PAK GURU Sebuah rumah di jalan Pattimura, Pare-Pare. Rumah dengan dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang makan, satu dapur. Ada kamar mandi di dalam kamar tidur yang belakang. Satu kamar mandi lagi di dekat ruang makan. Apin terbangun di dalam kamar belakang. Sesosok tubuh lelaki tinggi dengan postur cukup tegap tertidur di sampingnya. Tubuh dengan kulit berwarna tembaga dan berkilat karena keringat. Tubuh yang telanjang dengan keringat yang keluar karena dia terus berusaha keras memenuhi hasrat hewani Apin. Apin tidak tahu mengapa dia seringkali tidak mudah terpuaskan. Orang bilang foreplay yang lama dapat membuat seorang perempuan mudah orgasme. Tetapi tidak demikian dengan Apin. Kegiatan yang seringkali dilakukan lebih dari satu jam oleh lelaki itu untuk Apin. Tetapi tetap saja tidak membuat Apin mudah terpuaskan. Sebenarnya bukan karena kegiatan itu tidak membuat Apin terangsang. Tetapi seringkali setiap foreplay dimulai Apin teringat dengan guru kelas 6 SD nya. Ketika itu Apin bersalah karena tidak membuat PR dan bersikeras bahwa si guru tidak memerintah untuk membuat. Padahal ketika sang guru memberitahu PR yang harus dikerjakan, Apin sedang ke kamar mandi. Jadilah Apin tidak tahu PR yang harus dikerjakan. Sesungguhnya bila saat itu Apin tidak bersikeras bahwa sang guru tidak memberikan PR maka dia cukup minta maaf dan mengerjakan PR tersebut dan membuat salinan sebanyak lima kali lagi. Itu belum ditambah PR berikut yang sama-sama harus dikerjakan dan dikumpulkan minggu depan. Apin hanya ingat bahwa dua hari menjelang PR dikumpulkan adalah Hari Raya Imlek, sehingga selama empat hari ke depan dia akan sibuk di rumah mempersiapkan Imlek, yang berarti tidak punya waktu cukup untuk membuat PR minggu lalu, menyalinnya lima kali lagi, dan membuat PR minggu ini.
Maka Apin bersikeras bahwa dia tidak diberitahu. Karena itu dia harus tetap berada di kelas setelah anak-anak lain bubar. Tadinya Pak Guru hanya memerintahkan Apin berdiri di sudut kelas. Sementara Pak Guru pergi ke ruang guru. Hari sudah mulai siang. Tetapi deretan kelas yang diteduhi dengan pohon-pohon besar dengan daunnya yang lebar dan lebat membuat sinar matahari tidak mudah masuk ke dalam kelas. Belum lagi lapangan yang dikitari oleh pohon-pohon besar itu terbuka sangat luas. Karena itu terjadilah perpindahan tekanan udara dari tempat yang panas, sehingga angin semilir memasuki ruang kelas tempat Apin sedang berdiri. Angin yang sangat lembut dan melenakan, membuat Apin mulai mengantuk. Harus ada yang Apin kerjakan agar tidak jatuh tertidur. Tetapi Pak Guru justru menyuruh Apin berdiri diam di sudut kelas dan itu membuat bosan luar biasa. Karena bosan berdiri sendiri di sudut ruangan kelas, Apin berjalan-jalan keliling kelas. Di dinding kelas digantungkan semua karya seni para murid. Gambar dan puisi. Ada sebuah puisi yang digantungkan agak tinggi. Apin naik ke atas bangku, ternyata masih belum bisa terbaca karena Apin masih harus tengadahkan kepala. Apin naik ke atas meja, tetapi ternyata puisi itu jadi berada di bawah kepala Apin. Apin lalu membungkuk dan roknya yang hanya sebatas lutut jadi terangkat bagian belakangnya. Ketika itulah Pak Guru masuk ke ruang kelas. Sebagian besar paha bagian belakang Apin terlihat oleh Pak Guru. Bahkan celana dalam Apin terlihat sedikit di balik rok. Pak Guru yang tadinya berniat marah karena tidak melihat Apin di sudut kelas seperti ketika dia tinggalkan, malah menatap paha Apin yang putih mulus dan menantang. Puisi itu begitu indah. Dengan kata-kata yang lugas tetapi menunjukkan kecintaan sang penulisnya kepada perempuan yang dia kenal. Tidak banyak kata kiasan seperti karya Gibran, lebih mirip dengan karya Walt Whitman atau Henry Thoreau. Kasihmu sangat dalam, sehingga aku dapat mereguk kala ku berenang di dalamnya… Sayangmu sangat luas, sehingga tak pernah selesai langkahku untuk menikmati indahnya..
