KATA PENGANTAR Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) merupakan salah satu program yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014, dimana jaringan Iptek, merupakan salah satu pilar utamanya. Berdasarkan hal tersebut, maka Deputi Jaringan Iptek memiliki posisi yang strategis dalam upaya penguatan SINas. Dalam periode 2010-2014, salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana membangun jaringan yang mengintegrasikan unsur-unsur dalam jaringan Iptek itu sendiri. Unsur yang dimaksud adalah jaringan penyedia, pengguna, lembaga regulasi, pusat dan daerah serta jaringan internasional. Upaya pengintegrasian tersebut, dapat diupayakan dengan membangun sebuah simpul tujuan bersama yakni penguatan jaringan Iptek. Keberhasilan pembangunan jaringan Iptek akan terlihat dari kelancaran aliran informasi dan teknologi dari penyedia ke pengguna Iptek serta seluruh komponen dan aktor SINas. Oleh karena itu, dalam upaya merealisasikan keberhasilan pembangunan jaringan Iptek maka disusunlah langkah pencapaiannya sebagai berikut: 1. Merumuskan kebijakan penguatan jaringan Iptek; 2. Mewujudkan kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri; 3. Mewujudkan penerapan SIDa tingkat utama di provinsi-provinsi di Indonesia; Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
1
4. Mewujudkan kerjasama riset internasional lembaga litbang secara nasional; serta 5. Menyusun laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan jaringan Iptek. Kelima langkah tersebut terkait satu sama lain. Oleh sebab itu, seluruh upaya tersebut harus dilaksanakan oleh Deputi Bidang jaringan Iptek secara bersinergi dan berkesinambungan. Memperhatikan adanya perubahan lingkungan strategis internal, selama masa berlaku Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014, dirasa perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap Rencana Strategis Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014. Semoga revisi Renstra ini dapat meningkatkan kinerja Deputi Bidang Jaringan Iptek dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab yang diemban bersama jajarannya untuk kemajuan bangsa dan negara.
Jakarta,
Mei 2013
Deputi Bidang Jaringan Iptek
Agus R. Hoetman Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................. 1 DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................................... 5 DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................................................ 6 BAB I .................................................................................................................................................................... 7 PENDAHULUAN................................................................................................................................................... 7 1.1
Latar Belakang ........................................................................................................................................ 7
1.2
Permasalahan ....................................................................................................................................... 11
1.3
Landasan ............................................................................................................................................... 18
1.4
Tujuan.................................................................................................................................................... 21
1.5
Ruang Lingkup ...................................................................................................................................... 22
1.6
Definisi Istilah ........................................................................................................................................ 22
BAB II ................................................................................................................................................................. 24 TUGAS POKOK DAN FUNGSI, VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI, SASARAN, DAN INDIKATOR KINERJA . 24 2.1
Tugas dan Fungsi .................................................................................................................................. 24
2.2
Visi ......................................................................................................................................................... 27
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
3
2.3
Misi ........................................................................................................................................................ 27
2.4
Tujuan.................................................................................................................................................... 27
2.5
Nilai-nilai ................................................................................................................................................ 30
2.6
Sasaran dan Indikator Kinerja ............................................................................................................... 32
BAB III ................................................................................................................................................................ 33 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM, DAN KEGIATAN ........................................................................ 33 3.1
Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi ............................................................ 33
3.2
Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Jaringan Iptek ................................................................... 33
3.3
Kegiatan ................................................................................................................................................ 34
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................................. 38 DAFTAR REFERENSI ........................................................................................................................................ 39
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Jaringan Iptek
21
Gambar 2. Peran Deputi Bidang Jaringan Iptek (D3) dalam penguatan SINas
24
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Target Rencana Strategis Untuk Tahun 2010-2014 Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kementerian Riset Dan Teknologi Lampiran 2 Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Tahun 2010-2014 Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kementerian Riset Dan Teknologi
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 28 C ayat (1) UUD1945 menyebutkan bahwa ”setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Sejarah juga menunjukkan bahwa bangsa dan negara dengan human capital yang memadai karena menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), mampu memanfaatkan sumberdaya alam dengan baik. Oleh karena itu, negara dalam hal ini Pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Kementerian Riset dan Teknologi) terus berupaya meningkatkan penguasaan Iptek bagi masyarakat. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 03/M/PER/VI/2010 mengamanatkan bahwa Kementerian Riset dan Teknologi bertugas menyelenggarakan urusan riset dan teknologi, antara lain melalui perumusan dan penetapan di bidang riset dan teknologi. Selain itu dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) fokus program Kementerian Riset dan Teknologi adalah ”peningkatan kemampuan Iptek nasional untuk penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas)”, sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014. Program tersebut sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang mempunyai visi “Indonesia yang Mandiri,
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
7
Maju, Adil dan Makmur” dan misi yaitu “mewujudkan bangsa yang berdaya saing yang dapat dicapai melalui Peningkatan Penguasaan Pengembangan dan Pemanfaatan Iptek.” Berdasarkan dokumen perencanaan tersebut terlihat bangsa Indonesia mengusung paradigma tekno-ekonomi atau techno-economy paradigm, yaitu Iptek menjadi ikon yang memberikan pengaruh signifikan bagi peningkatan kualitas suatu bangsa. Paradigma tekno-ekonomi menekankan teknologi merupakan bagian terpadu dan motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Karenanya, tanpa penguasaan Iptek pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak akan pernah mencapai sasaran yang diharapkan. Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 menetapkan “Penguatan SINas” sebagai salah satu program yang akan dijalankan. SINas diatur melalui Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 Iptek). Undang-undang ini memberikan landasan hukum bagi pengaturan pola hubungan yang saling memperkuat antara unsur penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek dalam satu keseluruhan yang utuh untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud dengan unsur-unsur SINas meliputi unsur-unsur kelembagaan, sumber daya, dan jaringan sebagai bagian dari unsur-usur penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek. Unsur kelembagaan terdiri atas unsur perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), badan usaha, dan lembaga penunjang yang berfungsi mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia (SDM), penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. Sebagai unsur kelembagaan yang kegiatannya berkaitan dengan pemberian dukungan dan pembentukan iklim bagi penyelenggaraan kegiatan penguasaan, Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
8
pemanfaatan, dan pemajuan Iptek, lembaga penunjang memiliki tanggung jawab dan harus menyadari bahwa tindakannya memiliki dampak yang luas bagi perkembangan sistem Iptek nasional secara menyeluruh. Unsur
sumber
daya
dalam
SINas
terdiri
atas
keahlian,
kepakaran,
kompetensi
manusia
dan
pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana Iptek. Setiap unsur kelembagaan Iptek bertanggung jawab meningkatkan secara terus menerus daya guna dan nilai guna sumber daya
tersebut.
