PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SECARA MANDIRI BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya) Oleh : Heri Krisnandar Abstrak : Heri Krisnandar, Jurnal. 2013. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya). Program Pascasarjana Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Dibimbing oleh : H. Yus Darusman dan H. Dedi Heryadi. Penelitian perihal Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri Berbasis Masyarakat di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ini bertujuan untuk (1) memperoleh gambaran tentang pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat, (2) menginventarisasi problematika dalam sistem pengelolaan sampah rumah tangga, (3) memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan sistem pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat. Penelitian ini berlokasi di Parakannyasag Kota Tasikmalaya, sebagai pilot project pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang bermaksud mendeskripsikan suatu fenomena. Pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Uji keabsahan datanya memakai metode triangulasi. Datanya dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik tiga kesimpulan. Pertama, pilot project pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya berjalan secara baik dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan berhasil mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPSS hingga 70%. Kedua, model pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dengan prinsip 3R merupakan solusi paradigmatik. Ketiga, problematika utama dalam pelaksanaan model ini adalah bagaimana mengubah paradigma “membuang sampah” jadi “memanfaatkan sampah”. Problematika lain yang teridentifikasi ialah (1) pemerintah daerah belum memberikan apresiasi terhadap masyarakat yang telah melakukan pemilahan sampah; (2) penerapan kebijakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan prinsip 3R tidak diikuti penyediaan sarana dan prasarana penunjang; (3) pemilahan sampah di rumah tangga kurang tuntas; (4) tidak ada kaderisasi untuk mencari pengurus baru yang memiliki kapabilitas dan integritas. Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan empat hal. Pertama, pemerintah, pengurus RT/RW, dan pengelola mendidik masyarakat secara terencana dan terukur tentang pengelolaan sampah yang benar. Kedua, pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan sampah dengan model ini. Ketiga, pengelola dan pengurus RT/RW mencari strategi kaderisasi pengelola. Keempat, model pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat layak dikembangkan jadi model pengelolaan sampah rumah tangga di perkotaan. Kata kunci : Pengelolaan Sampah, Problematika Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Evaluasi Pengelolaan Sampah, Peran Serta Masyarakat, Usulan Perbaikan. 1
Abstract : Heri Krisnandar, Journal. 2013. Household Waste Management Based On Independent Society (Study Case In Urban Neighborhoods Parakannyasag 01 City Districts Indihiang Tasikmalaya). Post Graduate Program Siliwangi University Tasikmalaya. Guided By : H. Yus Darusman and H. Dedi Heryadi. Research concerning Household Waste Management Based On Independent Society in Urban Neighborhoods Parakannyasag 01 City Districts Indihiang Tasikmalaya is intended (1) to gain an overview of household waste management based on independent society, (2) to identify problems of the community-based domestic waste management, and (3) to recommend solutions for perfecting of household waste management based on independent society. This study is located in Parakannyasag Tasikmalaya City, where the implementation of a pilot project of community-based waste management. This research method is descriptive qualitative. Data were collected with interview, questionnaire, observation, and documentation. The collected data were validated with triangulation techniques and analyzed qualitatively. Results of the research follow. Firstly, the pilot project of the community-based domestic waste management in Hamlet 01 Parakannyasag Urban Village Indihiang Subdistrict Tasikmalaya City municipality has successfully been carried out by using 3R (reduce, reuse, recycle) principle and has reduced the amount of waste in Temporary Waste Dumping up (TPSS) to 70%. Secondly, the community-based domestic waste management by using 3R principle is a paradigmatic solution. Thirdly, the main problem of carrying out the community-based domestic waste management is how to change the “throwing out waste” old paradigm to “managing waste” one. The other identified problems are that (1) the municipal government does not appreciate people who have been sorting domestic waste; (2) the management is not provided with supporting facilities and infrastructures; (3) sorting domestic waste has not really been completed; (4) people do not form new cadres which have capability and have integrity to manage waste. There are four recommendations to manage domestic waste. Firstly, the government, RT/RW boards, and managers plan to facilitate people measurably how to sort waste domestic properly. Secondly, the government provides facilities and infrastructures to support the management. Thirdly, managers and RT/RW boards find strategies to form new cadres which have capability and integrity to manage waste. Fourthly, the community-based domestic waste management is a suitable model in urban areas. Keywords : Management of Garbage, Arise Problems of Domestic Waste Management, Evaluation on Waste Management, Public Participation, Proposed Improvements. 1. 1.1
