KEANEKARAGAMAN JENIS UDANG AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK
AGUS SUPRIADI
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ii
ABSTRAK AGUS SUPRIADI. Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di Sungai-Sungai yang Berasal dari Gunung Salak. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan YUSLI WARDIATNO. Udang air tawar merupakan anggota Crustacea yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem air tawar. Penelitian keanekaragaman udang air tawar ini dilakukan di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Salak, Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi keanekaragaman jenis udang air tawar di beberapa sungai yang berasal dari Gunung Salak. Sampling dilakukan di 11 titik stasiun di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Salak secara road sampling. Ada 3 jenis udang air tawar yang ditemukan, yaitu Macrobrachium lanchesteri (3 spesimen), M. empulipke (6 spesimen), dan M. sintangense (50 spesimen). M. sintangense, spesies paling banyak ditemukan, terutama ditemukan dalam air yang lambat dengan substrat lumpur. M. empulipke ditemukan di habitat berbatu dengan arus air cepat, sementara M. lanchesteri yang merupakan spesies introduksi yang ditemukan di air beraliran deras. Jenis ini dapat hidup pada kondisi ekstrim dan dikhawatirkan dapat mengalahkan spesies lokal. Kata kunci : keanekaragaman, udang air tawar, Gunung Salak
ABTRACT AGUS SUPRIADI. Biodiversity of Freshwater Prawns in Rivers Originated from Mount Salak. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and YUSLI WARDIATNO. Freshwater prawn is a crustacean that has an important role in maintaining the balance of freshwater ecosystems. Biodiversity of freshwater prawn research was conducted in the rivers where upstream on Salak Mountain, Bogor, West Java. This study was aimed to find out information on species biodiversity of freshwater prawn in rivers where come from Mount Salak. Sampling stations were 11 points in the rivers where upstream on Mount Salak by road sampling. There was three species of freshwater prawns, namely Macrobrachium lanchesteri (3 specimens), M. empulipke (6 specimens), and M. sintangense (50 specimens). M. sintangense, most commonly found species, mainly found in the slow water with mud substrate. M. empulipke found in rocky habitats with faster water flow, while M. lanchesteri alien species that was found in swift water stream. This species can survive in extreme conditions and could be a superior competitor for local spesies. Keywords: biodiversity, freshwater prawn, Mount Salak
iii
KEANEKARAGAMAN JENIS UDANG AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK
AGUS SUPRIADI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
iv
Judul Nama NIM
: Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di Sungai-Sungai yang Berasal dari Gunung Salak : Agus Supriadi : G34080079
Disetujui,
Dr. Achmad Farajallah Pembimbing I
Dr. Yusli Wardiatno Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. Ketua Departemen Biologi
Tanggal lulus:
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga April 2012 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor yang berjudul Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di Sungai-Sungai yang Berasal dari Gunung Salak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing, serta kepada wakil komisi pendidikan (Ibu Dr. Triadiati, M.Si) selaku penguji yang telah memberikan ilmu, pengarahan dan bimbingannya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Daisy Wowor yang telah membantu dalam verifikasi sampel udang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, terutama Bapak (Manap), Ibu (Enin), kakak (Rudiyanto dan Juju Juariah) atas segala doa yang tiada henti, kasih sayang, dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rizky Amallia Kusnanto yang sepenuhnya mendukung dan mendoakan selama penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua keluarga besar zoologi (Ibu Taruni, Bapak Bambang, Mba Tini, Mba Ani, Pak Adi, Mba Kanthi, Mba Tetri, Mas Sinyo, Kak Sarah Nila, Mas Wildan, Mas Emon, Ahmad N, Dalfit, Liliani, Delfi, Yanti, Esa, Amar, Shinta, Traya, Aditya, Hanna, Agus H, dan Kak Lora) yang telah berbagi ilmu serta segala dukungannya, kepada sahabat seperjuangan (Whendi, Puspa, Afnan, Ai, Putri, Isna, Desy, Aqila, Issanto, Fany, Ayang, Wathri, Satria, Fajar, Nono, dan Trilugina) atas segala bantuan, nasehat, dan semangat yang selalu diberikan selama penelitian. Selain itu terima kasih kepada teman-teman Biologi angkatan 45 yang telah memberikan motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapakan kepada rekan kost (Wahyu, Fikri, Jihad, Bambang, dan Taufik) yang telah memberikan semangat selama penelitian. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita semua. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Bogor, Juli 2012
Agus Supriadi
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 7 Agustus 1989 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Manap dan Enin. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Subang, dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas MIPA Departemen Biologi. Penulis menjadi anggota pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) pada divisi Paguyuban Mahasiswa Biologi (Pamabi) pada periode 2009-2010, dan menjadi Ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) dalam Himabio periode 2010-2011. Penulis melakukan Studi Lapang pada tahun 2010 mengenai Keberadaan Telur Cacing Parasit pada Sapi Bali (Bibos javanicus) di Kawasan Konservasi Pangandaran, dan Praktek Lapang pada tahun 2011 mengenai Pertumbuhan Bobot Ayam Breeding Farm Stock di PT. Central Agromina Unit Farm I Jati Subang. Beasiswa Pendidikan pernah penulis peroleh dari BKM dan BBM.
