KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI
NUR AFNI FUTRI
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel yang Ditanam Secara Monokultur dan Tumpangsari adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015 Nur Afni Futri NIM A34100070
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
ABSTRAK NUR AFNI FUTRI. Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel yang Ditanam Secara Monokultur dan Tumpangsari. Dibimbing oleh PUDJIANTO. Bawang daun merupakan tanaman semusim dengan kondisi ekologis yang sering berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan tidak stabilnya keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasit dan patogen). Beberapa penelitian di lapangan menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman wortel rendah dapat menarik parasitoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penanaman bawang daun dan wortel secara monokultur dan tumpangsari terhadap keanekaragaman dan kelimpahan artropoda. Percobaan dilakukan pada empat blok (ulangan) dan empat perlakuan dalam rancangan acak kelompok. Keempat perlakuan tersebut adalah: P1) pertanaman bawang daun monokultur; P2) pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot dengan ekstrak daun wortel; P3) pertanaman tumpangsari bawang daun dan wortel; dan P4) pertanaman wortel monokultur. Pengamatan artropoda dilakukan setiap minggu dengan memasang 5 buah yellow sticky trap dan 5 buah pitfall trap pada setiap plot. Artropoda yang terperangkap diidentifikasi dengan menggunakan buku Pengenalan dan Pelajaran Serangga, Insect of Australia, dan Hymenoptera of The World. Analisis data kenekaragaman dan kelimpahan artropoda dilakukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner yang dilanjutkan dengan analisis ragam menggunakan Minitab 1.7. Hasil penilitian menunjukkan bahwa tanaman tumpangsari bawang daun dan wortel tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keanekaragaman artropoda. Artropoda yang mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel adalah Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae), semut (Hymenoptera: Formicidae) dan Collembola. Kata kunci: Artropoda, bawang daun, keanekaragaman, tumpangsari, wortel.
ABSTRACT NUR AFNI FUTRI. Diversity and Abundance of Arthropods on Green Onion and Carrot Grown in Monoculture and Intercropping. Supervised by PUDJIANTO. Green onion is a seasonal crop with ecological conditions that are frequently changed. This makes unstable condition between populations of pests and natural enemies (predators, parasitoids and pathogens). Brief observations in the field found that pest infestations on carrot fields were frequently low. Results of several studies indicated that carrot could attract parasitoids of insect pests. The objective of this research was to study the diversity and abundance of arthropods on green onion and carrot grown in monoculture and intercropping. Experiment with four treatments and four replications was set in randomized complete block design. The treatments were: P1) green onion grown in monoculture; P2) green onion sprayed with carrot leaf extract; P3) green onion and carrot grown in intercropping; and P4) carrot grown in monoculture. Observations of arthropods were conducted by setting pitfall traps and yellow sticky traps weekly. Collected arthropods were identified by using Introduction to The Study of Insects, Insects of Australia, and Hymenoptera of The World. Data were analyzed with ShanonWienner index, and analysis of variance by using Minitab 17. The result indicated that the culture system of green onion and carrot did not affect diversity of arthropods for the whole season. The arthropod community on green onion and carrot was dominated by Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae), ants (Hymenoptera : Formicidae), and Collembola. Keyword: Arthropods, carrot, diversity, green onion, intercropping.
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI
NUR AFNI FUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel yang Ditanam Secara Monokultur dan Tumpangsari”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Pudjianto, MSi. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan, saran, motivasi, serta masukan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, kakak, adik, KC, teman-teman angkatan 46 dan 47 Departemen Proteksi Tanaman, teman-teman di Laboratorium Pengendalian Hayati dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan keilmuan maupun dalam penerapannya di lapangan.
Bogor, Januari 2015 Nur Afni Futri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Penyiapan Lahan Pengamatan Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Sortasi dan Identifikasi Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bwang Daun dan Wortel Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Berdasarkan Peranannya Artropoda Herbivor Artropoda Predator Parasitoid Artropoda Detrivor KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix ix x 1 1 2 2 3 3 3 3 3 4 5 5 6 6 11 11 16 20 23 25 26 31
DAFTAR TABEL 1 2 3
4
5
Jumlah ordo (O), famili (F) dan individu (N) artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel Keanekaragaman artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel Jumlah Ordo (0), famili (F), individu (N) dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) serta analisis ragam (P-value) pada masing-masing perlakuan berdasarkan umur tanaman Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan yellow sticky trap Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan pitfall trap
6 7
10
12 13
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
4 5 6 7 8
Pertanaman bawang daun dan wortel Yellow sticky trap (a) dan pitfall trap (b) pada pertanaman bawang daun dan wortel Jumlah individu artropoda (A) dan indeks keanekaragaman ShanonWienner (H’) (B). ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4). Artropoda herbivor pengorok daun Liriomyza spp. (Diptra: Agromyzidae) yang tertangkap yellow sticky trap Artropoda herbivor Thrips tabacci (Thysanoptera: Thripidae) yang tertangkap yellow sticky trap Artropoda herbivor kutu daun (Hemiptera: Aphididae) yang tertangkap yellow sticky trap (a) dan pitfall trap (b) Beberapa artropoda herbivor yang ditemukan, Diptera: Agromyzidae (a), Thysanoptera: Thripidae (b) dan Hemiptera: Aphididae (c) Artropoda predatror semut (Hymenoptera: Formacidae) yang tertangkap pitfall trap
4 4
9 14 14 15 16 17
9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
Artropoda predator kumbang pengembara (Coleoptera: Staphylinidae) yang tertangkap yellow sticky trap Artropoda predator Laba-laba (Araneae) yang tertangkap yellow sticky trap (a) dan pitfall trap (b). Beberapa artropoda predator yang ditemukan, Coleoptera: Coccinellidae (a), Coleoptera: Staphylinidae (b) dan Hymenoptera: Formicidae (c) Artropoda parasitoid Trichogrammatidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap Artopoda parasitoid Scelionidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap Artropoda parasitoid Diapriidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap Artropoda parasitoid Eulophidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap Beberapa artropoda parasitoid yang ditemukan, Diptera: Tachinidae (a), Hymenoptera: Eucoilidae (b) dan Hymenoptera: Braconidae (c) Artropoda detrivor Collembola yang tertangkap pitfall trap Beberapa artropoda detrivor yang ditemukan, Collembola (a), Acarina (b), Pseudoscorpiones (c) dan Diptera: Phoridae (d)
18 19
20 20 21 22 22 23 24 24
DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel Analisis Ragam dari Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) terhadap Plot Pertanaman Bawang Daun Monokultur (P1), Pertanaman Bawang Daun Monokultur yang Disemprot dengan Ekstrak Daun Wortel (P2), Tumpangsari Bawang Daun dan Wortel (P3) dan Pertanaman Wortel Monokultur (P4)
31
PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting bagi ketahanan pangan nasional. Selain pangsa pasarnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagian besar usaha tani sayuran di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif karena efisien secara finansial dalam pemanfaatan sumber daya domestik (Departemen Pertanian 2004). Bawang daun (Allium fistulosum L.) dan wortel (Daucus carota L.) merupakan komoditas sayuran yang penting di Indonesia dengan keadaan ekologi yang sering berubah. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen). Produksi bawang daun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 16 851 ton, sedangkan produksi wortel pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 46 578 ton (BPS 2013). Pola penanaman dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur atau tumpangsari. Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu. Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan maka perlu tindakan mengurangi serangan hama melalui pemanfaatan musuh alami serangga dan peningkatan keanekaragaman tanaman seperti penerapan pola tanam tumpangsari. Pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengendalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya keefektifan dari musuh alami (Altieri 1999). Tanaman tumpangsari dapat bermanfaat dalam meningkatkan fungsi musuh alami untuk mengendalikan populasi hama dan pemanfaatan lahan secara optimal, sehingga akan membawa keuntungan bagi petani dengan meningkatnya produksi dan kegunaan lahan secara efisien (Newman 1986). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman tanaman dapat menurunkan populasi serangga herbivor. Semakin tinggi keanekaragaman ekosistem dan semakin lama keanekaragaman ini tidak diganggu oleh manusia, semakin banyak pula interaksi internal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas serangga (Southwood, Way 1970). Sebagai contoh, tumpangsari kubis dan tomat dapat menekan populasi hama P. xylostella dan C. pavonana sebesar 97% dan 76.16% (Subhan et al. 2005). Tanaman wortel dapat ditanaman sepanjang tahun. Wortel dapat ditanam pada musim kemarau maupun musim hujan dan membutuhkan kondisi lingkungan yang dingin dan lembab (Cahyono 2002). Tanaman wortel sering ditemukan memiliki populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) rendah dan dapat meningkatkan tingkat parasitisasi parasitoid. Eldriadi (2011) menyatakan bahwa tanaman wortel dapat meningkatkan parasitisasi Diadegma semiclausum. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman wortel mempunyai potensi untuk menyediakan parasitoid yang dapat mengendalikan hama sekitar.
