ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KARYA ILMIAH AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA OPERASI PADA PASIEN PEDIATRI YANG MENJALANI OPERASI ELEKTIF DI RSUD DR. SOETOMO
dr. Regina Agustantina Pembimbing: Dr. dr. Elizeus Hanindito Sp. An. KIC KAP Dr. dr. Arie Utariani Sp. An. KAP
DEPARTEMEN / SMF ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RUMAH SAKIT DR. SOETOMO SURABAYA 2016
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT Background: Postoperative pain is an important issue after surgery. By giving proper analgetic(s), pain will be managed effectively and will accelerate patient recovery dan discharge from hospital. Pain management in children is often poorly managed due to presumption that children do not suffer from pain. However, pain is affected by several factors include anxiety. Objective: To analyse analgetic profile used postoperatively in pediatric patients Methods: After obtaining approval from ethics committee, 122 patients were the subjects, aged 0-18 years, undergoing elective surgery in Dr. Soetomo Hospital Surabaya. Observation started at premedication room which preoperative anxiety and pain scale measured. Patients were given analgetic postoperatively and observed at 30 minutes, 1 hour, 2 hours, 1 day and 2 days postoperative. Observations included pain scale, sedation scale and hemodynamic (respiration rate, pulse, blood pressure and saturation). The results were analysed statistically using t Test, Mann-Whitney and Chi square test. Results: NSAID was the most used analgetic in general (54 patients) and the most used analgetic in group with 0 pain scale (no pain) in all times of pain scale evaluation. Combined analgetics had bigger pain scale compare to single analgetic in almost all times of pain scale evaluation except 2 days postoperative. However, statistically there was no difference between giving single and combined analgetics in almost all times of pain scale evaluation except 2 days postoperative. While preoperative anxiety statistically correlates with postoperative pain at 2 hours postoperative. Conclusion: There was difference between giving single and combined analgetics at 2 days postoperative evaluation (p 0.035). Preoperative anxiety correlate with postoperative pain at 2 hours postoperative evaluation (p 0.046). Keywords: Pain, Anxiety, Sedation, FLACC, NRS, mYPAS, Ramsay Scale
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya serta dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian “Profil Analgetik Pasca Operasi pada Pasien Pediatri yang Menjalani Operasi Elektif di RSUD Dr. Soetomo” sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan keahlian di bidang Anestesiologi. Karya akhir ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya akhir ini. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak, pribadi dan institusi yang telah merelakan hati, pikiran serta materi; mendukung dan mendorong saya dalam meniti hari demi hari perjalanan yang indah penuh warna ini dan sekarang telah berlalu. Semoga perjalanan tersebut akan selalu mewarnai perjalanan selanjutnya yang lebih indah. Tiada lain hanya ucapan terima kasih dan rasa hormat yang dapat saya sampaikan. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Direktur BLUD RSUD Dr. Soetomo dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan sehingga saya dapat menjalani pendidikan dokter spesialis di bidang Anestesiologi dan Reanimasi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan juga rasa hormat saya sampaikan kepada seluruh guru dan panutan saya di Departemen/SMF Anestesiologi dan Reanimasi atas segala bimbingan, bantuan, arahan dan nasihat kepada saya selama menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyusun karya akhir ini yaitu: 1. Dr. dr. Hamzah Sp.An. KNA sebagai Kepala Departemen Anestesiologi dan Reanimasi yang telah memberi kesempatan untuk menjadi peserta PPDS I Anestesiologi dan Reanimasi. 2. Dr. dr. Arie Utariani Sp.An. KAP sebagai Ketua Program Studi Anestesiologi dan Reanimasi yang layaknya seperti orang tua saya di Departemen Anestesiologi dan Reanimasi yang dengan sabar dan penuh kasih mendidik TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
saya selama menempuh masa pendidikan sekaligus menjadi pembimbing penelitian saya. 3. Dr. dr. Elizeus Hanindito Sp.An. KIC KAP sebagai guru dan pembimbing penelitian yang telah sabar dan berbaik hati memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan waktu dalam membimbing saya menyelesaikan karya akhir ini. 4. dr. Agustina Salinding Sp.An. KIC sebagai dosen pembimbing saya yang telah sabar membimbing, mendukung dan mendorong saya selama menempuh masa pendidikan. 5. Seluruh guru saya di Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas kesediaan dan kesabaran dalam membimbing saya selama menempuh masa pendidikan. 6. Rekan-rekan sejawat PPDS I di RSUD Dr. Soetomo Surabaya khususnya rekan satu angkatan Juli 2011 yang telah menjadi teman dan saudara terbaik di Departemen Anestesiologi dan Reanimasi. Semoga kita dipertemukan dalam keadaan yang lebih baik. 7. Seluruh paramedis dan karyawan di lingkungan Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 8. Seluruh pasien di RSUD Dr. Soetomo yang telah berperan selayaknya guru saya. 9. Kedua orang tua saya, Ir. Warsito dan Dra. Rin Retnowati MM, Ak. Atas segala pengorbanan, kesabaran, doa dan dukungan selama menempuh masa pendidikan. 10. Kakak dan adik saya, Eric Wisnuwardhana, BA dan dr. Winda Nirmala Sari yang telah memberikan dukungan, doa dan moril selama menempuh masa pendidikan. Saya yakin masih terdapat banyak kekurangan dalam karya akhir ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun saya harapkan untuk penyempurnaan karya akhir ini. Akhir kata, saya sampaikan permohonan maaf kepada semua pihak atas segala kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak. Semoga karya akhir ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu dan menginspirasi lahirnya penelitian-penelitian baru. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya kepada kita semua. Amin.
Surabaya, 4 Desember 2016 Peneliti
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .…………………………………………………………………….. i DAFTAR TABEL ..………………………………………………………………. vii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. x BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1 1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1 1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………... 6 1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 6 1.3.1. Tujuan Umum ………………………………………… 6 1.3.2. Tujuan Khusus ………………………………………… 6 1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 6 1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu …………………………….. 6 1.4.2. Bagi Pelayanan ………………………………………... 6 1.4.3. Bagi Penderita ………………………………………… 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………... 8 2.1. Nyeri ……………………………………………………………… 8 2.2. Perkembangan Neurobiologi Nyeri pada Neonatus ……………… 10 2.2.1. Maturasi dari Respon Lokal Sistem Saraf Perifer atau Transduksi ……………………………………………... 11 2.2.2. Maturasi dari Proses di Saraf Spinal atau Transmisi dan Modulasi ……………………………………………….. 13 2.2.3. Respon Lokal Saraf Spinal …………………………….. 13 2.2.4. Transmisi Ascending …………………………………... 16 2.2.5. Transmisi Descending, Modulasi Nyeri ………………... 16 TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
i
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2.6. Proses Supraspinal dan Integrasi ………………………. 19 2.3. Jenis Pembedahan pada Pediatri ………………………………….. 20 2.4. Penilaian Nyeri pada Pediatri …………………………………….. 21 2.5. Tingkat Kecemasan pada Anak …………………………………... 27 2.6. Sedasi dalam Mengatasi Kecemasan ……………………………... 30 2.6.1. Midazolam …………………………………………….. 30 2.6.2. Nitrous Oxide (N2O) …………………………………... 31 2.6.3. Obat-obat Lainnya ……………………………………... 32 2.7. Aspek Umum Perkembangan Farmakologi ………………………. 32 2.8. Pedoman Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Pada Anak ………….. 34 2.8.1. Nyeri akut pada anak akibat trauma pembedahan yang luas (disertai dengan kerusakan jaringan ringan) – NRS atau VAS pasca operasi < 4 ………………………………………. 36 2.8.2. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan sedang – NRS atau VAS pasca operasi 4-6 dan durasi nyeri operasi < 3 hari ……………………………………….... 38 2.8.3. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan hebat – NRS atau VAS pasca operasi > 7 dan durasi nyeri pasca operasi > 3 hari ………………………………………… 39 2.9. Opioid …………………………………………………………….. 42 2.10. Efek Nyeri Pasca Operasi pada Anak …………………………...... 44 2.10.1. Sistem Kardiovaskular ………………………………… 45 2.10.2. Sistem Gastrointestinal ………………………………... 45 2.10.3. Sistem Respirasi ………………………………………. 45 2.10.4. Sistem Genitourinari ………………………………….. 46 TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
ii
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.10.5. Sistem Muskuloskeletal ……………………………….. 46 2.10.6. Sistem Imun …………………………………………… 47 2.10.7. Efek Psikologis dan Kognitif ………………………….. 47 2.10.8. Mual dan Muntah ……………………………………… 47 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL …………………………………………. 48 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………… 51 4.1. Desain Penelitian …………………………………………………. 51 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 51 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………….. 51 4.3.1. Kriteria Inklusi ………………………………………… 51 4.3.2. Kriteria Eksklusi ………………………………………. 51 4.3.3. Besar Sampel ………………………………………….. 51 4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel ………………………….. 51 4.4. Kerangka Operasional ……………………………………………. 52 4.5. Definisi Operasional ……………………………………………… 52 4.6. Bahan dan Cara Kerja ……………………………………………. 53 4.6.1. Bahan ………………………………………………….. 53 4.6.2. Cara Kerja ……………………………………………... 54 4.7. Analisa Statistik …………………………………………………... 54 4.8. Jadwal Penelitian …………………………………………………. 54 BAB 5 HASIL PENELITIAN …………………………………………………... 56 5.1. Profil Pasien ………………………………………………………. 56 5.1.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ……………... 56 5.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia ……………………….. 57 5.1.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA …………………… 57 TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
iii
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.1.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi ……………… 58 5.1.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi ………... 59 5.1.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif …… 60 5.1.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan ……….. 61 5.1.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi …………… 62 5.2. Profil Analgetik …………………………………………………... 63 5.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik ……………. 63 5.2.2. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik …………. 64 5.2.3. Karakteristik Analgetik Tunggal ………………………. 65 5.2.4. Karakteristik Analgetik Kombinasi ……………………. 65 5.3. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi ………………… 66 5.4. Nyeri Pasca Operasi ……………………………………………… 72 5.4.1. Skala Nyeri Pasca Operasi …………………………….. 72 5.4.2. Karakteristik Skala Nyeri pada Pemberian Analgetik Tunggal dan Kombinasi ……………………………….. 74 5.4.3. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi …………………… 76 5.4.4. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi ………………………. 78 5.4.5. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi ………………………. 80 5.4.6. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi ………………. 83 5.4.7. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi ………………… 84 5.5. Tingkat Kecemasan ………………………………………………. 86 5.5.1. Karakteristik Tingkat Kecemasan pada Pemberian Analgetik Tunggal dan Kombinasi ……………………………….. 86 5.5.2. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif ……………………………………………... 87 TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
iv
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.5.3. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi ………………………………….... 89 5.5.4. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi ………………………………………….. 90 5.5.5. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi ………………………………………….. 91 5.5.6. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca Operasi ………………………………… 93 5.5.7. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca Operasi …………………………………... 94 5.6. Efek Sedasi Pasca Operasi ………………………………………... 95 5.6.1. Skala Sedasi Pasca Operasi ……………………………. 95 5.6.2. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi ………………………………………………… 96 5.6.3. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi ………………………………………………… 98 5.6.4. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi ………………………………………………… 99 BAB 6 PEMBAHASAN ………………………………………………………... 101 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………. 110 7.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 110 7.2. Saran ……………………………………………………………… 110 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 111 Lampiran 1
Penjelasan Untuk Mendapat Persetujuan …………………………. 117
Lampiran 2
Pernyataan Persetujuan …………………………………………… 119
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
v
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3
Lembar Pengumpul Data …………………………………………. 120
Keterangan Kelaikan Etik ………………………………………………………... 127 Analisa Statistik …………………………………………………………………... 128
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
vi
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Skala FLACC (face, legs, activity, cry dan consolability) ……….. 24
Tabel 2.2.
Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) ………………………... 25
Tabel 2.3.
Intervensi pada Skala NIPS ………………………………………. 26
Tabel 2.4.
Skala pengukuran CRIES (Crying, Requires O2 for SaO2 < 95%, Increased vital signs, Expressions, Sleepless) ……………………. 26
Tabel 2.5.
Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (mYPAS) ……………. 28
Tabel 2.6.
Tren Relevan Terkait Umur Terhadap Kerja Obat ……………….. 32
Tabel 2.7.
Dosis Analgetik Paracetamol pada Anak ………………………...... 40
Tabel 2.8.
Dosis Analgetik Metamizole pada Anak ………………………..... 41
Tabel 2.9.
Dosis Analgetik NSAID pada Anak ……………………………... 41
Tabel 2.10.
Dosis Analgetik Opioid pada Anak ………………………............. 42
Tabel 2.11.
Patient-controlled analgesia (PCA) ……………………………… 42
Tabel 2.12.
Nurse-controlled analgesia (NCA) ………………………………. 42
Tabel 5.1.
Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………… 56
Tabel 5.2.
Karakteristik Berdasarkan Usia …………………………………... 57
Tabel 5.3.
Karakteristik Berdasarkan PS ASA ………………………………. 58
Tabel 5.4.
Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi …………………………. 58
Tabel 5.5.
Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi …………………… 59
Tabel 5.6.
Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif ………………. 60
Tabel 5.7.
Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan …………………... 61
Tabel 5.8.
Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi ……………………… 62
Tabel 5.9.
Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik ……………………….. 63
Tabel 5.10.
Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik ……………………... 64
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
vii
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.11.
Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal …………………… 65
Tabel 5.12.
Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi ………………… 66
Tabel 5.13.
Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi ………………… 70
Tabel 5.14.
Skala Nyeri Pasca Operasi ………………………...……………… 73
Tabel 5.15.
Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia ≤ 12 tahun …………………74
Tabel 5.16.
Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia > 12 tahun …………………75
Tabel 5.17.
Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi ………………………...…….. 77
Tabel 5.18.
Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi ………………………...………... 79
Tabel 5.19.
Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi ………………………...………... 82
Tabel 5.20.
Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi ………………………...... 84
Tabel 5.21.
Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi ………………………...….. 86
Tabel 5.22.
Karakteristik Tingkat Kecemasan ………………………...………. 87
Tabel 5.23.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif … 88
Tabel 5.24.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi ………………………...………………………...………... 89
Tabel 5.25.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi ………………………...………………………...………... 91
Tabel 5.26.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi ………………………...………………………...………... 92
Tabel 5.27.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca Operasi ………………………...………………………...…. 93
Tabel 5.28.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca Operasi ………………………...………………………...………... 95
Tabel 5.29.
TUGAS AKHIR
Skala Sedasi Pasca Operasi ………………………...…………….. 96
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
viii
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.30.
Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi ………………………...………………………...……………….… 97
Tabel 5.31.
Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi ………………………...………………………...……………….… 98
Tabel 5.32.
Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi ………………………...………………………...……………….… 100
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
ix
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Perjalanan Nyeri ………………………………………………… 10
Gambar 2.2.
Pengukuran Skala Nyeri: Visual Analogue Scale (VAS), Numerical Rating Scale (NRS) dan Facial Expressions Scale ……………... 23
Gambar 2.3.
Ekspresi Wajah Akibat Rangsangan Nyeri ……………………... 26
Gambar 2.4.
Farmakoterapi Preoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Ringan – Analgetik Preemtif …………………………… 37
Gambar 2.5.
Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Ringan ………………………………………………….. 37
Gambar 2.6.
Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Sedang ………………………………………………….. 38
Gambar 2.7.
Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Hebat …………………………………………………… 40
Gambar 5.1.
Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………. 56
Gambar 5.2.
Karakteristik Berdasarkan Usia …………………………………. 57
Gambar 5.3.
Karakteristik Berdasarkan PS ASA ……………………………… 58
Gambar 5.4.
Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi ………………………... 59
Gambar 5.5.
Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi …………………. 60
Gambar 5.6.
Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif …………….. 61
Gambar 5.7.
Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan ………………… 61
Gambar 5.8.
Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi …………………….. 63
Gambar 5.9.
Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik ……………………... 64
Gambar 5.10.
Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik …………………… 64
Gambar 5.11.
Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal ………………….. 65
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
x
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 5.12.
Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi ………………. 66
Gambar 5.13.
Karakteristik Usia dan Berat Badan Terhadap Jumlah Analgetik 71
Gambar 5.14.
Karakteristik Jenis Kelamin, PS ASA dan Usia Terhadap Jumlah Analgetik ………………………………………………………… 71
Gambar 5.15.
Karakteristik Jenis Operasi Terhadap Jumlah Analgetik ……….. 71
Gambar 5.16.
Karakteristik Klasifikasi Operasi dan Tingkat Kecemasan Terhadap Jumlah Analgetik ………………………………………………... 72
Gambar 5.17.
Skala Nyeri Pasca Operasi ………………………………………. 73
Gambar 5.18.
Karakteristik Skala Nyeri (1) ……………………………………. 75
Gambar 5.19.
Karakteristik Skala Nyeri (2) ……………………………………. 76
Gambar 5.20.
Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi ……………………………... 78
Gambar 5.21.
Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi ………………………………… 80
Gambar 5.22.
Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi ………………………………… 82
Gambar 5.23.
Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi ………………………… 84
Gambar 5.24.
Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi ………………………….. 86
Gambar 5.25.
Karakteristik Tingkat Kecemasan ………………………………. 87
Gambar 5.26.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif 88
Gambar 5.27.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi ………………………………………………………….. 90
Gambar 5.28.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi ………………………………………………………….. 91
Gambar 5.29.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi ………………………………………………………….. 92
Gambar 5.30.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca Operasi …………………………………………………… 94
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
xi
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 5.31.
Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca Operasi …………………………………………………… 95
Gambar 5.32.
Skala Sedasi Pasca Operasi ……………………………………... 96
Gambar 5.33.
Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi ……………………………………………………………………. 97
Gambar 5.34.
Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi ……………………………………………………………………. 99
Gambar 5.35.
Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi ……………………………………………………………………. 100
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
xii
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Manajemen nyeri yang memadai merupakan kebutuhan penting dan universal dalam perawatan kesehatan. Di era modern seperti sekarang, implikasi fisiologi dan psikologi nyeri yang merugikan tetap tidak teratasi dengan baik. Manajemen nyeri yang tidak efektif pada anak dapat berakibat negatif terhadap hasil klinis dan psikologis serta kualitas hidup pasien. Manajemen nyeri pasca operasi yang inadekuat sebagian besar akan menyebabkan terjadinya chronic persistent postsurgical pain (CPSP) dengan insiden hingga 50%.
(1)
Dampak
lainnya yaitu memperpanjang perawatan pasca anestesi, keterlambatan pasien keluar rumah sakit, hingga tidak terantisipasinya pasien rawat jalan masuk rumah sakit pasca operasi.
(1)
Sebuah studi oleh Power dkk menyebutkan bahwa terjadi
gangguan pola makan pada pasien pediatri yang tidak mendapat penanganan nyeri yang baik pada 2 hari pertama pasca operasi, diikuti dengan kecemasan saat berpisah dengan orang tua dan apatis. (2) Manajemen nyeri akut yang efektif akan meningkatkan hasil luaran dan juga kepuasan pasien. Penelitian dan penerapan terhadap pedoman tatalaksana nyeri mendokumentasikan adanya perbaikan terhadap tatalaksana nyeri akut dan nyeri pasca operasi, namun kesadaran untuk memberikan manajemen nyeri masih sangat kurang. Intervensi tertentu akan meningkatkan sikap dan persepsi pasien terhadap nyeri. Penanganan nyeri secara multidisiplin akan membawa perbaikan dalam manajemen nyeri pasien, edukasi nyeri, hasil luaran serta tingkat kepuasan pasien.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 1 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nyeri pasca operasi merupakan permasalahan penting setelah tindakan operasi. Penanganan nyeri yang efektif dengan efek samping sedikit akan mempercepat pemulihan dan kepulangan pasien dari rumah sakit. Kenyamanan pasien merupakan salah satu hal penting sehingga analgetik yang adekuat sangat dibutuhkan pada periode pasca operasi. Stimuli nyeri yang terjadi berulang memberi dampak merugikan seperti perubahan sensitivitas terhadap nyeri serta perubahan permanen neuroanatomi dan perilaku, karena itu The American Academy of Pediatrics and The American Pain Society mengatakan bahwa nyeri harus dikenali dan dirawat lebih agresif terutama pada anak-anak. (3) Anak-anak telah mendapat penanganan nyeri yang tidak adekuat dan prosedur yang menyakitkan karena adanya stigma yang salah bahwa mereka tidak menderita atau merasa sakit ataupun mengingat pengalaman yang tidak menyenangkan seperti halnya pada dewasa. Patofisiologi nyeri pada anak juga terdiri dari 4 proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi dan modulasi. Proses modulasi pada neonatus tidak berlangsung dengan baik karena jalur descending yang imatur.
(4)
Kurangnya keamanan dan efektivitas analgetik disertai
kekhawatiran risiko yang mungkin terjadi seperti depresi nafas, menimbulkan lebih banyak alasan sehingga penanganan nyeri pada anak tidak adekuat. Sebuah dogma yang terkenal menyebutkan bahwa anak-anak tidak merasakan nyeri dan sangat berbahaya untuk memberikan analgetik kuat karena adanya risiko ketergantungan.
(5)
Penanganan nyeri pasca operasi yang tidak adekuat meskipun
pada bayi dan anak akan merangsang respon stres biokimia dan fisiologis serta menggangu sistem pernafasan, kardiovaskular, neuroendokrin, gastrointestinal,
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 2 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
imunologi dan fungsi metabolik.
(6)
Finely dkk telah melaporkan bahwa berbagai
jenis pembedahan “minor” dapat menyebabkan nyeri yang signifikan pada anak, dan terdapat kesalahpahaman pada orang tua tentang penanganan nyeri pada anak. (7)
Manajemen nyeri pada anak tidak adekuat karena adanya morbiditas dan juga mortalitas. Swaford dan Allen telah menyatakan bahwa “Paediatric patients seldom need medication for relief of pain. They tolerate discomfort well…” (pasien pediatri terkadang membutuhkan terapi untuk nyeri, karena mereka dapat menahan rasa nyeri dengan baik).
(8)
Eland menemukan perbedaan signifikan
dalam manajemen nyeri pada anak dan dewasa.
(9)
Laporan insiden nyeri dan
pemberian analgetik akan bermunculan dalam beberapa tahun ke depan. Anand dkk menggambarkan efek dari nyeri pada bayi karena anestesi minimal pada artikelnya.
(10)
Artikel serupa juga diterbitkan pada jurnal medis utama. Setelah
artikel-artikel tersebut terbit, beberapa komite memberikan rekomendasi untuk penatalaksanaan nyeri pada anak. The society of Paediatric Anaesthesia pada pertemuan tahunan ke-15 di New Orleans, Lousiana tahun 2001 mengemukakan bahwa bebas dari rasa nyeri merupakan hak asasi manusia, terlepas dari usia, kondisi medis, pengobatan, ataupun lembaga medis yang menangani.
(11)
Langlade dkk menyebutkan bahwa penanganan nyeri pasca operasi harus meliputi rencana anestesi sebelum dilakukan induksi, mengutip ide „menangani nyeri sebelum nyeri timbul‟.
(12)
Saat ini, manajemen nyeri pasca operasi merupakan
integral dari praktik anestesi pada anak di seluruh rumah sakit besar. Nyeri akut adalah nyeri yang berhubungan dengan berbagai episode kerusakan jaringan dan inflamasi, yang bisa disebabkan oleh pembedahan, luka
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 3 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bakar, atau trauma. Dalam studi Ganter dkk di sebuah rumah sakit di Zurich, Switzerland menyebutkan bahwa pasien dengan nyeri pasca operasi yang tiba di PACU (Post Anesthesia Care Unit) akan membutuhkan waktu lebih lama di PACU sebelum pasien layak kembali ke ruang rawat inap.
(11, 13)
Friedrichsdorf
dkk mengatakan dalam studinya bahwa intensitas nyeri yang paling besar yang didapatkan seorang anak saat berada di rumah sakit adalah karena trauma/cedera diikuti dengan pembedahan. (14) Penelitian yang dilakukan oleh Kozlowski dkk di sebuah rumah sakit anak tersier di Mid Atlantic juga menyebutkan bahwa sumber nyeri paling banyak diakibatkan oleh prosedur pembedahan mayor seperti fusi spinal, craniectomy dan colostomy.
(15)
Yang ironis adalah dari survei skala besar
dilaporkan bahwa 40% pasien pediatri yang menjalani pembedahan mengalami nyeri pasca operasi sedang hingga berat dan 75% tidak mendapat analgetik yang cukup. (16) Hambatan yang terjadi terhadap penanganan nyeri pasca operasi yang baik pada pasien pediatri dikarenakan penilaian nyeri terhadap anak sulit dilakukan karena belum ada teknik penilaian nyeri yang ideal.
(17)
Metode yang dapat
digunakan untuk menilai nyeri pada anak antara lain self-report ataupun pengamatan perilaku. Namun hal ini juga dihambat oleh adanya beberapa faktor perancu seperti tingkat kecemasan preoperatif ataupun gangguan kognitif pada anak. Untuk mengatasi nyeri pasca operasi dapat dilakukan teknik farmakologi dan non-farmakologi. Teknik farmakologi mencakup berbagai jenis obat yang diberikan mulai dari per oral, intravena, rectal maupun regional. Sebuah studi yang dilakukan oleh Menezes menyebutkan bahwa efek analgetik obat per rectal
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 4 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dan epidural caudal yang diberikan setelah induksi tidak jauh berbeda.
(18)
Penelitian lain oleh Beyaz di sebuah rumah sakit pendidikan di Turki menyebutkan bahwa efek analgetik preemtif antara obat analgetik intravena dan blok caudal tidak berbeda secara signifikan. (19) Pasien pediatri mempunyai farmakodinamik dan farmakokinetik obat analgetik yang berbeda dari dewasa. Respon farmakodinamik terhadap opioid, anestesi lokal, paracetamol dan obat antiinflamasi pada anak matur pada usia 2 tahun. Dan belum terdapat bukti kuat tentang efek analgetik dari paracetamol ataupun nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) pada neonatus ataupun bayi usia < 3 bulan.
(20)
Penelitian klinis tentang farmakodinamik dan
farmakokinetik pada populasi pediatri tidak dilakukan hingga tahun 1970an. Penelitian sederhana mengemukakan bahwa parameter farmakokinetik seperti waktu paruh, volume of distribution dan clearance plasma total sangat bervariasi pada beberapa kelompok umur, meskipun berat badan hampir sama.
(21)
Hal ini
juga didukung oleh analisa populasi di berbagai rentang usia yang menyebutkan bahwa usia, di samping ukuran tubuh, mempunyai peranan penting sebagai parameter farmakokinetik pada populasi pediatri. (22) Pembahasan tentang nyeri sangat luas, mulai dari pencegahan timbulnya nyeri, penilaian nyeri di awal dan pasca operasi hingga komplikasi yang timbul bila nyeri tidak diatasi dengan baik seperti bertambahnya waktu rawat di PACU. Hal inilah yang mendasari saya membuat penelitian mengenai profil analgetik pasca operasi pada pasien pediatri. Hambatan dari penelitian ini adalah sulitnya menilai nyeri pada pediatri yang seringkali rancu dengan kecemasan. Oleh karena itu, kedua aspek tersebut akan dinilai dalam penelitian ini.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 5 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pengelolaan nyeri pasca operasi pasien pediatri di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Menganalisa profil analgetik pasca operasi pasien pediatri di GBPT RSUD Dr. Soetomo
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui jenis analgetik pasca operasi pasien pediatri di GBPT RSUD Dr. Soetomo 2. Mengetahui intensitas nyeri pasca operasi pasien pediatri di GBPT RSUD Dr. Soetomo
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu Memberikan informasi tentang jenis analgetik pasca operasi pasien pediatri di GBPT RSUD Dr. Soetomo 1.4.2. Bagi Pelayanan Dengan mengetahui apakah pengelolaan nyeri pasca operasi pasien pediatri saat ini sesuai pedoman, maka diharapkan manajemen nyeri pada pediatri dapat diperbaiki
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 6 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.4.3.
Bagi Penderita Dengan adanya perbaikan manajemen nyeri pasca operasi pada pasien pediatri maka diharapkan morbiditas pasien pediatri akibat nyeri dapat menurun
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA 7 …..…..
