PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH
HENNI HARISANDI 052409035
PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH
HENNI HARISANDI 052409035
PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul
Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas
: PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI : PROPOSAL TUGAS AKHIR : HENNI HARISANDI : 052409035 : DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juni 2008
Diketahui/disetujui oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dosen Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 131 459 466
Dr. HarryAgusnar, M.Sc.,M.Phil NIP. 131 273 466
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
HENNI HARISANDI 052409035
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi-rabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya kepada kita semua serta salawat dan salam kita ucapkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program Diploma III Kimia Industri di FMIPA USU. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini kurang sempurna, karena keterbatasan penulis baik dari segi isi maupun penyusunan kata, namun penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang membaca karya ilmiah ini khususnya serta bagi lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Karena itu, penulis dengan rendah hati mengharapkan segala kritik dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini. Selama penulisan karya ilmiah ini penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan dan petunjuk dari semua pihak, maka kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ayahanda Suharto serta ibunda Poniyem yang selama ini telah berjuang dan atas doa serta nasehat dan kasih saying dari mereka sehingga penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Kakanda Koko Haryanto dan Eli Fitriani beserta adinda Suri Hariningsih yang memberikan dukungan baik fisik maupun moril dan menjadi penyemangat bagi penulis. 2. Bapak Dr. Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phill selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan petunjuk selama menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc., sebagai Dekan FMIPA USU. 4. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS., ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 5. Bapak Seno Adhi P., ST dan bapak Zulkifli selaku pembimbing lapangan di PTPN III PKS Kebun Rambutan. 6. Teman spesial yang memberikan dukungan kepada penulis sehingga menjadi penyemangat selama menyelesaikan karya ilmiah ini. 7. Para sahabat PKL yaitu Bayu Pranata P, Khairuni Ulfa S, dan Yudi Kurniawan. 8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya jurusan Kimia Industri Angkatan 2005 FMIPA USU. 9. Anak-anak Anyelir 4 No 1B yang memberikan bantuan baik moril maupun fisik. 10. Seluruh sahabat penulis dimanapun berada. Penulis memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka diberikan balasan yang setimpal, Amiin yaa rabbal’alamiin. Medan, Juni 2008
Penulis Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Perebusan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam proses produksi minyak kelapa sawit. Proses perebusan dimulai dengan mengisi lori-lori dengan tandan buah segar yang dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuku ketel rebusan yang dapat menampung 8 lori per unit. Dalam proses perebusan, selalu terjadi kehilangan minyak atau sering disebut dengan losses. Kehilangan minyak tersebut dihitung dengan mengambil sampel dari kondensat air rebusan pada setiap puncaknya dengan cara mengekstraksi sampel selama 4 jam. Untuk meminimalisasi kehilangan minyak tersebut, maka tandan buah segar dipanaskan dengan uap pada temperatur 110 – 130 oC dan tekanan 2,8 – 3 kg/cm2 selama 90 – 110 menit. Proses perebusan dilakukan dengan sistem perebusan tiga puncak agar diperoleh hasil yang optimal
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
INFLUENCE OF TIME, TEMPERATURE, AND PRESSURE TO OIL LOSS IN THE CONDENSATE WATER WITH STERILLIZATION THREE PEAKS SYSTEM AT FACTORY OF CRUDE PALM PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI
ABSTRACT
Sterilization is one of the main factors to decide the success in the oil palm preocess. Sterilization is started by containing the fresh fruit bunch that is sent to the sterilizer, pulling by using capstand with is moved by electromotor to enter the sterilizer that accommondated 8 fresh cages per units. In course of sterilizing, always happens the oil loss or often refers as losses. The loss oil can be counted by taking the sample from cndensate boiled water at mentioned, fresh fruit bunch heated with the vapour at temperature about 110 -130oC and pressure 2,8 – 3 kg/cm2 during 90 – 110 minute. The process of sterilizing is done by system sterilization three peaks to be obtained an optimal result.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1
BAB 2
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit 2.2.1 Jenis-jenis Kelapa Sawit 2.2 Minyak Kelapa Sawit 2.2.1 Komposisi dan Sifat Minyak Kelapa Sawit 2.2.1.1 Trigliserida 2.2.1.2 Non Trigliserida 2.2.2 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Minyak Kelapa Sawit 2.2.3.1 Reaksi Penurunan kualitas Minyak 2.2.3.2 Upaya Untuk Mempertahankan Nilai DOBI Minyak Kelapa Sawit 2.3 Persyaratan Mutu Panen TBS Kelapa Sawit 2.4 Perebusan (Sterilisasi) 2.5 Tujuan Perebusan 2.6 Efesiensi Perebusan 2.6.1 Deaerasi 2.6.2 Pembuangan Air Kondensat Pembuangan Uap Bekas 2.6.3 Pemasakan Buah 2.6.4 Pembuangan Uap Akhir 2.6.5 Pengeluaran Lori Dari Rebusan
Halaman ii iii iv v vi vii ix x
1 3 4 4
5 6 8 8 8 10 11 13 13 16 18 19 20 24 24 24 25 25 26
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
2.7 Metode Perebusan 2.8 Sistem Perebusan 2.8.1 Sistem perebusan Satu Puncak 2.8.2 Sistem Perebusan Dua Puncak 2.8.3 Sistem Perebusan Tiga Puncak BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAHAN DAN METODE 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Prosedur Menentukan Kehilangan Minyak (lossis) Pada Air Rebusan
26 28 28 29 30
32 32 33
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data 4.2 Pengolahan Data 4.3 Pembahasan
34 35 36
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
40 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistem Perebusan Satu Puncak Gambar 2. Sistem Perebusan Dua Puncak Gambar 3. Sistem Perebusan Tiga Puncak
halaman 28 29 30
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7
Komposisi asam lemak minyak sawit Komponen dalam minyak kelapa sawit Standar mutu SPM dan Ordinary Bahan yang dapat merusak kualitas minyak Nilai DOBI dari minyak selama pengolahan Tingkat fraksi TBS Siklus tekanan, waktu, dan temperatur perebusan Sistem tiga puncak Tabel 4.1 Hasil analisa kehilangan minyak yang terikut dalam air rebusan pada lab PKS – Kebun Rambutan
halaman 9 11 12 16 17 18 27 34
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses produksi di Kelapa Sawit (PKS) dimulai dengan mengelolah bahan baku sampai menjadi produk, yang bahan bakunya adalah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Proses pengolahan TBS kelapa sawit di setiap pabrik umumnya bertujuan untuk memperoleh minyak dengan kualitas yang baik, tingkat keasaman yang rendah, dan minyak yang mudah dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil-hasil samping lainnya seperti inti sawit (kernel).
