Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro • 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Hasil Analisa Terkait dengan Fungsi Ekologis RTH kawasan Pusat Kota Ponorogo • Kurangnya jumlah ruang terbuka hijau dan belum maksimalnya penggunaan vegetasi pada masing-masing ruang terbuka hijau eksisting yang mampu menyerap debu dan polusi • Belum maksimalnya penggunaan vegetasi dengan variasi jenis yang sesuai sebagai penunjang kualitas ekologis • Diperlukan adanya area teduh sebesar 60% dari keseluruhan luas area ruang terbuka hijau untuk memaksimalkan fungsi ekologis Berkurangnya Polusi & Debu : ruang terbuka hijau • 44% responden merasa bahwa • Dibutuhkan adanya penambahan jumlah dan keberadaan RTH belum dapat menyerap luasan ruang terbuka hijau pada kawasan dan & meminimalisasi polusi dan debu pusat kota Ponorogo dikarenakan kurangnya jenis vegetasi • Penambahan ruang terbuka hijau pada yang mampu menahan angin dan kawasan komersial dimungkinan apabila 10memfilterisasi polusi dan debu. 20% dari luas keseluruhan luas lahan Keragaman Jenis Vegetasi : difungsikan sebagai ruang terbuka hijau • 63% responden berpendapat bahwa • Diperlukannya variasi dan keragaman jenis keragaman jenis vegetasi khususnya vegetasi yang dapat menyerap polusi, debu vegetasi berjenis pohon, perdu dan dan merupakan vegetasi lokal 16 penutup tanah masih belum bervariasi.
Fungsi Estetika
Pada area alun-alun kota masih terlihat kurangnya variasi jenis warna yang mampu menjadi penarik pandangan dan menciptakan nilai estetika pada area tersebut. Pada taman kota di depan kantor kabupaten sudah terlihat adanya variasi jenis warna dan tekstur dari vegetasi yang mampu menarik pandangan dan menciptakan kesan estetis
Pada jalur hijau terutama pada kawasan pusat kota belum terlihat adanya variasi penggunaan vegetasi berwarna sehingga terkesan monoton, akan tetapi pada area tersebut di sebagian ruas jalan sudah terlihat adanya perbedaan tekstur yang juga dapat menciptakan nilai estetis dari area tersebut.
Hasil Analisa Fungsi Estetika Ruang Terbuka Hijau • 97% responden sepakat bahwa ruang terbuka hijau eksisting masih kurang tertata dan minim variasi vegetasi dengan tekstur dan warna yang mampu menarik pandangan sehingga dapat menciptakan kesan estetis dari ruang terbuka hijau kota. 17
Fungsi Sosial Budaya Ekonomi •
Sebesar 87% responden memilih untuk melakukan aktivitas di luar ruang pada waktu akhir pekan khususnya di area alun-alun kota, taman kota dan lapangan olahraga yang ada pada kawasan pusat kota.
Kedua taman ini kurang aksesibel bagi penggunanya sehingga keberadaannya kurang diperhatikan masyarakat.
• 43% responden berpendapat bahwa suatu ruang terbuka hijau sebaiknya dilengkapi bangunan beratap, permainan yang aman untuk anak-anak, area teduh yang aksesibel, fasilitas penerangan, tempat duduk dan kebersihan yang memadai, adanya kios yang dapat menampung pedagang kaki lima sehingga kondisi yang kurang teratur dapat dihindari serta pagar pembatas yang mampu menciptakan batas antara jalanan dengan area ruang terbuka hijau
Hasil Analisa Terkait dengan Sosial Budaya dan Ekonomi RTH kawasan Pusat Kota Ponorogo
• Dibutuhkan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat beraktivitas masyarakat terkait dengan fungsi sosial, ekonomi dan budaya kota. • Ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai landmark kota yang mampu meningkatkan citra pariwisata kota Ponorogo. • Kurang aksesibelnya taman kota untuk dijangkau oleh masyarakat. • Dibutuhkan adanya penambahan jumlah dan luasan ruang terbuka hijau untuk mendukung fungsi ekologis dan mendukung aktivitas ruang luar masyarakat.
18
Kawasan yang Dapat Difungsikan Sebagai Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
19
Triangulasi Data
Kriteria Ruang Terbuka Hijau Kriteria Proporsi dan Ruang Terbuka Hijau untuk memaksimalkan fungsi ekologis kawasan : • Luasan ruang terbuka hijau minimal sebesar 30% (20% RTH Publik dan 10% RTH pekarangan) • Untuk memenuhi proporsi dRTH perlu ada penambahan proporsi luasan rth, yaitu pada : a. Taman kota b. Jalur hijau dan pulau jalan c. Taman lingkungan di area pemukiman d. Di sepanjang daerah sempadan sungai e. Penyebaran RTH kota tersebar di seluruh kawasan dengan merata dan saling terhubung.
