ANALISA KADAR KOTORAN (DIRT CONTENT) DAN KADAR ABU (ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20 PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, Tbk DOLOK MELANGIR – SERBELAWAN
KARYA ILMIAH
OSBAL SUGONDO PASARIBU 052409023
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008. USU repository © 2009
ANALISA KADAR KOTORAN (DIRT CONTENT) DAN KADAR ABU (ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20 PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE, Tbk DOLOK MELANGIR – SERBELAWAN
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
OSBAL SUGONDO PASARIBU 052409023
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008. USU repository © 2009
iii
PERSETUJUAN
Judul
Karegori Nama Nomor induk Program studi Departemen Fakultas
: ANALISA KADAR KOTORN (DIRT CONTENT) DAN KADAR ABU (ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20 : KARYA ILMIAH : OSBAL SUGONDO PASARIBU : 052409023 : DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DISETUJUI di Medan, juni 2008
Diketahui / disetujui oleh Departemen KIMIA FMIPA USU Ketua
Dosen Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan, MS
Drs. Firman Sebayang, MS
NIP.
NIP.
131 459 466
131 459 468
PERNYATAAN
ANALISA KADAR KOTORAN (DIRT CONTENT) DAN KADAR ABU (ASH CONTENT) PADA KARET REMAH SIR 20 PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE ,Tbk DOLOK MELANGIR – SERBELAWAN
KARYA ILMIAH
Saya mengaku bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya
Medan,
juni 2008
Osbal Sugondo Pasaribu 052 409 023
Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008. USU repository © 2009
2
PENGHARGAAN
Segala puji hormat serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaian studi pada Program Studi Diploma Tiga (D-3) Kimia Industi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Di Universitas Sumatera Utara. Adapul judul dari tugas akhir ini adalah “Analisa Kadar Kotoran (Dirt Contnt) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah SIR 20.” Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih yng sevesarbesrnya kepada : 1. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua jurusan Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. 2. Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dan membimbing samapai penelesaian karya ilmiah ini. 3. Seluruh Dosen dan pegawai Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak RS Pasaribu selaku pembimbing lapangan, serta staf lainnya yang tetap membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan praktek kerja lapangan. 5. Secara khusus buat Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendukung penulis dalam doa yang tulus iklas, materi dan semangat hingga akhirya penulis dapat menyelesaikan pendidikan di kimia industi. 6. Buat Saudara dan Saudariku yang baik, Atas perhatian dan doa yang anda berikan kepada saya, semoga keluarga kita tetap bersatu hati dan bertekun dalam kasih persaudaraan. 7. Buat sahabat-sahabat saya, terimakasih buat kebaikan dan kerjasama selama kuliah, khususnya dorongan semangat dan juga candau gurau, teman berbagi tentang pengalaman hidup, semoga hasil kerja kerasmu cepat tercapai. 8. Buat seluruh teman-teman jurusan kimia industri salam kasih dan persaudaraan bagi anda smua. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua, terimakasih.
Medan, juni 2008 Penulis
3
( Osbal Sugondo Pasaribu) ABSTRAK
Lateks adalah cairan koloidal berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (havea brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktifitas bakteri. Karet remah merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dibuat dari karet alam dan diolah oleh industri karet remah. Dalam proses produksinya industri karet remah SIR 20 menggunakan dua jenis bahan baku yaitu bahan baku lateks dan bahan baku karet rakyat yang bermutu rendah, yang biala diolah untuk kegunaan tertentu seperti alat kedokteran, saarung tangan, ban yang memerlukan pengolahan khusus. Berbagai spesifikasi mutu seperti kadar kotoran, kadar abu, dan spesifikasi yang lainya merupakan hal yang paling penting dalam penentuan kualitas karet remah SIR 20. untuk menghidari atau mencegah gagalnya mutu karet remah tersebut harus diketahui fakkor yang mempengaruhi, penyebab dan cara-cara mengatasinya. Kadar kotoran yang rendah dan kadar abu yang rendah pada karet remah SIR 20 adalah hal yang diinginkan dalam penentuan kualitasnya. Penentuan kadar kotoran dan kadar abu diketahui dari hasil analisa di laboratorium.
4
ANALISIS DIRT CONTENT AND ASH CONTENT IN THE DIRECTION CRUMB RUBBER SIR 20 ABSTRACT
Lateks is a milky coloidal liquid from tree of rubber (havea brasiliensis) with the rubber particle dispersed of water. Latex contain protein (white of egg) which capable to pieces by bacteri actifity. Crumb rubber is one of special commodity ekspor Indonesia. It`s product made from natural rubber and produce by industrial crum rubber. Process productin of rum rubber SIR 20 using two kinds material, they are latex and material rubber low quality from populance. This material wuld be producted to many function as like medical instrument, glove, ballon, tire, with special producting. All sorts specification of grade like dirt content, ash content, and another specification, of grade detrmining quality rubber SIR 20. in order must be understand influent factor, over case method. Dirt content and ash content with low in the crumb rubber SIR 20 wonted determine of dirt content and ash content knowing with analize in the laboratory.
5
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel BAB 1 : 1.1 1.2 1.3 1.4
LATAR BELAKANG Pendahuluan Permasalahan Tujuan Manfaat
ii iii iv v vi vii viii 1 1 4 5 5
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Penemuan Karet 2.1.1 Perkembangan Karet Indonesia 2.1.2 Perkembangan Karet Dunia 2.2 Karet Alam Dan Sifat-Sifatnya 2.3 Prakoagulasi 2.3.1 Penyebab Terjadinya Prakoagulasi 2.3.2 Pencegahan Prokoagulasi Dan Anitikoagulasi 2.4 Penggumpalan Lateks 2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks 2.6 Komposisi Kimia Lateks 2.7 Pengolahan Karet Alam 2.8 Jenis-Jenis Karet Alam 2.9 Pengolahan Karet Remah 2.9.1 Karet Remah Dengan Bahan Baku Lateks 2.9.2 Karet Remah Bahan Baku Gumpalan Mutu Rendah 2.9.3 Penentuan Kualitas Karet Remah 2.10 Manfaat Karet Alam
6 6 9 10 11 12 13 15 18 19 20 21 26 29 30 32 34 38
BAB 3 : METODOLOGI 3.1 Alat Dan Bahan 3.1.1 Alat 3.1.2 Bahan 3.2 Prosedur Analisa Laboratorium 3.2.1 Prosedur Penentuan Kadar Kotoran (Dirt Content) 3.2.2 Prosedur Penentuan Kadar Abu (Ash Content)
39 39 39 40 40 40 41
6
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Hasil Analisa Kadar Kotoran 4.1.2. Hasil Analisa Kadar Abu 4.1.3. Perhitungan 4.2 Pembahasan
42 42 43 44 45 48
BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Lampiran
50 50 51 52 53
7
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.2 Tabel 2.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2
Standar Malaysian Rubber (SMR) Standar Indonesia Rummer (SIR) Hasil Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Hasil Analisa Kadar Abu (Ash Content)
28 37 43 44
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini luar biasa yang menyebabkan masyarakat moderen sekalipun tidak dapat berjalan tanpa karet. Komoditi ini ditemukan oleh orang-orang eropa pada abad ke-16. Sejak abad ke-19 industri karet mulai menggunakan cara manufaktural (lewat pabrik) dan peralatan yang sederhana. Industri karet ini merupakan salah satu industri yang paling rumit atau canggih dalam abad moderen dan merupakan suatu bagian dari
8
masyarakat yang sangat diperlukan. Tanpa karet, kapal, pesawat terbang, mobil, truk, dan bis tidak dapat berjalan. Tanpa karet, pertambangan, komunikasi, dan industri pokok kurang efektif. Karet diperoleh dari hutan yang relatif sulit dimasuki (inaccessible) seperti di daerah sungai amazone di Amerika Selatan maupun dari perkebunan dari timur.
Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai amazone, dan secara tradisional diambil getahnya oleh pendudk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakkan api dan bola untuk permainan. Setelah De La Condamine mengirim contoh bahan elastis dari peru ke pranci pada tahun 1736, maka saat itu orang eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet. Dalam laporannya, De La Condamine membuat deskripsi yang lengkap tentang tumbuhan ini, disertai uraian tentang cara-cara mengambil getahnya seperti yang dilakukan oleh penduduk pribumi. Hal penting dari laporan tersebut adalah pandangannya tentang manfaat tumbuhan ini sebagai bahan perdagangan bagi eropa yang mempunyai prospek yang sangat bagus.
