ARTIKEL
Judul “KEBERADAAN ETNIK CINA DI BANJAR GERIA, DESA MELINGGIH, PAYANGAN, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG SEJARAH, IDENTITAS ETNIK DAN STRATEGI DESA PAKRAMAN DALAM MENGEMBANGKAN MASYARAKAT MULTIKULTUR)”
Oleh I Gede Budiarta NIM. 0914021020
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014 1
Keberadaan Etnik Cina Di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali (Latar Belakang Sejarah, Identitas Etnik Dan Strategi Desa Pakraman Dalam Mengembangkan Masyarakat Multikultur)
Oleh: I Gede Budiarta, (NIM. 0914021020), (Email:
[email protected] ) Nengah Bawa Atmadja* *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui latar belakang sejarah keberadaan etnik Cina di Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, (2) Mengetahui identitas etnik Cina di Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, dan (3) mengetahui bagaimana cara-cara yang dikembangkan oleh Banjar Geria, Desa Melinggih untuk mengembangkan masyarakat yang multikultur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka); (4) teknik penjaminan keabsahan data; dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedatangan etnik Cina di Banjar Geria diawali dengan terdamparnya para pedagang Cina di daerah Singaraja, yang kemudian melakukan perdagangan ke daerah Kintamani hingga mengembangkan perdagangannya ke daerah Payangan. Selama berada di Payangan, etnik Cina melakukan pendekatan kepada keluarga kerajaan hingga mengabdi menjadi prajurit kerajaan. Berkat jasajasa etnik Cina yang besar kepada kerajaan Payangan, maka diberikanlah sepetak tanah untuk ditinggali yang saat ini terletak di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan. Identitas etnik Cina di Banjar Geria, Desa Melinggih, Payangan dapat dilihat dari; (1) Kepercayaan atau agama yang dianut adalah Hindu-Budha; (2) Seni bangunan dipengaruhi gaya Tiongkok dengan ornamen naga (Lung), singa dan warna bangunan yang didominasi dengan warna merah, kuning dan emas; (3) nama menggunakan marga keluarga; dan (4) kesenian yang masih menampilkan budaya tiongkok, yaitu kesenian Barong Sai. Cara yang dikembangkan oleh Banjar Geria, Desa Melinggih untuk mengembangkan masyarakat yang multikultur, yaitu (1) Merangkul kedua etnik dalam satu wadah desa pakraman serta ; (2) Meningkatkan solidaritas kedua etnik. 2
ABSTRACT This study aims to: (1) Knowing the background of the history of ethnic Chinese in Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, (2) Knowing the identity of the ethnic Chinese in Banjar Geria, Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali, and (3) knowing the ways developed by Geria Banjar, village Melinggih to develop a multicultural society. This study used a qualitative approach, namely: (1) determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection techniques (observation, interviews, documentation and literature studies), (4) techniques guarantee the validity of the data, and (5) data analysis techniques. The results of this study indicate that the arrival of ethnic Chinese in Banjar Geria, Melinggih village, starting with Balinese Payangan come Chinese traders in the area of Singaraja, which then trade to Kintamani area to develop its trade to the area Payangan. During his stay in Payangan, ethnic Chinese to approach the royal family to serve as a soldier of the kingdom. Thanks to the services of Chinese people who want to serve the kingdom of Payangan, the giv piece of land to live now named Banjar Geria, Melinggih Village, Payangan. Chinese ethnic identity in Banjar Geria, Melinggih Village, Payangan among others: (1) the religious affiliation or belief is a Hindu-Buddhist; (2) Artinfluenced buildings Chinese style ornaments is evidenced by the dragon (Lung) and a lion accompanied by color building is dominated by the color red, yellow and gold, (3) while the other identity is the name that the family use the surname, and (4) the identity of the other is still art featuring Chinese culture, the Barong Sai art displayed each Lunar New Year. Method developed by Geria Banjar, village Melinggih to develop a multicultural society, namely (1) Embracing both ethnic Pakraman in a container with the same status by running the same rights and obligations as well as, (2) Increase both ethnic solidarity.