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyeri Nyeri menurut The International for the study of Pain (IASP) adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan kondisi aktual atau potensial terjadinya kerusakan jaringan. Nyeri terdiri dari 2 komponen utama yaitu komponen sensoris (fisik) dan emosional (psikologis). Berdasarkan tipe, nyeri terdiri dari nyeri nosiseptif yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor (reseptor nyeri) sebagai respon terhadap stimuli berbahaya dan nyeri neuropatik yang disebabkan oleh proses sinyal di sistem saraf perifer atau pusat yang menggambarkan sistem saraf. (23) Nyeri merupakan stresor yang dapat mengganggu homeostasis. Respon adaptif terhadap stres meliputi perubahan fisiologis di mana pada fase awal berguna sebagai life saving. Adaptasi perifer melibatkan perpindahan energi dari tempat penyimpanan menuju aliran darah untuk mengatasi stresor. Ini juga mencakup respon analgetik, respon reflek menghilang dan berbagai perubahan fisiologis yang diperantarai oleh sistem nervus simpatis. Namun, jika respon stres dibiarkan berlanjut, berbagai efek berbahaya mungkin terjadi dengan melibatkan beberapa sistem tubuh dan berpotensi mengancam jiwa. Fisiologi nyeri meliputi: 1. Transduksi Proses ini meliputi perubahan stimulus berbahaya di ujung saraf sensorik menjadi impuls saraf. Nosiseptor (neuron aferen primer) adalah ujung saraf dengan kapasitas untuk membedakan antara rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya. Saat mereka terkena rangsangan berbahaya, sejumlah TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
8
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
zat termasuk prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansi P dan histamin dirilis untuk memudahkan pergerakan impuls nyeri dari perifer ke saraf spinal. 2. Transmisi Pergerakan impuls dari tempat transduksi ke otak. Transmisi terjadi pada 3 tahap: dari serat nosiseptor ke saraf spinal, dari saraf spinal ke batang otak dan thalamus, dan terakhir dari thalamus ke cortex. Agar stimulus nyeri dapat diubah menjadi impuls dan berpindah dari perifer ke saraf spinal, maka potensial aksi harus terjadi, yaitu berpindahnya ion natrium dan kalium dari cairan ekstraseluler ke dalam intraseluler dan sebaliknya. Transmisi terjadi pada serat C dan serat delta A dan neurotransmiter dibutuhkan di tiap sinaps agar impuls nyeri dapat menyebrang celah sinaps. 3. Persepsi Proses yang terlibat yaitu mengenali, mendefinisikan dan menanggapi rasa sakit. Ini merupakan hasil dari aktivitas saraf dan di mana nyeri menjadi pengalaman sadar. Persepsi berlangsung terutama cortex, tetapi sistem limbik dan sistem retikuler juga terlibat. 4. Modulasi Ini melibatkan aktivasi jalur desenden yang memberi efek penghambatan pada transmisi nyeri. Serat desenden melepaskan substansi seperti opioid endogen,
serotonin,
noradrenalin,
asam
gamma-aminobutyric
dan
neurotensin yang mempunyai kapasitas untuk menghambat transmisi rangsangan berbahaya dan menghasilkan efek analgetik.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
9
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.1. Perjalanan Nyeri
2.2. Perkembangan Neurobiologi Nyeri pada Neonatus (4) Nyeri merupakan proses pendeteksi sensasi di perifer dan penghantaran sensasi melalui saraf spinal, batang otak dan nukleus relay di thalamus menuju cortex cerebri. Neuron nosisepsi sensitif terhadap suhu, mekanik ataupun rangsangan kimia berbahaya. Rangsangan tersebut mempunyai neuropeptida yang dikeluarkan dan sensitif terhadap hormon pertumbuhan tertentu yang terlibat dalam inflamasi neurogenik (misal vasodilatasi dan leakage vaskular) dan regulasi neuroimun. Neuron nosisepsi juga mempengaruhi kontraksi otot polos dan sekresi glandular ke dalam saluran gastrointestinal dan urinari. Fisiologi nyeri pada neonatus ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
Sistem saraf perifer lokal memproses atau proses transduksi terjadi saat rangsangan diterjemahkan menjadi potensial aksi neuron pada nosiseptor, yang merupakan ujung sensoris dari neuron aferen primer perifer.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
10
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Proses di saraf spinal, disebut sebagai proses transmisi dan modulasi, merupakan propagasi potensial aksi di sepanjang jalur ascending dari tempat transduksi menuju sistem saraf sensoris di saraf spinal, yang kemudian menuju batang otak; dan aktivasi jalur descending yang memberi efek inhibisi pada transmisi sinaps dari rangsangan berbahaya.
Proses supraspinal dan integrasi nyeri atau proses persespsi yang merupakan hasil dari proses nyeri yang meliputi pengenalan, pengidentifikasi dan respon terhadap rangsangan berbahaya di otak.
2.2.1. Maturasi dari Respon Lokal Sistem Saraf Perifer atau Transduksi Sistem saraf perifer, sebagai bagian dari sistem somatosensoris, terdiri dari 3 serat aferen primer, Aδ (bermielin tipis, reseptor nyeri mekanosensitif), Aβ, dan serat C-polimodal (tidak bermielin, reseptor nyeri sensitif terhadap rangsangan mekanik, kimia dan suhu). Saat usia kehamilan 6 minggu, perkembangan sinaps antara serat sensoris dan interneuron di cornu dorsalis dari saraf spinal mulai terjadi. Pada saat usia kehamilan 7 minggu, reseptor sensoris di kulit muncul di area perioral. Pada usia kehamilan 11 minggu, reseptor di kulit berkembang ke seluruh wajah, telapak tangan, telapak kaki; pada usia kehamilan 15 minggu berkembang ke badan dan proximal dari lengan dan kaki; dan pada usia kehamilan 20 minggu berkembang ke seluruh permukaan kulit dan mukosa. Pada usia kehamilan 24 minggu, sistem saraf perifer berkembang matur dan befungsi. Namun, berbeda dengan dewasa, neonatus mempunyai densitas ambang nyeri Aδ yang lebih tinggi dan Aβ yang lebih rendah yang respon terhadap frekuensi rangsangan lebih rendah. Rangsangan taktil dan berbahaya membangkitkan withdrawal kulit anggota gerak pada neonatus pada usia kehamilan 27 minggu. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
11
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Cedera jaringan memicu respon cascade di neuron perifer. Rangsangan berbahaya yang diartikan sebagai aktivitas elektrik di ujung perifer dari serat Aδ dan C-polimodal dan dikonduksikan dengan cepat menuju cornu dorsalis saraf spinal. Kerusakan sel dan pembuluh darah akibat cedera disertai dengan proses inflamasi dan adanya sel tumor, memicu pengeluaran mediator biomekanik (bradikinin, ion kalsium dan kalium, substansi P dan prostaglandin) yang mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor aferen Aδ dan C-polimodal yang mengirimkan impuls nyeri ke saraf spinal dan menstimulasi timbulnya inflamasi lokal dan respon edema. Secara bersamaan, substansi P dan prostaglandin meningkatkan inflamasi lokal jaringan dan menyebabkan hiperalgesia lokal primer. Dengan kerusakan jaringan berulang, proses inflamasi dan nyeri terkait dapat meluas ke jaringan di sekitar luka sehingga menimbulkan allodynia dan menurunkan ambang reflek fleksor di kulit hingga 50%. Selain hiperalgesia, kerusakan jaringan pada awal kehidupan menyebabkan penrkembangan dendrit secara mendalam dan persisten di saraf lokal sensoris terminal. Dibanding dengan bayi yang lebih besar, perkembangan terjadi lebih prominen jika kerusakan jaringan terjadi saat lahir atau beberapa saat setelahnya. Studi perilaku menunjukkan bahwa hal tersebut menunjukkan ambang mekanik dan hiperinervasi dari area luka yang menetap hingga dewasa. Dulu, kurangnya mielinisasi digunakan untuk mendukung argumen bahwa sistem saraf pada bayi prematur adalah imatur sehingga bayi tidak mampu merasakan nyeri. Namun, pada saraf perifer dewasa, impus nosisepsi ditransmisikan melalui serat Aδ dan C-polimodal. Mielinisasi saraf neonatus TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
12
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang
tidak
sempurna
memperpanjang
velositas
konduksi,
namun
dikompensasi sepenuhnya dengan jarak interneuron dan neuromuskular yang lebih pendek yang dilalui oleh impuls saraf. Jalur saraf nosisepsi sistem saraf pusat dan saraf spinal bermielinisasi pada usia kehamilan trimester kedua dan ketiga. Jalur nosisepsi ascenden menuju batang otak dan thalamus bermielinisasi secara sempurna pada usia kehamilan 30 minggu; sedangkan serabut saraf thalamocortical di kapsula interna bagian posterior dan corona radiata bermielinisasi pada usia kehamilan 37 minggu. 2.2.2. Maturasi dari Proses di Saraf Spinal atau Transmisi dan Modulasi Di awal kehidupan, sistem saraf spinal neonatus yang imatur berfungsi sebagai unit independen. Karena jalur descenden imatur, cortex neonatus hanya dapat sedikit mengontrol rasa nyeri. Respon nyeri bioperilaku berespon terhadap rangsangan berbahaya merupakan reflek spinal dekortikasi berkelanjutan. Saat cortex mengasumsikan waktu, pengalaman dan maturitas nyeri; terjadi integrasi reflek imatur menjadi pola perilaku dewasa yang canggih. Saraf spinal mempunyai 3 level fungsi penting nosisepsi: (1) respon lokal, yang seringkali bersifat reflek protektif; (2) transmisi nyeri ascenden dan (3) modulasi dari impus nosispsi melalui jalur descenden. Namun deskripsi lebih jelas dari anatomi dan fisiologi sistem saraf pusat tidak tersedia. 2.2.3. Respon Lokal Saraf Spinal Dalam saraf spinal, glutamat dan takikinin menstimulasi N-methyl-D-aspartat (NMDA) dan reseptor takininin membantu proses mediasi nosisepsi. Reseptor NMDA dianggap bertanggung jawab terhadap sensitisasi sentral atau “wind up phenomenon” di mana input sensoris ke dalam sistem saraf pusat diperkuat, sehingga terjadi perubahan di dalam sistem saraf pusat dan menimbulkan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
13
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
nyeri. Semua lamina di cornu dorsalis pada neonatus merupakan NMDA yang sensitif terhadap glutamat hingga usia 10-12 hari, di mana densitas tertinggi terkonsentrasi di substansi gelatinosa. Peningkatan eksitabilitas dari resptor nosisepsi di cornu dorsalis (“wind up”) juga menyebabkan hiperalgesia sekunder pada jaringan normal di sekitar luka. Selain itu, input nosisepsi dari tungkai berlawanan juga menyebabkan nyeri. Reseptor NMDA dari cornu dorsalis pada neonatus lebih besar dari dewasa hingga usia kehamilan 42 minggu, kemudian menurun menjadi sama dengan ukuran dewasa pada usia kehamilan 43-44 minggu. Hal ini meningkatkan ekspresi reseptor NMDA di cornu dorsalis saraf spinal yang menonjolkan rendahnya ambang nyeri pada bayi prematur dan diduga berhubungan dengan peningkatan kerentanan kerusakan eksitotoksis pada otak bayi yang baru lahir yang menimbulkan nyeri yang lebih hebat dan lebih lama pada bayi. NMDA yang bergantung serabut C membangkitkan depolarisasi sel saraf spinal dan “wind up” sel pada stimulasi berulang serabut C telah terbukti pada usia muda saraf spinal in vitro (8-14 hari) dan diobservasi pada neonatus prematur dan aterm yang terpapar oleh prosedur menyakitkan berturut-turut. Pada dewasa, γ-aminobutyric acid (GABA) menghambat aktivitas eksitatori dari glutamat, namun pada bayi, GABA merangsang depolarisasi dependen, di mana terdapat konsentrasi klorida intrasel. GABA lebih sensitif pada bayi hingga usia 44 minggu. Reseptor NMDA yang besar dan level sinyal GABA yang imatur berperan dalam hipersensitivitas nosisepsi pada bayi. Hasilnya respon nyeri akan timbul dengan sedikit saja rangsangan invasif. Respon saraf spinal memiliki efek besar terhadap respon bioperilaku neonatus terhadap rangsangan. Dibandingkan dengan bayi aterm, anak-nak, remaja dan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
14
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dewasa, bayi prematur mempunyai ambang nyeri lebih rendah dan mempunyai respon reflek lebih sensitif terhadap rangsangan sentuhan. Penurunan ambang nyeri membuat bayi lebih sensitif terhadap rangsangan berbahaya seperti sentuhan di sekitar area luka yang dapat menimbulkan nyeri selama beberapa hari atau minggu. Dengan adanya rangsangan berbahaya berulang, ambang nyeri bahkan menurun lebih rendah akibat pengaruh NMDA dan GABA pada eksitabilitas dari neuron sensoris saraf spinal. Variabilits signifikan dri respon terhadap nyeri diamati pada neonatus untuk melihat penurunan nilai ambang nyeri secara kontinyu dan peningkatan kepekaan neuron. Implikasi klinis pada neonatus dibanding dewasa yaitu respon perilaku pada perawatan rutin akan sama seperti respon perilaku pada prosedur invasif. Berdasarkan usia kehamilan bayi, banyaknya pengalaman nyeri, perilaku bayi, atau penyakit yang diderita, 1 rangsangan saja dapat menimbulkan respon nyeri yang berlangsung beberapa menit ataupun tidak ada reaksi sama sekali. Afinitas reseptor NMDA menurun seiring dengan usia postnatal. NMDA sangat tinggi membangkitkan masuknya kalsium pada substansia gelatinosa tikus pada minggu pertama postnatal kemudan menurun hingga sama seperti dewasa pada usia 6-8 minggu postnatal. Jumlah reseptor NMDA yang imatur lebih besar pada neonatus dibanding dewasa dan menurun seiring dengan usia dan aktivitas sinaps. Hal ini disebabkan oleh perubahan komposisi subunit reseptor NMDA. Sinaps glutamatergik mempunyai pola karakter maturasi dan perkembangan. Pola ini termasuk perubahan gerakan reseptor NMDA dan formasi “silent synapses” yang awalnya hanya menggambarkan arus NMDA dan kemudian dibuat fungsional dengan penambahan arus reseptor AMPA.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
15
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Hal ini memungkinkan jaringan fungsional beradaptasi akibat pengalaman yang didapatkan. 2.2.4. Transmisi Ascending Terdapat sejumlah studi besar yang menunjukkan bahwa bayi kecil mampu berespon terhadap rangsangan berbahaya. Pada neonatus, jalur nosisepsi ascenden akan matang pada usia kehamilan 20 minggu. Dan pada saat usia kehamilan 30 minggu, jalur ascenden naonatus mempunyai fungsi yang sama dengan dewasa. Penelitian menetapkan bahwa ekspresi wajah dan gerakan tubuh berdasarkan bukti merupakan variabel perilaku yang menunjukkan nyeri pada bayi. Alis menonjol, gerakan bola mata, dan gerakan sudut bibir telah ada sejak usia kehamilan 26 minggu dan terbukti sebagai respon nyeri. Ekspresi yang sama pada dewasa, meskipun pada bayi dengan usia kehamilan kurang dari 30 minggu respon tidak sekuat pada dewasa. Denyut jantung, variabilitas denyut jantung (heart rate variability-HRV), dan saturasi oksigen merupakan variable fisiologis yang berhubungan dengan nyeri akut pada bayi. Respon autonom protektif dan respon wajah tersebut dipicu oleh serabut nyeri ascenden yang berhubungan dengan sistem aktivasi retikular dan area periaqueductal fray (PAG) yang tidak tergantung pada input cortex. 2.2.5. Transmisi Descending, Modulasi Nyeri Kontrol inhibisi descenden belum matang saat lahir. Jalur inhibisi descenden berkembang mulai dari batang otak melalui funikulus dorsolateral saraf spinal hingga cornu dorsalis pada masa fetus. Sekali transmisi dan persepsi nyeri terjadi, serabut di traktus spinothalamicus menstimulasi area midbrain yang mengirim proyeksi ke cornu dorsalis untuk memodulasi impuls nyeri. Namun, TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
16
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
jalur inhibisi ini terkadang tidak mempunyai kolateral di cornu dorsalis dan tidak berfungsi efektif. Keterlambatan ini disebabkan oleh ekspresi penangguhan dari serotonin dan noradrenalin atau imaturitas interneuron penting. Maturasi interneuron di substansia gelatinosa sebagian besar terjadi pada periode postnatal dan merupakan hal penting dalam proses modulasi. Karena sistem analgesik endogen yang belum matang tidak dapat mengurangi input berbahaya saat rangsangan memasuki sistem saraf pusat, sehingga input berbahaya mempunyai efek lebih besar pada bayi dibanding dewasa. Neurotransmiter merupakan komponen penting pada transmisi nyeri orang dewasa dan neonatus. Transmisi nyeri orang dewasa dan neonatus terjadi pada saraf spinal dimediasi oleh neurotransmiter substansi P, somatostatin, calcitonin gene-related peptide, polipeptida vasoaktif intestinal dan glutamat. Modulasi dari transmisi nyeri terjadi saat rilis opioid endogen, enkephalin atau serotonin, norepinephirne, acetylcholine, neurotensin dan GABA, glisin dan dopamin dari area PAG. GABA mempunyai peranan penting dalam mencegah penyebaran aktivitas eksitatori glutamat. Pada sara spinal orang dewasa, GABA merupakan asam amino transmiter inhibisi yang menyebabkan hiperpolarisasi membran melalui aktivasi reseptor GABAA dan GABAB post sinaps dan menekan aksi rilis transmiter melalui reseptor GABAB. Namun pada neonatus, GABA secara transien diekspresikan berlebih saat perkembangan saraf spinal. Pada 90% neuron embrio cornu dorsalis yang dikultur hingga lebih dari 1 minggu, baik GABA dan glisin merangsang peningkatan kalsium dan depolarisasi sel. Efek ini menurun seiring dengan lamanya kultur sehingga pada hari ke-30 efek tersebut tidak lagi ada dan mengakibatkan hiperpolarisasi. Pada 2 minggu TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
17
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
postnatal pertama, ekspresi enzim sintesa GABA, glutamate decarboxylase (GAD), menunjukkan 50% neuron adalah GABA-positif dan 20% GABApositif pada minggu ketiga postnatal. Fenomena di mana GABA berperan dalam eksitatori pada otak yang belum matang juga terjadi pada area supraspinal pada otak tikus postnatal. Pada bayi prematur, dopamin dan norepinephrine tidak dapat memodulasi aktivitas nosisepsi sebelum usia kehamilan 36-40 minggu. Terlebih lagi, serabut inhibisi yang berkembang dari area PAG dan area lainnya di batang otak tidak memicu rilis serotonin hingga sekitar 6-8 minggu setelah lahir. Karena neurotransmiter aferen eksitatori nyeri cukup banyak saat lahir, dan tidak diimbangi dengan neurotransmiter inhibisi descenden, bayi prematur mempunyai keterbatasan dalam memodulasi nyeri. Imaturitas jalur descenden memaparkan sensitivitas dan intensitas nyeri lebih besar pada neonatus sebelum usia kehamilan 48 minggu dibanding dewasa dan bayi. Maturasi sambungan sinaps serabut C di cornu dorsalis, perkembangan interneuron di substansia gelatinosa dan perkembangan fungsi sistem inhibisi descenden mulai dari pusat supraspinal terjadi postnatal pada tikus. Mekanisme modulasi mencapai maturasi lebih akhir dibanding mekanisme dasar eksitatori sehingga bayi baru lahir tidak mencapai respon puncak dari rangsangan nyeri. Respon ini tidak selalu dapat diprediksi. Kurangnya inhibisi berperan terhadap respon dasar dan respon berlebih terhadap input sensoris dengan nilai ambang rendah maupun tinggi, di mana respon nyeri tertentu membutuhkan input aferen konvergen yang berkembang dari waktu ke waktu sehingga menjadi jelas secara klinis. Onset proses inhibisi merupakan penentu
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
18
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penting aktivitas neuron dan merupakan sinyal darurat matangnya respon nyeri pada bayi. 2.2.6. Proses Supraspinal dan Integrasi Pada usia kehamilan 8 minggu, neocortex fetus mulai berkembang dan pada usia kehamilan 20 minggu masing-masing cortex telah mempunyasi seluruh komplemen 109 neuron. Neuron aferen di thalamus memproduksi akson yang ada di otak sebelum mid-gestasi. Serabut ini “berlama-lama” di bawah neocortex hingga bermigrasi dan cortex neuron berakhir sempurna dan perkembangan sambungan sinaps intracortex di sekitar usia kehamilan 20 minggu menjadi sempurna. Pada usia kehamilan 24-26 minggu, serabut thalamocortical dan hubungan sinaps telah sempurna. Potensi somatosensoris yang dibangkitkan sangat lambat dan sederhana sebelum usia kehamilan 29 minggu, namun, pada usia kehamilan 40 minggu, pola menjadi rumit. Cortex cerebri secara fungsional matur (termasuk cortex sensorimotor, sistem limbik, diencephalon, thalamus, area batang otak midbrain) pada usia kehamilan 22 minggu dan menjadi sinkron bilateral pada usia kehamilan 27 minggu. Migrasi sel cortex dari lapisan germinal ventrikel di mana mereka berasal ke lokasi spesifik di lempeng cortex sempurna pada usia kehamilan kira-kira 24 minggu. Struktur yang mendukung matriks germinal masih kaya akan pembuluh darah setelah migrasi sel selesai hingga usia kehamilan 28 minggu, mengakibatkan struktur tersebut berisiko terjadi perdarahan. Pada saat proses migrasi
dan
diferensiasi,
apopotosis
atau
kematian
sel
terprogram
menghilangkan neuron dalam jumlah besar dari area cortex cerebri yang berbeda. Jumlah neurin cortex mencapai puncaknya pada usia kehamilan 28 minggu kemudian menurun hingga 70% sebelum lahir. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
19
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pada usia kehamilan 20 minggu, electroencephalographic non spesifik secara berkala muncul di kedua hemisfer otak. Mereka menetap pada usia kehamilan 22 minggu dan menjadi sinkron bilateral pada usia kehamilan 26-27 minggu. Munculnya neuron non spesifik ini terjadi saat perkembangan neuron. Hilangnya neuron tersebut memberi sinyal kegawatan terhadap potensial spesifik dan maturasi sirkuit fungsi otak.
2.3. Jenis Pembedahan pada Pediatri Seperti halnya pada dewasa, pembedahan pada pediatri juga dibagi menjadi 2 berdasarkan tingkat keparahan penyakit, bagian tubuh yang terkena, kompleksitas operasi, dan waktu pemulihan yang diharapkan. Pembagian ini meliputi: 1. Operasi mayor Meliputi operasi kepala, leher, dada dan beberapa operasi abdomen. Waktu pemulihan dapat memanjang dan membutuhkan perawatan intensif atau beberapa hari di rumah sakit. Terdapat risiko lebih tinggi untuk komplikasi pada operasi tersebut. Beberapa jenis operasi mayor antara lain:
Eksisi tumor
Koreksi malformasi tulang tengkorak
Repair penyakit jantung kongenital, transplantasi organ, repair defek intestinal
Koreksi abnormalitas spinal dan terapi cedera serius
Koreksi masalah dalam perkembangan paru, intestinal, diafragma atau anus
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
20
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2. Operasi minor Beberapa operasi pada anak termasuk operasi minor. Waktu pemulihan pendek dan anak dapat segera kembali pada aktivitas biasa. Sebagian besar operasi ini merupakan operasi poliklinis, dan anak dapat pulang ke rumah di hari yang sama. Operasi-operasi ini meliputi:
Repair hernia
Koreksi patah tulang
Eksisi lesi kulit
Biopsi
2.4. Penilaian Nyeri pada Pediatri Penilaian nyeri merupakan komponen manajemen nyeri yang paling penting dan kritis. Menilai nyeri pada anak-anak adalah hal yang menantang serta merupakan tugas yang sulit, karena tidak ada metode yang dapat diandalkan untuk mengukur nyeri pada anak. Self report anak merupakan indikator yang dapat dipercaya dalam mengukur skala nyeri pada anak. Aspek kognitif dan emosional ditambah dengan mekanisme pertahanan psikologis adalah variabel penting dalam menilai nyeri pada anak. (24) Sayangnya hal ini hanya berlaku pada anak dengan kemampuan kognitif dan komunikasi yang baik. Pada bayi atau anak dengan kemampuan kognitif dan komunikasi yang kurang, self report anak tidak selalu memungkinkan dilakukan dan penilaian nyeri berdasarkan pengamatan terhadap tingkah laku dan biologis adalah satu-satunya cara. Salah satu cara menilai nyeri adalah QUESTT yaitu: Q: Question the child – (tanyakan pada anak) U: Use pain rating scales – (gunakan skala nyeri) E: Evaluate child’s behavior – (evaluasi tingkah laku anak) TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
21
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
S: Secure parent’s involvement – (libatkan orang tua) T: Take cause of pain into account – (perhitungkan penyebab rasa nyeri) T: Take earliest action (segera ambil tindakan awal) (25) Question the child Pernyataan verbal anak dan deskripsi nyeri adalah faktor penting dalam menilai nyeri. Anak usia < 2 tahun dapat melaporkan dan melokalisir nyeri, meskipun pada usia ini anak belum mampu menggambarkan kuantitas dari intensitas nyeri. Bertanya pada anak harus sabar dan gunakan kata-kata yang familiar pada anak. Berbicara dengan orang tua sebelum bertanya pada anak adalah cara pendekatan terbaik dan kata-kata yang biasa digunakan dalam percakapan dengan keluarga harus digunakan. Anak pada usia berapapun dapat menyangkal rasa nyeri jika penanya adalah orang asing, atau karena mereka takut menerima sejumlah injeksi untuk mengatasi nyeri. Use pain rating scales Pada anak usia < 4-5 tahun dapat digunakan pengukuran skala nyeri standar dalam menilai nyeri. Penilai harus terlebih dulu memperkenalkan dan berdiskusi tentang pengukuran skala nyeri tersebut pada orang tua dan pasien. Beberapa metode pelaporan diri yang dapat digunakan antara lain Hester’s poker chip tool, Eland’s colour scale, Visual Analog Scale (VAS), Smiley Analog Scale, Oucher Scale of Beyer and Wells, dan Work Graphic Scale of Tesler dkk. Idealnya, tidak ada satu pengukuran skala nyeri yang lebih baik dari lainnya. Pada anak usia > 7-8 tahun dapat digunakan pengukuran skala nyeri dengan angka (Numeric Rating Scale – NRS) ataupun skala VAS. Dengan menggunakan skala tersebut, nyeri dapat dinilai untuk menentukan rencana terapi dan juga menilai keberhasilan terapi yang diberikan. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
22
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.2. Pengukuran Skala Nyeri: Visual Analogue Scale (VAS), Numerical Rating Scale (NRS) dan Facial Expressions Scale
Evaluate child’s behavior and physiologic changes Perilaku stres tertentu misal menangis, mengaduh, meringis, postur penjagaan dan gerakan badan lainnya seringkali berhubungan dengan nyeri dan dapat digunakan untuk mengevaluasi nyeri pada anak dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi. Namun, sangat sulit untuk untuk membedakan perilaku tersebut disebabkan oleh nyeri atau penyebab lainnya seperti lapar, takut ataupun cemas. Banyak skala pengukuran perilaku telah dipublikasikan seperti Directly Observed Children’s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS); Face, Legs, Cry, Activity Concolability scale (FLACC); Toddler Preschool Post Operative Pain Scale; Ten Item Post Operative Pain Score; CRIES scale; facial expression scale of Wong dan Nurse or Parent rating of pain. Skala FLACC awalnya digunakan untuk menilai nyeri postoperatif anak usia 2 bulan hingga > 12 tahun. Skala FLACC dibuat sebagai metode sederhana yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi, mendokumentasi, dan mengevaluasi nyeri pada anak yang tidak mampu menyatakan nyeri dan intensintas nyeri secara verbal. Skala ini meliputi penilaian face, legs, activity, cry dan consolability. Setiap TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
23
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
komponen tersebut diberi nilai 0-2, sehingga nilai total 0-10. Skala FLACC telah digunakan dalam berbagai populasi dan usia termasuk perawatan di NICU, anak yang belum bisa bicara, anak dengan gangguan kognitif dan juga sebagai penilaian nyeri postoperatif. (26) Tabel 2.1. Skala FLACC (face, legs, activity, cry dan consolability) (26)
Sama seperti perubahan perilaku, perubahan fisiologis juga tidak dapat dibedakan antara respon fisik terhadap nyeri ataupun bentuk stres lainnya. Kebanyakan studi pengukuran fisiologis dipakai untuk mengukur nyeri akut, namun merupakan indikator yang tidak dapat diandalkan untuk mengukur nyeri yang persisten. Misal perubahan fisiologis terhadap nyeri adalah denyut jantung meningkat, laju nafas dan tekanan darah meningkat, menangis, berkeringat, saturasi oksigen menurun, pupil dilatasi, wajah kemerahan, mual dan otot menegang. Denyut jantung adalah tanda yang paling sederhana dan cocok. Rangsang vagal dan variabilitas denyut jantung seperti saat bernafas telah digunakan untuk mengindikasikan nyeri dan distres. Denyut jantung akan menurun dan kemudian naik sebagai respon terhadap nyeri tajam yang akut.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
24
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pembedahan juga memicu dikeluarkannya hormon stres (kortikosteroid, katekolamin, glukagon dan hormon pertumbuhan). Kecuali dilakukan pemeriksaan laboratoris dan penelitian lebih lanjut, pengukuran tersebut tidak berguna secara klinis untuk menilai dan mengobati nyeri. Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) merupakan skala perilaku untuk mengevaluasi nyeri yang dapat digunakan untuk pasien neonatus prematur maupun aterm. Skala ini merupakan adaptasi dari skala CHEOPS dan indikasi adanya nyeri ataupun distres. Skala ini terdiri dari 6 indikator yaitu: ekspresi wajah, tangisan, pola nafas, postur tangan, postur kaki, dan kesadaran. Tiap indikator mempunyai nilai 0 atau 1 kecuali tangisan, mempunyai nilai 0, 1, dan 2. Bayi hendaknya diobservasi selama 1 menit untuk setiap indikator. Nilai nyeri total antara 0-7. Tabel 2.2. Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) Kriteria
Skor 0
Skor 1
Ekspresi wajah
Rileks
Merengut
Tangisan
Tidak ada
Mengomel
Pernafasan
Rileks
Berbeda dengan
Skor 2 Menangis hebat -
basal Postur tangan
Rileks
Tertekuk/tegang
-
Postur kaki
Rileks
Tertekuk/tegang
-
Kesadaran
Tidur/tenang
Tertekuk/tegang
-
Intervensi terhadap nilai nyeri berbeda untuk setiap nilai nyeri. Keterbatasan penilaian nyeri yang bukan merupakan self report adalah hambatan membedakan antara nyeri dan kecemasan, namun intervensi non-farmakologis dapat membedakan antara kedua hal tersebut.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
25
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.3. Intervensi pada Skala NIPS Level Nyeri
Intervensi
0-2 = tidak nyeri/nyeri ringan
Tidak ada
3-4 = nyeri ringan-sedang
Intervensi non-farmakologis dengan penilaian ulang dalam 30 menit
>4 = nyeri hebat
Intervensi non-farmakologis dan intervensi farmakologis dengan penilaian ulang dalam 30 menit
Gambar 2.3. Ekspresi Wajah Akibat Rangsangan Nyeri (27)
Tabel 2.4. Skala pengukuran CRIES (Crying, Requires O2 for SaO2 < 95%, Increased vital signs, Expressions, Sleepless)
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
26
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Secure parent’s involvement Orang tua harus diwawancara mengenai identifikasi awal dan perubahan perilaku anak akibat nyeri. Mereka juga harus didorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam menilai nyeri, kemajuan dan juga strategi pengobatan nyeri anak mereka. Take cause of pain into account Etilogi dan jenis preosedur dapat memberikan gambaran intensitas dan jenis nyeri yang dirasakan anak. Take a quick action to relieve the pain Temukan tingkat nyeri yang dapat ditolerir anak dan gunakan metode yang sesuai untuk mengatasinya.
