Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 112-120 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/JPH
ISSN : 2443-3608
KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN INSEKTA SIANG (DIURNAL) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG MERANTI KABUPATEN TANAH BUMBU
Rahmawati1, Lagiono1 1
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Banjarmasin, Jl. Sultan Adam Kompleks. H. Iyus Blok A No.18 RT.23
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keanekaragaman dan Kemelimpahan jenis insekta siang dilakukan di hutan lindung gunung Meranti kabupaten Tanah Bumbu. Metode yang digunakan adalah metode transek dengan menggunakan cara jelajah. Untuk pengamatan dengan membuat batasan daerah penelitian dengan luas yang berukuran 1 hektar (100 x 100), dengan membagi daerah penelitian 1 titik dengan 2 jalur pengambilan.Jenis insekta siang yang ditemukan di kawasan hutan lindung terdapat 15 jenis. Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman insekta siang di kawasan hutan lindung gunung meranti Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan besar indeksnya yaitu 2,45, termasuk dalam kategori sedang. Namun berdasarkan perhitungan indeks kekayaan jenis didapatkan besarnya yaitu 2,36, termasuk dalam kategori rendah. dan berdasarkan perhitungan indeks kemerataan jenis di dapatkan besarnya yaitu 0,91, tergolong merata, karena memiliki nilai indeks kemerataan jenis mendekati satu. Untuk kerapatan yang tertinggi ditempati oleh jenis Pareronia valeria C, dengan kerapatan 113/ha, frekuensinya 0,6%, kerapatan relatifnya 13,43%, frekuensi relatifenya 11,66%, sedangkan kemelimpahan terendah dimiliki oleh dundubia sp yaitu dengan kerapatan (K)13/ha, frekuensinya 0,1,frekuensi relative (FR) 1,94%, kerapatan relatife (KR)1,56%. Kata kunci: Keanekaragaman, kemelimpahan, insekta siang (Diurnal), hutan lindung
Publised : September 2016
PENDAHULUAN Insekta atau serangga disebut juga hexapoda merupakan kelas yang terbesar di dalam Artropoda, beranggotakan kurang lebih 675.000 spesies yang terbesar di semua penjuru. Insekta merupakan Invertebrata yang hidup di tempat kering dan dapat terbang, Jasin (1987). Habitat insekta di semua tempat kecuali laut sebagian hidup di air tawar, tanah lumpur, parasit pada macam-macam tumbuhan dan hewan lainnya. Insekta juga memiliki aneka warna, dari yang tidak menarik sampai yang sangat cemerlang. Beberapa insekta memiliki warna-warni yang kemilau layaknya permata hidup. Insekta adalah makhluk berdarah dingin. Bila lingkungan menurun, maka suhu tubuh mereka juga menurun dan
112
Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Insekta Siang (Diurnal) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu
proses fisiologisnya menjadi lamban. Serangga dapat hidup pada suhu yang sangat rendah dan beberapa lagi mampu hidup pada suhu tinggi (Jumar,2000). Kelompok hewan ini menarik diamati karena selain jumlahnya cukup banyak juga peranannya dalam kehidupan. Namun kita menyadari bahwa keberadaan beberapa insekta di muka bumi ada sebagian yang bersifat merugikan dan ada pula yang bersifat menguntungkan. Menurut (Jumar, 2000) banyak Serangga yang menimbulkan kerugian bagi manusia, misalnya serangga hama yang banyak menyebabkan kerusakan tanaman yang dibudidayakan manusia. Hal ini dapat dimengerti karena hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (fitofagus), selebihnya adalah pemakan serangga lain (entomofagus), binatang lain atau sisa-sisa tanaman dan binatang. Serangga tertarik pada tanaman, baik untuk makan atau sebagai tempat berlindung. Adapun insekta yang bersifat menguntungkan, misalnya kehadiran beberapa serangga seperti kupu-kupu dan lebah pada bunga ternyata memberikan manfaat pada bunga itu sendiri. Sehubungan dengan hal diatas beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang dan malam hari. Insekta yang bersifat diurnal yang aktif pada siang hari mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman. Selain tertarik terhadap cahaya, ada juga insekta yang tertarik oleh suatu warna hijau dan kuning, sesungguhnya serangga memiliki kesukaan tersendiri