2 Tujuan Mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan artropoda serta peranannya pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang keanekaragaman dan kelimpahan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari.
3
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilakukan di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasil koleksi serangga diidentifikasi di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan April – Juli 2014.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu mikroskop cahaya, kamera, counter, saringan, jarum inokulum, kuas, cawan petri, gunting, klip, ajir, papan triplek (10 cm x 20 cm), gelas plastik, seng penutup, tusuk sate, dan sekop. Bahan yang digunakan antara lain bawang daun (varietas RP), wortel (varietas lokal Cipanas), pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, kertas, alat tulis, kertas tissue, plastik mika (10 cm x 40 cm), plastik taplak berwarna kuning berukuran 10 cm x 40 cm, lem tikus, dan larutan etylene glycol.
Metode Penelitian Penyiapan Lahan Percobaan dilakukan pada empat lahan dalam satu hamparan yang masingmasing digunakan sebagai ulangan/blok. Masing-masing blok memiliki ukuran luas 400 m2 (total: 1600 m2). Setiap blok terdiri dari empat plot percobaan yang berukuran 50 m2 yaitu: 1) plot bawang daun yang ditanam monokultur (P1); 2) plot bawang daun yang ditanam monokultur dengan disemprot ekstrak daun wortel (P2); 3) plot bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel (P3); dan 4) plot wortel yang ditanam secara monokultur (P4) (Gambar 1). Jarak antar plot 2 m yang ditanami dengan tanaman pakcoy sebagai tanaman pembatas. Setiap plot perlakuan dibuat bedengan yang berukuran 1 m x 5 m dan tinggi 20 cm. Jarak antara setiap bedengan adalah 30 cm. Jarak tanam bawang daun untuk monokultur adalah 15 cm x 15 cm, sedangkan untuk tumpangsari 20 cm x 20 cm. Pemberian pupuk kandang dilakukan setelah menentukan plot percobaan secara acak dengan dosis 12 ton/ha. Waktu pemberian pupuk kandang adalah tiga hari sebelum tanam. Bawang daun ditanam secara tegak lurus sebanyak tiga anakan dalam satu lubang, sedangkan untuk wortel bibit disebar sehari setelah penanaman bawang daun. Ekstrak daun wortel untuk P2 diperoleh dengan cara menghaluskan daun wortel sebanyak 0.5 kg kemudian dicampur dengan 17 liter air dan diaplikasikan setiap 2 minggu sekali selama 11 minggu sejak tanaman berumur 3 mst.
4
Gambar 1 Plot percobaan pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanaman secara monokultur dan tumpangsari Pengamatan Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Pengamatan dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu; yellow sticky trap dan pitfall trap. Penentuan titik untuk pemasangan kedua perangkap dilakukan secara Z (zigzag). Masing-masing plot dipasang 5 buah yellow sticky trap dan 5 buah pitfall trap. Pemasangan perangkap dilakukan seminggu sekali selama 24 jam dari 2 mst hingga 12 mst pada waktu yang sama. Yellow sticky trap. Yellow sticky trap merupakan perangkap kuning berperekat yang digunakan untuk menangkap artropoda terbang. Perangkap ini dibuat secara sederhana dengan membuat papan triplek berukuran 10 cm x 20 cm. Papan tersebut kemudian dilapisi plastik taplak berwarna kuning dan digantungkan dengan ajir. Perangkap kuning dilapisi plastik mika yang telah diberi lem tikus pada bagian luar sehingga artropoda yang terperangkap akan menempel (Gambar 2a). Setelah 24 jam plastik mika diambil dan ditutup dengan plastik lainnya agar memudahkan dalam identifikasi. Pitfall trap. Pitfall trap termasuk salah satu perangkap yang digunakan untuk mengamati artropoda permukaan tanah. Alat yang digunakan berupa gelas plastik berdiameter 50 mm dan kedalaman 100 mm. Sepertiga volume gelas plastik diisi etylene glycol dan diletakkan di dalam lubang yang sudah disediakan (Gambar 2b). Etylene glycol digunakan untuk membunuh dan mengawetkan artropoda permukaan tanah yang terperangkap. Seng penutup digunakan agar perangkap tidak terkena air hujan saat dipasang di lapangan.
a
b
Gambar 2 Perangkap yang dipasang di pertanaman bawang daun dan wortel pada (a) yellow sticky trap dan (b) pitfall trap
5 Sortasi dan Identifikasi Artropoda yang terperangkap yellow sticky trap dan pitfall trap diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Pengenalan dan Pelajaran Serangga (Borror et al. 1992), Insect of Australia (Rentz 1993), dan Hymenoptera of the world (Goulet H, Huber JT 1993), serta buku penunjang lainnya.
Pengolahan dan Analisis Data Data percobaan lapangan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2010. Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda diperoleh dengan menghitung indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) (Magurran 1988).
Keterangan: H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = Proporsi jumlah individu tiap famili n = Jumlah famili artropoda yang ditemukan Data keanekaragaman yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program Minitab 1.7 untuk memperoleh hasil analisis ragam, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 0.05%. Untuk data kelimpahan dan peranan artropoda dilakukan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda yang ditemukan pada pertanaman bawang daun dan wortel adalah 117 710 individu yang termasuk dalam 44 famili dan terbagi dalam 12 ordo dengan menggunakan metode yellow sticky trap dan pitfall trap (Tabel 1). Jumlah famili artropoda pada setiap periode pengamatan mengalami peningkatan sehingga jenis artropoda semakin beragam. Kelimpahan artropoda terlihat sangat tinggi pada awal musim tanam (2 hingga 4 mst). Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh tanaman sekitar yang sudah siap panen sehingga banyak artropoda migrasi ke areal pertanaman baru. Sejak 5 mst jumlah artropoda mengalami penurunan yang sangat tinggi, yaitu menjadi 6 257 individu karena pengaruh kondisi cuaca dan curah hujan yang tinggi. Tabel 1 Jumlah ordo (O), famili (F) dan individu (N) artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel Yellow sticky trap Pitfall trap Umur Total tanaman artropoda O F N O F N 2 7 23 10 229 10 18 4 043 14 272 3 6 18 10 795 10 22 13 927 24 722 4 8 19 11 898 10 22 9 447 21 345 5 9 29 3 417 7 11 2 840 6 257 6 8 19 2 547 10 16 4 540 7 087 7 8 30 2 918 9 18 2 961 5 879 8 9 28 2 652 9 17 3 130 5 782 9 8 31 3 560 9 17 2 840 6 400 10 9 32 3 225 8 12 3 111 6 336 11 8 30 7 718 9 14 2 333 10 051 12 8 31 4 809 11 24 4 770 9 579 Total 9 37 63 768 12 30 53 942 117 710 Artropoda yang diperoleh pada pertanaman bawang daun dan wortel tergolong dalam dua klas, yaitu klas Arachnida dan klas Hexapoda. Dari klas Arachnida ditemukan pada ordo Araneae, Acarina dan Pseudoscorpiones, sedangkan dari klas Hexapoda ditemukan pada ordo Collembola (3 famili), Coleoptera (5 famili), Dermaptera (1 famili), Diptera (12 famili), Hemiptera (4 famili), Hymenoptera (12 famili), Lepidoptera (2 famili), Orthoptera (1 famili), dan Thysanoptera (1 famili) ( Tabel 2). Serangga yang banyak ditemukan pada pertanaman bawang daun dan wortel adalah Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) dan Collembola. Selain itu semut (Hymenoptera: Formicidae) juga memiliki kelimpahan yang cukup tinggi.