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................................viii PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................................................... 1 BAHAN DAN METODE ................................................................................................................. 1 Waktu dan Tempat ........................................................................................................................ 1 Penentuan Titik Pengambilan Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ........................................ 2 Identifikasi Udang ........................................................................................................................ 2 Pengamatan Ekologi Habitat Udang ............................................................................................. 2 HASIL ............................................................................................................................................... 3 Titik Pengambilan Sampel ............................................................................................................ 3 Identifikasi Udang ........................................................................................................................ 3 Pengamatan Ekologi Habitat Udang ............................................................................................. 4 PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 6 Sampel yang ditemukan ................................................................................................................ 6 Karakteristik Habitat ..................................................................................................................... 6 Keanekaragaman Udang Air Tawar .............................................................................................. 6 SIMPULAN ...................................................................................................................................... 7 SARAN ............................................................................................................................................. 7 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 7 LAMPIRAN ...................................................................................................................................... 9
viii
DAFTAR TABEL 1
Halaman Hasil tangkapan udang air tawar pada setiap titik stasiun di beberapa sungai. ..................... 4
2
Jumlah spesimen dan spesies udang air tawar yang ditemukan pada setiap titik stasiun......
4
3
Parameter ekologi habitat udang air tawar pada setiap titik stasiun. ....................................
4
DAFTAR GAMBAR 1
Halaman Sketsa umum morfologi udang air tawar .............................................................................. 2
2
Peta lokasi pengambilan sampel udang air tawar .................................................................
3
3
Persentase M. lanchesteri, M. empulipke, dan M. sintangense di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Salak ..................................................................
4
4
Tiga spesies udang air tawar yang ditemukan di bagian hulu sungai ...................................
5
5
Perbedaan morfologi udang udang air tawar ........................................................................
5
6
Chela dari kaki jalan kedua M. empulipke ............................................................................
6
7
Lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Cipangaur ...................................... 10
8
Lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Ciapus Desa Ciapus ....................... 10
9
Sungai Ciapus Desa Sukamantri merupakan lokasi penambangan pasir. ............................. 11
10
Lokasi Sungai Cianten berada di tengah persawahan.. ......................................................... 11
11
Lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Cibeubeur.. .................................... 12
12
Sampah anorganik di Sungai Cibeubeur.. ............................................................................. 12
13
Sungai Cigamea yang berlokasi di kaki Gunung Salak.. ..................................................... 13
14
Kondisi lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Cisadane. ........................... 13
