KEARIFAN LOKAL OBAT-OBATAN DI INDONESIA Laporan Mata Kuliah KU4184 Antropologi
Oleh : Kelompok 4B / Kelas 2 Glagah Putih
(10305014)
Sendyka Wilanda
(10506061)
Selvy Rosa
(10706019)
Mohammad Aringga Adisatria
(12206018)
Jupiter Midian Nababan
(12206098)
Nikolai S.
(13105136)
Wahyu Fahmy Wisudawan
(13506113)
MATA KULIAH DASAR UMUM SOSIOTEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010
BAB I Pendahuluan I. Latar belakang Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan obat sintesis. Setiap manusia pada hakekatnya mendambakan hidup sehat. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pendidikan, karena hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan proses kehidupan untuk tumbuh dan berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Maka tidak terlalu berlebihan, jika ada selogan “Kesehatan memang bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan anda tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan segala-galanya itu mungkin akan sirna”. Untuk itu diperlukan upaya kesehatan terpadu (sehat jasmani, rohani dan sosial yang meliputi pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif), salah satunya dengan memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional. Pengertian obat tradisional secara umum adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahanbahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan lebih banyak dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO). Namun tidak menutup kemungkinan bahwa tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan kelemahan
serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat. Dengan informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan. II. Tujuan penelitian Tujuan penelitian yang kami lakukan adalah : 1. Mengetahui syarat- syarat umum yang harus dipenuhi oleh obat-obatan di Indonesia 2. Mengidentifikasi pengaruh unsur kebudayaan yang paling berpengaruh terhadap pemilihan obat dalam masyarakat. 3. Menentukan pengobatan yang paling tepat untuk dikembangkan di Indonesia III. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian kami adalah: 1. Bagaimana ketertarikan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional dan obat sintetik? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam penggunaan obat? 3. Apakah agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan obat oleh seorang individu? 4. Bagaimana perkembangan teknologi pengolahan obat tradisional dan obat sintetik di Indonesia? 5. Bagaimana tingkat keamanan, mutu, dan kualitas obat tradisional dan obat sintetik ? 6. Bagaimana prospek penjualan obat tradisional di masa yang akan datang? IV. Batasan Masalah Dalam makalah penelitian ini kami menganalisis perbandingan obat tradisional dan obat sintetik dari segi kualitas, efek samping, dan pengolahannya. Mempelajari hubungan langsung “Local Genius” (kearifan lokal) bidang obat – obatan dengan tujuh unsur kebudayaan sistem pengetahuan, kesenian, sistem teknologi, sistem kemasyarakatan, sistem religi, bahasa, dan mata pencaharian.
V. Metode Penelitian Metode yang kami digunakan dalam penelitian ini adalah metoda primer dan sekunder. Metode primer berupa data kuantitatif melalui pembagian kuesioner dengan objek mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara . Sedangkan metode sekunder berupa studi literatur
BAB II TEORI DASAR
1. Teori Konsumsi Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Factor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain : 1. Faktor Ekonomi Empat faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu : a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income) Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tongkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth) Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposable. c. Tingkat Bunga (Interest Rate) Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin maha. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bankatau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi. d. Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestic dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.
2. Faktor Demografi a.
Jumlah Penduduk Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b. Komposisi Penduduk Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain : i.
Makin banyak penduduk yang berusia kerja atua produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi. Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.
ii.
Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
iii. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif disbanding masyarakat pedesaan.
3. Faktor-faktor Non Ekonomi Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh
terhadap besarnya konsumsi
adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.
2. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadangkadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia
dalam
kehidupan
organisasional,
teori
“klasik”
Maslow
semakin
dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya. Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha
pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : • Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; • Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
3. Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan lengkapnya antara lain : 1. Kesadaran dan Ketidaksadaran 2. Insting dan Kecemasan a. Kecemasan objektif b. Kecemasan neurotik c. Kecemasan moral 3. Mekanisme pertahanan (defence mechanism)
a. Represi b. Pembentukan reaksi (reaction formation) c. Proyeksi (projection) d. Penempatan yang keliru (dispacement) e. Rasionalisasi (rasionalisation) f. Supresi (supression) g. Sublimasi (sublimation) h. Kompensasi (compensation) i.
Regresi (regression)
Freud menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan. Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.
4. Teori Evolusionisme Evolusionisme adalah kepercayaan bahwa setiap masyarakat berkembang maju dari permukaan yang sederhana melalui fase-faseyang semakin kompleks.
Counte percaya bahwa akal pikiran manusia berkembang melalui tiga fase: fase teologis, fase metafisik, dan fase positif. Pada fase pertama masyarakat (primitif) memandang benda-benda mati sebagai sesuatu yang hidup. Pada fase metafisik masyarakat juga masih berpikir tentang kekuatan-kekuatan yang abstrak. Fase positif adalah fase berpikir ilmiah dimana orang menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam kaitannya dengan proses alamiah.
5. Teori Difusi Inovasi Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. Inovasi merupakan ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak. Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting diantara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa mempengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.
6. Teori Modernisasi merupakan teori yang digunakan untuk merangkum transformasi kehidupan sosial di suatu negara. Teori melihat pada faktor-faktor internal suatu negara, sementara menganggap bahwa, dengan bantuan, negara-negara "tradisional" dapat dibawa ke pembangunan dengan cara yang sama dengan negara telah lebih maju. Teori modernisasi
berupaya
untuk
mengidentifikasi
variabel-variabel
sosial
yang
berkontribusi pada kemajuan sosial dan pengembangan masyarakat, dan berusaha untuk menjelaskan proses evolusi sosial. Tidak mengherankan, teori modernisasi tunduk terhadap kritik yang berasal di antara komunis dan ideologi pasar bebas, teori sistem dunia, globalisasi teori dan teori ketergantungan antara lain. Teori modernisasi tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga tanggapan-tanggapan terhadap perubahan itu. Ini juga terlihat pada dinamika internal sementara mengacu pada struktur sosial dan budaya dan adaptasi teknologi baru.
BAB III Metoda Penelitian I. Kuesioner Pada bab ini, akan dibahas mengenai hasil survey kuesioner terhadap mahasiswa ITB yang memiliki pengalaman dalam penggunaan obat tradisional dan obat sintetik. Tujuan dari survey ini adalah untuk melihat, 1. Pilihan konsumsi mahasiswa dalam menggunakan obat tradisional atau obat sintetik 2. Contoh obat tradisional atau obat sintetik yang digunakan 3. Alasan menggunakan obat tradisional dan obat sintetik 4. Efek samping dalam penggunaan obat 5. Pendapat mahasiswa secara general dalam pemilihan obat yang lebih baik, yaitu sedikit efek samping, harga obat yang terjangkau, dan apakah obat tersebut teruji secara klinis oleh Departemen Kesehatan RI. Berikut ini merupakan hasil kuesioner yang didapat, 1. Asal daerah
Jawa (%) Sumatra (%) Kalimantan (%) Sulawesi (%) Bali (%)
4.29 4.28 1.43
22.86
67.14
Gambar 1 Hasil Kuesioner Asal Daerah
2. Agama
1.43 1.43 7.14 17.14
72.86
Islam (%) Kristen (%) Katolik (%) Hindu (%) Budha (%)
Gambar 2 Hasil Kuesioner Agama
3. Penghasilan keluarga
17.14 20.00
62.86
< 1 jt (%) 1 - 2 jt (%) > 2 jt (%)
Gambar 3 Hasil Kuesioner Penghasilan Keluarga
4. Pernah menggunakan obat tradisional
8.57
Ya (%) Tidak (%) 91.43
Gambar 4 Hasil Kuesioner Pernah Menggunakan Obat Tradisional
5. Contoh obat tradisional yang digunakan
Daun pepaya Daun kumis kucing Jeruk nipis Kunyit Beras kencur Kecap Garam Jamu Telur ayam kampung Pucuk Jambu Jahe
Asam Jawa Daun sirih Lengkuas Minyak tawon Madu Air kelapa Minyak kobra Buah maladewa Temulawak Mengkudu Jus buah
6. Alasan menggunakan obat tradisional
11.91 11.90 7.14
69.05
Saran ortu (%) Saran teman (%) Pengetahuan (%) dll. (%)
Gambar 5 Hasil Kuesioner Alasan Penggunaan Obat Tradisional
7. Efek samping dari penggunaan obat tradisional
10
90
Tidak (%) Ya (%)
Gambar 6 Hasil Kuesioner Efek Penggunaan Obat Tradisional
8. Pernah menggunakan obat sintetik
0
Ya (%) Tidak (%)
100
Gambar 7 Hasil Kuesioner Pernah Menggunakan Obat Sintetik
9. Contoh obat sintetik yang digunakan
Decolgen Antalgin Penisilin Adem sari Fix Formula 44 Paramex OBH Combi Parasetamol Inza Oskadon Komix
Panadol Biogesic Amoxixilin Stop cold Bodrex Promaag Antimo Actifed Woods Segar sari Diatabs
10. Alasan menggunakan obat sintetik
34.10
37.5
18.18
10.22
Saran ortu (%) Saran teman (%) Pengetahuan (%) dll. (%)
Gambar 8 Hasil Kuesioner Alasan Penggunaan Obat Sintetik
11. Efek samping dari penggunaan obat sintetik
41.43 58.57 Tidak (%) Ya (%)
Gambar 9 Hasil Kuesioner Efek samping dari penggunaan obat sintetik
12. Obat yang lebih baik digunakan untuk penyembuhan 1 jenis penyakit tertentu
35.71 64.29
Tradisional (%) Sintetik (%)
Gambar 10 Hasil Kuesioner Obat yang Lebih Baik untuk 1 Jenis Penyakit Tertentu Di Mata Masyarakat
13. Obat yang lebih baik digunakan oleh masyarakat sekarang ini
42.86
57.14
Tradisional (%) Sintetik (%)
Gambar 11 Hasil Kuesioner Obat yang Lebih Baik Untuk Semua Jenis Penyakit Secara Umum Di Mata Masyarakat
Dari hasil kuesioner di atas, dapat kita analisa bahwa, 1. 91.43% mahasiswa ITB pernah menggunakan obat tradisional dan sisanya tidak pernah. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa berasal dari daerah yang warisan budayanya, dalam hal ini suku, masih kuat. Obat tradisional merupakan warisan budaya
yang
diturunkan
dari
generasi
ke
generasi
berikutnya
sehingga
penggunaannya masih dipegang oleh generasi sekarang. 2. Banyak contoh obat tradisional yang digunakan oleh mahasiswa, seperti:
Jeruk nipis dan kecap: menyembukan batuk
Jamu: untuk menyehatkan tubuh
Pucuk daun jambu: untuk menyembuhkan diare
Jahe: untuk menyembuhkan batuk
Daun sirih: untuk mengatasi masalah kewanitaan
Madu: untuk menjaga stamina tubuh
Air kelapa: untuk melancarkan peredaran darah
Temulawak: untuk menyembuhkan penyakit kuning
dan masih banyak fungsi lainnya.
