ISSN 2252-360X
Edisi 3 Tahun VI, Nomor 38, April 2017
Bernas Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara
LP3K dan Pesparani Tidak Sekedar Ada KEBANGKITAN NASIONAL : MOMEN PENCERAHAN DAN KONSIENTISASI PERAN @KanwilKemenagProvNTT
@KemenagNTT
[email protected].
KELUARGA BESAR KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERSAMA DHARMA WANITA PERSATUAN UNIT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Mengucapkan
Drs. Sarman Marselinus Kakanwil
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Membangun Masyarakat Beragama NTT Beriman, Cerdas, Rukun, dan Sejahtera
Salam Redaksi
Pelindung : Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur (ex-officio)
Salam Sejahtera. Jumpa lagi dengan Bernas edisi Mei 2017. Kiranya, melalui perjumpaan ini membawa sebentuk harapan untuk tetap menyalakan api optimisme kita dalam pengabdian terhadap masyarakat beragama khususnya di Bumi Flobamora tercinta melalui pelayanan memuaskan. Dengan demikian semangat Kebangkitan Nasional yang kita peringati mampu membawa negeri ini semakin hari semakin baik terutama dalam upaya mensejahterahkan masyarakat serta bersaing dengan bangsa – bangsa di dunia. Kebangkitan Nasional : Momen Pencerahan dan Konsientisasi Peran, kami sajikan pada rubrik Fokus Utama. Kesadaran semua anak bangsa akan peran masing-masing dan terlibat dalam pembangunan serta menyadari bahwa semua memiliki tanggung jawab untuk membangun negeri mesti menjadi spirit kebangkitan nasional. Virus positif ini mestinya menjadi spirit bersama anak bangsa sehingga tidak ada lagi ruang untuk mengutak-atik persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah menjadi konsensus bersama. Liputan dari Neo Hotel menyikapi Peraturan Menteri Agama RI Nomor 35 Tahun 2016 tentang Pembentukan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (LP3K) kami rangkum dan tuangkan dalam rubrik Liputan Khusus. Diharapkan, melalui lembaga yang dibentuk atas inisiatif dan prakarsa umat dan terdiri dari tokohtokoh agama yang terpercaya mampu memberikan nilai tambah bagi pengembangan nilai iman umat Katolik. Berbagai peristiwa menonjol yang terjadi selama bulan Mei di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT kami sajikan pada rubrik Seputar Kanwil. Tak lupa, berbagai peristiwa di berbagai satker daerah yang menonjol kami hadirkan untuk pembaca nan budiman dalam rubrik Lintas Flobamora. “Mari kita bangkit! Jangan ditunda.” Pesan sederhana sarat makna menjadi epilog perjumpaan kita pada edisi kali ini sekaligus mengenal lebih dekat sosok yang menahkodai jajaran Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam wawancara eksklusif pada rubrik Sahabat Bernas. Selamat membaca, kiranya spirit Kebangkitan Nasional menjiwai pelayanan kita!
Redaksi
DITERBITKAN OLEH SUB BAGIAN INFORMASI DAN HUMAS KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Penanggungjawab : Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur (ex-officio) Pemimpin Umum : Drs. Sarman Marselinus Wakil Pemimpin Umum: H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd Pemimpin Redaksi./ Redaktur Pelaksana : John. B. Seja Dewan Redaksi : Yohanes F. G.M. Wassa Bobby Babaputra Yakobus Sabon Igor Genoveva Menggol Robertus Fidianto Daniel H. N. Ngaji, S.Kom Sirkulasi : Genoveva Menggol; Gabriel Were Design Grafis/Layout/ Foto : Daniel H. N. Ngaji, S.Kom Kontributor Daerah : Kantor Kementerian Agama Kabupaten/ Kota dan Madrasah Negeri se-NTT ALAMAT REDAKSI/ SIRKULASI : Subbag Informasi dan Humas Kanwil Kementerian Agama NTT Jl. Frans Seda Kupang, Telp/Fax 0380-8553929
[email protected] Diterbitkan sebagai Media Komunikasi dan Informasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur PERCETAKAN : CV. INARA Jl. Amabi, Samping Gereja Maranatha Oebufu HP. 0812 46 646 222, Kupang - NTT
Redaksi menerima berita, opini, baik dari kalangan internal maupun dari penulis di luar lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan misi penerbitan majalah ini. Redaksi berhak melakukan editing tanpa mengubah isi dan struktur naskah. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan
1
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
DAFTAR ISI
Fokus Utama Hal. 4 - 7
Salam Redaksi
1
Daftar Isi
2
Editorial
3
Fokus Utama Ssst, Ini Bukan SARA Liputan Khusus
4-7 8 9-13
Bidik Lensa
14-16
Seputar Kanwil
17-22
Lintas Flobamora
23-29
Sahabat BERNAS
30-31
Bianglala
32
Kebangkitan Nasional:
Momen Pencerahan
dan Konsientisasi Peran “Het wonder is geschied, insulinde, de schoone slaapeter, is ontwaakt,” demikian komentar Mr. C. Th. Van Deventer, tokoh pencetus politis etis Trias Politica, di majalah De Gidds beberapa saat setelah Boedi Oetomo diumumkan pada 20 Mei 1908. Artinya kurang lebih: “suatu keajaiban telah terjadi, si putri tidur telah bangkit.” Ya, Putri tidur itu ia ibaratkan sebagai bangsa Indonesia. Tidak salah bila kemudian Manuel Kaisepo beranggapan bahwa penyebutan istilah “kebangkitan nasional” terinspirasi dari kata “ontwaakt” Van Deventer tersebut.
Liputan Khusus Hal. 9 - 13
LP3K dan Pesparani Tidak Sekedar Ada “Kami berharap agar melalui kegiatan Pesparani Katolik nanti umat Katolik semakin mencintai imannya, mengembangkan, dan mengamalkan imannya dengan baik sehingga bermanfaat bagi kehidupan bersama,”
Sahabat BERNAS Hal. 30 - 31
Mari Kita bangkit,
Jangan Ditunda “Untuk mencapai SDM yang handal tentu melalui proses-proses seperti pelatihan, proses pendidikan secukupnya agar mampu mengatasi tugas-tugas yang diperhadapkan setiap hari. Langkah- langkah yang kami tempuh terus melakukan pembinaan, pembenahan, dan peningkatan karir kepada pegawai-pegawai yang ada. Untuk sementara cukup memadai namun untuk mencapai ideal dan hasil yang maksimal masih perlu pembenahan,”
2
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
K
Editorial
Gerbong Kebangkitan Nasional
ebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei merupakan moment bangsa ini untuk mengenang perjuangan pergerakan Boedi Oetomo sekaligus untuk membangkitkan kembali semangat kebangsaan dan semangat nasionalisme kita sebagai anak bangsa. Sebagaimana yang dimuat dalam pedoman penyelenggaraan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) tahun 2017, tujuan peringatan 109 tahun Kebangkitan Nasional adalah untuk terus memelihara, menumbuhkan, dan menguatkan jiwa nasionalisme kebangsaan kita sebagai landasan dasar dalam m e l a k s a n a ka n pembangunan, menegakkan nilai-nilai demokrasi berlandaskan moral dan etika berbangsa dan bernegara, mempererat persaudaraan untuk mempercepat terwujudnya visi dan misi bangsa kita kedepan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kebangkitan Nasional berarti perihal bangkitnya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa melawan dan mengusir penjajah melalui berbagai cara. Itu artinya, siapapun yang mengaku warga Negara Indonesia wajib hukumnya untuk melawan dan mengusir penjajah dalam berbagai bentuk penjajahan yang berupaya merongrong nasionalisme kebangsaan kita, nilai-nilai demorkrasi berlandaskan moral dan etika berbangsa dan bernegara kita, demi mewujudkan visi dan misi bangsa kita dalam bingkai NKRI melalui berbagai cara dan berbagai aspek. Tema yang diusung pada HARKITNAS tahun 2017 yakni ‘Pemerataan Pembangunan Indonesia yang Berkeadilan sebagai Wujud Kebangkitan Nasional’ patut kita tanamkan dalam sanubari terutama sebagai anak bangsa yang berkecimpung dalam pemerintahan. Sudahkah kita memainkan peran sebagaimana yang dirajut para pendahulu kita dalam mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan sosial? Pertanyaan reflektif tersebut hanya bisa dijawab
melalui gerak kita dalam menyusun strategi, kebijakan, program, dan implementasi yang berorientasi kepada pelayanan kepada masyarakat sebagai wujud penghormatan kita kepada para pendahulu bangsa yang telah berjuang memperkokoh dasar-dasar kebangsaan. Dalam konteks ini, sebagaimana sambutan pada perayaan HARKITNAS tahun 2017, “kebangkitan nasional hanya berarti jika tidak ada satu anak bangsa pun yang tercecer dari gerbong kebangkitan tersebut.” U n t u k m e w u j u d ka n nya t e n t u membutuhkan kerja keras semua kita. Namun, sebelum menyentuh hal tersebut, syarat utama yang wajib dilakoni semua anak bangsa yaitu mesti bersatu padu dalam semangat persaudaraan yang kokoh sebagai sebuah bangsa tanpa ada sekat dalam rupa apapun. Pendiri bangsa ini, Bung Karno menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan. Tersirat dari pesannya,”Perjuangan saya lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Tanpa semangat nasionalisme dan kebangsaan, mustahil kita melangkah jauh mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial. Di tengah upaya membangun pemerataan pembangunan Indonesia yang berkeadilan sebagai wujud kebangkitan nasional, ASN Kementerian Agama RI secara khusus Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT selaku fasilitator mesti menjadi pelopor fungsi pembinaan kerukunan. Seperti yang disampaikan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin bahwa kerukunan memiliki relevansi positif yang kuat terhadap pembangunan, semakin rukun suatu masyarakat semakin cepat pembangunan dapat dilakukan. Oleh karenanya, memelihara kerukunan menjadi keniscayaan dan kebutuhan kita bersama. Akhirnya, mari kita lawan segala macam bentuk penjajahan yang mencoba meruntuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, gerbong Kebangkitan Nasional menjadi milik kita bersama. n
3
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Fokus Utama
Kebangkitan Nasional:
Momen Pencerahan
dan Konsientisasi Peran “Het wonder is geschied, insulinde, de schoone slaapeter, is ontwaakt,” demikian komentar Mr. C. Th. Van Deventer, tokoh pencetus politis etis Trias Politica, di majalah De Gidds beberapa saat setelah Boedi Oetomo diumumkan pada 20 Mei 1908. Artinya kurang lebih: “suatu keajaiban telah terjadi, si putri tidur telah bangkit.” Ya, Putri tidur itu ia ibaratkan sebagai bangsa Indonesia. Tidak salah bila kemudian Manuel Kaisepo beranggapan bahwa penyebutan istilah “kebangkitan nasional” terinspirasi dari kata “ontwaakt” Van Deventer tersebut. Terlepas dari benar tidaknya dari mana istilah kebangkitan nasional berasal, tetapi yang jelas bahwa sejarah Indonesia mencatat kelahiran Boedi Oetomo, yang digagas oleh Wahidin Soedirohoesodo dan dr. Soetomo sebagai titik awal kesadaran rakyat Indonesia akan rasa nasionalisme. Meski berawal dari embrio yang bersifat kultural, rasa nasionalisme tersebut kemudian bertumbuh dengan lahirnya organisasiorganisasi modern baru yang memiliki semangat dasar yang sama, yaitu nasionalisme. Presiden I Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dalam pidato peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1952 menyebut Boedi Oetomo sebagai penanda bahwa bangsa Indonesia untuk pertama kalinya menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan. Boedi Oetomo menurutnya telah memberikan ide memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui perserikatan, perhimpunan partai politik, dan persatuan. "Pada hari itu kita mulai memasuki satu cara baru untuk melaksanakan satu 'ide', satu
4
naluri pokok daripada bangsa Indonesia. Naluri pokok ingin merdeka, naluri pokok ingin hidup berharkat sebagai manusia dan sebagai bangsa. Cara baru itu ialah cara mengejar sesuatu maksud dengan alat organisasi politik, cara berjuang dengan perserikatan dan perhimpunan politik, cara berjuang dengan tenaga persatuan," ucap Soekarno kala itu. Rasa nasionalisme, semangat persatuan dan kesatuan, perjuangan bersama melalui perhimpunan politik inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia yang berpuncak pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tepat bila momen kebangkitan nasional 20 Mei 1908 disebut sebagai gerak budi, momen aufklarung, enlightenment, pencerahan bagi anak bangsa yang menyadari jati diri dan aspirasi sejatinya. Pencerahan tersebut tentu tidak berhenti pemahaman belaka, tetapi melahirkan konsientisasi (penyadaran) akan peran apa yang mesti dilakoni serta upaya-upaya apa yang perlu dibuat agar jati diri dan aspirasi bangsa dapat terwujud. Kebangkitan Nasional Dalam Konteks Kekinian Hari Kebangkitan Nasional tetap diperingati setiap