PENDAHULUAN Latar Belakang Udang air tawar merupakan anggota famili Palaemonidae, Atyidae dan Alpheidae dari ordo Decapoda, kelas Malacostraca, dan subfilum Crustacea. Udang ini memiliki capit pada pasangan kaki jalan pertama dan kedua. Selain itu segmen kedua pada abdomennya bertumpang tindih dengan segmen pertama dan ketiga. Udang air tawar yang paling banyak ditemukan di Indonesia ialah anggota famili Palaemonidae dan Atyidae (Holthuis 1980, Chan 1998). Anggota famili Palaemonidae yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah genus Macrobrachium. Anggota genus ini bisa ditemukan di perairan mengalir maupun menggenang, selain itu seluruh siklus hidupnya berada di air tawar. Salah satu anggota Macrobrachium yang memiliki nilai ekonomi tinggi ialah udang galah (M. rosenbergii). Anggota famili Atyidae paling banyak ditemukan ialah dari genus Caridina. Genus tersebut bisa ditemukan pada sungai yang memiliki riparian dan perairan menggenang (Benzie 1982, Murtidjo 1992). Udang air tawar memiliki tubuh yang tertutup oleh kerangka luar yang keras disebut eksoskeleton; badan bersegmen, kepala dan dada bersatu; kepala ditutupi oleh cangkang kepala, ujungnya meruncing disebut rostrum; di kepala dan dada terdapat anggota tubuh yang berpasangan yaitu mata, antennule, scaphocerite, antenna, tiga maksilliped dan lima periopoda; pada abdomennya terdapat lima pasang pleoipoda dan satu pasang uropoda, serta bagian belakang telson (Gambar 1) (Martin & Davis 2001). Udang air tawar mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satunya sebagai komponen mata rantai makanan. Udang berperan sebagai makanan bagi hewan akuatik yang lebih besar seperti ikan dalam mata rantai makanan. Selain itu juga berperan sebagai pemakan bangkai dan detritus di perairan. Rantai makanan terganggu jika kehilangan salah satu komponennya. Pelestarian udang air tawar menjadi penting dilakukan agar keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan. Keberadaan berbagai jenis udang air tawar dalam suatu perairan umum dapat meningkatkan kualitas kondisi lingkungan perairan tersebut (Wowor et al. 2009, Taufik 2011). Eksplorasi keanekaragaman Crustacea yang dilakukan pada pertengahan abad ke-20 telah tercatat 23 jenis Crustacea asli dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane (Wowor et al. 2009). Tahun 2010 di DAS Cisadane ditemukan 6 jenis Crustacea. Perbedaan jumlah jenis tersebut secara umum disebabkan oleh penurunan kualitas habitat. Selain itu teknik pengambilan sampel berpengaruh terhadap jumlah sampel yang didapat. Semakin kecil mata jaring yang digunakan dalam pengambilan sampel berpeluang mendapatkan sampel lebih banyak dibanding dengan mata jaring yang besar. Waktu pengambilan sampel juga berpengaruh terhadap sampel yang ditemukan karena sebagian besar udang hidup secara nokturnal. Selain itu lokasi pengambilan sampel menjadi pengaruh terhadap jumlah sampel yang didapat karena jumlah spesimen dan spesies banyak ditemukan pada bagian tengah sungai jika dibandingkan dengan hulu dan hilir sungai (Wowor 2010, Taufik 2011). Sungai pada bagian hilir hingga muara berpeluang tercemari oleh limbah. Pencemaran limbah dapat berasal dari berbagai kegiatan industri dan domestik (Dahuri 2004). Limbah yang masuk ke perairan secara berkelanjutan akan terakumulasi dan dapat melewati ambang batasnya, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem perairan. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap penurunan populasi udang air tawar. Selain itu penurunan populasi udang air tawar disebabkan juga oleh rusaknya suatu habitat akibat dari konversi lahan. Jenis Crustacea di DAS Cisadane mengalami penurunan populasi yang sangat tajam mulai pada tahun 1890 hingga tahun 2009. Data populasi Crustacea yang diperoleh pada tahun 2009 hanya terdapat 39,1% pada perairan tersebut (Wowor 2010). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis udang air tawar bagian hulu sungai-sungai yang berasal dari Gunung salak, Bogor, Jawa Barat.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa sungai yang berhulu dari Gunung Salak dan analisis sampel dilakukan di bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
2
Gambar 1 Sketsa umum morfologi udang air tawar (Cai & Ng 2004).
Penentuan Titik Pengambilan Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Titik pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan pada peta secara purposive. Titik pengambilan sampel yang telah ditentukan secara purposive ditandai koordinatnya dengan bantuan Global Positioning System (GPS) dan dilanjutkan dengan metode road sampling melawan arus sungai secara teliti (Gambar 2). Road sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan cara berjalan di setiap titik pengambilan sampel yang telah ditentukan untuk menangkap sampel (Ratti & Garton 1996). Kegiatan tersebut dilakukan pada pagi hingga siang hari menggunakan electrofishing, jaring maupun dengan tangan kosong (hand capture). Sampel hasil tangkapan diawetkan dalam alkohol 70%. Identifikasi Udang Identifikasi udang dilakukan berdasarkan bentuk, pola warna, ciri-ciri taksonomi penting dan ukuran-ukuran tubuh mengikuti kunci identifikasi Crustacea yang dibuat oleh Wowor et al. (2004). Sampel hasil tangkapan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil eksplorasi keanekaragaman udang air tawar di DAS Cisadane dan DAS Ciliwung (Wowor 2010).
