini rencananya apa? Saya punya rencana pengin buka salon sendiri. Terutama di bidang rias. Ya pokoknya nelatenin yang seperti itu aja. Mungkin seandainya saya udah punya
W.I/No.52 •
Kebutuhan akan penghargaan: menganggap salon ini sebagai tempat kerja biasa karena merasa tidak sepenuhnya melayani pijat plus.
W.I/No.53 •
Kebutuhan akan penghargaan: alasan utama bekerja adalah untuk membantu suami mencari nafkah.
W.I/No.54 •
Kebutuhan akan aktualisasi diri: menabung untuk mencukupi kebutuhan di masa depan.
W.I/No.55 •
Kebutuhan akan aktualisasi diri: keinginan membuka salon rias dari mengumpulkan modal. Kebutuhan akan aktualisasi diri:
•
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56.
57.
58.
59.
60.
modal, penginnya saya buka sendiri. Jadi saya mau nelatenin yang ngga kayak gini. Penginnya kalau ada lulur, khusus wanita. Seandainya ada pijat pun penginnya yang bener-bener itu pijat. Ya.. yang kayak gitu kan los tho, mas, kerjanya. Ngga mikir di ini di ini, digrebek gitu lho. Ya walau mungkin.. namanya awalawal pasti prihatin dulu. Penginnya aku nyoba yang itu. Ngga pengin ada kayak gini-kayak gini. Engga. Mungkin besok ee.. kalau kepepete ra iso kerja salon ngene iki, ya.. pelan-pelan buka nyambi di rumah atau potong atau.. Pelan-pelan. Kalau mbak ML sama W.I/No.56 • pelanggan.. piye ya.. pikirannya ke mana sih mbak? Neng duit hehe..
Lha mbak pas misalnya lagi masa subur itu kan cewek dorongan seksnya lebih tinggi? Saya lebih.. menahan aja. Mendingan mikir ah nanti dilampiaske nang bojo. Tak tahan. Nah udah semua. Terus ini saya minta ee.. ini mbak data-data pendukungnya. Mbak anaknya berapa? Anak saya dua. Laki-laki semua. Umurnya? Yang satu empat tahun. Yang satu ee.. mau sebelas bulan. Masih kecil ya. Masih nyusu? He eh. Suami tahu kalau mbak kerja di sini? Ya tahu. Tapi suamiku kan tahu aku bisa potong, bisa creambath. Ya dia tahu aku kerja tapi dia ngga tahu kalau aku gelem kayak gitu. Seandainya tahu wah berape aku. Yang tahu mbak kerja plus
W.I/No.57 •
membuka salon yang bebas dari pijat plus.
Kebutuhan akan penghargaan: berhubungan seks dengan pengunjung untuk mendapatkan uang. Melampiaskan nafsu seks ke suami, bukan ke pelanggan.
W.I/No.58 •
Memiliki anak lakilaki dua yang berumur empat tahun dan sebelas bulan.
W.I/No.59 •
Kebutuhan akan keselamatan: menutupi pijat plus dari suami.
W.I/No.60 •
Yang mengetahui
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kayak gini siapa? Paling temen di sini. Tapi mereka ngga tahu aku sampai ML. Tapi seandainya mereka ngomongin aku wis masa bodo lah. Yang penting mereka ngga menyaksikan sendiri tho. Toh aku ngga terjun-terjun amat di situ. Namanya orang kan berpikirnya ah ngga mungkin-ngga mungkin tho. Tapi ya aku masa bodoh. Ya udah mbak itu aja. Makasih.
•
72
dirinya memberi pijat plus adalah teman satu salon. Kebutuhan akan penghargaan: tidak terlalu memperdulikan penilaian teman satu salon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara II Tanggal : 23 Juli 2007 Subjek : Wulan (nama samaran) Pukul : 11.00 WIB Tempat : Salon F No. 1.
2.
3.
4.
Pertanyaan dan Jawaban Ya wis ya mbak langsung mulai. Lha mbak wingi kan cerita di sini baru masuk hari kedua. Soalnya kemarin itu cuti. Sebelumnya.. di salon sebelumnya kerja dari kapan? Dari dua ribu enam sampai dua ribu tujuh. Itu alasannya apa cuti dari sana? Karena menikah dan hamil. Waktu di salon sebelumnya itu dapat gaji sebulan berapa? Ya.. kurang lebih lima ratus sebulan. Bersih itu lima ratus? Ya.. ya bersih lima ratus. Dapat makan siang, makan pagi, atau makan malam? Ee.. dapat uang makan sehari lima ribu. Terus kalau di sana mbak.. ee.. pijat plus ini kan maksudnya ngga cuma hubungan seks, tapi juga pake tangan. Sebulan orang yang minta pijat sama plus bisa sampai berapa? Kalau sama mbak sendiri? Ya ngga tahu ya. Ngga mesti soale aku kan ya ngga melayani kayak gitu. Jadi kurang tahu. Misale cuma pijat sebulan ya bisa tiga puluh satu kali, tiga puluh kali. Oo.. mbaknya sendiri bisa sampai tiga puluh kali pijat sebulan? Banyak juga lho. Tapi itu mbak yang.. tapi kalau ngga berhubungan seks.. pake tangan.. di sana mbaknya juga melayani? Ya gimana ya.. kadang kalau cocok harganya ya mau, kalau ngga ya ngga mau. Kalau sebulan bisa tiga puluh, sehari bisa berapa orang? Ya ngga mesti. Ngga mesti tiap hari
73
Koding W.II/No.1
•
W.II/No.2
•
Kebutuhan fisiologis: mendapat gaji Rp. 500.000,- termasuk uang makan satu hari Rp. 5.000,-.
W.II/No.3
•
Kebutuhan akan keselamatan: menyangkal bahwa dirinya memberi layanan plus. Pengunjung yang dilayani sebulan mencapai 30 orang.
•
W.II/No.4
•
•
Analisis Melanjutkan profesi yang sama di salon berbeda setelah sebelumnya melahirkan.
Kebutuhan akan penghargaan: kesediaan memberi layanan plus berdasarkan tarif. Kebanyakan pengunjung minta pijat biasa. Jarang yang minta plus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
6.
7.
8.
9.
nglayani kayak gitu kok. Paling pijat biasa. Kalau yang plus kayak gitu jarang. Terus mbak selain pijat bisa apa? Motong? Creambath? Atau..? Bisa. Lebih banyak mana orang datang potong, creambath, cuci muka, atau pijat? Yang mbak layani. Kebanyakan creambath sama facial. Dari gaji sama uang yang dikasih langsung pelanggan dipake buat apa aja? Ya kalau gajinya buat mbayar kost, buat mbayar apa gitu, kredit apa misale kredit motor ya buat mbayar motor, kebutuhan sehari-hari, buat apa lah itu kalau ada keperluan mendadak. Tapi kalau paling pasti, aku kan udah berkeluarga tho, punya anak. Jadi ya buat bantu suami mbayar kost, terus mbayar pembantu, buat beli susu anaknya. Selain dari gaji itu, kan lima ratus ribu dapat. Selain itu dapat berapa mbak dari pengunjung langsung? Ya ngga mesti. Ada yang ngasih seratus, seratus lima puluh. Tapi kan ngga tiap hari dapet. Bahkan paling seminggu sekali ngga mesti. Soale jarang yang mau tamu kayak gitu. Antara gaji dengan yang dari pelanggan langsung banyakan mana? Ya ngga bisa dipastiin he, mas, soale kan ngga mesti. Pelanggan mau kayak gitu kan ngga mesti. Jadi ngga bisa ditentukan hasil per bulannya.. gaji.. atau bonus dari orang itu.. kan ngga bisa ditentuin berapa sampai berapa. Dari uang itu, sisanya masih ada yang ditabung, mbak? Oo.. engga he. Engga ada yang ditabung soale habis buat keperluan sehari-hari. Tarifnya untuk plus-nya itu berapa, mbak?
