TRETODA (Treasure To Fight Drugs) PERMAINAN EDUKATIF BERBASIS POTENSI LOKAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA STUDI KASUS ANAK-ANAK DESA NGESTIREJO KABUPATEN GUNUNGKIDUL
KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA BERPRESTASI Diusulkan oleh:
Muhammad Iqwan Sanjani
NIM. 12004288
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2016
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Kekurangan dan keterbatasan yang mungkin ada dalam karya tulis ini sangatlah penulis sadari sepenuhnya. Namun, penulis berharap agar karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas di berbagai lapisan, baik di bidang akademik maupun di bidang Non-akademik. Sebagai mahasiswa pendidikan, isu narkoba yang menjadi tema karya tulis ilmiah ini adalah salah satu bentuk perhatian dan kontribusi penulis terhadap usaha pendidikan untuk membebaskan generasi penerus bangsa dari jerat narkoba. Penulis berharap bahwa karya tulis ini tidak saja ditulis untuk melengkapi persyaratan seleksi mahasiswa berprestasi tetapi juga sebagai kajian yang berkelanjutan di masa depan, baik untuk studi penulis sendiri maupun untuk kebermanfaatan masyarakat luas. Penulis mengucapkan ribuan terimakasih terhadap seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan karya tulis ini. Tanpa dukungan dari pihak-pihak tersebut karya tulis ini tidak akan bisa terselesaikan secara maksimal. Akhir kata penulis meminta permohonan maaf yang sebesarbesarnya jika ada kekurangan atau kesalahan dalam konten karya tulis ini.
Yogyakarta, 10 April 2016
Penulis
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i LEMBAR PENGESAHAN --------------------------------------------------------- ii KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------- iii DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- iv DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------- v RINGKASAN ------------------------------------------------------------------------- vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ---------------------------------------------------------------- 1 1.2 Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------- 2 1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif -------------------------------------------- 2 1.4 Tujuan -------------------------------------------------------------------------- 3 1.5 Manfaat Penulisan ------------------------------------------------------------ 3 1.6 Metode Penelitian -------------------------------------------------------------- 3 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Narkoba di Indonesia ---------------------------------------------------------- 4 2.2 Penegakan Hukum untuk Kasus Narkoba di Indonesia ------------------ 6 2.3 Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia ---------- 7 2.4 Konsep Permainan dalam Pembelajaran ----------------------------------- 8 2.5 Konsep Baru yang Ditawarkan ---------------------------------------------- 9 BAB III ANALISIS DAN SINTESIS----------------------------------------------- 15 3.1 Pemasalahan Narkoba di Indonesia ------------------------------------------- 15 3.2 Permainan Edukatif Sebagai Solusi ------------------------------------------- 16 BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI ----------------------------------- 19 DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------- vii
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Daftar Jenis Korban Berdasarkan Jenis Obat-obatan
4
Gambar 2 Konsep Permainan
10
Gambar 3 Puzzle Anti Narkoba
13
Gambar 4 Skema Penerapan dan Pengembangan Permainan
17
v
SUMMARY In Indonesia, drug abuse becomes the most problematic issue in recent decades. The problems are basically rooted in two fundamental aspects covering the ineffective prevention and the increasing number of victims year by year. The increasing number of victims is a valid proof that preventive and curative attempts to fight drugs do not achieve its demanded goals. In terms of preventive action, for example, the efforts are started from multiple aspects such as education, social and many other area intended to forcibly stop the flows of drug abusers. In the other hand, the curative aspect has been done by maximizing law enforcement which aims at giving a severe punsihment for drug sindicates, sellers and distributors. However, these two efforts do not work quite effectively as children, youth and students becomes the inevitable targets of drugs abuse. Thus, better and more comprehensive actions should be improved and added to endlessly fight drugs. The researcher formulates one research question; how would local potential based game be effective to prevent drugs abuse? This paper is a revolutionary idea aiming at preventing more cases of drug abuse using game as an approach to inject moral and character building. This paper uses qualitative method with interview and type data source. The method of interview is non-structural interview where the selected respondents with particular understanding are interviewed. The type data sources come from literature sources such as books, scientific journal, reports, news, articles and other online sources. In addition, case study is performed in this paper in which Ngestirejo, Gunungkidul becomes the setting and the place of the study. This place is choosen because of some important reasons. First and the most important reason is the high rate of drug and HIV cases. At least, 25 cases of HIV and 5 cases of drug were found in Ngestirejo. These data are obtained from the interview and observation with some people’s representative of the village. Second, the education quality of children is categorized low as most of teenagers were graduated from elementary and junior highschool only. Moreover, with a very minimum education background, many of them decided to work in big cities such as Jogjakarta and Jakarta. This factor is believed as one of the influential triggers of drug abuse since teenagers do not have complete information about the danger of drug and right decision making in rationalizing and confirming the impact of drug. Thus, educating them in a different way would be best applied in that particular condition. Game is regarded as one of the most effective methods to assisst student in understanding particular learning material. This paper outlined the effectiveness of game as a media of teaching and learning namely Tretoda (Treasure to Fight Drugs). Tretoda is a combination of traditional games and researcher’s selfconstructed concept which is based on local potentials. The use of game, in this case, is adjusted with the charactertistics of children who are passionate to do challenging and fun activities which involve mental and physical activites. This condition would allow children to indrectly learn from what they do which will
vi
further push indirect intake to children minds. In short, injecting anti-drugs value can be done more effectively and fun.