Pengamatan Ekologi Habitat Udang Pengamatan ekologi habitat udang dilakukan pada setiap titik pengambilan sampel. Pengamatan yang dilakukan ialah substrat sungai, arus sungai, lingkungan sekitar, kedalaman sungai, lebar sungai, pH, dan penutupan pohon. Pengamatan substrat dasar sungai dilakukan dengan melihat dominasi pada dasar sungai, yaitu batu, pasir atau lumpur; arus sungai dilakukan dengan cara menghitung kecepatan waktu pelampung yang diikat dengan tali sepanjang 1 m dan dialirkan di sungai, dengan ketentuan kecepatan kurang dari 2 m/detik tergolong arus deras dan kecepatan lebih atau sama dengan 2 m/detik tergolong arus lambat; lingkungan sekitar dengan cara mengamati daerah sekitar titik pengambilan sampel; lebar dan kedalaman sungai diukur menggunakan meteran; pH air diukur dengan kertas pH indikator; penutupan pohon diamati berdasarkan bayangan pohon menutupi sungai.
3
1: Cipangaur (06°40’ LS-106° 40’ BT) 2: Anak Cipangaur (06°23’ LS-106° 27’ BT)
3: Ciparay (06° 41’ LS-106° 40’ BT) 4: Cianten (06°40’ LS-106° 38’ BT) 5: Anak Cianten (06°40’ LS-106° 38’ BT)
8: Ciapus (06°40’ LS-106° 44’ BT) 9: Cipinang Gading (06°40’ LS-106° 38’ BT) 10: Cisadane (06° 34’ LS-106° 40’ BT)
11: Ciapus (06°40’ LS-106° 40’ BT) 6: Cibeubeur (06°38’ LS-106° 45’ BT)
Keterangan :
= Kebun Raya Bogor = daerah aliran sungai lainnya = daerah pengambilan sampel
Gambar 2
Peta lokasi pengambilan sampel udang air tawar.
HASIL Titik Pengambilan Sampel Titik pengambilan sampel yang diteliti sebanyak 11 titik. Titik-titik tersebut berada di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Semuanya termasuk kedalam bagian hulu sungai. Setiap titik tersebut memiliki karakter ekologi yang berbeda, sehingga jumlah dan jenis sampel udang yang ditemukan berbeda pada setiap titiknya. Sampel udang yang ditemukan hanya pada 6 titik dengan jumlah total sampel sebanyak 59 udang (Tabel 1). Sampel hasil tangkapan pada penelitian ini menunjukan bahwa spesies M. sintangense paling banyak ditemukan dengan persentase 85%, sedangkan M. empulipke dan M. lanchesteri secara berurutan sebesar 10%, dan 5% (Gambar 3). M. lanchestri
5%
7: Cigamea (06°40’ LS-106° 40’ BT)
M. empulipke
10%
M. sintangense
85% Gambar 3 Persentase M. lanchesteri, M. empulipke, dan M. sintangense di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Salak.
