KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp.
Oleh Dial Sugianto A24052925
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp.
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Dial Sugianto A24052925
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN DIAL SUGIANTO. Keberhasilan Reproduksi, Perkecambahan, dan Viabilitas Benih Adenium sp. (Di bawah bimbingan ENDAH RETNO PALUPI dan SLAMET BUDIARTO). Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari keberhasilan reproduksi adenium dari penyerbukan alami, penyerbukan sendiri terkendali, dan penyerbukan silang terkendali. Selain itu juga bertujuan untuk mempelajari struktur dan viabilitas benih, struktur kecambah, dan tipe perkecambahan adenium. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2009 bertempat di Green house Godongijo Nursery, Sawangan Depok, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Bahan tanaman yang digunakan yaitu Adenium obesum var. Ortiz, Adenium obesum var. Carmello, dan Adenium somalense. Pengamatan yang dilakukan terbagi menjadi empat bagian, yaitu pengamatan penyerbukan tanaman adenium, perkembangan buah adenium, struktur benih adenium, serta perkecambahan dan struktur kecambah adenium. Keberhasilan penyerbukan dapat diamati 3 – 6 hari setelah penyerbukan (HSP) yang ditandai dengan gugurnya petal bunga. Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan sendiri A. somalense 0.082, dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello 0.747 - 0.757. Keberhasilan reproduksi penyerbukan interspesies antara A. obesum dan A. somalense sebesar 0.672 0.833. Pembentukan buah pada penyerbukan terbuka/alami pada A. obesum var. Ortiz, var. Carmello, A. somalense, serta penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello sebesar 0%, sedangkan penyerbukan sendiri A. somalense mencapai 10%. Pembentukan buah dari penyerbukan silang intervarietas antara A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello mencapai 80% - 100%. Pada penyerbukan silang interspesies A. obesum X A. somalense, mencapai 80% - 100%, namun penyerbukan silang interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz hanya 20%, dan A. somalense X A. obesum var. Carmello sebesar 10%. Nilai index of self incompatibility (ISI) pada A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello adalah 0,
sehingga kedua varietas tersebut dapat dikategorikan sebagai completely self incompatible. Nilai ISI pada A. somalense sebesar 0.67, yang termasuk dalam kategori partially self incompatible. Proses pembentukan dan perkembangan buah selama 1 – 7 MSP terjadi sangat pesat, pertambahan panjang dan diameter tidak terjadi sampai sekitar 14 MSP, pada saat masak. Umumnya lama pemasakan buah berkisar antara 73 - 94 hari setelah penyerbukan. Pembentukan biji dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum dan interspesies A. obesum X A. somalense berkisar 76 – 93%. Sedangkan penyerbukan interspesies A. somalense X A. obesum gagal membentuk benih. Kadar air benih hasil penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 25.72%, benih hasil penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello sebesar 48.68%, sedangkan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebesar 28.26%, dan penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar 39.38 dan 41.72%. Benih adenium berkecambah dalam 3 – 11 hari setelah tanam. Tipe perkecambahan adenium adalah epigeal. Persentase perkecambahan benih penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 100%, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, masing-masing sebesar 97.6 dan 71%. Sedangkan pada penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar 98.4 dan 74%. Uji lanjut DMRT menujukkan bahwa persentase perkecambahan benih dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello, dan interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense berbeda nyata dengan perkecambahan benih dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello X Ortiz dan interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense. Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyerbukan sendiri menurunkan persentase pembentukan buah, tetapi tidak menurunkan jumlah benih yang terbentuk, dan tidak menurunkan persentase perkecambahan.
Judul
: KEBERHASILAN REPRODUKSI, PERKECAMBAHAN, DAN VIABILITAS BENIH Adenium sp.
Nama
: Dial Sugianto
NRP
: A24052925
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc.
Ir. Slamet Budiarto
NIP. 19580518.198903.2.002
Mengetahui, Kepala Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP. 19611101.198703.1.003
Tanggal Pengesahan :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Majenang, Cilacap, Jawa Tengah pada tanggal 10 September 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sakhius Sugianto dan Ibu Kiu Hariati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Jenang 02, Majenang pada tahun 1999. Penulis melanjutkan studi ke SLTP Negeri Jenang 01, Majenang dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 01 Purwokerto. Semasa menjalani pendidikan di SLTP penulis pernah menjabat sebagai ketua kelas dan aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler, seperti basket dan ECC (English Conversation Club). Kemudian pada tingkat SMA, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler taekwondo. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2005. Setelah menjalani masa Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima di Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH). Selama kuliah penulis cukup aktif dalam organisasi kemahasiswaan diantaranya PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) IPB pada tahun 2006-2008. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua Retreat Komisi Kesenian UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB tahun 2006, Seksi Acara Natal Civa IPB tahun 2006, Divisi Eksternal Komisi Kesenian UKM PMK IPB 2007, Divisi Dana Usaha Festival Seni UKM PMK IPB 2006, dan Wakil Ketua Festival Seni UKM PMK IPB 2007.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian ini dengan baik. Penelitian Keberhasilan Reproduksi, Perkecambahan, dan Viabilitas Benih Adenium sp. ini dilakukan dalam rangka mengetahui bagaimana sistem penyerbukan sendiri dan silang dari tanaman adenium. Setelah itu dapat dilihat struktur dan viabilitas benih, beserta kecambahnya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. dan bapak Ir. Slamet Budiarto sebagai pembimbing skripsi yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam rangka penyelesaian dan penulisan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 3. Papah, Mamah, dan Adik penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 4. Kezia Stephanie, yang selalu menemani dan memberikan semangat kepada penulis. 5. Keluarga besar Godongijo nursery yang telah menyediakan tempat dan sarana kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 6. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi. 7. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura 42 atas perjuangan bersama dan persahabatan menempuh suka dan duka menjalani studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 8. Keluarga besar Puri Riveria 99 terutama geng Biang Kerok (Babe, Martin, Nikson, Cipit, Baba, Budi, Icoes, Denyong, Glenn, Dicka, Icha, GoTo, Suhe).
9. Seluruh teman dan sahabat penulis (Mathias, Demas, Adi, Bobo, Ardo, Isak, Limpi, Supit, Didi, Pipin dll) atas dukungan dan bantuan yang diberikan. 10. Keluarga besar Komisi Kesenian UKM PMK IPB, terutama seluruh sahabat penulis Komkes 42 (Ivan, Ivan M, Thomson, Deni, Sandro, Olo, Juan, Mediwan, Salomo, Bene, Gusti, Risna, Lenny, Tiur, Rohani, Wenny, Yusi, dll). 11. Keluarga besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. 12. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian penulis. Penulis berharap hasil penelitian yang dilakukan bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan untuk membangun sesuatu yang positif.
Bogor, 11 November 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN .................................................................................... Latar Belakang ............................................................................... Tujuan ............................................................................................ Hipotesis .........................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ Kondisi Tanaman Hias Indonesia ................................................... Tanaman Adenium… ..................................................................... Perbanyakan Tanaman Adenium ................................................. . Pemilihan Pohon Induk ................................................................ . Bunga Adenium ............................................................................ . Buah Adenium .............................................................................. . Inkompatibilitas ............................................................................ . Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan ............................... .
3 3 3 5 5 6 7 8 9
BAHAN DAN METODE ......................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ Bahan dan Alat .............................................................................. Metode Penelitian .......................................................................... Pelaksanaan Penelitian ................................................................... Pengamatan ....................................................................................
11 11 11 11 15 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. Penyerbukan Tanaman Adenium .................................................. Perkembangan Buah Adenium ...................................................... Struktur Benih Adenium ............................................................... Perkecambahan dan Struktur Kecambah Adenium .......................
18 18 28 35 39
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. Kesimpulan ................................................................................... Saran ..............................................................................................
43 43 43
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
44
LAMPIRAN .............................................................................................
46
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Jumlah Ovul per Karpel Tiap Jenis Adenium .......................
21
2. Pengamatan Keberhasilan Penyerbukan ..............................
23
3. Keberhasilan Reproduksi Tanaman Adenium .....................
24
4. Persentase Pembentukan Buah dari Penyerbukan Terbuka, Sendiri, dan Silang Intervarietas dan Interspesies.................
26
5. Panjang, Diameter, dan Bobot Kulit Buah Adenium ............
32
6. Lama Pemasakan Buah dan Jumlah Biji yang Terbentuk dari Berbagai Persilangan ....................................................
35
7. Ukuran dan Bobot Bulu Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan .........................................................................
38
8. Kadar Air Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan ..............
39
9. Lama Benih Berkecambah ...................................................
40
10. Persentase Perkecambahan Benih Adenium ........................
41
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tanaman Adenium: a) Bonggol yang Unik; b) Daun Adenium Cukup Lebat; c) Adenium Stek .............................
18
2. Bunga, Tangkai, dan Korola Bunga A. obesum var. Ortiz (a, b, c); A. obesum var. Carmello (c, d, e); dan A. somalense (g, h, i) . .................................................................................
20
3. Penampang Garis Nektar, a) A. obesum var. Ortiz dan A. somalense; b) A. obesum var. Carmello ................................
20
4. Susunan Ovul: a) Penampang Membujur Karpel; b) Penampang Melintang Karpel ..............................................
22
5. Penyerbukan Bunga Adenium yang Berhasil: a) Petal Rontok; b) Bakal Buah yang Tetap Berwarna Hijau; c) Bakal Buah yang Berwarna Merah .......................................
22
6. Perkembangan Buah yang Tidak Sempurna ........................
28
7. Buah Adenium .....................................................................
29
8. Buah penyerbukan silang A.obesum var. Carmello dengan A. somalense..........................................................................
29
9. Buah Adenium yang Sudah Masak, a) Buah yang Merekah; b) Buah Diikat untuk Menghindari Kehilangan Biji ............
30
10. Pertumbuhan Panjang Buah Adenium .................................
31
11. Pertumbuhan Diameter Buah Adenium ...............................
31
12. Buah Adenium yang Membusuk Terkena Penyakit, a) Ujung Buah Busuk; b) Ujung Buah Hilang; c) Benih Sebagian Rusak; d) Pembusukan Memanjang; e) Ujung Buah Semua Busuk; f) Buah Tersisa Sebelah ......................
33
13. Warna Buah Adenium: a) Hijau, Hasil Penyerbukan silang A. somalense dengan A. obesum var. Carmello; b) Merah Keunguan, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz dengan A. somalense; c) Merah Muda, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Carmello dengan Ortiz .......................
33
14. Perkembangan Buah A. obesum: a) 4 HSP; b) 12 HSP; c) 19 HSP; d) 26 HSP; e) 33 HSP; f) 40 HSP; g) 47 HSP; h) 54 HSP; i) 68 HSP; j) 89 HSP; k) 92 HSP; l) Pengikatan Buah yang Pecah ..................................................................
35
15. Buah dan Benih Adenium: a) Buah yang Merekah; b) Buah Kering dan Membuka; c) Susunan Benih dalam Buah; d) Sekumpulan Benih; e) Benih yang Dikeluarkan dari Buah; f) Benih dengan Bulu; g) Bulu yang Mengembang setelah Kering; h) Benih Dipisahkan dari Bulu ................................
36
16. Benih Adenium: a) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X Carmello; b) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X Ortiz; c) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X A. somalense; d) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X A. somalense; e) Benih penyerbukan sendiri A. somalense ......
