Tipologi Biofisik
KATA PENGANTAR
REDD+ (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan dan lahan gambut Plus) merupakan mekanisme insentif ekonomi yang diberikan kepada negara berkembang untuk mendorong pengelolaan hutan berkelanjutan dalam rangka pengurangan emisi karbon. Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan luas tutupan lahan berhutan lebih dari 1,7 juta ha dan lahan bergambut lebih dari 250 ribu hektar berpeluang besar untuk menerapkan REDD+. Di Tingkat Propinsi, Kukar juga tercatat sebagai emiter terbesar dibandingkan kabupaten/kota lain di Kalimantan Timur. Emisinya yang dominan berasal dari penggunaan dan pembukaan lahan mengindikasikan bahwa Kukar berkepentingan menjalankan program REDD+ untuk mengurangi emisi yang cukup besar dengan menurunkan tingkat deforestasi dan degradasi hutan secara signifikan Kukar juga berkepentingan untuk terlibat dalam kontribusi menekan laju pemanasan global karena termasuk kabupaten yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. REDD+ akan dikembangkan dalam kerangka pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau untuk memastikan bahwa upaya penanganan perubahan iklim dari sektor pemanfaatan dan penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan di Kukar. Kawasan Mahakam Tengah yang terletak di sekitar danau-danau besar dan sekaligus merupakan kawasan terbesar dari hamparan lahan basah bergambut, oleh Pemerintah Kukar diajukan sebagai salah satu model konservasi untuk kegiatan REDD+. Komitmen tersebut diungkapkan oleh Bupati Kukar dalam pertemuan internasioanal parapihak (COP) ke 18 di Dubai pada Desember 2012 lalu. Untuk mewujudkan komitmen ini Pemkab Kukar telah melakukan beberapa langkah termasuk mengalokasikan lahan seluas lebih dari 70 ribu hektare di dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) di Mahakam Tengah dalam Surat Keputusan Bupati untuk dilindungi. Dokumen ini merupakan Tipologi Biofisk Wilayah Mahakam Tengah yang dilakukan Yayasan Bioma bekerjasama dengan Clinton Foundation dan Pemerintah Kabupaten Kukar dalam rangka inisiasi REDD+ di Kutai Kartanegara beserta capaiannya. Substansi dalam dokumen ini mencakup latar belakang kegiatan, pemilihan lokasi, metode pendekatan, hasil-hasil kegiatan serta tindak lanjut yang diperlukan berkaitan dengan implementasi REDD+ di wilayah Mahakam Tengah. Dokumen laporan akhir ini merupakan salah satu dari serangkaian dokumen lain yang tidak terpisah dari dokumentasi hasil kegiatan yang dilakukan semenjak Juni 2012 hingga April 2013. Dokumen lain yang terkait, Dokumentasi dari proses fasilitasi, Tipologi Sosekbud di Mahakam Tengah, Photo-photo Dokumentasi, Peta-peta Tematik di Penggunaan Lahan di Mahakam Tengah, dan Kumpulan Makalah Kegiatan REDD+ Di Mahakam Tengah. Atas tersusunnya dokumen laporan akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusinya. Semoga dokumen ini bermanfaat. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma
Akhmad Wijaya, MP Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................
i
Daftar Isi ..........................................................................................................................
ii
Daftar Tabel.......................................................................................................................
iii
Daftar Gambar .................................................................................................................
iv
A.
KONDISI FISIK .........................................................................................................
1
1. Lokasi ...............................................................................................................
1
2. Sistem Lahan .....................................................................................................
2
3. Jenis Tanah ........................................................................................................
3
4. Kondisi Iklim ......................................................................................................
3
5. Hidrologi ...........................................................................................................
4
6. Bentuk Permukaan Lahan ..................................................................................
5
B.
KONDISI BIOLOGI/EKOLOGI ....................................................................................
7
1. Tutupan Lahan ..................................................................................................
7
2. Keanekaragaman Hayati ....................................................................................
8
C.
ASPEK DEMOGRAFI DAN SOSEKBUD ........................................................................
10
1. Demografi .........................................................................................................
10
2. Sosial Budaya ....................................................................................................
12
3. Sosial Ekonomi ..................................................................................................
16
4. Kelembagaan Masyarakat .................................................................................
17
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah ................................................................................................................
1
Tabel 2.
Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah …
2
Tabel 3.
Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi gambut Mahakam Tengah ….
3
Tabel 4.
Distribusi Curah Hujan ........................................................................................
3
Tabel 5.
Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah ……
10
Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah .................................................................................
11
Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah ...............................................................................................
13
Fasilitas Keagamaan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah ................................................................................................................
13
Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah .................................................................................
14
Kondisi Kependudukan di 30 Desa Pada Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Berdasarkan Etnis Mayoritas ..................................
15
Berbagai Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Lokal Dari Sumberdaya Hutan Di Sekitarnya .......................................................................................................
16
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Lokasi Rencana Konservasi Gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara ............
2
Gambar 2.
Trend Suhu Udara Rata-Rata di Sekitar Lokasi Pada Periode Tahun 1982 – 2011 .................................................................................................................