74
W.II/No.5
• •
W.II/No.6
•
•
W.II/No.7
•
•
Memiliki keterampilan sebagai pegawai salon. Jasa yang diberikan lebih banyak creambath dan facial dibanding pijat. Kebutuhan fisiologis: gaji dipakai untuk kebutuhan harian dan bayar kost. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: gaji dipakai membeli susu untuk anak.
Mendapat Rp. 100.000 – Rp. 150.000,- dari satu kali layanan plus. Masih dipotong Rp. 50.000,- sebagai biaya pijat yang diserahkan ke pemilik salon. Besarnya bonus dari pengunjung tidak pasti.
W.II/No.8
•
Tidak tersisa gaji untuk ditabung.
W.II/No.9
•
Batas maksimal tarif adalah Rp. 150.000,-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.
11.
Seratus lima puluh. Ya mentokmentoke seratus sampai seratus lima puluh. Terus mbak nentuin tarifnya seratus lima puluh itu dasarnya apa? Apa tanya temen-temen apa.. pas pertama mbak kerja lho. Ya dari pengalaman temen-temen. Ya soale kan.. salon kan sekarang banyak saingan. Kalau kita pasang tarif mahal banget kan nanti ngga laku. Tapi kalau murah kan ya menyangkut harga diri kita. Jadi ya.. jadi.. wajar-wajar. Sejajar gitu lho. Kita.. ada timbal baliknya ngga terlalu.. merugikan tapi kita ngga rugi, kita juga ngga rugi. Jadi kita kan sama-sama enak. Mbak setelah ditawar gitu biasanya ngasih harga berapa? Seratus lima puluh langsung? Ya segitu seratus lima puluh. Kadang kalau orangnya.. apa.. udah jadi langganan ya nawar, paling seratus. Tapi kalau sama yang baru-baru masih bisa ditawar atau udah pas? Ee.. ya.. Itu kan tergantung tamu. Kadang ada tamu yang langsung mau, ada yang nego. Jadi ya tergantung pada tamu. Walaupun tamu baru atau tamu lama tapi kalau dia mbayar segitu, kita kan ya.. ngga tahu wong namanya kayak gitu. Selama di salon itu kerjanya.. banyak pelanggan yang balik lagi sama mbaknya? Ya.. ya satu dua lah ada yang mbalik. Soale kan saya bisanya cuma pijat-pijat aja. Tapi kalau udah langganan pijat paling ya.. ada yang balik ada yang engga. Mungkin dia juga mau itu lah.. cari yang lain. Mau coba-coba yang lain kali. Sama yang baru berarti lebih banyak mbak daripada yang langganan tetap.. yang datang lagi? Ya ngga mesti. Ya langganan ada yang dateng ada yang engga. Kadang yang
75
•
•
W.II/No.10
•
•
W.II/No.11
• •
•
Besarnya tarif mengikuti petunjuk dari teman. Kebutuhan akan penghargaan: harga diri mempengaruhi tarif.
Kebutuhan akan penghargaan: memberikan tarif yang lebih murah bagi pelanggan. Harga yang diberikan masih bisa ditawar
Memiliki pelanggan dua orang. Berasumsi bahwa pengunjung berkeinginan mencoba kapster lain sehingga tidak kembali lagi. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: kecocokan dengan pelanggan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12.
13.
14.
15.
baru-baru juga banyak. Kan ngga mesti kita kerja di salon gitu tamunya ada apa engga kita ngga tahu. Ngga bisa dipastiin. Kalau yang balik lagi, menurut mbak kenapa mereka balik lagi? Ya mungkin karena dia merasa cocok aja.. opo.. pijat sama aku. Mungkin pijat sama aku.. ngga tahu ya. Yang penting.. yang balik lagi brarti kan cocok. Lha kalau dari pelanggan-pelanggan itu ee.. pernah dapat komentar apa mbak? Dari pelanggan? Iya. Ya.. masksude komentare gimana? Ya.. misale mbak e enak atau.. Oo.. gini ya.. terus orangnya kan ngomong.. :”Kenapa mas kok mbalik sini lagi?” “Ya karena asyik aja sama kamu, Bisa diajak curhat, bisa ngobrol, pijetnya juga enak.” Kutanya ngomonge kayak gitu orange.. pelanggannya. Ya karena cocok aja enak, bisa ngobrol, pijat-nya juga enak. Jadi merasa cocok kan mbalik lagi ke sini. Gitu. Kalau mbak sendiri sama pelanggan juga curhat-curhatan? Iya. Terus yang diomongin apa biasanya? Ya.. ada yang masalah keluarga, masalah pekerjaan. Ya cuman itu. Pelanggannya kebanyakan sudah menikah atau masih bujang? Ya.. kebanyakan yang udah menikah. Yang bujang juga ada. Tapi kebanyakan yang udah menikah, udah berkeluarga. Beda ngga.. pijat sama langganan sama pijat sama orang baru mbak? Ya ada bedanya. Kalau udah langganan kita enak. Mau ngapa-ngapain kan kita udah saling kenal. He eh kan? Jadi kan ngobrol. Apa yang diobrolin.. apa yang itu kita kan udah.. udah.. itu ya.. sreg
76
W.II/No.12
•
Kebutuhan akan penghargaan: menjadi teman curhat bagi pelanggan dan teman ngobrol.
W.II/No.13
•
W.II/No.14
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: membicarakan masalah keluarga dan pekerjaan dengan pelanggan. Kebanyakan pengunjung sudah menikah.
W.II/No.15
•
•
Merasakan perbedaan melayani antara pengunjung baru dengan pelanggan. Khawatir terjadi kesalahpahaman dengan pengunjung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16.
17.
18.
19.
kayae. Udah itu kayak.. udah akrab gitu lho. Kalau yang masih baru kan masih.. agak-agak gimana ya.. agak takut apa gimana soale masih baru. Takutnya nanti ngomong gini atau ngomong gini takutnya salah. Pernah ada yang tersinggung? Ya.. selama ini belum sih. Belum pernah. Tapi sama pelanggan-pelanggan baru biasa aja tho? Maksude biasa aja.. berusaha ngobrol-ngobrol aja ma dia? Ya biasa. Ee.. kalau mbak sendiri.. seneng ngga punya pelanggan tetap? Ya seneng. Seneng banget. Senenge ngopo mbak? Akrabe apa karena wah ini.. Ya.. brarti kan aku selain dapat penghasilan juga punya banyak temen. Jadi kan ada temen. Ee.. itu selain di salon, sama pelanggannya di luar kontakkontakan? Oo.. ya.. tergantung. Kalau cuma masalah curhat ya kadang aku.. mau diajak curhat. Tapi kalau masalah yang lain misale kayak pacar-pacaran atau dolan hura-hura ngga ada itune ya aku ngga mau karena aku ngga mau ada masalah nantinya. Gitu. Kesalahpahaman apa gimana. Orang kan ngga tau. Lha makane aku nek sekedar curhat lewat sms apa.. apa.. ya tek balesi karena kita berteman. Tapi kalau melebihi.. kalau kita keluar main, karena kita yang ngga penting-penting.. ya aku ngga bisa, ngga mau. Pernah keluar pergi bareng sama pelanggan? Oo.. pernah makan bareng sama itu curhat. Udah gitu aja. Tapi cuma sebatas itu aja ya? He eh. Habis itu pulang lagi ke kost. Ngga lebih dari itu. Cuma kita makanmakan, curhat, udah.