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
tahun pada tanggal 20 Mei karena ia selalu memiliki relevansi pada konteks kekinian. Tidak bisa dipungkiri, bahwa bangsa Indonesia perlu terus disadari akan pentingnya rasa nasionalisme dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara. Tanpa semangat nasionalisme, maka keutuhan bangsa dan negara menjadi rapuh dan tinggal menunggu waktu untuk runtuh. Peringatan Kebangkitan Nasional pada saat ini menjadi lebih penting lagi, apalagi bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda ancaman bertubitubi. Masuknya paham-paham asing, bertumbuhnya gerakan radikalisme dan terorisme, p e s a t n y a p e r ke m b a n g a n teknologi informasi, sadar atau tidak, merupakan ancaman sangat serius dan nyata terhadap keutuhan bangsa. Nasionalisme sebagai perekat bangsa Indonesia semakin dilunturkan oleh semangat sektarianisme yang memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu. Karena itu seruan untuk kembali ke semangat dasar yang mempersatukan bangsa senantiasa perlu terus digaungkan, terutama pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Demikianpun, seiring perkembangan jaman yang ditandai dengan globalisasi, dunia yang berjejaring (networked world), persaingan antar bangsa dalam banyak segi kehidupan, tentu perjuangan bangsa Indonesia pun semakin kompleks. Perjuangan bangsa tidak terbatas lagi sebagai anamneses sejarah masa lampau pada bagaimana menumbuhkan rasa nasionalisme, merebut, dan mempertahankan kemerdekaan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, tetapi meliputi pula pada bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, meningkatkan daya
saing dan kapasitas sumber daya manusia, dan memberikan kontribusi bagi peradaban dunia. Untuk itu, dalam dunia yang berjejaring ini, kecepatan, inovasi dan kreativitas, akurasi, transparansi, akuntabilitas menjadi kata-kata kunci untuk bisa unggul dalam persaingan baik di tingkat regional maupun global. Tantangan kebangsaan kita sekarang ini karenanya menuntut pula sensibilitas atau kepekaan terhadap jaman. Reformasi Birokrasi Dalam Konteks Kebangkitan Nasional Sebagai Aparatur Sipil Negara, momen Hari Kebangkitan Nasional dapat d i m a k n a i d a l a m b i n g ka i reformasi birokrasi. Dalam p a r a d i g m a ke b a n g k i t a n nasional, reformasi birokrasi dapat dipahami sebagai upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process), dan sumber daya manusia aparatur. Berbagai permasalahan dan hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Seiring dengan tujuan reformasi birokrasi tersebut, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Asman Abnur, pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2017ini menawarkan sebuah model kerja baru untuk para aparatur sipil negara (ASN) dan birokrat. Menurutnya, harus ada perubahan cara kerja agar dapat maju. Perubahan cara kerja tersebut merupakan tuntutan dasar sehingga sebuah negara dapat maju. "Ini harus dengan model kerja baru terutama birokrasi. Karena tidak ada satu negara pun yang bisa maju tanpa penyelenggara
5
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
negaranya cara kerjanya itu tidak berubah," demikian kata MenPAN-RB pada Sabtu (20/5/2017) sebagaimana dikutip situs berita detik.com. Seorang birokrat, menurutnya, tidak boleh lagi kalah oleh cara kerja yang dilakukan pihak swasta. Sebagai contoh, Ia menyoroti perilaku pelayanan di bank-bank yang tidak ada obrolan saat kerja. Layanan oleh ASN semestinya lebih dari perilaku kerja di swasta. Dengan demikian, negara pasti bisa maju. Pada kesempatan tersebut, Asman mengingatkan kembali pesan presiden terkait persaingan antar negara yang saat ini terjadi. Paradigma persaingan sekarang bergeser bukan lagi antara negara besar atau kecil. Tapi kepada siapa negara yang cepat mengalahkan negara yang lambat. Untuk mendorong itu, KemenPAN-RB juga sedang mendorong sistem pemerintahan berbasis teknologi informasi. Sistem penilaian dilakukan
berdasarkan manajemen kerja dan percepatan peningkatan pelayanan publik. Seorang aparatur sipil negara juga selalu didorong untuk selalu sigap melayani dan berjiwa hospitable. Kementerian Agama dalam Alur Kebangkitan Nasional Inspirasi Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 dan tuntutan Reformasi Birokrasi tentunya menjadi kekuatan bagi Kementerian Agama Republik Indonesia untuk terus berbenah dari dalam segala aspek pelayanannya. Sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam pembangunan di bidang agama, Kementerian Agama senantiasa berinovasi untuk meningkatkan dan mendekatkan pelayanannya kepada seluruh umat beragama di Indonesia. Tema “Bersih Melayani”, moto “Lebih Dekat Melayani Umat”, dan ajakan Menteri Agama pada Perayaan Hari Amal Bakti 2017 tentu perlu tetap berdengung dalam sanubari terdalam seluruh ASN Kementerian Agama. Menteri mengatakan bahwa moto tersebut mengandung makna bahwa aparatur Kementerian Agama harus
6
lebih peka mendeteksi aspirasi masyarakat, lebih sigap membereskan masalah, dan lebih cekatan memenuhi kebutuhan umat. Hal tersebut tentu baru bisa tercapai jika ASN Kementerian Agama mampu mengembangkan wawasan dan menyingkirkan ego sektoral sehingga mampu menempatkan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok. “Seluruh jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN), Kementerian Agama harus senantiasa mengembangkan wawasan serta meningkatkan keterampilan dan kesigapan dalam bertugas. Ego sektoral, sektarianisme, dan sejenisnya harus disingkirkan dari lingkungan kerja Kementerian Agama. Kita harus bersikap sebagai agamawan sekaligus negarawan yang menempatkan kepentingan umat dan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Di tengah cepatnya perubahan sosial dan pesatnya teknologi informasi, kita juga harus menjadi pelayan publik yang dapat diandalkan,” demikian pesan Menteri saat itu. Perjuangan seluruh Aparatur Kementerian Agama dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik dari tahun ke tahun pun semakin menunjukkan peningkatan yang berarti. Publik semakin memberikan penilaian positif terhadap kinerja Kementerian Agama. Banyak program sudah semakin memenuhi harapan masyarakat. Hal ini tergambar dalam sejumlah survei yang memperlihatkan capaian sasaran program Kementerian Agama. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2016 menunjukkan kenaikan Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) sebesar 1,16 poin dari tahun sebelumnya, atau meningkat menjadi 83,83 persen. Kenaikan juga terjadi pada indeks kerukunan umat beragama tahun 2016, yang mengalami peningkatan sebesar 0,11 persen dari tahun sebelumnya menjadi 75,36 persen. Demikian dengan indeks reformasi birokrasi yang naik dari CC menjadi B. Keseriusan meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat ini juga tergambar dalam opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang berhasil diraih Kementerian Agama untuk Laporan Keuangan Kementerian Agama (LKKA) Tahun 2016. Pencapaian-pencapaian tersebut tidak lalu membuat seluruh aparatur Kementerian Agama berpuas diri dan tinggal dalam status quo. Spirit Kebangkitan Nasional yang diterjemahkan dalam Lima Nilai Budaya Kerja (NBK) Kementerian Agama,
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
senantiasa menjadi pendorong untuk terus melahirkan berbagai inovasi dan gebrakan dalam meningkatkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Tahun ini misalnya Kementerian Agama telah membangun Pusat Layanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai upaya mencapai standar mutu yang prima dalam melayani umat. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, segala proses perizinan, beasiswa, hingga bantuan sosial dilakukan secara lebih simpel, pasti, dan bebas pungli. Berbagai aplikasi manajemen yang menunjang kerja juga sedang dikembangkan demi tercapainya kinerja yang lebih baik. Dalam konteks yang lebih kecil, di wilayah NTT, spirit kebangkitan nasional juga menginspirasi Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT juga melahirkan berbagai inovasi dalam meningkatkan perannya dalam membangun masyarakat beragama NTT. Upaya membangun kehidupan beragama tersebut tentu saja tidak sia-sia. Di akhir tahun 2015 lalu, NTT berhasil menoreh tinta emas sebagai juara pertama tingkat nasional dan mendapat trofi kerukunan umat beragama. Pencapaian tersebut tentu tidak membuat kita berpuas diri. Perkembangan dan kompleksitas jaman terus menuntut dilakukannya strategi dan terobosan baru untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pendidikan agama. Di tahun 2017 ini misalnya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT telah menetapkan tiga belas sasaran strategis sebagai implementasi tujuan pembangunan di bidang agama dan bidang pendidikan. Di bidang agama, sasaran strategis tersebut meliputi meningkatnya kualitas dan ketersediaan bimbingan dan fasilitas keagamaan; meningkatnya harmoni sosial dan kerukunan antar umat beragama; meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama; meningkatnya kualitas dan akuntabilitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan; meningkatnya mutu/kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang transparan, efisien dan akuntabel; meningkatnya tata kelola pembangunan bidang agama dalam menunjang penyelenggaraan pembangunan bidang agama yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Di bidang pendidikan meliputi: meningkatnya akses masyarakat tidak mampu terhadap Program Indonesia Pintar pada pendidikan dasar dan menengah; meningkatnya angka partisipasi penduduk usia pendidikan
dasar dan menengah; menurunnya jumlah siswa yang tidak melanjutkan pendidikan; meningkatnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan; meningkatnya proporsi pendidik yang kompeten dan profesional pada pendidikan umum berciri khas agama; meningkatnya ketersediaan guru pendidikan agama yang telah bersertifikat; dan meningkatnya akses pendidikan keagamaan sesuai aspirasi umat. Tiga belas sasaran strategis ini menunjukkan bahwa fokus pembangunan agama dan pendidikan di Nusa Tenggara Timur tidak hanya berpusat pada kuantitas dan tingkat aksesibilitas, tetapi juga pada jaminan kualitas atau mutu kehidupan agama dan pendidikan agama. Peran dan Tugas yang Berkelanjutan Kebangkitan Nasional senantiasa menuntut suatu konsientisasi peran dan partisipasi yang berkelanjutan. Bangsa Indonesia pasti akan menjadi bangsa yang besar, bukan dalam arti geografis dan demografis saja, bila semua anak bangsanya terus menyadari akan peran masing-masing dan sungguh terlibat dalam pembangunan bangsa. Semua komponen bangsa perlu menyadari bahwa semuanya memiliki tanggungjawab untuk membangun negeri. Semangat positif kebangkitan nasional harus terus mengalir dan dijangkitkan, sebaliknya paham, ideologi, hasutan dan ujaran kebencian yang mengganggu semangat persatuan dan pembangunan bangsa harus dapat dikubur dalam-dalam. Tentu tidak mudah menjaga spirit kebangkitan nasional tersebut agar tetap hidup. Namun bila terdapat ketulusan dan kecintaan terhadap negeri ini, maka sebesar apapun hambatan dan tantangan yang dihadapi pasti akan mampu teratasi. Indonesia, si putri tidur (de schoone slaapeter) itu telah bangkit (is ontwaakt). Jangan biarkan ia tertidur kembali. *** (Patrix Wea)
7
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Sssttt...Ini Bukan SARA
Anak Memilih Bapak Anak Bapak Anak Bapak Anak Bapak
: “Siapa yang paling kau suka Bapak atau Mama? : “Dua-duanya…!!” : “Serius ini…Bapak atau Mama? : “ Iya…dua-duanya.” : Putuskan yang betul. Bapak atau Mama yang kau pilih? : Dua duaannyaaaa… : “Kalau Bapak pergi ke Kupang terus Mama pergi ke Bali kemana kau mau ikut?” Anak : Bali. Bapak : Berarti kau lebih memilih mama. Anak : Tidak! Cuma Bali khan lebih indah dari Kupang. Bapak : Terus…Kalau Bapak yang ke Bali, Mama pergi ke Kupang. Kau ikut kemana? Anak : Kupang. Bapak : Lha…berarti benar kau pilih Mama? Anak : Khan tadi saya sudah ke Bali.