4
Pembagian Zona Lahan Rawa di Sepanjang Dasrah Aliran Sungai (DAS) Bagian Bawah dan Tengah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006) ................................................................................................................
6
Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut di Mahakam Tengah ............................................................................................
7
Gambar 3.
Gambar 4.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
iv
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
A.
Mei 2013
KONDISI FISIK
1. Lokasi Lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara berada di Mahakam Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Barat, dengan luas ± 76.822 Ha yang mencakup 30 Desa dan 5 Kecamatan, yaitu : Tabel 1. Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah No
Desa/Kampung
Kecamatan
No
Desa/Kampung
Kecamatan
1
Tuana Tuha
Kenohan
16
Bukit Jering
Muara Kaman
2
Kahala Ilir
Kenohan
17
Muara Kaman Ilir
Muara Kaman
3
Tubuhan
Kenohan
18
Kayu Batuq
Muara Muntai
4
Teluk Muda
Kenohan
19
Muara Muntai Ilir
Muara Muntai
5
Semayang
Kenohan
20
Muara Muntai Ulu
Muara Muntai
6
Muhuran
Kota Bangun
21
Rebaq Rinding
Muara Muntai
7
Pela
Kota Bangun
22
Batuq
Muara Muntai
8
Liang
Kota Bangun
23
Jantur
Muara Muntai
9
Kota Bangun Ulu
Kota Bangun
24
Muara Aloh
Muara Muntai
10
Kota Bangun Ilir
Kota Bangun
25
Sebemban
Muara Wis
11
Sedulang
Muara Kaman
26
Muara Wis
Muara Wis
12
Tunjungan
Muara Kaman
27
Ketibe (Emboyong)
Muara Wis
13
Sabintulung
Muara Kaman
28
Muara Enggelam
Muara Wis
14
Kupang Baru
Muara Kaman
29
Melintang
Muara Wis
15
Muara Siran
Muara Kaman
30
Tanjung Batuq
Muara Wis
Sumber : Hasil Olah Peta
Lokasi ini berada di 3 (tiga) danau besar yaitu Danau Siran, Danau Semayang dan Danau Melintang. Selain itu terdapat pula aliran Danau Jempang yang berada di Desa Muara Aloh Kecamatan Muara Muntai. Selain itu, lokasi rencana model konservasi ini berada pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) atau yang dikenal pula dengan sebutan Areal Penggunaan Lain (APL). Lokasi rencana model konservasi tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
1
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Gambar 1.
Mei 2013
Lokasi Rencana Konservasi Gambut di Kab. Kutai Kartanegara
2. Sistem Lahan Berdasarkan Peta landsystem dari RePPProT (1987) dapat diketahui bahwa di lokasi rencana model konservasi gambut terdiri dari 13 (tiga belas) kelas sistem lahan, yaitu ; Tabel 2. Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah No
Landsystem
Simbol
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Barah
BRH
62,55
0,08
2
Beliti
BLI
1.041,45
1,36
3
Gambut
GBT
41.742,32
54,34
4
Klaru
KLR
6.573,32
8,56
5
Lawanguwang
229,56
0,30
6
Lohai
LHI
2.587,13
3,37
7
Maput
MPT
45,00
0,06
LWW
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
2
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah No
Landsystem
8
Mendawai
9
Simbol
Luas (Ha)
Persentase (%)
MDW
9.568,65
12,46
Pakau
PKU
3.724,87
4,85
10
Sebangau
SBG
563,54
0,73
11
Tanjung
TNJ
10.368,56
13,50
12
Teweh
TWH
118,53
0,15
13
Laut/Danau
Air
196,53
0,26
76.822,00
100,00
TOTAL
Mei 2013
Sumber : Hasil Analisis Bioma, 2013
3. Jenis Tanah Berdasarkan data dari RePPProT (1987), konservasi gambut adalah sebagai berikut ;
sebaran jenis tanah yang ada di lokasi rencana
Tabel 3. Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Luas
Jenis Tanah
Ha
%
a.
Organosol Glei Humus
65.197,50
84,87
b.
Podsolik, Merah Kuning
11.030,29
14,36
c.