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan ancaman nyata bagi bangsa Indonesia. Didalam undang-undang No. 35 tahun 2009, definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbullkan ketergantungan. Selain narkoba, psikotropika juga memiliki sifat yang sama. Psikotropika atau zat obat baik alami atau sintetis bukan narkotik yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (Badan Narkotika Nasional, 2012). Dari definisi di atas, penggunaan narkoba berdampak pada perubahan kondisi tubuh akibat pengaruh zat kimia yang memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan sensasi dan kenikmatan tertentu yang berujung kepada ketergantungan untuk terus mengkonsumsinya secara berkelanjutan. Jumlah pengguna narkoba terus bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah ini meliputi pengguna dari segala level usia yang berbeda mulai dari remaja hingga orang dewasa. Hasil penilitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa angka prevalensi pengguna narkoba di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 5,8 juta jiwa sedangkan pada tahun 2014 mencapai 4 juta jiwa (Merdeka.com, 2014). Selain itu Troels Vester, koordinator PBB untuk kejahatan narkoba United Nation Office on Drug and Crime (UNODC) mengungkapkan bahwa Indonesia telah menjadi jalur utama penyelundupan narkoba. Data tahun 2011 mencatat bahwa ada sekitar 3,7 sampai 4,7 juta pengguna narkoba di Indonesia (dw.com, 2015). Hal ini telah cukup membuktikan bahwa Indonesia dalam kondisi darurat narkoba dimana tindakan pencegahan dan penanggulangan dari segala lini harus terus menerus di lakukan. Pemerintah Indonesia merancang program untuk merehabilitasi sekitar 100.000 pengguna narkoba setiap tahunnya (dw.com, 2015). Lebih jauh, pemerintah juga telah melakukakan penangan secara psikososial, konseling, terapi
1
kelompok dan lain lain untuk menyembuhkan dan merehabilitasi para pengguna. Selain itu melalui aturan undang-undang, penyenlundup, pengedar, bandar atau sindikat narkoba dapat dijerat dengan hukuman yang sangat berat dan bahkan hukuman mati. Dalam hal penanganan korban dan penegakan hukum yang bersifat kuratif, pemerintah telah menunjukkan kinerja yang patut di apresiasi. Namun, tindakan pencegahan masih harus ditingkatkan lagi. Pencegahan merupakan tindakan yang lebih efektif untuk memberantas narkoba, akan tetapi dewasa ini kurang nya kreatifitas dan keterbatasan sumber daya manusia membuat proses dan metode pencegahan menjadi kurang menarik dan efektif. Badan Narkotika
Nasional
telah
menyampaikan
tujuh
langkah
pencegahan
penyalahgunaan narkoba dimana salah satu rekomendasi tersebut adalah menjalin kerjasama dengan sekolah atau universitas melalui pendidikan (bnn.go.id, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa pencegahan sejak dini melalui pendidikan merupakan salah satu upaya terbaik yang dapat ditempuh.
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas munculah sebuah rumusan masalah. Rumusan masalah dari karya tulis ini ialah : Bagaimana permainan edukatif berbasis potensi lokal dapat mencegah penggunaan narkoba di Desa Ngestirejo Kabupaten Gunungkidul ?
1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif Permainan Tretoda merupakan sebuah gagasan kreatif dalam usaha pencegahan narkoba. Permainan ini merupakan sebuah metode pembelajaran untuk anak-anak berbasis pada potensi lokal yang digabungkan dengan konsep permainan buatan penulis. Metode permainan ini bertujuan untuk menanamkan karakter dan membentuk kepribadian yang berkualitas, cerdas dan bebas dari narkoba.
2
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1
Tujuan Tujuan dari karya tulis ini ialah untuk mengetahui bagaimana permainan edukatif berbasis potensi lokal dapat mencegah penggunaan narkoba di Desa Ngestirejo Kabupaten Gunungkidul.
1.4.2 1.
Manfaat Sebagai rekomendasi dan pertimbangan untuk Pemerintah melalui kementrian hukum dan ham dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
2.
Sebagai rekomendasi dan pertimbangan Badan Narkotika Nasional dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba
3.
Sebagai upaya untuk memperkaya dan memperbanyak referensi dan metode dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.
1.5 Metode Metode penulisan karya tulis ini menggunakan tinjauan pustaka, wawancara tidak terstruktur dan observasi lapangan. Sumber pustaka berasal dari buku, jurnal ilmiah, koran, majalah dan sumber online yang terpercaya. Sedangkan wawancara dan observasi dilakukan pada tanggal 1-15 April 2016 di desa Ngestirejo Kabupaten Gunungkidul. Wawancara dilakukan dengan ketua RW, Kepala UPT Puskesmas Tanjungsari dan Kepala Dukuh setempat sedangkan observasi dilakukan guna mendapatkan detail informasi mengenai potensi, jumlah anak-anak, latar belakang, dan karakteristik anak-anak tersebut guna menentukan sebuah metode permainan yang sesuai sebagai konsep yang akan ditawarkan untuk pencegahan penyalahgunaan narkoba di wilayah tersebut.