3. Alasan orang menggunakan obat tradisional adalah
Saran orang tua (69.05%) Hal ini dikarenakan, masih dipegangnya nasehat orang tua yang dihubungkan dengan warisan budaya dan pengalaman orang tua itu sendiri.
Saran teman (7.14%) Teman atau orang dekat juga berpengaruh terhadap informasi obat bagi mahasiswa.
Pengetahuan (11.90%) Bersumber dari buku, internet, dan hasil jurnal pengetahuan yang mengulas tentang obat-obatan.
Dan lain-lain (11.91%) Bersumber dari dokter, apoteker, perawat, maupun pelayan medis lainnya.
4. 10% mahasiswa mengalami efek samping terhdap penggunaan obat tradisional dan sisanya tidak. Efek samping yang ditimbulkan a.l.: kantuk, lidah berwarna, dan rasa obat yang pahit.
5. Semua mahasiswa ITB (100%) pernah menggunakan obat sintetik. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya jumlah obat di masyarakat, baik obat tradisional maupun sintetik, yang didukung oleh kemajuan teknologi. 6. Banyak contoh obat sintetik yang digunakan, seperti:
Decolgen: menyembuhkan sakit kepala
Antalgin: menyembuhkan sakit gigi
Adem Sari: menyembuhkan panas dalam
Fix Formula 44: menyembuhkan batuk
Inza: menyembuhkan flu
Panadol: menyembuhkan demam
Promaag: menyembuhkan sakit maag
dan masih banyak fungsi lainnya.
7. Alasan orang menggunakan obat sintetik adalah
Saran orang tua (34.10%)
Saran teman (10.22%)
Pengetahuan (18.18%)
Dan lain-lain (37.5%), bersumber dari: iklan, spanduk, dokter, apoteker, dan perawat.
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa persentase untuk dll. lebih mendominasi. Hal ini dikarenakan semakin banyak obat sintetik yang diproduksi dan diiklankan melalui berbagai media sehingga informasinya lebih cepat berkembang dalam masyarakat dibandingkan obat tradisional yang penyebaran informasinya dari mulut ke mulut. 8. Untuk efek samping yang ditimbulkan obat sintetik, 58.57% mahasiswa mengalami efek samping dan sisanya tidak. Hal ini disebabkan adanya campuran zat kimia dalam obat yang dihasilkan industri tersebut. Akumulasi zat kimia dalam tubuh ini juga perlu kita perhatikan karena jika berlebihan akan menimbulkan penyakit tertentu yang lebih berbahaya. Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat sintetik adalah kantuk, perut mual, dan kepala pusing setelah mengkonsumsi obat tersebut, dan efek lainnya. 9. Untuk menyembuhkan 1 jenis penyakit tertentu, lebih baik menggunakan obat sintetik (64.29%). Maksudnya adalah untuk menyembuhkan 1 jenis penyakit umum, seperti batuk, pilek, demam, flu, dll., lebih baik menggunakan obat sintetik yang lebih praktis dibandingkan obat tradisional.
Hal ini dikaitkan dengan banyaknya rutinitas masyarakat sehingga adanya anggapan, tidak adanya waktu untuk mengolah obat tradisional untuk dikonsumsi dan lebih baik menggunakan obat sintetik. 10. Untuk penggunaan jenis obat, 57.14% koresponden lebih memilih obat tradisional dan sisanya obat sintetik. Maksudnya adalah penggunaan obat untuk menyembuhkan semua jenis penyakit secara general. Berikut ini merupakan perbandingan obat tradisional dan obat sintetik. Obat Tradisional
Obat Sintetik
Lebih berkhasiat
Lebih terjamin kualitasnya
Lebih alami
Izin DepKes RI
Sedikit/tanpa efek samping
Teruji klinis
Lebih murah
Sesuai resep dokter
Memajukan ekonomi rakyat Praktis Modern
Dari hasil kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis obat yang lebih baik digunakan oleh masyarakat sekarang adalah jenis obat tradisional.
BAB IV Analisis dan Pembahasan 1. Sekilas tentang obat-obatan Ada dua macam obat-obatan, yaitu: a. Obat Bahan Alam: i. Obat tradisional: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan tidak ada pengujian pra klinis dan klinis ii. Obat herbal terstandar: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis iii. Fitofarmaka: obat yang pemakaiannya berdasarkan pemakaian empiris turun temurun dan sudah mengalami pengujian pra klinis dan klinis b. Obat Sintetik: obat yang sebenarnya juga berasal dari tumbuhan atau hewan yang diproses secara kimiawi untuk diambil zat aktifnya (zat yang berkhasiat). Misalnya obat obat yang biasanya diresepkan oleh dokter.
2. Pembahasan Obat-obatan termasuk salah satu barang yang dikonsumsi manusia dan termasuk barang yang bisa dikomersialkan. Karena itu dalam mengamati perilaku manusia dalam menggunakan obat-obatan, kita bisa menggunakan Teori Konsumsi. Berdasarkan Teori Konsumsi dan hasil wawancara dan kuesioner, kami mengumpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan obatan-obatan. Di dalam pembahasan masing-masing faktor tersebut juga kami analisa dengan teori-teori psikologi dan sosial lainnya yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut.
a) Faktor Ekonomi. Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan suatu obat-obatan, baik itu obat tradisional maupun obat modern atau sintetik, adalah faktor ekonomi. Diantaranya adalah: i. Harga Obat. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, responden beranggapan bahwa lebih murah untuk menggunakan obat tradisional daripada obat sintetik. Hal ini disebabkan obat sintetik adalah obat yang sudah melalui uji klinis, berbeda dengan obat tradisional. Sehingga dalam
hal ini terdapat beban biaya penelitian yang dimasukkan ke dalam biaya sintetik. Selain itu, obat sintetik juga didapatkan dari pengolahan kimiawi yang juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, berbeda dengan obat tradisional yang umumnya pengolahannya masih sederhana atau sedikit modern. ii. Penghasilan dan kekayaan masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan masyarakat dalam memilih obat sintetik atau obat tradisional. Hal ini dapat terlihat berdasarkan hasil kuesioner bahwa masyarakat yang penghasilannya besar cenderung menggunakan obat sintetik yang lebih mahal.
b) Faktor Demografi Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Artinya daya beli masyarakat dengan jumlah penduduk yang banyak cenderung rendah sehingga daya beli terhadap obat-obatan juga ikut rendah. Pada umumnya masyarakat dengan daya beli rendah jika sedang ditimpa penyakit akan mengobati penyakitnya sendiri tanpa membeli obat sintetik atau obat tradisional yang dijual pasaran, tapi mengobatinya dengan obat tradisional yang langsung diperoleh sendiri dari alam.
c) Faktor Non Ekonomi i.
Khasiat dan Kepercayaan. Obat sintetik umumnya lebih dipercaya daripada obat tradisional. Hal ini disebabkan karena sudah banyak pembuktian ilmiah tentang khasiat obat sintetik daripada khasiat obat tradisional. Hal ini tampak pada hasil kuesioner bahwa sebanyak 35,72% responden memilih obat tradisional dan 64,28% memilih obat sintetik. Data ini untuk kasus pada penyakit yang non kronis. Adapun untuk penyakit kronis, umumnya masyarakat memilih obat sintetik. Sebenarnya, pada umumnya masyarakat lebih menganjurkan untuk menggunakan obat tradisional karena efek sampingnya yang relatif lebih sedikit (menurut pengetahuan yang ada), namun dalam kenyataannya masyakarat ingin supaya penyakitnya cepat sembuh dan merasa aman dalam mengkonsumsi obat sehingga menggunakan obat farmasi sintetik. Menurut teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan), selain
mementingkan kebutuhan fisiologis, masyarakat juga memiliki kebutuhan akan rasa aman. Sehingga masyarakat lebih cenderung memilih obat yang sudah terjamin khasiat dan efek sampingnya tidak terlalu membahayakan. ii.
Kepercayaan tradisional. Ada sebagian masyarakat yang percaya dengan obat tradisional karena motivasinya yang kuat terhadap agama dan kepercayaannya. Hal ini disebabkan karena manusia hidup dikuasai oleh alam bawah sadarnya yang sangat mempengaruhi tingakh laku mereka. Hal ini dijelaskan di dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud.
iii.
Keluarga. Keluarga, terutama saran dari orang yang lebih tua sangat menentukan keputusan seseorang memilih obat-obatan. Hal ini berdasarkan hasil wawancara kami kepada beberapa responden yang berasal dari kalangan mahasiswa.
iv.
Kepraktisan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa obat sintetik lebih praktis daripada obat tradisional. Karena obat sintetik umumnya sudah dikemas sedemikian rupa sehingga bisa langsung dikonsumsi. Berbeda dengan sebagian obat tradisional yang harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu (karena banyak obat tradisional yang masih mentah / belum diolah) atau harus dikonsumsi dengan prosedur tertentu. Tapi umumnya obat tradisional yang berada di pasaran sudah dikemas dengan baik walaupun terkadang masih sulit untuk dikonsumsi.
v.
Efek samping. Pada umumnya, maysarakat berpendapat bahwa obat sintetik memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan obat tradisional. Namun, para ahli farmasi yang kami wawancarai (beberapa dosen farmasi) tidak membenarkan hal ini. Menurut mereka, persepsi ini disebabkan karena publikasi tentang khasiat dan efek samping obat-obatan sintetik sudah tersebar ke dalam masyarakat. Obat-obatan sintetik memang sudah melalui uji coba klinis. Berbeda dengan kebanyakan obat tradisional yang masih jarang diteliti oleh para ahli farmasi sehingga kurang banyak diketahui khasiat dan efek sampingnya.
vi.
Pendidikan. Pada era sekarang, pendidikan sudah lebih maju dari era sebelumnya sehingga masyarakat lebih percaya kepada obat yang sudah teruji secara klinis (izin Departemen Kesehatan).
vii.
Asal daerah. Daerah perkotaan cenderung memilih obat sintetik sementara daerah pedesaaan (ataupun yang masih terdapat hutan) cenderung memilih obat tradisional.
viii.
Modernisasi teknologi dan kebudayaan. Semua responden menggunakan obat farmasi, namun hanya sebagian saja yang menggunakan obat tradisional. Hal ini disebabkan sudah menjadi hal yang umum di masyarakat untuk menggunakan obat sintetik untuk mengobati penyakit. Ide menggunakan obat sintetik sudah menjamur di dalam masyarakat karena pengaruh kuatnya pengetahuan ilmiah tentang obat sintetik dan masyarakat sudah mulai melek ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga lebih percaya perkataan para ahli yang sudah melakukan penelitian sebelumnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada teori difusi inovasi dan evolusionisme.
ix.