37
17. Pertumbuhan Kecambah Adenium, a) 1 HST; b) 3 HST; c) 4 HST; d) 6 HST; e) 8 HST; f) 9 HST; g) 11 HST; h) 16 HST; i) 43 HST .....................................................................
41
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Iklim Harian Wilayah Sawangan Depok .............................
47
2. Pengamatan Pecah Buah ......................................................
48
3. Pengukuran Kadar Air Benih ...............................................
49
4. Sidik Ragam Kadar Air Benih Adenium .............................
50
5. Persentase Perkecambahan Benih Adenium ........................
51
6. Sidik Ragam Persentase Perkecambahan Benih Adenium ...
51
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Negara yang memiliki iklim tropis sangat baik untuk budidaya berbagai jenis tanaman, salah satunya adalah tanaman hias. Perkembangan budidaya tanaman hias di Indonesia kini semakin meningkat, permintaan masyarakat akan tanaman hias pun semakin tinggi, serta semakin banyaknya pembudidaya tanaman hias. Secara umum produksi tanaman hias mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14% per tahun (2001-2005). Salah satu tanaman hias yang cukup digemari oleh para kolektor tanaman adalah adenium. Adenium merupakan tanaman hias bunga yang memiliki penampilan menarik, dengan bunga yang beraneka warna dan bentuk yang indah. Tanaman adenium cukup mudah dirawat dan dibudidayakan. Cara perbanyakan tanaman adenium pada umumnya dengan stek dan sambung (grafting), tetapi untuk mendapatkan varian baru menggunakan biji. Akan tetapi adenium sulit menghasilkan buah secara alami. Oleh karena itu para pembudidaya melakukan persilangan berbagai jenis adenium untuk memperoleh varian baru (bentuk dan warna baru yang unik). Dari persilangan jenis adenium lokal maupun hibrida, dengan berbagai bentuk, warna, ukuran, dan corak, diharapkan akan muncul jenis baru dengan berbagai sifat unggul, seperti tahan busuk bonggol/akar, pertumbuhannya cepat, batang dan sistem perakarannya kokoh serta kuat, dan sebagainya (Djoemairi, 2008). Sampai saat ini belum tersedia informasi tingkat persentase keberhasilan reproduksi adenium dari penyerbukan sendiri atau silang. Persilangan intervarietas dan interspesies perlu diteliti untuk mempelajari kompabilitasnya. Viabilitas benih dari penyerbukan sendiri maupun silang perlu diteliti, disamping struktur kecambah dan lama perkecambahan.
Tujuan 1. Mempelajari keberhasilan reproduksi adenium dari penyerbukan alami, penyerbukan sendiri terkendali, dan penyerbukan silang terkendali, serta adanya reaksi self-incompatibility. 2. Mempelajari struktur dan viabilitas benih, serta struktur kecambah.
Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan silang terkendali lebih tinggi dari penyerbukan alami dan penyerbukan sendiri terkendali. 2. Viabilitas benih dari penyerbukan silang terkendali lebih tinggi daripada dari penyerbukan alami dan sendiri terkendali.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Tanaman Hias Indonesia Ekspor komoditi di sektor hortikultura mengalami peningkatan selama kurun waktu 2001-2005. Pada 2001, volume ekspor tanaman hortikultura tercatat sebesar 340 337 ton, namun pada 2005, volume ekspornya meningkat menjadi 354 642 ton. Peningkatan volume dan nilai ekspor hortikultura tersebut disebabkan oleh semakin membaiknya produksi tanaman hortikultura. Total produksi hortikultura selama tahun 2001 - 2005 menunjukkan peningkatan sebesar rata-rata 9.49% per tahun. Hal ini disebabkan karena luas lahan panen komoditi hortikultura juga mengalami peningkatan. Luas panen tanaman hias pada periode 2001-2005 juga meningkat, dengan rata-rata sebesar 54.86% per tahun (Anonim, 2008).
Tanaman Adenium Adenium merupakan tanaman hias bunga sukulen dimana habitat aslinya adalah daerah beriklim kering (arid) Afrika, walaupun demikian adenium tidak harus ditanam dengan kondisi gurun. Tanaman adenium memiliki umur panjang, bahkan dapat mencapai umur ratusan tahun. Tanaman adenium berasal dari famili Apocynaceae dan Genus Adenium. Spesies adenium diantaranya Adenium obesum, A. multiflorum, A. swazicum, A. boehmianum, A. oleifolium, A. solamalense, A. somalense var. cripsum, A. arabicum, dan A. socotranum. Tanaman
adenium
merupakan
tanaman
C4,
sehingga
adenium
membutuhkan cahaya matahari langsung dengan intensitas minimal 80%. Namun untuk tanaman dewasa, sinar matahari selama 8 - 12 jam sehari sangat baik untuk pertumbuhan dan pembungaan. Bibit tanaman adenium umur 6 bulan kebawah membutuhkan sinar matahari 4 jam sehari, sedangkan bibit 6 – 12 bulan, 6 jam sehari. Secara umum adenium membutuhkan sinar matahari langsung 5 – 7 jam sehari. Adenium menyukai suhu panas seperti di daerah tropis (30 – 350C), namun semakin panas akan mengakibatkan bunga berumur pendek atau cepat layu. Suhu yang dingin pada malam hari (dibawah 100C) akan menyebabkan adenium berhenti untuk tumbuh (Palin, 2008). Kondisi lingkungan tersebut menunjukkan
bahwa kondisi cuaca Indonesia sangat cocok untuk perkembangan adenium. Berikut penjelasan karakteristik beberapa jenis adenium: 1. Adenium obesum Bunga berwarna merah muda sampai merah cerah dengan corong berwarna putih. Jenis ini banyak dijadikan induk silangan sehingga muncul varietas-varietas baru yang beragam penampilannya. Pada habitat aslinya tanaman ini tumbuh menyemak dengan tinggi mencapai 10 - 12 meter. Batang tumbuh menebal dari bawah dan semakin kecil keatas. Panjang daun 3 – 10 cm dengan ujung yang membulat. Adenium obesum tidak memiliki masa dorman yang pasti sehingga pertumbuhannya relatif cepat dan rajin berbunga. Biasanya steril jika dilakukan penyerbukan sendiri, oleh karena itu tanaman jenis ini baik jika disilangkan. 2. Adenium somalense Adenium jenis ini banyak disilangkan dengan Adenium obesum. Keistimewaan dari Adenium somalense adalah memiliki motif strip dari tepi menuju bagian dalam korola. Bunganya memiliki diameter sekitar 5 – 7 cm dan berwarna merah muda hingga merah menyala. Varietas Adenium somalense yang banyak dijumpai adalah A. somalense var. crispum dan A. somalense var. somalense. Adenium somalense var. crispum memiliki bentuk yang kompak dengan daun memanjang dan bergelombang. Adenium ini memiliki bonggol akar yang besar dan keras dengan beberapa cabang berukuran kecil, tidak lebih dari satu kaki, dan memiliki daun lanset dan panjang. Bunganya berukuran kecil berwarna magenta hingga ungu muda dan memiliki corak strip yang kontras, dan memiliki warna benang sari yang mencolok. Kelopak bunganya berbentuk melengkung atau terpelintir. Jenis ini umumnya menurunkan motif dan warna yang cantik/menarik. Adenium somalense var. somalense memiliki sosok yang besar, kuat, tinggi, dan pertumbuhannya paling cepat, sehingga dalam waktu singkat tumbuhan ini dapat menjadi besar. Tanaman ini baik untuk dijadikan indukan silangan, oleh karena itu jenis ini menjadi salah satu penghasil spesies silangan terbanyak diseluruh dunia. Ciri
khas dari adenium ini adalah pada motif strip merah hingga ujung bunga, dan bunganya lebih besar dari varietas crispum.
Perbanyakan Tanaman Adenium Perbanyakan tanaman adenium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif adalah perbanyakan melalui biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, okulasi, sambung (grafting), dan sisip. Sambung dan sisip digunakan sebagai teknik yang paling cepat untuk memperbanyak varietas baru adenium yaitu dengan menyambung batang bawah dari biji dengan batang atas yang baru, sedangkan stek digunakan untuk memperoleh tanaman yang sama. Tingkat keberhasilan pembuahan adenium secara alami cenderung rendah, hal ini disebabkan karena struktur anatomi bunga adenium tertutup (Palin, 2008). Oleh karena itu perbanyakan dengan biji jarang dilakukan, kecuali jika dilakukan penyerbukan terkendali untuk memperoleh varian baru. Selain itu tanaman yang berasal dari biji cenderung membentuk bonggol yang besar.
Pemilihan Pohon Induk Menurut Tari (2008), beberapa hal yang harus diperhatikan saat memilih pohon induk adalah: 1. Spesies adenium Jenis adenium yang banyak dijadikan indukan adalah A. obesum, A. multiforum, A. swazicum, A. somalense, A. arabicum, dan A. socotranum. 2. Sifat tanaman Pohon induk yang dipilih mudah berbunga, memiliki corak atau warna yang baik, pertumbuhannya cepat, dan berbunga secara serempak. 3. Pohon induk jantan dan betina Induk jantan yang digunakan memiliki polen yang viabel, berjumlah banyak, dan kompatibel terhadap induk betina. Sedangkan Induk betina yang digunakan memiliki ovul yang fertil, kompatibel terhadap pohon induk jantan, masa reseptif yang cukup panjang, dan memiliki karakter yang diinginkan.
4. Bunga mekar sempurna Bunga adenium yang dipilih adalah bunga yang telah mekar secara sempurna 5. Minimal diameter bonggol 10 cm Tanaman adenium yang dijadikan sebagai indukan minimal berdiameter bonggol 10 cm karena memiliki cukup cadangan makanan untuk mendukung pertumbuhan buah dan biji. 6. Cabang Pada
satu
cabang,
hanya
satu
bunga
yang
digunakan
untuk
persilangansupaya pertumbuhan buah maksimal. 7. Tanaman dalam kondisi sehat Tanaman adenium yang digunakan harus dalam kondisi sehat dan berbunga banyak supaya tidak mewariskan penyakit kepada anakannya.
Bunga Adenium Bunga adenium berbentuk seperti terompet atau lonceng dan termasuk jenis bunga berumah satu. Di dalam satu bunga terdapat petal atau mahkota bunga, sepal atau kelopak bunga, tepung sari atau polen, putik (stigma), tangkai bunga, dan ovary atau kandung embrio. Pada bunga adenium, petal berjumlah lima helai, namun terkadang ada yang berjumlah sampai dengan enam helai, atau hanya berjumlah empat helai saja. Petal adenium berwarna putih, merah muda, merah cerah, merah oranye, merah tua, merah kehitaman, ungu muda. Bentuk petal beraneka ragam seperti lancip, bulat, tepi bergerigi, dan bergelombang. Jarak antar petal pada adenium beragam, ada yang agak jarang, rapat, dan ada yang saling tumpang tindih pada salah satu sisinya (overlapping) dengan corak polos, bergaris, dan ada juga yang bercorak garis ornamental. Kelopak bunga atau sepal terletak di bawah corong bunga, berbentuk lancip dengan warna cerah (Hapsari, 2007). Bunga adenium tumbuh menggerombol dan tersusun dalam suatu kelompok (cluster) dengan jumlah kuntum antara 2 - 12 buah. Bunga adenium tumbuh pada bagian pucuk/ujung dari batang atau cabangnya, tetapi ada juga yang bunganya tumbuh di bawah ujung batang atau cabang pada jenis-jenis tertentu.
