KATA PENGANTAR PENGENDALIAN HAMA TERPADU ITU SANGAT STRATEGIS DAN PENTING. BILA HAMA TAK TERKENDALI AKAN TERJADI KRISIS PANGAN SECARA REVOLUSI. BILA LAHAN PERTANIAN DIGEROGOTI OLEH BERBAGAI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN, MAKA MIMPI BURUK PETANI AKAN SEGERA MENJELMA MENJADI KENYATAAN YANG MENAKUTKAN, YAKNI GAGAL PANEN. UNTUK ITU, PERLINDUNGAN TANAMAN ADALAH TANGGUNGJAWAB BERSAMA, BAIK PEMERINTAH SEBAGAI FASILITATOR MAUPUN PETANI SEBAGAI PENGGIAT LANGSUNG. Terapan PHT mengubah mimpi buruk petani menjadi mimpi yang indah.Ia menjawab persoalan hama dan kelestarian lingkungan. Kegagalan panen tak saja menciptakan kerugian di kalangan para petani, sekaligus akan memengaruhi pasar pertanian, di mana komoditi yang gagal panen tersebut akan menjadi langka di pasaran. Seiring dengan itu, harga komoditi tersebut akan melambung tinggi. Bila gagal panen secara lokal masih bisa diatasi, tapi bagaimana dengan regional, atau nasional? Dapat dibayangkan, bahwa itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita semua. Untuk itu, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu menjadi salah satu solusi untuk menjaga lahan pertanian supaya tak dirambah oleh hama yang merisaukan tersebut. Guna mengantisipasi peledakan hama dan pelestarian lingkungan, maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diperkenalkan di Sumatera Barat sejak tahun 1985 yang dimulai dengan adanya kegiatan Rintisan PHT. Sejalan dengan perkembangan waktu penerapan konsep PHT kepada petani di Sumatera Barat terus berjalan secara bertahap. Pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan pada tahun 1992 melalui Program Nasional dan terus berlanjut sampai kini. Dari berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti peningkatan SDM petugas dan petani, Sekolah Lapangan PHT, lokarya, petani pemandu, penerapan teknologi pengendalian OPT telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung peningkatan produksi dan pelestarian lingkungan. Perkembangan PHT ini merupakan asset yang perlu didokumentasikan dalam bentuk buku success story PHT di Sumbar. Harapan kita buku ini dapat menjadi bahan referensi dan menambah khasanah “ke-PHT-an” bagi pemasyarakatan PHT di dunia pertanian kita. Terimakasih kepada Tim Penulis dan semua pihak yang berkontribusi sehingga terwujudnya buku ini. Padang, Oktober 2014 Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat ttd Ir. ARZAL, MP NIP. 19660822.199603.1.002 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
i
PENDAHULUAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) MERUPAKAN SEBUAH KONSEP BACK TO NATURE YANG MELIHAT PADA ALAM TERKEMBANG MENJADI GURU. PHT ADALAH SUATU CARA PENJINAKAN HAMA UNTUK DIKENDALIKAN DENGAN AMAN DAN TIDAK MEMBAHAYAKAN TANAMAN SERTA MAKHLUK HIDUP LAINNYA.
PHT merupakan jawaban atas persoalan klassik yang selama ini membuat hidup dan kehidupan petani, hidup dan kehidupan komoditi yang ditanam petani menjadi meranggas dalam ruang kecemasan kita, yakni gagal panen. Untuk itu PHT memberikan jawaban atas segala persoalan tua yang menimpa tanaman di lahan pertanian kita. Karena, PHT menunjukkan cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman dengan kekuatan unsur-unsur alami yang mampu menekan hama agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan. PHT adalah konsep yang memadukan beberapa komponen, seperti cara pengendalian-pengendalian kultur teknik, hayati, varietas yang tahan penyakit. PHT memulai keterpaduan di lahan itu sejak dari hulu. Hulunya adalah penggunaan varietas unggul yang tahan hama dan penyakit. Ini usaha awal dari pengendalian terpadu yang dilakukan pada pratanam. Sulit dipungkiri, bagaimana pun kelangsungan baik dan buruknya tanaman ditentukan juga dari pemilihan varietas yang unggul dan tahan dari penyakit. Konsep PHT bukanlah memberantas, membasmi secara brutal dengan pestisida, atau memusnahkan hama, akan tetapi dilakukan dengan pengontrolan teratur dan rutin, sehingga bila terdapat sesuatu pada DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
ii
tanaman tersebut dapat dilakukan tindakan yang sesuai dengan kondisi hama penyakit yang menyerang. PHT memerhatikan keseimbangan ekosistem. Bila tanah kurang subur karena minus mikroorganisme, maka petani harus memerhatikan kelangsungan hidup mikrorganisme yang terdapat dalam tanah. PHT menjauhi penggunaan pestisida (bahan kimia) tapi memanfaatkan predator untuk mengendalikan hama dan penyakit dan senantiasa menggunakan pupuk organik. Karena itulah PHT merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan, pengalaman dan pengamalan di lahan. Pada akhirnya PHT membentuk petani yang cerdas bertindak pintar bertanam. Kecerdasan bertindak dan pintar bertanam itulah yang membuat petani menjadi mandiri dalam banyak ruang. Mandiri di ruang pikiran, mandiri berpikir, mandiri bertindak, mandiri energi, mandiri sarana. PHT adalah suatu konsep. Konsep persuasif ala PHT adalah cara pendekatan dalam pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi. Selain pertimbangan ekologi juga termaktub efisiensi ekonomi dalam kerangka pengelolaan agro ekosistem secara menyeluruh. PHT merupakan instrumen penting bagi mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian dan sekaligus berperan dalam pelestarian lingkungan. Karena konsep PHT teruji dalam sikap dan perbuatan yang ramah lingkungan. PHT berawal dari kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat baik bagi lingkungan hidup maupun kesehatan masyarakat. PHT mengendalikan hama secara alami. Pengendalian hama secara alami adalah pengendalian hama yang terjadi di alam tanpa campur tangan manusia. Kita tahu, alam terdiri atas faktor fisik atau non hayati dan hayati . Faktor tersebut dapat menjadi pembatas atau penyekat perkembangbiakan hama. Faktor non hayati misalnya iklim, tanah dan air dari suatu habitat, udara beserta oksigen dan gas lain yang diperlukan bagi kehidupan hama, dapat mendorong atau menekan perkembangbiakan hama. faktor hayati yang berupa musuh alami yang bekerja dengan
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
iii
sendirinya di alam menjadi bagian dari pengendalian alami. Kegiatan musuh alami juga ikut dipengaruhi faktor non hayati. Dengan demikian pengendalian alami merupakan gabungan kegiatan faktor hayati dan non hayati yang menekan perkembangbiakan haman tanpa campur tangan manusia. Agar petani dapat memutuskan secara tepat kapan dan di mana penyemprotan harus dilakukan, maka mereka harus melakukan pengamatan rutin atau monitoring yang selaras dengan pertumbuhan tanaman dan perkembangan hama seminggu sekali. Yang diamati tentang keadaan populasi hama, populasi musuh alami, pertumbuhan tanaman, cuaca, dan lain-lainnya. Setelah petani mengadakan analisis terhadap data ekosistem yang terkumpul, dengan menggunakan pengertian tentang prinsip ekologi dan ekonomi yang sederhana, dengan penuh keyakinan petani dapat memutuskan perlu atau tidak digunakan pestisida. Dengan mengelola lingkungan pertanian secara tepat melalui perpaduan berbagai teknologi pengendalian yang bukan pestisida, maka populasi hama selama satu musim tanam dapat diupayakan untuk selalu berada pada aras yang tidak mendatangkan kerugian ekonomik bagi petani. Dalam keadaan demikian tentunya petani tidak perlu lagi menggunakan pestisida dan cukup mempercayakan pengendalian hama kepada teman-teman petani yang berupa musuh alami yang ada di pertanaman. Apabila petani selalu memelihara kesehatan tanaman melalui budidaya tanaman yang tepat, maka sasaran produktivitas tinggi dapat dicapai dengan biaya pengendalian hama yang minimal. PHT bagaikan taman indah di gurun savana nan hijau. PHT adalah puspa indah di lahan pertanian kita. Ia bagaikan musikal dalam tarian yang harmonis yang memberi keindahan dan kecerahan di ruang kehidupan petani kita. Kisah sukses petani alumni Sekolah Lapangan (SL) PHT dan peranan PHT dalam pertanian perlu dibukukan sebagai bahan motivasi dan referensi kita dalam lembaran kemajuan dunia pertanian Sumbar khususnya, dan Indonesia umumnya. Salam PHT, salam sejahtera petani!
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
Rangkaian SLPHT Padi di Sumatera Barat
PENDAHULUAN
ii
Gubernur Membuka dan Bupati Menutup 22 Penguatan Lembaga Petani Sadar PHT 24
Riwayat PHT di Sumatera Barat
Pertanian dan Kearifan Lokal Minangkabau
PHT, Pola Pertanian Ramah Lingkungan
2
PHT Klop dengan Budaya Bertani Kita
SLPHT, Sekolah Tanpa Dinding
4
Seruan Gubernur Sumatera Barat
“Jangan Bakar Jerami, Jadikan Ia Pupuk Padi
PHT Memberikan Jawaban
Ketika Mimpi Buruk Petani Berganti Indah
26
28
5 Seruan Gubernur Sumatera Barat
Ragam Program Nasional PHT Menciptakan Petani Ahli
6
Dirintis di Tanjungraya, Agam
Petani Pengamat Hama
“Berharap Petani Kerja 8 Jam Jangan Biarkan Lahan Kosong
30
Terapan PHT Ramah Lingkungan
32
8 Kisah Sukses Petani Alumni SLPHT
Sumatera Barat Mem-PHT-kan Petani
Ribuan KT dan Puluhan Ribu Petani Tuntas Pelatihan PHT
Marsilan, Petani Alumni SLPHT Dari Gubuk ke Rumah Rancak
34
Kreasi Marsilan, Tahi Kerbau Jadi Api
37
10
Kegiatan Pengembangan Pertanian Organik
Mewujudkan Petani Mandiri
12
Lingkungan Sehat, Produksi Meningkat, Petani Tangguh Mandiri dan Kuat
Deklarasi Baso Kecamatan PHT
Maridin LB
Dari Hasil Sawah Berangkat ke Mekah
38
Sunarmis : Panen Sesuai Harapan…
40
14 Nulfryatman : Sarjana Seni Sukses di Tani 42
Masyarakat Sadar PHT
Seruan Camat Kepada Masyarakat Baso
16
Yurnita
Dulu, Racun Terbeli Makan Bergaram
44
Bertutur Cakap dengan Ir. Djoni
Kisah si “Pemberontak!” Melawan Racun
Syamsul Bahri Sutan Basa
18
Pelatihan Petani Pemandu
Wujud PHT Oleh Petani
Petani PHT Berpenghasilan Rp48 Juta
45
Nurhikmah
21
Sejak Kenal PHT Gemar Manfaatkan Lahan Tidur
48
Desi Kurnia
Menyesal, Mengapa Baru Kini Mengenal PHT
Pak Jis Temukan Mustika Ajaib
JJ Mustika Penghilang Bau Busuk
61
50 Aziz Rosihan
Dulu Dituduh Gila Kini Jadi Teladan
Meri Sosita
PHT Buka Pola Pikir Kami pada Lahan dan Tanaman
51
62
Rumzi Sutan Sinaro
Karya Seni untuk PHT
64
Susemi
Biaya Bertanam Berkurang, Pendapatan Kami Bertambah
Si Mistik Sahabat Pak Tani
52
Burung Hantu Pun Ikut Menjaga Lahan Petani Kita
66
Suryati
PHT Menjawab Persoalan Musim Kemarau Merisaukan
Si Pemangsa Tikus di Lahan Pertanian Sumbar
53
Ratusan Pasang Burung Hantu Dilepas di Tengah Sawah
67
Lamsiar
Dulu Tak Mempan Diracun, Obatnya Air Mata Kesedihan
Tabung Bambu :
Perangkap Tikus Ramah Lingkungan
69
Pos IPAH, Kelembagaan PHT Milik Petani
72
Trichoderma, Agens Hayati Multiguna
76
56
Pseudomanas Fluorescens Bakteri Pengendali Penyakit Tanaman
79
57
Beauveria Bassiana Si Jamur Pengendali Hama
81
Pemanfaatan Parasitoid Trichogramma
83
PGPR, Mikroba Sahabat Petani
85
Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL)
87
54
Yusni
Produksi Meningkat Pendapatan Membaik
55
Zulmitas
Sekiranya Petani Di-PHT-kan Semua Saya Yakin Petani Maju dan Sejahtera Nurni
Berjibun Manfaat PHT! Azwirman
Panen Berhasil Pitih Tertabung
58
Amri
Sejak Jerami Jadi Pupuk
59
Zedriwan
PHT Mencerahkan Kehidupan Petani
60
Hama dan Penyakit Menyerang
Konsep PHT Bertanam Pisang
90
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
1
RIWAYAT PHT DI SUMATERA BARAT
PHT, POLA PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN
PERKEMBANGAN PENERAPAN PHT DI SUMATERA BARAT TELAH MEMBERIKAN HASIL YANG MEMUASKAN.
TERUTAMA PADA TANAMAN PADI YANG SUDAH MEMBUAT AGROEKOSISTEM YANG STABIL SEHINGGA TIDAK ADA LAGI LEDAKAN SERANGAN HAMA. PENERAPAN
KINI,
PHT SUDAH
MENGARAH KEPADA PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN DAN AMAN DIKONSUMSI DAN BAHKAN ADA YANG SUDAH MENERAPKAN PERTANIAN ORGANIK SECARA TOTAL YANG SUDAH DISERTIFIKASI OLEH LEMBAGA YANG BERWENANG.
2
Sumatera Barat telah mengenal PHT sejak 29 tahun yang lalu. Tepatnya, tahun 1985. Dimulai dengan adanya kegiatan Rintisan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padangpariaman. Sejalan dengan itu pemasyarakatan PHT kepada petani di Sumatera Barat terus berjalan secara bertahap. Seperti disampaikan di atas, bahwa pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan pada tahun 1992 melalui Program Nasional. Kegiatan itu dilaksanakan pada saat program nasional dengan menyiapkan SDM petugas melalui pendidikan D1 PHT dan pelatihan praktis di lapangan. Peningkatan SDM petani dilaksanakan pada musim penyuluhan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang disebar di setiap kabupaten/ kota di Sumatera Barat. Sejak program nasional, penerapan PHT terus berkembang Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) setiap tahun terus dilaksanakan baik melalui dana APBN, APBD provinsi, APBD kabupaten/kota. Yang lebih menggembirakan, bahkan kegiatan PHT ada yang dilaksanakan secara swadaya petani. Kegiatan PHT berupa pelatihan bagi petugas BPTPH, PHP dan PPL dilokasi rintisan PHT. Pelatihan dilaksanakan secara teori dan praktek. Teori dilaksanakan di kelas sedangkan praktek dilaksanakan di lapangan. Disamping itu juga mendemontrasikan penerapan PHT pada tanaman padi dengan membandingkan praktek PHT, sistem kalender, dan petak lokal (perlakuan petani). Pihak-pihak yang terkait pada kegiatan rintisan PHT ini adalah Dinas Pertanian, Balai Penyuluhan Pertani (BPP) dan PPL. Perkembangan penerapan PHT di Sumatera Barat telah memberikan hasil yang memuaskan. Terutama pada tanaman padi yang sudah membuat agroekosistem yang stabil sehingga tidak ada lagi ledakan serangan hama. Kini, penerapan PHT sudah mengarah kepada pertanian ramah lingkungan dan aman dikonsumsi dan bahkan ada yang sudah menerapkan pertanian organik secara total yang sudah disertifikasi oleh lembaga yang berwenang. Petani yang mengikuti SLPHT akan mengerti dan menerapkan
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
beberapa konsep PHT, seperti penjelasan di bawah ini :
Langkah-langkah PHT Langkah-langkah PHT adalah penggunaan varietas unggul tahan hama penyakit dan tekanan atau hambatan lingkungan, penerapan teknik budidaya yang mampu mengendalikan OPT dan penggunaan pupuk organik, peramalan terhadap serangan hama penyakit, pengendalian OPT secara biologis.
Perbaikan Teknik Budidaya Penerapan teknik budidaya meliputi ; penataan pola tanam dan sistem tanam, dan pengaturan jarak tanam dan pemupukan dapat menekan perkembangan OPT. Pengaturan pola tanam dalam setahun (tumpang gilir) dengan tanaman yang berbeda OPT-nya, diharapkan dapat memutus siklus hidup dari OPT. Dengan bertanam secara campuran (mixed cropping) effisiensi lahan dapat ditingkatkan, resiko kegagalan dapat dikurangi, sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan. Dari segi perkembangan OPT sistem tumpang sari sangat menguntungkan apabila tanaman yang ditumpangsarikan memiliki hama yang berbeda dan saling menguntungkan. Sebagai contoh tumpang sari kapas dengan jagung, di mana jagung berfungsi sebagai perangkap (trap crop) bagi hama Heliothis armigera dan kacang hijau dapat menarik predator bagi hama kapas. Atau menanam tanaman jagung, bawang, bunga matahari di pematang sawah kita. Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) sebagai pelengkap dan penyeimbang pupuk buatan, selain mensuplai unsur hara juga berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas menahan air, sifat penyangga (buffer) tanah dan meningkatkan mikroorganisme dalam tanah yang berguna bagi tanaman.
Peramalan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit Peramalan terhadap serangan hama penyakit untuk mengetahui dinamika populasi hama penyakit tanaman yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan cara pengendalian tersebut. Pengendalian hama dan penyakit tanaman berpedoman pada ambang kendali dimaksudkan untuk menentukan saat pengendalian hama dan penyakit tanaman secara tepat.
Pengendalian Hama Penyakit Secara Biologi Secara alami tiap spesies memiliki musuh alami (predator, parasit, dan patogen) yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama tanaman. Peningkatan penggunaan pestisida hayati dengan bahan aktifnya jasad renik penyebab penyakit hama khususnya serangga akan mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimiawi.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
3
SLPHT, Sekolah Tanpa Dinding
MENYEBUT KATA SEKOLAH YANG PERTAMA TERBAYANG OLEH KITA ADALAH SEBUAH BANGUNAN BERATAP, BERDINDING, DAN BERLOKAL SERTA BERGURU.
TERBAYANG
OLEH KITA SEBUAH LOKAL YANG MEMILIKI KURSI DAN PAPAN TULIS SERTA GURU MENJELASKAN DI DEPAN.
BEGITULAH PANDANGAN DAN BAYANGKAN KITA TERHADAP SEBUAH SEKOLAH.
4
Namun tidak begitu dengan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Sekolah yang satu ini, atapnya bukan atap seng atau genteng, tapi beratapkan langit. Sekolahnya bukan berdinding beton atau kayu, tapi berdinding lahan tanam di sekitar kita. Sekolahnya tak berlantai jubin, batu mar-mar atau batu alam, tapi adalah berlantai tanah di lahan pertanian itu sendiri. Adakah gurunya PHT? Tidak. Yang ada adalah pemandu. Ya, pemandu. Konsep pengajaran PHT bukanlah konsep seperti guru dengan murid, melainkan adalah konsep berbagi dan berdiskusi bersama-sama dan bersama-sama mengidentivikasi masalah lalu menyimpulkan apa tindakan dan cara dari solusi dari sebuah masalah itu tadi. Pembelajaran PHT dalam siklus agroekosistem, ditulis, dianalisis, didiskusikan, disimpulkan dan ditindaklanjuti. Sekolah Lapangan PHT adalah sekolah khusus bagi petani. Masa belajarnya adalah selama 1 musim tanam yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman itu sendiri. Durasi pembelajaran adalah mingguan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman dan perkembangan hama penyakit. SLPHT merupakan kolaborasi pemerintah, FAO, LSM dan tokoh petani.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PHT MEMBERIKAN JAWABAN
KETIKA MIMPI BURUK PETANI BERGANTI INDAH D
ARI berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti peningkatan SDM petugas dan petani, Sekolah Lapangan PHT, lokarya, petani pemandu, penerapan teknologi pengendalian OPT telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung peningkatan produksi dan pelestarian lingkungan. Sifat pengendalian hama terpadu itu sangat strategis dan penting. Bila hama tak terkendali akan terjadi krisis pangan secara revolusi. Bila lahan pertanian digerogoti oleh berbagai hama dan penyakit tanaman, maka mimpi buruk petani akan segera menjelma menjadi kenyataan yang menakutkan, yakni gagal panen. Konsep PHT mengubah mimpi buruk petani menjadi mimpi yang indah. Kegagalan panen tak saja menciptakan kerugian di kalangan para petani, sekaligus akan memengaruhi pasar pertanian, di mana komoditi yang gagal panen tersebut akan menjadi langka di pasaran. Seiring dengan itu, harga komoditi tersebut akan melambung tinggi. Bila gagal panen secara lokal masih bisa diatasi, tapi bagaimana dengan regional, atau nasional? Dapat dibayangkan, bahwa itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita semua. Untuk itu, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu menjadi salah satu solusi untuk menjaga lahan pertanian supaya tak dirambah oleh hama yang merisaukan tersebut. Guna mengatisipasi peledakan hama dan pelestarian lingkungan, maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diperkenalkan di Sumatera Barat sejak tahun 1985 yang dimulai dengan adanya kegiatan Rintisan PHT. Sejalan dengan perkembangan waktu penerapan konsep PHT kepada petani di Sumatera Barat terus berjalan secara bertahap. Pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan pada 1992 melalui Program Nasional dan terus berlanjut sampai kini. Dari berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti peningkatan SDM petugas dan petani, Sekolah Lapangan PHT, lokarya, petani pemandu, penerapan teknologi pengendalian OPT telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung peningkatan produksi dan pelestarian lingkungan. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
5
Ragam Program Nasional PHT Menciptakan Petani Ahli Program PHT telah berperan dalam mengatasi kemiskinan yang dulunya diidentikkan kehidupan petani. Kini banyak petani di Sumbar yang telah menikmati hasil dari pembelajaran selama mengikuti SLPHT. Berikut beragam program nasional yang telah diterapkan di Sumatera Barat menyangkut ke-PHT-an tersebut.
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) merupakan kegiatan pelatihanPHT bagi petani. Kegiatan SLPHT ini memakai metoda pendekatan guna mewujudkan petani sebagai “ahli” PHT. Diharapkan, metoda tersebut membantu percepatan tercapainya kelembagaan PHT.
Training of Trainer (TOT) Training of Trainer (TOT) adalah pelatihan yang intensif dapat mengerti dan memahami pengelolaan tanaman dengan menggunakan prinsip PHT, sehingga akan mampu menjadi TOT.
MANFAAT SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU MULAI TERASA BAGI PARA PETANI DI
SUMBAR. MEREKA MULAI MERASAKAN BETAPA KONSEP
PHT
TELAH MENGURANGI BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN HASIL TANAM SERTA PENDAPATAN PETANI.
6
Pemandu Lapangan (PL) Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Sumatera Barat telah dimulai semenjak tahun 1991. Pengelolaan program tersebut telah diawali dengan mengikuti TOT bagi para pemandu lapangan (PL) yang dilaksanakan di Kali Urang, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi DI. Yogjakarta, pada tahun 1990. Lalu dilanjutkan dengan TOT II di BLPP Cihea Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Food Agriculture Organization (FAO). Materi yang pada TOT I adalah bagaimana mengelola Pelatihan PHT dengan metoda Pendidikan Orang Dewasa (POD). Sedangkan pada TOT II lebih rinci lagi yaitu Pengelolaan Pelatihan PHT di FTF (Field Training Facilities) yang mencakup : Metoda Pelatihan Pendidikan Orang Dewasa, Studi Habitat, Perencanaaan Partisipatoris, serta Pelatihan Komputer. Guna lebih memantapkan keterampilan pemandu lapangan dalam pelaksanaan program nasional PHT maka tiap tahun dilakukan pelatihanpelatihan seperti Pelatihan Manajemen Lapangan, Lokakarya PHT, seminar dan workshop yang dibagi per regional Indonesia, barat dan timur.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
7
DIRINTIS DI TANJUNGRAYA, AGAM
PETANI PENGAMAT HAMA
BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMATERA BARAT TELAH MERINTIS LAHIRNYA
PETANI PENGAMAT HAMA (PPH) DI KECAMATAN
TANJUNGRAYA AGAM DALAM MODEL WILAYAH PENGAMATAN.