Perairan
594,21
0,77
76.822,00
100,00
TOTAL Sumber : Hasil Analisis Bioma, 2013
4. Kondisi Iklim Kondisi curah hujan di lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara diketahui dari data curah hujan Stasiun Badan Meteorologi dan Giofisika Bandara Temindung Samarinda. Berdasarkan data curah hujan periode 1995-2006, rata-rata curah hujan (CH) tahunan adalah 1.995 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan (HH) 103 hari/tahun. Penyebaran curah hujan sepanjang tahun cukup merata, yaitu berkisar antara 131 – 232 mm/bulan dengan hari hujan 103 hari. Terdapat 1 bulan lembab (CH 60 – 100 mm/tahun) yaitu bulan September. Bulan-bulan dengan CH tertinggi terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 232,4 mm, sedangkan bulan dengan CH terendah adalah bulan September yaitu sebesar 76,4 mm. Distribusi curah hujan di lokasi studi periode tahun 1995-2006 disajikan dalam tabel berikut ini ; Tabel 4. Distribusi Curah Hujan Bulan
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Rata2
Januari
195
95
110
284
117
55
273
193
166
110
314
177
174.3
Februari
181
39
141
237
245
5
226
177
142
22
59
234
142.3
Maret
221
196
282
183
274
3
368
172
142
208
211
291
212.6
April
172
264
358
251
187
0
283
281
198
104
312
379
232.4
Mei
207
278
329
253
258
178
225
170
164
94
220
112
207.3
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
3
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Bulan
Mei 2013
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Rata2
149
234
32
346
0
227
200
261
197
197
50
199
174.3
Juni Juli
99
64
367
35
17
198
153
144
139
19
218
291
145.3
215
122
277
0
0
205
147
276
208
17
65
0
127.7
13
0
63
50
24
29
25
145
133
178
187
70
76.4
Oktober
218
66
102
214
0
145
227
149
146
34
145
-
131.4
November
171
186
268
114
144
200
148
163
182
190
213
-
180
Desember
285
260
271
223
120
124
140
187
149
206
397
-
214.7
2126
1804
2600
2190
1386
1369
2415
2318
1966
1379
2391
1753
2018.7
Agustus September
Jumlah
Suhu udara rata-rata periode tahun 1982 – 2011 diketahui dari data suhu wilayah Kecamatan Muara Muntai dari Stasiun Badan Meteorologi dan Giofisika Bandara Temindung Samarinda. Berdasarkan grafik trend suhu udara rata-rata pada periode tahun 1982-2011 menunjukkan peningkatan dimana suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 1998 yang berkisar antara 28 – 29° C. Trend suhu udara periode tahun 1982-2011 di sekitar lokasi studi disajikan pada gambar di bawah ini;
Gambar 2. Trend Suhu Udara Rata-Rata di Sekitar Lokasi Pada Periode tahun 1982-2011
5. Hidrologi Lokasi rencana konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara secara umum berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam. Pada lokasi ini terdapat beberapa sungai yang mengalir ke Sungai Mahakam yaitu S. Enggelam, S. Berambai, S. Semayang, S. Belayan, S. Kedang Rantau, S. Kedang Kepala, S. Sebeliung dan beberap sungai lainnya. Selain itu pula ditemuibeberapa danau seperti D. Melintang, D. Semayang, D. Berambai dan D. Siran. Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
4
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
6. Bentuk Permukaan Lahan Didasarkan kondisi fisik permukaan bumi, maka diketahui bahwa lokasi rencana konservasi gambut Mahakam Tengah merupakan daratan yang menempati posisi peralihan antara sungai dengan sungai dan/atau sungai dengan danau yang menempati daerah cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai. Oleh karena itu ekosistem lokasi konservasi adalah ekosistem lahan basah. Kebakaran besar tahun 1982 dan 1998 merupakan salah satu penyebab berubahnya sistem ekologi di dalam hamparan gambut luas di dalam dan sekitar lokasi. Sejak tahun tersebut proses akumulasi serasah relatif tidak terjadi lagi akibat hilangnya biomasa di permukaan bumi. Faktor lainnya yang diduga sebagai penyebab berubahnya sistem ekologi di daerah ini adalah berubahnya/besarnya perubahan perbedaan musim kemarau dan musim penghujan akibat terganggunya sistem hidroorologi di daerah hulu sehingga proses subsidensi berjalan dengan cepat. Adanya penurunan permukaan lahan (subsidence) dan tidak terdrainasenya air dengan baik menyebabkan timbulnya genangan-hgenanga secara permanen di dalam kawasan yang secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh terhadap proses suksesinya. Ekosistem lahan basah tersebut sebagian dan/atau sepanjang tahun selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged). Didasarkan kondisi air permukaan, aliran air, kemasaman air, kondisi tanahnya dan tumbuhan penutupnya diketahui bahwa lahan basah di dalam lokasi studi dapat dikategorikan sesuai dengan klasifikasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2006) sebagai : 1. “Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut. 2. “Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal. Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds”(tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae), dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang).
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
5
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
Gambar 3. Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) bagian bawah dan tengah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006). Sungai-sungai yang mengalir di dalam kawasan dapat dibagi menjadi sungai dan anak sungai. Sungai-sungai tesebut sangat berperan terhadap fluktuasi genangan
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
6
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
B. KONDISI BIOLOGI/EKOLOGI 1. Tutupan Lahan Tutupan lahan di lokasi rencana model konservasi gambut di Kutai Kartanegara adalah bervariasi. Jenis tutupan lahan pada umumnya adalah ekosistem rawa, baik rawa air tawar yang umumnya dapat dijumpai di sekitar sungai-sungai besar maupun rawa gambut.
Gambar 4.
Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah.
