PERKEMBANGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA RUANG TERBUKA PUBLIK DI PUSAT KOTA ACHMAD DELIANUR NASUTION, ST,MT Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka publik di pusat kota atau piazza pada zaman Medieval merupakan jantung dari sebuah kota; menjadi tempat untuk berkumpul masyarakat, melakukan perdagangan, perayaan, mendengar dan mencari berita baru, mengambil air, bertemu dengan teman atau hanya melewatkan waktu. Tidak diragukan lagi bahwa kota abad pertengahan di Eropa tidak dapat hidup tanpa adanya ruang terbuka publik atau town square. Di beberapa negara ruang terbuka publik telah menjadi situs terjadinya perubahan politik. Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa momentum demonstrasi untuk perubahan politik di Eropa Timur, Republikrepublik Baltik, dan Cina pada akhir tahun 1980-an bertempat di jalanan dan main square kota besar. Sepanjang sejarah, ruang terbuka publik telah terbentuk oleh kebutuhan masyarakat dan keinginan penguasa, atau topografi dan gimbal arsitektural (Webb 1990). Sejalan dengan perubahan zaman dan perkembangan teknologi, pola penggunaan dan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik juga mengalami perubahan. Pertama koran, kemudian radio dan TV, telah menggantikan piazza tempat orang mencari berita baru. Sistem pengairan modern juga telah menghilangkan kekuatan fungsi air mancur umum di dataran piazza di mana orang biasa melepaskan lelah dan dahaga serta bertemu dengan orang lain (Cooper-Marcus 1998). Dengan kata lain kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik telah berubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, sosial, lingkungan, serta teknologi (Mann 1993). 1.2. PERMASALAHAN Ruang terbuka publik di pusat kota sebagai urban void merupakan lambang dan wadah berkumpulnya masyarakat serta merupakan representasi dari ikatan antara individu dengan lingkungan sekitarnya (Trancik, 1986). Oleh karena itu manusia atau masyarakat adalah elemen utama yang harus diperhatikan kebutuhannya dalam suatu ruang terbuka publik. Sebagai contoh, City Hall Plaza di Boston, dibuat meniru Piazza Del Campo-Sienna, menjadi satu dari ruang terbuka kota yang tidak digunakan masyarakat, secara jelas dirancang untuk memenuhi selera arsitektur daripada kebutuhan-kebutuhan kenyamanan masyarakat (Marcus, 1998). Berdasarkan penjelasan diatas karya ilmiah ini disusun untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana perkembangan kebutuhan masyarakat akan suatu ruang terbuka publik di pusat kota ?
© 2003 Digitized by USU digital library
1
BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI PUSAT KOTA Ruang Terbuka Publik di Pusat Kota dalam istilah Inggris disebut "place" berasal dari kata latin "Platea" yang berarti ruang terbuka publik atau jalan yang diperlebar seperti pada "plaza" di Spanyol atau "piazza" di Italia atau kata yang lebih khusus seperti "square". Paul Zucker (1959), menyatakan bahwa square adalah tempat orang-orang berkumpul untuk bersosialisasi, melindungi mereka dari hiruk-pikik lalu-lintas, membebaskan mereka dari tekanan kesibukan di pusat kota. Michael Webb (1990), beranggapan bahwa square adalah mikrokosmos dari kehidupan, menawarkan daya tarik, peristirahatan, pasar dan upacara rakyat, tempat untuk berjumpa teman dan menghabiskan waktu. Selanjutnya, suatu tempat dapat dikatakan square jika dapat memenuhi pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Apakah ia dapat membuat anda takjub ketika memasukinya, dan membangkitkan semangat anda ketika berjalan mengelilinginya. Apakah ia merupakan tempat dimana anda akan bertemu dengan teman anda dan tempat anda memperhatikan tingkah polah orang lain? Apakah ia merupakan pilihan utama jika ada upacara dan perayaan umum? Apakah ia menawarkan citra wilayah, perasaan akan kesinambungan sejarah, atau suatu visi yang memperlihatkan bagaimana sebuah kota terwujud? Apakah ia dipelihara dengan baik atau tempat bersarangnya kejahatan? Apakah ia merupakan oasis kota atau hanya menjadi tempat parkir belaka? Cliff Moughtin (1992), menemukan bahwa square adalah areal yang dibingkai oleh bangunan-bangunan untuk memamerkan bangunan tersebut sebagai karya agung. Selanjutnya dinyatakan bahwa sebuah kota harus memilki ruang untuk penempatan bangunan umum, tempat bertemu yang utama, tempat untuk perayaan atau upacara umum yang besar, tempat untuk pertunjukan, restoran dan cafe, tempat untuk berbelanja, pasar dan etalase, tempat dimana bangunan kantor mengelompok, tempat akomodasi rumah tinggal, tempat yang berhubungan dengan simpul-simpul transportasi. Rob Krier (1979), menyatakan bahwa suatu square harus dapat berfungsi sebagai tempat aktifitas komersial seperti pasar, kegiatan budaya, tempat berdirinya kantor pelayanan umum, balai kota, gelanggang remaja, perpustakaan, teater, balai konser, cafe, bar, dan lain-lain. Jika memungkinkan square di pusat kota harus dapat berfungsi 24 jam sehari. Dari beberapa pengertian tentang square diatas dapat disimpulkan bahwa square bukanlah suatu ruang terbuka publik biasa yang ada di daerah urban, melainkan suatu ruang terbuka publik di pusat kota dengan suatu ciri khas tersendiri. Tidak semua ruang terbuka publik di daerah urban dapat digolongkan kepada square. Dalam tesis ini pengertian square diterjemahkan menjadi Ruang Terbuka Publik di Pusat Kota, yaitu ruang terbuka yang mempunyai ciri antara lain, sebagai berikut : - berada di pusat kota - berupa ruang terbuka yang cukup luas (Spiro Kostof 1992, 136, merujuk Laws of Indies yang mengatur ukuran minimum square 61 x 91 m) - menjadi pusat kegiatan publik di pusat kota (Moughtin 1992) - pilihan utama masyarakat kota untuk tempat berkumpul, disekitarnya terdapat bangunan-bangunan publik dan atau bangunan religius, merupakan bagian dari bentukan arsitektur yang ada disekelilingnya (Kostof 1992) - mempunyai signifikansi sejarah, dapat mengakomodasi parkir, dimungkinkan untuk melakukan kegiatan komersial non-formal, kadangkala ia berisi suatu monumen utama, patung atau air mancur (Marcus 1998)