77
•
baru. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: merasa bebas dengan pelanggan.
W.II/No.16
•
Berusaha bersikap wajar kepada pengunjung.
W.II/No.17
•
Kebutuhan fisiologis: mendapat penghasilan dari pelanggan. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pelanggan dianggap sebagai teman.
•
W.II/No.18
•
•
W.II/No.19
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: sms menjadi sarana untuk menjalin hubungan dengan pengunjung. Menolak berhubungan dengan pengunjung yang tidak memiliki tujuan yang jelas.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pergi dengan pelanggan dan curhat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20.
21.
22.
Kalau ini mbak.. pelanggan yang nyebelin ada? Yang ngga cocok. Ya kadang ada. Pernah sih aku sekali dua kali ada tamu yang apa.. yang nyebelin. Cuma aku ya tek bilangi sekali dua kali halus. Dia ngga bisa ya udah tek tinggal aja. Tek tinggal keluar. Mbilangine piye mbak? Mbilangine yo.. “Mas, kalau bisa yang sopan lah. Kita kan itu.. apa.. sesama manusia harus saling menghormati.” Gitu. “Walaupun aku kerja di salon tapi aku juga ngga mau dilecehin karena aku juga sama-sama manusia. Aku di sini niatnya kerja. Ngga lebih dari itu. Tolong hargai.. apa.. ya.. tolong hargai aku lah.” Cuma.. mbak sama pelanggan.. yang nyebelin agak tegas juga ya mbak? Menolak juga ya? Lha iya. Lha.. mbak.. kalau namanya cewek ni ya.. denger-denger kan kalau lagi masa-masa subur itu.. ee.. setelah haid itu kan.. nafsunya tinggi. Padahal mbak kerja di sini.. kan juga hubungannya sama.. cowokcowok gitu kan. Pijat gitu. Terus mbaknya penyalurannya gimana? Oo.. kalau saya sih biasa aja. Soale saya kan di sini kan memang niatnya kerja, ngga lebih dari itu. Misalpun apa.. ee.. misale apa.. lagi.. apa.. masa subur kayak gitu kan kalau bukan sama pasangannya sendiri kan aku ngga ada minat atau.. ngga ada nafsu lah untuk kayak gitu-gitu kan ngga ada yang kepikiran. Karena aku di sini niatnya kerja cari uang. Jadi kalau soal-soal kayak gitu sih.. selama ini belum pernah terpikirkan. Ngga pernah terpikir kayak gitu-kayak gituan gitu lho. Terus.. ee.. sama pelanggan itu banyak yang akrab? Ha? Sama pelanggan banyak yang
78
W.II/No.20
•
•
Berani meninggalkan pengunjung menyebalkan. Kebutuhan akan penghargaan: menuntut sikap hormat dari pelanggan.
W.II/No.21
•
Kebutuhan fisiologis: dorongan seks dilampiaskan ke suami.
W.II/No.22
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: senang memiliki pelanggan, meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23.
24.
25.
26.
akrab? Ya.. ya itu ya.. ya tergantung tamunya, mas. Tergantung pelanggannya. Kalau pelanggannya baik, diajak ngobrol enak ya banyak. Tapi kan kalau pelanggannya nyebelin ya ngga mau aku. Sering sms-an sama pelanggannya? Ya.. tergantung. Sms-nya soal apa. Terus aku ya tertentu lah apa.. misale berteman atau sms sama orang kan aku ya.. aku pilih-pilih. Maksudnya pilihpilih itu ya.. gimana nantinya orang ini mau bikin masalah apa engga. Karena walaupun cuma gara-gara sms atau apa.. nanti bisa terjadi salah paham.. sama keluarganya, sama istrinya, ataupun siapa yang di rumah. Makane ya.. kalau cuma sekedar itu..sekirane ngga bermasalah ya sms-an ngga papa lah. Gitu. Lha biasane mbak yang sms duluan apa.. mereka yang sms duluan? Mereka yang biasanya sms dulu. Kadang sering curhat, kadang sering apa. Kalau aku punya pulsa terus aku minat ya tak balesi. Gitu aja. Ini soal kegiatan di salon ya. Mbak kerja dari jam berapa sampai jam berapa? Dari setengah sepuluh sampai setengah sembilan malam. Itu.. akrab juga sama temen-temen kapsternya? Oo.. akrab banget. Ya.. kita kerja sama kan kita harus rukun, harus akrab karena kita sama-sama cari uang, cari rejeki. Jadi kita harus saling rukun terus akrab gitu lho. Lha pas ngga ada pelanggan, ngapain sih sama mereka? Ya paling ngobrol-ngobrol. Curhat atau ngomongin apa atau dolan bareng kemana. Ya cuman itu. Ya menyangkut.. paling masalah keluarganya dia, keluarganya aku. Gitu.
79
cukup selektif untuk menjalin kedekatan.
W.II/No.23
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: membalas sms dari pengunjung. Selektif dalam membalas sms karena ingin menjauhi masalah yang mungkin muncul.
W.II/No.24
•
Jam kerja dari 10.3020.30 WIB.
W.II/No.25
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: mengakui kedekatan dengan teman satu salon.
W.II/No.26
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: topik yang dibicarakan dengan teman kapster menyangkut keluarga. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pergi bersama.
•
•
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Lha kalau pergi kemana? Kalau pergi paling ke mall atau paling.. pergi belanja beli apa.. terus barengbareng sama temen kapster. Gitu. Lha mbak.. ee.. mbak nganggep temen-temen di salon seakrab apa sih mbak? Apa udah kayak.. keluarga sendiri apa temen deket banget? Ya.. udah apa ya.. deket banget lah, seperti kakak adik, seperti keluarga, sepeti kakak beradik. Gitu. Akrab. Ngomong-ngomong soal keluarga, padahal ini mbak di salon dari pagi sampe malem. Sering kangen sama keluarga? Ya. Pas lagi kangen terus piye mbak? Ya paling cuma nyertitain. Kalau ngga nyeritain paling ya.. ngelamun. Ngelamunin keluarga? Iya. He eh, ngelamunin keluarga. Lha yang dilamunin apa mbak? Seneng-seneng atau ngumpulngumpul bareng mereka? Ya.. ya.. saat bercanda, bareng-bareng, ngumpul, kadang makan bareng saat bersama keluarga. Ya itu. Lha kalau sama pemilik salonnya sendiri akrab? Mbak ini kan baru, anggap aja sama salon yang dulu aja. Ya akrab soale sebelum aku kerja di sini, waktu aku kerja di salon lain, itu udah pada kenal. Jadi ya sama yang punya salon ya akrab. Pemiliknya di salon terus apa ngga? Oo.. ngga mesti. Kadang di salon, kadang di rumah. Ngga pasti. Terus ya.. obrolannya ya.. apa.. curhat-curhat juga sama pemiliknya? Ya.. ya.. curhat-curhat. Terus tanya ada tamu berapa, kalau yang punya ke sini, yang punya salon. Curhatan. “Gimana anakmu? Gimana keluargamu?” Ya pokoke curhat-curhatan lah, mas. Cerita, ngobrol-ngobrol. Biasa.
80
W.II/No.27
•
Pergi bersama ke mall, atau ke tempat lain.
W.II/No.28
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: menganggap teman kapster sebagai satu keluarga.
W.II/No.29
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: menceritakan keluarga kepada teman kapster sebagai penyaluran rasa rindu. Melamunkan kegiatan saat bersama keluarga.
•
W.II/No.30
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: mengakui kedekatan hubungan dengan pemilik salon.
W.II/No.31
•
Pemilik tidak selalu berada di salon.
