HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh : RITA EPIANA NIM :2011.1376
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 i
LEMBAR PERSETUJUAN
Penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi dengan Latihan Mobilisasi pada Pasien Post Operasi Appendicitis di RSUD Dr. Moewardi” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Proposal Program Studi DIII Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: RITA EPIANA NIM. 2011.1376
Pada : Hari Tanggal
: Selasa : 8 Juli 2014
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI
Disusun Oleh :
RITA EPIANA NIM. 2011.1376
Penelitian ini telah diseminarkan dan diajukan pada tanggal : 15 Juli 2014
Susunan Tim Penguji :
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI
Dibuat untuk melengkapi Tugas Akhir Diploma Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Tugas Akhir ini merupakan Karya Tulis Ilmiah saya sendiri (ASLI), dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah di ajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dipublikasikan dan atau ditulis dan diterbitkan oleh orang lain maupun di Perguruan Tinggi atau Institusi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Surakarta,
Juli 2014
Rita Epiana NIM. 2011.1376
iv
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Q.S Al_Insyirah :6 – 7) “Makan, minum, dan berpakaianlah sekehendakmu, sebab yang membuat kamu berbuat kesalahan itu ada dua perkara: bergaya hidup mewah dan berprasangka buruk.” (HR. Ahmad) “Sejarah adalah pondasimu, masa depan adalah impianmu.” (Phaul Heger) “Hidup adalah sebuah perjuangan, dan perjuangan harus disertai semangat dan do'a.” (Miftahul Huda) “Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan, dan tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.” (Miftahul Huda) “Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan.” (Mognon Me Lauhlin) “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” (Bung Karno)
v
PERSEMBAHAN
Diiringi rasa syukur pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : 1. Ayah dan Ibuku (Sunardi dan Sri Suwarni). Doamu yang selalu mengiringi setiap langkahku, kerja keras dan pengorbanan yang rela kau berikan, kasih sayang dan semangat yang selalu kau
curahkan
disetiap
hembus
nafasmu
membuatku yakin dan kuat untuk menjalani kehidupanku di dunia. 2. Kakak-kakakku (Sardiyanto dan Andi Sartono). Terimakasih atas kasih sayang, semangat dan dukungan selama ini. 3. Adik angkatku (Miftahul Huda). Hasrat tuk tetap bersama menjadi semangat yang membuat kita semakin kuat. 4. Sahabatku (Vransiska Susanti dan Noviana Ayu Ardika). Berbagi kesenangan dan berusaha tetap bersama
walaupun
jarak
kadang
terbentang
memisahkan. 5. Teman-teman seperjuangan STIKES angkatan 2011. Terimakasih sudah menjadikanku semakin dewasa. 6. Almamaterku
tercinta,
Muhammadiyah Surakarta. vi
STIKES
PKU
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, innayah dan hidayah-Nya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk, yang memberi kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat, dan segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengambil judul “Hubungan Motivasi dengan Latihan Mobilisasi pada Pasien Post Operasi Appendicitis di RSUD Dr. Moewardi”. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih segala bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan kepada : 1. Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 2. drg. R. Basoeki Soetarjo, MMR, selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian disini. 3. Suparsi, S.Kep.,Ns, selaku kepala ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 4. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep., sebagai dosen pembimbing I sekaligus Ka Prodi DIII Keperawatan, dengan sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
vii
5. Nabhani, S.Pd.,S.Kep.,M.Kes., selaku dosen pembimbing II, dengan sabar dan bijaksana membantu dan meyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Ibu dan bapak tercinta yang senantiasa membimbing dan mendo’akan keberhasilanku dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Teman-teman seperjuangan, terima kasih untuk semuanya atas semangat dan kekompakannya selama ini, baik suka maupun duka. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Penulis menyadari bahwa dalam keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan waktu yang saya miliki, masih banyak kekurangan dalam penuliasan penelitian ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, kalangan akademis dan masyarakat yang berminat terhadap ilmu keperawatan.
Surakarta,
Juli 2014 Penulis
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI Rita Epiana 1, Nabhani 2, Cemy Nur Fitria 3 Latar Belakang : Operasi appendicitis atau operasi pengangkatan usus buntu merupakan kedaruratan bedah abdomen yang sering dilakukan di berbagai negara diseluruh dunia. Latihan mobilisasi pada pasien pasca bedah dapat mempertahankan keadaan homeostasis dan komplikasi yang timbul akibat immobilisasi dapat ditekan seminimal mungkin. Ketakutan akan lepasnya atau robeknya jahitan pada luka operasi menyebabkan informan malas untuk melakukan mobilisasi dini. Latihan gerak diperlukan motivasi atau rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku untuk latihan gerak. Semakin kuat motivasi seseorang, maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan dan kepuasan. Tujuan : Menganalisis hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain korelasi prediktif. Metode pendekatan menggunakan studi penelitian cross-sectional. Analisa data menggunakan uji statistik korelasi Pearson’s Product Momen. Teknik pengambilan sampel berupa accidental sampling pada pasien post operasi appendicitis dengan jumlah sampel 15 responden. Instrument yang digunakan berupa kuesioner tahapan motivasi dan observasi pada latihan mobilisasi. Hasil : Hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,504 dengan keeratan hubungan sedang. Sedangkan signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Nilai (ρ) < 0,05 berarti bahwa pengujian signifikan (H0 ditolak, Ha diterima). Kesimpulan : Ada hubungan antara motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. Kata Kunci : Motivasi, Latihan Mobilisasi, Post Operasi Appendicitis 1. Mahasiswa Program D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Dosen Program D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Dosen Program D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta ix
ABSTRACT
THE RELATION OF MOTIVATION WITH THE MOBILIZATION EXERCISE IN PATIENTS POST OPERATION OF APPENDICITIS IN RSUD DR. MOEWARDI Rita Epiana 1, Nabhani 2, Cemy Nur Fitria 3 Background : Operation of appendicitis or surgical removal of appendicitis is abdominal surgical emergency that is often conducted in various countries around the world. The mobilization exercise in patients post-surgery can maintain a state of homeostasis and the complications that arise as a result of immobilisasi can be suppressed intensity as minimum as possible. Fear of loss or tearing the stitches in the wound surgery causing the informant lazy to do early mobilization. Exercises needed motivation or encouragement and stimulation or power plants owned by a person so that person exposes behavior for the exercise motion. The stronger the motivation, the more quickly a person in obtaining the goals and satisfaction. Purpose : Analyze the relation of motivation with the mobilization exercise in patients post operation of appendicitis in RSUD Dr. Moewardi Methods : Research methods used in this research is quantitative methods to the design of predictive correlation. Method study approach using a cross-sectional study. Analyze data using statistical tests of correlation Pearson’s Product Moment. Sampling techniques in the form of accidental sampling in patients post operation of appendicitis to the amount of 15 samples of respondents. An Instrument that is used in the form of questionnaires and observations on motivation stage practice early mobilization. Result : The relation between motivation with mobilization exercise in patients post operation of appendicitis produces the coefficient of correlation (r) of closely relations with moderate 0,504. Whereas the significance (ρ) is equal to 0.000. Value (ρ) < 0,05 means that significant test (H0 is rejected, the Ha received) Conclusion : There is a relationship between motivation with the mobilization exercises in patients post operation of appendicitis in RSUD Dr.Moewardi. Keyword : Motivation, Mobilization Exercise, Post Operation Of Appendicitis 1. Student Nursing Program D III STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Lecturer in Nursing Program D III STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Lecturer in Nursing Program D III STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...........................................
iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
ix
ABSTRACT ..................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
5
E. Keaslian Penelitian ..................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
9
A. Tinjauan Teori..........................................................................
9
1. Motivasi ..............................................................................
9
a. Pengertian Motivasi ........................................................
9
b. Fungsi Motivasi ..............................................................
11
c. Jenis Motivasi .................................................................
12
d. Bentuk-bentuk Motivasi ................................................
16
e. Klasifikasi Motivasi ......................................................
19
2. Aktivitas/Mobilitas ...............................................................
19
xi
a. Pengertian Aktivitas/Mobilitas .......................................
19
b. Tujuan Mobilitas ............................................................
20
c. Macam-macam Mobilitas...............................................
20
d. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mobilitas ...
21
e. Tahap-tahap Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi ......
27
f. Rentang Gerak dalam Mobilisasi ...................................
28
g. Latihan ROM Pasif dan Aktif ........................................
28
3. Appendicitis .........................................................................
32
a. Pengertian Appendicitis .................................................
32
b. Klasifikasi Appendicitis .................................................
33
c. Etiologi ...........................................................................
33
d. Patofisiologi ...................................................................
33
e. Pemeriksaan Diagnostik .................................................
34
f. Penatalaksanaan Post Operasi Appendicitis ...................
34
B. Kerangka Teori..........................................................................
35
C. Kerangka Konsep ......................................................................
36
D. Hipotesis ....................................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
37
A. Desain Penelitian......................................................................
37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
37
C. Populasi dan Sampel ................................................................
37
D. Variable Penelitian ...................................................................
39
E. Definisi Operasional.................................................................
40
F. Instrumen Penelitian.................................................................
40
G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data .............................
41
H. Jalannya Penelitian ...................................................................
43
I. Etika Penelitian ........................................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................