Setelah mekar, bunga tersebut dapat bertahan selama 5 - 8 hari. Secara ukuran bunga adenium dikelompokan dalam tiga ukuran, yaitu kecil (diameter bunga sekitar 2 - 4 cm), sedang (diameter bunga sekitar 4 - 6 cm), dan besar (diameter bunga sekitar 7 – 8.5 cm). Dua macam karakter yang teramati pada bentuk umum petal adalah oblong dan obo. Disebut oblong bila lebar petal lebih kecil dibanding panjang petal. Disebut obo bila lebar petal lebih besar atau sama dengan panjang petal. Dua macam karakter apex dijumpai pada bunga adenium, yaitu pointed dan rounded. Disebut pointed, bila ujung petal (apex) runcing seperti mata tombak. Disebut rounded, bila ujung petal membulat. Dua macam karakter tepi petal bunga adenium, adalah bergelombang (wavy) dan halus (smooth). Disebut wavy karena tepi petal bergelombang, disebut smooth bila bila tepi petalnya halus (Hapsari, 2007). Penyerbukan merupakan peristiwa menempelnya polen pada kepala putik, kemudian terjadi proses pembuahan, yaitu suatu proses peleburan gamet jantan dan gamet betina membentuk zigot dan berkembang menjadi buah. Penyerbukan terjadi jika polen dan stigma berada pada tingkat kematangan yang sama. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan bantuan angin, serangga, kupukupu, ataupun penyerbukan buatan yang dilakukan oleh manusia (Djoemairi, 2008). Pada bunga adenium, bakal buah terdapat dibagian bawah bunga, tepatnya pada ujung tangkai bunga. Jika pembuahan telah terjadi, sepasang bakal buah akan tumbuh, berkembang, serta membesar. Tangkai bunganya akan tetap kokoh bertahan, dan nantinya akan ikut membesar. Bakal buah tersebut akan menjadi sepasang buah yang berbentuk menyerupai tanduk, saling berhadapan, dengan diameter sekitar 1.5 – 2.5 cm (Djoemairi, 2008).
Buah Adenium Bentuk buah adenium bermacam-macam tergantung pada jenisnya, ada yang bulat besar (gemuk) dan panjang, ada pula yang kecil (ramping) dan ujungnya meruncing. Secara umum, ukuran buah adenium ada yang kecil dengan panjang buah berkisar antara 10 – 15 cm, sedang dengan panjang buah 20 – 30
cm, dan besar dengan ukuran panjang sekitar 30 – 50 cm. terkadang dijumpai buah yang bentuknya tidak sepasang tapi berjumlah tiga buah (seperti trisula). Buah dari adenium pada mulanya berwarna hijau hingga hijau tua, setelah masak berwarna hijau kemerahan, merah tua, atau merah kecoklatan. Pada umumnya buah adenium akan matang pada umur 8 – 12 minggu sejak pembuahan, namun ada beberapa jenis adenium yang waktu kematangannya lebih lama lagi. Dalam satu pasang seed pot kematangan buah terkadang tidak bersamaan. Jika buah telah matang, kulit buah akan pecah dan bijinya akan berterbangan tertiup angin (Djoemairi, 2008). Dalam sepasang buah terdapat biji yang jumlahnya cukup banyak. Umumnya sepasang buah adenium berisi antara 60 – 200 buah, tergantung jenis, ukuran, usia tanaman induk, kondisi tanaman, dan pertumbuhan/perkembangan buahnya. Biji adenium berwarna kuning keputihan. Panjang biji adenium sekitar 1 – 1.5 cm dengan tebal 2 – 3 mm dan kedua ujungnya terdapat bulu-bulu halus yang cukup panjang (Djoemairi, 2008).
Inkompatibilitas Menurut Rizain (1999) pistil memiliki kondisi yang cukup bagi kebutuhan polen agar terjadi pembuahan. Pada kondisi inkompatibel, pistil yang fertil gagal membentuk biji dengan polen yang viabel dan fertil sesudah penyerbukan sendiri, tetapi polen tersebut mampu menyebabkan pembuahan pada pistil yang lain. index of self incompatibility menggambarkan intensitas inkompabilitas yang terjadi pada penyerbukan sendiri dan silang, dapat dihitung dengan membagi persentase inisiasi buah dari penyerbukan sendiri dengan penyerbukan silang jenis adenium. Menurut Zapata dan Arroyo (1978) berdasarkan nilai index of self incompatibility (ISI), tanaman dapat dikelompokkan menjadi: 1. Completely self incompatible dimana nilai ISI = 0 2. Mostly self incompatible dimana nilainya 0 < ISI <0,2 3. Partially self incompatible dimana nilainya 0,2 < ISI < 1 4. Completely compatible dimana nilai ISI > 1 Kegagalan fertilisasi akibat adanya self incompatibility dapat dikurangi dengan penyerbukan silang, akan tetapi penyerbukan silang antar tetua yang
berkerabat dekat juga mempunyai peluang untuk terjadinya inkompatibilitas, sehingga penyerbukan silang sebaiknya dilakukan antar tetua berkerabat jauh (Rizain, 1999).
Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Sutopo (2004) menyatakan bahwa terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman, yaitu 1. Epigeal (epigeous), dimana munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah 2. Hipogeal
(hypogeous),
dimana
munculnya
radikula
diikuti
dengan
pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah. Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkecambahan, yaitu faktor internal dan eksternal (Sutopo, 2004). Faktor internal mencakup faktor genetik (dormansi, komposisi kimia benih), tingkat kemasakan benih, umur benih, dan penghambat perkecambahan. Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Sedangkan faktor eksternal mencakup air, suhu, cahaya, gas, dan medium perkecamahan. Air berfungsi untuk reaktivasi enzim, melunakkan kulit benih, transport metabolit, dan memungkinkan masuknya oksigen. Suhu dapat berpengaruh
terhadap perkecambahan dalam
meningkatkan aktivitas metabolisme. Suhu dapat mengatur perkecambahan melalui tiga cara, yaitu menentukan kapasitas dan kecepatan perkecambahan, mematahkan dormansi primer maupun sekunder, dan menginduksi dormansi sekunder. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung dari intensitas cahaya (optimum untuk perkecambahan 100-200 foot candle), dan kualitas cahaya yang dinyatakan dalam panjang gelombang cahaya. Cahaya merah dengan
panjang gelombang 670 nm dapat menstimulir perkecambahan, sedangkan cahaya infra merah dengan panjang gelombang 700 nm bersifat menghambat perkecambahan. Respon terhadap cahaya pada proses perkecambahan dapat terjadi karena adanya pigmen penangkap cahaya yang disebut phytochrom. Faktor lain yang mempengaruhi perkecambahan adalah gas dan media perkecambahan. Walaupun komposisi gas di udara telah memenuhi syarat untuk perkecambahan,
tetapi
ada
beberapa
benih
yang
tanggap
terhadap
peningkatan/penurunan konsentrasi oksigen. Keadaan
fisik
media
perkecambahan
misalnya
kemampuan
mempertahankan kelembaban, kadar garam tinggi, adanya nitrit, dan lain-lain dapat mempengaruhi perkecambahan. Selain itu ada tidaknya aktivitas mikroorganisme penghasil inhibitor perkecambahan, bahan organik hasil dekomposisi, dan lain-lain dalam media juga dapat menghambat perkecambahan (Widajati et al., 2009).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Godongijo Nursery, Sawangan Depok, dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi benih IPB, dari bulan Februari hingga Juli 2009.
Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adenium obesum var. Ortiz dan var. Carmello, serta Adenium somalense, yang terdapat di Godongijo Nursery. Adenium tersebut berasal dari famili Apocynaceae dan genus Adenium. Tanaman adenium yang digunakan terletak pada dua tempat yang terpisah, yaitu rumah plastik induk tempat Adenium obesum var. Ortis dan Adenium obesum var. Carmello, serta rumah plastik showroom tempat Adenium somalense. Tanaman telah dewasa dan berbunga serta memiliki pertumbuhan vegetatif baik. Bahan lain yang digunakan adalah Iodium, media tanam berupa campuran arang sekam dan cocopeat dengan perbandingan 1:1, serta pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K sebesar 20:20:20. Sedangkan alat yang digunakan adalah pinset, cutter, gunting, tusuk gigi, selotip, spidol, label, kamera, plastik/kantung kertas, penggaris, jangka sorong, mikroskop, gelas obyek, dan oven, neraca analitik, serta desikator untuk mengukur kadar air benih. Sedangkan untuk pengamatan perkecambahan benih adenium digunakan boks plastik berisi arang sekam yang lembab sebagai media pengecambahan.
Metode Penelitian A. Penyerbukan tanaman adenium Persilangan dilakukan pada dua spesies adenium, yaitu Adenium obesum var. Ortiz dan var. Carmello, serta Adenium somalense. Dalam penelitian ini dilakukan tiga macam penyerbukan, yaitu penyerbukan terbuka (alami), penyerbukan sendiri terkendali, penyerbukan silang terkendali, dan resiprokalnya. Secara keseluruhan terdapat 12 perlakuan percobaan sebagai berikut:
1. Penyerbukan terbuka/alami a. Adenium obesum var. Ortiz b. Adenium obesum var. Carmello c. Adenium somalense 2. Penyerbukan sendiri terkendali a. Adenium obesum var. Ortiz b. Adenium obesum var. Carmello c. Adenium somalense 3. Penyerbukan silang terkendali a. A.obesum var. Ortiz X var. Carmello b. A. obesum var. Carmello X var. Ortiz
intervarietas
c. A.obesum var. Ortiz X Adenium somalense d. Adenium somalense X A.obesum var. Ortiz e. A. obesum var. Carmello X Adenium somalense
interspesies
f. Adenium somalense X A. obesum var. Carmello Penyerbukan silang dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu intraspesies (intervarietas) antara Adenium obesum var. Ortiz X var. Carmello, serta interspesies antara Adenium obesum X Adenium somalense. Masing-masing perlakuan diulang 5 kali, sehingga diperoleh 60 satuan percobaannya. Keberhasilan reproduksi (KR) dihitung dengan rumus sesuai Wiens et al. (1987) sbb: KR: rasio buah/bunga X rasio biji/ovul Dalam melakukan penyerbukan ada kalanya tidak terjadi fertilisasi, hal ini dapat disebabkan karena adanya inkompatibilitas antar jenis adenium yang disilangkan. Pada penyerbukan sendiri inkompatibilitas ini dikenal dengan self incompatibility. Intensitas self incompatibility ini dapat diperkirakan berdasarkan index of self incompatibility (ISI), yaitu dengan menghitung persentase pembentukan buah dari penyerbukan sendiri dan silang. Zapata dan Arroyo (1978) membuat suatu rumus untuk menghitung index of self incompatibility (ISI), yaitu:
Persentase pembentukan buah dari penyerbukan sendiri ISI =
Persentase pembentukan buah dari penyerbukan silang
Fruit set penyerbukan silang yang digunakan merupakan rata-rata dari fruit set hasil persilangan yang menggunakan jenis tersebut sebagai induk betina. Misalnya perhitungan nilai ISI pada A. somalense, merupakan rata-rata fruit set penyerbukan silang A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan A. somalense X A. obesum var. Carmello.