© 2003 Digitized by USU digital library
2
-
memiliki nilai politik (sebagai lambang kekuasaaan atau tempat bertemu warga dengan penguasa/pemerintah)
Gambar 2.1. Dataran Merdeka, Kuala Lumpur yang berfungsi sebagai ruang terbuka publik di pusat kota (sumber: penulis)
2.2. PERKEMBANGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT PADA RUANG TERBUKA PUBLIK 01 PUSAT KOTA Zucker (1959) berpendapat bahwa ruang terbuka publik di pusat kota terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu: faktor fisik, berhubungan dengan bentuk dan massa bangunan yang ada disekitar ruang terbuka tersebut; kedua adalah faktor psikologi, bagaimana suatu generasi melihat dan menggunakan ruang terbuka publik. Faktor kedua-yang dapat membentuk faktor pertama-dipengaruhi oleh keadaan tempat dan waktu, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fisik merupakan representasi faktor psikologis. "Keberadaan ruang terbuka publik adalah saksi dari perubahan kebutuhan manusia dari waktu ke waktu untuk menemukan kembali fakta fisik suatu komunitas di pusat kota "(Kostof 1992, 172). Maraknya ruang terbuka publik di Itali dan Perancis dapat dijelaskan dari kombinasi antara kondisi iklim dan karakter perilaku temperamental dari orangorang Romawi di selatan dan barat Eropa. Kondisi ini mendorong suatu bentuk kehidupan publik -hidup dalam publik yang membuat jalan dan ruang terbuka publik menjadi tempat alami bagi representasi aktifrtas masyarakat. Bukan suatu kebetulan jika Roma dan Paris adalah kota yang selalu dihubungkan dengan ruang terbuka publik yang sempurna. Meskipun demikian, kondisi iklim yang hampir sama di Spanyol dan Yunani pada daerah Mediteranian yang sama, tidak banyak memiliki ruang terbuka publik yang bisa dibandingkan dengan ruang terbuka publik yang ada di Roma dan Paris. Alasan kesenjangan terbentuknya ruang terbuka publik di Spanyol adalah fakta bahwa saat masa jayanya pada abad ke enambelas dan ketujuhbelas, struktur sosial dan perilaku psikologi masyarakat Spanyol tidak mendukung terbentuknya kehidupan publik. Di Inggris dan Belanda pada abad ke tujuhbelas, dalam masa ekspansi komersial dan aktifitas seni yang luar biasa, tidak terdapat suatu ruang terbuka publik yang luar biasa. Di kedua negeri ini iklim utara yang dingin dan penekanan yang dalam pada kehidupan keluarga menghambat berbagai keinginan untuk berekspresi pada ruang terbuka publik (Zucker 1959). Untuk dapat melihat perkembangan kebutuhan masyarakat pada ruang terbuka publik di pusat kota diperlukan tinjauan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada ruang terbuka publik di pusat kota pada beberapa tempat di dunia
© 2003 Digitized by USU digital library
3
dari masa ke masa. Perubahan ini dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, sosial, lingkungan, serta teknologi (Mann 1993). 2.2.1. Periode Abad Pertengahan (476 SM -1350) a. Kristen di Eropa Secara geografi, wilayah Eropa Utara membentang dari daerah Mediteranian (panas, kering, berbukit-bukit, tidak subur) di Itali dan Spanyol hingga ke daerah Utara yang beriklim sedang dan subur di Inggris, Perancis, Jerman dan lain-lain, dengan topografi yang bervariasi dari pegunugan Pyranees hingga Alpen hingga ke daerah datar berbukit dan dataran rendah di Belanda. Menyusul keruntuhan total dari kekuatan politik Eropa bersatu dibawah Kekaisaran Romawi, keragaman etnik pada Eropa Medieval kembali kepada sistem propinsi seperti sebeum zaman Romawi; berbagai kerajaan kecil terlibat perang satu dengan lainnya; Kristen adalah agama yang umumnya dianut; penemuan teknologi tingkat tinggi pada masa klasik hilang bersama hancurnya perpustakaan dan karya klasik lainnya oleh orang barbar; monasteri adalah institusi yang melestarikan dan mengabadikan pengetahuan dari zaman klasik; kebanyakan dari populasi hidup dekat atau di dalam kota benteng atau manor; kebanyakan penemuan ditujukan untuk tujuan pertahanan atau kepentingan agama. Sejalan dengan kepentingan agama dan pertahanan, ruang terbuka terbentuk karena kebutuhan akan urban void dimana jalan-jalan kota yang berliku dan sempit bermuara, bertujuan untuk tempat persiapan ibadah di gereja (parvis) atau melakukan kegiatan massal (misalnya Palio di Sienna), sekaligus tempat mengepung musuh yang masuk ke kota. Ruang terbuka publik berada di pusat kota, biasanya dekat dengan dengan gereja atau katedral, balai kota, dan sumur publik; mempunyai konfigurasi tidak menentu; sering tidak ada jalan yang melintasi secara lurus; tempat penduduk berkumpul; kebanyakan menyatu dengan harmoni sebagai elemen estetis kota. Contoh yang populer adalah Piazza della Signoria, Florensia dan Piazza del Campo, Sienna. Piazza del Campo di Sienna adalah sebuah ruang terbuka di pusat kota tempat semua kegiatan publik berlangsung. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan masyarakat di Piazza del Campo adalah aktifrtas perdagangan, berjalan-jalan, bertemu teman, berbincang-bincang, duduk-duduk atau mengambil air di air mancur. Semenjak adanya lokasi pasar yang baru dan sumur di rumah masingmasing, masayarakat tidak lagi mengadakan aktifitas perdagangan dan mengambil air di Piazza del Campo, tetapi aktifitas sosial-budaya seperti berjalan-jalan, dudukduduk masih berlangsung hingga kini. Setiap tahun pada musim panas, untuk menghormati Bunda Maria diselenggarakan festival Palio berupa parade, pacuan kuda dan pertarungan kerbau. Kegiatan ini merupakan bentuk aktifitas budaya yang didasari oleh kebutuhan spiritual masyarakat, hal ini banyak dijupai pada setiap ruang terbuka publik di pusat kota.
