KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 1 PANGGANG GUNUNGKIDUL Krisnawati dan Zulkarnain, M. Pd Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul karena SMA tersebut memiliki ciri khas yaitu unggul dalam bidang seni dan olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul. Proses pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada sepuluh siswa, guru sejarah, dan kepala sekolah. Observasi dilakukan di ruang kelas X1, XI IPS 1, dan XII IPA 1. Dokumen yang digunakan adalah arsip sekolah seperti profil sekolah, jumlah karyawan, dan dokumen guru seperti RPP, silabus, dan dokumen pembelajaran yang lain. Hasil penelitian kompetensi pedagogik guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul yaitu (1) Penguasaaan karakteristik peserta didik ditunjukkan dengan memahami intelektual, fisik, moral dan kultural peserta didik; (2) Penguasaaan teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik ditunjukkan dengan menggunakan metode pembelajaran bervariasi, mengembangkan alat, media, dan sumber belajar; (3) Pengembangkan kurikulum dengan menyusun RPP, mengembangkan metode bervariasi, dan strategi tebar point; (4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik antara lain yaitu mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu untuk menamankan kedisiplinan, melakukan pembelajaran di dalam maupun luar kelas, dan menggunakan power point dalam mengajar; (5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yaitu dengan memberikan tugas melalui internet, dan pemanfaatan web guru; (6) Membantu mengaktualisasi potensi dengan membimbing dalam belajar, memberikan kebebasan untuk berpendapat, mendorong mengikuti perlombaan, pelatihan, dan seminar dan saran meningkatkan prestasi; (7) Berkomunikasi dengan peserta didik yaitu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan baik, serta dapat merespon pertanyaan dengan baik; (8) Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi yaitu mengkomunikasikan kriteria ketuntasan minimal, pelaksanaan penilaian, hasil penilaian dan evaluasi mengadakan evaluasi; (9) Hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran dasar informasi, menyediakan pelayanan kebutuhan untuk peserta didik, orang tua, guru, pemimpin, dan pembuat kebijakan; (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberikan motivasi dan inspirasi, dan memberikan kesempatan menyampaikan kesulitan-kesulitan belajar. Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, Guru Mata Pelajaran Sejarah, SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul. 1
ABSTRACT This research was conducted in SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul, because that school has a characteristic. That is superior in the arts and sport. This study aims to determine the teacher of history pedagogical competence in the SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul.This research uses descriptive qualitative research conducted in SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul. The process of the data collection through interview, observation, and documentation. The interview of this study was conducted at ten students, history teachers, and principals. The observations was conducted in the three class, there are X1, 1 IPS XI, and XII 1. The document that used are school records such as school profile, number of employees, and teachers document such as lesson plan, sillabus, and other learning documents. The results of the research teacher of history pedagogical competence at SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul namely (1) The control characteristics of learners indicated by understanding the intellectual, physical, moral and cultural learners; (2) The control theory and principlas of learning that educates demonstrated using various learning methods, develop the tools, media, and learning resources; (3) Developing the curriculum to prepare lesson plan, develop the method variation, and stocking strategies point; (4) Implementation of the learning process education such as starting and ending the learning process on time to give students characteristic building likes descipline, doing the learning inside and outside of the classroom, and using power point in teaching and learning process; (5) Utilization of information and communication technology for the sake of learning by giving assignment through internet, and the use of web teachers; (6) To help actualize the potential to lead to learning, providing the freedom to argue, encourage follow the race, training, and seminar and advice to improve performance; (7) Communicate with students that is communicate effectively, empathic, and good, and can respond to questions with good; (8) The implementation of assessment and evaluation that is communicating a minimum completeness criteria, implementation of the assessment, the results of an evaluation assessment and evaluation; (9) The results of the assessment and evaluation for learning needs basic information, providing services to the learner needs, parent, teacher, leaders, and policy makers; 10) Doing reflective measures to increase the quality of learning by providing motivation and inspiration, and providing the opportunity to express their learning difficulties. Keywords: Pedagogical Competence, Teachers of History, SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul.