3
BAB II TELAAH PUSTAKA 1.1 Narkoba di Indonesia Penggunaan obat-obatan terlarang terus merajalela di Indonesia. Pengaruh obat-obatan ini terus menggerogoti bangsa Indonesia. Yang lebih memprihatinkan 22 persen pengguna narkoba berasal dari kalangan remaja dan anak usia sekolah (Antaranews, 2014). Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari berbagai macam jenis obat-obatan terlarang, pengguna crystalline methampetamine mencapai 1,2 juta orang, ekstasi sejumlah 950 ribu orang, 2,8 juta pengguna cannabis atau ganja dan sekitar 110 ribu pengguna heroin (Vester, 2015). Selain itu berbagai macam narkoba jenis baru juga bermunculan dewasa ini.
Gambar 1. Daftar korban berdasarkan jenis obat-obatan (Sumber: bnn.go.id) Selain berdasarkan jenis dan macam nya, Badan Narkotika Nasional juga melakukan penggolongan berdasarkan propinsi dengan jumlah tertinggi pengguna narkoba. Menurut survey yang dilakukan oleh BNN, ada lima provinsi yang paling rawan dengan kasus narkoba. Peringkat pertama diduduki oleh DKI Jakarta dengan angka prevalensi tertinggi pada tahun 2011 yaitu 7,01 persen. Peringkat kedua diduduki oleh Kalimantan Timur dengan jumlah kasus sekitar 59.195 atau dengan angka prevalensi 3,07 persen dan selanjutnya berturut-turut diduduki oleh Sumatra utara dengan 3,06 persen, Kepulauan Riau dengan 2,94 persen dan DI
4
Yogyakarta dengan 2,37 persen (Tempo, 2014). Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan dimana kota-kota besar di Indonesia sebagai objek vital nasional menjadi daerah yang paling rawan akan penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, penegakan hukum dan pencegahan dari berbagai lini harus terus di lakukan untuk menekan angka pengguna narkoba. Hasil observasi dan wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Ngestirejo khususnya di wilayah padukuhan mrico didapati hasil yang cukup mengejutkan. Dimana di wilayah Mrico setidak nya ditemukan 25 kasus HIV dan 5 kasus narkoba. UPT Puskesmas Tanjungsari pun mengkonfirmasi dan membenarkan laporan tersebut. Dibandingkan dengan wilayah lain, Desa Ngestirejo menjadi desa dengan jumlah kasus HIV dan Narkoba terbesar. Disisilain, wilayah-wilayah seperti ini kurang mendapat perhatian dan cenderung tidak tersentuh. Tindak lanjut yang dilakukan hanya sebatas penegakan hukum oleh pihak berwajib yang bersifat kuratif bukan preventif. Selain itu, tindakan-tindakan pencegahan dirasa kurang menyentuh masyarakat lapisan bawah. Rendah nya tingkat pendidikan menjadi faktor lain yang menghambat proses pencegahan. Sebagian besar remaja dan anak-anak diwilayah tersebut hanya lulusan SMP dan SD, hanya sedikit sekali yang melanjutkan sampai SMA ataupun pergurun tinggi. Terlebih lagi, setelah putus sekolah mereka memutuskan merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Dengan bekal yang sangat kurang inilah nilai-nilai negatif dapat masuk lebih mudah. Terlebih lagi, di tengah-tengah dinamika perkotaan yang begitu kompleks dengan pergaulan yang cukup bebas. Sehingga tanpa adanya proses rasionalisasi dan konfirmasi, generasi muda dapat dengan mudah diracuni dengan hal-hal buruk seperti narkoba. Maka dari itu, karya tulis ini merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk membekali anak-anak dan remaja diwilayah tersebut sejak dini. Hal ini merupakan salah satu upaya terbaik yang dapat ditempuh untuk mencegah korban-korban penyalahgunaan narkoba di masa mendatang. Dengan membekali anak-anak
pengentahuan
tentang
bahaya
narkoba
melalui
cara
yang
menyenangkan dan menarik, karya tulis ini dapat menjadi sarana yang dapat digunakan untuk mencegah terus bertambahnya korban.