Kemajuan memanipulasi karet dengan mudah terjadi pada awal abad ke-19 dari eksperimen-eksperimen seorang skotlandia, Charles Macintosh (1766-1843) dan seorang inggris, Thomas Honcock (1786-1865). Namun metode tersebut kurang sempurna dan agak primitif. Bahan cair pelarut atau solven yang dipakai, biasanya terpentin (turpentine) atau camphene sangat mahal dan kurang sempurna. Karet yang dilarutkan dan dioleskan tanpa bantuan peralatan atau mesin. Metode ini hampir seprimitif metode yang dipakai oleh suku aztek sendiri.
9
Di Amerika Serikat industri karet berdiri pada akhir pengembangan industri dan perdagangannya pada tahun 1819-1837. seorang amerka Charles Goodyear (18001860), menemukan proses vulkanisasi pada tahun 1839. vulkanisasi pada pokoknya meliputi pencampuran sulfur dengan karet. Lalu campuran tersebut dipanaskan dan sesudah terjadi reaksi kimia strukur dan sifat bahan diubah secara bersama-sana. Penemuan Goodyear memungkinkan pemakaian karet dengan peralatan mesin dan industri ban speda dan ban mobil. Maka penemuan Goodyear melepaskan karet dari kelemahannya yang pokok dan dia mencari cara baru untuk memanfaatkan karet. Namun penemuan Hocock lebih praktis dan memungkinkan manipulasi karet secara mekanis. Sistem perkebunan karet muncul pada awal abad ke-19, akan tetapi sistem perkebunan di Asia Tenggara tidak terjadi sebelum
akhir abad ke-19, ketika
pertumbuhan permintaan menuntut perluasan sumber penawaran. Sistem ini diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh-tumbuhan dari inggris Sir Clements R. Markham pernah menanam pohon kina yang menghasilkan quinine yang berasal dari amerika selatan dari India.
Pada
tahun
1870
bersama
Sir
Joseph
Dalton
Hooker
berusaha
membudidayakan pohon karet. Havea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang paling berhasil. Ficus elastica berkembang baik di jawa dan burma tetapi kelemahannya adalah bahwa pohon ini makan banyak waktu antra penanaman dan pada saat produksi mulai, juga produksinya sangat berfluktuasi. Sesudah percobaan menanam pohon havea berhasil baik, perkembangan industri perkebunan di asia tenggara sangat pesat.
10
Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan dasar timbulnya karet spesifikasi teknis. Keistimewaan tiap jenis mutu disertakan pula. Pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional dengan prinsip usaha menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya. Diberi nama karet spesifikasi teknis karena penetapan jenisjenis mutunya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Berdasarkan uji coba laboratorium, pengepakan dalam bongkah kecil, mempunyai berat dan ukuran yang seragam, serta ditutup dengan plastik polyethylen. warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, creepe maupun lateks pekat tidak berlaku. Standar Indonesia Rubber (SIR) adalah karet alam produksi Indonesia yang dijual dalam bentuk bongkah dan mutunya dinilai secara spesifikasi teknis. Penilaian mutu secara spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisa dari beberapa siarat uji yang ditetapkan untuk uji SIR antara lain: kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, kadar nitrogen, Plastisasi Awal (Po) dan Plasticity Retention Index (PRI).
Dengan mengetahui variabel-variabel penilaian mutu karet remah secara spesifikasi teknis ini, penulis tertatarik untuk lebih membahas masalah ini dengn mengambil judul : “Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah SIR 20.”
1.2
Permasalahan
Mutu karet jenis SIR kadang kala keluar dari spesifikasi teknis yang ditentukan dalam skema SIR, maka perlu
mengetahui faktor-faktor yang
11
menyebabkan gagalnya mutu SIR, kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan cara mengatasinya sejak dari lateks di kebun sampai pengolahan akhir dipabrik karet remah. Kegagalan mutu SIR yang biasa dan masih di pabrik karet (crumb rubber) adalah kadar kotoran tinggi dan berfariasi, kadar abu tinggi, kadar nitrogen tinggi serta nilai Po dan PRI yang rendah.
Dari penilaian mutu secara spesifikasi ini maka permasalahan yang ingin diangkat dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: apakah kadar kotoran dan kadar abu di dalam karet remah SIR 20 yang diproduksi oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah memenuhi mutu Standar Indonesia Rubber.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah hasi praktek kerja lapangan yang penulis lakukan di pabrik PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah:
-
Untuk menganalisa kadar kotoran dan kadar abu yang terdapat pada karet remah SIR 20.
-
Untuk mengetahui apakah karet remah SIR 20 yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu yang berlaku yaitu maksimal : 0,20% untuk kadar kotoran dan 1,00% untuk kadar abu.
1.4
Manfaat
-
Sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
-
Sebagai bahan masukan untuk pengembangan proses produksi perusahaan.
12
-
Untuk melihat secra langsung penerapan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan terhadap penentuan mutu karet remah secara spesifikasi teknis yang berkaitan dengan proses produksi pabrik dalam skala yang besar.
BAB 2
TIJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Penemuan Karet
Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone, dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan. Sejarah karet bermula ketika Christophel Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat memantul bila dijatuhkan ketanah. Bola terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti bola.
Pada tahun 1731, para ilmuan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. Seorang ahli dari prancis yang bernama Fresneau melaporkan bahwa bayak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet. Diantaranya dari jenis havea brasiliensis yang tumbuh di hutan Amazon Brazil. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil utama dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.
Seorang ahli kimia dari Iggris pada tahun 1770 melaporkan bahwa karet digunakan untuk menghapus tulisan dari pensil. sejak 1775, karet mulai digunakan Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008. USU repository © 2009
7
sebagai bahan penghapus tulisan pensil, dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama Rubber (dari kata to rub, yang artinya menghapus), sebelumnya remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil. Pada dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis (menyerupai karet) ialah elastomer, tetapi sebutan rubber-lah lebih populer di kalangan masyarakat awam.
Barang-barang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim dingin dan lengket dimusim panas, sampai seorang yang bernama Charles Goodyear yang melakukan penelitian pada 1838 menemukan bahwa, dengan dicampurkannya belerang dan dipanaskan maka karet tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh cuaca. Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Charles Goodyear sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar proses vulkanisasi ini akhirnya dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet.
Pada waktu pendudukan jepang di Asia Tenggara dalam perang dunia II, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan diperkirakan akan habis dalam waktu beberapa bulan. Pemerintah Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang sesudah perang dunia II berakhir pada 1945.
Dalam jangka waktu 3 tahun sesudah berakhirnya perang dunia II, sepertiga karet yang dikonsumsi oleh dunia adalah karet sintetik. Pada 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia, sebaliknya, karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton dan terus bertambah hingga sekarang antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan bola untuk permainan. Setelah De La Condamine mengirim
8
contoh bahan elastis yang aneh dari Peru ke Pranci pada tahun 1736, maka saat itu orang eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet.
Dalam laporannya, De La Condamine membuat deskripsi yang lengkap tentang tumbuhan karet, yang disertai pula uraian tentang cara-cara mengambil getahnya seperti yang dilakukan oleh penduduk pribumi. Namun yang penting dari laporan tersebut adalah pandangannya tentang manfaat tumbuhan ini sebagai bahan perdagangan bagi eropa yang memmpunyai prospek yang sangat bagus.
Menurut catatan lain seorang insinyiur Prancis Frensneau yang bertugas di ketentaraan di Cayenne Amerika Selatan, mengarang buku tentang karet yang disertai pula gambaran lengkap uraian tentang cara-cara pengambilan getah karet. Perhatian tentang karet bertambah meningkat setelah Priestly seorang ahli fisika/kimia inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang inggris menjuluki karet dengan sebutan rubber.
Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya cara vulkanisasi oleh seorang ahli kimia amerika, Charles Goodyear, pada tahun 1839. pada saat vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan karet murni. Dengan perbaikan dan penyempurnaan yang terus menerus, akhirnya menghasilkan berbagai macam bahan karet mulai dari yang lunak sampai dengan yang keras.
9
2.1.1 Perkembagan Tanaman Karet Indonesia
Usaha perkebunan karet dimulai di daerah-daerah jajahan Negara-negara Eropa, terutama oleh Inggris dan Belanda. Pada tahun 1876, Henry A. Wickham, memasukkan biji karet yang berasal dari Amerika Selatan Ke Srilangka, Malaya, dan beberapa biji ke kebun percobaan pertanian di Bogor. Kemudian terbukti, bahwa petumbuhan karet di bogor sangat memuaskan. Tahun 1896 dari brazil ke perkebunan tarik ngaroem dan pada tahun 1898 dari brazil melalui paris ke perkebunan pasir otjing (semua di pulau jawa). Walaupun demikian, memerlukan waktu yang cukup lama untuk membudidayakan tanaman karet.