Pendahuluan Latar Belakang Masalah Menurut ilmu kesehatan lingkungan, sampah atau refuse adalah sebagaian dari benda yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau 2
harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup, yang pada umumnya berasal dari kegiatan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi yang bukan biologis dan umumnya bersifat padat. Sampah adalah buangan benda padat (solid waste) yang terdiri dari sampah organik dan anorganik yang dianggap sudah tidak bernilai lagi pemilik pertama yang umumnya berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik), kegiatan industri, kegiatan perkantoran, dan lain-lain (H. Sjarief Sadikin Djajanagara, 2004:1). Produksi sampah secara terus-menerus akan membangun tumpukan sampah yang menggunung dan mencemari lingkungan (M. abas, Endang Haris, Zaenal Aripin, 2010:105). Kota Tasikmalaya sebagaimana kota-kota lain di Indonesia, jumlah penduduknya juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2006 sebanyak 617.767 jiwa dan meningkat menjadi 635.464 jiwa pada tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan penduduknya sebesar 2,78% pertahun (BPS Kota Tasikmalaya, 2010). Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan. Sekitar 176 m³ dari 500 m³ sampah per-hari yang diproduksi warga Kota Tasikmalaya tidak terangkut oleh armada pengangkut sampah di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan Kota Tasikmalaya setiap harinya. Dari 500 m³ sampah itu sekitar 324 m³ di antaranya yang bisa terangkut oleh 18 unit armada pengangkut sampah setiap hari. Masih banyaknya sisa sampah yang tidak terangkut, karena masih kurangnya jumlah truk pengangkut sampah. Jumlah armada truk sampah yang ada saat ini hanya sekitar 28 unit. Sedangkan yang masih bisa dioperasikan hanya 18 unit, karena 10 unit truk lagi dalam keadaan rusak. Karena hanya mengandalkan 18 unit truk sampah dengan daya angkut 6 m³ dan seriap truk mengangkut sebanyak tiga rit dalam sehari, sudah tentu membuat petugas pengangkut sampat atau pasukan kuning hanya mampu mengangkut sampah sebanyak 324 m³, dari total produk sampah kota sebanyak 500-600 m³ setiap harinya. Secara umum kebijakan pengelolaan sampah di Kota Tasikmalaya masih mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan 3
akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Ciangir Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Pada sistem tersebut, semakin banyak sampah yang harus dikelola maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar. Secara teoritis, apabila pengurangan sampah dengan sistem terpadu dilakukan, maka dapat mengurangi volume/berat sampah sampai dengan 3 persen, sehingga jumlah truk dan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pun akan berkurang sesuai pengurangan jumlah sampah tersebut, dengan demikian sistem pengelolaan sampah terpadu sangat menunjang program kebersihan di wilayah perkotaan, yang mana masalah keterbatasan lahan merupakan isu utama (Cecep Dani Sucipto, 2012:15-17). Pada tingkat operasional, sistem pengelolaan terpadu merupakan kombinasi dari sistem pengelolaan sampah dengan cara daur ulang, pengkomposan, pembakaran (incinerator) dan sistem pembuangan akhir dengan cara sanitary landfill (lahan urug). Pendekatan ini merupakan manifestasi dari sistem 3R yang saat ini sudah merupakan konsensus internasional yaitu : Reduce, Reuse, Recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan Kembali, Mendaur Ulang). Program mengurangi atau minimasi sampah dapat dimulai sejak pengumpulan, pengangkutan dan sistem pembuangan sampah (Cecep Dani Sucipto, 2012:15-17). Upaya strategis yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam mengatasi persoalan sampah adalah dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan melakukan reduksi sampah di sumbernya (rumah tangga). Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, Pemerintah Kota Tasikmalaya membentuk daerah percontohan (pilot project) pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Tujuan pilot project (daerah percontohan) pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah untuk mendapatkan masukan bagaimana sampah rumah tangga dapat dikelola secara mandiri oleh masyarakat di tingkat sumber, sehingga dapat mengurangi jumlah timbulan sampah yang harus dikelola di tempat pembuangan sampah akhir (H. Dede Sudrajat, Wakil Walikota Tasikmalaya, dalam Radar Tasikmalaya 28 Juli 2012). Pada saat ini, komunitas pengelola sampah yang dijadikan pilot project (daerah percontohan) oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah komunitas 4
pengelola sampah Parakannyasag. Secara administratif, wilayah ini merupakan wilayah RW. 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Pengkajian mengenai pengelolaan sampah yang diujicobakan menjadi kajian yang sangat menarik dan strategis, sebagai sebuah upaya untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Tasikmalaya, terkait dengan jumlah sampah yang semakin meningkat. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka menemukan model yang paling tepat tentang pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang dapat diterapkan di perkotaan pada umumnya, dan Kota Tasikmalaya pada khususnya. 1.2
Perumusan Masalah Dengan melihat latar belakang di atas, timbul pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut : 1.
