PENANAMAN SIKAP SOSIAL DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN PENJASORKES Agus Wiyanto
[email protected] Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Universitas PGRI Semarang ABSTRAK Salah satu hal yang terpenting dalam perkembangan siswa ialah perkembangan sikap sosialnya. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Siswa akan mendapatkan kesempatan yang lebih tentang bagaimana siswa mampu mengimplementasikan bentuk-bentuk komunikasi, kerjasama serta berinteraksi dengan teman sebayanya. Keberhasilan pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha siswa secara individual atau berkat interaksi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar (PBM) melainkan juga oleh interaksi siswa atau siswa dengan lingkungan sosialnya. Penjasorkes diharapkan dapat mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mentalemosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang sehingga melalui pembelajaran penjasorkes diharapkan terbentuk kepribadian siswa yang mantab.
Kata Kunci: Penanaman Sikap Sosial, Karakter Siswa Sekolah Dasar, Pembelajaran Penjasorkes ABSTRACT
One thing that is important in the development of students is the development of social attitudes. Learning through physical education, sport and health. Students will have the opportunity more about how students are able to implement forms of communication, cooperation and interaction with peers. The success of education in schools is not only determined by the efforts of individual students or students and teachers thanks to the interaction in the learning process but also by the interaction of the student or students with their social environment. Physical education, sport and health is expected to drive the growth of physical, psychic development, motor skills, knowledge and reasoning, appreciation of the value-the value of (attitudemental - emotional - sportsmanship-spiritual-social), as well as the conditioning of healthy living that leads to stimulate growth and development of physical and psychological quality of a balanced so that through learning penjasorkes expected that students mantab personality.
Keyword : Planting Social Attitude, Character Elementary School Students, Learning physical education, sports and health.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan `yang dikembangkan di sekolah sampai saat ini, mendudukkan mata pelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) sebagai salah satu kelompok bidang studi penting yang harus diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah salah satu diantaranya adalah kelompok mata pelajaran Penjasorkes.
507
Pada dasarnya Pnjasorkes merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai melalui Penjasorkes mencakup pengembangan individu secara menyeluruh artinya cakupan Penjasorkes tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Guru adalah seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Dari guru, sebagai pendidik dan pembangun generasi baru diharapkan tingkah laku yang bermoral tinggi demi masa depan bangsa dan negara. Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas atau sekolah, baik kebebasan yang dinikmati siswa dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan pribadinya. Keberhasilan pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar (PBM) melainkan juga oleh interaksi siswa atau siswa dengan lingkungan sosialnya (yang berlainan) dalam berbagai situasi yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah. Siswa berbeda-beda dalam bakat atau pembawaannya, terutama karena pengaruh lingkungan sosial yang berlainan. Pendidikan itu sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru atau pendidik harus berusaha menganalisis pendidikan dari segi sosial, mengenai hubungan antar manusia dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Obyeknya adalah obyek sosial dan dinyatakan berulang-ulang. Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah subjek, orang orang dalam kelompok dan objek, objeknya kelompok serta objeknya sosial. Setelah masuk sekolah, siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta aturan-aturan sekolah yang berlaku dan formulatif. Tidak sedikit siswa-siswa pada masa awal sekolah menangis karena belum dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang baru. Misalnya, siswa ketika masih di rumah mendapat perhatian dari beberapa orang (orang tuanya, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, pembantu, dan sebagainya), sedangkan di sekolah seorang guru harus memperhatikan siswa-siswa dalam satu kelas. Bila kelas berisi 40 siswa atau siswa, maka tiap siswa hanya mendapat 1/40 perhatian guru, sehingga siswa akan menuntut perhatian yang lebih besar dari gurunya untuk itulah secara berangsur-angsur sosialisasi di sekolah harus dilakukan oleh siswa, di samping guru juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan atau kondisi sekolah. Kondisi riil yang terjadi di lingkungan sekolah dasar dan yang kerap kali kita temukan adalah bagaimana seorang siswa dalam melakukan sikap sosialnya. Baik dari cara bersikap, bekerjasama, tata krama, maupun komunikasi. Sebagaimana yang kita tahu, sering kali kita menemukan siswa sekolah dasar dalam kondisi yang memprihatinkan. Kondisi memprihatinkan disini siswa sekolah dasar cenderung dapat mengucapkan atau melontarkan kata-kata yang seronok atau tidak semestinya ia ucapkan. Cara bertata krama yang kurang sopan ataupun sebagainya. Hal ini merupakan cerminan dari sikap sosial yang ia miliki. Padahal seharusnya pada tingkat satuan pendidikan sekolah dasar inilah siswa masih lugu dan awan akan penggunaan bahasa yang semestinya tidak ia gunakan. Oleh sebab itu dari jenjang sekolah dasar inilah perlu adanya kajian-kajian yang harapannya mampu mendongkrak karakter sosial dari siswa. Hal yang terpenting dalam perkembangan siswa ialah perkembangan sikap sosialnya. Melalui pembelajaran penjasorkes siswa akan mendapatkan kesempatan yang lebih tentang bagaimana siswa mampu mengimplementasikan bentuk-bentuk komunikasi,
