Protobiont 2013
Vol 2 (2): 75 -79
Keanekaragaman Lichen Corticolous pada Tiga Jalur Hijau di Kabupaten Kubu Raya Wendi Sudrajat1, Tri Rima Setyawati1, Mukarlina1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email:
[email protected] Abstrak Lichen dapat digunakan sebagai indikator kesehatan lingkungan, keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan substrat tempat lichen hidup. Penelitian mengenai keanekaragaman lichen corticolous pada tiga jalur hijau di Kabupaten Kubu Raya telah dilakukan pada bulan Maret 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman lichen corticolous pada tiga jalur hijau di Kabupaten Kubu Raya. Pengambilan sampel lichen corticolous dilakukan pada tiga jalur hijau Jalan Adi Sucipto (akitifitas transportasi tinggi), Ahmad Yani II (aktifitas transportasi sedang) dan Bintang Mas (akitifitas transportasi rendah) dengan menggunakan metode systematic sampling berdasarkan bilangan ganjil. Lichen yang diperoleh pada ketiga lokasi penelitian sebanyak 6 genera (1 bertipe talus foliose dan 5 crustose). Jenis lichen corticolous paling banyak ditemukan di Jalan Bintang Mas (5 genera) dan paling sedikit di Jalan Adi Sucipto (2 genera). Total kepadatan lichen corticolous tertinggi di Jalan Bintang Mas (10,65% n=35 pohon) dan terendah di Jalan Ahmad Yani II (20,28% n=321 pohon). Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener tertinggi ditemukan pada Jalan Bintang Mas (1,2905) dan terendah di Jalan Adi Sucipto (0,6193). Parmelia dan Graphis merupakan genera yang dominan ditemukan pada ketiga jalur hijau di Kabupaten Kubu Raya. Kata kunci : keanekaragaman, lichen, corticolous, talus, jalur hijau
PENDAHULUAN Lichen atau lumut kerak adalah asosiasi simbiotik yang tersusun atas berjuta-juta mikroorganisme fotosintetik (fotobion) yang bersatu dalam jaringan hifa fungi (mikobion) (Campbell, 2003). Jenis lichen yang hidup pada permukaan kulit pohon biasa dikenal dengan corticolous (Misra dan Agrawal, 1978). Lichen berperan sebagai tumbuhan perintis pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Keberadaan lichen sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, salah satunya pencemaran di udara. Barreno (2003) menyatakan bahwa tingginya pencemaran di udara akan berpengaruh terhadap keanekaragaman, fisiologi, genetik dan kemampuan lichen dalam mengakumulasi zat pencemar udara. Keanekaragaman jenis lichen pada suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat pencemaran udara yang terjadi (Clifford, 1987). Hasil penelitian Kansri (2003), menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis lichen di Bangkok akan berkurang sejalan
dengan semakin dekatnya jarak lichen dengan sumber pencemar. Perkembangan industri yang terjadi di Kabupaten Kubu Raya berdampak pada peningkatan aktivitas transportasi yang berpengaruh terhadap kualitas udara. Keanekaragaman lichen corticolous di Kabupaten Kubu Raya dapat dijadikan acuan untuk mengetahui kualitas udara di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman lichen corticolous pada tiga jalur hijau Kabupaten Kubu Raya.