Perlakuan selama proses pengolahan tandan buah segar (TBS) yang dilakukan dalam sebuah pabrik merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pabrik tersebut untuk memperoleh dan rendemen yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Untuk tujuan tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal berikut : Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
− Mutu buah sawit (bahan baku) yang dipanen dari kebun − Kondisi alat proses − Mutu dan jumlah bahan pengolahan
Pabrik pengolahan minyak kelapa sawit terdiri dari unit-unit pengolahan yang saling erat hubungannya satu dengan yang lain dan pengolahan dilakukan secara bertahap. Apabila salah satu dari unit-unit pengolahan mengalami gangguan , maka unit pengolahan lainnya juga terganggu. Peristiwa ini disebut dengan stagnasi, yang mengakibatkan kapasitas pabrik tidak tercapai. Salah satu faktor utama yang menimbulkan stagnasi pabrik pengolahan kelapa sawit adalah uap (steam).
Stasiun perebusan merupakan stasiun pertama dari proses pengolahan kelapa sawit setelah TBS ditimbang dan dibongkar di loading ramp. Tujuan dari perebusan tandan buah segar, yaitu untuk melunakkan brondolan TBS sehingga mudah lepas dari janjangannya, untuk menghentikan perekembangan asam lemak bebas (ALB), meminimalkan biji pecah (ke keplokan) sebagai suplai bagi ketersediaan buah rebus (CFC), penyempurnaan dalam pengolahan, serta penyempurnaan dalam proses pengolahan inti sawit. TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efesien. Suasana yang lembab dengan suhu yang tinggi dalam rebusan akan menginaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah, sehingga proses hidolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi dapat dihentikan. Oleh karena itu, tandan yang dipanen harus diusahakan direbus secepatnya. Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah melepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Pada perebusan terjadi pengeringan pendahuluan dari biji dan inti mulai lekang dari biji. Di dalam proses perebusan juga terjadi kehilangan minyak atau sering disebut dengan “ losses” dan tidak dapat dihindari dari setiap stasiun pengolahan.
Namun setiap pabrik kelapa sawit selalu berusaha untuk menekan angka kehilangan minyak ini, khususnya di stasiun perebusan yang akan dibahas dipenulis karya ilmiah ini, yang batas normalnya adalah sebesar maksimal 0,7 %. Karena angka kehilangan minyak pada pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan ukuran efesiensi ekstraksi pabrik maka setiap sisa buangan dari proses pengolahan harus dianalisa dengan seksama dan teliti.
Ada tiga sistem perebusan yaitu satu puncak (single peak), dua puncak (double peak), dan tiga puncak (triple peak). Jumlah puncak dalam perebusan dapat dilihat dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau otomatik.
Berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul pada karya ilmiah ini adalah PENGARUH WAKTU, TEMPERATUR, DAN TEKANAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK PADA AIR KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI. Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini adalah bagaimana pengaruh waktu, temperatur dan tekanan terhadap kehilangan minyak pada air kondensat dengan perebusan sistem tiga puncak di pabrik kelapa sawit PTPN III kebun Rambutan Tebing Tinggi.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah : − Untuk mengetahui cara penekanan kehilangan minyak dalam proses pengolahan kelapa sawit di stasiun perebusan dengan mengoptimalkan tekanan uap air (steam), waktu dan temperatur yang digunakan selama proses perebusan kelapa sawit berlangsung. − Untuk mengetahui prosedur proses pengolahan TBS kelapa sawit di stasiun perebusan dengan sistem tiga puncak (tripple peak). − Untuk mengetahui kadar minyak air rebusan (kondensat) yang dianalisa di laboratorium.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
1.4. Manfaat − Menerapkan teori yang telah dipelajari selama kuliah terhadap proses produksi pabrik dalam skala besar. − Meningkatkan pencapaian sasaran mutu produk yang terbaik. − Sebagai masukan bagi pabrik kelapa sawit untuk meminimalisasi kehilangan minyak yang terjadi di stasiun perusahaan.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEJARAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912.
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Habitat asli kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80 – 90 %. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
(Http://id.wikipedia.org/wiki/kelap_sawit)
2.1.1 Jenis – Jenis Kelapa Sawit
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi − Dura, − Pisifera, dan − Tenera.
1. Varietas Dura Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah, daging buah tipis, peresentase daging buah terhadap buah 30 – 50%, inti buah besar, namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.
2. Varietas Psifera Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buahnya sangat kecil. Kandungan minyak pada daging buah cukup tinggi karena sabutnya (daging) tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.
3. Varietas Tenera Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.
4. Varietas Macro Carya Daging buahnya sangat tipis, tempurung sangat tebal (4 – 5 mm). 5. Varietas Dwikka Wakka Daging buahnya serabut berlapis dua, oleh karena itu disebut Dwikka.
Dalam perkembangan selanjutnya, oleh berbagai pusat penelitian kelapa sawit, varietas tenera telah dimodifikasikan sehingga menghasilkan keturunan yang mempunyai sifat jauh lebih baik dari pada varietas semula, baik melalui persilangan, kultur jaringan, maupun kloning. Berdasarkan warna kulit buahnya, terdapat tiga varietas buah kelapa sawit, Nigrescens, Virescens, dan Albescens. (Risza, 1994)
2.2 MINYAK KELAPA SAWIT 2.2.1 Komposisi dan Sifat Minyak Kelapa Sawit
Diantara sumber minyak pangan yang tersedia di Indonesia (juga tingkat dunia), minyak sawit merupakan sumber yang utama dengan tingkat konsumsi lebih dari 80 %. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat karena mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari delapan. Warna minyak sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. (S. Ketaren, 1986)
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
2.2.1.1 TRIGLISERIDA
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya dalam berbentuk (wujud). Disebut minyak jika berbentuk cair dan lemak jika berbentuk padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak. (Mangoensoekardjo, 2003)
CH2 – OH
+
R1 – COOH
CH2 – COOR1
CH – OH
+
R2 – COOH
CH – COOR2
CH2 – OH
+
R3 – COOH
CH2 – COOR3
Gliserol
Asam Lemak
Trigliserida
+ 3 H2O
Air
Sifat trigliserida akan tergantung pada perbedaan asam-asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya.
Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit
No 1
Nama Asam Asam Miristat
Jenis Asam lemak jenuh
Rumus Molekul C13H27COOH
Kadar (%) 1,8
2
Asam Palmitat
Asam lemak jenuh
C15H31COOH
40
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
3
Asam Stearat
Asam lemak jenuh
C17H35COOH
3,0
4
Asam Laurat
Asam lemak jenuh
C11H23COOH
2,0
5
Asam Arakhidat
Asam lemak jenuh
C19H35COOH
1,0
6
Asam Oleat
Asam lemak tidak jenuh
C17H33COOH
42
7
Asam Linoleat
Asam lemak tidak jenuh
C17H31COOH
7,9
8 Asam Linoleat Asam lemak tidak jenuh Sumber : J. Sartono, 1997
C17H27COOH
1,1
Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis secara kimia sebagai berikut : CH2 – COOR1 CH – COOR2
CH2 – OH + H2O
CH2 – COOR3 Trigliserida
CH – COOR2
+ R1COOH
CH2 – COOR3 Air
Digliserida
FFA
Gliserida dalam minyak bukan merupakan gliserida sederhana, tetapi merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan asam lemak yang berbeda.
2.2.1.2 NON TRIGLISERIDA
Minyak juga mengandung komponen non trigliserida dalam jumlah kecil, tetapi komponen ini juga harus dipisahkan karena menyebabkan rasa, bau dan warna minyak yang kurang menyenangkan. Komponen non trigliserida dan kotoran yang dikandung oleh minyak dapat dibedakan atas : Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
a. komponen terlarut dalam minyak. Misalnya : asam lemak bebas, karoten, lendir (gum), tocopherol, sterol dan alkohol. b. komponen yang tersuspensi dan tidak larut. Misalnya : Karbohidrat Minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang belum dapat digunakan sebagai bahan makanan karena masih mengandung logam-logam, mineral maupun lendir yang tinggi , sehingga sulit dicerna apabila digunakan sebagai bahan makanan manusia. CPO merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah kelapa sawit sehingga diperoleh minyak mentah yang mempunyai warna merah kekuningan karena kandungan karotein yang tinggi yaitu dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi oleh penanganan selama dalam proses produksi. Sehingga, bila minyak ini nanti diproses lagi maka standar produksi minyak mentah akan ditentukan. (Elisabeth J, 2000)
Tabel 2.2 Komponen Dalam Minyak Kelapa Sawit
No
Komponen
Kuantitas
1
Asam lemak bebas (%)
3,0 – 4,0
2
Karoten (ppm)
500 – 700
3
Fosfolipid (ppm)
500 – 1.000
4
Dipalmito stearin (%)
1,2
5
Tripalmitin (%)
5,0
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
6
Dipalmitolein (%)
37,2
7
Palmito stearin olein (%)
10,7
8
Palmito olein (%)
42,8
9
Triolein linole (%)
3,1
Sumber : Iyung Pahan (2008)
2.2.2 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit Standar mutu adalah hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak sawit, yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu minyak sawit adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadibility, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Mutu minyak sawit yang baik mempunyai kandungan air yang kurang dari 0,1 % dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang dari 2 %), bilangan peroksida dibawah 2 %, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat), tidak berwarna hijau, jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (S. Ketaren, 1986)
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Untuk memperkuat daya saing minyak sawit di pasaran internasional, produsen melakukan peningkatan produktivitas dan kualitas serta meningkatkan efesiensi pengolahan. Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui dengan melalui sortir buah sebelum diolah, sehingga mendapatkan mutu minyak kelapa sawit menurut standart mutu Special Prime Bleach (SPB). (Iyung P, 2008)
Standart mutu Special Prime Bleach (SPB) dibandingkan dengan mutu Ordinary dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.3 : Standar Mutu SPB dan Ordinary
No
Kandungan
SPB
Ordinary
1
Asam lemak bebas (%)
1–2
3–5
2
Kadar air (%)
0,1
0,1
3
Kadar Kotoran (%)
0,002
0,01
4
Besi (ppm)
10
10
5
Tembaga (ppm)
0,5
0,5
6
Bilangan iod
53 ± 1,5
45 – 56
7
Karotene (ppm)
500
500 – 700
8
Tocopherol (ppm)
800
400 - 600
Sumber : S. Ketaren (1986) Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
2.2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit yang disimpan dapat mengalami penurunan mutu jika tidak ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis.
2.2.3.1 Reaksi Penurunan Kualitas Minyak Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti absorbsi baud an kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan reaksi kimia.
1) Absorbsi bau dan kontaminasi
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan yang mengandung minyak (lemak) yaitu usaha mencegah pencemaran bau dan kontaminasi dari alat penampungan. Hal ini karena minyak (lemak) dapat mengabsorbsi zat menguap atau bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorbsi dan kontaminasi dari wadah ini akan menyebabkan perubahan pada minyak, di mana akan menghasilkan bau tengik sehingga menurunkan kualitas minyak.
Proses absorbsi dan kontaminasi dari tempat penyimpanan dapat dihindari dengan pemakaian bahan yang sesuai. Untuk penampungan dan penyimpanan minyak kelapa sawit, bisa dipakai bahan dari stainless steel atau mild steel yang dilapisi dengan cat epoxy. Bahan yang berasal dari seng tidak dianjurkan untuk tempat penyimpanan minyak sawit.
2) Aksi enzim
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Biasanya, bahan yang mengandung minyak (lemak) mengandung enzim yang dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam keadaan tidak aktif. Sementara, jika organisme telah mati maka koordianasi antar sel akan rusak sehingga enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari aktivitas enzim dapat diketahui dengan mengukur kenaikkan bilangan asam.
Adanya aktivitas enzim akan menghidrolisis minyak sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan menghasilkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam. Untuk mengurangi aktivitas enzim ini bisa diusahakan dengan penyimpanan minyak pada kondisi panas, minimal 50oC.
3) Aksi mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba (jamur, ragi, dan bakteri) biasanya terjadi jika masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan pun masih mengandung mikroba yang berjumlah maksimum 10 organisme setiap gramnya. Dalam hal ini, minyak dapat dikatakan steril. Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, dan perubahan warna miyak.