Gambar 4. Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut di Mahakam Tengah
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
7
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
Faktor utama menurunnya kualitas ekosistem adalah adanya kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1982 yang kemudian diikuti dengan terjadinya kebakaran lainnya dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Di dalam kawasan gambut ini juga terlihat adanya kanal-kanal yang dibuat oleh masyarakat untuk kepentingan transportasi kayu, penangkapan ikan dan ladang/kebun masyarakat. Kemudian di beberapa areal dijumpai pula tanda-tanda bekas dibakar dan didasarkan hasil wawancara dengan masyarakat areal tersebut adalah : 1) areal yang dipersiapkan untuk ladang masyarakat; 2) areal terbuka untuk kepentingan penangkapan ikan; atau 3) areal terbakar akibat kelalaian masyarakat pada saat beraktivitas di dalam hutan.
2. Keanekaragaman Hayati 2.1. Keanekaragaman Jenis Flora Menurut Penta Sumberdaya Nusantara (2012), yang melakukan studi kenekaragaman hayati di Kecamatan Muara Kaman, dijumpai paling sedikit 75 jenis tumbuhan dengan sebaran terbesar jenis-jenis tersebut di Blok 9. Masih menurut Penta, pola distribusi tumbuhan umumnya tersebar tidak merata. Hal ini diduga karena : 1) 2) 3) 4) 5)
tempat tumbuhnya yang tergenang air sehingga tidak seluruh jenis tumbuhan dapat tumbuh di dalam lokasi studi. Adanya perbedaaan tinggi muka air yang sangat besar antara musim kemarau dan hujan yang diduga karena telah berubahnya sebagian besar tutupan lahan di daerah hulu sungai. Hilangnya ekosistem alami rawa gambut dan/atau komunitas tumbuhan alami di dalam sekitar lokasi sehingga ketersediaan benih/bibit tumbuhan alami sudah tidak tersedia, Menurunnya satwa yang berperan sebagai penyebar benih tumbuhan akibat rusaknya habitat satwaliar di dalam dan sekitar lokasi studi. Adanya aktivitas manusia seperti penebangan tanpa izin, perburuan tanpa izin, penangkapan ikan, pembukaan lahan untuk ladang dan areal perkebunan, terutama kebun karet dan sengon, pembukaan lahan untuk kebun kelapa sawit, hutan tanaman industri.
Ekosistem rawa di lokasi ini merupakan ekosistem yang telah terganggu. Gangguan terbesar terjadi pada Tahun 1982 yang ditandai dengan adanya kebakaran besar yang meliputi hampir seluruh areal bergambut di dalam dan sekitar lokasi studi. Keanekaragaman jenis tumbuhan umumnya sangat rendah dan sangat bervariasi di setiap tapak. Hal ini erat kaitannya dengan adanya aktivitas manusia, baik untuk permukiman, perladangan, perkebunan, baik kebun sengon maupun karet, dan aktiivtas lainnya seperti penebangan tanpa izin, penangkapan ikan dan perburuan satwaliar. Kemudian variasi ini juga sangat dipengaruhi oleh perbedaan fluktuasi muka air yang sangat tinggi yang dipengaruhi oleh adanya proses keterbukaan lahan di daerah hulu. Komunitas tumbuhan umumnya adalah komunitas perairan dan padang rumput rawa yang terdiri dari rumput purun (Fimbristylis acuminata), rumput hirang (Rapanea umbelulata), kumpang gajah (Polygonum barbatum) rumput PKI (tak teridentifikasi), selingsing (Scleria sp), kantung semar Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
8
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
(Nepenthes gracilis) dan di daerah tepi juga banyak dijumpai jenis pohon kahoi (Shorea balangeran). Selain itu ditemui pula tumbuhan jenis pelga (Nauclea lanceolata), perepat (Combretocarpus rotundatus), perupuk (Lophopetalum javanicum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), kayu peredang (Cyperus pilosus), putat (Barringtonia spicata), kahoi (Shorea balangeran), bunbun (Calophyllum sp.), kayu arang (Diospyros maingayi) dan pelaik (Alstonia angustiloba). Sedangkan disisi sebelah barat laut antara lain kahoi (Shorea balangeran), kayu bakau (Ixora brachyantha), kapuk hutan (Ardisia villosa), kayu arang (Diospyros maingayi), kayu miyang (Semecarpus heterophyllus), terentang (Camnosperma macrophylla) dan kantung semar (Nepenthes Ampullaria, Nepenthes reindwardtiana, Nepenthes gracilis, Nepenthes rafflesiana)
2.2. Keanekaragaman Jenis Fauna Ekosistem rawa gambut adalah salah satu habitat satwaliar yang masih tersisa di daerah Mahakam Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara. Paling sedikit 33 jenis burung, 14 jenis mamalia, 13 jenis reptil, 4 jenis amphibi dan 15 jenis ikan yang terdapat di lokasi rencana model konservasi gambut. Berikut kelimpahan jenis fauna dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Penta Sumberdaya Nusantara (2012) adalah sebagai berikut; a.
b.
c. d.
e.