Larantuka, Ende, dan Rote Peu (Orang Larantuka) Korang tau Gunung Sion? Itu torang pung nenek moyang yang uruk sampai jadi gunung. Dulu dia pung nama Lembah Sion. Linus (Orang Ende) Akhhh…begitu saja miu pamer. Tahu Gurun Sahara to… dulu dia punya nama Taman Sahara!! Jao punya Bapak - Bapak dulu yang tebang semua pohon jadi rata dengan tanah. Meki (Orang Rote) “Ha…ha…ha…baru begitu sa besong dua su sombong setengah mati! Tahu Laut Mati ko sonde?” “Itu beta yang bunuh!”
8
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Liputan Khusus
LP3K dan Pesparani Tidak Sekedar Ada Kupang (BERNAS) - Sejumlah tokoh Katolik berkumpul di Neo Aston Hotel, Selasa (23/05/2017). Bukan saja yang berasal dari kalangan awam dan pejabat Gereja, tetapi juga ada sebagian awam Katolik yang menempati posisi strategis di pemerintahan hadir disana. Kehadiran mereka di tempat itu merupakan respon atas undangan yang disebar oleh Bidang Urasan Agama Katolik Kanwil Kementerian Agama NTT. Tentu ada satu alasan penting bahkan bisa dikatakan mendesak yang harus diperbincangkan. Bukan hanya soal memenangkan gagasan tetapi bagaimana mengakomodir semua ide agar menjadi sebuah pemahaman bersama untuk diputuskan menjadi sikap dan tindakan
apa yang mesti dilakukan untuk masyarakat NTT khususnya umat Katolik di Flobamorata. Bagaimana upaya yang pantas agar umat Katolik dari sekian cara yang telah dilakukan Gereja dan awam selama ini bisa didukung lagi dengan cara dan kegiatan yang menurut kaca mata pemerintah layak untuk disediakan ruang dan kesempatan bagi umat Katolik mengasah dan memperdalam serta menghayati secara lebih baik makna keagamaan melalui kegiatan-kegiatan liturgis Gereja. Mungkin dengan alasan yang terbilang sederhana inilah, maka Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kementerian Agama NTT ‘terpaksa’ harus mendudukkan sejumlah tokoh Katolik agar memiliki kesempatan mendengarkan dari
9
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
berbagai pendapat bagaimana melahirkan ide yang cemerlang menyikapi Peraturan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerajani Katolik (LP3K). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Gerejani Katolik Peraturan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 2016 tentang Pembentukan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Paduan Suara Gerejani Katolik atau yang dikenal dengan singkatan LP3K merupakan jawaban Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dalam memenuhi harapan umat Katolik yang selama ini tidak memiliki sebuah lembaga resmi yang berfungsi menjadi pelaksana kegiatankegiatan sekaligus berperan dalam memberikan pembinaan terhadap berbagai upaya yang dilakukan umat Katolik dengan tujuan menciptakan suasana perayaan peribadatan yang hikmat sehingga berimplikasi pada sikap penghayatan yang lebih dalam dan berkualitas dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat, dan berbangsa. Hal ini bukan berarti menafikkan upaya-upaya yang selama ini telah
10
dilakukan baik oleh Gereja sendiri maupun yang didukung oleh pemerintah. Akan tetapi diharapkan melalui lembaga yang dibentuk atas inisiatif dan prakarsa umat dan terdiri dari tokoh-tokoh agama yang terpercaya ini mampu memberikan nilai tambah bagi pengembangan nilai iman umat Katolik. Secara singkat sesuai rumusan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Agama tersebut mengartikan LP3K adalah sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan prakarsa masyarakat Katolik untuk menggali dan mengembangkan seni budaya Gerejani. Berdasarkan pemahaman itu, maka menjadi bijaklah bila Kanwil Kemenag NTT mengambil insiatif mengumpulkan para tokoh agama dalam kegiatan curah pikir sehingga dari sana dapat diperoleh berbagai pandangan dan pendapat tentang bagaimana seharusnya lembaga ini terbentuk dan siapa-siapa saja yang patut untuk duduk dalam kepengurusan serta bagaimana roda lembaga ini dapat digerakkan sehingga mampu sampai ke tujuan seperti cita-cita awalnya. Sesuai kedudukan, tugas dan fungsi, LP3K dibentuk secara hirarki dari pusat sampai di tingkat daerah. LP3K Nasional yang berkedudukan
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
pengawasan program. LP3K juga melaksanakan fungsi membangun hubungan dengan pemerintah pusat, daerah, lembaga gereja dan instansi lainnya. Selain melaksanakan fungsi-fungsi tersebut LP3K sebagai sebuah organisasi menyelenggarakan fungsi administrasi dan informasi.
di Jakarta memiliki tugas menyelenggarakan Pesparani Nasional (Pesta Paduan Suara Gerajani) sedangkan LP3K di daerah peran dan fungsinya adalah menyiapkan, menyeleksi peserta Pesparani. Jika ada ruang yang disediakan oleh LP3K daerah untuk berkompetisi di tingkat daerah, maka LP3K daerah dapat menyelenggarakan Pesparani di tingkat lokal sebagai wadah untuk mendapatkan peserta yang terseleksi secara baik sehingga menjadi utusan daerah yang dapat diandalkan di ajang Pesparani tingkat nasional. Secara terperinci LP3K nasional melaksanakan fungsi antara lain; perumusan visi, misi dan ketentuan pelaksanaan pengembangan serta peningkatan music Gerejani dan paduan suara Gerejani, menyelenggarakan Pesparani Nasional, pelayanan dan bimbingan kepada LP3K daerah di bidang musik Gerejani, lomba cipta lagu Gerejani, kursus atau penataran, pembinaan musisi liturgis, dirigen dan paduan suara Gerejani, penerapan music dan lagu-lagu Gerejani sebagai sarana memuji Tuhan dan memupuk rasa persaudaraan sebagai ungkapan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
Menyambut Pesparani Nasional Gaung Pesparani mungkin saja belum bergema secara merata di seantero Nusantara. Boleh jadi Pesparani sendiri belum terlalu akrab di telinga masyarakat Katolik, di lingkungan Gereja dan juga di antara ASN Katolik Kementerian Agama. Ini harus menjadi pekerjaan awal dari LP3K untuk memperkenalkan dan juga mempromosikan kegiatan Pesparani sehingga semakin dikenal luas sekaligus mematik semangat umat Katolik agar bergairah menyiapkan diri menyambut gelaran perdana yang akan berlangsung tahun 2018 nanti. Untuk itu, diharapkan Surat Keputusan tentang Pembentukan LP3K nasional dan daerah secepatnya dalam waktu singkat segera terbit. Dengan Surat Keputusan tersebut, maka baik nasional maupun daerah akan segera menyusun agenda penyelenggaraan Pesparani yang akan berpengaruh pada persiapan. Sebelum terbitnya LP3K, Ditjen Bimas Katolik dan Bimas Katolik di daerah perlu mengambil langkah koordinasi, membangun komunikasi dengan berbagai elemen terkait sehingga ketika Surat Keputusan itu terbit, kepengurusan LP3K mulai bergerak menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pesparani mengingat waktu pelaksanaannya sesuai agenda akan berlangsung tahun 2018. Acuannya sudah pasti merujuk pada PMA nomor 35 Tahun 2016 yang memberikan gambaran secara umum tentang langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana tujuan akhir dapat dicapai secara maksimal dan berdampak pada pengembangan iman umat. Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT telah memulai dengan mengumpulkan para tokoh dari kalangan Katolik baik pejabat Gereja maupun awam yang duduk dalam jabatan di jajaran eksekutif dan legislatif. Beragam cara pandang, pendapat, dan usul saran telah terakomodir yang berujung pada
11
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
satu kesepakatan bahwa Pesparani layak untuk diselenggarakan. Karena itu, perlu membentuk LP3K Provinsi NTT yang kepengurusannya juga terdiri dari tokoh awam pemerintahan dan juga pejabat Gereja. Hal ini disadari bahwa tokoh awam perlu bekerja ekstra dalam membangun komunikasi yang baik dengan pemerintah sehingga pelaksanaannya pun tidak terganggu. Mengingat Pemerintah sebagai penyuplai dana utama bagi terselenggaranya Pesparani. Hal ini secara eksplisit disampaikan wakil Ketua DPRD Provinsi NTT dari Fraksi PDIP, Gusti Beribe bahwa dengan terbentuknya LP3K di NTT, dewan akan berusaha mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan umat beragama. Dari pemerintah yang diwakili Kepala Biro Kesra NTT, Bartol Badar mengatakan dengan tegas yakni Pesparani harus dilaksanakan karena hal itu adalah perintah PMA. Namun hal yang paling penting, adalah
12
bagaimana agar umat terlibat dan dilibatkan sehingga perayaan Pesparani sungguh –sungguh menjadi perayaan umat Katolik dan bukan seolaholah hanya kepentingan dan kehendak untuk memperoleh hak dan perhatian yang sama dari Pemerintah karena agama-agama yang lain telah melakukan hal yang sama di lingkungan agamanya masing-masing. Tentu bukan ini tujuannya. LP3K dan Pesparani, terbentuk dan terselenggara agar iman umat semakin berkembang. Dengan demikian, selain memperkaya kehidupan umat dalam menggereja tetapi juga mendukung terwujudnya pembangunan nasional. Hal senada juga diharapkan oleh Kakanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus dalam kegiatan Curah Pikir Lembaga Pembinaan Pengembangan Pesparani Katolik Tingkat Provinsi NTT di Neo Aston belum lama ini. “Kami berharap agar melalui kegiatan Pesparani Katolik
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
nanti umat Katolik semakin mencintai imannya, mengembangkan, dan mengamalkan imannya dengan baik sehingga bermanfaat bagi kehidupan bersama,” kata Kakanwil Sarman.