Dalam
meningkatkan
keahlian,
kepakaran,
serta
kompetensi
manusia
dan
pengorganisasiannya, setiap unsur kelembagaan Iptek bertanggung jawab mengembangkan struktur dan strata keahlian, jenjang karier SDM, serta menerapkan sistem penghargaan dan sanksi yang adil di lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan Iptek. Unsur terakhir dan yang teramat penting dalam perwujudan program penguatan SINas adalah jejaring/jaringan Iptek (network) yang mengikat unsur-unsur SINas lainnya. Jaringan terbentuk oleh adanya kemitraan antara unsur kelembagaan, berdasarkan keterkaitan kepentingan karena unsur yang satu dapat mengisi, melengkapi, dan memperkuat unsur yang lain. Kemitraan tersebut hanya dapat terjadi apabila lingkup kegiatan unsur kelembagaan itu pada tingkat tertentu memiliki keterkaitan satu sama lain. Berdasarkan penjelasan mengenai unsur-unsur dalam SINas tersebut, dengan gamblang dapat diketahui bahwa dalam SINas terdapat pemeran (aktor) utama yaitu penyedia Iptek yang meliputi Perguruan tinggi dan lembaga litbang, serta pengguna Iptek. Terbangunnya tata kelola kelembagaan litbang yang efektif, efisien, partisipatif dan terintegrasi merupakan salah satu arah kebijakan pengembangan kelembagaan di masa depan dan sebagai salah satu pilar penting dalam rangka mendorong kreatifitas dan profesionalisme masyarakat Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
9
Iptek sehingga diharapkan dapat dihasilkan produk litbang yang lebih bermanfaat dan berdaya saing. Selain pemeran (aktor) utama terdapat pemeran (aktor) pendukung yang meliputi unsur pemerintah (nasional, regional, dan lokal), lembaga finansial/ventura (pendanaan), lembaga asing, pengguna (end user), lembaga intermediasi, maupun organisasi lainnya (lembaga paten, lembaga diklat dan lain-lain). Sebagaimana diuraikan sebelumnya jelas bahwa jaringan atau kemitraan Iptek terbentuk di antara unsur kelembagaan, seperti perguruan tinggi, litbang, peneliti, badan usaha atau industri, bahkan diantara pemerintah, negara lain, dan lembaga regulasi. Secara umum jaringan merupakan pemetaan dari interaksi aktor-aktor lembaga serta variabel lainnya sehingga membentuk pola (pattern) jejaring tertentu. Para pemikir (Freeman 1987; Lundval 1988, 1992; Nelson 1988, 1993) cenderung untuk melihat jejaring tersebut sebagai hubungan interaksi antar pemeran (aktor) yang terdiri dari pemeran (aktor) utama dan pendukung, serta faktorfaktor determinan (determinant factors) yang mempengaruhi hubungan tersebut. Interaksi antar pemeran (aktor) dalam lembaga dapat bermacam-macam, baik technical, commercial legal, social, maupun finansial. Dalam rangka mendukung Program Penguatan SINas sebagaimana diamanatkan di dalam Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014, jaringan atau kemitraan tersebut sangat perlu untuk semakin banyak diciptakan dan sebagai kunci utama dalam program penguatan SINas. Apabila dikaitkan dengan pemeran (aktor) utama dalam SINas, maka secara praktis dapat dinyatakan bahwa jaringan Iptek dapat tercipta dari adanya jaringan antara penyedia, jaringan penyedia dengan pengguna, jaringan penyedia dengan lembaga regulasi, jaringan Iptek pusat dan derah, dan jaringan Iptek internasional. Jaringan-jaringan Iptek tersebut perlu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya, yang diterjemahkan Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
10
sebagai jalinan hubungan interaktif dengan tetap memadukan unsur-unsur kelembagaan Iptek guna menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar. Jaringan Iptek yang sudah terbentuk juga sangat berpontensi untuk lebih dikembangkan guna mengoptimalkan pencapaian dalam pembangunan Iptek. Dengan demikian, untuk melaksanakan program pembangungan Iptek khususnya dalam rangka penguatan SINas, salah satunya dilakukan dengan memperkuat jaringan Iptek baik yang sudah ada maupun yang akan ada. Penguatan jaringan Iptek tersebut dilakukan melalui kegiatan penguatan jaringan antar penyedia Iptek, pengembangan jaringan antar penyedia dengan pengguna Iptek, penguatan jaringan penyedia Iptek dengan lembaga regulasi, penguatan jaringan pusat dan daerah, dan penguatan jaringan Iptek internasional.