Proporsi dan Distribusi RTH No
Fakta Empiris (Hasil Analisa)
1.
• Proporsi luasan ruang terbuka hijau hanya terdiri dari ±0,8 % (4,25 Ha) dari keseluruhan luas wilayah kawasan pusat kota. • Distribusi ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo masih terkonsentrasi pada area yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kota.
Referensi ( Teori dan Regulasi ) • UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (pasal 29 ayat 2)
Pendapat Pakar • Purnomohadi dan Joga ( 2007 ) • Haryadi ( 2005 )
• KTT BUMI (Earth Summit) tahun 2007 yang dilaksanakan di Rio de janeiro
20
Faktor Penyebab Kurangnya RTH No
Fakta Empiris (Hasil Analisa)
2.
• Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas kepadatan penduduk memicu bertambahnya luasan lahan pemukiman sehingga mengurangi luasan RTH • Adanya Perubahan Fungsi lahan pada kawasan pusat kota yang mengarah pada area jasa komersial dan perkantoran
Referensi ( Teori dan Regulasi ) • Pedoman pelaksanaan pembentukan kawasan perumahan kota (Kemen PU, 1987)
Pendapat Pakar • Subroto dan T. Yoyok Wahyu • Sihombing (2010)
• The parks dan waterbodies plan (Singapore’s Urban Redevelopment authority)
Kriteria Ruang Terbuka Hijau
Kriteria ruang terbuka hijau pada kawasan pemukiman padat : Memaksimalkan fungsi area hijau pekarangan dengan menghijaukan area pekarangan minimal sebesar 20% dari luas keseluruhan lahan. Memaksimalkan penggunaan lahan-lahan kosong sebagai ruang terbuka hijau publik (taman lingkungan). Menggunakan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan sebagai area hijau untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan kualitas ekologis kawasan. Kriteria Ruang Terbuka Hijau pada area jasa Komersial dan Perkantoran: Ruang terbuka hijau juga dapat dimaksimalkan pada area jasa komersial dan jasa perkantoran yang juga berfungi sebagai ruang terbuka hijau yang disesuaikan dengan proporsi ideal antara KDB dan KDH yaitu 40% : 60% dari keseluruhan luas lahan. 21
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau No 3.
Fakta Empiris (Hasil Analisa)
Referensi ( Teori dan Regulasi )
Pendapat Pakar
Fungsi Ekologis : • Dibutuhkan adanya ruang - ruang terbuka hijau yang mampu menyerap polusi dan debu serta menciptakan iklim mikro dan berfungsi sebagai ruang publik • Kurangnya penggunaan vegetasi yang mampu menciptakan keteduhan dan mampu menyerap polusi dan debu
• Suharto (1998)
• Joga ( 2010 )
• De Chiara (1982)
• Setyowati (2008)
• Ramelan (1994)
• Attayaya (2009)
Fungsi Estetika : • Kurang estetisnya penataan lansekap pada kawasan ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota Ponorogo • Diperlukan penggunaan vegetasi dalam berbagai bentuk dan warna untuk memaksimalkan fungsi estetika dari ruang terbuka hijau kota
• Zahnd (1999)
• Dicki ( 2009 )
Fungsi Sosial Budaya Ekonomi: • Perlu adanya ruang terbuka hijau bagi publik yang mampu berfungsi sebagai wadah aktivitas masyarakat dan juga memiliki daya tarik wisata untuk menjamin keberlangsungan kota Ponorogo
• Purnomohadi (2006)
• Haryadi (2008) • Dahlan (1994)
22
Kriteria Ruang Terbuka Hijau • Pemenuhan proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau dalam berbagai bentuk dan fungsi untuk memaksimalkan fungsi ekologis dari ruang terbuka hijau • Taman kota yang berfungsi sebagai wadah bagi aktivitas masyarakat • Adanya taman-taman lingkungan dalam lingkungan perumahan yang mampu melayani masyarakat pada kawasan tersebut • Memaksimalkan penghijauan pada daerah sempadan sungai untuk meningkatkan nilai ekologis dan nilai estetika kawasan. • Memaksimalkan fungsi ruang terbuka hijau pada jalur hijau dan pulau jalan melalui pentaan lansekap area sehingga mampu berfungsi secara ekologis dan meningkatkan citra kota melalui nilai estetika area tersebut Komponen utama dalam penataan Ruang Terbuka Hijau Kota yang harus dipenuhi : •Pepohonan dengan kriteria bentuk tajuk (kanopi), keseimbangan antara besaran batang dan tajuk. •Hamparan rerumputan •Perdu berbunga, yaitu pepohonan yang pendek dengan keanekaragaman warna bunga. Penggunaan jenis vegetasi dengan kriteria : • Vegetasi berjenis pohon peneduh dengan kepekaan tinggi dan mampu menyerap timbal. • Vegetasi yang memiliki aroma dan bau untuk meredam polusi udara • Penggunaan vegetasi dengan perakaran yang tidak merusak pondasi dan perkerasan • Penggunaan jenis vegetasi yang aman dan tidak berbahaya • Penggunaan vegetasi dengan tipe tahunan (evergreen) untuk memaksimalkan penyerapan polusi dan memperkuat kesan estetis • Penggunaan perpaduan tanaman lokal untuk menciptakan kesan estetis dan menciptakan identitas kawasan • Penggunaan vegetasi berwarna, berdaun dan berbunga indah untuk lebih menampilkan kesan estetis ruang terbuka hijau. • Adanya sarana dan prasarana pendukung ruang terbuka hijau yang memadai sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan mewadahi aktivitas masyarakat 23
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo Pemenuhan proporsi ruang terbuka dapat dimaksimalkan dengan penambahan ruang terbuka hijau pada area pemukiman, area sempadan sungai dan memaksimalkan penghiijauan pada jalur hijau.