5
1.2 Penegakan Hukum untuk Kasus Narkoba di Indonesia Penegakan hukum dan berbagai macam tindak penanggulangan untuk kasus narkoba terus di tingkatkan oleh pemerintah. Terhitung mulai tahun 2014, pecandu narkoba tidak lagi mendapat sanksi berupa hukuman penjara. Sebalik nya para pecandu akan mendapatkan tindakan rehabilitasi. Hal ini senada dengan arahan PBB melalui UNODC untuk merehabilitasi pecandu dan bukan memenjarakan. Langkah awal yang dilakukan BNN ialah dengan meresmikan 16 posko rehabilitasi yan berada di 16 kota di Indonesia (Tempo, 2014). Keberadaan posko rehabilitasi ini bertujuan untuk memperluas jangkauan dalam proses penanggulangan narkoba dan mendorong adanya penurunan presentase jumlah pecandu narkoba. Selama ini penegakan hukum untuk para pecandu ialah dengan memberikan hukuman penjara dimana hal ini dianggap tidak tepat sasaran. Pecandu adalah korban dan corong pasar peredaran narkoba dan selayaknya mendapat tindakan penyembuhan bukan kurungan (Antaranews, 2014). Hal ini juga dianggap sejalan dengan Pasal 54 UU narkotika tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pecandu narkoba wajib direhabilitasi. Sebalik nya, ancaman kurungan penjara yang berat telah menanti para bandar, pengedar dan sindikat narkoba lainya. Bahkan pemerintah dengan tegas telah melakukan eksekusi mati terhadap gembong narkoba meskipun dibawah tekanan yang diberikan oleh negara-negara lain. Hal ini merupakan bentuk kemajuan dalam penegakan hukum guna mempersempit ruang gerak para pengedar dan memberikan efek jera yang berkali-kali lipat untuk mengurangi jumlah peredaran narkoba di Indonesia. Selain itu hukuman penjara yang termaktub didalam pasal 78 ayat 1a berbunyi barang siapa dengan tanpa hak menanam atau memelihara tanaman penghasil narkotika diancam hukuman 10 tahun dan denda maksimal 500 juta rupiah. Dan pasal 84 a,b,c mengancam para pengedar dengan hukuman minimal 5 tahun dan maksimal 15 tahun dengan denda 250 sampai 750 juta rupiah. Dengan kondisi yang terjadi dewasa ini, penegakan hukum dan pemberantasan narkoba harus terus ditegakkan untuk mengurangi dan memberantas peredaran narkoba.
6
1.3 Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia Mengingat dampaknya yang sangat destruktif, berbagai lembaga, nasional maupun internasional, baik dari kalangan pemerintah maupun non pemerintah, telah banyak mengambil inisiatif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar (Tempo, 2014). Di Indonesia, inisiatif tersebut telah diambil oleh pemerintah melalui Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Di tingkat internasional, salah satu upaya yang sangat penting telah dilakukan melalui Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga ditandatangani oleh delegasi Indonesia pada tahun 1989. Konvensi ini menegaskan bahwa setiap anak berhak
mendapatkan
informasi
tentang kesehatan
reproduksi,
termasuk
HIV/AIDS dan Narkoba, dan dilindungi secara fisik maupun mental. Konvensi ini dilandasi oleh tekad bersama untuk membentengi anak-anak dari wabah penyakit yang mematikan dan peredaran obat-obatan yang membahayakan. Selain itu upaya pencegahan terus menerus di kampanye kan oleh BNN melalui berbagai media. Tujuh langkah pencegahan narkoba sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh BNN meliputi beberapa hal diantara nya : 1. Menanamkan pemahaman hidup sehat sejak dini 2. Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita 3. Memberikan infromasi yang akurat dan jelas 4. Bekerjasama dengan sekolah, universitas atau lembaga pendidikan 5. Tanggap lingkungan 6. Bekerjasama dengan lingkungan rumah 7. Menjalin hubungan interpersonal yang baik Namun, upaya pencegahan seperti yang telah disarankan oleh BNN kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Implementasi di lapangan pun dirasa kurang menyeluruh dan efektif. Hal ini perlu menjadi perhatian lebih dikarenakan melakukan tindakan pencegahan merupakan sebuah cara yang sulit dan kompleks ada banyak faktor yang harus dipenuhi dan membuat hal tersebut kurang berjalan dengan baik. Oleh karena itu, sebuah metode yang menyenangkan dan mudah
7
harus dikembangkan. Hal ini sangatlah penting karena penegakan hukum semata tidak akan cukup untuk memerangi narkoba, melainkan harus ada tindakan yang dapat mencegah masyarakat untuk menggunakan narkoba.
1.4 Konsep Permainan dalam Pembelajaran Metode permainan bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Permainan merupakan cara efektif yang digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, menghindari kebosanan dan memperoleh hasil yang diharapkan. Permainan dapat didefinisikan sebagai aktifitas yang melibatkan aturan, kompetisi dan pemain untuk menentukan pemenang dan yang kalah (Jarolimek, 1986:346). Selain itu Savage (1996:215) berpendapat bahwa permainan biasanya melibatkan sebuah situasi dimana seseorang atau kelompok bertanding satu sama lain dengan aturan tertentu untuk menentukan pemenang. Dalam konteks tersebut permainan merupakan sarana untuk mendapatkan kegembiraan dan kesenangan bagi pemain nya. Jika dikaitkan dalam konteks pendidikan, permainan memiliki definisi yang berbeda. Permainan merupakan salah satu teknik dalam pembelajaran karena permainan merupakan salah satu cara untuk memperkaya dan meningkatkan efektifitas dari instruksi yang diberikan guru (Barth, 1990:103). Lebih jauh, Metode permainan merupakan cara menyajikan bahan pengajaran dimana siswa melakukan permainan untuk memperoleh atau menemukan pengertian dan konsep tertentu (Purbarini, 2012). Oleh karena itu permainan dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Dari pengertian dan teori diatas, permainan merupakan cara berbeda yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik anak yang berbeda dengan yang lain. Bagi anak, belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar (Simanjuntak, 2008:62). Sehingga, penentuan metode dalam pembelajaran dapat disesuaikan dengan sifat dan karakterisktik anak pada umumnya. Hal ini dapat mendorong terjadinya situasi pembelajaran yang efektif dan menumbuhkan minat belajar pada siswa. Pada proses nya, pembelajaran tidak bisa lepas dari kehadiran sebuah media atau sarana. Media adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya
8
tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan sekolah pada khusunya (Arsyad, 2007:2). Selain itu, media pembelajaran dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu (Djamarah, 2006:120). Secara singkat, permainan merupakan media, sarana dan teknik dalam pembelajaran yang digunakan untuk melengkapi dan menyempurnakan sebuah instruksi atau materi untuk mecapai hasil belajar yang lebih baik dengan cara yang menyenangkan. Dari beberapa uraian tersebut, penulis memilih permainan sebagai cara yang ditempuh untuk menanamkan sikap dan karakter yang positif untuk memerangi narkoba. Hal ini dikarenakan upaya dalam pencegahan narkoba masih terbatas pada cara penyampaian yang kurang efektif. Penanaman nilai-nilai anti narkoba disampaikan melalui nasehat atau pengetahuan tentang bahaya nya yang kurang memungkinkan anak untuk tertarik. Sehingga pada prakteknya, penyampaian nilai-nilai anti narkoba tidak dapat berjalan secara maksimal. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa metode atau cara yang menyenangkan perlu dilakukan dalam upaya pencegahan narkoba dimana permainan merupakan salah satu cara yang dipilih. Hal ini didasari karakteristik anak yang masih berkutat dalam dunia permainan. Sehingga, permainan sebagai metode pembelajaran dapat memunculkan minat belajar dan motivasi bagi anak yang berujung kepada sebuah penanaman dan penyampaian nilai-nilai anti narkoba yang menyeluruh, efektif dan maksimal.