W.II/No.32
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pemilik menjadi teman berbagi seputar keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33.
34.
35.
Kalau tugasnya pemilik salon apa mbak? Tugasnya yang di sana. Tugasnya yang di sana? Ya. Soalnya aku denger-denger nih pemiliknya cuma nyediain tempat aja. Lha kalau yang mbaknya kerja, pemilik salonnya ngapain aja? Ya kalau pas.. yang punya di situ paling duduk-duduk. Jadi kasir. Paling ngawasi ono apa. Gitu. Atau nyuruhnyuruh apa. Gitu. Lha kalau liat di tivi nih mbak, kan ada.. menjelang puasa.. itu tempattempat bilyard, tempat disko.. dugem.. itu kan dirazia, digrebeki. Lha terus punya pengalaman dapet kayak gitu ngga mbak waktu di salon itu? Oo.. ya Alhamdulilah selama di salon saya belum pernah apa ya menangi atau kena razia. Alhamdulilah belum pernah selama saya kerja di salon. Kebetulan ada razia kayak gitu, entah aku lagi libur, atau lagi di kampung. Gitu. Oo.. brarti salonnya pernah dirazia gitu juga mbak, tapi waktu kebetulan mbaknya lagi ee.. libur gitu? Pernah aku pas kerja di situ. Cuman aku ngga menangi karena aku lagi pulang kampung. Jadi pas waktu salonnya dirazia tapi aku ngga di tempat, gitu lho. Aku lagi libur. Pernah tho dirazia cuman aku ngga menangi, aku lagi libur di kampung. Terus pemiliknya gimana waktu ada kejadian kayak gitu? Ya denger-denger sih, karena aku ngga tahu ya kejadiaannya, cuma dengerdenger ya pemiliknya ya.. gimana ya.. mungkin melindungi. Denger-denger ya menutupi apa gimana gitu. Apa ya.. mungkin ngomong baik-baik sama yang razia itu apa sogokan uang. Aku juga ngga begitu paham gitu lho. Soale aku kan ngga di tempat. Cuma dengerdengernya ya.. yang punya itu yang
81
W.II/No.33
•
Pemilik salon bertugas mengawasi keadaan.
W.II/No.34
•
Salon pernah dirazia namun dia sedang libur sehingga tidak mengetahui dengan pasti kejadiannya.
W.II/No.35
•
Kebutuhan akan keselamatan: pemilik salon melindungi dari razia yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36.
37.
38.
39.
ngurus. Gitu. Terus ini mbak kalau pemiliknya di sana ada perjanjian ngga sih. Pokokmen ini.. dia cuma nyediain tempat.. ya tempat pijat. Nah, terserah kalian mau ngapain aja. Apa emang dia juga mewajibkan untuk ada plusnya itu mbak? Oo.. itu ngga. Kalau yang punya itu ngga mewajibkan harus kayak gitu. Itu ngga. Itu kan tergantung sama anaknya di dalem. Kan namanya.. yang punya kan.. mau pijat kan silahkan di dalem. Jadi kan apa yang dilakukan di dalem orang kan ngga tahu. Jadi yang punya kan ngga tahu masalah kayak gitu. Ya mungkin.. ada yang tahu ada yang engga. Tapi kalau masalah tempat dia emang nyediain. Tapi kalau masalah hal-hal yang lain.. di dalem ngapangapain kan.. yang punya ngga tahu. Pemiliknya sendiri.. dia ada yang ini ngga.. jadi anak kesayangannya pemilik? Ya mesti ada lah. Satu-satunya orang mesti ada jadi anak kesayangan bos mesti ada. Mbak e piye? Disayang juga sama bos? Ya.. ya.. kalau aku sih biasa-biasa aja ya hehe... Dibenci engga, disayang juga engga. Biasalah kalau aku. Tapi kalau liat temennya mbak.. ada yang lebih diperhatikan piye? Ya ngga papa. Itu kan urusannya sama yang punya. He eh tho? Itu kan urusannya sendiri. Kalau aku niatnya kerja ya kerja. Yang penting ngga bikin masalah. Itu aja. Pernah pergi bareng sama pemilik? Ya sering. Ya ke mall, kadang diajak belanja ke pasar. Kalau pas lagi libur apa pas lagi apa jalan-jalan bareng, makan bareng. Sering. Rame-rame mbak sama tementemen di salon? Iya, rame-rame. Kalau pas lagi ulang
82
W.II/No.36
•
•
W.II/No.37
•
•
Pemilik hanya menyediakan tempat pijat dan tidak mewajibkan kapster untuk memberikan layanan plus. Layanan plus diberikan dari kesediaan si kapster sendiri. Beranggapan bahwa pemilik tidak mengetahui adanya layanan plus.
Ada yang lebih diperhatikan pemilik diantara temantemannya. Merasa diperlakukan sewajarnya oleh pemilik.
W.II/No.38
•
Tidak terlalu memperdulikan perhatian dari pemilik karena niat yang ada untuk kerja dengan baik.
W.II/No.39
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pergi dengan pemilik ke mall, pasar, jalanjalan, dan makan. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: merayakan ulang taun
•
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40.
41.
42.
43.
44.
45.
taun atau keluar sering bareng, makan bareng. Terus mbak waktu ini.. mbaknya waktu kerja di salon itu dulu masih single? Iya, masih single. Keluarga tau ngga mbak? Ya, tau. Saya kasih tau kalau saya kerja di salon tapi saya kan cuma kerja sebatas kerja. Ngga lebih dari.. lebih dari.. yang aneh-aneh orang bilang itu. Gitu. Jadi keluarga ya asal bisa jaga diri ngga masalah, memperbolehkan. Tapi keluarga tahu ngga kalau salon pijat tuh.. seringnya ada plusnya? Oo.. karena ibuku di kampung, jadi ngga tau lah. Kalau tetangga-tetangga di sekitar salonnya sendiri piye mbak? Tanggepannya? Ya tanggepane ada yang cuek, ada yang apa.. dipergunjingkan, ya ada yang baik. Ya namanya orang kita kan ngga tau tho. Ada yang baik, ada yang sirik, ada yang ini itu.. tapi ya Alhamdulilah aku di lingkungan situ ya baiklah. Soale kayak gitu kan tergantung etika kita. Mau kerja dimana kalau kita sopan sama orang, kita punya etika, ya mesti.. ya mesti orang menghargai kita. Sama-sama gitu lho. Tapi pernah minta ada ini.. dari lingkungan itu.. warga minta salon itu ditutup? Oo.. ya.. belum. Selama aku kerja belum pernah denger. Sekitar-sekitar salonnya apa sih? Toko atau warung makan? Oo.. ya ada warung makan, dealer, ya ada ruko-ruko, ya komplet lah, ada warung-warung, ada apa. Gitu. Tapi tuh.. tetangga-tetangga tahu kalau.. ee.. pijatnya ada plusnya? Ya ada yang tahu, ada yang ngga paling. Lha mbaknya sendiri.. dari keluarga mungkin ngga disetujui ya mbak? 83
W.II/No.40
• •
•
W.II/No.41
•
•
bersama dan sering makan bersama. Pertama kali bekerja di salon belum menikah. Kebutuhan akan keselamatan: menyembunyikan detail pekerjaan ke keluarga. Mendapat ijin dari keluarga untuk bekerja di salon.
Tanggapan tetangga atas kehadiran salon ini beragam. Ada yang acuh dan ada yang anti. Kebutuhan akan keselamtan: berusaha beretika baik agar diterima lingkungan.
W.II/No.42
•
Lingkungan menerima keberadaan salon.
W.II/No.43
•
Bentuk usaha di sekitar salon beragam. Ada ruko, dealer, dan warung.