4) Reaksi kimia
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Faktor penyebab kerusakan minyak kelapa sawit yang perlu mendapatkan perhatian dan besar pengaruhnya yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis, oksidasi, polimerisasi dan lain-lain.
Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah terjadinya hidrolisis, kandungan air dalam minyak harus diusahakan seminimal mungkin. Proses hidrolisa yang sengaja biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa. Proses ini dikenal sebagai proses penyabunan. Proses penyabunan ini digunakan dalam industri. Biasanya ditambahkan dengan alkali (NaOH) sehingga terjadi reaksi penyabunan.
Reaksi oksidasi minyak sawit akan menghasilkan senyawa aldehida dan keton. Adanya senyawa ini tidak disukai karena menyebabkan ketengikan. Pengaruh lain akibat oksidasi yaitu perubahan warna karena kerusakan pigmen warna, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang biasa dilakukan untuk menghambat reaksi oksidasi yaitu dengan pemanasan (50 – 55oC) yang mematikan aktivitas mikroorganisme.
Reaksi polimerisasi merupakan penggabungan satu molekul dengan molekul yang lain sehingga membentuk molekul yang lebih besar. Polimerisasi pada minyak merupakan kelanjutan dari reaksi oksidasi dan pemanasan. Polimer yang terbentuk mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari trigliserida. Jika disimpan dalam temperatur kamar, polimer akan membentuk kristal–kristal halus yang sukar larut dalam minyak.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Jika polimerisasi berlanjut terus, akan terbentuk bahan gum yang mengendap. (Iyung P, 2008)
Menurut Arnott (1963) ada beberapa bahan yang dapat merusak kualitas minyak. Ia
mengkategorikan kandungan bahan-bahan yang dapat merusak kualitas minyak
kelapa sawit, sebagai berikut :
Tabel 2.4 Bahan Yang Dapat Merusak Kualitas Minyak
Bahan
Sangat rendah
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Sangat tinggi (%)
(%) Asam lemak bebas
<20
2,0 - 2,7
2,8 - 3,7
3,8 - 5,0
>5,0
Kadar air
<0,1
0,1-0,19
0,2-0,39
0,4 - 0,6
>0,6
Kadar kotoran
<0,005
0,026 -0,05
>0,05
0,005-0,01 0,01 -0,025
Sumber : Http://elerning.unej.ac.id/courses/
2.2.3.2 Upaya Untuk Mempertahankan Nilai DOBI Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit mengandung zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah–kuning pada minyak. Warna tersebut kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna kecokelat-cokelatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan (kemampuan untuk dipucatkan Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
semakin berkurang). Penurunan daya pemucatan ini disebut DOBI (Detterioration of Bleachability Index).
Adanya warna dan bilangan DOBI yang rendah tidak disukai dalam industri karena minyak sawit semakin sulit untuk dipucatkan. Berdasarkan evaluasi terhadap nilai DOBI minyak sawit, nilai DOBI minyak sawit dapat dikelompokkan 4 macam, yaitu sebagai berikut : − DOBI < 1,7 – berarti jelek − 1,8 < DOBI < 2,3 – berarti kurang baik − 2,4 < DOBI < 2,9 – berarti cukup − DOBI > 2,9 – berarti baik Bilangan DOBI merupakan gambaran kerusakan minyak akibat proses oksidasi yang terjadi sejak panen, lalu ditunjukkan pada proses pengolahan, penimbunan, dan pemompaan ke kapal tanker angkut. Kerusakan kualitas tersebut akan berperan pada proses pengolahan yang lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian setiap kegiatan yang mempengaruhi kerusakan minyak, seperti : mengawasi sistem panen dan pada transportasi, menghindari pemakaian uap kering, menghindari pemakaian uap secara langsung pada stasiun pemurnian, menghindarkan pemanasan yang berlebihan di dalam unit pengolahan, dan mengendalikan penimbunan dalam proses pengolahan.
Hasil penelitian terhadap kualitas minyak sawit untuk setiap proses ditunjukkan oleh tabel berikut:
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 2.5 : Nilai DOBI dari Minyak Sawit Selama Pengolahan
No
Stasiun Pengolahan
Nilai DOBI
1
Oil gutter
3,47 – 3,65
2
Settling tank
3,02 – 3,36
3
Oil tank
2,88 – 2,98
4
Vacuum dryer
2,54 – 2,78
5
Sludge seperator
2,34 – 2,48
6
Fat pit
1,58 – 1,97
7
Minyak produksi
2,92 – 2,98
Sumber : Iyung P, 2008
2.3 PERSYARATAN MUTU PANEN TBS KELAPA SAWIT
Panen yang diterima di pabrik adalah berupa tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). TBS yang telah siap dipanen lalu dibawa ke pabrik untuk diolah tetapi sebelumnya disortasi lebih dahulu di loading ramp. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan. Dikenal ada lama fraksi TBS yang dapat kita lihat pada tabel berikut : Tabel 2.6 : Tingkat Fraksi TBS
No Kematangan 1
Mentah
Fraksi
Jumlah Brondolan
Keterangan
00
Tidak ada,
Sangat mentah
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
berwarna hitam 1 – 12,5 % 0
Buah luar membrondol
Mentah
12,5 – 25 % 2
Matang
1
Buah luar membrondol
Kurang matang
25 – 50 % 2
Buah luar membrondol
Matang I
50 – 75 % 3
Buah luar membrondol
Matang II
75 – 100 % 3
Lewat
4
matang
Buah luar membrondol
Lewat Matang I
Buah dalam juga membrondol 5
Ada buah yang busuk
Lewat matang II
Sumber : Pusat Penelitian Marihat (1982) Derajat kematangan yang baik jika TBS dipanen pada fraksi 1, 2, 3, dan 4. Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut : − Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25 % dari berat tandan seluruhnya − Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20 % dari jumlah tandan − Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 % dari jumlah tandan − Tandan yang terdiri dari fraksi 4 maksimal 15 % dari jumlah tandan. (M. Hadi, 2004) Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
2.4 PEREBUSAN (STERILISASI)
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, dan cangkang.
Sebagai tahapan awal dari rangkaian unit proses yang berlangsung di pabrik kelapa sawit adalah proses perebusan buah (sterilization) yang berfungsi untuk merebus tandan buah segar (TBS) di dalam suatu bejana uap bertekanan (sterilizer).