Bagaimana proses pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang ada di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ?
2.
Apa problematika yang dihadapi pada pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang ada di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ?
3.
Apa rekomendasi yang diberikan masyarakat untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang ada di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya ?
4.
Apa dampak yang diperoleh dari pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan ?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang muncul dengan latar belakang seperti yang diuraikan di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Memperoleh gambaran pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang ada di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. 5
2.
Menginventarisir problematika pada pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang ada di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
3.
Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat yang ada di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
4.
Menginventarisasi dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan.
2.
Kajian Literatur
Sehubungan dengan perkembangan kota dan permasalahan lingkungan, H.M. Ahman Sya dan H. Maman Abdurachman (2012) mengemukakan bahwa; “Dalam abad kedua puluh, kota merupakan pemusatan penduduk dunia yang beranekaragam dan pemusatan kegiatan ekonomi. Kota-kota individual cenderung untuk menspesialisasikan diri dalam serangkaian tindakan ekonomi yang khusus, yang ada hubungannya dengan kegiatan kota-kota yang lainnya, sehingga antara kota-kota tersebut terjadi ketergantungan. Ketergantungan tersebut telah berkembang dalam jangka waktu yang lama, dan hasilnya berupa evolusi sistem perkotaan”. dalam kaitan dengan perkembangan kota dan permasalahan lingkungan, Alkadri, et al. (1999) mengatakan bahwa “…Perkembangan kota akan diikuti pertambahan jumlah penduduk, yang juga akan di ikuti oleh masalah-masalah sosial dan lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang muncul adalah masalah persampahan. Permasalahan lingkungan yang terjadi akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan”. dalam kaitan dengan sampah, Hadi (2000) mengatakan bahwa “…Sampah akan menjadi beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan ditimbulkannya”. Sehubungan dengan perkembangan kota dan permasalahan lingkungan, Alkadri, et al. (1999) mengemukakan bahwa; “Ketidakpedulian terhadap permasalahan pengelolaan sampah berakibat terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Degradasi tersebut lebih terpicu oleh pola perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan, seperti membuang sampah di badan air”. dalam kaitan dengan sumber-sumber sampah, Gelbert, dkk. (1996) mengatakan bahwa “…Sumber-sumber timbulan sampah adalah sampah dari pemukiman penduduk, 6
sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan, sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, sampah dari industry dan sampah pertanian”. dalam kaitan dengan aspek teknik operasional, Hartoyo (1998) mengatakan bahwa “…Perencanaan sistem persampahan memerlukan suatu pola standar spesifikasi sebagai landasan yang jelas”. dalam kaitan dengan aspek teknik operasional, Tchobanoglous (1997) mengatakan bahwa “…Aspek Teknik Operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus disesuaikan dengan pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan”. dalam kaitan dengan proses pemindahan sampah, Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko (2002) mengatakan bahwa “…Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali”. dalam kaitan dengan aspek kelembagaan, Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko (2002) mengatakan bahwa “…Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang peranan yang sangat penting meliputi: struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun horizontal dari badan pengelola”. Sehubungan dengan aspek peraturan/hukum, Hartoyo (1998) mengemukakan bahwa; “Prinsip aspek peraturan pengelolaan persampahan berupa peraturan-peraturan daerah yang merupakan dasar hukum pengelolaan persampahan yang meliputi Perda yang dikaitkan dengan ketentuan umum pengelolaan kebersihan, Perda mengenai bentuk institusi formal pengelolaan kebersihan dan Perda yang khusus menentukan struktur tarif dan tarif dasar pengelolaan kebersihan”. Sehubungan dengan stakeholders dalam pengelolaan sampah perkotaan, Haryanto (2001) mengemukakan bahwa; “Stakeholders dalam pembangunan disebutkan sebagai politikus dan pemerintah, planner, pengusaha, penduduk/ masyarakat, pers, LSM, dan informal leader. Sebagaimana pada proses pembangunan lainnya maka stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan sampah adalah : Pemerintah, Masyarakat, Swasta, Para ahli dan akademisi (perencana profesional)”. Sehubungan dengan stakeholders dalam pengelolaan sampah perkotaan, Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko (2002) mengemukakan bahwa; “Penerapan konsep partisipatif memungkinkan masyarakat mengelola sampah rumah tangganya secara mandiri dengan dibantu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pengelolaan sampah masyarakat secara mandiri tersebut. Dengan demikian, 7
kebijakan tidak lagi sepenuhnya di tangan pemerintah”. dalam kaitan dengan dampak jika sampah tidak dikelola, Gelbert, dkk. (1996) mengatakan bahwa “…jika sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan”. Sehubungan dengan dampak terhadap kesehatan, Gelbert, dkk. (1996) mengemukakan bahwa; “Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut : penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit), penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia)”. dalam kaitan dengan dampak sampah terhadap lingkungan, Gelbert, dkk. (1996) mengatakan bahwa “…Cairan rembesan sampah (lindi) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis”. 3. 3.1
Metodologi Sampel dan sumber data Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dalam penelitian ini adalah pemilihan responden yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Maka sampel yang dipilih adalah orang yang mempunyai peran dalam pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, terdiri dari setiap RT diambil 3 KK sehingga jumlah sampel (responden) adalah 24 Kepala Keluarga (KK), Ketua Tokoh Masyarakat, Ketua Karang Taruna, Ketua PKK, Ketua RT dan Kepala Kantor Kelurahan Parakannyasag. Dalam penelitian ini, sebagai sumber data perseorangan yang diwawancarai yaitu orang yang memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang relavan dengan tema penelitian. Dalam hal ini adalah Kepala Keluarga (KK), Ketua Tokoh 8
Masyarakat, Ketua Karang Taruna, Ketua PKK, Ketua RT dan Kepala Kantor Kelurahan Parakannyasag. Sumber data dari pengamatan yaitu pengamatan di lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti, serta mengamati fenomena yang terjadi dilokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner. Sumber data pendukung yaitu berupa dokumen yang dapat berupa laporan, catatan, serta bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relavan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi. 3.2
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibatasi pada data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut. Teknik pengambilan data primer dan data sekunder dilakukan dengan beberapa cara yaitu : a. Wawancara Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan. Wawancara bebas dilakukan pada waktu peninjauan dilapangan (prasurvai), dimana peneliti menginventarisir masukan yang didapat dilapangan. Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Pedoman pertanyaan hanya digunakan sebagai panduan, sehingga jawaban dari responden atau narasumber bersifat terbuka. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk menghimpun data dari Kepala Keluarga (KK), Ketua Tokoh Masyarakat, Ketua Karang Taruna, Ketua PKK, Ketua RT dan Kepala Kantor Kelurahan Parakannyasag. b. Observasi (Pengamatan) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala yang dialami. Observasi dimaksudkan untuk melihat langsung fenomena faktual obyek penelitian. Observasi dilakukan dilokasi penelitian yaitu di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Dalam observasi peneliti melakukan pengamatan, pengambilan gambar, pencatatan dan merasakan fenomena yang ada di lokasi penelitian.
9
c. Kuesioner (Pertanyaan) Pengumpulan data dengan kuesioner adalah pengisian data dengan cara mengisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pada prinsipnya kuesioner hampir sama dengan wawancara, perbedaannya hanya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang dilakukan secara tertulis. Kuesioner dibagikan kepada warga masyarakat dalam berbagai pertemuan, akan tetapi peneliti tetap menjaga agar kuesioner benar-benar diisi sesuai dengan keadaan yang ada. d. Dokumentasi Dalam penelitian ini juga menggunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan
data.