2.5. Tingkat Kecemasan pada Anak Kecemasan merupakan salah satu perasaan paling menyedihkan dalam kondisi preoperatif yang dapat mengganggu praktik medis sehingga menyebabkan pasien, terutama anak, enggan berkomunikasi atau meminum obat, menolak pemasangan infus ataupun memasuki ruang operasi. Sebuah penelitian oleh Fortier dkk menyebutkan bahwa tingkat kenyamanan anak yang rendah dan kecemasan orang tua yang tinggi berhubungan dengan kecemasan anak perioperatif. Tingkat kecemasan perioperatif berhubungan dengan nyeri postoperatif dan perubahan perilaku negatif postoperatif seperti mimpi buruk, cemas saat perpisahan, dan ketakutan saat bertemu TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
27
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dokter.
(28)
Kecemasan preoperatif ditandai dengan perasaan tegang, ketakutan,
kegelisahan, dan kekhawatiran. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada masa preoperatif antara lain: mood anak sebelum operasi, kenyamanan yang kurang, sosialisasi yang kurang, perilaku adaptif, impulsif, pengalaman pembedahan sebelumnya, pengalaman rawat inap sebelumnya, perlakuan tidak baik dari staf dokter anak, maupun adanya kecemasan anggota keluarga. (29) Saat mengevaluasi kecemasan pada anak, sangatlah penting untuk menggunakan metode yang dikembangkan secara khusus untuk usia kelompok tertentu yang memungkinkan evaluasi psikiatrik, evaluasi klinis, evaluasi diri atau skala observasional dan evaluasi anggota keluarga. Berbagai skala yang didisain untuk digunakan oleh klinisi, orang tua, guru ataupun anak telah dikembangkan untuk mengevaluasi adanya kecemasan pada anak. Namun, sebagian besar tidak cocok digunakan untuk mengevaluasi kecemasan pada anak prasekolah di masa preoperatif. Untuk anak usia < 5 tahun, Kain dkk menyebutkan bahwa skala YPAS, yang kemudian dimodifikasi menjadi mYPAS digunakan untuk anak saat preanestetik dan induksi. mYPAS meliputi observasi 5 komponen yang menggambarkan hubungan anak dengan lingkungannya (aktivitas dan gairah), vokalisasi, ekspresi emosi dan interaksi dengan anggota keluarga. Tabel 2.5. Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (mYPAS) (29)
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
28
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Selain mYPAS, penilaian kecemasan dapat dilakukan dengan menggunakan State-Trait Anxiety Inventory (STAI). STAI merupakan self report yang meliputi 2-20 komponen, skala penilaian meninjau ciri khas dan kondisi cemas. Ibu merespon pada skala bernilai 4 dan skor total dari setiap kuisioner berkisar antara 20 hingga 80 di mana nilai yang lebih besar menggambarkan kondisi cemas yang lebih besar. Korelasi tes-tes ulang dari STAI adalah tinggi yaitu 0.73 hingga 0.86. Validitas instrumen diperiksa dalam 2 studi di mana STAI dinilai dengan memberikan kondisi stres rendah dan tinggi pada sampel murid yang cukup besar. Nilai r berkisar antara 0.83 hingga 0.94 menunjukkan validitas yang sangat baik. (30) Sayangnya STAI pada anak hanya dapat digunakan untuk menilai kecemasan anak usia 9-12 tahun. Skala ini terdiri dari 2 bagian yaitu anxiety state (A state) dan trait state (T state). Meski disusun untuk anak usia 9-12 tahun, namun penilaian ini juga dapat dilakukan pada anak lebih muda dengan kemampuan membaca rata-rata ataupun di atas rata-rata dan anak lebih tua dengan kemampuan membaca di bawah rata-rata. A state terdiri dari 20 pertanyaan yang menanyakan perasaan mereka pada saat tertentu. Hal tersebut mengukur keadaan cemas sementara, yang secara subyektif merupakan perasaan takut, tegang atau khawatir dengan intensitas yang bervariasi dan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Sedangkan A trait terdiri dari 20 pertanyaan yang TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
29
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menanyakan perasaan mereka secara umum. Hal tersebut mengukur perbedaan individu relatif dalam kecemasan rawan, yaitu perbedaan anak yang mempunyai kecenderungan untuk mengalami cemas.
2.6. Sedasi dalam Mengatasi Kecemasan (31) Lebih dari separuh anak-anak yang dijadwalkan operasi yang membutuhkan anestesi umum akan mengalami stres dan ketakutan yang dapat menyebabkan kurangnya kooperasi. Momen perpisahan anak dari orang tua saat memasuki kamar operasi dapat menjadi momen yang paling sulit. Beberapa anak yang cemas akan menunjukkan kecemasan dan ketakutan mereka baik secara verbal maupun nonverbal. Berbagai teknik farmakologi dan nonfarmakologi telah digunakan untuk mengatasi situasi ini. Metode nonfarmakologi lebih sering digunakan untuk mengurangi tingkat kecemasan dan meningkatkan kerja sama. Sebagian anak mempunyai respon yang baik saat menonton film kartun, bermain video games ataupun dihipnotis. Dokter dengan kostum badut, stimulasi sensorik yang sedikit, ataupun terapi musik telah dilakukan untuk membuat lingkungan lebih nyaman bagi anak. Meskipun metode nonfarmakologi dapat meningkatkan kooperasi anak, namun metode ini tidak menurunkan tingkat kecemasan secara konsisten. Sedangkan metode farmakologi untuk mengatasi kecemasan pada anak antara lain pemberian sedasi, anticemas, analgetik, dan anestesi. Pemberian sedasi secara kontinyu tidak disarankan untuk dilakukan. 2.6.1. Midazolam Dari beberapa studi, midazolam merupakan terapi pilihan dalam mengatasi kecemasan proepratif pada anak. Midazolam dapat diberikan secara oral maupun intranasal. Dosis pemberian midazolam oral adalah 0,5-0,75 mg/kg, TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
30
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
maksimal 15 mg dan diberikan 15 hingga 30 menit sebelum prosedur. Dosis intranasal yang diberikan adalah 0,2 mg/kg, maksimal 5 mg dan diberikan 5 menit sebelum prosedur. Pemberian midazolam preoperatif menunjukkan tingkat stres yang lebih kecil dalam berbagai pengukuran. Sedikit efek samping muncul. Midazolam dapat menyebabkan reaksi agitasi paradoksal pada sebagian kecil anak. Reaksi ini telah ditunjukkan dalam laporan kasus disertai dengan pemberian antidotum midazolam (flumazenil) baik pada anak maupun dewasa. Ketamin, obat anestesi disosiatif, telah terbukti lebih efektif mengatasi kecemasan daripada midazolam dengan dosis lebih besar ataupun plasebo. Efek amnesia tidak tergantung rute pemberian, karena tidak terdapat perbedaan signifikan efek amnesia pada pemberian oral (0,45 mf/kg) dengan intramuskular (0,2 mg/kg) pada anak. Midazolam terbukti memberikan amnesia total atau parsial pada 90% anak yang menjalani aspirasi sumsum tulang atau pungsi lumbal. (32) Efek samping midazolam pada dosis tinggi yaitu hipoventilasi dan hipoksemia. Depresi nafas dilaporkan terjadi pada dewasa namun hanya terdapat sedikit laporan tentang depresi nafas pada anak. Depresi nafas berbanding lurus dengan dosis yang diberikan, sehingga pemberian dosis harus dipantau secara ketat. 2.6.2. Nitrous Oxide (N2O) Dua studi mengevaluasi nitrous oxide dengan pemberian kontinyu 50% dan 70%. Pada studi yang dilakukan Keidan dkk dengan membandingkan 50% nitrous oxide dengan 0,5 mg/kg midazolam oral menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara midazolam dan nitrous oxide. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
31
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.6.3. Obat-obat Lainnya Pada sebuah studi yang membandingkan hidrat koral dosis 25 mg/kg dengan midazolam oral dan plasebo menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara statistik dalam mengurangi stres. Hal ini mungkin disebabkan karena dosis inadekuat atau kurangnya daya dalam penelitian ini.
2.7. Aspek Umum Perkembangan Farmakologi (33) Farmakokinetik dan farmakodinamik analgetik berubah seiring dengan pertumbuhan. Perubahan terkait umur beberapa variabel fisiologis terhadap fungsi obat terangkum dalam Tabel 3. Perbedaan sistem enzim hepar yang memetabolisir obat pada tingkat usia tertentu menjadi faktor utama yang menentukan perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik analgetik. Neonatus mempunyai clearance obat yang lebih rendah dibanding bayi, anak dan dewasa. Hal ini disebabkan oleh sistem enzim hepar yang belum matang secara sempurna. Sebaliknya, anak usia 2-6 tahun mempunyai weight-normalized clearance yang lebih besar dibanding dewasa pada beberapa jenis obat. Besarnya laju metabolisme obat oleh sitokrom P-450 pada anak dibanding dewasa lebih mencerminkan massa hepar per kilogram berat badan yang lebih besar dibanding perubahan terkait usia dari enzim katalisator intrinsik. Clearance obat yang lebih cepat pada anak dibanding dewasa mengindikasikan diperlukannya pemberian obat lebih sering. Tabel 2.6. Tren Relevan Terkait Umur Terhadap Kerja Obat * Sistem Fisiologis Kompartemen tubuh
TUGAS AKHIR
Tren Terkait Umur Neonatus: penurunan
Implikasi Klinis Peningkatan durasi kerja
lemak dan otot,
obat larut air,
peningkatan jumlah air,
peningkatan interval
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
32
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
peningkatan volume
dosis
distribusi obat larut air Ikatan protein plasma
Neonatus: penurunan
Peningkatan konsentrasi
konsentrasi albumin dan
obat terikat protein kuat
asam glikoprotein α1
yang tidak terikat, peningkatan risiko terjadi overdosis atau toksisitas
Sistem enzim hepar untuk metabolisme obat
Neonatus dan bayi: subtipe Neonatus dan bayi: sitokrom hepar P-450
penurunan clearance
dan glucoronyl
metabolik, penurunan
transferase imatur
laju infus dan
Anak usia 2-6 tahun: peningkatan massa hepar
peningkatan interval dosis Anak usia 2-6 tahun: peningkatan clearance metabolik, peningkatan laju infus dan penurunan interval dosis
Filtrasi renal dan
Neonatus dan bayi:
Neonatus dan bayi:
ekskresi obat dan hasil
penurunan laju filtrasi
akumulasi obat yang
metabolitnya
glomerulus
diekskresi di renal atau metabolit aktif, penurunan laju infus dan peningkatan interval dosis
Laju metabolik,
Neonatus dan bayi:
Neonatus dan bayi: henti
konsumsi oksigen dan
peningkatan konsumsi
respirasi atau apnea
fungsi respirasi
oksigen, peningkatan
menyebabkan
rasio konsumsi oksigen
hipoksemia, peningkatan
terhadap kapasitas residu
laju onset dan offset
fungsional total,
anestesi inhalasi,
penurunan serat
peningkatan risiko
diafragma tipe 2 (anti-
atelektasis jatau gagal
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
33
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
lelah), penurunan
nafas saat sakit atau
diameter jalan nafas,
pembedahan yang
peningkatan kerja nafas
membebani kerja nafas,
yang berlawanan,
peningkatan risiko
penurunan kontrol otot
hipoventilasi akibat efek
faring dan lidah,
kombinasi penurunan
penurunan kekakuan
reflek jalan nafas dan
laring dan trakea
respon terhadap opioid
subglotis, penurunan
atau sedasi
respon ventilasi terhadap oksigen dan karbondioksida, penurunan kapasitas residual menjelang ekspirasi * Perbedaan variabel fisiologis dinyatakan sebagai peningkatan atau penurunan relatif terhadap variabel berat yang sebanding pada orang dewasa. Perbedaan dalam dosis (dinormalisasi per kilogram massa tubuh) atau laju infus (dinormalisasi dalam miligram per kilogram per jam) disajikan sebagai peningkatan atau penurunan relatif terhadap variabel yang sebanding pada orang dewasa.
2.8. Pedoman Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Pada Anak Timbulnya nyeri pasca operasi merupakan proses yang sangat kompleks. Selama operasi mediator-mediator inflamasi dilepaskan, yang meliputi histamin, leukotrien, prostaglandin, sitokin, bradikinin dll. Mediator-mediator tersebut menimbulkan hiperalgesia di tempat luka dan jaringan sekitarnya. Neuron aferen melepaskan asam amino stimulator (glumatat, aspartat) atau neurotransmiter peptida (substansi P, neurokinin, kalsitonin, kolesistokinin dan somatostatin), yang mempengaruhi konversi dan modulasi nyeri. Aktivitas nosiseptif dari saraf spinal ditransmisikan ke pusat yaitu otak di mana nyeri dimodulasi oleh opioid endogen, TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
34
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
noradrenalin dan 5-hydroxytryptamine (serotonin, 5-HT). Substansi tersebut mampu membantu merangsang ataupun menghambat nyeri. Sesuai dengan asumsi, analgetik multimodal harus diberikan di berbagai level di mana nyeri dapat timbul (perifer, saraf spinal, pusat meduler) dan hal ini lebih efektif daripada metode manajemen nyeri hanya pada 1 level saja. (26) Manajemen nyeri pasca operasi adalah salah satu faktor penting dalam merawat pasien anak yang menjalani pembedahan. Pedoman manajemen pemberian analgetik berikut meliputi prinsip berdasarkan evaliasi kondisi pasien termasuk jenis dan lama operasi. Membuat manajemen nyeri terpadu pada anak sangat sulit karena rentang usia pasien anak beragam dan berpotensi menjadi masalah terlepas dari adanya penyakit penyerta dan tingkat kesulitan operasi. Pedoman ini dibuat berdasarkan bukti klinis esensial yang tersedia, termasuk evidence-based medicine (EBM). Data-data tersebut meliputi data literatur, termasuk pedoman Australian & New Zealand College of Anaesthetists (ANZCA) tahun 2010 dan the American Psychological Association (APA) tahun 2012. (26) Unsur vital nosiseptif pada bayi baru lahir merupakan dampak dari rangsangan nyeri jangka panjang pada periode awal kehidupan sebagai bentuk pengendalian nyeri yang tidak tertangani. Rangsangan nyeri jangka panjang pada bayi baru lahir tidak hanya meningkatkan area somatosensoris di cortex cerebri yang bertanggung jawab untuk persepsi nyeri, tetapi juga merubah alur timbulnya hipoalgesia dan hiperalgesia karena rangsangan suhu di daerah inflamasi secara kompleks. Selama bertahun-tahun, anggapan bahwa anak tidak merasakan nyeri dan tidak dapat mengingat pengalaman yang berhubungan dengan nyeri diterapkan oleh tenaga medis di berbagai kasus. Bahkan, pengetahuan tentang manajemen nyeri yang kurang, ketakutan akan efek
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
35
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
samping opioid dan kurangnya manajemen analgetik menghasilkan terapi nyeri yang tidak efektif pada anak. (26) Reseptor sensoris pertama pada anak telah ada sejak minggu ke-7 kehidupan fetal. Pada usia kehamilan 20 minggu, reseptor ada di seluruh kulit dan permukaan mukosa. Secara simultan, struktur sinaptik berkembang di cornu posterior saraf spinal dan menjadi matang pada usia kehamilan 37 minggu. Perkembangan hemisfer cerebri bermula pada usia kehamilan 8 minggu, dan pada usia 20 minggu fetus telah memiliki sel saraf yang lengkap. Terlepas dari proses pematangan struktur dan fungsi jalur konduksi, peran penting dimainkan oleh neurotransmiter yang dilepaskan oleh sistem opioid endogen. Konsentrasi substansi P di dalam sel saraf dan jumlah reseptor sistem saraf pusat (SSP) yang spesifik terhadap nyeri lebih banyak pada anak dibanding pada dewasa. Saat usia kehamilan 20 minggu, sel pituitari mulai memproduksi endorfin. Setelah bayi lahir, bayi memiliki konsentrasi endorfin hingga 5x lebih banyak daripada dewasa. (26)
2.8.1. Nyeri akut pada anak akibat trauma pembedahan yang luas (disertai dengan kerusakan jaringan ringan) – NRS atau VAS pasca operasi < 4
Farmakoterapi preoperatif – analgetik preemtif Krim EMLA digunakan untuk anak usia > 2 tahun di mana vena tempat akan dilakukan insersi infus dapat diidentifikasi dan waktu anestesi dapat ditentukan. Krim ini tidak dapat digunakan pada anak yang belum dapat berkomunikasi; sudah mempunyai jalur infus atau kateter vaskular; dan yang venanya sulit diidentifikasi. Dosis: 2 gram per 20 cm2 kulit, ditutup dengan occlusive dressing selama 1-2 jam.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
36
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.4. Farmakoterapi Preoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Ringan – Analgetik Preemtif (26)
Farmakoterapi postoperatif – analgetik lokal Sebelum operasi, dilakukan injeksi pada garis insisi dengan lidocaine 1% atau bupivacaine 0.25-0.5% (5-10 ml) sebagai analgetik preemtif kecuali telah dilakukan blok anestesi. Setelah operasi selesai, injeksi ulang luka operasi tergantung jenis pembedahan. Pemberian intra-artikular anestesi lokal 5-10 ml bupivacaine 0.25-0.5% dan/atau opioid: morfin 1-2 mg atau fentanyl 20-25 mcg.
Gambar 2.5. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Ringan (26)
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
37
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.8.2. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan sedang – NRS atau VAS pasca operasi 4-6 dan durasi nyeri pasca operasi < 3 hari
Farmakoterapi preoperatif Sama seperti pada prosedur operasi dengan kerusakan jaringan ringan.
Farmakoterapi postoperatif Setelah operasi selesai, injeksi ulang luka operasi tergantung jenis pembedahan. Pemberian intra-artikular anestesi lokal 5-10 ml bupivacaine 0.25-0.5% dan/atau opioid: morfin 1-2 mg atau fentanyl 20-25 mcg. Pada hari kedua hingga ketiga, analgetik dapat diberikan dalam pembagian dosis per oral atau per rectal.
Gambar 2.6. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Sedang (26)
Jika nyeri masih timbul, sesuai permintaan pasien, opioid dosis kecil dapat diberikan dengan metode Nurse Controlled Analgesia (NCA) atau Patient Controlled Analgesia (PCA) jika tersedia. Pemantauan kontinyu dari tandaTUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
38
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
tanda vital seperti denyut nadi, rate pernafasan, intensitas nyeri, kedalaman sedasi, efek samping harus dilakukan. Obat anti-emetik: -
Metoclopramide: 0.1 mg/kg iv setiap 6-8 jam maksimal 5 mg; metoclopramide tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.
-
Ondansetron: 0.05-0.1 mg/kg iv setiap 8-12 jam maksimal 4 mg; ondansetron tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.
-
Dexamethasone: 0.15 mg/kg setiap 8-12 jam maksimal 5 mg.
2.8.3. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan hebat – NRS atau VAS pasca operasi > 7 dan durasi nyeri pasca operasi > 3 hari
Farmakoterapi preoperatif Sama seperti pada prosedur operasi dengan kerusakan jaringan ringan.
Farmakoterapi postoperatif Infus opioid kontinyu: morfin, nalbuphine. Pemberian obat
ini hanya
dilakukan di ruang rawat intensif. Jika tersedia, PCA dengan obat opioid dapat digunakan. Jika pompa infus tidak tersedia, obat-obat tersebuut dapat diberikan dengan dosis terbagi dikombinasi dengan infus paracetamol iv.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
39
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 2.7. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan Jaringan Hebat (26)
Obat anti-emetik: -
Metoclopramide: 0.1 mg/kg iv setiap 6-8 jam maksimal 5 mg; metoclopramide tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.
-
Ondansetron: 0.05-0.1 mg/kg iv setiap 8-12 jam maksimal 4 mg; ondansetron tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.
-
Dexamethasone: 0.15 mg/kg setiap 8-12 jam maksimal 5 mg
Tabel 2.7. Dosis Analgetik Paracetamol pada Anak (26) Age
28-32 weeks
TUGAS AKHIR
Administration route
Saturating dose
oral
20 mg/kg
Maintenance dose 10-15 mg/kg
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
40
Interval between (h)
Max. daily dose
8-12
30 mg/kg
Duration of max. daily dose administration (h) 48
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33-52 weeks
> 3 months
rectal
20 mg/kg
15 mg/kg
12
30 mg/kg
48
oral
20 mg/kg
10-15 mg/kg
6-8
60 mg/kg
48
rectal
30 mg/kg
20 mg/kg
8
60 mg/kg
48
oral
20-30 mg/kg 15 mg/kg
4-6
90 mg/kg
48-72
rectal
30-40 mg/kg 15-20 mg/kg
6-8
90 mg/kg
Body weight (kg)
Administration route
Dose
Interval between dose (h)
Max. daily dose
< 5 (newborn)
i.v.
7.5 mg/kg
4-6
30 mg/kg
5-10
i.v.
10 mg/kg
4-6
40 mg/kg
10-50
i.v.
15 mg/kg
4-6
60 mg/kg
> 50
i.v.
1g
4-6
4-5 g
Tabel 2.8. Dosis Analgetik Metamizole pada Anak (26) Administration route i.v. oral
Dose 10-15 mg/kg
Interval between dose (h) 6-8
Max. daily dose
Comments
60 mg/kg
Approved >15
5-20 mg/kg
6-8
60 mg/kg
years of age
Tabel 2.9. Dosis Analgetik NSAID pada Anak (26) NSAID Ibuprofen
Dose 5-10 mg/kg p.o./p.r.
Interval between doses (h) 6-8
Max. daily dose 30 mg/kg
Comments Approved > 3 months of age
Ketoprofen
50-100 mg i.v.
6-8-12
1 mg/kg Diclofenac
50-150 mg p.o./p.r.
8
1 mg/kg p.r. Naproksen
7.5 mg/kg p.o./p.r.
12
200 mg
Approved > 15 years
4 mg/kg
of age
150 mg
Approved > 14 years
3 mg/kg
of age
15 mg/kg
Approved > 5 years of age
Dexketoprofen
25 mg i.v.
86-8-12
50 mg i.v.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
41
75 mg i.v.
Approved in adult
150 mg i.v.
patients
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.10. Dosis Analgetik Opioid pada Anak (26) Opioid Administration route Morphine
iv./s.c.
Dose
Interval between dose (h)
Newborns 0.025 mg/kg
3-4
Infusion
10-40 µg/kg/h
Children 0.05-0..2 mg/kg
Comments
Preparation 1 mg/kg/ 50 ml=20 mg/kg/ml Bolus dose administered in a 30-minutes infusion
p.o.
Newborns 0.08 mg/kg
4
Obligatory monitoring of
Children 0.2-0.5 mg/kg Fentanyl
i.v.
the patient
1-5 µg/kg
0.5-2.5 µg/kg/h
Sufentanil i.v.
0.05-0.5 µg/kg
0.05-1 µg/kg/h
Tramadol
1-2 mg/kg
i.v.
Oxycodone i.v./p.o.
4-6
0.05-0.15 mg/kg
0.07-0.25 mg/
Approved > 12 years of
kg/h
age
3-4
Approved > 12 years of age
Nalbuphine i.v.
0.1-0.2 mg/kg
3-6
bolus 0.2 mg/kg Approved > 18 months
Tabel 2.11. Patient-controlled analgesia (PCA) (26) Drug
Initial dose
Infusion
Morphine
50-100 µg/kg
0-4 µg/kg/h
Fentanyl
0.5-1 µg/kg
0.5-1 µg/kg/h
Oxycodone
0.03 µg/kg
Bolus 10-20 µg/kg
Max. 4-hour dose 300 µg/kg
Duration of pump block 10-15 menit
0.5-1 µg/kg
4-8 µg/kg
5-10 menit 5-10 menit
Tabel 2.12. Nurse-controlled analgesia (NCA) (26) Drug Morphine
Initial dose 50-100 µg/kg
Infusion 0-20 µg/kg/h
Bolus 10-20 µg/kg
Duration of pump block 20-30 min
2.9. Opioid (33) Indikasi pemberian opioid antara lain nyeri postoperatif, nyeri akibat penyakit sickle cell, dan nyeri kanker. Pada anak, risiko ketergantungan obat lebih kecil dibanding dewasa. Clearance berdasarkan berat dari beberapa opioid berkurang pada neonatus dan mencapai nilai matur pada 6 -12 bulan. Waktu paruh eliminasi morfin TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
42
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dalam analisis yang dikumpulkan, rata-rata 9 jam pada neonatus prematur, 6,5 jam pada neonatus aterm, dan 2 jam pada bayi dan anak. Metabolit aktif morfin diekskresikan lewat ginjal dan dapat terakumulasi pada neonatus karena fungsi ginjal yang belum matur. Clearane metabolit morfin di ginjal yang lambat dapat menimbulkan efek analgetik, depresi nafas, dan kejang pada neonatus. Clearance fentanyl dapat terganggu saat dan setelah operasi abdomen pada neonatus. Respon reflek respirasi terhadap obstruksi jalan nafas, hiperkapnea, dan hipoksemia belum sempurna pada awal kehidupan dan mencapai sempurna secara bertahap dalam 2-3 bulan kehidupan baik pada neonatus prematur ataupun aterm. Neonatus dan bayi dengan penyakit paru kronik mempunyai reflek ventilasi yang terganggu, yang dapat meningkatkan risiko depresi nafas akibat opioid. Serial kasus dari anak yang tidak diintubasi menunjukkan bahwa frekuensi depresi nafas akibat opioid lebih besar pada neonatus dibanding bayi usia > 6 bulan. Namun, pemberian morfin dalam masa postoperatif pada neonatus yang diintubasi berhubungan dengan skor nyeri yang rendah dan hemodinamik yang stabil. Pada bayi usia 3-6 bulan, efek analgetik morfin ataupun fentanyl mirip dan efek depresi nafas tidak lebih besar dibanding dewasa dengan nilai konsentrasi plasma dari morfin atau fentanyl yang sama. Pemberian infus morfin secara kontinyu pada masa postoperatif telah digunakan secara luas pada bayi dan anak, dengan efektivitas dan kemanan yang baik meskipun terdapat insiden efek samping kecil. Infus morfin dimulai dari 0,01 mg/kg/jam pada bayi usia < 6 bulan hingga 0,025-0,04 mg/kg/jam pada bayi usia > 12 bulan. Pada neonatus, laju infus morfin berdasarkan berat badan harus lebih kecil, dan dosis pengulangan intermiten harus lebih kecil, lebih jarang baik pada bayi maupun anak.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
43
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Neonatus yang mendapat opioid harus dipantau secara ketat, bisa dengan pulse oximetry dan harus dilakukan secara rutin sebagai bagian dari manajemen jalan nafas, karena pemantauan rate nafas sendiri merupakan prediktor inadekuat dari impending apnea. Penelitian belum dapat membuktikan opioid yang cocok untuk neonatus atau bayi.