47
A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................
47
B. Hasil Penelitian ........................................................................
48
1. Analisa Univariat ...............................................................
48
xii
2. Uji Normalitas Data ...........................................................
52
3. Analisa Bivariat ..................................................................
53
C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................
54
1. Motivasi..............................................................................
54
2. Latihan mobilisasi ..............................................................
55
3. Hubungan Motivasi dengan Latihan Mobilisasi pada Pasien Post Operasi Appendicitis ..........................................................
56
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................
57
BAB V PENUTUP ....................................................................................
58
A. Simpulan ..................................................................................
58
B. Saran.........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
60
LAMPIRAN .................................................................................................
61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Kerangka Teori ...................................................................
35
Gambar 2.2
Kerangka Konsep ................................................................
36
Gambar 4.1
Diagram Batang Responden Berdasarkan Umur ................
49
Gambar 4.2
Diagram Batang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...
50
Gambar 4.3
Diagram Batang Responden Berdasarkan Motivasi............
51
Gambar 4.4
Diagram Batang Responden Berdasarkan Latihan Mobilisasi
52
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
Kategori Tingkat Kemampuan Aktivitas ...............................
26
Tabel 3.1
Definisi Operasional ..............................................................
40
Tabel 3.2
Kisi – Kisi Soal Motivasi .......................................................
41
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur .............
49
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
50
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi ........
51
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Latihan Mobilisasi ...............................................................................................
51
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas ..........................................
52
Tabel 4.6
Hasil Uji Korelasi Pearson’s Product Moment .....................
53
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Lembar Permohonan Menjadi Resonden
Lampiran 3.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 5.
Lembar Observasi
Lampiran 6.
Tabulasi Data Skor Motivasi dan Latihan Mobilisasi
Lampiran 7.
Data Hasil Penelitian
Lampiran 8.
Hasil Perhitungan Analisa Univariat
Lampiran 9.
Hasil Perhitungan Analisa Bivariat
Lampiran 10. Tabel r Lampiran 11. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 12. Lembar Kelaikan Etik Lampiran 13. Lembar Pengantar Penelitian Lampiran 14. Lembar Penyelesaian Penelitian Lampiran 15. Lembar Konsultasi Tugas
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Appendisitis merupakan kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Baik tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. Appendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010). Operasi appendicitis atau operasi pengangkatan usus buntu merupakan kedaruratan bedah abdomen yang sering dilakukan di berbagai negara diseluruh dunia. Penyakit ini dapat dijumpai disemua usia, namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian apendisitis 1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita. Tujuh persen penduduk di negara Barat menderita apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000 apendektomi dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya. WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di Indonesia insiden appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya 1
2
peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2008), kasus appendicitis pada tahun 2005 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2007 jumlah pasien appendicitis sebanyak 75.601 orang. RSUD Dr. Moewardi antara tahun 2009-2013 total kasus appendiksitis sebanyak 782 kasus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rismalia (2010) menunjukkan bahwa ketakutan akan lepasnya atau robeknya jahitan pada luka operasi menyebabkan informan malas untuk melakukan mobilisasi dini. Ditemukan juga bahwa pengetahuan informan yang kurang akan manfaat mobilisasi dini menjadi sebab informan enggan melakukan mobilisasi dini. Kurangnya pengetahuan informan dikarenakan informan belum pernah mendapatkan informasi mengenai mobilisasi dini. Umumnya, perilaku informan untuk melakukan mobilisasi dini karena mengikuti anjuran perawat atau dokter, jika dokter atau perawat telah menganjurkan untuk melakukan mobilisasi dini maka informan itu mau untuk melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan kurang mengetahui tentang mobilisasi dini sehingga mengakibatkan informan malas untuk mobilisasi dini. Dengan demikian disarankan untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang mobilisasi dini sebelum pasien itu menjalani operasi agar setelah operasi pasien telah mengetahui manfaat mobilisasi dini dan mendapatkan gambaran tentang cara-cara mobilisasi dini sehingga pasien tidak merasa takut dan mau melakukan mobilisasi dini. Selain untuk memotivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini, hal ini juga dianjurkan
3
untuk penyediaan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan mobilisasi dini yang dilakukan mulai dari kamar operasi sebelum tindakan sampai tindakan setelah operasi. Latihan mobilisasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar. Mobilisasi dini pada pasien pasca bedah dapat mempertahankan keadaan homeostasis dan komplikasi yang timbul akibat immobilisasi dapat ditekan seminimal mungkin. Pasien dengan pasca operasi appendicitis biasanya lebih sering berbaring di tempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk bergerak. Di samping itu, kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai mobilisasi juga menyebabkan pasien enggan untuk melakukan pergerakan pasca operasi. Pada pasien pasca operasi seperti operasi usus buntu (appendectomy), sangat penting untuk melakukan pergerakan atau mobilisasi. Banyak masalah yang akan timbul jika pasien pasca operasi tidak melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti pasien tidak dapat BAK (retensi urin), perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan otot, dan sirkulasi darah tidak lancar. Pada latihan gerak diperlukan motivasi atau rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku untuk latihan gerak. Semakin kuat motivasi
4
seseorang, maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan dan kepuasan. Pada motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Bastable dalam Kurniawan (2013:20) diantaranya usia, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, kemampuan kognitif (pengetahuan), kesiapan emosi, nilai dan keyakinan, lingkungan, keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya manusia dan materi, rewards, dan sistem hubungan (dukungan). Berdasarkan masalah dan beberapa fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelian untuk mengetahui hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi.
5
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui motivasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. b. Mengetahui latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. c. Menganalisa hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan yang telah ada mengenai motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. 2. Secara Praktis a. Bagi Keluarga atau Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan pengetahuan keluarga atau masyarakat dalam mengetahui motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis. b. Bagi Peneliti
6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
c. Bagi RSUD Dr. Moewardi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga atau masyarakat tentang motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis. d. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi institusi pendidikan keperawatan, terutama keperawatan medikal bedah yang berhubungan dengan pasien post operasi appendicitis.
E. Keaslian Penelitian Dari penelusuran peneliti mengenai hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun beberapa penelitian yang mendukung penelitian tentang hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis adalah: 1. Novitasari, Aulia (2011). Dengan judul penelitian Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU
7
Mitra Sejati Medan tahun 2011. Metode penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2010 – April 2011 dengan sasaran penelitian ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Sampel penelitian berjumlah 86 orang yang diambil secara accidental sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi langsung oleh responden dan dianalisis univariat dan bivariat (Chi-Square). Hasil univariat menunjukkan bahwa 59 orang (68,6%) mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, 64 orang (74,4%) mempunyai motivasi yang tinggi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. 2. Kurniawan, Budi (2013). Dengan judul penelitian Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan Melalui Leaflet dengan Motivasi Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang Flamboyan RSUD dr Harjono. S Ponorogo tahun 2013. Desain penelitian ini adalah pra eksperimental desain. Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasien Post Operasi Fraktur di ruang Flamboyan RSUD Dr Harjono. S Ponorogo tahun 2012 pada minggu ke 3 sampai dengan ke 4 bulan Januari 2013 sebanyak 24 responden. Metode penelitian menggunakan Consecutive sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner di bagikan pada pasien post operasi sebelum diberi leaflet dan sesudah diberi leaflet di ruang
8
Flamboyan RSUD Dr Hardjono Ponorogo. Dari hasil penelitian dari 24 responden Sebelum diberi Pendidikan Kesehatan dengan metode Leaflet pada Pasien Post Operasi Fraktur didapatkan sebagian besar 16 responden atau (66,7%) bermotivasi rendah, dan hampir setengahnya 8 responden atau (33,3%) bermotivasi tinggi, dan Sesudah diberi Pendidikan Kesehatan Leaflet pada Pasien Post Operasi Fraktur didapatkan sebagian besar 14 responden atau (58,3%) bermotivasi tinggi, dan hampir setengahnya 10 responden atau (41,7%) bermotivasi rendah. Rencana
penelitian
ini
berbeda
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya, karena penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. Perbedaan lain adalah variabel yaitu variabel bebas motivasi dan variabel terikat latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. Subyek penelitian yaitu pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi, dan waktu penelitian yaitu tidak bersamaan dengan penelitian sebelumnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Motivasi a. Pengertian Motivasi Menurut Setiawati & Dermawan (2008), motivasi berasal dari kata “motiv” yang memiliki makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan yang akan dipenuhi. Motivasi menurut Donald dalam Setiawati & Dermawan (2008) merupakan perubahan energi dalam diri seseorang berupa tindakan dalam pencapaian tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga individu mau melakukan tindakan dalam mencapai tujuan. Dalam kegiatan belajar motivasi bermakna sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri seseorang yang dapat menghasilkan tindakan belajar pada orang tersebut. Menurut Jahja (2011), motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Dengan demikian, dapat dikemukakan motivasi mempunyai tiga aspek, yaitu: 1) Keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan 9
10
lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan; 2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan 3) Sasaran atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Menurut Ngalim (2007), teori motivasi ada beberapa macam, salah satunya adalah teori naluri. Manusia sebagai makhluk yang “sadar” akan diri sendiri akan dapat menyadari bahwa ia “didorong”, ia merasa bahwa ada sesuatu didalam dirinya yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dalam garis besarnya nafsu tersebut dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Dorongan nafsu mempertahankan diri: Mencari makanan jika ia lapar, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman dan sebagainya. 2) Dorongan nafsu mengembangkan diri: Dorongan ingin tahu, melatih dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Pada manusia dorongan nafsu inilah yang menjadikan kebudayaan manusia makin maju dan makin tinggi. 3) Dorongan nafsu mempertahankan jenis: Manusia ataupun hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya atau keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini antara lain terjelma dalam adanya perjodohan dan perkawinan serta dorongan untuk memelihara dan mendidik anak.
