KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP KESUKSESAN AGRIBISNIS (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)
TAUFIK HIDAYAT
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Taufik Hidayat NIM H34090027
ABSTRAK TAUFIK HIDAYAT. Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi). Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk muslim mencapai angka 205 juta. PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun perekonomiannya apabila memiliki wirausaha sebanyak dua persen dari jumlah penduduknya. Namun, Indonesia masih belum mencapai target jumlah wirausaha tersebut. Di sisi lain, sektor agribisnis Indonesia memiliki potensi yang besar dan berperan penting dalam pengembangan perekonomian nasional. Namun, sektor ini masih belum banyak berkembang. Masalah ini mungkin disebabkan banyaknya wirausaha yang melakukan aktivitas dalam kegiatan agribisnis yang tidak halal dan termasuk tindakan kriminalitas yang tidak diberkahi Allah SWT. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam serta hubungannya pada kesuksesan agribisnis. Fenomenologis mencoba memotret aktivitas wirausaha muslim dan praktek manajemen agribisnis yang dijalankannya. Ada tiga wirausaha yang dipilih untuk kasus penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga wirausaha tersebut memiliki karakteristik Islam yaitu siddiq, amanah, fatanah dan tabligh serta menerapkan praktek manajemen agribinis yang islami dalam berwirausaha. Ketiga wirausaha juga mengalami kesukesan usaha agribisnis yang didasarkan pada nilai Islam dan perkembangan usaha. Terdapat hubungan positif antara karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam terhadap kesuksesan usaha agribisnis. Kata kunci: fenomenologis, karakteristik wirausaha, perspektif Islam, praktek manajemen
ABSTRACT TAUFIK HIDAYAT. The Entrepreneur’s Characteristics and Management Practices in Islamic Perspective also its Relationships to Success of Agribusiness (Case Stduy of Three Entrepreneurs in Bogor and Sukabumi Regency). Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA Indonesia is the country with the largest Moslems population in the world with 205 million of Moslems. United Nation said that the country will be able to build its economy if it has the amount of entrepreneurs as much as 2% of the population. But, unfortunately Indonesia still has not reached the number. On the other hand, the agribusiness sector in Indonesia has a great potential and plays an important role in the development of the national economy. However, this sector still has not been much developed. This problem may be caused by many entrepreneurs who do activities in agribusiness is not halal, might include criminality and not blessed by Allah SWT. The objectives of this research are to analyze the entrepreneur’s characteristic and management practice in Islamic perspective also its relationships to success of agribusiness. Phenomenology is a method which tries to capture the Muslim entrepreneur activities and their management practice. There were three entrepreneurs selected for the case studies. The results of the study showed that they have Islamic characteristics, such as siddiq, amanah, fatanah and talbligh. They have implemented Islamic management of agribusiness in their enterprises. They also have got success of agribusiness based on Islamic value and agribusiness development. There are positive relationships between Islamic entrepreneur characteristics and management practices and their success of agribusiness. Keywords: Entrepreneur’s Characteristics, Islamic Perspective, Management Practices, Phenomenology
KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP KESUKSESAN AGRIBISNIS (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi)
TAUFIK HIDAYAT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubunganya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi) Nama : Taufik Hidayat NIM : H34090027