508
kerjasama serta berinteraksi dengan teman sebayanya baik melalui model permainan maupun proses pembelajaran. Penanaman sikap sosial melalui hal seperti ini akan sangat berpengaruh dominan sekali dalam membentuk karakter siswa tersebut hingga ke tingkatan yang lebih tinggi. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka masalah pokok yang dapat dijadikan permasalahan disini sebagai berikut: 1. Bagaimana peran pendidik dalam menanamkan sikap sosial untuk membentuk karakter siswa melalui pembelajaran Penjasorkes? 2. Upaya apa yang dilakukan pendidik untuk menanamkan sikap sosial dalam membentuk karakter siswa melalui pembelajaran Penjasorkes? Tujuan Pemikiran Tujuan dari permasalahan yang ada bagaimana mengkaji bagaimana peran pendidik dalam menanamkan sikap sosial untuk membentuk karakter siswa melalui pembelajaran Penjasorkes dan Upaya apa saja yang dilakukan pendidik untuk menanamkan sikap sosial dalam membentuk karakter siswa melalui pembelajaran Penjasorkes. Manfaat Pemikiran Manfaat dari pemikiran ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis: 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada pendidik agar memperhatikan kemampuan sikap sosial siswa dalam belajar. Gross (1978) menyebutkan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be wellfunctioning citizens in a democratic society”. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran yang berpengaruh pada mutu sekolah disebabkan oleh kemampuan guru dalam melakssiswaan tugas secara professional. b. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran, melakukan refleksi untuk memahami kendala dan permasalahan serta pemecahan masalah dalam pembelajaran. c. Bagi siswa dapat memberikan gambaran pentingnya memiliki sikap sosial. PEMBAHASAN Sikap Sosial Baron dan Byrne (2004) dalam buku Psikologi Sosial Suatu Pengantar mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Menurut pendapat Gerungan dalam buku Psikologi Sosial, definisi tentang sikap adalah: Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesedihan beraksi terhadap sesuatu hal. Ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan
509
terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Jadi, sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah obyek sosial (objeknya banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap bergabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang pahlawannya. Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, sekolah, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, normanorma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing siswa didik agar memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan D. Katz (Luthans, 1995) dalam buku Psikologi Suatu Pengantar, menjelaskan empat fungsi sikap: Fungsi penyesuaian diri, berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. Fungsi pertahanan diri, mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Fungsi ekspresi nilai, berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Fungsi pengetahuan, berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar evaluasi terhadap sesuatu hal. Dalam buku psikologi sosial, Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: (1) sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, (2) sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku, (3) sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, (4) sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskural, intelektual dan emosional (Rusli Lutan dan Sumardianto (2000: 20). Penjasorkes adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara saksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa (Samsudin, 2008:2). Penjasorkes diartikan sebagai pendidikan melalui dan dari aktivitas jasmani. Siedentop mengatakannya sebagai “education through and of physical activities”. Permainan, rekreasi, ketangkasan, olahraga, kompetisi, dan aktivitas-aktivitas fisik lainnya, merupakan materi-materi yang terkandung dalam pendidikan jasmani, karena diakui mengandung nilainilai pendidikan yang hakiki (Depdiknas, 2006:23). Tujuan Penjasorkes Penjasorkes merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai melalui Penjasorkes mencakup pengembangan individu secara
510