8
Apa dan bagaimana tentang PPH di kecamatan Tanjungraya Agam ini? Berikut penjelasannya. Petani Pengamat Hama (PPH) adalah solusi yang tepat guna menutupi kekurangan pengamat hama dari golongan pegawai negeri sipil. Salah satu ikhtiar penting dalam peningkatan produksi pertanian adalah pengendalian hama tanaman. Pada era modern ini, lebih dari itu, pembangunan pertanian tidak cukup hanya pada peningkatan produksi semata. Peningkatan produksi belum sepenuhnya mengamankan atau menjamin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Untuk itu, sangat perlu dan sudah saatnya kini pembangunan pertanian mengarah pada peningkatan kualitas dan SDM petani. Dengan begitu, petani tak saja mampu meningkatkan produksi, namun juga mamupu meningkatkan keterampilan mengolah, sehingga hasil pertanian mendapatkan nilai tambah lebih tinggi. Petani yang hebat adalah petani yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Dengan demikian, ukuran kekuatan dan kesinambungan pembangunan pertanian adalah ketangguhan dan kemampuan petani mengkreasi dan mengelola sumber daya alam secara rasional, efisien dan berwawasan lingkungan.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Sukses pembangunan pertanian didukung oleh banyak hal. Salah satu hal yang terpenting adalah peran dan fungsi Petani Pengamat Hama (PPH) itu tadi. Pengamatan dan pelaporan merupakan kegiatan pokok dari PPH yang menyampaikan informasi awal dan gambaran tentang adanya serangan hama, serta usaha-usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman serta masalah-masalah lain yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan tanaman pangan. Informasi yang diperoleh dari PPH digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan pengamatan lebih lanjut, sekaligus tindakan korektif yang tepat guna. Tugas pokok PPH melaksanakan pengamatan, pendugaan teknik pengendalian OPT, pelaporan dan pengawasan pemakaian pestisida. PPH menciptakan sistem pertanian yang profesional, dinamis dan efisien. Arah PPH adalah pengembangan profesi yang profesional, mandiri serta mewujudkan identitas diri sebagai “penyuluh” dan mitra petani. Hal tersebut sesuai dengan amanat UU nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang mengisyaratkan kemandirian petani dalam perlindungan tanaman. PPH juga berperan sebagai “tokoh petani” yang menjadi jembatan antara petani di nagari, petugas dan pemerintah. Menuju profesionalisme maka PPH terus dipicu dengan berbagai program pendukung kemampuan dan pengetahuan dengan cara dilakukan kegiatan belajar yang tiada henti dan berkesinambungan. Diharapkan, PPH dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta cakrawala berpikir sehingga mampu melaksanakan fungsinya seperti yang kita harapkan. Sebagaimana yang disampaikan di atas, PPH adalah petani tokoh atau tokoh petani yang dilatih dalam bidang perlindungan tanaman. Ia diberdayakan untuk mengamankan pertanaman di nagari masing-masing. Di antara PPH ada yang berperan menjadi penyuluh swadaya ke berbagai nagari tetangga, karena soal serangan hama tak mengenal batas administrasi sebuah nagari. Syarat pokok untuk dapat menjadi PPH antara lain, selain tokoh petani atau petani tokoh, yang lebih utama adalah alumni SLPHT, perhatian dan peduli serta memiliki keterampilan dalam bertani atau bertanam dan mengenal seluk beluk dunia tani dan tanam. Seleksi dilakukan berjenjang, mulai dari kecamatan, kabupaten dan propinsi. Dari berbagai pelatihan dan pemberdayaan petani, sampai saat ini telah dapat diberdayakan seratusan petani sebagai PPH, sebagian dari PPH ini dengan berperan sebagai petani pakar.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
9
SUMATERA BARAT MEM-PHT-KAN PETANI
Ribuan KT dan Puluhan Ribu Petani Tuntas Pelatihan PHT
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA TERPADU
(PHT)
TERUTAMA PADA KOMODITI PADI TELAH SEMAKIN BERKEMBANG,
Selanjutnya akan dimasyarakatkan kepada petani sebagai pengguna teknologi, sebagai penciptaan petani ahli PHT. Wujud nyata dari proses transformasi teknologi tersebut adalah pemberian pelatihan PHT kepana para PHP dan PPL di Field Training Fasilities (FTF) Padang. Selama program nasional PHT sudah dapat melatih petani sebanyak 1.936 kelompok tani dengan jumlah petani yang dilatih sebanyak 48.400 orang yang tersebar di seluruh kabupaten kota di Sumatera Barat. Disamping itu telah dapat menindaklanjuti SLPHT tersebut melalui SLPHT Tindak Lanjut sebanyak 120 kelompok tani dengan jumlah peserta SLPHT tindak lanjut sebanyak 3.000 orang. Pola pelatihan PHT sampai dengan saat ini di Sumatera Barat masih tetap dilakukan walaupun sedikit banyaknya terjadi pencairan proses dibandingkan dengan yang dilaksakan sewaktu program nasional PHT terdahulu.
BAIK HASIL PENELITIAN YANG DILAKUKAN PEMERINTAH MAUPUN TEKNOLOGI YANG DIHASILKAN PETANI SENDIRI. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERSEBUT HARUS SECARA TERUS MENERUS DITRANSFOMASIKAN KEPADA PARA
PENGAMAT HAMA PENYAKIT (PHP) DAN PETUGAS LAPANGAN PERTANIAN.
10
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
11
KEGIATAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK
MEWUJUDKAN PETANI MANDIRI Pengembangan pertanian organik ini dilakukan melalui beberapa kegiatan dan lembaga yang mendukung antara lain :
Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO) Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan SDM petani. Diharapkan kelak, petani mampu untuk melaksanakan budidaya tanaman secara organik (tanpa bahan kimia). Sama halnya dengan SLPHT, SLAPO dilaksanakan dengan metode pendidikan orang dewasa, belajar lewat pengalaman di lahan usaha taninya dengan melaksanakan pertemuan minimal 12 kali setiap SLAPO. Setiap angro input dilahan SLAPO diupayakan berasal dari sumber daya lokal sehingga pemanfaatan bahan-bahan yang ada di sekitar lahan usaha tani maksimal dari ketergantungan petani terhadap pihak luar dapat dihindari. Sehinga dapat terwujudnya petani mandiri.
Magang Pertanian Organik
PERJALANAN PHT DEWASA INI TELAH MEMBERIKAN DAMPAK YANG MENGEMBIRAKAN KARENA DI BEBERAPA LOKASI TELAH TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA PERTANIAN ORGANIK YANG MERUPAKAN TUNTUTAN MASYARAKAT TERHADAP PRODUK YANG BERKWALITAS TINGGI.
12
Selain sekolah lapang, peningkatan SDM juga dilaksanakan melalui magang. Peningkatan SDM melalui magang ini tidak saja diikuti oleh petani tetapi juga oleh petugas terutama petugas lapangan (PPL dan PHP). Magang dilaksanakan di Institut Pertanian Organik (IPO Aie Angek) yang merupakan pusat studi dan model pengembangan pertanian organik di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.
Pusat Studi Pertanian Organik Untuk mengali dan mengembangkan teknologi pertanian organik dilakukan berbagai studi di IPO Aie Angek. Pada lahan seluas ± 2 hektare dilakukan sebagai studi untuk mendukung pengembangan pertanian organik. Untuk mendapat hasil studi yang lebih baik juga dilakukan kerjasama dengan instansi dan lembaga lainnya terutama
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
dengan Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Demplot Dalam rangka menyosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dilakukan melalui demonstrasi plot (demplot). Pada lahan demplot ini diterapkan budidaya tanaman secara organik. Keberhasilan yang diperoleh pada lahan demplot ini dapat secara langsung di adopsi oleh petani untuk diterapkan di lahan usaha taninya.
Sertifikasi Organik Kelompok tani ataupun petani secara perorangan yang telah mampu dan memenuhi syarat sebagai pertanian organik dilakukan sertifikasi pertanian organik oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumatera Barat. Sampai saat ini LSO Sumatera Barat. Sampai saat ini LSO Sumatera Barat sudah mengeluarkan atau mensertifikasi 22 kelompok/ perorangan pertanian organik di Sumatera Barat.
Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi Perjalanan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Sumatera Barat melalui pendekatan pendidikan orang dewasa telah dapat menghasilkan beberapa teknologi spesifik lokasi antara lain : Pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati Teknologi tabung bambu yaitu suatu teknologi yang digunakan sebagai perangkap tikus. Perangkap walang segit : Suatu teknologi merangkap walang sangit dengan memanfaatkan keong emas. Pengendalian hama dengan keong mas : Suatu teknologi pengendalian gulma dengan cara memanfaatkan keong mas. Mikro Organisme Lokal (MOL) : Teknologi dengan memanfaatkan mikro organisme lokal. Tabung Bambu : Suatu teknologi pengembangan parasitoid dengan memanfaatkan dengan tabung parasitoid dari bambu. Kompos Jerami : memanfaatkan residu tanaman seperti jerami berbagai macam tumbuhan untuk bahan organik. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
13
LINGKUNGAN SEHAT, PRODUKSI MENINGKAT, PETANI TANGGUH MANDIRI DAN KUAT
DEKLARASI BASO KECAMATAN PHT
BASO MERUPAKAN SALAH SATU KECAMATAN DI KABUPATEN
AGAM.
KECAMATAN INI BAKAL DIJADIKAN KECAMATAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) DI INDONESIA. DI KECAMATAN PHT INI DIHARAPKAN SEMUA KEGIATAN PERTANIAN BERLANDASKAN KONSEP
PHT, SEHINGGA PRODUKSI DAPAT MENINGKAT, KELESTARIAN LINGKUNGAN DAPAT DIJAGA DAN PETANI MANDIRI DAPAT DIWUJUDKAN.
14
Untuk itu para petani yang terhimpun dalam Forum Petani PHT Kecamatan Baso, sepakat mendeklarasikan Baso sebagai Kecamatan PHT. Deklarasi yang dilaksanakan di Nagari Simarasok itu dihadiri langsung oleh Dirjen Tanaman Pangan. Pada kesempatan itu, Ketua FKPHT Baso, Abdul Karim membacakan deklarasi yang diikuti oleh petani anggota menyatakan bahwa dengan kesungguhan dan rasa tanggung jawab dalam mengembangkan pertanian ramah lingkungannya menyatakan : menerapkan konsep PHT sebagai rohnya kegiatan budidaya pertanian, melaksanakan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan aman dikonsumsi, mengajak semua elemen masyarakat Baso khususnya dan Agam umumnya untuk menggerakkan pembangunan pertanian. Pada acara deklarasi ini, selain dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementarian Pertanian, Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS dan juga hadir Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan, Ir. Spudnik Sujono K, MM, Direktur Serelia, Ir. Fathan A.Rasid, MMA, Direktur Aneka Kacangan dan Umbi (Akabi), Dr. Ir. Maman Surahman, MS dan dari Direktorat Perlindungan Tanaman, Ir. Yadi Rusyadi Reksadinata, MM. Dari jajaran pertanian Sumatera Barat hadir Ir. Djoni, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Ir. Arzal, MP, Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pada deklarasi yang diikuti oleh lebih dari 200 orang petani ini, juga terlihat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Kepala Laboratorium PHP dan PAH Bukittinggi, Koordinator PHP Agam, Camat Baso, Pengurus Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat, Ketua Forum Petani Agam (FKPA)Wali Nagari, tokoh masyarakat dan petugas pertanian Lapangan, seperti Pengemat Hama Penyakit, Penyuluh Pertanian. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Sumbar dalam sambutan-
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
nya menyampaikan bahwa penerapan konsep PHT adalah langkah nyata dalam mendorong peningkatan produksi, melaksanakan pertanian yang efisien serta berperan serta petani dalam pelestariana lingkungannya. Sambutan yang diselingi dengan nyanyian bersama petani, seperti nyanyi petani sejahtera dan Lycosa merana karena pestisida mendapat sambutan yang ‘heboh’ dari hadirin. Dirjen Tanaman Pangan dalam arahannya menyampaikan rasa gembira dan bangga atas pelaksanaan kegiatan ini, karena penerapan konsep PHT seperti isi deklarasi yang disampaikan FKPHT Baso akan menjadi pendorong dalam meningkatkan pembangunannya pertanian dengan meningkatkan produksi baik kuantitas maupun kualitas dan menumbuhkan tanggung jawab petani terhadap kelestarian lingkungannya. “Kami melihat wajah-wajah petani disini segar dan sehat, mungkin karena mengkonsumsi pangan yang sehat dari pertanian organik,” ujar Dirjen Tanaman Pangan yang disambut tepukan yang riuh-meriah dari petani Baso. Pada kesempatan ini, saya memberikan pesan atau pekerjaan rumah (PR) kepada petani PHT Baso: 1) Tidak lagi membakar jerami, karena jerami merupakan sumber pupuk yang baik dan pembakaran dapat membunuh Lycosa yang merupakan sahabat petani, 2) Melaksanakan penanaman jajar Legowo, sehingga peningkatan produktivitas dapat dicapai, 3) Kalau dapat tidak menggunakan pestisida karena pestisida adalah bahan berbahaya bagi lingkungannya dan kesehatan manusia. Informasi dari Kepala BPTPH Sumatera Barat, Ir. Arzal, MP, menjelaskan bahwa Baso dipilih sebagai Kecamatan PHT di Sumatera Barat, karena di kecamatan ini telah banyak melaksanakan kegiatan pertanian dan aktivitas petani dalam mendukungnya sangat menggembirakan. Di Kecamatan ini dilakukan sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT), sekolah lapangan pertanian organik (SLAPO), pengembangan agens hayati melalui Pos IPAH, demplot pertanian organik, klinik PHT, dan banyak kegiatan dan aktivitas petani yang dilandasi konsep PHT dan pertanian organik. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
15
MASYARAKAT SADAR PHT
SERUAN CAMAT KEPADA MASYARAKAT BASO
SEPERTI SEBUAH GERAKAN, MASYARAKAT PETANI DI KECAMATAN
BASO TAMPAKNYA SADAR BENAR AKAN APA DAN BAGAIMANA MANFAATNYA
PHT DALAM KELESTARIAN LINGKUNGAN DAN MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI.
16
Kecamatan yang berada di kabupaten Agam Sumatera Barat ini, oleh petani dan masyarakatnya sepakat menyatakan diri sebagai “Kecamatan PHT”. Deklarasi pernyataan kecamatan Baso sebagai kecamatan PHT tersebut sudah dinyatakan oleh masyarakat petani beberapa waktu lalu. Masyarakat petani Baso yakin benar bahwa PHT mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Guna mewujudkan hal tersebut, Camat Baso Budi Prawira Negara AP, M.Si, sejak April 2014 secara resmi menerbitkan Seruan Camat Baso dalam lima poin himbauan untuk petani dan masyarakat. Berikut isi Seruan resmi Camat Baso yang dituangkan pada lembaran berbentuk poster: 1. Agar para petani dan masyarakat tidak lagi membakar jerami, akan tetapi dijadikan kompos untuk pupuk tanaman. 2. Melaksanakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam kegiatan usaha tani. 3. Menjaga dan melindungi satwa yang berguna seperti burung hantu, ular dan musuh alami untuk membantu petani dalam melindungi tanaman. 4. Tidak menggunakan pestisida secara serampangan sehingga mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Demikian Seruan ini kamipril 2014 (tanda tangan) Camat Baso Budi Prawira Negara AP, MSi. Seruan dari Camat Baso tersebut adalah sebuah tanda yang mengisyaratkan bahwa masyarakat Baso khususnya telah dapat merasakan manfaat PHT, tak saja bagi mendorong hasil produksi dan penambahan pendapatan, namun juga menjaga kelestarian lingkungan sehingga harmonisasi alam terus terjaga dan terpelihara.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
17
BERTUTUR CAKAP DENGAN IR. DJONI
Kisah si “Pejuang!” MELAWAN RACUN
KETIKA ALAHAN PANJANG KEHILANGAN LUKAH DAN IKAN YANG JINAK, KETIKA LEMBAH GUMANTI KEHILANGAN KUPU-KUPU, DI SAAT ITULAH LELAKI MUDA ITU MERASA TERPUKUL SEKALI.
ALAHAN ITU ARTINYA LUKAH, TAPI IKANNYA MENGAPA LENYAP.
GUMANTI ITU ARTINYA KUPU-KUPU, TAPI MENGAPA BERAGAM JENIS KUPU-KUPU SEPERTI HILANG DI LEMBAH YANG KIAN SENYAP ITU?
18
Ada sesuatu yang terputus di lahan ini. Yang terputus itu adalah lepasnya satu mata rantai yang membuat alam menjadi senjang dalam keberantakan yang merisaukan. Ya, lelaki muda itu adalah PNS yang baru saja diangkat sebagai pegawai di lingkungan pertanian di Sumatera Barat. Djoni namanya. Djoni muda sudah lama benar mengamati betapa di saat mana negeri ini sudah puluhan tahun merdeka, tapi –di mata anak muda –ini masih ada yang terjajah, yaitu petani. Sebuah perlawanan bathin dari dirinya mendesak urat dada yang tak tertahankan. Ia muntahkan segala ekpresi ketaksanggupan melihat “alam” pincang itu ke dalam sebuah sajak. Sajak yang ia tulis tahun 1985 itu ia beri judul genderang petani. “Innalillahi waiinna ilaihi ro’jiun Datang dari Allah kembali pada Allah Sang anak telah kehilangan bapaknya Sang istri telah kehilangan suaminya Ribuan makhluk telah punah gara-gara pestisida laknat Petani miskin tiada berdaya Petani ditindas dipinggirkan saja Petani melarat sepanjang masa Ini gara-gara pengkhianat Hari ini engkau kobarkan api Api untuk menerangi bangsa ini Bangsa yang gelap di tengah gemerlap Bangsa yang terpuruk di tengah kekayaan Wahai kawan-kawan Sebelum kupu-kupu terakhir mati menggelepar Sebelum burung terakhir berhenti berkicau Marilah...marilah kita berbuat” Sajak keras itu dilantunkan Djoni di saat mana rezim atau kekuasaan Orde Baru benar-benar bertangan besi. Sangat rawan sekali membuat ungkapan sekeras itu di masa tersebut. Tapi, Djoni tidak takut. Bisa saja sembilu subversif ditodongkan pada Djoni; dengan mudah ia bisa ditangkap di saat itu dengan tuduhan menghasut petani. Akibat merilis sajak tersebut, seorang Djoni sampai disingkirkan oleh kawan-kawan sesama PNS yang takut terembai puisi Djoni. Bahkan, atasannya pada waktu itu jelas berang dan seiring dengan itu sanksi sosial, yakni dijauhi kawan-kawan harus dihadapi seorang Djoni dan tak ditegur sapa selama setahun. Tapi Djoni tak peduli. Para penjual atau agen racun pestisida, di mata Djoni tetap dianggap Djoni sebagai pengkhianat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa penjualan pestisida adalah semacam bisnis
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
di lingkar kekuasaan. Dan itu tak akan tersentuh. “Bayangkan, petani tetap saja miskin. Tetap saja ditindas. Tetap saja diberlakukan seperti orang terjajah. Petani dipaksa membeli pestisida. Tak ada uang, boleh ambil di koperasi. Bertanam harus serentak. Kalau kedapatan bertanam mendahului yang lain maka tanamannya itu akan diinjak-injak oleh aparat, dan ini tanpa ampun. Petani kian miskin saja. Derita untuk petani, duitnya dibawa ke kota!” kata Ir. Djoni yang kini Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, dalam suatu percakapan baru-baru ini menyangkut Pengendalian Hama terpadu di daerah ini. Djoni menuturkan, betapa ia benar-benar tidak sepakat sejak dulu melihat dan menyaksikan lahan-lahan petani penuh dengan racun pestisida. Bahkan lahan-lahan itu disemprot dengan menggunakan pesawat capung. Bila petani tak berduit, diperbolehkan berhutang atau meminjam uang di KUD untuk membeli pestisida tersebut. Mengapa kita tak pernah menyadari akibat buruk dari pestisida tersebut. Selain merusak kesuburan tanah, pestisida juga membunuh berbagai hewan secara brutal. Tikus, burung dan lain-lain sebagainya, bisa mati akibat itu. Habis tikus, hilang burung, itu berarti terputusnya satu mata rantai kehidupan. Putus satu mata rantai kehidupan akan berkonsekwensi kepada hal yang lain. Bila itu terjadi, alam tak menjadi harmonis. Ketika alam pincang, maka terimalah bencana itu. “Saya paling geram mendengar kata-kata yang sering disebut orang bahwa alam tak lagi atau alam sedang tak bersahabat. Tidakkah kita pernah tahu bahwa sebenarnya kita yang gemar mengkhianati alam atau merusak alam, kita sebenarnya yang tak bersahabat dengan alam. Lihatlah tingkah laku manusia terkini yang main rambah hutan, main bakar hutan, main racun secara brutal dan berlebihan dan merusak kelestarian itu dengan kerakusan dan keserakahan. Ketika terjadi bencana lalu kita meratap bahwa alam tak bersahabat. Yang tak bersahabat itu adalah kita; bukan alam. Karena alam diciptakan Tuhan bagi makhluknya tetap lestari dan hidup dengan nyaman dan aman. Ketika alam tak nyaman dan tak aman, jangan salahkan alam, tanyakan pada diri sendiri apa yang telah kita lakukan dan kita perbuat pada alam itu sendiri?” retorik Djoni yang dikenal sebagai musuh nomor satu bagi agen atau penjual racun pestisida. Seorang pegawai pertanian—yang kini staf Djoni—bernama Yohannes pernah menceritakan, “Sering sekali terjadi, saat kami di kedai masuk segerombolan orang yang hendak menjual racun pestisida. Kalau itu terjadi, biasanya saya sudah was-was. Pasti akan ribut ujungnya”. Kata Yonannes menceritakan kembali: “ Biasanya Pak Djoni akan langsung tegak dan dengan lantang akan mengahampiri para agen pestisida itu. Ia tak akan segan-segan mengatakan, wa-ang ka manga ?(kamu mau apa?), wa-ang kamaracun nagari ko? (Kamu DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
19
akan meracun negeri ini?). Mendengar hardikan Pak Djoni yang keras, biasanya para agen itu akan mundur sendiri. Dan ia akan lekas-lekas pergi dari hadapan Djoni. Padahal pada masa itu, jabatan Pak Djoni masih staf biasa saja, belum menjadi kepala dinas seperti sekarang”. Sejak itu, para agen pestisida akan kucar-kacir lari dan menjauh kalau melihat atau mendengar ada Djoni. Bahkan, Djoni dengan sangat beraninya memasang poster himbauan di Alahanpanjang tentang bahaya penggunaan pestisida. Padahal seperti yang diketahui, petani Alahanpanjang adalah makanan empuk bagi agen pestisida. Yohannes juga pernah bertanya pada Djoni. “ Suatu kali saya bertanya pada Pak Djoni yang saya panggil dengan sebutan abang. Tanya saya, apa yang ada dalam pikiran abang? Mengapa abang begitu sangat memusuhi pestisida itu? Itulah pertanyaan saya. Saya lihat, Pak Djoni lama terdiam. Lama ia pandang wajah saya. Pertanyaan ini saya ajukan sekitar tahun 1988”, ujar Yohannes. “Lalu Pak Djoni menjawab, saya bermimpi lahan kita yang indah ini terbebas dari segala racun yang mematikan. Saya bermimpi, keseimbangan alam tetap terjaga, tak boleh ada satu mata rantai yang putus. Saya bermimpi sebuah konsep pertanian yang ramah lingkungan akan menjadi solusi yang tepat guna menghindari kepincangan alam yang kian memprihatinkan kita semua. Saya bermimpi, konsep PHT akan membudaya. Dengan konsep PHT, saya yakini tak saja akan mengurangi beban petani dalam membeli pestisida, tak saja akan meefisiensi waktu dan hasil tani yang meningkat, namun lebih dari itu adalah, terjaganya kelestarian alam. Pada akhirnya nanti, alam Minangkabau yang indah ini, tanah Minangkabau yang subur ini akan mekar oleh kebun-kebun jeruk, manggis, sayuran dan lain-lain sebagainya. Berbagai ragam tanaman hayati bersemi bak puspa indah kehidupan petani. Pertanian yang ramah lingkungan adalah sebuah keniscayaan untuk membawa negeri yang penuh pesona ini ke gerbang pintu agrowisata Indonesia, bila perlu menembus dunia. Dan di negeri yang indah ini orang akan berdatangan berkunjung untuk berekreasi. Datang wisatawan, berarti itu adalah devisa bagi kita. Bukankah kepariwisataan lahan yang tak pernah kering. Subur lahan pertanian kita, subur lahan kepariwisataan kita, itu berarti subur lahan rakyat semesta. Mereka datang kemari, duitnya tertinggal untuk kita semua. Begitu kata Pak Djoni pada saya. Kata-kata yang sangat visioner itu masih terngiang oleh saya hingga sekarang”, kata Yohannes. Ya, kembali pada Pak Djoni. Menurut Pak Djoni, gerakan PHT di Sumbar sudah dimulai sejak tahun 1984. Berbagai aksi telah dilakukan. Djoni berharap, kegiatan PHT akan menjadi tradisi bertani di Sumbar. “ Harapan kita, petani tak lagi tergantung pada racun”, ujar Djoni. Kita tahu, kegiatan pencerdasan bagi petani melalui program PHT, sedang gencargencarnya dilakukan di Sumbar. Pertanyaan kita pada Pak Djoni yang sangat akrab dan dekat dengan para petani Sumbar itu adalah mengapa petani perlu dicerdaskan? “ Ini sudah abad 21. Tak masanya lagi membodoh-bodohi petani”, kata Djoni. “ Petani tak pernah pensiun. Selain sebuah culture, dunia tani tak bisa dilepaskan dari dunia bisnis. Sebuah bisnis mustahil tanpa dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan kecakapan. Bila petani berpengetahuan dan cerdas, otomatis kesejahtreraan petani meningkat. Meningkatnya taraf dan harkat serta martabat petani itu berarti , secara umumnya Indonesia dan khususnya Sumatera Barat—lepas dari jerat kemiskinan yang membelenggu. Kesejahteraan petani adalah kekuatan bagi bangsa dan negara yang kita cintai ini”, ujar Djoni seraya menyebutkan, dalam agrowisata, daerah Sumbar memiliki keunggulan bersaing, keunggulan mana yang jarang dimiliki oleh daerah lain. “ Lihatlah, di tepian jalan raya saja, pelintas dapat menikmati air terjun yang bergemuruh di lembah anai”, katanya.