Dokumentasi
yang
dimaksud
adalah
melakukan
pengumpulan data berdasarkan dukumen-dukumen yang ada, baik berupa laporan catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relavan dalam penelitian ini. e. Pengukuran Volume dan Komposisi Sampah Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui komposisi masing-masing jenis sampah. Untuk menghitung besaran volume dan komposisi sampah di wilayah penelitian, digunakan metode seperti yang tertera dalam Surat Keputusan (SK) SNI M-36-1991-03 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Dalam pelaksanaannya di lapangan, peneliti bekerja sama dengan pengelola dan petugas penggerobak. Peralatan yang digunakan : a) Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter. b) Alat pengukur volume contoh sampah, berupa kotak berukuran 40 cm x 40 cm x 100 cm. c) Meteran. d) Timbangan. e) Alat penunjang : sarung tangan, sekop, masker, alat tulis. 3.3
Analisis data pengujian keabsahan data Prosedur analisis data dalam penelitian ini mengikuti apa yang dikemukakan Nasution (2003:129-130) yaitu : (1) reduksi, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi. Kemudian secara rinci prosedur penelitian tersebut 10
sebagai berikut: a. Reduksi Data Kegiatan pengumpulan data akan menghasilkan sejumlah data yang bila dibiarkan akan terus menumpuk akan menyulitkan peneliti dalam mengetahui sejauh mana data yang telah dikumpulkannya. Untuk memudahkan penelitian, maka data yang telah terkumpul direduksi dengan maksud untuk menajamkan, menggolongkan atau mengorganisasikan data sehingga peneliti dapat dengan mudah mengetahui data apa saja yang telah terkumpul, data apa saja yang harus dibuang/tidak terpakai, dan data apa saja yang belum terkumpul. Apapun data-data yang direduksi tersebut terdiri dari hasil wawancara dan data hasil studi dokumentasi yang berkaitan dengan fokus penelitian. b. Display Data Setelah selesai selanjutnya mengelompokan atau menggolongkan data dengan tujuan mempermudah dan memperlancar dalam suatu pengolahan atau penafsiran data. Display data adalah suatu cara menggolongkan data kedalam kelompok-kelompok sehingga data mudah untuk dibaca dan dipahami serta mampu menggambarkan keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
Dalam
hal
ini
hasil
reduksi
digolongkan
berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. c. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi Kegiatan menarik kesimpulan dilakukan peneliti sejak awal, hal ini memudahkan peneliti untuk memperoleh makna dari setiap data yang harus dikumpulkan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diperoleh peneliti sebagai hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Kesimpulan yang diambil hanya bersifat sementara dan masih diragukan, oleh karena itu kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga tingkat kepercayaan peneliti. Pengujian keabsahan data dilakukan dengan menggunakan Metode Triangulasi dengan sumber data dan atau metoda pengumpulan data. Metode triangulasi ini dilakukan dengan melakukan cross-check (pemeriksaan kembali) terhadap suatu fenomena, data, dan informasi dengan menggunakan sumber dan 11
metode yang berbeda. 4. 4.1
Hasil dan bahasan Deskripsi daerah penelitian a. Kondisi geografis RW 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, dimana Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag berada dekat dengan pusat pemerintahan kota dan pusat pendidikan. Dengan batas wilayah lokasi penelitian, daerah Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag adalah : -
Batas Wilayah
:
-
Sebelah Utara
: Kab. Ciamis
-
Sebelah Selatan
: Kel. Panyingkiran
-
Sebelah Barat
: Kel. Indihiang
-
Sebelah Timur
: Kel. Nagarasari Kec. Cipedes
-
Luas Wilayah
: 338,45 ha
-
Jarak Ke Ibukota Tasikmalaya
: 4.5 Km
b. Karakteristik penduduk RW 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya a) Penduduk menurut jenis kelamin Pada tahun 2012, jumlah penduduk wilayah Kelurahan Parakannyasag RW 01 tercatat sebanyak 534 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebagian besar atau 274 jiwa merupakan penduduk perempuan, sisanya atau sebanyak 260 jiwa merupakan penduduk laki-laki. Dimana mata pencaharian penduduknya adalah Pegawai Swasta dan pendidikan sebagian besar adalah Sarjana. b) Penduduk menurut pendidikan Faktor tingkat pendidikan masyarakat perlu mendapat perhatian dalam setiap pengambilam keputusan, sehingga orientasi melibatkan warga masyarakat dapat berjalan secara lancar.