1.5 Konsep Baru yang Ditawarkan untuk Pencegahan Narkoba Konsep baru yang ditawarkan merupakan sebuah inovasi permainan yang berbasis potensi lokal yang disusun ulang dan dikombinasikan menjadi sebuah permainan baru. Potensi lokal mengacu kepada berbagai jenis permainan tradisional yang ada di wilayah Gunungkidul seperti hompimpah/gambreng dan sejenisnya. Sedangkan proses kombinasi melibatkan permainan yang dibuat oleh penulis sendiri. Konsep gabungan ini merupakan sebuah permainan yang bersifat petualangan untuk mencari sebuah harta karun. Permainan ini bernama “Tretoda” atau Treasure to Fight Drugs yang dalam bahasa Indonesia bermakna harta karun
9
untuk melawan narkoba. Anak-anak dimungkinkan untuk saling berinteraksi satu sama lain, bekerjasama dan berkompetisi untuk memenangkan permainan. Permainan ini dibagi menjadi tiga tahap yang meliputi tahap awal, tahap pertengahan dan tahap akhir. 1.5.1 Tahap Awal Permainan dimainkan oleh 2 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang. Dalam tahap awal ini, peserta harus menentukan kelompok mereka dengan cara Hompimpah atau gambreng. Setelah kelompok terebentuk masing-masing anak dalam kelompok akan memakai label/tanda tertentu. Kelompok pertama akan memakai label ) Kepemimpinan 2) Kejujuran 3) Kerjasama Tim sedangkan kelompok kedua memakai label 3) Kasih sayang 4) Kecerdasan dan 5) Kebijaksanaan. Peserta boleh secara bebas menentukan label mana yang akan mereka pakai didalam kelompok mereka. Label tersebut memiliki makna dan maksud tersendiri yang akan dijelaskan kedalam bagan dibawah ini.
Kepemimpinan
Kejujuran
Kasih sayang
Kecerdasan
Kerjasamatim
Kebijaksanaan
Gambar 2. Konsep Permainan Sumber : Penulis Aturan main : 1. Peserta berbaris tiga-tiga dan berhadapan seperti gambar diatas 2. Masing-masing peserta didalam kelompok mewakili satu label. Sebagai contoh si A memakai label kepemimpinan. 10
3. Tahap ini adalah untuk mengetahui kelompok mana yang akan memulai mencari harta karun terlebih dahulu. 4. Masing-masing kelompok akan diinstruksikan untuk memilih secara rahasia salah satu label untuk maju satu langkah kedepan. 5. Secara spontan, dalam tiga hitungan, salah satu anak dari masingmasing kelompok harus maju satu langkah kedepan. 6. Cara menentukan pemenang akan dijelaskan dalam deskripsi dibawah ini. a. Jika label Kasih sayang bertemu dengan label kepemimpinan, maka label kasih sayang menang dan anak dengan label tersebut, mewakili tim nya dapat berlari terlebih dahulu untuk menemukan harta karun. Pesan moral : Memiliki jiwa kepemimpinan tidak lah cukup tanpa dilandasi rasa kasih sayang kepada orang-orang yang dipimpinya. b. Jika label Kasih sayang bertemu label Kejujuran maka kejujuran yang akan menang. Maka anak dengan label kejujuran dapat mewakili tim nya untuk segera menemukan harta karun. Pesan Moral : Kasih sayang tidak dapat menjadi alasan untuk berbuat bohong/tidak jujur. c. Jika label Kasih sayang bertemu label Kerjasama Tim, maka kedua label tersebut dapat secara bersamaan memulai mencari harta karun. Pesan moral : Kasih sayang dan kerjsama tim merupakan sifat yang saling menguatkan. Jika keduanya digabung, akan tercipta sebuah tim yang solid. d. Jika label kecerdasan betemu dengan label kepemimpinan, maka dimenangkan oleh kecerdasan. Pesan moral : jiwa kepemimpinan saja tidak cukup, seseorang harus memiliki kecerdasan untuk bisa memimpin. e. Jika label kecerdasan bertemu kejujuran, maka keduanya dapat memulai mencari harta karun secara bersamaan. Pesan moral : kedua sifat tersebut saling menguatkan. kecerdasan harus dilengkapi dengan kejujuran agar kecerdasan tersebut bisa bermanfaat secara maksimal bagi orang lain. Percuma cerdas jika tidak jujur. f. Jika kecerdasan bertemu kerjasama tim, maka Pemenang nya ialah kerjasama tim