2.10. Efek Nyeri Pasca Operasi pada Anak Rangsangan yang menyebabkan nyeri berdampak pada aktivitas sistem saraf simpatis. Aktivasi simpatis ditandai dengan perilaku bertahan seketika terhadap piloereksi, sekresi keringat, peningkatan nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan cardiac output, dan juga peningkatan aliran darah di otot lurik yang berdampak penurunan aliran darah pada kulit, ginjal, dan daerah splanknik. Sebagai korelasi biokimia terhadap stres, katekolamin dilepaskan dari medula adrenal ke dalam sirkulasi bersama dengan perubahan metabolik yang lain. Dalam penelitian eksperimantal, stimulasi nyeri saraf sural telah digunakan untuk menginduksi respon pertahanan saraf spinal post sinap yang ditandai dengan peningkatan nadi dan penarikan ekstremitas menjauhi rangsangan nyeri, sehingga disebut reflek nosiseptif withdrawal. Nyeri dan stres dapat menyebabkan perubahan kardiovaskular. Stres kronik sebelumnya dikenal untuk mengubah respon kardiovaskular terhadap stres akut. Namun, tidak diketahui apakah stres akut sebelumnya mengubah respon variabilitas nadi terhadap stresor akut kedua seperti nyeri. Pertanyaan ini berkorelasi karena subyek nyeri akut sering kali simultan dalam situasi stres yang tinggi. (34) Perubahan fisiologis yang terjadi pada nyeri mempunyai dampak pada beberapa sistem tubuh, sepert kardiovaskular, gastrointestinal, respirasi, genitourinari, muskuloskeletal dan imun. Peningkatan denyut jantung dan nafas menyebabkan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
44
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
peningkatan kebutuhan oksigen dan nutrisi organ vital lainnya. Perubahan fisiologis yang terjadi juga dapat merangsang muntah dan kondisi sakit kronis lainnya. Efek samping psikologis dan kognitif juga sering terjadi. (35) 2.10.1. Sistem Kardiovaskular Sistem kardiovaskular merespon stres yang terjadi akibat nyeri yang tidak tertangani dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis seperti peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah dan resistensi vaskular perifer. Akibat dari meningkatnya stres terhadap jantung, maka terjadi hipertensi dan takikardi, serta konsumsi oksigen di miokard juga meningkat. Jika konsumsi oksigen lebih besar dari suplai oksigen, miokard akan mengalami iskemik dan berpotensi terjadi infark miorkard. Suplai oksigen miokard dapat terganggu lebih lanjut jika terdapay penyakit jantung atau paru sebelumnya, ataupun hipoksemia akibat terganggunya fungsi respirasi. Hiperkoagulasi terjadi jika terdapat kekurangan fibrinolisis bersamaan dengan meningkatnya denyut jantung, beban kerja jantung dan tekanan darah. Aktivitas ini meningkatkan risiko terjadinya deep vein thrombosis (DVT) dan edema paru. 2.10.2. Sistem Gastrointestinal Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dapat mengakibatkan gangguan fungsi
gastrointestinal
sementara.
Hal
ini
mencakup
keterlambatan
pengosongan lambung dan mengurangi motilitas usus dan juga berpotensi terjadi ileus paralitik. 2.10.3. Sistem Respirasi Nyeri yang tidak tertangani dapat mengakibatkan pasien membatasi gerak otot dada dan perut untuk mengurangi nyeri. Hal ini dapat menyebabkan disfungsi TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
45
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pernafasan akibat retensi dan retensi sputum akibat keengganan untuk batuk. Akibatnya, atelektasis dan pneumonia dapat terjadi. Disfungsi paru tersebut akibat nyeri menyebar di otot diafragma pada dinding otot, yang juga berhubungan dengan pengurangan kapasitas vital paru, peningkatan tekanan inspirasi dan ekspirasi, serta pengurangan ventilasi alveolar. Hasilnya, hipoksia yang dapat menyebabkan komplikasi jantung, disorientasi dan kebingungan serta keterlambatan penyembuhan luka. 2.10.4. Sistem Genitourinari Nyeri yang tidak tertangani dapat meningkatkan pelepasan hormon dan enzim seperti katekolamin, ADH, kortisol, angiotensin II dan prostaglandin, yang membantu meregulasi produksi urine, cairan dan keseimbangan elektrolit sama halnya volume dan tekanan darah. Hal ini menyebabkan retensi natrium dan air, sehingga retensi urine terjadi. Ekskresi kalium meningkat akibat hipokalemia. Penurunan jumlah cairan ekstraseluler terjadi akibat cairan berpindah ke kompartemen intraseluler, yang mengakibatkan overload cairan, peningkatan beban kerja jantung dan hipertensi. 2.10.5. Sistem Muskuloskeletal Respon involunter terhadap rangsangan berbahaya akan menyebabkan refleks spasme otot di tempat kerusakan jaringan. Fungsi otot yang rusak dan kelelahan otot dapat menyebabkan imobilitas, sehingga terjadi statis dari vena, peninggkatan koagubilitas darah yang juga meningkatkan risiko terjadinya DVT. Nyeri dapat menyebabkan gerkan otot dada dan perut terbatas sebagai usaha mengurangi nyeri, sebuah fenomena yang dikenal dengan „splinting‟. Kurang bekerjanya otot respirasi dapat menyebabkan fungsi respirasi berkurang. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
46
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.10.6. Sistem Imun Sistem imun dapat terganggu akibat nyeri yang tidak tertangani. Hal ini dapat menyebabkan luka menjadi terinfeksi, pneumonia hingga sepsis. 2.10.7. Efek Psikologis dan Kognitif Tingkat kecemasan dan nyeri berhubungan secara positif. Pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi cenderung mengalami insiden stres yang lebih tinggi. Stres akut yang mengakibatkan perubahan hormonal digambarkan sesuai dengan gejala depresi dan kecemasan, di mana hiperkortisolisme adalah fisiologi kecemasan yang sesuai. Sehingga, efek dari stresor nyeri yang tidak tertangani dapat berpotensi meningkatkan kecemasan lebih besar dan mengganggu aktivitas sehari-hari seperti makan, latihan, kerja, ataupun aktivitas santai serta mengganggu pola tidur yang berujung pada insomnia. Nyeri yang tidak tertangani juga dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan kognitif akibat stres seperti disorientasi, kebingungan dan mengurangi kemampuan konsentrasi. 2.10.8. Mual dan Muntah Saat reseptor nyeri di sistem saraf pusat dirangsang, pusat muntah di otak juga teraktivasi sehingga dapat menyebabkan terjadinya muntah. Gangguan saluran pencernaan
dapat
mengaktivasi
pelepasan
neurotransmiter
5-
hydroxytryptamine (5-HT3) yang dapat mengawali terjadinya muntah. Awalnya, 5-HT3 beredar melalui sistem sirkulasi ke chemoreceptor trigger zone di batang otak dan mengawali terjadinya muntah.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
47
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
Preoperatif
Cemas
Insisi
mYPAS
Sedasi
Kerusakan Jaringan
Asam Arakidonat NSAID
Cyclooxygenase Mediator Inflamasi: Prostaglandin, Bradikinin, Sitokin, Histamin, Substansi P, Leukotrien, Serotonin
Perubahan Kinetik Kanal Na
Blok Kanal Na+
Anestesi Lokal
Blok Kanal Na+
Anestesi Regional
+
Jenis Operasi Impuls Nyeri Nosiseptor Perifer
Sensistisasi Saraf Perifer
Dorsal Horn
Opioid Paracetamol Cortex Cerebri NRS Self Report Wong Baker Faces Pain Scale Persepsi Nyeri NIPS Behavioral Response
Physiological Response
Tekanan Darah Denyut Jantung Frekuensi Nafas
FLACC
Sentral Analgetik Perifer
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
48
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jalur inhibisi Jalur aktivasi Jalur korelasi Yang diteliti Analgetik sentral Analgetik perifer
Proses nyeri yang terjadi saat pembedahan berawal dari kerusakan jaringan yang terjadi saat insisi menyebabkan asam arakidonat yang dibantu oleh enzim cyclooxygenasi (COX) mensintesis mediator inflamasi seperti prostaglandin dan tromboksan. Mediator inflamasi lain seperti substansi P, bradikinin, leukotrien, histamin, serotonin dan sitokin (interleukin, tumor necrotizing factor dan neurotropin) juga dikeluarkan. Beberapa substrat ini dapat merangsang nosiseptor (menyebabkan impuls) secara langsung atau tidak langsung melalui sel inflamator dan kebanyakan akan mensensitisasi (meningkatkan frekuensi on-off implus) nosiseptor, serta memiliki efek sinergistik. Impuls nyeri yang diterima oleh nosiseptor akan mensensitisasi perifer dan dilanjutkan ke cornu dorsalis. Selanjutnya akan ditransmisikan menuju cortex cerebri dan diterima sebagai persepsi nyeri. Persepsi nyeri yang terjadi akan menimbulkan respon fisiologis seperti perubahan tekanan darah, denyut jantung dan frekuensi nafas. Perubahan fisiologis ini juga dapat terjadi pada masa preoperatif yang disebabkan oleh rasa cemas yang dapat menjadi faktor perancu dalam menilai nyeri. Oleh karena itu
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
49
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dalam penelitian ini tingkat kecemasan preoperatif juga dinilai dengan menggunakan mYPAS. Penilaian nyeri pada pasien pediatri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu penilaian self report dan behavioral response. Respon verbal dan motorik pada anak yang lebih tua dapat dinilai dengan self report berupa NRS dan Wong Baker Faces Pain Scale, sedangkan pada anak yang lebih muda dapat dinilai dengan behavioral response berupa FLACC dan NIPS. Pada penelitian ini akan dinilai dari kedua jenis penilaian tersebut yaitu menggunakan NRS, NIPS, dan FLACC. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri pada pembedahan. Analgetik dapat bekerja pada sentral maupun perifer. Analgetik yang bekerja secara sentral yaitu golongan opioid dengan cara menghambat transmisi nyeri di cornu dorsalis dengan menghambat pengeluaran neurotransmiter eksitatori. Sedangkan analgetik yang bekerja di perifer antara lain anestesi lokal dan NSAID. NSAID bekerja dengan
menghambat
sintesis
mediator
inflamasi
prostaglandin
dengan
menghambat enzim cyclooxygenase. Obat anestesi lokal juga bekerja sebagai analgetik dengan menghambat kanal Na+ sehingga tidak terjadi depolarisasi dan potensial aksi terhambat. Sedangkan anestesi regional bekerja dengan menghambat transmisi pada serabut saraf posterior yang menghambat sensasi somatik maupun autonom. Mekanisme kerja paracetamol hingga saat ini belum diketahui dengan jelas, namun paracetamol diyakini berperan dalam menghambat sintesis prostaglandin melalui proses peroxidase.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
50
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif prospektif pada pasien pediatri usia kurang dari 18 tahun yang menjalani operasi elektif di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian adalah di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Lama penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh pasien pediatri usia kurang dari 18 tahun yang menjalani operasi elektif di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 4.3.1. Kriteria Inklusi 1. Pasien pediatri usia 0-18 tahun 4.3.2. Kriteria Eksklusi 1. Pasien dengan retardasi mental ataupun gangguan kognitif lainnya. 2. Pasien tidak mendapat terapi analgetik postoperatif 3. Pasien yang memerlukan perawatan pasca operasi di ICU dengan ventilator 4. Pasien neonatus prematur 4.3.3. Besar Sampel Besar sampel dengan menggunakan total sampling selama 1 bulan 4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel Sampel penelitian ini diambil dengan cara mengisi lembar penelitian
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
51
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.4. Kerangka Operasional
PREOPERATIF
CEMAS
mYPAS
SEDASI ANALGETIK INDUKSI INDUKSI
INSISI
NYERI
ANALGETIK RUMATAN Infiltrasi anestesi lokal Paracetamol NSAID Opioid Anestesi regional
ANALGETIK POSTOPERATIF
POSTOPERATIF
NRS NIPS/FLACC Hemodinamik o Nadi o Tekanan darah o Frekuensi nafas o SpO2
4.5. Definisi Operasional 1.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan.
2.
Analgetik adalah obat yang diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.
3.
Analgetik induksi adalah analgetik yang diberikan saat dilakukan proses anestesi.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
52
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.
Analgetik rumatan adalah analgetik tambahan yang diberikan durante operasi.
5.
Analgetik postoperatif adalah analgetik yang diberikan sesaat sebelum operasi berakhir.
6.
Sedasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi di ruang premedikasi untuk mengatasi kecemasan.
7.
mYPAS (modified Yale Preoperative Anxiety Scale) adalah skala observasi yang digunakan untuk menggambarkan kecemasan preoperatif bayi hingga anak usia 12 tahun. Skala ini terdiri dari 5 komponen penilaian berupa aktivitas, gairah, vokalisasi, ekspresi emosi dan interaksi dengan anggota keluarga. Masing-masing nilai dari tiap komponen akan dijumlahkan dan nilai yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih besar.
8.
NRS (numeric rating scale) adalah skala nyeri berupa garis yang berukuran 10 cm yang diawali dengan label tidak nyeri dan sangat nyeri pada label akhir. Nilai 0 berarti tidak nyeri dan 10 menggambarkan nyeri yang berat.
9.
Skala FLACC (face, legs, activity, cry dan consolability) adalah skala nyeri berdasarkan perilaku untuk anak usia 2 bulan hingga > 12 tahun yang terdiri dari 5 komponen di mana masing-masing komponen mempunyai nilai 0-2. Masing-masing nilai dari tiap komponen akan dijumlahkan dan nilai yang lebih tinggi menunjukkan nyeri yang lebih besar. Nilai 0 menunjukkan tidak nyeri, santai dan nyaman; 1-3: ketidaknyamanan ringan; 4-6: nyeri sedang; 7-10: ketidaknyamanan berat atau nyeri atau keduanya.
10. Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) adalah skala nyeri berdasarkan perilaku untuk neonatus yang terdiri dari 6 komponen di mana 5 komponen mempunyai nilai 0-1 dan 1 komponen mempunyai nilai 0-2. Masing-masing nilai dari tiap komponen akan dijumlahkan dan nilai yang lebih tinggi menunjukkan nyeri yang lebih besar. Nilai 0-2 menunjukkan tidak nyeri/nyeri ringan; 3-4 nyeri ringan-sedang; >4 nyeri hebat 4.6. Bahan dan Cara Kerja 4.6.1. Bahan 1. Skala mYPAS 2. Skala NRS 3. Skala FLACC TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
53
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Skala NIPS 5. Lembar pengumpulan data 4.6.2. Cara Kerja 1. Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subyek penelitian. 2. Pasien yang menjadi subyek penelitian akan dievaluasi nilai kecemasan preoperatif menggunakan mYPAS. 3. Kemudian pasien akan menjalani operasi elektif. Pemberian analgetik postoperatif akan dicatat. 4. Pasca operasi, nilai nyeri akan dinilai menggunakan skala NIPS, FLACC dan NRS. Hemodinamik juga akan dicatat. 4.7. Analisa Statistik Data yang dikumpulkan akan diolah secara deskriptif. Uji beda antar analgetik akan diolah dengan Kruskal Wallis sedangkan uji korelasi antara nyeri dan kecemasan diolah dengan Spearman. 4.8. Jadwal Penelitian No 1.
Juli
Kegiatan
1
Pembuatan
3
4
1
Presentasi
dan
3
4
1
2
3
4
Oktober 1
2
3
4
X X
revisi proposal 3.
2
September
X X X X X X
proposal 2.
2
Agustus
Pengumpulan
X X X X
data 4.
Hasil dan analisa
X
data 5.
Penulisan laporan
X X
penelitian 6.
Presentasi hasil
X
penelitian 7.
Revisi dan
TUGAS AKHIR
X PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
54
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penyerahan hasil penelitian
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
55
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1. Profil Pasien Penelitian dilakukan terhadap 157 pasien anak yang menjalani operasi elektif pada bulan Oktober 2016 di GBPT RSUD Dr. Soetomo. Sebanyak 35 pasien anak dieksklusi sehingga pasien anak yang menjadi obyek penelitian berjumlah 122 pasien. Karakteristik demografi pasien pada penelitian meliputi usia, berat badan dan jenis kelamin. Hasil selengkapnya dari data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini: 5.1.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibanding perempuan di mana didapatkan pasien laki-laki sebanyak 73 anak (59,8%) dan pasien perempuan sebanyak 49 anak (40,2%). Tabel 5.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persentase (%)
Laki-laki
73
59,8 %
Perempuan
49
40,2 %
49 73
Laki-laki
Perempuan
Gambar 5.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
56
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia Karakteristik usia pada sampling penelitian ini dibagi menjadi usia remaja dan usia anak kurang dari 12 tahun. Pasien anak usia kurang dari 12 tahun berjumlah lebih besar yaitu 77 pasien (63,1%) sedangkan pasien usia remaja berjumlah 45 pasien (36,9%). Tabel 5.2. Karakteristik Berdasarkan Usia Usia
Jumlah (n)
Persentase (%)
≤ 12 tahun
77
63,1 %
> 12 tahun
45
36,9 %
45 77
≤
tahun
> 12 tahun
Gambar 5.2. Karakteristik Berdasarkan Usia
5.1.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA Pasien dengan PS ASA 2 mendominasi sampling pasien anak sejumlah 87 pasien (71,3%) diikuti dengan pasien PS ASA 1 sejumlah 22 pasien (18%) dan pasien PS ASA 3 sejumlah 13 pasien (10,7%).
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
57
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA PS ASA
Jumlah (n)
Persentase (%)
PS 1
22
18 %
PS 2
87
71,3 %
PS 3
13
10,7 %
13
22
87
PS 1
PS 2
PS 3
Gambar 5.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA
5.1.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi Operasi bedah anak menjadi jenis operasi yang paling banyak dilakukan yaitu sejumlah 30 pasien (24,6%). Jumlah terbanyak berikutnya adalah operasi orthopedi sejumlah 22 pasien (18%). Operasi mata dan urologi sejumlah 15 (12,3%) dan 14 pasien (11,5%) menjadi urutan berikutnya. Jenis operasi lainnya terbagi rata yaitu THT 11 pasien (9%), bedah kepala-leher dan bedah saraf masing-masing 10 pasien (8,2%), dan bedah plastik 9 pasien (7,4%). Bedah TKV menjadi jenis operasi dengan jumlah pasien paling sedikit yaitu 1 pasien (0,8%). Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi Jenis Operasi
Jumlah (n)
Persentase (%)
30
24,6 %
Bedah anak TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
58
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Orthopedi
22
18 %
Mata
15
12,3 %
Urologi
14
11,5 %
THT
11
9%
Bedah KL
10
8,2 %
Bedah saraf
10
8,2 %
Bedah plastik
9
7,4 %
Bedah TKV
1
0,8 %
11 30
15 14
10 9
22
10 1
Bedah Anak
Bedah KL
Bedah Plastik
Bedah Saraf
Bedah TKV
Orthopedi
Urologi
Mata
THT
Gambar 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi
5.1.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi Operasi minor menjadi operasi terbanyak yang dilakukan yaitu pada sejumlah 84 pasien (68,9%) dan operasi mayor sebanyak 38 pasien (31,1%). Tabel 5.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi Operasi
Jumlah (n)
Persentase (%)
Mayor
38
31,1 %
Minor
84
68,9 %
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
59
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
84
Mayor
Minor
Gambar 5.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi
5.1.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif Pasien anak yang menjalani operasi sebagian besar tidak merasakan nyeri pada saat preoperatif. Hal ini ditandai dengan penilaian skala nyeri FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, dan Consolability) ataupun NRS (Numerical Rating Scale) bernilai 0 yaitu sejumlah 75 pasien (61,5%). Sedangkan pasien yang merasakan nyeri ringan preoperatif yaitu sejumlah 43 pasien (35,2%), nyeri sedang preoperatif sejumlah 3 pasien (2,5%), dan nyeri berat preoperatif sejumlah 1 pasien (0,8%). Tabel 5.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif Kategori Nyeri
Jumlah (n)
Persentase (%)
Tidak nyeri
75
61,5 %
Nyeri ringan
43
35,2 %
Nyeri sedang
3
2,5 %
Nyeri berat
1
0,8 %
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
60
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3 1
43 75
Tidak nyeri
Nyeri ringan
Nyeri sedang
Nyeri berat
Gambar 5.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif
5.1.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien anak yang menjalani operasi sebagian besar mengalami kecemasan yaitu sejumlah 63 pasien (51,6%) sedangkan yang tidak mengalami kecemasan sejumlah 59 pasien (48,4%). Tabel 5.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan Skala Kecemasan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Tidak cemas
59
48,4 %
Cemas
63
51,6 %
59 63
Tidak cemas
Cemas
Gambar 5.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
61
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.1.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi Jika dilihat dari segi teknik anestesi maka GA (General Anesthesia) intubasi menjadi teknik anestesi yang paling banyak dilakukan yaitu sejumlah 79 pasien (64,8%). Teknik anestesi terbanyak berikutnya yaitu GA LMA (Laryngeal Mask Airway) dan GA caudal yaitu sejumlah 12 pasien (9,8%). GA epidural berada di urutan berikutnya yaitu sejumlah 8 pasien (6,6%). Hanya beberapa operasi dikerjakan dengan teknik lain yaitu GA masker sejumlah 3 pasien (2,5%), GA TIVA (Total Intravenous Anesthesia) sejumlah 3 pasien (2,5%), dan RA (Regional Anesthesia) epidural sebanyak 2 pasien (1,6%). Teknik anestesi lain yang jarang dilakukan yaitu GA trakeostomi, RA CSEA (Combine Spinal Epidural Anesthesia), dan RA PNB (Peripheral Nerve Block) sejumlah masing-masing 1 pasien (0,8%). Tabel 5.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi Teknik Anestesi
Jumlah (n)
Persentase (%)
GA intubasi
79
64,8 %
GA LMA
12
9,8 %
GA caudal
12
9,8 %
GA epidural
8
6,6 %
GA masker
3
2,5 %
GA TIVA
3
2,5 %
RA epidural
2
1,6 %
GA trakeostomi
1
0,8 %
RA CSEA
1
0,8 %
RA PNB
1
0,8%
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
62
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21
1
1
8 12
3 3
12
79
GA intubasi
GA LMA
GA masker
GA TIVA
GA caudal
GA epidural
GA trakeostomi
RA epidural
RA CSEA
RA PNB
Gambar 5.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi
5.2. Profil Analgetik 5.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik Pada penelitian ini, jenis analgetik pasca operasi yang digunakan digolongkan menjadi 5. Golongan NSAID (Non Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) menjadi analgetik yang paling banyak digunakan yaitu pada 103 pasien. Opioid menjadi jenis analgetik pasca operasi yang paling banyak digunakan kedua yaitu sejumlah 33 pasien. Posisi berikutnya ditempati oleh paracetamol yaitu sejumlah 22 pasien. Anestesi regional yang menjadi analgetik kombinasi dilakukan pada 18 pasien. Sedangkan infiltrasi anestesi lokal hanya dilakukan pada 1 pasien. Tabel 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik Analgetik
Jumlah (n)
NSAID
103
Opioid
33
Paracetamol
22
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
63
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Infiltrasi anestesi lokal
1
Jumlah
Anestesi regional
120 100 80 60 40 20 0
Jumlah
NSAID
Paracetamol
Opioid
Anestesi Regional
Infiltrasi Anestesi Lokal
103
22
33
18
1
Gambar 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik
5.2.2. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik Berbagai analgetik yang diberikan pasca operasi digolongkan menjadi analgetik tunggal dan kombinasi pada penelitian ini. Analgetik tunggal diberikan pada 68 pasien (55,7%) sedangkan analgetik kombinasi (lebih dari 1 jenis analgetik) diberikan pada 54 pasien (44,3%). Tabel 5.10. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik Analgetik
Jumlah (n)
Persentase (%)
Tunggal
68
55,7 %
Kombinasi
54
44,3 %
54 68
Tunggal
Kombinasi
Gambar 5.10. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
64
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.2.3. Karakteristik Analgetik Tunggal Jenis analgetik tunggal yang diberikan pasca operasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu NSAID, paracetamol dan opioid. NSAID menjadi jenis analgetik tunggal yang paling banyak diberikan pasca operasi yaitu pada sejumlah 54 pasien, diikuti dengan paracetamol sejumlah 13 pasien, sedangkan opioid diberikan hanya pada 1 pasien. Tabel 5.11. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal Analgetik Tunggal
Jumlah (n)
NSAID
54
Paracetamol
13
Opioid
1
60
Jumlah
50 40 30 20 10 0 Jumlah
NSAID
Paracetamol
Opioid
54
13
1
Gambar 5.11. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal
5.2.4. Karakteristik Analgetik Kombinasi Berbagai jenis analgetik kombinasi yang diberikan pasca operasi dijabarkan dalam tiap jenis analgetik yang diberikan. Kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 28 pasien. Kombinasi NSAID + regional juga menjadi analgetik TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
65
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang sering diberikan yaitu pada sejumlah 15 pasien. Kombinasi analgetik yang lain tidak banyak diberikan yaitu NSAID + paracetamol pada 4 pasien, paracetamol + opioid pada 3 pasien, paracetamol + anestesi regional pada 2 pasien, NSAID + infiltrasi anestesi lokal pada 1 pasien, dan NSAID + opioid + anestesi regional juga pada 1 pasien. Tabel 5.12. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi Analgetik Kombinasi
Jumlah (n) 28
NSAID + regional
15
NSAID + paracetamol
4
Paracetamol + opioid
3
Paracetamol + regional
2
NSAID + infiltrasi
1
NSAID + opioid + regional
1
Jumlah
NSAID + opioid
30 25 20 15 10 5 0
Jumlah
NSAID + paraceta mol
NSAID + opioid
NSAID + regional
NSAID + infiltrasi
NSAID + opioid + regional
4
28
15
1
1
Paraceta Paraceta mol + mol + opioid regional 3
2
Gambar 5.12. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi
5.3. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi Karakteristik usia terhadap jumlah analgetik yaitu dengan nilai rata-rata 6.1863 pada pemberian analgetik tunggal dan 11.9599 pada pemberian analgetik kombinasi. Uji beda dilakukan dengan T-test dan secara statistik menunjukkan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
66
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05). Sedangkan berat badan rata-rata pada pemberian analgetik tunggal pasca operasi adalah 22.42 dan pada pemberian analgetik kombinasi adalah 40.70. Uji beda dilakukan dengan T-test dan secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05). Sedangkan karakteristik jenis kelamin terhadap jumlah analgetik didapatkan pada pasien dengan jenis kelamin laki-laki, analgetik tunggal diberikan pada 39 pasien (53,4%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 34 pasien (46,6%). Sedangkan pada pasien dengan jenis kelamin perempuan, analgetik tunggal diberikan pada 29 pasien (59,2%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 20 pasien (40,8%). Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.580 (p > 0.05). Karakteristik PS ASA terhadap jumlah analgetik didapatkan pada pasien PS ASA 1, analgetik tunggal diberikan pada 10 pasien (45,5%) sedangkan analgetik kombinasi diberikan pada 12 pasien (54,5%). Pada pasien PS ASA 2, analgetik tunggal diberikan pada 52 pasien (59,8%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 35 pasien (40,2%). Sedangkan pada pasien PS ASA 3, analgetik tunggal diberikan pada 6 pasien (46,2%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 7 pasien (53,8%). Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.368 (p > 0.05). Karakteristik usia terhadap jumlah analgetik didapatkan pada anak usia kurang dari 12 tahun, analgetik tunggal diberikan pada 58 pasien (75,3%) sedangkan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
67
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
analgetik kombinasi diberikan pada 19 pasien (24,7%). Pada anak usia remaja (> 12 tahun), analgetik tunggal diberikan pada 10 pasien (22,2%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 35 pasien (77,8%). Uji beda dilakukan dengan ChiSquare dan secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05). Karakteristik jenis operasi terhadap jumlah analgetik didapatkan pada operasi bedah anak, analgetik tunggal diberikan pada 14 pasien (46,7%) sedangkan analgetik kombinasi diberikan pada 16 pasien (53,3%). Pada operasi bedah kepala leher (KL), analgetik tunggal diberikan pada 1 pasien (10,0%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 9 pasien (90,0%). Pada operasi bedah plastik, analgetik tunggal diberikan pada 5 pasien (55,6%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 4 pasien (44,4%). Pada operasi bedah saraf seluruh pasien diberikan analgetik tunggal yaitu pada sejumlah 9 pasien (100%). Sebaliknya pada operasi bedah Thoraks dan Kardiovaskular (TKV) satu-satunya pasien (100%) yang menjadi obyek penelitian diberikan analgetik tunggal. Pada operasi mata hampir seluruh pasien diberikan analgetik tunggal yaitu pada sejumlah 14 pasien (93,3%) dan hanya 1 pasien (6,7%) diberikan analgetik kombinasi. Berlawanan dengan operasi mata, pada operasi orthopedi sebagian besar diberikan analgetik kombinasi uaitu pada sejumlah 17 pasien (73,9%) dan hanya 6 pasien (26,1%) diberikan analgetik tunggal. Pada operasi Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) analgetik tunggal diberikan pada 8 pasien (72,7%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 3 pasien (27,3%). Pemberian analgetik tunggal juga mendominasi pada operasi urologi yaitu pada sejumlah 11 pasien (78,6%) sedangkan analgetik kombinasi diberikan pada 3 pasien (21,4%). Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan terdapat TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
68
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05). Karakteristik pemberian analgetik tunggal dan kombinasi juga tergambar pada klasifikasi operasi di mana pada operasi mayor analgetik kombinasi lebih banyak diberikan yaitu pada sejumlah 21 pasien (55,3%) sedangkan analgetik tunggal diberikan pada sejumlah 17 pasien (44,7%). Sedangkan pada operasi minor analgetik tunggal lebih banyak diberikan yaitu pada sejumlah 51 pasien (60,7%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 33 pasien (39,3%). Namun pada uji beda dilakukan dengan Chi-Square, secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.100 (p > 0.05). Karakteristik tingkat kecemasan terhadap jumlah analgetik didapatkan analgetik tunggal lebih banyak diberikan pada pasien dengan kecemasan preoperatif yaitu pada sejumlah 45 pasien (71,4%) sedangkan analgetik kombinasi diberikan pada 18 pasien (28,6%). Sebaliknya analgetik kombinasi lebih banyak diberikan pada pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif yaitu pada sejumlah 36 pasien (61,0%) dan analgetik tunggal diberikan pada sejumlah 23 pasien (39,0%). Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05).