© 2003 Digitized by USU digital library
4
Gambar 2.2. Piazza del Campo, Sienna Ruang terbuka kota sebagai urban void, terbentuk dari rongga di tengah kepadatan bangunan di pusat kota, di tandai dengan sebuah menara gereja sebagai land-mark (sumber: Asihara 1981: 15)
Gambar 2.3 Piazza del Campo, Sienna Ruang terbuka kota tempat semua kegiatan publik bertempat, sehingga dijuluki urban living room. Kegiatan duduk-duduk dan berjalan-jalan serta café di pinggir Piazza masih berlangsung hingga kini. (Sumber: Webb 1990:34)
b. Islam dari Timur Tengah Hingga Spanyol Keadaan iklim di Spanyol hampir sama dengan daerah Muslim di Timur Tengah; sangat panas dan kering dengan lansekap yang keras dan tidak subur. Agama Islam sebagai elemen pemersatu perikehidupan; berawal dari Mekah (Saudi Arabia) pada awal abad ketujuh kemudian berkembang ke selatan dan barat; pada abad ke tujuh, daerah Selatan Spanyol didominasi oleh Islam; Islam melarang potret bentuk-bentuk binatang atau manusia, mengakibatkan perkembangan dekorasi geometrik untuk bangunan dan taman; percaya pada pembuktian ilmiah daripada mu'jizat (Mann, 1993) Sesuai dengan ajaran Islam yang mengatur seluruh cara hidup penganutnya, maka masyarakat atau ummat butuh tempat melakukan kegiatan publik yang berlokasi di atau sekitar mesjid. Sahn suatu mesjid adalah suatu urban courtyard yang besar dan dikelilingi oleh portico bertudung yang dapat dimasuki dari beberapa pintu gerbang. Di sahn terdapat sebuah pavilun untuk menyimpan harta ummat. Di bawah portico guru mengajar, hakim mendengarkan kasus, juga sebagai tempat berbagai penguman dikumandangakan. "Dalam banyak kasus, ruang terbuka kota untuk publik adalah courtyard mesjid" (Kostov 1992 , 127). Musalla adalah ruang terbuka luas yang ada di dekat mesjid yang digunakan penduduk muslim untuk berdo'a. Mulai ada di Madinah sejak Nabi Muhammad mengajarkan untuk melakukan sholat Idul Fitri dan Idul Adha di lapangan terbuka. Musalla juga berfungsi sebagai tempat eksekusi sehingga dapat dilihat oleh seluruh penduduk sebagai peringatan bagi yang bersalah, dan sering dijadikan tempat mengadakan pasar. "Di Musalla terdapat suatu tembok yang lurus dan panjang yang berorietasi ke Mekah sebagai tanda kiblat" (Kostov 1992, 131).