1.2 Permasalahan Peranan Iptek menjadi perhatian utama di negara-negara maju dalam menjawab permasalahan pembangunan bangsa dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di berbagai negara maju, kebijakan ekonomi dan kebijakan Iptek semakin terintegrasi dan diselaraskan untuk meningkatkan daya saing nasional. Khususnya di Indonesia, sesuai
dengan
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
(RPJMN)
Tahun
2010-2014
pembangunan Iptek telah diwujudkan melalui SINas dalam rangka membangun perekonomian negara yang berdaya saing, dan salah satunya dilakukan penguatan jaringan Iptek. Penguatan jaringan Iptek meliputi penguatan jaringan antar penyedia Iptek, penguatan jaringan antar penyedia dengan pengguna Iptek, penguatan jaringan penyedia Iptek dengan lembaga regulasi, penguatan jaringan Iptek pusat dan daerah, penguatan jaringan Iptek internasional. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan dalam penguatan jaringan Iptek. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
11
a. Permasalahan dalam Penguatan Jaringan Penyedia Indonesia telah memiliki Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 IPTEK) yang bertujuan memperkuat daya dukung Iptek untuk mempercepat tujuan negara serta meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan intenasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, dijalankan fungsi pembentukan pola hubungan yang saling memperkuat antara unsur penguasaan, pemanfaatan dan pemajuan Iptek dalam satu keseluruhan yang utuh. Unsur tersebut meliputi unsur kelembagaan, unsur sumber daya dan unsur jaringan Iptek. Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 menyebutkan bahwa Jaringan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan Iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh masing-masing kelembagaan secara sendiri-sendiri. Lebih lanjut dalam ayat (2) dikatakan bahwa untuk mengembangkan jaringan, perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang, wajib mengusahakan kemitraan dalam hubungan yang saling mengisi, melengkapi, memperkuat, dan menghindarkan terjadinya tumpang tindih yang merupakan pemborosan. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 ini telah berjalan lebih dari 10 (sepuluh) tahun, namun masih banyak permasalahan terkait jaringan Iptek seperti terkait dengan karakteristik dari masing-masing unsur kelembagan, perguruan tinggi yang satu dengan yang lainnya memiliki ciri yang berbeda, begitu pula litbang Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
12
yang satu dengan yang lainnya, antar perguruan tinggi dengan litbang, dan bahkan badan usaha. Berbagai permasalahan dari sisi jaringan ini membutuhkan solusi dengan segera agar perkembangan Iptek ke depan dapat lebih menunjang SINas. b. Permasalahan dalam Penguatan Jaringan Penyedia dengan Pengguna Permasalahan pertama adalah terkait dengan mekanisme pendanaan pemerintah. Selama ini kondisi yang terjadi yaitu pendanaan dari pemerintah justru menyebabkan lembaga litbang kurang termotivasi untuk bekerja sama dengan pihak luar (khususnya industri) untuk menunjang pengembangan teknologi industri. Kondisi ini disebabkan karena lembaga litbang pada umumnya merupakan lembaga pemerintah tanpa kualifikasi sebagai lembaga litbang dengan kebutuhan-kebutuhan yang khusus. Permasalahan kedua yang terjadi dalam rangka penguatan jaringan penyedia dengan pengguna adalah masih belum optimalnya hubungan antara pihak penyedia dengan pengguna Iptek khususnya industri, yang diakibatkan karena perubahan teknologi industri yang sangat cepat dan sukar diikuti oleh lembaga litbang karena keterbatasan sumber daya manusia. Selain itu kondisi sebagaimana diuraikan sebelumnya juga disebabkan karena sistem operasional lembaga litbang pemerintah kurang memberi peluang untuk menjalin hubungan secara aktif dengan sektor swasta. Permasalahan ketiga adalah dalam hal intermediasi Iptek yaitu meskipun telah mulai bermunculan lembaga intermediasi Iptek, namun masih dirasakan belum optimal. Hal ini disebabkan karena belum efektifnya implementasi insentif bagi badan usaha yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
13
35 Tahun 2007 tentang pengalokasian sebagian pendapatan badan usaha untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. Permasalahan terakhir yang tidak kalah pentingnya untuk mendapat penyelesaian selain permasalahan pendanaan dari pemerintah, terbatasnya sumber daya manusia, dan belum optimalnya lembaga intermediasi Iptek adalah permasalahan mengenai masih rendahnya daya serap industri terhadap teknologi hasil litbang dalam negeri. Teknologi hasil litbang dalam negeri yang kurang diserap oleh industri disebabkan antara lain oleh rendahnya produktivitas litbang yang ditandai oleh kurangnya paten dan teknologi yang siap pakai, kurangnya sosialisasi dan komersialisasi hasil litbang, kurang efektifnya mekanisme intermediasi, serta belum adanya insentif yang efektif untuk mendorong pemanfaatan hasil litbang dalam negeri seperti insentif alih teknologi, modal ventura, start up capital dan spin off, serta asuransi teknologi. Terkait dengan pengelolaan PuspIptek, sejauh ini PuspIptek masih berorientasi pada sisi penyedia yaitu penguatan laboratorium-laboratorium yang ada di dalam kawasan. Sementara itu belum terbangunnya jaringan yang efektif antara laboratorium dengan industri. c. Permasalahan dalam Penguatan Jaringan Penyedia dengan Lembaga Regulasi Pembangunan jaringan Iptek secara umum telah memberikan banyak kemajuan terutama dengan terbentuknya lembaga-lembaga yang berperan sebagai fasilitator atau intermediasi untuk para pelaku Iptek berkomunikasi dan berinteraksi, seperti Dewan Riset Nasional dan Dewan Riset Daerah. Faktanya kondisi Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