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
69
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.13. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi Analgetik Tunggal
Kombinasi
p (<0.05)
Mean
SD
Mean
SD
Usia
6.16863
5.06275
11.9599
5.66231
0.000
BB
22.42
15.726
40.70
20.165
0.000
Analgetik Tunggal
Kombinasi
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
39
53,4 %
34
46,6 %
29
59,2 %
20
40,8 %
PS 1
10
45,5 %
12
54,5%
PS 2
52
59,8 %
35
40,2 %
PS 3
6
46,2 %
7
53,8 %
≤ 12 tahun
58
75,3 %
19
24,7 %
> 12 tahun
10
22,2 %
35
77,8 %
B. Anak
14
46,7 %
16
53,3 %
B. KL
1
10,0 %
9
90,0 %
B. Plastik
5
55,6 %
4
44,4 %
B. Saraf
9
100 %
0
0%
B. TKV
0
0%
1
100 %
Mata
14
93,3 %
1
6,7 %
Orthopedi
6
26,1 %
17
73,9 %
THT
8
72,7 %
3
27,3 %
Urologi
11
78,6 %
3
21,4 %
Mayor
17
44,7 %
21
55,3 %
Minor
51
60,7 %
33
39,3 %
Kece-
Cemas
45
71,4 %
18
28,6 %
masan
Tdk cemas
23
39,0 %
36
61,0 %
Jenis
Laki-laki
Kelamin Perempuan PS ASA
Usia
Jenis Operasi
Operasi
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
70
p (<0.05) 0.580 0.368
0.000 0.000
0.100 0.000
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Mean
50 40 30 20 10 0
Usia
BB
Tunggal
6.1863
22.42
Kombinasi
11.9599
40.7
Gambar 5.13. Karakteristik Usia dan Berat Badan Terhadap Jumlah Analgetik
Jumlah
70 60 50 40 30 20 10 0
Laki- Perem laki puan Jenis Kelamin 39 29
Analgetik Tunggal
Analgetik Kombinasi
34
PS 1
PS 2
PS 3
10
PS ASA 52
6
12
35
7
20
≤ > 12 tahun tahun Usia 58 10 19
35
Gambar 5.14. Karakteristik Jenis Kelamin, PS ASA dan Usia Terhadap Jumlah Analgetik
Jumlah
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 B. Anak
B. KL
Analgetik Tunggal
14
1
Analgetik Kombinasi
16
9
B. B. Saraf B. TKV Mata Plastik Jenis Operasi 5 9 0 14 4
0
1
1
Orthop edi
THT
Urologi
6
8
11
17
3
3
Gambar 5.15. Karakteristik Jenis Operasi Terhadap Jumlah Analgetik
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
71
DR. REGINA AGUSTANTINA
Jumlah
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60 50 40 30 20 10 0
Mayor Minor Operasi
Cemas Tdk cemas Kecemasan
Analgetik Tunggal
17
51
45
23
Analgetik Kombinasi
21
33
18
36
Gambar 5.16. Karakteristik Klasifikasi Operasi dan Tingkat Kecemasan Terhadap Jumlah Analgetik
5.4. Nyeri Pasca Operasi 5.4.1. Skala Nyeri Pasca Operasi Evaluasi skala nyeri pasca operasi dibagi menjadi 4 kategori yaitu tidak nyeri (skala FLACC/NRS 0), nyeri ringan (skala FLACC/NRS 1-3), nyeri sedang (skala FLACC/NRS 4-6), dan nyeri berat (skala FLACC/NRS 7-10). Penilaian skala nyeri dilakukan pada 5 waktu pasca operasi yaitu 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 2 hari pasca operasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tidak mengalami nyeri pada 30 menit pasca operasi yaitu sejumlah 80 pasien, sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 31 pasien. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat sejumlah masing-masing 8 dan 3 pasien. Pada evaluasi 1 jam pasca operasi nyeri ringan mendominasi yaitu terjadi pada 59 pasien, diikuti dengan pasien yang tidak merasakan nyeri yaitu sejumlah 54 pasien. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat mengalami penurunan jumlah pada evaluai 1 jam pasca operasi yaitu 7 dan 2 pasien. Pada evaluasi 2 jam pasca operasi nyeri ringan mengalami peningkatan jumlah yaitu terjadi pada 71 pasien sedangkan pasien yang tidak mengalami TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
72
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
nyeri terjadi pada 42 pasien. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat pada 2 jam pasca operasi sejumlah 8 dan 1 pasien. Pada evaluasi hari pertama pasca operasi tidak terdapat pasien yang mengalami nyeri sedang maupun nyeri berat. Namun nyeri ringan tetap mendominasi yaitu terjadi pada 74 pasien sedangkan pasien yang tidak mengalami nyeri pada hari pertama pasca operasi terjadi pada 48 pasien. Pada evaluasi hari kedua pasca operasi juga tidak terdapat pasien yang mengalami nyeri sedang maupun nyeri berat. Pasien yang tidak mengalami nyeri juga mendominasi yaitu terjadi pada 79 pasien sedangkan nyeri ringan dialami pada 43 pasien 2 hari pasca operasi. Tabel 5.14. Skala Nyeri Pasca Operasi 1 Jam
2 Jam
H+1
H+2
Op
Post Op
Post Op
Post Op
Post Op
Tidak nyeri
80
54
42
48
79
Nyeri ringan
31
59
71
74
43
Nyeri sedang
8
7
8
0
0
Nyeri berat
3
2
1
0
0
1 Jam Post Op
2 Jam Post Op
H+1 Post Op
H+2 Post Op
Tidak nyeri
’ Post Op 80
54
42
48
79
Nyeri ringan
31
59
71
74
43
Nyeri sedang
8
7
8
0
0
Nyeri berat
3
2
1
0
0
Jumlah
30’ Post
`
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Gambar 5.17. Skala Nyeri Pasca Operasi TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
73
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.4.2. Karakteristik Skala Nyeri pada Pemberian Analgetik Tunggal dan Kombinasi Evaluasi skala nyeri pada anak usia kurang dari 12 tahun yang diberikan analgetik tunggal pasca operasi baik pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 2 hari pasca operasi cukup rendah yaitu dengan nilai FLACC rata-rata masing-masing 0.36, 0.55, 1.05, 1.34, 0.52 dan 0.22. Sedangkan pada pasien anak usia kurang dari 12 tahun yang diberikan analgetik kombinasi pasca operasi skala nyeri yang didapatkan pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 2 hari lebih tinggi yaitu dengan nilai FLACC rata-rata masing-masing 1.53, 1.26, 2.16, 1.95, 1.05 dan 0.74. Evaluasi skala nyeri pada anak usia remaja (> 12 tahun) yang diberikan analgetik tunggal pasca operasi baik pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 2 hari pasca operasi cukup rendah yaitu dengan nilai NRS rata-rata masing-masing 0.20, 0.90, 0.90, 0.70, 0.70 dan 0.94. Sedangkan pada pasien usia remaja yang diberikan analgetik kombinasi pasca operasi skala nyeri yang didapatkan pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari, dan 2 hari rata-rata lebih tinggi (kecuali pada 2 hari pasca operasi) yaitu dengan nilai NRS rata-rata masing-masing 0.84, 1.13, 0.91, 0.78, 0.94 dan 0.51. Tabel 5.15. Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia ≤ 12 tahun Tunggal Jumlah FLACC Preop FLACC 30’ FLACC 1 Jam TUGAS AKHIR
58
Kombinasi
Mean
SD
0.36
0.583
0.55
1.300
1.05
1.395
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
74
Jumlah 19
Mean
SD
1.53
2.294
1.26
2.491
2.16
2.363
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
FLACC 2 Jam
1.34
1.319
1.95
2.147
FLACC H+1
0.52
0.538
1.05
0.911
FLACC H+2
0.22
0.421
0.74
0.806
Mean
2.5 2 1.5 1 0.5 0
Tunggal
Kombinasi
FLACC Preop
0.36
1.53
’ FLACC
0.55
1.26
1 jam FLACC
1.05
2.16
2 jam FLACC
1.34
1.95
H+1 FLACC
0.52
1.05
H+2 FLACC
0.22
0.74
Gambar 5.18. Karakteristik Skala Nyeri (1) Tabel 5.16. Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia > 12 tahun Tunggal Jumlah
Kombinasi
Mean
SD
NRS Preop
0.20
NRS 30’
Mean
SD
0.632
0.84
1.021
0.90
1.449
1.13
1.673
0.90
0.876
0.91
0.900
0.70
0.675
0.78
0.850
NRS H+1
0.70
0.483
0.94
0.765
NRS H+2
0.94
0.765
0.51
0.658
NRS 1 Jam NRS 2 Jam
TUGAS AKHIR
10
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
75
Jumlah
35
DR. REGINA AGUSTANTINA
Mean
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 NRS Preop ’ NRS
Tunggal 0.2
Kombinasi 0.84
0.9
1.13
1 jam NRS
0.9
0.91
2 jam NRS
0.7
0.78
H+1 NRS
0.7
0.94
H+2 NRS
0.94
0.51
Gambar 5.19. Karakteristik Skala Nyeri (2)
5.4.3. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi Pada evaluasi 30 menit pasca operasi didapatkan pasien sebagian besar tidak mengalami nyeri yaitu terjadi pada 80 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 40 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masing-masing 9 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 14 pasien. Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, NSAID + opioid + anestesi regional, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 9, 1, 1, 1, 2, dan 2 pasien. Nyeri ringan terjadi pada 31 pasien pada 30 menit pasca operasi di mana kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 11 pasien. NSAID berada di urutan kedua yaitu diberikan pada sejumlah 10 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 4 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
76
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
+ anestesi regional, NSAID + paracetamol, paracetamol + opioid diberikan pada masing-masing 3, 2, dan 1 pasien. Nyeri sedang dan berat terjadi pada sebagian kecil pasien pada 30 menit pasca operasi yaitu masing-masing 8 dan 3 pasien. Pada nyeri sedang analgetik tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 3 pasien dan analgetik kombinasi NSAID + opioid pada 3 pasien, NSAID + anestesi regional pada 1 pasien dan NSAID + paracetamol pada 1 pasien. Sedangkan pada nyeri berat analgetik tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 1 pasien dan analgetik kombinasi NSAID + anestesi regional pada 2 pasien. Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi yang diberikan pada 30 menit pasca operasi dengan nilai p 0.205 (p > 0.05). Tabel 5.17. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi Tidak
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Ringan
Sedang
Berat
50
14
3
1
NSAID
40
10
3
1
Paracetamol
9
4
0
0
Opioid
1
0
0
0
30
17
5
2
NSAID + opioid
14
11
3
0
NSAID + regional
9
3
1
2
NSAID + paracetamol
1
2
1
0
NSAID + infiltrasi
1
0
0
0
NSAID + opioid + regional
1
0
0
0
Paracetamol + opioid
2
1
0
0
Paracetamol + regional
2
0
0
0
Tunggal
Kombinasi
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
77
p (<0.05) 0.205
DR. REGINA AGUSTANTINA
54 51 48 45 42 39 36 33 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 0
Paracetamol + regional Paracetamol + opioid NSAID + opioid + regional NSAID + infiltrasi NSAID + paracetamol
NSAID + regional NSAID + opioid Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
Kombinasi
Tunggal
Opioid Tunggal
Jumlah
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Paracetamol NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat
Gambar 5.20. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi
5.4.4. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi Pada evaluasi 1 jam pasca operasi didapatkan pasien yang tidak mengalami nyeri sejumlah 54 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 23 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masingmasing 7 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 11 pasien. Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 7, 1, 1, 2, dan 1 pasien.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
78
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nyeri ringan terjadi pada sebagian besar pasien pada 1 jam pasca operasi yaitu pada 59 pasien di mana analgetik tunggal NSAID tetap mendominasi yaitu diberikan pada sejumlah 28 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 6 pasien. Analgetik kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 15 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + opioid + anestesi regional, paracetamol + opioid diberikan pada masing-masing 6, 2, 1, dan 1 pasien. Nyeri sedang dan berat terjadi pada sebagian kecil pasien pada 1 jam pasca operasi yaitu masing-masing 7 dan 2 pasien. Pada nyeri sedang analgetik tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 2 pasien dan analgetik kombinasi NSAID + opioid pada 2 pasien, NSAID + anestesi regional pada 1 pasien, NSAID + paracetamol pada 1 pasien dan paracetamol + anestesi regional pada 1 pasien. Sedangkan pada nyeri berat analgetik tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 1 pasien dan analgetik kombinasi NSAID + anestesi regional pada 1 pasien. Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi yang diberikan pada 1 jam pasca operasi dengan nilai p 0.519 (p > 0.05). Tabel 5.18. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi Tidak
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Ringan
Sedang
Berat
31
34
2
1
NSAID
23
28
2
1
Paracetamol
7
6
0
0
Tunggal
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
79
p (<0.05) 0.519
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
0
0
0
23
25
5
1
NSAID + opioid
11
15
2
0
NSAID + regional
7
6
1
1
NSAID + paracetamol
1
2
1
0
NSAID + infiltrasi
1
0
0
0
NSAID + opioid + regional
0
1
0
0
Paracetamol + opioid
2
1
0
0
Paracetamol + regional
1
0
1
0
Opioid
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Paracetamol + regional Paracetamol + opioid NSAID + opioid + regional NSAID + infiltrasi NSAID + paracetamol
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
NSAID + regional Tunggal
Jumlah
Kombinasi
NSAID + opioid Opioid Paracetamol NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat
Gambar 5.21. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi
5.4.5. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi Pada evaluasi 2 jam pasca operasi didapatkan pasien yang tidak mengalami nyeri sejumlah 42 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 16 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masingmasing 5 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 10 pasien. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
80
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 6, 1, 1, 1, dan 1 pasien. Nyeri ringan juga terjadi pada sebagian besar pasien pada 2 jam pasca operasi yaitu pada sejumlah 71 pasien di mana analgetik tunggal NSAID tetap mendominasi yaitu diberikan pada sejumlah 35 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 6 pasien. Analgetik kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 16 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 9, 2, 2, dan 1 pasien. Nyeri sedang dan berat terjadi pada sebagian kecil pasien pada 2 jam pasca operasi yaitu masing-masing 8 dan 1 pasien. Pada nyeri sedang analgetik tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 3 pasien dan paracetamol pada 2 pasien sedangkan analgetik kombinasi yang diberikan yaitu NSAID + opioid pada 1 pasien, NSAID + paracetamol pada 1 pasien dan NSAID + opioid + anestesi regional pada 1 pasien. Pada nyeri berat analgetik yang diberikan adalah analgetik kombinasi NSAID + opioid pada 1 pasien. Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi yang diberikan pada 2 jam pasca operasi dengan nilai p 0.633 (p > 0.05).
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
81
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.19. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi Tidak
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Ringan
Sedang
Berat
22
41
5
0
NSAID
16
35
3
0
Paracetamol
5
6
2
0
Opioid
1
0
0
0
20
30
3
1
NSAID + opioid
10
16
1
1
NSAID + regional
6
9
0
0
NSAID + paracetamol
1
2
1
0
NSAID + infiltrasi
1
0
0
0
NSAID + opioid + regional
0
0
1
0
Paracetamol + opioid
1
2
0
0
Paracetamol + regional
1
1
0
0
Tunggal
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
0.633
Paracetamol + regional Paracetamol + opioid NSAID + opioid + regional NSAID + infiltrasi NSAID + paracetamol
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
Tunggal
Kombinasi
NSAID + regional Tunggal
Jumlah
Kombinasi
p (<0.05)
NSAID + opioid Opioid Paracetamol NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat
Gambar 5.22. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
82
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.4.6. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi Pada 1 hari pasca operasi evaluasi skala nyeri yang didapatkan adalah skala nyeri ringan dan tidak nyeri. Tidak didapatkan pasien dengan skala nyeri sedang maupun berat. Pasien yang tidak mengalami nyeri sejumlah 48 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 27 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masing-masing 4 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 6 pasien. Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 5, 3, 1, dan 1 pasien. Nyeri ringan juga terjadi pada sebagian besar pasien pada 1 hari pasca operasi yaitu pada sejumlah 74 pasien di mana analgetik tunggal NSAID tetap mendominasi yaitu diberikan pada sejumlah 27 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 9 pasien. Analgetik kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 22 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + opioid + anestesi regional, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 10, 1, 1, 3, dan 1 pasien. Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi yang diberikan pada 2 jam pasca operasi dengan nilai p 0.63 (p > 0.05). TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
83
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.20. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
p (<0.05)
32
36
0.63
NSAID
27
27
Paracetamol
4
9
Opioid
1
0
16
38
NSAID + opioid
6
22
NSAID + regional
5
10
NSAID + paracetamol
3
1
NSAID + infiltrasi
1
0
NSAID + opioid + regional
0
1
Paracetamol + opioid
0
3
Paracetamol + regional
1
1
Tunggal
Kombinasi
40 Paracetamol + regional
35
Paracetamol + opioid
30
NSAID + opioid + regional
Jumlah
25
NSAID + infiltrasi
20
NSAID + paracetamol
15
NSAID + regional
10
NSAID + opioid
5
Opioid
0
Paracetamol Tunggal
Kombinasi
Tidak nyeri
Tunggal Kombinasi
NSAID
Nyeri ringan
Gambar 5.23. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi
5.4.7. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi Pada hari kedua pasca operasi evaluasi skala nyeri yang didapatkan sama seperti hari pertama yaitu skala nyeri ringan dan tidak nyeri. Tidak didapatkan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
84
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pasien dengan skala nyeri sedang maupun berat. Pasien yang tidak mengalami nyeri terjadi pada sebagian besar pasien yaitu pada sejumlah 79 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 39 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masing-masing 10 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 15 pasien. Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 8, 3, 1, 1, dan 1 pasien. Nyeri ringan terjadi pada sejumlah 43 pasien pada hari kedua pasca operasi di mana analgetik tunggal NSAID tetap mendominasi yaitu diberikan pada sejumlah 15 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 3 pasien. Analgetik kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 13 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + opioid + anestesi regional, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 7, 1, 1, 2, dan 1 pasien. Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara statistik terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi yang diberikan pada 2 jam pasca operasi dengan nilai p 0.035 (p < 0.05).