Pengaruh budaya asing. Menurut teori difusi, antar suku bangsa saling mempengaruhi dalam pengembangan teknologi dan budaya obat-obatan, misalnya obat-obatan dari cina dan arab masuk ke Indonesia.
BAB V Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada analisis terhadap data kuesioner, dan wawancara, beberapa kesimpulan yang bisa ditarik adalah: a) Masyarakat lebih memilih menggunakan obat sintetik dari pada obat tradisional b) Faktor utama yang mempengaruhi penggunaan obat di masyarakat: keluarga, khasiatnya, harga obat, kepraktisan, efek samping, tingkat pendidikan masyarakat c) Agama, kepercayaan, dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap pemilihan obat oleh seorang individu d) Teknologi pengolahan obat tradisional dan sintetik sudah semakin berkembang sesuai dengan tuntutan pasar e) Obat sintetik berkhasiat dan cepat untuk mengobati penyakit, namun memiliki efek samping yang cukup tinggi. Sementara obat tradisional cukup berkhasiat namun lambat dalam mengobati penyakit, dan memiliki efek samping yang relatif rendah. f) Pasar obat tradisional cukup berprospek di waktu yang akan datang
2. Saran a. Penggunaan obat tradisional seharusnya lebih meningkat dibandingkan dengan penggunaan obat sintetik. Alasannya untuk memajukan ekonomi rakyat. Karena umumnya masayarakat pedesaan yang memproduksi obat tradisional, sementara sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. b. Obat tradisional diharapkan memiliki khasiat yang lebih baik daripada obat sintetik. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara pengujian klinis pada obat-obatan tradisional. Sebab sampai saat ini, masih banyak obat tradisional yang belum diuji coba secara klinis. c. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan produsen-produsen obat-obatan tradisional dalam pengembangannya.
DAFTAR PUSTAKA Chairil N. Siregar, Grand Theories, Middle Range And Specific Theories . ----------, Kumpulan Skripsi Online Full Content: http://one.indoskripsi.com/ , tanggal akses: 18 Oktober 2009 Blog Dokter, http://www.blogdokter.net, tanggal akses: 17 Oktober 2009 Wikipedia The Free Encyclopedia, http://en.wikipedia.org/ , tanggal akses: 17 Oktober 2009
LAMPIRAN
A. Tanaman Obat Indonesia 1. Swietenia macrophylla King. Nama indonesia : Mahoni Klasifikasi Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Anak kelas
: Rosidae
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Meliaceae
Marga
: Swietenia
Jenis
: Swietenia macrophylla
Ciri Makroskopik Pohon (5-30 m) Batang bulat dan bergetah Daun majemuk, menyirip genap dan bulat telur Perbungaan majemuk Bunga kecil berwarna putih Buah bulat telur berwarna cokelat Kandungan Bijinya mengandung swietenin (B-F), swietenolid diasetat dan mengandung senyawa lain turunan komponen di atas seperti swietenin asetat, swietenin tiglat, detigloyswietenin, swietemahonin B.
Penggunaan
Hipertensi : 8 gram biji segar diseduh dengan 2 gelas air panas. Setelah dingin disaring lalu dibagi menjadi 2 bagian. Minum pagi dan sore hari.
Kencing manis : 1/2 sendok teh serbuk biji mahoni diseduh dengan 1/3 cangkir air panas. Diminum selagi hangat, 30 menit sebelum makan. Lakukan 2-3 kali sehari.
2. Melaleuca leucadendron Nama indonesia : kayu putih Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Melaleuca
Spesies
: Melaleuca leucadendron
Ciri makroskopik
struktur pohon yang tinggi dengan ukuran 10 - 30 m
kulit batangnya berlapis-lapis
berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit berwarna putih yang terkelupas tidak beraturan
Permukaan daunnya berambut, berwarna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan
Bila daun diremas atau dimemarkan akan berbau minyak kayu putih.
Buahnya berbentuk seperti lonceng dengan panjang 2,5 - 3 mm, lebar 3 - 4 mm, warnanya coklat muda sampai coklat tua
Bijinya halus, sangat ringan seperti sekam yang biasa disebut sari bolong berbentuk seperti biji, berwarna kuning .
Kandungan
Daunnya mengandung minyak atsiri, sedangkan buahnya mengandung tanin, 1,8-cineole, Terpineol, Pinene, Myrsene, 4-terpineol, Linalool, Terpinena, dan Terpinolene
Penggunaan
Batuk, Demam, Nyeri haid: Minyak kayu putih secukupnya; Jeruk nipis 1 buah; Kapur sirih 2 jari tangan, Peras buah jeruk nipis, kemudian tambahkan Kapur sirih dan Minyak kayu putih kemudian diaduk sampai tercampur, Dioleskan pada punggung dan dada; Untuk nyeri haid dioleskan pada perut
3. Phyllanthus acidus (L.) Skeells Nama indonesia : Ceremai Klasifikasi Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Phyllanthus
Jenis
: Phyllanthus acidus (L.) Skeells
Ciri makroskopik
Perdu atau pohon kecil
Batang aerial, percabangan simpodial
Daun tunggal, helaian berbentuk bulat telur sampai lonjong, permukaan licin tidak berambut
Perbungaan majemuk (racemus)
Bunga berkelamin tunggal atau ganda, merah dan berbilangan 4
Buah drupa
Kandungan
Daun, batang : tannin, saponin, flavonoid, polifenol
Kayu
: tannin, saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid
Akar
: saponin, asam galus, zat samak, zat beracun (toksik)
Buah
: vitamin C
Penggunaan
Daun : Batuk berdahak, Menguruskan badan, Mual, Kanker, Sariawan
Kulit batang :
Asma, Sakit kulit
Biji : Sembelit, Mual akibat perut kotor
Cara pemakaian : Daun atau kulit batang sebanyak 25 - 50 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, bahan-bahan tersebut digiling halus lalu ditempelkan ke tempat yang sakit atau direbus.
4. Euphorbia hirta L Nama indonesia : patikan kebo Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida (dikotil)
Sub-kelas
: Asteridae
Ordo
: Magnoliophyta
Familia
: Euphorbiaceae
Genus
: Euphorbia
Spesies
: Euphorbia hirta
: Plantae (tumbuhan)
Ciri makroskopik Terna, tegak atau memanjat, tinggi lebih kurang 20 cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan. Daun berbentuk jonong meruncing sampai tumpul, tepi daun bergerigi. Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna dadu atau merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdini atas empat bunga jantan. Kandungan
Fenolat : antiseptik urin
Tannin : antiviral antibacterial anti parasitic
Alkaloids
Fats and oils
Protein
Sugar
Penggunaan Bronkhitis Ramuan: Herba Patikan Kebo segar yang belum berbunga 10 gram Air secukupnya Cara pembuatan: Dipipis. Cara pemakaian: Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir. Lama pengobatan: Diulang selama 14 hari. Radang Usus Ramuan: Herba Patikan Kebo 7 gram Rimpang Kunyit 4 iris Air 110 ml Cara pembuatan: Dibuat infus. Cara pemakaian: Diminum 1 kali sehari 100 ml. Lama pengobatan: Diulang selama 14 hari. Sakit Tenggorokan Ramuan:
Patikan Kebo yang belum berbunga 10 tanaman Air 110 ml Cara pembuatan: Dibuat infus. Cara pemakaian: Untuk berkumur 1 kali sehari 100 ml. Bila perlu dapat diencerkan dengan air hangat, sebagian dapat ditelan. Peringatan Penggunaan yang terlalu banyak dapat menyebabkan sakit perut. 5. Cyperus rotundus L. Nama indonesia : rumput teki Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisii
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-kelas
: Commelinidae
Ordo
: Cyperales
Familia
: Cyperaceae
Genus
: Cyperus
Spesies
: Cyperus rotundus L.
: Plantae (tumbuhan)
Ciri makroskopik
Bunga : Berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung.
Buah : Berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat,
Biji : bijinya berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang digunakan untuk proses penyerbukan.
Akar : Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun.
Batang : Pada batang rumput teki ini memiliki ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm.
Daun : berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah.
Kandungan Akar teki mengandung alkaloid, flavonoid dan minyak atsiri sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya. Akar yang berasal dari Jepang berisi cyperol, cyperene I & II, alfa-cyperone, cyperotundone dan cyperolone. Akar yang berasal dari China berisi patchoulenone dan cyperene.
Penggunaan
Umbi (rimpang). Efeknya adalah seperti menormalkan siklus haid, menghilangkan sakit (analgetik), melancarkan vital energi. Merupakan obat penting untuk penyakitpenyakit pada wanita (gynecological diseases). Kegunaannya antara lain sebagai obat kuat, obat sakit perut, obat untuk memperlancar kencing, obat cacingan, obat peluruh serta pengatur haid, sebagai air pencuci anti keringat
Untuk obat kejang perut dipakai ± 25 gram umbi segar Cyperus rotundus, dicuci lalu ditumbuk, ditambah setengah gelas air matang kemudian diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
6. Merremia mammosa Nama indonesia : Bidara upas / widara upas Ciri makroskopik
Ciri : gundul dan melilit pada pepohonan, panjang 3-6 m.
Akar : bergantungan, mirip ubi yang memanjang.
Batang : ukuran kecil, agak licin dan warna agak gelap.
Daun : tunggal, pangkal daun berbentuk jantung/bundar, ujung daun lancip, tepi daun rata dan berwarna hijau tua.
Umbi : mirip ubi jalar, berkumpul di dalam tanah, menggelondong/membulat. Kulit tebal dan berwarna kuning kecoklatan. Getah kental dan berwarna putih, bila kering warnanya menjadi coklat.
Bunga : berbentuk payung menggarpu, mahkota berwarna putih, kelopak bunga berbentuk bundar telur/lonjong.
Kandungan
Getah segar mengandung zat pengoksidasi : memiliki peran dalam pengobatan kanker alternatif
Pati
Damar
Resin
Zat pahit
Penggunaan 1. Umbi
Untuk diminum : umbi segar diparut atau digodok terlebih dahulu
Untuk pemakaian luar : umbi diiris tipis-tipis atau diparut menjadi bubur, untuk dibalurkan ketempat yang sakit seperti luka, bengkak-bengkak, gigitan ular dan sebagainya.
Radang usus buntu : ¼ jari umbi dicuci bersih, lalu diparut. Diremas dengan 1 sendok makan air gula, kemudian diperas dan disaring. Diminum sehari dua kali.
Muntah darah, tifus : Umbi segar secukupnya dicuci bersih, lalu diparut. Peras dengan sepotong kain sampai terkumpul sebanyak 1 gelas kecil, lalu diminum.