Jenis mamalia terdiri dari Kinabalu squirrel, Plantain squirrel, Rusa sambar, Meong Congkok, Beruang madu, Berang-berang, Monyet Ekor panjang, Bekantan kahau, Pesut mahakam, Orang utan, Mawas, Lutung Kelabu, Babi Hutan, Kancil dan Tupai Tanah. Jenis burung terdiri dari Pecuk-ular Asia, Cangak abu, Cangak merah, Blekok sawah, Kuntul Cina, Kuntul besar, Kuntul kecil, Bangau tongtong, Kerak jambul, Belibis batu, Elang bondol, Elang-ikan kepala-kelabu, Elang hitam, Mandar kelam, Punai lengguak, Punai kecil, Pergam hijau, Pergam kelabu, Tekukur biasa, Betet biasa, Kedasi hitam, Tuwur Asia, Bubut besar, Beluk ketupa, Walet sapi, Pekaka emas, Cekakak sungai, Kangkareng hitam, Pelatuk ayam, Merbah cerukcuk, Srigunting batu, Kucica hutan dan Meninting besar. Jenis Ampibi terdiri dari Katak asia, Katak buduk, Masked rough-sided frog dan Malayan giant frog. Jenis reptilia terdiri dari Ular Pucuk, Ular Besisik, Ular Sampan, Ular Belit Damar, Ular Cincin mas, Buaya Kalimantan, Kura-kura borneo, Kura-kura kepala kuning, Ular Kadut, Ular Kobra, Ular Sawa, Buaya Senyulong dan Biawak abu-abu. Jenis ikan terdsiri dari Berukung, Biawan, Gabus, Toman, Keli, Klebere, Lais, Seluang, Lempam, Pahat, Patin, Pepuyu, Sepat, Sepat siam dan Tempe.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
9
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
C. ASPEK DEMOGRAFI DAN SOSEKBUD 1. Demografi Penduduk mempunyai kedudukan yang sentral dalam pembangunan daerah, yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diharapkan dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis diantaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah dan terjaminnya persediaan tenaga kerja. Sedangkan kedudukan kedua sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk. Pada lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri dari 30 Desa dengan 5 Kecamatan yang sebagian besar pemukimannya berada di sepanjang Sungai Mahakam dan anak sungainya serta pada pinggiran danau besar seperti Danau Semayang dan Danau Melintang. Tabel 5. Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Desa
192,42
Rumah Tangga 758
2.674
Luas (Km2)
Pddk
Kepadatan RT/Km2 Pddk/Km2 3,94 13,90
1.
Tuana Tuha
2.
Kahala Ilir
*
*
*
*
*
3.
Tubuhan
140,21
286
1.070
2,04
7,63
4.
Teluk Muda
153,64
222
808
1,44
5,26
5.
Semayang
162,59
387
1.487
2,38
9,15
6.
Muhuran
72,57
210
684
2,89
9,43
7.
Pela
55,46
325
1.184
5,86
21,35
8.
Liang
69,10
669
2.330
9,68
33,72
9.
Kota Bangun Ulu
80,94
913
3.966
11,28
49,00
10. Kota Bangun Ilir
30,07
875
3.260
29,10
108,41
11. Sedulang
201,66
410
1.658
2,03
8,22
12. Tunjungan
311,86
460
1.259
1,47
4,03
13. Sabintulung
91,62
628
2.678
6,85
29,22
14. Kupang Baru
149,00
211
872
1,41
5,85
15. Muara Siran
229,05
363
1.830
1,58
7,98
16. Bukit Jering
121,66
258
1.023
2,12
8,40
17. Muara Kaman Ilir
179,90
635
2.571
3,53
13,99
18. Kayu Batuq
430,73
423
1.308
0,98
3,04
19. Muara Muntai Ilir
21,70
302
1.348
13,92
62,12
20. Muara Muntai Ulu
17,10
537
2.091
31,40
122,28
21. Rebaq Rinding
10,65
287
899
26,95
84,41
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
10
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
22. Batuq
Luas (Km2) 63,25
Rumah Tangga 293
Pddk 634
Kepadatan 4,63 10,02
23. Jantur
52,28
486
1.706
9,30
32,63
24. Muara Aloh
44,88
293
1.007
6,53
22,44
25. Sebemban
244,61
234
929
0,96
3,80
26. Muara Wis
95,07
525
1.817
5,52
19,11
27. Ketibe/Enggelam
74,27
250
928
3,37
12,49
28. Muara Enggelam
20
174
697
8,70
34,85
131,52
492
1.017
3,74
7,73
*
*
*
*
*
3.447,81
11.906,00
43.735,00
3,45
12,68
Desa
29. Melintang 30. Tanjung Batuq TOTAL Sumber:
Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012
Struktur penduduk desa di lokasi rencana model konservasi gambut berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Desa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Tuana Tuha Kahala Ilir Tubuhan Teluk Muda Semayang Muhuran Pela Liang Kota Bangun Ulu Kota Bangun Ilir Sedulang Tunjungan Sabintulung Kupang Baru Muara Siran Bukit Jering Muara Kaman Ilir Kayu Batuq Muara Muntai Ilir Muara Muntai Ulu Rebaq Rinding Batuq Jantur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
1.366 * 585 413 756 364 637 1.223 2.014 1.623 894 657 1.393 465 726 549 1.313 674 672 1.057 459 339 912
1.308 * 485 395 731 320 547 1.107 1.952 1.637 764 602 1.285 397 654 474 1.204 634 676 1.034 440 295 794
2.674 * 1.070 808 1.487 684 1.184 2.330 3.966 3.260 1.658 1.259 2.678 862 1.380 1.023 2.517 1.308 1.348 2.091 899 634 1.706
104,4 * 120,6 100,5 103,4 113,75 116,45 110,48 103,18 99,14 117,02 109,13 108,40 117,12 101,40 115,82 109,05 106,31 99,41 102,22 104,32 114,92 114,86
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
11
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Mei 2013
Desa
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
Muara Aloh Sebemban Muara Wis Ketibe/Enggelam Muara Enggelam Melintang Tanjung Batuq
550 514 925 509 375 560 *
457 415 892 419 322 457 *
1.007 929 1.817 928 697 1.017 *
120,35 123,86 103,70 121,48 116,46 122,54 *
22.524
20.697
43.221
108,83
TOTAL Sumber:
Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan banyaknya penduduk laki-laki dari 100 penduduk perempuan. Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa desa-desa lokasi rencana model konservasi gambut memiliki rasio jenis kelamin antara 0,99 – 1,24. Namun secara umum, rasio jenis kelamin di lokasi rencana model konservasi gambut adalah 1,09. Ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki masih dominan dibandingkan perempuan.