11
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaankebiasaan atau tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang dibuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. b. Fungsi Motivasi Menurut Setiawati & Dermawan (2008), motivasi erat kaitannya dengan tujuan, apapun bentuk kegiatannya akan dengan mudah tercapai jika diawali dengan sebuah motivasi yang jelas. Untuk itu dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku, motivasi memiliki beberapa fungsi antara lain: 1) Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan motivasi individu dituntut untuk melepaskan energi dalam kegiatannya. Anak-anak akan pergi ke sekolah untuk belajar, mahasiswa pergi ke kampus untuk kuliah, petani membawa hasil bumi untuk dijual di pasar. Perawat bekerja di fasilitas kesehatan untuk bekerja sama dengan profesi lain dalam memberikan asuhan keperawatan. 2) Motivasi sebagai penentu arah perbuatan Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin
12
dicapainya. Untuk mendalami teknik mesin Hendrik masuk ITB jurusan mesin. Ine menyukai masak dan kuliner, maka ia langsung masuk ke SMK jurusan tata boga. 3) Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan. Santi akan mengurangi kegiatan eskulnya di sekolah karena ujian tinggal 2 minggu lagi. Pak Burhan akan melakukan penjualan bibit anthurium umur 3 bulan dan tidak melayani penjualan Aglonema untuk sementara. Les vokal dilakukan Anti untuk menghadapi audisi disebuah stasiun TV swasta, les biolanya untuk sementara dihentikan. 4) Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan. Suryo Agung meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi hanya untuk berlatih di Pelatnas dan berhasil memecahkan rekor lari di berbagai lintasan. Taufik hidayat berlatih keras untuk mengembalikan kejayaan dunia bulu tangkis Indonesia di mata dunia. c. Jenis Motivasi Menurut Setiawati & Dermawan (2008), motivasi dapat dibedakan menjadi bebrapa jenis, antara lain:
13
1) Motivasi bawaan Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai mahkluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Motivasi untuk terhindar dari serangan penyakit. Motivasi ini akan terus berkembang sebagai konsekuensi logis manusia. 2) Motivasi yang dipelajari Motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya. Orang akan belajar tentang pengobatan dan perawatan sinusitis, maka orang tersebut termotivasi untuk membaca materi saluran pernafasan, penyakit saluran pernafasan, jenis pengobatan dan perawatan yang biasa dilakukan, tidak itu saja ia harus mencari dan mempelajari apa akibat lanjut dari sinusitis, contoh lain yaitu orang akan termotivasi untuk mengembangkan peralatan pertanian yang modern karena alat yang ada saat ini sudah tidak efektif dan efisien lagi. Maka motivasi untuk mengetahui alat pertanian modern apa saja yang ada dan berbagai kegunaannya. 3) Motivasi kognitif Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik. Dua puluh peserta penyuluhan kesehatan dengan topik menghindari penyakit Gastritis pada remaja putri. Motivasi
14
dari masing-masing peserta penyuluhan secara kognitif tidak sama. Sebagian peserta hanya ingin mengetahui kaitan antara pola makan remaja dengan timbulnya penyakit Gastritis. Sebagian yang lainnya ingin mengetahui secara jelas mulai dari perjalanan penyakit dan sampai bagaimana cara menghindari penyakit Gastritis pada remaja putri. 4) Motivasi Ekspresi Diri Motivasi individu dalam melakukan aktivitas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhannya saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan tersebut. Ringo berlatih keras bola basket bukan hanya untuk masuk kualifikasi basket di sekolahnya, melainkan ia juga
ingin
terlihat
macho
dan
trendi
di
depan
teman
sepermainannya. 5) Motivasi Aktualisasi Diri Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membuktikan bahwa dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca dan pemerhati film. Tulisannya menjadi sumber inspirasi ribuan bahkan jutaan orang bahwa motivasi menulis bukan semata memuaskan hobi saja melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.
15
Empat kondisi yang membentuk motivasi pada manusia adalah: 1) Timbulnya Alasan Kegiatan yang dilakukan oleh individu bisa diawali dengan berbagai motivasi. Olahraga sebagai hobi, olahraga sebagai kesenangan, olahraga hanya dikarenakan ingin mendapatkan pengakuan
oleh
kelompoknya,
olahraga
untuk
membunuh
kejenuhan dan olahraga untuk mencapai sebuah prestasi. Alasanalasan itulah yang menjadi beberapa pertimbangan individu untuk melakukan sebuah kegiatan 2) Memilih Banyaknya kegiatan yang bisa dilakukan oleh individu tidak mungkin dikerjakan sekaligus, untuk itulah individu berhak untuk memilih kegiatan apa saja yang akan segera dilakukannya. Mengobati asam urat ke pengobatan alternatif ataupun ke pelayanan kesehatan. Pada kondisi ini individu menimbangnimbang kemana tujuannya dan atas dasar motivasi apa kegiatan berobat dilakukan. 3) Memutuskan Faktor pendorong yang kuat dalam diri individu akan mempercepat proses pengambilan keputusan. Pergi ke pelayanan kesehatan akan mendapatkan informasi yang jelas terkait asam urat, diperiksa dengan alat yang sudah diteliti dengan akurat penggunaannya, mendapatkan
pengobatan
yang
tentunya
sudah
melewati
16
laboratorium uji obat. Faktor-faktor itulah yang memberikan keyakinan dan motivasi untuk memutuskan berobat ke pelayanan kesehatan. 4) Timbulnya Kemauan Segera setelah diputuskan maka individu akan bertindak dalam bentuk aktivitas/kegiatan berobat. Pemeriksaan dilakukan pada kandungan asam uratnya, setelah teridentifikasi asam urat yang tinggi maka individu harus mengikuti pengobatan yang telah ditentukan oleh dokter. d. Bentuk – bentuk Motivasi Menurut Setiawati & Dermawan (2008), motivasi dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, antara lain: 1) Memberi angka Angka hanyalah sebuah simbol yang harus dimaknai oleh peserta didik dalam konteks pencapaian hasil apapun. Angka adalah deret ukur yang bisa dijadikan motivasi belajar untuk dapat meraihnya. Angka yang tinggi tidak bisa dijadikan patokan keberhasilan sebuah proses pembelajaran, tetapi harus didukung dengan dilaksanakannya nilai-nilai yang sesuai dengan pencapaian angka yang tinggi tersebut. Sifa mendapatkan nilai 90 maka di mata ajar etika keperawatan tetapi dalam kesehariannya Sifa cenderung lalai dan kurang respek terhadap banyak hal. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa motivasi Sifa sebatas nilai semata.
17
2) Memberi Hadiah Hadiah bisa dijadikan sebagai motivasi bagi individu untuk melakukan suatu kegiatan. Hadiah merupakan salah satu bentuk penguatan untuk seseorang untuk sungguh-sungguh melaksanakan kegiatannya. Perlu diingat hadiah tidak akan sama dimaknai oleh setiap individu dengan kegiatan yang sama. Bagi orang yang suka menyanyi dan berhasil meraih prestasi kontes menyanyi, hadiah sangatlah bermakna. Tapi bagaimana bagi orang yang tidak suka menyanyi, hadiah tidak akan bermakna apa-apa. 3) Menjadikan Kompetisi Kompetisi atau persaingan dalam proses belajar sangatlah dibutuhkan. Dengan adanya kompetisi peserta didik akan saling memicu diri untuk meraih tujuan yang ingin dicapai. Kompetisi membuat pelari berlatih keras untuk memecahkan rekor atau mengalahkan pesaingnya. Kompetisi dalam belajar akan membuat peserta didik menyadari pentingnya arti sebuah motivasi. 4) Memberi Evaluasi Evaluasi atau lebih dikenal dengan ulangan merupakan satu hal yang akan memotivasi peserta didik untuk dapat belajar lebih giat. Evaluasi perlu dilakukan sewaktu-waktu atau bersifat formatif. Evaluasi akan memberikan gambaran sejauh mana peserta didik mampu menerima informasi yang telah disampaikan oleh pengajar. Hindari evaluasi yang menjadi rutinitas, karena hal ini hanya akan
18
membuat peserta didik bosan. Beritahukan dahulu apabila akan dilakukan evaluasi. Apapun bentuk evaluasi, pengajar harus dapat bersikap terbuka atas hal yang didapat. Kekurangan yang ditemukan setelah evaluasi akan menjadikan pengajar mengubah cara mengajar dan media yang digunakan. 5) Memberikan Pujian Pujian merupakan bentuk reinforcement bagi peserta didik yang telah berhasil melalui suatu kegiatan pembelajaran. Pujian diberikan harus pada waktu dan kejadian yang tepat, sehingga pujian akan berdampak sebagai motivasi belajar bagi peserta didik. Pujian akan bersifat menyenangkan dan menghibur. Pujian adalah obat yang mujarab bagi para peserta didik untuk bangkit dan maju dari keterpurukan hasil pembelajaran. Pujian yang tidak tepat dan berlebihan akan berakibat buruk pada peserta didik. 6) Memberikan Hukuman Hukuman adalah bentuk reinforcemen negatif. Hukuman akan bermakna kalau diberikan dengan prinsip-prinsip yang benar. Berikan hukuman pada peserta didik yang bersifat mendidik, bukan mencelakai atau mempermalukan. Hukuman diberikan tentunya setelah peserta didik mengetahui terlebih dahulu aturan yang berlaku selama proses pembelajaran. Hukuman yang tepat akan membuat peserta didik menyadari akan kesalahan yang telah
19
diperbuat dan memperbaiki kesalahan menjadi keberhasilan yang tertunda. e. Klasifikasi Motivasi Berdasarkan atas jalarannya motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi-motivasi yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Dalam diri individu sendiri, memang telah ada dorongan itu. Seseorang melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. Misalnya orang yang gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya. Orang yang rajin dan bertanggung jawab tanpa usaha menunggu komando, sudah belajar dengan sebaik-baiknya. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi-motivasi yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang melakukan sesuatu karena untuk memenangkan hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut. 2. Aktivitas/Mobilitas a. Pengertian Aktivitas/Mobilitas Menurut Widuri (2010), aktivitas adalah suatu energi atau kemampuan bergerak pada seseorang secara bebas, mudah, dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain maupun dan hanya dengan bantuan alat.