Buang air besar yang disertai darah dan lendir : 50 gram umbi dicuci, lalu dipotong-potong. Tambahkan gula secukupnya, godok dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, disaring dan diminum sedikitsedikit.
Difteri : Umbi segar secukupnya dicuci, lalu diparut. Peras dengan sepotong kain sampai terkumpul 1 gelas kecil. Kumur-kumur di tenggorokan selama 23 menit, lalu ditelan.
Keracunan makanan : Umbi segar secukupnya dicuci bersih, Ialu diparut. Peras dengan sepotong kain sampai terkumpul ½ gelas, lalu diminum.
Serak, batuk kering : Umbi segar sebesar 1 jari tangan dicuci bersih, dipotong tipis-tipis. Dikunyah 3-4 kali sehari.
Batuk : 100 gram umbi segar dicuci, lalu diparut. Tambahkan sirop gula batu secukupnya, diaduk sampai merata lalu diperas dan disaring, kemudian diminum.
Batuk rejan : 1/2 jari umbi segar dicuci, lalu diparut. Remas dengan 2 sendok makan air masak dan 1 sendok makan madu. Diperas dan disaring. Diminum 2 kali sehari.
Kencing manis : 100 gram umbi segar dicuci bersih, Ialu diparut. Peras dengan sepotong kain. Diminum setiap pagi, setengah jam sebelum makan.
Syphilis (lues) : Satu jari umbi segar dicuci bersih lalu diparut, tambahkan 2 sendok makan air masak dan 1 sendok makan madu murni, peras dan saring, minum. Lakukan 3 kali sehari.
Kusta : ¾ jari umbi segar dicuci, lalu diparut. Tambahkan 4 sendok makan air matang dan 2 sendok makan madu, diaduk merata. Peras dengan sepotong kain, dibagi untuk 3 kali minum dalam sehari.
Kanker : ¾ jari umbi segar, cuci, parut, tambah 4 sendok makan air matang, peras airnya. Bagi airnya untuk 3 kali minum dalam sehari dengan 2 sendok makan madu, tempelkan ampasnya ke bagian yang sakit.
Gigitan ular : Umbi segar dicuci lalu diparut sampai menjadi adonan seperti bubur. Tempelkan di atas luka gigitan, lalu dibalut.
Kencing batu : 10 gram umbi bidara upas, 10 gram daun kumis kucing, 15 gram daun keji beling, dicuci lalu umbi dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 1 liter air, sampai tersisa 150 cc. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 kali 50 cc.
2. Akar
memperlancar air susu ibu (ASI) : Kulit akar dikelupas kemudian direbus hingga masak. Kemudian dikeringkan dan dikelupas, diremas halus dan dibuat bubur. Bubur dioleskan pada payudara ibu yang sedang menyusui. Selain itu, bubur ini dapat dimakan karena rasanya yang lezat.
Menutupi luka-luka yang tidak dalam : akar diiris-iris, kemudian dioleskan pada tempat yang mengalami luka.
menyembuhkan luka bakar yang berat : akar diremas halus, lalu dioleskan pada luka bakar yang berat.
3. Getah dan kulit batang
Penyembuhan terhadap bengkak yang berat pada muka (pipi, dahi dan pelupuk mata) Cara
pemakaian :
getah dioleskan pada
tempat
yang
mengalami
pembengkakan
penyembuhan terhadap batuk, difteri, radang paru-paru, muntah darah, sakit batuk kering selanjutnya terhadap tifus. Cara pemakaian : cairan getah diminum
4. Plantago major L. Nama indonesia : Daun sendok Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales/Plantaginales
Family
: Plantaginaceae
Genus
: Plantago
Spesies
: Plantago Major L.
Kandungan
Daun Plantago major mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.
Herba : indikain dan plantagonin, suatu alkaloid dengan kerangka piridin.
Biji mengandung musilago hidrokolloid (10 – 30 %)
Penggunaan Akar : Keputihan (leukore), nyeri otot. Biji : Gangguan pencernaan pada anak (dispepsia), perangsang birahi (afrodisiak), disuria, sukar buang air kecil, diare, disentri, cacingan,
penglihatan kabur, batuk disertai banyak dahak, darah tinggi (hipertensi), sakit kuning (jaundice), dan rematik gout. Daun : Kaki terkilir, penyakit maag, penurun panas, gatal-gatal, penyakit beriberi basah, gangguan ginjal dan thypus, terkena gigitan ular atau serangga Pemakaian
Rebus herba kering (10 - 15 g) / segar (15 30 g) minum airnya.
Herba segar ditumbuk, diperas dan saring untuk diminum.
Rebus biji daun sendok (10-15g) minum airnya.
pemakaian luar herba segar dipipis bubuhkan pada luka berdarah, tersiram air panas / bisul dibalut.
Pemakaian dengan cara direbus airnya kumur-kumur pada dang gusi dan sakit tenggorok.
Bisa juga digiling halus salep mengatasi bisul, abses, dan koreng.
5. Sauropus androgynus (L.) Merr. Nama indonesia : Katuk Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub-kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Familia
: Euphorbiaceae
Genus
: Sauropus
Spesies
: Sauropus androgynus (L.) Merr.
: Plantae
Ciri makroskopik
Batang : Berkayu, bulat, bekas daun nampak jelas, tegak, masih muda hijau setelah tua coklat kehijauan.
Buah : Bulat,beruang tiga, diameter ± 1,5 mm, hijau keputih-putihan.
Bunga : Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, mahkota bulat telur, ungu, kepala putik tiga bentuk ginjal, benang sari satu atau lebih, tangkai 5-10 mm, bakal buah menumpang, ungu.
Biji : Bulat, tiap buah berisi tiga biji, keras, putin.
Daun : tunggal, bertangkai, panjang tangkai 3 mm sampai 5 mm; helaian daun berbentuk bundar memanjang atau bundar telur sampai lonjong; panjang 2 cm sampai 4 cm; lebar 1,5 cm sampai 2,5 cm; ujung dan pangkal daun meruncing, pinggir daun rata; permukaan atas dan bawah rata, licin, warna hijau sampai hijau kecoklatan, tidak berambut; tulang daun jelas menonjol pada permukaan bawah.
Kandungan
Kandungan daun katuk meliputi protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C. pirolidinon, dan metil piroglutamat serta p-dodesilfenol sebagai komponen minor.
Dalam 100 g daun katuk terkandung: energi 59 kal, protein 6,4 g, lemak 1,0 g, hidrat arang 9,9 g, serat 1,5 g, abu 1,7 g, kalsium 233 mg, fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, karoten 10020 mcg (vitamin A), B, dan C 164 mg, serta air 81 g. Tanaman katuk dapat meningkatkan produksi ASI diduga berdasarkan efek hormonal dari kandungan kimia sterol yang bersifat estrogenik. Pada penelitian terdahulu daun katuk mengandung efedrin.
Penggunaan
Demam dan Kencing Sedikit Ramuan
: Akar Katuk 4 gram dengan campuran air 110 ml
Cara pembuatan
: Dibuat infus.
Cara pemakaian
: Diminum 2 kali sehari, tiap kali minum 100 ml.
Lama pengobatan
: Diulang selama 4 hari.
Pelancar ASI Daun Katu segar beberapa helai, dibuat sayuran. Makan harus teratur dan dipilih makanan yang bergizi. Sehingga dapat melancarkan ASI.
Frambusia Untuk mengobatinya, siapkan seperempat genggam daun katuk yang telah dicuci bersih dan digiling sampai halus. Tambahkan seperempat cangkir air masak dan sedikit garam, lalu aduk sampai merata. Berikutnya, peras dan
saring. Air perasaan diminum, sedangkan ampasnya digosok-gosokan pada bagian badan yang terserang frambusia.
Lakukan 2 kali sehari hingga
sembuh.
Sembelit Untuk mengusir sembelit, siapkan 200 gram daun katuk yang segar, lalu bersihkan. Rebus dengan segelas air selama 10 menit, lalu saring. Minum air hasil saringan tersebut secara teratur.
Borok Penelitian menunjukkan, pada ekstrak daun katuk ditemukan zat penghambat pertumbuhan bakteri escherichia coli, staphylococcus aureus, dan salmonella typhosa. Itu berarti, ekstrak daun katuk bisa menyembuhkan borok. Siapkan segenggam daun katuk, lalu cuci dan lumatkan. Tempelkan lumatan daun katuk pada bagian badan yang terserang borok
6. Curcuma zeodaria Nama indonesia : temu putih Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Zingeberales
Famili
: Zingerbaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma zeodaria (Berg) Rosae
Ciri makroskopik
Habitus : Semak, tinggi ± 2 m.
Batang : Semu, silindris, lunak, batang di da/am tanah membentuk rimpang, hijau pucat.
Daun : Tunggal, lonjong, ujung meruncing, pangkal tumpul, panjang 0,6-1 m lebar 10-20 cm, pertulangan menyirip, tipis, berbulu halus, hijau bergaris ungu
Bunga : Majemuk, bentuk tabung, di ketiak daun, panjang7-15 cm, benang sari melekat pada mahkota,panjang ± 0,5 cm, tangkai putik panjang ± 2 cm,putih, mahkota lonjong, panjang ± 2 cm, putih
Buah : Kotak, bulat, diameter 2-4 mm, hijau
Biji : Bulat, hitam
Akar : Serabut, putih
Kandungan
Rimpangan temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan komposisi utama sesquiterpene.
Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene, pyrocurcuzerenone, curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol (curcumenol),
isocurcumenol,
procurcumenol,
dehydrocurdone,
furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone, dan curdione.
Selain itu mengandung flavonoid, saponin, polifenol, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak. Curcumol dan curdione berkasiat antikanker.
Penggunaan
Rebus rimpang temu putih kering (3-10 g). Untuk pemakaian luar, gunakan minyak atsiri atau air pemerasan rimpang segarnya untuk pemakaian lokal, seperti luka memar, berbagai macam kelainan kulit. Abu dari rimpangnya bisa ditaburkan pada luka, borok, dan tubuh yang terkilir (keseleo). Rirnpang Curcuma zedoaria berkhasiat untuk pelega perut. Untuk pelega perut dipakai ± 100 gram rimpang Curcuma zedoaria dicuci,diparut, diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus.
Temu putih memiliki sifat antikanker lewat kerja imunomodulator. Ekstraknya akan memperbanyak jumlah limfosit, meningkatkan toksisitas sel pembunuh kanker (natural killer) dan sintetis antibodi spesifik. Sifat-sifat ini akan menguatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus maupun sel kanker.
7. Antidesma bunius (L.)Spreng Nama indonesia : Buni
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Magnoliopsida
Sub kelas
: Rosidae
Bangsa
: Euphorbiales
Suku
: Euphorbiaceae
Marga
: Antidesma
Jenis
: Antidesma bunius (L.)Spreng.