Penutup Sesuai informasi yang berkembang Pesparani akan dilaksanakan tahun 2018. Itu artinya kita tinggal menghitung bulan. Persiapan harus dimulai sekarang namun tidak gegabah. Perlu persiapan dan perencanaan matang. Hingga bulan awal juni, LP3K Nasional dan daerah belum terbentuk. Masih menunggu hasil rapat Ditjen Bimas Katolik yang mengagendakan secara khusus tentang LP3K. Optimisme harus selalu ada bahwa pada saatnya Pesparani akan terwujud. Tidak perlu menunggu. Perlu tindakan-tindakan kecil secara bersama-sama untuk memulai sehingga pada waktunya semua akan terlaksana dengan rapi, lancar, dan berkualitas. Ibarat sebuah paduan suara perlu beragam suara yang turut bersenandung agar mencapai harmoni yang sesungguhnya sehingga menampilkan keindahan yang layak bagi yang mendengarkannya. Jika sungguh dilaksanakan dan disadari sebagai sebuah panggilan pengabdian, tidak mustahil akan menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat dan berkualitas. Pesparani mesti dipandang sebagai sebuah cara dan kesempatan untuk menampilkan karya seni terbaik untuk keagungan Tuhan dan meninggikan martabat manusia. Dapatkah karya seni; lagu dan nyanyian yang akan tersaji nanti dalam Pesparani menjadi doa yang pantas dipanjatkan kepada Sang Pencipta? Seperti kata peribahasa latin, Qui Bene Cantat Bis Orat. Bernyanyi Baik Sama Dengan Berdoa Dua Kali. Jika mungkin, maka LP3K dan Pesparani tidak sekedar ada. Ini tantangan! ***(bobbybabaputra)
13
Bidik Lensa
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Sarman Marselinus pose bersama peserta kegiatan Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik tingkat Dasar dan Menengah se – Provinsi NTT, Rabu (03/05/2017).
Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus ketika memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan Sosialisasi Kurikulum Sekolah Minggu Buddha di Hotel Naka, Senin (08/05/2017).
Kepala Bagian Tata Usaha, H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd menerima kunjungan utusan Pramuka Tuna Rungu Nasional di ruang kerjanya, Selasa (09/05/2017).
14
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus memberikan sambutan pada acara perayaan Waisak bersama di gedung FKUB NTT, Kamis (11/05/2017).
Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Sarman Marselinus bersama para tokoh awam Katolik seKabupaten Rote Ndao, Jumat (12/05/2017).
Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pertemuan Pembina kursus persiapan perkawinan Katolik di Neo Hotel, Rabu (17/05/2017).
15
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Diskusi para tokoh Katolik yang juga diikuti Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Sarman Marselinus pada kegiatan Sosialisasi LP3K di Neo Hotel, Selasa (23/05/2017).
Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Sarman Marselinus didampingi Kepala Bagian Tata Usaha, H. Hasan Manuk dan Kepala Bidang Pendis, Drs. Husen Anwar membuka kegiatan KSM & AKSIOMA tingkat Provinsi NTT yang ditandai dengan pelepasan balon, Rabu (24/05/2017).
Siswa/i MAN Model Kupang membawakan Gema Sholawat pada pembukaan kegiatan KSM & AKSIOMA tingkat Provinsi NTT, Rabu (24/05/2017)
16
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Seputar Kanwil
Bahas Pesparani Katolik, Kanwil Kemenag NTT
Kumpulkan Tokoh Agama dan Pemerintah Kupang (Bernas) - Tidak seperti di kalangan Kristen, Islam, Hindu dan Buddha yang secara rutin menggelar lomba baca Kitab Suci dan Seni Suara dengan biaya yang disediakan dari APBN dan APBD. Untuk tahun-tahun yang akan datang, Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Katolik juga telah menyiapkan program kegiatan yang hampir sama yakni akan menyelenggarakan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik. Hal ini merupakan perintah dari Peraturan Menteri Agama (PMA) nomor 35 tahun 2016. Terkait rencana pegelaran Pesparani Katolik, Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT melalui unit teknis Bidang Urusan Agama Katolik menggelar rapat curah pendapat di Hotel Neo Aston. Curah Pendapat dimaksudkan untuk menggali pandangan dan sikap guna memantapkan rencana kegiatan termasuk menyusun rancangan susunan badan pengurus yang akan menduduki lembaga yang menaungi Pesparani Katolik yakni Lembaga Pengembangan dan Pembinaan Pesparani Katolik (LP3K). Sejumlah tokoh diundang diantaranya Vikjen Keuskupan Agung Kupang, RD. Gerardus Duka, Kabiro Kesra Setda NTT, Bartol Badar, Anggota DPRD NTT, Gusti Beribe dan Anton Bele, dan beberapa tokoh awam serta wakil dari Komisi di Keuskupan Agung Kupang. Kepala Kantor Wilayah Kemenag NTT, Sarman Marselinus dalam kesempatan itu mengharapkan agar melalui kegiatan Pesparani Katolik nanti umat
Katolik semakin mencintai imannya, mengembangkan, dan mengamalkan imannya dengan baik sehingga bermanfaat bagi kehidupan bersama. "Mari kita buka percakapan dan pembicaraan seluas luasnya dan menggali sampai ke akar-akarnya sehingga kita mendapatkan alasan yang jelas. Mungkin kita bisa bawa ke tingkat nasional. NTT maunya apa. Kiranya aspirasi kita dapat tersalurkan dengan baik dan menjelma menjadi kenyataan yang indah," kata Kakanwil. Menanggapi hal tersebut, Vikjen KAK, RD. Gerardus Duka mengatakan pada prinsipnya Gereja mendukung kegiatan yang memiliki manfaat mengembangkan iman umat. Sementara dari Pemprov NTT, Kabiro Kesra, Bartol Badar menyampaikan bahwa karena Peraturan Menteri Agama (PMA) ini bersifat perintah, maka wajib dilaksanakan. Sedangkan Gusti Beribe, Anggota DPRD NTT merespon positip terbentuknya LP3K di NTT sebagai bentuk penguatan iman masyarakat. Gusti mengatakan dengan adanya Peraturan Menteri Agama tersebut, maka dewan akan menyusun program dan anggarannya untuk menyokong kegiatan ini. Sebelumnya, Kabid Urusan Agama Katolik Kanwil Kemenag NTT, Yakobus Beda Kleden mengatakan bahwa hasil dari rapat akan berupa draf pembentukan LP3K NTT. Draf tersebut selanjutnya akan dibawa ke Ditjen Bimas Katolik dan KWI di Jakarta. "ini juga sesuai arahan dari Bapak Uskup Agung Kupang," kata Kleden. ***(bobby/pryli/yen)
17
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Dua Jemaah Calon Haji NTT Belum Lunasi Biaya Haji
Kupang (Bernas) - Dua jemaah calon haji regular asal Nusa Tenggara Timur hingga memasuki hari hari terakhir masa pelunasan tahap kedua belum melunasi biaya haji tahun 2017. Sementara waktu pelunasan tahap kedua akan berakhir tanggal 02 juni 2017 pekan ini. Informasi ini disampaikan Kepala Bidang Haji dan Bimbingan Masyarakat Islam Kanwil Kemenag NTT, Drs. Syamsul Maarif di ruang kerjanya, Selasa (30/05/2017) Syamsul Maarif mengatakan jika pelunasan tahap kedua telah rampung maka selanjutnya akan diadakan manasik regular. Sebelumnya, para Jemaah calon haji telah mendapatkan
pembekalan pra manasik mandiri di Kabupaten/Kota masingmasing. Terkait pengurusan paspor, Syamsul Maarif yang didampingi Kasi Pelayanan dan Pembinaan Haji dan Umrah, Gafur Jafar, S. Ag menyampaikan sudah 525 paspor yang telah diterbitkan, masih tersisa 145 paspor dalam tahap penyelesaian. NTT tahun ini, jelas Syamsul mendapat pengembalian jumlah kuota normal sebanyak 647 sehingga kuota regular menjadi 665. Jumlah ini ditambah Petugas Pendamping Haji sebanyak 5 orang. Secara keseluruhan Jemaah NTT yang akan berangkat haji berjumlah 670 orang. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan selama periode empat tahun terakhir, yakni 518 jemaah. Jemaah asal NTT, katanya, akan bergabung dalam kloter di Surabaya. “Kita masih bergabung dengan Jawa Timur. Bedanya, tahun ini ada kebaikan hati dari Jawa Timur yang memberikan tambahan satu pendamping haji sehingga masing-masing kelompok terbang, pendamping haji dari kita ada dua orang,” kata Syamsul Maarif. *** (bobby/jw/yen)
Kakanwil Buka Kegiatan KSM dan Aksioma Prov. NTT Kupang (Bernas) - Kepala Kantor Wilayah Kemetenterian Agama Prov. NTT, Drs. Sarman Marselinus, membuka secara resmi Kegiatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA), Rabu (24/05/2017), bertempat di MTs Negeri Kupang. Sarman Marselinus pada awal sambutan menyampaikan terima kasih kepada Kepala Bidang Pendidikan Islam dan kebanggaan kepada seluruh peserta kegiatan KSM dan AKSIOMA dari seluruh Kabupaten se - Provinsi NTT yang telah hadir pada
18
ajang akbar ini. "Kompetisi atau perlombaan adalah istilah yang menciutkan nyali kita. Kontingen ini datang sebagai yang terbaik dari daerahnya dan akan bertarung untuk menentukan siapa yang terbaik. Ajang ini menjadi kesempatan untuk membuktikan prestasi yang diraih dari daerah masing-masing," ucap Sarman. "Saya yakin dan percaya bahwa prestasi yang peserta raih adalah hasil pendidikan yang ditempuh dari lembaga pendidikan dan tentu juga hasil jerah lelah dari orang tua masing-masing. Berjuanglah di sini sebagai rasa syukur kepada lembaga dan orang tua kita. Jangan
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Awan Menutupi Hilal di Masjid Nurul Hidayah Kupang (Bernas) – “Awan tebal menutupi hilal sehingga dari tempat ini hilal tak terlihat," penjelasan Kepala BMKG klas I Kupang, Hasanudin sekaligus menutup kegiatan Rukyatul Hilal Awal Ramadhan 1438 H/2017 M yang berlangsung di Masjid Nurul Hidayah, Kelapa Lima, Kupang. Sebelumnya, di tempat yang sama, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman Marselinus dalam sambutan saat membuka kegiatan mengharapkan peran dan partisipasi semua pihak guna menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan. "Jangan sampai karena kesibukan, kita lupa bahwa kita telah memasuki bulan suci Ramadhan," kata Kakanwil Sarman mengingatkan dengan mengutip tulisan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin dengan judul Maafkan Aku Ya Ramadhan. Meneruskan pesan Menteri Agama, Kakanwil menyampaikan bahwa agama dalam upaya memanusiakan manusia diharapkan dapat terwujud. Karenanya, bulan suci Ramadhan mesti diisi dengan sebaik-baiknya. Lebih jauh, orang nomor satu di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi NTT ini mengatakan bahwa bulan suci Ramadhan yang telah dirindukan memiliki kekhusyukan yang tidak hanya dirasakan umat Islam tapi juga dirasakan oleh umat lainnya. Karenanya, Kakanwil mengharapkan agar hikmat selama bulan suci Ramadhan tetap terpelihara dan dijauhi oleh berbagai gangguan baik dari dalam maupun dari
khianati dan apa pun yang kita peroleh hendaknya menjadi persembahan terbaik bagi lembaga, Bangsa dan Negara," lanjut Sarman Marselinus. "Semoga dalam ajang ini siswa/i dapat berinterkasi dengan baik sehingga tumbuh rasa persaudaraan, kesatuan baik sebagai umat Islam dan juga sebagai saudara/i se bangsa dan se tanah air agar pendidikan yang berciri khas Islam ini menumbuhkan generasi muda yang mencintai agamanya, juga mencintai Bangsa dan Negara ini. Jangan sampai kita digerogoti oleh virus-virus yang tidak hanya ada dalam komputer tapi dalam diri kita yang masuk dalam hati, sikap dan pikiran kita. Kita hendaknya meninggalkan kebiasaan atau virus negatif dari dalam diri kita," tegas Kakanwil. "Ajang ini sekaligus menjadi momen yang menunjukkan kepada khayalak ramai, mengapa harus
luar. "Semoga bulan Ramadhan membawa sukacita bagi kita sekalian. Selamat menjalani ibadah puasa. Semoga amal ibadah kita diterima dihadirat Allah SWT," pungkas Kakanwil Sarman. Pembimbing Syariah, Dra. Hj. Ening Murtiningsih yang ditemui di sela-sela kegiatan menyampaikan bahwa pengamatan hilal awal Ramadhan di Kota Kupang dilaksanakan di tiga tempat berbeda yakni di Amfoang dilakukan oleh Universitas Nusa Cendana, di puncak gedung On The Rock Hotel dilakukan oleh tim Boscha, serta di Masjid Nurul Hidayah kerjasama Kanwil Kemenag Provinsi NTT dan BMKG klas I Kupang. "Infomasi dari puncak Hotel On The Rock, tim Boscha melihat hilal," pungkas Ibu Ning sembari bersiap untuk menuju Hotel On The Rock untuk pengambilan sumpah.*** (JW/bbp/yen).