© 2003 Digitized by USU digital library
5
Gambar 2.4 Sebuah Musalla di Algeria dengan dinding lurus dan panjang (di sebelah kiri gambar) yang berorientasi ke Mekah seperti Mesjid disebelahnya. (Sumber: Kostov 1992, 131)
2.2.2. Periode Abad Renaisan (abad XIV-XVII) a. Itali Keadaan alam semenanjung Itali bervariasi dari datar di selatan hingga pegunungan di utara, sangat panas dan kering di selatan hingga ke utara yang subur, sejuk, bertemperatur sedang di daerah Alpen; hampir seluruh datarannya baik untuk pertanian. Pada periode ini di Itali sangat banyak republik merdeka; beberapa diantaranya saling berperang; seluruh Itali beragama katolik, dan beraliansi dengan Paus di Roma; suatu kelas baru pedagang menjadi aristokrat di pusat perdagangan seperti di Florensia; humanisme menjadi filosofi baru yang dipilih daripada mistikisme abad pertengahan; ketakjuban terhadap seni klasik dan gaya hidup yang berdasarakan intelegensia; literatur Roma (Latin) dan Yunani digali kembali, diterjemahkan dan dikembangkan. Kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat sehingga menjadi momentum kembalinya orde klasik dimana terdapat bentuk persegi atau trapezoid, simetris bilateral dan motif arsitektur klasik yang menghiasi pinggir ruang terbuka serta penggunaan paras menuju ruang terbuka publik. Proporsi ruang terbuka ditujukan untuk melihat bangunan publik dari jarak jauh. Ruang terbuka publik dihiasi oleh detail yang kaya dan berbagai pertunjukan seni, seperti ; air mancur, patung-patung, tugu-tugu, tangga-tangga, dan perkerasan. Diterapkan muslihat visual dan perbaikan perspektif, serta bentuk konfigurasi trapezoidal seperti di Piazza del Campodoglio yang juga mencampurkan unsur-unsur lama dan baru. Bentuk-bentuk renaisan juga di terapkan dalam ruang terbuka yang telah ada sejak zaman medieval. Ekspresi kebutuhan masyarakat di ruang terbuka publik di zaman medieval tetap muncul di zaman renaisan yang tercermin pada fungsi ruang terbuka publik yang digunakan untuk halaman gereja, halaman balai kota, pasar, tempat berkumpul publik atau tempat melakukan ibadah massal. Beberapa contoh ruang terbuka yang paling menonjol pada masa Renaisan adalah Piazza della santissima Annunziata, Roma, tahun 1419 oleh Brunelleschi; Piazza del Campodoglio, Roma, tahun 1537 oleh Michaelangelo dan Piazza San Marco, Venesia, tahun 800-1810. Piazza San Marco dikerjakan oleh empat arsitek yang berbeda dalam kurun waktu 150 tahun yang membentuk satu kesatuan desain dan telah menjadi "square paling disukai di dunia" (Webb 1990, 75). Aktifitas publik yang ada di Piazza San Marco tidak hanya dilakukan oleh penduduk Venesia, tetapi oleh para pendatang dari berbagai penjuru dunia, sehingga dijuluki "The Ballroom of Europe". Aktifrtas tersebut berupa kegiatan berjalan-jalan, melihat-lihat, duduk-duduk, berbincang-bincang, istirahat -menyambalewa, makan, minum, memberi makan merpati dan lain-lain. Pertandingan kerbau diselenggarakan
© 2003 Digitized by USU digital library
6
untuk menghormati tamu agung pada akhir tahun 1780-an, kemudian piazza tetap digunakan manjadi panggung bagi acara-acara gereja. Hingga kini pengunjung yang datang ke Piazza San Marco saat musim panas memenuhi semua bagian ruang terbuka publik dimana pemain-pemain band bermain dan di pinggir piazza terdapat berbagai café yang ramai dikunjungi. Seorang arsitek Lansekap terkenal Lawrence Halpirin yang datang pada musim dingin menggambarkan Piazza San Marco sebagai “pengalaman urban terbaik” (Webb, 1990, 77).
Gambar 2.5. Piazza San Marco, Venesia, 800-1810 Terbentuk dari deretan bangunan dan sebuah menara sebagai landmark. (Sumber: Spercter 1974:13)
Gambar 2.6 Piazza San Marco menjadi pusat berbagai kegiatan publik sehingga mendapat julukan “The ballroom of Europe” (Sumber: Specter 1974:14)
b. Perancis Iklim dengan suhu sedang di benua Eropa dengan musim ding in yang bersalju dan musim panas yang cerah sangat mendukung produktifitas pertanian; lansekap bervariasi dari pegunungan Alpen di tenggara hingga padang rumput daerah Mediteranian di pantai selatan hingga darah perbukitan rendah yang dibelah oleh lembah sungai yang besar dan datar di daerah tengah Perancis. Perancis merupakan negara kesatuan yang secara politis stabil di bawah kekuasaan absolut raja; di dominasi oleh penganut Katolik Roma dengan gaya hidup arsitokrat yang materialistik (Mann 1993). Kemakmuran karena suburnya lahan pertanian telah mendukung gaya hidup aristokrat yang materialistik. Sehingga yang menonjol adalah kepentingan raja dan arsitokrat yang mempunyai kebutuhan akan istana yang indah dan taman yang spektakuler seperti di Versailles yang dirancang oleh Andre Le Notre. Ruang terbuka publik bermula dari keputusan raja untuk membuat suatu ruang terbuka yang diperuntukkan bagi perumahan mewah para bangsawan. Kebanyakan dari ruang terbuka tersebut berbentuk persegi, dimana pada acara perayaan hari besar dapat menampung puluhan ribu orang. Terbentuknya ruang terbuka publik di tengah
© 2003 Digitized by USU digital library
7
tempat tinggal di Perancis ini merupakan preseden penting bagi pembentukan ruang terbuka sejenis di Eropa (Morris 1994). Sejalan dengan perkembangan demokrasi di tengah masyarakat saat Revolusi Perancis, ruang terbuka publik di pusat kota menjadi bernilai politik dengan adanya demonstrasi dan pergerakan rakyat yang bertempat di ruang terbuka publik di pusat kota. Dua contoh yang menonjol adalah: Place Royale atau Place Des Vosges, Paris, 1605 dan Place de la Concorde, Paris, 1755.
Gambar 2.7 Place Royale, Paris, 1612 Dikelilingi tempat tinggal para bangsawan. Pada saat acara perayaan dapat menampung puluhan ribu penduduk (Sumber: Webb 1990, 84)
Place de la Concorde dibentuk berdasarkan perlntah LOUIS XV dengan patungnya berada di tengah-tengah. Ruang terbuka ini mencapai puncak kebesarannya sebagai lambang monarki pada tahun 1770, saat perkawinan Louis XVI dengan Marie Antoinette. Selanjutnya pada tahun 1792 simbol kebesaran monarki Perancis ini menjadi ajang pembantaian raja, ratu dan dua ribu bangsawan saat terjadi revolusi Perancis. Patung Louis XV diganti dengan obelisk yang melambangkan kekuatan politik yang netral sekaligus untuk mendefinisikan ruang terbuka yang luas tersebut. Selajutnya Place de la Concorde menjadi pusat gerakan revolusi tahun 1830-1848, tempat demonstran mencoba menumbangkan Dewan Nasional pada tahun1934, medan tempur rakyat Perancis melawan tentara Nazi pada Perang Dunia II dan tempat demonstrasi besar menentang presiden de Gaulle pada tahun 1968. Setiap tahun ruang terbuka publik ini digunakan masyarakat sebagai tempat perayaan hari Bastille dan tempat start reli Paris-Dakar (Webb 1990).
