1
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SLB N 01 BANTUL YOGYAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: DESSY HAPSARI 20120320191
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
2
3
Pengaruh Terapi Murottal Surat Al-Mulk Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial pada anak autis di SLB N 01 Bantul Yogyakarta 1
1
Dessy Hapsari, 2Romdzati Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY INTISARI
Latar Belakang: Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks secara khas muncul selama tiga tahun pertama kehidupan. Karakteristik yang dimunculkan seperti gangguan interaksi sosial, gangguan perilaku, dan gangguan komunikasi, gangguan respon kognitif. Rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia penyandang autisme. Oleh karena itu diperlukan suatu terapi baru untuk meningkatkan perkembangan pada anak autis. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh terapi murotal surat Al-Mulk terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak autis. Metode: Desain penelitian kuantitatif menggunakan metode pra eksperimental dengan pendekatan one grup pretest postest desain. Sampel yang digunakan sebanyak 12 autis dengan menggunakan total sampling. Data dianalis dengan uji Paired T-Test. Hasil: Hasil Penelitian dengan uji Paired-T-Test didapatkan bahwa pretest dan posttestterapi murotal dengannilaiρ-value sebesar 0,80 (ρ>0,05). Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh terapi murottal terhadap kemampuan interaksi sosial pada autis. Saran: Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah responden lebih banyak agar hasil yang dicapai lebih optimal serta ditambahkan kelompok kontrol. Kata kunci: Terapi Murotal, Kemampuan Interaksi Sosial, Autis
4
The Effect of Murottal Theraphy surah Al-Mulk toward Social Interaction in Autism in SLB N 01 Bantul Yogyakarta 1
Dessy Hapsari, 2Romdzati Student of Nursing Academic University Muhammadiyah Yogyakarta 2 Lecturer of Nursing Academic University Muhammadiyah Yogyakarta 1
ABSTRACT Background: Autism is a disturbance of complex developmental that is typically appears during the first three years of life. The characteristic that is appeared are disturbance of social interaction, disturbance of behavior, disturbance of communication, disturbance of cognitive response. The average rate of autism the word is 6/1,000 people in the world with autism. Therefore we need a new therapy to improve the growth of children autism. Objective: To know the effect of murottal Surah Al-Mulk toward the ability social interaction. Methods: The study is quantitative using pra experimental method with one grup pretest posttest design.Total sampling was conducted to choose 12 autism. Data was analized by Paired T-test. Results: The results of the Paired T-test was murottal theraphy of pretest and posttest is ρ-value 0.80 (ρ>0.05). Conclusion: This study showed that there was no effect of murottal theraphy toward the ability of social interaction among autism children Suggestion: For the next research, the researcher should include the control grup, and add the number of respondents Keywords: murottal therapy, social interaction ability, autism
5
drastis pada tahun 2000 yaitu sekitar
PENDAHULUAN Autis merupakan salah satu
60 per 10.000 kelahiran.
gangguan tumbuh kembang anak yang
berupa
akibat
sekumpulan
adanya
kelainan
Center for Disease Control
gejala
(CDC) Amerika Serikat pada tahun
syaraf
2014
menyatakan
bahwa
tertentu yang menyebabkan fungsi
perbandingan autisme pada anak usia
otak tidak dapat bekerja secara
delapan
normal
autism adalah 1:80.2
sehingga
mempengaruhi
tumbuh kembang serta kemampuan
tahun
yang
Prevalensi
terdiagnosa
di
komunikasi, perilaku, kognitif dan
terdapat
interaksi sosial.1
rentang usia 5-19 tahun. Jumlah anak
Menurut
United
Nations
yang
112.000
Indonesia
berumur
anak
5-19
tahun
di
Educational, Scientific and Cultural
Indonesia
Organization
jiwa.3Selama 2008 – 2013 terjadi
(UNESCO)
angka
mencapai
dengan
66.000.805
penyandang autisme pada tahun 2011
peningkatan
tercatat 35 juta orang penyandang
autis sekitar18,67%.