terhadap warna dan bau (Jumar, 2000). Insekta merupakan invertebrata yang hidup ditempat yang kering dan dapat terbang. Kemampuan hidup ditempat yang kering, tubuh terbungkus oleh kitin, menyebabkan insekta dapat menyesuaikan diri, memiliki daya adaptasi yang besar terhadap lingkungan. Habitat insekta disemua tempat kecuali laut, sebagian hidup di air tawar, tanah lumpur, parasit dan macam-macam tumbuhan atau hewan lainnya (Jassin 1987). Insekta menarik untuk diamati karena jenisnya yang cukup banyak dan juga karena perannya dalam kehidupan. Menurut Jumar (2000), dari sekian banyak spesies hewan yang ada dipermukaan bumi, ternyata ¾ bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut lebih dari 750.000 spesies telah berhasil diketahui dan diberi nama. Beberapa aktivitas insekta dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga timbul spesies insekta yang aktif pada pagi, siang, sore, atau malam hari. Insekta yang bersifat diurnal yakni aktif pada siang mengunjungi bunga, meletakkan telur atau makan pada bagian-bagian tanaman dan lain-lain. Contoh: walang sangit (leptocoriya acuta), wereng coklat (Nilavarpara logens) dan belalang besar (Valanga nigricornis). Selain tertarik pada cahaya, ditemukan juga insekta yang tertarik oleh suatu warna hijau dan kuning. Sesungguhnya insekta juga memiliki preferensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau, seperti terhadap warna-warna bunga. Contoh : kupu-kupu (Pieris brassicae) dalam mencari makananya memperlihatkan preferensi yang nyata terhadap warna biru dan ungu (Jumar, 2000).
113
Rahmawati & Lagiono / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 112-120
METODE PENELITIAN Waktu Penelitian, Alat dan Bahan Penelitian dilaksanakan di Hutan Lindung Meranti. Populasi dalam penelitian ini adalah insekta diurnal yang terdapat pada kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti. Sampel penelitian adalah insekta diurnal yang tertangkap di area sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode transek. Luas area penelitian adalah 1 hektar. Alat yang digunakan yaitu Jaring serangga, Stoples plastik, Kamera, kertas label, rool meter, pinset, thermometer, barometer, hygrometer, Altimeter, Anemometer, Lux meter, peralatan tulis, dan lembar pengamatan. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode transek dengan tekhnik. Pengambilan sampel dengan mengikuti jalur penangkapan dengan menggunakan jaring (Butterfly net), dengan melakukan penangkapan secara teratur pada wilayah hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu Menentukan lokasi penelitian yang menjadi tempat penelitian yaitu lahan seluas 1 Ha atau 100 m x 100 m. Membuat daerah penelitian menjadi 5 titik dengan jalur pengambilan sampel, dengan menggunakan jalur transek. Mengukur parameter lingkungan di kawasan hutan lindung gunung meranti Kabupaten Tanah Bumbu.Waktu pengambilan sampel dilakukan dengan 3x pengambilan, pengambilan pertama dari jam 07.00 pagi, pengambilan kedua pada jam 11.00 dan pengambilam ketiga pada jam 14.00. Menangkap insekta diurnal yang ditemukan pada daerah penelitian dengan menggunakan jaring insekta. Semua jenis insekta diurnal yang tertangkap dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dimasukkan lagi ke dalam stoples sosis di isi dengan formalin 4%. Mengamati insekta yang ditemukan dengan menggunakan lup dan menghitung seluruh jumlah insekta diurnal yang didapat selama kurun waktu penelitian tersebut. Mengedintifikasi insekta diurnal yang tertangkap dengan menggunakan buku Lilies, Jumar, Borror. Memasukkan data yang didapat kedalam tabel pengamatan baik jumlah dan jenis insekta diurnal yang didapat pada perangkap jarringinsektatersebut. Mendokumentasikan penelitian. Analisis Data Data disajikan secara kuantitatif dengan parameter kelimpahan, indeks keanekaragaman Spesies (H), Indeks Kemerataan Spesies (E), dan Indeks Kekayaan Spesies (Dmg). Indeks Keanekaragaman spesies (Hʹ) dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener, yaitu: Hʹ = - ∑ Pi Ln pi Dimana: Hʹ = Indeks Keanekaragaman Pi = peluang kepentingan untuk Tiap spesies 114
Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Insekta Siang (Diurnal) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu Ln = Logaritma natural
Indeks Kekayaan Jenis (species richness index). Dmg = S–1 Ln . N Keterangan : Dmg S N
= = =
Kekayaan Jenis Jumlah Jenis Jumlah Seluruh Individu
Asumsi Dmg<3,5 = Rendah Dmg 3,5 – 5 = Sedang Dmg>5 = Tinggi Kemerataan jenis (species evenness index) dihitung untuk mengetahui derajat kemerataan jenis pada lokasi penelitian. E = H' LnS Keterangan: E = indeks kemerataan H' = indeks keanekaragaman Shannon S = jumlah jenis Ln = logaritma natural
HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman Jenis insekta siang yang ditemukan di kawasan hutan lindung Gunung Meranti terdapat 15 jenis yaitu Catopsilia pamona f (kupu-kupu putih), Pareronia valeria C (kupu-kupu kuning), papilio demolius (kupu-kupu besar), Maniola sp (kupu-kupu coklate), Neurothemis tulla (capung sayap berwarna), Agriocnemis pygmae (capung jarum), Chrysomela sp (kumbang daun), Harmonia aculata (kumbang kubah), Adalia decempunctata (kumbang ladybird), Leptocorisa aculata (walang sangit), Camponotus gigas (semut hitam raksasa), Microcentrum sp (belalang bertanduk), Acanthops sp (belalang sentadu atau belalang sembah), Dundubia sp (tonggeret), Allonemobius fasciatus (jangkrik). Dari 15 insekta siang (diurnal) yang telah ditemukan terdapat 7 ordo yaitu Lepidoptera, Odonata, Himeptera, Coleoptera, Orthoptera, Hymenoptera, Homoptera. Dari 7 ordo terdapat 12 family yaitu Pieridae, Coccinellidae, Satyridae, Papilionidae, Aeshnidae, Tettigonidae, Formicidae, Cicadidae, Gryllidae, Coreidae, Chysomellidae, Mantidae,Libellulidae yang akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini: Lepidoptera adalah jenis yang mempunyai 2 pasang sayap, sayap belakang sedikit lebih kecil dari sayap depan, sayap ditutupi, dengan bulu-bulu/sisik. Ngengat bersayap kusam, sedang kupu-kupu dengan sayap relative indah dan menarik.Antena panjang, ramping, dan kadang-kadang plumose (banyak rambut) atau membonggol pada ujungnya. Larva dengan tiga pasang kaki thorakal dan 115
Rahmawati & Lagiono / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 112-120
limapasang kaki abdominal atau kurang, tubuh ada yang berbulu dan ada yang tidak. Lilies (1994). Jenis insekta yang termasuk dalam ordo ini adalah Catopsilia pyranthe, Eurema hecabe, papilio demolius, Tanaecia pagulna. Ordo Odonata mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh ramping, sayap memanjang, bervena banyak, membreaneus, sayap depan dan belakang hampir sama dalam bentuk dan ukuran. Antena pendek seperti bulu keras.Saat istirahat mengatupkan sayap di atas tubuh atau membentangkan sayap bersama-sama di atas tubuh. Lilies (1994). Jenis insekta yang termasuk dalam ordo ini adalah Neurothimes sp, Agriocnemis pygmae. Ordo himeptera mempunyai ukuran tubuh kecil sampai besar. Hampir semuanya bersayap, sayap depan pangkalnya menebal, ujungnya membraneus, sayap belakang membreaneus. Antena pendek-panjang, alat mulut pengisap.warna tubuh bervariasi. Metamorfosa sederhana. Lilies (1994). Jenis insekta yang ada dalam ordo ini adalah Leptocorisa aculata. Orthoptera pada ordo ini mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras seperti kertas perkamen, sayap belakang lebar dan membraneus dan ukuran ordo ini sedang-besar. Antena pendek-panjang, ada yang melebihi panjang tubuh. Beberapa jenis jantan mempunyai alat penghasil suara, beberapa betina mempunyai ovipositor yang berkembang dengan baik: ada yang berbentuk seperti pedang dan seperti jarum, Lilies (1994). Jenis insekta yang ada dalam ordo ini adalah Microcentrum sp, Acanthop sp. Ordo coleoptera mempunyai ciri-ciri karakteristik kepala, antena, thoraks, kaki, elytra, abdomen.Ukuran beragam dari sedang, kecil atau sangat kecil, jarang mempunyai tubuh yang besar.Tubuh keras, kepala bebas dan menarik perhatian, Lilies (1994). Jenis insekta yang ada dalam ordo ini adalah Chrysomela sp, Harmonia aculata, Adalia decempunctata. Ordo Homoptera merupakan insekta bersayap atau tanpa sayap, Yang bersayap dengan 2 pasang sayap, sayap depan lebih