2
Pendahuluan Pendidikan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-Undang Pendidikan No. 20 tahun 2003. Berdasarkan Undangundang tersebut, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hasbullah, 2009: 4). Tujuan tersebut menjadi acuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang kemudian dirumuskan dalam sistem pendidikan nasional untuk mencapai keberhasilan pendidikan nasional. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh adanya berbagai faktor. Terdapat enam faktor dalam pendidikan yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, isi/materi pendidikan, metode pendidikan, dan situasi lingkungan. Keenam faktor tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan menjadi satu kesatuan yang disebut manajemen pendidikan. Guru memiliki peran yang penting dalam keberhasilan belajar peserta didik. Guru memiliki kesatuan fungsi dan peran yang tidak dapat dipisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan kemampuan integratif yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain (Suparlan, 2006: 29). Oleh karena itu, guru harus mempunyai berbagai kompetensi untuk mematangkan kesatuan dari tugasnya tersebut. Menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, seorang guru harus mempunyai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional melalui pendidikan profesi (Winarno Surakhmad, 2009: 305). Berdasarkan empat kompetensi di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru. Peneliti menganggap pentingnya kompetensi ini dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi pedagogik menjadi bekal utama yang harus dimiliki calon atau seorang guru.
3
Menurut Marselus R. Payong (2011: 29), kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang tertua dan mutlak menjadi tuntutan bagi guru sepanjang zaman. Kompetensi ini melekat pada martabat pendidik terutama guru. Kemampuan pedagogik diartikan sebagai kompetensi mengelola pembelajaran peserta didik. Kemampuan ini dicirikan sebagai kemampuan seorang guru dalam praktek pembelajaran harus mengetahui bagaimana mengajarkan dan apa yang diajarkan, kepada siapa, dan dalam kondisi yang bagaimana (Winarno Surakhmad, 2009: 305). Artinya seorang guru harus mampu mengetahui bagaimana karakteristik peserta didik yang diajarnya, bagaimana menyiapkan kelengkapan mengajar, bagaimana situasi lingkungan mengajar, sampai pada mengevaluasi hasil belajar. Maka dari itu, kompetensi ini sangat penting dimiliki seorang guru terutama guru mata pelajaran sejarah. Menjadi seorang guru sejarah harus mampu menjadi sosok yang menginspirasi dan memotivasi kegiatan belajar peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru sejarah harus mampu menyediakan semua fasilitas yang mendukung kegiatan siswanya untuk aktif dan berkembang. Dalam proses ini diperlukan teknik dan kemampuan khusus yang wajib dimiliki seorang guru. Terlebih dengan adanya perkembangan kurikulum baru yang saat ini dikembangkan pemerintah yaitu kurilukum 2013, guru sejarah harus mempersiapkan kematangan mengajarnya. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan scientifik yang mampu menciptakan keluaran yang berkarakter dan berakhlak mulia menjadi tantangan yang harus segera mendapat jawaban dari guru sejarah. Fakta menunjukkan pelajaran sejarah menjadi salah satu pelajaran yang dianggap membosankan bagi beberapa siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya daya kreatif dan inovatif dari guru sejarah dalam mengembangkan pembelajaran di kelas. Selama ini guru sejarah terkesan monoton karena hanya menggunakan cara konvensional yaitu dengan ceramah yang tidak interaktif. Selain itu, guru sejarah hanya terpusat pada bagaimana menyampaikan materi tanpa mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Hal inilah yang menyebabkan sejarah pelajaran yang kurang diminati oleh siswa.
4
Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunugkidul menjadi mata pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik di sekolah tersebut. Berdasarkan wawancara Kepala SMA Negeri 1 Panggang bapak Subaryadi, motivasi belajar, daya saing, dan semangat belajar peserta didik rendah. Permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul menjadi cermin dari kinerja guru-guru di sekolah tersebut. Terutama guru mata pelajaran sejarah yang posisinya begitu penting dalam mewujudkan keberhasilan pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan. Maka dari itu, penelitian mengenai kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sejarah tersebut penting untuk dilakukan.
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di SMA Negeri 1 Panggang
Gunungkidul. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006:6). Sugiyono (2008, 24) mengungkapkan bahwa metode kualitatif digunakan bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang, dan mungkin masih gelap. Kondisi ini cocok diteliti dengan metode kualitatif karena langsung masuk ke objek sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas. Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar adalah data kualitatif. Data penelitian kualitatif sangat diperlukan dengan sumber data yang bersifat unik dan khas. Proses pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada sepuluh peserta didik, satu guru sejarah, dan kepala sekolah. Observasi dilakukan di ruang kelas X1, XI IPS 1, XII IPA 1 pada saat kegiatan belajar mengajar.