autism di dunia. Rata-rata 6 dari
jumlah autis setiap tahunnya akan
1000 orang di dunia penyandang
mengalami peningkatan sebesar 5%.
autisme. Data WHO menyatakan
Di Indonesia, pada 2010 jumlah
bahwa
penderita
penyandang
autisme
jumlah
autis
penyandang 4
Diperkirakan
diperkirakan
diperkirakan berjumlah sekitar 4-6
mencapai 2,4 juta jiwa. Hal itu
per 10.000 kelahiran dan meningkat
berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).5
6
Jumlah kasus autis mengalami
umur 11-18 tahun. SLB N 01 Bantul
peningkatan yang signifikan tahun
mulai dari jenjang SD sampai SMP.
2008 rasio anak autis 1 : 100 di tahun
Observasi studi pendahuluan yang
2012 terjadi peningkatan 1 : 88 orang
dilakukan melalui wawancara, 92%
anak yang mengalami autis dengan
penderita autis mengalami gangguan
jumlah
Indonesia
interaksi sosial. Gangguan interaksi
mencapai 237,5 juta orang. Jumlah
sosial seperti menolak kontak mata,
penderita
serta
penduduk
autis
di
Indonesia
menghindar
saat
diajak
diperkirakan mengalami penambahan
berkomunikasi dengan orang lain.
sekitar 500 orang setiap tahun.
Namun pada siswa yang sudah
Jumlah prevalensi di seluruh penjuru
sekolah sudah lama serta melakukan
dunia semakin meningkat, begitu
terapi rutin mulai mampu diajak
juga di Indonesia. Berdasarkan studi
berkomunikasi 1 arah. Di SLB N 1
pendahuluan yang peneliti lakukan
Bantul tersebut sudah dilakukan
pada 28 November 2015 di SLB
beberapa macam terapi seperti terapi
Negeri 01 Bantul Yogyakarta jumlah
Applied Behavior Analysis (ABA)
anak sebanyak 16 orang dan 3 non muslim yang terbagi menjadi 2 ada
METODE
kelas, kelas A dan kelas B. Pelajaran
Jenis
penelitian penelitian
ini
adalah
dimulai sejak pukul 07:00-11:00
penelitian
kuantitatif
WIB. Kelas A berjumlah 9 siswa dan
menggunakan Pra Eksperiment (One
siswa B berjumlah 7 siswa. Kelas A
group pra-post design). Populasi
dari umur 6,5-9 tahun. Kelas B dari
dalam penelitian ini adalah 16 siswa
7
di SLB N 01 Bantul , sedangkan
manfaat penelitian serta dimintai
sampel
sesuai
untuk mengisi informed consent,
dengan kriteria inklusi dan ekslusi,
kemudian setelah itu responden dapat
yaitu sebanyak 12 orang dengan
dilakukan dengan diberikan terapi
teknik
murottal.
yang
total
digunakan
sampling.
Lokasi
Orangtua
responden
penelitian di SLB N 01 Bantul
mengisi kuesioner sebelum (pre-test)
Yogyakarta bulan Mei hingga Juni
dan setelah (post-test) .
2016.
Uji validitas dilakukan di Instrumen penelitian berupa
SLB Bina Anggita Banguntapan
Audio murrotal bacaan surat Al-
Yogyakarta dilakukan pada 22 autis
Mulk, Tipe recorder. Serta kuesioner
April 2016 menggunakan Pearson
ATEC Interaksi Sosial. Pelaksanaan
Product Moment dan didapatkan 19
dimulai dengan meminta izin kepada
dari 20 pernyataan dinyatakan valid,
pihak sekolah dan orang tua. Serta
sedangkan 1 pernyataan tidak valid,
menjelaskan jalannya dan durasi
sehingga dihilangkan. Uji reliabilitas
penelitian.Kemudian mengumpulkan
kuesioner ATEC Interaksi Sosial
anak
menggunakan Cronbach Alpha dan
autis
Orangtua
sebelumnya responden
penjelasan mengenai
dimulai. diberikan
tujuan dan
didapatkan nilai reliabilitas 0,93.