Setelah tanaman karet berhasil disadap dengan berbagai cara, akhirnya ditemukan cara penyadapan yang lebih baik dibandingkan dengan cara penyadapan yang kasar atau liar seperti yang dikerjakan di brazil. Hal ini membuktikan bahwa tanaman karet (havea brasiliensis) lebih baik dan lebih unggul daripada tumbuhan getah lainnya yang pada saat ini juga menjadi sumber bahan karet. Disamping itu akhirnya diketahui pula bahwa tanaman karet havea sebenarnya bukan tanaman rawa, maka karet dapat diusahakan dengan baik pada berbagai jenis tanah.
Mula-mula karet berkembang pesat di Malaysia dan ciclon. Di indonesia perkebunan besar karet baru dimulai di sumatera pada tahun 1902 dan di jawa pada tahun 1906. Disamping berkembangnya perkebunan besar yang diusahakan oleh para pengusaha perkebunan, berkembang pula perkebunan karet yang diusahakan oleh rakyat/petani karet terutama di luar jawa, yang masih banyak tanah ladang yang mudah dijadikan perkebunan karet dengan cara murah.sehingga produksinya melampaui perkebunan besar.
10
2.1.2
Perkembangan Tanaman Karet Dunia
Dengan ditemukannya beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi bahan yang berguna untuk kehidupan manusia, penemuan cara pembuatan ban dan perkembangan pabrik kendaraan, maka permintaan karet terus meningkat dan perkebunan-perkebunan karet terus berkembang pesat terutama di Indonesia, Malaysia dan srilangka. Dari produksi karet alam, 46% digunakan untuk pembuatan ban selainnya untuk pembuatan karet busa, sepatu dan beribu-ribu jenis barang lainnya.
Dengan ditemukannya getah karet dari pohon yang tumbuh liar di Benua Amerika Selatan, para ilmuan mempublikasikan penemuan Michele de cuneo. Saat publikasi bersamaan dengan diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan tradisional bangsa Indian Aztek. Permainan ini selanjutnya berkembang menjadi permainan tenis seperti yang dikenal sekarang. Para ilmuan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat di dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia sehari-hari. Dengan peralatan dan pengetahuan yang masih terbatas, ilmuan di jaman dahulu memisahkan karet menjadi tiga unsur. Unsur tersebut adalah susu, lilin, bahan ringan dan bening.
Ekspedisi Peru banyak memberikan tambahan pengetahuan tentang karet. Dengna bantuan penduduk asli, tim ekpedisi peru menelusuri daerah tempat bertumbuhnya tanaman karet. Mereka menjumpai tanaman karet yang biasa diambil getahnya tanpa harus melakukan penebangan pohon terlebih dahulu seperti yng biasa dilakukan sebelumnya.
11
Cara baru yang dilakukan ini adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman havea. Hasil laporan ekpedisi peru ditulis oleh Freshneau tahun 1749 dengan menyebut nama tersebut dan juga menyertakan gambar tanaman tersebut. Dua tahun kemudian De La Condamine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman karet.
Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sampai menjadi primadona daerah perkebunan yang terletak di daerah tropis. Pada tahun itu Charles Goodyear menemukan cara vulkanisasi karet. Goodyear mencampur karet dengan belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120-130 0C. dengan cara vulkanisasi ini semakin banyak sifat karet dapat diketahui dan di manfaatkan.
Berawal dari penemuan Charles Goodyear. Karet mulai banyak dicari orang untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi ban. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh Goldrich. Pada hari berikutnya setelah orang berhasil menciptakan mobil pada tahun 1895 permintaan akan karet semakin meningkat.
2.2
Karet Alam dan Sifat-Sifat Karet
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyuai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk di ubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis (rubberines) Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada proses
12
pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi. Kualitas dan produksi hasil karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk karet buatan manusia.
Karet alam mempuyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil, dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan dan koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak (degreaser), pelarut, pelumas sintetis, dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah serta produksi teknis lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.
2.3
Prakoagulasi
Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lump atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal perkebunan karena karet sebelum sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Hasil sadapan yang mengalami prokoaulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung di dalam lateks berkurang. Bagian-bagian koloidal kemudian mengumpal menjadi satu membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen-komponen yang lebih besar akan membeku dan menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
13
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan bahan kimia yang terkandung di dalalmnya. Bagian- bagian tersebut sepenuhnya tidak larut sepenuhnya, melainkan terpecah secara homogen atau merata di dalam air. Partikel partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan.
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata yang basa disebut serum. Bahan- bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein garam garam mineral, enzim dan yang lain termasuk kedalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan, komponen ini terdiri dari butiran-buturan karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
2.3.1 Penyebab Terjadinya Prakoagulasi
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi, bukan hanya penyebab dari dalam, seperti jenis karet yang ditanam atau enzim saja, melainkan juga hal dari luar seperti keadaan cuaca dan sitem pengangkutan yang seolah tidak berhubungan. Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut:
1. Jenis Karet Yang Ditanam Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda beda pula, otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Kadar kestabilan koloidal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap faktor lain yang juga mampu menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
14
2. Enzim-Enzim Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah yang kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah suasana protein yang melapisi bahan-bahan karet. Akibatnya kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap.
3. Mikroorganisme Atau Jasad Renik Mikroorganisme terdapat di udara, pepohonan, tanah, air, atau penempel pada alat-alat yang digunakan.pohon yang baru disadap mudah sekali terinfeksi oleh jasad renik. Apabila mikroorganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap dan melakukan aktifitaas hidup di dalamnya, akan terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lateks. Akibatnya, timbul senyawa baru seperti asam dan sejenisnya.
4. Faktor Cuaca Atau Musim Pada saat karet menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prakoagulasi terjadi lebih sering, begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi.
5. Kondisi Tanaman Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Tanaman karet yang sudah tua dan sakit menghasilkan lateks yang sudah membeku diatas bidang sadap.
15
6. Air Sadah Air sadah atau hard water adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air ini tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan cepat.
7. Cara Pengangkutan Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambahkan frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncangguncang menyebabkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh menyebabkan lateks baru tiba di tempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena sinar matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan prakoagulasi.
8. Kotoran Atau Bahan-Bahan Lain Yang Tercampur Prakoagulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh yang sama.
2.3.2 Pencegahan Prakoagulasi Dan Zat Antikoagulasi
Prakoagulasi dapat dicegah atau dikurangi dengan menambahkan zat-zat tertentu yang lazim disebut antikoagulan. Namun, sebelum meggunakan antikoagulan perlu diketahui penyebab terjadinya prakoagulasi. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahuinya. Apabila parakoagulasi disebabkan penyakit fisiologis, maka tindakan kultur teknis perlu dialakukan terhadap tanaman karet yang telah menderita. Begitu juga apabila penyebab prokoagulasi adalah masa penyadapan yang belum waktunya atau tanaman karet sudah tua.
16
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan unntuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah sebagai berikut:
a. Menjaga
kebersihan
alat-alat
yang
digunakan
dalam
penyadapan,
penampungan lateks, ember dan lainnya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Selama pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan, lateks dijaga agar tidak mengalami banyak goncangan.
b. Mencegah pengenceran latek dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran maupun air got.
c. Memulai penyadapan di pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu agar lateks dapat sampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas. Keuntungan lain dari penyadapan sebelum matahari terbit adalah mempertinggi jumlah lateks yang dapat dihasilkan oleh pohon karet.
Apabila langkah-langkah pencegahan diatas sudah dilakukan dan hasilnya belum seperti yang diinginkan, maka zat antikoagulan dapat ditambahkan. Zat anti koagulan harus dipilih yang paling tepat dan disesuaikan dengan kondisi lokal, harga, kadar zat tersebut, dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam mencegah prakoagulasi. Contoh dari beberapa antikoagulan yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat-tempat pengolahan karet adalah:
1. Soda Atau Natrium Carbonat Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau natrium karbonat lebih murah. Karena itu, soda banyak dipakai di pabrik-pabrik pengolahan yang sederhana. Akan tetapi zat itu tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang akan
17
mengolah lateks menjadi ribbed smoked sheet karena sheet kering yang akan dihasilkan akan bergelembung/bubles. Tetapi jika
tidak ada lagi zat lain yang
dipergunakan bahan ini masih dianjurkan dengan pemakaian jumlah soda yang tidak terlalu banyak. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosis soda yang akan digunakan adalah 5-10 ml larutan soda tanpa air kristal (soda ash) 10% setiap liter lateks. Berarti, dalam 5-10 ml larutan soda tersebut terdapat 0,5-1 gr soda ash.
2. Ammonia Ammonia merupakan antikoagulan yang banyak digunakan. Dosis ammonia yang digunakan untuk mencegah terjadinya prakoagualsi, adalah 5-10 ml larutan ammonia 2,5% untuk setiap liter lateks. Misalkan kadar ammonia yang digunakan berkadar 20%, maka jumlah ammonia ayng duibutuhkan adalah 0,6-1,2 ml. bila dengan dosis seperti ini parakoagulasi belum bisa dicegah, maka dosisnya dapat dinaikkan dua kali lipat atau menggunakan larutan ammonia yng berkadar 5%.