B. Perkembangan buah adenium Pengamatan perkembangan buah dilakukan dengan mengukur panjang dan diameter buah, warna buah yang terbentuk dan perubahannya, lama perkembangan buah dari masing-masing penyerbukan, jumlah biji per buah, dan bobot kulit buah. Pengamatan ini dilakukan dua kali dalam satu minggu pecah. Hari pengamatan terbagi menjadi tiga pasangan hari, yaitu hari senin dengan kamis, selasa dengan jumat, dan rabu dengan sabtu. Pasangan hari pengamatan ini diaplikasikan sesuai dengan hari buah tersebut mulai muncul. Jika buah muncul hari senin, maka pengamatan dilakukan setiap hari senin dan kamis, demikian juga sebaliknya. Pengamatan yang sama berlaku untuk hari selasa dan rabu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengamatan perkembangan buah. Setiap hari pengamatan akan diberi kode P, jadi pengamatan pertama diberi kode P1, pengamatan kedua diberi kode P2, dan seterusnya. Pengamatan panjang dan diameter buah, dilakukan dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong, sedangkan pengamatan perubahan warna buah dilakukan secara visual.
C. Struktur benih adenium Pengamatan struktur eksternal mencakup jumlah, bentuk, ukuran, bobot, warna, kekerasan, tekstur kulit, dan ada/tidaknya bulu pada testa. Sedangkan pengamatan internal adalah kadar air. Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 105o C selama 17 jam. Sebelum dan setelah dimasukkan ke dalam oven, benih
ditimbang dengan menggunakan neraca analitik untuk mendapatkan bobot basah (BB) dan bobot kering (BK). Bobot basah dan kering ini digunakan untuk menghitung kadar air (KA) dari benih dengan menggunakan rumus: Kadar Air Benih =
BB BK x 100% BB
Data kadar air diolah dengan analisis ragam (ANOVA) menggunakan rancangan acak lengkap dengan taraf nyata 5%. Sidik ragam yang digunakan adalah uji F untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan. Jika perlakuan berpengaruh nyata pada uji F, dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Dalam penelitian ini, model rancangan statistika yang digunakan adalah: Yijk = m + k i + εij Yi
= Respon pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
m
= Nilai tengah pengamatan
ki
= Pengaruh jenis penyerbukan ke-i
εij
= Galat percobaan
D. Perkecambahan dan struktur kecambah adenium Untuk mengetahui viabilitas benih yang terbentuk, benih dikecambahkan dalam arang sekam lembab. Sebelum dikecambahkan, benih dan media dapat diberi vitamin B1, 1 – Naphthyl Acetic Acid atau Propamocarb Hidochloride sebelum penanaman untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Stuktur kecambah diamati sejak satu hinggga sepuluh hari setelah pengecambahan. Perkecambahan masing-masing lot dari penyerbukan yang berbeda dianalisis dengan menggunakan uji F dengan taraf nyata 5%. Jika perlakuan berpengaruh nyata pada uji F, dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Model rancangan statistika yang digunakan adalah: Yijk = m + k i + εij Yi
= Respon pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
m
= Nilai tengah pengamatan
ki
= Pengaruh jenis penyerbukan ke-i
εij
= Galat percobaan
Perkecambahan diamati berdasarkan 25 benih dari masing-masing jenis penyerbukan. Persentase perkecambahan (PP) dapat dihitung dengan rumus: Jumlah kecambah yang dihasilkan PP =
Jumlah contoh benih yang diuji
X 100%
Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di rumah plastik Godongijo Nursery. Tanaman adenium yang digunakan merupakan tanaman dewasa yang telah berbunga, dalam satu tanaman adenium biasanya terdapat 2 – 12 kuntum bunga, sehingga untuk penyerbukan buatan, setiap perlakuan tidak harus dilakukan per satu pot, tetapi dalam satu pot dapat dilakukan beberapa perlakuan atau ulangan, tergantung jumlah bunga yang ada dalam satu tanaman tersebut. Penyerbukan bunga dilakukan dengan menggunakan alat bersih dan dalam kondisi baik, yaitu pinset, cutter atau pisau kecil, gunting, tusuk gigi, selotip, spidol, label. Demikian cara melakukan penyerbukan: 1. Penyerbukan sendiri terkendali Mempersiapkan alat dan bahan. Memegang dan mengatur posisi kuntum kuntum bunga sedemikian rupa agar jatuhnya polen nantinya dapat mengenai/menempel pada stigma. Menekan corong bunga dengan ringan beberapa kali, diharapkan polen yang telah matang berguguran dan jatuh menempel pada stigma. Cara lain adalah ketika corong bunga telah dalam posisi tegak lurus, menyentil corong bunga beberapa kali supaya polen jatuh pada stigma. Menyiram tanaman yang telah diserbukkan dengan menggunakan pupuk majemuk satu minggu sekali. 2. Penyerbukan silang terkendali Merobek sebagian kelopak/mahkota bunga hingga kelopak bagian dalam terlihat. Menyisipkan alat bantu (tusuk gigi) untuk mengambil polen pada dua buah sulur bunga untuk memisahkannya dari sulur-sulur yang lain.
Setelah kedua sulur bunga terpisah, menarik secara perlahan sampai sebagian kelopak polen terbuka. Ketika kelopak polen telah terbuka, polen dapat dilihat. Dengan perlahan dan hati-hati, mengambil polen tersebut dengan tusuk gigi. Menempelkan polen yang telah diambil tersebut pada stigma dengan perlahan dan hati-hati. Meratakan polen tersebut sehingga sedapat mungkin polen memenuhi seluruh permukaan stigma. Menyiram tanaman yang telah diserbukkan dengan menggunakan pupuk majemuk satu minggu sekali. 3. Penyerbukan Terbuka Cara untuk melakukan penyerbukan terbuka adalah dengan menandai bunga yang akan digunakan, kemudian membiarkan bunga-bunga tersebut menyerbuk dengan sendirinya. Jika langkah penyerbukan ini berhasil, ditandai dengan bunga yang layu dan gugur, namun tangkai bunganya bertahan segar. Kemudian tangkai ini membesar seiring perkembangan buah. Pemeliharaan tanaman dilakukan supaya kondisi tanaman tetap baik dan buah dapat bertumbuh secara sempurna, dengan cara: 1. Meletakkan tanaman pada tempat yang cukup terkena sinar matahari. 2. Menyiram tanaman dengan air secukupnya 3 – 4 hari sekali tergantung kondisi lingkungannya. 3. Mengendalikan hama penyakit dengan menggunakan pestisida. 4. Memupuk tanaman dengan menggunakan pupuk majemuk. 5. Mengikat buah menjelang matang, supaya biji tidak berterbangan saat kulit buah merekah/terbuka. Perkecambahan diamati dengan mengecambahkan benih dalam media arang sekam yang dicampur cocopeat. Benih ditanam dalam bak/boks plastik sebanyak 25 butir per ulangan, diulang tiga kali. Boks plastik diletakkan di tempat yang sejuk dan cukup sinar matahari.
Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap hari dari awal sampai akhir kegiatan penelitian. Faktor yang diamati adalah sebagai berikut:
A. Pengamatan penyerbukan tanaman adenium 1. Struktur bunga: warna dan ukuran, bentuk petal, serta jumlah garis nektar. 2. Jumlah ovul per karpel: perhitungan jumlah ovul per karpel dilakukan dengan membelah ovarium secara membujur dan melintang, dan ovul yang nampak dibawah mikroskop dihitung. Jumlah total ovul merupakan perkalian jumlah ovul pada penampang membujur dan melintang. B. Pengamatan perkembangan buah adenium Pengamatan dua kali dalam satu minggu pada setiap buah, berupa: 1. Perubahan warna buah yang terbentuk. 2. Ukuran buah, yaitu panjang dan diameter. 3. Lama pemasakan buah. 4. Bobot kulit buah. C. Pengamatan struktur benih adenium Pengamatan saat panen benih, berupa: 1. Jumlah benih per buah. 2. Bentuk benih. 3. Ukuran benih, yaitu panjang dan diameter. 4. Bobot benih dan bulu benih. 5. Kadar air benih. 6. Warna dan tekstur benih. D. Pengamatan perkecambahan dan struktur kecambah Pengamatan perkecambahan dan struktur kecambah dilakukan setiap hari selama 10 hari sejak benih ditanam. Pengamatan yang dilakukan adalah: 1. Hari/waktu saat benih tersebut berkecambah. 2. Tipe perkecambahan (epigeal/hipogeal), struktur kecambah (tempat munculnya plumula dan radikula). 3. Persentase
perkecambahan,
dihitung
dari
persentase
benih
yang
berkecambah. Kecambah untuk menghitung persentase perkecambahan adalah yang telah membentuk paling sedikit dua helai daun, karena belum ada kriteria kecambah normal untuk adenium.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman adenium merupakan tanaman yang memerlukan kondisi tumbuh kering dengan intensitas cahaya matahari tinggi untuk berbunga. Sampai saat ini A. obesum merupakan spesies yang paling banyak dikembangbiakkan dan digunakan dalam persilangan untuk mendapatkan bunga yang beranekaragam bentuk dan warnanya, serta diperoleh bonggol yang unik (Gambar 1). Data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi, Dramaga, Bogor, selama bulan Februari hingga Juli 2009, menunjukkan bahwa wilayah Sawangan, Depok memiliki suhu rata-rata harian berkisar antara 24.3 - 26.2oC, curah hujan 12 - 27 mm/hari, intensitas cahaya berkisar 212.3 – 306.7 foot candle, dan kelembaban berkisar antara 82 - 85.2% (Lampiran 1). Sedangkan suhu dalam rumah plastik 44 – 47oC.
a
b
c
Gambar 1. Tanaman Adenium: a) Bonggol yang Unik; b) Daun Adenium Cukup Lebat; c) Adenium Stek E. Penyerbukan tanaman adenium Menurut Hapsari (2007) secara umum morfologi bunga adenium dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu berbentuk membulat (rounded shape) dan bintang (star shape), tersusun atas lima lembar petal (ciri tanaman dikotil). Dengan adanya keanekaragaman warna dan pola petal, serta morfologi bunga dapat dihasilkan lebih dari dua ratus jenis bunga adenium. Bunga Adenium obesum var. Ortiz, var. Carmello, dan Adenium somalense memiliki bentuk membulat (round shape) dan tepi bunga yang bergelombang (wavy), sedangkan bunga A. somalense memiliki tepi bunga yang halus (smooth). Bunga A. obesum
var. Ortiz berwarna merah dengan korola (corong) yang berwarna putih kemerahan, sedangkan bunga var. Carmello berwarna putih dengan corak garis pink dibagian tepi korola, dan A. somalense berwarna merah muda dengan bagian dalam korola berwarna putih kekuningan (Gambar 2). Bagian dalam korola terdapat garis-garis yang disebut garis nektar, yang berpusat pada bagian dasar bunga tempat kelenjar nektar berada. Pada A. obesum var. Ortiz terdapat lima kelompok garis nektar yang berwarna merah, masingmasing terdiri atas tiga garis berdekatan yang berbulu. Pada A. obesum var. Carmello garis nektar berwarna merah muda tunggal sebanyak lima buah dan tidak berbulu. Sedangkan A. somalense memiliki lima kelompok garis nektar yang masing-masing berisi tiga garis berdekatan yang berbulu (Gambar 3). Bentuk petal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu oblong dan obo. Petal oblong bila lebar petal lebih kecil dibanding panjang petal. Disebut obo bila lebar lebih besar atau sama dengan panjang petal (Hapsari, 2007). Bunga A. obesum var. Ortiz dan Carmello mempunyai bentuk petal obo, sedangkan A. somalense termasuk oblong. Ketiga jenis adenium memiliki lima kelopak, dan dua bakal buah. Panjang bunga dewasa A. obesum var. Ortiz, yaitu dari pangkal bunga hingga ujung petal, sekitar 6,5 cm, panjang korola sekitar 4 cm, panjang tangkai bunga (pedicel) 1,5 cm, dan lebar kelopak 2,5 cm. Jarak antar petal bunga rapat dan dalam satu kelompok terdapat sekitar 2-5 bunga mekar. Panjang bunga dewasa A. obesum var. Carmello sekitar 6,5 cm, dengan panjang korola sekitar 4 cm, panjang tangkai bunga (pedicel) 1,5 cm dan lebar kelopak 2 cm. Jarak antar petal bunga rapat dan dalam satu kelompok terdapat sekitar 4-10 bunga mekar. Adenium somalense memiliki panjang bunga sekitar 7,5 cm, dengan panjang korola sekitar 5 cm, tangkai bunga (pedicel) 1,5 cm, dan lebar kelopak 3 cm. Jarak antar petal bunga tidak terlalu rapat dan dalam satu kelompok terdapat sekitar 2-4 bunga yang mekar. Bunga adenium merupakan bunga hermaprodit karena dalam setiap bunga terdapat pistil dan stamen. Antera pada bunga adenium tidak berada diujung benang sari, tetapi pada pangkal benang sari (Hapsari, 2007), kelimanya menempel satu sama lain.