20
Menurut Hidayat (2006), mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan
tujuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
aktivitas
guna
mempertahankan kesehatannya. b. Tujuan Mobilitas Menurut Widuri (2010), tujuan mobilisasi/aktivitas meliputi: 1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia 2) Mencegah terjadinya trauma 3) Mempertahankan tingkat kesehatan 4) Mempertahankan interaksisosial dan peran sehari-hari 5) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh c. Macam-macam Mobilitas Menurut Hidayat (2006), mobilitas dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Mobilitas Penuh Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2) Mobilitas Sebagian Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
21
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegia dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang. b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversible, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegia karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik. d. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mobilitas Menurut Widuri (2010), mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Tingkat Usia dan Status Perkembangan Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan usia mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuscular dan tubuh secara proporsional,
22
postur, pergerakan dan reflex akan berfungsi secara optimal. Pengaruh terbesar terlihat pada usia kanak-kanak dan lanjut usia: a) Bayi Tulang belakang bayi pada masa bayi masih lentur. Sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan stabilitas, tulang belakang torakal menjadi tegak, dan garis tulang belakang lumbal muncul, sehingga memungkinkan duduk dan berdiri. Sistem musculoskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian mempunyai rentang lengkap. Pada bayi yang matang, sistem menjadi lebih kuat, bayi mampu melawan pergerakan, meraih dan menggenggam objek. Pada saat bayi tumbuh, perkembangan sistem musculoskeletal membutuhkan dukungan berat badan untuk berdiri dan berjalan. Karena berat badan tidak tersebar sama rata sepanjang garis gravitasi, maka postur tidak seimbang, dan sering terjatuh. b) Toddler Postur tubuh agak berpunggung lengkung dengan perut menonjol. Ketika anak berjalan, tungkai dan kakinya biasanya berjauhan dan kaki agak terbuka. Pada akhir masa toddler, penampakan postur berkurang keanehannya, yaitu garis pada tulang belakang serviks, dan lumbal menonjol serta eversi pada kaki menghilang.
23
c) Usia Pra Sekolah dan Sekolah Pada usia tiga tahun, tubuh lebih ramping, lebih tinggi, dan lebih baik keseimbangan. Perut yang menonjol berkurang, kaki tidak terbuka berjauhan, lengan dan tungkai makin panjang. Anak juga tampak lebih terkoordinasi. Dari usia tiga tahun sampai permulaan remaja sistem musculoskeletal terus berkembang. Tulang panjang di lengan dan tungkai bawah. Otot, ligament, dan tendon yang lebih kuat, mengakibatkan perbaikan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi lebih baik memungkinkan anak melakukan tugasnya yang membutuhkan ketrampilan motorik yang baik. d) Remaja Tahap remaja ditandai dengan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan kadang tidak seimbang. Sehingga remaja tampak aneh dan tidak terkoordinasi. Pertumbuhan dan perkembangan remaja putri biasanya lebih dahulu dibandingkan dengan remaja putra. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha dan bokong. Perubahan bentuk pada remaja putra menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan peningkatan massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu dan tungkai atas.
24
e) Dewasa Orang dewasa yang mempunyai postur dan kesejajaran tubuh yang besar umumnya merasa senang, terlihat bagus, dan umumnya percaya diri. Pada masa dewasa sehat juga memerlukan perkembangan musculoskeletal dan koordinasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan postur normal dan kesejajaran tubuh pasa masa dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan tersebut akibat respons adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian anterior. Wanita hamil bersandar ke belakang dan punggungnya agak lengkung. Wanita hamil biasa mengeluh sakit punggung. f) Lanjut Usia Kehilangan total massa tulang progresif terjadi pada lanjut usia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini meliputi aktivitas fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang aktual. Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lebih lemah; tulang belakang lebih lunak dan tertekan, tulang panjang kurang resisten untuk membengkuk. Selain itu lanjut usia mengalami perubahan status fungsional sekunder akibat perubahan status mobilitas. Lanjut usia berjalan lebih lambat dan tampak kurang terkoordinasi. Lanjut usia juga membuat langkah yang lebih pendek, menjaga kaki mereka
25
lebih dekat bersamaan sehingga mengurangi dasar dukungan. Keseimbangan tubuh tidak stabil dan lansia sangat beresiko untuk jatuh dan cedera. 2) Kesehatan Fisik (Proses Penyakit/Cedera) Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstermitas bagian bawah. 3) Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. 4) Emosi Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat,
yang kemudian
sering dimanifestasikan dengan
kurangnya aktivitas. 5) Tingkat Energi Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
26
6) Kebudayaan Kemampuan
melakukan
mobilitas
dapat
juga
dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobilitas yang kuat,
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas. 7) Pekerjaan Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila dibandingkan dengan petani atau buruh. 8) Keadaan Nutrisi Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas. Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan. Tabel 2.1 Kategori tingkat kemampuan aktivitas Tingkat Aktivitas
Kategori
Tingkat 0
Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
Tingkat 3 Tingkat 4
27
e. Tahap-tahap Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernapasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar. Menurut
Cetrione
dalam
Rismalia
(2010)
tahap-tahap
mobilisasi pada pasien pasca operasi meliputi: 1) Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik
bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan, mengkontraksikan otototot termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. 2) Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi
badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan. 3) Pada hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat
di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin, hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada
28
pasien pasca operasi untuk mengembalikan fungsi pasien kembali normal. f. Rentang Gerak dalam Mobilisasi Menurut Carpenito dalam Rizmalia (2010) mobilisasi ada tiga rentang gerak, yaitu: 1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otototot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. 2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya pasien berbaring sambil menggerakkan kakinya. 3) Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan. g. Latihan ROM Pasif dan Aktif Klien yang mengalami keterbatasan mobilitas tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri. Keterbatasan ini dapat diidentifikasi pada klien yang salah satu ekstremitas mempunyai keterbatasan gerakan atau klien yang mengalami imobilisasi secara keseluruhan.
29
Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas persendian. 1) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan Atur posisi lengan dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang pergelangan tangan pasien. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin. 2) Fleksi dan Ekstensi Siku Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak tangan mengarah ke tubuhnya. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya. Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu. Lakukan dengan kembalikan ke posisi sebelumnya. 3) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya. Kembalikan ke posisi semula. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya. Kembalikan ke posisi semula.
30
4) Pronasi Fleksi Bahu Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. Angkat lengan pasien pada posisi semula. 5) Abduksi dan Adduksi Atur posisi lengan pasien di samping badannya. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya. Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat. Kembalikan ke posisi semula. 6) Rotasi Bahu Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lainnya. Gerakkan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah. Kembalikan lengan ke posisi semula. Gerakkan lengan ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas. Kembalikan lengan ke posisi semula. 7) Fleksi dan Ekstensi Jari-jari Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang. Kembalikan ke posisi semula.
31
8) Infers dan Efersi Kaki Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya. Kembalikan ke posisi semula. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain. 9) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada. 10) Fleksi dan Ekstensi Lutut Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan yang lain. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas. Kembalikan ke posisi semula. 11) Rotasi Pangkal Paha Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas lutut. Putar kaki menjauhi perawat. Putar kaki ke arah perawat. Kembalikan ke posisi semula. 12) Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki
32
kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien. Gerakkan kaki mendekati badan pasien. 3. Appendicitis a. Pengertian Appendicitis Menurut Sjamsuhidajat & De jong (2005), apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm), dan berpangkal di sekum. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Karena appendiks mengosongkan diri dengan tidak efisien, dan lumennya kecil, maka appendiks mudah mengalami obstruksi dan rentan terhadap infeksi (appendicitis). Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Apendisitis merupakan penyebab paling umum dari inflamasi akut kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih banyak dari orang dewasa. Insiden tertinggi adalah mereka yang berusia 10-30 tahun.