Ciri makroskopik Pohon buah, tinggi 15-30 m. Pohon berbatang sedang ini tersebar di Asia Tenggara dan Australia, di Jawa tumbuh liar di hutan atau ditanam di halaman dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 1.400 m dpi. Daun tunggal, bertangkai pendek, bentuknya. bulat telur sungsang sampai lanset, panjang 9-25 cm, tepi rata agak bergelombang, ujung meruncing, pangkal tumpul. Daun muda warnanya hijau muda, setelah tua menjadi hijau tua. Buni berumah dua, bunga dalam tandan, keluar dari ketiak daun atau di ujung percabangan. Buahnya kecil-kecil panjang sekitar 1 cm, bentuknya elips berwarna hijau, biia masak menjadi ungu kehitaman dan rasanya manis sedikit asam. Biji pipih dengan rusuk berbentuk jala. Daun muda rasanya sedikit asam, dapat disayur atau dimakan mentah sebagai lalab. Buah muda dirujak dengan buah lain, sedang yang masak dapat dimakan langsung, diekstrak dengan brandi, dibuat selai atau sirop. Daunnya oteh pembuat jamu disebut mojar, biasa dipakai untuk campuran ramuan jamu kesehatan. Perbanyakan dengan biji atau okulasi. Kandungan
Kulit batang dan akar tannin dan saponin
Daun mengandung: Friedelin ( C30H50O)
Buah mengandung: procyanidins
Penggunaan
Obat penutup luka
10 gram daun buni segar, dicuci, diumbuk sampai lumat, tempelkan pada luka balut dengan kain yang bersih.
Obat jantung berdebar Buah buni yang telah masak 25 buah, tambahkan daun muda kacapiring 6 lembar, daun sembung 10 lembar, kayu manis 1 jari, jahe 1/2 jari, gula enau 2 jari, cuci dan potong-potong seperlunya. Rebus dengan 4 gelas air bersih sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum. Sehari 2 kali, setiap kali 1 gelas.
Obat kurang darah Buah buni yang telah masak 50 buah, asam kawak 2 jari, rimpang kunyit 3/4 jari, cuci lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1/2 cangkir air minum & 1 sendok makan madu, aduk sampai rata. Peras dan saring, lalu diminum. Lakukan 2-3 kali sehari
Obat sifilis Buah buni yang telah masak 50 buah, daun sambiloto 50 lembar, daun ngokilo 7 lembar, daun paria hutan 10 lembar, daun pegagan 10 lembar, batang brotowali 1 jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong potong seperlunya. Tambahkan 4 gelas air bersih, rebus sampai airnya tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
Obat kurang darah Buah buni yang telah masak 50 buah, asam kawak 2 jari, rimpang kunyit 3/4 jari, dicuci lalu ditumbuk sampai halus. Tambahkan 1/2 cangkir air minum dan 1 sendok makan madu, aduk sampai merata. Peras dan saring, minum. Lakukan 2-3 kali sehari.
8. Morinda citrifolia Nama indonesia : Mengkudu Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Gentianales
Familia
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Species
: Morinda citrifolia
Nama binomial
: Morinda citrifolia L.
Ciri makroskopik
Tinggi tanaman mengkudu antara empat sampai enam meter
Berdaun hijau lebar
Berbuah sepanjang tahun
Tanaman mulai berproduksi sekitar delapan bulan sejak ditanam dan berproduksi terus sampai 20 tahunan.
Daun tunggal, umumnya berhadapan dengan interpetiollar stipula yang sering bersatu, atau kadang – kadang dalam lingkaran ) interpetiollar stipula berubah menjadi daun dan jumlahnya bertambah
Pada permukaan dalam stipula umum terdapat kolleter yang menghasilkan lendir dan melindungi pertumbuhan kuncup
biji dengan endosperm berlemak atau beramilum atau hemiselulosa, kadang – kadang tanpa endosperm.
buah kapsula, bakka, drupa, atau shizokarpium
Kandungan
Antrakuinon : sebagai anti bakteri / anti jamur.
Tanin : antioksidan biologis
Scopoletin : Meregulasi tekanan darah, aktivitas bakteriostatik, Aktivitas anti inflamasi yang bisa
untuk
mengobati
penyakit
asma
dan
bronkial,
meregulasi serotonin dan mengurangi gelisah dan depresi
Damnacanthal : Merupakan inhibitor aktivitas tirosin kinase tertentu. Kinase terlibat dalam onkogenesis dan memerantarai transduksi dan memproses sinyal - sinyal ekstraseluler dan intraseluler dan mengontrol pembelahan sel.
Xeronine dan Proxeronine : mengatur bentuk dan rigditas (kekerasan) protein – protein spesifik yang terdapat di dalam sel. Protein abnormal gangguan homeostasis. Xeronine hadir dalam jumlah sedikit, proxeronine jadir dalam jumlah besar. Proxeronine : prekursor xeronine
Morindan dan Morindin : Zat warna merah, Morindan dari kulit akar, mengkudu, Morindin dari kulit batang dan akar mengkudu
Karoten : Disimpan dalam hati dan diubah menjadi vitamin A sesuai kebutuhan
Glikosida : Banyak terdapat pada bunga mengkudu
Asam Askorbat
Penggunaan
Hipertensi : 2 buah mengkudu dibuang bijinya, parut; sebuah mentimun parut dan peras. Tuangkan air mentimun ke ramuan mengkudu, beri gula aren dan 2 gelas air panas, saring. Untuk diminum 3 kali sehari.
Cacing gelang. 2 buah mengkudu masak dicuci, parut, beri sesendok makan garam, peras dengan kain. Untuk diminum 3 kali sehari.
Melancarkan air seni. 2 buah mengkudu masak dicuci, parut, beri sesendok makan garam, peras dengan kain. Untuk diminum 3 kali sehari.
Batuk. 2 buah mengkudu masak dicuci, parut, peras, beri gula batu dan sedikit air perasan air jeruk nipis. Minum 3 kali sehari.
Diabetes. Beberapa helai daun mengkudu dicuci, rebus sampai matang. Makan sebagai lalap.
Radang usus. 2 buah mengkudu matang dicuci, lumatkan, peras, beri madu. Minum 2 kali sehari.
Diare pada anak. 2 helai daun mengkudu dicuci, olesi minyak goreng, garang di atas api sampai layu. Tempelkan sehelai di perut, sehelai di punggung, bebat dengan gurita.
Kulit bersisik. 1 buah mengkudu masak diremas lalu digosokkan pada kulit yang bersisik, diamkan 15 menit, lalu dicuci dengan air hangat. (4)
Hepatitis. 2 buah mengkudu masak diparut, peras, campur dengan gula batu. Minum 2 kali sehari.
Eksem. Cuci 1 buah mengkudu, sedikit kulit pohon mengkudu, akar mengkudu lalu rebus bersama, dinginkan, lalu pakai untuk mencuci eksem. (4)
Ketombe. 2-3 buah mengkudu matang dilumatkan, beri air, peras, airnya dipakai untuk keramas. Biarkan selama 5 menit, bilas dengan air. Gunakan shampoo untuk menghilangkan baunya.
Encok, pegal linu. 5 helai daun mengkudu yang besar dicuci, olesi dengan minyak kelapa, garang di atas api sampai layu, panas-panas ditempelkan ke bagian yang sakit.
Masuk angin. Rebus 1 buah mengkudu, sepotong rimpang lengkuas dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal setengah. Untuk diminum 2 kali sehari
Radang tenggrorokan dan amandel. Beberapa helai daun mengkudu dicuci, rebus sampai matangd. Makan sebagai lalap. Namun setiap setengah jam sekali berkumur dengan air ramuan.
9. Centella asiatica (L.) Urb. Nama indonesia : Pegagan Klasifikasi Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Umbillales
Suku
: Umbilliferaceae
Marga
: Centella
Jenis
: Centella asiatica Urb.
Ciri makroskopik Habitus : Herba, tahunan, menjalar, panjang ±10cm Batang : Tidak berbatang Daun : Tunggal, tersusun dalam roset akar, dua sampai sepuluh, bentuk ginjal, pangkal membulat, tepi beringgit, diameter 1-7 cm, tersusun dalam roset yang terdiri atas 2 - 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut, pertulangan menyirip, tangkai 1-5 cm, hijau. Bunga : Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, tangkai ± 3cm, daun pelindung dua, bulat telur, panjang ± 4mm, hijau kekuningan, mahkota bentuk terompet, panjang ± 1 ½cm, lebar ± 8mm, biru muda. Buah : Pipih, berlekuk dua, berusuk, ungu kecoklatan. Akar : Tunggang, bulat, putih
Kandungan Asam Sentelat Asiatikosida Brahmic acid Madasiatic acid Asam Asiatat Asam Elaiodat Iso-Tankunisida. Garam-garam mineral seperti garam
kalium, natrium, magnesium,
kalsium, besi, vellarine, zat samak
Penggunaan Lepra Segenggam pegagan segar, cuci, rebus dengan 2 gelas air sampai menjadi 3/4 gelas. Minum 3 kali @ 3/4 gelas per hari. Peluruh air seni Digunakan ± 15gram serbuk daun Centella asiatica, diseduh dengan ½ gelas air matang panas setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus. Hipertensi 20 helai daun pegagan segar rebus dengan 2 gelas air sampai menjadi 3/4 gelas, saring, minum 3 kali @ 3/4 gelas. Demam Segenggam pegagan dicuci, lumatkan, beri 3/4 gelas air dan garam, aduk, saring. Minum pagi hari sebelum sarapan. Batuk Segenggam pegagan segar, cuci, lumatkan, beri air 3/4 gelas dan gula batu, aduk, saring. Minum sekali sehari sampai sembuh. Mimisan Segenggam daun pegagan dicuci, rebus dengan 3/4 gelas air, saring, minum. Ulangi 3 kali sehari. Menambah nafsu makan Segenggam daun pegagan segar dicuci, rebus dengan 2 gelas air sampai airnya tinggal segelas. Minum sehari segelas.
Keputihan Cuci 15-30g herba pegagan segar sampai bersih. Tambahkan 3 gelas air, lalu rebus sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas. Pembengkakan hati (liver) Cuci 5 ons pegagan segar, lalu rebus dalam air secukupnya sampai mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, airnya diminum seperti teh. Lakukan setiap hari secara rutin.
10. Gynura procumbens (Lour.) Merr Nama indonesia : Daun dewa, beluntas Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Marga : Gynura
Jenis
: Gynura procumbens (Lour.) Merr.
Ciri makroskopik
Perbungaan : Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai (panicula) sampai malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm.
Bunga : Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul, ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu.