8
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik responden di SLB N 01 Bantul Yogyakarta berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan Karakteristik 1. Usia Usia sekolah (6-12 tahun) Usia remaja (13-18 tahun) Jumlah 2. JenisKelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 3. Tingkat pendidikan SD SMP Jumlah
Berdasarkan pada tabel di atas,
Jumlah
%
8 4 12
66,7 33,3 100
8 4 12
66,7 33,3 100
7 5 12
58,3 41,7 100
mengikuti terapi 10 kali hanya 1
karakteristik responden berdasarkan
siswa
usia paling banyak usia sekolah yaitu
responden mengikuti terapi 8 kali
8 orang (66,7%) dan usia pubertas
yaitu 3 siswa (25%). Responden
sebanyak
(33,3%).
yang mengikuti terapi 2 kali, terapi 3
Karakteristik responden berdasarkan
kali, terapi 5 kali, dan terapi 7 kali
jenis kelamin yaitu laki-laki 8 orang
masing masing 2 siswa (16,7%).
4
orang
(66,7%) dan perempuan 4 orang (33,3%).
Karakteristik
berdasarkan
tingkat
responden pendidikan
paling banyak SD, yaitu 7 orang (58,3%), SMP 5 orang (41,7%). Berdasarkan
tabel
2
menunjukan bahwa responden yang
(8,3%).
Paling
banyak
9
Tabel 2 Data rerata hasil pre-test dan post-test kemampuan interaksi sosial anak autis dengan intensitas terapi. Intensitas terapi N Persentase (%) Mean pre-test post-test Terapi 2 kali 2 16,7 18,0 29,5 Terapi 3 kali 2 16,7 18,5 15,5 Terapi 5 kali 2 16,7 12,5 13,0 Terapi 7 kali 2 16,7 10,5 25,0 Terapi 8 kali 3 25,0 24,3 26,0 Terapi 10 kali 1 8,3 18,0 27,0 Total 12 100 17,5 22,5 Sig 0,80 Tabel 3 Hasil uji statistik kemampuan interaksi sosial anak autis pre-test-post-test kelompok intervensi terapi murottal Karakteristik N Mean P Pre-test 12 17,5 0,80 Intervensi Post-test 12 22,58
Perlakuan terapi murottal surat
menunjukkan
bahwa
tidak
ada
Al-Mulk diberikan kepada anak autis
pengaruh terapi murottal terhadap
sebanyak 10 kali memberikan hasil
kemampuan interaksi sosial anak
berupa tidak ada perbaikan bermakna
autis di SLBN 01 Bantul.
pada respon kognitif yang diukur dengan kuisoner ATEC. Tabel 3
PEMBAHASAN
menunjukkan
Berdasarkan
bahwa
anak
autis
tabel
1
umur
mengalami peningkatan skor ATEC
responden yang paling banyak adalah
yang tidak signifikan setelah diberi
usia
perlakuan.
6-12
tahun,
yaitu
statistik
terhadap
sebanyak 8 anak (66,7%). Pada
dan
post-test
negara maju, periode usia sekolah ini
menunjukan bahwa tidak terdapat
dimulai saat anak memasuki sekolah
pebedaan
yang
dasar pada usia 6 tahun. Masa remaja
ini
yang terjadi pada usia 12 tahun
mean
Uji
sekolah
pre-test
bermakna
respon
kognitif
(p=0,80).