Gambar 2.8 Place de la Concorde, simbol kekuatan politik, Menjadi tempat berkumpulnya masyarakat pada Saat Revolusi Perancis dan berbagai peristiwa suksesi lainnya. Sumber: Webb 1990,151)
c. Inggris Sebuah Pulau kecil dengan berbagai variasi lansekap dari pesisir berbatu karang di barat daya pada daerah Cornwall hingga dataran yang membentang dari pantai timur di Anglia hingga Yorkshire; suhu perairan dingin dan berkabut yang mengakibatkan lebih sedikit cahaya matahari dari pad a di dataran Eropa atau negara mediterania; merupakan daerah agrikultur yang kaya.
© 2003 Digitized by USU digital library
8
Pada periode renaisan, secara politis Inggris bersatu di bawah monarki (raja atau ratu), dengan sistem pemerintahan parlemen. Katolik Roma adalah agama yang dominan hingga tahun 1534 Henry VIII memutuskan hubungan dengan gereja Katolik, mereformasi gereja menjadi gereja Inggris (Anglikan). Periode reformasi terjadi tahun 1536-1539. Tahun 1629-1660 terjadi gejolak sosial, Charles I membubarkan parlemen, ia dieksekusi tahun 1647 disusul dengan pembubaran monarki. Persemakmuran Inggris didirikan 1650, dijalankan oleh Oliver dan Richard Cromwell sebagai wali negara. Kekuasaan monarki pulih pada 1660 dengan kembalinya Charles II dari pengasingan di Perancis. Scotland bersatu dengan Inggris; kemudian Inggris menjadi suatu kekuatan kolonial di dunia (Mann 1993). Kemakmuran meningkat sejalan dengan Inggris menjadi kekuatan kolonial di dunia. Jumlah penduduk kelas menengah meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan rumah dan taman dengan gaya aristokrat maka dibentuklah kompleks rumah deret dengan fasade yang mewah yang mengelilingi suatu ruang terbuka publik. Kembalinya keluarga raja dari Perancis sekaligus membawa gaya taman formal Perancis pada ruang terbuka publiknya, yaitu bentuk persegi dengan poros sebagai penghubung antar ruang. Contoh: Coven Garden Piazza, London, 1931
Gambar 2.9 Covent Garden Piazza, London, 1631 Berkembang menjadi pasar bunga dan buah yang ternama di London
d. Belanda Lansekap Belanda sebagian besar adalah dataran rendah yang berada di pesisir pantai. Beriklim sedang dan tanahnya baik untuk agrikultur dan daerah pesisirnya merupakan potensi maritim yang besar. Charles V dari Spanyol mewarisi Negeri Belanda pada tahun 1506 (Jellicol 1996, 192). Kemudian Betanda berkembang menjadi negeri maritim yang kuat dengan kota-kota di tepi taut dengan suatu sistem kanal yang menggunakan teknologi baru pada masa itu untuk memecahkan masalah sempitnya lahan. Sebagian besar rakyatnya hidup dari pertanian, peternakan dan perdagangan melalui laut. Kekuatan Maritim menjadikannya salah satu negara kolonial. Pada tahun 1609 negeri Belanda membebaskan diri dari Spanyol dengan tetap mempertahankan sistem monarki.
Gambar 2.10 Kota Amsterdam; padat, kesibukan perdagangan, tidak banyak menyisakan ruang untuk ruang terbuka publik. (Sumber: Argan 1969, 109)
© 2003 Digitized by USU digital library
9
2.2.3 Periode Eropa Modern (1700-1837) Keadaan Sosial pada masa ini di benua Eropa ditandai dengan terjadinya perang antara Inggris dan Perancis sedangkan di benua Amerika terjadi revolusi Amerika. Terjadi urbanisasi penduduk yang menyusul revolusi industri; masa ini merupakan masa pencerahan dengan berbagai kerusuhan dan reformasi. Di Inggris telah terjadi perubahan pada konsep ruang terbuka yang tadinya terpengaruh taman formal Perancis menjadi taman informal yang menyerupai pemadangan alam yang alami. Ruang terbuka publik di pusat kota yang tadinya berupa perkerasan dan patung di tanami pohon-pohon agar tampak lebih alami pada tahun 1800-an (Mann 1993). Sebagai ibukota negara modern, London semakin luas ukurannya, sejahtera dan kuat dimana square menjadi gimbal dari keadaan tersebut. Peran utama square bukan hanya sebagai tempat aktifitas publik, upacara rakyat, pasar, atau tempat parade, tapi sebagai tempat sirkulasi publik dan berkumpul, suatu tempat untuk jalan-jalan berkeliling dan mengagumi, terbuka untuk semua orang, tidak eksklusif dan menjadi tempat untuk memperhatikan tingkah-polah orang lain sebagai simulasi dari rasa kebersamaan bermasyarakat. Hal ini lah yang menjadi alasan dibangunnya Travalgar Square sebagai simbol dari kota, negara dan imprerium (Webb 1990). Contoh yang paling menonjol adalah: Bedford square, London, 1775 dan Trafalgar Square, London.