Buah : Buah berbentuk garis, panjang 4 - 5 mm, coklat.
Kandungan
Senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid)
Metabolit sekunder : asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam pkumarat, asam p-hidroksi benzoat
Penggunaan DAUN : Luka terpukul, melancarkan sirkulasi, menghentikan perdarahan (Batuk darah, muntah darah, mimisan), pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, digigit binatang berbisa.
UMBI : Menghilangkan bekuan darah (haematom) pembengkakan, tulang patah (Fraktur), perdarahan sehabis melahirkan.
PEMAKAIAN : 15-30 gram daun segar, direbus atau ditumbuk kemudian diperas, minum.
PEMAKAIAN LUAR : Secukupnya tumbuhan ini dilumatkan sampai seperti bubur, ditempelkan ke tempat yang sakit.
KEGUNAAN : 1. Digigit ular / digigit binatang lain: Umbi dilumatkan kemudian ditempelkan di tempat kelainan.
2. Kutil : 5 lembar daun dewa dihaluskan, dan dilumurkan pada tempat berkutil, kemudian dibalut. Dilepas keesokan harinya.
CARA PEMAKAIAN: 1. Luka terpukul, tidak datang haid: 15-30 gram herba direbus atau ditumbuk, diambil airnya, campur dengan arak yang sudah dipanaskan, minum.
2. Perdarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan muntah darah :
1 (satu) batang lengkap (15 gram) direbus, minum.
3. Kejang pada anak: 1 batang ditumbuk ambil airnya, dicampur arak, minumkan.
4. Luka terpukul, masuk angin: 6-9 gram umbi segar ditambah arak kuning (wong ciu) secukupnya, kemudian dipanaskan, minum.
11.
Artemisia vulgaris, L.
Nama indonesia : Sudamala, jukut lokotmala Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Superdivisio : Spermatophyta Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub-kelas
: Asteridae
Ordo
: Asterales
Familia
: Asteraceae
Genus
: Artemisia
Spesies
: Artemisia vulgaris L.
Kerabat dekat : Anuma, Mungi arab, Purwoceng gunung
Ciri makroskopik
Ciri umum : Bau aromatik lemah, rasa agak pahit, berambut halus dan berbau tajam, semak menahun.
Batang : Setengah berkayu, percabangan banyak, beralur dan berambut, tumbuh tegak, tinggi mencapai 1 m.
Daun : Daun tunggal, berbentuk bulat-telur dengan tepi berbagi, menjari, ujung meruncing, kedua permukaan daun berambut halus. Warna daun hijau, di bagian bawah warna lebih putih, duduk berseling, panjang 8-12 cm, lebar 68 cm.
Bunga : Bunga majemuk, kecil-kecil, warna kuning muda berbentuk bonggol tersusun dalam rangkaian berbentuk malai yang tumbuh menunduk, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai.
Buah : Kotak, bentuk jarum, kecil, cokelat.
Biji : Kecil, cokelat.
Kandungan Minyak menguap (Phellandrene, cadinene, thujvl alkohol), alfa-amirin, Alfathujone, fernenol, borneol, dehydromatricaria ester, cineole, linalool, terpinen4-ol, beta- karyophyllene, 1-quebrachitol,dan camphor. Akar dan batang : Inulin (mengandung artemose) Cabang kecil : Oxytocin, yomogi alkohol, dan ridentin. Daun: mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tanin, skopoletin, dan isoskopoletin. Komposisi kuantitatif dan kualitatif bervariasi sangat tergantung pada tanah, iklim, waktu pemupukan dan masa panen.
Penggunaan
Daun segar yang digiling halus : pemakaian luar, misalnya pada luka berdarah, bisul, borok dan penolak serangga.
Daun baru cina yang direbus : digunakan untuk mandi atau mengompres leher yang kaku (tortikolis).
Teh daun baru cina: 1. Daun baru cina yang sudah diiris tipis diambil sebanyak 1 sendok teh. 2. Seduh bahan tersebut dengan 1 cangkir air panas, biarkan sampai dingin 3. Tambahkan madu untuk menambah rasa. 4. Sehari minum 3-4 kali, masing-masing 2 sendok teh. 5. Khasiatnya sebagai tonik, stimulan, diaforetik, dan emenagog.
Pemakaian luar sebagai Moksa Daun dikeringkan, lalu digulung menyerupai cerutu. Penggunaan : Moksa dibakar sampai ujungnya menyala seperti cerutu, lalu digunakan untuk memanasi titik akupunktur tertentu seperti pada nyeri lambung, tidak nafsu
makan, pendengaran kurang, kelumpuhan otot, sesak napas, pembengkakan kronis hati dan limpa, penyakit tulang belakang, skrofula, pleuritis, rematik, ekzema, dan gatal-gatal (pruritus).
12. Ruta chalepensis L. var angustifiola. Nama indonesia : Aruda, godong minggu Klasifikasi Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Sapindales Famili: Rutaceae (suku jeruk-jerukan) Genus: Ruta Spesies: Ruta angustifolia (L.) Pers Ciri makroskopik
Batang berkayu, silindris, ramping, percabangan banyak, lemah
Daun majemuk menyirip rangkap ganjil tidak bertangkai; helaian anak daun berbentuk lanset atau jorong memanjang
Bunga majemuk dalam malai rata keluar di ujung ranting, kelopak bentuk segitiga, putik satu putih, benang sari delapan, duduk pada dasar bunga, kepala sari kuning, mahkota berbentuk mangkok warna kuning terang
Buah kecil, lonjong, terbagi menjadi 4 - 5 kotak, warnanya cokelat. biji kecil berbentuk ginjal, warnanya hitam.
Secara mikroskopik, Fragmen pengenal adalah epidermis bawah; fragmen epidermis atas; fragmen mesofil dengan kelenjar minyak; hablur kalsium oksalat lepas; fragmen berkas pembuluh; serabut perisikel; fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan spiral.
Kandungan
Minyak atsiri mengandung : Metil-noniketone sampai 90%, ketone pinena, edulinine, rhamno glikosid
Kulit bijinya mengandung : Kabosaginine, skimmianine
Penggunaan 1. Demam Sebanyak 1/2 genggam herba inggu segar dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 3/4 bagian. Setelah dingin Lalu disaring, dapat ditambah madu sebelum diminum. Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
2. Kejang pada anak a. Sebanyak 15 - 20 g daun inggu segar dicuci bersih Lalu potongpotong seperlunya. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 2 kali minum, yaitu pagi dan sore hari.
b. Sebanyak 10 lembar daun inggu dicuci bersih dan digiling sampai halus. Tambahkan cuka seperlunya, remas sampai merata. Setelah selesai, adonan tadi dipakai untuk mengompres ubun-ubun anak yang sedang kejang.
3. Nyeri ulu hati : Sebanyak 1 5 g herba inggu segar dicuci dan direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, Lalu diminum sekaligus.
4. Merangsang haid : Sebanyak 28 g herba inggu kering direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, siap untuk dirninum. Setiap kali minum cukup 1/2 gelas.
5. Kecikukan : Sebanyak 3/5 genggam daun inggu dicuci, Lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai airnya menjadi 3/4 bagian. Setelah dingin disaring, siap untuk diminum. Sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas. Setiap kali minum dapat ditambah madu secukupnya.
6. Sakit telinga Tiga genggam daun inggu segar dicuci bersih lalu dibilas dengan air matang. Tumbuk sampai halus, kemudian peras dengan sepotong kain. Air perasannya diteteskan pada telinga yang sakit.
7. Sakit kepala : Satu genggam daun inggu segar dicuci bersih lalu ditumbuk sampai lumat. Hasilnya dibagi dua sama banyak, tempelkan pada kedua pelipis.
8. Sakit gigi : Tiga lembar daun inggu segar dicuci bersih Lalu dibilas dengan air matang. Lumatkan dengan jari sampai lunak. Masukkan ke dalam lubang gigi lalu ditutup dengan kapas.
9. Ketombe, gudig : Segenggarn daun segar, sepotong kunyit dan 1 sendok teh beras dicuci bersih Lalu digiling halus sampai seperti bubur. Gosokkan pada kulit kepala atau kulit yang terkena gudig.
10. Bisul Segenggam daun inggu dicuci bersih lalu digiling halus. Hasil gilingannya diperas dan air perasannya ini dicampur dengan bubuk indigo. Gunakan untuk memoles bisul.
11. Hepatitis ; Daun inggu segar sebanyak 1/3 genggam dicuci bersih, Lalu tambahkan 3 gelas air bersih kemudian direbus sampai aimya tersisa
separo.
13. Myristica fragrans Nama indonesia : Pala Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnolidae
Orde
: Magnoliales
Famili
: Myristicaceae
Genus
: Myristica
Spesies
: Myristica fragrans
: Plantae
Ciri makroskopik
Pohon : Pohon bertajuk
rimbun dengan tinggi hingga 18 cm, kulit kayu kasar
berwarna cokelat kehitaman, cabang-cabang pohon mendatar.
Daun : Bulat telur, elip lonjong ujungnya lancip hingga runcing, permukaan atas berwarna hijau gelap, mengkilat, berbintik-bintik halus, daun muda berbulu pendek.
Bunga : Perbungaan berupa malai, berbentuk payung, bunga berwarna kuning terang, bunga jantan dan bungan betina terpisah
Buah : Bentuk agak bulat, licin, panjang 3-6 cm, lebar sekitar 3-5,5 cm., berbentuk drupa menggantung, bentuk hampir sama dengan buah aprikot, berwarna kuning. Bau yang harum, rasa hangat. Buah matang akan terbelah dua, menampakkan arilus yang berwarna merah pekat. Kulit buah pala (Myristicae pericarpium) memiliki bau yang aromatis, ras agak pedas, dan menimbulkan rasa teba di lidah
Buah kering : Kulit buah sangat keras, permukaan luar dan dalam berwarna cokelat hingga cokelat kehitaman., permukaan luar berkerut-kerut.
Kandungan
Miristisin (5-metoksi safrol)
Borneol
β-caryophyllene
Safrol
metil eugenol
cinnamaldehid
Penggunaan
Akar
Batang : Meredakan demam dan mengobati diare.
Daun : Mengobati sakit gigi.
Biji
: Mengobati penyakit kudis
: Sebagai rempah-rempah untuk bumbu masakan.
Minyak pala dari biji dapat digunakan untuk memberi rasa pada produkproduk makanan, untuk mengobati berbagai gangguan pencernaan, gangguan psikologis dan gangguan sistem urin. Mentega pala yang dapat digunakan sebagai bumbu pelengkap hidangan dan karminatifum. Dalam bentuk sediaan
salep,
mentega
pala
berfungsi
menyembuhkan reumatik dan sebagai antiiritasi.
Seluruh bagian : untuk mengobati sakit kepala, dapat juga digunakan penyubur rambut.