Hal
10
menandakan
akhir
dari
masa
kategor
cukup
setelah
diberikan
pertengahan9. Berdasarkan analisa
perlakuan. Dilihat dari hasil pre-test
bivariat pada hasil uji Paired T-Test
7 orang yaitu 41,2 menjadi 41,2. Penelitian yang dilakukan 6juga
kemampuan interaksi sosial pre-test dan
post-test
pada
responden
menunjukan bahwa terapi musik
menujukan bahwa nilai probabilitas
mempunyai
pengaruh
Sig. (2-tailed) sebesar 0,80 (ρ>0,05).
peningkatan
kemampuan
Hal ini menunjukkan bahwa nilai
pada anak autis yang diberikan terapi
tersebut tidak terdapat pengaruh
musik selama 30 menit dalam waktu
terapi murottal terhadap interaksi
10
sosial anak autis di SLB N 01 Bantul.
kemampuan
hari
mengalami bahasa
terhadap bahasa
peningkatan pada
anak
Penelitian ini sejalan dengan
autisme dapat dilihat pada hasil
penelitian7juga menunjukkan bahwa
observasi yaitu terdapat 10 anak
terapi dengan metode glend doman
yang
mempunyai
terhadap
kemampuan bahasa dari 15 anak
sosial.
yang dijadikan sampel. Penelitian7
Walaupun penelitian ini terdapat
juga menunjukan bahwa terapi musik
pengaruh namun sedikit signifikan.
mempunyai
Hal ini bisa dilihat dari þ value
interaksi sosial anak autis dengan
sebesar 0.001 (p < 0,05) sehingga
melakukan terapi pada jam 10.00-
dapat diartikan terdapat pengaruh.
11.00 selama 60 menit setiap hari,
Mayoritas
memiliki
satu minggu enam hari selama satu
kemampuan interaksi sosial dalam
bulan. Dilihat dari hasil nilai pre-test
kemampuan
pengaruh interaksi
anak
autis
mengalami
pengaruh
peningkatan
terhadap
11
dan post-test yaitu 1,83 dan 1,42
merawatnya
dengan nilai p=0.017.
tinggal bersama dalam satu atap.
Pada
penelitian
murottal
ini
kurang
dari usia
dini
dan
terapi
Bahkan pada saat proses penelitian
cukup
terdapat
satu
orangtua
yang
mempengaruhi kemampuan interaksi
mengajak responden pulang. Waktu
sosial pada anak autis, hal ini
responden disekolah untuk terapi
dikarenakan banyaknya hal yang
hanya 12 menit sehari. Orangtua
dapat mempengaruhi keberhasilan
yang melaksanakan terapi secara
terapi
intensif
pada
autis,
antara
lain
dukungan orangtua dan usia.
kepada
anaknya
akan
memperoleh hasil yang memuaskan
Dukungan orangtua memegang
karena anak menunjukkan kemajuan
peranan penting dalam kemajuan
terapi yang sangat pesat.8Bentuk
terapi
peranan orangtua terhadap kemajuan
anak
autis.
Kebersamaan
orangtua lebih banyak dengan anak
terapi
dibandingkan kebersamaan terapis.
bekerjasama dengan terapis dengan
Orangtua merupakan orang yang
cara melanjutkkan program terapi
paling kenal dan terdekat dengan
dirumah.
anak.
Waktu
pemberian
terapi
salah
Penelitian
satunya
yang
adalah
dilakukan
murottal berlangsung ada beberapa
6
responden yang tidak didampingi
mengalami kemajuan lebih tinggi
oleh
pada
pihak
orangtua,
melainkan
persentase
terapi
respondenyang
yang
tidak
menjalani
didampingi oleh pengasuhnya. Akan
terapis dengan orangtua yang tidak
tetapi
mendukung pelaksanaan yaitu 87,5
pengasuhnya
ini
sudah
12
% dibandingkan dengan orangtua
Yogyakarta
22,8%.
statistik
terdapat
menunjukkan nilai p=0,000 maka
remaja.