12
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk RW 01 Kelurahan Parakannyasag Berdasarkan Pendidikan Jumlah Pendidikan Presentase (Jiwa) Belum Sekolah 124 23.2% SD 146 27.3% SMP-SMA 178 33.3% PT 86 16.1% Jumlah 534 100% Sumber Data : Bapak Ketua RW 01 Kelurahan Parakannyasag, 2012 c) Penduduk menurut pekerjaan Penduduk di wilayah penelitian di Kelurahan Parakannyasag berdasarkan pekerjaan 38,2% wiraswasta, hal tersebut berarti tingkat pendapatan dalam katagori sedang. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk RW 01 Kelurahan Parakannyasag Berdasarkan Pekerjaan Jumlah Pekerjaan Presentase (Jiwa) Ibu Rumah Tangga 106 19.9% Pelajar dan Mahasiswa 141 26.4% PNS dan ABRI 83 15.5% Wiraswasta 204 38.2% Jumlah 534 100% Sumber Data : Bapak Ketua RW 01 Kelurahan Parakannyasag, 2012 4.2
Sistem pengomposan Masyarakat RW 01 Kelurahan Prakannyasag sebagian besar sudah melakukan pemilahan sampai proses pengomposan, dimana pemilahan dilakukan dari sampah rumah tangga yaitu tiap-tiap kepala keluarga melakukan pemilahan dengan cara memisahkan sampak organik dan anorganik. Sampah organik di jadikan kompos oleh tiap-tiap Kepala Keluarga, sedangkan yang anorganik di gantung didepan rumah masing-masing memakai tempat karung (goni) yang ditaruh atau di gantungkan di pagar masing-masing Kepala Keluarga, setelah penuh nanti ada petugas yang mengambil dengan gerobak sampah untuk dibawa ketempat pemilahan sampah.
13
a. Bahan untuk proses pengomposan a) Untuk mempercepat kompos perlu biang kompos organik, bahan-bahannya antara lain bisa dari : - Pisang (Lactabacilus) - Nanas (Anona) - Tempe Busuk (Rhitopus) - Bawang Merah (Shacharomizes) b) Contoh pembuatan mempercepat kompos/Doping/MOL: Bahan: - Biang Kompos (diatas) - Air matang yang jangan terlalu panas - Air Gula 5 % - Botol Tahapannya: - Lumatkan atau blender bahan biang MOL tersebut - Sediakan botol 1 liter - Masukan bahan biang kompos 50% dari volume botol - Dikasih Larutan gula 5 % sebanyak 2 sendok makan (untuk botol 1 liter) - Kemudian air matang dimasukan - Tunggu 2 x 24 jam sehingga menjadi biang kompos c) Cara membuat kompos Bahan: - Bahan Organik - Biang kompos/MOL - Tempat menyimpan kompos/komposter - Sekop Tahapan pembuatan kompos: - Bahan organik dicacah makin kecil makin bagus. - Diberi Doping dan ditutup pada tempat yang tertutup. - Tiap 1 minggu sekali, coba dibalikkan sampai bakteri muncul dan sampai kompos matang.
14
- Untuk menentukan apa kompos itu matang bisa dengan cara diremas-remas atau dicium apa sudah jadi tanah atau belum, juga bisa dengan dijilat bila ada rasa tanah berarti sudah jadi kompos.
Gambar 4.1 Alat pembuatan kompos dalam pengelolaan sampah organik Sumber : Hasil observasi peneliti, 2012 b. Proses pengomposan di RW 01 Kelurahan Parakannyasag. Proses Pengomposan dengan komposter aerob : - Sampah daun-daunan terlebih dahulu di iris jadi bagian-bagian kecil, tujuannya untuk mempercepat pembusukan. - Beri cairan activator MOL (Micro Organisms Local) pada sampah yang sudah di iris untuk mempercepat pembusukan serta mengaktifkan bakteri-bakteri supaya sampah cepat busuk. - Masukan sampah yang sudah dicampur cairan MOL ke dalam komposter aerob. - Minimal 1 minggu sekali aduk sampah yang berada di komposter aerob sambil disemprotkan lagi cairan MOL, kurang lebih 1 bulan proses pembuatan kompos dengan komposter aerob. - Kompos yang sudah jadi kemudian dikeluarkan dari komposter aerob untuk kemudian dijemur (dikeringkan) dengan bantuan sinar matahari. - Sesudah kering kemudian kompos disaring, serta siap untuk dimanfaatkan.