14
jaringan penyedia Iptek dengan lembaga regulasi ternyata masih memerlukan perhatian. Hal ini terutama masih banyaknya kendala yang dihadapi oleh kedua lembaga tersebut. Permasalahan yang terjadi dalam upaya penguatan jaringan penyedia Iptek dengan lembaga regulasi terutama terjadi dari sisi penyedia Iptek. Permasalahan dari sisi lembaga penyedia Iptek antara lain masih terjadinya tumpang tindih pelaksanaan riset, masih terbatasnya dana riset, dan belum teroptimalkannya pemanfaataan hasil riset. Permasalahan ini juga terkait dengan lembaga regulasi yaitu masih rendahnya sumber data Iptek baik kualitas dan kuantitasnya pada lembaga regulasi pemerintah daerah, kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan memanfaatkan hasil riset, dan masih lemahnya peran lembaga litbang daerah khususnya dalam kewenangan mengembangkan Iptek di daerah. d. Permasalahan dalam Penguatan Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional tahun 2005 – 2025, pembangunan dilaksanakan dengan visi untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah harus diarahkan untuk membangun kemandirian bangsa dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan bangsa lain yang telah maju. Kunci utamanya adalah membangun daya saing nasional agar dapat bertahan dan bersaing di tengah arus globalisasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diperlukan strategi yang mengutamakan penciptaan keunggulan kompetitif melalui penciptaan nilai tambah yang tinggi dalam pengelolaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Penciptaan nilai tambah dapat dilakukan dengan memberikan muatan Iptek dalam proses peningkatan nilai tambah tersebut.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
15
Masih rendahnya kontribusi Iptek dalam peningkatan perekonomian atau nilai tambah di Indonesia ditengarai di antaranya disebabkan oleh 3 hal, yaitu : a. Kemampuan sisi Litbang menyediakan solusi-solusi teknologi 1. Sumberdaya Iptek : 1) Kemampuan SDM Litbang sebagai penyedia solusi teknologi perlu ditingkatkan. 2) Investasi untuk penguasaan Iptek untuk kegiatan Litbang terbatas. 2. Kelembagaan : 1) Efisiensi kegiatan Litbang kurang optimal. 2) Kolaborasi antara lembaga Litbang Pemerintah dan Perguruan Tinggi dengan industri masih lemah. b. Kemampuan sisi pengguna dalam menyerap teknologi baru yang tersedia 1. Ketergantungan produk industri nasional terhadap produk impor. 2. Lemahnya minat dan kontribusi swasta dalam pembangunan Iptek nasional. 3. Kesesuaian antara Iptek yang dikembangkan oleh lembaga Litbang dengan Iptek yang dibutuhkan pengguna masih rendah. Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
16
c. Integrasi sisi penyedia dan pengguna teknologi belum terbangun dengan baik 1. Lemahnya sinergi kebijakan Iptek. 2. Lemahnya koordinasi dan sinergi di antara pemangku kepentingan pembangunan Iptek. 3. Masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada. 4. Lemahnya budaya Iptek. Untuk meningkatkan kontribusi Iptek dalam ekonomi diperlukan aliansi strategis antara penghasil dan pengguna Iptek. Selain itu juga perlu dibangun suatu jaringan yang saling memperkuat antara penghasil dan pengguna Iptek sehingga terjadi aliran sumber daya Iptek secara optimal. Paradigma ini mengantarkan pada pendekatan sistemik yang dikenal sebagai SINas. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah daerah, UMKM daerah, universitas daerah, dan masyarakat di daerah adalah aktor yang terlibat langsung dalam Sistem Inovasi di Daerah (SIDa) dan berkecimpung langsung di dalam pengolahan sumber daya alam daerah. Seperti halnya kondisi nasional, di daerahpun memiliki kelemahan seperti yang dialami nasional, yaitu kontribusi Iptek dalam peningkatan perekonomian dan daya saing daerah masih rendah, sumber daya alam belum dikelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah besar dan masih diolah secara tradisional, serta hubungan antar penyedia Iptek dan pengguna di daerah juga lemah. Berdasarkan hal tersebut, juga diperlukan adanya jaringan Iptek yang dapat memperkuat pelaksanaan peningkatan daya saing daerah melalui jaringan Iptek pusat dan daerah yang Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
17
akan memperkuat hubungan antara penyedia Iptek di pusat dan daerah, dan jaringan pengguna Iptek di pusat dan daerah. e. Permasalahan dalam Penguatan Jaringan Iptek Internasional Pembangunan jaringan Iptek dirasakan kurang memiliki dampak maksimal, antara lain karena publik masih belum mendokumentasikan sinergi kebijakan yang muncul dari kelangsungan relasi fungsional antar unit stakeholders inovasi. Hal tersebut diindikasikan dengan : 1. Kinerja kerjasama riset akademisi tercatat masih belum optimal, khususnya dalam lingkup lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi. Lemahnya sinergisitas pada konteks penyedia Iptek belum mampu memberikan hasil signifikan, dan tidak ada bukti bahwa sisi industri memberikan permintaan suplai inovasi tinggi. 2. Meski dianggap mengalami kenaikan, nilai investasi asing belum memberikan hasil langsung yang menggembirakan bagi sektor litbang inovasi. 3. Kendala infrastruktur penunjang jaringan inovasi, misalnya jalur internet, belum terkelola dengan baik.