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
85
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.21. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
p (<0.05)
50
18
0.035
NSAID
39
15
Paracetamol
10
3
Opioid
1
0
29
25
NSAID + opioid
15
13
NSAID + regional
8
7
NSAID + paracetamol
3
1
NSAID + infiltrasi
1
0
NSAID + opioid + regional
0
1
Paracetamol + opioid
1
2
Paracetamol + regional
1
1
Tunggal
Kombinasi
60 Paracetamol + regional 50
Paracetamol + opioid NSAID + opioid + regional
Jumlah
40
NSAID + infiltrasi 30
NSAID + paracetamol NSAID + regional
20
NSAID + opioid 10
Opioid
0
Paracetamol Tunggal
Kombinasi Tunggal Kombinasi
Tidak nyeri
NSAID
Nyeri ringan
Gambar 5.24. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi
5.5. Tingkat Kecemasan 5.5.1. Karakteristik Tingkat Kecemasan pada Pemberian Analgetik Tunggal dan Kombinasi TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
86
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tingkat kecemasan preoperatif yang diberikan analgetik tunggal pasca operasi cukup tinggi yaitu dengan nilai mYPAS rata-rata 50.66. Sedangkan pada pasien yang diberikan analgetik kombinasi tingkat kecemasan terjadi lebih rendah yaitu dengan nilai mYPAS rata-rata 34.9. Tabel 5.22. Karakteristik Tingkat Kecemasan Tunggal mYPAS
Kombinasi
Jumlah
Mean
SD
Jumlah
Mean
SD
68
50.66
26.424
54
34.9
19.607
60 50 Mean
40 30
20 10 0
mYPAS 50.66
Analgetik Tunggal Analgetik Kombinasi
34.9
Gambar 5.25. Karakteristik Tingkat Kecemasan
5.5.2. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri preoperatif didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 37 pasien (58,7%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 22 pasien (34,9%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan sejumlah 3 pasien (4,8%) dan 1 pasien (1,6%). Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 38 pasien (64,4%). Sedangkan pasien yang TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
87
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengalami nyeri ringan sejumlah 21 pasien (35,6%). Pada kelompok pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang maupun berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan nilai p 0.271 (p > 0.05). Tabel 5.23. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Tidak Nyeri
37
58,7 %
38
64,4 %
Nyeri Ringan
22
34,9 %
21
35,6 %
Nyeri Sedang
3
4,8 %
0
0%
Nyeri Berat
1
1,6 %
0
0%
63
100 %
59
100 %
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Jumlah
Total
Cemas Tidak Cemas
Tidak Nyeri 37
Nyeri Ringan 22
Nyeri Sedang 3
Nyeri Berat 1
38
21
0
0
p (<0.05) 0.271
Gambar 5.26. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
88
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.5.3. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri 30 menit pasca operasi didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 41 pasien (65,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 14 pasien (22,2%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan sejumlah 5 pasien (7,9%) dan 3 pasien (4,8%). Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 39 pasien (66,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 17 pasien (28,8%) dan pasien yang mengalami nyeri sedang sejumlah 3 pasien (5,1%). Pada kelompok pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan nilai p 0.294 (p > 0.05). Tabel 5.24. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Tidak Nyeri
41
65,1 %
39
66,1 %
Nyeri Ringan
14
22,2 %
17
28,8 %
Nyeri Sedang
5
7,9 %
3
5,1 %
Nyeri Berat
3
4,8 %
0
0%
63
100 %
59
100 %
Total
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
89
p (<0.05) 0.294
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jumlah
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Cemas
41
14
5
3
Tidak Cemas
39
17
3
0
Gambar 5.27. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi
5.5.4. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri 1 jam pasca operasi didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 24 pasien (38,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 31 pasien (49,2%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan sejumlah 6 pasien (9,5%) dan 2 pasien (3,2%). Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 30 pasien (44,3%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 28 pasien (47,5%) dan pasien yang mengalami nyeri sedang sejumlah 1 pasien (1,7%). Pada kelompok pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan nilai p 0.099 (p > 0.05). TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
90
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.25. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Tidak Nyeri
24
38,1 %
30
44,3 %
Nyeri Ringan
31
49,2 %
28
47,5 %
Nyeri Sedang
6
9,5 %
1
1,7 %
Nyeri Berat
2
3,2 %
0
0%
63
100 %
59
100 %
35 30 25 20 15 10 5 0
Jumlah
Total
Cemas Tidak Cemas
Tidak Nyeri 24
Nyeri Ringan 31
Nyeri Sedang 6
Nyeri Berat 2
30
28
1
0
p (<0.05) 0.099
Gambar 5.28. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi
5.5.5. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri 2 jam pasca operasi didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 15 pasien (23,8%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 41 pasien (65,1%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan sejumlah 6 pasien (9,5%) dan 1 pasien (1,6%). Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 27 pasien (45,8%). Sedangkan pasien yang TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
91
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mengalami nyeri ringan sejumlah 30 pasien (50,8%) dan pasien yang mengalami nyeri sedang sejumlah 2 pasien (3,4%). Pada kelompok pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan nilai p 0.046 (p < 0.05). Tabel 5.26. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Tidak Nyeri
15
23,8 %
27
45,8 %
Nyeri Ringan
41
65,1 %
30
50,8 %
Nyeri Sedang
6
9,5 %
2
3,4 %
Nyeri Berat
1
1,6 %
0
0%
63
100 %
59
100 %
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Jumlah
Total
Cemas Tidak Cemas
Tidak Nyeri 15
Nyeri Ringan 41
Nyeri Sedang 6
Nyeri Berat 1
27
30
2
0
p (<0.05) 0.046
Gambar 5.29. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
92
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.5.6. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca Operasi Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri hari pertama pasca operasi didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 24 pasien (38,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 39 pasien (61,9%). Pada kelompok pasien yang mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang maupun berat. Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 24 pasien (40,7%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 35 pasien (59,3%). Pada kelompok pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif juga tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang maupun berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan nilai p 0.853 (p > 0.05). Tabel 5.27. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca Operasi Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Tidak Nyeri
24
38,1 %
24
40,7 %
Nyeri Ringan
39
61,9 %
35
59,3 %
Total
63
100 %
59
100 %
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
93
p (<0.05) 0.853
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jumlah
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Cemas
24
39
Tidak Cemas
24
35
Gambar 5.30. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca Operasi
5.5.7. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca Operasi Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri hari kedua pasca operasi didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 39 pasien (61,9%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 24 pasien (38,1%). Pada kelompok pasien yang mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang maupun berat. Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 40 pasien (67,8%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 19 pasien (32,2%). Pada kelompok pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif juga tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang maupun berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
94
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan nilai p 0.571 (p > 0.05). Tabel 5.28. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca Operasi Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
Tidak Nyeri
39
61,9 %
40
67,8 %
Nyeri Ringan
24
38,1 %
19
32,2 %
Total
63
100 %
59
100 %
Jumlah
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Cemas Tidak Cemas
Tidak Nyeri 39
Nyeri Ringan 24
40
19
p (<0.05) 0.571
Gambar 5.31. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca Operasi
5.6. Efek Sedasi Pasca Operasi 5.6.1. Skala Sedasi Pasca Operasi Evaluasi skala sedasi pada 30 menit pasca operasi menunjukkan sebagian besar masih dalam pengaruh sedasi (nilai Ramsay Sedation Scale-RSS 3-6) yaitu sejumlah 111 pasien sedangkan pasien alert (nilai RSS 2) sejumlah 11 pasien. Pada evaluasi 1 jam pasca operasi sebagian besar pasien masih dalam pengaruh sedasi yaitu sejumlah 70 pasien, pasien alert sejumlah 51 pasien TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
95
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sedangkan pasien cemas (nilai RSS 1) sejumlah 1 pasien. Jumlah pasien alert meningkat pada evaluasi 1 jam pasca operasi yaitu sejumlah 113 pasien, sedangkan pasien cemas dan dalam pengaruh sedasi menurun yaitu sejumlah 1 dan 8 pasien. Pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi seluruh pasien berada dalam kondisi alert (122 pasien). Tabel 5.29. Skala Sedasi Pasca Operasi 30’ Post
1 Jam
2 Jam
H+1
H+2
Op
Post Op
Post Op
Post Op
Post Op
Cemas
0
1
1
0
0
Alert
11
51
113
122
122
Dalam sedasi
111
70
8
0
0
Jumlah
140 120 100 80 60 40 20 0
Cemas
’ Post Op 0
Alert
11
51
113
122
122
Dalam sedasi
111
70
8
0
0
1 Jam Post Op 1
2 Jam Post Op 1
H+1 Post Op 0
H+2 Post Op 0
Gambar 5.32. Skala Sedasi Pasca Operasi
5.6.2. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi Pada evaluasi 30 menit pasca operasi sebagian besar pasien masih dalam pengaruh sedasi yaitu sejumlah 111 pasien. Dari jumlah tersebut sejumlah 73 pasien (65,8%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 27 pasien (24,3%) merasakan nyeri ringan, 8 pasien (7,2%) merasakan nyeri sedang dan 3 pasien TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
96
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(2,7%) merasakan nyeri berat. Sedangkan sisanya sejumlah 11 pasien sudah berada dalam kondisi sadar baik (alert) pada evaluasi 30 menit pasca operasi. Dari jumlah tersebut sejumlah 7 pasien (63,6%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 4 pasien (36,4%) merasakan nyeri ringan dan tidak ada pasien yang merasakan nyeri sedang maupun berat. Pada evaluasi 30 menit pasca operasi juga tidak didapatkan pasien dalam kondisi cemas (nilai RSS 1). Namun uji beda yang dilakukan dengan Spearman secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang masih berada dalam pengaruh sedasi dan pasien yang sudah sadar baik dengan nilai p 0.924 (p > 0.05). Tabel 5.30. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi Alert
Cemas
Dalam Sedasi
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Tidak Nyeri
0
0%
7
63,6 %
73
65,8 %
Nyeri Ringan
0
0%
4
36,4 %
27
24,3 %
Nyeri Sedang
0
0%
0
0%
8
7,2 %
Nyeri Berat
0
0%
0
0%
3
2,7 %
11
100 %
111
100 %
0
Total
Jumlah
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Cemas
0
0
0
0
Alert
7
4
0
0
Dalam Sedasi
73
27
8
3
p (<0.05) 0.924
Gambar 5.33. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
97
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5.6.3. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi Pada evaluasi 1 jam pasca operasi sebagian besar pasien juga masih dalam pengaruh sedasi yaitu sejumlah 70 pasien. Dari jumlah tersebut sejumlah 29 pasien (41,4%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 37 pasien (25,9%) merasakan nyeri ringan, 3 pasien (4,3%) merasakan nyeri sedang dan 1 pasien (1,4%) merasakan nyeri berat. Sedangkan sejumlah 51 pasien sudah berada dalam kondisi sadar baik (alert) pada evaluasi 1 jam pasca operasi. Dari jumlah tersebut sejumlah 25 pasien (49,0%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 22 pasien (43,1%) merasakan nyeri ringan, 3 pasien (5,9%) merasakan nyeri sedang dan 1 pasien (2,0%) merasakan nyeri berat. Pada evaluasi 1 jam pasca operasi didapatkan 1 pasien dalam kondisi cemas (nilai RSS 1) yang merasakan nyeri sedang. Namun uji beda yang dilakukan dengan Spearman secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang masih berada dalam pengaruh sedasi, pasien yang sudah sadar baik (alert) dan pasien cemas dengan nilai p 0.780 (p > 0.05). Tabel 5.31. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi Alert
Cemas
Dalam Sedasi
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Tidak Nyeri
0
0%
25
49,0 %
29
41,4 %
Nyeri Ringan
0
0%
22
43,1 %
37
52,9 %
Nyeri Sedang
1
100 %
3
5,9 %
3
4,3 %
Nyeri Berat
0
0%
1
2,0 %
1
1,4 %
1
100 %
51
100 %
70
100 %
Total
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
98
p (<0.05) 0.780
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Jumlah
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Cemas
0
0
1
0
Alert
25
22
3
1
Dalam Sedasi
29
37
3
1
Gambar 5.34. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi
5.6.4. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi Pada evaluasi 2 jam pasca operasi hanya 8 pasien masih dalam pengaruh sedasi. Dari jumlah tersebut sejumlah 2 pasien (25,0%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 5 pasien (62,5%) merasakan nyeri ringan, 1 pasien (12,5%) merasakan nyeri sedang dan tidak ada pasien yang merasakan nyeri berat. Sedangkan hampir seluruh pasien (113 pasien) sudah berada dalam kondisi sadar baik (alert) pada evaluasi 2 jam pasca operasi. Dari jumlah tersebut sejumlah 40 pasien (35,4%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 66 pasien (58,4%) merasakan nyeri ringan, 7 pasien (6,2%) merasakan nyeri sedang dan tidak ada pasien yang merasakan nyeri berat. Pada evaluasi 2 jam pasca operasi didapatkan 1 pasien dalam kondisi cemas (nilai RSS 1) yang merasakan nyeri berat. Namun uji beda yang dilakukan dengan Spearman secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang masih berada dalam pengaruh sedasi, pasien yang sudah sadar baik (alert) dan pasien cemas dengan nilai p 0.987 (p > 0.05). TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
99
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 5.32. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi Alert
Cemas
Dalam Sedasi
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Tidak Nyeri
0
0%
40
35,4 %
2
25,0 %
Nyeri Ringan
0
0%
66
58,4 %
5
62,5 %
Nyeri Sedang
0
0%
7
6,2 %
1
12,5 %
Nyeri Berat
1
100 %
0
0%
0
0%
0
100 %
113
100 %
8
100 %
Total
Jumlah
70 60 50 40 30 20 10 0
Tidak Nyeri 0
Nyeri Ringan 0
Nyeri Sedang 0
Nyeri Berat 1
Alert
40
66
7
0
Dalam Sedasi
2
5
1
0
Cemas
p (<0.05) 0.987
Gambar 5.35. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
100
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 6 PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 122 pasien anak menjadi obyek penelitian. Analgetik yang diberikan pasca operasi dibagi menjadi 2 yaitu analgetik tunggal dan kombinasi. Secara keseluruhan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analgetik tunggal (55,7%) lebih banyak diberikan pasca operasi dibanding analgetik kombinasi (44,3%). 2. Analgetik tunggal yang paling banyak diberikan pasca operasi adalah NSAID (54 pasien). 3. Analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan pasca operasi adalah NSAID + opioid (28 pasien). 4. Analgetik tunggal lebih banyak diberikan pada pasien dengan usia lebih muda (mean 6.16863 ± 5.06275) dan berat badan lebih rendah (mean 22.42 ± 15.726) sedangkan analgetik kombinasi lebih banyak diberikan pada pasien dengan usia lebih tua (mean 11.9599 ± 5.66231) dan berat badan lebih besar (mean 40.70 ± 20.165). 5. Pada jenis operasi tertentu, analgetik tunggal dominan diberikan seperti pada operasi mata (93,3%), urologi (78,6%) dan THT (72,2%). Sedangkan analgetik kombinasi dominan diberikan pada beberapa jenis operasi seperti orthopedi (73,9%). 6. Evaluasi skala nyeri pasca operasi menunjukkan bahwa pasien mayoritas tidak merasakan nyeri pada 30 menit (80 pasien) dan hari kedua pasca operasi (79 pasien). Sedangkan pada evaluasi 1 jam (59 pasien), 2 jam (71 pasien) dan
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
101
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
hari pertama (74 pasien) pasca operasi mayoritas pasien merasakan nyeri ringan. 7. Evaluasi skala nyeri pada hari pertama dan kedua pasca operasi menunjukkan tidak ada pasien yang merasakan nyeri sedang maupun berat. 8. Pada pasien usia ≤ 12 tahun, skala nyeri pada pemberian analgetik kombinasi lebih tinggi dibanding analgetik tunggal pada kelima waktu evaluasi pasca operasi. Hasil yang hampir serupa pada pasien usia > 12 tahun, di mana skala nyeri pada pemberian analgetik kombinasi lebih tinggi dibanding analgetik tunggal pada evaluasi 30 menit, 1 jam, 2 jam dan hari pertama pasca operasi. Sedangkan skala nyeri pada pemberian analgetik tunggal lebih tinggi dibanding analgetik kombinasi pada evaluasi hari kedua pasca operasi. 9. NSAID adalah analgetik yang paling banyak diberikan pada kelompok pasien yang tidak merasakan nyeri pada kelima waktu evaluasi skala nyeri pasca operasi (40 pasien pada 30 menit, 23 pasien pada 1 jam, 16 pasien pada 2 jam, 27 pasien pada hari pertama dan 39 pasien pada hari kedua) 10. Tingkat kecemasan tidak berhubungan dengan skala nyeri baik pada saat preoperatif maupun pada evaluasi 30 menit, 1 jam, hari pertama dan hari kedua pasca operasi. Tingkat kecemasan berhubungan dengan skala nyeri pada evaluasi 2 jam pasca operasi.
Jenis analgetik tunggal lebih banyak diberikan pasca operasi dibanding analgetik kombinasi (Tabel 5.10.). Analgetik tunggal yang paling banyak diberikan adalah NSAID (54 pasien). NSAID merupakan obat analgetik yang diberikan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang.
(3)
Sebuah penelitian oleh Vetter dan Heiner
menyebutkan bahwa penggunaan NSAID (Ketorolac) dapat mengurangi penggunaan TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
102
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
opioid hingga 30% pada 12 jam pertama pasca operasi.
(3, 36)
Menurut Misiolek dkk
yang merumuskan manajemen nyeri pasca operasi pada tahun 2014, pilihan analgetik pasca operasi pada pasien pediatri dengan nyeri sedang adalah paracetamol dikombinasi dengan NSAID.
(26)
Pada penelitian ini analgetik kombinasi paracetamol
+ NSAID hanya diberikan pada 4 pasien. Sedangkan paracetamol digunakan sebagai analgetik tunggal pada 13 pasien. Paracetamol merupakan obat yang mempunyai efek seperti NSAID. Paracetamol digunakan sebagai analgetik untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang dan dapat dikombinasi dengan opioid untuk mengatasi nyeri berat.
(3)
Paracetamol kurang begitu populer di kalangan residen sebagai analgetik
pasca operasi karena adanya kebijakan penggunaan paracetamol sebagai analgetik yang diberikan pada pasien yang dirawat di ruang intensif yang juga memerlukan terapi antipiretik berkelanjutan. (37, 38) Pada penelitian ini jenis analgetik kombinasi yang paling banyak (28 pasien) diberikan pasca operasi adalah kombinasi NSAID + opioid (Tabel 5.12.). Hal ini sesuai dengan pedoman yang dirumuskan Misiolek dkk tentang manajemen nyeri pasca operasi bahwa pilihan analgetik pasca operasi pada pasien pediatri dengan kerusakan jaringan hebat adalah analgetik multimodal yaitu kombinasi paracetamol ditambah NSAID dan jika perlu dapat ditambahkan opioid. (26) Profil analgetik tunggal dan kombinasi dilihat dari usia dan berat badan (Tabel 5.13.) menunjukkan bahwa pasien dengan usia lebih muda dan berat badan lebih kecil lebih banyak mendapat analgetik tunggal (mean usia 6.16863 dan mean berat badan 22.42). Sedangkan pasien dengan usia lebih tua dan berat badan lebih besar mendapat analgetik kombinasi (mean usia 11.9599 dan mean berat badan 40.70). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan analgetik kombinasi tidak banyak digunakan pada pasien anak dengan usia muda. Penyebabnya adalah pilihan analgetik kombinasi yang TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
103
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
dianjurkan yaitu opioid (morfin) sebagai analgetik tambahan memiliki efek samping yang cukup berbahaya pada pasien anak usia muda terutama neonatus. Seperti yang ditulis yang diterbitkan oleh American Medical Association tahun 2012 yang menyebutkan bahwa bayi usia 3-6 bulan mempunyai respon ventilasi yang inadekuat dan terkadang paradoksal terhadap kondisi hipoksia dan hiperkarbia sehingga opioid dosis kecil saja dapat berakibat apnea atau nafas periodik. (3) Profil analgetik tunggal dan kombinasi dilihat dari jenis operasi (Tabel 5.13.) menunjukkan pada beberapa operasi seperti operasi orthopedi didapatkan pemberian analgetik kombinasi yang mendominasi (17 pasien ~ 73,9%). Seperti yang diketahui bahwa operasi orthopedi menghasilkan intensitas nyeri yang berat.
(39, 40)
Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Barbosa dkk pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dengan pemberian analgetik kombinasi (NSAID + analgetik sederhana + opioid atau analgetik sederhana + opioid maupun analgetik sederhana + NSAID) dapat menghasilkan pasien dengan skala nyeri ringan atau bahkan tidak merasakan nyeri hingga 72 jam pasca operasi.
(39)
Pilihan yang berbeda didapatkan pada jenis operasi
urologi. Pada operasi urologi analgetik tunggal lebih banyak digunakan (11 pasien ~ 78,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Heid dan Jage pada tahun 2002 yang menyebutkan bahwa sebagian besar prosedur operasi urologi menghasilkan intensitas nyeri ringan yang dapat diatasi dengan NSAID.
(40, 41)
Sama
halnya dengan operasi urologi, pada operasi mata analgetik tunggal juga lebih banyak digunakan (14 pasien ~ 93,3%). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paik dan Ahn pada tahun 2002 menyebutkan bahwa intensitas nyeri pada anak pasca operasi mata adalah nyeri ringan hingga sedang yang menurun seiring dengan berjalannya waktu pasca operasi.
(40, 42)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, NSAID merupakan
analgetik yang tepat diberikan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang. (3) TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
104
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Profil analgetik tunggal dan kombinasi dilihat dari klasifikasi operasi (Tabel 5.13.) menunjukkan bahwa pada operasi minor analgetik tunggal lebih banyak digunakan (51 pasien ~ 60,7%). Sedangkan analgetik kombinasi lebih banyak digunakan pada operasi mayor (21 pasien ~ 55,3%). Namun secara statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi pada klasifikasi operasi mayor maupun minor (p value 0.100). Pada evaluasi skala nyeri pasca operasi (Tabel 5.14.) didapatkan pada 30 menit pertama mayoritas pasien tidak merasakan nyeri (80 pasien), sedangkan pada 1 jam pasca operasi mayoritas pasien merasakan nyeri ringan (59 pasien). Nyeri ringan tetap mendominasi skala nyeri yang dirasakan pasien pada 2 jam dan hari pertama pasca operasi yaitu masing-masing 71 dan 74 pasien. Sedangkan pada evaluasi skala nyeri hari kedua pasca operasi didapatkan mayoritas pasien tidak merasakan nyeri (79 pasien). Pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi tidak didapatkan pasien dengan skala nyeri sedang maupun berat. Faktor sedasi tampak dapat dihubungkan dengan penilaian nyeri pasca operasi. Evaluasi skala nyeri pada 2 jam pasca operasi diharapkan menunjukkan penilaian skala nyeri yang sesungguhnya karena pada saat itulah hampir seluruh pasien sudah dalam keadaan sadar baik (alert) yaitu sejumlah 113 pasien. Namun secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang masih berada dalam pengaruh sedasi dan pasien yang sudah sadar baik (Tabel 5.30., Tabel 5.31., Tabel 5.32.). Pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi tidak didapatkan pasien yang masih berada dalam pengaruh sedasi maupun cemas, seluruh pasien dalam keadaan sadar baik (alert) dengan nilai RSS 2 (Tabel 5.29.). Meskipun demikian, tidak adanya variasi nilai skala sedasi menyebabkan uji beda antara skala sedasi terhadap skala nyeri tidak dapat dilakukan.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
105
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Selain faktor sedasi, pada pasien yang tidak merasakan nyeri pada evaluasi 30 menit pasca operasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal lain seperti pemberian analgetik preoperatif/premedikasi atau analgetik yang digunakan durante operasi. (43) Pada evaluasi skala nyeri 30 menit, 1 jam dan 2 jam pasca operasi didapatkan 1-2 pasien yang merasakan nyeri berat. Pada evaluasi 30 menit didapatkan 2 pasien dengan skala nyeri berat di mana 1 pasien diberi analgetik tunggal dan 1 pasien diberi analgetik kombinasi. Pasien yang mendapat analgetik tunggal adalah pasien yang menjalani operasi aff DJ stent. Operasi ini adalah operasi minor dengan intensitas nyeri ringan.
(40, 41)
Salah satu hal yang dapat menyebabkan skala nyeri pasca operasi
yang tinggi pada pasien ini adalah tingkat kecemasan preoperatif di mana nilai mYPAS adalah 70. Fortier dkk menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tingkat kecemasan perioperatif berhubungan dengan nyeri pasca bedah dan perubahan perilaku pasca operasi.
(28)
Sedangkan pasien yang mendapat analgetik kombinasi
adalah pasien osteosarcoma yang menjalani operasi amputasi. Operasi ini adalah operasi mayor dengan intensitas nyeri sedang hingga berat.
(40)
Pasien ini mendapat
analgetik kombinasi berupa NSAID + anestesi regional. Pemilihan ini kurang tepat sebagai analgetik pasca operasi dengan intensitas nyeri sedang hingga berat, namun jenis nyeri pada pasien ini adalah nyeri kanker dengan nyeri kronik dan berpotensi terjadi phantom limb pasca operasi. Seperti halnya yang dikatakan Katz dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa anestesi regional merupakan salah satu cara mencegah terjadinya phantom limb.
(44)
Pada pasien ini diduga obat anestesi regional
yang diberikan belum bekerja pada saat evaluasi 30 menit pasca operasi. Hal ini dilihat dari skala nyeri yang menurun drastis pada evaluasi 1 jam pasca operasi (NRS 2-3). Pada evaluasi skala nyeri 1 jam pasca operasi juga didapatkan 2 pasien dengan skala nyeri berat di mana 1 pasien diberi analgetik tunggal dan 1 pasien diberi TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
106
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
analgetik kombinasi. Pasien yang mendapat analgetik tunggal adalah pasien yang menjalani operasi urethroplasty. Sedangkan pasien yang mendapat analgetik kombinasi adalah pasien dengan abses paru yang menjalani operasi lobectomy. Pada kedua pasien tersebut, evaluasi skala nyeri di waktu selain 1 jam menunjukkan skala nyeri ringan-sedang. Skala nyeri berat pada evaluasi 1 jam pasca operasi dapat diakibatkan beberapa hal lain yang mempengaruhi penilaian nyeri pasca operasi. Seperti yang dikemukakan Hamers dkk dalam penelitiannya, beberapa hal dapat mempengaruhi penilaian nyeri pasca operasi antara lain usia, diagnosis, ekspresi anak dan juga kehadiran orang tua. (45) Selain itu terdapat beberapa hal yang mempengaruhi persepsi nyeri antara lain jenis kelamin, ras dan usia.
(46)
Pada evaluasi skala nyeri 2
jam pasca operasi didapatkan 1 pasien dengan skala nyeri berat yang diberi analgetik kombinasi. Pasien ini adalah pasien dengan combustio yang menjalani operasi debridement + Split Thickness Graft (STG). Pada pasien ini didapatkan skala nyeri sedang pada evaluasi preoperatif dan juga tingkat kecemasan yang tinggi dengan nilai mYPAS 76.67. Selain itu, pada pasien ini juga didapatkan gangguan penyesuaian. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi skala nyeri pasca operasi.
(28, 45, 46)
Pasien-
pasien yang disebutkan dengan skala nyeri berat di atas adalah pasien yang berbedabeda, artinya tidak didapatkan pasien yang merasakan nyeri berat di dua waktu evaluasi skala nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen nyeri sudah cukup baik sehingga pasien dengan skala nyeri berat tidak lagi menunjukkan skala nyeri berat pada waktu evaluasi skala nyeri berikutnya. Perbandingan skala nyeri antara pemberian analgetik tunggal dan kombinasi menunjukkan bahwa pada pasien usia ≤ 12 tahun skala nyeri (FLACC) pada pemberian analgetik kombinasi lebih besar daripada analgetik tunggal pada kelima waktu evaluasi skala nyeri pasca operasi (Tabel 5.15.). Meskipun demikian nilai TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
107
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
simpangan deviasi (SD) pada kelompok analgetik kombinasi lebih besar dibanding kelompok analgetik tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data pada kelompok analgetik kombinasi terlalu luas sehingga data menjadi tidak seragam. Hasil ini tidak jauh berbeda pada kelompok pasien usia > 12 tahun. Skala nyeri (NRS) pada pemberian analgetik kombinasi juga lebih besar daripada analgetik tunggal pada evaluasi 30 menit, 1 jam, 2 jam dan hari pertama pasca operasi. Sedangkan skala nyeri (NRS) pada hari kedua pasca operasi menunjukkan bahwa skala nyeri pada pemberian analgetik tunggal memiliki nilai yang lebih besar dibanding analgetik kombinasi (Tabel 5.16.). Namun, dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa tidak didapatkan perbedaan signifikan antara pemberian analgetik tunggal dan kombinasi pada evaluasi 30 menit, 1 jam, 2 jam dan hari pertama pasca operasi. Sedangkan pada evaluasi hari kedua pasca operasi (Tabel 5.21.) didapatkan perbedaan signifikan antara pemberian analgetik tunggal dan kombinasi di mana p 0.035 (p < 0.05). Pada evaluasi jenis analgetik yang diberikan pada setiap waktu evaluasi skala nyeri didapatkan bahwa NSAID menjadi analgetik yang paling banyak diberikan pada kelompok pasien yang tidak merasakan nyeri pada kelima waktu evaluasi skala nyeri pasca operasi (Tabel 5.17., Tabel 5.18., Tabel 5.19., Tabel 5.20., Tabel 5.21.). Pada evaluasi tingkat kecemasan yang dihubungkan dengan skala nyeri pada saat preoperatif dan kelima waktu pasca operasi (Tabel 5.23., Tabel 5.24., Tabel 5.25., Tabel 5.27., Tabel 5.28.) didapatkan bahwa tingkat kecemasan tidak berhubungan dengan skala nyeri dengan nilai p > 0.05 (tidak terdapat perbedaan) kecuali pada evaluasi 2 jam pasca operasi (Tabel 5.26.) di mana nilai p 0.046 (p < 0.05). Penelitian yang dilakukan oleh Al-Jundi dan Mahmood menyebutkan bahwa tingkat kecemasan preoperatif dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain usia, riwayat anestesi umum TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
108
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebelumnya, riwayat anestesi umum pada usia sangat muda dan juga kecemasan orang tua. (47)
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
109
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Analgetik pasca operasi yang paling banyak digunakan pada pasien pediatri yang menjalani operasi elektif di RSUD Dr. Soetomo pada bulan Oktober 2016 adalah NSAID. NSAID juga menjadi analgetik yang paling banyak digunakan pada kelompok pasien yang tidak merasakan nyeri pada kelima waktu evaluasi pasca operasi. Manajemen nyeri cukup baik karena tidak didapatkan pasien dengan skala nyeri sedang maupun berat pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi.
7.2. Saran Penelitian ini menunjukkan adanya skala nyeri dengan simpangan deviasi yang cukup besar pada kelompok analgetik kombinasi. Maka diharapkan penelitian dengan jumlah sample lebih besar dapat dilakukan agar distribusi data menjadi lebih baik sehingga perbandingan analgetik tunggal dan kombinasi dapat digambarkan dengan lebih baik. Evaluasi tentang intensitasi nyeri pasca operasi pada tiap jenis operasi perlu dilakukan dalam skala lebih besar agar penentuan analgetik pasca operasi lebih tepat untuk setiap jenis operasi. Keterbatasan penelitian ini adalah adanya keterbatasan sumber alat dalam mengevaluasi hemodinamik pasien pediatri di ruang pulih sadar sehingga data mengenai hemodinamik pasien selama di ruang pulih sadar tidak lengkap yang menyebabkan uji korelasi antara skala nyeri dengan perubahan hemodinamik tidak dapat dilakukan. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
110
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA
1. Baratta JL, Schwenk ES, Viscusi ER. Clinical Consequences of Inadequate Pain Relief: Barriers to Optimal Pain Management. Plast Reconstr Surg. 2014 Oct;134(4):15-21. 2. Power NM, Howard RF, Wade AM, Franck LS. Pain and behaviour changes in children following surgery. Arch Dis Child. 2012 Oct;97(10):879-84. 3. Fine PG, Lessage P, Lippe PM, Lipman AG, Portenoy RK, dkk. Pediatric Pain. American Medical Association: Module 6. February 2010. 4. Hatfield LA. Neonatal pain: What’s age got to do with it? Surg Neurol Int. 2014;5(13):479-89. 5. Green A. Pain and stress in infancy and childhood--- where to now? Pediatr Anaesth. 1996;6(3):167-72. 6. Rawal N, Sjöstrand U, Christoffersson E, Dahlström B, Arvill A, Rydman H, Comparison of Intramuscular and Epidural Morphine for Postoperative Analgesia in the Grossly Obese: Influence on Postoperative Ambulation and Pulmonary Function. Anesth Analg. 1984;63:583-92. 7. Finley GA, McGrath PJ, Forward SP, McBeill G, Fitzgerald P. Parents’ management of children’s pain following ‘minor’ surgery. Pain, 64. 1996:8387. 8. Swafford L, Allen D. Pain relief in pediatric patient. Med Clin North Am. 1968; 52: 131-136.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
111
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9. Eland JM, Anderson JE. The experience of pain in children. In: Jacox A., ed. Pain: a source book for nurses and other health professionals. Boston: Little, Brown 1977. 10. Anand KJS, Phil MBBS, Hickey PR. Pain and Its Effects in The Human Neonate and Fetus. N Engl J Med. 1987 Nov 19;317(21):1321-9. 11. Frank HK. The Society of Pediatric Anesthesia: 15th Annual meeting, New Orleans, Louisiana, October, 2001. Anesth Analg. 2002 Jan;94(1):1661-8. 12. Langlade A, Kriegel I. Treatment of acute postoperative pain. Ann Chir. 1997; 51(9): 1013-21. 13. Ganter MT, Blumenthal S, Dübendorfer S, Brunnschweiler S, Hofer T, Klaghofer R, Zollinger A, Hofer CK. The length of stay in the postanaesthesia care unit correlates with pain intensivity, nausea and vomiting on arrival. Perioperative Medicine. 2014, 3:10. 14. Friedrichsdorf SJ, Postier A, Eull D, Weidner C, Foster L, Gilbert M, Campbell F. Pain Outcomes in a US Children’s Hospital: A Prospective Cross-Sectional Survey. Hosp Pediatr. 2015 Jan;5(1):18-26. 15. Kozlowski LJ, Kost-byerly S, Colantuoni E, Thompson CB, Vasquenza KJ, dkk. Pain Prevalence, Intensity, Assessment and Management in a Hospitalized Pediatric Population. Pain Manag Nurs. 2014;15(1):22-35. 16. Lönnqvist PA, Morton NS. Postoperative analgesia in infants and children. Br. J. Anaesth. 2005 July;95(1):59-68. 17. Lee JY, Jo YY. Attention to postoperative pain control in children. Korean J Anesthesiol. 2014 March;66(3):183-8.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
112
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18. Menezes MS, Gozzani JL. Postoperative Analgesia in Pediatric Patients: Comparative Study among Local Anesthetics, Opioids and Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs. Rev Bras Anestesiol. 2002 April;52(2):175-84. 19. Seyaz GB. Comparison of preemptive intravenous paracetamol and caudal block in terms of analgesic and hemodynamic parameters in children. JCEI. 2012 June;3(2):202-8. 20. Berde CB, Walco GA, Krane EJ, Anand KJS, Phil D, dkk. Pediatric Analgesic Clinical Trial Designs, Measures, and Extrapolation: Report of an FDA Scientific Workshop. Pediatrics. 2012 Feb;129(2):354-64. 21. Sumpter A, Anderson BJ. Pediatric pharmacology in the first year of life. Current Opinion in Anesthesiology. 2009;22(4):469-75. 22. Lu H, Rosenbaum S. Developmental Pharmacokinetics in Pediatric Populations. J Pediatr Pharmacol Ther. 2014;19(4):262-76. 23. Butterworth JF. Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 3rd ed. New York: McGrawhill; 2001. 24. Rice LJ. Pain management in children. Can J Anaesth 1996; 43: R155-R158. 25. Gehdoo RP. Post Operative Management in Paediatric Patients. Indian J. Anaesth. 2004;48(5): 406-414. 26. Misiolek H, Cettler M, Woron J, Wordliczel J, Dobrogowski J, MayznerZawadzka E. The 2014 guidelines for post-operative pain management. Anaesthesiol Intensive Ther. 2014 Sep-Oct;46(4):221-44. 27. Wong DL, Hess CS, Kasprisin CA. Wong and Whaley’s clinical manual of pediatric nursing. 5th ed. Saint Louis:Mosby. 2000:320.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
113
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28. Fortier MA, Del Rosario AM, Martin SR, Kain ZN. Perioperative anxiety in children. Pediatr Anaesth. 2010;10:318-22. 29. Guaratini AA, Marcolino JAM, Teixeira AB, Bernardis RC, Passarelli MLB, dkk. A Transversal Study on Preoperative Anxiety in Children: Use of the Modified Yale Scale. Rev Bras Anestesiol. 2006;56(6):591-601. 30. MacLaren JE, Thompson C, Weinberg M, Fortier MA, Morrison DE, dkk. Prediction of Preoperative Anxiety in Children: Who is Most Accurate? Anesth Analg. 2009 June; 108(6):1777-82. 31. Kim JE, Jo BY, Oh HM, Choi HS, Lee Y. High Anxiety, Young Age and Long Waits Increase the Need for Preoperative Sedatives in Children. J Int Med Res. 2012;40:381-9. 32. Kupietzky A, Houpt MI. Midazolam:a review of its use for conscious sedation of children. Pediatric Dentistry. 1993 July/Aug;15(4):237-41. 33. Berde CB, Sethna NF. Analgesics for the Treatment of Pain in Children. N Engl J Med. 2002 Oct 3;347(14):1094-103. 34. Terkelsen AJ, Mølgaard H, Hansen J, Andersen OK, Jensen TS. Acute pain increases heart rate: Differential mechanisms during rest and mental stress. Auton Neurosci. 2005 Aug 31;121(1-2)101-9. 35. Middleton C. Understanding the physiological effects of unrelieved pain. Nursing Times. 2003 Sep 16;99(37):28. 36. Vetter TR, Heiner EJ. Intravenous ketorolac as an adjuvant to pediatric patient-controlled analgesia with morphine. J Clin Anesth. 1994;6:110-3.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
114
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 328/Menkes/SK/VIII/2013 Tentang Formularium Nasional. 38. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Nomor HK.02.02/Menkes/137/2016 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/523/2015 Tentang Formularium Nasional. 39. Barbosa MH, dr Araujo NF, da Silva JA, Corrêa TB, Moreira TM, dkk. Pain assessment intensity and pain relief in patients post-operative orthopedic surgery. Esc Anna Nery. 2014;18(1):143-7. 40. Gerbershagen HJ, Aduckathil S, van Wijck AJM, Peelen LM, Kalkman CJ, dkk. Pain Intensity on the First Day after Surgery: A Prospective Cohort Study
Comparing
179
Surgical
Procedures.