3. Natrium Sulfit Bahan ini tidak tahan lama disimpan. Apabila ingin digunakan maka harus dibuat terlebih dahulu, dalam jangka sehari saja akan terokisdasi oleh udara menjadi natrium sulfat. Bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antiprakoagulasi menjadi lenyap. Selain sebagai anti koagulan, natrium sulfat juga bisa memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter lateks. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan larutan natrium sulfit tanpa air kristal sebanyak 0,5-1 gram.
18
Pabrik atau pengolahan karet yang membuat jenis karet ribbed smoked sheet rata-rata menggunakan amonia dan natrium sulfat sebagai antikoagulan. Untuk membuat karet jenis crepe, antikoagulum yang biasa digunakan adalah soda atau natrium sulfit. Untuk mendapatkan dosis antikoagulum yang paling tapat dapat dicoba dengan dosis yang lebih rendah terlebih dahulu. Apabila tidak mencukupi, maka dosis dinaikkan sedikit demi sedikit. Zat antikoagulan harus diberikan secepat mungkin setelah lateks disadap karena apabila gejala prakoagulasi telah nampak jelas, maka lateks yang akan dihasilkan kurang baik.
2.4
Penggumpalan Lateks
Penggumpalan lateks dilakukan 3-4 jam setelah dilakukan penyadapan. lateks dari mangkok dituangkan kedalam ember pengumpul dengan menggunakan spatel. Bila lateks dalam ember pengumpul telah penuh kemudian dipindahkan ke dalam ember pengumpul, dan selanjutnya dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) atau langsung ke pabrik.
Selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa:
1. Skrep (Scrap) Scrap adalah bekuan lateks pada irisan atau alur sadapan. Screp berbentuk pits panjang yang dapat diambil dari alur sadapan sesaat sebelum penyadapan dilakukan. Scep ini digunakan segai bahan baku pembuatan brown crepe.
19
2. Lump Tanah Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah di sekitar pangkal batang di bawah irisan sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. Pengmpulan lump tanah dilakukan dua kali dalam seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali penyadapan untuk menjaga jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari bahan baku lump yang mutunya sangat rendah.
3. Lump Mangkok Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang pada mangkoknya diberikan tetap berada pada pohon. Pengumpalan pada lump mangkok dilakukan setelah selesai penyadapan hari itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump mangkok yang diperoleh derngan cara ini adalah lump yang besrih yang bila diolah menjadi krep dapat menjadi krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah dapat menjadi SIR 10.
2.5
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Lateks
Lateks adalah suatu caiaran putih yang menyerupai susu yang mengandung 2535 butiran karet yang dikelilingi lapisan protein dan pospolipid. Sifat mekanik dari perilaku muatan partikel karet, secara alami sangat dipengaruhi oleh zat-zat lain yang semula sudah ada pada lateks. Kandungan zat yang bukan karet yang terdapat pada lateks, selalu berubah konsentrasinya. Zat-zat yang bukan karet ini terdiri dari senyawa-senyawa protein, lipid, karbohidrat, anion organik dan ion bukan logam.
20
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas karet yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah:
a) Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain) b) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau keadaan lateks tidak stabil). c) Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik terbuat dari aluminium atau baja tahan karat). d) Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu). e) Kualitas air dalam pengolahan. f) Bahan bahan kimia yang digunakan. g) Komposisi lateks.
2.6
Komposisi Kimia Lateks
Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan pada kulit tanaman karet (havea barasiliensis) Secara umum, latek didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari pembuluh lateks, laeteks juga didefinisikan sebagai sistim koloid, dimana partikel partikel dilapisi oleh perotein dan pospolipida yang didispersi didalam serum. Protein yang berada di lapisan luar memberikan muatan positif kepada partikel karet pada pH netral. sistiem koloidal ini akan hilang kemantapannya pada titik isoelektrik-nya dan partikel karet akan menggumpal.
21
Partikel karet murni (isoprena) tersuspensi dalam serum lateks dan bergabung membentuk ranti panjang yang disebut poliisoopren seperti berikut:
H3C
H
H3C
C=C H2C
H
H3C
C=C CH2
H2C
H C=C
CH2
H2C
CH2
Rumus molekul poliisoprena
2.7
Pengolahan Karet Alam
Ada beberapa alat yang digunakan dalam pengolahan karet alam, dan alat alat ini tidak semuanya dingunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat-alat yang digunakan untuk pembuataan jenis karet tertentu saja. Selain alat, juga banyak bahan-bahan yang digunakan dalam pengolahan karet alam.
1. Mesin penggiling Dalam pengolahan karet jenis sheet dan creepe biasanya digunakan mesin penggilingan. Dalam kalangan pengolah karet sheet mesin ini disebut sebagai baterai sheet. Kapasitas setiap baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan sheet yang akan dibuat. Mesin-mesin ini ada yang semi otomatis dan ada juga yang seluruhnya otomatis. Mesin penggiling otomatis lebih melancarkan pekerjaan penggilingan, namun karena faktor harga perkebunan-perkebunan kecil serta petani karet yang mengerjakan sendiri pengolahan lateksnya menggunakan mesin yang digerakkan oleh tangan.
22
2. Tangki Atau Bejana Koagulasi Tangki yang banyak dipakai dibuat dari bahan aluminium. Ukuran tangki yang digunakan biasanya (10 x 3 x 16) kaki. Tangki yang berukuran besar ini kemudian disekat lagi menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil, dengan menggunakan pelat– pelat aluminium. Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas produksinya, fungsi bejana atau tangki digantikan oleh loyang-loyang yang mempunyai kapasitas olah antara 10-15 liter lateks.
3. Rumah Pengeringan Pada pembuatan karet creepe, rumah pengeringan mutlak diperlukan. Rumah pengeringan menggunakan pemanas untuk mempercepat
pengeringan. Cara
pemanasan yang paling banyak dipakai adalah thermosifon atau pemanasan dengan air panas serta menggunakan uap air berteknan rendah. Bila tanpa pemanasan, waktu yang diperlukan untuk mengeringgkan creepe antara 2-4 minggu. Sedangakan dengan menggunakan pemanasan waktunya bisa dipersingkat menjadi 5-7 hari. Dinding pegeringan dibuat dari batu atau kayu , atap dan dinding harus rapat agar tidak ada udara dari luar yang merembes masuk.
4. Rumah Pengasapan Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet. Siarat rumah pengasapan yang baik adalah: suhu dalam harus dapat dipertahankan sehingga prakktis tidak berubah, ventilasi dari ruangan diatur sesuai dengan kebutuhan serta penambahn asap dan pemanasan dapat terjamin. Selain alat-alat yang disebutkan diatas, masih ada beberapa alat yng biasa digunakan dalam peengolahan karet, seperti alat penyaring, pemotong, meja sortasi, pengepres, dan pengepak.
23
5. Kayu Bakar Untuk Rumah Pengasapan Ada beberapa pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar ruang pengasapan. Pohon tersebut antara lain pohon karet, akasia, lomtorogung, dan glisiridia. Kayu yang panjang dibelah dan dipotong potong yang memiliki ukuran panjang 30 cm.
6. Air Semakin tinggi kapasitas olah suatu pabrik, semakin besar jumlah air yang diperlukan. Air diperlukan untuk pengenceran lateks, pembuatan larutan kimia, pencucian hasil, pencuian alat, dan mendinginkan mesin. Air yang digunakan dalam pengolahan harus memenuhi syarat; jernih, tidak berbau, bereaksi normal dan tidak mengandung logam logam kimia seperti besi, tembaga dan bikarbonat. Asalkan memenuhi syarat ini maka air dari sumber manapun dapat dimanfaatkan.
7. Bahan-Bahan Kimia Pengolahan karet banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pembeku, pengelantang, vulkanissi, pencepat reaksi, penggiat, antioksidan dan antiozonan, pengisi pelunak, pewarna, pencegah pravulkanisasi, dan bahan pewangi.
a) Bahan Pembeku Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam jenis bahan kimia yang dapat digunakan. Biasanya adalah jenis asam, seperti asam format atau asam semut dan asam asetat atau asam cuka.