5
Dokumentasi dilakukan dengan arsip sekolah seperti profil sekolah, jumlah karyawan, dan dokumen guru seperti RPP, silabus, dan dokumen pembelajaran yang lain. Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi menetapkan fokus penelitian, memlilih informan sebagai sumber data dan membuat kesimpulan atas temuannya, sedangkan instrumen pendukung berfungsi sebagai alat bantu dan pelengkap untuk memudahkan peneliti dalam mengambil data (Sugiyono, 2008: 222). Instrumen pendukung penelitian ini terdiri dari kendali wawancara, kendali observasi, dan kendali dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi yang terdiri dari triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif menurut Miles dan Huberman terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling atau pengambilan sampel berdasarkan tujuan merupakan teknik pengambilan sampel menurut pertimbangan tujuan penelitian. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Peneliti memilih subjek dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk mempelajari masalah yang akan dikaji. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dalam mengecek keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding data tersebut (Moleong, 2006:178). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan metode/teknik. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi metode atau teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2013: 127). Melalui teknik triangulasi ini, peneliti dapat mengecek kembali atau mengecek ulang temuannya dengan membandingkan dengan sumber, metode, dan teori (Tohirin, 2012: 74).
6
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilanjutkan dengan analisis data. Analisis data naturalistik berwujud kata-kata yang menggambarkan secara keseluruhan mengenai fakta-fakta dari data yang diperoleh dilapangan disertai dengan intepretasi peneliti. Peneliti menggunakan analisis interaktif model Miles dan Hubberman (1992: 16). Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion (kesimpulan).
Pembahasan dan Analisis 1. Penguasaan karakteristik peserta didik Penguasaaan karakteristik peserta didik oleh guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul ditunjukkan dengan beberapa hal yaitu guru sejarah memahami pengetahuan/intelektual peserta didik yang berbeda-beda. Pemahaman guru terhadap karakteristik intelektual peserta didik ini ditunjukkan pada saat mempelajari materi pelajaran. Guru sejarah membagi kelompok dengan merata. Peserta didik yang masuk dalam kategori pintar dan mempunyai pengetahuan lebih dibagi dalam tiap-tiap kelompok secara merata (PD 1, wawancara Sabtu, 13 Februari 2016). Menurut PD 3, guru sejarah berusaha memahami karakteristik pengetahuan peserta didik yang berbeda dengan memberikan pertanyaan merata di awal pembelajaran kepada semua peserta didik, “Guru sejarah selalu memeberikan pertanyaan menantang kepada semua peserta didik di awal pembelajaran sejarah. apabila satu orang sudah menjawab, pertanyaan berikutnya diberikan kepada yang lain”. Pendapat senada juga disampaikan oleh PD2, PD4, PD5, PD 6, PD 7, PD 8, PD 9, dan PD10. Penguasaan karakteristik berikutnya ditunjukkan dengan tidak membedabedakan secara fisik, sehingga dalam mengajar membimbing setiap peserta didik. Menurut PD 2 pemahaman guru pada karakteristik fisik, ditunjukkan pada saat peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. “Jika materi yang dijelaskan tidak bisa dipahami, guru sejarah selalu menjelaskan ulang kepada siapapun
7
(peserta didik) yang bertanya” (wawancara Sabtu, 13 Februari 2016). Kemudian, guru sejarah memberitahukan dimana dan bagaimana cara mencari sumber belajar. Guru sejarah tidak memandang kekurangan fisik peserta didik. Jika banyak peserta didik yang tidak mamhami materi, maka guru sejarah memberikan penjelasan ulang. Biasanya, peserta didik yang lebih cepat memahami materi pelajaran diminta untuk membantu teman lain dalam belajar (wawancara PD 5, Sabtu 20 Februari 2016). Pendapat senada juga disampaikan oleh PD 1, PD 3, PD 4, PD 6, PD 7, PD 8, PD 9, dan PD 10. Penguasaan karakteristik ketiga yaitu guru sejarah memahami karakteristik moral peserta didik. Pemahaman ini diperkuat dengan posisi guru sejarah sebagai pembimbing kerohanian. Menurut kepala sekolah, guru sejarah selain memiliki tugas menilai juga dipercaya sebagai guru pembimbing kerohanian. Setiap mengadakan kajian pengajian rutin guru sejarah bertanggungjawab atas pelaksanaan sampai pada evaluasi kegiatan tersebut. Guru sejarah selalu menekankan pada sisi moral dan akhlak mulia kepada peserta didik. Hal ini dilakukan melalui kerjasama dengan rismas dan rohis sekolah. Tanggung jawab tersebut membuat guru sejarah