Sayangnya penulisnya hanya menyebut nama pendeknya, Sal. Apin terpesona dengan puisi, Pak Guru terpesona dengan pertunjukkan yang tidak sengaja Apin buat. Apin, gadis muda kelas 6 SD yang mulai ikut-ikutan tetangganya yang lebih dewasa, menggunakan baju seragam yang pendek sebatas bagian atas roknya. Maka ketika dia menunduk sebagian kulit pinggang yang putih mulus juga terlihat. Pak Guru terus memandang hingga Apin berbalik. Dengan wajah memerah Apin turun dari meja, berdiri dengan malu karena ketahuan tidak menjalankan hukuman. “Maaf Pak” Pak Guru memandang Apin dengan hasrat membara karena membayangkan bagian lain dari tubuh Apin yang sudah mulai tumbuh dewasa. Tubuh Apin yang montok, agak menggugah hasrat pak Guru. “Saya melihat ada tato di pinggang kamu tadi.” Pak Guru masih terus menatap nanap. “Gak ada Pak” “Bapak gak percaya! Buka baju kamu!” Apin dengan semangat untuk membuktikan bahwa dia benar, serta merta membuka baju putih seragam sekolahnya. Di balik baju itu Apin mengenakan kaus dalam dan dadanya sudah mulai tumbuh. Cukup membuat hasrat ragawi lepas dari pagar norma etika maupun agama. “Bagaimana Bapak bisa lihat. Kamu masih pake kaus dalam.” Apin membuka kaus dalamnya dan tanpa setahu Apin, jakun Pak Guru naik turun. Pak Guru seperti orang kehausan. Pak Guru menatap dada Apin, perut Apin yang rata, putih dan mulus. “Sekarang kamu membalik.” Apin menurut dan membalik. “Masih belum terbukti kamu benar. Sekarang buka rok kamu.”
Apin menurunkan roknya dan terlihatlah bagian belakang Apin yang sekarang hanya menggunakan celana dalam. “Nah itu dia mulai kelihatan. Sekarang buka celana dalam kamu.” Di kepala Apin hanya ada keriaan hari raya. Sehingga, dihukum membuat PR minggu lalu, menyalinnya sebanyak 5 kali dan membuat PR minggu ini sudah membuat Apin kesal. Karena kelalaiannya tidak membuat PR yang dia tidak ketahui, dia malah dihukum berdiri di sudut kelas. Sekarang dia harus benar-benar membuktikan bahwa tidak ada tato di tubuhnya agar tidak terkena hukuman tambahan. Hanya itu yang ada di pikiran Apin,maka dibukanya celana dalamnya. “Ternyata memang tidak ada tato di badan kamu, cuma tahi lalat besar yang ada. Tapi tadi kamu sudah membandel, bukan berdiri di sudut ruang malah naik ke atas meja.” Apin membalik dalam keadaan telanjang. Diam saja dan cukup puas karena tidak terbukti bahwa dia punya tato. Tetapi sekarang kesalahan yang baru saja dia lakukan akan mendapatkan hukuman lagi. Tidak apa asal tidak menambah pekerjaan di rumah dan mengurangi keriaan hari raya. “Naik ke atas meja. Dan tidurkan badan kamu.” Pak Guru ternyata tidak membuat Apin takut. Bahkan Apin harus menahan tawa karena geli oleh yang dilakukan Pak Guru. Setelah itu ada rasa sakit sedikit, hanya sebentar karena rasanya ada cairan keluar dari bawah pinggang Apin. Rasa geli dan nikmat itu bahkan masih bisa dirasakan Apin ketika dia terbangun dari tidur sore, hari itu. Perasaan nikmat itu membuat Apin merasa ingin melakukan kesalahan lagi. Kenikmatan yang sama selalu didapatkan Apin dari Pak Guru untuk setiap kali kesalahan dilakukan. Sampai suatu hari Ibu Apin merasa ada yang aneh dengan cara jalan anaknya. Memang sudah sejak tiga bulan yang lalu Apin mengalami menstruasi dan terus terjadi selama tiga bulan ini. Sementara dua bulan yang lalu Pak Guru untuk pertama kali menghukum Apin di atas meja ruang kelas. Ibu membawa Apin ke dokter untuk diperiksa.