33
b. Klasifikasi Appendicitis Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni: 1) Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local. Apendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. 2) Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur local. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua. c. Etiologi Apendisitis akut dapat terjadi umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Faktor pencetus appendisitis adalah obstruksi yang terjadi pada lumen appendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Obstruksi lumen appendiks yang paling sering adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid (Jitowiyono & Kristiyanasari : 2010). d. Patofisiologi Apendiks teriflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari feces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intralumial, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
34
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen (Jitowiyono & Kristiyanasari : 2010). e. Pemeriksaan Diagnostik Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamneses, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula–mula di epigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri visceral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri. f. Penatalaksanaan Post Operasi Appendicitis Menurut
Jitowiyono
&
Kristiyanasari
(2010),
dalam
melakukan perawatan post operasi appendicitis, yaitu: 1) Monitor tanda – tanda vital merupakan indicator secara dini tentang hipovolemia. 2) Monitor intake dan output dan konsentrasi, menurunkan output dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan atau endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan. Beri cairan sedikit demi sedikit tapi sering. 3) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karateristik nyeri. 4) Anjurkan penafasan dalam, pernafasan dalam menghirup O 2 secara adekuat sehingga otot – otot menjadi relaks sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
35
5) Lakukan gate control, dengan gate control saraf yang berdiameter besar merangsang saraf yang berdimeter kecil sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke hypothalamus. 6) Jelaskan pada klien tentang latihan – latihan yang akan digunakan setelah operasi. 7) Menganjurkan aktifitas yang progresif dan sabar menghadapi periode istirahat setelah operasi.
B. Kerangka Teori
Pasien Post Operasi Appendicitis
Motivasi
Latihan Mobilisasi
Faktor yang mempengaruhi motivasi: a. Unsur intrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar b. Unsur ekstrinsik yaitu motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar
Faktor yang mempengaruhi latihan: a. Tingkat Usia dan Status Perkembangan b. Kesehatan Fisik (Proses Penyakit/Cedera) c. Gaya Hidup d. Emosi e. Tingkat Energi f. Kebudayaan g. Pekerjaan h. Keadaan Nutrisi
Ket :
: yang diteliti : yang tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Keith L. moored dan Arthur F. dalley (2013), Setiawati & Dermawan (2008), Widuri (2010)
36
C. Kerangka Konsep
Variabel bebas Motivasi
Variabel terikat Latihan Mobilisasi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesa penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Hipotesa alternatif (Ha) : “ada hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi”. 2. Hipotesa nihil (Ho) : “tidak ada hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain korelasi prediktif, yaitu: suatu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat. Adanya hubungan sebab akibat tersebut dapat
diketahui
seberapa
besar
pengaruhnya.
Metode
pendekatan
menggunakan studi penelitian cross-sectional yaitu suatu rancangan penelitian observasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dengan variabel independen dimana penelitiannya dilakukan pada satu saat (serentak) (Budiman, 2011).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah di RSUD Dr. Moewardi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmojo, 2010). Pada penelitian ini populasi yang digunakan 37
38
adalah pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi yang dirawat pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014. 2. Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel yang ditemukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014 adalah sebesar 15 responden. Teknik pengambilan yang digunakan adalah accidental sampling, yaitu dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau bersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). 3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel ditentukan kriteria inklusi, maupun eksklusi (Notoatmodjo, 2010). a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi : 1) Pasien post operasi appendicitis, 2) Pasien di rawat di RSUD Dr. Moewardi, 3) Pasien dapat diajak kerja sama, 4) Bersedia jadi responden.
39
b. Kriteria Ekslusi Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sabagai sempel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi penelitian ini meliputi: 1) Pasien dengan post operasi lain, 2) Pasien tidak sedang di rawat di RSUD Dr. Moewardi, 3) Pasien tidak dapat diajak kerja sama. 4) Tidak bersedia jadi responden.
D. Variabel Penelitian Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel penelitian korelasi prediktif dibagi menjadi dua kelompok, yaitu variabel kelompok independent (bebas) dan variabel kelompok dependent (terikat). Variabel bebas adalah sebagai prediktor, yaitu variabel yang berfungsi untuk memprediksi atau meramal apa yang akan terjadi pada variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Suyanto, 2011). Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel independen meliputi motivasi dan variabel dependen meliputi latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis.
40
E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Skala Pengukur
Motivasi
Dorongan yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku untuk latihan gerak. Semakin kuat motivasi seseorang, maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan dan kepuasan.
Check list
Ordinal
Dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: a. Baik: 76-100% b. Cukup: 56-75% c. Kurang: <56%
Latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis
Kemampuan pasien untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya yang diobservasi pada hari ke-0 post operasi appendicitis.
Lembar observasi
Ordinal
Dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: a. Baik: 76-100% b. Cukup: 56-75% c. Kurang: <56% Dengan skor : Ya:1 Tidak:0
Hasul Ukur
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi dan check list yang disebarkan langsung pada responden tanpa diwakilkan. Observasi atau pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat
41
sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Sedangkan check list adalah suatu daftar untuk men”cek”, yang berisi nama subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan (Notoatmodjo, 2010). Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Motivasi No. 1.
Variabel Motivasi
Indikator
No. Item
Jumlah
a. b. c. d. e.
Teori motivasi Fungsi motivasi Kondisi yang membentuk motivasi Klasifikasi motif (intrinsik) Klasifikasi motif (ekstrinsik)
2 3 2 2 5
f.
Jenis motivasi
1, 2 3, 4, 5 6, 7 8, 9 10, 11, 12, 13, 15 14
Jumlah
1 15
G. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Editing Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. b. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya jenis
42
kelamin: 1 = laki-laki, 2 = perempuan. Pekerjaan ibu: 1 = tidak bekerja, 2 = bekerja selain sebagai ibu rumah tangga. Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data. c. Memasukkan Data (data entry) atau processing Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” computer. Software computer ini bermacammacam, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk “entry data” penelitian adalah paket program SPSS for window. d. Pembersihan Data Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinannya adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data. 2. Analisis Data Analisa data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk
menjawab
rumusan
masalah
dan
melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiono, 2010).
43
Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis bivariate. Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yaitu hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dilakukan uji statistic Korelasi Pearson’s Product Moment, kemudian dianalisis menggunakan SPSS. Cara penghitungan data umtuk mencari hasil korelasi menggunakan teknik perhitungan Uji Pearson Correlation dikarenakan setelah dilakukan uji sebaran data menghasilkan data dengan distribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal maka teknik uji yang digunakan adalah korelasi spearman. Rumus uji korelasi product moment adalah sebagai berikut : ∑ √{(
∑
– (∑ (∑ ) (∑
)(∑
) ∑
) )}
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y N = Jumlah Sampel Y = Variabel terikat X = Variabel bebas
H. Jalannya Penelitian Proses pengumpulan data untuk tujuan penelitian ini di mulai dari proses pendistribusian check list kepada pasien post operasi appendicitis,
44
kemudian disarankan untuk mengisi check list yang tersedia setelah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian dan menandatangani surat pernyataan menjadi responden. Sebelum check list diminta dan dikumpulkan check list diperiksa kembali kelengkapan jawabannya dengan langkah-langkah : 1. Pengurusan perijinan. 2. Setelah memperoleh surat ijin studi pendahuluan dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 22 Maret 2014, peneliti meminta ijin untuk melakukan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi. 3. Dengan membawa surat ijin studi pendahuluan dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, peneliti meminta ijin kepada pembimbing untuk melakukan pencatatan data yang akan diteliti. 4. Pada tanggal April 2014 peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan 5 pasien post operasi appendicitis. 5. Penelitian dilakukan pada tanggal April - Mei 2014, peneliti yang dibantu oleh rekan melakukan pendekatan dengan responden dan menjelaskan tujuan serta manfaat penelitian. 6. Peneliti beserta rekan menjamin kerahasiaan responden kemudian memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden dan meminta menandatangani informet consent. 7. Pada saat pengisian Check list peneliti maupun rekan berada disamping responden dan setelah Check list terisi langsung ditarik atau diambil, kemudian dilakukan editing dengan mengecek jumlah halaman dan kelengkapan pasien masing-masing item soal atau pertanyaan.