menyeluruh artinya cakupan Penjasorkes tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual (Adang Suherman, 2000: 22). Penjasorkes bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga terpilih. 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang baik. 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Penjasorkes. 5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertangunjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis. 6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif (Depdiknas, 2006:195). Proses Pembelajaran Penjasorkes di SD Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan sikap (Sadiman, 2003:2). Peran guru adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar. Thomas (2003:11) mengemukakan bahwa keterampilan motorik dan perkembangan jasmani ditunjukkan dengan siswa menjadi aktif adalah bagian penting dalam perkembangan anak, dan oleh sebab itu merupakan unsur penting dalam kurikulum SD. Program Penjasorkes yang dikembangkan dengan tepat, yang menunjukkan persamaan dan perbedaan diantara anak-anak berkenaan dengan persoalan usia dan progresi mengacu pada dua tujuan penting, yaitu : 1) para guru Penjasorkes tahu apa, bagaimana, dan mengapa mengajar untuk siswa, dan 2) siswa bersikap aktif secara alamiah dan pada umumnya menikmati aktivitas fisik. Thomas (2003:99) menyatakan bahwa muatan Penjasorkes untuk SD terdiri dari program motorik (mengembangkan keterampilan gerak) dan prosedur (pembuatan keputusan), pengetahuan deklaratif (mempelajari fakta yang ada), dan menjadi aktif dengan memahami mengapa aktivitas jasmani adalah penting dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Rambu – Rambu Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SD. Rambu-rambu yang dijadikan dasar untuk mengembangkan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SD/MI meliputi : 1. Ruang lingkup pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terdiri dari enam aspek yang wajib dilaksanakan adalah aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji
511
diri/senam, dan aktivitas ritmik, sedangkan aspek aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas (outdoor education) dilakukan jika terdapat sarana dan prasarana pendukung. 2. Dalam standar kompetensi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan setiap aspek dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dijabarkan masing-masing semester. 3. Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi, menggambarkan kemampuan minimal yang harus dimiliki/dicapai siswa setelah menyelesaikan satu periode pembelajaran tertentu. 4. Jumlah waktu pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan adalah 2 jam pelajaran/minggu, jumlah waktu tersebut digunakan untuk proses pembelajaran dan tes. 5. Untuk pembinaan siswa yang berminat terhadap salah satu atau beberapa cabang olahraga tertentu dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler. 6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah; a) Tahapan pelaksanaan dilakukan dimulai dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak yang dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi. b) Pengorganisasian kegiatan dilaksanakan secara perorangan, berpasangan, kelompok kecil dan besar. c) Cara pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan latihan, menirukan, perlombaan dan pertandingan. 7. Guru diharapkan dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia untuk pelaksanaan pembelajaran. 8. Diharapkan dalam proses pembelajaran semua siswa dilibatkan secara langsung dalam praktek, hindari waktu menunggu giliran yang lama. 9. Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah metode eksplorasi, diskoveri, pemecahan masalah, komando, latihan sirkuit, latihan berbeban, latihan interval dan tugas. 10. Penilaian pendidikan jasmani olahraga, dan kesehatan lebih ditekankan pada penilaian proses, namun demikian penilaian hasil juga perlu diperhatikan. 11. Aspek yang dinilai dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif. 12. Teknik penilaian dilakukan dengan tes (melalui pengukuran), non tes (melalui pengamatan), (Depdiknas, 2006:viii). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Peran guru adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran penjasorkes dapat dilakukan dengan menggunakan model-model permainan yang diberikan saat proses pembelajaran dengan menanamkan nilai-nilai sikap sosial yang ditekankan kepada siswa. Saran Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan sikap. Bagi guru Penjasorkes diharapkan dapat mengembangkan model-model pembelajaran Penjasorkes yang menekankan pada aspek-aspek perubahan nilai dan sikap baik melalui pengembangan model permainan maupun kajian cabang olahraga yang mengarah pada ranah tersebut.
512
DAFTAR PUSTAKA Adang Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjas. Jakarta. Depdikbud Depdiknas. 2006. Metodik Pengajaran Penjas Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas. ---------------.2008.Standar Isi. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemenegpora RI, 2005. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta : Kemenegpora RI. Rusli Lutan dan Sumardianto. 2000. Filsafat Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sadiman, Arif S., dkk. 2003. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada dan Pustekkom Dikbud. Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan SMA/MA. Rawamangun-Jakarta: Prenada Media Group. Siedentop, Daryl. 1994. Introduction to Physical Education, Fitnes, and Sport. California. Mayfield Publishing Company. Sugiyanto (2007). Perkembangan Dan Belajar Gerak. Jakarta : Depdiknas.
513