7 Tabel 2 Keanekaragaman artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel No 1 2 3 4
Ordo Araneae Acarina Pseudoscorpiones Collembola
5
Coleoptera
6 7
Dermaptera Diptera
8
Hemiptera
9
Hymenoptera
10
Lepidoptera
11
Orthoptera Thysanoptera
12
Total individu artropoda
Famili
Entomobryidae Isotomidae Sminthuridae Carabidae Crysomelidae Coccinellidae Scarabaeidae Staphylinidae Forficulidae Agromyzidae Culicidae Muscidae Phoridae Psillidae Psychodidae Sarcophagidae Scatopsidae Syrphidae Tabanidae Tachinidae Tipulidae Aphididae Ciccadellidae Miridae Pentatomidae Braconidae Diapriidae Elasmidae Eucoilidae Eulophidae Evaniidae Formicidae Ichneumonidae Mymaridae Scelionidae Trichogrammatidae Vespidae Amatidae Noctuidae Gryllotalpidae Thripidae
Jumlah individu 225 224 1 36 749 1 112 3 236 52 117 37 304 732 676 46 974 50 62 238 14 4 104 10 2 12 7 87 357 1 184 1 104 29 63 425 921 3 78 627 1 8 351 137 2 980 3 286 26 2 115 28 4 966 117 710
8 Tinggi rendahnya jumlah individu artropoda erat hubungannya dengan ketersediaan sumber makanan yang ada. Ketidakstabilan jumlah individu artropoda pada penelitian ini disebabkan oleh banyak faktor yang menghambat terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau jumlah individu artropoda. Fluktuasi dan perubahan kerapatan populasi artropoda yang terjadi dalam suatu ekosistem disebabkan oleh empat faktor yaitu peningkatan karena kelahiran (natalitas), peningkatan karena masuknya beberapa individu sejenis dari populasi lain (migrasi), penurunan karena kematian (mortalitas), penurunan karena keluarnya beberapa individu dari populasi ke populasi lain (emigrasi) (Tarumingkeng 1992). Tersedianya makanan dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup akan menaikkan populasi dengan cepat. Sebaliknya bila keadaan makanan kurang maka akan menurunkan populasi. Pertumbuhan tanaman dalam penelitian ini dipengaruhi oleh budidaya bawang daun dan wortel yang berbeda, kondisi cuaca yang tidak menentu dan persaingan ketersediaan makanan (Riyanto 1995). Kelimpahan artropoda terjadi pada awal musim tanam saat 2 hinnga 4 mst (Gambar 3A). Kelimpahan individu artropoda banyak ditemukan pada plot pertanaman bawang daun monokultur (P1). Berdasarkan data perhitungan maka diperoleh jumlah individu dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) pada masing-masing perlakuan (Tabel 3). Keanekaragaman jenis artropoda yang ada dapat digunakan untuk menandai jumlah spesies pada suatu daerah tertentu, dimana hubungannya dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman (Michael 1994). Nilai H’ digunakan untuk mengetahui derajat keanekaragaman suatu organisme dalam suatu ekosistem. Indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) pada setiap plot perlakuan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Keanekaragaman artropoda terus meningkat ketika tanaman berumur 5 mst hingga panen (Gambar 3B). Sebaliknya, kelimpahan jumlah individu artropoda semakin rendah. Nilai H’ pada penelitian ini berkisar antara 1.178 hingga 2.051 (Gambar 3B), maka dapat dikatakan indeks keanekaragaman tersebut sedang. Indeks kenaekaragaman dapat dikatakan rendah jika nilai H’<1, dikatakan sedang jika 1
1 (Suwondo 2002). Indeks keanekaragaman akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemerataan kelimpahan spesies (Kedawung 2013). Indeks keanekaregaman (H’) semakin tinggi namun jumlah individu artropoda semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya dominansi jenis artropoda tertentu pada awal mst (Gambar 3). Komunitas yang keanekaragamannya semakin tinggi maka suatu populasi dalam spesies tertentu tidak dapat menjadi dominan. Sebaliknya, jika keanekaragamannya rendah, populasi mungkin dapat menjadi dominan (Oka 1995). Mahrub (1997) mengatakan bahwa perubahan artropoda dan kelimpahan terjadi sejalan perkembangan fase tumbuh tanaman sebagai habitatnya. Semakin tua tanaman, populasi dan komposisi artropoda makin menurun, karena habitatnya menjadi kurang cocok, sehingga banyak serangga berpindah ke habitat baru atau mati bila gagal beradaptasi. Secara umum keanekaragaman berbagai spesies cenderung lebih rendah pada pertanaman agroekosistem, karena terganggu oleh adanya aktivitas manusia dibanding pertanaman yang vegetasinya masih alami yang masih terjaga dan belum ada campur tangan manusia (Odum 1998).
9
A
Jumlah artropoda/ plot
2500 2000 1500 1000 500 0 2
3
4
5
Indeks keanekaragaman (H')
7
8
9
10
11
12
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
B
2.2
Gambar 3
6
2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 2
3
4
5
Jumlah individu artropoda (A) dan indeks keanekaragaman ShanonWienner (H’) (B) ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
Analisis ragam indeks keanekaragaman pada taraf 5% menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 3). Walaupun tidak berbeda nyata namun dapat dibandingkan pada setiap nilai menunjukkan sedikit perbedaan. Keanekaragaman pada P2, P3 dan P4 lebih beragam dibandingkan P1. Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun wortel (P2) dan pola tanam tumpangsari (P3) memberikan sedikit pengaruh terhadap keanekaragaman artropoda.