2. Sosial Budaya 2.1. Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses yang berjenjang dari tingkat dasar sampai Perguruan Tinggi. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, pendidikan formal yang umumnya diselenggarakan di sekolah-sekolah tidak hanya di bawahi oleh Dinas Pendidikan Nasional saja tetapi ada juga yang di bawahi oleh Departemen di luar Depdiknas seperti Departemen Agama, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan lain-lain. Untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa umumnya dan daerah khususnya diperlukan penduduk dengan tingkat pendidikan yang memadai untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial yang cepat. Program pendidikan dasar sembilan tahun merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membekali anak didik dengan keterampilan dan pengetahuan dasar guna melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, untuk bekal menjalani kehidupan. Salah satu faktor penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan masih relatif rendah. Data pendidikan menunjukkan SLTP dan SLTA hanya berada di ibukota kecamatan dengan jumlah guru yang sangat terbatas. 2.2. Kesehatan Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur salah satunya dari keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
12
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
didukung oleh sumber daya yang memadai seperti prasarana kesehatan dan juga tenaga kesehatan yang memadai. Tabel 7. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5.
Kenohan Kota Bangun Muara Kaman Muara Muntai Muara Wis
Fasilitas Puskesmas 1 2 1 1 1
Tenaga Kesehatan Pusban 6 10 18 8 5
Dokter 4 7 2 3 1
Bidan 4 15 22 12 9
Paramedis 6 32 20 17 17
Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012
Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan sarana kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua fasilitas tersebut dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil. 2.3. Agama Kehidupan beragama diharapkan dapat menciptakan kerukunan antar masyarakat dan antar umat beragama, sehingga berbagai persoalan sosial yang timbul oleh berbagai sebab dapat diatasi. Negara menjamin kebebasan bagi warganya untuk memeluk dan menjalankan keyakinan sesuai agama dan kepercayaannya. Tabel 8. Fasilitas Keagamaan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Kecamatan
Rumah Ibadah Masjid
Langgar
Gereja
1. Kenohan
7
11
4
2. Kota Bangun
39
55
13
3. Muara Kaman
38
34
2
4. Muara Muntai
14
27
2
5. Muara Wis
8
18
2
Vihara 1
Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012
Sebagian besar penduduk desa yang berada pada Lokasi rencana model konservasi gambut di Mahakam Tengah menganut agama Islam yaitu sekitar 97,18%, kemudian Protestan sebanyak 2,75 %, Katolik 0,02 % dan agama lainnya 0,05%.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
13
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah Desa
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
Jumlah
2.672
2
-
-
-
2.674
1.
Tuana Tuha
2.
Kahala Ilir
*
*
*
*
*
*
3.
Tubuhan
1.070
-
-
-
-
1.070
4.
Teluk Muda
807
-
-
-
-
807
5.
Semayang
1.477
-
-
-
-
1.477
6.
Muhuran
684
-
-
-
-
684
7.
Pela
1.184
-
-
-
-
1.184
8.
Liang
2.330
-
-
-
-
2.330
9.