1.3 Landasan Beberapa referensi yang melandasi pengembangan kebijakan penguatan jaringan Iptek sebagai perwujudan program penguatan Sistem Inovasi Nasional sebagai berikut: Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
18
a. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 menyatakan bahwa undang-undang ini memberikan manfaat dalam keperluan mendorong pertumbuhan dan pendayagunaan sumber daya Iptek secara lebih efektif serta menggalakkan pembentukan jaringan yang menjalin hubungan interaktif semua unsur kelembagaan Iptek sehingga kapasitas dan kemampuannya dapat bersinergi secara optimal. Disamping itu, undang-undang ini juga memberikan landasan hukum bagi pertumbuhan semua unsur kelembagaan yang berkaitan dengan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan Iptek yang mengikat semua pihak, baik pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat untuk berperan serta secara aktif di dalamnya. Khususnya mengenai Jaringan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 menyatakan bahwa jaringan berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan Iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh masingmasing kelembagaan secara sendiri-sendiri. Untuk mengembangkan jaringan tersebut maka perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang, wajib mengusahakan kemitraan dalam hubungan yang saling mengisi, melengkapi, memperkuat, dan menghindarkan terjadinya tumpang tindih yang merupakan pemborosan. Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
19
b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 Pembangunan Iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, dan mengembangkan ilmu sosial dan humaniora, serta untuk menghasilkan teknologi dan memanfaatkan teknologi hasil penelitian. Pengembangan dan perekayasaan bagi kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing bangsa melalui peningkatan kemampuan dan kapasitas Iptek senantiasa berpedoman pada nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memperhatikan sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan Penguasaan Pengembangan dan Pemanfaatan Iptek salah satunya merupakan perwujudan untuk mencapai Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014 Kebijakan Iptek dalam RPJMN Tahun 2010-2014 diarahkan salah satunya untuk mengembangkan dan memperkuat jejaring kelembagaan baik peneliti dilingkup nasional maupun internasional untuk mendukung peningkatan produktivitas litbang dan peningkatan pendayagunaan litbang nasional. d. Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014 Arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan Sistem Nasional Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
20
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Iptek yang salah satunya dilakukan dengan cara memperkuat jaringan antar kelembagaan Iptek yang saling memperkuat. e. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah Peraturan bersama menteri ini dimaksudkan untuk memperkuat sistem inovasi daerah secara terarah dan berkesimbungan dalam rangka meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, daya saing daerah, dan pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
1.4 Tujuan Tujuan penyusunan Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 adalah: 1.Sebagai panduan dalam menyusun dan melaksanakan program-program secara terpadu dan komprehensif bagi unit kerja dan organisasi di lingkungan Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam rangka peningkatan peran organisasi dimasa yang akan datang. 2.Sebagai instrumen dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi serta pengukuran kinerja Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi baik dalam memenuhi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) maupun peningkatan pengawasan internal.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
21
1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek mencakup latar belakang, permasalahan, landasan (referensi dasar kebijakan Iptek), tujuan penyusunan renstra, tugas pokok dan fungsi, visi, misi, nilai-nilai, tujuan dan sasaran, arah kebijakan dan strategi Kementerian Riset dan Teknologi, dan kegiatan Deputi Bidang Jaringan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi.