a
b
c
d
e
f
g
h
i
Gambar 2. Bunga, Tangkai, dan Korola Bunga A. obesum var. Ortiz (a, b, c); A. obesum var. Carmello (c, d, e); dan A. somalense (g, h, i).
a
b
berbulu
tidak berbulu
Gambar 3. Penampang Garis Nektar: a) A. obesum var. Ortiz dan A. somalense; b) A. obesum var. Carmello
Jumlah Ovul Secara anatomis biji adalah ovul yang telah dibuahi dan berkembang membentuk komponen-komponen biji. Oleh karena itu jumlah ovul dalam setiap karpel merupakan potensi produksi biji. Pengamatan jumlah ovul per karpel pada adenium yang diamati bervariasi antar jenis (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Ovul per Karpel Tiap Jenis Adenium No
Jenis adenium
1
Adenium obesum var. Ortiz
2
Adenium obesum var. Carmello
3
Adenium somalense
Jumlah ovul Bujur Lintang 8 13 7 14 7 14 9 16 7 19 8 16 7 11 10 10 10 15 7 12 7 17 5 15 6 11 9 20 10 8
Jml ovul/ karpel 104 98 98 144 133 128 77 100 150 84 119 75 66 180 80
Kisaran
98-144
77-150
66-180
Jumlah ovul pada A. obesum var. Ortiz berkisar antara 98-144 dengan rataan 121, A. obesum var. Carmello berkisar antara 77-150 dengan rataan 114, dan A. somalense berkisar antara 66-180 dengan rataan 123. Dari rata-rata jumlah ovul tersebut diketahui bahwa potensi produksi biji A. somalense paling tinggi, disusul oleh A. somalense, dan A. obesum var. Carmello paling rendah. Ovul adenium berbentuk oval panjang, berwarna putih transparan, dan berimpitan satu dengan lainnya, dan tersusun dalam ovarium secara aksilar (Gambar 4). Perbedaan jumlah ovul tergantung dari jenis adenium. Dalam kondisi penyerbukan terjadi dengan sempurna (jumlah polen viabel yang cukup dan pada waktu yang tepat), jumlah ovul yang banyak akan menghasilkan banyak biji, sehingga buah yang terbentuk lebih besar dan panjang.
a
b
Gambar 4. Susunan Ovul: a) Penampang Membujur Karpel; b) Penampang Melintang Karpel Keberhasilan Reproduksi Penyerbukan yang berhasil dapat diamati 3 – 6 hari setelah penyerbukan (HSP) yang ditandai dengan gugurnya petal bunga. Waktu rontoknya petal berbeda antar jenis penyerbukan, secara umum terjadi dalam tiga HSP (Tabel 2). Jika penyerbukan berhasil, maka hanya petal saja yang rontok (Gambar 5a), sedangkan jika penyerbukan gagal maka tangkai serta seluruh bagian bunga rontok. Kerontokan
petal
pada
penyerbukan
yang
berhasil
menyisakan
karpel/bakal buah dan tangkainya yang tetap segar (Gambar 5b). Pada kondisi tersebut kadang terjadi perubahan warna bakal buah dari hijau menjadi merah, yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan penyerbukan. Perubahan warna dapat terjadi bersamaan dengan rontoknya petal atau 1 – 2 hari setelah petal rontok. Ada kalanya penyerbukan berhasil, namun tidak diikuti dengan perubahan warna bakal buah, warna tetap hijau (Gambar 5c). Pada keadaan demikian perubahan warna terjadi ketika buah matang.
a
b
c
Gambar 5. Penyerbukan Bunga Adenium yang Berhasil: a) Petal Rontok; b) Bakal Buah yang Tetap Berwarna Hijau; c) Bakal Buah yang Berwarna Merah
Tabel 2. Pengamatan Keberhasilan Penyerbukan Jenis penyerbukan Penyerbukan terbuka Penyerbukan sendiri A. somalense Inter A. obesum var. Ortiz X var. Carmello varietas A. obesum var. Carmello X var. Ortiz A. obesum var. Ortiz X A. somalense Inter A. somalense X A. obesum var. Ortiz spesies A. obesum var. Carmello X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Carmello
Petal rontok
Warna bakal buah
3 hari
H. kemerahan Merah Merah H. kemerahan H. kemerahan H. kemerahan Hijau
3 - 4 hari 5 - 6 hari 3 - 4 hari 3 hari 3 hari 3 hari
Keterangan: H = Hijau
Keberhasilan reproduksi dihitung setelah mengetahui rasio buah-bunga dan rasio biji-ovul. Rasio buah-bunga menunjukkan proporsi buah yang terbentuk dari bunga yang diserbuk. Sedangkan rasio biji-ovul menunjukkan proporsi ovul yang berhasil mengalami fertilisasi dan berkembang menjadi biji yang viabel. Keberhasilan reproduksi menunjukkan proporsi ovul yang dihasilkan tanaman yang berhasil mengalami fertilisasi dan berkembang menjadi biji yang viabel (Wiens et al., 1987) Penyerbukan terbuka dan penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz, var. Carmello, dan A. somalense gagal membentuk buah, sehingga penyerbukan diulang sekali lagi. Oleh karena itu jumlah bunga yang digunakan adalah sepuluh, demikian halnya penyerbukan silang antara A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan A. somalense X A. obesum var. Carmello. Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, dan penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense, A. somalense X A. obesum var. Ortiz, A. obesum var. Carmello X A. somalense, A. somalense X A. obesum var. Carmello hanya menggunakan lima bunga. Keberhasilan reproduksi dari tiap jenis penyerbukan disajikan dalam Tabel 3. Keberhasilan reproduksi menunjukkan efisiensi produksi benih yang terbentuk dari total jumlah ovul yang dihasilkan suatu tanaman. Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan terbuka pada ketiga kultivar yang diamati nihil, yang menunjukkan bahwa secara alami tanaman sulit menghasilkan biji yang viabel.
Tabel 3. Keberhasilan Reproduksi Tanaman Adenium Jumlah bunga yang diserbuk
Jumlah buah terbentuk
Rasio buah/bunga
Jumlah ovul induk betina
Jumlah biji
Rasio biji/ovul
Keberhasilan reproduksi (%)
A. obesum var. Ortiz
10
0
0
144
0
0
0
A. obesum var. Carmello
10
0
0
150
0
0
0
10
0
0
180
0
0
0
A. obesum var. Ortiz
10
0
0
144
0
0
0
A. obesum var. Carmello
10
0
0
150
0
0
0
A. somalense
10
1
0.1
180
148
0.822
0.082
A. obesum var. Ortiz X var. Carmello
5
5
1
144
109
0.757
0.757
A. obesum var. Carmello X var. Ortiz
5
4
0.8
150
140
0.933
0.747
A. obesum var. Ortiz X A. somalense
5
5
1
144
120
0.833
0.833
A. somalense X A. obesum var. Ortiz
10
2
0.4
180
0
0
0
A. obesum var. Carmello X A. somalense
5
4
0.8
150
126
0.84
0.672
A. somalense X A. obesum var. Carmello
10
1
0.1
180
0
0
0
No 1
2
3
4
Jenis penyerbukan Penyerbukan terbuka
A. somalense Penyerbukan sendiri
Penyerbukan silang intervarietas
Penyerbukan silang interspesies
Keberhasilan reproduksi dari penyerbukan sendiri A. somalense 0.082, yang menunjukkan bahwa dari 1000 ovul yang dihasilkan A. somalense hanya 82 saja yang berkembang menjadi biji yang viabel. Keberhasilan reproduksi penyerbukan silang intervarietas antara A. obesum var. Ortiz X var. Carmello 0.757, dan dari resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, 0.747. Keberhasilan reproduksi penyerbukan silang interspesies antara A. obesum var. Ortiz X A. somalense mencapai 0.833, sedangkan dari penyerbukan silang antara A. obesum var. Carmello X A. somalense 0.672. Resiprokal dari kedua pernyerbukan silang interspesies tersebut keduanya tidak menghasilkan biji sama sekali, hal ini menunjukkan bahwa A. somalense tidak dapat digunakan sebagai induk betina dalam penyerbukan silang. Persentase pembentukan buah dari penyerbukan silang lebih tinggi daripada penyerbukan terbuka dan penyerbukan sendiri. Pembentukan buah pada penyerbukan terbuka/alami pada A. obesum var. Ortiz, var. Carmello, dan A. somalense sebesar 0%, demikian halnya dengan penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello. Penyerbukan sendiri A. somalense menghasilkan pembentukan buah mencapai 10%. Pembentukan buah dari penyerbukan silang intervarietas antara A. obesum var. Ortiz X var. Carmello mencapai 100%, sedangkan antara A. obesum var. Carmello X var. Ortiz hanya 80%. Pada penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense pembentukan buah mencapai 100%, dan penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X A. somalense mencapai 80%. Namun penyerbukan silang interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz pembentukan buah hanya 20%, dan A. somalense X A. obesum var. Carmello sebesar 10% (Tabel 4). Penyerbukan terbuka A. obesum dan A. somalense, serta pada penyerbukan sendiri A. obesum tidak menginisiasi buah. Oleh karena itu hasil dan pembahasan selanjutnya hanya mencakup penyerbukan yang menghasilkan buah. Penyerbukan yang berhasil menghasilkan buah masak yang mengandung biji viabel. Penyerbukan silang interspesies antara A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan A. somalense X A. obesum var. Carmello buah terinisiasi dan berkembang mencapai ukuran 14-15 cm, kemudian buah membusuk (terserang
penyakit) dalam perkembangannya, sehingga tidak dapat dipanen untuk pengamatan perkecambahan bijinya. Berdasarkan morfologi bunganya, bunga adenium hanya dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga adenium tidak beraroma dan tidak menghasilkan banyak nektar untuk menarik hewan/serangga sebagai vektor pembawa polen, diduga adenium tidak diserbuk oleh hewan/serangga pencari nektar atau polen. Sebagian besar bunga yang berhasil berkembang menjadi buah adalah yang diserbuk silang. Oleh karena itu buah yang kadang terbentuk secara alami diduga merupakan hasil dari penyerbukan sendiri. Penyerbukan sendiri terkendali yang dilakukan terhadap ketiga kultivar menghasilkan persentase pembentukan buah yang sangat rendah, yang mengindikasikan adanya reaksi self incompatibility, yaitu ketidakmampuan tanaman hermaprodit fertil untuk menghasilkan biji yang viabel setelah terjadinya penyerbukan
sendiri.