Kata Kunci: Etnik Cina, Sejarah, Identitas, Masyarakat Multikultur *)
Dosen Pembimbing Artikel
3
raja-raja
pada
masa
itu
(Agung,
1989:17). Keberadaan etnik Cina di Bali
PENDAHULUAN
etnik
Indonesia memiliki beragam
yang
dan
dengan
melahirkan jejak-jejak percampuran
kebudayaannya,
kebudayaan Cina dan Bali, contohnya
berbagai seperti
suku macam
etnik
bangsa
Jawa,
etnik
berkembang
sejak
lama
Bugis
uang kepeng (pis bolong) yang pada
Makasar, etnik Bali serta etnik Cina
jamannya dipakai sebagai alat tukar
(Koentjaraningrat, 1983: V). Selain
sampai saat ini masih dipergunakan
berbagai macam budaya dan etnik,
sebagai sarana upacara keagamaan
masyarakat Indonesia juga menganut
(Widana, 1997 :72).
berbagai agama yakni agama Hindu,
Orang-orang
Cina
yang
Islam, Kristen (Katolik dan Protestan)
tersebar di Bali pada umunya berada
dan Budha.
di kota-kota besar serta tempat-tempat
Keanekaragaman suku bangsa
yang
strategis
seperti
serta budaya dari etnik yang ada di
perdagangan.
Indonesia diperkaya dengan masuknya
orang-orang Cina di kota Singaraja
etnik Cina yang memberi warna dan
yang dapat kita jumpai di daerah
menambah keragaman budaya dan
Kampung
tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia.
Jawa. Daerah tersebut merupakan
Keberadaan
yang
daerah strategis untuk menjalankan
etnik
aktifitas perekonomian. Selain di Kota
Bali yang kental akan kebudayaan Bali
Singaraja keberadaan etnik Cina juga
dimulai pada abad ke-7, dimana pada
kita jumpai dihampir seluruh Kota
masa itu orang-orang Cina sudah
kabupaten di Bali. Selain di Kota
mengenal Bali dengan memberi nama
Gianyar
pulau
Dva-Pa-tan.
keberadaan etnik Cina yang tinggal di
Disamping itu mereka juga direkrut
pedesaan seperti di Desa Buruan,
sebagai prajurit-prajurit bagi pasukan
Belahbatuh dan di Banjar Geria, Desa
raja-raja
Melinggih, Payangan.
berkembang
ini
etnik
Cina
ditengah-tengah
sebagai
untuk
menghadapi
peperangan yang sering terjadi antara
Seperti
kawasan keberadaan
Tinggi, Banjar, Banjar
terdapat
juga
jejak
Tetapi di Banjar Geria, Desa Melinggih 4
Kecamatan
Payangan
Kabupaten Gianyar juga terdapat
penelitian ini yaitu, Jero Mangku Swi
etnik Cina yang telah menetap dalam
Adyana (56 tahun), Cokorda Oka
kurun waktu yang lama dan tetap
Nindhya (85 tahun) selaku tokoh Puri
eksis sampai sekarang. Keberadaan
Payangan, serta A.A. Gede Ngurah
etnik Cina di Banjar Geria, Desa
Pejeng (52 tahun) selaku kelian
Melinggih, Payangan menyebabkan
Banjar
masyarakat Banjar Geria tidak lagi
pengumpulan
monokultur melainkan multikultur.
observasi,
Geria
(3)
data
Teknik
diantaranya;
wawancara,
studi
Hal ini mengharuskan Desa
dokumentasi dan studi pustaka); (4)
Pakraman memiliki strategi untuk
Teknik penjaminan keabsahan data
mengembangkan
yang
melalui dua tahap yaitu triangulasi
yang
data dan triangulasi metode; dan
bermukim di Banjar Geria, Desa
metode terakhir yaitu (5) Teknik
Melinggih, Payangan berjumlah 25
analisis
KK.
penelitian kualitatif terdiri dari tiga
multikultur.
masyarakat
Etnik
Cina
data.
Analisis
dalam
Hal tersebut sangat menarik
komponen pokok yaitu, reduksi data,
untuk diteliti, bukan saja mengenai
sajian data, dan penarikan simpulan
sejarah
dengan verifikasinya.
awal
kedatangannya,
Berdasarkan uraian di atas
perkembangan dan identitasnya tetapi bagaimana
pula
eksistensi
mereka
keberadaan
dan
dalam
Desa
maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah diantaranya; 1)
Pakraman.