Maag
Ramuan: Biji Pala (serbuk) 1 gram Buah Pisang Batu (serbuk) 6 gram Air 100 ml
Cara pernbuatan: diseduh.
Cara pemakaian: Diminum 1 kali sekali 100 ml.
Lama pengobatan: Diulang selama 30 hari.
untuk
Menghentikan Muntah dan Mulas
Ramuan: Biji Pala (serbuk) 1 sendok teh Garam sedikit Air secukupnya
Cara pembuatan: Diseduh.
Cara pemakaian: Diminum bersama ampasnya.
Suara Parau (Serak)
Ramuan: Biji Pala (serbuk) 2 butir Rimpang Jahe (dikukur) 3 rimpang Bunga Kuncup Cengkih (serbuk) 7 biji Air 50 ml
Cara pembuatan: Diseduh.
Cara pernakaian: Diborehkan pada leher; bila perlu, ditambah minyak kayu putih sedikit.
Lama pengobatan: Diperbarui setiap 3 jam.
Peringatan :
Tidak dianjurkan penggunaan dengan takaran berlebihan.
14. Rauwolfia serpentine Nama indonesia : Pule pandak
Klasifikasi
Sinonim
: Hunteria sundana Miq.; Ophyoxilon obversum Miq
Divisi
: Spermatophyla
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Apocynales
Suku
: Apocynaceae
Marga
: Rauwolfia
Jenis
: Rauwolfia serpentina
Ciri makroskopik
Perdu tegak, tahunan, tinggi mencapai 1 m, bergetah, batang silindris, percabangan warna cokelat abu-abu, mengeluarkan cairan jernih bila dipatahkan.
Daun tunggal, bertangkai pendek, duduk berkarang atau berhadapan bersilang, bentuk taji atau bulat telur memanjang, ujung runcing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas hijau, permukaan bawah warnanya lebih muda.
Perbungaan majemuk, bentuk payung yang keluar dari ujung tangkai, Pada masa vegetatif, satu ruas terdiri dari 3 daun. Mahkota bunga bagian luar putih, bagian dalam beralur kemerahan, membentuk tabung kecil dengan bagian tengah berbentuk pundi-pundi.
Buahnya buah batu, bulat telur, masih muda hijau bila masak warnanya hitam.
Akar panjang dan besar.
Pule pandak kadang ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, namun lebih sering tumbuh liar di ladang, hutan jati, atau tempat lainnya sampai ketinggian 1.000 m dpl
Kandungan
Akar mengandung 3 grup alkaloid, yang jenis dan jumlahnya tergantung dari daerah asal tumbuhnya. Grup I termasuk alkaline kuat (quarterary ammonium compound): serpentine, serpentinine, sarpagine, dan samatine. Grup II (tertiary amine derivate):
yohimbine,
ajmaline,
ajmalicine,
tetraphylline,
dan
tetraphyllicine. Grup III termasuk alkaline lemah (secondary amities): reserpine, rescinnamine, deserpidine, raunesine, dan canescine.
Reserpine berkhasiat hipotensif
Ajmaline, serpentine, dan rescinnamine berkhasiat sedatif
Yohimbine merangsang pembentukan testosteron yang dapat membangkitkan gairah
seks.
Berperan
pula
sebagai
antiinflamasi,hipotensif,
analgesik,antipiretik.
Penggunaan 1. Tekanan darah tinggi Akar pule pandak sebanyak 50 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Minumlah pagi dan sore hari, masing-masing 1/2 gelas.
2. Sakit pinggang Akar pule pandak sebanyak 50 g direndam dalam 1 gelas arak selama 1 malam. Keesokan harinya diminum sekaligus, setelah makan.
3. Sakit tenggorok Akar pule pandak secukupnya setelah dicuci bersih lalu diiris tipistipis. Bahan tersebut lalu diisap-isap dalam mulut.
4. Sakit kepala, susah tidur, pusing, demam, radang kandung empedu, memar, digigit ular berbisa, kurang nafsu makan, dan sakit perut. Gunakan akar pule pandak sebanyak 10 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum 2 kali, pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas.
5. Nyeri perut Akar pule pandak dan pinang secukupnya dikunyah, airnya ditelan dan ampasnya dibuang.
6. Demam, muntah-muntah Akar pule pandak kering sebanyak 15 g dipotong kecil-kecil lalu diremas-remas dalam 1 gelas air masak. Airnya ini diminum sekaligus.
7. Influenza Daun pule pandak segar sebanyak 25 g dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus.
8. Digigit ular, memar Daun pule pandak segar dicuci bersih lalu digiling halus. Bubuhkan pada tempat yang sakit, lalu dibalut. Ganti 2 kali sehari.
9. Luka berdarah Daun muda pule pandak segar secukupnya dicuci bersih lalu digiling halus. Bubuhkan pada luka lalu dibalut.
10. Diare Akar pule pandak segar sebanyak 2 g diiris tipis-tipis. Tambahkan 1/4 sendok teh garam, sambil diaduk merata. Akar ini kemudian dikunyah dan airnya ditelan.
EFEK SAMPING : Jarang terjadi efek samping yang berat. Penekanan sentral menimbulkan gejala sakit kepala, mimpi buruk, rasa lelah, dan tidur tak nyenyak. Pada jantung dan pembuluh darah menimbulkan gejala denyut jantung melambat, hidung tersumbat, dan kadang gagal jantung (jarang terjadi). Pada sistem pencernaan menyebabkan mulut kering, kontraksi lambung dan usus meningkat, sering buang air besar, atau diare.
CATATAN : - Pule pandak meningkatkan keluarnya asam lambung sehingga dapat menyebabkan perdarahan lambung. - Penderita dengan penyakit lambung dan kondisi badan lemah jangan minum rebusan pule pandak.
15. Catharanthus roseus (L.) G. Don Nama indonesia : Tapak dara Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Familia
: Apocynaceae
Genus
: Catharanthus
Spesies
: Catharanthus roseus (L.) G. Don
: Plantae (tumbuhan)
Ciri makroskopik
Terna tahunan
Tinggi sekitar 0,25 - 1 m
Memiliki getah putih
Bunga berbentuk terompet, terdiri dari 5 kelopak, berwarna merah muda atau putih, lebar 3-4 cm
Panjang polong 2 – 2,5 cm, biji banyak berwarna hitam
Daun bulat telur, berwarna hijau tua, berukuran 2-4 cm, kedua permukaannya mengkilap dan halus
Kandungan Di dalam tanaman Catharanthus roseus terdapat > 70 alkaloid. Alkaloid indol :
Vinkristin (VCR)
Vinblastin (VBL)
Leukokristin (LC)
Alkaloid lainnya :
Leurosin, Catharantine : Menurunkan kadar gula darah
Ajamalicine : Menurunkan tekanan darah
Vinblastin : Penyakit Hodgkin’s (kanker akibat kelenjar limfa, pankreas, dan hati)
Vinkristin : Leukemia pada anak, lilfoma, kanker paru-paru, kanker serviks, dan kanker payudara.
Penggunaan 1. Diabetes mellitus (sakit gula/kencing manis) a. Bahan: 10 - 16 lembar daun tapakdara Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas Cara menggunakan: setelah dingin diminum, diulangi sampai sembuh. b. Bahan: 35 - 45 gram daun tapakdara kering, adas pulawaras Cara membuat: bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas Cara menggunakan: setelah dingin diminum, diulangi sampai sembuh. c. Bahan: 3 lembar daun tapakdara, 15 kuntum bunga tapakdara Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1,5 gelas Cara menggunakan: diminum pagi dan sore setelah makan.
2. Hipertensi (tekanan darah tinggi) a. Bahan: 15 - 20 gram daun tapakdara kering, 10 gram bunga krisan Cara membuat: direbus dengan 2,5 gelas air sampai mendidih dan disaring. Cara menggunakan: diminum tiap sore. b. Bahan: 7 lembar daun atau bunga tapakdara Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air dan dibiarkan beberapa saat dan disaring Cara menggunakan: diminum menjelang tidur.
3. Leukimia Bahan: 20-25 gram daun tapakdara kering, adas pulawaras.
Cara membuat: direbus dengan 1 liter air dan disaring. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
4. Asma dan bronkhitis Bahan: 1 potong bonggol akar tapakdara Cara membuat: direbus dengan 5 gelas air. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
5. Demam Bahan: 1 genggam (12 -20 gram) daun tapakdara, 3 potong batang dan akar tapakdara Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1,5 gelas. Cara menggunakan: diminum pagi dan sore ditambah gula kelapa.
6. Radang Perut dan disentri Bahan: 15 - 30 gram daun tapakdara kering Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih. Cara menggunakan: diminum pagi dan sore dan ditambah dengan gula kelapa.
7. Kurang darah Bahan: 4 putik bunga tapakdara putih. Cara membuat: direndam dengan 1 gelas air, kemudian ditaruh di luar rumah semalam. Cara menggunakan: diminum pagi hari dan dilakukan secara teratur.
8. Tangan gemetar Bahan: 4 - 7 lembar daun tapakdara Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air panas dan disaring. Cara menggunakan: diminum biasa.
9. Gondong, bengkak, bisul dan borok Bahan: 1 genggam daun tapakdara
Cara membuat: ditumbuk halus. Cara menggunakan: ditempelkan pada luka bakar.
10. Luka bakar Bahan: beberapa daun tapak dara, 0,5 genggam beras. Cara membuat: direndam dengan air, kemudian ditumbuk bersama-sama sampai halus. Cara menggunakan: ditempelkan pada luka bakar.
11. Luka baru Bahan: 2 - 5 lembar daun tapakdara Cara membuat: dikunyah sampai lembut. Cara menggunakan: ditempelkan pada luka baru.
16. Alstonia Scholaris Nama indonesia : Kayu gabus, pulai, lame Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub-Kelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Familia
: Apocynaceae
Genus
: Alstonia
Spesies
: Alstonia scholaris (L.) R.Br.
: Plantae
Ciri makroskopik
Akar : Tunggang dan berwarna cokelat
Batang : Berkayu, tegak, dan berwarna hijau gelap, percabangan menggarpu
Daun : Daun terpusar 4-9 helai, tunggal, bentuk lonjong sampai lanset atau bentuk lonjong sampai bundar telur sungsang, ujung membulat, pangkal
runcing,tepi rata. Pertulangan menyirip, permukaan atas licin sedangkan permukaan bawah buram.
Buah : Bumbung, bentuk pita, panjang 20-50mm, berwarna putih
Biji : Kecil, panjang 1,5-2 cm, berwarna putih, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada bagian ujungnya.
Kandungan
Alstonin
:
Anti-malaria,
anti-kanker,
anti-psikotik,
anxiolitik,
dan
schizoprenia.