Perebusan atau sterilisasi buah dilakukan dalam sterilizer yang berupa bejana uap bertekanan. Biasanya steriliser dirancang untuk dapat memuat 6 sampai 10 lori dengan tekanan uap 3 kg/cm2. Lori adalah tempat buah direbus, yang dapat menampung buah 2,5-3,5 dan 5,0 ton. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Lori tempat buah di buat berlubang dengan diameter 0,5 inch, yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air kondensat yang terdapat diantara buah. Dalam proses perebusan TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135oC selama 80 – 90 menit. Steriliser harus dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) untuk menjaga tekanan di dalam steriliser tidak melebihi tekanan kerja maksimum yang diperkenankan. (D. Darnoko, 2003) Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
2.5 TUJUAN PEREBUSAN
Tujuan dari perebusan antara lain : − Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas (ALB) minyak yang akan dihasilkan Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi yang tetap bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Enzim oksidase berperan dalam pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadai gugus aldehid dan keton. Senyawa yang terakhir ini bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase. Aktivitas enzim semakin tinggi bila buah mengalami kekemaran (luka). Untuk mengurangi aktivitas enzim, sampai dipabrik diusahakan agar kemerahan buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50oC. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya perebusan dilakukan dengan temperatur tinggi lebih dari 50oC.
− Memudahkan pelepasan brondolan buah dari tandan. Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepas dari janjangannya buah dapat terlepas dari janjangannya dengan cara hidrolisa hemisellulosa dan pektin yang terdapat pada pangkal buah. Hidrolisis dapat terjadi dengan proses kimia, kimia Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
fisika dan biokimia. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah sebagian terjadi di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah yang membrondol. Reaksi hidrolisis hemiselllulosa dan pektin dapat terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap kedalam buah karena adanya tekanan. Hidrolisis pektin pada tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu dilanjutkan dengan proses pemipilan pada stasiun thresser.
− Melunakkan buah untuk memudahkan dalam proses pelumatan di digester. Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses penguapan. Dengan kurangnya air, susunan daging buah (pericarp) berubah. Perebusan tersebut memberikan efek positif, yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pengambilan minyak selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan zat non lemak (non-oil solid). Dalam proses ini mempermudah degister dalam proses melunakkan buah dan pelumatan. Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari daging buah – kemungkinan kehilangan minyak dalam serabut dalam proses pengepresan. − Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selama proses pengepresan dan pemecahan biji. Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
serat perikarp dan biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang berada diantara serat akan menahan minyak. Jika biji dipukul dalam alat pemecah maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah yang terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada inti.
− Menurunkan kadar air Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan baik saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan pada buah sehingga terbentuk ronggarongga kosong pada perikarp yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antar sel akan bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung. Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat serat mudah lepas. Hal ini meningkatkan efesiensi digester dan polishing drum. Air yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji akan lebih mudah.
− Pemecahan emulsi
Minyak di dalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika berubah fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki polaritas yang Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap yang sempurna pada perikarp, terutama buah yang paling dalam, akan mempertinggi efesiensi ekstraksi minyak. Pemecahan emulsi yang telah dimulai dari perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan padatan lainnya pada stasiun klarifikasi.
− Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi di dalam nut silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dari cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap 2,8-3 kg/cm2 dengan lama perebusan sekitar 90 menit. (P.M. Naibaho, 1990)
2.6 EFESIENSI PEREBUSAN
2.6.1 Deaerasi
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Deaerasi adalah pembuangan dari udara dari dalam ketel rebusan yang dilakukan dengan memasukkan uap dengan cara pipa uap dibuka, katup deaerasi dan katup kondensat dibuka yang berlangsung selama 2 – 5 menit. Deaerasi atau pembuangan udara dari steriliser dilakukan dengan cara membuka pipa inlet, deaeration valve dan atau condensate valve. Udara dibuang dengan cara memasukkan uap secara cepat sehingga terjadi pencampuran antara uap dan udara. Karena udara lebih berat maka udara akan turun kebawah dan dibuang melalui deaeration valve atau melalui pipa kondensat. Deaeration akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat selama sistem perebusan berlangsung. Jadi, langkah pertama dari proses perebusan adalah proses deaerasi.
2.6.2 Pembuangan Air Kondensat Dan Pembuangan Uap Bekas
Frekuensi pembuangan air kondensat dan pembuangan uap bekas selama proses perebusan tergantung pada siklus perebusan. Puncak pertama dicapai dengan membuka pipa uap (inlet pipe) selama 7 menit (umumnya tekanan 1,5 kg/cm2) kemudian pipa uap masuk ditutup dan pipa kondensat, exhause pipe dibuka dengan tiba-tiba sehingga tekanan turun sampai 0,5 kg/cm2 (+3 menit), kemudian pipa kondensat ditutup. Puncak kedua dicapai, pipa uap masuk dibuka selama 10 menit (tekanan 2 – 2,5 kg/cm2), kemudian pipa uap masuk ditutup dan pipa kondensat dan exhause pipe dibuka hingga tekanan 1 kg/cm2(3 menit). (D. Darnoko, 2003)
Air kondensat yang terbentuk harus tetap dibuang, dengan tujuan : Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
1. Jika air kondensat tidak dikuras, maka dapat mengisi ketel rebusan dan merendam roda lori dan merusak. 2. Jika air kondensat sampai merendam tandan buah, maka sebagian besar miyak akan ikut terbuang dan merupakan kerugian bagi pabrik 3. Air kondensat yang mengikat minyak pada buah luka mempunyai kadar asam lemak bebas yang tinggi dan bersifat korosi, dan dapat merusak badan ketel rebusan terutama sekali pintu ketel rebusan. 4. Pada akhir siklus perebusan, air kondensat dapat mendenyar (flash off) dalam ketel rebusan dan memperlama waktu pengurasan air pengembunan.
2.6.3 Pemasakan Buah
Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal maka pemasakan dapat dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat untuk membuang air kondensat. Masa pemasakan atau sebagai masa penahan dihitung setelah mencapai puncak tertinggi hungga pembuangan uap terakhir.