1.6 Definisi Istilah Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka diberikan pembatasan definisi istilah yang digunakan dalam Renstra ini yaitu sebagai berikut: a. Unsur kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 terdiri atas unsur perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), badan usaha, dan lembaga penunjang yang berfungsi mengorganisasikan pembentukan sumber daya manusia (SDM), penelitian, pengembangan, perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. b. Unsur sumber daya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 terdiri atas keahlian, kepakaran, kompetensi manusia dan pengorganisasiannya, kekayaan intelektual dan informasi, serta sarana dan prasarana Iptek. c. Unsur jaringan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 terbentuk oleh adanya kemitraan antara unsur kelembagaan, berdasarkan keterkaitan kepentingan karena unsur yang satu dapat mengisi, melengkapi, dan memperkuat unsur yang lain. Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
22
d. Pemeran (aktor) utama dalam SINas yaitu penyedia Iptek yang meliputi Perguruan tinggi dan lembaga litbang, serta pengguna Iptek. e. Pemeran (aktor) pendukung dalam SINas meliputi unsur pemerintah (nasional, regional, dan lokal), lembaga finansial/ventura (pendanaan), lembaga asing, pengguna (end user), lembaga intermediasi, maupun organisasi lainnya (lembaga paten, lembaga diklat dan lain-lain). f. Jaringan adalah hubungan interaksi antar pemeran (aktor) yang terdiri dari pemeran (aktor) utama dan pendukung, serta faktor-faktor determinan (determinant factors) yang mempengaruhi hubungan tersebut. Interaksi antar pemeran (aktor) dalam lembaga dapat bermacam-macam, baik technical, commercial legal, social, maupun finansial. g. Jaringan Iptek adalah suatu sistem yang terbuka dan selalu berkembang yang memuat hubungan dengan dan antara organisasi, institusi, dan sturktur sosial ekonomi serta berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang memadukan unsur-unsur kelembagaan Iptek untuk menghasilkan kinerja dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang dapat dihasilkan oleh masing-masing kelembagaan secara sendiri-sendiri.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
23
BAB II TUGAS POKOK DAN FUNGSI, VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI, SASARAN, DAN INDIKATOR KINERJA 2.1 Tugas dan Fungsi Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Ristek Nomor 03/M/PER/VI/2010 BAB IV, Deputi Bidang Jaringan Iptek adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian Riset dan Teknologi. Deputi Bidang Jaringan Iptek dipimpin oleh Deputi, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi. Deputi Bidang Jaringan Iptek mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Deputi Bidang Jaringan Iptek menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi; c. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di bidang jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi. Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
24
Deputi Bidang Jaringan Iptek terdiri atas : a. Asisten Deputi Jaringan Penyedia; b. Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Pengguna; c. Asisten Deputi Jaringan Penyedia dengan Lembaga Regulasi; d. Asisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pusat dan Daerah; dan e. Asisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Internasional. Adapun struktur organisasi dalam Deputi Bidang Jaringan Iptek digambarkan dalam diagram berikut:
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
25
MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI
SEKRETARIS MENTERI
DepBid. KELEMBAGAAN IPTEK
Asdep Jar Penyedia
Perkembangan
DepBid. SUMBER DAYA IPTEK
Asdep JarPenyedia dengan Pengguna Perkembangan
DepBid. JARINGAN IPTEK
Asdep Jar Penyedia dengan Lembaga Regulasi Perkembangan
DepBid. Relevansi dan Produktivitas IPTEK
DepBid. Pendayagunaan IPTEK
Asdep Jar Iptek Pusat dan Daerah
Asdep Jar Iptek Internasional
Perkembangan
Perkembangan
Inventarisasi
Inventarisasi
Inventarisasi
Inventarisasi
Akses basis data
Pemetaan
Pemetaan
Pemetaan
Pemetaan
Fasilitas Publikasi Internasional
Analisis & Perancangan
Analisis & Perancangan
Analisis & Perancangan
Perancangan & Pemberdayaan
Analisis & Perancangan
Analisis
Perancangan
Analisis
Analisis
Fasilitas Kerjasama Penyedia
Perancangan
Pemberdayaan
Perancangan
Perancangan
Fasilitas Kerjasama Penyedia dengan Negara Sahabat
Pemberdayaan
Keamanan & Keselamatan
Pemberdayaan
Pemberdayaan
Fasilitasi
Fasilitasi
Keamanan
Fasilitasi
Fasilitasi
Analisis Kesertaan dalam Org Int
Pemanfaatan
Keselamatan
Pemanfaatan
Pemanfaatan
Fasilitas Kesertaan dalam Org Int
Pengembangan sarana kawasan Sarana Teknik Sarana Penunjang
Gambar 1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Jaringan Iptek
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
26
2.2 Visi Visi merupakan panduan yang memberikan pandangan dan arah ke depan sebagai dasar acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan. Sebagai jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka visi Deputi Bidang Jaringan Iptek Tahun 2010-2014 adalah: Jaringan Iptek Yang Kuat Dalam Kerangka SINas Untuk Mewujudkan Iptek Bagi Kesejahteraan Dan Kemajuan Peradaban
2.3 Misi Dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi Deputi Bidang Jaringan Iptek adalah: a) Menguatkan jaringan Iptek nasional dalam kerangka SINas b) Menguatkan jaringan Iptek internasional dalam kerangka SINas
2.4 Tujuan Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan merumuskan tujuan tersebut Deputi Bidang Jaringan Iptek dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan untuk pencapaian misinya.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
27