Identifikasi Udang Berdasarkan kunci identifikasi Wowor et al. (2004) hasil tangkapan termasuk ke dalam genus Macrobrachium. Spesies yang ditemukan ialah Macrobrachium lanchesteri (Gambar 4a), M. empulipke (Gambar 4b), dan M. sintangense (Gambar 4c). Menurut dan Wowor et al. (2004) dan Wowor (2010) ketiga spesies tersebut memiliki perbedaan pada bagian rostrum dan karpus pada kaki jalan kedua (2nd periopods). Gigi rostrum yang dimiliki M. lanchesteri tidak tersebar merata dan ada bagian yang tidak bergerigi serta memiliki patahan di ujung rostrum (Gambar 5a), sementara gigi rostrum M. empulipke dan M. sintangense tersebar merata dan ada di semua bagian rostrum (Gambar 5 b dan c). Karpus yang dimiliki M. sintangense berbentuk panjang dan langsing serta memiliki panjang karpus yang lebih pendek dibanding chela (Gambar 5d), pada M. empulipke berbentuk cangkir (Gambar 5e), sedangkan pada M. lanchesteri karpus lebih panjang dibanding chela (Gambar 5f). Macrobrachium lanchestri ditemukan sebanyak 3 spesimen di titik 10; M. empulipke sebanyak 5 spesimen di titik 8 dan 1 spesimen di titik 11; dan M. sintangense ditemukan sebanyak 45 spesimen di titik 1, 1 spesimen di titik 2, dan 4 spesimen di titik 9 (Tabel 2).
4
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di DAS Cisadane dan DAS Ciliwung. Spesies udang yang terdapat di DAS Cisadane sebanyak lima spesies yaitu Caridina cognata, C. gracilipes, C. cf propinqua, M. lanchesteri dan M. sintangense. Sedangkan di DAS Ciliwung didapat empat spesies udang yaitu C. cf propinqua, M. empulipke, M. sintangense dan M. lanchesteri. Selain udang, di DAS Ciliwung juga ditemukan satu spesies lobster yaitu Cherax quadricarinatus. Kedua DAS tersebut didominasi oleh spesies M. lanchesteri (Wowor 2010). Pengamatan Ekologi Habitat Udang Setiap habitat memiliki karakter ekologi yang berbeda. Habitat tersebut berpengaruh Tabel 1
terhadap jumlah dan karakter udang yang ditemukan. Habitat dengan kondisi arus yang lambat, substrat berpasir, kedalaman 50-100 m, dan terdapat pemukiman disekitar sungainya telah ditemukan udang paling banyak. Habitat yang tidak ditemukan udang dimungkinkan karena adanya kontaminasi pestisida, kandungan sulfur yang tinggi, dan gangguan pada habitat tersebut seperti penambangan pasir. Habitat dengan arus yang deras serta memiliki substrat berbatu telah ditemukan udang spesies M. empulipke dan M. lanchesteri. Habitat dengan arus yang lambat telah ditemukan udang spesies M. sintangense. Spesies ini juga ditemukan pada habitat dengan arus deras namun pada bagian tepinya yang memiliki arus lambat (Tabel 3).
Hasil tangkapan udang air tawar pada setiap titik stasiun di beberapa sungai.
Stasiun (st) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama sungai Cipangaur Anak Cipangaur Ciparai Cianten Anak Cianten Cibeubeur Cigamea Ciapus Cipinang Gading Cisadane Ciapus