dapat
Hasil
uji
disimpulkan
usia
sekolah
bahwa
dan
usia
ada
Siswa autis usia sekolah di
hubungan yang signifikan antara
SLB N 01 Bantul adalah 6-12
peran orangtua dengan kemajuan
tahun.Pada waktu pemberian terapi
terapis. Penelitian ini menunjukkan
masih banyak siswa yang tidak
bahwa peran orangtua adalah faktor
merespon ketika dipanggil namanya
yang
terhadap
dan saat diajak berinteraksi sosial.
keberhasilan treatment pada anak
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
autis.
anak
paling
Bentuk
bahwa
menujukkan
besar
dukungan
usia
sekolah
yang
harus
orangtua
mengatasi perubahan dalam seluruh
terhadap kemajuan terapi anak autis
area perkembangan. Perubahan ini
salah satunya adalah bekerjasama
mungkin dapat mengakibatkan strees
dengan terapis dirumah. Anak autis
anak. Salah satu area perkembangan
membutuhkan
tersebut
bimbingan
dan
adalah
keterampilan
dukungan yang lebih dari orangtua
interaksi sosial, anak usia sekolah
dan lingkungannya untuk tumbuh
harus
kembang anak agar mandiri, mampu
perkembangan
berkomunikasi,
meningkatkan pemikirannya.11
bersosialisasi
dan
pengelolaan perilaku.10
memenuhi
tantangan
kognitif
untuk
Siswa autis usia remaja di
Hasil observasi yang peneliti
SLBN 01 Bantul adalah 13-18 tahun.
lakukan selama di SLB N 01 Bantul
Hasil observasi saat penelitian siswa
13
autis usia remaja mempunyai respon
Teori
mengatakan
bahwa
kognitif lebih baik dari siswa autis
gejala autis sebelum usia 3 tahun
usia sekolah. Hal ini terbukti ketika
yakni mencakup interaksi sosial,
pemberian terapi anak autis usia
komunikasi dan gangguan perilaku
remaja banyak yang merespon ketika
serta
dipanggil namanya, jarang tersenyum
penatalaksanaan terapi setelah usia 5
dan menghindari saat diajak kontak
tahun hasilnya akan berjalan lebih
dengan oranglain. Hal ini mungkin
lambat, karena itu terapi sebaiknya
dikarenakan perubahan yang terjadi
dilakukan dari usia dini jauh lebih
pada
baik.6
pola
pikir
remaja
yang
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa.11 Usia anak autis di SLB N 01
kognitif.
Penelitian
Sebaliknya,
yang
dilakukan
selama ini hanya 2 jam dalam 10 hari, dengan durasi 09 menit 45
Bantul yaitu diatas 5 tahun. Pada usia
detik.
Dalam
2-5 tahun merupakan usia yang
murottal
sangat ideal untuk menangani anak
sebagian besar responden tidak rutin
dengan autis. Prinsip penanganan
masuk sekolah setiap hari. Hal ini
sedini mungkin jauh lebih baik
dikarenakan banyak responden yang
daripada intervensi yang diberikan
tidak teratur dalam mengikuti terapi.
terlambat. Penanganan secara dini
Hal
justru dapat menguntungan untuk
responden
mengatasi masalah perkembangan
menyelesaikan ujian kenaikan kelas.
anak autis.
Dilihat dari tabel 3 menunjukkan
ini
pemberian
terdapat
variasi
dikarenakan sudah
terapi karena
beberapa selesai
14
hanya 1 responden (8,3%) yang
kemajuan
mengikuti terapi 10 kali. Kemudian
pelaksanaan terapi yang tidak intents
sebanyak 3 responden (25%) yang
yaitu
mengikuti terapi 8 kali. Responden
pelaksanaan
terapi
21,2%.
yang mengikuti terapi 2, 3, 5 dan 7
penelitian6
hasil
uji
kali
menunjukkan nilai p=0,031 maka
masing-masing
responden
lebih
56,3%
tinggi
pada
dibandingkan
statistik
(16,7%). Pemberian terapi pada hari
dapat
pertama responden terlihat tidak
hubungan yang signifikan antara
kooperatif, ada beberapa responden
intensitas terapi dengan kemajuan
bila dipanggil tidak merespon serta
terapi.