2
3
4 9 10 10 10 18 23 17 19 1 324 1 399 1 641 2 705 1.466 1.501 1.515 1.252 0.498
8 10 9 9 24 27 23 27 1 576 1 487 1 283 1911 1.583 1.804 1.751 1.790 0.448
5
0.561
1.683 1.851 1.734 1.880
1 521 1 565 1 494 1 404
27 27 27 26
10 11 10 10
Umur tanaman (mst) 6 7
0.730
1.751 1.644 1.804 1.788
1 651 1 491 1 456 1 184
28 26 23 25
10 10 9 9
8
0.820
1.793 1.700 1.750 1.816
1 814 1 083 1 457 2 046
28 27 30 27
9 10 10 10
9
0.843
1.948 1.914 2.108 1.864
1 403 1 355 1 788 1 790
26 27 25 31
9 9 9 10
10
0.900
1.747 1.844 1.721 1.827
2 276 1815 2 963 2 997
28 28 30 26
11 9 11 9
11
31 31 24 27
11 11 10 10
12
0.192
1.973 2.051 1.678 1.915
2 369 2 437 2 547 2 226
P1 (Pertanaman bawang daun monokultur); P2 (Pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel); P3 (Pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel); P4 (Pertanaman wortel monokultur). bHasil analisis ragam dari indeks keanekaragaman Shanon-Wienner tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
a
P1 10 10 11 P2 10 11 10 P3 8 11 12 P4 10 11 10 Jumlah Famili (F) P1 24 23 27 P2 26 23 25 P3 25 24 26 P4 24 23 24 Jumlah individu artropoda (N) P1 4 626 9 845 6 198 P2 4 452 6 092 6 650 P3 3 111 3 906 3 980 P4 2 083 4 879 4 517 Indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) P1 1.178 1.339 1.398 P2 1.243 1.244 1.368 P3 1.287 1.290 1.485 P4 1.545 1.239 1.449 Analisis ragam 0.561 0.930 0.950 (P-value)b
Jumlah Ordo (O)
Perlakuan a
Tabel 3 Jumlah ordo (O), famili (F), individu (N) dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) serta analisis ragam (P-value) pada masing-masing perlakuan berdasarkan umur tanaman
10
11 Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Berdasarkan Peranannya Artropoda memiliki berbagai peran dalam rantai makanan disuatu ekosistem, diantaranya adalah sebagai herbivor, predator, parasitoid dan detrivor. Selain itu artropoda juga ada yang berperan lain yang tidak termasuk dalam keempat peran tersebut karena tidak terlalu jelas peranannya dalam ekosistem alami (Odum 1998) bawang daun dan wortel. Dalam penelitian ini artropoda dikelompokkan berdasarkan peranannya masing-masing (Tabel 4 dan Tabel 5). Yellow sticky trap atau perangkap kuning berperekat merupakan perangkap untuk artropoda terbang. Perangkap ini dapat digunakan sebagai pengendalian mekanis dalam menekan populasi hama. Jumlah individu yang tertangkap pada yellow sticky trap sebanyak 63 768 individu yang termasuk kedalam 37 famili dan terdiri dari 8 ordo. Artropoda dominan pada perangkap ini adalah Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) yang merupakan hama utama pada pertanaman bawang daun. Pitfall trap atau perangkap lubang jebak merupakan perangkap untuk artropoda permukaan tanah. Artropoda yang terperangkap berjumlah 53 942 individu yang termasuk kedalam 30 famili dan terdiri dari 12 ordo. Artropoda yang mendominasi pitfall trap adalah ordo Collembola yang merupakan detrivor atau pengurai bahan organik di tanah. Kelimpahan Collembola yang tinggi disebabkan oleh bahan organik berupa pupuk kandang yang digunakan pada saat penyiapan lahan. Artropoda herbivor Artropoda herbivor merupakan artropoda yang memakan tumbuhtumbuhan sehingga dapat menurunkan nilai ekonomi hasil produksi tanaman (Borror et al. 1996). Artropoda herbivor pada yellow sticky trap memiliki persentase 80% dari total individu artropoda yellow sticky trap. Jumlah artropoda herbivor tertinggi berasal dari pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2) meskipun jumlah individunya tidak jauh berbeda dengan pertanaman bawang daun monokultur (P1). Kelimpahan artropoda herbivor pada pola tanam tumpang sari (P3) dan pertanaman wortel monokultur (P4) tidak sebanyak P2 dan P1 (Tabel 4). Persentase artropoda herbivor pada pitfall trap sebesar 7% dari total individu artropoda pitfall trap. Kelimpahan hama pada P1 dan P2 lebih tinggi dibandingkan pada P3 dan P4. Artropoda herbivor yang mendominasi petak percobaan adalah pengorok daun Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae). Pengorok daun merupakan hama penting pada bawang daun yang meninggalkan lubang bekas liang korokan pada daun bawang. Kelimpahan pengorok daun pada pertanaman bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel (P2) tinggi sejak awal tanam (Gambar 4). Penurunan pengorok daun sejak 5 mst disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor pertanaman sekitar yang siap panen sehingga banyak artropoda yang bermigrasi ke areal pertanaman. Faktor cuaca pada saat penelitian yang tidak stabil dengan intensitas hujan yang banyak menghambat aktivitas artropoda sehingga dapat mempengaruhi kelimpahan artropoda. Warsito (2004) menyebutkan bahwa faktor cuaca memberikan pengaruh terhadap penurunan populasi Liriomyza spp.
12 Tabel 4 Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari yang ditangkap dengan yellow sticky trap Peranan Herbivor Coleoptera Diptera
Famili
P1
Crysomelidae 37 Agromyzidae 11 442 Psillidae 0 Scatopsidae 0 Hemiptera Aphididae 172 Ciccadellidae 277 Miridae 7 Pentatomidae 11 Lepidoptera Noctuidae 7 Amatidae 0 Thysanoptera Thripidae 1 088 Predator Araneae 10 Coleoptera Coccinellidae 8 Carabidae 66 Staphylinidae 194 Dermaptera Forficulidae 163 Diptera Muscidae 6 Syrphidae 4 Tabanidae 3 Hymenoptera Formicidae 13 Vespidae 2 Parasitoid Diptera Tachinidae 28 Sarcophagidae 7 Hymenoptera Braconidae 99 Diapriidae 199 Elasmidae 2 Eulophidae 148 Evaniidae 1 Ichneumonidae 12 Mymaridae 0 Scelionidae 298 Trichogrammatidae 579 Detrivor Diptera Phoridae 45 Coleoptera Scarabaeidae 5 Artropoda yang belum diketahui peranannya Diptera Culicidae 15 Psychodidae 1 266 Tipulidae 75 Grand total
Perlakuan P2 P3
P4
Total
32 12 067 0 1 157 260 7 9 10 1 934
23 10 828 0 0 149 197 11 16 4 0 1 473
24 9 758 14 1 153 360 4 24 8 1 1 534
117 44 095 14 2 631 1 094 29 60 29 2 4 949
22 5 32 170 177 9 1 1 15 9
13 3 72 159 135 16 1 2 19 4
14 5 82 173 181 7 6 1 21 11
59 21 252 696 656 38 12 7 68 26
30 0 99 174 1 132 0 13 1 188 498
14 1 123 191 0 169 0 47 1 232 916
15 2 102 258 0 160 0 34 0 260 1 155
87 10 423 822 3 609 1 106 2 978 3 148
59 8
57 3
76 8
237 24
11 732 85
10 953 82
14 1 167 91
50 4 078 333 63 768
13 Tabel 5
Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari yang ditangkap dengan pitfall trap
Ordo Herbivor Diptera Hemiptera
Lepidoptera Orthoptera Thysanoptera Predator Araneae Coleoptera
Dermaptera Diptera Hymenoptera Parasitoid Hymenoptera
Detrivor Acarina Collembola
Famili
P1
P4
Jumlah
Agromyzidae Aphididae Ciccadellidae Pentatomidae Noctuidae Gryllotalpidae Thripidae
1 025 206 7 0 29 8 12
903 146 0 2 31 9 0
534 102 2 0 10 8 2
417 99 1 1 16 3 3
2 879 553 10 3 86 28 17
Carabidae Coccinellidae Staphylinidae Forficulidae Muscidae Formicidae
27 10 4 10 4 3 2 059
40 7 3 5 3 2 1 861
37 9 4 12 6 1 2 336
62 2 5 9 7 18 2 027
166 28 16 36 20 24 8 283
0 26 26 3 3 1 30
1 20 19 1 7 0 57
1 34 21 5 10 1 32
0 19 12 9 11 0 19
2 99 78 18 31 2 138
95 50 9 208 6 014 340 64 1 101 384 1 0 6 19 0 1
57 8 237 183 665 0 14 0
224 36 749 1 112 3 236 1 52 1
17 10
24 26
Braconidae Diapriidae Eucoilidae Eulophidae Ichneumonidae Scelionidae Trichogrammatidae
32 13 290 525 1 086 Diptera 0 Coleoptera 13 Pseudoscorpiones 0 Artropoda yang belum diketahui peranannya Diptera Tipulidae 0 Psychodidae 13 Grand total
Perlakuan P2 P3
Entomobryidae Isotomidae Sminthuridae Phoridae Scarabaeidae
5 2
2 1
53 942
14
Jumlah individu hama/ 5 perangkap
800 700 600 500 400 300 200 100 0 2
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Gambar 4 Artropoda herbivor pengorok daun Liriomyza spp. (Diptra: Agromyzidae) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
Jumlah individu hama/ 5 perangkap
Artropoda herbivor lain yang banyak ditemukan adalah Thrips tabacci (Thysanoptera: Thripidae). Trips adalah serangga pemakan tumbuh-tumbuhan dan merusak tanaman-tanaman budidaya. Trips termasuk hama penting yang menurunkan nilai ekonomi pada pertanaman bawang daun. Peningkatan jumlah individu trips terjadi pada 4 mst dan mencapai puncaknya pada 11 mst (Gambar 5). 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Gambar 5 Artropoda herbivor Thrips tabacci (Thysanoptera: Thripidae) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4).