24
b) Bahan Pengelantang Bahan ini digunakan untuk menndapatkan warna yang diinginkan dari karet. Biasanya warna lateks agak kekuningan sampai kuning. Bahan pengelantang seperti RPA-3 dapat menguranginya hingga sesuai dengan yang diinginkan pasar.
c) Bahan Vulkanisasi Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar komponen kretet cepat matang, yang biasa digunakn dalam proses ini adalah belerang. Selain vulkanisasi karet alam, belerang juga digunakan dakam vulkanisasi karet sintetis. Selain belerang, bahan-bahan seperti dammar fenolik, peroksida organic, radiasi sinar gamma, serta uretan juga dapat digunakan.
d) Bahan Pencepat Reaksi Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat, dalam dunia industri hal ini kurang efesien karena menambah lama waktu produksi yang secra langsung juga menambah biaya. Berdasarkan jenisnya ada berapa macam jenis bahan pencepat reeaksi. Dari golongan thiozol contohnya MBT dan MBBTS. Dari golongan guanidine contohnya DPG dan DOTG. Dari golongan sulfenamida contohnya CBS, dan santocure NS. Satu atau beberapa kombinasi bahan pencepat tersebut bisa dipilih untuk digunakan.
e) Bahan Penggiat Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi. Jadi, meskipun bahan ini tidak termsasuk bahan vital, tetapi cukup menentukan dalam pengolahan karet. Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang paling banyak dipakai.
25
f) Bahan Antioksidan Dan Antiozonan Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion–ion tembaga, mangan, dan besi. Selain itu juga mampu melindungi terhadap suhu tinggi, retak–retak dan lentur. Golongan antioksidan difenil amina contohnya nonox OD, golongan kondensat aldehid amina contohnya agerite resin. Dari golongan venil sulvida contohnya santowhite crystals. Adapun antiozonan yang paling banyak digunakan adalah turunan parafenilen diamina seperti santo flex 13, nonox DPPD, dan UOP 88.
g) Bahan Pelunak Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Karet yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan pengisi yang cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan pelunak yang banyak digunakan antara lain minak naftenik, minyak nabati, minyak aromatik, terpinus, lilin paraffin, faktis, damar, dan bitumen.
h) Bahan Pengisi Bahan pengisi yang tidak aktif hanya menambah kekerasan dan kekakuan pada karet yang dihasilkan tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Bahan yang tidak aktif lebih banyak digunakan karena harga bahan ini murah contohnya kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat dan barit. Bahan pengisi aktif atau penguat contohnya karbon hitam, silika, aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.
26
i) Bahan Pewarna Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk keperluan inilah bahan pewarna diberikan.
j) Bahan Peniup Fungsi bahan ini membentuk pori halus yang menyebabkan karet menjadi ringan dan empuk. Bahn peniup ini terutama digunakan pada pembuatan karet mikroseluler, contohnya porafor BSH dan vucacel BN.
k) Bahan Pencegah Pravulkanisasi Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya bahan ini ditambahkan pada komponen karet
tertentu, misalnya komponen karet
untuk acuan injeksi.
Contohnyaadalah santogard PVI dan vulcalent A.
l) Bahan Pewangi Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan menambahkan bahan pewangi. Walaupun tidak semua jenis karet menggunakan bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis karet yang menggunakannya. Contoh bahan pewangi yang digunakan adalah rodo 10.
2.8.
Jenis - Jenis Karet Alam
Karet alam yang dikenal
adalah bahan olahan karet yang setengah jadi
ataupun sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang
27
sudah jadi. Namun disini yang dibahas lebih terperinci adalah karet remah atau karet spesifikasi teknis, Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:
-
Bahan olah karet ( lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar).
-
Karet konvensional ( ribbed smoked seet, hhite crepes, dan pale crepe, estate brown creepe, compo crepe, thin brawn crepe remills, pure smoke blanked crepe, dan of crepe),
-
Lateks pekat,
-
Karet remah atau crumb rubber,
-
Karet siap olah atau tire rubber, dan
-
Karet reklim atau reclaimed rubber
Karet cetakan diperkenalkan oleh Malaysia pada pertengahan tahun 1960-an. Mutu karet cetakan tersebut ditentukan oleh ujicoba secara teknis yng lebih teliti. Contoh yang dibuat oleh Malaysia diikuti oleh Negara-negara lain yaitu: Singapuru, Indonesia, dan baru baru ini sri langka, muangthai, Liberia, Nigeria, pantai gading, dan kamerun.
Menurut skema standar karet Malaysia (SMR), ada empat tingkat dasar karet cetak, yaitu SMR5, SMR10, SMR20, dan SMR50. Untuk setiap tingkatan kadar kotoran , kadar abu, kadar uap, kadar nitrogen, tingkat kekennyalan, dan warna dikususkan secara teliti. Besarnya angka menunjukkan persentase kadar kotoran maksimum yang dapat diperbolehkan dan semua sifat khusus tersebut diperkenalkan untuk memberikan cara pengolahan yang lebih seragam.
28
Tabel 2. Standard Malaysian Rubber
Spesifikasi
SMR 5L
SMR 5
SMR 10
SMR 20
SMR 50
Kadar kotoran maksimum
0,55 % 0,05 % 0,20 % 0,20 % 0,50 %
Kadar abu maksimum
0,60 % 0,60 % 0,75 % 1,00 % 1,50 %
Kadar nitrogen maksimum
0,65 % 0,65 % 0,65 % 0,65 % 0,65 %
Kadar zat atsiri maksimum
1,00 % 1,00 % 1,00 % 1,00 % 1,00 %
PRI maksimum
60
60
50
40
30
Plastisitas wallance minimum
30
30
30
30
30
Hijau muda
Hijau muda
coklat
merah
kuning
jernih
jernih
jernih
jernih
jernih
Kode warna Warna bungkus plastic
Spesifikasi karet yang bermutu tinggi mencakup tambahan pengasapan pada karet tersebut sehingga lebih berguna bagi pemakaiannya. Akhirnya skena trsebut memperkenalkan suatu tingkatan-tingkatan terbaru dari SMR, yaitu karet serbaguna atau karet GD. Tingkatan ini akan mengkhususkan bahan-bahan mentah ternasuk lateks, karet lembaan, field coagulum (lump) dengan kadar kotoran yang rendah, tingkat kekentalan mooney yang terkontrol dan ciri-ciri vulkanisasi yang nyata. Skema SMR juga mengkhususkan ukuran karet cetkan teersebut dan pengemasannya.
Mengikuti jejak Malaysia, sekarang Negara-negara lain juga menggunakan skema patokan dan skema pengawasan mutu. Sesuah skema SMR, skema tersebut berikutnya adalah standar karet Indonesia (SIR), diikuti oleh Specified Singapore Rubber, dan thai technical rubber. Sebagai tumbuhan pada tingkat dasar dan tingkat khusu dari karet yang secara teknis telah dispesifikasi tersebut.
29
2.9
Pengolahan Karet Remah
Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam perdagangan dikenal dengan sebuah karet spesifikasi teknis, karena penentuan kaualits atau penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisa yang teliti di laboratorium dan dengan menggunakan perlengkapan analisis yang mutakhir.
Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha untuk menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya, disajikan sertifikasi uji coba laboratorium, pengepakan dan bongkah yang kecil, mempunyai berat dan ukuran yang seragam, dan ditutup dengan lembaran plastic polietilen. Persaingan karet alam dan karet sintetis yang merupakan dasar timbulnya jenis karet ini. Keterangan sifat teknis karet serta keistimewaan tiap jenis disertakan pula. Beberapa pihak pengolahan karet alam akhirnya mengupayakan perbaikan mutu karet alam dengan membuat bahan karet yang sudah diketahui sifat-sifat teknisnya.
Dengan pengolahan karet remah diperoleh beberapa keuntungan yaitu proses pengolahannya lebih cepat, produk lebih bersih dan lebih seragam, dan penyajiannya lebih menarik. Karet
spesifikasi
teknis
diperdaganggkan dengan spesifikasi
adalah
mutu
jenis
teknis
produk
dengan
karet
yang
bermacam-macam
karakteristik antara lain: SIR 5CV, SIR 5LV, SIR 5L, SIR 10, SIR 20, dan SIR 50, juga yang diperdagangkan dengan karet bongkah berukuran 28 x 14 x 6,5 inci3 atau 70cm x 35cm x 16,25cm dengan bobot 33,3kg, 34kg dan 35kg per bangkoh, terbungkus rapi dengan plastik politein setebal 0,03 mm dengan titik pelunakan 1080C, berat jenis (specific grafity) 0,92 dan bebas dari macam pelapis (coating).
30
Beberapa bahan olah karet dapat diolah menjadi karet remah. Dalam pengolahan karet remah digolongkan ke dalam dua macam bahan baku, yaitu lateks kebun dan lump serta gumpalan mutu rendah. Proses pengolahan karet remah dapat dilakksanakan dengana bermacam-macam cara prosesing. Salah satu cara ini adalah pengolahan menurut Proses Guthrie.