Bagaimana latar belakang sejarah METODE PENELITIAN
keberadaan etnik Cina di Banjar
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif
yaitu:
Geria,
(1)
Geria,
Desa
Payangan,
Gianyar, Bali ?
Penentuan lokasi penelitian yakni Banjar
Melinggih,
Melinggih,
2)
Apa
yang
dianggap
sebagai
Payangan, Kabupaten Gianyar; (2) identitas etnik Cina yang ada di
Teknik penentuan informan pada penelitian sampling.
ini
yakni
Informan
Banjar
purposive
kunci
dalam
Geria,
Payangan? 5
Desa
Melinggih,
3)
Bagaimana
cara-cara
yang
komoditi atau hasil alam di daerah Kintamani.
dikembangkan oleh Banjar Geria
Setelah
semakin
pesatnya perdagangan di Kintamani, Untuk mengembangkan masyarakat
orang-orang
yang multikultur?
Cina
mulai
mengembangkan perdagangannya ke daerah lain salah satunya adalah ke
PEMBAHASAN 1. Latar
daerah Kerajaan Payangan.
Belakang
Keberadaan
Etnik
Sejarah Cina
Latar belakang orang Cina
di
mengembangkan perdagangannya ke
Banjar Geria, Desa Melinggih,
daerah
Payangan, Gianyar, Bali.
beberapa alasan, salah satunya adalah
Latar
belakang
sejarah
Payangan
Kerajaan
tentu
Payangan
memiliki
(1776-1843)
keberadaan etnik Cina di Banjar
merupakan
Geria tidak bisa dilepaskan dari
besar, sehingga mereka memiliki
sejarah kedatangan Cina ke Bali yang
peluang
secara tidak sengaja terdampar di
mendapatkan
sebuah pantai di daerah Singaraja.
menjalankan bisnis perdagangannya
Nama pantai itu adalah Pengojogan
di sana. Selain itu, daya tarik dari
yang sekarang bernama Pegonjongan.
daerah Payangan menurut orang Cina
Orang-orang Cina tersebut kemudian
adalah mereka menganggap bahwa
melakukan perjalanan ke Kintamani
daerah Payangan memiliki tanah yang
sampai akhirnya
subur
bertemu
sebuah
kerajaan
yang
yang
besar untung
sehingga
memiliki
cukup
untuk dalam
banyak
kerajaan megah Bali Dwipa yang
komoditi dari hasil pertanian seperti
bertempat
kopi.
di
Gunung
Panarajon
(Gunung Penulisan).
Dari
hal
memudahkan
Dari hal tersebut orang-orang
melakukan
tersebut
mereka aktivitas
akan dalam
perdagangan,
Cina terus dapat berinteraksi dengan
sehingga orang-orang Cina sangat
masyarakat Kintamani dalam kurun
tertarik untuk menetap di daerah
waktu yang sangat lama.
Payangan tersebut.
Orang-
orang Cina di Kintamani melakukan aktivitas
perdagangan,
Setelah beberapa lama orang
dimana
Cina berinterkasi dengan Kerajaan
mereka berperan sebagai pengepul
Payangan (1776-1843) mereka mulai 6
dekat
dengan
keluarga
kerajaan.
Payangan.
Sampai
saat
ini,
Terlebih lagi ketika raja Payangan
masyarakat etnik Cina yang tinggal di
mengetahui bahwa orang-orang Cina
Banjar
tersebut memiliki kemampuan yang
Payangan berjumlah 25 KK. Sampai
sangat luar biasa di dalam strategi
saat ini etnik Cina tetap dapat hidup
peperangan.
berdampingan
kemudian
Orang-orang Cina pun direkrut
Desa
dengan
Melinggih,
masyarakat
Raja
Bali di Banjar Geria. Keharmonisan
Payangan sebagai prajurit perang
dan kerukunan antar etnik tetap
Kerajaan
(1776-1843).
terjalin dari masa ke masa sesuai
Ketika orang-orang Cina menjadi
dengan konsep menyama braya yang
bagian dari prajurit payangan, mereka
terpupuk dalam jiwa masyarakat dari
kemudian dipersenjatai oleh Kerajaan
kedua etnik tersebut.