W.II/No.44
•
W.II/No.45
•
Berasumsi bahwa ada tetangga yang tahu dan ada yang tidak perihal pijat plus. Kebutuhan akan keselamatan: keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46.
47.
48.
49.
Ya mesti ngga boleh lah soale kalau denger-denger salon itu kebanyakan ada plus-plus kayak gitu.. ya mesti keluarga ngga boleh lah. Terus waktu kerja kan mbaknya nikah, waktu nikah ini suaminya tahu kalau salon ini ada plusnya? Tahu. Tapi? Tapi sebetulnya ngga boleh tapi.. tak.. setelah tak kasih tau ya itu kan tergantung pribadi kita. Karena yang masuk salon kan ngga semua harus kayak gitu. Kan engga. Kalau kita niatnya kerja gini-gini kita kan juga dapet duit soale kan yang punya salon ngga meng.. mengharuskan kerja kayak gitu. Walaupun suami ngga boleh, aku ngomong apa adanya, yang penting aku niat kerja. Ngga macem-macem kayak orang itu karena itu kan tergantung pribadi kita. Terus suami ya.. terpaksa boleh ngga boleh, akhirnya memperbolehkan. Lha mbak alasannya mbaknya kerja di salon apa mbak? Ya mencari tambahan untuk mbantu suami karena kalau.. ngandalin suami kan ngga cukup buat kebutuhan seharihari, buat anak, buat rewang, buat ini itu kan ngga mencukupi. Jadi alasan saya kerja ya untuk membantu opo.. untuk mencukupi kebutuhan seharihari, untuk kebutuhan anak. Lha waktu pertama kali kerja di salon itu, apa mbaknya langsung ngasih plus? Oh engga. Engga. Saya masuk ya pijat. Kecuali kalau tamunya udah minta plus ya plus yang kayak apa. Kalau bisa saya jalani, kalau engga ya saya cuma pijat aja. Gitu. Waktu pertama kali nglakuin itu mbak itu karena dimintai pelanggan.. sering dimintai pelanggan apa juga dari tementemen kapster sendiri yang nyuruh?
84
tidak mengijinkan bila sampai mengetahui pijat plus. W.II/No.46
•
•
W.II/No.47
•
•
Kebutuhan akan keselamatan: berbohong pada suami bahwa dia tidak memberikan pijat plus. Mendapat ijin dari suami dengan terpaksa.
Kebutuhan fisiologis: bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan aktialisasi diri: bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak.
W.II/No.48
•
Awal bekerja tidak langsung melayani pijat plus.
W.II/No.49
•
Pertama kali memberikan pijat plus karena permintaan dari pelanggan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50.
51.
52.
Ya karena pelanggan yang minta. Gitu. Sebelumnya pernah kerja dimana mbak? Ee.. di toko elektronik sama di mall di restoran masakan cina. Tapi kok akhirnya milih di salon? Ya karena gimana ya.. ya karena ya.. karena di salon tuh lebih enak. Maksudnya lebih enak kan nyantai. Kita kalau ada tamu dikerjain, kalau ngga ada tamu kita cuman dudukduduk. Gitu. Saya tuh lebih asyik, badan lebih terawat, ngga terlalu cape. Dibandingkan sama di toko kan harus full seharian, ini-itu ini itu. Kalau di salon kan ada tamu dikerjain, kalau engga ada tamu kita cuman dudukduduk, ngobrol-ngobrol, apa nyante. Ya alasannya cuman itu. Lha mbaknya yang diutamain kalau kerja di salon itu pijatnya atau layanan yang lain, kayak creambath, potong rambut? Ooo semua kulayanin kok. Mau creambath, potong rambut. Itu ngga ada yang kuutamain. Tergantung tamunya mau minta creambath atau apa semua tak layanin kok. Aku jadi ngga milihmilih harus apa.. pijat atau crembath itu engga. Semua tak layani. Mau crembath ya tak layani creambath, mau pijat pijat. Gitu. Lha mbaknya kalau di salon kenapa ngga milih di salon yang ngga nyediain pijat? Yang salon-salon biasa aja. Ya karena di si.. di Jogja ini kan jarang yang salon-salon biasa kayak gitu. Kebanyakan salon kan yang ada pijatnya. Kalau apa yang.. salon ada pijatnya kan rame. Jadi kan itu pendapatannya lebih lumayan. Kalau salon-salon biasa kan sepi. Udah gitu kan jarang salon-salon yang kayak gitu, harus bener-bener pake kursus, sertifikat, kelulusan apa kecantikan apa rias apa. Kalau salon biasa kayak gini
85
W.II/No.50
•
• •
Sebelumnya bekerja di toko elektronik, mall, dan restoran. Alasan bekerja di salon karena santai. Kebutuhan fisiologis: karena santai sebagai kapster, tidak terlalu cape dan badan lebih terawat.
W.II/No.51
•
Tidak memilih-milih dalam melakukan tugas sebagai kapster.
W.II/No.52
•
Kebutuhan akan keselamatan: memilih bekerja di salon yang menyediakan pijat plus dibanding salon biasa karena menganggap bahwa salon dengan pijat plus lebih ramai. Ragu untuk bekerja di salon biasa karena merasa tidak memenuhi syarat.
•
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53.
54.
55.
56.
57.
kan ngga pake syarat-syarat, sertifikat. Lha mbaknya ngerasa aman ngga mbak kerja di salon kayak gini? Maksudnya biarpun ada pijatnya tapi karena pake nama salon.. itu ngerasa aman mbak? Ya selama ini sih aku merasa amanaman aja karena aku kerja di tempat yang bener, yaitu salon. Kan orang pada tahu salon itu tempat apaan..? Sesekali ngerasa agak takut? Woh jangan-jangan karena ini kan nyediain pijat plus, suatu saat jangan-jangan itu salon ini ditutup atau gimana ada yang protes atau gimana? Ya rasa takut itu ada ya soale ya.. kita kan ngga tau. Namanya temen satu sama lain ada yang kayak gitu, ada yang engga. Nanti pas kebetulan dapet yang lagi kayak gitu kan kita semua kena. Gitu lho. Kadang rasa takut itu ya ada sih sedikit-sedikit. Cuma ngga begitu khawatir soale ya.. aku kan kerjane cuma kerja bener. Gitu lho. Terus mbak pekerjaan ini yang utama untuk cari nafkah? Ooo engga. Engga. Ini kan cuma untuk sekedar daripada di rumah nganggur. Kan buat cari tambahan, mbantumbantu suami. Misalpun ada kerjaan lain ya kerja lain. Karena sekarang susah cari kerjaan ya.. untuk cari tambahan ya.. mungkin sementara kerja di salon dulu. Gitu. Aku kerja ngga kuutamain karena suami masih tanggung jawab. Gitu. Jadi kan cuma mbantu-mbantu. Gitu. Daripada di rumah nganggur. Cari tambahan. Masih dikasih suami? Masih karena kan punya anak. Namanya anak ngga tau apa-apa jadi ya.. jadi kan masalah urusan keuangan masih dikasih. Suami ngasih. Buat anak soale. Mbak njalani profesi gini punya harapan pribadi apa mbak?
86
W.II/No.53
•
Kebutuhan akan keselamatan: merasa aman bekerja karena mengatasnamakan salon.
W.II/No.54
•
Takut bila suatu saat salon ditutup. Ketakutan itu timbul karena ada kemungkinan teman melaporkan kegiatan pijat plus. Kebutuhan akan keselamatan: memberanikan diri karena merasa bekerja tanpa melanggar norma di masyarakat.
•
W.II/No.55
•
•
Kebutuhan akan keselamatan: alasan bekerja karena untuk mencari tambahan. Mantan suami masih bertanggung jawab memberikan nafkah.