Sebuah kabar yang mengejutkan buat Ibu, karena terbukti bahwa Apin memang sudah tidak perawan lagi. Tetapi sama sekali tidak ada janin di perut Apin hingga saat itu. Tidak terlihat, mungkin, batin Ibu. Karena mungkin peralatan dokter di daerah tidak begitu canggih sehingga tidak bisa diketahui dengan pasti. Ibu benar-benar heran mengapa Apin masih tetap menstruasi di bulan berikutnya. Berarti memang tidak ada janin di perut Apin, hanya saja berarti Apin harus menyembunyikan aib ini. Tetapi siapa yang melakukan kepada Apin? Apin benar-benar bungkam. Segala cara sudah dilakukan ibu. Setiap kali pulang sekolah, bila Apin pamit untuk pergi ke luar rumah, maka ibu mengikuti Apin. Memang Apin tidak tahu bahwa Ibu mengikuti. Tetapi tidak ada seorangpun lelaki yang ditemui Apin setiap kali keluar rumah di luar jam sekolah. Selalu saja Apin pergi ke toko untuk belanja. Pergi ke rumah teman-teman perempuan, itu pun tidak pernah lama. Bahkan ketika Apin pergi menonton film di bioskop pun, ibu mengikuti hingga di dalam bioskop. Karena yakin tempat itu gelap maka ibu pun ikut masuk ke dalam bioskop. Ibu berhasil membuntuti dan menjadi sangat yakin bahwa Apin memang hanya menonton dan tidak ke mana-mana, tetap di dalam bioskop hingga film selesai diputar. Apakah benar bahwa Apin sudah tidak lagi melakukan apa yang dia lakukan ketika dia kehilangan keperawanannya? Tetapi ibu masih tetap penasaran ingin mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut pada Apin. Ibu merasa bersyukur bahwa Apin tidak hamil karena perbuatan lelaki itu. Jadi apakah memang lelaki itu tidak lagi melakukan hal tersebut pada Apin. Bila memang ya, berarti ibu sudah pantas pula bersyukur karena hal itu sudah tidak terulang lagi. Apalagi sekarang nilai-nilai Apin banyak yang tinggi, karena dia sering pulang agak telat sejak dia sering belajar tambahan dengan Pak Guru. Ibu hanya tidak tahu bahwa Apin yang menuntut Pak Guru untuk terus memberikan kenikmatan yang Apin rindukan. Bila sudah selesai Apin melanjutkan belajar dengan Pak Guru. Sehingga selain keinginan Apin terpuaskan, juga menjadi lebih pintar.
Itu terjadi delapan belas tahun yang lalu dan itu pengalaman pertama yang terus diingat oleh Apin sehingga Apin tahu bahwa itu mestinya baru dia lakukan bila sudah punya suami. Tetapi ah sudahlah. Sekarang Apin terbangun di sebelah lelaki telanjang di sebuah rumah kontrakan. Ini adalah lelaki ke sepuluh yang bisa menolong Apin ketika kangen dengan kenikmatan yang diperkenalkan oleh Pak Guru. Dia tidak mau dengan sembarang lelaki. Lelaki itu harus tinggi, berbadan atletis, berwajah jantan dan suka marah. Tetapi kalau lelaki itu jadi terlalu sering marah, maka Apin tidak akan suka. Oh ya, ada satu hal lagi yang disukai Apin. Lelaki itu harus pintar ilmu fisika. Ya, fisika. Karena Pak Guru senang fisika. Karena dulu Pak Guru senang membelai Apin, bahkan ketika Pak Guru sedang tidak ingin Apin merebahkan diri, dia tetap senang membelai Apin. Itu pula yang membuat Apin menjadi senang dibelai.