BAHAN DAN METODE Berdasarkan perbedaan aktivitas jalan ditetapkan 3 lokasi pada tiga jalur hijau yaitu Jalan Adi Sucipto, Jalan Ahmad Yani II dan Jalan Bintang Mas. 75
Protobiont 2013
Vol 2 (2): 75 -79
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Unit sampel ditentukan dengan metode sistematik sampling. Berdasarkan metode tersebut pengambilan sampel dilakukan pada permukaan kulit pohon di kanan dan kiri badan jalan pada bilangan ganjil. Pengamatan dimulai dari dasar hingga percabangan pertama pohon. Pada pohon-pohon yang tidak memiliki percabangan, pengambilan sampel lichen dilakukakan sampai ketinggian ±2 meter (Wolseley, 2005). Luas permukaan lichen diukur menggunakan bingkai ukuran 20 x 20 cm yang ditandai dengan spidol warna (Nursal dkk, 2005). Setiap pohon peneduh diletakkan bingkai sebanyak 3 kali. Pengambilan sampel lichen pada permukaan kulit pohon untuk identifikasi dilakukan dengan cara dikerik menggunakan pahat, kemudian sampel dimasukkan ke dalam amplop plastik. Sebelum diidentifikasi, sampel lichen terlebih dahulu didokumentasi dan diberi keterangan berupa morfologi, warna, dan kondisi talus. Proses identifikasi sampel berdasarkan morfologi menggunakan buku acuan Brodo dkk. (2001) dan Geisher dkk. (1994). Faktor fisika lingkungan yang diukur adalah suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan intensitas cahaya yang dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel lichen. Keanekaragaman lichen yang terdapat pada tiga
lokasi penelitian dihitung dengan Indeks Diversitas Shannon-Wiener (H’), Indeks Simpson’s (C), Indeks Kemerataan Evennes (E) dan Indeks Similarity Sorensen (IS) (Odum, 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Komposisi dan Kepadatan Lichen Corticolous pada Tiga Jalur Hijau Kabupaten Kubu Raya Lichen yang ditemukan pada lokasi pengamatan sebanyak enam genera yaitu Parmelia, Graphis, Chrysothrix, genus 1, 2 dan 3 (Tabel 1). Lichen yang diperoleh memiliki tipe talus foliose (1 genera) dan crustose (5 genera). Tipe talus foliose diwakili genus Parmelia. Graphis, Chrysothrix, genus sp. 1, 2 dan 3 mewakili tipe talus crustose. Genus Chrysothrix berwarna kuning seperti serbuk hanya ditemukan di Jalan Ahmad Yani II (Tabel 2). Keberadaan lichen corticolous tertinggi ditemukan di Jalan Bintang Mas sebanyak 5 genera dan terendah di Jalan Adi Sucipto sebanyak 2 genera (Tabel 1). 76
Protobiont 2013
Vol 2 (2): 75 -79 Tabel 1. Komposisi Lichen Corticolous pada Tiga Jalur Hijau Kabupaten Kubu Raya Nama Jalan
Taksa Bintang Mas + + + + + + + -
Parmelia sp. 1 Parmelia sp. 2 Graphis sp. 1 Graphis sp. 2 Genus sp. 1 Genus sp. 2 Genus sp. 3 Chrysothrix
Ahmad Yani II + + + + + +
Adi Sucipto + + + + -
Keterangan: + = ditemukan, - = tidak ditemukan
Total kepadatan lichen corticolous tertinggi terdapat di Jalan Bintang Mas sebesar 10,65% (Tabel 2) dari 35 pohon (Gambar 2) yang ditemukan. Jalan Ahmad Yani II dengan kondisi pemukiman dan lalu lintas sedang, memiliki total kepadatan lichen corticolous terendah dibanding jalan lainnya yaitu 20,285% (Tabel 2) dari 321 pohon (Gambar 2).
Kepadatan lichen tertinggi ditemukan pada Graphis 26,75% diikuti Parmelia 21,6% dan terendah dari genus Chrysothrix 0,01% (Tabel 2). Kepadatan lichen tertinggi ditemukan pada Graphis sebesar 16,17% di Jalan Ahmad Yani II. Berbeda dengan Graphis yang ditemukan di Jalan Ahmad Yani II, kepadatan Parmelia tertinggi diperoleh pada Jalan Adi Sucipto sebesar 15,3% (Tabel 2). 350
Jumlah Pohon
300 250 200 150 100 50 0 Adi Sucipto
Ahmad Yani II
Bintang Mas
Gambar 2. Jumlah Pohon Peneduh pada Masing-masing Lokasi Penelitian Indeks Keanekaragaman Lichen (H’), Kemerataan (E), Dominansi Simpson’s (C) dan Indeks Similaritas (IS) Indeks keanekaragaman (H’) lichen corticolous yang didapat pada ketiga lokasi penelitian di Kabupaten Kubu Raya tergolong rendah sampai sedang, berkisar antara 0,6193-1,2905. Indeks
Kemerataan (E) tergolong sedang sampai tinggi, berkisar antara 0,4329-0,6632 dan indeks Dominansi Simpson’s (C) tergolong rendah sampai tinggi, berkisar antara 0,3558-0,6234 (Tabel 3). Nilai Indeks similaritas tertinggi dijumpai pada kawasan I dan II, II dan III serta yang terendah pada kawasan I dan III (Tabel 4 ).