Perumusan tujuan ini mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Dengan perumusan tujuan strategis ini, Deputi Bidang Jaringan Iptek dapat mengukur sejauhmana visi dan misi organisasi telah dicapai. Tujuan yang ingin dicapai oleh Deputi Bidang Jaringan Iptek sampai dengan tahun 2014 adalah: 1. Meningkatkan jaringan Iptek nasional 2. Meningkatkan jaringan Iptek internasional Agar tujuan-tujuan yang telah dicapai tersebut dapat dilaksanakan secara terarah, tepat, dan terukur, maka Deputi Bidang Jaringan Iptek telah menetapkan Indikator Kinerja Tujuan yaitu sebagai berikut: 1. Jumlah kerjasama Iptek nasional 2. Jumlah kerjasama Iptek internasional Untuk mecapai tujuan tersebut akan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melakukan koordinasi internal dalam Kementerian Riset dan Teknologi dan eksternal dengan kementerian lain, LPNK, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), lembaga internasional (negara dan organisasi internasional), industri dan masyarakat, serta berbagai lembaga penunjang terkait. 2. Memfasilitasi terciptanya iklim yang kondusif bagi perkembangan pemeran (aktor) utama, pemeran (aktor) pendukung, dan lingkungan sistem inovasi nasional. 3. Memfasilitasi dan berpartisipasi dalam memperkuat hubungan antara penyedia dengan pengguna Iptek.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
28
Peran Deputi Bidang Jaringan Iptek dalam memperkuat SINas digambarkan dalam diagram berikut ini:
Gambar 2. Peran Deputi Bidang Jaringan Iptek (D3) dalam penguatan SINas
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
29
2.5 Nilai-nilai Adapun nilai-nilai yang dianut dalam pelaksanaan tugas pada satuan kerja Deputi Bidang Jaringan Iptek merupakan bagian dari nilai-nilai yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi. Nilai-nilai tersebut adalah: a. Berpandangan jauh ke depan (visionary) Nilai visionary dalam pengembangan jaringan Iptek dimaksudkan untuk memberikan solusi yang bersifat strategis, jangka panjang dan menyeluruh. Hal ini menegaskan bahwa upaya pengembangan jaringan Iptek bukanlah bersifat sektoral ataupun hanya memberikan implikasi yang terbatas. Nilai visionary berarti bahwa pengembangan jaringan Iptek di masa kini akan diupayakan sebagai solusi strategis yang sekaligus merupakan bagian integral dari solusi permasalahan di masa depan. Atau dengan kata lain solusi pengembangan jaringan Iptek di masa kini jangan sampai menjadi sumber permasalahan baru di masa datang. b. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) Akuntabel berarti bahwa pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan jaringan Iptek dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak. Pertanggungjawaban tidak hanya terbatas pada aspek kinerja organisasi, akan tetapi mencakup aspek anggaran, moralitas, dampak lingkungan, dampak sosial kemasyarakatan, politik dan dampak ekonomis pada pembangunan nasional.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
30
c. Prima (excellent) Nilai prima dapat diartikulasikan sebagai yang terbaik, atau berusaha untuk menjadi yang terbaik. Untuk memberikan hasil yang terbaik dalam keseluruhan upaya pengembangan jaringan Iptek mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan harus berlandaskan pada tataran yang terbaik (excellent platform). d. Inovatif Nilai inovatif dalam upaya pengembangan jaringan Iptek senantiasa berorientasi pada pembaharuan, mulai dari konteks upaya untuk perolehan terobosan baru sampai dengan upaya untuk menginduksikan proses pembaharuan jaringan dalam dinamika kehidupan masyarakat. Nilai ini juga mengandung arti bahwa apresiasi yang tinggi diberikan kepada segala bentuk usaha yang bersifat inovatif. e. Sinergi Nilai sinergi yang dimaksud adalah dalam pelaksanaan program dan kegiatan di Kedeputian Bidang Jaringan Iptek menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik secara internal antar Deputi pada Kementerian Riset dan Teknologi maupun secara eksternal dengan pihak-pihak terkait.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
31
2.6 Sasaran dan Indikator Kinerja Berdasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Jaringan Iptek menjabarkan tujuan tersebut kedalam sasaran-sasaran dengan indikator kinerja yang akan dicapai selama 5 (lima) tahun ke depan. Adapun sasaran dan indikator tersebut adalah sebagai berikut. 1. Terwujudnya kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri Indikator: 20 kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri 2. Terwujudnya kerjasama riset internasional lembaga litbang secara nasional Indikator: 40 kerjasama riset internasional lembaga litbang secara nasional 3. Prosentase provinsi yang menerapkan SIDa tingkat utama Indikator: 25% provinsi yang menerapkan SIDa tingkat utama (dari 34 provinsi di Indonesia) 4. Tersedianya rumusan kebijakan penguatan jaringan Iptek. Indikator : 4 rumusan kebijakan penguatan jaringan Iptek 5. Tersedianya laporan evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan penguatan jaringan Iptek Indikator:
2
laporan
evaluasi
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
dan
koordinasi
pelaksanaan
kebijakan
penguatan
jaringan
Iptek
32
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM, DAN KEGIATAN 3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Riset dan Teknologi Dalam Renstra Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014 digariskan bahwa arah kebijakan KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas melalui kelembagaan Iptek yang efektif, sumberdaya Iptek yang kuat, jaringan antar kelembagaan Iptek yang saling memperkuat (mutualistik), relevansi dan produktivitas Iptek yang tinggi, dan pendayagunaan Iptek yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya, strategi yang diterapkan dalam Renstra Kementerian Riset dan Teknologi adalah sinergi fungsional untuk mengkoordinir kebersamaan lembaga penelitian dalam aspek perumusan kebijakan dan implementasi kebijakan di bidang litbang Iptek (supply-push technology), mempromosikan hasil litbang Iptek untuk didayagunakan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, dan menyerap kebutuhan masyarakat (termasuk pasar) dalam rangka mengarahkan aktifitas litbang Iptek (demand-driven approach).