15
Jumlah individu hama/ 5 perangkap
Trips lebih banyak ditemukan pada P4 dan P3 dibandingkan pada P2 dan P1. Tinggi rendahnya individu trips dipengaruhi oleh lingkungan seperti cuaca dan pertanaman sekitarnya. Ketika ketersediaan makanan di suatu habitat berkurang maka hama akan mencari habitat lain. Artropoda herbivore lainnya adalah kutu daun (Hemiptera: Aphididae). Kelimpahan kutu daun banyak ditemukan pada pitfall trap. Keberadaan kutu daun pada yellow sticky trap ditemukan ketika tanaman berumur 5, 7, 9 hingga 12 mst. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan tanaman wortel baru muncul ketika tanaman berumur sekitar 5 mst (Gambar 6A). Kutu daun banyak ditemukan pada P1 dan P2, jumlah individu kutu daun pada P3 lebih rendah dibandingkan dengan plot lainnya (Tabel 4). Jumlah individu kutu daun meningkat pada saat 9 dan 10 mst sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman yang semakin rimbun. A
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jumlah individu hama/ 5 perangkap
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
B
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2
3
4
5
Gambar 6 Artropoda herbivor kutu daun (Hemiptera: Aphididae) yang tertangkap yellow sticky trap (A) dan pitfall trap (B). ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4) Kutu daun pada pitfall trap banyak ditemukan ketika tanaman berumur 2 mst. Puncak populasi kutu daun terjadi pada saat tanaman berumur 11 mst
16 (Gambar 6B). Kutu daun yang terperangkap pada pitfall trap merupakan kutu daun yang terdapat di pangkal bawang daun atau wortel dekat pemasangan perangkap. Keberadaan kutu daun dipengaruhi oleh faktor cuaca, pertanaman sekitar ataupun keberadaan predator pemangsa kutu daun. Artropoda herbivor selanjutnya adalah larva dan imago ngengat (Lepidoptera: Noctuidae). Artropoda herbivor yang ditemukan dengan yellow sticky trap sebagian besar berupa imago dengan kelimpahan sangat kecil sedangkan pada pitfall trap merupakan larva yang berkisar antara instar 2 hingga instar akhir. Ngengat ini banyak ditemukan pada P2 namun tidak berbeda jauh dengan perlakuan lainnya. Jumlah individu imago ngengat Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) yang terperangkap pada yellow sticky trap tidak menentu keberadaannya. Larva Noctuidae yang ditemukan pada pitfall trap merupakan ulat tanah Agrotis ipsilon (Lepidoptera: Noctuidae) banyak dijumpai pada pertanaman ini namun yang terperangkap hanya sedikit. Hama yang sering ditemukan menyerang pertanaman wortel menurut Pitojo (2006) berasal dari ordo Lepidoptera famili Noctuidae (Hyposidra sp., Agrotis sp., dan Heliothis assulta), Diptera (Psillidae) dan Hemiptera (Pentatomidae). Artropoda herbivor lain pada pertanaman bawang daun dan wortel berasal dari ordo Diptera (Psillidae dan Scatopsidae), Hemiptera (Ciccadellidae, Miridae dan Pentatomidae) dan Lepidoptera (Amatidae). Sementara untuk artropoda herbivor dari famili Crysomelidae (Coleoptera) dengan jumah individu yang cukup banyak berasal dari tanaman pakcoy. Orong-orong (Orthoptera: Gryllotalpidae) banyak ditemukan pada permukaan tanah. Orong-orong merupakan serangga penggali tanah yang memiliki ukuran tubuh dari sedang hingga dewasa.