Koordinat 06° 34’ 16.0” LS dan 106° 40’ 03.4” BT 06° 23’ 47.7” LS dan 106° 27’ 23.4” BT 06° 41’ 37.5” LS dan 106° 40’ 33.2” BT 06° 40’ 53.0” LS dan 106° 38’ 19.3” BT 06° 40’ 45.3” LS dan 106° 38’ 17.3” BT 06° 38’ 14.8” LS dan 106° 45’ 23.9” BT 06° 40’ 16.1” LS dan 106° 40’ 10.2” BT 06° 40’ 25.3” LS dan 106° 44’ 57.3” BT 06° 40’ 44.8” LS dan 106° 38’ 16.6” BT 06° 36’ 51.3” LS dan 106° 47’ 42.7” BT 06° 40’ 25.3” LS dan 106° 40’ 57.3” BT
∑ sampel udang 45 1 0 0 0 0 0 5 4 3 1
Tabel 2 Jumlah spesimen dan spesies udang air tawar yang ditemukan pada setiap titik stasiun. Stasiun Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 M. lanchesteri 3 M. empulipke 5 1 M. sintangense 45 1 4 Jumlah specimen 45 1 0 0 0 0 0 5 4 3 1 Jumlah spesies 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 Table 3 Parameter ekologi habitat udang air tawar pada setiap titik stasiun. St
Nama Sungai
1 Cipangaur 2 Anak Cipangaur 3 Ciparai 4 Cianten 5 Anak Cianten 6 Cibeubeur 7 Cigamea 8 Ciapus 9 Cipinang Gading 10 Cisadane 11 Ciapus Keterangan :
Substrat sungai
Arus
Lingkungan sekitar
Pasir Pasir
Lambat Lambat
Pemukiman Persawahan
Penutupan Pohon (%) 20-40 0-20
Lumpur Batu Lumpur
Deras Deras Deras
Taman wisata Persawahan Persawahan
Lumpur Batu Batu Batu
Lambat Lambat Deras Deras
Persawahan Taman wisata Pemukiman Pemukiman
Batu Deras Pemukiman Batu Deras Hutan Arus deras = < 2 m/detik
6 5
∑ sampel udang 45 1
300 1020 160
5 5 5
0 0 0
300 130 365 1050
5 4 5 5
0 0 5 4
1500 240 = ≥ 2 m/detik
6 6
3 1
50-100 15-20
Lebar Sungai (cm) 750 160
80-100 0-20 0
20-40 50-100 25-40
20-40 20-40 0 80-100
20-40 60-80 50-70 30-50
Kedalaman sungai (cm)
0-20 50-150 0 30-50 Arus lambat
pH air
5
(b) (a)
Gambar 4
(c) Tiga spesies udang air tawar yang ditemukan di bagian hulu sungai, (a). M. lanchesteri, (b). M. empulipke, (c). M. sintangense.
0,5 mm (a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 5 Perbedaan morfologi udang udang air tawar (a). rostrum M. lanchesteri, (b). rostrum M. sintangense, (c). rostrum M. empulipke, (d). karpus 2nd peropods M. sintangense, (e). karpus 2nd peropods M. empulipke, dan (f). karpus 2nd peropods M. lanchesteri.
6
PEMBAHASAN Sampel yang ditemukan Udang yang ditemukan sebanyak 59 sampel. Udang tersebut diperoleh pada 6 titik stasiun dari 11 titik stasiun. Seluruhnya termasuk ke dalam genus Macrobrachium. Udang tersebut ialah M. lanchesteri, M. sintangense, dan M. empulipke. Menurut Taufik (2011), bahwa M. sintangense dan M. lanchesteri memiliki penyebaran paling luas dari anggota genus tersebut. Spesies M. lanchesteri tersebar di Thailand, Malaysia, Myanmar, Singapura, Sumatera, Borneo, dan Jawa; M. sintangense tersebar di Thailand, Sumatera, Jawa, dan Borneo (Chong & Khoo 1988; Wowor et al. 2009); sedangkan M. empulipke tersebar di Jawa Barat dan Sumatera bagian selatan (Wowor 2010). Spesies M. empulipke merupakan hasil revisi dari M. pilimanus. Kedua spesies ini memiliki perbedaan morfologi pada chela 2nd periopods, dimana M. empulipke memiliki palm lebih pendek dari fingers (Gambar 6), sedangkan M. pilimanus memiliki ciri yang sebaliknya (Wowor 2010).
a
Gambar 6
b
Chela dari kaki jalan kedua M. empulipke a. panjang palm, b. panjang fingers (Wowor 2010).