Tabel 2. Kepadatan Lichen Corticolous (%) di Tiga Jalur Hijau Kabupaten Kubu Raya Kepadatan Lichen (%) Lokasi Parmelia
Graphis
Genus 1
Genus 2
Genus 3
Chrysothrix
Total
Jl. Bintang mas
2,26
5,74
2,20
0,18
0,27
-
10,65 / n=35 pohon
Jl. A. Yani II
4,04
16,17
-
0,067
-
0,01
20,28 / n=321 pohon
Jl. Adi Sucipto
15,3
4,84
-
-
-
-
20,14 / n=231 pohon
21,60
26,75
2,20
0,25
0,27
0,01
Total
77
Protobiont 2013
Vol 2 (2): 75 -79 Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Kemerataan Evennes (E) dan Indeks Dominansi Simpson (C) pada Tiga Jalur Hijau di Kabupaten Kubu Raya Lokasi
Indeks keanekaragaman E 0,6632
Jl. Bintang Mas
H' 1,2905
Jl. Ahmad Yani II
0,7756
0,4329
0,5920
Jl. Adi Sucipto
0,6193
0,4467
0,6234
0,6193-1,2905
0,4329-0,6632
0,3558-0,6234
Kisaran
C 0,3558
Tabel 4. Koefisien Sorensen pada Tiga Jalur Hijau di Kabupaten Kubu Raya I II III Keterangan: I : Bintang Mas II : Ahmad Yani 2 III : Adi Sucipto
I 0.6666 0,5714
Pembahasan Lichen corticolous ditemukan pada tiga jalur hijau yaitu Jalan Adi Sucipto, Jalan Ahmad Yani II dan Jalan Bintang Mas (Tabel 1). Keberadaan lichen tersebut ditentukan oleh substrat dan kualitas udara yang diduga masih sesuai untuk kehidupan lichen. Tingginya kepadatan Graphis di Jalan Ahmad Yani II disebabkan banyak ditemukannya pohon palem raja (Roystonea regia) dengan tekstur permukaan kulit pohon relatif halus yang disukai sebagai tempat hidup bagi lichen Graphis. Hal ini menyebabkan rendahnya nilai kemerataan pada Jalan Ahmad Yani II. Tidak seimbangnya proporsi kepadatan antar individu yang ada, disebabkan adanya dominansi jenis tertentu. Graphis memiliki kepadatan yang sangat tinggi pada Jalan Ahmad Yani II dibandingkan dengan jenis lainnya (Tabel 2). Fink (1961) menyatakan bahwa lichen bertipe talus crustose lebih mudah menempel dan sering ditemukan pada substrat kulit pohon yang halus. Genus Chrysothrix hanya ditemukan pada jalur hijau di Jalan Ahmad Yani II (Tabel 1). Genus ini lebih suka menempel pada permukaan batuan daripada permukaan kulit pohon. Menurut Showman (2011), genus Chrysotrix lebih mampu bertahan hidup di permukaan batuan karena Chrysothrix memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi uap air langsung dari udara, terutama pada saat tingkat kelembaban udara tinggi. Kepadatan total lichen corticolous di Jalan Bintang Mas tergolong tinggi (Tabel 2). Jalan Bintang Mas merupakan daerah pedesaan dengan
II 0,6666
III -
aktivitas transportasi sepi, sehingga mendukung pertumbuhan dan perkembangan lichen. Sesuai pendapat Topham (1977), bahwa pertumbuhan dan aktivitas reproduksi talus lichen terlihat seimbang di lingkungan desa atau pada kawasan alami dengan tingkat pencemaran rendah. Indeks Dominansi yang tergolong rendah berbanding lurus dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) yang tergolong sedang di Jalan Bintang Mas (Tabel 3). Lichen di Jalan Bintang Mas banyak ditemukan menempel pada pohon pinang (Areca catechu) yang memiliki permukaan kulit pohon yang relatif halus. Tekstur kulit pohon yang halus memiliki kemampuan dalam menyimpan air. Menurut Lubis (1996), permukaan kulit pohon yang lebih lembab dapat mempengaruhi kestabilan pertumbuhan dan kesuburan lichen. Kelembaban udara di bawah naungan pada penelitian ini berkisar antara 50-56%. Noer (2004) menambahkan lichen menyukai tempat dengan kisaran kelembaban 40-69%. Selain itu kecepatan angin di Jalan Bintang Mas menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan jalan lainnya yaitu (0,41m/s). Vashishta (1982) menambahkan penyebaran secara vegetatif merupakan cara efisien dalam membantu penyebaran lichen. Tingginya kepadatan Parmelia di Jalan Adi Sucipto terlihat dari adanya dominansi Parmelia dengan kepadatannya yang tinggi dibanding dengan genera lainnya (Tabel 2). Jalan Adi Sucipto merupakan daerah padat industri, lalulintas dan pemukiman penduduk. Kendaraan yang melintasi jalan tersebut umumnya kendaraan pengangkut barang seperti truk, tronton, pickup yang menghasilkan emisi gas lebih besar daripada 78