20
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PELATIHAN PETANI PEMANDU
WUJUD PHT OLEH PETANI
PELATIHAN PETANI PEMANDU DI SUMATERA BARAT TELAH DIMULAI SEMENJAK TAHUN 1998 DENGAN TUJUAN MELETAKAN LANDASAN BAGI TEWUJUDNYA
“PHT OLEH PETANI”, DENGAN HARAPAN KEGIATAN
PHT
MERUPAKAN BAGIAN DAN KEBIASAAN SERTA MENJADI PRILAKU BERCOCOK TANAM SEHARI-HARI.
Mengembangkan SDM petani alumni SLPHT perlu ditingkatkan peranannya sebagai pemandu, fasilitator PHT dan pengorganisator petani di daerahnya. Oleh karena itu, petani yang mandiri dan yang telah mengikuti SLPHT tahun sebelumnya perlu dilatih dalam satu pelatihan petani pemandu SLPHT. Selama mengikuti pelatihan calon petani pemandu akan ditingkatkan keterampilannya dalam hal perencanaan, persiapan SLPHT, pelaksanaan dan evaluasi SLPHT. Selain itu peserta akan dilatih tentang pengelolaan kegiatan PHT di lapangan, agar petani pemandu mampu menjadi organisator pengembangan dan penerapan PHT di wilayahnya. Selama program nasional PHT di Sumatera Barat telah terlatih sebanyak 120 orang petani pemandu dan telah mampu melaksanakan SLPHT oleh petani sebanyakn 80 kelompok tani atau 2.000 orang petani Sampai kini kegiatan ini masih terus dikembangkan di Sumatera Barat, hanya saja pola pengembangan SLPHT oleh petani pemandu sedikit berbeda dari yang dilakukan waktu program nasional PHT terrdahulu.
Lokakarya Kegiatan lokakarya dilakukan dengan tujuan mendukung pencapaian kualitas pelaksanaan kegiatan terutama dalam pelaksanaan SLPHT. Lokakarya dilaksanakan setiap paket kegiatan. Kegiatan SLPHT oleh PHT yang sedang mengikuti pelatihan di Field Training Facilities (FTF) dilaksanakan sebanyak 3 kali (awal, tengah dan akhir), sedangkan dalam pelaksanaan SLPHT oleh PHP di luar FTF dikasanakan pada masing-masing Unit Pelaksana Kabupaten (UPK) dan Unit Koordinator Wilayah (UKW). Pelaksanaan Lokakarya di tingkat UPK dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun, hasil lokakarya tingkat UPU di bahas dalam pelaksanaan lokakarya yang dilaksanakan di tingkat UKW setahun sekali. Hal-hal yang dibahas pada saat lokakarya tersebut yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan SLPHT pada tahun yang berjalan. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
21
RANGKAIAN SLPHT PADI DI SUMATERA BARAT
GUBERNUR MEMBUKA dan BUPATI MENUTUP
SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA
(SLPHT) PADI TAHUN 2013 DI SUMATERA BARAT TERPADU
DILAKSANAKAN SEBANYAK
83 UNIT
YANG TERSEBAR PADA HAMPIR SELURUH KABUPATEN/ KOTA.
SLPHT DIALOKASIKAN PADA DAERAH-DAERAH YANG ENDEMIS SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
(OPT) DAN DAERAH KAWASAN PADI. 22
Dalam rangka menyemarakkan gerakan PHT dan pencanangan SLPHT, Gubernur Sumbar Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc membuka SLPHT Padi, Selasa (14/5), di Kelompok Tani Hamparan Sigata, Kelurahan Gantiang, Kecamatan Padang Panjang Timur, Padang Panjang. Pembukaan SL PHT ini diawali dengan menanam Padi Tanam Sabatang (PTS) di lokasi SL PHT diiringi dengan pembukaan selubung papan nama SL-PHT. Hadir dalam pembukaan SL-PHT ini Walikota Padang Panjang, Wakil Walikota Padang Panjang dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatra Barat, Ir. Djoni serta Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Panjang. Gubernur Sumbar mengimbau petani untuk mengikuti SL PHT dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan setiap anjuran petugas pertanian lapangan. Di samping itu, gubernur meminta pada petani untuk melaksanakan konsep PHT dan mengembangkan pertanian organik. “Dalam PHT dan pertanian organik, petani tidak lagi membakar jerami,” tegasnya. Senada dengan gubernur, Walikota Padang Panjang Suir Syam menganjurkan agar petani selalu melaksanakan sistim pertanian organik dan mempedomani anjuran petugas pertanian lapangan.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
“Kota Padang Panjang telah mengembangkan pertanian organik ini karena sesuai dengan visi Kota Padang Panjang sebagai Kota Sehat,” ujarnya. Setelah menjalani rangkaian dan proses sekolah lapangan selama 14 kali pertemuan, di mana 2 kali dilakukan secara sawadaya dilakukan hari temu lapang petani (Farmer Field Day). Wahana penempaan petani dalam perlindungan tanaman, maka SLPHT mendapat banyak perhatian. Tidak salah pada acara temu lapangan SLPHT padi di Kelompok tani Ranah Talang Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari Selasa (2/7), dihadiri langsung oleh Bupati Sijunjung, Yuswir Arifin dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Ir. Djoni. Turut hadir pada acara ini antara lain Staf Ahli Bupati, sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Muspika IV Nagari, penyuluh pertanian, Walinagari Muaro Bodi. Field day sebagai acara penutupan SLPHT yang digelar di bawah tenda di pinggir sawah dan ditandai dengan penyerahan serifikat secara simbolis kepada perwakilan peserta SLPHT. dihadiri kepala Dinas Pertanian Sumbar, Joni, serta pengurus dan anggota kelompok tani yang telah selesai mengikuti SL-PHT tersebut.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
23
PENGUATAN LEMBAGA PETANI SADAR PHT Dalam pengembangan dan pemasyarakatan PHT di Propinsi Sumatera Barat telah terbentuk berbagai macam organisasi PHT, akan tetapi masing-masing Kabupaten/ Kota berbeda nama organisasinya akan tetapi kegiatannya sama yaitu sesuatu organisasi yang aktivitasnya mengembangkan PHT, adapun nama organisasi tersebut antara lain : Himpunan Petani Minang Peduli Lingkungan (HPMPL) Provinsi Sumatera Barat. Forum Komunikasi Petani Agam di Kabupaten Agam (FKPA). Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat. Forum Petani Pakar organisasi petani ahli tingkat propinsi Petani Pemandu Sumbar, Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu (IPPHT) Kabupaten Solok dan IPPHTI Kabupaten Padang Pariaman. Posko PHT : Organisasi Petani PHT Tingkat Nagari (Desa), Pos Informasi dan Pelayanan Agens Hayati (Pos IPAH), organisasi petani pengembang agens hayati tingkat Nagari Klinik PHT : Organisasi Petani PHT Tingkat Nagari.
PENGEMBANGAN DAN PEMASYARAKATAN KONSEP
PHT TIDAK
TERLEPAS DARI PEMBERDAYAAN DARI BERBAGAI STAKEHOLDER PERLINDUNGAN TANAMAN YANG ADA, TERMASUK ORGANISASI PETANI
PHT ITU SENDIRI. 24
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
25
PERTANIAN DAN KEARIFAN LOKAL MINANGKABAU
PHT KLOP DENGAN BUDAYA BERTANI KITA
BERCOCOK TANAM DAN BETERNAK ADALAH BUDAYA KENTAL MASYARAKAT
MINANGKABAU. BERPIKIR UNTUK HIDUP KE ESOK DICERMIN KAN ORANG
MINANG DENGAN
ADANYA RANGKIANG DI HALAMAN RUMAH GADANG.
RANGKIANG
TEMPAT MENYIMPAN PADI. ITU ADALAH CERMINAN DARI KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT
MINANG
MARI KITA SINGKAP HUBUNGAN ATAU POLA
PHT DENGAN POLA KEBUDAYAAN ATAU CARA BERCOCOK TANAM ORANG
MINANGKABAU. 26
Pola tanam PHT adalah pola yang menggali kembali “ ilmu” nenek moyang kita yang selama ini tersuruk dan lenyap dalam dunia pertanian kita. Ayo kita menyibaknya… Bertani dan beternak bagi orang Minang adalah tabungan kesejahteraan. Prinsip kemakmuran orang Minang, ketika padi menjadi, ketika taranak berkembang, ketika jagung berbunga—bak pepatah “ bumi sanang padi manjadi, padi masak jaguang maupia, anak buah sanang santosa, bapak kayo mande batuah, mamak disambah urang pulo”. Begitulah tujuan hidup orang Minang, yakni bumi sanang padi manjadi taranak bakambang biak. Hidup yang penuh berkah, yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu “baldatun taiyibatun wa robbun gafuur”. Dan tentu saja hal itu adalah cermin dari kesepakatan masyarakat Minangkabau dalam sandaran sikap “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”. Asas pemanfaatan bagi orang Minang sangat tinggi. Dalam kehidupan sosial dan budaya, orang Minang tak mengenal apa yang kita sebut dengan sampah masyarakat. Mengapa, karena bagi orang Minang, tak ada orang yang tak berguna. Orang Minang senantiasa memercayai dan memberikan sebuah pekerjaan kepada orang yang tepat seperti yang disampaikan oleh pepatah kita : “Nan Buto pahambuih lasuang, nan pakak palapeh badie, Nan lumpuah pahuni rumah, nan kuek paangkuik baban, nan jangkuang jadi panjuluak, nan randah panyaruduak, nan pandai tampek batanyo, nan cadiak bakeh baiyo, nan kayo tampek batenggang. Konsep the right man in the right place masak dalam kehidupan sosial orang Minang. Pembagian kerja bagi orang Minang itu rasional atau objektif. Semua termanfaatkan. Itu sesuai pula dengan sabda Rasulullah: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” [Hasan: Shahih Al-Jami’ no. 3289]. Prinsip pemanfaatan manusia dan SDM bagi orang Minang itu sangat rasional dan objektif sekali. Bahkan, pemanfaatan
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
lahan bagi orang Minang sangat selektif. Tak ada lahan yang tak berguna bagi orang Minang. Semua lahan termanfaatkan sesuai bentuk, lokasi dan jenisnya. Sesuai benar dengan pepatah : “ Nan lurah tanami bambu, nan lereang tanami tabu, nan padek kaparumahan, nan gurun buek ka parak, nan bancah dibuek sawah, nan munggu kapakuburan, nan gauang ka tabek ikan, nan padang kapaimpauan, nan lambah kubangan kabau, nan rawang payo kaparanangan itiak” . Semestinya juga, masyarakat Minangkabau tak mengenal apa yang disebut dengan lahan telantar atau lahan tidur. Masyarakat Minang adalah masyarakat pertanian, ketika ke rimba berbunga kayu, air tergenang dijadikan kolam ikan, tanah tanah ditanamkan benih, tanah keras dibikin ladang, sawah bertumpak di tanah yang datar, ladang berbidang di lahan yang lereng. Begitulah budaya sosial masyarakat kita di Minangkabau. Bahkan orang Minang sudah memiliki teknologi pertanian yang merupakan warisan dari nenek moyang kita. Mereka bertani sesuai musim. Seperti pesan pepatah:” Ka ladang di hulu tahun, ka sawah di pangka musim, hasia banyak nkarano jariah, hasia buliah karano pandai”. Pepatah itu menyisipkan dua kata inti dalam hal ihwal berladang orang Minang. Yakni, pertama kerja keras, kedua karena pengetahuan atau kepandaian berladang. Dan hal ini sesuai benar dengan konsep PHT. Semangat dan optimisme orang Minang itu sangat tinggi. Tak ada yang tak mungkin bagi orang Minang asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras. “lawik dalam buliah diajuak, bumi laweh dapek digali, bukik dapek diruntuah, asa bajariah bausaho. Lawik ditimbo lai ka kariang, gunuang di runtuah mungkin data, sadang dek samuik runtuah tabiang, apolagi dek manusia nan baraka”. Begitulah dalil rasional orang Minangkabau. Jauh sebelum Koes plus mendengakan tongkat ditanam jadi “buah”, orang Minang sudah lebih dulu meyakini. Bahkan tak tongkat saja yang tumbuah, melainkan artinya lebih luas, yakni “ Apo ditanam namuah tumbuah, bijo ditanam ka babuah, batang ditanam kabarisi, batanam nan bapucuak, mamaliharo nan banyao”. Bahkan, sebelum bertanam, orang minang memikirkan perairan atau irigasi. “ Dibuek banda baliku, tibo di bukik digali, tibo di batu dipahek, tibo di batang di kabuang”. Begitulah kearifan lokal orang Minangkabau dalam bertani dan bataranak itu tadi. Bila ada lahan tak termanfaatkan, wajib kita bertanya? Mengapa? Apakah karena lahan kering tak teraliri irigasi? Apakah karena kita sudah pemalas? DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
27
SERUAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
“JANGAN BAKAR JERAMI, JADIKAN IA PUPUK PADI” PADA JUNI DELAPAN TAHUN YANG SILAM,
GUBERNUR SUMATERA BARAT SEMASA DIJABAT GAMAWAN FAUZI, MENYANGKUT PHT MELAKUKAN SERUAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN DAN KEMANDIRIAN PETANI SERTA PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI PENIGKATAN EFISIENSI USAHA TANI, MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP SARANA PRODUKSI SINTETIS DAN PENINGKATAN MUTU PRODUKSI PERTANIAN.
28
Terdapat tujuh poin Seruan Gubernur yang ditujukan kepada para petani. Dalam Seruan itu Gubernur meghimbau petani supaya tidak lagi membakar jerami tetapi dijadikan kompos yang selanjutnya digunakan untuk pupuk tanaman padi. Seruan pada poin kedua, Gubernur menghimbau petani supaya melaksanakan pertanian terpadu antara tanaman dan ternak yang menjadi pilihan utama dalam berusaha tani. Pada poin ketiga diserukan, supaya kotoran ternak dijadikan sebagai pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman dijadikan kompos yang selanjutnya menjadi pupuk utama pada kegiatan budidaya pertanian. Pada poin keempat Gubernur menyerukan pelaksanaan pengendalian hama penyakit tanaman dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Pada poin kelima diserukan Gubernur supaya petani memanfaatkan tanaman sumber bahan nabati dan agens hayati untuk pengendalian hama penyakit tanaman. Pada poin keenam seruan gubernur berbunyi supaya petani menjaga serta melestarikan keseimbangan dan kesehatan agroekositem dengan cara tidak atau meminimalkan bahan kimia buatan (sintetis) yang dapat merusak lingkungan. Terakhir pada poin ketujuh diserukan kepada semua pihak baik pemerintah maupun non pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengimplementasikan seruan ini. Demikian seruan Gubernur Sumbar semasa dijabat oleh Gamawan Fauzi. Seruan ini menandakan betapa serius dan sungguh-sungguhnya Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dalam mewujudkan pertanian berkonsep pengendalian hama terpadu yang seriring dengan pelestarian lingkungan.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
29
SERUAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
“Berharap Petani Kerja 8 Jam Jangan Biarkan Lahan Kosong” PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT SANGAT BERKESUNGGUHAN DALAM MEWUJUDKAN PERTANIAN BERKONSEP
PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT). SEJAK DARI GUBERNUR TERDAHULU HINGGA DIJABAT GAMAWAN FAUZI SAMPAI KE GUBERNUR IRWAN PRAYITNO, KONSEP PHT MENJADI KONSEP YANG DIHARAPKAN MEMBUDAYA DAN MENTRADISI BAGI PARA PETANI DI RANAH INI.
30
Gubernur Irwan Prayitno menyampaikan lima poin Seruan yang disampaikan pada para petani kita. Pada poin pertama, Gubernur menghimbau petani agar memahami bahwa peningkatan kesejahteraan petani dimulai dari petani itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT bahwa “Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11). Pada Seruan poin dua, Gubernur mengingatkan petani supaya meningkatkan kegiatan produktif, sehingga setiap hari paling kurang 8 jam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan usaha tani. Gubernur pada poin ketiga menyerukan petani untuk melaksanakan berbagai jenis usaha tani, paling kurang 3 usaha tani yang dilaksanakan secara terpadu, seperti usaha tani tanaman pangan; ternak, perkebunan, perikanan dan pengelolaan komoditi kehutanan. Pada Seruan keempat, Gubernur menghimbau petani agar tidak membiarkan lahan-lahan kosong dengan cara menanam berbagai jenis tanaman produktif. Terakhir di poin lima Gubernur Irwan Prayitno menyerukan pelaksanaan usaha tani secara efisien dengan mengurangi penggunaan sarana produksi dari luar dan melaksanakan usaha tani terpadu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di sekitar kita. Gubernur menutup Seruan dengan harapan semoga kerja keras kita diridhoi oleh Allah dan kesejahteraan petani dapat diwujudkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
31
TERAPAN PHT RAMAH LINGKUNGAN Penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT sudah merupakan pertimbangan terakhir setelah cara-cara lainnya tidak mampu untuk mengendalikan OPT. Sebagai alternatif pengganti pestisida, penggunaan agens hayati lebih dioptimalkan. Untuk pengembangan dan pemasyarakatan agens hayati dilakukan melalui Pos IPAH yang didirikan di tingkat kelompok tani. Pos IPAH yang dikoordinir oleh seorang petani yang terampil memberikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat tani lainnya. Pada Pos IPAH ini dilakukan perbanyakan agens hayati untuk disebarkan kepada para petani yang memerlukan dan sekaligus diberikan petunjuk dan bimbingan oleh penanggung jawab Pos IPAH. Guna memantau perkembangan agens hayati terutama dalam hal mutu agens hayati dilakukan pengawasan oleh Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit dan Pengembangan Agens Hayati (LPHP dan PAH).
PENERAPAN PHT TELAH MEMBERIKAN DAMPAK YANG LUAS TERHADAP POLA BUDIDAYA TANAMAN.
DIMANA PADA AKHIRAKHIR INI PENERAPAN BUDIDAYA TANAMAN OLEH PETANI TELAH MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN.
32
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
33
KISAH SUKSES PETANI ALUMNI SLPHT
MARSILAN, PETANI ALUMNI SLPHT DARI GUBUK KE RUMAH RANCAK
MARSILAN MEMULAI KEHIDUPAN DI RUMAH BERATAP RUMBIA BERDINDING BAMBU BERLANTAI TANAH.
“LEBIH BAGUS KANDANG KERBAU SAYA YANG SEKARANG INI KETIMBANG RUMAH YANG DULU KAMI TEMPATI”, TUTUR
MARSILAN
SERAYA MENUNJUK KE KANDANG KERBAUNYA YANG BERADA TAK JAUH DARI RUMAHNYA YANG SEKARANG.
34
Pagi itu matahari bersinar bagus. Cahayanya seakan menyiang padi yang sebentar lagi masak yang terhampar di nagari Kasai, Kecamatan Batanganai, Kabupaten Padangpariaman. Di tengah sawah itu seorang lelaki tampak asik bertanam bawang di pematang sawahnya yang lebarnya sesiku. “Kata Pak penyuluh dari dinas pertanian Sumbar, pematang sawah harus dimanfaatkan dengan berbagai tanaman dapur seperti bawang, seledri atau bunga matahari”, ujar petani yang tampak masih gagah di gurat usianya yang mulai menua. Siapa dia? Namanya Marsilan, lahir tahun 1948. Ia berasal dari Jawa. Tinggal di Sumbar sudah sejak tahun 1974. Kemudian ia berbini dengan nak rang Kasai, di karunia tiga orang anak. Kisah rumah tangga Marsilan yang menghidupi keluarga dengan bersawah itu sungguhlah sepantun dengan pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Marsilan memulai kehidupan di rumah beratap rumbia berdinding bambu berlantai tanah. “ Lebih bagus kandang kerbau saya yang sekarang ini ketimbang rumah yang dulu kami tempati”, tutur Marsilan seraya menunjuk ke kandang kerbaunya yang berada tak jauh dari rumahnya yang sekarang. Pada masa-masa dahulu, kehidupan bertani benar-benar susah. Hidup Senin – Kemis. Bila panen gagal, atau hama menyerang, tak ada pilihan lain,Marsilan dan keluarga siap dengan penderitaan yang lama dalam kesusahan yang panjang. Soal hama dan penyakit tanaman yang tak terkendali itu lah yang selalu bikin gamang petani dan menghantui hari-hari.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
“ Saya mengetahui tentang hama dan penyakit tanaman pada tahun 1991 sewaktu mengikuti Sekolah Lapangan PHT “ , kata Marsilan dalam sebuah percakapan di dangau-dangau di tengah sawahnya yang berluas 2 hektar itu. Ia bertutur, sebelum mengikuti SL PHT masalah hama dan penyakit tanaman ia atasi dengan cara tradisional saja, misalnya dengan ritual tolak bala atau melakukan pemburuan hama bersama-sama. Katanya, dulu hama dianggap musuh yang harus diberantas habis. Tapi, sejak mengikuti SL PHT itu, hama tak lagi dianggap musuh. Katanya, dari PHT ia mengerti dan memahmi bahwa hama untuk dikendalikan bukan untuk dimusnahkan. “ Karena hama juga punya untuk hidup”, kata Marsilan yang pernah meraih gelar Petani Teladan Nasional. Apa dan bagaimana pandangan Marsilan tentang dunia pertanian setelah mengikuti SL PHT? Berikut penuturan Marsilan …… “ Dulu saya berpandangan, apa saja jenis hamanya, ya untuk dibunuh. Tapi, sejak PHT itu pandangan saya jauh berubah. Mereka, para hama itu juga makhluk hidup. Juga punya hak untuk hidup. Mereka tidak untuk dibasmi tapi untuk dikendalikan. Ya,pengendalian hama. Karena dia punya hak untuk hidup, kita harus tahu dulu dengan jenis hama itu. Kita harus tahu tentang pengetahuan hama. Misalnya, tikus. Kita tahu bagaimana tikus berkembang biak. Bahkan tahu berapa anak satu ekor tikus dalam setahun. Begitu juga dengan hama wereng. Harus kita pelajari pula apa dan bagaimananya wereng ini. Singkat kata, SL PHT memberikan pelajaran bagi kita untuk mengetahui perilaku hama apa saja. Setelah kita tahu dengan hama, pertanyaan kita adalah mau kita apakan mereka supaya jangan memakan atau merusak tanaman kita. Kita hindarkan serangannya. Kita alihkan perhatiannya. Dan, kita punya cara untuk mengatasi populasinya. Terasa benar oleh saya apa manfaat setelah saya mengenal dan belajar ke-PHT-an itu. Manfaat yang paling terasa benar adalah mengurangi biaya produksi tanam. Dulu main pestisida saja. Ada hama, main semprot. Habis cerita! Alhamdulillah, peningkatan produksi tanam saya bertambah. Karena PHT juga mengajari kita mengenal jenis benih dan tanaman yang tahan terhadap serangan pemakan tanam dan penyakit tanaman , sekaligus kita mengenal apa dan berapa kebutuhan tanaman itu sendiri. SL PHT, luar biasa manfaatnya. Kita tak hanya sekedar diberi tahu soal penanggulangan hama dan penyakit tanaman, namun juga diberitahu tentang ekologi tanah. Kita mengenal asam tanah, basa tanah atau PH tanah. Petani yang telah Sekolah Lapangan PHT, pastilah seorang petani yang kreatif. Petani PHT adalah petani yang mengusahakan kebutuhan tanaman dan bagaimana cara penanggulan hama. Alam takambang jadi guru, prinsip PHT persis begitu. Belajar dari alam dan memanfaatkan tumbuhan sekitar kita untuk dijadikan pengendali hama bahkan pupuk. Untuk pupuk, kita tak perlu lagi menggunakan berbagai pupuk kimia olahan pabrik. Sisa jerami, bila dulu dibakar di tengah sawah. Sekarang tidak lagi. Betapa kotornya langit ketika awang-awang dipenuhi oleh asap. Dan itu mengotori lingkungan. Kini, sisa jerami itu ditumpuk dan diolah dijadikan pupuk. Bila dulu memakai urea, sekarang memakai pupuk kandang yang diolah sendiri dari jerami dan lainnya. Kita tak perlu lagi membeli TSP atau KCL. Betapa uang petani dulu habis dengan membeli berbagai perangsang tumbuhnya tanaman. Dulu kita pakai berbagai jenis obat-obatan buatan pabrik. Contoh 2PT ( zat pengatur tumbuh). Setelah mengenal PHT kami ganti dengan rebung bambu dan anak pisang serta air kelapa. Lihatlah, mengapa rebung cepat sekali tumbuhnya? Mengapa anak pisang juga cepat tumbuh? Semua itu membuat kita berpikir kreatifdan selalu mencari tahu. Dan PHT adalah DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
35
media bagi petani untuk membuka cakrawala dan pengetahuan kita serta bertindak dan bersikap kreatif. Ya, setelah kita tahu rebung cepat tumbuh dan anak pisang juga cepat tumbuh, tentu ada zat yang merangsang tanaman itu. Kemudian, kita mengkreasinya sendiri. Rebung dan anak pisang ditumbuk. Lalu kita masukkan air kelapa. Tambahkan sedikit gula merah. Kita inapkan cairan itu selama seminggu. Kemudian cairannya dengan perbandingan 1:6 kita campur dengan air. Itulah yang kita semprotkan ke tanaman. Hasilnya, lihat, betapa suburnya padi saya! Dulu, sebelum mengenal konsep dan prinsip PHT, sebelum saya sekolah lapangan PHT, bila ada hama dan penyakit tanaman, ujung-ujungnya kita pasrah saja. Atau melakukan ritual tolak bala. Habis itu, ya berpasrah diri begitu saja. Hilang akal kami. Dan, membiarkan nasib tanaman hancur dan panen gagal. Bila sudah begitu, nasib buruk dan kemiskinan membayangi kehidupan kami tiap hari. Sekali lagi, sekarang tidak begitu lagi. Cara kami sesuai ajaran PHT dalam mengendalikan hama adalah dengan cara mengalihkan makanan hama. Contohnya, hama walangsangit. Walang sangit suka dengan sesuatu yang berbau amis atau anyir. Cara mencegahnya tak lagi melalui racun atau berbagai obat pestisida. Tidak begitu. Yaitu dengan cara mengumpulkan keong emas. Keong emas itu kita pecahkan. Bangkainya ditaruh di atas sabut kelapa yang diberi tunggak yang dipancangkan di tengah sawah atau pematang. Bila sulit mencari keong emas, ganti dengan terasi. Kalau perlu pakai ramuan nabati atau agens hayati. Nah, perhatian walang sangit tak lagi menyerang tanaman padi kita, tapi memakan keong emas dan terasi itu tadi. Padi pun selamat. Melalui PHT petani diberi tahu tentang pengetahuan daun-daun dan berbagai macam akar-akaran. Daun-daun dan akar-akar itu ang mengandung racun yang sangat tak disukai oleh hama. Contoh daun surian, akar tuba, daun tembakau lalu dihancurkan dan diberi air untuk disemprotkan supaya hama menjauh karena tidak suka dengan bebaunan yang kita semprotkan itu. Soal tikus. Dulu sangat merepotkan kita. Sekarang tidak lagi. Melalui SL PHT kita diberi tahu tentang perilaku tikus dan perilaku hama lainnya. Tikus, cukup kita perangkap dengan membuatkan “istananya” yakni dengan menaruh bambu sepanjang satu depa. Atau, racun tikus bisa kita ganti dengan buah karet yang direbus setengah matang, lalu diumpan dengan terasi. Bagi saya konsep PHT bukan semata suatu teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman. Lebih dari itu, PHT adalah filosofi “penyadaran petani” dalam kehidupan dan hidup. Petani dipicu terus untuk berinovasi dan menciptakan teknologi sendiri. PHT membuat petani kreatif. Dulu saya menggantungkan benih dari pemerintah. Sekarang pasca mengikuti SL PHT, saya bisa menghasilkan benih sendiri sesuai dengan keinginan saya dengan pemurnian varitas lokal serta penyilangan benih. Saya diberi bantuan oleh Dinas Pertanian Sumbar untuk memurnikan benih lokal dan adaptasi ke beberapa daerah. Hasilnya, petani bisa memilih atau menentukan benih pilihan. Alhamdulillah, pasca SL PHT , saya merasakan peningkatan produksi dan penghasilan tiap tahun meningkat. Dulu tempat tinggal saya pondok buruk atau gubuk “derita”. Sekarang, alhamdulillah tak lagi bak dulu itu. (Lalu Marsilan membawa kita ke rumahnya. Sungguh, rumahnya bagus. Rumah batu yang berdisain gaya kini. Tak lagi beratap rumbia, tapi sudah beratap seng tebal. Tak lagi berlantai tanah, tapi sudah berlantai batu mar-mar). Terimakasih saya sampaikan pada Pemerintah propinsi Sumbar melalui Dinas Pertanian Sumbar atas segala binaan dan perhatiannya kepada kami para petani ini sehingga produksi pertanian kami terus meningkat dan kemiskinan di rumah tangga petani dapat terhapuskan dan berganti dengan “kecukupan” hidup bukan lagi serba kekurangan.