2.9.1 Karet Remah Dengan Bahan Baku Lateks
Tahap pengolahan karet remah dengan bahan baku lateks di bagi kedalam 5 tahap pengolahan yaitu:
1) Pembekuan lateks Proses pembekuan atau koagulasi dilaksanakan dalam bak-bak pembekuan. Lateks kebun dalam bak pembekuan dibubuhi dengan asam semut 1% tambah melase 0,36%. Bak pembekuan terbuat dari aluminium atau tegel proselin, yang dapat dipasangi sekat-sekat dengan jajrak 30cm. untuk memperoleh karet remah yang berwarna putih, selain koagulan dan melase, kedalam bak pembekuan dibubuhkan juga larutan natrium bisulfat, dengan konsentrasi 0,05%. Dalam waktu 18-24 jam akan terbentu koagulan yang siap untuk digiling atau diremahkan.
2) Peremahan Koagulum dari bak pembekuan yang berukuran 45 cm x 25 cm x 23 cm dimasukkan kedalam mesin pisau berputar (rotary cutter) yang dilengkapi dengan saringan yang berlobang ukuran 1,6-1,9 cm. remah-remah yng terbentuk, setelah melalui saringan, akan diterima dalam kotak kotak pengering. Pada peremahan ini air
31
pencuci dibutuhkan sebanyak sekitar 5 liter permenit. Guna air pencucian ini adalah untuk memudahkan peremahan dan untuk membersihkan remah-remah tersebut.
3) Pengeringan Remah remah dari mesin peremah diterima dalam kotak-kotak pengeringan yng terbuat dari besi tahan karat. Kotak-kotak ini kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengering unidryer atau alat pengering lorong. Ukuran kotak pengeringan adalah 120 cm x 50 cm x 40 cm diisi dengan 16 kg karet remah, dan tiap kotak disesuaikan dengan ukuran bandela yang dikehendaki. Oleh karena itu tiap kotak dibagi menjadi dua ruang, higga tiap ruang berisi 8 kg. suhu dalam lorong unidryer adalah 70-1000C, lama pengeringan 4 jam dengan kapasitas 400 kg per jam. Kotak di dalam lorong pengeringan berjalan perlahan-lahan dari pangkal menuju ke ujung.
Karet remah yang keluar dari alat pengeringan dengan suhu 100 0C dapat bertahan pada suhu sekitar 80 0C selama beberapa hari. Dalam proses pengeringan terdapat pula alat pendingin (cooler) yang dapat menurunkan suhu gumpalan karet remah menjadi sekitar 50-60 0C sewaktu keluar dari mesin pengering. Dengan demikian, gumpalan remah dapat dikerjakan lebih lanjut.
4) Pengempaan Remah-remah yang keluar dari mesin pengering unidrayer berada dalam kotak-kotak. Remah remah kemudian diangkat dan ditaruh diatas meja yang tersedia. Sejumlah remah ditimbang untuk memperoleh berat 35 kg kemudian dimasukkan kedalam mesin pengempa. Mesin pengempa yang terbaik adalah mesin yang dapat membentuk bongkoh-bongkoh dengan bentuk yang baik dan volume yang kecil, dengan kapapsitas sebesar mungkin, tetapi tidak mudah dalam operasi dan perawatan.
32
Untuk memperoleh bongkoh yang bagus, harus menggunakan mesin pengempa bertenaga besar, misalnya 60-100 ton. Remah-remah seberar 35 kg yang masih panas dikempa selama 30 menit. Sebagai hasilnya diperoleh bongkohan dengan ukuran 75 cm x 35 cm x 15,25 cm atau 28 x 14 x 6,5 inci dan terdapat tanda SIR pada permukaan bongkah tersebut.
5) Pembungkusan Setelah bongkohan keluar dari mesin pengempa, bongkahan tersebut harus dibiarkan dahulu selama 8-12 jam supaya menjadi dingin. Kemudian bongkahan di bungkus dengan plastik politen untuk SIR (Standar Indonesia Rubber) yang tebalnya antara 0,02-0,03 mm. selanjutnya bongkohan tersebut dipak dalam bentuk pallet dan dibungkus dengan plastic hitam yang tebalnya 0,1 mm. berat kotor tiap pallet beserta peti kayu tempat pengempaan pallet adalah 1080 kg, yang terdiri dari berat bersih karet remahnya sebesar 1050 kg dan berat peti kayunya 30 kg. dari bahan baku lateks diperoleh karet remah yang kualitasnya dapat dikategorikan sebagai: SIR 5CV, SIR 5LV, SIR 5L dan SIR 5.
2.9.2 Karet Remah Dengan Bahan Baku Gumpalan Mutu Rendah.
Bahan baku karet remah adalah lump mangkok, skrep, lump tanah, krep mutu rendan. Urutan kerja pengolahan karet remah dengna bahan baku gumpalan mutu rendah adalah sebagai berikut:
33
1. Perendaman Bahan-Bahan seperti lump mangkok dan gumpalan mutu renah lainnya harus diolah secara terpisah. Sebelum diremahkan, bahan tersebut direndam dalam tangki prelunak (blending tank) supaya kotoran-kotoran yang melekat pada permukaannya terlepas dan mengendap. Bila bahan dasar berupa lump mangkok, bahan tersebut tidak perlu direndam terlebih dahulu sebelum pengolahan lebih lanjut. Tetapi untuk bahan dasar selain sleb perlu dilakukan perendaman dan digiling dalam gilingan pelunak atau gilingan pencuci. Penggunaan gilingan palu (hammer mill) akan dapat mempercpat pembersihan dari kotoran seperti potongan kayu, tanah atau bahan keras ;lainnya yang berada di dalam bongkah-bongkah gumpalan mutu rendah tersebut.
Bahan dasar yang telah dicuci dan dilunakkkan dialirkn melalui saluran air menuju sabuk pengangkut dan di bawa mesin pisau berputar. Bahan tersebut akan dipotong-potong dan kemudian disaring melalui saringan berukuran 2,5 cm. Pada unit prosesing karet remah tipe tertentu, potongan potongan ini sebekum diremahkan terlebih dahulu digiling dalam gilingan kreb sehingga menjadi lembran lembaran panjang seperti brawn crepe. Lembaran inilah yang kemudian diremahkan.
2. peremahan Lembaran- lembaran krep yang dihasilkan oleh gilingan krep kemudiaan dimasukkan kedalam mesin pencacah (cutter mill). Dalam proses peremahan ini kedalam mesin dialirkan pula air unntuk memudahkan peremahan dan mencegah rolrol dan pisau-pisau peremah menjadi panas. Remah remah yang terbentu dialirkan melalui aliran air dan kemudian dengan ban berjalan (conveyor) remah-remah dibawa ke kotak pengering yang terdekat pada mesin pengering.
34
3. pengeringan Dengan menggunakan mesin pengering unidrayer
atau pengiring lorong,
remah remah abash dimasukkan kedalam kotak-kotak pengering. Kotak dimasukkan kedalam mesin pengiring yang kemudian berjalan dari arah depan menuju belakang. Suhu di dalam unidryer berkisar 70-200 0C, lama pengeringan 4 jam dan kapasitas pengeringan 400 kg
tiap jam. Remah-remah yang keluar dari mesin pengering
berbentuk bangkoh yang tidak padat, yang setelah mengalami pendinginan di dalam mesin (cooler) diperoleh bongkahan-bongkahan yang panasnya 50-600 C.
4. Pengempaan Pengempaan dan alat pengempaan sama dengan pada pengempaan remah yang bersal dari bahan baku lateks. Bongkahan-bongkahan seberat 35 kg dikempa dengan kekuatan mesin kempa 60-100 ton selama 30 menit sampai diperoleh bongkahan berukuran 70x35x16,25 cm. tiap bongkahan dibungkus dengan lembaran plastic politein yang tebalnya 0,03 mm. dari bahan baku lump dan gumpalan mutu rendah diperoleh karet remah kualitas SIR 10, SIR 20, SIR50.
2.9.3 penentuan Kualitas Karet Remah
Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan pengolahan berdasarkan cirri-ciri teknis. Yang menjadi dasar spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zar dan unsure-unsur tertentu yang terdapat pada karet, yang berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Unsur-unsur penentuan kualitas secara spesifikasi teknis adalah:
35
a. Kadar Kotoran (Dirt Content) Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriteria terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet. Kadar kotoran ditentukan dari jumlah kotoran yang tertampung diatas saringan astm 325 mesh (ukuran celah 44 mikron) dan berasal dari sejumlah tertentu sample karet yang dilarutkan dalam terpentin mineral.