W.II/No.56
•
Menganggap mantan suami bertanggung jawab kepada anak dengan tetap memberikan nafkah.
W.II/No.57
•
Kebutuhan akan memiliki dan cinta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58.
59.
Maksdunya? Misalnya pengin buka salon sendiri. Jadi salon jadi tempat buat belajar. Kalau dari mbak sendiri apa? Mungkin ee. Cari tabungan buat anaknya sekolah atau mbaknya punya harapan pribadi apa? Oo kalau aku sekedar kerja aja cari uang ya masa depan anak, mbantumbantu lah. Sementara ngga ada kerjaan ya.. ya.. buat itu.. kebutuhan sehari-hari, buat nabung untuk masa depan anak. Kalau untuk pribadi sih ngga ada. Aku ngga niat atau ngga minat untuk buka sendiri atau pengin punya salon. Sama sekali ngga pernah. Dalam hati kecilku ngga ada keinginan untuk buka salon sendiri. Cuma sekedar kerja aja. Keinginannya ke depan apa sih mbak? Mungkin dari hasilnya pengin apa? Dari hasilnya itu pengin buat keperluan, kadang pengin buat ini, pengin itu, beli apa, beli apa. Ya kadang pengin nabung. Ya cuman itu. Buat nanti sewaktu-waktu perlu uang, buat masa depan anak, buat aku kebutuhan beli. Masih mbantu-mbantu keluarga? Oo engga. Engga soale ibuku kan jualan ya sudah punya usaha sendiri.
87
•
•
ingin bisa menyekolahkan anak. Kebutuhan akan penghargaan: bekerja untuk mengisi waktu luang. Kebutuhan fisiologis: bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
W.II/No.58
•
Kebutuhan akan aktualisasi diri: ingin menabung bila suatu saat memerlukan uang.
W.II/No.59
•
Tidak mengirimkan uang untuk orang tua di rumah karena mereka memiliki penghasilan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara III Tanggal : 29 Juli 2007 Subjek : Dewi (nama samaran) Pukul : 13.00 WIB Tempat : Salon F No. 1.
2.
3.
4.
Pertanyaan dan Jawaban Ya wis mbak. Mbak e kerja di sini dari kapan? Ee.. taun.. dua ribu tiga. Sampai sekarang? He eh sampai sekarang masih. Kan udah punya anak mbak? Ee.. saya dari dulu sebelum kerja sudah punya anak. Oo.. brarti ngga pernah cuti? Ee.. ya kan.. satu bulannya diadakan empat kali libur. Jadi kita libur itu untuk anak, untuk keluarga. O iya ya ya. Terus sebelum kerja di sini di mana mbak? Saya.. sebelum kerja di sini pernah kerja jadi SPG Sari Ayu. Oo.. Sampai berapa lama? Ee.. saya sistemnya kontrak. Jadi dua taun. Terus akhirnya kok malah mutusin di.. Ee.. ya apa.. apa ya.. dulu pernah ditinggalin suami hehe. Jadi.. apa.. memutuskan untuk kerja di salon. Penghasilannya kan lumayan bisa nyekolahin anakku, bisa untuk semuanya.. mencukupin.
Koding W.III/No.1
•
W.III/No.2
• •
Ini.. penghasilan utama dari salon ini? Penghasilan utama kalau saya dari salon. Ee.. ngga punya tambahan lain mbak dari mana? Engga. 88
Sebelum bekerja sudah memiliki anak. Mendapat jatah libur yang digunakan untuk berkumpul dengan keluarga.
W.III/No.3
•
Sebelumnya bekerja sebagai SPG produk kecantikan selama dua tahun.
W.III/No.4
•
Kebutuhan akan keselamatan: alasan utama bekerja di salon adalah mencari nafkah setelah ditinggalkan suami. Kebutuhan fisiologis: bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: bekerja untuk menyekolahkan anak. Bekerja sebagai kapster merupakan nafkah utama.
•
•
5.
Analisis Sudah bekerja di salon F selama empat tahun.
W.III/No.5
•
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
7.
8.
9.
10.
W.III/No.6 Terus sebulan di sini dapat berapa? Sebulan kalau saya gaji tetapnya sekitar delapan ratus. Delapan ratus? Ya gede ya.. Ya engga lah hehe. Kan banyak diutangin hehe. Paling tidak terimanya cuma empat ratus karena sudah dipotong bon, potong utang. Kalau ngebon buat apa mbak? Kalau ngebon ya buat makan anaknya hehe. Buat makan, buat ongkos pulang. Kan ini di sini dapat makan siang? Engga. Kita kan duit tiap bulannya jadi ee.. delapan ratus itu kan sama gaji, sama bonus, sama.. ee.. apa.. uang makannya. W.III/No.7 Itu mbak kalau pijat tarifnya berapa? Ee.. kalau di luar kan tarifnya lima puluh ribu. Kalau di dalem itu.. ya itu terserah kita. Tergantung tamunya. Tergantung diri kita juga. Kita ee.. melayani apa aja. Kalau dari plusnya sebulan dapatnya W.III/No.8 berapa? Ee.. ya kita kan engga juga sih. Kadang-kadang kalau pas lagi rame ya lumayan. Ya apa.. kadang-kadang kalau tamunya engga apa.. engga pelit, kita dikasih tips. Kadang ya tamune juga ya.. udah cape-cape mijit ngga dikasih duit. W.III/No.9 Ee.. besar mana dari gaji sama pelanggan langsung? Ee.. ya tak liat-liat ya besar yang dari pelanggan tho. Kalau gaji kan ngga seberapa. Pelanggannya kan lebih besar tho. Kalau kita dapat tamu. Kalau ngga dapat tamu ya engga tho hehe. W.III/No.10 Lha sebulan tamunya berapa orang sih? Dari pijat sama mbak sendiri. Ya itu.. kadang-kadang tiga puluh ke bawah. Kalau saya ngga terlalu ini banget lah, biasa aja. Tiga puluh ke bawah atau kadang-kadang empat puluh ke bawah. Taruhlah empat puluh orang tiap bulannya.
89
•
•
Gaji sebulan Rp. 800.000,-, termasuk uang makan dan potongan hutang. Kebutuhan fisiologis: bekerja untuk mencari makan dirinya dan anak.
•
Kebutuhan akan penghargaan: besarnya tarif pijat plus ditentukan dengan tawar-menawar.
•
Penghasilan dari pijat tidak tentu jumlahnya. Kebutuhan akan penghargaan: berharap mendapat tips dari pengunjung.
•
•
Penghasilan yang diperoleh dari pijat plus lebih besar dibanding gaji.
•
Sebulan bisa melayani pijat sampai empat puluh orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11.
Kalau yang datang mesti minta plus mbak? Engga juga. Ada orang dateng tuh bener-bener dia tuh sakit. Udah tuh dia pengin disembuhkan. Ada juga yang taruhan, “Lha mbaknya bisa pijit ngga? Kalau bisa pijit nanti tak kasih duit.” Kita kadang-kadang kan seneng gitu lho. Seneng kan mijitnya yang bener. Ada juga ya pelanggan yang datengnya iseng-iseng pengin kayak gitu. Lha mbaknya seneng nglayanin yang mana? Pijet biasa atau tambah? Ee.. kalau saya ya paling seneng apa.. dalam hal ini saya kerja tho. Jadi kudu mijit dulu biar dia sehat. Jadi orangnya kan ngga bosen kalau.. “O ya, pijitannya enak.” Kalau saya kayak plus gitu ngga paling utama.
W.III/No.11 •
13.