15
Gambar 4.2 Proses pengelolaan sampah organik Sumber : Hasil observasi peneliti, 2012 4.3
Usulan pengelolaan Tujuan yang ingin dicapai dari Program Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat dengan prinsip 3R adalah sebagai berikut : a. Mengurangi jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA, yang berarti memperpanjang usia TPA dan mengurangi biaya pengelolaan sampah yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga, dengan melakukan pemilahan, maka masyarakat juga memperoleh manfaat dari hasil pemrosesan sampah organik dijadikan kompos, meningkatkan kohesi sosial dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan. c. Merubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah, dari membuang menjadikan sampah yang bermanfaat, dengan cara meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga harus ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, agar tujuan pengelolaan dapat berhasil sesuai yang diharapkan dalam mendukung terciptanya lingkungan yang sehat. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal.
5. 5.1
Simpulan dan Saran Simpulan Dari hasil penelitian tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 16
1.
pilot project (daerah percontohan), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri Berbasis Masyarakat di Rukun Warga 01 Kelurahan Parakannyasag Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, telah berhasil dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau Pengurangan, Penggunaan Kembali dan Mendaur Ulang melalui proses pemilahan sampah. Model yang diterapkan mampu mereduksi volume sampah yang dibuang hingga 70%.
2.
Sistem pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau Pengurangan, Penggunaan Kembali dan Mendaur Ulang melalui kegiatan pemilahan sampah merupakan solusi paradigmatik, yaitu solusi dari paradigma cara mengelola sampah. Dari paradigma ”membuang sampah” yang dalam prakteknya hanya memindahan sampah, menjadi ”mengelola sampah” dalam arti memilah untuk dimanfaatkan yang pada prakteknya dapat mereduksi secara signifikan timbulan sampah yang dibuang.
3.
Rekomendasi yang diberikan masyarakat untuk penerapan model ini adalah pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat layak dikembangkan jadi model pengelolaan sampah rumah tangga di perkotaan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau Pengurangan, Penggunaan Kembali dan Mendaur Ulang.
4.
Dampak yang diperoleh dari pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri berbasis masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan berdampak positif. karena sampah dikelola secara benar sehingga tidak ada potensi terhadap pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan saran sebagai berikut : 1.
Penelitian yang dilakukan walaupun telah berhasil menemukan manfaat yang besar dari kegiatan pemilahan sampah, yaitu mampu mereduksi sampah rumah tangga yang dibuang sebesar 70%, namun penelitian yang dilakukan masih terbatas pada penelitian deskriptif eksploratif. Sehingga untuk dapat menjadi rumusan model pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang lebih aplikatif 17
membutuhkan kajian lebih lanjut yang lebih komprehensif. 2.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, telah memberikan acuan yang jelas mengenai paradigma baru pengelolaan sampah. Yang terpenting kemudian adalah implementasi dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda), yang diamanatkan paling lambat 3 tahun setelah Undang-Undang tersebut terbit. Sehingga paradigma baru dalam pengelolaan sampah dapat menjadi gerakan masyarakat dan dapat menjadi salah satu solusi masalah persampahan di masa mendatang.
3.
Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka sebaiknya ada peneliti lain yang melakukan penelitian lebih lanjut sehingga diharapakan dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan permasalahan pengolahan sampah berbasis masyarakat.
Pustaka Acuan Abas Mohamad, Endang Haris, Zenal Aripin (2010), Pendidikan Lingkungan Hidup, Erlangga, Jakarta. Alkadri, et al. (1999), Tiga Pilar Pengembangan Wilayah, Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT, Jakarta. Dani Cecep Sucipto (2012), Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, cetakan pertama, Gosyen Publishing, Yogyakarta. Gelbert, M., et. al., (1996), Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan ”Wall Chart”, Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup, PPPGT/VEDC, Malang. H. Sjarief Djajanegara, Ir. (2004), Kajian Pengelolaan Sampah di Jawa Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Barat, Bandung. H.M. Ahman Sya dan H. Maman Abdurachman (2012), Geografi Perilaku Suatu Pengantar Studi tentang Persepsi Lingkungan, BSI Bandung Press. Hadi (2000), Demensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hartoyo (1998), Pemanfaatan Pengelolaan Sampah Kota Jawa Timur, Bahan Seminar Nasional Penanganan Sampah Kota, Fakultas Teknik Brawijaya, Malang. Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R. (1993), Integrated Solid Waste Manajemen, Mc.Graw Hill : Kogakusha, Ltd. Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko (2002), Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Abadi Tandur, Jakarta.
18