Kotoran yang terdapat di dalam karet akan merusak sifat baik dari barang jadi karet (vulkanisasi) terutama mengenai ketahanan retak lentur (flekx cracking) dan keausannya. Pada dasarnya lateks yang keluar dari pohon adalah 100% bersih dari kotoran 325 mesh. Tindakan pengerjaan selanjutnya sesudah lateks keluar dari pohon menyebabkan adanya kotoran dalam produk karetnya. Kadar kotoran dipengaruhi oleh faktor-faktor: jenis bokar, dan penjagaan serta pemeliharaan kebersihan pabrik.
b. Kadar Abu (Ash Content) Kadar abu ditentukan dengan menghitung hasil pengabuan suatu sample karet setelah dipijarkan selama 2 jam pada suhu 550 0C . Penetapan syarat uji kadar abu dimaksudkan untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung bahan kimia seperti natrium bisulfat, natrium karbonat, tawas dan yang lain yang biasa digunakan dalam proses pengolahan. Kadar abu dipengaruhi oleh faktor-fakktor kontaminasi bahan-bahan asing dan jenis bahan pembeku yang digunakan.
Kadar abu yang tinggi jarang terjadi kecuali apabila ke dalam lateteks dengan sengaja ditambahkan bahan bahan asing misalnya: Lumpur, pasir halus, untuk memanipulasi penentuan kadar karet kering dengan alat metrolak, atau jika koagulan
36
kebun telah dikotori oleh Lumpur, endapan lateks, tanah liat, pasir, dan talk. Kotoran yang halus ini biasanya lolos dari saringan 325 mesh sehingga tidak bisa diamati sebagai kadar kotoran tetapi muncul sebagai kadar abu yang tinggi.
Kotoran halus yang berupa pasir atau tanah liat merusak sifat vulkanisasi karetnya.Penggunaan asam mineral seperti asam sulfat dan asam fosfat atau garam kalsium untuk membekukan lateks akan menyebabkan kadar abu tinggi pada karet keringnya. Juga kotoran terlarut berupa garam-garam anorganik seperti kalsium klorida, natrium sulfite atau bisulfit, dapat meninggikan kadar abu bila jumlahnya banyak dan tidak tercuci bersih waktu pengolahan penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap penambahan bahan-bahna pengisi kedalam karet pada waktu pengolahan.
c. Kadar Zat Menguap (Volatile Content) Penentuan kadar zat menguap ini Kadar zat menguap kadar zat menguap adalah kadar air di dalam karet mentah. Kegunaannya untuk memastikan bahwa karet mentah yang dijual telah dikeringkan secar sempurna. Kadar zat menguap dipengaruhi oleh faktor-faktor: konndisi pengeringan karet, bentuk dan ukuran bokar, serta asal bokar. Jumlah kadar menguap di dalam karet menyatakan ukuran tingkat pengeringan dan oleh karena itu tergantung kepada kondisi dimana karet tersebut dikeringkan. Biasanya karet yang kurang kering akan menghasilkan zat menguap yang tinggi, tetpi terlalu kering juga mempengaruhi sifat fisik karet, maka untuk suhu oengeringannya harus disesuaikan dengan jenis bokar yang diolah, umumnya 100-105 dimaksudkan untuk menjamin bahwa kakret yang disajikan cukup kering.
0
C
37
Selain penentuan ketiga bahan tersebut diatas, masih dianalisa juga kadar tembaga, mangan dan nitrogen. pada akhirnya hasl spesifikasi teknis disimpulkan dalam suatu standart yaitu Standard Indonesia Rubber (SIR). Standar Indonesia Rubber adalah produk karet alam yang baik prosesing ataupun penentuan kualitasnya, dilakukan secara spesifikasi teknis. Karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bendela-bendela dengan ukuran yang telah ditentukan. Standar mutu karet bongkah atau karet remah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber).
Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapatkan pengawasan empat laboratorium, yaitu laboratorium standar, laboratorium control, dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentuan ini dimaksudkan agar sir dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dasri Negara produsen Negara karet bongkah selain Idonesia yang memiliki standard sendiri-sendiri.
Tabel 2. Standard Indonesian Rubber (SIR)
Spesifikasi
SIR5L
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 50
Kadar kotoran maksimum
0,05 %
0,05 %
0,20 %
0,20 %
0,50 %
Kadar abu maksimum
0,05 %
0,05 %
0,75 %
1,0 %
1,50 %
Kadar zat atsiri maksimum
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
PRI minimum
60
60
50
40
30
Plastisitas – Po minimum
30
30
30
30
30
hijau
hijau
-
Merah
Kuning
Kode warna
Sumber : Thio Goan Loo, 1980
38
2.10
Manfaat Karet Alam
Karet alam banyak digunakan dalam industri- industri barang. Umumnya alatalat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari- hari maupun dalam usaha industri seperti mesi-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antaara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat
atau
tahanan
alat-alat
penghubung
dan
penahan
getaran,
misalnya
shockabsorbers. Karet bias juga digunakan untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil dan pada alat alat lain membuat pintu trpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.
Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebuah tali kipas mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, dan pipa udara. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat brang, selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan menggunakan bahan karet.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Peralatan Dan Bahan
3.1.1 Alat -
Analitical balanca
-
Lab mill
-
Gelas Erlenmeyer
-
Oven
-
Saringan 325 mesh
-
Pemanas infra red
-
Penjepit
-
Woshing bottle
-
Gunting
-
Muffle furnance
-
Porceline crucible
-
Desikator
-
Furne cup board
-
Talam aluminium
-
Hot plate
Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008. USU repository © 2009
40
3.1.2 Bahan -
Mineral terpentin
-
Curio Ts Sol 36%
3.2
Prosedur Analisa Laboratorium
3.2.1 Penentuan Kadar Kotoran (Dirt Content) -
Ditimbang sample sebanyak 10 gram.
-
Dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah diisi mineral terpentin sebanyak 230 ml dan Curio Ts Sol 36% sebanyak 1,2 ml.
-
o
Dipanaskan pada box infrared dengan suhu 255 C selama 2 jam dan selama pemanasan diguncang beberapa kali sampai larut dengan baik.
-
Sebelunya saringan ditimbang dalam keadaan kosong dan dicatat nomor saringannya.
-
Setelah 2 jam kemudian larutan disaring.
-
Dibilas Erlenmeyer dengan washing bottle untuk membersihkan kootoran yang tinggal di dasar Erlenmeyer.
-
Dikeringkan saringan di dalam oven selama 1 jam sampai mencapai suhu o
kamar (100 C )
-
Didinginkan saringan beserta kotoran.
-
Ditimbang dan dicatat berat saringan yang berisi kotoran kotoran.
41
-
Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel no 18, 27, 36, 45, 54, 63, dan 72 dan dicatat beratnya.
3.2.2 Penentuan Kadar Abu (Ash Content) -
Ditimbang sampel sebanyak 5 gram.
-
Ditimbang crusible kosong dan dicatat nomor crusiblenya.
-
Dimasukkan sampel kedalam crusible dan dipanaskan di atas hot plate di dalam fure cup board sampai sampel habis terdekomposisi. o
-
Kemudian dipindahkan ke mufle furnance dengan suhu 550 C selama 2 jam.
-
Dikeluarkan crusible dari fufle furnance dan dimasukkan kedalam desikator hingga mencapai suhu ruang.
-
Ditimbang crusible berisi abu dengan hati-hati dan dicatat hasil penimbangan yang dilakukan.
-
Crusible yang berisi abu dimasukkan kembali ke mufle furnance dengan suhu 550 oC selama 2 jam.
-
Dikeluarkan crusible dari mufle furnance dan dimasukkan ke dalam desikator hingga mencapai suhu ruang.
-
Ditimbang crusible berisi abu dengan hati-hati dan dicatat hasil penimbangan yang dilakukan.
-
Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel nomor 18, 27,36, 45, 54, 63, dan 72. dan dicatat beratnya.
42
50
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
Pengumpulan data-data dipabrik didukung dengan data dari laboratorium untuk memecahkan pokok permasalahan. Data-data pengamatan diperoleh selama pabrik beroperasi normal.
43
4.1.1 Hasil Analisa Kadar Kotoran Pada Karet Remah SIR 20
Tgl Prod. Analisa 25/01/08
Nomor
Berat (Gram)
02
9
61
18
62
27
63
36
64
45
65
54
66
63
67
72
68
143
636
231
149
% Kotoran
Contoh
25,1316
10,0018
25,1400
0,0084
0,084
25,1316
10,0018
25,1400
0,0084
0,084
21,7304
10,0024
21,7408
0,0104
0,104
21,7304
10,0024
21,7408
0,0104
0,104
21,8610
10,0091
21,8701
0,0089
0,089
21,8610
10,0091
21,8701
0,0089
0,089
20,4720
10,0053
20,4707
0,0087
0,087
20,4720
10,0053
20,4707
0,0087
0,087
Pallet Contoh Gelas Saringan Saringan 01
Berat Kotoran (gram)
Saringan + Kotoran
43
44
4.1.2 Hasil Analisa Kadar Abu Pada Karet Remah SIR 20
Tgl Prod.