selalu menyerukan aspek moral dalam setiap kesempatan baik dari segi sikap maupun etika berpakaian (wawancara Senin, 15 Februari 2016). Terakhir guru sejarah memahami bagaimana karakteristik kultural peserta didik. Pemahaman ini ditunjukkan dengan menjaga lingkungan sekitar dan kelas selalu dalam kondisi bersih, sehingga nyaman saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut PD 9, Sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas, guru sejarah menekankan kondisi lingkungan belajar yang bersih sehingga suasana belajar menjadi tenang dan kondusif. Apabila terdapat sampah kertas atau plastik pembungkus makanan berserakan, guru sejarah mengajak peserta didik untuk membersihkan ruangan kelas tersebut (wawancara Sabtu, 20 Februari 2016). Berdasarkan paparan di atas, guru sejarah melakukan tugas dan kewajiban sebagai seorang guru sesuai dengan pendapat E. Mulyasa (2007: 86) bahwa ada empat
8
hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, fisik, dan perkembangan kognitif. Seorang guru harus memahami bahwa tingkat kecerdasan dari masing-masing anak itu berbeda. Kreativitas dapat dikembangkan melalui penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu siswa menjadi lebih peka terhadap rangsangan dari lingkungan, mengembangkan iklim kelas yang kreatif, menjadi guru yang hangat dan semangat, dan sebagainya.
2. Penguasaan teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik Penguasaan teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik oleh guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul ditunjukkan dengan beberapa hal yaitu guru sejarah menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Menurut PD 1, guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang adalah guru yang menyenangkan. Setiap pertemuan menggunakan metode yang berbeda-beda. Metode yang digunakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan semangat belajar sejarah (wawancara Sabtu 13 Februari 2016). Selain ceramah, metode yang digunakan dalam pembelajaran yaitu menyanyi dan mencipta lagu yang berkaitan dengan mata pelajaran sejarah, permainan-permainan seperti talking steak dan snow ball,
diskusi film, tutor sebaya, dan lain sebagainya
(wawancara PD 2, Sabtu 13 Februari 2016). Selain
menggunakan
metode
pembelajaran,
guru
sejarah
juga
mengembangkan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang relevan. Pengembangan alat, media, dan sumber belajar ini berkaitan dengan penyampaian materi. Guru sejarah menggunakan media power point yang dilengkapi dengan laptop dan LCD Proyektor dalam memudahkan kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, media sepserti ruang audio visual juga digunakan sebagai pembelajaran ketiak melakukan diskusi film atau pemutaran film sejarah. (wawancara PD 6, Senin 15
9
Februari 2016). Guru sejarah juga mengembangkan alat sebagai media pembelajaran yaitu mind map, picture and picture, dan lain sebagainya. (wawancara Sabtu, 20 Februari 2016). Berdasarkan dua temuan
di atas, guru sejarah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sesuai pendapat E. Mulyasa (2011: 135), bahwa seorang guru harus mengetahui bagaimana taraf perkembangan peserta didik sehingga mampu merumuskan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik agar mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Guru sejarah mampu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, dan mengembangkan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang relevan. Maka dari itu, dapat disimpulkan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul menggunakan metode yang berbeda-beda meskipun pengembangan masih sederhana. Selain cermah, metode yang biasa digunakan antara lain: (1) pembagian kelompok atau diskusi kelompok; (2) permainanpermainan dengan strategi talking steak, snow ball, picture and picture; (3) menyanyi; (4) media gambar; (5) diskusi film; (6) lembar kerja, dan lain sebagainya. Pengembagan metode tersebut ditunjang dengan media dan alat seperti laptop, LCD proyektor, power point, dan lain-lain.
3. Pengembangan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran Kurikulum mencakup tiga hal, petama
kurikulum memuat isi dan materi
pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh peserta didik untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Kedua, kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Dalam hal ini kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan peserta didik. Kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran saja, melainkan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik seperti bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain yang menunjang pembelajaran yang efektif.