Udang yang ditemukan pada penelitian ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2011) di Danau Kerinci. Udang yang didapat di Danau Kerinci ialah M. lanchesteri, M. sintangense, dan M. pilimanus. Perbedaannya adalah pada spesies M. empulipke yang tidak ditemukan di Danau Kerinci dan M. pilimanus tidak ditemukan pada penelitian ini. Hal tersebut karena Danau Kerinci dan Bogor merupakan lokasi penyebaran dari spesies M. lanchesteri dan M. sintangense. Sedangkan M. empulipke hanya tersebar di Jawa Barat dan Sumatera bagian selatan. M. lanchesteri merupakan spesies invasive dari Thailand bagian selatan. Spesies ini dapat bersaing dengan spesies lainnya dalam memperoleh makanan. Masuknya spesies ini disebabkan oleh kegiatan perikanan yang mengintroduksi perikanan budidaya. Spesies ini dapat bersimbiosis dengan ikan pada masa larva (zoea) (Taufik 2011). Selain itu M. lanchesteri dapat bertahan hidup pada kondisi
ekstrim, misalnya suhu air yang tinggi, sehingga dikhawatirkan dapat mengalahkan spesies lain dalam bertahan hidup (Wowor 2010). Karakteristik Habitat Setiap sungai yang merupakan titik pengambilan sampel memiliki karakter yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut sangat berpengaruh terhadap spesies udang yang diperoleh. Sungai Cipangaur yang memiliki aliran lambat dengan substrat berlumpur (Lampiran Gambar 7) banyak diperoleh udang spesies M. Sintangense. Hal ini sesuai dengan morfologi udang tersebut yang memiliki karpus yang berbentuk panjang dan langsing pada 2nd periopods, sehingga tidak memerlukan tenaga yang kuat untuk menahan aliran yang lambat. Sungai Ciapus dengan aliran yang deras (Lampiran Gambar 8) diperoleh M. empulipke. Hal ini sesuai dengan karakternya yang memiliki karpus berbentuk cangkir pada 2nd periopods yang besar karena perlunya tenaga yang kuat untuk menahan aliran yang deras. Penurunan kualitas habitat akan menyebabkan kematian pada udang. Hal ini diketahui dengan tidak ditemukannya udang atau hanya sedikit udang yag ditemukan pada 6 titik stasiun yang disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama karena adanya penambangan pasir (Lampiran Gambar 9), sehingga lumpur yang berada pada dasar sungai terangkat kemudian dapat menyumbat saluran insang udang. Kedua, terdapatnya kontaminasi pestisida dan limbah anorganik (Lampiran Gambar 10) yang melebihi ambang batas, sehingga dapat bersifat toksik bagi udang. Hal ini dapat terjadi karena sungai berlokasi di tengah persawahan (Lampiran Gambar 11 dan 12). Selain kedua kemungkinan tersebut, udang tidak mampu hidup pada habitat yang memiliki kandungan bahan anorganik yang tinggi, seperti halnya yang terjadi di Sungai Cigamea. Sungai tersebut berlokasi di kaki Gunung Salak (Lampiran Gambar 13), sehingga dimungkinkan terdapat kandungan sulfur yang tinggi. Keanekaragaman Udang Air Tawar Udang yang ditemukan pada penelitian ini ialah M. lanchesteri, M. sintangense, dan M. empulipke. Udang M. sintangense merupakan spesies yang paling banyak ditemukan. Udang pada penelitian yang dilakukan Wowor (2010) di DAS Cisadane dan DAS Ciliwung diperoleh Caridina cognata, C. gracilipes,
7
C. cf propinqua, M. lanchesteri, M. sintangense, M. empulipke dan satu lobster Cherax quadricarinatus. Pada penelitian tersebut M. lanchesteri mendominasi kedua DAS tersebut. Perbedaan hasil tangkapan udang tersebut disebabkan karena perbedaan luas wilayah pengambilan sampel. Penelitian ini hanya dilakukan pada bagian hulu sungai, sedangkan Wowor (2010) melakukan pada semua bagian sungai (hulu, tengah, dan hilir). Selain itu penurunan populasi udang akibat penurunan kualitas lingkungan yang merupakan habitat dari udang. Penurunan kualitas tersebut akibat banyaknya konversi lahan serta limbah yang melebihi ambang batas. Selain itu teknik pengambilan sampel seperti alat yang digunakan, waktu pengambilan sampel, dan lokasi pengambilan sampel akan berpengaruh terhadap jumlah sampel dan spesies yang didapat. Penelitian yang dilakukan Taufik (2011) di Danau Kerinci memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini, yaitu dalam hal habitat dan spesies-spesies yang ditemukan. Udang yang diperoleh pada danau tersebut ialah M. lanchesteri, M. sintangense, dan M. pilimanus. Kesamaan dua spesies ini terjadi karena Bogor dan Danau Kerinci merupakan lokasi penyebaran M. lanchesteri dan M. sintangense. Perbedaannya ialah hanya pada spesies M. empulipke dengan M. pilimanus. Spesies M. empulipke hanya ditemukan di Jawa Barat dan Sumatera bagian selatan. Perbedaan habitat terjadi pada spesies M. lanchesteri, dimana spesies yang ditemukan di Bogor terdapat pada habitat perairan yang memiliki arus yang deras (Lampiran Gambar 14), sedangkan yang ditemukan di Danau Kerinci dengan habitat perairan yang tidak mengalir.