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Jaringan Iptek Arah kebijakan yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Jaringan Iptek adalah menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitasi, dan menciptakan iklim yang kondusif guna terwujudnya SINas melalui penguatan jaringan antara penyedia dengan pengguna Iptek. Dalam rangka mewujudkan arah kebijakan Deputi Bidang Jaringan Iptek tersebut, maka dirumuskan langkah strategi sebagai berikut: Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
33
1. Memperkuat koordinasi internal di lingkungan KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI dengan meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan. 2. Memperkuat koordinasi eksternal dengan kementerian lain, LPNK, perguruan tinggi, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), lembaga internasional (negara dan organisasi internasional), serta berbagai lembaga penunjang terkait dalam rangka penguatan SINas. 3. Memfasilitasi terciptanya iklim yang kondusif bagi penguatan jaringan antar penyedia, antara penyedia dengan pengguna dan lingkungan SINas. 4. Mendukung penguatan fungsi intermediasi Iptek.
3.3 Kegiatan Untuk mendukung program Kementerian Riset dan Teknologi tahun 2010-2014 “Peningkatan kemampuan Iptek untuk penguatan SINas”, maka kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Jaringan Iptek adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek a. Penyusunan rekomendasi kebijakan antar peneliti dan lembaga litbang b. Pembentukan dan penguatan forum jaringan antar peneliti dan lembaga litbang
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
34
c. Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa d. Evaluasi dan Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek e. Evaluasi pelaksanaan dan pengembangan instrumen kebijakan jaringan penyedia Iptek 2. Pengembangan Jaringan Penyedia dengan Pengguna Iptek a. Penyusunan rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan pengguna Iptek b. Penyusunan model jaringan penyedia dengan pengguna Iptek berbasis STP di PuspIptek Serpong c. Pengelolaan kawasan penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi di Serpong d. Penyediaan Sarana dan prasarana pusat penelitian Iptek yang telah direvitalisasi e. Evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan penyedia dengan pengguna Iptek 3. Pengembangan Hubungan Lembaga Regulasi dengan Penyedia Ipek a. Penyusunan rekomendasi kebijakan dan instrumen kebijakan pengembangan jaringan lembaga litbang pemerintah/perguruan tinggi dengan lembaga penelitian b. Penyusunan rekomendasi kebijakan pengembangan jaringan penyedia dengan lembaga regulasi c. Evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan jaringan Iptek Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
35
d. Evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan hubungan lembaga regulasi dengan penyedia Iptek 4. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek Pusat dengan Daerah a. Penyusunan rekomendasi kebijakan dan instrumen kebijakan pengembangan jaringan lembaga Iptek pusat dengan daerah b. Pembentukan dan penguatan jaringan kerjasama lembaga Iptek pusat dengan daerah c. Daerah yang menerapkan SIDa d. Evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan jaringan Iptek e. Evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek pusat dengan daerah 5. Pengembangan Jaringan Penyedia Iptek dengan Internasional a. Penyusunan rekomendasi kebijakan jaringan internasional b. Pembentukan jaringan penelitian internasional c. Evaluasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengembangan jaringan penyedia Iptek dengan internasional Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
36
6. Peningkatan Dukungan Teknologi bagi Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan termasuk Energi Alternatif Geothermal, Tenaga Surya, Mycrohydro, Bio-Energi, dan Nuklir a. Penyusunan rekomendasi kebijakan peningkatan dukungan Iptek untuk penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan b. Konsorsium bidang energi baru dan terbarukan c. Paket penunjang teknologi Kobold d. Pelaksanaan Sosialisasi PLTN
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
37
BAB IV PENUTUP Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014 ini akan menjadi acuan dalam pengukuran kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja Deputi Bidang Jaringan Iptek. Renstra ini juga memuat kebijakan dan program yang sejalan dengan pelaksanaan peningkatan kemampuan Iptek sesuai dengan perubahan paradigma yang terjadi. Dengan demikian, diharapkan berbagai kebijakan dapat dihasilkan dengan baik untuk mewujudkan berbagai perubahan. Oleh karena itu, perencanaan Iptek yang lebih terarah dengan didukung iklim yang kondusif, transformasi penguasaan, pemanfaatan dan pemajuan Iptek sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Sebagai dokumen perencanaan, maka Renstra ini sesungguhnya tidak bersifat statis, dimungkinkan untuk dievaluasi kembali sesuai dengan dinamika internal maupun lingkungan strategis dimana Renstra tersebut diimplementasikan. Dengan demikian, segala perubahan yang mungkin akan dilakukan sesungguhnya adalah hasil evaluasi secara menyeluruh agar Renstra ini lebih bermakna. Rencana Strategis yang telah disusun ini tak banyak artinya bila tidak ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan yang profesional, inovatif dan motivasi yang tinggi dari setiap pelaku kegiatan di lingkungan Kedeputian Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
38
DAFTAR REFERENSI
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 IPTEK). Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan Teknologi. Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Nomor 03 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi Tahun 2010-2014. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Panjang Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
Renstra Deputi Bidang Jaringan Iptek 2010-2014
39