11
Pesan moral : Meskipun kita cerdas, kita tidak bisa mendapat hasil maksimal jika tidak bisa bekerja salam satu tim. Jika kecerdasan tersebut membuat sombong, maka hanya akan memandang remeh orang lain dan tidak bisa bekerja bersama. g. Jika kebijaksanaan beretemu dengan kepemimpinan, maka keduanya dapat memulai secara bersamaan. Pesan moral : Kedua sifat tersebut saling menguatkan. h. Jika kebijaksanaan bertemu dengan kejujuran, maka dimenangkan oleh kejujuran Pesan moral : Kebijaksanaan harus digunakan dengan kejujuran. i. Jika kebijaksanaan bertemu dengan Kerjasama tim, maka dimenangkan oleh kebijaksanaan. Pesan moral : hasil yang maksimal dari kerjasama tim harus dimanfaatkan secara bijak agar dapat bermanfaat. 7. Setelah satu anak tersebut berhasil keluar dari kelompok, maka mereka harus mengambil harta karun A dengan petunjuk yang mereka dapatkan. 8. Satu anak hanya bisa mengambil satu harta karun. 9. Anak yang telah mendapatkan harta karun, harus menunggu teman dari kelompoknya terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan harta karun ke dua dan begitu seterusnya sampai harta karun ketiga. 1.5.2 Tahap Pertengahan Ditahap ini peserta akan mencari tiga jenis harta karun tersembunyi. Dari ketiga peserta dalam satu kelompok tadi, masingmasing anak hanya bisa mengambil 1 jenis harta karun saja. Tim pertama yang berhasil mengumpulkan ketiga harta karun tersebut akan menjadi pemenang. Harta karun pertama ialah cermin, kedua adalah puzzle dan ketiga adalah bendera merah putih. Secara berurutan harta karun yang harus dikumpulkan adalah cermin, puzzle dan bendera merah putih. Pesan moral : a. Cermin adalah alat dimana kita dapat melihat diri atau bayangan diri kita sendiri. Makna dari cermin sebagai harta karun ini ialah untuk menjawab siapa atau apakah harta karun tersebut ? maka
12
jawaban nya ada di cermin tersebebut. Secara singkat, harta karun itu adalah diri kita sendiri. Karena diri kita sendiri merupakan harta yang tiada ternilai dan menjadi modal untuk kita dapat hidup lebih baik. b. Puzzle ini merupakan sebuah gambar yang harus disatukan untuk menangkap makna sebenarnya. Puzzle tersebut adalah gambar yang berpesan untuk mengindari narkoba.
Gambar 3. Puzzle Anti Narkoba Sumber : mencegahnarkoba.org Peserta harus menyusun puzzle tersebut untuk mengetahui pesan dibalik gambar tersebut. Hal ini menjawab harta karun (diri) yang seperti apa? Yaitu diri/pribadi yang bebas narkoba. Dengan terbebas dari narkoba, anak-anak akan menjadi harta karun dan aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. c. Bendera merah putih merupakan bendera negara ini. Sebagai harta karun bangsa atau generasi penerus bangsa maka kita harus menjauhi narkoba agar bisa berbakti, mengabdi dan berguna bagi masyarakat untuk kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dengan pengaruh sedikit saja dari narkoba, maka akan hancur masa depan anak-anak dan kemungkinan untuk berguna bagi bangsa akan sedikit. 1.5.3
Tahap Akhir Pada tahap akhir ini peserta akan mengumpulkan dan merangkai ketiga harta karun tersebut menjadi satu. Selanjutnya,
13
fasilitator akan memberikan penjelasan tentang arti dan makna dari permainan tersebut kepada peserta. Tahap ini juga sekaligus menjadi tahap refleksi dan internalisasi untuk memasukkan nilainilai anti narkoba kepada anak-anak. Dalam tahap ini, anak-anak akan belajar arti sesungguhnya dari permainan tersebut. Dengan menyisipkan nilai-nilai anti narkoba dan bahaya-bahaya akibat mengkonsumsi narkoba.