10
Ketiga, kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dalam hal ini menekankan kurikulum sebagai rangkaian pengalaman belajar. Kegiatan kurikulum tidak terbatas pada ruang kelas saja melainkan kegiatan diluar kelas. Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar atau pendidikan bagi peserta didik pada hakikatnya adalah kurikulum (Oemar Hamalik, 2009: 18). Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul melakukan pengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
dengan
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP),
mengembangkan strategi pembelajaran, memberikan contoh konkrit atau nyata dalam menyampaikan materi pembelajaraan, dan mengembangkan strategi tebar point. Pembelajaran sejarah yang ideal mengunakan metode pembelajaran sejarah bervariasi. Metode pembelajaran bervariasi menurut Winarno Surakhmad (Wiryawan, 2001: 15), merupakan cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) dan bagi peserta didik (metode belajar). Makin baik metode yang digunakan, maka semakin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Secara umum pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul menggunakan metode bervariasi yang disesuaikan dengan perkembangan dan karakter peserta didik di sekolah tersebut. Berdasarkan observasi, guru sejarah menggunakan metode pembelajaran talking steak, snow ball, picture and picture, lagu-lagu sejarah, diskusi film, dan lain sebagainya (observasi Sabtu 20 Februari 2016). Menurut guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang, pembelajaran sejarah yang dilakukan berupaya untuk mengembangkan peserta didik berpikir kritis dan rasional. Guru sejarah memberikan contoh-contoh nyata dalam
menyampaikan materi
pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memudahkan cara berpikir siswa dalam memahami materi (wawancara Sri Rahayu, Sabtu 20 Februari 2016). Menurut PD 3, guru sejarah mengaitkan materi dengan hal-hal nyata seperti peninggalan-peninggalan sejarah yang sampai saat ini masih ada baik itu melalui gambar maupun video atau
11
film (wawancara PD 6, Senin 15 Februari 2016). Pendapat tersebut sama dengan yang diungkapkan PD 6 dalam kutipan di bawah ini: Ketika menyampaikan materi, guru sejarah memberikan contoh-contoh nyata. Seperti adanya peninggalan masa Hindu-Budha, peninggalan masa Islam seperti Masjid Demak, Masjid Kudus, dan lain sebagainya. Selain itu, materi tentang perang diponegoro, perang kemerdekaan, perang dunia juga dibeerikan contoh. Guru sejarah memperlihatkan contoh-contoh pada saat di kelas dengan menggunakan media gambar, video, dan lain sebagainya (wawancara PD 6, Senin 15 Februari 2016). Pendapat senada juga diungkapkan PD2, PD 3, PD 4, PD 5, PD 7, PD 8, PD 9, dan PD 10. Berdasarkan contoh-contoh di atas, guru sejarah berupaya mendorong pola pikir ke arah berpikir secara rasional, kritis, dan empiris kepada peserta didik. Pengembangan strategi tebar point yang menjadi salah satu model pengembangan kurikulum dalam rangka meningkatkan partisipasi peserta didik. Guru sejarah memberikan point keaktifan bagi peserta didik yang aktif berpendapat, menjawab pertanyaan, dan bertanya ketika pembelajaran di kelas. Menurut guru sejarah, point dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan nilai Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS), (wawancara Sri Rahayu, Sabtu 20 Februari 2016).
4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Tugas guru dalam pembelajaran yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan
kompetensi peserta didik (E. Mulyasa, 2007:103). Pada anak-anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu. Pembelajaran yang menarik,
12
menantang, dan tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya (Jejen Musfah, 2011: 38). Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul melaksanakan pembelajaan yang mendidik antara lain dengan mengawali pembelajaran dengan peristiwa nasional maupun internasional yang sedang terjadi. Pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul mencakup tiga yaitu pre-test, proses, dan post-test. Ketika mengawali pembelajaran guru sejarah pernah membawa isu nasional yang sedang terjadi. Isu nasional tersebut seperti ISIS, korupsi, dan permasalahan lainnya. (wawancara PD 4, Senin 15 Februari 2016). Selain itu, apabila mendekati peringatan hari besar nasional, guru sejarah membahas materi pelajaran dengan memperkenalkan tokoh nasional dalam pelajaran (wawancara PD 8, Sabtu 20 Februari 2016). Selain itu, guru sejarah mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu untuk menanamkan kedisiplinan terhadap peserta didik, menyimpulkan materi di akhir pembelajaran dengan terlebih dahulu memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan pendapat, mempunyai kesiapan dan semangat dalam mengajar untuk menumbuhkan semangat belajar peserta didik, melakukan pembelajaran di dalam maupun luar kelas, dan menggunakan power point dalam mengajar sehingga materi mudah dipahami.
5. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran Penggunaan tekonologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan dan mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Maka dari itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh pesera didik.