besar dan panjang, ada yang membraneus ada yang tertutup bahan seperti tepung. Saat istirahat sayap tersusun seperti genting di atas tubuh. Antena bervariasi, kadang pendek dan kaku seperti rambut, kadang panjang seperti benang .Alat mulut pengisap. Ada yang hidup di pohon-pohon cukup tinggi dan dapat bernyanyi ; diberbagai tanaman semusim, ada jenis yang membentuk benang-benang putih; dan di pohon buah-buahan yang biasanya terlindung dibawah perisai, Lilies (1994). Jenis insekta yang ada dalam ordo ini adalah Dundubia sp. Hyminoptera adalah jenis yang mempunyai 2 pasang sayap yang bersifat membrane, venasi relative sedikit, jenis yang sangat kecil kadang tanpa ada venasi.Antena sedang-panjang.Beberapa jenis ruas pertama abdomen sempit dan memanjang.Jenis betina ada yang mempunyai ovipositor panjang, kadang-kadang lebih panjang dari tubuhnya, ada ovipositornya mengalami perubahan menjadi penyengat, Lilies (1994).Jenis insekta yang ada dalam ordo ini adalah Componatus gigas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan hutan lindung gunung meranti kecamatan Tanah Bumbu, mengenai jenis-jenis insekta siang yang didapatkan dengan penangkapan menggunakan jarring dengan kisaran waktu penangkapan yaitu antara pukul 07.00-10.00, pukul 116
Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Insekta Siang (Diurnal) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu
11.00-14.00 dan pukul 15.00-18.00. Dari hasil penangkapan menggunakan jaring ditemukan 15 jenis insekta siang (diurnal)yang termasuk dalam 7 ordo 12 famili. Keanekaragaman jenis insekta siang (diurnal) pada kawasan hutan lindung 2,45.Berdasarkanindeks Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H') dapat dilihat bahwa tingkat keanekaragaman insekta siang di KawasanHutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu tergolong sedang karena memiliki nilai sebesar 2,45. Shannon Winner menyatakan bahwa besarnya indeks keanekaragaman jenis dapat didefinisikan sebagai berikut: keanekaragaman jenis pada suatu transekt dikatakan melimpah tinggi apabila nilai indeks keanekaragamannya lebih dari 3, keanekaragaman jenis pada suatu transekt dikatakan sedang apabila nilai indeks keanekaragaman 1-3, dan dikatakan sedikit atau rendah apabila nilai indeks keanekaragamannya kurang dari 1. Menurut Odum (1996), bahwa semakin banyak jumlah spesies maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya jika nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenisnya.Karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individu tidak merata maka keanekaragamannya rendah. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung keberadaan dan keberlangsungan hidup insekta.Sehingga dilakukan parameter lingkungan.Adapun hasil pengukuran parameter lingkungan pada pagi, siang dan soredi kawasan hutan lindung Gunung Meranti yang memiliki ketinggian tempat 150 mdpl yaitu: suhu udara berkisar 27-31ºC, Kelembaban udara 70-85%, intensitas cahaya 345-709 lux, kecepatan angin 0-2 m/s. Dari data diatas, dapat dikatakan bahwa semua insekta masih dapat hidup dan berkembangbiak dengan kondisi lingkungan seperti di kawasan hutan lindung Gunung Meranti.Walaupun tidak semua insekta dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Keragaman insekta dipengaruhi oleh penyebaran dan kelimpahan tumbuhan inang.Keragaman insekta makin menurun dengan menurunnya keragaman tumbuhan inang. Selain itu, keragaman insekta dipengaruhi oleh ketinggian, suhu, kelembaban , intensitas cahaya, cuaca, musim, volume, dan nectar tumbuhan. Hasil pengukuran suhu di tempat penelitian berkisar antara 27-31ºC, suhu itu berada dalam kisaran yang efektif untuk keberadaan suatu spesies. Insekta mempunyai kisaran suhu tertentu dimana dia dapat diluar kisaran suhu tersebut dia akan mati kedinginan atau kepanasan sedangkan suhu kisaran suhu yang efektif adalah 15ºC, suhu optimum 25ºC dan suhu maksimum 45ºC (Jumar, 2000). Hasil pengukuran kelembaban udara dengan kisaran 70-85%. Kelembaban yang dimaksud adalah kelembaban tanah, udara, dan tempat serangga dimana merupakan faktor penting yang mempengaruhi pola distribusi spesies tersebut (Jumar, 2000).Kelembaban dapat memberikan efek membatasi terhadap organisme apabila dalam keadaan sangat ekstrim yakni apabila keadaan sangat rendah atau sangat tinggi (Odum, 1993). Dari hasil pengukuran kelembaban udara pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelembaban ini masih dalam batas toleransi bagi insekta. 117