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis (Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi). Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama dan Anita Primaswari Widhiani, SP MSi selaku dosen penguji dari Komisi Pendidikan Departemen Agribisnis. Di samping itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rachmalia Ramadhannissa yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Afnaan Wasom, Bapak Mukhlis Yusuf dan Bapak Mulyadi yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Ir Harmini, MSi selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan Agribisnis 46 IPB, SES-C FEM IPB, PSM IPB Agriaswara, FORCES IPB, dan Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Taufik Hidayat
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam Praktek Manajemen Berperspektif Islam Kesuksesan Usaha Berperspektif Islam KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA MUSLIM BERPERSPEKTIF ISLAM Keragaan Responden Wirausaha Muslim Karakteristik Wirausaha Muslim Berperspetif Islam Perbandingan Penilaian Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Peternakan Mitra Tani Farm Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Kehutanan Tiga Dara Group Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Pertanian Amal Mulia Sejahtera Perbandingan Praktek Manajemen Berperspektif Islam ANALISIS KESUKSESAN USAHA AGRIBISNIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM TERHADAP KESUKSESAN USAHA AGRIBISNIS SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ix x x x 1 1 3 3 4 4 4 5 6 6 13 15 15 15 15 16 17 20 20 25 29 30 30 40 50 57 57 59 61 61 61 61 64 67
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Rekapitulasi sasaran unit usaha UMKM baru tahun 2006-2009 Jumlah sampel pekerja dan pelanggan Indikator variabel karakteristik siddiq Indikator variabel karakteristik amanah Indikator variabel karakteristik tabligh Indikator variabel karakteristik fatanah Keragaan responden wirausaha muslim agribisnis Penilaian terhadap nilai-nilai siddiq pada wirausaha Penilaian terhadap nilai-nilai amanah pada wirausaha Penilaian terhadap nilai-nilai tabligh pada wirausaha Penilaian terhadap nilai-nilai fatanah pada wirausaha Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik wirausaha MTF Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik wirausaha TDG Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik wirausaha AMS Perbandingan penilaian karakteristik wirausaha berperpektif Islam Perbandingan praktek manajemen berperspektif Islam Kesuksesan tiga usaha agribisnis Karakteristik wirausaha, praktek manajemen dan kesuksesan usaha tiga wirausaha
1 16 18 19 19 19 24 25 25 26 26 27 28 29 29 57 59 60
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka pemikiran operasional Struktur organisasi Mitra Tani Farm Struktur organisasi Tiga Dara Group Struktur organisasi Amal Mulia Sejahtera Distribusi responden terhadap karakteristik wirausaha berperspektif Islam Makan gratis dalam rangka launching Warung Makan Karasa
14 21 22 24 27 32
DAFTAR LAMPIRAN 1 Matriks perkembangan usaha agribisnis peternakan MTF 2002 – 2013 2 Matriks perkembangan usaha agribisnis kehutanan TDG 2005 – 2013 3 Matriks perkembangan usaha agribisnis pertanian AMS 2007 – 2013
64 65 66
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Mengacu pada data Pew Forum on Religion and Public (2010) perkembangan jumlah penduduk muslim di dunia saat ini mencapai angka 1.6 milyar (23.4 persen). Bahkan semakin meningkat keberadaannya di negara-negara barat. Ada sekitar 7.5 juta muslim tinggal di US, 4 juta di Jerman, 6 juta di Perancis, 3 juta Canada, dan 1.8 juta di UK (Hassan and Crruthers dalam Ghoul 2011). Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduk muslim di Indonesia mencapai angka 205 juta (88 persen dari jumlah penduduknya). Indonesia merupakan negara tempat tinggal dari 13 persen muslim dunia. Suatu pernyataan dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun perekonomiannya apabila memiliki wirausaha sebanyak dua persen dari jumlah penduduknya. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), perkembangan wirausaha di Indonesia saat ini (per Januari 2012) mencapai angka 1.56 persen (3707205 orang) dari jumlah penduduk. Hal ini berarti terjadi peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2009, yaitu sebesar 0.24 persen Rekapitulasi unit usaha UMKM baru yang mengintepretasikan jumlah wirausaha Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi sasaran unit usaha UMKM baru tahun 2006-2009a Tahun 2006 2007 2008 2009 Jumlah Target Nasional Selisih Target a