Guru
harus
mempunyai
kompetensi
dalam
pemanfaatan
teknologi
pembelajaran terutama internet (E. Mulyasa, 2007: 106). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan
13
informasi dalam melaksanakan tugas utama mengajar dan membentuk kompetensu peserta didik. Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul melakukan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dengan memberikan tugas untuk mencari informasi melalui internet dan mengupayakan pemanfaatan web guru. Menurut kepala sekolah, dari segi pemanfaatan teknologi informasi guru sejarah sudah menggunakan fasilitas yang ada. Materi sering menggunakan internet. Pihak sekolah juga menyediakan fasilitas dan pemanfaatan web guru. Melalui web tersebut tugas, materi, dan hasil kerja lainnya bisa diakses melalui internet. Masing-masing guru sudah memiliki akun. Pelatihan sudah beberapa kali dilakukan, akan tetapi penggunaan dan pemanfaatannya masih belum maksimal. Saat ini yang sudah berjalan baik adalah web sekolah (wawancara Subaryadi, Senin 15 Februari 2016).
6. Membantu peserta didik mengaktualisasi potensi yang dimiliki Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul membantu peserta didik mengaktualisasi potensi dengan membimbing peserta didik dalam belajar dan memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran. Kemudian, guru sejarah mendorong peserta didik mengikuti perlombaan, pelatihan, dan seminar untuk mengaktualisasi potensi. Untuk membantu mengaktualisasi potensi, guru sejarah menyarankan peserta didik untuk mengikuti pelatihan, seminar dan perlombaan. Kegiatan tersebut seperti Lawatan Sejarah, LCCS, seminar, dan lainlain (wawancara PD 8, Sabtu 20 Februari 2016). Melalui hal tersebut diharapkan peserta didik mampu mengembangakn potensi yang dimiliki dalam rangka mengaktualisasi diri mereka. Guru sejarah selalu menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya membantu kemajuan peserta didik (wawancara PD 2, Sabtu 13 Februari 2016). Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai daya saing, berwawasan luas, dan berprestasi.
14
Selain itu, guru sejarah juga harus memberikan dorongan dan saran kepada peserta didik untuk meningkatkan prestasi baik itu dari sisi akademik (mata pelajaran) maupun non akademik (ekstrakurikuler). Guru sejarah mengarahkan peserta didik untuk selalu rajin membaca (wawancara PD 8, Sabtu 20 Februari 2016). Selain itu, siswa juga diberikan nasihat agar fokus dalam pelajaran dan memperhatikan nilai yang akan digunakan untuk memilih jurusan IPA atau IPS (wawancara PD 7, Senin 15 Februari 2016). Menurut S10, ketika ulangan apabila ada yang tidak lulus KKM dinasihati agar meningkatkan hasil belajar (wawancara, 15 Februari 2016). Kemudian berkaitan dengan ekstrakurikuler, guru sejarah termasuk guru pembimbing Karya Ilmiah Remaja (KIR). Ekstrakurikuler tersebut mengikutkan peserta didik untuk mengikuti berbagai kegiatan yang berkaitan dengan menulis seperti lawatan sejarah, artikel ilmiah, dan perlombaan menulis lainnya. Selain itu, peserta didik juga mengikuti kegiatan seminar, Cerdas Cermat, bedah buku, dan lain sebagainya (wawancara PD 3, Senin 15 Februari 2016). Hal-hal yang dilakukan guru sejarah tersebut, sebagaimana tugas guru sesuai dengan pendapat Henson dalam Jejen Musfah (2011: 42), bahwa guru sejarah mampu melakukan beberapa hal yaitu membantu peserta didik berkembang secara intelektual, sosial, fisik, dan emosional. Kedua, guru membantu peserta didik meningkatkan kesan pada diri mereka. Ketiga, guru memotivasi dan menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk sukses. Keempat, melaksanakan belajar aktif. Kelima, menguatkan peserta didik untuk bereksplorasi, dan terakhir menyediakan keamanan.