Protobiont 2013
Vol 2 (2): 75 -79 jenis kendaraan lainnya. Menurut Kansri (2003), tingkat pencemaran udara berbanding lurus dengan luas penutupan lichen Parmelia (nonsensitif). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hadiyati (2013), Parmelia yang menempel pada pohon peneduh di jalan dengan intensitas lalu lintas padat memiliki luas penutupan tertinggi (0,47 cm2) dibandingkan Graphis (0,07 cm2) dengan kandungan sulfur Parmelia tertinggi dibanding jalan lainnya sebesar 4,70 ppm. Indeks similaritas pada lokasi II dan III menunjukkan tingginya kesamaan jenis lichen yang ditemukan antara kedua lokasi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang relatif sama. Sehingga jenis lichen yang ditemukan antara lokasi II dan III tidak banyak perbedaan. Sebaliknya indeks similaritas terendah terdapat di lokasi I dan III. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan jenis substrat tempat tumbuh lichen yang berbeda. Aktivitas transportasi yang relatif rendah di lokasi I serta padat industri dan transportasi yang tinggi di lokasi III menyebabkan terdapat perbedaan jenis lichen yang ditemukan. Menurut Lubis (1996) pertumbuhan lichen ditentukan oleh faktor substrat dan lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Andriansyah, Sinobius Semiden, Mursina Hadiyati, Irma Erpina, Wilhelmus Januar, yang telah membantu dalam pengambilan sampel lichen. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Harrie Sipman dari Freie Universitat, Berlin dan Irwan Lovadi yang telah membantu identifikasi sampel. DAFTAR PUSTAKA
Geiser, L.H, K.L. Dillman., C.C. Derr., dan M.C. Stensvold., 1994, Lichens of Southeastern Alaska (An Inventory), USDA Forest Service, Petersburg, Alaska. Hadiyati, M., 2013, Kandungan Sulfur dan Klorofil Thallus Lichen Parmelia sp. dan Graphis sp. pada Pohon Peneduh Jalan di Kecamatan Pontianak Utara, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pontianak, (Skripsi) Kansri. B., 2003, Acid Deposition Monitoring and Assessment Third Country Training: Using Lichen as Bioindicator of Air Pollution, Departemen of Biology Ramkhamhaeng, Thailand. Lubis, H., 1996, Tingkat Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Kawasan Medan, Analisa Lumut Kerak, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Medan, Medan. Misra, A., dan Agrawal. R.P., 1978, Lichens (A Preliminary Text), Oxford & IBH Publishing, India. Noer, I.S., 2004, Bioindikator Sebagai Alat Untuk Menengarai Adanya Pencemaran Udara. Forum Komunikasi Lingkungan III, Kamajongan, Bandung. Nursal, Firdaus dan Basori., 2005, Akumulasi Timbal (Pb) Pada Talus Lichenes di Kota Pekanbaru, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau, (Skripsi). Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ke-3. Gadjah Mada. University Press, Yogyakarta. Showman, R., dan Janet, T., 2011, Ohio Bryologi et Lichenology, Identification, Species, Knowledge. Volume 8, No. 1, Ohio, United State of America. Topham, P.B., 1977, Colonization, Growth Succcession and Competition, Academic Press, New York. Vashishta, 1982, Botany, Scand and Company Ltd. Ram Nagar, New Delhi. Wolseley, P.A., 2005, Biomonitoring Methods for Assessing the Impacts of Nitrogen Pollution: Refinement and Testing (Appendix III: Lichen sampling Protocols), Department of Botany, The Natural History Museum, London.
Barreno, E., 2003, Lichens as Bioindicators of Forest Health, Biodiversity and Ecological Continuity, Universitat de Valencia, Spanyol. Brodo, I., Craig. B., dan Finch. K., 2001, Lichens of North America, Yale University Press. Campbell, 2003, Biologi, Penerbit Erlangga, Jakarta. Clifford, M.W., 1987, Lichens and Air Quality in Boundary Waters Canoe Area of Superior National Forest, Botany Department University of Minnesota, Minnesota. Fink. B., 1961, The Lichen Flora of The United States, Ann Harbor, The University of Michigan Press, Michigan. 79