36
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
KREASI MARSILAN TAHI KERBAU JADI API Ketika orang heboh dan panik sulit minyak tanah atau harga elpiji melambung tinggi, Marsilan mulai berpikir bagaimana cara mengganti elpiji dengan “zat” yang lainnya. Marsilan sendiri sungguh tak mau memasak dengan menggunakan kayu penyulut api. “Sekolah lapangan PHT telah membuat saya untuk lebih berpikir dan hidup kreatif serta tak mudah berputus asa. PHT membuka cakrawala saya. Karena PHT, alam di sekeliling saya benar-benar menjadi ruang untuk belajar. Apa yang saya lihat, tak saja sekedar dilihat secara lahiriah, tapi juga melihat kei intinya. Mengapa harus begitu, mengapa harus begini, mengapa itu begitu, mengapa itu begini, mengapa itu menjadi itu, mengapa itu menjadi ini…Ya, SL PHT mengajarkan saya untuk hidup selalu bertanya dan mencari jawabannya”, ujar Marsilan petani kita yang sukses dalam kehidupan. Ketika orang heboh sulit minyak tanah atau harga elpiji melambung tinggi, Marsilan mulai berpikir bagaimana cara mengganti elpiji dengan “zat” yang lainnya. Marsilan sendiri sungguh tak mau memasak dengan menggunakan kayu. Katanya, memasak dengan menggunakan kayu adalah merusak lingkungan. Hitung saja, sehari kita butuh kayu berapa untuk memasak. Seminggu berapa, sebulan berapa, setahun berapa, dan kalikan selama berpuluh-puluh tahun dan kalikan juga dengan jutaan rumah tangga yang memasak menggunakan kayu. Lamalama, kata Marsilan, kayu hutan bisa plontos hanya gara-gara digunakan untuk memasak. Marsilan mendengar kabar, bahwa tahi kerbau mengandung gas. Gasnya itu bisa dimanfaatkan untuk memasak. Lalu, Marsilan mencari tahu tentang “biogas” tersebut. Karena, beberapa ekor kerbau yang ia pelihara, tahinya hanya digunakan untuk bahan pupuk kandang saja. Pada akhirnya, Marsilan menemukan jawabannya. Dengan sederhana ia membuat rangkaian. Tahi kerbau ia beri bak, lalu gasnya ia kumpulkan dalam plastik sederhana. Dalam plastik itu ia beri aliran dengan pipa sebesar jempol. Gasnya, ia alirkan ke kompor gas. Maka, ketika dibuka kran di pipa itu, yang keluar adalah gas. Maka, dengan bermodal Rp 1,5 juta, Marsilan telah memiliki “kompor gas” sendiri yang bahannya dari tahi sapi. “Saya telah menghemat uang setidaknya Rp 300 ribu sebulan sebagai pembeli gas elpiji. Dan teknologi sederhana dari biogas ini sudah saya kembangkan pula dilingkungan tempat tinggal saya ini”, ujar Marsilan seraya memperlihatkan kompornya yang bergas itu. “ Ramah lingkungan adalah konsep dasar dari PHT juga !” tukas Marsilan. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
37
MARIDIN LB
DARI HASIL SAWAH BERANGKAT KE MEKAH
KEMALANGAN BAGI PETANI ADALAH KETIKA MUSIM PANEN HAMPIR TIBA, MENDADAK DISERANG TANAMAN HAMA DAN PENYAKIT.
ITULAH PENDERITAAN PETANI YANG TAK HABISHABISNYA.
GAGAL
PANEN BERARTI HUTANG BERTAMBAH SELILIT PINGGANG.
KESUSAHAN
SEPERTI ITU MENJADI IDENTITAS YANG SULIT LEPAS DARI KEHIDUPAN PETANI.
38
Maridin LB, tinggal di Bari Sicincin. Pak Tani kita yang satu ini sudah naik haji. Anaknya 3 orang. “ lah lepas semua. Anak-anak saya sudah kawin ketiganya”, Kata Maridin yang memiliki 1,5 hektar lahan sawah dan 1 hektar ladang pisang. Ketika ditanya soal ke-PHT-an, Maridin yang lahir tahun 1950 ini berbicara penuh semangat. Tak tampak di wajahnya usianya yang sudah 64 tahun itu. Ia masih seperti lelaki yang 50-an. “ Bertani membuat kita sehat!” kata Maridin yang ditemui saat asik mematut-matut sawahnya yang subur menghijau. Maridin sejak muda sudah turun ke sawah. Kedua orangtuanya petani. Ilmu bertanam ia dapatkan secara turun temurun. Maridin mengikuti Sekolah Lapangan PHT tahun 1992. Berikut penuturan Maridin soal kisah sukses bertaninya pasca PHT: Dulu, sebelum mengetahui teknologi PHT, saya ke sawah dengan cara lama saja. Maksudnya, cara orangtua kita dahulu. Kalau datang hama dan penyakit tanaman dihadapi dengan doa atau ritual tolak bala. Kalau hama dan penyakit tanaman masih merajalela, kita semprot pakai obat atau racun yang berbahan kimia. Sehingga, biaya untuk membeli racun dan pupuk urea harus disiapkan juga. Biaya produksi bertanam itu sungguh banyak. Kemalangan bagi petani adalah ketika musim panen hampir tiba, mendadak diserang tanaman hama dan penyakit. Itulah
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
penderitaan petani yang tak habis-habisnya… Gagal panen berarti hutang bertambah selilit pinggang. Kesusahan menjadi identitas yang sulit lepas dari kehidupan petani. Tapi itu, dulu. Dulu saya merasakannya begitu. Sekarang tidak lagi. Tidak begitu lagi setelah saya mengikuti Sekolah lapangan PHT pada tahun 1992. Banyak benar manfaat yang ia rasakan setelah mengikuti PHT itu. Meningkatnya produksi, berarti meningkatnya penghasilan kita. Dari sekian banyak manfaat yang saya rasakan adalah, manfaat kesehatan. Menggunakan racun kimia atau pestisida adalah sesuatu yang sangat tidak sehat. Terutama, tidak sehat bagi lahan kita. Dulu, bila tanaman terserang hama atau penyakit, sedikit-sedikit yang kita beli adalah “ubek”. Padahal ubek yang sering kita sebut itu aalah racun. Sejak mengikuti SL PHT, ubek atau racun itu sudah saya ganti dengan “ubek” buatan sendiri yang tak mengandung racun kimia. Bahan-bahannya dapat kita peroleh dari tanaman lingkungan sekitarnya. Lihatlah, betapa banyaknya tanaman yang tumbuh di sekitar kita yang dapat menghalau hama atau penyakit tanaman itu sendiri. Contohnya adalah jahe, lengkuwas, kunyit dan kayu-kayu yang rasa pahit itu bila diolah secara alami dapat dijadikan sebagai penawar hama dan bibit penyakit. Dengan cara ini saya tak lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk pembeli pestisida. Karena, saya sudah dapat menggantikan pestisida dengan bahan olahan sendiri yang sangat alami sekali. PHT, di mata saya adalah sebuah konsep bertani yang menjaga keserasian dan keharmonisan alam. Alam harus serasi dan seimbang. Satu mata rantai tak boleh diputus. Putus satu mata rantai, rusak lingkungan. Makanya, hama bukanlah musuh. Hama bukan untuk dibasmi habis-habisan. Melainkan, hama dan bibit penyakit itu untuk dikendalikan.
Hantu Suluh dan PHT Pada tahun 1961, ketika usia saya 11 tahun, saya diajak oleh mamak saya menjaga padi yang sudah digirik dan tidur di dangau-dangau. Padi yang sudah digirik tak langsung dibawa pulang, tapi diangin-anginkan dulu di sawah. Ketika malam tiba, mamak saya sudah tertidur. Langit terang sekali. Bulan sedang purnama. Saya melihat ada hantu suluah yang hinggap di jerami. Kemudian ia seperti terbang. Lalu hinggap lagi. Kemudian saa hoyak pondok. Tampak kepak-kepaknya. Di kepak-kepak itu tampak cahaya seperti suluh. Mungkin karena disiram cahaya bulan, kepak itu tampak seperti mengeluarkan sinar. Setelah saya teliti benar, ternyata apa yang disangka sebagai hantu suluah itu adalah seekor burung. Terus saja saya amati burung tersebut. Tampak oleh saya ia memakan tikus atau ikan. Kini, saya yakin, burung yang dikenal dengan sebutan “Laki-laki Angin” itu bagus dibiarkan dan dijaga kelestariannya karena ia memakan hama di sawah, salah satunya pemakan tikus. Berbicara soal PHT, salah satu keuntungan nyata yang diperoleh oleh Maridin adalah pengurangan biaya produksi untuk pembeli pestisida dan merawat tanaman dengan cara natural sehingga hasil produksi meningkat. Peningkatan hasil produksi berati peningkatan pendapatan. Alhamdulillah, hidup kami cukup dan tidak sulit lagi. Dari bertanam padi dan berladang, beberapa tahun yang lalu saya sudah pergi ke Mekah menuaikan rukun Islam kelima. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
39
SUNARMIS
PANEN SESUAI HARAPAN… Sunarmis pernah menangis tiada henti ketika menghadapi tanamannya diserang hama wereng dan tak teratasi. “Sudah terbayang saja panen akan gagal. Gagal panen berarti akan muncul masalah baru, yakni utang di kedai-kedai akan bertambah menumpuk. Dengan apa hutang akan dibayar bila panen gagal?” retorik Sunarmis, ibu 3 anak itu dari Nagarigadang kabupaten 50 Kota ini. Pada tahun 2009, Sunarmis mengikuti SLPHT. “Baru tersingkap pikiran awak sajak ikut SLPHT itu. Ternyata hama bukanlah sesuatu yang menakutkan kalau kita tahu bagaimana cara mengatasinya. SLPHT memberi tahu soal hama dan penanggulangannya. Bayangkan saja, kalau sekiranya tak ada SLPHT, tentu kami memasrahkan diri pada berbagai mitos dan ritual tolak bala. Alhamdulillah, sejak mengikuti SLPHT, pendapat kami meningkat dan hasil produksi tanaman makin membaik dan bagus. Tak ada lagi hutang yang tumbuh karena gagal panen. Tiap tahun, panen, alhamdulillah seperti yang kami harapkan. Mokasi PHT….!”, ulas Sunarmis yang berkata tak akan pernah berhenti bertani sampai mati.
40
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
41
NULFRYATMAN
SARJANA SENI SUKSES DI TANI
ALAM ADALAH PUISI. PUISI KEINDAHAN KEHIDUPAN ITU ADALAH ALAM.
DENGAN SENI
HIDUP ITU INDAH, DENGAN BERTANI HIDUP ITU BERKAH.
42
Nulfryatman, belajar bercocok tanam sudah sejak bocah. Ketika kelas 5 SD ia sudah diabwa oleh orangtuanya mencangkul di sawah atau bertanam di ladang. Dunia tani baginya adalah seumpama ruh dan badan. Kalau ia berpisah dengan dunia tani, ia merasa ada sesuatu yang lenyap dalam kehidupannya. Dengan bertani At—begitu panggilannya—belajar mandiri. Biaya sekolahnya adalah hasil dari bertani. Tamat SMA, At melanjutkan pendidikan di ISSI, ia pilih jurusan kerawitan. Mengapa At memilih kuliah di dunia seni? Mengapa tidak kuliah di Pertanian misalnya? “ Alam adalah puisi. Puisi keindahan kehidupan itu adalah alam. Dengan seni hidup itu indah, dengan bertani hidup itu berkah. Saya memilih jurusan tari atau kerawitan karena hidup itu adalah gerak yang serasi dengan dinamik dan tempo. Bertani juga begitu, butuh dinamik dan keserasian dalam harmonisasi alam. Karena itulah saya memilih berseni-seni dalam dunia tani”, kata At yang ditemui sedang bertanam sayur di ladang yang tak jauh dari lahan persawahannya. Sekalipun At menjadi sarjana seni, namun nan bertani adalah pilihan hidupnya. Seni dan bertani bagi At adalah bagaikan tanah dengan tanaman, bagaikan hama dan pengendalian. Tak terpisahkan. Panggung At untuk berseni-seni adalah lahan sawah dan ladang sayurannya yang berbuah subur dan memberikan kemakmuran dalam hidupnya. Ketika cangkul terayun, air mengalir, hujan
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
merinai, benih ditanam, itulah seni hakiki dalam kehidupannya. At petani asal Sawah Bukue, Kelurahan Ganting, Kota Padangpanjang. At mengikuti Sekolah Lapangan PHT tahun 1993. PHT yang ia ikuti adalah PHT khusus hama padi. Kemudian pada tahun 1996-1997 melalui petugas PHP (Pengamat Hama Penyakit) At diperkenalkan pada PHT tanaman cabe, sayuran dan hortikultura. Pada tahun 1997 itu At beserta sejumlah petani lainnya dibina Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) wilayah II Sumbar, Riau dan Jambi yang kini menjadi Balai perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar. Pada tahun 19972001 ia dikenalkan pula pada Agens Hayati. Sejak itu ia mengenal Trichoderma yakni sejenis cendawan pengurai guna melawan berbagai penyakit khusus tanaman cabe, kemudian dikreasi untuk tanaman sayur. Berikut kisah sukses bertani At setelah mengenal dan mengikuti Sekolah Lapangan PHT. Bukan petani namanya kalau ia takut bertanam beragam jenis tanaman. Masalah maju atau tidaknya dunia pertanian adalah soal kemampuan dan keterampilan SDM petani. Petani itu harus cerdas, petani cerdas tak akan mungkin miskin. Makanya petani harus senantisa terus mencari ilmu pengetahuan bertani. Adalah sebuah berkah yang tak terkira bagi seorang petani bila terus mendapat suluhan dan binaan dari pemerintah melalui dinas pertanian kita. SL PHT membuat kita kreatif. Tak saja dapat mengendalikan hama dan penyakit tanaman, namun juga mampu menyiasati pasar. SLPHT sangat besar manfaatnya bagi petani dalam kehidupan modern ini. SLPHT menciptakan petani-petani terampil dan berpengetahuan bertani. Pada zaman modern saat ini, modal utama petani bukan uang melainkan pengetahuan itu tadi. Ya, pengetahuan membuat petani cerdas. Petani yang bermodal uang banyak tanpa diikuti oleh kecerdasan dan pengetahuan, lambat laun juga akan bangkrut. Ya, PHT itulah yang membentuk petani kuat, mandiri, mapan, dan sukses. Manfaat PHT yang saya rasakan adalah kemampuan mengidentifikasi hama dan penyakit. Ketika kita sudah tahu apa hama dan penyakit tanaman maka dengan lekas kita dapat mengetahui apa solusinya dan mengetahui bagaimana cara mengendalikan hama dan mengobati penyakit tersebut. PHT hemat waktu dan hemat biaya bertanam. PHT meningkatkan produksi petani. Tanaman hasil PHT itu sungguh sangat sehat karena bebas dari berbagai rupa bahan kimia. PHT tak mengenal pupuk kimia olahan pabrik, PHT tak mengenal racun hama kimiawi yang berbahaya tak saja bagi manusia tapi juga bagi tanah dan lingkungan. PHT itu ramah lingkungan. Petani yang sudah mengikuti SL PHT dijamin tak akan pernah merasa takut dan ragu untuk mencoba bertanama jenis tanaman apa saja yang bermanfaat dan dibutuhkan pasar. PHT melatih petani untuk tidak hilang akal ketika menghadapi permasalahan dalam dunia tani. Dan, PHT juga melatih petani untuk mandiri dan kreatif. Petani PHT, petani kreatif dan petani yang mengerti dengan kebutuhan pasar. Misalnya, berapa bulan menjelang lebaran, kita tanam sayuran seperti buncis, jahe, serta saledri dan jahe. Saya dan beserta keluarga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Sumatera Barat melalui Dinas pertanian Sumbar. Karena, berkat binaan dan program PHT, telah membuat kami untuk lebih mengetahui seluk beluk teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan meningkatkan hasil produksi tanam kami. Dan itu berarti, telah menjauhkan kami dari berbagai rupa kemiskinan. Terimakasih pemerintah… DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
43
YURNITA
DULU, RACUN TERBELI MAKAN BERGARAM
PENGETAHUAN SOAL HAMA DAN SOLUSI PENANGGULANGANNYA
SLPHT. SEMUA MENGGUNAKAN
DIAJARI DALAM
AKAL DAN PIKIRAN SERTA TETUMBUHAN YANG TERDAPAT DI SEKITAR KITA.
44
“Ondeh, banyak bana manfaat mengikuti SLPHT ko Pak”, begitu kata Yurnita, petani Nagari gadang Sariklaweh ini. Yurnita, 46 tahun, ibu satu anak ini mengatakan bahwa sejak mengikuti Sekolah Lapangan PHT tahun 2009, pendapatannya dari hasil tani bertambah. Dulu, sebelum mengikuti SLPHT, hidupnya dari hari ke hari rumit ekonomi. “Kok kadibali racun, jo apo lauk kadibali. Tapaso mangalah. Racun dibali, makan basamba garam”, katanya. SLPHT memberikan banyak pengetahuan kepadanya. Manfaat nyata dan yang paling pertama ia rasakan adalah ketika ia tak lagi panik menghadapi hama dan penyakit tanaman yang hinggap di sawah ladangnya. Pengetahuan soal hama dan solusi penanggulangannya diajari dalam SLPHT. Semua menggunakan akal dan pikiran serta tetumbuhan yang terdapat di sekitar kita. “Kita tak perlu menggunakan racun pestisida hanya untuk mengatasi hama wereng. Banyak cara untuk mengatasi hama sejenis wereng atau tikus. Salah satu caranya adalah dengan membuatkan rumah tikus dengan bambu. Tikus masuk dalam perangkap. Atau membuat dan meramu obat untuk mengatasi hama wereng. Salah satu caranya dengan menggunakan keong emas dan tetumbuhan lain yang diolah. Kemudian kita diberi pengetahuan untuk menentukan varitas atau bibit unggul. Dengan SLPHT, panen kami berhasil, biaya produksi tanam berkurang, pendapatan bertambah naik. Alhamdulillah, hidup yang rumit tak tak lagi menimpa kami. Hanya saja, kerumitan kami adalah menghadapi kemarau yang panjang. Kami minta kepada pemerintah untuk membangun saluran irigasi. Bagaimanapun pintarnya kami mengatasi hama dan penyakit tanaman serta memilih bibit yang unggul, bila tanaman kering tak berair, nasib tanaman kami akan tetap juga nelangsa dan merana. Tapi, jika air cukup, maka kami yakin, kehidupan petani akan lebih membaik. Terimakasih PHT !” ucap Yunita dengan muka berbinarbinar.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SYAMSUL BAHRI SUTAN BASA
Petani PHT Berpenghasilan Rp48 Juta
SEBELUM MENGIKUTI PHT, BANYAK BUDIDAYA YANG IA LAKUKAN TAK PAS DI LAHAN.
ADA-ADA SAJA
KENDALA BERTANAM.
ADA-ADA SAJA HAMA DAN PENYAKIT YANG MEMBUAT IA GAGAL PANEN YANG PADA AKHIRNYA KEHIDUPANNYA TAK UBAHNYA DARI SENIN KE
KAMIS. KEHIDUPAN GALI LUBANG TUTUP LUBANG SELALU SAJA MENJADI WARNA BAGI KEHIDUPAN SEHARI-HARINYA.