7. Berkomunikasi dengan peserta didik Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul berkomunikasi dengan efektif, empatik, dan baik dengan peserta didik. Ketika berinteraksi di lingkungan sekolah, guru diamati dan dinilai oleh peserta didik, teman seprofesi, dan atasan. Oleh karena guru sejarah meminta pendapat teman sejawat atau peserta didik
15
tentang penampilan sehari-hari, termasuk dalam kemampuan mengajar di kelas. Maka dari itu, penelitian tentna kompetensi ini sangat dibutuhkan oleh guru sejarah sebagai sarana untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri. Berbagai penilaian dan tanggapan yang diterima guru sejarah sebagai sarana untuk terus berkembang dan meningkatkan kinerja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat E. Mulyasa (2007: 176), bahwa seorang guru harus mampu berkomunikasi efektif dengan peserta didik, sesama guru, orangtua, dan masyarakat sekitar. Kemampuan guru dalam berkomunikasi ini juga masuk dalam kompetensi sosial, dimana seorang guru sebagai pribadi di tengah masyarakat harus mampu berbaur dengan masyarakat. Menurut PD 8, komunikasi yang terjalin antara peserta didik dan guru sejarah lancar dan tidak ada masalah. Guru sejarah sangat dihormati karena kepedulian terhadap masalah ataupun kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik. Sebagai contoh, ketika terdapat permasalahan antar kelas guru sejarah selalu memberikan nasihat dan saran (wawancara Sabtu, 20 februari 2016). Guru sejarah dapat merespon pertanyaan peserta didik dengan baik. Selama ini, apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari materi, guru sejarah dapat memberikan tanggapan dengan baik. Guru sejarah membimbing dan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk terus semangat belajar dan banyak membaca. Maka dari itu, guru sejarah selalu menekankan untuk membaca materi di rumah karena guru sejarah akan memberikan pertanyaan-pertanyaan di awal pelajaran. Hal ini menuntut peserta didik untuk selalu siap (wawancara PD 3, Sabtu 20 Februari 2016). Pendapat tersebut senada dengan yang disampaikan PD 1, PD 2, PD 4, Pd 5, PD 6, PD 7, PD 8, PD 9, dan PD 10.
8. Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Guru sejarah selalu menghargai setiap usaha peserta didik yang mau belajar dan bekerja keras dengan memberikan reward atau hadiah. Guru sejarah juga
16
memberikan point terhadap peserta didik yang aktif di dalam pelajaran (wawancara PD 6, Senin 15 Februari 2016). Menurut kepala sekolah, hal yang dilakukan guru sejarah tersebut sejalan dengan program sekolah yang memberikan buku skor kepada masing-masing peserta didik. Penilaian yang dilakukan tentunya berkaitan dengan tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (wawancara Subaryadi, Sabtu 20 Februari 2016). Berkaitan dengan aspek kognitif, penilaian diambil melalui ulangan harian, Ualngan Tengah Semester (UTS), maupun Ujian Akhir Semester (UAS). Sesuai dengan program sekolah yaitu penilaian sikap dengan buku skor, maka guru sejarah menilai pula bagaimana sikap dan kepribadian peserta didik. Guru sejarah dapat menambah dan mengurangi skor dengan sikap yang ditunjukkan peserta didik seperti dalam hal kedisiplinan, spiritual, tanggung jawab, gotong royong, dan lain sebagainya (wawancara PD 5, Senin 15 Februari 2016). Hal-hal yang dilakukan guru sejarah tersebut sesuai dengan pendapat Jejen Musfah (2007: 40), bahwa kesuksesan pendidik sebagai guru profesional tergantung pada pemahaman terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuan bekerja efektif dalam penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai karakteristik mata pelajaran. Selain itu, guru sejarah juga menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul ditunjukkan pada beberapa hal yaitu guru sejarah melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, mengkomunikasikan kriteria ketuntasan minimal (KKM).pelaksanaan penilaian, hasil penilaian dan evaluasi, serta mengadakan evaluasi kegiatan pembelajaran. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan pengayaan maupun remedial. Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian. Menurut guru sejarah, berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar, tugas-tugas, hasil tes, dan ulangan, dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap siswa. Hasil analisis ini dipadukan dengan catatan-catatan yang ada
17
pada program mingguan dan harian, yang akan dijadikan sebagai bahan tindak lanjut pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi materi yang perlu diulang, siswa yang wajib remidi, dan yang mengikuti pengayaan (wawancara Sri Rahayu, Sabtu 20 Februari 2016).
9. Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Menurut guru sejarah, penilaian dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat Stiggin dalam Jejen Musfah, (2007: 41) bahwa penilaian merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran sejarah. Hasil penilaian memuat beberapa manfaaat dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian dapat dijadikan alat evaluasi, dasar informasi, dan target pencapaian. Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang. Pemanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul dengan menegaskan pada peserta didik tentang hasil yang diinginkan. Penilaian ini menyediakan dasar informasi untuk peserta didik, orang tua, guru, pemimpin, dan pembuat kebijakan. Selain itu, penilaian kelas memotivasi peserta didik, menyediakan pelayanan kebutuhan peserta didik, dan dasar evaluasi guru atau pimpinan. Menurut guru sejarah, hasil penilaian kelas menyaring peserta didik di dalam atau di luar program pilihan (IPA dan IPS), memberi mereka akses pada pelayanan khusus yang mereka butuhkan. Melalui hasil tersebut guru sejarah mengetahui harus melakukan perlakuan seperti apa (wawancara Sri Rahayu, 20 Februari 2016). Adapun menurut kepala sekolah, hasil belajar peserta didik ini juga dapat digunakan sebagai tindak lanjut kelapa sekolah untuk merumuskan program sekolah yang tepat sasaran bagi terwujudnya tujuan lembaga tersebut (wawancara Subaryadi, Sabtu 20 Februari 2016).
18
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Melakukan tindakan reflektif berkaitan dengan guru sebagai memberi inspirasi atau inspirator. Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan tindakan reflektif. Guru sejarah di SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dengan memberikan motivasi dan inspirasi dengan memberikan pandangan tentang keagungan Tuhan terhadap peserta didik. Hal ini dilakukan berkaitan dengan menumbuhkan kesadaran untuk selalu memiliki rasa syukur dan berupaya memperbaiki diri (wawancara PD 1, sabtu 13 Februari 2016). Mengemban fungsi ini guru sejarah terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Mulyasa (2011: 70), bahwa guru harus dibekali ilmu tentang hakikat manusia dan setelah mengenalnya maka akan mengenal pula kebesaran Sang Pencipta yang menciptakan dirinya dan alam semesta. Pandangan tentang manusia ini dipengaruhi oleh pengetahuan tentang sejarah umat manusia. Guru sejarah melakukan hal tersebut melalui contoh-contoh pemikir dan pejuang martabat manusia di mata manusia lain. Guru sejarah menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia ke dalam pribadi peserta didik, sehingga menimbulkan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik seperti halnya para pembesar terdahulu (wawancara PD 5, Senin 15 Februari 2016). Pendapat tersebut senada dengan yang disampaikan PD 2, PD 3, PD 4, PD 6, PD 7, PD 8, PD 9, dan PD 10. Selain itu, guru sejarah memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan kesulitan-kesulitan belajar sebagai sarana peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan hal-hal yang tidak dapat dipahami berkaitan dengan materi, maupun proses pembelajaran. Kemudian, peserta didik dipersilahkan untuk mengungkapkan kritik dan masukan apa yang menjadi kendala dan kesulitan yang dihadapi. Guru sejarah selalu memberikan motivasi dan nasihat demi kemajuan peserta didik. (wawancara PD 8, Sabtu 20
19
Februari 2016). Pendapat ini senada dengan yang disampaikan PD 1, PD 2, PD 3, PD 4, PD 5, PD 6, PD 7, PD 9, dan PD 10.
Saran 1. Bagi Guru Guru sejarah SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul sudah menjalankan peran dengan baik sebagai seorang pendidik, pengajar, dan pembimbing siswa. Semua indikator kompetensi mendapat penilaian baik dari siswa. Akan tetapi, dari segi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi perlu ditingkatkan. Kemudian, metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga perlu untuk dikembangkan lebih baik lagi. Selain itu, guru juga harus mendorong siswa agar memiliki daya saing dalam belajar dan membangun kesadaran siswa siswa agar bisa melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. 2. Bagi Siswa Semangat dan motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Panggang Gunungkidul harus lebih ditingkatkan. Siswa harus mempunyai dorongan untuk maju dan memiliki daya saing. Siswa harus mempunyai kesadaran akan tujuan dan cita-cita hidup agar lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu, budaya membaca dan beribadah juga harus lebih ditingkatkan sehingga apa yang menjadi tujuan, visi, dan misi sekolah dapat tercapai. 3. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya memberikan pelatihan bagi guru dalam rangka meningkatkan kemampuan pedagogik terutama segi pemanfaatan teknologi. Selain itu, sekolah harus memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa agar semangat belajarnya muncul. Kemudian, sekolah hendaknya menjadi fasilitator, mediator, dan motivator agar semakin banyak siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
20
21