Kota Bangun Ulu
3.946
13
6
-
1
3.966
10. Kota Bangun Ilir
3.260
-
-
-
-
3.260
11. Sedulang
1.675
-
-
-
-
1.675
12. Tunjungan
1.259
-
-
-
-
1.259
13. Sabintulung
2.678
-
-
-
-
2.678
14. Kupang Baru
872
-
-
-
-
872
15. Muara Siran
1.380
-
-
-
-
1.380
16. Bukit Jering
1.023
-
-
-
-
1.023
17. Muara Kaman Ilir
2.059
15
-
15
-
2.089
18. Kayu Batuq
1.090
218
-
-
-
1.308
19. Muara Muntai Ilir
1.344
-
-
4
-
1.348
20. Muara Muntai Ulu
2.091
-
-
-
-
2.091
21. Rebaq Rinding
899
-
-
-
-
899
22. Batuq
630
4
-
-
-
634
23. Jantur
1.703
-
3
-
-
1.706
24. Muara Aloh
1.007
-
-
-
-
1.007
25. Sebemban
929
-
-
-
-
929
26. Muara Wis
1.815
-
-
-
-
1.815
27. Ketibe/Enggelam
2
926
-
-
-
928
28. Muara Enggelam
697
-
-
-
-
697
1.017
-
-
-
-
1.017
*
*
*
*
*
*
41.600
1.178
9
19
1
42.807
29. Melintang 30. Tanjung Batuq
TOTAL
Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012 Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012
2.4. Suku Bangsa/Ethnografi Latar belakang etnis ataupun suku sangat penting dalam membahas hubungan historis antara masyarakat dengan sumberdaya alam di lingkungannya, utamanya hutan. Pernyataan ini dapat Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
14
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
dijelaskan melalui berbagai aspek mulai sosio-kultural, motivasi ekonomi hingga faktor emosional (lihat a.l. Riwut, 1979; Alqadrie, 1994; Widjono, 1998; Clfer, dkk. 1999; Sardjono, 2004). Secara etnografis terdapat dua kelompok besar penduduk di kampung-kampung sasaran assesmen, yaitu yang dapat dikategorikan ‘penduduk asli’ (traditional communities) dan pendatang (migrants). Kelompok pertama sebenarnya masih memungkinkan dikatergo-risasi, yaitu yang berasal dari wilayah setempat (local native; seperti Kutai dan Dayak Wehea) dan yang berasal dari wilayah Kalimantan lainnya (local non-native; dalam hal ini adalah Dayak Kayan). Adapun kelompok kedua, merupakan kumpulan dari berbagai etnis. Situasi penduduk berdasarkan etnis mayoritas dan lainnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 10. Kondisi Kependudukan di 30 Desa Pada Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah berdasarkan Etnis Mayoritas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Desa
Etnis
Tuana Tuha Kahala Ilir Tubuhan Teluk Muda Semayang Muhuran Pela Liang Kota Bangun Ulu Kota Bangun Ilir Sedulang Tunjungan Sabintulung Kupang Baru Muara Siran
Kutai Kutai Kutai Kutai Kutai/Banjar Kutai Kutai/Banjar Kutai Kutai/Banjar Kutai/Banjar Kutai/Banjar Banjar Kutai Kutai Kutai/Banjar
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Desa
Etnis
Bukit Jering Muara Kaman Ilir Kayu Batuq Muara Muntai Ilir Muara Muntai Ulu Rebaq Rinding Batuq Jantur Muara Aloh Sebemban Muara Wis Ketibe/Enggelam Muara Enggelam Melintang Tanjung Batuq
Kutai Kutai/Banjar Kutai Kutai/Banjar Kutai/Banjar Kutai/Banjar Kutai Bugis/Banjar Kutai Kutai Kutai/Banjar Dayak Tunjung Kutai/Banjar Kutai/Banjar Banjar/Bugis
Sumber: Hasil Pengamatan di Lapangan
2.5. Adat Istiadat Tidak terlihat adanya adat yang kuat di desa-desa di wilayah kajian, baik adat Kutai, Banjar apalagi adat yang berasal dari suku pendatang. Namun demikian kebiasaan-kebiasaan yang bersumber dari adat seperti pengobatan tradisional masih dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat. Demikian pula dengan beberapa upacara seperti “pelas taun” masih dilakukan hampir di semua desa. Namun demikian adat atau tradisi yang berbau keagamaan masih terus dilaksanakan Aturan yang mengatur mengenai pemanfaatan sumberdaya alam, dalam hal ini kayu dan ikan terdapat di beberapa desa. Namun hal ini lebih bersifat umum tidak berdasarkan hukum adat, dan ini bergantung kepada keaktifan dan kepedulian pengurus desa terhadap lingkungan dan keberlanjutannya.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
15
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah 3.