Gambar 2.12 Bedford Square, London, 1775 Ruang terbuka publik yang ditanami pepohonan (Sumber: Kostov 1994)
Gambar 2.13 Travalgar Square, London, 1862. Simbol dari kota, negara dan kerajaan (Sumber: Webb 1990, 164)
2.2.4 Periode Dunia Baru di Amerika (1600-1993) a. Meksiko Lansekap Meksiko sebagian besar adalah dataran yang dibelah oleh deretan pegunungan, di selatannya terdapat jalur gunung berapi yang aktif. Lembah Mexico adalah suatu pusat metropolitan yang alami, disela-selai oleh danau dan hutan. Tanahnya kaya akan mineral dan cocok untuk ditamani tanaman perkebunan. (Jellicol 1996, 98) Pada tahun 1519, Hernan Cortez dan pasukannya tiba di Ibukota Aztec Tenochtitlan (sekarang Mexico City), Spanyol menjadi penguasa selama tiga ratus tahun, menjadikan penduduk asli sebagai warga kelas dua dan menebarkan budaya Eropa dari agama hingga gaya hidup. Kepercayaan penduduk asli yang memuja
© 2003 Digitized by USU digital library
10
matahari digantikan dengan agama kristen yang kemudian menjadi agama dominan. (Webb 1990, 99) Saat Hernan Cortez tiba di Tenochtitlan, kota tersebut telah memiliki struktur seperti kota ideal renaisan. Berdiri di sebuah pulau di tengah danau dengan ruang terbuka publik untuk upacara ditengannya yang dapat dicapai melalui suatu jalur lurus dan panjang. Dari sini terlihat bahwa ruang terbuka publik di pusat kota telah menjadi ekspresi kebutuhan rakyat asli Meksiko sebagai tempat berkumpul dan melakukan upacara. Dengan datangnya bangsa Spanyol keberadaan ruang terbuka publik di pusat kota semakin kuat dengan penerapan Spanish law of Indies 1573 pada pembentukan struktur kola koloninya. Selama tiga ratus tahun kekuasaan Spayol, ruang terbuka publik di pusat kola menjadi pusat kegitan politik, agama dan komersial. Di dekat ruang terbuka publik di bangun katedral utama, rumah sakit, sekolah, universitas, penerbitan, perpustakaan dan barak militer.
Gambar 2.14 Zacalo di Veracruz, tempat masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari: anak-anak bermain di depan balai kota. (Sumber: Webb 1990, 103)
Gambar 2.15 Zacalo di Mexico City, setengah juta masyarakat berkumpul pada perayaan hari kemerdekaan. (Sumber: Webb 1990, 101)
Ruang terbuka publik di pusat kola di Meksiko yang disebut zacalo telah menjadi panggung keseharian masyarakat dan berbagai peristiwa penting. Menjadi gimbal dari pemerintah yang berdaulat dan titik awal perkembangan suatu kota. Zacalo merupakan tempat dimana budaya asli masyarakat Amerika Latin masih terpelihara dengan baik. Salah satu budaya tersebut adalah kegiatan paseo, yaitu berjalan-jalan pada sore hari di ruang terbuka publik, dimana bangku-bangku taman dipenuhi masyarakat dan tari-tarian dimulai oleh remaja putra dan putri yang saling berpengangan tangan. Sepanjang hari zacalo selalu ramai dengan aktifitas masyarakat, anak-anak bermain, pemusik lokal mengadakan pertunjukan, pedagang menawarkan jasa dan barang dagangan hingga peristiwa penting seperti narapidana dihukum gantung (pada zaman kolonial Spanyol) dan perayaan hari kemerdekaan. Dengan kata lain keberadaan ruang terbuka publik bagi masyarakat Amerika Latin tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari karena sudah merupakan kebutuhan bagi masyarakat sebagai tempat melakukan aktifitas sehari-hari.
© 2003 Digitized by USU digital library
11
Zacalo di Mexico City merupakan salah satu ruang terbuka publik terbesar di dunia yang dibangun pada tahun 1843 dan pada acara perayaan kemerdekaan dapat menampung setengah juta jiwa (Webb 1994). b. Amerika Serikat Terbentang dari Samudra Atlantik hingga Samudra Pasifik dengan lansekap yang bervariasi dari pegunungan di pantai utara hingga dataran rendah di pantai timur dengan sungai-sungai yang membelah bagian tengah dari utara ke selatan. Kekayaan alamnya besar dan tanahnya subur. Suatu kebudayaan baru telah terbentuk dengan berbagai orang dari seluruh dunia yang datang ke Amerika untuk berbagai macam alasan, termasuk kebebasan beragama, kebebasan berpolitik, kesempatan ekonomi, pengembangan sumber daya alam, spekulan tanah, dan banyak lagi yang dilakuan dalam berbagai cara, antara lain adalah dengan kolonialisasi. Karena keragaman tersebut, terjadi percampuran budaya sehingga pada puncaknya timbul suatu nasionalisme bangsa baru yang melahirkan kemerdekaan negara baru, Amerika Serikat. Pada periode kolonial (1620-1791) ruang terbuka publik di pusat kota merupakan ruang bersama, digunakan untuk latihan tentara, tempat mengembala sapi, atau pertahanan terakhir jika kota diserang. Didekat ruang terbuka tersebut terdapat gereja, sekolah, tempat pertemuan, dan pasar. Contohnya adalah Boston Common, 1630. Periode berikutnya kota-kota terbentuk atas perintah raja dibawah pimpinan gubernur. Pada masa ini ruang terbuka publik terbentuk berdasarkan struktur kota yang terencana dengan pemusatan fasilitas publik, pasar, gereja, sekolah dan tempat pertemuan. Seperti ruang terbuka publik yang ada di kota Philadelphia pada tahun 1682 dan Savannah pad a tahun 1733 (Mann 1993). Savannah, Georgia, merupakan kota multi selular yang unik, dimana terdapat kombinasi antara grid plan dengan suatu jaringan ruang terbuka. Didirikan pada tahun 1733 berdasarkan visi dari James Oglethorpe, bermula dari sebuah yang terbka publik seluas 315 x 270 kaki yang berfungsi sebagai pasar dan tempat berlindung bagi masyarakat dan hewan pada saat serangan bangsa Indian atau Spanyol. Kemudian di bagian timur dan barat didirikan berbagai bangunan publik. Salah satu dari lima square yang paling terkenal adalah Monterey square yang berada di Bull Street berada pada sumbu menuju State House