Syamsul Bahri Sutan Basa, usia 54 tahun. Anak 4 orang. Dua anaknya sarjana tamatan ITP dan STAIN.Anak ketiganya kuliah di Akademi Kebidanan. Satunya lagi masih sekolah di SMA. Syamsul yang sering dipanggil Basa ini adalah warga Kelurahan Ganting, Kota Padangpanjang. Ia menghidupi kelurganya di atas lahan padi dan palawija seluas 1,5 hektare. Ia ikut program PHT pada tahun 1986. Berkat PHT, Basa menjadi petani sukses dengan pendapatan bagus. Tak ada cermin kemiskinan dalam kehidupannya. Dia telah menjadi petani berpitih padat. Katanya, sebelum mengikuti PHT, banyak budidaya yang ia lakukan tak pas di lahan. Ada-ada saja kendala bertanam. Adaada saja hama dan penyakit yang membuat ia gagal panen yang pada akhirnya kehidupannya tak ubahnya dari senin ke Kamis. Kehidupan gali lubang tutup lubang selalu saja menjadi warna bagi kehidupan sehari-harinya. Dan bagaimana pula kisah sukses petani PHT ini? “Setelah mengikuti PHT saya baru tahu dengan apa dan bagaimana budidaya itu. Bila dulu, pengendalian hama itu adalah secara tradisional saja, pengetahuan mana yang diperoleh dari turun temurun. Dari Inyiak ka anduang, dari anduang ka abak, dari abak baru ka awak. Lucunya dulu tikus itu mitosnya tak boleh diburu atau dibantai atau dihabisi. Tikus itu punya kekuatan mistik. Mereka juga punya nenek moyang. Bila satu tikus dibunuh, maka serangannya akan meningkat. Akan makin banyak. Dan akan makin membahayakan bagi tanaman kita. Makanya, tikus dibiarkan saja. Solusinya waktu itu adalah dengan doa tulak bala. Atau untuk sementara menghentikan masa bertanam hingga serangan tikus selesai. Ya, begitulah dulunya itu. Sejak PHT, mitos itu telah kami tinggalkan. Kami dberi tahu cara mengendalikan hama tikus, hama wereng dan hama lain serta penyakit tanaman yang lainnya. Dengan pengetahuan PHT, cara bercocoktanampun jadi terencana dalam jangka panjang maupun jangka pendek, termasuk pula dengan budidaya dan jenis komoditi tanaman itu sendiri. Teknologi PHT telah meminimalisir hama dan penyakit tanaman. Produksi kami para petani menjadi sehingga melepaskan kami dari beban hidup yang dulu senantiasa susah. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
45
Ekonomi kami berangsur-angsur membaik dengan meningkatnya produksi tanaman kami. PHT juga menjadi salah satu cara untuk memperbaiki struktur tanah. Karena PHT mengajarkan kami untuk hidup kreatif dan tak saja harus menunggu hasil padi di sawah, maka kami juga bertanam jagung. Ketika padi masak, jagung kami juga berbunga. Kami juga memelihara ternak sapi. Dari limbah jagung dan tahi kerbau kami buat pupuk kompos untuk dijual. Tiap 3 bulan, kami menghasilkan 60 ton pupuk olahan atau pupuk organik. Harga pupuk satu kilogram adalah Rp 8 ribu. Sekali 3 bulan kami menghasilkan uang sebanyak Rp 48 juta atau Rp 16 juta sebulan. Alhamdulillah, PHT telah membuka cakrawala kami para petani. Kami yakin, masa depan petani kita akan jauh lebih baik dari sekarang bila pemerintah senantiasa memberikan bimbingan dan binaan serta berbagai pelatihan teknologi pertanian kepada para petani kita. Sebenarnya juga, soal pertanian bukan soal modal semata, itu adalah soal peningkatan pengetahuan. Yang paling hebat dan luar biasa adalah ketika PHT berhasil mengatasi persoalan pertanian dalam bidang penanggulangan hama dan penyakit serta pupuk. Ketika biaya beli pestisida lenyap, biaya beli pupuk lenyap, bibit juga terjamin, pada saat itulah petani dengan senyum manis menyambut masa berpanen di depan mata! Terimakasih Pemerintah….
46
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
47
NURHIKMAH
SEJAK KENAL PHT GEMAR MANFAATKAN LAHAN TIDUR
AWAK MENGENAL SEKOLAH LAPANGAN PHT BARU SAJAK TANGGAL 20 MEI 2014 NAN KO. BERAKHIRNYO NANTIK BULAN OKTIBER NAN KATIBO. AWAK TERTARIK MASUK SL PHT KARENA MELIHAT BANYAK PETANI PHT YANG SUKSES DAN BERHASIL BERTANAM.
PRODUKSI MEREKA MENINGKAT. KARENA ITU AWAK TERGERAK HATI UNTUK IKUT
SL PHT.
AWAK INGIN PULA SUKSES BERTANI. 48
Sejak kelas 4 SD hingga SMA ia sudah turun ke sawah membantu amak. Masa-masa bocah dan remaja bahkan hingga sekarang tak lepas dari sawah ke sawah saja. Kini Nurhikmah yang tamatan SMA Ampek Angkek Canduang ini sudah berusia 40 tahun. Anaknya sudah 5 orang. Suaminya Dainuar (51) menggalas di Lampung. Ia tinggal di Jorong Sungaiangek Nagari Simarosok Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Nurhikmah yang kerap dipanggil It ini menuturkan kisah kehidupannya dalam bertani…. “Awak ke sawah sejak ketek. Sajak usia sepuluh tahun awak alah masuak sawah mah. Sejak kecil itu awak sudah memelihara kabau. Amak membelikan awak kerbau dua ikur. Kelas dua SMP awak sudah belajar bertanam padi. Pertama awak bertanam, padi nan awak tanam itu kencongkencong bentuk ular. Dek rajin batanam, lambat lama padi nan awak tanam itu lurus dan lebih bisa pula awak dari urang lain. Kata Amak, awak iyo sabana ligat kalau batanam padi tu. Begitulah…. Tiap pulang sekolah jam setengah dua, awak langsung ke sawah. Jam limo sore baru pulang dari sawah. Tiba di rumah, awak mengasuh adik pula. Awak tamat SMA tahun 1993. Tahun 2000 awak dijodohkan amak dengan Uda Dainuar. Uda karajo di Duri wakatu tu.Pulang sakali limo baleh hari. Awak basawah di kampuang, uda karajo di rantau urang. Indak lamo sudah tu, Uda baranti karajo di Duri, baraliah ka Lampung manggaleh. Kalau pergi ke sawah, anak ditinggalkan dengan adik saya yang rumahnya dekat dengan rumah saya ini. Satu anak saya bawa ke sawah. Saya biarkan dia bermain di pematang dengan dilindungi payuang gadang. Karena membajak itu karajo berat, terpaksa membajak sawah
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
awak upahkan. Batanam baru awak nan langsuang turun. Sawah awak adoh sekitar saparampat hektar. Awak mengenal Sekolah Lapangan PHT baru sajak tanggal 20 Mei 2014 nan ko. Berakhirnyo nantik bulan Oktiber nan katibo. Awak tertarik masuk SL PHT karena melihat banyak petani PHT yang sukses dan berhasil bertanam. Produksi mereka meningkat. Karena itu awak tergerak hati untuk ikut SL PHT. Awak ingin pula sukses bertani. Dahulu, cara awak bertani adalah cara yang diajarkan oleh orangtua. Ke sawah ya ke sawah saja. Kalau ada hama dan penyakit diberi obat pestisida. Pupuk dibeli. Ya begitulah cara lama awak. Banyak manfaat PHT yang awak rasakan. Manfaat pertama saja adalah awak tidak lagi mengenal racun pestisida, tapi sudah dikenalkan dengan bagaimana cara mengendalikan hama dan bibit penyakit secara alami. Misalnya, kalau ada tikus, dikendalikan dengan membuat sarang atau rumah tikus dengan bambu. Ada hama wereng diatasi dengan keong emas yang ditumbuk yang diberi sabut kerambil lalu dikasih tinggak dipasang di tangah sawah. PHT membuat awak kreatif. Pematang sawah awak tanami dengan berbagai sayuran dan jagung. Lalu awak tanami juga dengan bunga matahari karena bunga matahari berwarna kuning, sementara hama suka dengan tanaman berwarna kuning. Jadi, hama berpindah dari memakan padi menjadi makan bunga matahari. Kini sejak PHT awak gemar memanfaatkan lahan tidur. Sehingga kebutuhan dapur seperti bawang, cabe dan lain-lain tak lagi awak beli, tapi awak tanam sendiri. Dahulu, jerami awak panggang. Sekarang tidak. Jerami awak lunggukkan sampai membusuk hingga jadi pupuk. Awak bersyukur dapat mengenal teknologi PHT. Selain meningkatkan hasil produksi tanaman, PHT juga membuat pengetahuan kebertanian awak bertambah.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
49
DESI KURNIA
Menyesal, Mengapa Baru Kini Mengenal PHT
“ALHAMDULILLAH, BERKAT PENGAJARAN
PHT, PADI NAN AWAK TANAM SEKARANG INI TUMBUH SUBUR DAN HAMA SERTA PENYAKITNYA DAPAT DIATASI SEJAK DINI”
50
Desi Kurnia (32) ibu dua anak istri tercinta dari Sawirman ini menyesal mengapa tidak sejak dulu mengenal PHT. Mengapa ia baru mengenal PHT sejak bulan Mei 2014. Kini ia masih praktek Sekolah Lapangan PHT yang akan berakhir bulan Oktober 2014 ini. “Ya, saya menyesal mengapa baru kini diberi kesempatan mengenal teknologi PHT ini” kata Desi petani asal Sungaiangek Baso Agam ini. Desi bertanam padi di atas lahan seluas setengah hektar yang tersebar di 3 tumpak (lokasi). Ia berharap, pasca mengenal PHT ini hasil padinya akan meningkat. “Alhamdulillah, berkat pengajaran PHT, padi nan awak tanam sekarang ini tumbuh subur dan hama serta penyakitnya dapat diatasi sejak dini”, kata Desi yang menuturkan hasil padinya dulu sebanyak 35 karung.Padi sekraung sekitar Rp 200 ribu. 1 karung padi menghasilkan beras sekitar 20 kg. Beras 1 kg = Rp 11 ribu. Hasil totalnya adalah 700 kg atau Rp 7.700.000,Nikmat nyata yang ia rasakan dari PHT adalah berkurangnya atau lenyapnya biaya racun atau pestisida dan biaya pupuk. “Pengetahuan PHT sangat membantu petani. PHT adalah wujud nyata dari salah satu cara mengatasi kemiskinan di kalangan para petani kita. Bayangkan, dengan mengetahui dan mengikuti pembelajaran PHT kita jadi mengerti tentang hama dan penyakitnya. Yang lebih hebat lagi adalah, ternyata cara penanggulangan hama dan penyakit tanaman tidak lagi melalui obat atau pestisida yang kita beli melainkan kita olah dan kita akali secara sendiri. Saya bersyukur sekali mengenal dan diberi kesempatan menmgikuti SLPHT ini. Mudahmudahan petani lain juga diberi kesempatan supaya kemiskinan tak lagi identik dengan petani…!” ujar Desi.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MERI SOSITA
PHT BUKA POLA PIKIR KAMI pada LAHAN dan TANAMAN TERNYATA SL PHT TAK SAJA MEMBERI TAHU KAMI SOAL PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN, MELAINKAN JUGA MEMBENTUK KEPRIBADIAN DAN HIDUP PETANI YANG MANDIRI SERTA MAPAN.
KAMI JUGA DIBERI TAHU BAGAIMANA CARA PEMANFAATAN LAHAN SECARA MAKSIMAL.
Ibu dua anak ini sudah lama ingin ikut Sekolah Lapangan PHT. Ia sudah lama mendengar kisah sekitar suksesnya para petani PHT dalam bertanam dan menanggulangi hama dan penyakit tanaman. Ketika ia mendengar kabar tentang adanya program SLPHT, maka ia cepatcepat untuk mendaftarkan diri dan memenuhi segala persyaratannya. Ia tamatan SMA 1 Ampekangkek Canduang. Tinggal di Sungaiangek Simarosok Baso Agam. Ibu muda itu, Meri Sosita namanya. Usianya 29 tahun. Ia istri dari Asnel 38 tahun. Maka berkisahlah Meri seputar SLPHT…. “Awak ka sawah sajak kelas limo SD, kasawah manolong urang gaek. Sajak kelas duo SD, awak lah ditinggal ayah untuk selamanya. Awak anak nomor duo. Awak mulai ikut SLPHT pada 20 Mei 2014 sampai Oktober 2014 ko. SLPHT tu rancak bana! Dulu batani yo sabana batani sajo. Yo caro-caro awak sajo. Adoh hama dibari racun atau pestisida. Pupuk dibali pulo. Baitulah adonyo. Awak batani tanpa ilimu. Tanpa pengetahuan yang benar. Bagaimana cara mengendalikan hama ya, bentuk yang sudah-sudah saja. Pengetahuannya ya pengetahuan turun temurun. Ternyata SL PHT tak saja memberi tahu kami soal pengendalian hama dan penyakit tanaman, melainkan juga membentuk kepribadian dan hidup petani yang mandiri serta mapan. Kami juga diberi tahu bagaimana cara pemanfaatan lahan secara maksimal. Dan setelah sedikit mengetahui SL PHT, ternyata manfaat yang kami peroleh sangat besar sekali. Bila dulu di sawah hanya bertanam padi, sekarang tak begitu. Di sawah banyak bisa ditanam berbagai jenis tanaman. Pematang sawah kami manfaatkan untuk bertanam tumbuhan yang dibutuhkan oleh dapur, seperti bawang, slederi, cabe dan lainnya. Dulu, jerami dipanggang, kini tidak.Jerami diolah menjadi kompos. Dengan begitu kami tak lagi membeli pupuk. Tak membeli pupuk berarti mengurangi ongkos produksi bertanam. Kini, setlah SL PHT awak lebih mengenal soal hama dan penyakit tanaman. Mengatasi hama dan penyakit tanaman menjadi tidak sulit-sulit amat karena bahan untuk mengatasinya ada di sekitar kita. SLPHT membuka ruang pikiran kami.Membuka pola pikir kami terhadap lahan dan tanaman. Ya, terimakasih banyak Dinas Pertanian yang telah memberikan banyak program kemajuan pada kami para petani ini… DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
51
SUSEMI
BIAYA BERTANAM BERKURANG, PENDAPATAN KAMI BERTAMBAH
DULU MENGENAL ILMU BERTANI HANYA SECARA TURUN TEMURUN SAJA.
SEPERTI YANG SUDAHKALAU ADA
SUDAH.
HAMA YA DISEMPROT PAKAI RACUN PESTISIDA.
SEKARANG RACUN TAK LAKU LAGI, KARENA PHT MENGAJARI KAMI CARA MENGENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN DENGAN CARA RAMAH LINGKUNGAN..
DULU MEMAKAI PUPUK UREA. PUTUS PUPUK DI PASARAN. ATAU HARGA PUPUK MAHAL, KAMI PANIK ! 52
Ia menyeka keringatnya. Matahari siang itu sangat panas. Ia sibuk mengairi air di ladangnya yang tersekat di musim kemarau ini. Tak tampak ada garut keputusasaan di wajahnya. Susemi yang kini berusia 38 tahun itu tetap tampak bugar dan sehat. Bahkan, sepintas ia seperti berusia 40 tahun. Kuat dan tegar. Susemi ibu beranak 3 ini memang dikenal sebagai petani yang gigih dan ulet. Anaknya yang paling besar, baru tahun kemarin tamat UNP jurusan teknik Otomotif. Yang nomor dua sudah SMA dan si bungsu duduk di bangku SMP. Susemi petani Jorong Nagarigadang kenagarian Sariklaweh kecamatan Akabiluru Kabupaten 50 Kota ini tergabung dalam kelompok Tani Bungo Lado. Ia mengikuti SLPHT pada tahun 2009. Lahan pribadi yang ia garap adalah sebanyak 1 hektar. “Dulu mengenal ilmu bertani hanya secara turun temurun saja. Seperti yang sudah-sudah. Kalau ada hama ya disemprot pakai racun pestisida. Sekarang racun tak laku lagi, karena PHT mengajari kami cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Dulu memakai pupuk urea. Putus pupuk di pasaran. Atau harga pupuk mahal, kami panik. Sekarang tidak begitu, karena pupuk urea tidak kami pakai lagi. Kami memakai pupuk organik yang diolah sendiri, antara lain pupuk kandang atau kompos jerami. Dan itu sangat membantu kami. Itu yang membuat berkurangnya biaya produksi. Dengan kurangnya biaya produksi, tentu penghasilan kami meningkat. Dan dengan rancak tanaman tumbu, produksi juga naik, seriring dengan itu, pitih pun bertambah. Kami tak lagi merasa berkekurangan dalam kehidupan ekonomi”, kata Susemi. “Hama yang paling banyak menyerang padi kami adalah kapindiang. Bila dulu kapindiang disemprot dengan racun pestisida, sekarang tidak begitu lagi. Kapindiang kami semprot dengan minyak tanah dicampur air. Begitu juga dengan hama ulek daun,” katanya.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SURYATI
PHT MENJAWAB PERSOALAN MUSIM KEMARAU MERISAUKAN
BILA MASALAH HAMA DAN PENYAKIT SUDAH TERATASI, DAN MASALAH AIR JUGA TAK LAGI MENJADI KENDALA,
INSYA ALLAH PETANI AKAN HIDUP BERKECUKUPAN TAK LAGI BERKEKURANGAN.
Sekalipun usianya sudah 57 tahun, tapi ibu dua anak ini tampaktetap kuat dan sehat. Tangannya tampak gagah menggenggam dan mengayunkan cangkul ke lahannya yang kering karena ditimpa kemarau yang belum berlalu. Sejak ia mengikuti SLPHT tahun 2009, masalah hama dan penanggulangan penyakit tanaman sudah kemas olehnya. Makanya, dalam percakapan siang itu ia meminta supaya pemerintah juga membangun saluran irigasi tersier menuju perladangan mereka. “Bila masalah hama dan penyakit sudah teratasi, dan masalah air juga tak lagi menjadi kendala, Insya Allah petani akan hidup berkecukupan tak lagi berkekurangan. Sebab, katanya, satu yang tak diajari dalam PHT yakni mengatasi kemarau. Katanya, mengatasi tanaman yang kering oleh kemarau obatnya air. Tak ada selain dari air. “Kami akui, PHT menjawab banyak persoalan, tapi musim kemarau tetap menggamangkan dan merisaukan hati kami. Paling-paling kami juga secara bersama-sama membangun saluran baru, tapi ada saluran air yang tak teratasi oleh kami, dan tentu saja tempat mengadu kami adalah pemrintah juga”, ujarnya. Petani dari Akabiluru kabupaten 50 Kota ini mengatakan beberapa manfaat PHT yang sangat terasa dalam kehidupan bertaninya. Yakni, pupuk tak lagi dibeli, tapi diolah sendiri. Racun pestisida sudah ditinggalkan dalam kehidupan pertaniannya. “Otomatis, pendapatan kami meningkat setelah SLPHT ini”, katanya. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
53
LAMSIAR
Dulu tak Mempan Diracun, Obatnya Air Mata Kesedihan SEJAK KENAL DAN MENGIKUTI SLPHT, LAMSIAR TAK LAGI LEKASLEKAS PANIK BILA TANAMANNYA DISERANG HAMA ATAU PENYAKIT. TIKUS DIATASINYA DENGAN “ISTANA TIKUS” YANG DIBUAT DENGAN BAMBU. WERENG DIATASI DENGAN KEONG EMAS YANG DIPECAH DAN BANGKAINYA DITARUH DI ATAS SABUT KELAPA ATAU DENGAN TERASI.
54
Lamsiar petani dari Akabiluru ini mengatakan, setelah ia mengikuti SLPHT tahun 2009, pandangannya terhadap dunia pertanian berubah 360 derjat. “ Kalau dulu bila tanaman awak diserang hama, indak salasai dek racun pestisida, ubeknyo aia mato kami nan badarai-darai. Sudah terbayang betapa hutang akan timbul lagi karena panen gagal”,kata Lamsiar ibu 3 anak, satu anaknya meninggal karena sakit. Sejak kenal dan mengikuti SLPHT, Lamsiar tak lagi lekaslekas panik bila tanamannya diserang hama atau penyakit. Tikus diatasinya dengan “istana tikus” yang dibuat dengan bambu. Wereng diatasi dengan keong emas yang dipecah dan bangkainya ditaruh di atas sabut kelapa atau dengan terasi. Banyak cara alami untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman. Kita tak perlu lagi memakai pestisida racun atau obat-obat pabrikan berbau kimia. Kami diajari cara mengatasi hama itu. “ Dan SLPHT sangat besar sekali manfaatnya dalam kehidupan petani. PHT meningkatkan pendapatan kami !” kata Lamsiar.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
YUSNI
PRODUKSI MENINGKAT PENDAPATAN MEMBAIK
“SAYA SUDAH LAMA MENDENGAR CERITA BAHWA BANYAK PETANI SETELAH MENGIKUTI
SLPHT SUKSES BERTANAM DAN SUKSES PANEN.
UNTUNG SAYA
DIKABARI OLEH PENYULUH PERTANIAN TENTANG ADANYA SEKOLAH LAPANGAN INI.
BURU-BURU SAYA MENYATAKAN DIRI UNTUK IKUT”
Bagi Yusni bertani adalah tempat kehidupannya beratap. Bila tanamannya diserang hama dan bibit penyakit dan itu tak teratasi, berarti itu sama dengan bocornya atap kehidupannya. Air yang masuk ke rumahnya bukan lagi air hujan, melainkan air mata kesusahan. Sering benar hama menghancurkan tanaman dan kehidupannya. Apalagi ketika ia juga tak memiliki uang untuk membeli racun pestisida. Maka ia biarkan saja tanamannya meranggas menunggu mati tanpa hasil. Betapa senangnya hatinya ketika Yusni petani dari Akabiluru kabupaten 50 kota ini diberi kesempatan mengikuti Sekolah Lapangan PHT tahun 2009. “Saya sudah lama mendengar cerita bahwa banyak petani setelah mengikuti SLPHT sukses bertanam. Untung saya dikabari oleh penyuluh pertanian tentang adanya sekolah lapangan ini. Buru-buru saya menyatakan diri untuk ikut”, kata Yusni. “Kini setelah ikut SL PHT, panik itu tak ada lagi. Atap rumah yang bocor itu tak lagi meneteskan air mata. Kami sudah dibekali dengan pengetahuan hama dan penyakit tanaman serta bagaimana cara penanggulangannya. Alhamdulillah, produksi kami meningkat dan pendapatan membaik”, ujar Yusni dengan senyum optimis menatap sawah ladangnya yang terhampar hijau. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
55
ZULMITAS
SEKIRANYA PETANI SUMBAR DI-PHT-KAN SEMUA SAYA YAKIN PETANI MAJU DAN SEJAHTERA
“ SLPHT MEMBUAT AWAK BERPIKIR SANTIANG ATAU CERDAS KECEK RANG KINI.
AWAK
TAK BOLEH PANIK MENGHADAPI HAMA ATAU PENYAKIT TANAMAN.
PHT MENGAJARI AWAK UNTUK MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT ITU.
TAK
SAJA SOAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN,
PHT JUGA MENGAJARI KITA SOAL ILIMU PEMBIBITAN”
56
Mendekati usianya yang ke 60 tahun, ibu dua anak yang tidak tamat SD ini tetap bersemangat ke ladang. Tulang delapan karatnya tampak masih kuat untuk mengayunkan cangkul. Tak sedikitpun tergarut di raut wajahnya itu sebuah keputusasaan hidup bertani. Ia selalu tampak tersenyum. Ditemui di ladangnya ketika hari panas garang, ia sedang asik memperbaiki saluran air di sawahnya itu. Anaknya hanya 2 orang. Satu sudah lepas SMA tahun kemarin, dan si kecil masih kelas satu SMP. “Awak talambek nikah!” katanya seraya mereguk air dalam botol plastik yang ia siapkan selalu. “ Diri kita ini mirip tanaman, selalu butuh air. Kita tak boleh kurang air.Begitu pula tanaman ini”, ujarnya. Ia sangat merasa bersyukur dan bahagia sekali ketika diberi kesempatan mengikuti SLPHT pada tahun 2009. “SLPHT membuat awak berpikir santiang atau cerdas kecek rang kini. Awak tak boleh panik menghadapi hama atau penyakit tanaman. PHT mengajari awak untuk mengatasi hama dan penyakit itu. Tak saja soal hama dan penyakit tanaman, PHT juga mengajari kita soal ilimu pembibitan. Tanaman itu bagus kalau dimulai dengan bibit bagus dan perawatan yang bagus. Kalau semuanya sudah bagus teratasi, maka hasil yang kita dapati juga berbuah bagus. Dan PHT itu membuat petani dan hasil tanamannya menjadi bagus. Bagus hasil tanam bagus hasil pendapatan…Yo bana bersyukur kami dek PHT nan ko. Kami indak lagi membeli racun dan tak lagi membeli pupuk”, kata Zulmitas yang sangat yakin sekiranya petani di Sumbar ini rata-rata sudah mendapat pengetahuan PHT maka dunia pertanian Sumbar akan maju. Maju pertanian, sejahtera petani!
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
NURNI
BERJIBUN MANFAAT PHT! “COBALAH LIHAT, DULU SEBELUM ADANYA ORANG MENGENAL
PHT, DARI
SAWAH-SAWAH ITU ASAP PEMBAKARAN JERAMI MENGUMUHI LANGIT DI SORE HARI.
UDARA
MENJADI TIDAK SEGAR.
PENGAB. DAN KITA TIDAK PERNAH MERASAKAN BETAPA PENGOTORAN UDARA ITU TELAH IKUT PULA MENGOTORI SALURAN PERNAFASAN DI PERMUKIMAN PERTANIAN KITA.”