SEMUA TENTANG ILMU FISIKA Apin masih mencoba mengingat-ingat sembilan lelaki lain sebelum lelaki yang rebah di sebelah ini. Semua benar-benar memenuhi kriteria yang diinginkan Apin. Kriteria lelaki yang disukai. Lelaki yang seperti Pak Guru. Hanya saja mereka lama-lama semakin membosankan. Betapa tidak, mereka semua akan meminta Apin merebahkan diri di tempat tidur setiap kali mereka membelai Apin. Semua. Dulu ketika Apin bekerja di sebuah perusahaan konstruksi, diajarkan tentang sosrobahu. Apin tetap tidak mengerti, apalagi nama Tjokorda bukan nama yang akrab di telinga Apin. Tetapi sudahlah, karena setiap kali pemilik usaha konstruksi itu bercerita, Apin menjadi tahu banyak. Terutama tahu bahwa beton bisa diputar. Setahu Apin setiap kali tetangga membangun rumah dan sudah jadi bangunan mereka tidak pernah memutar dinding yang dibangun dari bata itu. Mengapa harus repot memutar beton. Dinding bata saja sudah susah untuk diputar, mengapa beton harus diputar-putar. Kata Pak Adi, kalau tidak diputar akan memacetkan lalulintas. Di Samarinda, tempat Apin dibesarkan, tidak pernah terjadi kemacetan lalu lintas bila jalanan diperbaiki. Selalu ada jalan lain yang bisa digunakan. Memang agak sedikit memutar, tetapi semua orang lebih memilih jalan lain itu daripada menunggu pekerjaan perbaikan jalan. ‘Hahaha. Bisa berhari-hari ya macetnya, kalau orang-orang menunggu perbaikan jalan.’ Pak Adi, akan ikut tertawa ketika itu. Tetapi dia akan terus membelai Apin sehingga Apin tidak tahan dan melucuti seluruh pakaian. Menyediakan atau lebih tepat menunggu Pak Adi memuaskan diri Apin. Persis seperti Pak Guru dulu. Setiap kali Apin merasa sedikit lebih pintar dari sebelumnya, hasratnya untuk membuka baju menjadi lebih besar. Apin suka berolahraga. Semua olahraga. Voley, senam, lari. Dari sejak kecil bila disuruh Ibu untuk membeli sesuatu di warung, dekat rumah ataupun jauh, Apin selalu berlari. Kadangkadang Apin juga suka basket. Tinggi badan yang lebih dari 170 cm membuat banyak orang suka mengajak Apin bermain basket.
Apin juga suka bermain basket. Terutama dengan teman-teman pria. Karena mereka suka sekali mengangkat tubuh Apin tinggi-tinggi di depan ring basket. Bangga sekali kalau bisa memasukkan bola ke dalam keranjang. Apin bahkan tidak mempedulikan bagian manapun dari tubuhnya disentuh oleh teman-teman pria ketika dia diangkat tinggi-tinggi di depan ring. Apin sangat pintar fisika. Karena memang dia selalu memilih untuk berteman dengan temanteman yang pintar fisika. Sungguh kebetulan teman-teman basket adalah juga teman-teman yang pintar fisika. Maka dengan mereka pula Apin berlatih menjawab soal-soal. Selain basket, mereka juga mengajarkan Apin bermain bilyar. Apin tidak pernah dibolehkan menginap di rumah teman-teman. Tentu saja Ibu khawatir. Mengingat bahwa dulu Ibu tidak sempat menamatkan pendidikan SMA karena sudah mengandung Apin. Lelaki itu memang bertanggung jawab membiayai Ibu sampai melahirkan Apin. Bahkan sampai Apin tamat SMA, katanya. Tetapi itu dilakukan dengan diam-diam, menggunakan bantuan perantara. Karena istri lelaki itu selalu curiga. Itu terjadi sejak Apin berusia 1 tahun, ketika itu si lelaki masih sering berkunjung ke rumah Ibu Apin. Ibu memang terpaksa menyewa rumah sejak diusir oleh orang tua karena dia hamil. Itu malah membuat si lelaki lebih bebas mengunjungi Ibu. Dia berhenti mengunjungi Ibu sejak si istri menyiram pintu depan rumah Ibu dengan minyak tanah. Karena dia bersedia keluar dan pulang bersama istrinya lah, maka rumah Ibu tidak jadi dibakar. Saat itu si lelaki sedang berada di dalam rumah Ibu. Dia memang lelaki yang mentaati janji. Pada si istri dia berjanji untuk tidak lagi mengunjungi Ibu, dan itu memang dia taati. Pada Ibu dia berjanji akan membiayai Ibu dan Apin sampai Apin menikah atau sudah mempunyai penghasilan sendiri, itupun dia taati, walaupun dia harus menggunakan bantuan orang lain untuk memberi uang kepada Ibu. Tidak mengapa. Ibu tetap menghormati si lelaki. Ibu bahkan menyimpan foto si lelaki. Tidak segagah Pak Guru, tetapi dia lebih ganteng. Apin bangga kepada Ayah. Dia tahu benar cerita tentang Ayah. Hanya saja kepada semua teman Apin mengatakan bahwa Ayah sudah meninggal. Apin berharap Ayah tidak marah kalau tahu bahwa Apin mengatakan itu, karena Apin sangat ingin bertemu Ayah sekali saja lagi.