14
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS
3.1 Permasalahan Narkoba di Indonesia Perang melawan narkoba merupakan sebuah komitmen yang diambil oleh bangsa Indonesia demi menyelamatkan putra-putri bangsa dari ancaman kerusakan yang sangat besar dari narkoba. Ribuan bahkan jutaan orang telah menjadi korban dari keganasan narkoba yang berujung pada rusaknya tatanan sosial, terganggunya stabilitas dan keamanan nasional serta hancurnya harapan akan sebuah generasi yang berkualitas, cerdas dan memiliki jiwa kepemimpinan. Hal ini telah secara nyata menunjukkan dampak buruk yang diakibatkan oleh penggunaan narkoba. Sehingga, kata perang melawan narkoba bukanlah hal yang salah untuk diucapkan. Berbagai tindakan pencegahan dan penanggulangan terus menerus diambil dan di tegakkan. Dengan melibatkan berbagai macam aspek seperti pendidikan, sosial bahkan hingga penegakan hukum yang tegas, pemerintah terus menerus berupaya menurunkan jumlah korban narkoba. Akan tetapi, berbagai upaya yang telah dilakukan kerap kali tidak tepat sasaran dan tidak efektif. Penegakan hukum yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang cukup memuaskan belakangan ini. Dimana banyak komplotan, pengedar dan bahkan bandar telah berhasil diringkus oleh aparat penegak hukum. Bahkan, salah satu langkah historis telah diambil pemerintah dengan melakukan eksekusi mati terhadap terpidana kasus penyelundupan narkoba. Hal ini merupakan bukti nyata akan ketegasan pemerintah dalam memerangi narkoba. Akan tetapi, penegakan hukum bukanlah solusi tunggal dalam pemberantasan narkoba. Penegakan hukum yang bersifat
kuratif
tidak dapat
menghentikan alur pengedaran dan
penyalahgunaan narkoba tanpa adanya tindak pencegahan yang efektif. Sehingga, sebuah tindakan yang preventif atau pencegahan harus terus diupayakan dengan sebaik-baik nya untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
15
Langkah-langkah pencegahan yang diambil dewasa ini kurang berdampak dan bahkan cenderung tidak bekerja dengan baik karena beberapa alasan. Faktor pertama dan yang utama ialah kurang nya langkah kreatif yang diambil dalam pencegahan narkoba. Proses pencegahan yang dilakukan dari aspek pendidikan atau aspek lainya kerap kali hanya bersifat nasehat belaka tanpa adanya metode yang menarik dalam penyampaianya. Sehingga, tak jarang siswa merasa bosan dan kurang tertarik akan hal tersebut. Lebih lanjut, metode penyampaian yang membosankan mengakibatkan siswa kurang termotivasi dan pasif dalam prosesnya. Sehingga, hal ini merupakan bukti bahwa proses pencegahan tidak berjalan dengan efektif. Kedua, dalam hal kuantitas implementasi pencegahan yang dilakukan dilapangan masih sangat terbatas dan kurang menyeluruh. Pencegahan kebanyakan hanya dilakukan oleh aparat penegak hukum seperti polisi dan BNN. Selain itu hanya sedikit institusi pendidikan yang melakukan tindakan pencegahan. Hal ini tentu masih sangat kurang mengingat jumlah korban penyalahgunaan narkoba yang terus meningkat. Sehingga, partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan untuk memerangi narkoba. Ketiga, minimnya pencegahan yang dilakukan sejak dini. Hal ini juga berkontribusi dalam lemah nya tindak pencegahan narkoba yang dilakukan. Dimana upaya pencegahan sejak dini masih sangat terbatas. Hal ini dilandasi kurang nya referensi terhadap metode yang tepat untuk mencegah narkoba sejak dini. 3.2 Permainan Edukatif Sebagai Solusi Permainan
edukatif
merupakan
sebuah
solusi
yang
mudah
diimplementasikan, kreatif, menarik untuk diterapkan dan dapat dilakukan sejak dini. Hal ini dikarenakan metode penyampaian dalam permainan ini merupakan metode yang menyenangkan dan memicu anak-anak untuk berperan aktif dalam berbagai aktifitas nya. Sebagai solusi, permainan ini mudah untuk diterapkan karena berbagai alasan. Yang pertama, instruksi dalam permainan ini relatif mudah dipahami dan dapat dilakukan oleh siapapun baik itu aparat, institusi pendidikan atapun
16
masyarakat pada umumnya. Selain itu, permainan ini tidak membutuhkan peralatan yang rumit dan biaya yang sangat terjangkau. Kedua, permainan ini merupakan metode kreatif untuk menarik perhatian anak-anak. Dunia anak merupakan dunia bermain sambil belajar yang atraktif, menyenangkan dan penuh kegembiraan. Permainan ini dapat memotivasi anak untuk mengikuti dan mendapatkan pesan moral dan pembelajaran tentang dampak buruk narkoba. Sehingga, permainan ini dapat menjadi metode yang efektif dan kreatif untuk anak. Ketiga, pencegahan sejak dini merupakan misi utama yang diusung oleh permainan ini dimana sasaran utama adalah anak-anak. Sehingga permainan ini dapat menjadi tambahan referensi dalam pencegahan penggunaan narkoba. Dewasa ini, sangat sedikit metode yang diterapkan untuk sarana pencegahan sejak dini sehingga sebuah metode yang menarik untuk pencegahan sangatlah diperlukan untuk diterapkan kepada anak-anak.