Ekitamin klorid : Anti-kanker, kemunduran pertumbuhan tumor, dan fibrosarcoma.
Villalstonin : Antiamoeba, antiplasmodial, dan antikanker khususnya kanker paru-paru
Lupeol asetat : Antifertilitas.
Penggunaan 1. Demam a. Kulit batang pulai sebanyak 3 g dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diaduk merata. Minum sekaligus.
b. Kulit batang bagian dalam diremas-remas dengan daun kelici (Caesalpinia crista Linn.) dan daun sembung, tambahkan sedikit air. Peras dan saring, minum.
2. Malaria Kulit batang pulai yang sudah digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan setiap hari sampai sembuh. Selama minum obat ini, hindari makanan yang asam dan pedas. Bila penyakitnya berat, gunakan kulit pulai hitam.
3. Diare : Minumlah rebusan kulit batang pulai.
4. Memperkuat lambung : Kulit batang pulai lapisan sebelah dalam diremas-remas dalam air, minum.
5. Perut kembung, limpa membesar : Kulit batang pulai bagian dalam. diremas-remas dengan cuka, lalu minum.
6. Darah tinggi : Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masingmasing 1/4 genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari. Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kaii minum. Setiap kaii minum cukup 3/4 gelas.
7. Kencing manis Kulit batang pulai sebanyak 2 jari, dicuci lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa separonya. Setelah dingin disaring, minum 1/2 jam sebelum makan. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.
8. Membangkitkan selera makan Sebanyak 10 g bubuk dari kulit batang pulai diseduh dengan air mendidih. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk limau, 1 sendok makan madu dan sedikit garam, aduk merata. Setelah dingin diminum sekaligus.
9. Borok bernanah Daun pulai kering digiling menjadi serbuk. Taburkan pada borok bernanah setelah dibersihkan terlebih dahulu. Lakukan 2 kali sehari, sampai sembuh.
10. Beri-beri Ambil daun pulai yang masih muda sebanyak 16 lembar, masukkan ke dalam bambu, lalu direbus dengan air,bersih. Air rebusannya diminum pada pagi hari. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
11. Wanita setelah melahirkan (untuk membersihkan organ dalam) a. Sediakan daun pulai dan rimpang jahe yang segar secukupnya, lalu cuci bersih. Buat menjadi jus atau ditumbuk sampai halus. Saring dan peras, airnya lalu diminum.
b. Kulit pulai dibersihkan, tambahkan sepotong kunyit, sedikit jahe dan separo buah pala. Rebus dengan cuka encer pada periuk tanah yang tertutup rapat. Setelah mendidih diangkat. Minum selagi hangat.
12. Sakit badan dan dada Gunakan akar pulai yang dikunyah dengan pinang. Balurkan pada badan yang sakit.
17. Annona muricata L. Nama indonesia : sirsak Klasifikasi
Kingdom
Subkingdom : Tracheobinta – Tanaman vaskular
Superdivisi
: Spermatophyta – Tanaman berbiji
Divisi
: Magnoliophyta – Tanaman berbunga
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Magnoliidae
Orde
: Magnoliales
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Species
: Annona muricata
: Plantae
Ciri makroskopik
Bunga : 3 petal terluar berwarna hijau kekuningan dengan panjang 3,5 – 5 cm, 3 petal selanjutnya kuning – kuning pucat, bunga tunggal dalam berkas 1-2 berhadapan atau disamping daun, panjang stamen 4-5 mm
Buah : Berat sekitar 6,8 kg, Ukuran beragam, panjang 10-30 cm, lebar sekitar 15 cm, bentuk seperti hati, melengkung, kadang bergelombang. Kulit pahit, berwarna hijau gela saat mentah, hijau kekuningan setelah matang, dan lunak, buah tersegmen, tiap segmen berbentuk oval, halus, dan keras
Daun : Halus, mengkilap, hijau (bagian bawah warnanya lebih terang. Bentuk oblong sampai elips dan meruncing diujungnya
Akar : Tunggang
Kandungan
Buah : Karbohidrat (terutama fruktosa), vitamin C, vitamin B1 dan B2
Kulit : Alkaloid (muricine dan nuricine)
Daun : Minyak atsiri, renin, KCl, tanin, sedikit alkaloid, Isolat golongan asam fenolat, Isolat golongan flavanoid
Penggunaan Ambeien Bahan: buah sirsak yang sudah masak; Cara membuat: diperas untuk diambil airnya sebanyak 1 gelas; Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
Sakit Kandung Air Seni Bahan: buah sirsak setengah masak, gula dan garam secukupnya; Cara membuat: semua bahan tersebut dimasak dibuat kolak; Cara menggunakan : dimakan biasa, dan dilakukan secara rutin setiap hari selama 1 minggu berturut-turut.
Bayi Mencret Bahan: buah-sirsak yang sudah masak; Cara membuat: buah sirsak diperas dan disaring untuk diambil airnya; Cara menggunakan : diminumkan pada bayi yang mencret sebanyak 2-3 sendok makan.
Anyang-anyangen (sering kecing tetapi sedikit dan terasa sakit) Bahan: sirsak setengah masak dan gula pasir secukupnya; Cara membuat: sirsak dikupas dan direbus dengan gula bersama-sama dengan air sebanyak 2 gelas; Cara menggunakan : disaring dan diminum.
Sakit Pinggang Bahan: 20 lembar daun sirsak; Cara membuat: direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal3 gelas; Cara menggunakan : diminum 1 kali sehari 3/4 gelas.
Bisul Bahan: daun sirsak yang masih muda secukupnya; Cara membuat: ditumbuk halus dan ditambah 1/2 sendok air, diaduk sampai merata; Cara menggunakan : ditempelkan pada bagian bisul.
18. Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall. Ex. Nees Nama indonesia : Sambiloto Klasifikasi
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Solanales
Suku
: Acanthaceae
Marga
: Andrographis
Jenis
: Andrographis paniculata
Ciri makroskopik
Habitus: herba
Batang : hijau, berkayu, pangkal bulat, monopodial, kwadrangularis
Daun : hijau, tunggal, lanset, bersilang berhadapan, tulang menyirip, panjang ± 5 cm, lebar ± 1 ½ cm
Bunga : majemuk, rasemosa, tumbuh dari ketiak daun, benang sari dua, putik pendek
Buah : bulat panjang, ujung runcing, masih muda hijau setelah tua coklat
Biji
: kecil, bulat
Akar
: tunggang, putih kecoklatan
Kandungan
Saponin, flavonoid, alkaloid, tanin
Komponen utama : Andrografolid
Daun dan batang : Deoksiandrografolid,neoandrografolid,14-deoksi-11-12didehidro andrografolid, homoandrografolid
Akar : Polimetoksiflavon, panikulin
Penggunaan 1. Tifoid Daun sambiloto segar sebanyak 10 - 15 lembar direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari.
2. Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru Herba kering sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring. Air rebusannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
3. Disentri Herba krokot segar (Portulaca oleracea) sebanyak 500 g diuapkan selama 3 - 4 menit, lalu ditumbuk dan diperas. Air perasan yang terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 g sambil diaduk. Campuran tersebut lalu diminum, sehari 3 kali masing-masing 1/3 bagian.
4. Influenza, sakit kepala, demam Bubuk kering sambiloto sebanyak 1 g diseduh dengan cangkir air
panas. Setelah dingin diminum sekaligus, Lakukan 3 - 4 kali sehari.
5. Demam Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang digiling halus juga bisa digunakan sebagai tapal badan yang panas.
6. TB paru Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 - 3 kali, setiap kali minum 15 - 30 pil.
7. Batuk rejan (pertusis), darah tinggi Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan sehari 3 kali.
8. Radang paru, radang mulut, tonsilitis Bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 - 4,5 g diseduh dengan air panas. Setelah dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus.
9. Faringitis Herba sambiloto segar sebanyak 9 g dicuci lalu dibilas dengan air matang. Bahan tersebut lalu dikunyah dan aimya ditelan.
10. Hidung berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi Herba sambiloto segar sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum 2 kali sehari @ 1/2 gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling halus dan diperas. Airnya digunakan untuk tetes telinga.
11. Kencing manis
Daun sambiloto segar sebanyak 1/2 genggam dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum sehabis makan, 3 kali sehari @ 3/4 gelas.
12. Kencing nanah Sebanyak 3 tangkai sambilo
19. Orthosiphon aristatus Nama indonesia : Kumis kucing Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Subclass
: Asteridae
Order
: Lamiales
Family
: Lamiaceae
Genus
: Orthosiphon
Species
: O. aristatus
Ciri makroskopik
Daun tunggal, bertangkai, letak berseling berhadapan,warna hijau, rapuh; bentuk bulat telur, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak; panjang 4 cm sampai 12 cm, lebar 1,5 cm sampai 8 cm.
Tangkai daun: persegi, warna agak ungu, panjang sampai 1 cm.
Helai daun: tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit tajam dan agak menggulung ke bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing; permukaan licin, tetapi pada tepi daun dan di atas tepi daun terdapat rambut pendek, terutama pada permukaan bawah.
Tulang daun: menyirip halus, urat daun sedikit, warna hijau atau ungu hijau ungu.
Kandungan Kandungan kimianya terutama senyawa
Golongan flavonoid dengan komponen utama sinensetin sinensetin
eupatorin eupatorin, dan ortosifonin ortosifonin
asam fenolat meliputi ester asam kafeat kafeat
asam rosmarinat rosmarinat
asam kafeil tartrat dan dikafeil tartrat tartrat
saponin saponin serta garam kalium.
Penggunaan
Tanaman ini dipercaya memiliki sifat antialergi, antihipertensi, antiinflamasi, diuretik, antibakteri dan kemungkinan antikanker.
Daun dari tanaman aun Orthosiphon aristatus aristatus: radang selaput lendir hidung hidung, radang ginjal ginjal, batu ginjal ginjal, , batu empedu empedu, , arteriosclerosis, rematik, kencing manis, tekanan darah tinggi, radang amandel, epilepsi, gangguan haid, gonorrhea, syphilis, albuminuria, dan sebagai diuretik.
1. Diuretikum Sebanyak ± 25 gram daun segar Orthosiphon aristatus dicuci dan direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit. Hasil rebusan diminum sehari dua kali, ½ gelas pagi dan sore.
2. Nephritis, edema (bengkak): O. aristatus (kumis kucing) 30 gr, Planto asiatica (daun urat) 30 gr, Hedyotis diffusa diffusa. (rumput lidah ular) 30 gr. Semuanya direbus.
3. Infeksi saluran kencing, sering kencing sedikit sedikit-sedikit (anyang anyanganyangan) : O. aritatus aritatus, , Phyllanthus urinaria (meniran), Commelina communis communis, masing , masing-masing 30 gr, kemudian direbus.