Mei 2013
Sosial Ekonomi
Situasi sosial-ekonomi di desa-desa sekitar kawasan gambut memiliki karakter yang lain dibandingkan dengan karakter umumnya masyarakat pedalaman kalimantan. Hal ini dikarenakan kondisi alam yang berupa kawasan gambut dan rawa berair. Namun demikian terdapat kesamaan dalam kehidupan masyarakatnya yang masih akrab dengan lingkungannya atau budaya kebersamaan antar warga masyarakat terutama dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Walaupun di beberapa desa dimana industri perkebunan kelapa sawit telah masuk yang diikuti pula oleh terbukanya lapangan kerja serta masukya pekerja pendatang dalam wilayah desa telah membuat perubahan baik dalam aspek ekonomi maupun struktur budaya dan aktivitas keseharian. Pola pemenuhan kebutuhan hidup pada beberapa desa seperti yang terjadi dibeberapa desa telah berubah dari masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya alam dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, saat ini telah menjadi pekerja pada perusahaan-perusahaan sawit yang memang ditunjang pula oleh kewajiban untuk mengerjakan kebun plasma miliknya sendiri. Keterbukaan wilayah melalui aksesibilitas yang semakin baik juga mengakibatkan dinamika serta mobilitas kependudukan cukup tinggi. Oleh karenanya, seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk, melonggarnya kohesifitas dan keterbatasan sumberdaya, setiap kelompok dan bahkan individu mencoba untuk memanfaatkan kesempatan yang tersedia dalam memperoleh manfaat maksimal dari sumberdaya di sekitarnya, tidak hanya dalam mempertahankan eksistensinya tetapi yang lebih penting dalam rangka perbaikan taraf hidup. Tabel 11. Berbagai Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Lokal dari Sumberdaya Hutan di Sekitarnya Fungsi Hutan
Manfaat bagi Masyarakat Lokal Langsung Tidak Langsung Hasil Hutan Kayu dan turunannya (konstruksi berat, atap/dinding, peralatan, kayu bakar/arang);
Produksi
Hasil Hutan Nir-Kayu (a.l. binatang buruan, bahan anyaman, getah-getahan, rotan, obat-obatan)
Penghasilan (semi komersial dan komersial); Pelestarian budaya lokal yang berbasiskan produk hutan (pengobatan tradisional); Pelestarian dan perkembangan industri rumah-tangga masyarakat
Areal untuk bercocok tanam/ berladang; Tanah (kesuburan tanah, kelembaban, erosi air dan angin, bentang alam); Lindung
Tata Air (air bersih, proteksi banjir dan kekeringan)
Keterjaminan produktifitas perikanan tangkap; Kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat (
Keanekaragaman hayati (flora, Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
16
Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam Tengah
Mei 2013
Manfaat bagi Masyarakat Lokal
Fungsi Hutan
Langsung
Tidak Langsung
fauna, mikro organisme)
Tata Klimat
Iklim mikro (kesejukan, dan curah hujan lokal);
Kenyamanan dan kedamaian kehidupan pedesaan;
Udara bersih (penghasil oksigen dan menyerap karbon dioksida);
Mendukung kehidupan yang sehat sejahtera);
Sinar matahari (media albedo);
Mengurangi dampak bencana alam (misal kemarau panjang dan kebakaran hutan)
Polusi udara (filter debu dan partikel padat lainnya, serta kebisingan)
Lain-lain
Batas tanah dan/atau tanda pemilikan lahan;
Mendukung pelestarian identitas kelembagaan lokal
Perlindungan tempat-tempat keramat, termasuk tempattempat mencari kan dan tempat pemijahan ikan
Melestarikan etika konservasi dan pergaulan hidup antar anggota masyarakat (termasuk komunalitas).
Sumber: Sardjono (2004) dimodifikasi
4.
Kelembagaan Masyarakat
Dari seluruh kelembagaan yang ada di kawasan gambut, yang paling memegang peranan saat ini adalah kelembagaan pemerintah. Meskipun juga kelembagaan adat terdapat hampir di semua desa, namun perannya sangat kecil. Kelembagaan adat ini lebih mengatur kepada upacara dan ritual adat. Secara administratif dan formal, lembaga adat dibawah koordinasi tak langsung lembaga desa yang dipimpin kepala desa. Kepala desa merupakan badan tertinggi desa yang membawahi RT yang ada di setiap desa. RT membantu Kepala Desa untuk administratif kependudukan. Lembaga lain yang berperan di desa adala LKMD, PKK, Posyandu dan Karang Taruna yang mempunyai fungsi strategis dalam pembangunan desa dan meningkatkan kesehatan desa. Lembaga penting lainnya di Desa adalah terdapat beberapa lembaga/kelompok usaha baik yang khusus beranggotakan wanita maupun yang umum. Beberapa usaha yang sudah cukup baik berjallan adalah usaha simpan pinjam, usaha listrik desa dan usaha keramba ikan yang masingmasing memilki kelompok sendiri. Sebagian dari kelompok-kelompok usaha tersebut merupakan kelompok binaan dari Bank Pembangunan Daerah Kaltim. Di Kawasan gambut, terutama di desa-desa yang berdekatan dengan perusahaan perkebunan telah ada organisasi seperti forum yang biasanya merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan jika terjadi permasalahan yang menyangkut perusahaan.
Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara
17
William J. Clinton Foundation 383 Dorchester Avenue, Suite 400 Boston, MA 02127 Yayasan Biosfer Manusia (BIOMA) Jl. AW Syahrani – Perum Ratindo Griya Permai Blok F.7-8, Samarinda 75124 Kalimantan Timur. Telp./Fax.: +62-541-739864, e-mail:
[email protected] Kabupaten Kutai Kartanegara Jl. .Walter Monginsidi, Tenggarong – Kalimantan Timur Telp.(0541) 661085, 662066 Fax. (0541) 662056 Website : http://www.kutaikartanegarakab.go.id/