tidak menunjukkan kontak mata.
disimpulkan
Pada
Teori
bahwa
Lovaas
ada
(1987)
Bahkan ada responden yang marah,
menjelaskan bahwa terapi anak autis
jarang
selalu
dilaksanakan 30-40 jam dalam satu
dengan
minggu. Terapi autis yang dilakukan
oranglain. Hari keenam responden
kepada anak harus dilakukan secara
yang mengikuti terapi penuh sudah
intensif. Semakin intensif anak autis
mulai
mendapatkan terapi maka semakin
senyum
menghindari
seperti
dan
kontak
memperlihatkan saat
perubahan sudah
besar mengalami kemajuan terapi.
merespon, terlihat menunjukkan ada
Terapi formal dilakukan 4-8 jam
kontak mata dan tersenyum. Hal ini
sehari,
sejalan
melanjuttkan terapi dirumah selama
dengan
dipanggil
penelitian
yang
dilakukan oleh6 yaitu persentase terapi
yang
tidak
mengalami
kemudian
2 jam dalam sehari.
keluarga
15
Hal
ini
didukung
oleh
mengalami autis derajat berat yaitu
penelitian12 terapi yang intensif dan
76,8%. Hasil uji statistik menunjukan
terpadu merupakan salah satu kunci
nilai
keberhasilan terapi pada penyandang
disimpulkan ada hubungan yang
autis.
formal
signifikan antara derajat autis dengan
sebaliknya dilakukan antara 4-8 jam
kemajuan terapi. Semakin ringan
sehari.
gangguan
Terapi
secara
Sebuah
penelitian
yang
ρ=0,005
autis
maka
maka
dapat
kemajuan
dilakukan Shoppler, membandingkan
terapi akan cepat tercapai. Penelitian
40
yang
anak
autis
yang
telah
dilakukan13
menghasilkan
mendapatkan terapi selama 2 tahun.
kesimpulan bahwa dua faktor yang
Dua belas dari 20 anak a terapi
berpengaruh secara statistik terhadap
intensif 30-40 jam per minggunya.
lama pencapaian tingkat keberhasilan
Hal
terapi adalah tingkat gangguan autis
ini
menunjukkan
bahwa
perkembangan dan kemajuan dari
dan terapi di luar.
luar biasa .
Kemajuan
Dalam penelitian ini, tidak terdapat
yang
dalam
treatment dipengaruhi oleh berat
menunjukan
ringannya derajat kelainan. Semakin
tingkat atau derajat gangguan autis
berat derajat kelainannya, semakin
pada siswa autis di SLBN 1 Bantul.
sulit berkembang menjadi normal,
Penelitian
dilakukan
akan tetapi perlu diingat bahwa
mengungkapkan persentase terapi
seringan apapun kelainannya, anak
6
data
anak
yang
yang tidak mengalami kemajuan paling tinggi pada responden yang
tetap
harus
ditangani
agar
16
gangguannya tidak berubah menjadi
test dan post-test pada kelompok
lebih berat.14
intervensi
SIMPULAN DAN SARAN
nilai probabilitas Sig. (2-tailed)
Kesimpulan
sebesar 0,80 (P>0,05). Hal ini
1.
Data demografi menunjukkan
menunjukkan
hasil,
tersebut tidak terdapat pengaruh.
dengan
mayoritas usia
responden
sekolah
(6-12
tahun), jenis kelamin mayoritas
bahwa
nilai
1.
Peneliti Menjadi
pengalaman
mayoritas Sekolah Dasar (SD).
berharga
Berdasarkan
hasil
menambah pengetahuan tentang
kemampuan
interaksi
distribusi
bagi
peneliti
dan
sosial
penatalaksanaan anak autis dan
sebelum dilakukan terapi rata-
khususnya untuk meningkatkan
rata 17,5 pada pre-test dan
kemampuan interaksi sosial anak
setelah diberikan terapi murottal
autis di Sekolah Luar Biasa
rata-rata 22,58 pada post-test.