a Gambar 7
b
c
Beberapa artropoda herbivor yang ditemukan, Diptera: Agromyzidae (a), Thysanoptera: Thripidae (b) dan Hemiptera: Aphididae (c)
Artropoda Predator Artropoda predator adalah artropoda yang bebas dengan membunuh lebih dari satu mangsa (serangga atau artropoda lainnya) sebagai makanannya untuk melengkapi pertumbuhannya (Borror et al. 1996). Keberadaan artropoda predator sebesar 2% dari total individu artropoda yang terdapat pada yellow sticky trap. Sedangkan pada pitfall trap keberadaan predator sebesar 16% dari total individu artropoda pada pitfall trap. Predator yang banyak ditemukan adalah kelompok kumbang predator, lalat, laba-laba dan semut. Predator yang mendominasi adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) yang terperangkap pitfall trap. Semut (Hymenoptera: Formicidae) merupakan artropoda predator yang mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel pada pitfall trap sedangkan pada yellow sticky trap kelimpahannya sangat sedikit karena pada dasarnya semut
17
Jumlah individu predator/ 5 perangkap
merupakan predator yang berada pada permukaan tanah. Semut adalah serangga yang paling sukses beradaptasi pada setiap habitat di ekosistem daratan. Semut mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah melalui aktivitasnya dalam menggali terowongan dan membuat sarang di dalam tanah serta mengangkut butiran tanah dan bahan organik, baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga mempengaruhi aliran energi dan hara dalam ekosistem (Holdobler dan Wilson 1999). Banyak spesies semut berperan sebagai predator bagi Collembola (Greenslade 1991). Herlinda (1999) dan Yaherwandi (2005) melaporkan bahwa semut merupakan serangga yang dominan di lahan-lahan persawahan Cianjur. Semut merupakan serangga omnivora yang dapat memangsa berbagai jenis serangga lain. Pada yellow sticky trap puncak kelimpahan semut terjadi pada 11 mst. Peningkatan jumlah semut ini seiring pertumbuhan tanaman. Semut pada pitfall trap memiliki kelimpahan yang sangat tinggi. Keberadaan semut pada 2 hingga 4 mst sangat tinggi karena banyak semut yang tinggal dalam tanah (Gambar 8). Selain itu kelimpahan semut dipengaruhi oleh mangsanya. Jumlah individu semut menurun pada 5 mst karena pengaruh cuaca dan ketersediaan pakan yang juga mengalami penurunan sehingga pola fluktuasi hama dengan predator tidak berbeda jauh. 140 120 100 80 60 40 20 0 2
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Gambar 8 Artropoda predator semut (Hymenoptera: Formacidae) yang tertangkap pitfall trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4) Predator lain adalah kumbang yang berasal dari ordo Coleoptera famili Staphylinidae. Kumbang ini seringkali terlihat di sekitar material yang sedang membusuk. Mereka juga terdapat di bawah batu dan benda-benda lain di atas tanah. Kebanyakan jenis kumbang ini sebagai pemangsa (Borror et al. 1996). Kumbang Staphylinidae banyak ditemukan sebagai pemangsa tungau. Kelimpahan kumbang Staphylinidae cukup tinggi pada yellow sticky trap saat umur tanaman 5 dan 7 mst (Gambar 9). Jika dibandingkan dengan artropoda hama, pada 5 mst kelimpahan hama menurun sedangkan predator kumbang
18
Jumlah individu predator/ 5 perangkap
Staphylinidae meningkat. Dapat dikatakan adanya hubungan dalam rantai makanan antara predator dan hama. Kelimpahan predator Staphylinidae pada pitfall trap banyak ditemukan pada P1 dan P3. Keberadaan kumbang Staphylinidae pada pitfall trap terlihat saat tanaman berumur 3, 6, 7, 9 hingga 12 mst. Tidak ditemukannya kumbang Staphylinidae pada 4, 5 dan 8 mst dapat terjadi karena kondisi lingkungan dan pengaruh dari pertanaman sekitar atau ketersediaan pakan yang kurang. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Gambar 9 Artropoda kumbang predator (Coleoptera: Staphylinidae) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4) Artropoda predator selanjutnya adalah laba-laba (Araneae) yang banyak dijumpai di dalam tanah namun keimpahannya rendah. Laba-laba berperan sebagai predator bagi artropoda lainnya, antara lain Collembola dan semut (Schlutz, McGlynn 2000). Sebagian besar laba-laba yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk dalam famili Oxyopidae dan Lycosidae. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan pakan seperti Spodoptera exigua yang banyak ditemukan di lapangan. Penurunan terjadi ketika 5 mst pada semua perlakuan karena pengaruh cuaca yang tidak menentu dengan curah hujan yang tinggi. Jumlah individu mengalami peningkatan kembali seiring pertumbuhan tanaman. Pada perangkap pitfall trap keberadaan predator kumbang tanah ini tidak menentu, predator banyak ditemukan pada P1 dan memiliki kelimpahan yang tinggi ketika tanaman berumur 8 dan 9 mst. Keberadaan predator berhubungan erat dengan ketersediaan mangsanya yaitu serangga herbivor maupun detrivor. Laba-laba banyak ditemukan pada pitfall trap sejak awal mst (2 dan 3 mst). Kelimpahannya banyak terdapat pada pertanaman wortel monokultur (P4). Ketika 5 mst kelimpahan artropoda mengalami penurunan jumlah individu (Gambar 10A). Kelimpahan laba-laba pada yellow sticky trap lebih rendah dibandingkan dengan pitfall trap. Keberadannya terlihat pada 5, 7, 10 dan 12 mst
19
Jumlah individu predator/ 5 perangkap
(Gambar 10B). Keberadaan laba-laba dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor cuaca, keberadaan mangsa, pertanaman sekitar, dan aktivitas petani. Selanjutnya terdapat predator dari ordo Coleoptera famili Carabidae yang banyak ditemukan pada yellow sticky trap. Kumbang ini merupakan pemangsa serangga-serangga lain. Hampir sebagian kumbang ini pemakan telur dan ulat (larva). Kumbang ini lebih banyak ditemukan pada pertanaman wortel monokultur (P4) dan pola tanam tumpangsari (P3). Jumlah individu Carabidae meningkat ketika umur tanaman 3 mst pada P2 dan P4, sedangkan pada P1 dan P3 jumlah individu meningkat pada 4 mst. A
5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Jumlah individu predator/ 5 perangkap
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
B
2.5 2 1.5 1 0.5 0 2
3
4
5
Gambar 10 Artropoda predator laba-laba (Araneae) yang tertangkap pitfall trap (A) dan yellow sticky trap (B). ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4) Hampir sebagian besar predator berasal dari ordo Diptera seperti famili Muscidae, Syrphidae dan Tabanidae. Lalat yang berasal dari famili Muscidae adalah Coenosia humilis yang merupakan predator pada hama Liriomyza spp. (Harwanto et al. 2004). Predator lain dari famili Vespidae (Hymenoptera), Forficulidae (Dermaptera), dan Coccinellidae (Coleoptera).
20
a
b
c
Gambar 11 Beberapa artropoda predator yang ditemukan, Coleoptera: Coccinellidae (a), Coleoptera: Staphylinidae (b) dan Hymenoptera: Formicidae (c)
Jumlah individu parasitoid/ 5 perangkap
Parasitoid Borror et al. (1996) menyebutkan bahwa artropoda predator dan parasitoid termasuk musuh alami yang dapat digunakan untuk pengendalian hama secara hayati. Parasitoid memiliki inang yang spesifik dan berukuran relatif lebih kecil. Jumlah individu parasitoid yang ditemukan pada yellow sticky trap lebih tinggi dibandingkan pitfall trap karena parasitoid merupakan artropoda terbang. Jumlah individu parasitoid sebesar 10% dari total individu artropoda yellow sticky trap dan 1% dari total individu artropoda pitfall trap. Hampir seluruh parasitoid berasal dari ordo Hymenoptera (Braconidae, Diapriidae, Elasmidae, Eucoilidae, Eulophidae, Evaniidae, Ichneumonidae, Mymaridae, Scelionidae, dan Trichogrammatidae) dan yang berasal dari ordo Diptera (Tachinidae dan Sarcophagidae). Parasitoid yang mendominasi areal pertanaman yang tertangkap yellow sticky trap berasal dari famili Trichogrammatidae. Trichogrammatidae adalah kelompok yang paling terkenal dan telah secara meluas dipakai sebagai satu agen pengendalian biologi. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2
Gambar 12
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Artropoda parasitoid Trichogrammatidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
21
Jumlah individu parasitoid/ 5 perangkap
Trichogrammatidae merupakan parasitoid pada telur serangga dari ordo Lepidoptera (Borror et al. 1996). Jumlah individu Trichogrammatidae melimpah pada pertanaman wortel monokultur (P4) dan juga pada P1 serta P3 namun pada P2 rendah. Ekstrak daun wortel pada P2 belum memperlihatkan pengaruhnya terhadap pertanaman bawang daun. Kelimpahan Trichogrammatidae terjadi pada 4 dan 7 mst dan mencapai puncaknya pada 10 mst seiring dengan pertumbuhan tanaman yang semakin rimbun dan inang parasitoid yang ada (Gambar 12). Penurunan populasi terjadi pada 5 mst seperti halnya artropoda hama dan predator karena pengaruh cuaca. Pertanaman pembatas (pakcoy) memberikan pengaruh terhadap keberdaan dan kelimpahan Trichogrammatidae. Scelionidae merupakan serangga yang memarasit telur laba-laba, ordo Orthoptera, Hemiptera, Diptera, Lepidoptera dan Coleoptera (Borror et al. 1996). Parasitoid yang berasal dari famili Scelionidae (Hymenoptera) juga mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel pada yellow sticky trap sedangkan pada pitfall trap sangat sedikit jumlah individu Scelionidae yg ditemukan. Jumlah individu Scelionidae banyak ditemukan pada P1. Peningkatan populasi saat tanaman berumur 4, 7 dan 10 mst pada semua perlakuan seiring dengan pertumbuhan tanaman yang semakin rimbun (Gambar 13), namun peningkatan terus terjadi pada P1 dan P2 sedangkan P3 dan P4 mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena kondisi cuaca dan pengaruh dari tanaman sekitarnya. 25 20 15 10 5 0 2
Gambar 13
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Artropoda parasitoid Scelionidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4).