Unit Usaha UMKM Baru 1.348.772 1.294.147 1.251.689 1.192.468 5.200.760 6.000.000b (799.240)
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2010); bBreakdown target nasional
Berdasarkan informasi sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa wirausaha-wirausaha di Indonesia beragama Islam atau wirausha muslim. Di sisi lain, target yang harus dicapai oleh Indonesia untuk tahun 2013 adalah mencapai titik ideal minimal untuk jumlah wirausaha sejumlah 6,12 juta orang. Indonesia berarti memerlukan lebih kurang tiga juta wirausaha. Hal ini menjadi peluang pengembangan wirausaha muslim di Indonesia untuk dapat memenuhi target tersebut. Di sisi lain, sektor agribisnis Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Sektor ini merupakan sektor yang berperan penting dalam pengembangan perekonomian nasional. Hal ini disebabkan (1) sektor agribisnis sebagai penyedia pangan dan bahan baku industri. Indonesia sebagai negara tropis memiliki banyak varietas yang potensial untuk dibudidayakan. Sektor agribisnis menghasilkan bermacam-macam komoditi pangan dan hortikultura sampai peternakan yang menjadi pangan manusia dan bahan baku untuk industri; (2) sektor agribisnis sebagai penyumbang devisa. Beberapa
2 komoditi agribisnis unggulan merupakan komoditi ekspor terbesar di dunia, seperti kelapa sawit, kakao, dan kopi yang menyumbang devisa besar untuk Indonesia; (3) sektor agribisnis sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sektor ini menyerap lebih kurang 74 persen dari total tenaga kerja di Indonesia baik dalam subsistem hulu, budidaya, hilir maupun penunjang dalam sistem agribisnis. Namun, sayangnya sektor agribisnis Indonesia masih belum banyak berkembang. Dari sisi sumber daya alam, varietas spesies yang beragam baik tanaman maupun ternak masih belum dapat dikelola secara optimal. Beberapa komoditi yang semestinya dapat dipenuhi dalam negeri terpaksa diimpor seperti kedelai, beras dan lain-lain. Dari sisi sumber daya manusia, masih banyak petani yang memiliki pendapatan di bawah Upah Minimum Regional (UMR) dengan nilai tukar petani yang rendah. Dari sumber daya modal dan teknologi, sebagian besar ekspor Indonesia masih berupa bahan mentah tanpa banyak nilai tambah dan tersentuh oleh teknologi. Selain itu, banyaknya sumber daya alam kita yang dikelola oleh modal asing sehingga tidak memakmurkan bangsa sendiri. Masalah ini mungkin disebabkan banyaknya aktivitas dalam kegiatan agribisnis yang tidak halal dan efisien, bahkan termasuk ke dalam tindakan kriminalitas yang tidak diberkahi Tuhan. Para pengusaha terkadang menyiapkan sejumlah uang untuk memuluskan proposal bisnisnya. Belum lagi sejumlah pejabat negara yang memakan uang rakyat (korupsi) dan menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi. Tidak hanya menjadi fenomena kalangan atas, tidak jarang ditemukan kasus pedagang kecil yang mencampurkan barang dagangannya dengan kualitas rendah bahkan senyawa-senyawa berbahaya untuk dikonsumsi manusia seperti formalin, borak, pewarna tekstil dan lain-lain. Sedangkan seperti yang telah diketahui, wirausaha-wirausaha Indonesia sebagian besar adalah seorang muslim. Hal ini diduga ada syariat agama yang dilanggar yang mungkin menyebabkan sistem agribisnis ini tidak dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik. Selain itu, mungkin rendahnya jumlah wirausaha di Indonesia khususnya wirausaha muslim yang konsisten dalam menjalankan praktek manajemen yang sesuai syariat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan wirausaha-wirausaha berbasis syariat Islam yang dapat mencegah dan mengatasi permasalahan-permasalahan agribisnis yang ada. Dibutuhkan seorang wirausaha muslim yang berbisnis secara halal dan sesuai syariat Islam. Bagaimana karakteristik wirausaha berperspektif Islam yang dapat mempengaruhi kesuksesan usaha agribisnis? Selanjutnya, bagaimana praktek manajemen yang dilakukan wirausaha ini, sehingga mampu mensukseskan usaha di bidang agribisnis yang dijalankan. Mengingat pentingnya masalah tersebut, dan untuk mengetahui peran wirausaha muslim dalam pengembangan agribisnis, maka dilakukan penelitian yang berkaitan dengan “Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubungannya terhadap Kesuksesan Agribisnis Kasus Tiga Wirausaha di Kabupaten Bogor dan Sukabumi”.