(SLB) N 01 Bantul Yogyakarta.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya sedikit peningkatan dari
3.
bahwa
Saran
laki-laki, dan tingkat pendidikan
2.
menujukan
2.
Bagi Ilmu Keperawatan Hasil
penelitian
ini
sebelum dilakukan dan setelah
diharapkan
dapat
dijadikan
dilakukan.
masukan
bagi
praktik
Berdasarkan hasil uji Paired-T-
keperawatan
agar
dapat
Test
memperhatikan
bahwa
terapi
menunjukkan
bahwa
kemampuan interaksi sosial pre-
khusus bagi penyandang autis
17
sehingga autis tersebut dapat
diberikan
mendapatkan
akan tetapi juga dilanjutkan
terapi
sesuai
dengan kebutuhan dan dapat
dirumah
mengurangi
pelaksanaan
gangguan
dalam
bersosialisasi. 3.
disekolah
serta terapi
waktu lebih
lama.
Bagi institusi pendidikan Dapat
digunakan
sebagi
DAFTAR PUSTAKA
acuan dalam pemberian terapi
1.
pada anak autisme khususnya
2.
pada penerapan terapi murottal di sekolah. 4.
saat
Peneliti Selanjutnya a.
Hasil penelitian ini dapat digunakan dasar
sebagai
untuk
data
penelitian
selanjutnya
jika
memungkinkan jumlah
3.
4.
dengan
responden
yang 5.
lebih banyak agar hasil yang dicapai lebih optimal. b.
Untuk peneliti selanjutnya Sebaliknya pemberian terapi murottal
tidak
hanya
6.
Sunu, C. (2012). Unclocking Autism. Center for Disease Control and Prevention (2014). Community Report on Autisme from the Autism and Development Disabilities Monitoring Network. Diakses 6 Juni 2015, dari http://www.cdc.gov/ncbdd/auti sm/states/comm_report_autism _2014.pdf. Hazliansyah.(2013). 112.000 Anak Indonesia Diperkirakan Menyandang Autis.Republika Online. Syarir (2012). “Epidemiologi Autisme”. Available from http://kesehatan.kompasiana.co m/ibudananak/2011/08/16/epid emiologiautisme. Anonim (2013).Jumlah anak autis melonjak, Indonesia, 2013. http://www.binaautis.org/2013/ 01/jumlah-anakautismelonjak.html. [22 Agustus 2013]. Minropa. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terapi Anak
18
7.
8. 9.
10.
11.
Autis di Kota Padang, Thesis, Universitas Andalas, Padang. Sumaja, H.W. (2014). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Komunikasi Verbal pada Anak Autism di SLB Autis Permata Bunda Payamkumbuh: ilmu keperawatan FK-UMSB diakses pada http:// pada tanggal 14 Juni 2015 Priyatna. (2010). Amazing Autism.Jakarta:Gramedia Dahlan, M.S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Agustin. (2008). 12Terapi Autis. Yogyakarta: Pustaka Anggrek Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan (7th ed). Jakarta: Salemba Medika
12.
13.
14.
Kustiani, R., Santoso, R. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan terapi perilaku pada anak autis. Diakses dari file:///User.Novi/Download/fak torfaktor20%yang20%mempenga ruhi%20terapi20%.pdf Lestari, Y.P. (2011). Pengaruh Senam Otak terhadap Kualitas Interaksi Sosial pada Anak Autis. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ginanjar, A.S. (2010). Memahami Spektrum Autistik secara Holistik. MAKARA of social Sciences and Humanties Series, 11(2), 87-88 Husnaini.(2013). Hubungan Antara Traits Kepribadian Ibu dan Kemajuan Treatment Anak-Anak Autisme.Skripsi strata satu, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.