Lha yang utama? Yang utama di pijit. Bisa banyak temen, banyak tamu, banyak ini kan bisa curhat, bisa ngobrol.
W.III/No.13 •
14.
Gajinya mbak pake buat apa aja? Kalau gaji saya paling pol kan delapan ratus dipotong bon. Sekarang sering nompo cuma empat ratus. Empat ratus itu kan untuk mbiayai sekolah anak saya. Masih ada yang ditabung? Ee.. saya.. kali karena kebutuhan saya banyak jadi jarang nabung. Mbaknya nentuin besarnya tarif apa mbak? Waktu awal-awal kerja ngga langsung terjun ke plus kan? Kalau saya engga juga. Saya orangnya ngga mau kayak gitu itu. Saya ngga langsung terjun. Malah saya ngga tau kalo salonnya ada kayak gini. Terus taunya dari pelanggan yang minta? Ee.. iya dari pelanggannya. Dapet pelanggannya kok bisa kayak gini. Baru kita tau. Lha.. kalau ngliat orangnya,
W.III/No.14 •
12.
15.
16.
90
•
W.III/No.12 •
•
•
W.III/No.15 •
•
W.III/No.16 •
Tidak semua pengunjung minta pijat plus. Kebutuhan akan penghargaan: senang bila memberikan pijat tanpa plus.
Kebutuhan akan penghargaan: merasa senang karena bisa menyehatkan pengunjung. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: menghindari rasa bosan pengunjung. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: senang punya banyak teman dan berbagi cerita. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: gaji untuk membiayai sekolah anak. Tidak tersisa uang untuk ditabung.
Awal-awal kerja tidak melayani pijat plus karena tidak tahu. Dari pelanggan mengetahui adanya pijat plus.
Mematok tarif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17.
18.
19.
20. 21.
mbaknya pengaruh ke harga? Misalnya orangnya baik udahlah kasih murah. Engga juga. Aku ngga pernah tarif langsung murah. Ya sama aja lah. Karena kalau kita tarif murah mengko malah orangnya malah ini ee.. karena tamu itu kadang-kadang mulutnya ember. Kita ngga kayak gitu dibilang kayak gitu. Sebenarnya tergantung diri kita sendiri. Lha terus pelanggannya banyak yang balik lagi mbak? Ee.. kalau pelanggannya balik iya. Ada yang balik ada yang engga. Banyakan yang mana? Ya.. kebanyakannya ya engga lah hehe. Ya dua-duanya sama lah. Sedeng. Ada yang balik ada yang engga tho hehe. Itu tergantung pelayanan kita. Kita baik ngga sama apa.. sama pelanggannya. Terus mereka balik alasannya apa mbak? Ee.. alasannya pijitannya, mbaknya ee.. apa.. kalau tempat curhat enak. Kan tamu itu masuknya salonnya kadangkadang bukan karena ngejar nafsu semata. Dia punya masalah di rumah tangganya, dia.. kalau punya temen untuk curhat, cerita. Jadi dia minta pendapat. Oo.. nek pijat ya mesti curhat-curhat gitu mbak? Curhat-curhatan. Lha.. kalau selain di tempat kerja.. di salon ini, mbaknya sama pelanggan kontak-kontakan ngga? Engga blas. Saya ngga mau kayak gitu. Saya.. berangkat.. ee.. kalau saya berangkat pagi, udah masuk salon, pulang langsung pulang ke rumah. Ngga pernah kemana-mana lagi. Ee.. anaknya bareng di kost? He eh anaknya di rumah saya semua. Terus.. pelanggannya yang nyebelin piye mbak? Oo.. pelanggan yang nyebelin ada juga. 91
•
W.III/No.17 •
•
W.III/No.18 •
sama kepada pengunjung. Kebutuhan akan penghargaan: menghindari kesan jelek di mata pengunjung.
Kebanyakan pengunjung adalah orang baru. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: menganggap kembalinya pengunjung juga ditentukan sikapnya kepada pengunjung. Kebutuhan akan penghargaan: menjadi tempat bercerita oleh pengunjung.
W.III/No.19 •
Sama sekali tidak berhubungan dengan pengunjung di luar jam kerja.
W.III/No.20 •
Anak tinggal bersama.
W.III/No.21 •
Kebutuhan akan penghargaan: menolak secara halus pelanggan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22.
23.
24.
Ee.. dia ngrayu-ngrayu, tangannya gratilan hehe. Tangannya kebanyakan gratilan sih orangnya. Terus piye mbak diatasine? Kita kan ngatasinya dengan baik. Kita ajak ngobrol. Ya kita pinter-pinter ngrayu lah. Kita muluk-muluk. “Saya sekarang ngga ini, mas. Besok aja ya kapan-kapan masnya ke sini lagi. Bener deh.” Ditolak tapi secara halus. Kita ngrayu dia biar dia ngga macemmacem. Tapi kalau kita pake kasaran kan ya namanya tamu kadang-kadang ya.. kayak gitu lah orangnya. Tapi kalau gitu lembut, kita nasehatin baikbaik, pasti dia ini lagi.. akhirnya dia ya: “Iya mbak, aku ngehargain mbaknya.” W.III/No.22 • Lha mbaknya kalau ini.. lagi nafsu biasanya kalau habis M, piye mbak penyalurane? Ee.. saya terus terang aja. Kalau aku ini ee.. nafsu, saya kebanyakan nafsu sama suamiku sih hehe. Jadi aku kebanyakan ininya sama suamiku sih. Jadi aku terus terang aja ya, aku sayang banget suamiku, jadi aku ininya sama suamiku. Jadi ingetnya suamiku. Tak salurkan sama suamiku. Lha mbaknya ML di sini, plusnya ini W.III/No.23 • cuma sekedar hasrat atau cari uang? Ee.. kita kan nyari uang. Bukannya karena hasrat, bukannya senengseneng. Yang utama kan uang biar • anakku bisa sekolah, bisa makan, bisa semua. Ya sebenernya di mata Tuhan itu salah tapi demi anak ya.. apapun kita lakukan. Yang penting kan suaminya ngga tau. Terus mbak waktu ML yang dipikiri apa? Ee.. ngga mikir apa-apa. Biasa aja. W.III/No.24 • Nah ini ngobrolin waktu luang. Mbaknya kerja dari jam sepuluh sampai setengah sembilan. Kalau lagi waktu kosong di salon? Ngobrol tentang suaminya, tentang anaknya, tentang keluarga. Kan asyik • 92
yang menyebalkan.
Melampiaskan dorongan seks ke suami, bukan ke pelanggan.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: bekerja untuk meyekolahkan anak. Kebutuhan akan keselamatan: menutupi tentang pijat plus kepada suami.
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: mengobrol dengan teman kapster tentang anak dan keluarga. Membatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
26.
27.
28.
29.
tho untuk ngobrol. Nek curhat? Ya kita curhat-curhatan. Tapi kalau prinsip saya, saya ngga mau terlalu terbuka banget sama temen-temen karena kan temen ada yang bisa kita ajak temen, ada yang engga. Daripada kita curhat tentang pribadi kita ternyata di belakang kita orangnya ngga seneng, ngge mana? Mendingan kita cari curhat di lain tempat. Apa temen di luar kerja. Kalau sama pelanggan mbaknya juga mbatasi? Ee.. kalau saya sama pelanggan saya perlu mbatasin. Mana yang normalnormal yang baik, mana yang engga. Karena namanya salon tuh kadang kita perempuan sama laki-laki kan.. kadang ada simpati juga, ada senengnya. Kalau kita ngga bisa menjaga batas-batas normal ya.. kasian dong. Kita nyari duit niat utama kita apa.. kerja itu. Kalau sama temen kapster dan pelanggan akrabnya sampai sejauh apa mbak? Ya akrabnya sebagai teman. Tamu kita anggap biasa aja. Karena apa, kalau sampai dia milih orang lain kita sakit hati hehe. Jadi santai-santai aja. Ee.. sama temen-temen kapster ini sering pergi keluar bareng? Kalau saya jarang sih mainnya bareng. Kecuali kalau ada yang sakit apa hajatan baru bareng-bareng. Tapi kalau ke tempat-tempat yang lain yo engga. Engga ada yang bareng. Keluarga sering nengok ke salon? Ee.. keluargaku ya.. saya.. kalau keluargaku ngga suka sih ya. Artinya ya.. namanya salon ya biasa aja. Kalau pas kangen sama mereka piye? Ee.. kangen sama mereka kan ada telepon. Dibel. Mandang fotonya juga kan sama aja. Mbaknya sama pemilik akrab? Akrab.