Intensitas
self
incompatibility
dapat
diperkirakan
berdasarkan index of self incompatibility (ISI), yang diperoleh dengan menghitung inisiasi buah pada tiap jenis penyerbukan yang tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4. Persentase Pembentukan Buah dari Penyerbukan Terbuka, Sendiri, dan Silang Intervarietas dan Interspesies Jenis penyerbukan Penyerbukan terbuka A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello A. somalense Penyerbukan sendiri A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Ortiz A. obesum var. Carmello X A. somalense A. somalense X A. obesum var. Carmello
Jumlah bunga yang diserbuk
Jumlah buah terinisiasi
Inisiasi buah (%)
10 10 10
0 0 0
0 0 0
10 10 10
0 0 1
0 0 10
5 5
5 4
100 80
5 10 5 10
5 2 4 1
100 20 80 10
Dari data pada Tabel 4, index of self incompatibility masing-masing jenis adenium dapat dihitung sebagai berikut: 1. ISI dari A.obesum var. Ortiz Inisiasi buah pada Ortiz dari penyerbukan sendiri ISI = Inisiasi buah pada Ortiz dari penyerbukan silang
=
0% =0 100%
2. ISI penyerbukan silang antara A. obesum var. Carmello Inisiasi buah pada Carmello dari penyerbukan sendiri 0% ISI = = =0 Inisiasi buah pada Carmello dari penyerbukan silang 80% 3. ISI penyerbukan silang antara A. somalense ISI =
=
Inisiasi buah pada Somalense dari penyerbukan sendiri Inisiasi buah pada Somalense dari penyerbukan silang
10% = 0.67 15%
Nilai ISI di atas menunjukkan self incompatibility setiap kultivar adenium yang digunakan. Sesuai dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Zapata dan Arroyo (1984), hasil perhitungan nilai ISI pada A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello menunjukkan bahwa kedua kultivar tersebut dapat dikategorikan sebagai completely self incompatible. Sedangkan nilai ISI A. somalense sebesar 0.67 termasuk dalam kategori partially self incompatible, yang mengindikasikan bahwa
penyerbukan
sendiri
dapat
menghasilkan
biji.
Inkompatibilitas
dikendalikan oleh faktor genetik, merupakan reaksi yang terjadi pada saat polen menempel pada permukaan stigma. Pada tanaman yang mempunyai karakter self incompatible pertumbuhan tabung polen yang inkompatibel (dari tanaman yang sama) akan dihambat sehingga tidak dapat mencapai ovul dan fertilisasi tidak terjadi, akibatnya biji tidak terbentuk. Inkompatibilitas juga dapat terjadi pada penyerbukan antar varietas dalam satu spesies dan antar spesies dalam satu genus, yang ditunjukkan oleh persentase pembentukan buah. Pada umumnya semakin tinggi tingkat taksonomi, semakin besar inkompatibilitasnya. Penyerbukan intervarietas pada spesies A. obesum menghasilkan inisiasi buah 80-100% sedang penyerbukan interspesies dalam genus adenium sangat bervariasi tergantung induk betina yang digunakan. Jika A. obesum yang digunakan sebagai induk betina inisiasi buah berkisar antara 80100%, menyamai penyerbukan intervarietas, sedangkan apabila A. somalense
yang dijadikan induk betina inisiasi buah yang terjadi hanya sekitar 10-20% (Tabel 4). Buah yang terinisiasi tidak selalu berkembang sampai masak sebagaimana terjadi pada salah satu buah yang terbentuk dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello dengan var. Ortiz (Gambar 6). Perkembangan buah yang membengkok dapat terjadi karena fertilisasi tidak terjadi secara sempurna, sehingga biji tidak terbentuk secara merata dalam buah, dan buah berkembang membengkok.
Gambar 6. Perkembangan Buah yang Tidak Sempurna Pada penelitian ini perkembangan buah yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh serangan hama fungus gnat. Ciri-ciri serangan hama fungus gnat adalah buah yang terbentuk kecil dan melengkung ke bawah (Gambar 6), serta terdapat lubang kecil pada buah tempat hama masuk, sebagaimana ditemukan dalam pengamatan. Hama ini memakan isi dalam buah hingga habis saat buah masih muda, sehingga buah tidak dapat berkembang sampai masak.
F. Perkembangan buah adenium Penyerbukan yang berhasil akan diikuti dengan perkembangan buah semakin besar. Pada pengamatan stuktur bunga diketahui bahwa pada satu stigma terdapat dua stilus yang saling menempel dan masing-masing merupakan bagian dari karpel yang berbeda yang dapat berkembang menjadi buah. Oleh karena itu dari satu bunga akan dihasilkan dua buah pada dua sisi yang berbeda (Gambar 7). Perkembangan buah pada dua sisi tidak selalu seimbang. Ada kalanya hanya salah satu sisi buah berkembang dengan sempurna tetapi sisi yang lain berkembang abnormal (Gambar 8). Hal ini disebabkan karena distribusi polen yang tidak
merata antara bakal buah yang kanan dan yang kiri, sehingga yang mengalami pembesaran hanya satu bagian saja. Pada kondisi demikian buah dari sisi yang berkembang sempurna dapat mencapai masak, sedang buah yang tidak berkembang sempurna akan gugur. Perkembangan buah yang seperti ini tergantung pada jumlah biji yang terbentuk di dalamnya. Apabila biji yang terbentuk cukup banyak, buah dapat berkembang sampai masak, tetapi apabila tidak mencukupi jumlah minimum untuk perkembangannya, buah akan gugur sebelum masak.
Buah kiri
Buah kanan
Gambar 7. Buah Adenium
Gambar 8. Buah penyerbukan silang A.obesum var. Carmello dengan A. somalense Buah akan merekah dibagian tengahnya pada saat masak, akan tetapi sebaiknya tidak dipanen terlebih dahulu, menunggu satu atau dua hari kemudian, supaya biji dalam buah benar-benar masak panen dan kering, sehingga biji tidak mudah rusak ketika dipisahkan dari bulu tepinya. Untuk mencegah agar biji tidak berhamburan pada saat buah merekah karena biji ringan dan memiliki bulu-bulu halus, sehingga mudah diterbangkan angin, maka setelah buah merekah diikat dengan kawat atau tali (Gambar 9).
Perkembangan
ukuran
buah
adenium
umumnya
memiliki
pola
pertumbuhan yang linear terhadap waktu, kemudian pada saat tertentu pertumbuhannya konstan hingga buahnya pecah. Panjang buah bertambah secara perlahan pada dua minggu pertama setelah penyerbukan dan meningkat tajam pada 2 – 6 minggu setelah penyerbukan, setelah mencapai umur lima-enam minggu buah tidak mengalami perpanjangan (Gambar 10) hingga buah tersebut pecah. Diameter buah bertambah secara linear sejak 1 MSP dan mencapai maksimum pada 7 MSP, dan konstan hingga buah matang (Gambar 11).
a
b
Gambar 9. Buah Adenium yang Sudah Masak: a) Buah yang Merekah; b) Buah Diikat untuk Menghindari Kehilangan Biji Data perkembangan buah dari semua hasil penyerbukan menunjukkan bahwa buah mencapai panjang maksimum pada umur yang hampir bersamaan, yaitu lima-enam minggu setelah inisiasi buah, dan mencapai diameter maksium pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu sekitar tujuh minggu setelah inisiasi buah walaupun ukuran buah berbeda-beda. Pada saat ukuran panjang dan diameter buah maksimum dan tidak mengalami pertambahan ukuran, pada saat tersebut diduga terjadi akumulasi cadangan makanan. Buah diperkirakan telah mencapai masak morfologis ketika telah muncul gurat hijau atau kuning pada buah, yang disertai terjadinya retakan pada buah. Dari perkembangan ukuran buah tersebut diduga proses pembentukan dan perkembangan embrio terjadi selama 1 – 7 MSP, pada saat poros embrio dibentuk dan mencapai matang morfologis. Perkembangan selanjutnya adalah akumulasi cadangan makanan yang berlangsung dari 7 – 14 MSP, pada saat benih akhirnya mencapai masak fisiologis pada saat buah masak.
Gambar 10. Pertumbuhan Panjang Buah Adenium
Gambar 11. Pertumbuhan Diameter Buah Adenium
Buah penyerbukan sendiri A. somalense panjangnya 25.5 cm dan diameternya 1.38 cm. Panjang buah penyerbukan silang berkisar antara 10.65 – 10.86 cm, sedangkan diameternya berkisar antara 1.38 – 1.86 cm (Tabel 5). Tabel 5. Panjang, Diameter, dan Bobot Kulit Buah Adenium
Jenis penyerbukan Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense
Ukuran maksimun rata-rata Panjang Diameter (cm) (cm) 25.5 1.38
Bobot kulit buah (gr) 8.4733
10.65 11.92
1.76 1.73
7.0559 3.333
10.86 10.82
1.86 1.54
7.1492 3.9273
Buah hasil penyerbukan interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz dan var. Carmello tidak bertahan sampai masak karena terserang penyakit. Penyerbukan silang interspesies A. somalense X A. obesum var. Ortiz menghasilkan dua buah dan A. somalense X A. obesum var. Carmello satu buah, namun buah tersebut busuk dan mati selama perkembangannya karena serangan penyakit busuk buah, sebagaimana ditunjukkan pada pola pembusukan yang diawali dari ujung buah, kemudian menjalar ke bagian tengah, dan sampai pangkal buah sehingga buah tersebut gugur. Penyakit tersebut menyebabkan panjang dan diameter buah semakin menyusut (Gambar 12b dan 12d). Serangan penyakit terjadi pada penyerbukan silang yang menggunakan A. somalense sebagai induk betina. Diduga karena A. somalense diletakkan pada rumah plastik showroom, sedangkan A. obesum pada rumah plastik induk, sehingga iklim mikro dan kondisi lingkungannya mendukung serangan penyakit (tempat lebih terbuka dan lebih lembab dari rumah plastik induk). Ciri-ciri pada buah yang terserang menunjukkan penyakit yang menyebabkan busuk buah adenium adalah antraknosa (Gambar 12). Buah yang terserang penyakit ini mati sehingga tidak dapat digunakan dalam pengamatan berikutnya. Bobot kulit buah penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 8.4733 gram, sedangkan pada penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var.