memilih untuk masuk ke sekolah Madrasah. Tidak cukup dengan kata-kata dan penjelasan dan harus dengan bukti. Dan bukti yang paling kuat adalah ada pada anak-anak. Kepada jajaran pendidikan Islam, kelola baik-baik madrasah kita agar tetap menjadi andalan umat untuk terus menegakkan kejayaan Bangsa dan Negara kita," pinta Sarman Marselius. "Tetap jaga kesehatan, jaga pola makan dan istirahat yang seimbang. Belajarlah bergaul, berkomunikasi dengan orang lain dan jangan melupakan teman agar relasi kita tetap baik. Semoga semuanya dapat meraih medali dan jika medalinya kurang, kita tammbahkan," akhiri Sarman Marselinus dalam sambutannya.*** (Prily/bbp/yen)
19
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
ASN Kanwil Ramai-Ramai Periksa Mata
Kupang (Bernas) - Jumat, (19/05/2017) ASN Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT ramai-ramai melakukan pemeriksaan mata. Pemandangan tak lazim pun tampak sejak pagi hari jam masuk kantor.
Sejumlah ASN sudah mengantri di selasar kantor guna melakukan pemeriksaan mata sistem komputerisasi (Auto Reparatcometer) secara gratis. Disela-sela kegiatan, Genoveva Menggol, S.Sos yang dipercaya mengkoordinir kegiatan dimaksud mengkonfirmasi bahwa kegiatan pemeriksaan mata gratis ini dilakukan berkat kerjasama dengan pihak Optik Bhineka pimpinan Asep Iwan Hidayat. "Selain pemeriksaan mata secara gratis, Optik Bhineka juga menyediakan berbagai macam merk/model frame dan lensa kepada yang membutuhkan kacamata," terang Ibu Yeni yang diamini Asep Iwan Hidayat. Antusias ASN Kanwil untuk melakukan pemeriksaan mata gratis ini diluar dugaan. Saling canda dan tawa terdengar disela-sela pemeriksaan membuat suasana begitu cair dalam balutan nuansa kekeluargaan. Sebanyak 20 buah kacamata pun laku terjual usai pemeriksaan mata dilakukan. Hal ini didukung oleh Koperasi Pegawai Negeri Rahmat yang siap memfasilitasi untuk kelancaran administrasi. ***(JW/Yen)
Kakanwil Ajak Keluarga Tanamkan Nilai Pancasila Kupang (Bernas) - Kakanwil Kementerian Agama NTT, Drs. Sarman Marselinus mengajak keluargakeluarga untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila ke dalam diri anak-anak sejak usia dini. Ajakan itu disampaikan Kakanwil ketika memberikan arahan pada kegiatan Pembinaan Bimbingan Keluarga Katolik Regio Timor, Kamis (18/05/2017) di Neo Aston Kupang. Kakanwil mengatakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti pengakuan akan adanya kemajemukan dan solidaritas harus juga menjadi perhatian ke l u a rga dewasa ini sehingga ge n e ra s i bangsa ini tumbuh dengan memiliki prinsip hidup yang baik. "Tentang Pancasila perlu disinggung, selain ajaran-
20
ajaran agama sehinga jati diri bangsa ini tidak menimbulkan dualisme. Tidak ada keterpecahan," kata Kakanwil. Keluarga, jelas Kakanwil adalah sel dari masyarakat. Keluarga juga disebut eclesia domestika. Jika keluarga mengalami keterpecahan, maka akan mengganggu keutuhan masyarakat, Gereja, dan bangsa. Karena itu, penting sekali menjaga agar keluarga keluarga tetap kuat dan utuh sehingga negara dan gereja pun akan kuat dan utuh pula. Kementerian Agama, tambah Kakanwil, memiliki dua fungsi yakni fungsi pendidikan dan fungsi agama. Melalui fungsi agama, pemerintah berupaya agar pemahaman masyarakat atau umat semakin baik dan terjadi keseimbangan antara hal rohani dan jasmani dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber daya yang ada. "visi kita adalah menjadi umat katolik 100% juga 100% warga negara Indonesia. Kiranya dengan ini, keluarga keluarga terus menanamkan nilai-nilai agama secara benar dan utuh serta menumbuhkan semangat kebangsaan sehingga terhindar dari bahaya radikalisme, intoleran dan fundamentalisme," ungkap Kakanwil. *** (bobby/prily/yen)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Ekstrimis Tidak Bisa Mendirikan Satu Negara dengan Satu Agama Kupang (Bernas) - Plh. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT, Drs. Yakobus Beda Kleden, MM bertindak selaku Pembina pada Apel Kesadaran, Rabu (17/05/2017), mengingatkan kepada seluruh ASN lingkup Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT pada 2 (dua) hal penting sebagai refleksi atas pelaksanaan Apel Kesadaran yang dilaksanakan setiap tanggal 17 dalam bulan. Hal penting utama yang disampaikan Yakobus B. Kleden berkaitan dengan waktu. Waktu menurut beliau sangat penting karena kita ada dan bergerak dalam waktu. Waktu menurut Yakobus terbagi atas waktu sakral dan waktu profan. Waktu sakral menunjukkan relasi antara manusia sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai Pencipta. Waktu sakral menunjukan rasa syukur kita terhadap Pencipta dan sifatnya abadi. Sedangkan waktu profan adalah waktu dimana kita sebagai ciptaan hadir untuk melaksanakan tugas dan karya yang diembankan pada masing-masing kita. Waktu ini bersifat pragmatis karena kita hidup dalam kurun waktu yang terbatas. "Dalam kurun waktu profan yang terbatas, kita disadarkan untuk melihat seluruh tugas dan kerja kita terhadap pengelolaan anggaran yang tertuang dalam DIPA halaman 3. Kita diharapkan untuk senantiasa mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program semester I dan persiapan pada evaluasi semester II sehingga kita dapat mencapai terget yang diharapkan. Hal ini juga erat berkaitan dengan semangat Kementerian Agama dalam hal reformasi birokrasi," jelas Yakobus Kleden. "Hal yang perlu diperhatikan selain fokus pada target realisasi anggaran ialah kesadaran terhadap aturan yang berlaku dan fokus pada pelaksanaan anggaran sebagaimana yang telah menjadi komitmen bersama. Mari kita bersama membangun sinergitas baik sebagai Pejabat maupun Staf," tegas Yakobus Kleden. Hal penting kedua lanjut Yakobus Kleden adalah soal identitas dan jati diri kita. Contoh paling sederhana menurut beliau adalah penggunaan atribut dan seragam kantor. "Kementerian Agama telah menetapkan seragam untuk dikenakan, kita diharapkan menggunakan pakaian seragam sesuai dengan yang berlaku di Kementerian Agama," imbau Yakobus Kleden. "Dengan mengenakan pakaian KORPRI pada hari ini dan mengucapkan Panca Prasetya KORPRI pada point pertama yang berbunyi setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, menujukkan komitmen kita pada keyakinan bahwa Negara ini milik seluruh rakyat Indonesia dengan berbagai etnis, suku, bahasa dan budaya serta kita patut menjaga dan melestarikannnya," pinta Yakobus Kleden. Pada point kedua ini, Kleden mengatakan sejak negara ini dibentuk tidak ada satu agama pun disepakati
menjadi dasar negara. Kesepakatan bangsa ini hanya mengakui adanya satu ideologi yang sama yakni Pancasila. Kesepakatan itu, jelas Kleden telah diakui sejak tahun 1908, 1928 dan 1945. Karena itu, menurutnya jika meributkan agama dengan keinginan untuk mendasarkan negara ini hanya dengan satu agama saja, hal itu tidak akan pernah terjadi. "itu hanya membuang energi yang tidak perlu. Karena sampai negara ini bubar pun tidak akan pernah terjadi. Sekalipun ekstrimis menang, mereka tidak bisa mendirikan satu negara dengan satu agama," tegas Kleden Kepala Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kemenag NTT itu mengajak ASN di lingkungan Kementerian Agama untuk tidak ikut terlibat dalam simpang siur politik yang mencampuradukannya dengan agama. Jika tidak, maka hal itu akan memicu keterpecahan di kalangan Kementerian Agama sendiri. "Mari kita tunjukan bahwa kita bersama bisa menjaga kesatuan bangsa ini dengan mengakui satu ideologi yang sama dengan satu undang-undang dasar yang sama. kita bukan saja dipercaya oleh negara tetapi diberi tugas oleh Tuhan untuk bekerja di tempat ini dengan terus memberikanyang terbaik untuk negara dan bangsa ini," ajak Kleden. Bertepatan dengan pelaksanaan Apel Kesadaran tersebut, juga berlangsung penyerahan SK Kenaikan Pangkat kepada dua (2) orang ASN yang mengabdi pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT yakni Bernadinus Asiela Epu, S.Sos dan Genoveva Menggol, S.Sos. Bernadinus A. Epu bekerja pada Sub Bagian Ortala dan Kepegawaian dalam jabatan Analis Ketatalaksanaan Sub Bagian Organisasi, Tata Laksana dan Kepegawaian Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Prov. NTT mengalami Kenaikan Pangkat dari golongan III/c ke III/d dan Genoveva Menggol yang bekerja pada Sub Bagian Informasi dan Humas dalam jabatan Pengelola Data mengalami Kenaikan Pangkat dari golongan III/c ke III/d. Pada kesempatan yang sama, Yakobus B. Kleden mengucapkan proficiat dan selamat atas nama Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT untuk Kenaikan Pangkat yang dialami oleh 2 (dua) ASN tersebut. "Kenaikan Pangkat adalah penghargaan dan penghormatan yang diberikan Negara atas kerja dan dedikasi ASN yang telah melaksanakan tugas dengan baik," ungkap Yakobus B. Kleden.***(bobby/jw/prily/yen)
21
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Kakanwil Buka Workshop Penyusunan Perangkat Pembelajaran PAK Kupang (Bernas) - Bertempat di Aula Hotel John's, Oebufu-Kupang, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs. Sarman Marselinus, membuka kegiatan Workshop Penyusunan Perangkat Pebelajaran Pendidikan Agama Katolik Tingkat Dasar dan Menengah Se Provinsi Nusa tenggara timur, Rabu malam (03/05/2017). Hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan Bidang pendidikan Katolik Kanwil Kemenag Prov. NTT tersebut Kabid Pendidikan Katolik, Drs. Djata Dominikus, para Kabid/Pembimbing, dan para Kasubbag lingkup Kanwil Kementerian Agama Prov. NTT. Dalam arahan pembuka, Kakanwil menekankan tentang peran pendidikan agama dalam membina kerukunan. Ia melihat adanya benang merah antara kerukunan dan pendidikan agama. "Kerukunan merupakan praktik hidup beragama,
Katolik untuk selalu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama secara utuh kepada anak didiknya. Menurutnya, pemahaman yang parsial hanya akan melahirkan pengertian yang timpang, yang melahirkan sikap ekstrim yang selalu memaksakan kehendak. Penanaman nilai-nilai agama yang utuh ini pada gilirannya akan menghasilkan siswa/i yang toleran, cinta akan Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka tunggal Ika. Hal lain yang turut diangkat Kakanwil adalah menyangkut internalisasi dan implementasi lima Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama. Ia meminta agar 24 guru dan 6 pengawas yang menjadi peserta workshop untuk betul-betul mengejahwantahkan lima nilai budaya kerja dalam kehidupan dan pelayanan mereka sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, gereja, maupun masyarakat umumnya. Kegiatan workshop yang rencananya dilaksanakan
yang terjadi karena pemahaman, penghayatan, dan pengamalan yang baik ttg agama. Praktik hidup tersebut sesungguhnya telah diwarisi secara turun temurun di NTT. Pendidikan agama yg baik tidak lain menjadi daya yg kuat untuk merawat kerukunan beragama," ungkap Kakanwil. Maka demi tercapainya maksud tersebut, Kakanwil meminta agar para guru agama
selama lima hari, hingga 07 Mei 2017, ini menghadirkan tujuh narasummber. Beberapa narasumber dari luar Kementerian Agama adalah Wahid Nuna Aman, S.Pd (Kantor Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Prov. NTT), Dr. Watu Yohanes Vianey (Kepala Pusat Penelitian Etika dan Humaniora Unika Widya Mandira), dan Daniel Boli Kotan (KWI Jakarta).***(phw/bobby/yen)
22
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Lintas FLOBAMORA
Kemenag Mabar Masuk Nominasi
Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat. Mendapat apresiasi dari badan Kearsipan Daerah, Kakankemenag Manggarai Barat, Yohanes Daketi Ase, S.Fil dalam kesempatan Apel Ke s a d a ra n , R a b u , 1 7 / 5 / 2 0 1 7 mengharapkan jajaran unit terkait untuk mempersiapkan diri sebaikbaiknya agar bisa menjadi salah satu pemenang lomba ini. Menyambut rencana penilaian yang dilakukan oleh tim penilai pada, Kamis, 18 Mei 2017, seluruh jajaran di unit sekretariat melakukan upaya pembenahan dengan menyusun, merapikan, serta membersihkan kembali semua arsip yang sudah tertata sesuai aturan kearsipan modern selama dua hari dari Rabu 16 hingga 17 Mei 2017. Sementara kriteria penilaian, di antaranya terdiri dari aspek teknis seperti registrasi surat-menyurat, pemberkasan, penyimpanan dan pemeliharaan, akses, penyusutan, dan lain-lain. Sementara aspek pendukung di antaranya SDM. Pengumuman pemenang lomba sendiri akan diumumkan pada tanggal 22 Mei 2017 tepat pada Hari Arsip Nasional yang untuk tingkat Provinsi NTT akan dilaksanakan di Labuan Bajo.***(JM/JW)
Lomba Tata Kelola Arsip
Labuan Bajo (BERNAS) - Kementerian Agama boleh sedikit berbangga terkait penataan dan pengelolaan arsip. Betapa tidak,Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Barat menjadi salah satu dari dua intansi vertikal yang masuk nominasi Lomba Penataan dan Penggeloaan Arsip Tingkat Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2017 sesuai surat bernomor DKP.040/99/ IV/2017. Salah satu dari dua intansi vertikal yang masuk nominasi ini adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Manggarai Barat sementara 36 intansi lainnya adalah dinas/SKPD di Lingkungan
Rencana Pendirian Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri di Ende Ende (BERNAS) - "Pendidikan harus mampu mengembangkan aspek kehidupan lainnya seperti ekonomi masyarakat." Hal ini dikatakan Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Prof. Dr. Phil. H. M. Nur Kholis Setiawan, MA, pada acara tatap muka pembinaan Pendidikan Islam di halaman MAS Al- Ikhlas
Anaraja, Jumad (05/05/2017). Pendidikan kejuruan yang berorientasi dan berbasis pada karaktersistik budaya dan potensi sumber daya serta topografi masyarakat setempat diharapkan akan berdampak pada aspek pengembangan ekonomi masyarakat. “MAKN di tempat ini, saya pastikan akan mulai beroperasi pada tahun ajaran 2017/2018. Ini menjadi salah satu dari 6 MAKN pilot projek di Indonersia, menjawabi harapan Bapak Presiden Jokowi,” terang Nur Kholis Setiawan. Usai tatap muka, Prof Nur Kholis didampingi Kakankemenag Ende, Kabid Pendis, Camat Nangapanda, Pendiri dan Pemilik Yayasan AlIkhlas serta beberapa tamu undangan memantau seluruh lokasi dan aset yang akan diserahkan kepada Negara (baca = Kemenag) untuk pengembangan MAKN tersebut.***(Nipa/Prily)
23
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
40 Penyuluh Multi Agama Non PNS Mengikuti Diklat Teknis Substansif Ruteng (BERNAS) - Bertempat di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, 40 orang Penyuluh Agama (Multi Agama) Non PNS mengikuti Diklat Teknis Substansif Penyuluh Agama, mulai
dari tanggal 15 S/d 21 Mei 2017, di Ruteng ibukota Kabupaten Manggarai. Demikian laporan Ketua Panitia Pelaksana Diklat Teknis Substansif Penyuluh Agama (Multi Agama) Non PNS, Ibu Ni Made Suntriani, SE. MM. Keberadaan Penyuluh Agama Non PNS, katanya
Perkenalkan Kemenag
Dalam Rekoleksi Bulanan
Pastor Katolik
Maumere (BERNAS) - Kepala Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kemenag Provinsi NTT, Drs. Yakobus Beda Kleden, MM, didampingi Kakankemenag Sikka, Drs. Petrus Fahik, diundang secara resmi oleh pihak Keuskupan Maumere untuk memaparkan materi pada kesempatan rekoleksi bulanan para Imam dan Biarawan/ti seKeuskupan Maumere.
24
memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa. Penyuluh Agama Non PNS yang selama ini dikenal dengan penyuluh agama honorer merupakan salah satu subyek diklat teknis. Keikutsertaan peserta dalam kegiatan Diklat Teknis S u b sta n s i f Pe ny u l u h Agama ini terdiri dari Penyuluh Agama Katolik berjumlah 25 orang , Penyuluh Agama Islam 13 orang, dan Penyuluh Agama Kristen 2 orang. Lebih lanjut, ketua panitia melaporkan bahwa pelaksanaan Diklat Teknis Substansif ini merujuk pada PMA RI Nomor 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Pada Kementerian Agama yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pegawai untuk melaksanakan tugas jabatan secara profesional yang di landasi kepribadian dan kode etik pegawai sesuai dengan kebutuhan kementerian agama.*** (HardiM/bbp)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Petrus Kanisius : Beranekaragam Tapi Kita Tetap Satu MTsN Witihama (BERNAS) - Hal ini diungkapkan oleh Petrus Kanisius Hama Doni, S.Pd. guru matematika SMP Katolik Awas Hinga Kecamatan Kelubagolit di sela-sela jalin kasih usai melaksanakan tugas negara sebagai pengawas ruang Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP) di MTsN Witihama, Senin (08/05/2017). Sudah menjadi tradisi di MTsN Witihama, setelah melaksanakan ujian panitia menggelar jalin kasih sebagai ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya ujian. Petrus Kanisius mewakili para pengawas menuturkan rasa bangga dengan situasi dan kondisi yang ada di Madrasah. Dirinya merasakan bahwa seluruh warga MTsN Witihama merupakan bagian dari keluarga, kendati pun baru perdana menjadi pengawas ruang. "Meski kita berasal dari sekolah yang beraneka ragam, tapi dengan suasana kebersamaan selama masa ujian, kami boleh mengatakan kita tetap satu. MTsN
Witihama bukan milik warga Madrasah saja tapi milik kita semua,” ujar Petrus. Pada kesempatan yang sama, Hasan Sanga Pure pimpinan Madrasah mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada para pengawas. "Kita menjadi satu bagian yang terintegrasi dalam suatu jalinan kekeluargaan yang solid. Hari terakhir berjalan mulus, tidak ada kesalahan fatal sebagai bukti kesolidan dalam bekerja," ungkap HSP. Lebih lanjut HSP menambahkan, perbedaaan bukan merupakan penghalang dalam bekerja. Meski berbeda-beda tetapi tetap satu dan harus merasa memiliki lembaga sebagai taman mencerdaskan generasi penerus bangsa.***(ABK/bbp)
Pada kesempatan itu, Yakobus memperkenalkan Kementerian Agama di hadapan para peserta Rekoleksi tersebut. Menurut Yakobus, tusi Kemenag terfokus dalam tiga hal yakni Urusan Agama, Pendidikan Agama, dan Tata Kelola Perkantoran. Lebih lanjut, orang nomor satu pada bidang Urakat Kanwil Kemenag Prov. NTT ini menuturkan tentang bantuan yang dapat diberikan oleh Kemenag kepada lembaga Gereja. "Bantuan yang diberikan oleh Kemenag bukan lagi berciri bantuan sosial melainkan bantuan dengan nomenklatur lain, seperti bantuan operasional, bantuan sarana/prasarana, dan bantuan rehab dan atau bangun," ujar Kabid Urakat di Wisma Nazareth Nelle, Rabu (10/5/2017). Yakobus juga menjabarkan tentang peran Penyuluh
Agama Katolik non-PNS. Menurutnya, Penyuluh Agama Katolik itu adalah ujung tombak Kemenag dalam urusan pelayanan keagamaan. Dikatakan, nomenklatur Penyuluh dipakai karena telah ditetapkan secara nasional walaupun dalam Gereja yang dipakai adalah Katekis. Oleh karena itu, kata Penyuluh Agama dalam hal ini sama dengan Katekis yang ada dalam Gereja Katolik. Hadir juga pada saat pemaparan materi tersebut, selain para Imam dan Biarawan/wati Keuskupan Maumere, YM Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Cherubim Pareira, SVD, Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Maumere, RD. Martinus Edwaldus Sedu dan Kasi Urakat Sikka, Cyrillus Don Ferdinand RH, S. Sos, M. Si. ***(yongkyparera/bbp)
25
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Pencanangan Pembangunan Gedung SMAK Tambolaka Tambolaka (BERNAS) - Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Sumba Barat Daya, Drs. Fransiskus, menghadiri acara misa syukur pencanangan pembangunan gedung SMAK St. Dominikus Tambolaka, di lokasi pendirian SMAK St. Dominikus Tambolaka, Sabtu (06/5/2017). Misa syukur ini dilaksanakan sebagai awal perencanaan pembangunan gedung SMAK sebab sejak adanya SMAK St. Dominikus Tambolaka dari tahun 2013 sampai sekarang masih menggunakan gedung SMAK St. Alfonsus Weetebula. Misa tersebut dipimpin oleh Rm. Marselinus P. Lamunde, Pr selaku Ketua Yapnusda Kabupaten Sumba Barat dan didampingi Rm. Andres Era, O’Carm selaku Pendidik pada SMAK St. Dominikus Tambolaka. Hadir pada kesempatan itu, Kepala Sekolah St. Dominikus bersama staf pengajar, seluruh pegawai Kantor Kementerian Agama beragama Katolik dan pemerintah setempat. Untuk diketahui, pada tahun anggaran 2017, Kementerian Agama melalui DIPA Ditjen Bimas
Katolik telah mengalokasikan bantuan pembangunan gedung Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St. Dominikus Tambolaka sebesar 2 Milyar yang proses pengadaannya mengikuti ketentuan PBJ Pemerintah dan diproses melalui LPSE Kemenag. Pada kesempatan ini pula, Fransiskus berharap agar dalam proses penddikan pada SMAK St. Dominikus Tambolaka dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan dan menghasilkan output yang berguna bagi umat beragama.***(@me Yos/Prily)
Akreditasi A Untuk MAN Ende MAN Ende (BERNAS) Madrasah Aliyah Negeri Ende dengan segudang prestasi yang dimiliki saat ini menjadi satusatunya Madrasah Aliyah di Kota Ende yang masuk dalam kategori akreditasi A. Berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor: 12/SK/BAP-S/M NTT/ IV/2017 tentang Pleno Penetapan Hasil Akreditasi MA Tahun 2017 menempatkan MAN Ende bersama beberapa MA lainnya se - Provinsi NTT dalam kategori A. Akreditasi ini berlangsung beberapa waktu lalu oleh tim akreditasi Provinsi. Kepala MAN Ende, Siti Ardewi, merasa bersyukur dan bangga MAN Ende meraih akreditasi A. "Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan MAN Ende dalam kategori (akreditasi)
26
A," ujarnya saat ditemui pada Senin, (08/05/2017). Ditambahkan, masuknya MAN Ende dalam kategori A berkat kerja sama dan doa dari guru dan karyawan. Ardewi berjanji untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas Madrasah. "Insya Allah kita akan terus meningkatkan mutu dan kualitas Madrasah kedepannya sehingga prestasi ini tetap ada pada kita," tambahnya.***(Syaiful Liga./Prily)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Direktur Pendidikan Katolik Kunjungi Kemenag Mabar Labuan Bajo (BERNAS) - Direktur Pendidikan Katolik Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Fransiskus
Endang seusai melakukan visitasi akreditasi di STIPAS St. Sirilus Ruteng berkesempatan mengunjungi Kantor Kemenag Kab. Manggarai Barat, Kamis (04/05/2017). Fransiskus diterima oleh Kepala Kantor Kemang Manggarai Barat, Yohanes Daketi, Ase, S.Fil melalui
upacara adat dengan penyematan peci dan selendang khas Manggarai Barat. Frans Endang yang didampingi Kakankemenag dan Kasi Penkat, Adrianus P. Jaya kemudian menemui para pengawas dan guru PAK untuk memberi penguatan dan pencerahan terkait penyelenggaraan pendidikan Katolik di Indonesia termasuk upaya-upaya yang dilakukan untuk peningkatkan mutu pendidikan agama serta peningkatan kesejahteraan para Guru Agama Katolik. Lebih lanjut, Frans Endang pun memberi kabar baik bahwa sudah ada 25 SMAK (Sekolah Menengah Agama Katolik) di Indonesia dan 5 di antaranya sedang diusulkan untuk dinegerikan. Sementara salah seorang peserta, Yohanes Taumai pada kesempatan tersebut mengeluhkan kurangnya tenaga pengawas PAK di Manggarai Barat. Jumlah pengawas yang hanya berjumlah 5 orang sangat tidak berimbang dengan jumlah sekolah yang dilayani.