2.6.4 Pembuangan Uap Akhir
Setelah pemasakan uap selesai maka uap berada dalam sterilizer dibuang dengan cara mula-mula dibuka kran pipa kondensat kemudian setelah tekanan menjadi 2,5 Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
kg/cm2 maka pipa pembuangan uap yang berada diatas sterilizer dibuka dengan tiba-tiba untuk mempermudah pemipilan buah. Setelah tekanan sama dengan tekanan atmosfir maka pintu rebusan dibuka. 2.6.5 Pengeluaran Lori Dari Rebusan
Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam sterilizer dengan membuka pintu rebusan secara perlahan-lahan untuk mengurangi kerusakan “packing doo” lori kemudian ditarik dengan tali bersamaan dengan pemasukan buah yang akan direbus. (Tim Penulis P.S, 1997)
2.7
METODE PEREBUSAN
Dari pengalaman, telah diketahui bahwa untuk merebus dengan tekanan uap 3 bar (3,06 kg/cm2) selama 25 menit akan memberikan hasil yang sama seperti merebus dengan tekanan uap 1,5 bar selama 55 menit. Dari pengalaman ini, bisa dilihat bahwa semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula waktu perebusan. Tekanan yang tinggi dengan sendirinya memberikan temperatur yang tinggi. Temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan inti sawit.
Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm2 dan waktu antara 80 – 90 menit merupakan yang paling optimal karena menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan. Selain itu, pada perebusan juga perlu dilakukan pengurasan udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Pengurasan udara dilakukan pada saat awal proses perebusan, dimana uap dimasukkan melalui kran Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
pemasukan (inlet valve), sedangkan kran pengeluaran dibiarkan terbuka. Pengurusan lainnya dilakukan pada saat tekanan mencapai puncak pertama pada tekanan sekitar 2,3 bar dan pada puncak kedua dengan tekanan sekitar 2,5 bar. Setelah pengurusan pada puncak kedua selesai. Uap dimasukkan hingga mencapai tekanan sekitar 2,8 bar dan dipertahankan terus selama beberapa lama sesuai kebutuhan. Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan yang normal sebagai berikut : −
13 menit pemasukan uap pertama dari 0 – 2,3 kg/cm2, termasuk menguras udara 2 menit.
−
2 menit pembuangan uap pertama sampai tekanan menjadi 0.
−
12 menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5 kg/cm2.
−
2 menit pembuangan uap kedua kali sampai tekanan menjadi 0.
−
13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 kg/cm2.
−
43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 kg/cm2.
−
5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi 0.
Tabel 2.7 : Siklus Tekanan, Waktu dan Temperatur Perebusan Sistem Tiga Pucak
No
Proses
P (kg/cm2)
T (menit)
T(oC)
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
1
Charging in / deaeration
0
1
–5
0
2
Building up
1 – 1,5
10 – 15
100
3
Blow down
0
6–8
0
4
Building up
2,5
10 – 15
120
5
Blow dwon
0
6–8
0
6
Building up
2,8 – 3
10 – 15
130
7
Holding time
2,8 – 3
30
130
8
Blow dwon
0
5
0
9
De – charging
Sumber : D. Siahaan (2002)
2.8
SISTEM PEREBUSAN
Sistem perebusan yang dipilih selalu disesuaikan dengan kemampuan boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Dalam melaksanakan proses perebusan buah di pabrik kelapa sawit, pada umumnya dikenal tiga sistem perebusan yang lazim digunakan, antara lain sistem perebusan satu puncak (single peak), dua pucak (double peak) dan tiga puncak (tripple peak). Jumlah puncak dalam perebusan dilihat dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau otomatik.
2.8.1 Sistem perebusan satu puncak
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Adalah suatu sistem perebusan dimana jumlah puncak yang terbentuk selama proses ada satu puncak akibat dari tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola perebusan selama proses perebusan satu siklus. Pada umumnya proses berlangsung pada tekanan uap 2,5 kg/cm2 dengan suhu 125 – 130 oC, selama ± 90 menit.
Tekanan uap 2,5 kg/cm2
Waktu Gambar 1. Sistem Perebusan Satu Puncak
2.8.2 Sistem Perebusan Dua Puncak
Adalah suatu sistem perebusan dimana jumlah puncak yang terbentuk selama proses ada dua puncak akibat dari tindakan pembuangan dan pemasukan uap, kemudian dilanjutkan dengan pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selama perebusan satu siklus. Pada umumnya proses berlangsung pada tekanan 2,5 – 2,7 kg/cm2 dengan suhu 125 – 130 oC selama ± 90 menit.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Tekanan uap Kg/cm2
Waktu Gambar 2. Sistem Perebusan Dua Puncak Adapun perincian sistem dua puncak : 1. Dearasi
: 2,5 menit
2. Pemasukan uap dan pembukaan puncak I dan II : 20 menit 3. Masa penahanan dan tekanan 2,5 – 2,7 kg/cm2
: 60 menit
4. Pembuangan uap terakhir
: 7,5 menit
Total waktu perebusan
: 90 menit
2.8.3 Sistem Perebusan Tiga Puncak
Adalah suatu sistem perebusan dimana jumlah puncak yang terbentuk selama proses tiga puncak akibat dari tindakan pemasukan uap dan pembuangan uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama proses perebusan satu siklus. Pada umumnya proses berlangsung pada tekanan uap 2,5 – 3,0 kg/cm2 dengan suhu perebusan 130 – 140 oC selama 75 – 90 menit.
Adapun perincian sistem tiga puncak : Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
1. Dearasi
: 2,5 menit
2. Pemasukan uap dan pembukaan puncak I,II & III : 25 menit 3. Masa penahanan dan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2
: 50 menit
4. Pembuangan uap terakhir
: 7,5 menit
Total waktu perebusan
: 85 menit
Tekanan uap Kg/cm2
Waktu Gambar 3. Sistem Perebusan Tiga Puncak
Mekanisme penetrasi uap pada perebusan tandan buah segar adalah sebagai berikut :
Uap yang masuk ke dalam ketel perebusan pada mulanya adalah memanaskan buah luar dan masuk lagi pada buah yang lebih dalam. Panas yang diterima oleh setiap lapisan buah yang tidak sama. Penurunan suhu uap pada lapisan yang lebih bawah
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
menyebabkan penurunan tekanan uap. Waktu perebusan berlangsung lebih lama apabila lapisan buah yang dilalui uap semakin banyak.