47
Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebesar 7.0559 dan 3.3330 gram. Bobot kulit buah hasil penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello dengan A. somalense sebesar 7.1492 dan 3.9273 gram (Tabel 5).
a
b
c
d
e
f
Gambar 12. Buah Adenium yang Membusuk Terkena Penyakit: a) Ujung Buah Busuk; b) Ujung Buah Hilang; c) Benih Sebagian Rusak; d) Pembusukan Memanjang; e) Ujung Buah Semua Busuk; f) Buah Tersisa Sebelah Buah dari tanaman adenium akan mengalami perubahan warna dalam proses perkembangannya hingga matang. Perubahan warna yang terjadi berbeda satu dengan yang lainnya, dan dapat dijadikan indikasi kematangan buah secara visual. Pada umumya buah adenium memiliki warna dasar hijau atau ungu kemerahan (Gambar 13).
a
b
c
Gambar 13. Warna Buah Adenium: a) Hijau, Hasil Penyerbukan silang A. somalense dengan A. obesum var. Carmello; b) Merah Keunguan, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz dengan A. somalense; c) Merah Muda, Hasil Penyerbukan silang A. obesum var. Carmello dengan Ortiz
48
Buah yang telah matang dan akan pecah ditandai dengan munculnya guratgurat kuning atau hijau. Warna buah yang muncul terkait dengan tetua betina yang digunakan, tetapi perubahan warna terkait dengan umur buah. Pada buah hasil penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello perubahan warna yang terjadi adalah dari warna merah, menjadi merah muda, merah keunguan, ungu agak gelap, ungu gelap, ungu gelap bergurat hijau/hijau keunguan bergurat hijau, kemudian menjadi hijau keunguan bergurat kuning, sedangkan buah persilangan A. obesum var. Ortiz X A. somalense adalah dari warna merah muda, merah tua, kemudian merah keunguan, menjadi ungu gelap, kemudian muncul gurat hijau pada buahnya. Hasil penyerbukan menggunakan A. obesum var. Ortiz sebagai tetua betina menghasilkan buah dengan warna merah atau ungu yang gelap. Perubahan warna yang terjadi pada buah A. obesum var. Carmello X var. Ortiz adalah merah muda, menjadi merah keunguan, ungu muda, kembali menjadi merah keunguan, kemudian muncul gurat kuning pada buah (Gambar 14e). Buah persilangan A. obesum var. Carmello X A. somalense dari
merah kehijauan
menuju merah muda, merah keunguan, ungu muda, merah keunguan, dan sebelum matang muncul gurat hijau pada buah. Hasil penyerbukan menggunakan tetua betina A. obesum var. Carmello menghasilkan buah dengan warna merah atau ungu muda. Perubahan warna yang terjadi pada buah persilangan A. somalense X A. obesum var. Ortiz dari merah, merah muda, merah kehijauan, hijau kemerahan, ungu kehijauan, merah keunguan. Buah persilangan A. somalense X A. obesum var. Carmello dari warna hijau, menjadi merah muda, kemudian menjadi warna hijau dan kembali berwarna merah muda. Hasil penyerbukan menggunakan tetua betina A. somalense menghasilkan buah dengan warna merah kehijauan. Pada penyerbukan sendiri A. somalense perubahan warna yang terjadi dari hijau kemerahan, merah muda, kembali berwarna hijau kemerahan, kemudian merah kehijauan, dan baru muncul gurat berwarna ungu sebelum buah matang. Gambar 14 menunjukkan perubahan ukuran dan warna buah selama perkembangannya sejak 4 HSP sampai masak. Lama waktu yang diperlukan dari buah muncul hingga matang berbeda antar jenis adenium yang digunakan
49
(Lampiran 2). Umumnya lama pemasakan buah berkisar antara 91-94 hari setelah penyerbukan, kecuali penyerbukan silang yang menggunakan A. obesum var. Carmello sebagai induk betina, yang berkisar antara 73-78 hari setelah penyerbukan (Tabel 6). a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
Gambar 14. Perkembangan Buah A. obesum: a) 4 HSP; b) 12 HSP; c) 19 HSP; d) 26 HSP; e) 33 HSP; f) 40 HSP; g) 47 HSP; h) 54 HSP; i) 68 HSP; j) 89 HSP; k) 92 HSP; l) Pengikatan Buah yang Pecah
Tabel 6. Lama Pemasakan Buah dan Jumlah Biji yang Terbentuk dari Berbagai Persilangan Jenis penyerbukan
Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense
Lama pemasakan buah (HSP)
Jumlah benih rata-rata/karpel
93 hari
148
92 hari 74 - 78 hari
109 140
91 - 94 hari 73 - 78 hari
120 126
G. Struktur benih adenium Biji adenium tersusun berderet dalam buah, dan pada kedua sisinya terdapat bulu yang lebih panjang daripada biji. Bulu ini berfungsi untuk
50
membantu penyerbaran biji saat buah pecah. Benih adenium berbentuk lonjong panjang, tidak beraroma, agak keras, tekstur kulitnya kasar, memiliki bulu-bulu halus pada kedua bagian ujungnya untuk membantu benih dalam penyebarannya (Gambar 15). Buah adenium yang telah matang akan pecah, dan jika dibiarkan selama satu atau dua hari buah akan kering dan membuka (Gambar 15b). Setelah benih dikeluarkan dari buah, bulu yang menempel pada kedua sisi benih masih melekat rapat satu sama lain (Gambar 15f), jika bulu tersebut kering, maka bulu tersebut akan membuka (Gambar 15g), yang akan memudahkan benih terbang terbawa angin dan berpindah ketempat lain. a
b
c
d
e
f
g
h
Gambar 15. Buah dan Benih Adenium: a) Buah yang Merekah; b) Buah Kering dan Membuka; c) Susunan Benih dalam Buah; d) Sekumpulan Benih; e) Benih yang Dikeluarkan dari Buah; f) Benih dengan Bulu; g) Bulu yang Mengembang setelah Kering; h) Benih Dipisahkan dari Bulu Benih penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan penyerbukan sendiri A. somalense memiliki warna benih putih (Gambar 16a dan 16e), sedangkan benih persilangan A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, A. obesum var. Ortiz X A. somalense, dan A. obesum var. Carmello X A. somalense memiliki warna putih kecoklatan (Gambar 16b, 16c, dan 16d). Benih A. somalense memiliki tekstur kulit luar relatif lebih halus dari benih yang lain. Perbedaan benih adenium antara jenis yang satu dengan lainnya adalah pada warna dan ukuran (Gambar 16). Jumlah benih dalam satu buah beragam tergantung jenis adenium dan jumlah ovul yang mengalami fertilisasi (Lampiran 2). Penyerbukan sendiri A. somalense menghasilkan biji rata-rata sebanyak 148 butir, penyerbukan silang
51
intervarietas antara A. obesum var. Ortiz X var. Carmello sebanyak 109 butir, dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebanyak 140 butir. Penyerbukan silang interspesies antara A. obesum var. Ortiz X A. somalense sebanyak 120 butir, dan antara A. obesum var. Carmello X A. somalense sebanyak 126 butir.
a
b
c
d
e Gambar 16. Benih Adenium: a) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X Carmello; b) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X Ortiz; c) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Ortiz X A. somalense; d) Benih penyerbukan silang A. obesum var. Carmello X A. somalense; e) Benih penyerbukan sendiri A. somalense Panjang dan diameter benih beragam antar jenis adenium (Tabel 7), dengan panjang berkisar 0.5 – 1.2 cm dan diameter 0.1 – 0.35 cm. Bobot total benih perbuah antara 0.0990 – 4.8570 gram. Bobot persatuan benih penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello rata-rata berkisar 0.0225 – 0.0342 gram, sedangkan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz berkisar 0.0150 – 0.0359 gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense rata-rata 0.0205 – 0.0327 gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense berkisar 0.0184 – 0.0263 gram, dan penyerbukan sendiri A. somalense rata-rata 0.0170 gram.
52
Tabel 7. Ukuran dan Bobot Bulu Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan Jenis penyerbukan Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense
Ukuran (cm) Panjang Diameter 0.9 - 1.2 0.2
Bobot bulu (gr) 0.6359
0.5 - 1 0.9 - 1.1
0.15 - 0.3 0.1 - 0.25
0.4555 0.6965
0.6 - 1 0.6 - 1.1
0.2 - 0.35 0.1 - 0.3
0.639 0.551
Bobot 1000 butir biji hasil penyerbukan sendiri A. somalense adalah 83.47 gram, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello X Ortiz sebesar 97.13 gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense sebesar 118.83 gram, penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense sebesar 131.45 gram, dan penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello sebesar 136.67 gram. Bobot bulu benih penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 0.6359 gram, sedangkan penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, masing-masing sebesar 0.4555 dan 0.6965 gram. Bobot bulu penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masingmasing sebesar 0.6390 dan 0.5510 gram (Tabel 7). Kadar air benih hasil penyerbukan adenium beragam (Tabel 8). Kadar air benih rata-rata berkisar antara 25.72 - 48.68%. Kadar air benih hasil penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 25.72%, benih hasil penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello sebesar 48.68%, sedangkan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, sebesar 28.26%, dan penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar 39.38 dan 41.72% . Data perhitungan kadar air secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengolahan data kadar air menggunakan uji lanjut DMRT (Lampiran 4) menunjukkan bahwa benih hasil penyerbukan A. obesum var. Ortiz X var. Carmello, A. obesum var. Ortiz X A. somalense, dan A. obesum var. Carmello X A. somalense berbeda nyata (lebih tinggi) dari penyerbukan sendiri A. somalense.
53
Kadar air benih hasil persilangan A. obesum var. Carmello X Ortiz dan penyerbukan sendiri A. somalense tidak berbeda nyata (Tabel 8). Tabel 8. Kadar Air Benih dari Berbagai Jenis Penyerbukan Jenis penyerbukan Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense
Kadar air rata-rata (%) 25.72b 48.68a 28.26ab 39.38a 41.72a
Keterangan : kadar air rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT dengan taraf 5%.
H. Perkecambahan dan stuktur kecambah adenium Menurut Kuswanto (1997) benih dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula dari embrio. Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa perkecambahan dimulai dari penyerapan air oleh benih (imbibisi) hingga awal pemanjangan poros embrio, yang biasanya berupa pemanjangan radikula. Radikula pada benih adenium tumbuh dari bagian ujung. Menurut Copeland dan McDonald (2004) perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya embrio benih dari struktur esensialnya yang mengindikasikan kemampuan untuk menghasilkan tanaman normal dalam kondisi yang optimal. Perkecambahan benih adenium memerlukan waktu 3 – 11 hari setelah tanam (HST). Benih dikategorikan sudah berkecambah apabila kotiledon sudah membuka dan berwarna hijau. Benih hasil penyerbukan sendiri A. somalense berkecambah dalam 3 – 7 hari, sedangkan benih persilangan A. obesum var. Ortiz X var. Carmello, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, A. obesum var. Ortiz X A. somalense, dan A. obesum var. Carmello X A. somalense memerlukan waktu berkecambah sekitar 5 – 11 hari (Tabel 9). Tipe pertumbuhan kecambah adenium adalah epigeal. Menurut Sutopo (2004) pada tipe kecambah epigeal, munculnya radikula diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah.