Coba kalau awak tak pernah mengenal dan tak mengikuti Sekolah Lapangan PHT, entah akan bagaimanalah nasib bumi ini? Begitu kata Nurni , 59 tahun, petani asal Jorong Nagarigadang Kenagarian Sariklaweh kecamatan Akabiluru kabupaten 50 Kota ini. “Cobalah lihat, dulu sebelum adanya orang mengenal PHT, dari sawah-sawah itu asap pembakaran jerami mengumuhi langit di sore hari. Udara menjadi tidak segar. Pengab. Dan kita tidak pernah merasakan betapa pengotoran udara itu telah ikut pula mengotori saluran pernafasan di permukiman pertanian kita”, ujar Nurni. Nurni yang masuk SLPHT tahun 2009 itu mengatakan: “ Sejak mengenal PHT, langit di atas persawahan tak lagi mengpulkan asap pemanggangan jerami yang tebal. Benar kata pak penyuluh, bahwa hak tanah kembali kepada tanah. Jerami itu adalah hak tanah. Bukan hak langit yang berasap. Makanya, jerami kita kumpulkan, kita olah dengan tahi kerbau maka jadilah ia kompos. Kita tak perlu lagi membeli pupuk urea, tapi cukup menggunakan pupuk yang diolah dengan sendiri.Begitulah salah satu pelajaran yang saya peroleh selama mengikuti SLPHT”, tukas Nurni. Bertutur lagu Nurni tentang betapa banyaknya manfaat pengetahuan ke-PHT-an bagi petani. Petani tak lagi harus panik atau cemas menghadapi serangan hama atau penyakit tanaman. Begitu hama menyerang, kita cari tahu dulu, hama apa itu.Apakah hama tikus, wereng atau yang lainnya. Kalau kita sudah tahu dengan jenis hama penyerang, baru kita carikan solusinya. Dan ternyata, banyak solusi menghadapi hama-hama tersebut. Tak perlu menggunakan racun pestisida. Tak perlu itu. Itulah konsep yang diajarkan oleh pengajar kami sewaktu di SLPHT itu…berjibun atau banyak sekali manfaat PHT itu”, tutur Nurni. Dengan demikian, manfaat yang paling terasa benar adalah efisiensi biaya produksi bertanam. Di mana kita tak perlu lagi membeli racun pestisida dan pupuk. “ Hasil tanaman rancak, biaya produksi berkurang pula. Alhasil pendapatn kami meningkat”, kata Nurni pula. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
57
AZWIRMAN
PANEN BERHASIL PITIH TERTABUNG AZWIR BERKATA DENGAN PENUH SUKA CITA, SEBELUM MENGIKUTI
SLPHT HASIL SAWAHNYA HANYA MENCAPAI SEDIKIT.
7 TON LEBIH
SETELAH SLPHT
MENGIKUTI
HASI SAWAHNYA MENCAPAI
58
8 TON.
“Setelah mengikuti SLPHT, saya bisa bertani lebih dari cara orangtua kita dulu baik cara pemupukan maupun cara pengendalian hama”, kata Azwirman petani Akabiluru Kabupaten 50 Kota. Bapak 3 anak ini memang menggantungkan hidupnya dari bertani. Azwir berkata dengan penuh suka cita, sebelum mengikuti SLPHT hasil sawahnya hanya mencapai 7 ton lebih sedikit. Setelah mengikuti SLPHT hasi sawahnya mencapai 8 ton. “Bayangkan, hasil produksi meningkat, biaya produksi berkurang. Betapa berlipat gandanya keuntungan saya setelah mengetahui teknologi PHT ini”, ulas Azwirman yang mengatakan bahwa dulu sebelum SLPHT, ia sangat tergantung pada pemakaian pestisida dan pupuk urea. “Pemakaiannya sangat tinggi. Kadang, seperti pai pokok pulang aban saja. Panen selesai, pitih tak bersua”, ujarnya. “Kini, ya alhamdulillah, panen berhasil, pendapatan berhasil, pitih berhasil pula terkumpul untuk ditabungkan!”, ujar Azwir senang.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
AMRI
SEJAK JERAMI JADI PUPUK SOAL BIAYA PUPUK UREA YANG MAHAL TAK LAGI MEREPOTKAN KITA.
“BATARIMO SYUKUR MOLAH AMBO DEK
SLPHT KO.AMBO SLPHT TAHUN 2009”, KATA AMRI, USIA 60 TAHUN, BAPAK 5 ANAK.
MAIKUTI
Dari dunia tani ia menghidupi anak-anak dan satu istrinya. Petani yang sekampung dengan Sumarnis itu (Nagarigadang) mengaku bahwa sejak mengenal teknologi SLPHT, dari segi biaya bertanam jauh menjadi berkurang. Dulu jerami diunggun manjadi abu, kini tidak begitu lagi, katanya. Jerami kini diolah menjadi pupuk kompos. Dengan sendirinya, soal biaya pupuk urea yang mahal tak lagi merepotkan kita. Mengapa? “Karena, awak tak lagi memakai pupuk urea.Nan awak pakai pupuk buatan sendiri”, ujarnya. Begitu pula halnya dengan menggunakan racun pestisida. Petani tak perlu lagi mengeluarkan biaya produksi pembeli racun pestisida. Cukup dengan cara alamai saja. Yakni dengan menggunakan berbagai ramuan dari kayu-kayuan, atau akarakaran untuk mengusir hama berbagai hama. “Soal tikus bukan lagi sesuatu yang menakutkan kami, karena kami sudah diajari cara penanggulangan hama tikus”, kata Amri seraya menatap lahannya yang menunggu panen. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
59
ZEDRIWAN
PHT MENCERAHKAN KEHIDUPAN PETANI DULU KONSEP BERTANINYA SEDERHANA SEKALI, YAKNI KALAU DATANG HAMA KITA BASMI SAJA. SEKARANG KONSEPNYA SUDAH BERGANTI, DARI DIBASMI MENJADI DIKENDALIKAN. Petani yang satu ini merasa hidupnya makin bersinar dan berharapan cerah sejak ia mengikuti SLPHT pada tahun 2007. Zedriwan namanya. Usianya 53 tahun. Bapak beranak dua beristri satu ini memiliki lahan sawah seluas 1 hektare dan lahan gambir 1,5 hektare. Dulu ia bertani secara konvensional, yakni cara-cara lama sesuai pengetahuan yang diajarkan secara turun temurun dari orangtuanya. Dulu konsep bertaninya sederhana sekali, yakni kalau datang hama kita basmi saja. Sekarang konsepnya sudah berganti, dari dibasmi menjadi dikendalikan. “Dulu penyebaran benih secara tradisional, tanpa ada pengetahuan yang benar soal perbenihan. Setelah mengikuti SLPHT iklim metode SRI (Sistem Rice Intensivication/ padi tanam sabatang) tahun 2007 tingkat Kecamatan Mungka, pengetahuan saya soal perpadian menjadi kian masak saja”, kata Zed seraya mengatakan bahwa pada masa itu ada 2 kelompok tani yang mengikuti pelatihan tersebut yakni Kelompok Tani Simpang Tigo Kenanga dan Kelompok Tani Saiyo Rambek. “Dari SLPHT saya menjadi tahu bagaimana cara pengendalian hama, apa fungsi PHT, bagaimana cara pengolahan tanah dengan baik dan benar sampai padi pasca panen”, ujar Zed petani asal Jorong Dusun Nanduo, Nagari Simpangkapuk, Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota. Apa kemanfaatan PHT? “Manfaatnya, sampai sekarang saya tak lagi memakai konsep membasmi hama, tapi mengendalikan hama. Hama bila dibasmi tak akan pernah habis, obatnya adalah hama untuk dikendalikan bagaimana supaya yang ia serang bukan tanaman kita. Pembasmian itu memang pemusnahan tapi ujungnya tak bisa dimusnahkan, bahkan hama menyerang makin menjadijadi. Bahkan tambah ganas lagi. Ketika walang sangit kita semprot dengan racun pestisida, mati satu ekor yang datang justru 30 ekor. Untuk itu mari kita mengendalikan hama. Kita alihkan perhatian hama ke nan lain saja. Saya tak lagi mengenal pestisida, yang saya kenal adalah sesuatu yang berbau organik. Terasa benar bagi saya bah PHT mencerahkan kehidupan petani…”, kata Zed yang tampak kuat, kekar dan bertubuh sehat. “ Ya. Konsep pengendalian hama dalam PHT itu , sejauh yang saya tahu dan saya praktikkan artinya adalah mengalihkan perhatian hama itu sendiri. Hama kita kendalikan supaya tak memakan padi. Tapi kita alihkan supaya memakan keong emas yang sudah kita taruh di atas sabut kelapa yang kita letakkan di persawahan. Banyak cara mengatasi walang sangit, bisa juga dengan bangkai perut ayam yang kita taruh di atassabut atau di dalam botol aqua. Bila ia masuk ke botol aqua itu ia kan terkurung dan lalu mati sendiri”, jelas Zed.
60
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PAK JIS TEMUKAN MUSTIKA AJAIB
JJ MUSTIKA PENGHILANG BAU BUSUK
“DOKTRIN PHT ITU ADALAH MEMBENTUK PETANI YANG KREATIF, KRITIS, INOVATIF, DAN MEMILIKI CAKRAWALA BERTANI YANG MANTAP, SERTA SADAR LINGKUNGAN”, KATA
PAK JIS PETANI YANG BERUMAH BAGUS ITU.
Suatu kali Pak Jis masuk ke gudang pupuknya. Pada sebuah sudut ia melihat sebuah bangkai tikus. Aneh, bangkai tikus itu tak berbau. Ia lihat ada sesuatu yang menetes ke tubuh bangkai tikus tersebut. Tikus itu diurungi oleh suatu kerumunan binatang kecil. Heran. Pak Jis terus menghidu bangkai itu hingga ke pangkal hidungnya. Tetap juga tak berbau. Kemudian, penemuannya itu ia kabari pada sahabatnya Jasmir seorang penyuluh pertanian. Jasmir sendiri bagi Pak Jis sudah seumpama lebih dari dunsanak. Pada akhirnya, berdua mereka menyimpulkan bahwa yang menyebabkan bangkai tikus itu tak berbau adalah “suatu” zat yang dmunculkan oleh suatu binatang yang hinggap di bangkai itu”. Bersorak mereka gembira, karena menemui suatu hal yang baru. Dari suatu “zat” yang ditimbulkan oleh binatang itu, mereka olah untuk diciptakan menjadi sesuatu yang mereka namakan dengan JJ Mustika. JJ itu singkatan nama Jis dan Jas. Setelah penemuan itu mereka olah, dengan perbandingan 1;5, maksudnya satu gelas JJ mustika dicampur dengan 5 gelas air maka bila disemprotkan ke taik ayam dijamin kandang ayam itu tak akan menelorkan bau busuk. Bahkan JJ mustika juga dapat dijadikan sebagai bahan penghilang bau badan dan bau mulut. “Ini organik lho, tak ada campur tangan zat kimia di dalamnya”, ujar Pak Jis. Kemudian Pak Jis membawa kita ke gudang pupuk kandangnya. “Coba anda rasakan, apakah gudang pupuk saya berbau busuk? Tidak bukan?” ujar Pak Jis. Aneh juga, kandang ayam dan gudang Pak Jis sama sekali tak berbau. Kini Pak Jis dan Pak Jas sedang mengurus proses hak paten. “ Ya, PHT bagi saya adalah pengetahuan dan sebuah teknologi yang membentuk petani menjadi seorang kreator, tak saja bagi tanamannya, tapi juga bagi lingkungannya!” tukas Pak Jis didampingi oleh sahabatnya Pak Jas. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
61
AZIZ ROSIHAN
DULU DITUDUH GILA KINI JADI TELADAN
BUKAN ITU SAJA, ORANG RUMAH SAYA IKUTIKUTAN MENYANGKA SAYA DAN MENGATAKAN SAYA SUDAH GILA.
KATA
ISTRI SAYA, ALAH TU MAH
DA, IJAN
DIKUMPUAKAN JUO JERAMI TU LAI.PANGGANG SE LAH LAI
DA. LAH BANYAK
URANG MANGECEK-AN UDA IKO HA, KATA ISTRI SAYA SERAYA MENARUH TUNJUK DI KENINGNYA….
62
Ia pernah dituduh gila oleh orang rumahnya sendiri serta para petani di lingkungannya Jorong Talago, Kanagarian VII Koto Talago, Kecamatan Guguk, Kabupaten 50 Kota. Azwir Rosihan ayah dua anak dan satu istri ini mengikuti SLPHT pada tahun 2000. Bagaimana stori ke-PHT-an Aziz Rosihan (62) yang akrab dipanggil dengan Pak Jis ini? Bahkan berkat PHT, Pak Jis menemukan suatu penemuan baru dan langka yang akan dihakpatenkannya…. Inilah kisah petani yang dipanggil Pak Jis itu. “Biasanya jerami dipanggang. Dibakar dibakar di tengah sawah. Oleh saya, sejak mengikuti SLPHT, jerami itu saya lunggukkan. Saya sungkup dengan plastik hitam. Orang bertanya, apa yang saya buat, saya jawab, saya membuat pupuk. Sebalik orang tertawa. Kata mereka, dek urang jerami dipanggang, dek inyo jerami nyo salimuti jo plastik.” Bukan itu saja, orang rumah saya ikut-ikutan menyangka saya dan mengatakan saya sudah gila. Kata istri saya, alah tu mah Da, ijan dikumpuakan juo jerami tu lai.Panggang se lah lai Da. Lah banyak urang mangecek-an uda iko ha, kata istri saya seraya menaruh tunjuk di keningnya…. Sewaktu kompos baru berusia 3 minggu, belum jadi-jadi benar, masih utuh serat jeraminya, kompos itu sudah saya serakkan ke tengah sawah. Saya tanami di atas itu benih padi. Tak lama kemudian benih yang saya tanam itu tumbuh sudah. Tapi entah mengapa, tumbuhnya bukan menghijau, melainkan menguning. Padahal, setelah mengikuti SLPHT, saya ingin benar menjadi contoh atau panutan bagi petani lain. Apa kata orang nanti bila hasil tanam saya seperti itu? Apo lo inyo kadicontoh, padi e se manguniang indak subur bagai doh! Malu saya. Malu benar saya jadinya. Tanpa sepengetahuan petani yang lain, diam-diam saya ambil zirit kabau yang kering saya campur dengan pupuk urea. Perlu diketahui, pemakaian pupuk urea adalah melanggar prinsip PHT. Tapi, tetap saja saya tidak mau bila hasil padi saya buruk. Salah saya sendiri, karena kompos jerami yang saya gunakan untuk pupuk belum sempurna benar jadi pupuk kompos. Bibit padi yang saya tanam tumbuh di atas jerami itu, bukan di atas jerami yang sudah menjadi pupuk, makanya ia menjadi kuning. Mati-matian saya memberi benih padi saya itu dengan pupuk urea campur zirit kabau masik. Lama ke lamaan akhirnya padi saya menghijau kembali. Setelah itu saya kembali ke urea lagi, kompos saya tinggalkan. Tak lama setelah itu sawah dan kampung halaman sudah saya
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
tinggalkan. Pengolahannya saya serahkan kepada orang rumah. Saya pergi merantau ke Jakarta lalu ke Lampung. Dari petani saya beralih profesi menjadi potografer. Saya belajar memotret dari mamak saya yang waktu itu kerja di Deppen. Saya lulusan D1 IKIP Padang. Pernah juga terpanggil menjadi guru tahun 1982, SK penempatan saya di NTT. Tapi SK itu tidak saya turut. Ya begitulah, kehidupan saya. Pada tahun 2005 saya kembali ke kampung halaman. Sejak itu saya konsen dan fokus untuk bertani. Kemudian Pak Jasmir salah seorang penyuluh pertanian memanggil saya untuk mengikuti Program Penyuluh Swadaya. Setelah mengikuti program itu saya dirikan organisasi penyuluh yang saya namai Penyuluh Swadaya Berhadiah Surga (PSBS). Banyak juga anggotanya, ada sekitar 35 orang. Mengapa saya namakan Penyuluh Swadaya Berhadiah Surga? Karena anggotanya tak digaji. Tugas anggotanya adalah memberikan pengetahuan kepada sesama petani. Kalau pengetahuan bermanfaat diberikan secara tulus dan ikhlas maka hadiahnya langsung dari Tuhan Allah, yakni surga. Kami memberikan penyuluhan hingga ke berbagai pelosok nagari yang tak ditempuh orang banyak, seperti daerah Mahat, Sungai Mangkirai Suliki, Tulanganau, Sungai Naniang hingga Muaro Gunuang. Kerja kami ya menyuluh itu saja. Sementara, saya pribadi memiliki lahan sawah sebanyak setengah hektar dan saya pegang gadai sawah sebanyak 4 piring. Di atas lahan sawah saya kembali murni saya tanamkan konsep PHT. Alhamdulillah sukses. Bila dulu dituduh gila, kini saya jadi tempat bertanya bagi petani lain dan menjadi teladan bagi mereka. Manfaat PHT yang saya rasakan adalah biaya produksi yang rendah, tetumbuhan atau bahan untuk pengendalian hama mudah didapat. Semua ada di sekeliling kita. Kemudian, konsep PHTsangat ramah lingkungan. Ajaran PHT gampang digunakan dan tak berisiko. Ajaran PHT adalah membentuk sikap petani yang pintar dan kreatif serta bijaksana atas lahan dan tanaman. Dari pengalaman memakai doktrin PHT, saya mengembangkan sikap-sikap kreatif. Bukankah PHT membentuk dan memicu pikiran kreatif para petani? Dari belajar PHT saya ciptakan dan saya kembangkan “Mol” atau pupuk cair organik. Formulanya saya bikin sendiri. PHT memang terbukti membuka cakrawala dan memicu kita untuk kritis dan kreatif. Jadi tak hanya sekedar untuk meningkatkan hasil tanam atau tak hanya untuk meningkatkan pendapatan petani semata. Kini pupuk organik buatan saya banyak dipesan oleh petani. Bukan becakap sombong, bila bicara soal bertanam padi dan cara pengendalian hama serta penyakit tanaman, jangankan kalah, podoh saja saya tak mau. Dan tentu saja saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak pertanian Sumbar maupun kabupaten. Dan terutama sekali, terimakasih banyak saya terhadap bapak-bapak yang menjadi “guru” saya di PHT. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
63
RUMZI SUTAN SINARO
Karya Seni untuk PHT PETANI SLPHT ADALAH PETANI YANG KREATIF. PETANI YANG CINTA PADA LINGKUNGAN. PETANI YANG SENANTIASA MENJAGA KELESTARIAN ALAM. PETANI YANG TAK BRUTAL PADA HEWAN PENGGANGGU TANAMAN. PETANI YANG PINTAR BERTANAM. DAN, PETANI PHT ADALAH PETANI YANG SELALU BERKACA DAN BERGURU PADA ALAM. PETANI PHT ADALAH PETANI SAHABAT ALAM. PETANI PHT ADALAH PETANI NASIONALIS SEJATI. Rumzi Sutan Sinaro, salah seorang petani PHT yang paling setia dengan ke-PHT-annya. Konsep PHT benar-benar ia terapkan dalam bertanam. Selain ramah dan gigih, Rumzi mengekspresi-
kan hati dan pikirannya tentang kecintaannya pada dunia tani dalam konsep PHT dalam sebuah lirik lagu yang menyentuh. Lirik-liriknya penuh dengan semangat heroik. Heroisme dan kecintaan seorang Rumzi dituangkan dalam lirik lagu “Petani Mandiri”. Kami kutipkan liriknya di sini : Petani yang mandiri bebas dari tekanan itulah cita-citaku untuk perikemanusiaan Petani yang mandiri suburkan tanah lagi untuk lahan pertanian demi hidup yang alami Mari oh kawan kita berjuang, berjuang sehatkan bangsa Kita ciptakan tani alami alami tanpa kimia Bebaskan tanah dari belenggu bahan kimia dan pestisida Petani yang mandiri miliknya Indonesia miliknya semua bangsa kita bina selamanya
64
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
65
SI MISTIK SAHABAT PAK TANI
BURUNG HANTU PUN IKUT MENJAGA LAHAN PETANI KITA
SEBUTLAH BURUNG HANTU, MAKA YANG TERINGAT ADALAH KESAN MISTISNYA.
WUJUDNYA
CUKUP MENYERAMKAN.
MATANYA YANG BULAT BESAR, SERTA TUMPUKAN BULU DI DAHINYA SEMAKIN MENAMBAH EFEK HORROR KETIKA MELIHAT SOSOK SI BURUNG HANTU.
MASYARAKAT
INGGRIS PERCAYA BAHWA JIKA KITA MEMBAKAR TELURNYA HINGGA MENJADI ABU, BISA JADI RAMUAN UNTUK MEMPERBAIKI PENGLIHATAN.
BEGITU
JUGA DI INDIA, JIKA KITA MEMAKAN MATANYA, PENGLIHATAN KITA AKAN MEMBAIK.
66
Begitulah mithosnya si burung hantu. Budaya Yunani dan Romawi percaya kalau burung hantu adalah jelmaan penyihir yang gemar menghisap darah bayi. Ada juga yang percaya kalau hewan ini bertugas menyampaikan pesan para penyihir. Ketika kita mendengar suaranya, itu berarti ada seorang penyihir yang mendekati kita. Dalam legenda Afganistan, burung hantulah yang membawakan batu api dan besi kepada masyarakat Afganistan. Sehingga, mereka bisa membuat api.Masyarakat Greenland bahkan percaya bahwa burung hantu adalah simbol kepemimpinan dan penolong. Tapi tahukah kita bahwa si burung hantu itu adalah “sahabat petani”. Mengapa? Karena salah satu musuh bebuyutan tikus adalah burung hantu. Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain. Sebagai predator alam, burung hantu jenis Serak Jawa merupakan pemburu tikus yang paling populer dan andal, baik di perkebunan kelapa sawit maupun di pertanian padi. Dalam pertanian, sepasang burung hantu bisa melindungi 25 hektare tanaman padi.Dalam waktu satu tahun, satu ekor burung hantu dapat memangsa 1300 ekor tikus.Karena itu mulai banyak petani maupun perusahaan pertanian yang menggunakan burung hantu untuk menanggulangi serangan tikus. Burung hantu lebih efektif dibandingkan pengendalian tikus menggunakan racun tikus, gropyokan (perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama dan serempak) dan lain-lain. Burung hantu jenis barn owl bisa makan hingga 1.000 ekor tikus setiap tahun, dan banyak petani mencoba mengundang burung ini untuk membantu mengendalikan populasi tikus di lahan pertanian. Dari segi biaya, pengendalian serangan tikus menggunakan burung hantu lebih rendah 50 persen dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi. Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SI PEMANGSA TIKUS DI LAHAN PERTANIAN SUMBAR
RATUSAN PASANG BURUNG HANTU DILEPAS DI TENGAH SAWAH
BURUNG HANTU YANG SECARA ILMIAH DINAMAI DENGAN
TYTO ALBA,
MERUPAKAN SALAH SATU JENIS PREDATOR
(PEMANGSA) DARI
TIKUS
DAN TELAH DIMANFAATKAN SEBAGAI PENGENDALI HAMA TIKUS DI LOKASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT.
MELIHAT PRILAKU BURUNG HANTU DAN KESESUAIAN EKOSISTIM PERTANIAN PADA BEBERAPA DAERAH, MAKA BURUNG HANTU DIMANFAATKAN UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS DI
BARAT.
SUMATERA
Perjalanan pemanfaatan burung hantu di Sumatera Barat diawali melalui kegiatan pada Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (Program PHT) yang dibiayai Bappenas tahun anggaran 1992/1993. Pilot project pemanfaatan burung hantu untuk pengendalian hama tikus dilakukan pada Kelompok Tani Batu Ninik Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Pada awal kegiatan burung hantu didatangkan dari daerah Kisaran Provinsi Sumatera Utara sebanyak 3 pasang. Sebelum burung hantu didatangkan terlebih dahulu telah disiapkan kandang buatan, yaitu kandang adaptasi, kandang kecil (gupon) dan kandang besar masing-masing 1 unit. Kemudian diikuti dengan penyediaan makanannya yakni tikus hidup secara kontinyu. Proses adaptasi dilakukan tanggal 4 – 10 Desember 1992, burung hantu masuk gupon tanggal 10 Desember 1992 28 Januari 1993 dan selanjutnya pada kandang besar pada tanggal 4 Desember 1992 - 4 Juni 1993. Setelah proses ini dilalui, maka burung hantu sudah menetap dan dapat berperan dalam mengendalikan hama tikus di lokasi kegiatan. Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan (obserservasi) terhadap prilaku dan keberadaan burung hantu. Parameter yang diamati antara lain (1) prilaku makan burung hantu di kandang dan (2) luas serangan tikus dilkasi kegiatan. Kegiatan ini dilaksanakan di Nagari Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Pengamatan prilaku makan dilaksanakan pada musim tanam (MT) 1992/1993 dan data luas serangan tikus diamati dari tahun 1995 1995. Dari hasil pengamatan ini terlihat bahwa kemampuan makan burung hantu adalah 2 – 4 ekor tikus per hari, sedangkan daya mangsanya mencapai 6 – 8 ekor per hari. Luas serangan tikus diamati selama 6 MT terlihat terjadi penurunan, DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
67
seperti terlihat pada grafik. Setelah didorong melalui Program Nasional PHT, kegiatan pemanfaatan burung hantu terus dikembangkan pada berbagai lokasi di Sumatera Barat, seperti di Kabupaten Agam, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Sijunjung, Solok, Solok Selatan, Dharmasraya, Kota Solok dan Padang. Untuk mendukung pengembangan burung hantu dalam pengendalian hama tikus dibiayai melalui APBD Provinsi serta APBD Kabupaten dan Kota serta dari dana cooperate social responsibility (CSR) Bulog Sumatera Barat dan PT. Sang Hyang Seri, sehingga sampai tahun 2006 telah dilepaskan burung hantu sebanyak 119 pasang. Pengembangan burung hantu di Nagari Koto Kaciak Kecamatan Tanjung Raya mendapat perhatian dari berbagai kalangan mulai dari petani, anggota DPRD kabupaten Agam, Bupari sampai ke tingkat Nasional. Burung hantu ini selain menghudi kandang buatan juga berkembang di sekolah MTSN setempat. Pencanangan pemanfaatan burung burung hantu untuk pengendalian hama tikus secara nasional dilakukan di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam pada tahun 2006, dengan pelepasan burung hantu ke persawahan oleh Direktur Perlindungan Tanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Setelah tahun 2006 memang tidak ada penambahan introduksi burung hantu, namun keberadaan burung hantu diberbagai lokasi terus dipantau. Pada tahun 2014 diintroduksi lagi burung hantu untuk dikembangkan di Tanjung Raya Kabupaten Agam dan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman. Untuk mendukung kegiatan ini telah dilatih petani di sekitar lokasi masing-masing 25 orang. Pelatihan ini meliputi pemahaman fungsi burung hantu, pemeliharaan burung hantu dan pemanfaatan burung hantu.