Rahmawati & Lagiono / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 112-120
Untuk dapat terbang, insekta juga dipengaruhi oleh kecepatan. Kecepatan angin berperan dalam membantu penyebaran insekta, terutama bagi serangga berukuran kecil dan mempengaruhi kandungan air yang tentunya juga berhubungan dengan kelembaban udara, dimana kelembaban udara merupakan faktor fisik yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, maupun perkembangan serangga (Jumar, 2000). Indeks kekayaan species (species richness index) merupakan perhitungan kekayaan jenis spesies dalam suatu komunitas. Indeks kekayaan jenis Richness merupakan indeks yang menunjukkan kekayaan jenis suatu komunitas, dimana besarnya nilai ini dipengaruhi oleh banyaknya jenis dan jumlah individu pada areal tersebut. Besaran Dmg<3,5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong rendah, Dmg=3,5-5 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan Dmg>5 kekayaan jenis tergolong tinggi.Berdasarkan hasil perhitungan indeks kekayaan jenis insekta siang dikawasan hutan lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan besarnya yaitu 2,36, termasuk dalam kategori rendah. Tingkat kemerataan pada suatu komunitas ditunjukkan oleh indeks kemerataan spesies (species eveness index). Indeks kemerataan ini menunjukkan penyebaran individu spesies dalam suatu komunitas. Kemerataan jenis yang didapat sebesar 0,90, yang artinya kemerataan jenis insekta di Kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten tanah Bumbu tergolong merata karena memiliki nilai indeks kemerataan jenis mendekati satu. Kemelimpahan Untuk mengetahui kemelimpahan insekta yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung: Kerapatan Nilai kerapatan tertinggi ditempati oleh jenis Pareronia valeria C, dengan nilai kerapatan sebesar 113/ha dan kerapatan relatifnya 13,43%. Urutan kedua ditempati oleh Catopsilia pamona f dengan nilai kerapatan sebesar 108/ha dan kerapatan nilai relatifnya 12,84%. Urutan ketiga ditempati oleh Maniola sp dengan nilai kerapatannya sebesar 88/ha dan kerapatan relatifnya 10,58%. Urutan keempat ditempati oleh Harmonia aculatadengan nilai kerapatan 71/ha dan kerapatan relatifnya adalah 8,45%. Urutan kelima ditempati oleh Microcentrum sp dengan nilai kerapatannya 64/ha dan kerapatan relatifnya adalah 7,61%. Urutan keenam dan ketujuh ditempati oleh Agriocnemis pygmae dan Chrysomela sp dengan nilai kerapatan sama besar yaitu 60/ha dan kerapatan relatifnya 7,13%. Urutan kedelapan dan kesembilan ditempati oleh Neurethemis tulla dan Adalia decempunctata juga dengan nilai kerapatan sama besar yaitu 51/ha dan kerapatan relatifnya 6,06%. Urutan kesepuluh ditempati oleh Leptocorisa aculata dengan nilai kerapatan 47/ha dan kerapatan relatifnya 5,59%. Urutan kesebelas ditempati oleh Allonemobius fasciatus dengan nilai kerapatan 40/ha dan kerapatan relatifnya 4,76%. Urutan kedua belas Acanthop sp dengan nilai kerapatan 33/ha dan kerapatan
118
Keanekaragaman Dan Kemelimpahan Insekta Siang (Diurnal) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Meranti Kabupaten Tanah Bumbu
relatifnya adalah 3,92%. Urutan ketigabelas ditempati oleh Papilio demolius dengan nilai kerapatannya 24/ha dan kerapatan relatifnya 2,85%. Sedangkan urutan keempatbelas dan terakhir ditempati oleh Componatus gigas dan Dundubia sp dengan nilai kerapatannya masing-masing 15/ha dan 13/ha, kerapatan relatifnya masing-masing 1,79 dan 1,56%. Melimpahnya jenis Pareronia valeria C ini karena memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan habitatnya, dan mencirikan sumber makanan masih banyak, dengan kata lain bila suatu jenis jumlahnya besar dan penyebarannya luas, dapat menunjukkan bahwa jenis ini mampu hidup dengan baik dan dapat memanfaatkan sumber makanan