Anesthesiology.
2013
Apr;118(4):934-44. 41. Heid F, Jage J. The treatment of pain in urology. BJU International. 2002;90:481-8. 42. Paik HJ, Ahn YM. Measurement of Acute Pain after Eye Surgery in Children. Korean J Ophthalmol. 2002;16:103-9. 43. Wong J, Chung F, Peng PWH, Vivian HY, Abrishami A. Predictors of Postoperative Pain and Analgesic Consumption. Anesthesiol. 2009;111:65777. 44. Katz J. Prevention of phantom limb by regional anesthesia. Lancet. 1997 Feb 22;349(9051):519-20.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
115
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45. Hamers JPH, Abu-Saad HH, Schumacher JNM. Factors influencing nurses’ pain assessment and interventions in children. J Adv Nurs. 1994 Nov;20(5):853-60. 46. Wandner LD, Scipio CD, Hirsh AT, Torres CA, Robinson ME. The Perception of Pain in Others: How Gender, Race, and Age Influence Pain Expectations. J Pain. 2012 March;13(3):220-7. 47. Al-Jundi SH, Mahmood AJ. Factors affecting preoperative anxiety in children undergoing general anaesthesia for dental rehabilitation. Eur Arch Paediatr Dent. 2010 Feb;11(1):32-7.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
116
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 1 PENJELASAN UNTUK MENDAPAT PERSETUJUAN (Information of Consent) Penelitian ini berjudul “Profil Analgetik Pasca Operasi pada Pasien Pediatri yang Menjalani Operasi Elektif di RS Dr. Soetomo Surabaya”. Dokter peneliti adalah dr. Regina Agustantina, PPDS-1 (Program Pendidikan Dokter Spesialis-1) Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, dengan alamat Jl. Pemuda 108-116 Surabaya dan nomor telepon yang dapat dihubungi adalah 081216968686. Penelitian ini menyangkut pemberian anti nyeri yang diberikan setelah operasi pada anak usia kurang dari 18 tahun yang menjalani operasi terencana. Nyeri merupakan aspek penting dalam proses pembedahan karena mempunyai dampak yang luas terhadap pasien, termasuk kesembuhan luka operasi. Banyak obat dan teknik dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri. Pedoman tentang pemberian anti nyeri pasca operasi pada anak juga telah dikembangkan, namun pedoman ini tidak serta merta dapat diterapkan kondisi lingkungan yang berbeda dan adanya keterbatasan sumber daya. Pasien sebagai sukarelawan pada penelitian ini, ditentukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis analgetik pasca operasi pada pasien anak. Dengan mengetahui profil analgetik pasca operasi diharapkan manajemen nyeri pasca operasi pada pasien anak menjadi lebih baik sehingga morbiditas terhadap pasien anak akibat manajemen nyeri yang tidak adekuat dapat berkurang. Pasien yang turut serta sebagai sukarelawan pada penelitian akan menjalani prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Pasien akan diperiksa 1 hari sebelum operasi. Bila kondisi pasien cukup baik dan memenuhi kriteria subyek penelitian, maka pasien akan diikutkan pada penelitian ini. 2. Sebelum masuk ke dalam ruang operasi, pasien akan ditempatkan di ruang premedikasi. Pada saat ini dilakukan penilaian tingkat kecemasan pasien. 3. Setelah masuk ke dalam ruang operasi, dokter anestesi akan melakukan prosedur anestesi sesuai dengan jenis dan lama operasi, serta kondisi pasien. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
117
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4. Operasi berlangsung. 5. Setelah operasi selesai, pasien akan diberi analgetik. 6. Di ruang pemulihan (recovery room), dilakukan penilaian nilai nyeri dan hemodinamik. Pasien atau keluarga pasien dapat mengundurkan diri dari keikutsertaan dalam penelitian ini setiap saat dan tidak mempengaruhi keputusan dan tindakan medis yang akan dijalankan. Pasien dan atau keluarga pasien bebas mengajukan pertanyaan seputar penelitian ini kepada peneliti.
Surabaya, …………………….. Yang memberi penjelasan
Yang menerima penjelasan
dr. Regina Agustantina
__________________________ (Tanda tangan & nama terang)
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
118
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2 PERNYATAAN PERSETUJUAN (Statement of Consent) Yang bertanda tangan di bawah ini: I.
Nama
: ……………………………………………………………….
Umur
: ……………………………………………………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*) Alamat
: ………………………………………………………………. ……………………………………………………………….
Pendidikan
: ……………………………………………………………….
Dengan ini menyatakan setuju untuk mengikuti penelitian setelah mendapat penjelasan dari peneliti untuk: (anak kandung / saudara kandung / lainnya) (*) atas II. Nama
: ……………………………………………………………….
Umur
: ……………………………………………………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*) Alamat
: ………………………………………………………………. ……………………………………………………………….
No register
: ……………………………………………………………….
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan kesadaran dan tanpa paksaan. Surabaya, ……………………... Dokter Peneliti
Yang memberi pernyataan
dr. Regina Agustantina
__________________________ (Tanda tangan & nama terang)
(*) coret yang tidak perlu TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
119
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3 LEMBAR PENGUMPUL DATA
I.
II.
Identitas Pengambil Data (nama lengkap & inisial) Preoperatif
: ……………………………………………………….
Durante Operasi
: ……………………………………………………….
Pasca Operasi
: ……………………………………………………….
Data Penderita Petunjuk pengisian: Isilah pada ruang kosong yang tersedia sesuai data yang ada pada pasien. a. Tempat penelitian
: GBPT RSUD Dr. Soetomo Surabaya
b. Nomor rekam medis
:
c. Nama
: ……………………………………………….
d. Umur
: ………… (tahun / bulan / minggu / hari) (**)
e. Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan (*)
f. Berat badan/tinggi badan : …………… kg / …………… cm g. Diagnosis
: ……………………………………………….
h. Operasi
: ……………………………………………….
i. Tanggal operasi
: ……………………………………………….
j. PS ASA
: 1 / 2 / 3 / 4 / 5 (**) Comorbid : ………………………………….. ………………………………….. ………………………………….. ………………………………….. …………………………………..
III.
Data Preoperatif (sebelum induksi) Hemodinamik Nadi Tekanan darah Frekuensi nafas
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
120
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SpO2 NIPS/FLACC/NRS
Tingkat kecemasan preoperatif – Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (sebelum diberi obat premedikasi) (**) a. Aktivitas 1. Anak melihat sekeliling, terlihat penasaran, bermain dengan mainan, membaca (atau tingkah laku wajar yang lain sesuai usia); bergerak di sekitar ruang premedikasi untuk mencari mainan atau anggota keluarga. 2. Anak tidak mengeksplorasi sekitar atau bermain, hanya menunduk, bermain dengan tangannya sendiri atau mengisap jempol atau selimut; duduk di dekat anggota keluarga sambil bermain, atau menunjukkan perilaku manik saat bermain. 3. Anak bergerak tanpa konsentrasi dari mainan ke anggota keluarga, gerakan
tidak
berhubungan
dengan
aktivitas;
anak
terlihat
bingung/gelisah; berputar-putar, bergerak di atas meja; membuang masker anestesi atau menarik anggota keluarga. 4. Anak
mencoba
lari,
mendorong
dengan
kaki
dan
tangan,
menggerakkan seluruh badan; di ruang tunggu, anak berlarian tanpa tujuan, tidak tertarik pada mainan, tidak mau dipisahkan dari anggota keluarga, menempel putus asa pada anggota keluarga. b. Vokalisasi 1. Vokalisasi tidak memadai untuk aktivitas, mengajukan pertanyaan, membuat komentar, bicara gagap, tertawa, menjawab pertanyaan dengan segera, tetapi biasanya tenang; anak terlalu kecil untuk berbicara dalam situasi sosial atau terlalu asyik bermain. 2. Menjawab pertanyaan orang dewasa namun berbisik, berbicara dengan “bahasa bayi”, hanya mengangguk atau menggelengkan kepala. 3. Diam, tidak bersuara ataupun menjawab pertanyaan orang dewasa. 4. Menangis, merintih, mendengus, silent cry. 5. Anak menangis atau berteriak “tidak”. 6. Menangis dengan nada melengking dan kontinyu. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
121
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
c. Ekspresi emosi 1. Senang, tersenyum atau berkonsentrasi pada bermain. 2. Netral, tidak ada ekspresi wajah. 3. Mulai dari khawatir hingga takut, sedih atau berkaca-kaca. 4. Tertekan, menangis, tidak terkendali, mata terbuka lebar. d. Gairah 1. Sadar baik, terkadang melihat sekeliling, menyadari atau mengikuti tindakan ahli anestesi (secara santai). 2. Withdrawn, tenang dan diam, mungkin mengisap jempol atau wajahnya menyerupai wajah orang dewasa. 3. Penuh perhatian, melihat sekeliling secara cepat, mungkin terkejut dengan suara, mata terbuka lebar, tubuh tegang. 4. Merengek panik, mungkin manangis atau menghindari orang lain, memalingkan badan. e. Interaksi dengan anggota keluarga 1. Berkonsentrasi saat bermain, duduk inaktif atau menunjukkan perilaku yang sesuai dengan usia dan tidak membutuhkan pendampingan anggota keluarga, berinteraksi dengan anggota keluarga jika pasien yang memulai interaksi. 2. Memancing interaksi dengan anggota keluarga (mendekati anggota keluarga yang diam), mencari dan menerima dukungan, dapat bersandar terhadap anggota keluarga. 3. Menatap anggota keluarga, mengamati tingkah laku para dokter, tidak mencari kontak personal atau hiburan tapi menerimanya jika ditawarkan, menempel pada anggota keluarga 4. Menjaga anggota keluarga tetap berada dalam jarak dekat, mungkin mengusir anggota keluarga atau menempel putus asa pada mereka, tidak membiarkan mereka pergi Nilai total = (A/4 + B/6 + C/4 + D/4 + E/4) x 100 : 5 Nilai total =
_____ + _____ + _____ + _____ + _____ 4
6
4
4
4
x 100 5
= ......................................................................................... TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
122
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
IV.
Data Anestesi a. Mulai anestesi
: …………… Selesai anestesi
: ……………
b. Mulai operasi
: …………… Selesai operasi
: ……………
c. Premedikasi
: ………………………………………………………… …………………………………………………………
d. Jenis anestesi
: …………………………………………………………
e. Regional anestesi : Preoperatif
: ………………………………………………………… Obat anestesi : .…...…………………………………… Merk obat
Postoperatif
: .…...……………………………………
: ……………....………………………………………… Obat anestesi : ………………………………………… Merk obat
f. Induksi
: .…...……………………………………
: ………………………………………………………… ………………………………………………………… ………………………………………………………… ………………………………………………………… …………………………………………………………
g. Maintenance
: …………………………………………………………
Regional anestesi : ………………………………………………………… ………………………………………………………… h. Total analgetik
: ………………………………………………………… ………………………………………………………… …………………………………………………………
i. Analgetik pasca operasi: ……...…………………………………………….. (yg diberikan di kamar
…….………………………………………………
operasi)
.…………………………………………………… Merk obat: ……..…………………………………
j. Keterangan
: ………………………………………………………… …………………………………………………………
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
123
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
V.
Data Pasca Operasi Kriteria
30 menit
1 jam
2 jam
1. Skala FLACC Face Legs Activity Cry Consolability Total 2. Skala NIPS Ekspresi wajah Tangisan Pernafasan Postur tangan Postur kaki Kesadaran Total 3. NRS 4. Hemodinamik Nadi Tekanan darah Frekuensi nafas SpO2 5. Skala Sedasi Ramsay
Skala nyeri untuk neonatus – NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) Kriteria
Skor 0
Skor 1
Ekspresi wajah
Rileks
Merengut
Tangisan
Tidak ada
Mengomel
Pernafasan
Rileks
Berbeda dengan
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
124
Skor 2 Menangis hebat
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
basal Postur tangan
Rileks
Tertekuk/tegang
-
Postur kaki
Rileks
Tertekuk/tegang
-
Kesadaran
Tidur/tenang
Tidak nyaman
-
Skala nyeri untuk bayi 2 bulan hingga usia 12 tahun – FLACC (face, legs, activity, cry, consolability) Kriteria
Skor 0
Skor 1
Skor 2
Face (ekspresi
Tidak ada ekspresi
Menyeringai,
Dagu gemetar
wajah)
khusus, senyum
mengurutkan dahi,
secara berkala atau
menarik diri,
konstan, rahang
sesekali mengeluh
mengepal
Legs ( gerakan
Posisi normal,
Gelisah, khawatir,
Menendang,
kaki)
santai
tegang
menarik kaki
Activity (aktivitas)
Berbaring tenang,
Menggeliat,
Melengkung, kaku
posisi normal,
mondar-mandir,
atau menyimak
bergerak dengan
tegang
mudah Cry (tangisan)
Tidak menangis
Mengerang atau
Menangis secara
(terjaga atau
merintih, sesekali
terus-menerus,
tertidur)
mengeluh
menjerit, sering mengeluh
Consolability Skala
Santai, rileks
(konsolabilitas)
Sesekali
Sulit untuk dihibur
diyakinkan dengan
atau merasa
sentuhan, pelukan
nyaman
atau diajak berbicara, dialihkan
Untuk pasien yang sadar: observasi selama 1-5 menit atau lebih. Observasi kaki dan badan yang tidak tertutup. Nilai ketegangan badan dan lakukan intervensi bila diperlukan. Untuk pasien yang tidur: observasi selama 5 menit atau lebih. Observasi kaki dan badan yang tidak tertutup. Jika memungkinkan, reposisikan pasien. Sentuh badan untuk menilai ketegangan. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
125
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
NRS
Skala Sedasi Ramsay Level Sadar
Level Tidak Sadar
Pasien cemas atau gelisah atau keduanya
1
Pasien kooperatif, berorientasi dan tenang
2
Pasien merespon perintah saja
3
Respon cepat pada ketukan ringan di kening
4
Respon lambat pada ketukan ringan di kening
5
Tidak ada respon
6
(*) coret yang tidak perlu (**) lingkari salah satu
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
126
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Keterangan Kelaikan Etik
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
127
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Analisa Statistik
Frequency Table JENIS KELAMIN Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 73 59.8 59.8 59.8
Valid Laki-laki Perempuan Total
Valid 1 π 2 3 Total
49 122
Frequency 22 87 13 122
Valid Bedah Anak Bedah KL Bedah Plastik
40.2 100.0
40.2 100.0
100.0
PSASA Percent Valid Percent Cumulative Percent 18.0 18.0 18.0 71.3 71.3 89.3 10.7 10.7 100.0 100.0 100.0 Jenis Operasi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 30 24.6 24.6 24.6 10 8.2 8.2 32.8 9 7.4 7.4 40.2
Bedah Saraf Bedah TKV Mata
9 1 15
7.4 .8 12.3
7.4 .8 12.3
47.5 48.4 60.7
Orthopedi Spine THT
22 1 11
18.0 .8 9.0
18.0 .8 9.0
78.7 79.5 88.5
14 122
11.5 100.0
11.5 100.0
100.0
Urologi Total
Klasifikasi Operasi Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Mayor
38
31.1
31.1
31.1
Minor
84
68.9
68.9
100.0
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
128
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Klasifikasi Operasi Frequency Percent Valid Percent Valid Mayor Minor Total
38 84 122
31.1 68.9 100.0
31.1 100.0
ANALGESIK Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 68 55.7 55.7 55.7
Valid Tunggal Kombinasi Total
Valid <12 th 12 th > Total
31.1 68.9 100.0
Cumulative Percent
54 122
44.3 100.0
44.3 100.0
100.0
REKAM MEDIK Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 77 63.1 63.1 63.1 45 36.9 36.9 100.0 122 100.0 100.0
T-Test
ANALGESIK USIA dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 BB dTunggal
TUGAS AKHIR
Group Statistics N Mean Std. Deviation Std. Error Mean 68 6.1863 5.06275 .61395 54
11.9599
5.66231
.77054
68
22.42
15.726
1.907
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
129
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TB
i Kombinasi m e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1
54
40.70
20.165
2.744
49
110.55
33.576
4.797
45
143.84
29.533
4.403
USIA Equal variances assumed
BB
TB
Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
TUGAS AKHIR
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Sig. .638 .426
3.719
3.989
.056
.049
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
130
t-test for Equality of Means t df -5.936 120 -5.860
107.410
-5.625
120
-5.468
98.399
-5.086
92
-5.114
91.837
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Independent Samples Test t-test for Equality of Means Sig. (2tailed) USIA Equal variances assumed
BB
TB
Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
Mean Difference
Std. Error Difference
.000
-5.77360
.97260
.000
-5.77360
.98523
.000
-18.274
3.249
.000
-18.274
3.342
.000
-33.293
6.547
.000
-33.293
6.511
Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper USIA Equal variances -7.69928 -3.84792 assumed
BB
TB
Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed
-7.72661
-3.82059
-24.707
-11.842
-24.905
-11.643
-46.296
-20.291
Equal variances not assumed
-46.225
-20.362
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
131
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Crosstabs JENIS KELAMIN * ANALGESIK Crosstabulation ANALGESIK JENIS KELAMIN
Total
Laki-laki
Count % within JENIS KELAMIN % within ANALGESIK % of Total Perempuan Count % within JENIS KELAMIN % within ANALGESIK % of Total Count % within JENIS KELAMIN % within ANALGESIK % of Total
Value
Tunggal Kombinasi 39 34 53.4% 46.6%
Total 73 100.0%
57.4%
63.0%
59.8%
32.0% 29
27.9% 20
59.8% 49
59.2%
40.8%
100.0%
42.6%
37.0%
40.2%
23.8% 68 55.7%
16.4% 54 44.3%
40.2% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .394a 1 .530 b Continuity Correction .195 1 .659 Likelihood Ratio .395 1 .530 Fisher's Exact Test .580 .330 Linear-by-Linear .391 1 .532 Association N of Valid Cases 122 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.69. b. Computed only for a 2x2 table
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
132
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Crosstabs PSASA * ANALGESIK Crosstabulation ANALGESIK PSAS A
1
2
3
Total
Count % within PSASA % within ANALGESIK % of Total
Tunggal Kombinasi 10 12 45.5% 54.5% 14.7% 22.2%
Total 22 100.0% 18.0%
8.2%
9.8%
18.0%
Count % within PSASA
52 59.8%
35 40.2%
87 100.0%
% within ANALGESIK % of Total Count % within PSASA % within ANALGESIK % of Total Count % within PSASA % within ANALGESIK
76.5%
64.8%
71.3%
42.6% 6 46.2% 8.8%
28.7% 7 53.8% 13.0%
71.3% 13 100.0% 10.7%
4.9% 68 55.7% 100.0%
5.7% 54 44.3% 100.0%
10.7% 122 100.0% 100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
% of Total Chi-Square Tests Value 2.000a 1.992 .121
Asymp. Sig. df (2-sided) 2 .368 2 .369 1 .728
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 122 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.75.
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
133
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
T-Test Group Statistics REKAM MEDIK USIA di < 12 tahun m > 12 tahun en si o n 1 BB di < 12 tahun m > 12 tahun en si o n 1 TB di < 12 tahun m > 12 tahun en si o n 1
77 45
Mean 4.8117 15.4667
Std. Deviation 3.73514 1.75292
Std. Error Mean .42566 .26131
77 45
19.07 50.09
14.003 11.621
1.596 1.732
52 42
102.25 156.50
29.707 11.160
4.120 1.722
N
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances USIA Equal variances assumed
BB
Equal variances not assumed Equal variances assumed
TUGAS AKHIR
F 34.875
1.629
Sig. .000
.204
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
134
t-test for Equality of Means t -17.990
df 120
-21.333
115.695
-12.544
120
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TB
Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
43.127
.000
-13.171
106.118
-11.204
92
-12.150
67.805
Independent Samples Test t-test for Equality of Means Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference USIA Equal variances .000 -10.65498 .59226 assumed
BB
TB
Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
.000
-10.65498
.49947
.000
-31.020
2.473
.000
-31.020
2.355
.000
-54.250
4.842
.000
-54.250
4.465
Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper USIA Equal variances assumed Equal variances not assumed BB Equal variances assumed Equal variances not assumed
TUGAS AKHIR
-11.82761
-9.48235
-11.64427
-9.66569
-35.916
-26.124
-35.690
-26.351
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
135
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TB
Equal variances assumed Equal variances not assumed
-63.867
-44.633
-63.160
-45.340
Crosstabs JENIS KELAMIN * REKAM MEDIK Crosstabulation REKAM MEDIK <12 th 12 th > JENIS KELAMIN
Total
Laki-laki
Count % within JENIS KELAMIN
% within REKAM MEDIK % of Total Perempuan Count % within JENIS KELAMIN % within REKAM MEDIK % of Total Count % within JENIS KELAMIN % within REKAM MEDIK % of Total
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test TUGAS AKHIR
47 64.4%
26 35.6%
73 100.0%
61.0%
57.8%
59.8%
38.5% 30 61.2%
21.3% 19 38.8%
59.8% 49 100.0%
39.0%
42.2%
40.2%
24.6% 77 63.1%
15.6% 45 36.9%
40.2% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
63.1%
36.9%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided)
.126a .027
1 1
.723 .870
.125
1
.723 .848
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
136
Total
Exact Sig. (1-sided)
.434
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
N of Valid Cases
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.07. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
PSAS A
PSASA * REKAM MEDIK Crosstabulation REKAM MEDIK <12 th 12 th > 1 Count 9 13
2
3
Total
Total 22
% within PSASA % within REKAM MEDIK
40.9% 11.7%
59.1% 28.9%
100.0% 18.0%
% of Total Count % within PSASA % within REKAM MEDIK % of Total Count % within PSASA % within REKAM MEDIK % of Total Count % within PSASA
7.4% 59 67.8% 76.6%
10.7% 28 32.2% 62.2%
18.0% 87 100.0% 71.3%
48.4% 9 69.2% 11.7%
23.0% 4 30.8% 8.9%
71.3% 13 100.0% 10.7%
7.4% 77 63.1%
3.3% 45 36.9%
10.7% 122 100.0%
% within REKAM MEDIK % of Total
100.0%
100.0%
100.0%
63.1%
36.9%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio N of Valid Cases TUGAS AKHIR
Value 5.695a 5.505 122
Asymp. Sig. df (2-sided) 2 .058 2
.064
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
137
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Chi-Square Tests
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value 5.695a
Asymp. Sig. df (2-sided) 2 .058
5.505 122
2
.064
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.80.
Means
ANALGESIK Tunggal
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kombinasi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Total N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ANALGESIK Tunggal
N
TUGAS AKHIR
Report FLACCPRE mYPASPreo OP p 58 58 0 20 2 100 .36 55.37 .583 25.829
30' FLACC 58 0 7 .55 1.300
1 jam FLACC 58 0 7 1.05 1.395
19 0 7 1.53 2.294
19 23 92 44.74 23.970
19 0 8 1.26 2.491
19 0 7 2.16 2.363
77 0
77 20
77 0
77 0
7 .65 1.326
100 52.75 25.646
8 .73 1.683
7 1.32 1.735
Report 2 jam FLACC 58
H+1 FLACC 58
H+2 FLACC 58
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
138
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Minimum
0
0
0
Maximum Mean
5 1.34
2 .52
1 .22
Std. Deviation Kombinasi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Total N
1.319
.538
.421
19 0 9 1.95 2.147
19 0 3 1.05 .911
19 0 2 .74 .806
77
77
77
Minimum Maximum Mean Std. Deviation
0 9 1.49 1.570
0 3 .65 .684
0 2 .35 .580
Explore ANALGESIK ANALGES IK FLACCPREO dTunggal P i Kombinasi m e n s i o n 1 mYPASPreop dTunggal
TUGAS AKHIR
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.
Shapiro-Wilk Statistic df Sig.