Sistem perebusan tiga puncak (tripple peak) banyak digunakan, selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya guncangan yang disebabkan oleh adanya perubahan yang cepat. (Boyke Loebis, 1989)
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 ALAT
1. Cawan petridish 2. Timble 3. Soklet 4. Kondensor 5. Hot plate 6. Oven 7. Desikator 8. Kertas saring 9. Kapas 10. Timbangan analitik 11. Labu gelas
3.2. BAHAN
1. n-heksan 2. air kondensat rebusan Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
3.3. Prosedur Menentukan Kehilangan Minyak (lossis) Pada Air Rebusan
1. Ditimbang cawan petridish dengan menggunakan timbangan analitik. 2. Dimasukkan sampel (air kondensat rebusan) 20 g lalu ditimbang. 3. Dimasukkan cawan petridish-petridish yang telah diisi sampel ke dalam oven dengan suhu 105o C selama 3 jam. 4. Dikeluarkan sampel dari oven dan dimasukkan ke dalam desikator selama 20 menit. 5. Dimasukkan sampel ke dalam timble lalu tutup dengan kapas. 6. Ditimbang labu gelas kosong lalu diisi dengan n-heksan sebanyak 250ml. 7. Dimasukkan timble dan n-heksan ke dalam soklet lalu diekstraksi dengan memakai kondensor sebagai pendingin dan hot plate sebagai pemanas selama ± 4 jam. 8. Ditimbang labu kosong. 9. Hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam labu gelas dan dipanaskan dalam oven selama 2 jam pada suhu 105o C. 10. Dimasukkan ke desikator dan ditimbang 11. Dihitung kadar minyak yang hilang
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA
Tabel 4.1 : Hasil analisa kehilangan minyak yang terikut dalam air rebusan pada lab PKS – Kebun Rambutan
NO
P
t 2
T o
Kadar minyak yang terikut
(kg/cm )
(menit)
( C)
dalam air rebusan (%)
1
1,5
70
130
0,28
2
2
70
130
0,50
3
2,5
70
130
0,71
4
3
70
130
0,80
5
3,5
70
130
0,98
6
1,5
90
130
0,41
7
2
90
130
0,69
8
2,5
90
130
0,78
9
3
90
130
0,89
10
3,5
90
130
1,1
11
1,5
110
130
0,60
12
2
110
130
0,78
13
2,5
110
130
0,84
14
3
110
130
0,96
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
15
3,5
110
130
1,9
4.2 PENGOLAHAN DATA
Persentase minyak yang terikut dalam air rebusan (lossis) dapat dihitung dengan rumus : Berat minyak (g) % minyak =
x 100 % Berat sampel (g)
Contoh perhitungan : Untuk tekanan 2,8 kg/cm2, waktu 90 menit dan suhu 130oC, maka diperoleh peresentase minyak sebesar : Berat cawan kosong + contoh
= 33,4936 g
Berat cawan kosong
= 15,6820 g ( - )
Berat contoh
= 17, 8116 g
Setelah penguapan dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105oC : Berat cawan kosong + contoh
= 16,4486 g
Berat cawan kosong
= 15,6820 g ( - )
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Berat contoh
= 0,7666 g Berat yang hilang
Sisa uapan
=
x 100 % Berat contoh 0,7666
=
x 100 % 7,8116
Kadar air
=
4,30 %
=
100 % - sisa uapan
=
100 % - 4,30 %
=
95,7 %
Berat minyak dalam air setelah diekstrsksi : Berat labu + contoh = 107,4022 g Berat labu kosong
= 107,2425 g (-)
Berat minyak
=
0,1597 g
Maka, persentase minyak yang terikut pada air rebusan adalah : Berat minyak (g) % minyak
=
x 100 % Berat sampel (g) 0,1597
=
x 100 % 17,8116
=
0,89 %
4.3 PEMBAHASAN
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Berdasarkan sistem jaminan mutu ISO 9000 pada pabrik kelapa sawit, toleransi kehilangan minyak dalam air rebusan adalah maksimum 0,7 % dari kapasitas oleh tandan buah segar per harinya. Dengan kondisi kerja atau proses : Tekanan
= 2,8 – 3 kg/cm2
Masa rebus tiga puncak
= 90 – 110 menit
Temperatur
= 110 oC – 130 oC
Dari data yang diperoleh, kehilangan minyak yang paling rendah adalah pada kondisi 1,5 kg/cm2 waktu 70 menit pada suhu 130 oC. Namun pada kondisi kerja seperti ini perebusan tandan buah segar belum mencapai hasil yang optimal, karena semua brondolan buah belum matang terutama bagian dalamnya sehingga akan mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Seperti, buah tidak dapat terpipil di stasiun stripper dan proses pengempaan di screw press tidaklah sempurna. Selain itu, pemisahan cangkang dan kernel sangat susah, sehingga mengakibatkan kerugian pada inti sawit karena masih banyak inti yang melekat pada cangkang. Hal demikian juga terjadi pada kondisi kerja dengan tekanan sebesar 2 dan 2,5 kg/cm2 .
Kehilangan minyak yang terbesar terjadi pada kondisi kerja dengan tekanan 3,5 kg/cm2 , waktu 110 menit dan suhu 130 oC. pada kondisi kerja yang seperti ini, minyak banyak terserap dalam janjangan kosong dan umlah minyak yang terikut ke fat pit sangatlah besar. Selain itu, minyak menjadi gosong dan sulit untuk dipucatkan (bleached) pada proses berikutnya sehingga akan menurunkan mutu minyak yang dapat dilihat dengan adanya penurunan indeks DOBI (Deterioration Of Bleachability Index).
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Pada kondisi kerja dengan tekanan 3 kg/cm2 , suhu 130 oC dan waktu 90 menit, untuk proses perebusan dengan system tiga puncak, kehilangan minyak telah melewati batas yang normal yaitu sebesar 0,7 %, namun perebusan telah mencapai hasil yang optimum dan sempurna yaitu berondolan sudah dilepas dari tandannya. Hal ini dapat dilihat pada proses selanjutnya dimana buah akan mudah terpipil, pengmpaan pada screw press sempurna sehingga kehilangan minyak pada stasiun ini semakin kecil. Selain itu minyak dapat mudah dipucatkan dan menghasilkan minyak yang kandungan ALB rendah sehingga dapat menghasilkan meningkatnya rendemen minyak. Pada proses pemisahan cangkang dan kernel pada conveyor juga semakin mudah. Dengan demikian keuntungan pada perusahaan semakin besar. Inilah sebabnya pabrik pengolahan kelapa sawit menggunakan tekanan 2,8 – 3 kg/cm2 , waktu 90 – 110 menit pada suhu antara 110 – 130 o
C untuk merebus tandan buah segar.