Dalam ordo yang sama, kelimpahan populasi dari famili Diapriidae juga memiliki jumlah populasi yang melimpah pada P4 dengan kedua metode. Namun kelimpahan pada yellow sticky trap lebih besar daripada pitfall trap. Diapriidae merupakan serangga parasit Diptera yang belum dewasa (Borror et al.1996). Pada yellow sticky trap puncak populasi parasitoid Diapriidae terjadi saat tanaman berumur 12 mst (Gambar 14). Penurunan populasi terjadi pada 5 mst karena intensitas hujan sehingga serangga yang menempel pada perangkap akan terjatuh.
22
Jumlah individu parasitoid/ 5 perangkap
Ketersediaan inang parasit juga mempengaruhi peningkatan dan penurunan keanekaragaman dan jumlah individu artropoda. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Gambar 14 Artropoda parasitoid Diapriidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
Jumlah individu parasitoid/ 5 perangkap
Parasitoid lainnya adalah Eulophidae (Hymenoptera) yang memarasit pengorok daun Liriomyza spp.. Rauf (1999) mengatakan parasitoid yang menyerang Liriomyza spp. didominansi oleh famili Eulophidae (Hemiptarsenus varicornis, Neochrysocaris, Granotoma sp) dan famili Braconidae (Fliert et al. 1999). Jumlah individu Eulophidae pada 5 dan 11 mst meningkat seiring pertumbuhan tanaman (Gambar 15). 25 20 15 10 5 0 2
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Gambar 15 Artropoda parasitoid Eulophidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
23 Parasitoid Famili Eulophidae banyak ditemukan pada P3 dan P4. Puncak kelimpahan Eulophidae terjadi ketika tanaman berumur 11 mst karena semakin rimbunnya areal pertanaman terutama wortel. Parasitoid dengan perangkap pitfall trap menunjukkan jumlah individu yang rendah. Keberadaan parasitoid pitfall trap ditemukan pada 6, 7 dan 9 mst. Kelimpahan populasi parasitoid pada pertanaman bawang daun dan wortel hampir sebagian terjadi pada 11 mst. hal disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan yang sudah memasuki musim panas sehingga aktivitas parasitoid atau artropoda lainnya kembali seperti semula. Parasitoid yang berasal dari ordo Hymenoptera lainnya adalah Braconidae, Elasmidae, Evaniidae, Ichneumonidae dan Mymaridae dan dari ordo Diptera adalah Tachinidae.
a Gambar 16
b
c
Beberapa artropoda parasitoid yang ditemukan, Diptera: Tachinidae (a), Hymenoptera: Eucoilidae (b) dan Hymenoptera: Braconidae (c)
Artropoda Detrivor Artropoda detrivor merupakan artropoda yang sangat mendominasi pitfall trap, keberadaanya 76% dari total individu artropoda pitfall trap dan 1% dari total individu artropoda yellow sticky trap. Detrivor yang mendominasi pertanaman ini adalah Collembola. Pada yellow sticky trap yang ditemukan adalah lalat phorid (Diptera: Phoridae). Kelimpahan Collembola pada awal mst sangat tinggi karena kandungan bahan organik yang berupa pupuk kandang masih banyak di tanah. Collembola merupakan artropoda penghuni tanah dan serasah terbanyak (Gunadi 1993). Collembola berperan membantu mempercepat perombakan bahan organik di tanah (Greenslade 1991). Pada 5 mst jumlah individu Collembola menurun drastis hingga <1000 individu (Gambar 17). Hal ini dikarenakan meningkatnya pemangsaan Collembola, antara lain oleh pemangsa kelompok Arachnida. Faktor lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap aktivitas Collembola. Collembola yang hidup di permukaan tanah bermigrasi masuk ke lapisan bawah serasah atau pori-pori tanah pada keadaan yang sangat kering dan banyak hujan (Bengtsson et al. 1994). Detrivor lain yang terdapat pada pertanaman bawang daun dan wortel adalah kumbang Scarabaeidae (Coleoptera), tungau (Acarina) dan kalajengking palsu (Pseudoscorpiones) yang tertangkap pada pitfall trap. Tungau merupakan detrivor yang terdapat di dalam tanah dan reruntuhan organik. Tungau adalah artropoda pemakan bahan busuk/ bangkai dan membantu pemecahan dalam reruntuhan hutan (Borror et al. 1996).
Jumlah individu detrivor/ 5 perangkap
24 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2
Gambar 17
3
4
5
6 7 8 9 Umur tanaman (mst)
10
11
12
Artropoda detrivor Collembola yang tertangkap yang tertangkap pitfall trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
Banyak faktor yang memengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan artopoda seperti faktor cuaca, budidaya tanaman bawang daun dan wortel, pemeliharaan tanaman serta pengaruh pertanaman sekitar. Waktu penanaman yang berbeda dengan pertanaman sekitar membuat artropoda dapat bermigrasi ketika habitat sudah tidak cocok dan cadangan makan tidak tersedia. Curah hujan merupakan faktor lingkungkan yang menghambat aktivitas artropoda di areal pertanaman.
a
b
c
d
Gambar 18 Beberapa artropoda detrivor yang ditemukan, Collembola (a), Acarina (b), Pseudoscorpiones (c) dan Diptera: Phoridae (d) Artropoda yang belum diketahui peranannya dalam penelitian ini adalah lalat ngengat (Diptera: Psychodidae), nyamuk (Diptera: Culicidae dan Tipulidae). Psychodidae (Diptera) atau disebut lalat ngengat merupakan lalat penghisap darah (Borror et al. 1996). Lalat ini banyak terdapat di kamar mandi atau selokan dekat pemukiman masyarakat. Seperti halnya nyamuk Culicidae dan Tipulidae. Jumlah serangga jumlah serangga Psychodidae sangat banyak ditemukan pada yellow sticky trap. Artropoda lainnya adalah Tipulidae (Diptera) yang berasal dari got dekat areal pertanaman dan sekitar pemukiman warga.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda yang diperoleh dari kedua perangkap (yellow sticky trap dan pitfall trap) memiliki jumlah yang tinggi. Artropoda yang ditemukan umumnya merupakan artropoda herbivor dan artropoda detrivor yang mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel yaitu Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) dan Collembola. Artropoda predator dan parasitoid yang mendominasi adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) dan Trichogrammatidae (Hymenoptera). Pola tanam tumpangsari memberikan sedikit pengaruh dalam menekan artropoda hama, namun ekstrak daun wortel tidak memberikan pengaruh terhadap pertanaman bawang daun dan wortel.