SIMPULAN Sampel yang didapat sebanyak 59 spesimen udang pada 6 titik stasiun dari 11 titik stasiun hulu sungai asal Gunung Salak. Spesies yang didapat ialah M. sintangense, M. empulipke, dan M. lanchesteri. Spesies M. sintangense yang merupakan spesies lokal dan paling banyak ditemukan.
SARAN Penelitian ini harus dilakukan lintas musim untuk mengetahui keadaan udang pada habitat dengan musim yang berbeda. Perlunya monitoring pada setiap titik stasiun untuk mengetahui perkembangan keanekaragaman
udang pada habitat tersebut. Selain itu teknik pengambilan sampel yang lebih beragam seperti alat yang digunakan dan waktu pengambilan sampel agar dapat memperoleh udang air tawar maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Z. 1992. Analisis Deterjen pada beberapa Sungai di Kodya Padang. Padang: Universitas Andalas. Cai Y, Ng PKL. 2004. Freshwater Crustacea Identification of Freshwater Invertebrates of the Mekong River and its Tributaries. Bangkok: Mekong River Commission. 12:79-92. Chan TY. 1998. Shrimps and prawns, Lobster. Dalam: Carpenter KE and Niem VH (eds), FAO identification guide for fisheries purpose, The living marine resources of the Western Central Pacific. FAO Rome 2:851-1043 Chong SSC, Khoo HW. 1988. The identity of Macrobrachium lanchesteri (De Man,1911) (Decapoda, Palaemonidae) from Peninsular Malaysia and Singapore, and a description of its first zoea. Crustaceana 54: 196-206. Dahuri R. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta: Pradnya Paramita. Holthuis LB. 1980. FAO species catalogue. Shrimps and prawn of the world. An annotated catalogue of species of interest to fisheries. FAO Fisheries Synopsis 1:261. Benzie JAH. 1982. The complete larval development of Caridina mccullochi Roux, 1926 (Decapoda, Atyidae) Read in the laboratory. Crustacean Biology 2:493513. Martin JW, Davis GE. 2001. An updated classification of recent Crustacea.Los Angeles, California: Nat History Mus of Los Angeles Country 39: 1-115. Murtidjo BA. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Yogyakarta: Kanisius. Taufik. 2010. Keanekaragaman udang air tawar di Danau Kerinci Provinsi Jambi [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
8
Ratti JT, Garton EO. 1996. Research and experimental design. Di dalam: Bookhout TA, editor. Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats. USA: Allen Press. hlm 1–23. Wowor D, Cai Y, Ng PKL. 2004. Crustacea: Decapoda, Caridea. Di dalam: Yule CM, Sen YH, editor. Freshwater Invertebrata Of The Malaysian Region. Kuala Lumpur: Akademi Sains Malaysia. 337-357 Wowor, Muthu V, Meier R, Balke M, Cai Y, Ng PKL. 2009. Evolution of life history traits in asian freshwater prawns of genus Macrobrachium (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) based on multilocus
molecular phylogenetic analysis. Phylogenetic and Evol 52: 340-350.
Mol
Wowor. 2010. Studi Biota Perairan dan Herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati. Bogor: Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Wowor. 2010. Macrobrachium empulipke, a new freshwater prawn species (Decapoda, Palaemonidae) from Indonesia. Dalam: CRM 014 – Fransen et al. (eds.), Lipke Bijdeley Holthuis Memorial. Leiden: Koninklijke Brill NV. hlm 715-726.
LAMPIRAN
10
Gambar 7 Lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Cipangaur.
Gambar 8 Lokasi pengambilan sampel udang air tawara di Sungai Ciapus Desa Ciapus.
11
Keterangan : daerah yang dilingkari merupakan lokasi penambangan pasir
Gambar 9 Sungai Ciapus Desa Sukamantri merupakan lokasi penambangan pasir.
Gambar 10 Sampah anorganik di Sungai Cibeubeur.
12
Gambar 11 Lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Cibeubeur.
Gambar 12 Lokasi Sungai Cianten berada di tengah persawahan.
13
Gambar 13 Sungai Cigamea yang berlokasi di kaki Gunung Salak.
Gambar 14 Kondisi lokasi pengambilan sampel udang air tawar di Sungai Cisadane.