54
Tabel 9. Lama Benih Berkecambah Jenis penyerbukan Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense
Lama benih berkecambah 3 - 7 hari 5 - 8 hari 5 - 11 hari 6 - 9 hari 6 - 8 hari
Akar muncul dan tumbuh dari radikula (Gambar 17a, b, dan c), kemudian hipokotil memanjang ke atas beserta kotiledon dan plumula (Gambar 17d, e, dan f), yang kemudian membentuk dua buah daun awal (Gambar 17g). Radikula muncul 1 – 3 hari setelah benih ditanam, berkembang menjadi akar. Daun awal (dua buah) berkembang 3 – 11 hari setelah tanam (HST), dan hipokotil mulai berwarna hijau dan membengkak. Pada fase ini adenium dikategorikan sebagai kecambah normal, karena belum ada standar kecambah normal, dan ketika mencapai fase ini, kemungkinan kecambah untuk mati kecil. Setelah 16 HST daun pertama akan muncul (Gambar 17h), dan bertumbuh semakin besar (Gambar 17i). Persentase perkecambahan dapat digunakan untuk mengukur viabilitas benih. Sadjad (1993) menyatakan bahwa persentase perkecambahan mensimulasi persentase benih yang mampu tumbuh dan berproduksi normal dalam kondisi optimum. Menurut Kuswanto (1997) kecambah normal merupakan kecambah yang memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman yang normal jika ditanam dengan lingkungan yang mendukung, memiliki hipokotil dan epikotil yang berkembang baik tanpa kerusakan. Sutopo (2004) menyatakan persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Persentase perkecambahan benih tiap jenis penyerbukan beragam (Tabel 10). Persentase perkecambahan benih penyerbukan sendiri A. somalense sebesar 100%, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello dan resiprokalnya, A. obesum var. Carmello X var. Ortiz, masing-masing sebesar 97.6 dan 71%, sedangkan pada penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X
55
A. somalense dan A. obesum var. Carmello X A. somalense masing-masing sebesar 98.4 dan 74% (Lampiran 5).
a
b
c
d
e
f
g
h
Gambar 17. Pertumbuhan Kecambah Adenium: a) 1 HST; b) 3 HST; c) 4 HST; d) 6 HST; e) 8 HST; f) 9 HST; g) 11 HST; h) 16 HST; i) 43 HST
i
Tabel 10. Persentase Perkecambahan Benih Adenium Jenis penyerbukan Penyerbukan sendiri A. somalense Penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X var. Carmello A. obesum var. Carmello X var. Ortiz Penyerbukan silang interspesies A. obesum var. Ortiz X A. somalense A. obesum var. Carmello X A. somalense
Persentase perkecambahan rata-rata (%) 100b 97.6b 71a 98.4b 74a
Keterangan : persentase perkecambahan rata-rata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT dengan taraf 5%.
Uji lanjut DMRT menujukkan bahwa persentase perkecambahan benih dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Ortiz X Carmello, dan interspesies A. obesum var. Ortiz X A.
56
somalense lebih tinggi daripada perkecambahan benih dari penyerbukan silang intervarietas A. obesum var. Carmello X Ortiz dan interspesies A. obesum var. Carmello X A. somalense (Lampiran 6). Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyerbukan sendiri menurunkan persentase pembentukan buah (Tabel 4) tetapi tidak menurunkan jumlah benih yang terbentuk (Tabel 6) dan tidak menurunkan persentase perkecambahan (Tabel 10).
57
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Keberhasilan reproduksi tanaman adenium dari penyerbukan alami dan sendiri sangat rendah, meskipun dari struktur bunganya mendukung terjadinya penyerbukan sendiri secara alami. Penyerbukan sendiri terkendali pada A. obesum tidak menghasilkan buah, sedangkan pada A. somalense menghasilkan buah sebesar 10%. Penyerbukan silang intervarietas A. obesum dan interspesies dengan A. obesum sebagai induk betina menghasilkan pembentukan buah sekitar 80 – 100%, tetapi penyerbukan silang interspesies dengan A. somalense sebagai induk betina menghasilkan buah sekitar 10 – 20%. Tanaman adenium mempunyai sifat self incompatibility. A. obesum varietas Ortiz dan Carmello bersifat completely self-incompatible, sedangkan A. somalense partially self-incompatible. Lama pemasakan buah berkisar antara 73 - 94 hari setelah penyerbukan. Pembentukan biji dari penyerbukan sendiri A. somalense, penyerbukan silang intervarietas A. obesum dan interspesies A. obesum X A. somalense berkisar 76 – 93%. Sedangkan penyerbukan interspesies A. somalense X A. obesum gagal membentuk benih. Tipe perkecambahan adenium adalah epigeal. Benih adenium mulai berkecambah (muncul radikula) tiga hari setelah benih ditanam. Perkecambahan benih dari penyerbukan silang terkendali tidak berbeda nyata dengan penyerbukan sendiri terkendali. Kecambah normal adenium dicapai pada umur 3 – 11 hari, ketika muncul dua buah daun awal.
SARAN Perlu penelitian lebih lanjut mengenai self incompatibility pada reproduksi tanaman adenium sehingga dapat digunakan untuk pengembangan tanaman adenium.
58
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Membuat silangan adenium. http://tabloidgallery.wordpress.com/. [12 November 2008]. Bewley, J. D and M. Black. 1986. Seeds, Psysiology of Development and Germination. Plenum Press. New York dan London. 367 hal. Copeland, L. O and M. B. McDonald. 2004. Principles of Seed Science and Technology. Fourth Edition. Kluwer Academic Publisher. USA. 467 hal. Djoemairi, S. 2008. Adenium, Penyerbukan Buatan dan Penyilangan 1. Edisi Pertama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 76 hal. Hapsari, B. 2007. Menghasilkan Adenium Silangan Baru. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 hal. Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Edisi Pertama. Penerbit Andi. Yogyakarta. 140 hal. Muqnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Edisi Pertama. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 264 hal. Palin, M. 2008. Uji Efektifitas Kombinasi Pupuk Growmore 20 – 20 – 20 dengan Pupuk Kadar P Tinggi untuk Memacu Pertumbuhan dan Pembungaan Adenium (Adenium obesum). Skripsi. Progam Studi Pemuliaan Tanaman Dan Teknologi Benih. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal. Rizain, W.R. 1999. Pengaruh Tipe Penyerbukan terhadap Produksi Benih dan Peran Perlakuan Invigorasi terhadap Peningkatan Perkecambahan Benih Jati (Tectona grandis L.f.). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 hal. Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Edisi Pertama. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 138 hal. Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 238 hal. Tari, O. 2008. Pengenalan karakter adenium dan mekanisme pewarisannya. www.kebonkembang.com. [12 November 2008]. Widajati, E., E.R. Palupi, E. Murniati, T.K. Suharsi, A. Qadir, dan M.R. Suhartanto. 2009. Diktat Kuliah dan Penuntun Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 131 hal.
59
Wiens D, C. L Calvin, C. A. Wilson, C. I. Davern, D. Frank, S. R. Seavey. 1987. Reproductive success, spontaneous embryo abortion and genetic load in flowering plants. Oecologia 71:501-509. Zapata T. R and M. T. K. Arroyo. 1978. Plant reproductive ecology of a secondary deciduous tropical forest in Venezuela. Biotropica 40:221-230
60
LAMPIRAN
61
Lampiran 1. Iklim Harian Wilayah Sawangan Depok Bulan
Temperatur (oC)
Februari Maret April Mei Juni Juli
24.3 25.8 26.2 26.1 26.1 25.8
Iklim rata-rata Intensitas cahaya Curah hujan (mm) (foot candle) 27 212.3 24 306.7 20 281.0 24 254.1 18 259.7 12 282.4
RH (%) 85 82 85 85.2 83 77
62
Lampiran 2. Pengamatan Pecah Buah Jenis penyerbukan
Penyerbukan sendiri A. somalense
A. obesum var. Ortiz X var. Carmello
A. obesum var. Carmello X var. Ortiz
A. obesum var. Ortiz X A. somalense
A. obesum var. Carmello X A. somalense
Ulangan
Lama pemasakan buah (Hari)
Total benih
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
93 hari 92 hari 92 hari 92 hari 92 hari 92 hari 74 hari 77 hari 74 hari 78 hari 93 hari 93 hari 91 hari 94 hari 93 hari 73 hari 73 hari 78 hari 75 hari
-
Ratarata
-
148
148
-
99 127 105 122 91 191 63 136 169
109
140
-
78 168 20 149 185
120
-
177 199 30 99
126
Lampiran 3. Pengukuran Kadar Air Benih Bobot (g) Lot Jenis penyerbukan Ulangan benih Basah Kering 1 0.0882 0.0587 Penyerbukan sendiri 3 2 0.0805 0.0603 A. somalense 3 0.0817 0.0665 1 0.0948 0.0668 1 2 0.1090 0.0740 3 0.1003 0.0660 1 0.1525 0.0627 2 0.1695 0.0704 2 3 0.1672 0.0690 1 0.1605 0.0819 A. obesum var. Ortiz 3 2 0.1553 0.0776 X var. Carmello 3 0.1387 0.0686 1 0.1069 0.0587 4 2 0.1235 0.0577 3 0.1258 0.0620 1 0.1371 0.0681 5 2 0.1333 0.0667 3 0.1757 0.0715 1 0.0739 0.0673 1 2 0.0757 0.0673 3 0.0741 0.067 1 0.1130 0.0667 2 0.1127 0.0708 2 A. obesum var. 3 0.1084 0.0676 Carmello X var. 1 0.0624 0.0561 Ortiz 3 2 0.0719 0.0631 3 0.0631 0.0590 1 0.1368 0.0611 4 2 0.1383 0.0648 3 0.1352 0.0590 1 0.1284 0.0885 1 2 0.1347 0.0887 3 0.1391 0.0993 1 0.1008 0.0675 A. obesum var. Ortiz 2 0.1227 0.0718 2 X A. somalense 3 0.0867 0.0648 1 0.1103 0.0842 3 2 0.1290 0.0901 3 -
Kadar air (%) 33.45 25.09 18.61 29.54 32.11 34.20 58.89 58.47 58.73 48.97 50.03 50.54 45.09 53.28 50.72 50.33 49.96 59.31 8.93 11.10 9.58 40.97 37.18 37.64 10.10 12.24 6.50 55.34 53.15 56.36 31.08 34.15 28.61 33.04 41.83 25.26 23.66 30.16 -
Ratarata 25.72
31.95
58.70
49.85
49.70
53.20
9.87
38.60
9.61
54.95
31.28
33.38
26.91
4
5
2
3 A. obesum var. Carmello X A. somalense
4
5
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0.1155 0.1486 0.1532 0.1600 0.1579 0.1534 0.1569 0.1663 0.1630 0.0998 0.0591 0.0835 0.0876 0.1104 0.1281 0.1336
0.0574 0.0715 0.0653 0.0761 0.0760 0.0735 0.0586 0.0751 0.0756 0.0600 0.0343 0.0413 0.0753 0.0548 0.0640 0.0606
50.30 51.88 57.38 52.44 51.87 52.09 62.65 54.84 53.62 39.88 41.96 50.54 14.04 50.36 50.04 54.64
53.19
52.13
57.04
44.13
14.04
51.68
Lampiran 4. Sidik Ragam Kadar Air Benih Adenium Sumber keragaman db JK Perlakuan 4 88.687 Galat 20 84.680 Total Terkoreksi 24 173.368 2 Dengan nilai R = 0.511557 dan KK = 42.53478
KT 22.172 4.234
F-hit 5.24**
P 0.0047
Lampiran 5. Persentase Perkecambahan Benih Adenium Jenis penyerbukan
Ulangan
Jumlah kecambah normal
Penyerbukan sendiri A. somalense
3
25
100
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 2 3 4 5
24 25 25 23 25 19 21 18 13 25 25 25 25 23 18 8 23 23
96 100 100 92 100 76 84 72 52 100 100 100 100 92 72 32 96 96
A. obesum var. Ortiz X var. Carmello
A. obesum var. Carmello X var. Ortiz
A. obesum var. Ortiz X A. somalense
A. obesum var. Carmello X A. somalense
Persentase Rataperkecambahan (%) rata 100
97.6
71
98.4
74
Lampiran 6. Sidik Ragam Persentase Perkecambahan Benih Adenium Sumber keragaman db JK Perlakuan 4 182.202 Galat 20 178.951 Total Terkoreksi 24 361.154 Dengan nilai R2 = 0.504501 dan KK = 41.30143
KT 45.551 8.948
F-hit 5.09**
P 0.0054