68
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
TABUNG BAMBU :
PERANGKAP TIKUS RAMAH LINGKUNGAN
SALAH SATU HEWAN PALING NAKAL YANG KERAP MENGGANGGU TANAMAN ADALAH TIKUS.
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) YANG SATU INI— BILA TAK TERKENDALIKAN, IA CUKUP MENGANCAM TANAMAN.
KERUGIAN
AKIBAT SERANGAN HAMA
37 %, PENYAKIT 35 %, GULMA 29 %, DAN BAHKAN BISA MENCAPAI
AKIBAT YANG DI TIMBULKAN OLEH SERANGAN HAMA TIKUS BISA MENYEBABKAN GAGAL PANEN.
Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha–usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai di bawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertnian yang berkelanjutan diperlukan cara pengendalian yang tepat.
Si Cerdik Tikus Hama tikus memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan hama yang lain diantaranya yaitu: Mempunyai mobilitas, mempunyai kemampuan merusak yang besar dalam waktu relative singkat, tidak mudah percaya pada benda-benda yang tidak bisa mereka kenal, cerdik dalam menanggapi sesuatu. Berdasarkan habitat tempat hidupnya tikus dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Tikus sawah : Ekor lebih panjang dari pada tubuh dan kepala, jumlah putting 12, warna bulu putih keabuan, habitat di sawah/ di tanggul-tanggul, telapak kaki 2 pasang terpisah satu pasang tidak pada telapak kaki depan. Tikus rumah : Ekor sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu 10, warna putih kehitaman, habitat ruamg tertutup di gudang/rumah, telapak kaki 3 pasang berbantl terpisah. Tikus pohon : Hampir sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu 10, warna putih keabuan, habitat dipohon/lading. Tak terhitung lagi aneka cara untuk membasmi tikus. Populasinya tetap melonjak pesat. Tikus punya kemampuan reproduksi yang mengerikan. Bayangkan, tiga hari setelah melahirkan lima sampai sepuluh anak, seekor tikus betina bisa DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
69
hamil lagi. Dan anakanak tikus berjenis kelamin betina begitu berusia enam minggu siap pula dibuahi. Tikus dapat hidup selama satu tahun, dimana satu ekor tikus betina dapat melahirkan 4 - 5 kali dalam setahun, sekali melahirkan 6-18 ekor anak. Masa bunting tikus berkisar atara 3 - 4 minggu dengan lama menyusui 18-24 hari. Anak tikus akan dewasa secara sexual setelah berumur 2-3 bulan setelah lahir. Anak tikus sudah mulai makan keluar sarang pada umur 28 hari. Tikus betina sudah dapat kawin lagi 2 hari setelah melahirkan. Secara hitung-hitungan sepasang tikus dapat berkembang biak sebanyak 2.046 ekor per tahun. Apa upaya terbaik untuk menghentikan laju populasi tikus yang tak mustahil bisa menyesaki bumi itu? Divisi Pest Animal Control pada Cooperative Research Centres (CRC) di Canberra, Australia, menemukan teknologi terbaru untuk memotong rantai reproduksi tikus. Kendati teknologi yang menggunakan virus untuk memandulkan tikus itu sudah dikembangkan oleh Professor Hugh Tyndale dan Steve Robbins sejak 1992, hingga sekarang CRC terus menyempurnakannya. Tikus organism pengganggu tumbuhan (OPT) utama yang menyerang tanaman padi hampir pada seluruh wilayah di Sumatera Barat. Tikus merusak tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen dan bahkan sampai ke gudang tempat penyimpanan. Tikus gemar melahap makanan yang dimakan oleh manusia dan disamping itu tikus bisa menularkan penyakit yang berbahaya bagi manusia misalnya penyakit tipus dan pes.
Gejala Serangan Tikus Tikus menyerang tanaman padi di lapangan, pada umumnya selalu dimulai bagian tengah petakan sawah. Tanaman padi yang terserang terdapat bekas tanaman padi yang terpotong tikus membentuk sudut 45 derjat. Tanaman padi yang telah terpotong menjadi roboh dan berserakan di petak sawah. Jika malai sudah keluar, tikus akan makan butiran padi dan memotong tangkai malai untuk dibawah kedalam lubang sebagai persiapan makanan setelah tanaman padi di panen oleh petani.
Strategi Pengendalian Tikus Banyak cara pengendalian tikus yang telah dilakukan oleh petani dilapangan, diantaranya melaksanakan tanam serentak dalam satu hamparan sawah, melakukan sanitasi lahan dan
70
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
lingkungan, penggunaan predator tikus yang ada dilapangan seperti Burung Hantu dan pemasangan rodentisida. Pengendalian tikus menggunakan rodentisida selain dapat membunuh tikus juga dapat membunuh predator dan ternak peliharaan petani.
Pemasang Perangkap Bambu Salah satu cara pengendalian tikus yang ramah lingkungan, mudah, murah dan ampuh adalah dengan menggunakan perangkap bambu.Perangkap ini dibuat dari bambu yang bukubuku antara ruasnya telah di tembus/dilobangi. Ukuran panjang bambu 1,80 - 2 meter, garis tengah 10-15 cm. Bambu yang di pakai sebaiknya bambu yang usang. Perangkap bambu ini sering disebut sebagai istana tikus di tengah sawah. Perangkap bambu di tempatkan pada petak-petak sawah yang ada tanda-tanda keberadaan tikus seperti gejala serangan, lobang aktif, jejak dan kotoran. Jumlah perangkap per ha tergantung intensitas serangan atau kepadatan populasi tikus dilapangan. Untuk lebih mudah mengetahui lokasi pemasangan perangkap bambu supaya diberi tanda dengan ajir kayu atau bambu. Pada sawah yang tidak tergenang air perangkap dapat ditempatkan di permukaan tanah. Sedangkan pada sawah-sawah yang tergenang air perangkap bambu di tinggikan dengan kayu bersilang atau dengan onggokan tanah setinggi lebih kurang 2 cm diatas permukaan air. Kegiatan pemasangan perangkap bambu harus di ikuti dengan melakukan sanitasi lahan dan lingkungan serta pemusnahan lubang-lubang tikus yang ditemukan, agar tikus masuk kedalam lubang perangkap bambu yang telah disediakan.
Pengamatan dan Pengumpulan Tikus Perangkap bambu yang telah dipasang di sawah, diamati sekali 1 atau 2 hari tergantung keadaan serangan. Jika dalam perangkap bambu tersebut ada tikus yang teperangkap, maka di salah satu ujung bambu dipasang karung dan ujung yang lainnya ditutup dan kemudian ditinggikan atau diangkat sehingga tikus masuk kedalam karung (sebaiknya dilakukan oleh 2 orang) dan seterusnya karung tersebut dapat digunakan lagi untuk menangkap tikus berikutnya. Tikus-tikus yang telah dikumpul dalam karung kemudian dibunuh dengan jalan merendam ke dalam air atau ada cara lainnya (jangan membunuh tikus dalam perangkap bambu). Kegiatan pengumpulan tikus dari perangkap bambu sebaiknya dilakukan sekitar jam 1011 WIB (sudah terasa panas). Tikus-tikus yang tertangkap dan terkumpul sebaiknya dihitung jumlahnya dan dipisahkan antara tikus jantan dan betina. Jika banyak yang tertangkap tikustikus betina, menurut Pak Hambo petani ahli tikus Kota Pariaman berpendapat bahwa sebagai tanda awal pada musim tanam yang akan datang populasi tikus akan meningkat dengan pesat, oleh karena itu petani perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan dan serangan tikus musim tanam berikutnya.
Hasil Tangkapan Perangkap Bambu Dari hasil uji coba di FTF Kuranji Padang pada saat pelatihan PHT bagi Pengamat Hama dan Penyakit (PHP), ternyata 1 unit perangkap bambu mampu menangkap tikus rata-rata 1.2 ekor setiap kali tangkap. Jika dilaksanakan pada 1 hamparan sawah, contoh seluas 50 ha dengan jumlah petani 100 orang dan masing-masing petani membuat dan memasang perangkap bambu 10 buah dan dipasang secara bersamaan sebanyak 1.000 buah perangkap bambu, berarti akan tertangkap tikus sebanyak 1.200 ekor setiap kali tangkap. Melalui tulisan ini penulis yakin dengan pemasangan perangkap bambu akan dapat menurunkan populasi tikus yang signifikan dilapangan jika di kerjakan secara bersama-sama, serentak dan berkelanjutan. Selamat Mencoba Semoga Berhasil.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
71
Pos IPAH Kelembagaan PHT Milik Petani POS INFORMASI DAN PELAYANAN AGENS HAYATI (POS IPAH) ADALAH KELEMBAGAAN MILIK PETANI DI NAGARI/DESA/KELURAHAN YANG SECARA TEKNIS DIBAWAH
LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA PENYAKIT DAN PENGAMBANGAN AGENS HAYATI (LABORATORIUM PHP DAN PAH). POS IPAH BERFUNGSI DALAM PEMBINAAN
MEMPERBANYAK DAN SEBAGAI POS INFORMASI DALAM PENGEMBANGAN AGENS HAYATI SEBAGAI SARANA PENGENDALIAN
OPT RAMAH
LINGKUNGAN.
72
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Aktifitas di Pos IPAH meliputi perbanyakan agens hayati, pembinaan petani pengguna, sosialisasi dan studi petani dalam penggunaan agens hayati. Secara fisik Pos IPAH dilengkapi dengan peralatan perbanyakan dan penyimpanan dan pengemasan agens hayati. Bangunan Pos IPAH berasal dari swadaya petani, bantuan pemerintahan nagari atau kantor kelompok tani. Pos IPAH merupakan kelembagaan petani pada tingkat nagari/ desa/ kelurahan. Pada tingkat kecamatan disiapkan Klinik PHT,walaupun jumlahnya masih terbatas. Pada Pos IPAH diperbanyak berbagai jenis agens hayati sesuai dengan kebutuhan petaninya, yang umum terdapat pada Pos IPAH dan banyak digunakan adalah Trichoderma harzianum (Tricho) dan Pseudomonas fluerescens (Pf). Namun agens hayati lain banyak
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
73
diperbanyak di Pos IPAH, seperti Beuveria jenis jamur untuk mengendalikan serangga, Virus NPV (jenis virus untuk mengendalikan serangga), mikroorganisme lokal (MOL), berbagai bakteri berguna yang hidup diperakaran tanaman yang disebut PGPR (Plant growth promoting rizobacteria). Selain agens hayati di Pos IPAH juga diproduksi pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan dengan pelarut urine kambing.
VIRUS NPV, PENGENDALI HAMA Banyak orang merasa ngeri dan bergidik ketika mendengar kata karena virus banyak menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan tanaman. Sebenarnya tidak perlu cemas berlebihan dengan virus, karena makhluk mikroskopis ini ada yang bermanfaat, salah satunya adalah Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV). Virus NPV ini merupakan patogen serangga yang dikenal dengan entomophogen penyebab penyakit pada berbagai jenis ulat (larva serangga kelompok Lepidoptera). Virus ini mempunyai inang yang spesifik, artinya satu jenis virus hanya dapat menyerang satu jenis ulat, seperti SlNPV hanya menyerang Spedoptera litura (ulat grayak), SeNPV menyerang ulat bawang (Spodoptera exigua) dan HaNPV menyerang ulat buah tomat (Helicoverpa armigera).
Infeksi Virus NPV Kalau kita lihat dengan mikoskop perbesaran diatas 600 kali virus NPV berbentuk kristal bersegi banyak (polihedra) yang bercahaya. Dalam polihedra terdapat zarah virus berbentuk batang yang jumlahnya sangat banyak. Jika polihedra termakan oleh ulat pada daun, maka pada saluran pencernaan ulat yang bersuasa basa (pH 9 – 10,5), selubung polihedra larut dan zarah virus (virion) menyebar serta menginfeksi sel saluran pencernaan dan masuk ke dalam rongga tubuh. Virus menginfeksi sel serangga dan memperbanyak diri, menyebabkan cairan tubuh serangga (haemolimfa) yang semula jernih akan menjadi keruh. Tubuh ulat terinfeksi lamalama membengkak dan pecah yang mengeluarkan ciaran berisi partikel virus.
Ciri Ulat Terinfeksi Ulat terinfeksi prilakunya berbeda dengan ulat sehat, dimana ulat menjadi sulit bergerak, tubuh terlihat berminyak dan pucat kemerahan. Ulat yang sakit akan berjalan menuju ke puncak tanaman dan mati dengan posisi tergantung, dimana kaki palsu ulat lengket kebagian tanaman. Selanjutnya tubuh ulat akan pecah dan menyebarkan virus yang siap menginfeksi ulat sehat lainnya.
Mengembangkan NPV Walaupun virus ini bersifat parasit tulen (obligat parasit), karena hanya dapat diperbanyak pada inang yang hidup, tetapi memperbanyak virus NPV ini tidaklah sulit. Secara sederhana dapat dilakukan dengan mengumpulan ulat-ulat yang sakit yang diperoleh dari lahan dan selanjutnya digunakan untuk perbanyakan virus ini. Ulat terserang NPV yang diperoleh dari lapangan disimpan dalam botol-botol filem, jika sudah mencukupi dapat digunakan untuk pembuatan biang virus NPV. Biang virus NPV dapat dari ulat terserang yang dihancur dalam wadah (mangkok) dari porselen atau kaca dengan ditambahkan air sebanyak 2 sendok makan untuk tiap 1 ekor ulat. Cairan tersebut digunakan Bahan dan alat untuk perbanyakan virus NPV yang digunakan adalah ulat (bisa digunakan
74
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
ulat grayak, ulat bawang atau ulat buah tomat), pakan ulat (seperti daun bawang, buah tomat atau daun kedelai), biang virus NPV , kotak plastik, kertas koran, plastik, kain kasa dan air bersih. Pengembangan virus NPV dapat dilakukan langkah seperti berikut : Tempat pemeliharaan ulat disiapkan dengan melubangi kotak plastik dan tutup dengan kain kasa. Biang NPV sebanyak 1 sendok teh dimasukkan dalam gelas air mineral dan ditambahkan 200 ml air bersih, kemudian diaduk. Kedalam gelas air mineral yang berisi cairan mengandung virus NPV tersebut dimasukan pakan ulat (daun bawang atau daun kedelai) dan dibiarkan selama 15 menit. Selanjutnya pakan ulat tersebut diangkat dan dimasukan kedalam kotak plastik. Kedalam kotak plastik tersebut dimasukan ulat dan dibiarkan selama 24 jam. Ulat yang mati dikumpulkan siap digunakan atau masukkan kedalam botol film untuk disimpan dalam lemari pendingin (freezer).
Aplikasi Virus NPV di Lapangan Untuk aplikasi di lapangan dilakukan dengan menghancurkan ulat terserang dari hasil pemeliharaan diatas. Untuk lahan satu hektar digunakan sebanyak 1500 ulat terinfeksi. Ulatulat dilumatkan ditambah dengan 0,5 liter air, selanjutnya disaring. Hasil perasan ulat (suspensi) tersebut ditambahkan dengan 500 liter air dan siap diaplikasikan ke tanaman. Untuk skala kecil dapat dikonversikan dari uraian diatas. Penyemprotan dilakukan pada bagian bawah daun, karena virus dapat bertahan lama dan hasilnya lebih baik. Aplikasi dilakukan pada sore hari karena NPV tidak tahan terhadap sinar matahari.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
75
TRICHODERMA AGENS HAYATI MULTIGUNA Sebenarnya Trichoderma adalah jamur tanah bersifat saprofit yang ditemukan pada hampir semua jenis tanah dan tersebar luas di dunia. Paling tidak ada 2 jenis Trichoderma yang familiar (biasa) digunakan dalam pengendalian penyakit tanaman dan pembuatan kompos yaitu Trichoderma harzianum dan Trichoderma koningii. Trichoderma potensial digunakan untuk pengendalian penyakit tanaman terutama yang disebabkan oleh patogen tular tanah (soil borne disease). Trichoderma adalah cendawan antagonis terhadap beberapa cendawan patogen, terutama terhadap cendawan tanah. Mekanisme antagonis adalah akibat persaingan makanan dan tempat tumbuh, pengrusakan dinding sel patogen dan antibiosis. Trichoderma mampu berkembang lebih cepat, sehingga menguasai tempat tumbuh, akibatnya cendawan lain tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hifa Trichoderma dapat menembus dinding sel dengan bantuan enzim kitinase, sehingga dapat mengganggu dan membunuh cendawan patogen. Selain itu Trichoderma juga mengeluarkan antibiotik “trichoderin” yang dapat membunuh cendawan patogen. Sebagai saprofit Trichoderma juga efektif dalam merombak bahan organik, sehingga banyak diguna sebagai dekompuser. Trichoderma dapat menguraikan bahan organik, seperti karbohidrat, terutama selulosa. Mekanisme perombakan selulosa oleh Trichoderma dengan bantuan enzim pengurai. Pembuatan kompos di Sumatera Barat dari berbagai sisa tanaman, seperti
BANYAK MASYARAKAT PETANI YANG SUDAH MENGENAL
TRICHODERMA SEBAGAI AGENS HAYATI SERBA GUNA.
KARENA, SELAIN
DIGUNAKAN UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN JUGA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK PELAPUKAN PADA PROSES PEMBUATAN KOMPOS.
76
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
jerami umumnya menggunakan Trichoderma sebagai mikroba perombak (dekomposer).
Perbanyakan Massal Trichoderma Oleh karena Trichoderma jamur saprofit, maka eksplorasi dan perbanyakannya relatif mudah dan murah. Bahan yang digunakan adalah beras 5 kg, dan biang (induk) Trichoderma 50 gram serta air secukupnya. Biang Trichoderma dapat diperoleh di Laboratorium PHP dan PAH pada Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat (BPTPH Sumbar) atau pada Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi. Peralatan yang digunakan adalah kotak kayu ukuran 75 cm x 200 cm x 10 cm (panjang dan lebar disesuaikan dengan kebutuhan), kertas koran, plastik, kain kasa serta alat-alat masak (seperti kompor dan dandang). Perbanyakan massal Trichoderma secara sederhana dapat dilakukan seperti berikut : alas kotak kayu dengan plastik, masak air sampai mendidih, bungkus beras dengan kain kasa dan dimasak dalam air mendidih selama 3 - 5 menit, angkat beras dari air dan kukus selama 15 menit selanjutnya ditaburkan dalam kotak kayu sambil didinginkan. Setelah dingin tambahkan biang Trichoderma diaduk sampai rata tutup dengan kertas koran. Pada hari kedua diaduk dan ditutup kembali. Pada hari keempat sudah dapat dipanen dengan cara dimasukkan kedalam kantong plastik yang ditutup rapat. Trichoderma tersebut siap untuk digunakan dan didistribusikan. Untuk mengetahui kualitas Trichoderma yang dihasilkan dan didistribusikan dapat dilakukan dengan standar karakteristik mutu seperti uraian pada tabel 1.
STANDAR KARAKTERISTIK MUTU TRICHODERMA (BPTPH SUMBAR) DISKRIPSI
SPESIFIKASI
Warna
Hijau lumut atau hijau kusam
Kontaminasi
Tidak ada (0%)
Kerapatan Spora
e” 108
Formulasi
Granular
Aroma
Spesifik (Fermentasi Beras)
Umur Produk
Kurang dari 2 bulan
Kemasan
Kantong Plastik TABEL 1
Teknik Aplikasi Trichoderma Berbagai cara dapat dilakukan untuk aplikasi Trichoderma, seperti perlakuan benih (seed treatment), pencampuran dengan bahan organik dan untuk pembuatan kompos.
Perlakuan Bibit dan Benih Aplikasi Trichoderma untuk perlakuan bibit dapat dilakukan dengan merendam biji dalam suspensi Trichoderma. Secara sederhana dapat dilakukan dengan memasukkan biakan TrichoderDINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
77
ma sebanyak 3 sendok makan ke dalam wadah berisi 200 ml air bersih (1 gelas air mineral). Setelah diaduk dapat digunakan untuk perlakuan benih dengan merendam biji sayuran dalam suspensi tersebut selama 15 menit.
Pencampuran dengan Bahan Organik Biakan massal Trichoderma (media beras atau dedak) dicampurkan dengan pupuk kandang, kemudian dijadikan sebagai pupuk tanaman. Untuk pengendalian penyakit layu, seperti oleh Fusarium pada tanaman pisang dapat digunakan 250 gram biakan Trichoderma yang dicampur dengan 0,5 karung (± 25 kg) pupuk kandang, kemudian dimasukkan dalam lobang tanam. Pengendalian berbagai penyakit pada tanaman sayuran terutama yang disebabkan oleh patogen tular tanah juga dapat dilakukan dengan pencampuran Trichoderma untuk tiap karung pupuk kandang yang selanjutnya digunakan sebagai pupuk dasar. Untuk mengendalikan penyakit yang menyerang perakaran tanaman cukup efektif menggunakan Trichoderma. Disekeliling pangkal batang dibuat larikan (saluran) sedalam mata cangkul. Kedalam larikan ini ditaburkan campuran pupuk organik dengan biakan massal Trichoderma dan selanjutnya ditimbun kembali.
Pengolesan Biakan Massal Trichoderma Biakan massal Trichoderma dapat ditambahkan sedikit air, sehingga dapat menyerupai pasta. Pasta ini dioleskan pada bagian yang sakit. Untuk pengendalian penyakit busuk pangkal batang jeruk dapat dilakukan dengan membersihkan bagian yang sakit dengan sikat selanjutnya dioleskan dengan pasta Trichoderma.
Pembuatan Kompos Untuk pembuatan kompos 1 kg biakan massal Trichoderma dicampur dengan 1 karung pupuk kandang. Campuran ini ditebar tipis dan merata pada sisa tanaman yang akan dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dibuat dengan cara menumpuk sisa tanaman (seperti jerami) dengan volume ± 1 m3, maka tumpukan dibagi atas 4 lapisan. Trichoderma yang digunakan adalah 1 kg dicampur dengan 1 karung pupuk kandang. Campuran ini dibagi 4 dan tiap bagian ditebar pada tiap lapisan dan disiram. Jika kompos dibuat dengan cara langsung pada jerami yang ditebar aplikasi campuran Trichoderma pupuk kandang dapat ditebar langsung pada sisa tanaman yang akan dijadikan kompos.
78
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PSEUDOMANAS FLUORESCENS BAKTERI PENGENDALI PENYAKIT TANAMAN
PSEUDOMONAS FLUORESCENS YANG LEBIH DIKENAL DENGAN
PF ADALAH AGENS HAYATI YANG BANYAK TERDAPAT DIDAERAH PERAKARAN TANAMAN
(RHIZOSFIR). PERANAN PF DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN ADALAH SEBAGAI BAKTERI ANTAGONIS DAN JUGA DAPAT MERANGSANG
(MENGINDUKSI) KETAHANAN TANAMAN SERTA (PLANT GROWTH PROMOTING RIHIZOBACTERIA) SERTA MEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN (AKTIFITAS MIKROBA INI JUGA MENGHASILKAN ZAT PERANGSANG TUMBUH).
Mekanisme pengendalian penyakit tanaman diduga akibat senyawa antiobiotik yang dihasilkan Pf, kompetisi ruang dan makanan serta induksi ketahanan tanaman. Induksi ketahanan tanaman oleh Pf dapat bersifat lokal dan sistemik, dimana induksi sistemik dapat terjadi jika diberikan pada benih (seed treatment). Pemanfaatan Pf sebagai agens hayati telah banyak dilakukan, baik pada tanaman sayuran maupun pada tanaman buahan. Untuk tanaman sayuran Pf dapat digunakan untuk perlakuan benih, seperti perendaman benih cabe dan tomat dengan suspensi Pf untuk pengendalian penyakit virus kuning keriting. Sedangkan untuk tanaman buahan yang banyak digunakan adalah pada tanaman pisang untuk mengendalikan penyakit layu.