***(JM/bbp)
583 Guru PAK Mengikuti Sosialisasi Simpatika Soe (BERNAS) - Pengawas PAK (Pendidikan Agama Kristen) tingkat menengah Kantor Kementerian Agama Kab. TTS, Soleman Baun, S.Pd.M.Pdk didampingi Ketua POKJAWAS PAK, Amram M. D. Isu, S.Pd dan operator SIMPATIKA Gustaf I. Abanat, S.PdK mengadakan pertemuan bersama 583 Guru Agama Kristen bertempat di aula Haumeni pada Rabu, (03/05/2017). Pada kesempatan ini, semua guru PAK setelah memperoleh informasi tentang Simpatika, juga diminta untuk melengkapi data diri dalam SIMPATIKA. Data ini wajib diperbaharui setiap 6 bulan sekali melalui SIMPATIKA. Sebagai tindak lanjut dari sosialisasi ini, kepada para guru pendidikan
agama Kristen dibagikan format SIMPATIKA untuk diisi oleh para guru dan selanjutnya akan direkap oleh operator SIMPATIKA. Pada kesempatan ini para guru penerima tunjangan sertifikasi juga diminta memasukan laporan bulanan untuk proses pembayaran tunjangan. Selain itu, kepada para guru pendidikan agama Kristen yang belum S1 diharapkan untuk mengikuti kuliah pada STAKN Kupang agar kualifikasi pendidikan sebagai pendidik dapat diakui secara akademik.***(moyfallo/edykatu)
27
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Monitoring UN pada Sekolah Menengah Pertama Teologia Kristen
Oelamasi (BERNAS) - Kepala SMPTK Kasih Karunia Oefafi, Yandri N. Elia, S.Pd dan Kepala SMPTK Tarus, Sem Nitti, S.Pd serta guru-guru yang mengajar di kedua Lembaga Pendidikan Kristen tersebut, menyambut baik kunjungan monitoring UN Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kupang, Drs. Sem Saetban, MM yang didampingi Kepala Seksi PAK, Sem Nobrihas, dan Pengawas PAK Tingkat Menengah, Imanuel Snae serta tim monitoring UN dari Bidang Bimas Kristen Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi NTT, Yeny Saefatu dan Dewi Snae, Selasa, (02/05/2017). Kepala SMPTK Kasih Karunia melaporkan kepada Kepala Kankemenag Kab. Kupang bahwa jumlah peserta ujian 16 orang. “Kami berharap agar peserta UN SMPTK Kasih Karunia dapat melanjutkan studi pada SMTK Kasih Karunia,” harap Kepala SMPTK (Sekolah Menengah Pertama Teologia Kristen) Kasih Karunia. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala SMPTK Tarus yakni bahwa jumlah peserta ujian pada SMPTK Tarus adalah 11 orang dengan harapan agar mereka juga mau melanjutkan studi pada SMTK Tarus. Kunjungan Monitoring yang dilakukan bersama oleh tim dari Kementerian Agama Kabupaten Kupang dan tim dari Bidang Bimas Kristen Kanwil Kemenag Provinsi NTT diakhiri dengan foto bersama.***(Sem Nobrihas/Prily)
Pertemuan Tokoh Awam Katolik Rote Ndao Ba'a (BERNAS) - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs. Sarman Marselinus, pada Jumat (12/05/2017), membuka Kegiatan Pertemuan Tokoh Awam Katolik se - Kabupaten Rote Ndao yang dilaksanakan di aula Hotel Videsi, Ba'a, Rote Ndao. Hadir pada kegiatan pembukaan tersebut, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rote Ndao, Abnela Fobia, SE, Kepala Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kementerian Agama Prov. NTT, Drs. Yakobus Beda Kleden, MM, dan segenap pejabat eselon IV pada Kantor Kementerian Agama Kab. Rote Ndao. Kegiatan pertemuan tokoh awam Katolik dengan 30 peserta, oleh Bidang Urusan Agama Katolik ini mendapat apresiasi dari
28
Kakanwil. "Pertemuan ini penting dalam memperkuat ikatan afektif dengan masyarakat. Hal ini menjadi modal dasar dalam penyusunan program-program Kementerian Agama," tegasnya. Kegiatan Pertemuan Tokoh Awam Katolik yang berlangsung selama sehari ini menghadirkan beberapa pemateri lain, di antaranya Kakanmenag Kab. Rote Ndao, Kabid. Urusan Agama Katolik, dan Pastor Paroki St. Kristoforus Ba'a. ***(phw/bbp)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Kemenag Sumtim Gelar Acara Perpisahan dan Buka Puasa Bersama Waingapu (BERNAS) - Senin (29/05/2017) bertempat di Aula Kankemang Sumba Timur, seluruh jajaran Kankemenag Kab. Sumba Timur bersama para Kepala KUA dan para Kepala Madrasah mengadakan acara perpisahan dengan Kasi Bimas Islam, H. Muhammad Mudjahit, S.IP, yang memasuki masa purna bhakti sekaligus berbuka puasa bersama. Kankanmenag Kab. Sumba Timur, Maxy Lak’apu, S.Pd.,M.Pd.K bersama Kasubag TU, Hau Tanggumara, S.Pd, menyerahkan cenderamata kepada H. Muhammad Mudjahid. Pada kesempatan yang sama, Muhammad Mudjahit didaulat menyampaikan pesan dan kesan. "Kementerian Agama adalah darah daging saya. Anak-anak dan keluarga saya dibesarkan oleh Kementerian Agama dengan masa kerja yang
cukup lama ini. Saya berjanji sebagai tokoh agama di daerah ini, saya akan terus berjuang mempertahankan kerukunan di daerah ini dengan menjaga NKRI. Semoga apa yang dilakukan akan menciptakan harmonisasi," janji
Muh Mudjahit. Maxy Lak'apu saat memberi sambutan pada acara perpisahan mendapat kejutan istimewa saat beberapa karyawati PTT Kankemenag Sumba Timur membawa kue tart bertuliskan Happy Birthday sambil menyanyikan ucapan selamat ulang tahun secara berulang-ulang. Momen perpisahan dengan Kasi Bimas Islam ini bertepatan dengan hari ulang tahun orang nomor satu Kankemenag Kab. Sumba Timur yang genap berusia 55 Tahun. Maxy Lak'apu mengaku terharu dengan suasana pada hari ini. beliau menyampaikan selamat memasuki bulan suci Ramadhan bagi umat Muslim dan juga selamat memasuki masa purna bhakti kepada H. Muh Mudjahit.***(Jefry Sft/Prily)
29
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Sahabat BERNAS
Mari Kita bangkit,
Jangan Ditunda
N
ada bicaranya pelan namun bukan berarti tanpa ketegasan dalam setiap ucapan yang terlontar dari mulutnya. Pria kelahiran Manggarai, 52 tahun silam ini bukanlah orang baru dalam dunia pendidikan Islam di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Drs. Husen Anwar sebelum dipercayakan menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan Islam pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013 silam, pria yang gemar berolahraga ini menjabat sebagai Kepala Seksi Kependidikan Islam dan Pemberdayaan Masjid pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai. Saat berbincang dengan Bernas di ruang kerjanya, mantan Kepala MAN Reo ini menegaskan bahwa berbicara kebangkitan nasional mestinya memandang seluruh aspek kehidupan kita baik dari aspek ideology, potilik, ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Sebagai nahkoda di jajaran Bidang Pendidikan Islam Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pak Husen, mengakui bahwa makna kebangkitan nasional baginya adalah upaya yang sudah dan akan terus dilakukan menyangkut pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan secara khusus Bidang Pendidikan Islam seperti peningkatan akses, moto, prestasi, relevansi, dan daya saing. Diakuinya, kondisi riil masih banyak yang perlu dibenahi untuk mencapai hasil yang maksimal. Karena itu, masih perlu upaya lanjutan. Suami dari Ny. Mutmainnah ini lantas membeberkan beberapa langkah yang sudah terbangun selama ini dalam barisan pendidikan Islam di Nusa Tenggara Timur guna memajukan pendidikan yakni dalam hal peningkatan kompetensi guru melalui bimbingan teknis. Menurut ayah dari Hilmah, Wilda Ramdani, dan Nandito Zulfa Mahendra ini, guru merupakan kunci utama untuk memajukan prestasi dan mutu pendidikan karena ada banyak teori yang mendukung dengan tiga pilar utama yakni input, proses, dan output. Walau, diakuinya, ada juga teori yang mengatakan bahwa bukan hanya guru. Sebagai seorang ASN, alumnus IAIN Alauddin Ujung Pandang tahun 1989 ini menyadari betul bahwa di jajaran Bidang Pendidikan Islam dalam hubungannya dengan reformasi birokrasi yang sedang giat dilaksanakan masih perlu pembenahan dan peningkatan. Karena, baginya, untuk mencapai target atau tujuan maksimal sebuah
30
organisasi dibutuhkan SDM yang handal. “Untuk mencapai SDM yang handal tentu melalui proses-proses seperti pelatihan, proses pendidikan secukupnya agar mampu mengatasi tugas-tugas yang diperhadapkan setiap hari. Langkah- langkah yang kami tempuh terus melakukan pembinaan, pembenahan, dan peningkatan karir kepada pegawai-pegawai yang ada. Untuk sementara cukup memadai namun untuk mencapai ideal dan hasil yang maksimal masih perlu pembenahan,” jelas mantan Kepala MAS Muslim Pancasila Reo. Banyaknya ujaran kebencian antar sesama anak bangsa yang bisa berdampak pada disintegrasi bangsa juga mendapat porsi perhatian peraih penghargaan SATYALANCANA KARYA SATYA 20 Tahun ini. Alumnus MAN Ende ini mengakui bahwa isu-isu nasional cukup sensitif terutama yang dihadapi sekarang merupakan tantangan yang cukup berat yaitu krisis ideology dan merupakan hambatan untuk kebangkitan nasional. “Yang hari ini kita saksikan semacam ada degradasi moral. Satu-satunya pilihan untuk bisa mengatasi itu kita harus kembali ke nilai-nilai budaya kita. Artinya nilai-nilai Pancasila yang sudah terpatri mendalam dan sudah bisa menjiwai bangsa kita ini. Tanpa itu, saya pikir tantangan yang kita hadapi tidak bisa kita taklukan. Sementara tantangan itu sendiri terus berkembang, tidak mengenal waktu, dan zamannya. Terus berkembang. Nah, ini jika dibiarkan terus kita akan tertinggal. Karena itu, kami di jajaran Bidang Pendidikan Islam terus berupaya menyadarkan bahwa tantangan yang dihadapi kita kedepan cukup besar dan berat. Karena itu, kita harus mulai dari sekarang untuk melihat tanda-tanda yang cukup fenomenal ini untuk kita antisipasi terutama kaum muda terpelajar menjadi tanggung jawab kita bersama khusus di Bidang Pendidikan Islam,” ujar pria yang memulai karir di Kementerian Agama sejak tahun 1991. Terkait hal tersebut, diakuinya, upaya yang sudah