Payangan
Payangan
oleh
Geria,
(1776-1843)
dengan 2. Identitas etnik Cina yang ada di
diberikan salah satu pusaka puri yakni
Banjar
sebuah tombak.
Geria,
Melinggih,
Payangan
Hubungan Kerajaan Payangan Cina
Identitas etnik telah menjadi
semakin dekat karena jasa-jasa dari
satu dari banyak katagori yang paling
orang-orang Cina yang sudah rela
umum di gunakan manusia untuk
mengabdi kepada Kerajaan Payangan.
menyusun
Sebagai
yang
mereka tentang siapa mereka, dan
ditunjukkan Raja Payangan kepada
untuk mengevaluasi pengalaman dan
orang-orang Cina tersebut, akhirnya
tingkah laku mereka, serta unuk
Raja
memahami dunia di sekitar mereka
dengan pedagang-pedagang
rasa
penghargaan
Payangan
menghadiahkan
pemikiran-pemikiran
sepetak tanah untuk tempat tinggal
(Anggraheni,
orang-orang Cina di sebelah selatan
merupakan gambaran secara singat
Puri Agung Payangan yang sekarang
mengenai identitas maupun identitas
merupakan
etnik
wilayah
dari
Banjar
secara
2009:
umum.
13).
Itu
Mengenai
Geria, Melinggih, Payangan. Dengan
identitas etnik Cina di Banjar Geria
demikian pedagang-pedagang Cina
yang melekat pada diri orang Cina
kemudian hidup menetap di Payangan
dapat dilihat dari kepercayaan atau
dan
agama yang dianut etnik Cina yaitu
sekaligus
menjadi
warga 7
agama
Hindu-Budha.
Hal
ini
simbol status sebuah keluarga atau
diperkuat dari hasil wawancara yang
raja.
dilakukan dengan Jero Mangku Made
besar,
Swi Adnyana (56 Tahun) selaku
menjadi raja dari segala binatang,
tokoh Tionghoa di Payangan.
maka berdasarkan sifat dan bentuknya
Dari keterangan di atas dapat
Singa memiliki wibawa yang sehiungga
mendapat
gelar
oleh etnik Cina dijadikan lambang
dikatakan bahwa etnik Cina di Banjar
status
Geria, Desa Melinggih, Payangan
bangsawan dan orang berpangkat.
memiliki kepercayaan/agama Hindu
Pada
Budha yang membedakannya dengan
cenderung
orang Bali yang beragama Hindu,
Cina,
sehingga kepercayaan/agama Hindu
mendominasi adalah warna merah
Budha
dengan
tersebut
dapat
menjadi
dan
kewibawaan
bangunan-bangunan menampilkan warna
yang identitas
yang
presentase
para
sebesar
paling
39%,
identitas mereka dalam pergaulan
diikuti warna emas 36% dan warna
hidupnya sehari-hari dengan berbagai
kuning 26% (Sulistyawati, 2011:78).
aktivitas ritual keagaamaannya.
Identitas
Selain dari agama yang dianut, identitas
lainnya
adalag
ciri khas nama. Etnik Cina memiliki
seni
ciri khas nama yang berbeda dengan
bangunan yang masih dipengaruhi
etnik lainnya seperti etnik Bali, Batak,
oleh
Seperti
Sunda, Sasak, dan lain sebagainya.
berupa
Khusus mengenai perbedaan nama
ornamen patung naga (lung) dan
dari orang etnik Cina dengan orang
singa. Orang Tionghoa di mana-
Bali di Banjar Geria, Melinggih,
mana, selalu menata atap rumahnya
Payangan terlihat sangat mencolok.
atau kuilnya seperti bentuk perahu,
Etnik Cina namanya sesuai dengan
kadang-kadang berisi hiasan patung
marga. Sedangkan orang Bali sesuai
naga
bubungannya.
dengan kasta dan urutan kelahirannya.