yang ada, sehingga bereproduksi dengan baik dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada. kupu-kupu ini tidak perlu lagi mencari sumber makanan dari tempat lain karena sudah tersedia dari kawasan tersebut. Jadi selain dirasa cukup aman untuk tempat hidupnya, terdapat inang di lokasi tersebut dan juga tersedianya makanan yang cukup, di kawasan penilitian ini banyak ditemukan bunga-bunga perdu liar dan bunga-bunga rumput yang tumbuh yang sangat disukai dan sebagai sumber makanan kupu-kupu ini, sehingga hal ini tentunya menjadi salah satu pendukung kemelimpahan jenis kupu-kupu ini. Menurut Michael (1994), kemelimpahan yang tertinggi mencirikan bahwa suatu spesies mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik dengan habitatnya, juga mencirikan sumber makanan yang cocok, dengan kata lain bila suatu jenis spesies melimpah maka hal ini menunjukkan lingkungan yang baik, sumber makanan, kompetensi, reproduksi, atau kemampuan beradaptasi suatu spesies terhadap habitatnya. Menurut Jumar (2000), perkembangbiakan serangga dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dalam dan faktor luar (lingkungan) dimana tinggi rendahnya populasi suatu jenis serangga pada suatu waktu merupakan hasil antara pertemuan dan faktor tersebut. Dengan demikian yang tertinggi mencirikan bahwa suatu spesies mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik dengan habitatnya, juga mencirikan sumber makanan yang cocok dan melimpah sehingga tingkat reproduksi juga semakin tinggi, kemampuan berkembangbiak yang tinggi, sifat mempertahankan diri, siklus hidup yang lama dan menang dalam kompetisi sehingga bersifat pembawa pathogen bagi serangga lainnya dengan kata lain bila suatu jenis banyak melimpah ini menunjukkan bahwa lingkungan tersebut dalam kondisi yang baik dan terbentuknya stabilitas ekosistem di habitat tersebut.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut: 1.
Jenis insekta siang yang ditemukan di kawasan hutan lindung terdapat 15 jenis yaitu Catopsilia pamona f (kupu-kupu putih), Pareronia valeria C (kupu-kupu kuning), papilio demolius (kupukupu besar), Maniola sp (kupu-kupu coklate), Neurothemis tulla (capung sayap berwarna), Agriocnemis pygmae (capung jarum), Chrysomela sp (kumbang daun), Harmonia aculata (kumbang kubah), Adalia decempunctata (kumbang ladybird), Leptocorisa aculata (walang 119
Rahmawati & Lagiono / Jurnal Pendidikan Hayati Vol.2 No.3 (2016) : 112-120
sangit), Camponotus gigas (semut hitam raksasa), Microcentrum sp(belalang bertanduk), Acanthops sp ( belalang sentadu atau belalang sembah), Dundubia sp (tonggeret), Allonemobius fasciatus (jankrik). 2.
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman insekta siang di kawasan hutan lindung gunung meranti Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan besar indeksnya yaitu 2,45, termasuk dalam kategori sedang. Namun berdasarkan perhitungan indeks kekayaan jenis didapatkan besarnya yaitu 2,36, termasuk dalam kategori rendah.
3.
Indeks kemerataan jenis didapatkan besarnya yaitu 0,90, yang artinya kemerataan jenis insekta di kawasan ini tergolong merata karena memiliki nilai indeks kemerataan jenis mendekati satu. Untuk kerapatan yang tertinggi ditempati oleh jenis Pareronia valeria C, dengan indeks kerapatannya 113/ha, frekuensinya 0,6, kerapatan relatifnya 13,45%, frekuensi relatifenya 11,66%, sedangkan kerapatan terendah dimiliki oleh dundubia sp
yaitu dengan indeks
kerapatannya 13/ha, frekuensinya 0,1, kerapatan relatife (KR)1,56% dan frekuensi relatife nya (FR) 1,94%.
DAFTAR RUJUKAN Borror, Triplehome dan Jhonson. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Jasin,Maskoeri.1987. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata.Surabaya:sinar Wijaya. Jumar.2000. Entomologi Pertanian.Jakarta : Rineka Cipta. Lilies.S. Christina.1994. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta : Kanisius. Michael, E.P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium Indonesia. Jakarta: UI Press. Odum.E.P.1996. Dasar-dasar Ekologi edisi ke-3 terjemahan Tjahyono SamingSamingan. Gadjah Mada. Yogyakarata : University Press.
120