Perbanyakan Pseudomonas Fluorescens Eksplorasi agens hayati Pf baru dapat dilaksanakan oleh petugas Laboratorium atau oleh peneliti di Peguruan Tinggi dan Lembaga Peneltian. Namun perbanyakan secara sederhana dapat dilakukan di Pos IPAH dan Kelompok Tani. Bahan dan alat yang digunakan untuk perbanyakan massal Pf adalah susu full cream, air bersih dan biang Pf serta alat – alat masak (seperti ransang, dandang dan kompor) dan airator. Perbayakan massal Pf dilakukan dengan melarutkan susu full cream 100 gram dengan air 5 liter sampai larut, setelah disaring kemudian masak sampai mendidih selama 15 menit setelah dingin masukkan kedalam derigen dan tambahkan biang Pf sebanyak 50 ml. Pasang aerator pada larutan tersebut kemudian biarkan selama 4 – 7 hari. Pf tersebut siap untuk digunakan dan didistribusikan.
Cara Penggunaan Pseudomonas fluorescens Pengendalian penyakit tanaman dengan aplikasi Pf efektif dilakukan dengan cara perlakuan benih atau bibit. Namun dapat juga dilakukan dengan pemberian pada tanah. Aplikasi benih dengan Pf dapat dilakukan dengan merendam benih, seperti benih cabe, tomat atau benih sayuran lainnya DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
79
dalam larutan Pf. Masukan larutan Pf dalam wadah (gelas) dengan volume sesuai kebutuhan dan diencerkan dengan air (perbandingan 1 : 10). Rendam benih yang akan ditanam dalam larutan ini selama 12 -24 jam, kemudian dikeringkan dengan meletakkan diatas kertas koran dan benih siap untuk disemai. Penggunaan Pf dapat dilakukan dengan perendaman bibit. Untuk pengendalian penyakit layu pada tanaman pisang, maka bonggol bibit pisang direndam dengan larutan Pf. Pada areal pertanahan dibuat lobang dengan kedalam ± 50 cm dengan panjang dan luas disesuaikan dengan kebutuhan, selanjutnya dilapisi dengan plastik. Ke dalam lobang yang telah dilapisi plastik dimasukkan larutan Pf yang diencerkan dengan air (dengan perbandingan 1 : 10). Bibit pisang yang akan ditanam direndam bonggolnya selama 15 menit dan setelah itu siap untuk ditanam.
80
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
BEAUVERIA BASSIANA SI JAMUR PENGENDALI HAMA Infeksi dimulai dengan berkecambahnya konidia dan mempenetrasi kulit serangga. Beauveria menghasilkan berbagai enzim yang dapat menguraikan kulit serangga. Infeksi juga dapat terjadi pada jaringan saluran pencernaan, jika konidia termakan oleh serangga. Serangga yang peka (rentan) terhadap seranggan jamur ini adalah pada saat ganti kulit. Infeksi jamur ini pada saat ganti kulit, menyebabkan serangga tidak dapat tumbuh dengan sempurna dan kemudian mati. Setelah menginfeksi jamur ini berkembang dan tumbuh, sehingga pada kulit serangga terlihat konidia yang berwarna putih. Pada tahap awal tubuh buah jamur terlihat pada rongga antara kutikula, kemudian berkembang dan menutupi tubuh serangga. Serangan jamur Beauveria pada serangga dapat dilihat pada Gambar.
Perbanyakan Beauveria Perbanyakan massal jamur Beauveria secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan media cair dan media padat.
Formulasi Beuveria Cair
BEAUVERIA BASSIANA (BALSAMO) VUILLEMIN ADALAH JAMUR ENTOMOPATOGEN YANG MENYERANG SERANGGA, SEPERTI WERENG, KEPINDING TANAH, KEPIK DAN BERBAGAI JENIS ULAT. JAMUR INI BERKEMBANG DAN MENYEBAR DENGAN KONIDIA.
KONIDIA
BERBENTUK SEPERTI BOLA DENGAN UKURAN SANGAT KECIL KECIL DENGAN DIAMETER KECIL DARI
3.5 μM
Sebagai sumber nutrisi untuk media perbanyakan digunakan kentang, sedangkan bahan lain yang dipelukan adalah, gula pasir, antibiotik, air bersih dan starter (bibit) jamur Beauveria. Kentang sebagai sumber nutrisi diperlukan sebanyak 1 kg dicuci dan diiris tipis, selanjutnya masak dengan air 5 liter air bersih sampai mendidih selama 15 menit. Kemudian larutan tersebut disaring untuk diambil dan dalam keadaaan panas tersebut masukkan gula pasir sebanyak 50 gram. Setelah larutan dingin baru dimasukan antibiotik sebanyak 1 tablet dan 5 gram biang Beauveria dan pasang aerator kedalam wadah larutan. Setalah dibiarkan selama 4-7 hari, Beauveria siap untuk didistribusikan dan digunakan.
Formulasi Beauveria Padat Perbanyakan agens hayati Beauveria dengan formulasi padat menggunakan media beras. P eralatan yang digunakan untuk adalah ransang, kompor, sendok teh, stapler, lampu spiritus, kantong plastik volume ¼ kg dan baskom. Material yang digunakan adalah isolat Beauveria, beras dan air. Langkah perbanyakan Beauveria dilakukan dengan memasak beras yang telah dicuci. Beras yang telah dimasak dengan kondisi ½ matang dipondahlan ke dalam baskom plastik. Setelah dingin media dimasukan ke dalam kantong plastik sebanyak ¼ volume DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
81
kantong. Plastik yang telah diisi media beras digulung dan dimasukan ke dalam ransang dengan posisi tegak (vertikal), selanjutnya disterilkan selama 15 menit. Setelah media dikeluarkan dari ransang, yang selanjtnya dimasukkan kedalam hand case. Setelah dingin inokulasikan dengan bibit (isolat) Beauveria dan selanjutnya mulut kantong dilipat dan di klip dengan stapler dengan posisi vertikal. Kantong-kantong berisi Beauveria ditempatkan pada rakrak inkubasi dan diamati setiap hari. Setelah satu minggu media telah ditumbuhi rata oleh tubuh buah cendawan Beauveria, langsung didapat digunakan atau disimpan dalam lemari pendingin.
Cara Aplikasi Beauveria Aplikasi cendawan entomopatogen ini dilakukan dengan penyemprotan. Dosis yang digunakan untuk formulasi cair adalah 10 ml/ 1 liter air, sedangkan untuk formulasi padat adalah 1 kantong (10 g)/ 10 liter air. Aplikasi sebaiknya pada saat populasi hama masih rendah dan mengingat perkembangan cendawan entomopatogen tersebut lebih baik pada saat suhu tinggi dan kelembaban tinggi, maka waktu aplikasi sebaiknya dilakukan sore hari.
82
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PEMANFAATAN PARASITOID TRICHOGRAMMA
PENGENDALIAN HAMA
Trichogramma adalah serangga parasitoid telur, dimana larvanya hidup dan berkembang pada telur beberapa hama tanaman, seperti penggerek batang padi atau penggerek polong kedelai. Serangga parasitoid ini dapat dibiakkan secara massal dengan menggunakan inang alternatif, yaitu telur ngengat beras Corcyra cephalonica. Pemanfaatan Trichogramma dimulai dengan menyiapkan media biakan serangga inang alternatif (Corcyra), pengumpulan kelompok telur Corcyra, pembuatan pias telur, pembiakan massal Trichogramma dan penglepasan (inundasi) ke lahan.
SERANGGA SECARA BIOLOGI DAPAT
Perbanyakan Massal Trichogramma
DILAKUKAN DENGAN
Pembiakan inang alternatif Corcyra Pakan buatan untuk Corcyra dibuat dengan menggunakan campuran pakan ayam, jagung giling dan dedak halus dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Campuran ini masukkan kedalam kotak pemeliharaan secara merata dengan ketebalan 3 cm, kemudian masukkan telur Corcyra ± 10.000 per kotak dan pelihara sampai sampai ngengat (serangga dewasa berupa kupu-kupu kecil berwarna gelap) muncul (sekitar 6 minggu). Telur Corcyra dapat diperoleh dari dedak atau beras yang menggumpal di dalam gudang. Ngengat yang muncul dikumpulkan dengan menggunakan corong lampu, kemudian masukkan kedalam tabung peneluran yang terbuat dari kertas karton. Bagian atas dan bawah tabung peneluran ditutup kain kassa. Tabung peneluran disimpan dengan posisi tegak diatas nampan atau baki yang telah diberi alas kertas. Telur-telur yang menempel pada kassa disikat dengan
PEMANFAATAN PARASITOID.
PARASITOID
ADALAH SERANGGA YANG SEBAGIAN SIKLUS HIDUPNYA (BIASANYA STADIA LARVA) HIDUP PADA SERANGGA LAIN DAN DAPAT MENYEBABKAN TERGANGGUNYA PERKEMBANGAN SERANGGA YANG DITUMPANGINYA TERSEBUT.
PENGENDALIAN HAMA MENGGUNAKAN PARASIOID RELATIF SULIT DAN RUMIT, NAMUN ADA BEBERAPA PARASITOID YANG TELAH DAPAT DIPERBANYAK SECARA MASSAL DAN DAPAT DIGUNAKAN UNTUK PENGENDALIAN HAMA, SALAH SATUNYA ADALAH SERANGGA
TRICHOGRAMMA. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
83
kuas dan ditampung pada nampan baki dan dibersihkan dari kotoran dan sisa pakan dengan menggunakan saringan teh. Telur yang telah bersih digunakan untuk pembiakan (perbanyakan) Trichogramma dan sebagian digunakan lagi untuk perbanyakan Corcyra.
Perbanyakan parasitoid Trichogramma Sebanyak ± 2.000 telur Corcyra ditaburkan diatas karton manila yang telah diberi perekat berukuran 1, 5 x 9 cm (pias), Pias yang berisi telur Corcyra disterilkan dengan penyinaran lampu ultra violet (15 W) selama 30 menit. 5 pias telur Corcyra yang sudah steril dengan 1 pias berisi stater parasitoid Trichogramma dimasukkan kedalam satu tabung. Setelah 4 hari akan terlihat gejala telur Corcyra terparasit dengan ciri berwarna kehitam-hitaman. Pias berisi telur Corcyra yang telah terparasit siap digunakan atau dapat disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) selama 3 – 4 hari.
Cara Pemanfaatan Trichogramma Pias yang berisi telur Corcyra diletakkan di pertanaman. Di dalam telur Corcyra yang terparasit tersebut akan keluar serangga dewasa Trichogramma dan terbang mencari mangsanya di lahan pertanaman.
84
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PGPR, MIKROBA SAHABAT PETANI Mekanisme dalam perlindungan tanaman adalah dengan menghambat perkembangan cendawan patogen, menekan perkembangan penyakit (bioprotectant), induksi ketahanan secara sistemik terhadap hama dan patogen, memproduksi siderofor dan antibiotik terhadap patogen perakaran, kompetisi nutrisi dengan patogen perakaran, memproduksi fitohormon dan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer).
Teknik Eksplorasi PGPR
PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) DISEBUT JUGA BAKTERI PERAKARAN PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN
(BP3T)
Perbanyakan PGPR
ADALAH KUMPULAN MIKROBA BERGUNA YANG TERDAPAT DI DAERAH PERAKARAN TANAMAN, SEPERTI BAKTERI
PSEUDOMONAS FLUORESCENS, BACILLUS SUBTILIS, B. POLYMIXA DAN JENIS LAINNYA.
MIKROBA
PGPR banyak ditemui pada akar rumput, akar jagung, akar putri malu dan akar bambu. Untuk mengeksplorasi PGPR dilakukan pada pertanaman, seperti rumput liar atau rumput gajah yang sehat, atau serasah di bawah rumpun bambu. Tanaman yang digunakan dicabut dan rontokkan tanah di akar, tetapi jangan terlalu bersih. Selanjutnya akar-akar dipotong dan direndam dalam air masak yang sudah didinginkan selama 2 - 4 hari. Air rendaman ini dapat digunakan sebagai bahan sumber bakteri (bibit).
INI
BERSIMBIOSE DENGAN TANAMAN DAN JUGA NON SIMBIOTIK YANG DAPAT PEMFIKSASI NITROGEN.
PGPR BERSIFAT
Bahan yang digunakan untuk perbanyakan PGPR adalah air bersih 20 liter, terasi tanpa bahan pengawet 100 gram, dedak halus 0,5 kg, gula merah 200 gram, kapur sirih 1 sendok teh. Untuk membuat media perbanyakan dilakukan pencampuran semua bahan dan aduk hingga merata dan dimasak sampai mendidih. Setelah masak, dinginkan sampai suhu larutan sama dengan suh u kamar. Larutan ini kemudian diraring untuk mendapatkan larutan yang siap digunakan sebagai media tumbuh. Langkah selanjutnya adalah dengan menambahkan bibit sebanyak 2-5 gelas dan diaduk hingga merata. Setiap hari dilakukan pengadukan atau dapat mengunakan aerator. Tunggu antara 5-7 hari, maka PGPR siap digunakan dengan tanda munculnya bau masam/busuk dengan ciri cairan lebih keruh.
Penggunaan PGPR untuk Perlakukan Benih
SAPROFIT DAN PENGHASIL METABOLIT YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN.
Sebanyak 3 – 4 sendok makan PGPR dicampurkan dengan 1 gelas air masak dan aduk hingga merata. Benih yang akan diperlakukan dicuci hingga bersih dan selanjutnya benih direndam selama semalam (10 – 12 jam). Benih yang telah direndam diangkat dan angin-anginkan di tempat teduh dan benih siap disemaikan. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
85
Aplikasi PGPR dengan Penyiraman Persemaian dan Pertanaman Penyiraman pada persemaian dilakukan 1 minggu sebelum ditanam. Larutan PGPR yang digunakan adalah dari campuran 1 gelas PGPR dengan 20 liter air yang diaduk hingga rata. Penyiraman dilakukan dengan gembor secara merata. Larutan PGPR dapat diaplikasi dengan penyiraman pada pertanaman dengan kosentarsi yang sama seperti penyiraman pada persemaian. Aplikasi dilakukan dengan menyiramkan dengan gembor ke sekitar perakaran sampai batas lingkar tajuk.
86
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
PEMANFAATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)
MIKRO ORGANISME (MOL)
LOKAL
MERUPAKAN CAIRAN YANG TERBUAT DARI BAHAN-BAHAN ALAMI YANG DISUKAI SEBAGAI MEDIA HIDUP DAN BERKEMBANGNYA MIKRO ORGANISME BERGUNA UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN BAHAN BAHAN ORGANIK
(DEKOMPOSER), SEBAGAI ACTIVATOR DAN MENAMBAH NUTRISI BAGI TANAMAN.
SELAIN
MENGANDUNG MIKRO ORGANISME,
MOL
DIDUGA MENGANDUNG ZAT YANG DAPAT MERANGSANG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN (FITOHORMON) SEPERTI GIBERLIN, SITOKININ, AUXIN, DAN INHIBITOR.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MOL harus mengandung karbohidrat, glukosa dan bakteri. Ketiga komponen itu menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar MOL yang dihasilkan berkualitas dan sesuai dengan harapan. Karbohidrat bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas/basi, limbah singkong, kentang atau gandum, atau apa saja yang sekiranya mengandung karbohidrat tinggi. Dalam pelaksanaannya yang sering digunakan untuk membuat MOL adalah air cucian beras karena setiap rumah pasti menghasilkan ini dan tidak perlu beli. Sumber glukosa selain dari gula pasir, gula merah atau gula batu yang diencerkan dengan air atau dihancurkan sampai halus, bisa juga diperoleh dari nira atau air kelapa. Inokulum bakteri dapat berasal dari keong mas, bekicot, buah-buahan yang sudah matang atau busuk, air kencing (urine) dan kotoran hewan, isi usus hewan, atau apapun yang diduga banyak mengandung bakteri yang berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah seperti Rhizobium sp, Azospirillum sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut fospat. Berdasarkan bahan-bahannya MOL ini dapat dibedakan antara lain MOL Limbah Sayuran, MOL Rebung Bambu, MOL Keong Mas, MOL Buah Maja dan MOL Limbah Buah-buahan
Peralatan Untuk Pembuatan MOL Peralatan yang digunakan untuk pembuatan MOL adalah wadah plastik (seperti drum, ember, tabung cat) dengan volume yang disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu plastik transparan untuk menutup wadah, slang dan botol air mineral.
Cara Pembuatan MOL MOL Limbah Sayuran Bahan yang digunakan adalah sebanyak 100 kg limbah sayuran hijauan (kol, cesin, vetsay, mentimun, bayam, kangkung, dan lain-lain, garam 5 kg (5% dari berat bahan bahan), air cucian beras 10 liter dan (4) gula merah 2 ons. Pembuatan MOL ini dimulai dengan mengiris-iris limbah DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
87
sayuran sehingga menjadi potongan-potongan kecil dan masukan ke dalam drum plastik. Setiap lapisan setinggi 20 cm, ditaburkan garam secara merata, begitu selanjutnya dengan lapisan berikutnya sampai semua bahan habis. Setelah itu ditambahkan air cucian beras sebanyak 10 liter dan wadah di tutup rapat dengan plastik dan di atasnya diberi air sehingga tampak plastik cekung. Setelah 3 - 4 minggu baru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning kecoklatan dan baunya segar dan ditambahkan gula merah sebanyak 2 ons dan diaduk hingga rata.
MOL Rebung Bambu Bahan yang digunakan adalah 2 buah rebung bambu (total berat 3 kg), air beras 5 liter, buah maja yang matang 1 buah (jika tidak ada buah maja bisa diganti dengan gula merah 1,5 ons). Pembuatan dilakukan dengan mengiris-iris atau menumbuk rebung bambu dan selanjutnya dimasukan kedalam ember atau kaleng bekas. Campurkan dengan buah maja yang sudah di haluskan atau ditambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan diaduk sampai rata. Bahan-bahan ini direndam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter. Wadah di tutup rapat dan diberikan slang plastik yang di sambungkan ke air yang berada pada botol dan biarkan selama 15 hari.
MOL Keong Mas Bahan yang diperlukan untuk pembuatan MOL Keong Mas adalah keong mas yang masih segar 5 kg, air kelapa 10 liter,buah maja yang matang 2 buah (jika tidak ada buah maja bisa diganti dengan gula merah 1 kg atau air tebu 1 liter). Untuk membuat MOL ini adalah keong mas ditumbuk halus, masukan kedalam wadah plastik (ember atau tabung bekas cat). Campurkan dengan buah maja yang sudah di haluskan atau tambahkan gula merah yang telah dihaluskan atau cairan air tebu. Selanjutnya tambahkan 10 liter air kelapa dan aduk hingga rata. Wadah di tutup rapat dan diberikan slang plastik yg di sambungkan ke air yang berada dalam botol dan biarkan selama 15 hari.
MOL Buah Maja Bahan yang diperlukan untuk membuat MOL buah maja adalah buah maja yang sudah matang 5 buah , air beras 30 liter, urine ternak (kambing/sapi/kerbau) 20 liter. Buah maja dihaluskan dan dimasukkan ke dalam ember atau kaleng bekas wadah plastic. Selanjutnya dicampurkan dengan 30 liter air beras dan 20 liter urine ternak dan diaduk hingga rata. Wadah ditutup rapat dengan plastik dan masukkan slang plastik dan yang disambungkan dengan botol plastik yang telah berisi air tawar. MOL ini dibiarkan selama 15 hari.
88
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MOL Limbah Buah-Buahan Material pembuatan MOL ini adalah sebanyak 10 kg limbah buah-buahan (jeruk, tomat, pepaya, mangga, apel dan lainlain), air kelapa 10 liter dan gula merah 1 kg. Cara pembuatan MOL ini adalah dengan menumbuk halus buahbuahan sebanyak dan dimasukkan kedalam wadah. Selanjutnya dicampur dengan 10 liter air kelapa dan tambahkan gula merah yang telah di cairkan dan aduk hingga rata. Wadah ditutup rapat dengan plastik dan dimasukan slang plastik yang disambungkan dengan botol plastik yang telah berisi air tawar. MOL dibiarkan dan setalah 15 hari siap untuk digunakan.
Cara Penggunaan MOL Berbagai jenis MOL mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai dekomposer, sumber hara dan zat pengatur tumbuh. Untuk pengomposan 1 liter MOL dicampur dengan 10 liter air tawar ditambahkan gula merah 2 ons, kemudian disiramkan pada bahan organik yang dikomposkan. Sedangkan untuk tanaman dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman. Aplikasi MOL pada tanaman dilakukan dengan cara penyemprotan secara berkala pada pagi atau sore hari. Dosis yang digunakan adalah 400 cc cairan MOL untuk setiap 15 liter air (1 tenki semprot).
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
89
HAMA DAN PENYAKIT MENYERANG
Konsep PHT Bertanam Pisang
SALAH SATU POHON YANG PALING DEKAT DENGAN KEHIDUPAN KITA ADALAH PISANG. IA TAK SAJA TUMBUH DI PARAK ATAU DI LADANG, DI HALAMAN BELAKANG DAN DEPAN PUN PISANG DAPAT TUMBUH DENGAN RANCAK.
BEGITU
FAMILIARNYA PISANG DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT KITA.
90
Tanaman pisang (musa paradisica) merupakan salah satu tanaman buah buahan yang bernilai strategis dan ekonomis dalam peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya petani. Tanaman ini tumbuh semarak di daerah kita Sumatera Barat. Dan kita sering mendengar kepanikan petani pisang ketika pisang terserang hama penyakit, terutama penyakit layu bakteri (fusarium oxysporum.sp.cubense). Bagaimana cara mengatasi permasalahan ini dari segala hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang? Langkah awal, mengatasi permasalahan ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan “Prosedur Standar Bertanam Pisang” yang sesuai dengan konsep PHT. Prosedur ini telah disosialisasikan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat melalui Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Prosedur Standar Bertanam Pisang (PSBP) dimulai dari pembersihan lahan. Gulma sisa tanaman, tumbuhan pelindung dibersihkan dari lahan, ditumpuk di tepi lahan untuk selanjutnya dibuat kompos. Batu-batuan, kayu-kayuan dan bahan lain yang tidak berguna dibersihkan agar tidak mengganggu aktivitas pekerja. Batang disemprot dengan agens hayati beauveria dengan dosis 2 kg atau 2 liter dalam 200 liter air/ha lahan. Ini gunanya mengantisipasi serangan hama. Kemudian dilakukan ploting untuk menentukan jarak tanam. Acuannya, 4 X 4 meter. Ukuran lubang 60 X 60 cm. Kedalaman 50 cm. Dan biarkan lubang terbuka selama seminggu. Tanah bawah dan tanah bagian atas harus dipisahkan, kemudian baru dilakukan penimbunan lubang. Sebelumnya pastikan bibit berasal dari kawasan atau lokasi, rumpun yang betul-betul sehat dan direkomendasi oleh laboratorium hama penyakit dan pengembangan agens hayati setempat. Perlakuan bibit dengan agens hayati dengan cara pencelupan bonggol dengan larutan agens hayati Pf (Pseudomonas fluorescens). Dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:10. Lakukan selama 15 menit. Ketika menanam lakukan pengkuakan lobang sedalam lebih kurang 25 cm. Lebar sebesar bonggol. Timbun bonggol hingga ketebalan sekitar 10 cm. Sisakan bibit cadang sebanyak lebih
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
kurang 10 persen. Ditanam dalam polibag yang diberi campuran tanah + trichoderma. Ciptakan drainase agar air terkendali dan berfungsi optimal bagi tanaman. Jangan biarkan air tergenang. Alirkan genangan air pada tanaman yang kering. Tanaman yang mati disulam dengan bibit cadangan. Tanamkan bibit cadangan di sebelah tempat tanaman yang mati. Kuburkan tanaman yang mati itu di luar lahan. Rumpun tanam sekitarnya harus bersih dari gulma. Lakukan penjarangan anakan pada rumpun yang anakannya banyak. Anakan bekas bongkaran yang baik bisa digunakan untuk bibit. Pada bulan ke 13 berikan campuran pupuk kandang/kompos susulan sebanyak 1 karung + trichodarma ½ kg per rumpun. Setelah sisir pertama terbentuk, maka calon tandan dikerodong keliling dengan plastik, usahakan plastik warna biru. Plastik dipasang longgar. Setelah pembentukan sisir berhenti, maka bunga/jantung dipotong dengan parang atau sabit yang telah disterilkan dengan alkcohol, formalin bayclin. Pada bekas pemotongan jantung, beri pupuk urea 1 genggam. Bungkus dan ikat dengan tali. Pasca panen, batang pisang dipotong hingga pangkal untuk dibuat pupuk kompos. Batang pisang ditimbun sedalam lebih kurang 20 cm. Dengan diperlakukannya konsep PHT pada tanaman pisang, diharapkan hama dan penyakit tanaman pisang dapat dikendalikan.
DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI SUMATERA BARAT BALAI PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
91