Bangsa Tionghoa mengenali naga
Kesenian juga dapat dijadikan
sebagai energi vital kehidupan atau
sebagai salah satu identitas yang
chi dalam bentuk hawa, udara, feng
membedakan
atau angin. Sedangkan patung singa
dengan etnik lainnya. Seperti halnya
merupakan simbol kewibawaan dan
perbedaan kesenian yang dimiliki
gaya
Tiongkok.
ornamen-ornamen
pada
adalah
berikutnya
khasnya
bagian
8
antara
satu
etnik
etnik Cina dengan etnik Bali di
multikulturalisme terdapat identitas
Banjar Geria. Kesenian etnik Cina
baru
yang ada di Banjar Geria memiliki
kebudayaan
corak tersendiri yang jelas memiliki
seseorang (Lubis, 2006: 170-171).
perbedaan yang mencolok dengan
yakni
terdapatnya (hybrid)
Dalam
berbagai
dalam
diri
mengembangkan
masyarakat Bali. Hal ini bisa dilihat
masyarakat multikultur, Banjar Geria
acara-acara kesenian yang dipadukan
memiliki
dengan upacara keagamaan mereka,
efektif untuk dapat merangkul dua
dimana
hari-hari
etnik yang berbeda yakni etnik Cina
tertentu sering menampilkan suatu
dan Bali. Cara yang dikembangkan
kesenian yang sangat kental dengan
oleh Banjar Geria tersebut adalah
budaya Tiongkok seperti pementasan
merangkul kedua etnik dalam satu
tarian Barong sai pada saat perayaan
wadah
hari raya Imlek (hasil wawancara
kedudukan yang sama.
mereka
dalam
dengan A.A Gede Ngurah Pejeng, 1
cara-cara
desa
Salah
Juni 2013)”.
yang
pakraman
satu
strategi
sangat
dengan
yang
digunakan dalam menjalankan hal tersebut adalah dengan merangkul
3. Cara-
Cara
Dikembangkan
kedua etnik dalam satu wadah yang
Yang
Oleh
bernama banjar adat.
Banjar
Kedua etnik
Geria Untuk Mengembangkan
dalam banjar adat bersama-sama
Masyarakat Multikultur
menjalankan
Dalam masyarakat multikultural
kehidupan
sebagai
anggota masyarakat dengan hak dan
perbedaan budaya, pergambar bedaan
kewajiban yang sama.
etnis, lokalitas, bahasa, ras, dan lain-
Persamaan hak yang dimiliki
lain dilihat sebagai mozaik yang
oleh kedua etnik ini yaitu hak yang
memperindah masyarakat. Prinsip-
sama sebagai karma banjar seperti
prinsip
ikut memiliki semua kekayaan banjar
keragaman,
kesederajatan,
perbedaan,
persamaan,
dan
antara lain uang kas banjar dan segala
penghargaan pada demokrasi, hak
fasilitas yang ada di banjar, seperti
azasi, serta solidaritas merupakan
pemanfaatan
bale
banjar
untuk
ideologi yang diperjuangkan dan
kepentingan
warga
yang
sedang
dijunjung tinggi. Dalam masyarakat
melaksanakan upacara keagamaannya 9
masing-masing baik dari etnik Bali
Solidaritas ini terbangun salah
maupun etnik Cina. Selain memiliki
satunya lewat program banjar adat
hak yang sama, etnik Cina dan Bali di
yang selalu berusaha mengumpulkan
Banjar
memiliki
warga masyarakat untuk ikut bahu
kewajiban yang sama diantaranya ikut
membahu membangun banjar, seperti
berpartisipasi dalam setiap kegiatan
melakukan gotong royong dalam
adat yang berlangsung di banjar.
menjaga kebersihan banjar. Contoh
Selain itu, etnik-etnik Cina juga aktif
solidaritas tinggi lain yang terjalin
dalam
antar kedua etnik ini antara lain,
Geria
juga
organisasi-organisasi
adat
seperti menjadi anggota seka gong
gotong
dan menjadi anggota aktif dalam Seka
kehidupan bertetangga baik dalam hal
Truna
pelaksanaan kegiatan adat maupun
Truni
(STT)
untuk
para
pemudanya.
royong
dalam
setiap
gotong royong diluar kegiatan adat
Cara
yang
kedua
yakni
seperti
pembangunan
rumah, dll.
meningkatkan solidaritas kedua etnik.