45
8. Dari kuesioner yang dibagikan responden, semuanya kembali dengan lengkap dan layak dilakukan pengolahan data.
I. Etika Penelitian Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat penelitian dan peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari pembimbing dan mendapat ijin dari Ketua 1 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden) Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Calon responden yang bersedia untuk diteliti diberi lembar persetujuan dan harus ditandatangani, sedangkan calon responden yang tidak bersedia atau menolak untuk diteliti, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, maka peneliti tidak mencatumkan nama responden pada lembar pengumpulan
46
data, cukup dengan memberikan kode yaitu pemberian angka pada masing-masing lembar tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti, bahwa informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh peneliti dan pembimbing serta hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selanjutnya lembar pengumpul data dimusnahkan oleh peneliti dengan cara dibakar setelah jangka waktu dua tahun.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi merupakan salah satu rumah sakit milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan merupakan rumah sakit negeri di wilayah kota Surakarta sebagai rumah sakit rujukan dari semua rumah sakit yang berada di kota Surakarta, yang merupakan rumah sakit kelas “A” yang memiliki sertifikat akreditasi untuk 16 pelayanan dengan kapasitas 744 tempat tidur. RSUD Dr. Moewardi terletak di Kota Surakarta yang beralamatkan di Jalan Kolonel Sutarto 13 Surakarta 57126. RSUD Dr. Moewardi mempunyai motto “kami senang melayani anda dengan cepat, tepat, nyaman & mudah”, semua pegawai memberikan pelayanan secara maksimal untuk memberikan yang terbaik pada pemakai jasa terutama pelayanan pada bidang kesehatan. Tenaga kesehatan yang handal dan cekatan serta alat-alat kesehatan yang lengkap juga mendukung dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan, sesuai dengan visi yang akan dicapai yaitu rumah sakit terkemuka berkelas dunia. Dan mempunyai misi sebagai berikut : 1. Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya manusia, kecanggihan dan kecukupan alat manajemen pelayanan.
47
serta profesionalisme
48
2. Menyediakan wahana pendidikan kesehatan yang unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu layanan. RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit terbesar di daerah Surakarta yang letaknya strategis menghadap keselatan di pinggir jalan raya, juga ada PMI dan Toko alat kesehatan sehingga lebih mendukung untuk mendapatkan penunjang kesehatan yang maksimal. Penelitian ini, peneliti mengambil data di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi. Ruang Mawar II merupakan ruang perawatan pasien kelas III dengan kasus bedah, mata, dan gilut dan merupakan ruang model. Ruang Mawar II dikepalai oleh seorang kepala ruang Mawar II, yaitu Suparsi, S.Kep.,Ns. Dengan jumlah petugas 24 orang yang dibagi menjadi 3 shif jaga. Jumlah ruang yang ada di Ruang Mawar II ada 11 ruang yang terdiri dari: 4 ruang disebelah barat untuk pasien perempuan dan anak-anak (28 tempat tidur), 4 ruang di sebelah timur untuk pasien laki-laki dan ruang kemoterapi dan isolasi (32 tempat tidur), 1 ruang untuk perawat, 1 ruang untuk tindakan, dan 1 ruang dipergunakan untuk fikasasi dari farmasi.
B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat Setelah dilakukan pengambilan data dari responden pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014 dengan judul hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD
49
Dr. Moewardi dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner pada setiap responden dan jumlah responden sebanyak 15 orang, hasil dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut : a. Diskriptif Tentang Umur Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur No. Umur Frekuensi Prosentase % 1. 10 - 20 tahun 2 13 2. 21 - 30 tahun 3 20 3. 31 - 40 tahun 4 27 4. 41 - 50 tahun 4 27 5. 51 - 60 tahun 2 13 Total 15 100 Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
13%
13%
20%
27%
10 - 20 tahun 21 - 30 tahun 31 - 40 tahun 41 - 50 tahun 51 - 60 tahun
27%
Gambar 4.1. Diagram Batang Responden Berdasarkan Umur Dari responden sebanyak 15 orang, didapatkan bahwa klien post operasi appendicitis yang berumur antara 31-40 tahun sebanyak 4 orang (27%), umur 41-50 tahun sebanyak 4 orang (27%), umur antara 21-30 tahun sebanyak 3 orang (20%), umur antara 10-20 tahun
50
sebanyak 2 orang (13%), dan umur antara 51-60 tahun sebanyak 2 orang (13%). b. Diskriptif Tentang Jenis Kelamin Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase % 1. Laki-laki 11 73,3 2. Perempuan 4 26,7 Total 15 100 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
27% Laki-laki Perempuan 73%
Gambar 4.2. Diagram Batang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari responden sebanyak 15 orang didapatkan bahwa klien post operasi appendicitis yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (73,3%), sedangkan perempuan 4 orang (26,7%). c. Deskriptif Tentang Motivasi Seseorang dikatakan memiliki motivasi baik apabila memiliki rentang 76-100%, motivasi cukup apabila memiliki rentang 56-75%, motivasi kurang apabila memiliki rentang < 56%. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi
51
No 1 2 3
Motivasi Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 4 10 1 15
Prosentase % 26,6 66,6 6,6 100
Karakteristik responden berdasarkan motivasi dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
13%
Baik
20%
Cukup 67%
Kurang
Gambar 4.3 Diagram Batang Responden Berdasarkan Motivasi Dari responden sebanyak 15 orang, didapatkan bahwa motivasi cukup sebanyak 10 orang (66,6%), motivasi baik sebanyak 4 orang (26,6%), motivasi kurang sebanyak 1 orang (6,6%). d. Deskriptif Tentang Latihan Mobilisasi Seseorang dikatakan melakukan latihan mobilisasi maka mendapatkan skor 1, sedangkan yang tidak melakukan latihan mobilisasi maka mendapatkan skor 0. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Latihan Mobilisasi No Latihan Mobilisasi Frekuensi Prosentase % 1 Baik 6 40 2 Cukup 6 40 3 Kurang 3 20 Total 15 100
52
Karakteristik responden berdasarkan latihan mobilisasi dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
20% 40%
Baik Cukup Kurang
40%
Gambar 4.4 Diagram Batang Responden Berdasarkan Latihan Mobilisasi Dari responden sebanyak 15 orang, didapatkan bahwa yang melakukan latihan mobilisasi kategori baik sebanyak 6 orang (40%), latihan mobilisasi dengan kategori cukup sebanyak 6 orang (40%), dan latihan mobilisasi dengan kategori kurang sebanyak 3 orang (20%). 2. Uji Normalitas Data Uji normalitas data yaitu untuk menentukan tehnik statistik apa yang akan digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan normalitas menggunakan SPSS didapat nilai Shapiro-Wilk pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. Motivasi .099 15 .200* .585 15 .093 Latihan mobilisasi .204 15 .083 .527 15 .096 Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat hasil uji normalitas dengan nilai Sig dari Shapiro-Wilk variabel motivasi menghasilkan signifikansi (ρ)
53
sebesar 0,093. Nilai (ρ) > 0,05 berarti bahwa skor motivasi berdistribusi normal. Uji normalitas dengan nilai Sig dari Shapiro-Wilk variabel latihan mobilisasi menghasilkan signifikansi (ρ) sebesar 0,096. Nilai (ρ) > 0,05 berarti bahwa skor latihan mobilisasi berdistribusi normal. Skor kedua variabel berdistribusi normal sehingga teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearson’s Product Moment. 3. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu motivasi dan variabel dependen yaitu latihan mobilisasi. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan korelasi pearson, sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Pearson’s Product Moment Motivasi Latihan Mobilisasi Motivasi Pearson Correlation 1 .504 Sig. (2-tailed) .000 N 15 15 Latihan Pearson Correlation .504 1 Mobilisasi Sig.(2-tailed) .000 N 15 15 Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat hasil perhitungan korelasi atau hubungan kedua variabel penelitian dengan teknik Pearson’s Product Moment. Perhitungan menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,504 dengan signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Nilai (ρ) < 0,05 atau r hitung > r tabel (0,504 > 0,425) maka ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi.
54
Nilai koefisien korelasi (r) menyatakan karakteristik hubungan kedua variabel penelitian. Keofisien korelasi bernilai 0,504 menunjukkan bahwa derajat keeratan atau kekuatan hubungan termasuk sedang. Koefisien korelasi bertanda positif menunjukkan bahwa kedua variabel sebanding artinya semakin besar motivasi maka semakin tinggi latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Motivasi Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Jahja, 2011). Penelitian yang telah dilakukan pada responden sejumlah 15 orang yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa motivasi dengan kategori cukup banyak terjadi pada pasien post operasi appendicitis sebanyak 10 orang (66,6%) dibandingkan motivasi kategori baik sebanyak 4 orang (26,6%), dan motivasi kategori kurang sebanyak 1 orang (6,6%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas motivasi pada pasien post operasi appendicitis berada pada kategori cukup dengan prosentase 66,6%. Hal ini ada kemungkinan karena faktor perilaku, hal ini didukung pendapat Jahja (2011) aspek yang mempengaruhi motivasi seseorang mayoritas adalah dengan motivasi internal atau keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan
55
misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan; perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini; dan sasaran atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. 2. Latihan Mobilisasi Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006). Penelitian yang telah dilakukan pada responden sejumlah 15 orang yang menjalani rawat inap di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi mendapatkan hasil berdasarkan statistik menunjukkan bahwa latihan mobilisasi dengan kategori baik pada pasien post operasi appendicitis sebanyak 6 orang (40%), latihan mobilisasi dengan kategori cukup sebanyak 6 orang (40%), dan latihan mobilisasi dengan kategori kurang sebanyak 3 orang (20%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis berada pada kategori baik dan cukup dengan prosentase 40%. Latihan mobilisasi sangat perlu dilakukan oleh pasien post operasi appendicitis dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas
56
biasa sesegera mungkin, hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi untuk mengembalikan fungsi pasien kembali normal. 3. Hubungan Motivasi dengan Latihan Mobilisasi pada Pasien Post Operasi Appendicitis Berdasarkan hasil perhitungan analisis hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis diperoleh hasil bahwa hubungan kedua variabel sebesar 0,504 dengan keeratan hubungan sedang. Sedangkan signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Nilai (ρ) < 0,05 berarti bahwa pengujian signifikan (H0 ditolak, Ha diterima). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi. Pasien dengan pasca operasi appendicitis biasanya lebih sering berbaring di tempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk bergerak. Di samping itu, kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai mobilisasi juga menyebabkan pasien enggan untuk melakukan pergerakan pasca operasi. Latihan gerak diperlukan motivasi atau rangsangan dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku untuk latihan gerak. Semakin kuat motivasi seseorang, maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan dan kepuasan. Pada motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Bastable dalam Kurniawan (2013) diantaranya usia, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, kemampuan kognitif (pengetahuan), kesiapan
57
emosi, nilai dan keyakinan, lingkungan, keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya manusia dan materi, rewards, dan sistem hubungan (dukungan).
D. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Dr. Moewardi ini mempunyai banyak kelemahan dan keterbatasan. Kelemahan dan keterbatasan antara lain : 1. Ada beberapa responden saat dibagikan kuesioner bersedia langsung untuk mengisi, namun ada beberapa responden yang menolak dahulu dan akhirnya bersedia menjadi responden. 2. Jumlah responden tidak memenuhi target yang diinginkan. 3. Kasus appendicitis ada dua jenis, yaitu appendicitis akut dan appendicitis kronis sehingga harus membedakan dalam penatalaksanaannya.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien post apendiktomi di RSUD Dr. Moewardi pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014, sesuai dengan tujuan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Motivasi dengan kategori cukup banyak terjadi pada pasien post apendiktomi sebesar 66,6% dengan rentang 56-75%. 2. Latihan mobilisasi dini dengan kategori cukup banyak terjadi pada pasien post apendiktomi sebesar 53,3% dibandingkan latihan mobilisasi dini dengan kategori baik sebesar 33,3%, dan latihan mobilisasi dini dengan kategori kurang sebesar 13,3%. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi dini pada pasien post apendiktomi. Semakin besar motivasi maka semakin tinggi latihan mobilisasi pada pasien post apendiktomi di RSUD Dr. Moewardi.
B. Saran Berdasarkan simpulan tersebut maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
58
59
1. Bagi Keluarga atau Masyarakat Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan keluarga maupun pasien post apendiktomi dapat mengetahui dan menjelaskan hubungan motivasi dengan latihan mobilisasi dini pada pasien post apendiktomi. 2. Bagi Peneliti Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan peneliti lain dapat melanjutkan penelitian dengan menggunakan sampel penelitian yang lebih besar dan tidak hanya meneliti pasien post apendiktomi tetapi juga dapat meneliti pasien dengan kasus post operasi yang lainnya. 3. Bagi RSUD Dr. Moewardi Petugas atau Dokter di bangsal agar memberikan penjelasan tentang latihan mobilisasi dan lebih menekankan motivasi pada latihan mobilisasi dini yang sesuai dengan prosedur sebagai kegiatan tetap dalam upaya mencegah
hilangnya
kemampuan
fungsi
tubuh
sehingga
dapat
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan bagi RSUD Dr. Moewardi. 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat lebih menambah kajian ilmu tentang pelaksanaan mobilisasi dini pasca operasi.
60
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: Refika Aditama Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Jitowiyono dan Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika Kurniawan, Budi. 2013. Pengaruh Metode Pendidikan Kesehatan Melalui Leaflet dengan Motivasi Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang Flamboyan RSUD dr Harjono. S Ponorogo. Di akses dari http://lib.umpo.ac.id/gdl/budikurnia/453/1/abstrak/-k.pdf pada tanggal 02 Februari 2014 jam 10.45 WIB Moore dan Dalley. 2013. Anatomical Berorientasi Klinis. Jakarta: Erlangga Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Novitasari, Aulia. 2011. Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Di akses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27186/6/Cover.pdf pada tanggal 22 Januari 2014 jam 17.05 WIB. Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rismalia, Rizka. 2010. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pasien Pasca Operasi Appendectomy tentang Mobilisasi Dini di RSUP Fatmawati. Di akses dari http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/skripsi%20lengkap.pdf pada tanggal 17 Januari 2014 jam 13.45 WIB. Setiawati dan Dermawan. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media Sjamsuhidajat dan De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC Sugiono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Suyanto. 2011. Metodelogi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta : Maha Medika Widuri, Hesti. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Gosyen Publishing
LAMPIRAN
Lampiran 1 JADWAL PENELITIAN No
Kegiatan
1
Pengajuan judul
2
Pengambilan sampel data Pembuatan dan revisi proposal Ujian proposal Revisi proposal penelitian dan pengurusan perijinan Pengambilan data penelitian dan analisa data Laporan hasil penelitian Revisi hasil penelitian dan pengumpulan KTI
3 4 5
7
8 9
Juli November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Lampiran 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth. Sdr/i Responden Di tempat
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Rita Epiana
NIM
: 20111376
Adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta Prodi DIII Keperawatan yang sedang melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan Motivasi dengan Latihan Mobilisasi pada Pasien Post Operasi Appendicitis di RSUD Dr. Moewardi”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Sdr/i Responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila Sdr/i Responden bersedia untuk menjadi responden maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan sejujurnya dan apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak manapun sesuai petunjuk yang saya buat. Atas perhatian, kerjasama dan kesediaan Sdr/i menjadi responden saya ucapkan terima kasih. Hormat Saya,
Rita Epiana
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : Alamat
:
Setelah mendapatkan penjelasan yang diberikan oleh peneliti, serta mengetahui manfaat dan resiko penelitian yang berjudul: “Hubungan Motivasi dengan Latihan Mobilisasi pada Pasien Post Operasi Appendicitis di RSUD Dr. Moewardi”. Dengan ini menyatakan bersedia / tidak bersedia ikut terlibat sebagai responden, dengan catatan bila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.
Surakarta,
2014 Responden
(
)
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI
No. Responden
:
Nama Responden
:
Petunjuk umum pengisian kuesioner A. Motivasi Berilah tanda (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan, pilih sesuai dengan jawaban yang anda pilih. Keterangan: SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju R = Ragu-ragu Kuesioner Motivasi No 1 2 3 4 5 6
7
8
Pertanyaan Saya melaksanakan latihan mobilisasi pasca operasi karena ingin bisa beraktivitas kembali Saya sadar bahwa melakukan latihan mobilisasi sedini mungkin akan mempercepat penyembuhan Menurut saya melaksanakan mobilisasi dini pasca operasi operasi appendicitis sangat bermanfaat Saya melakukan latihan mobilisasi pasca operasi karena ingin cepat pulih Saya berharap otot-otot perut akan kembali normal jika saya melakukan mobilisasi dini Saya mengharapkan bekas luka sayatan operasi dapat segera sembuh sesuai dengan yang diharapkan Seandainya saya mengalami keluhan (nyeri) karena mobilisasi dini, saya tetap mau melakukan mobilisasi dini Saya berharap dapat terhindar dari resiko susah buang air besar jika saya melakukan mobilisasi dini
SS
S
TS
STS
R
9 10 11 12 13 14 15
Saya melakukan mobilisasi dini atas kemauan sendiri Keluarga pernah memotivasi saya untuk mobilisasi dini Keluarga selalu mendampingi dan menemani saya selama melakukan mobilisasi dini Keluarga memberikan dorongan pada saya agar melakukan mobilisasi dini Petugas kesehatan (Dokter/Perawat) memotivasi saya untuk melakukan mobilisasi dini Petugas kesehatan (Dokter/Perawat) menjelaskan apa manfaat dari latihan mobilisasi Petugas kesehatan (Dokter/Perawat) mengarahkan dan mengawasi saya selama melakukan mobilisasi dini
Lampiran 5 Lembar Observasi HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI
No. Responden
:
Nama Responden
:
Petunjuk umum pengisian lembar observasi B. Tahapan Mobilisasi Berilah tanda (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan, pilih sesuai dengan jawaban yang anda pilih. Keterangan: Ya : Nilainya 1 Tidak : Nilainya 0 No