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
dilakukan seperti biasa berdasarkan kurikulum yang ada. Muatan pendidikan agama, menurutnya, cukup banyak dan mendalam namun dalam perkembangannya muatan-muatan tersebut masih terasa kurang karena arus tantangan cukup besar. Untuk itu, diperlukan pelatihan dan pembinaan khusus bagi generasi muda agar tidak terjebak pada radikalisme, kekerasan, dan intimidasi pada kaum perempuan. Hal ini, imbuhnya, menjadi hal krusial terutama di Bidang Pendidikan Islam di Nusa Tenggara Timur. Walau ada begitu banyak tantangan yang mesti dihadapi, buah hati pasangan (Alm) Anwar H. A Karim dan (Almh) Saadiyah H. A Rahman ini mengaku optimis dengan penyelenggaraan pemerintah sekarang ini. Beliau merasa cukup optimis untuk menuju sebuah bangsa yang besar, maju, dan mensejahterakan masyarakat. Tapi, ditambahkan Husen, upaya kearah sana mestinya ada keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan pembangunan mental SDM. Padahal, menurutnya, mental ini penting dan strategis untuk mengatasi tantangan yang muncul kemudian. Baginya, mesti ada keseimbangan pembangunan fisik dan mental. Lahir dan batin. Sebagai pamungkas percakapan dengan Bernas, anak keempat dari enam bersaudara ini menitip pesan kepada jajaran Bidang Pendidikan Islam secara khusus dan ASN di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT pada umumnya dengan ajakan untuk bangkit sesuai bidang tugas masing-masing apapun jabatan yang diemban dengan dimulai dari diri sendiri. Dimulai sekarang dan jangan ditunda.
“Mari kita bangkit. Mari kita mulai dari hal-hal yang
kecil karena tidak mungkin mengapai hal besar kalau tidak dimulai dari hal kecil. Mulai sekarang jangan ditunda. Kapan lagi kalau tidak sekarang,” pungkasnya dengan nada ajakan sembari mengaku gembira karena peringatan Harkitnas tahun 2017 ada hubungannya dengan kebangkitan pendidikan Katolik di bidang Pendidikan Agama Katolik dengan lahirnya SMAK.***(Gerald Wassa)
BIODATA Nama : Drs. Husen Anwar NIP : 196412011991031004 Tempat/Tanggal Lahir : Manggarai, 01 Desember 1964 Pangkat/ Gol. Ruang : Pembina Tingkat I, IV/b Jabatan : Kepala Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT Riwayat Pendidikan : 1. SD MIN Reo tamat 1976 2. SLTP MTsN Reo tamat 1980 3. SLTA MAN Ende tamat 1983 4. S1 IAIN Alauddin Ujung Pandang Fakultas Syari’ah Perdata Pidana Islam 1989. Riwayat Jabatan : 1. Guru Madya / Kepala MAS Muslim Pancasila Reo Kabupaten Manggarai 2. Guru Dewasa Tk. I/ Kepala MAN Reo Kabupaten Manggarai 3. Kepala Seksi Kependidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai 4. Kepala Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur Data Keluarga Nama Istri : Mutmainnah Pekerjaan : Guru Swasta Anak : 1. Hilmah 2. Wilda Ramdani 3. Nandito Zulfa Mahendra
31
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39 Mei 2017
Bianglala
Pendidikan dan Komitmen Kebangsaan Apolonius Ado Atawuwur, S.Fil., M.Th
(Penyuluh Agama Katolik pada Kantor Kementerian Agama Kab. Lembata)
S
etiap tahun di bulan Mei, bangsa Indonesia memperingati dua moment penting. Dua moment itu adalah Hari Pendidikan Nasional yang diperingati pada tanggal 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei. Sesungguhnya kedua moment itu memiliki muatan yang saling mengandaikan, apabila orang tidak hanya berhenti pada ranah seremonial, melainkan benar-benar sampai pada pemaknaan keduanya secara substansial. Pendidikan yang baik dan berkualitas menjadi prasyarat utama (conditio sine qua non) kebangkitan bangsa ini. Sebaliknya, kebangkitan bangsa dari keterpurukan hanya mungkin terjawab melalui suatu model pendidikan yang dilaksanakan secara berkualitas. Keduanya, baik pendidikan maupun kebangkitan bangsa, dalam satu kesatuan hadir sebagai kekuatan yang menentukan keberadaan dan keberlangsungan bangsa dan negara ini. Jika pendidikan adalah syarat utama bagi kebangkitan bangsa, maka menjadi suatu tuntutan penting adalah bahwa pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan bangsa. Dalam proses pelaksanaannya, pendidikan yang berkualitas diterapkan sedemikian rupa agar ia tidak saja saja membangkitkan nasionalisme, melainkan juga menjaga dan memeliharanya untuk kepentingan bangsa itu sendiri. Tidak dapat dibayangkan bagaimana eksisnya suatu bangsa tanpa nasionalisme. Bangsa Amerika, juga bangsa-bangsa modern dan liberal lainnya, tidak pernah menganggap nasionalisme sebagai suatu yang out of date, suatu yang lengkang oleh perubahan dalam dunia globalisasi yang semakin menderu hingga dewasa ini. Perkembangan dalam segala aspek kehidupan sebagai suatu bangsa modern dan liberal tidak pernah dilepaskan dari konteks semangat nasionalisme. Dan pendidikan adalah suatu wadah yang paling efektif untuk membangun, menjaga, dan memelihara nasionalisme. Bangsa-bangsa itu membuktikan bahwa nasionalisme adalah bagian tak terhindarkan dari eksistensi dan keberlangsungan suatu bangsa. Bangsa yang kokoh adalah bangsa yang berdiri di atas semangat nasionalisme. Di Indonesia, semangat kebangsaan ini sudah dipelopori sejak berdirinya organisasi Budi Utomo. Pendidikan lagi-lagi menjadi perhatian utama. Timbul suatu kesadaran baru pada masa itu bahwa nasib bangsa ini tidak bertumpu pada suatu impian ratu adil, melainkan pada suatu generasi yang terdidik secara baru dan yang bertindak secara baru sebagai konsekuensi dari pendidikan secara baru. Para penggagas Budi Utomo berkeyakinan bahwa pendidikan adalah kekuatan yang membentuk kesadaran kolektif, mula-mula berawal dari wilayah Jawa dan Madura, dan kemudian secara
32
perlahan menyebar dan menyentuh hampir semua wilayah Indonesia dan berkembang menjadi kekuatan bersama bangsa Indonesia. Lahirnya organiasi-organiasi di seluruh wilayah Indonesia pasca Budi Utomo juga merupakan buah dari kesadaran baru bangsa Indonesia saat itu. Harus diakui bahwa kesadaran kolektif yang telah dirinstis sejak berdirinya Budi Utomo dengan pendidikan sebagai garda utamanya telah mempengaruhi keberadaan dan keberlangsungan bangsa dan negara kita. Bangsa Indonesia kokoh berdiri karena kesadaran kolektif sebagai suatu bangsa. Namun di tengah usaha mempertahankan eksistensi dan keberlangsungannya, bangsa ini tidak bebas dari usaha-usaha sektarian yang merong-rong kesadaran kolektif itu. Di sana-sini ada gerakan yang melumpuhkan kesadaran itu. Gerakan yang paling destruktif, hemat penulis, adalah “pendidikan” yang memenjarakan generasi muda dalam suatu kerangka berpikir yang sempit, berprasangka dan menolak “keberagaman bangsa ini” sebagai suatu kekayaan dan kekuatan unik bangsa ini. Jika gerakan semacam ini dibiarkan berkembang terusmenerus maka, bukan tidak mungkin bahwa pada suatu tahap tertentu dalam sejarah bangsa ini terjadi suatu pembalikan arah dari titik arah yang sudah dirintis sejak awal mula. Bangsa ini terkotak-kotak menurut kepentingan masing-masing, dan dengan demikian, bangsa ini bukan lagi berjalan menuju peradaban suatu bangsa, melainkan berjalan menuju keterpurukan. Sebagai suatu langkah antisipatif terhadap perkembangan situasi bangsa kita ini, maka dibutuhkan suatu peremajaan kembali kesadaran kolektif sebagai suatu bangsa yang unik. Kesadaran ini adalah jiwa atau nadi bangsa ini. Untuk tujuan ini, maka kita harus berjalan kembali kepada semangat awal berdirinya Budi Utomo. Dengan bebas dari prasangka apapun, Budi Utomo membangun kesadaran kolektif dan komitmen bersama bangsa ini (nasionalisme) melalui pengembangan pendidikan dan kebudayaan yang dijalankan. Demikianlah kita dewasa ini mengembangkan suatu model pendidikan yang membebaskan bangsa ini dari situasi “penjara” sebaliknya memberi ruang gerak untuk berkembang menjadi suatu bangsa yang beradab dan bermartabat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dirancang bersama untuk tujuan bersama. Pendidikan demikian akan menolong semua warga negara, khususnya kaum muda sebagai penerus bangsa ini memiliki komitmen kebangsaan, warga negara yang memiliki komitmen pada nasionalisme bangsannya sendiri. Justru dalam komitmen kebangsaan ini, kita sebagai bangsa memiliki landasan yang kuat untuk berkiprah di tengah situasi dunia yang berubah dari waktu ke waktu tanpa kehilangan identitas.***
KELUARGA BESAR KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERSAMA DHARMA WANITA PERSATUAN UNIT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Mengucapkan
Selamat Memperingati
Hari Suci
Kenaikan
Yesus Kristus Kepada Segenap Umat Kristiani di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Drs. Sarman Marselinus Kakanwil
Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Sarman Marselinus tampak berbincang dengan salah satu pendamping siswa peserta KSM & AKSIOMA usai membuka kegiatan dimaksud, Rabu (24/05/2017).
ISSN 2252-360X