Solidaritas yang paling terlihat antar
Toleransi dan hidup harmonis di
kedua etnik di Banjar Geria adalah
kalangan komunitas etnik Cina dan
gotong royong dalam pelaksanaan
Bali di Banjar Geria tampaknya
kegiatan keagamaan yang sedang
dilandasi oleh kesamaan nilai-nilai
dilaksanakan
agama/kepercayaan acuan
kedua
oleh
salah
seorang
yang
menjadi
warga baik dari kalangan etnik Cina
komunitas
tersebut.
maupun etnik Bali.
Nilai-nilai toleransi, hidup rukun dan saling menghormati di antara sesama
PENUTUP
merupakan acuan dalam agama Hindu dan Budha
Latar
yang umumnya dianut
belakang
sejarah
keberadaan etnik Cina di Banjar
oleh etnik Cina. Di sisi lain, Tri Hita
Geria,
Karana,
Rwa
Gianyar, Bali tidak dapat dilepaskan
braya
dari sejarah kedatangan Cina ke
Tat
Bhineda,
Twam
dan
Asia,
manyama
Melinggih,
merupakan nilai-nilai yang menjadi
Pulau
acuan dalam agama Hindu atau
tersebut melakukan perjalanan untuk
masyarakat
berdagang
Bali
pada
umumnya
(Ardika 2006).
Bali.
Payangan,
ke
Orang-orang
Kintamani
Cina
hingga
meluaskan perdagangannya sampai 10
ke
daerah
Kerajaan
Payangan.
royong pembangunan desa dan lain-
Berkat jasa dari orang-orang Cina
lain.
tersebut, kemudian Raja Payangan
Ucapan terima kasih ditujukan
menghadiahkan sepetak tanah di
kepada
sebelah selatan Puri Agung Payangan
1.
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja,
yang sekarang merupakan wilayah
M.A
Banjar Geria sebagai tempat tinggal
Akademik (PA) dan Pembimbing
etnik-etnik Cina tersebut.
I yang telah banyak meluangkan
Identitas
etnik
Cina
untuk
selaku
waktunya kepada penulis dalam
membedakan dirinya dengan orang
memberikan
Bali dapat dilihat dari (1) sistem
memotivasi
kepercayaan/agama
dianut
penulis
adalah Hindu-Budha; (2) Identitas
artikel.
dari
segi
yang
bangunan
Pembimbing
2.
masih
pengetahuannya, dan
membimbing
dalam
penyusunan
Dr. Tuty Maryati, M.Pd sebagai
(3)
Pembimbing
Identitas dari segi nama dengan
memberikan
menggunakan marga bukan kasta
membimbing
seperti orang Hindu di Bali; dan (4)
penyusunan artikel.
dipengaruhi
gaya
Tiongkok;
II
yang
telah
saran
dan
penulis
dalam
Identitas dari segi kesenian yang masih dipengaruhi budaya Tiongkok,
Daftar Rujukan
yakni Barong Sai.
Agung, I Gede, 1989. Bali Pada Abad XIX. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Cara
untuk
mengembangkan
sikap multikultur yaitu merangkul Ardika, I Wayan. 2006. ‘Komunitas Tionghoa dalam Konteks Multikulturalisme di Bali’. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Sinologi, diselenggarakan oleh Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah, Malang, 3-4 Maret 2006.
kedua etnik dalam satu wadah yang bernama desa pakraman dengan memberikan kedudukan yang sama mengenai hak dan kewajibannya sebagai
masyarakat
adat
serta
meningkatkan solidaritas kedua etnik Cina dan Bali melalui kegiatan adat
Koentjaraningrat, 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan.
seperti upacara keagamaan, gotong-
11
Sulistyawati. 2011. Pengaruh Kebudayaan Tionghoa Terhadap Peradaban Budaya Bali. Denpasar: Uneversitas Ngurah Rai.
Widana, I Gusti Ketut. 1997. Menjawab Pertanyaan Umat: Yajna Sesa Pemborosan?. Denpasar, Yayasan Dharma Narada.
12