Observasi
Ya
6-8 Jam Setelah Operasi 1
Pasien mulai melakukan gerakkan tungkai
2
Pasien mulai menggerakan tangan yang bisa ditekuk dan diluruskan
3
Pasien mulai menggerakan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan
4
Pasien mulai mengkontraksikan mengerakkan badan lainnya
5
Pasien mulai melakukan latihan miring kanan miring kiri 8-12 Jam Setelah Operasi
6
Pasien mulai belajar untuk duduk bersandar diatas tempat tidur
7
Pasien mulai belajar untuk duduk tanpa bersandar diatas tempat tidur
8
Pasien mulai melakukan latihan duduk diatas tempat tidur dengan kaki dijatuhkan atau digerak-gerakkan
otot-otot
dan
Hari Pertama Setelah Operasi 9
Pasien mulai melakukan latihan berdiri dan berjalan
Tidak
Lampiran 6
Tabulasi Data Skor Motivasi No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5
2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5
3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5
4 4 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 5 3 4 5
5 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 4 3 4 4 5
Nomor Pertanyaan 6 7 8 9 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 1 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 4 4 2 1 3 4 4 5 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
Total 11 12 13 14 15 4 4 4 4 4 3 2 2 2 1 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 4 2 2 2 3 1 1 1 1 1 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4
60 52 48 54 47 57 53 55 38 50 48 46 50 58 65
Tabulasi Data Skor Latihan Mobilisasi No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1
Hasil Observasi 4 5 6 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1
Total 7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
8 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
9 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
7 7 7 6 6 8 6 5 4 7 5 7 6 6 8
Lampiran 7 Data Hasil Penelitian HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Responden Tn C Ny P Tn K Tn S Sdr A Ny D Ny E Sdr M Nn S Tn S Tn B Tn R Tn S Tn Y Sdr I
Karakteristik Jenis Kelamin Umur Laki-Laki 35 Th Perempuan 48 Th Laki-Laki 38 Th Laki-Laki 53 Th Laki-Laki 16 Th Perempuan 29 Th Perempuan 43 Th Laki-Laki 23 Th Perempuan 22 Th Laki-Laki 44 Th Laki-Laki 35 Th Laki-Laki 60 Th Laki-Laki 48 Th Laki-Laki 38 Th Laki-Laki 17 Th
Skor 60 52 48 54 47 57 53 55 38 50 48 46 50 58 65
Motivasi % Kategori 80 Baik 69 Cukup 64 Cukup 72 Cukup 63 Cukup 76 Baik 71 Cukup 73 Cukup 51 Kurang 67 Cukup 64 Cukup 61 Cukup 67 Cukup 77 Baik 87 Baik
Latihan Mobilisasi Skor (%) Kategori 78 Baik 67 Cukup 78 Baik 67 Cukup 67 Cukup 89 Baik 67 Cukup 56 Kurang 44 Kurang 78 Baik 56 Kurang 78 Baik 67 Cukup 67 Cukup 89 Baik
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisa Univariat HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI
Jenis_Kelamin Frequency Valid
Laki-Laki Perempuan Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
11
73.3
73.3
73.3
4
26.7
26.7
100.0
15
100.0
100.0
Umur Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
10 - 20 tahun
2
13.3
13.3
13.3
21 - 30 tahun
3
20.0
20.0
33.3
31 - 40 tahun
4
26.7
26.7
60.0
41 - 50 tahun
4
26.7
26.7
86.7
51 - 60 tahun
2
13.3
13.3
100.0
15
100.0
100.0
Total
Motivasi Frequency Valid
Baik
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
26.7
26.7
26.7
Cukup
10
66.7
66.7
93.3
Kurang
1
6.7
6.7
100.0
15
100.0
100.0
Total
Latihan_Mobilisasi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Baik
6
40.0
40.0
40.0
Cukup
6
40.0
40.0
80.0
Kurang
3
20.0
20.0
100.0
15
100.0
100.0
Total
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Analisa Bivariat HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDICITIS DI RSUD DR. MOEWARDI Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
Mobilisasi_Dini * Motivasi
15
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
15
100.0%
Motivasi * Latihan_Mobilisasi Crosstabulation Latihan_Mobilisasi Baik Motivasi
Baik
Count % of Total
Cukup
Total
0
4
20.0%
6.7%
.0%
26.7%
3
5
2
10
20.0%
33.3%
13.3%
66.7%
0
0
1
1
.0%
.0%
6.7%
6.7%
Count % of Total
Total
1
Count % of Total
Kurang
3
Count % of Total
Kurang
Cukup
6
6
3
15
40.0%
40.0%
20.0%
100.0%
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
a
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Motivasi
.099
15
.200
*
.585
15
.093
Latihan_Mobilisasi
.204
15
.083
.527
15
.096
a. Lilliefors Significance Correction Correlations Motivasi Motivasi
Pearson Correlation
Latihan_Mobilisasi 1
Sig. (2-tailed) N Latihan_Mobilisasi_Dini
.504 .000
15
15
Pearson Correlation
.504
1
Sig. (2-tailed)
.000
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
15
15
Lampiran 10
Tabel r Nilai Koefisien Korelasi (r) untuk taraf signifikan tertentu df 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
0.10 0.9877 0.9000 0.8054 0.7293 0.6694 0.6215 0.5822 0.5494 0.5214 0.4973 0.4762 0.4575 0.4409 0.4259 0.4124 0.4000 0.3887 0.3783 0.3687 0.3598 0.3515 0.3438 0.3365 0.3297 0.3233 0.3172 0.3115 0.3061 0.3009 0.2960 0.2913 0.2869 0.2826 0.2785 0.2746 0.2709 0.2673
0.05 0.9969 0.9500 0.8783 0.8114 0.7545 0.7067 0.6664 0.6319 0.6021 0.5760 0.5529 0.5324 0.5140 0.4973 0.4821 0.4683 0.4555 0.4438 0.4329 0.4227 0.4132 0.4044 0.3961 0.3882 0.3809 0.3739 0.3673 0.3610 0.3550 0.3494 0.3440 0.3388 0.3338 0.3291 0.3246 0.3202 0.3160
0.02 0.9995 0.9800 0.9343 0.8822 0.8329 0.7887 0.7498 0.7155 0.6851 0.6581 0.6339 0.6120 0.5923 0.5742 0.5577 0.5425 0.5285 0.5155 0.5034 0.4921 0.4815 0.4716 0.4622 0.4534 0.4451 0.4372 0.4297 0.4226 0.4158 0.4093 0.4032 0.3972 0.3916 0.3862 0.3810 0.3760 0.3712
0.01 0.9999 0.9900 0.9587 0.9172 0.8745 0.8343 0.7977 0.7646 0.7348 0.7079 0.6835 0.6614 0.6411 0.6226 0.6055 0.5897 0.5751 0.5614 0.5487 0.5368 0.5256 0.5151 0.5052 0.4958 0.4869 0.4785 0.4705 0.4629 0.4556 0.4487 0.4421 0.4357 0.4296 0.4238 0.4182 0.4128 0.4076
df 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88
0.10 0.2262 0.2241 0.2221 0.2201 0.2181 0.2162 0.2144 0.2126 0.2108 0.2091 0.2075 0.2058 0.2042 0.2027 0.2012 0.1997 0.1982 0.1968 0.1954 0.1940 0.1927 0.1914 0.1901 0.1888 0.1876 0.1864 0.1852 0.1841 0.1829 0.1818 0.1807 0.1796 0.1786 0.1775 0.1765 0.1755 0.1745
0.05 0.2681 0.2656 0.2632 0.2609 0.2586 0.2564 0.2542 0.2521 0.2500 0.2480 0.2461 0.2441 0.2423 0.2404 0.2387 0.2369 0.2352 0.2335 0.2319 0.2303 0.2287 0.2272 0.2257 0.2242 0.2227 0.2213 0.2199 0.2185 0.2172 0.2159 0.2146 0.2133 0.2120 0.2108 0.2096 0.2084 0.2072
0.02 0.3158 0.3129 0.3102 0.3074 0.3048 0.3022 0.2997 0.2972 0.2948 0.2925 0.2902 0.2880 0.2858 0.2837 0.2816 0.2796 0.2776 0.2756 0.2737 0.2718 0.2700 0.2682 0.2664 0.2647 0.2630 0.2613 0.2597 0.2581 0.2565 0.2550 0.2535 0.2520 0.2505 0.2491 0.2477 0.2463 0.2449
0.01 0.3477 0.3445 0.3415 0.3385 0.3357 0.3328 0.3301 0.3274 0.3248 0.3223 0.3198 0.3173 0.3150 0.3126 0.3104 0.3081 0.3060 0.3038 0.3017 0.2997 0.2977 0.2957 0.2938 0.2919 0.2900 0.2882 0.2864 0.2847 0.2830 0.2813 0.2796 0.2780 0.2764 0.2748 0.2732 0.2717 0.2702
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
0.2638 0.2605 0.2573 0.2542 0.2512 0.2483 0.2455 0.2429 0.2403 0.2377 0.2353 0.2329 0.2306 0.2284
0.3120 0.3081 0.3044 0.3008 0.2973 0.2940 0.2907 0.2876 0.2845 0.2816 0.2787 0.2759 0.2732 0.2706
0.3665 0.3621 0.3578 0.3536 0.3496 0.3457 0.3420 0.3384 0.3348 0.3314 0.3281 0.3249 0.3218 0.3188
0.4026 89 0.3978 90 0.3932 91 0.3887 92 0.3843 93 0.3801 94 0.3761 95 0.3721 96 0.3683 97 0.3646 98 0.3610 99 0.3575 100 0.3542 1000 0.3509 10000
0.1735 0.1726 0.1716 0.1707 0.1698 0.1689 0.1680 0.1671 0.1663 0.1654 0.1646 0.1638 0.0519 0.0164
0.2061 0.2050 0.2039 0.2028 0.2017 0.2006 0.1996 0.1986 0.1975 0.1966 0.1956 0.1946 0.0619 0.0196
0.2435 0.2422 0.2409 0.2396 0.2384 0.2371 0.2359 0.2347 0.2335 0.2324 0.2312 0.2301 0.0734 0.0233
0.2687 0.2673 0.2659 0.2645 0.2631 0.2617 0.2604 0.2591 0.2578 0.2565 0.2552 0.2540 0.0812 0.0258