Saran Perlu dilakukan pengamatan lanjutan mengenai artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel dengan kondisi lahan yang lebih luas dan jauh dari pertanaman luar. Perlu juga dilakukan pengujian yang lebih spesifik mengenai ekstrak daun wortel.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri MA. 1999. The ecological role of biodiversity in agroecosystems. Agriculture, Ecosystems and Environment. 74 (1): 19-31. Bengtsson G, Hedlund K, Rundgren S. 1994. Food and density dependent dispersal: evidence from a soil Collembolan. J Anim Ecol. 63: 513-520. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1989. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Partosodjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik bawang daun Indonesia 2013 [Internet]. [diunduh 2014 Juni 11]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/ eng/tabsub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab= 61 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik wortel Indonesia 2013 [Internet]. [diunduh 2014 Juni 11]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/eng/tab_sub/ view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab=65. Cahyono B. 2002. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Wortel .Yogyakarta (ID): Kanisius. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2004. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Jakarta (ID): Departemen Pertanian. Eldriadi Y. 2011. Peran berbagai jenis tanaman tumpangsari dalam pengelolaan hama utama dan parasitoidnya pada kubis bunga organik [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas. Fliert E, Tantowijoyo W, Lagnaoui A. 1999. Participatory needs and opportunity assessment for potato IPM development planning: the case of Indonesia. Di dalam: Impact on Changing World (Program Report 1997-1998). Lima (PE): International Potato Center. 171-177 Greenslade PJ. 1991. Collembola. Di dalam Naumann ID (ed). The Insect of Australia Vol 1. CSIRO. Victoria (AU): Melbourne University Press Carlton. Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Reserch Branch Agriculture Canada. Gunadi B. 1993. Decomposition and nutrient fllow in a pine forest plantation in Central Java [tesis]. Amsterdam (NL): Vrije Universiteit. Harwanto, Rauf A, Maryana N, Hindayana D. 2002. Lalat predator Coenosia humilis Meigen (Diptera: Anthomyiidae) di pertanaman kentang: kelimpahan, pemangsaan dan pengaruh budidaya tanaman. Di dalam: Makalah Seminar Program Pascasarjana; Bogor, 7 Oktober 2002. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana. Herlinda S. 2005. Parasitoid dan Parasitasi Plutella xylostella L. (Lepidoptera : Yponomeutidae) di Sumatera selatan. J Hayati. Desember 2005. 151-156. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey (US): Princeton University Press. Mahrub E. 1997. Struktur komunitas artropoda pada ekosistem padi tanpa perlakuan insektisida. Di dalam Prosiding Konggres Perhimpunan
27 Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. 1997 Juni 24-26, Bandung (ID). Michael P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapang dan Laboratorium. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Newman SM. 1986. A pear and vegetable interculture system: land equivalent ratio light use eficiency and productivity. Experimental Agriculture. 22(4):383 – 392. Odum EP. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Parella MP. 1987. Biology of Liriomyza. Ann Rev Entomol. 32: 201-224. Pitojo S. 2006. Benih Wortel. Jakarta: Kanisius. Rentz DCF. 1991. The Insect of Australia: A Textbook for Students and Research Workers, Volume 1,2nd Edition. Carlton (AU): CSIRO, Melbourne University Press. Riyanto. 1985. Ekologi Dasar. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang. Schulz A, McGlynn. 2000. Influence of forest type and tree canopies on canopy ants (Hymenoptera: Formicidae) in Budongo Forest Uganda. Oecologia. 133: 224 232. Southwood RE, Way MJ. 1970. Ecological background to pest management. Di dalam: Rabb RC dan Guthrie FE, editor. Concepts of Pest Management. Raleigh (USA): North Carolina State University. hlm 6 – 29. Subhan, Setiawati, Nurtika. 2005. Pengaruh Tumpangsari Tomat dan Kubis Terhadap Perkembangan Hama dan Hasil. J. Hortikultura. 15 (1): 22 – 28. Suwondo. 2002. Komposisi dan keanekaragaman mikro artropoda pada tanah sebagai indikator karakteristik biologi pada tanah gambut. Jurnal Natur Indonesia. 4(2):112-186. Swift MJ, Vandermeer J, Ramakrishnan PS, Anderson JM, Ong CK, Hawkins BA. 1996. Biodiversity and agroecosystem function. Di dalam: Mooney HA, Cushman JH, Medina E, Sala OE, Schulze ED, editor. Functional Roles of Biodiversity: A Global Perspective. New York (US): John Wiley Tarumingkeng RC. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Bogor (ID): IPB Press. Tarumingkeng RC. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Bogor (ID). IPB Press. Tjahjadi. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius. Warsito. 2004. Keanekaragaman, kelimpahan dan peranan musuh alami lalat pengorok daun Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada tanaman kentang Solanum tuberosum L [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yaherwandi. 2005. Keanekaragaman Hymenoptera parasitoid pada beberapa tipe lanskap pertanian di daerah aliran sungan (DAS) Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
31 Lampiran 1
Tabel Analisis Ragam dari Indeks Keanekaragaman ShanonWienner (H’) terhadap Plot Pertanaman Bawang Daun Monokultur (P1), Pertanaman Bawang Daun Monokultur yang Disemprot dengan Ekstrak Daun Wortel (P2), Tumpangsari Bawang Daun dan Wortel (P3) dan Pertanaman Wortel Monokultur (P4)
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Perlakuan Galat Total
0.3108 1.7314 2.0422
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Pengaruh 2 mst 3 0.1036 12 0.1443 15
F-hitung
Pr>F
0.72
0.560
0.15
0.930
0.11
0.950
0.95
0.448
0.84
0.498
0.72
0.561
0.44
0.730
0.31
0.820
R squared= .1522 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.02633 0.72198 0.74832
3 12 15
Pengaruh 3 mst 0.008778 0.060165
R squared= .0352 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.03228 1.13574 1.16801
3 12 15
Pengaruh 4 mst 0.01076 0.09464
R squared= .0276 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.1245 0.5244 0.6489
Pengaruh 5 mst 3 0.04149 12 0.04370 15
R squared= .1918 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.1810 0.8617 1.0427
3 12 15
Pengaruh 6 mst 0.06032 0.07181
R squared= .1736 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.1065 0.5948 0.7013
3 12 15
Pengaruh 7 mst 0.03552 0.04956
R squared= .1519 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.06227 0.56933 0.63160
Pengaruh 8 mst 3 0.02076 12 0.04744 15
R squared= .0986 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.03099 0.40389 0.43489
3 12 15
Pengaruh 9 mst 0.01033 0.03366
R squared= .0713 (Adjusted R Squared= .000)
32 Lampiran 1 (Lanjutan) Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Perlakuan Galat Total
0.1335 1.9505 2.0840
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Pengaruh 10 mst 3 0.04450 12 0.16254 15
F-hitung
Pr>F
0.27
0.843
0.19
0.900
1.85
0.192
R squared= .0641 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.04331 0.90239 0.94569
Pengaruh 11 mst 3 0.01444 12 0.07520 15
R squared= .0458 (Adjusted R Squared= .000)
Perlakuan Galat Total
0.3111 0.6735 0.9846
3 12 15
Pengaruh 12 mst 0.10370 0.05613
R squared= .3160 (Adjusted R Squared= 1.450)
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 April 1992 dari Bapak Ending Nurdin dan Ibu Yayan Maryani. Penulis adalah putri kedua dari empat berdaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima Di Departemen Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman dan masuk dalam divisi keprofesian. Penulis pernah mengikuti beberapa kepanitian yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian seperti Mahakarya sebagai divisi PDD dan Departemen Proteksi Tanaman seperti NPV sebagai bendahara II dan kepanitiaan lainnya. Penulis menjadi asisten praktikum Dasar Perlindungan Tanaman Diploma pada tahun 2014.