Penyimpangan dalam pencapaian kondisi kerja yang terjadi pada proses perebusan buah akan menyebabkan kehilangan minyak yang besar pada air rebusan. Penyimpangan ini dapat diakibatkan oleh faktor pemasukan buah mentah ke dalam rebusan dan kurang waspadanya operator terhadap bahaya yang mungkin terjadi dalam bekerja, seperti jumlah lori dan isian rebusan kurang diperhatikan sehingga rebusan sering dioperasikan tidak efektif, pemasukan uap kedalam rebusan terlambat sehingga mengakibatkan kapasitas oleh pabrik menurun, kebersihan rebusan kurang diperhatikan sehingga stasiun perebusan cepat mengalami proses pengkaratan logam atau korosi, kurangnya kerja sama antar karyawan sehingga organisasi kerja tidak terkordinir dan tidak terarah yang mengakibatkan negatif terhadap mutu dan kapasitas olah pabrik. Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Faktor kerusakan peralatan-peralatan juga termasuk dalam penyimpangan seperti rusaknya pintu rebusan sehingga kebocoran uap terjadi dan dapat memperpanjang masa perebusan yang mengakibatkan buah terendam lama dalam lori dan minyak yang terikut di dalam air kondensat semakin banyak. Selain itu, kerusakan roda lori yang disebabkan oleh tersisanya air kondensat di dalam rebusan membuat buah terisolasi oleh air kondensat,sedangkan faktor teknis yang menyebabkan penyimpangan ini terjadi adalah konsumsi uap dari BPV (Back Preassure Level) tidak memenuhi standar yang diinginkan yang diakibatkan oleh dropnya uap di stasiun loading, kerja sama yang kurang terkoordinir antara stasiun loading ramp dan sterilizer serta perbaikan dan penggantian peralatan yang rusak kurang mendapatkan perhatian dari bengkel.
Upaya pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pemasukan lori buah mentah dan pengeluaran buah masak harus diperhitungkan dengan cermat, perlu diadakan penyuluhan kepada operator dan karyawan pabrik berupa pengolahan sebelum pelaksanaan kerja terutama dalam penanggulangan kecelakaan kerja dan diusahakan agar tekanan uap di boiler tetap yaitu 19 – 20 kg/cm2
Selain itu, peralatan harus sering dibersihkan minimal sekali dalam seminggu, bagian dalam rebusan telah dibersihkan sebaiknya dilumuri dengan minyak untuk mencegah terjadinya keropos, pintu rebusan harus dalam keadaaan yang baik dan tidak bocor, kran air kondensat harus bagus agar proses pembuangan air kondensat berlangsung sempurna dan kerenggangan antara sistem rel dalam rebusan harus sering diperiksa agar tidak menjadi penyebab lori jatuh dan menyebabkan kesulitan yang lain. Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Maka dengan perencanaan yang baik, adanya keterpaduan transpor buah ke pabrik dan penerimaan buah di pabrik, sumber daya manusia yang berkualitas dan peralatan-peralatn dalam kondisi baik akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi pabrik yaitu meningkatkan rendemen minyak yang diperoleh.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan −
Perebusan tandan buah sawit di stasiun perebusan diawali dengan sistem pembuangan udara / deaerasi lalu masuk pada tahap pemasukan uap dan penahanan tekanan. Ketiga faktor ini merupakan tahap-tahp yang paling menentukan dalam perebusan tandan buah sawit, karena jika salah satu faktor ini diabaikan maka sistem dalam perebusan akan terganggu dan dapat mengakibatkan kerugian bagi pabrik kelap sawit.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
−
Perebusan buah tandan sawit dengan sistem tiga puncak dilakukan dengan pengoptimalan :
−
a. tekanan uap
= 2,8 – 3 kg/cm2
b. waktu
= 90 – 110 menit
c. temperatur
= 110 – 130 oC
Kadar minyak yang terikut pada air rebusan selama proses perebusan berlangsung di PKS – Kebun Rambutan, terhitung mulai 4 – 9 februari 2008 yang dianalisa di laboratorium adalah rata-rata 0,89 – 0,96 %. Angka ini memang telah melebihi batas normal, tetapi mutu produksi sawit yang baik telah dapat dicapai.
5.2 Saran −
Penimbunan buah yang terlalu lama di loading ramp sebaiknya dihindari karena dapat mengakibatkan kememaran buah sehingga dapat meningkatkan naiknya ALB dan juga angka lossis (kehilangan minyak) yang tinggi.
−
Opertaor setiap stasiun pengolahan dan karyawan harus bekerja seefektif dan seefesien mungkin agar hasil produksi yang dicapai maksimal.
−
Tetap memperhatikan dan mengawasi penggunaan seluruh peralatan pabrik agar proses pengolahan berjalan dengan baik dan lancar.
−
Seluruh karyawan yang bekerja di pabrik sebaiknya menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja seperti helm untuk mengantisipasi kecelakaan akibat bekerja.
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko,D. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Medan. LPPKS Elisabeth,J., Hayati, dan Siahaan,D. 2000. Minyak dan Lemak dalam Pola Konsumsi Pangan. Volume 8 No.1. Medan. LPPKS Fauzi,Yan. 2006. Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya Hadi,M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa. Edisi Pertama. Cetakan I. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi 1. Jakarta. UIPress Loebis,Boyke. 1989. Buletin Perkebunan. Volume 20 No 20. Medan. LPPKS Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009
Mangunsoekardjo,S. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta. UGMPress Naibaho,P.M. 1990. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan. LPPKS Pahan,Iyung. 2008. Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu hingga Hilir. Cetakan III. Jakarta. Penebar Swadaya Risza,S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta. Penerbit Kanisius Sartono,J. 1997. Teknologi Minyak Sawit. Yogyakarta. LPPKS Siahaan,D., dan kawan kawan. 2002. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Turunannya. Medan. LPPKS Tim Penulis PS. 1993. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan dan Aspek Pemasaran. Jakarta. Penebar Swadaya Http://elearning.unej.ac.id/courses/. Diakses tanggal 5 April 2008 Http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit. Diakses tanggal 23 April 2008
Henni Harisandi : Pengaruh Waktu, Temperatur Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada Air Kondensat Dengan Perebusan Sistem Tiga Puncak Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi, 2008. USU Repository © 2009