24
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo 1 .
Konsep RTH Alun-alun kota AREA BERJUALAN
Penggunaan vegetasi lokal yang mampu meredam polusi
2 .
Konsep RTH Taman Kota Beringin, Mahoni dan Pohon Asem
Area Olahraga sebagai fasilitas kesehatan bagi masyarakat kawasan pusat kota Ponorogo Area seni berupa panggung pertunjukkan sendra tari dan Reog
Perpaduan warna dan tekstur vegetasi mampu meningkatkan nilai estetika kawasan
Penggunaan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi, debu dan menciptakan keteduhan
Penggunaan ornament seni Reog yang berfungsi meningkatkan nilai estetis dan pencipta identitas kawasan
25
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo 3.
Konsep RTH Taman Lingkungan
Memaksimalkan Lahan Kosong Sebagai RTH
4.
Konsep RTH Jalur hijau dan pulau jalan
Penggunaan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan berrfungsi sebagai peneduh Jalur pedestrian selebar ± 2 m untuk memudahkan aksesibilitas
Penggunaan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan berrfungsi sebagai peneduh Jalur hijau sebagai pembatas jalan dua arah menggunakan vegetasi yang mampu menyerap polusi dengan perpaduan warna dan tekstur daun untuk menciptakan kesan estetis
26
Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau kawasan pusat kota Ponorogo 5 .
Konsep RTH Taman Makam Pahlawan
- Untuk memaksimalkan fungsi ekologis area ini didominasi oleh area hijau sebesar 80 % dan area terbangunnya adalah sebesar 20 % - Penggunaan vegetasi lokal dengan kerapatan sedang yang mampu menyerap polusi dan debu (Beringin, Mahoni dan pohon Tanjung) - Mempertahankan bentuk eksisting dari TMP
6 .
Konsep RTH Daerah Sempadan Sungai
Area hijau dengan jarak minimal 5-10 m untuk mencegah erosi dan memaksimalkan fungsi ekologis
-
-
Lahan sepanjang daerah aliran sungai peruntukannya dikembalikan sebagai area ruang terbuka hijau dengan luas minimal 5 meter yang ditambah jalan inspeksi untuk perawatan dan penghijauan agar tetap berfungsi secara optimal Penggunaan vegetasi peneduh dengan perakaran kuat yang dapat menyerap polusi dan debu 27
Kesimpulan • Mempertahankan bentuk RTH publik yang telah ada • Pemenuhan proporsi RTH dengan menambahkan luasan RTH terutama pada kaw. Pemukiman dan daerah sempadan sungai • Penyebaran RTH yang Merata diseluruh kaw. Pusat kota • Memaksimalkan penggunaan lahan kosong dan ruang-ruang yang terbentuk antar bangunan pada area pemukiman sebagai RTH • Pengembangan perpaduan fungsi lahan antara RTH dan area perkantoran serta komersial • Memenuhi Kebutuhan Masyarakat kaw. Pusat kota Ponorogo akan RTH dengan Konsep Penataan RTH: a. Alun-alun Kota b. Taman Kota c. Jalur hijau dan Pulau Jalan d. Taman Makam Pahlawan e. Daerah Sempadan Sungai
Saran Pemerintah : • Menyusun pedoman & rencana pengelolaan RTH • Melakukan kampanye dan sosialisasi • Mengembangkan insentif dan disinsentif bagi masyarakat
Masyarakat : • Mendukung upaya penyelenggaraan dan pengelolaan RTH melalui partisipasi aktif masyarakat • Menjaga dan memelihara kondisi dan keberadaan Ruang Terbuka Hijau
Akademisi dan Praktisi • Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang fungsi ekologis RTH • Perlu dilakukan penelitian tentang aspek pemeliharaan RTH • Perlu dilakukan penelitian tentang RTH sebagai identitas kota
28
Terima Kasih
29