93
pembicaraan karena ada rasa tidak percaya.
W.III/No.25 •
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: menjaga agar tidak timbul perasaan cinta kepada pelanggan.
W.III/No.26 •
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: menjaga sebatas teman agar tidak iri bila pengunjung tidak memilih dirinya.
W.III/No.27 •
Kebutuhan akan memiliki dan cinta: pergi bersama bila menengok teman kapster sakit atau ada hajatan.
W.III/No.28 •
Menelpon atau sekedar memandang foto bila rindu pada keluarga.
W.III/No.29 •
Kebutuhan akan memiliki dan cinta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30.
31.
32.
33.
Kan adiknya salah satu yang kerja di sini? Oo.. sama pemiliknya kita kan temen jadi akrab. Apalagi udah lama berapa taun kita kerja kan ya.. kayak sahabat tho. Jadi.. apa.. antara bos sama kita ngga ada jarak jauh. Seolah-olah temen. Ngga ada antara bos dan anak buah. Terus menurut mbaknya, pemilik salonnya sama mbaknya gimana sih? Sikapnya? Oo.. sikapnya baik. Dia adil. Sama siapa aja dia adil. Ngga pernah mbedambedakan kapster ini, ini, ini. Ngga pernah. Semua disamakan di sini. Kalau dimarah, marah satu ya marah semua. Jadi ngga ada yang dibedabedakan. Tapi kalau ada yang lebih diperhatikan, mbaknya piye? Ee.. ya kita ngliat aja diri kita sendiri. Kenapa dia kok diperhatikan, kenapa kita tidak. Apakah ada kesalahan apa di diri kita sendiri. Ya kita iri kan pasti ada. Tapi kita harus refleksi diri dulu. Ada apa dengan kita kok bisa dia yang diperhatikan, kita tidak. Lha kalau pemilik salonnya menilai ke mbak gimana? Ee.. kalau pemilik salon menilai saya kali ya biasa-biasa aja lah. Sama aja sama yang lain. Saya paling bandel di sini. Saya kalau libur ngga pernah pamitan hehe. Tapi ngga dimarahin? Ee.. paling ngga ditegor, diomongin. Ya dia maklum lah keadaanku bagaimana. Potong gaji ya? Hehe. Hehe kok tau? Hehe. Iya dong. Potong gaji. Tanggapanya mbak.. tetanggatetangga salon piye? Biasa aja. Ngga ada yang usil ama kita. Karena kita juga terapkan sopan santunnya yang baik, tata krama yang
94
menganggap pemilik sebagai sahabat.
W.III/No.30 •
Menganggap pemilik bersikap adil.
W.III/No.31 •
Berpikir logis apabila melihat ada teman yang lebih diperhatikan.
W.III/No.32 •
Pemilik salon menilai dirinya biasa. Kadang membolos kerja dan mendapat teguran serta pemotongan gaji.
•
W.III/No.33 •
•
Kebutuhan akan keselamatan: bersikap baik dengan tetangga. Akrab dengan tetangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34.
35.
36.
baik. Mbaknya akrab sama tetangga? Ya.. tak akrab semua sama tetangga. Kiri kanan juga akrab. Ngga ada yang kita musuhin. Apa sering ngobrol-ngobrol? Sering. Ya kadang kalau pas sepi kita ke sebelah ngobrol. Duduk ngobrol. Kita ledek-ledekan, biasa. W.III/No.34 • Mbaknya takut ngga kalau suatu saat salonnya dirazia? Ee.. makanya, kita kerja di salon tuh tergantung diri kita sendiri. Kalau kita pinter-pinter mbawa diri ya Insya Allah • ngga ada razia. Tapi kalau kita ngga pinter mbawa diri ya kayak gitu. Ngapain kita takut. Lha salonnya mbak anggep sebagai ini ngga.. jadi ngga ketahuan ada plusnya? Cuma pijat sama perawatan lain. Ya piye ya.. biasa aja ah. Karena itu kan tergantung pribadi kita sendiri. Soal plus tergantung mau kita sendiri. Bukan semua orang mau kita kayak gitu. Itu ngga kan baik juga. Ya kalau dia sehat, lha kalau dia punya penyakit? Eman-eman dong. Cuma dapet duit berapa, kita punya penyakit. W.III/No.35 • Lha emang ngga pake kondom mbak? Ee.. kalau soal kayak gitu ya.. aku ngga tau juga sih. Ya kali iya. Lha selama ini ngga pake pelindung? Pake dong. W.III/No.36 • Terus ini mbak alasan utamanya menjalani profesi ini apa cuma sekedar cari uang, atau mbaknya punya harapan pribadi? Saya dulu pernah dikecewakan lakilaki. Udah itu ya.. kayak gitu lah. Jadi dulu saya pertama masuk salon tuh niatku satu, pengin balas dendam sama laki-laki. Aku.. niatku bukan cari uang • tapi kok tak liat-liat nyari uang di salon gampang. Dengan mulut kita, kita bisa pinter ngomong kita dapet duit. Bisa
95
Tidak takut bila ada razia karena menganggap mampu membawa diri. Kebutuhan akan keselamatan: khawatir bila tertular penyakit seks.
Memakai kondom bila berhubungan seks dengan pelanggan.
Kebutuhan akan keselamatan: alasan pertama bekerja di salon untuk membalas dendam pada laki-laki, namun kemudian merasakan kemudahan mencari uang. Kebutuhan akan memiliki dan cinta: bekerja untuk anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37.
38.
39.
cukup lah untuk makan satu hari, untuk anaknya. Di situlah maka saya seneng. Tapi akhirnya sampai sekarang niatku nyari duit untuk anak. Bukan untuk siapa-siapa. Kalau harapan lebih, jangka panjang, kerja di sini apa? Saya pegin dapet duit banyak. Udah itu saya keluar dari sini saya bisa buka usaha yang lebih baik. Brarti kayak cari modal? Iya dong. Apa namanya.. suatu saat kalau anaknya sudah besar kan tau masalah salon mbarang malah bahaya tho. Jadi selama ini kan semua belum ada yang tau apa salon itu. Ya emang sih ada yang ngga kayak gitu. Itu tergantung diri dia sendiri gitu lho. Dia mau ngga nglakukan hal kayak gitu. Keluarga ngga ada yang tau? Temen-temen? Engga. Itu cuman diri kita sendiri. Ya udah itu mbak. Makasih. Iya, makasih juga. Makasih ya.
96
W.III/No.37 •
Kebutuhan akan akutalisasi diri: mendapat modal untuk membuka usaha.
W.III/No.38 •
Kebutuhan akan keselamatan: tidak ingin anaknya tahu pijat plus yang dilakukan.
W.III/No.39 •
Kebutuhan akan keselamatan: menutupi pekerjaan pijat plus.