Dia ingin tahu, apakah Ayah mampu membelai hingga Apin tertidur seperti yang dilakukan Pak Guru. Apakah pelukan Ayah erat dan hangat seperti pelukan Pak Guru. Hanya itu yang Apin inginkan bila bertemu Ayah. Begitulah ketika SMA semua teman lelaki bersedia menemani dan mengajari Apin pelajaran Fisika. Apin merasa memang pantas dia membuka perlahan-lahan semua pakaian yang dia kenakan di depan mereka setelah selesai belajar fisika. Karena mereka pun akan membelai dan memeluk Apin persis seperti yang dilakukan Pak Guru. Entah mengapa, Apin tidak suka bila mereka meminta Apin merebahkan diri. Mungkin karena mereka tidak segagah Pak Guru. Setiap kali mereka meminta Apin merebahkan diri, Apin segera memunguti semua pakaiannya dan memakainya dengan bergesa-gesa. Bahkan sambil membuka pintu rumah lebar-lebar. Biasanya mereka akan takut bila Apin melakukan itu. Mereka akan berhenti mengejar Apin. Dasar anak SMA, rutuk Apin. Oleh Apin, mereka hanya dibolehkan memuaskan hasrat masing-masing ketika Apin membuka pakaian satu demi satu. Tidak lebih. Selain mereka memang tidak gagah, mereka juga seumur dengan Apin. Itu mungkin satu lagi penyebab mengapa Apin tidak mau merebahkan tubuh telanjangnya di dekat mereka. Apin selalu ingin dengan lelaki yang lebih tua. “Apin, tau tidak? Bahwa bilyar itu pelajaran fisika juga.” Apin hanya tersenyum saja. Dalam benak Apin saat itu, teman lelaki satu ini hanya ingin mencari pembenaran bahwa dia suka sekali main bilyar. “Pernah dengar istilah sudut datang sama dengan sudut pantul?” Siapa yang tidak pernah dengar istilah itu kalau suka fisika. Itu juga berlaku untuk sinar yang datang mengenai benda seperti kaca atau cermin. Itu membuat Apin menyimak kata-kata teman lelaki itu. “Kamu lihat saja meja bilyar itu. Ada karet sepanjang pinggir meja. Kalau bola meluncur ke pinggir meja dan menyentuh karet, maka akan memantul.”
Wah, benar juga dia, batin Apin. Sudut datang sama dengan sudut pantul. “Masih ingat lengkung parabolik benda bergerak?’ Itu juga ilmu fisika. Bagaimana sebuah benda yang dilemparkan dan melayang di udara akan membentuk lengkung parabolik. Itu disebabkan karena ketika benda tersebut dilemparkan, mendapatkan tenaga dari media pelempar, sehingga akan terangkat sedikit melawan gravitasi. Itu terus terjadi selama benda tersebut meluncur di udara. Kemudian ketika benda tersebut mulai kehilangan tenaga setelah meluncur beberapa saat, maka akan tertarik ke bawah oleh gravitasi. Keseluruhan gerakan tersebut bila dipandang secara horizontal akan terlihat membentuk lengkung parabolik. “Oke, tapi apa hubungan lengkung parabolik dengan bilyar?” Apin mulai keluar suara. “Kalau bola putih disodok dari atas maka sudut datang akan diwakili oleh stik. Karena bola putih tertekan, maka dia akan memantul sepanjang sudut pantul. Tetapi sudut pantul itu sekarang naik ke arah yang berlawanan dengan stik bilyar.” Benar juga, batin Apin. Tindakan itu akan menyebabkan bola putih seperti sedang terlempar. Tetapi sekarang arah dan kekuatan melayang bola putih itu sudah terkendali. Sehingga dapat diperhitungkan pula, kapan dia akan kehilangan tenaga dan tunduk pada hukum gravitasi. “Jadi dia bisa dibuat melompati bola lain?” “Ya.” “Kenapa harus melompati bola lain?” “Karena bola yang disentuh oleh bola putih harus berurutan dari 1 sampai 15.” “Berarti kalau sedang giliran harus menyentuh bola bernomor lain, dan ada bola dengan nomor lebih besar menghalangi, harus dilompati?” “Tak harus dilompati. Bisa memutar ke pinggir meja.” “Jadi kenapa harus melompati bola lain?”
“Kalau memutar ke pinggir meja akan beresiko menyentuh bola lain lagi.” “Wah seru ya?” “Jadi kapan kamu mau belajar main bilyar?”