Berat(gram)
Nomor Pallet
Contoh
Crusibel
Analisa 26/01/08
01
02
Crusibel kosong
Contoh
Crusibel+Abu X1
X2
X
Berat Abu (gram)
% Abu
9
61
39,1428
5,0028
39,1688
39,1672
39,168
0,0252
0,49
18
62
33,2652
5,005
33,2907
33,2890
33,2898
0,0246
0,55
27
63
36,2550
5,0016
36,2801
36,2857
36,2829
0,0279
0,55
36
64
39,2505
5,0086
39,2869
39,2856
39,2862
0,0236
0,47
45
65
31,9147
5,0099
31,9404
31,9935
31,9422
0,0275
0,54
54
66
35,8601
5,0060
35,8871
35,8860
35,8865
0,0265
0,52
63
67
35,1027
5,0027
35,1291
35,1289
35,1290
0,0263
0,52
72
68
37,6960
5,0037
37,7230
37,7225
37,7227
0,0267
0,53
Keterangan : X1 = Berat crusible + abu penimbangan pertama X2 = Berat crusible + abu penimbangan kedua X = Berat rata-rata crusible + abu 44
45
4.2
Perhitungan
4.2.1 Penentuan Kadar Kotoran (Dirt Content)
Kadar kotoran (dirt content) diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus berikut: Dirt Content =
M 2 − M1 X 100% Mo
Dimana M0 = Berat Sampel M1 = Berat saringan M2 = Berat Saringan + Kotoran
•
Penentuan Kadar Kotoran Untuk Sampel No 9 Adalah:
Dik : M0 = 10,0026 M1 = 25,1360 gr M2 = 25,1401 gr Dit : % dirt content Dirt Content =
= =
M 2 − M1 X 100% Mo
25,1401 − 25,1316 x100% 10,0026 0,84 10,0026
= 0,084 %
46
•
Penentuan Kadar Kotoran Untuk Sampel No 27 adalah:
Dik : Mo = 10,0024 M1 = 21,7304 gr M2 = 21,7408 gr Dit : % dirt content Dirt Content =
M 2 − M1 X 100% Mo
=
21,7408 − 21,7304 X 100% 10,0024
=
1,04 10,0024
= 0,104% Kadar kotoran pada sampel karet yang lain dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas.
4.2.2 Penentuan Kadar Abu (Ash Content)
Kadar abu (ash content) diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ash Content =
M 2 − M1 x 100% Mo
Dimana M0 = Berat Sampel M1 = Berat Crusible M2 = Berat rata-rata Crusible + Kotoran
47
•
Penentuan kadar abu untuk sampel no 9 adalah:
Dik : M0 = 5,028 gr M1 = 39,1428 gr M2 = 39,1680 gr Dit : % Ash content
Ash content
=
M 2 − M1 X 100% Mo
=
39,1680 X 100% 5,0028
=
2,52 5,0050
= 0,49%
•
Penentuan Kadar abu Untuk Sampel No 18 adalah:
Dik : M0 = 5,0050 gram M1 = 33,2652 gram M2 = 33,2898 gram Dit : % ash content
48
Ash Content
=
M 2 − M1 X 100% M0
=
33,2898 − 33, 2652 X 100 % 5,0050
=
2,46 5,0050
= 0,55%
Kadar abu pada sampel karet yang lain dapat ditentukan dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas.
4.3
Pembahasan.
Kadar kotoran dan kadar abu adalah variabel yang sangat penting dalam menentukan kualitas karet yang sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir yang dibuat dari produk karet. Kadar kotoran (dirt content) ditentukan dari jumlah kotoran yang tertampung di atas saringan 325 mesh yang berasal dari sejumlah tertentu sampel karet yang dilarutkan dalam terpentin mineral. Kotoran yang terdapat didalam karet akan merusak sifat baik dari barang jadi karet terutama mengenai ketahanan retak lentur (flex cracking) dan keausannya. Tindakan pengerjaan sesudah lateks keluar dari pohon menyebabkan adanya kotoran dalam produk karetnya. Kadar kotoran dipengaruhi oleh jenis bokar, dan penjagaan serta pemeliharaan kebersihan pabrik.
Kadar abu (ash content) ditentukan dengan hasil pengabuan suau sampel karet setelah dipijarkan selama 2 jam pada suhu 550 0C. siarat uji kadar abu dimaksudkan untuk memjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengan dung bahan bahan kimia seperti: natrium bisulfit, natrium karbonat, dan tawas yang biasa digunakan dalam proses pengolahan.
49
Kadar abu dipengaruhi oleh faktor–faktor kontaminsi bahan asing dan jenis bahan pembeku yang digunakan. Kadar abu yng tinggi terjadi apabila kedalam lateks dengan sengaja ditambahkan bahan asing seperti Lumpur, pasir halus, untuk memanipulasi penentuaan kadar karet kering, atau jika koagulum kebun telah dikotori oleh Lumpur, endapan lateks, tanah liat, pasir, dan talk. Kotoran yang halus ini biasanya lolos dari saringan 325 mesh sehingga tidak bias diamati diamati sebagai kadar kotoran tetapi muncul sebagai kadar abu yang tinggi, kotoran yang halus berupa pasir atau tanah liat memrusak sifat vulkanisat karetnya. Semua yang menjadi dasar spesifikasi teknis dilakukan dengan pengujian di laboratorium quality control.
Hasil analisa keragaman memunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar kotan yang terdapat dalam karet SIR 20 yang dihasilkan, karena perbandingan persentase komposisi yang digunakan dalam perlakuan sangat tipis perbedaannya. Proses pembersihan yang intensif melalui hammer mill yang ditunjang dengan semprotan air yang cukup dan deras serta pencampuran mikro yang dilakukan dengan gilingan krep juga efektif untuk pembersihan lanjutan.
Selama melakukan praktek kerja lapangan untuk menganalisa kadar kotoran dan kadar abu pada beberapa sampel karet SIR 20 diperoleh kadar kotoran dan kadar abu yang rendah, dengan hasil analisa ini maka tahap pengolahan berikutnya dapat dilaksanakan. Apabila dari hasil analisa diperoleh kadar kotoran dan kadar abu yang tinggi, maka karet akan di olah kembali dengan cara mencampurkannya pada bahan baku yang lain pada unit processing.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Hasil analisa dan pembahasan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan di pabrik industri karet PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
-
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar kotoran yang berbeda untuk setiap karet remah yang dianalisa untuk kadar abu: 0,084 %, 0,104 %, 0,089 %, dan 0,087 %, kondisi ini memenuhi standar kerja ntuk kuaalitas mutu SIR 20.
-
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar abu untuk setiap karet remah yang dianalisa juga berbeda yaitu: 0,49 %, 0,55 %, 0,47 % 0,54 %, 0,52 %, dan 0,53 %, kondisi ini masih memenuhi standar kerja dan memperoleh karet remah yang baik.
-
Untuk penentuan spesifikasi Karet remah yang dihasilkan sudah memenuhi Standard Indonesian Rubber (SIR) yaitu dengan kadar kotoran maksimum 0,20 % dan kadar abu maksimum 1,00 %
Osbal Sugondo Pasaribu : Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan, 2008. USU repository © 2009
51
5.2
Saran
Kadar kotoran dan kadar abu yang rendah merupakan spesifikasi teknis yang diinginkan dalam pengolahan karet remah SIR 20 sehingga diperoleh hasil produksi yang baik, diaharapkan kepada pihak pabrik agar selalu senantiasa menjaga kebersihan pada saat pengolahan bahan baku serta meningkatkan kualitas karet yang dihasilkan sesuai dengan standar yang berlaku, serta memberikan penyuluhan kepada petani karet bagaimana cara mengolah karet dengan baik.
52
DAFTAR PUSTAKA
Http://Www.Kdei-Taipei.Org/Banner/Karet.Htm Yang Direkam Pada 30 mei 2008 20:04:39 Gmt. Joharuddin. 1997. Beri Perencanaan Pengembangan Pengakajian dan Pembangunan. Medan :Pedoman Kerja PTPN III. Setyamidjaja Djoehanna. 1993 KARET. Budidaya dan Pengolahan. Cetakan pertama. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Spillance Dr. james. 1989. Komoditi Karet. Cetakakan pertama.Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Solichin M. 1991. LATEKS. Wadah Informasi Dan Komunikasi Perkebunan Karet. Volume 6. Palembang : Pusat penelitian perkebunan sembawa. Tim penulis penulis PS. 1993. KARET. Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya Dan Pengolahan. Cetakan II. Jakarta : Penerbit Swadaya.