Gambar 2.16 Monterey Square, Savannah tahun 1855, Melihat ke Utara ke arah State House
Saat periode Nasionalisme Amerika (1791-1830), setelah perang kemerdekaan, bangsa baru Amerika mempunyai ambisi untuk menyatakan status kemerdekannya dengan membangun fasilitas pemerintahan di setiap kota. Keinginan itu diterjemahkan L'Enfant dengan meniru kemegahan master plan barok di Versailles untuk diterapkan pada perancangan ibu kota negara federal Amerika,
© 2003 Digitized by USU digital library
12
Washington D.C., dengan Independence Square sebagai lam bang kekuasaan rakyat ( Jellicoe 1996). Berikutnya adalah periode Romantisme Amerika (1831-1871) dimana pengaruh taman Inggris menjadi populer. Pengaruh ini terlihat dari perubahan bentuk ruang terbuka publik yang tadinya formal dan simetris menjadi bentuk informal yang lebih "alami". Ruang terbuka yang terbentuk pada masa ini antara lain adalah Central Park, New York tahun 1858. 2.2.5 Periode abad ke dua puluh di Amerika Serikat Setelah perang dunia kedua berakhir (1945), Amerika menjadi salah satu negara terkuat di dunia. Populasi penduduk meningkat tajam dari 131,7 juta pada tahun 1940 menjadi 253,5 juta pada tahun 1992 (Jellicoe 1996). Sistem kehidupan masyarakat berubah dari masyarakat pedesaan ke kehidupan perkotaan. Akibatnya banyak institusi dan perumahan mewah yang pindah ke daerah pinggiran kota karena tanah murah, luas dan tenang. Hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan mobil dan daerah pusat kota menjadi sepi termasuk ruang terbuka publik yang ada jadi ditinggalkan. Kehidupan kota yang humanis semakin pudar karena lebih banyak kendaraan bermotor yang hilir mudik daripada pejalan kaki yang semakin terancam keamanannya. Perkembangan teknologi dan gaya hidup telah banyak mempengaruhi kebutuhan masyarakat pada ruang terbuka publik di pusat kota. Orang tidak lagi pergi ke ruang terbuka publik untuk berbelanja membeli makanan, mengambil air di air mancur umum, mendengar berita atau pengumuman. Masyarakat bersosialisasi di rumah pribadinya dimana segala kebutuhannya dari mulai air, listrik, berita, surat, iklan, TV, dan internet tersedia. Demikian juga kegiatan publik telah memiliki tempat-tempat khusus yang diciptakan senyaman mungkin seperti mal, ampiteater, stadion, hotel dan gedung pertemuan, taman perumahan, halaman sekolah. Ruang terbuka publik yang ada telah menjadi daerah teritori suatu kelompok tertentu, misalnya kelompok Latin, kelompok hippies, kelompok homoseksual dan lain-lain (Cooper -Marcus 1998). Untuk menghadapi masalah pusat kota yang semakin ditinggalkan penduduk, pemerintah Amerika Serikat menggalakkan progran urban renewal, termasuk menata kembali ruang terbuka publik di pusat kota. Contohnya adalah Mellon Square di Pittsburg pada tahun 1955 yang dibawahnya terdapat area parkir (Mann 1993, 80).
Gambar 2.17 Mellon Square, Pittsburgh, Pennysylvania. Proyek perancangan kawasan ruang terbuka publik di pusat kota, dengan areal parkir dibawah tanah (Mann 1993,54)
Masalah ruang terbuka di pusat kota yang tidak ramah terhadap pejalan kaki menjadi perhatian pada akhir tahun 50-an hingga awal 60-an. Pada tahun 1961 pemerintah kota New York mengeluarkan peraturan yang memberikan bonus
© 2003 Digitized by USU digital library
13
penambahan jumlah lantai bagi gedung yang menyediakan ruang terbuka publik di lantai dasarnya (Garvin 1996). Peraturan ini membuat pengembang beriomba-lomba membuat ruang terbuka publik di gedungnya dengan berbagai desain yang monumental. Tetapi kebanyakan dari ruang terbuka publik tersebut tidak dipakai oleh publik untuk melakukan aktifitas selain hanya melintas saja. Hal ini disebabkan rancangan ruang terbuka publik tersebut mengabaikan kepentingan kebutuhan masyarakat. "Plaza yang monumental yang telah dibangun, memiliki desain yang berlebihan bagi kebutuhan manusia dan sering kali mengabaikan aktifitas manusia" (Cooper- Marcus 1998,17)
Gambar 2.18 City Hall Plaza, Boston, 1969 Ruang tebuka publik di pusat kota yang tidak humanis dan Mementingkan bentuk arsitektural saja sehingga masyarakat enggan menggunakannya (Trancik 1986, 83)
Gambar 2.19 City Hall Plaza, Boston, Yang ditata kembali agar lebih hijau dan humanis pada tahun 1998 (Hargreaves Associates dalam Landscape Archutecture 1998, 59)
Pendekatan penataan kembali yang meniru ruang terbuka publik di Eropa zaman Medieval secara fisik tidak akan berhasil. Karena masyarakat suatu kota memiliki kebutuhan yang berbeda akan ruang terbuka publik, sesuai dengan tingkat kebudayaan, struktur sosial dan teknologinya sendiri. Seperti yang terjadi pada City Hall Plaza di Boston (1962-69) yang dirancang mengikuti Piazza del Campo di Sienna tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik di pusat kota, karena lebih mementingkat fisik arsitektur daripada kenyamanan kebutuhan masyarakat (Cooper-Marcus 1998).