TRETODA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PEMERINTAH
POLISi, BNN, INSTITUSI PENDIDIKAN
MASYARAKAT
Gambar 4. Skema Penerapan dan Pengembangan Permainan “Tretoda” Sumber: Penulis Analsis SWOT atau Strength, Weakness, Opportunity dan Threat digunakan untuk menguji permainan ini. Permainan ini merupakan metode kreatif dalam kampanye pencegahan anti narkoba sejak dini. Dimana setiap aktifitas
17
didalam nya mengandung pesan moral yang dikemas secara menarik dan menyenangkan. Disisilain, kelemahan metode ini terletak pada kapasitas pemain yang sedikit yaitu enam orang. Sehingga, permainan ini tidak cocok dimainkan oleh kelompok besar. Akan tetapi, kelemahan tersebut dapat diatasi dengan modifikasi dan penyesuaian kreatif oleh masing-masing fasilitator yang menggunakannya. Oleh karena itu, permainan ini masih sangat mungkin untuk terus dikembangkan di masa yang akan datang. Metode ini dapat menjadi acuan dan referensi oleh berbagai instansi dan institusi sebagai metode yang kreatif untuk dikembangkan sebagai sebuah produk permainan edukatif yang dapat di distribusikan keseluruh lapisan masyarakat. Namun, ancaman yang mungkin menghambat hal tersebut ialah perkembangan teknologi yang memungkinkan anak-anak tidak tertarik dan lebih tertarik kepada gadget, game dan perangkat moderen lainya. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk terus menyempurnakan permainan ini.
18
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1 Simpulan Permainan edukatif Tretoda merupakan sebuah gagasan yang ditawarkan untuk meningkatkan efektifitas pencegahan penyalahgunaan narkoba dalam beberapa hal. Hal ini dilatarbelakangi kurang nya sebuah metode yang kreatif dan efektif untuk anak-anak dalam penanaman pembangunan karakter dan nilai-nilai anti narkoba. Kedua, implementasi tindak pencegahan masih sangat terbatas. Tindak pencegahan yang dilakukan harus secara menyeluruh melibatkan intansi, institusi maupun masyarakat umum. Ketiga, pencegahan sejak dini menjadi jalan terbaik yang dapat tempuh. Akan tetapi, kurang nya sebuah metode yang cocok untuk anak-anak menjadi hambatan tersendiri akan tindak pencegahan sejak dini. Gagasan ini merupakan gagasan kreatif yang menggunakan permainan sebagai media utama. Dengan permainan, anak akan belajar dengan lebih baik karena masa anak-anak merupakan masa dimana mereka bermain sambil belajar. Kedua, metode ini sangat mudah untuk dilakukan oleh siapapun. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan narkoba. Sehingga, implementasi tindak pencegahan dapat diperluas dan terus ditambah. Ketiga, dengan metode ini, anak-anak akan dididik dengan nilai-nilai anti narkoba sejak dini yang memungkinkan mengurangi angka pengguna narkoba dimasa yang akan datang. 4.2 Rekomendasi Rekomendasi yang diberikan untuk realisasi permainan ini dalam pencegahan narkoba adalah sebagai berikut : 1. Melakukan kerjasama yang sinergis antara pemerintah, penegak hukum dan masyarakat untuk melakukan penerapan permainan ini baik di sekolah, rumah, ataupun di lingkungan sekitar.
19
2. Melakukan evaluasi dan refleksi dari penerapan permainan tersebut untuk kemudian menganalisa kekurangan dan kelemahan. 3. Melakukan
penelitian
dan
pengembangan
menyempurnakan permainan ini.
20
lebih
lanjut
guna
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews.com. 2014 berita indonesia/426294/menpora-prihatin-penggunanarkoba-remaja-meningkat (Online) diakses tanggal 30 Maret 2016 Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Persada Barth, James L. (1990). Methods of instruction in social studies education. Maryland: University Press of America. Bnn.go.id.2013/portal/index.php/konten/detail/deputi-pencegahan/tips/10787/7langkah-pencegahan-penyalahgunaan-narkoba. (Online) Diakses tanggal 29 Maret 2016 Dedihumas.bnn.go.id.2013/read/section/artikel/2013/07/23/704/faktor-penyebabpenyalahgunaan-narkotika (Online) Diakses tanggal 1 April 2016 Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta Dw.com.2015/id/pbb-indonesia-salah-satu-jalur-utama-penyelundupan-narkoba/a18252054. (Online) Diakses tanggal 28 Maret 2016 Jarolimek, John. (1986). Social studies in elementary education. New York: Macmillan. Merdeka.com.
2015./peristiwa/pengguna-narkoba-di-indonesia-pada-2015-capai
58-juta-jiwa. (Online) Diakses tanggal 27 Maret 2016 Purbarini. 2012. Implementasi Metode Permainan Dalam Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar. (Online) digilib.unila.ac.id Diakses tanggal 29 Maret 2016 Savage, T.M & David G Armstrong. 1996. Effective Teaching in Elementary Social Studies. Third Edition. New Jersey. Printice-Hal. Inc. A Simon&Schuster Company Simanjuntak. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. (Online) diakses pada tanggal 1 April 2016 Tempo.co/read/news.2014/06/26/064588124/mulai-agustus-pecandu-narkoba-taklagi-dipenjara. (Online) Diakses tanggal 30 Maret 2016 Vester. 2015. Indonesia Darurat Narkoba. dw.com.2015/id/pbb-indonesia-salahsatu-jalur-utama-penyelundupan-narkoba Maret 2016
21
(Online) diakses tanggal 28