.422 .326
58 19
.000 .000
.632 .716
58 19
.000 .000
.131
58
.015
.916
58
.001
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
139
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i Kombinasi m e n s i o n 1 30' FLACC dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 1 jam FLACC dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 2 jam FLACC dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 H+1 FLACC dTunggal TUGAS AKHIR
.235
19
.007
.831
19
.003
.423 .431
58 19
.000 .000
.497 .581
58 19
.000 .000
.240 .240
58 19
.000 .005
.745 .826
58 19
.000 .003
.224 .227
58 19
.000 .011
.853 .784
58 19
.000 .001
.332
58
.000
.689
58
.000
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
140
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i Kombinasi .207 m e n s i o n 1 H+2 FLACC dTunggal .479 i Kombinasi .293 m e n s i o n 1 a. Lilliefors Significance Correction
19
.031
.865
19
.012
58
.000
.515
58
.000
19
.000
.774
19
.000
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks ANALGES IK FLACCPREO dTunggal P i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 mYPASPreop dTunggal i Kombinasi TUGAS AKHIR
Mean Rank 36.97
Sum of Ranks 2144.00
19 77
45.21
859.00
58 19
41.35 31.82
2398.50 604.50
N 58
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
141
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mTotal e n s i o n 1 30' FLACC dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 1 jam FLACC dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 2 jam FLACC dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 H+1 FLACC dTunggal i Kombinasi TUGAS AKHIR
77
58 19 77
38.44 40.71
2229.50 773.50
58 19 77
36.97 45.18
2144.50 858.50
58 19 77
37.56 43.39
2178.50 824.50
58 19
35.85 48.61
2079.50 923.50
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
142
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
H+2 FLACC
mTotal e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2tailed)
77
58 19 77
FLACCPRE OP 433.000 2144.000 -1.666 .096
35.68 49.13
2069.50 933.50
Test Statisticsa mYPASPreo 30' p FLACC 414.500 518.500 604.500 2229.500 -1.624 -.508 .104 .611
1 jam FLACC 433.500 2144.500 -1.469 .142
2 jam FLACC 467.500 2178.500 -1.019 .308
a. Grouping Variable: ANALGESIK Test Statisticsa H+1 FLACC Mann-Whitney U 368.500 Wilcoxon W 2079.500 Z -2.393 Asymp. Sig. (2.017 tailed)
H+2 FLACC 358.500 2069.500 -2.843 .004
a. Grouping Variable: ANALGESIK TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
143
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Means Report NRSPREO VAS_APre P op 30' NRS 1 jam NRS 10 10 10 10 0 0 0 0
ANALGESIK Tunggal
N Minimum
Maximum Mean Std. Deviation Kombinasi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Total N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
2 jam NRS 10 0
2 .20 .632
2 .50 .850
4 .90 1.449
2 .90 .876
2 .70 .675
35 0 3 1.03 1.043
35 0 7 1.71 1.903
35 0 8 1.20 1.746
35 0 3 .91 .919
35 0 4 .80 .901
45 0 3 .84 1.021
45 0 7 1.44 1.791
45 0 8 1.13 1.673
45 0 3 .91 .900
45 0 4 .78 .850
Report ANALGESIK Tunggal
N Minimum
Maximum Mean Std. Deviation Kombinasi N Minimum Maximum Mean TUGAS AKHIR
H+1 NRS 10 0
H+2 NRS 10 0
1 .70 .483
1 .50 .527
35 0 3 .94
35 0 2 .51
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
144
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Total
Std. Deviation N Minimum
.765
.658
45 0
45 0
Maximum Mean Std. Deviation
3 .89 .714
2 .51 .626
Explore ANALGESIK Tests of Normality ANALGES Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk IK Statistic df Sig. Statistic df Sig. NRSPREO dTunggal .524 10 .000 .366 10 .000 P i Kombinasi .267 35 .000 .817 35 .000 m e n s i o n 1 VAS_APre dTunggal .422 10 .000 .628 10 .000 op i Kombinasi .275 35 .000 .786 35 .000 m e n s i o n 1 30' NRS dTunggal .333 10 .002 .693 10 .001
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
145
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1 jam NRS
2 jam NRS
H+1 NRS
H+2 NRS
i Kombinasi m e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi m e n s i o n 1 dTunggal
TUGAS AKHIR
.288
35
.000
.710
35
.000
.248 .269
10 35
.082 .000
.805 .809
10 35
.017 .000
.272 .241
10 35
.035 .000
.802 .775
10 35
.015 .000
.433 .270
10 35
.000 .000
.594 .832
10 35
.000 .000
.329
10
.003
.655
10
.000
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
146
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i Kombinasi .354 m e n s i o n 1 a. Lilliefors Significance Correction
35
.000
.719
35
.000
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks ANALGES IK NRSPREO dTunggal P i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 VAS_APre dTunggal op i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 30' NRS dTunggal i Kombinasi TUGAS AKHIR
Mean Rank 14.95 25.30
Sum of Ranks 149.50 885.50
10 35 45
15.20 25.23
152.00 883.00
10 35
20.80 23.63
208.00 827.00
N 10 35 45
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
147
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1 jam NRS
2 jam NRS
H+1 NRS
H+2 NRS
mTotal e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 dTunggal i Kombinasi mTotal e n s i o n 1 dTunggal
TUGAS AKHIR
45
10 35 45
23.05 22.99
230.50 804.50
10 35 45
22.65 23.10
226.50 808.50
10 35 45
20.30 23.77
203.00 832.00
10
23.50
235.00
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
148
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i Kombinasi mTotal e n s i o n 1
35
22.86
800.00
45
Test Statisticsb NRSPREO VAS_APre P op 30' NRS 1 jam NRS Mann-Whitney U 94.500 Wilcoxon W 149.500 Z -2.412 Asymp. Sig. (2-tailed) .016 Exact Sig. [2*(1-tailed .026a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ANALGESIK Test Statisticsb H+1 NRS
97.000 153.000 152.000 208.000 -2.221 -.646 .026 .518 a .033 .563a
174.500 804.500 -.015 .988 .989a
2 jam NRS 171.500 226.500 -.104 .917 .925a
H+2 NRS
Mann-Whitney U 148.000 170.000 Wilcoxon W 203.000 800.000 Z -.823 -.155 Asymp. Sig. (2-tailed) .411 .877 a Exact Sig. [2*(1-tailed .475 .904a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ANALGESIK
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
149
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Crosstabs Nyeri_PreOps * Cemas_PreOps Crosstabulation Cemas_PreOps Cemas Tidak Cemas 1 0 100.0% .0%
Nyeri_PreOp Nyeri Berat s
Count % within Nyeri_PreOps % within Cemas_PreOps % of Total Nyeri Ringan Count
Nyeri Sedang
Tidak Nyeri
Total
TUGAS AKHIR
Total 1 100.0%
1.6%
.0%
.8%
.8% 22
.0% 21
.8% 43
51.2%
48.8%
100.0%
34.9%
35.6%
35.2%
18.0% 3 100.0%
17.2% 0 .0%
35.2% 3 100.0%
4.8%
.0%
2.5%
2.5% 37
.0% 38
2.5% 75
% within Nyeri_PreOps
49.3%
50.7%
100.0%
% within Cemas_PreOps % of Total Count % within Nyeri_PreOps % within Cemas_PreOps % of Total
58.7%
64.4%
61.5%
30.3% 63 51.6%
31.1% 59 48.4%
61.5% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
51.6%
48.4%
100.0%
% within Nyeri_PreOps % within Cemas_PreOps % of Total Count % within Nyeri_PreOps % within Cemas_PreOps % of Total Count
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
150
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Chi-Square Tests
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value 3.910a
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .271
5.451 122
3
.142
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48.
Crosstabs Nyeri_30 * Cemas_PreOps Crosstab Cemas_PreOps Cemas Tidak Cemas 3 0 100.0% .0% 4.8% .0%
Nyeri_3 Nyeri Berat 0
Count % within Nyeri_30 % within Cemas_PreOps % of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri_30
Nyeri Sedang
Tidak Nyeri
TUGAS AKHIR
Total 3 100.0% 2.5%
2.5% 14 45.2%
.0% 17 54.8%
2.5% 31 100.0%
% within Cemas_PreOps
22.2%
28.8%
25.4%
% of Total Count
11.5% 5
13.9% 3
25.4% 8
% within Nyeri_30 % within Cemas_PreOps % of Total
62.5% 7.9%
37.5% 5.1%
100.0% 6.6%
4.1%
2.5%
6.6%
Count % within Nyeri_30 % within Cemas_PreOps
41 51.3% 65.1%
39 48.8% 66.1%
80 100.0% 65.6%
% of Total
33.6%
32.0%
65.6%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
151
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Total
Count % within Nyeri_30 % within Cemas_PreOps % of Total
63
59
122
51.6%
48.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
51.6%
48.4%
100.0%
Chi-Square Tests Value 3.713a
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .294
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio 4.874 3 .181 N of Valid Cases 122 a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.45.
Nyeri_1Jam * Cemas_PreOps Crosstab
Nyeri_1Ja m
Nyeri Berat
Count % within Nyeri_1Jam % within Cemas_PreOps % of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri_1Jam % within Cemas_PreOps
Tidak Nyeri TUGAS AKHIR
Total 2 100.0% 1.6%
1.6% 31 52.5% 49.2%
.0% 28 47.5% 47.5%
1.6% 59 100.0% 48.4%
25.4% 6 85.7%
23.0% 1 14.3%
48.4% 7 100.0%
% within Cemas_PreOps
9.5%
1.7%
5.7%
% of Total
4.9%
.8%
5.7%
24
30
54
% of Total Count % within Nyeri_1Jam
Nyeri Sedang
Cemas_PreOps Cemas Tidak Cemas 2 0 100.0% .0% 3.2% .0%
Count
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
152
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Total
% within Nyeri_1Jam
44.4%
55.6%
100.0%
% within Cemas_PreOps % of Total Count % within Nyeri_1Jam % within Cemas_PreOps % of Total
38.1%
50.8%
44.3%
19.7% 63 51.6% 100.0%
24.6% 59 48.4% 100.0%
44.3% 122 100.0% 100.0%
51.6%
48.4%
100.0%
Chi-Square Tests Value 6.266a
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .099
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio 7.425 3 .060 N of Valid Cases 122 a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .97.
Nyeri_2Jam * Cemas_PreOps Crosstab Cemas_PreOps Nyeri_2Ja m
Cemas Tidak Cemas 1 0
Total
% within Nyeri_2Jam % within Cemas_PreOps
100.0% 1.6%
.0% .0%
100.0% .8%
% of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri_2Jam % within Cemas_PreOps % of Total
.8% 41 57.7% 65.1%
.0% 30 42.3% 50.8%
.8% 71 100.0% 58.2%
33.6%
24.6%
58.2%
6
2
8
75.0%
25.0%
100.0%
Nyeri Berat
Nyeri Sedang TUGAS AKHIR
Count
Count % within Nyeri_2Jam
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
153
1
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within Cemas_PreOps Tidak Nyeri
Total
9.5%
3.4%
6.6%
% of Total Count % within Nyeri_2Jam
4.9% 15 35.7%
1.6% 27 64.3%
6.6% 42 100.0%
% within Cemas_PreOps
23.8%
45.8%
34.4%
% of Total Count % within Nyeri_2Jam
12.3% 63 51.6%
22.1% 59 48.4%
34.4% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
51.6%
48.4%
100.0%
% within Cemas_PreOps % of Total Chi-Square Tests Value 8.010a
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .046
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio 8.536 3 .036 N of Valid Cases 122 a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .48.
Nyeri_H1 * Cemas_PreOps Crosstab Cemas_PreOps Cemas Tidak Cemas Nyeri_H Nyeri 1 Ringan
Total
Count % within Nyeri_H1 % within Cemas_PreOps % of Total Tidak Nyeri Count
39 52.7% 61.9%
35 47.3% 59.3%
74 100.0% 60.7%
32.0% 24
28.7% 24
60.7% 48
% within Nyeri_H1
50.0%
50.0%
100.0%
TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
154
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Total
% within Cemas_PreOps
38.1%
40.7%
39.3%
% of Total Count
19.7% 63
19.7% 59
39.3% 122
51.6% 100.0%
48.4% 100.0%
100.0% 100.0%
51.6%
48.4%
100.0%
% within Nyeri_H1 % within Cemas_PreOps % of Total
Value
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .085a 1 .770 Continuity .011 1 .915 b Correction Likelihood Ratio .085 1 .770 Fisher's Exact Test .853 .457 N of Valid Cases 122 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.21. b. Computed only for a 2x2 table
Nyeri_H2 * Cemas_PreOps Crosstab Cemas_PreOps Cemas Tidak Cemas 24 19 55.8% 44.2% 38.1% 32.2%
Nyeri_H Nyeri 2 Ringan
Count % within Nyeri_H2 % within Cemas_PreOps % of Total Tidak Nyeri Count % within Nyeri_H2
Total TUGAS AKHIR
% within Cemas_PreOps % of Total Count
19.7% 39 49.4%
15.6% 40 50.6%
35.2% 79 100.0%
61.9%
67.8%
64.8%
32.0% 63
32.8% 59
64.8% 122
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
155
Total 43 100.0% 35.2%
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within Nyeri_H2 % within Cemas_PreOps % of Total
Value .463a .241
51.6%
48.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
51.6%
48.4%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided) 1 .496 1 .623
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio .464 1 .496 Fisher's Exact Test .571 .312 N of Valid Cases 122 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.80. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs Nyeri_30 * ANALGESIK Crosstab
Nyeri_3 Nyeri Berat 0
Count
ANALGESIK Tunggal Kombinasi 1 2
Total 3
% within Nyeri_30 % within ANALGESIK % of Total Nyeri Ringan Count
33.3% 1.5%
66.7% 3.7%
100.0% 2.5%
.8% 14
1.6% 17
2.5% 31
% within Nyeri_30 % within ANALGESIK
45.2% 20.6%
54.8% 31.5%
100.0% 25.4%
% of Total Count
11.5% 3
13.9% 5
25.4% 8
% within Nyeri_30
37.5%
62.5%
100.0%
4.4%
9.3%
6.6%
Nyeri Sedang
% within ANALGESIK TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
156
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% of Total Tidak Nyeri
Total
2.5%
4.1%
6.6%
Count % within Nyeri_30
50 62.5%
30 37.5%
80 100.0%
% within ANALGESIK
73.5%
55.6%
65.6%
% of Total Count
41.0% 68
24.6% 54
65.6% 122
55.7% 100.0%
44.3% 100.0%
100.0% 100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
% within Nyeri_30 % within ANALGESIK % of Total Chi-Square Tests Value 4.577a
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .205
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio 4.579 3 .205 N of Valid Cases 122 a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.33.
Nyeri_1Jam * ANALGESIK Crosstab ANALGESIK Nyeri_1Ja m
Nyeri Berat
Tunggal Kombinasi 1 1
Count % within Nyeri_1Jam % within ANALGESIK
% of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri_1Jam
TUGAS AKHIR
2
50.0%
50.0%
100.0%
1.5%
1.9%
1.6%
.8% 34 57.6%
.8% 25 42.4%
1.6% 59 100.0%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
157
Total
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nyeri Sedang
Tidak Nyeri
Total
% within ANALGESIK
50.0%
46.3%
48.4%
% of Total Count % within Nyeri_1Jam % within ANALGESIK % of Total
27.9% 2 28.6%
20.5% 5 71.4%
48.4% 7 100.0%
2.9%
9.3%
5.7%
1.6%
4.1%
5.7%
Count % within Nyeri_1Jam
31 57.4%
23 42.6%
54 100.0%
% within ANALGESIK % of Total Count % within Nyeri_1Jam % within ANALGESIK % of Total
45.6%
42.6%
44.3%
25.4% 68 55.7%
18.9% 54 44.3%
44.3% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value 2.267a 2.286 122
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .519 3
.515
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .89.
Nyeri_2Jam * ANALGESIK Crosstab ANALGESIK Nyeri_2Ja
Nyeri Berat
TUGAS AKHIR
Tunggal Kombinasi 0 1
Count
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
158
Total 1
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
m
% within Nyeri_2Jam
.0%
100.0%
100.0%
% within ANALGESIK
.0%
1.9%
.8%
% of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri_2Jam % within ANALGESIK % of Total
.0% 41 57.7%
.8% 30 42.3%
.8% 71 100.0%
60.3%
55.6%
58.2%
33.6%
24.6%
58.2%
5
3
8
% within Nyeri_2Jam % within ANALGESIK % of Total Count % within Nyeri_2Jam % within ANALGESIK % of Total Count
62.5%
37.5%
100.0%
7.4%
5.6%
6.6%
4.1% 22 52.4%
2.5% 20 47.6%
6.6% 42 100.0%
32.4%
37.0%
34.4%
18.0% 68
16.4% 54
34.4% 122
% within Nyeri_2Jam % within ANALGESIK % of Total
55.7%
44.3%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Nyeri Sedang
Count
Tidak Nyeri
Total
Chi-Square Tests
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio N of Valid Cases TUGAS AKHIR
Value 1.715a 2.088 122
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .633 3
.554
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
159
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Chi-Square Tests
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value 1.715a 2.088 122
Asymp. Sig. df (2-sided) 3 .633 3
.554
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Nyeri_H1 * ANALGESIK Crosstab ANALGESIK Tunggal Kombinasi Nyeri_H Nyeri Count 36 38 1 Ringan % within Nyeri_H1 48.6% 51.4% % within 52.9% 70.4% ANALGESIK % of Total 29.5% 31.1% Tidak Nyeri Count 32 16 % within Nyeri_H1 66.7% 33.3% % within 47.1% 29.6% ANALGESIK Total
% of Total Count % within Nyeri_H1 % within ANALGESIK % of Total
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb TUGAS AKHIR
3.831a 3.136
Total 74 100.0% 60.7% 60.7% 48 100.0% 39.3%
26.2% 68 55.7% 100.0%
13.1% 54 44.3% 100.0%
39.3% 122 100.0% 100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided) 1 1
Exact Sig. (1-sided)
.050 .077
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
160
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
3.881
1
.049 .063
.038
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.25. b. Computed only for a 2x2 table
Nyeri_H2 * ANALGESIK Crosstab ANALGESIK Tunggal Kombinasi Nyeri_H Nyeri 2 Ringan
Total
Count
Total
18
25
43
% within Nyeri_H2
41.9%
58.1%
100.0%
% within ANALGESIK % of Total Tidak Nyeri Count % within Nyeri_H2 % within ANALGESIK % of Total Count % within Nyeri_H2 % within ANALGESIK % of Total
26.5%
46.3%
35.2%
14.8% 50 63.3% 73.5%
20.5% 29 36.7% 53.7%
35.2% 79 100.0% 64.8%
41.0% 68 55.7% 100.0%
23.8% 54 44.3% 100.0%
64.8% 122 100.0% 100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided)
5.184a 4.351
1 1
.023 .037
5.184
1
.023 .035
Exact Sig. (1-sided)
.019
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.03. TUGAS AKHIR
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
161
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
Value 5.184a 4.351 5.184
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided) 1 .023 1 .037 1
Exact Sig. (1-sided)
.023 .035
.019
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.03. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs
REKAM MEDIK
REKAM MEDIK * ANALGESIK Crosstabulation ANALGESIK Tunggal Kombinasi < 12 tahun Count 58 19 % within REKAM 75.3% 24.7% MEDIK % within 85.3% 35.2% ANALGESIK % of Total 47.5% 15.6% > 12 tahun Count 10 35
Total
% within REKAM MEDIK % within ANALGESIK % of Total Count % within REKAM MEDIK % within ANALGESIK % of Total
TUGAS AKHIR
63.1% 63.1% 45
22.2%
77.8%
100.0%
14.7%
64.8%
36.9%
8.2% 68 55.7%
28.7% 54 44.3%
36.9% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
162
Total 77 100.0%
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2Value df (2-sided) sided) a 32.463 1 .000 30.346 1 .000 33.798 1 .000 .000 32.197 1 .000
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 122 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.92. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs Jenis Operasi * ANALGESIK Crosstabulation ANALGESIK Tunggal Kombinasi Jenis Operasi Bedah Anak Count 14 16 % within Jenis 46.7% 53.3% Operasi % within 20.6% 29.6% ANALGESIK % of Total 11.5% 13.1% Bedah KL
Count % within Jenis Operasi % within ANALGESIK % of Total
% of Total Bedah Saraf TUGAS AKHIR
24.6%
9 90.0%
10 100.0%
1.5%
16.7%
8.2%
.8%
7.4%
8.2%
5
4
9
55.6%
44.4%
100.0%
7.4%
7.4%
7.4%
4.1%
3.3%
7.4%
9
0
9
Count
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
163
24.6%
1 10.0%
Bedah Plastik Count % within Jenis Operasi % within ANALGESIK
Total 30 100.0%
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within Jenis Operasi
100.0%
.0%
100.0%
% within ANALGESIK
13.2%
.0%
7.4%
% of Total Count % within Jenis Operasi % within ANALGESIK % of Total
7.4% 0 .0%
.0% 1 100.0%
7.4% 1 100.0%
.0%
1.9%
.8%
.0%
.8%
.8%
14
1
15
93.3%
6.7%
100.0%
20.6%
1.9%
12.3%
11.5% 6 27.3%
.8% 16 72.7%
12.3% 22 100.0%
8.8%
29.6%
18.0%
Spine
% within Jenis Operasi % within ANALGESIK % of Total Count % within Jenis Operasi % within ANALGESIK % of Total Count
4.9% 0
13.1% 1
18.0% 1
.0%
100.0%
100.0%
.0%
1.9%
.8%
THT
% within Jenis Operasi % within ANALGESIK % of Total Count
.0% 8
.8% 3
.8% 11
% within Jenis Operasi % within ANALGESIK
72.7%
27.3%
100.0%
11.8%
5.6%
9.0%
6.6%
2.5%
9.0%
11
3
14
Bedah TKV
Mata
Count
Orthopedi
% of Total Urologi
TUGAS AKHIR
Count
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
164
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Total
% within Jenis Operasi
78.6%
21.4%
100.0%
% within ANALGESIK
16.2%
5.6%
11.5%
% of Total Count % within Jenis Operasi % within ANALGESIK % of Total
9.0% 68 55.7%
2.5% 54 44.3%
11.5% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Chi-Square Tests Value 39.211a
Asymp. Sig. df (2-sided) 9 .000
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio 46.626 9 .000 N of Valid Cases 122 a. 8 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.
Crosstabs Klasifikasi Operasi * ANALGESIK Crosstabulation ANALGESIK Klasifikasi Operasi
Mayor Count % within Klasifikasi Operasi % within ANALGESIK % of Total Minor Count % within Klasifikasi Operasi % within ANALGESIK % of Total
TUGAS AKHIR
Tunggal Kombinasi 17 21 44.7% 55.3% 25.0% 13.9%
38.9% 17.2%
31.1% 31.1%
51 60.7%
33 39.3%
84 100.0%
75.0% 41.8%
61.1% 27.0%
68.9% 68.9%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
165
Total 38 100.0%
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Total
Count % within Klasifikasi Operasi % within ANALGESIK % of Total
Value 2.707a 2.098
68
54
122
55.7%
44.3%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided) 1 .100 1 .147
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 2.699 1 .100 Fisher's Exact Test .118 .074 N of Valid Cases 122 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.82. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs Cemas_PreOps * ANALGESIK Crosstabulation ANALGESIK Tunggal Kombinasi Cemas_PreOps Cemas Count 45 18
Total
TUGAS AKHIR
Total 63
% within Cemas_PreOps % within ANALGESIK
71.4%
28.6%
100.0%
66.2%
33.3%
51.6%
% of Total Tidak Cemas Count % within Cemas_PreOps % within ANALGESIK
36.9% 23 39.0%
14.8% 36 61.0%
51.6% 59 100.0%
33.8%
66.7%
48.4%
% of Total Count
18.9% 68
29.5% 54
48.4% 122
% within Cemas_PreOps
55.7%
44.3%
100.0%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
166
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within ANALGESIK % of Total
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test N of Valid Cases
100.0%
100.0%
100.0%
55.7%
44.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2df (2-sided) sided)
13.000a 11.719
1 1
.000 .001
13.233
1
.000
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.11. b. Computed only for a 2x2 table
Crosstabs Nyeri30 * Sedasi30 Crosstabulation Sedasi30 Alert Dalam Sedasi Nyeri30 Tidak Nyeri Count 7 73 % within 8.8% 91.3% Nyeri30 % within Sedasi30 % of Total Nyeri Ringan Count
Nyeri Sedang
TUGAS AKHIR
Total 80 100.0%
63.6%
65.8%
65.6%
5.7% 4
59.8% 27
65.6% 31
% within Nyeri30
12.9%
87.1%
100.0%
% within Sedasi30
36.4%
24.3%
25.4%
3.3% 0 .0%
22.1% 8 100.0%
25.4% 8 100.0%
% of Total Count % within Nyeri30
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
167
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nyeri Berat
Total
% within Sedasi30
.0%
7.2%
6.6%
% of Total Count % within Nyeri30 % within Sedasi30 % of Total Count % within Nyeri30
.0% 0 .0%
6.6% 3 100.0%
6.6% 3 100.0%
.0%
2.7%
2.5%
.0% 11 9.0%
2.5% 111 91.0%
2.5% 122 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
9.0%
91.0%
100.0%
% within Sedasi30 % of Total
Symmetric Measures Asymp. Std. Value Errora .041 .063
Approx. Tb .453
Approx. Sig. .651c
.096
.924c
Interval by Pearson's R Interval Ordinal by Spearman .009 .083 Ordinal Correlation N of Valid Cases 122 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Crosstabs Nyeri1jam * Sedasi1jam Crosstabulation Sedasi1jam Nyeri1ja m
Tidak Nyeri
TUGAS AKHIR
Count % within Nyeri1jam
Cemas 0 .0%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
168
Alert Dalam Sedasi 25 29 46.3% 53.7%
Total 54 100.0%
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within Sedasi1jam
.0%
49.0%
41.4%
44.3%
% of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri1jam % within Sedasi1jam % of Total
.0% 0 .0%
20.5% 22 37.3%
23.8% 37 62.7%
44.3% 59 100.0%
.0%
43.1%
52.9%
48.4%
.0%
18.0%
30.3%
48.4%
Count % within Nyeri1jam
1 14.3%
3 42.9%
3 42.9%
7 100.0%
% within Sedasi1jam % of Total Count % within Nyeri1jam % within Sedasi1jam % of Total Count % within Nyeri1jam
100.0%
5.9%
4.3%
5.7%
.8% 0 .0%
2.5% 1 50.0%
2.5% 1 50.0%
5.7% 2 100.0%
.0%
2.0%
1.4%
1.6%
.0% 1 .8%
.8% 51 41.8%
.8% 70 57.4%
1.6% 122 100.0%
% within Sedasi1jam % of Total
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
.8%
41.8%
57.4%
100.0%
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Total
Symmetric Measures Asymp. Std. Value Errora Interval by Pearson's R Interval Ordinal by Spearman Ordinal Correlation N of Valid Cases a. Not assuming the null hypothesis. TUGAS AKHIR
Approx. Tb
Approx. Sig.
-.016
.100
-.180
.858c
.026
.094
.280
.780c
122
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
169
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Crosstabs Nyeri2Jam * Sedasi2Jam Crosstabulation Sedasi2Jam Nyeri2Ja m
Tidak Nyeri
Cemas 0 .0%
Count % within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam
Total
35.4%
25.0%
34.4%
.0% 0 .0%
32.8% 66 93.0%
1.6% 5 7.0%
34.4% 71 100.0%
.0%
58.4%
62.5%
58.2%
.0% 0 .0%
54.1% 7 87.5%
4.1% 1 12.5%
58.2% 8 100.0%
.0%
6.2%
12.5%
6.6%
.0%
5.7%
.8%
6.6%
Count % within Nyeri2Jam
1 100.0%
0 .0%
0 .0%
1 100.0%
% within Sedasi2Jam % of Total Count
100.0%
.0%
.0%
.8%
.8% 1
.0% 113
.0% 8
.8% 122
.8%
92.6%
6.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam TUGAS AKHIR
Total 42 100.0%
.0%
% of Total Nyeri Ringan Count % within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam % of Total Nyeri Count Sedang % within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam % of Total Nyeri Berat
Alert Dalam Sedasi 40 2 95.2% 4.8%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
170
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nyeri2Jam * Sedasi2Jam Crosstabulation Sedasi2Jam Nyeri2Ja m
Tidak Nyeri
Cemas 0 .0%
Count % within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam % of Total
Nyeri Berat
Total
35.4%
25.0%
34.4%
.0%
32.8%
1.6%
34.4%
0 .0%
66 93.0%
5 7.0%
71 100.0%
.0%
58.4%
62.5%
58.2%
.0% 0 .0%
54.1% 7 87.5%
4.1% 1 12.5%
58.2% 8 100.0%
.0%
6.2%
12.5%
6.6%
.0% 1 100.0%
5.7% 0 .0%
.8% 0 .0%
6.6% 1 100.0%
% within Sedasi2Jam % of Total Count
100.0%
.0%
.0%
.8%
.8% 1
.0% 113
.0% 8
.8% 122
% within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam
.8%
92.6%
6.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
.8%
92.6%
6.6%
100.0%
% within Sedasi2Jam % of Total Count % within Nyeri2Jam % within Sedasi2Jam % of Total Count % within Nyeri2Jam
% of Total
TUGAS AKHIR
Total 42 100.0%
.0%
Nyeri Ringan Count % within Nyeri2Jam
Nyeri Sedang
Alert Dalam Sedasi 40 2 95.2% 4.8%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
171
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Symmetric Measures Asymp. Std. Value Errora -.059 .144
Approx. Tb -.645
Approx. Sig. .520c
.017
.987c
Interval by Pearson's R Interval Ordinal by Spearman .002 .106 Ordinal Correlation N of Valid Cases 122 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.
Crosstabs Warnings No measures of association are computed for the crosstabulation of NyeriH1 * SedasiH1. At least one variable in each 2-way table upon which measures of association are computed is a constant. NyeriH1 * SedasiH1 Crosstabulation SedasiH1 Alert NyeriH Tidak Nyeri Count 48 1 % within 100.0% NyeriH1 % within 39.3% SedasiH1 Nyeri Ringan
Total
TUGAS AKHIR
Total 48 100.0% 39.3%
% of Total Count % within NyeriH1 % within SedasiH1 % of Total Count
39.3% 74 100.0%
39.3% 74 100.0%
60.7%
60.7%
60.7% 122
60.7% 122
% within NyeriH1
100.0%
100.0%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
172
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within SedasiH1 % of Total
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Symmetric Measures Value Interval by Pearson's R Interval N of Valid Cases a. No statistics are computed because SedasiH1 is a constant.
.a 122
Crosstabs Warnings No measures of association are computed for the crosstabulation of NyeriH2 * SedasiH2. At least one variable in each 2-way table upon which measures of association are computed is a constant. NyeriH2 * SedasiH2 Crosstabulation SedasiH2 Alert NyeriH Tidak Nyeri Count 79 2 % within 100.0% NyeriH2 % within SedasiH2 % of Total Nyeri Ringan
Total
Count % within NyeriH2 % within SedasiH2 % of Total Count % within NyeriH2
TUGAS AKHIR
Total 79 100.0%
64.8%
64.8%
64.8%
64.8%
43 100.0%
43 100.0%
35.2%
35.2%
35.2% 122
35.2% 122
100.0%
100.0%
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
173
DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
% within SedasiH2 % of Total
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Symmetric Measures Value Interval by Pearson's R Interval N of Valid Cases a. No statistics are computed because SedasiH2 is a constant.
TUGAS AKHIR
.a 122
PROFIL ANALGETIK PASCA …..…..
174
DR. REGINA AGUSTANTINA