© 2003 Digitized by USU digital library
14
BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan masyarakat di ruang terbuka publik selalu berubah, sejalan dengan perkembangan sosial-budaya, politik, ekonomi, lingkungan, ekologi dan teknologi. Ada kebutuhan masyarakat di ruang terbuka publik yang berlaku universal yaitu : 1. Kebutuhan sosial budaya : Kebutuhan manusia mengekspresikan dirinya kepada orang lain dan kepada Tuhan. 2. Kebutuhan politik : kebutuhan akan suatu gimbal dari kota, negera, kekuasaan, pemerintah atau kekuatan rakyat. 3. Kebutuhan ekonomi : berkumpulnya masyarakat pada suatu tempat akan mendorong munculnya aktifitas ekonomi. 4. Kebutuhan ekologi : kebutuhan manusia sebagai bagian dari alam untuk dekat dengan alam, berada pada suatu ruang yang beratap langit, berlantai tanah, merasakan hembusan angin dan suara air. 3.2. PENUTUP Perkembangan kebutuhan masyarakat du Ruang Terbuka Pubklik di pusat kota tidak akan pernah berhenti sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu. Oleh karena itu tulisan dan penelitian tentang hal ini harus tetap diadakan secara berkala agar lahan ruang terbuka publik di pusat kota tetap memberikan manfaat yang optimal bagi kepentingan masyarakat kota. Karya Tulis ini merupakan salah satu usaha awal sebagai bagian dari suatu visi menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat kota.
DAFTAR PUSTAKA Ashihara, Yoshinobu (1981). The Basic Concept of Exterior Space, Van Nostrand Reinhold, New York Astuti, Sri dkk (1991). Perkembangan Ruang Terbuka Kota; Dari Forum Sampai Taman Rekreasi, AR-781 Program Pasca Sarjana Arsitektur ITS Bacon, Edmund N. (1967) Design of Cities, Thames and Hudson, London Bentley, Ian; Alcock, Alan; Murrain, Paul; McGlynn, Sue; Smith, Graham (1985). Responsive Environment, The Architectural Press, London Brambilla, Roberto (1977). For Pedestrian Only Planning Planning, Design, And Management Of Traffic -Free Zones, Whitney Library Of Design, New York Cooper-Hewitt Museum, The Mithsonian Institution's National Museum of Design (1979) Urban Open Space, Rizolli, New York Cullen, Gordon (1968) Townscape, New York Effendi, Sofian (1992). Membangun Martbat Manusia, Gadjah Mada Press, Jogja Gehl, Jan (1987). Life Between Buildings, Van Nostrand Reinhold, New York
© 2003 Digitized by USU digital library
15
Hakim, Rustam (1987). Unsur Perancangan Dalam Arsitektur Lansekap, Bina Aksara, Jakarta Hans-Oiter Evers (1988). Teori Masyarakat.. Proses Peradaban Dalam Dunia Modem, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Http://www.regit.com/malaysia/intplace/ki/merdeka.htm Jacobs, Allan B. (1993) Great Street, MIT Press, USA Kostof, Spiro (1992). The City Assembled, Thames and Hudson, London Krier, Rob (1992). Urban Space, Rizolli, New York Lang, Jon (1987) Creating Atchitectural Theory -The Role of The Bahavioral Science in Environmnetal Design, Van Nostrand Reinhold, New York Lynch, Kevin (1960). Image of The City, MIT, Massachusets Mahasiswa S2 Angkatan 1990/1991 (1991) Teori Perancangan Urban, Program Pasca Sarjana Arsitektur ITS, Bandung Marcus, Claire Cooper and Francis, Carolyn (1998). People Places, Van Nostrand, New York Moughtin, Cliff (1992) Urban Design Street and Square, Butterworth-Heinemann Ltd, Great Britain Process Architecture (No.113-1993). Design for Gathering People Seven Planning Process, Murotani Bunji, Jepang Project for Public Spaces, Inc (1984). Managing Downtown Public Spaces, Planners Press, Chicago Pushkarev, Boris S. and Zupan Jeffrey M. (1975) Urban Space for Pedestrian, MIT Press, USA Rutledge, Albert J. (1971). Anatomy of a Park, McGraw-Hill, USA Shirvani, Hamid (1985) The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company New York Soekamto, Soerjada (1983). Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, CV. Rajawali, Jakarta Spreiregen, Paul D. (1969) The Architecture of Towns and Cities, Mc. Graw-Hili Book Company, New York. Sucher, David (1995). City Comforts How To Build an Urban Village, City Comforts Press, Seattle Trancik, Roger (1986). Finding Lost Space, Van Nostrand Reinhold, New York
© 2003 Digitized by USU digital library
16
Webb, Michael (1990). The City Square, Thames and Hudson, London, 1990 Wehner, Wiryanto Yomo (1973). Membangun Masyarakat, Alumni, Bandung Whyte, William H. (1980). The Social Life of Small Urban Space, The Conservation Foundation, Washington D.C. Zucker, Paul (1959). Town and Square, Columbia University Press, New York
© 2003 Digitized by USU digital library
17