3 Rumusan Masalah Berwirausaha atau berdagang termasuk ke dalam sistem agribisnis. Masyarakat Indonesia dalam berwirausaha, kerap kali hanya mementingkan atau mencari laba yang besar. Hal ini mengakibatkan para pedagang sering kali menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan laba yang besar. Dalam hal ini, para pedagang sering melakukan perbuatan negatif yang terkadang mengarah ke arah perbuatan illegal atau kriminal. Beberapa perilaku tidak baik atau haram yang dilakukan diantaranya, mengurangi dan menambah barang yang sudah disepakati, mencampurkan barang kualitas rendah dengan barang kualitas tinggi, menyembunyikan cacat barang, memberikan senyawa berbahaya kepada barang agar lebih awet atau menarik, dan sebagainya. Perilaku demikian sangat ditentang dalam ajaran Islam. Beberapa praktek yang melanggar syariat Islam seperti disampaikan pada berita (5 Februari 2013) yang diambil dari website resmi MUI, diantaranya penambahan kuota impor daging dengan cara ‘kongkalikong’ merupakan upayaupaya tidak sah atau haram walaupun dibeli dengan sah. Selain itu, masalah terkait pengangkutan, penampungan, pemingsanan, hingga proses penyembelihan atau pemotongan hewan yang halal secara benar. Seringkali menjadi tidak halal karena titik kritis keharamannya yang cukup tinggi. Sebab produk daging dapat menjadi tidak halal, akibat pemotongan hewan yang tidak sesuai syariat Islam serta kontaminasi zat tidak halal dalam proses produksi (31 Mei 2011). Sebagai contoh juga, dari sekian ribu produsen makanan dan minuman di NTB, baru sekitar 10 persen yang sudah mengurus sertifikat halal. Hal-hal tersebut yang pada akhirnya akan mengakibatkan konsumen tidak percaya dan khawatir dalam mengkonsumsi produk buatan dalam negeri. Mereka akan berkencenderungan mengkonsumsi produk impor yang mereka temukan di supermarket-supermarket. Produsen atau petani Indonesia akan kekurangan permintaannya jika dibandingkan dengan penawaran yang jauh lebih besar. Kemudian lama kelamaan produksi komoditi agribisnis nasional kita akan melemah dan tidak berkembang. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik wirausaha berperspektif Islam pada sektor agribisnis? 2. Bagaimana praktek manajemen berperspektif Islam pada sektor agribisnis? 3. Bagaimana kesuksesan usaha agribisnis berdasarkan nilai Islam dan perkembangan usaha? 4. Bagaimana hubungan dari karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam terhadap kesuksesan usaha agribisnis? Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dilakukan penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis karakteristik wirausaha berperpektif Islam. 2. Menganalisis praktek manajemen berperspektif Islam. 3. Menganalisis kesuksesan usaha agribisnis berdasarkan nilai Islam dan perkembangan usaha.
4 4. Menganalisis hubungan karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam terhadap kesuksesan usaha agribisnis.
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam Keberhasilan seorang wirausaha dipengarui oleh beberapa faktor. Salah satu faktor dalam keberhasilan seorang wirausaha adalah mempunyai kepribadian yang baik. Kata keperibadian berasal dari Bahasa Latin ‘persona’ yang berarti karakteristik seseorang termasuk cara mereka berpikir, bertingkah laku dan emosi (Abu-Bakar diacu dalam Yaacob and Azmi 2012). Kepribadian seseorang yang berbeda satu dengan yang lain disebabkan oleh banyak faktor seperti, psikologi, lingkungan, pendidikan, budaya dan latar belakang keluarga (Yacoob and Azmi 2012). Kepribadian ini terwujud oleh beberapa karakter yang dimiliki oleh seorang wirausaha. Ada beberapa pendapat atau penelitian yang menyebutkan tentang karakteristik wirausaha. Misalnya karakteristik religius wirausaha muslim dalam penelitian Yacob and Azmi (2012) didasarkan kepada taqwa (takut dan cinta kepada Allah) dan memiliki kemampuan memimpin secara Islam. Dalam penelitiannya, indikator taqwa berdasarkan Hidayah Abdul Karim (2004) diantaranya sholat lima waktu, sholat malam, puasa, sholat dhuha, menepati janji, selalu sabar, selalu sadar dengan dosa dan segera bertobat, bertawakal, pemaaf dan ramah. Menurut Sheikh Abdul Munir bin Sheikh Abdul Rahim (2008), seorang wirausaha muslim harus kemampuan memimpin untuk membangun rasa percaya diri, memiliki martabat, tanggung jawab, kejujuran, berpengetahuan, dan bijaksana dan tahu bagaimana caranya bersyukur. Hasil pembahasan yang didapatkan dari penelitian mereka adalah terdapat hubungan positif tapi lemah diantara karakteristik taqwa dan prestasi dari wirausaha muslim yang sukses. Sedangkan untuk karakteristik kepemimpinan secara Islam dan prestasi dari wirausaha muslim yang sukses memiliki hubungan yang lemah tetapi positif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan diantara taqwa dan kemampuan memimpin dengan prestasi dalam berwirausaha. Praktek Manajemen Berperspektif Islam Spiritualitas manajemen (manajemen usaha dalam Islam) yang dilakukan pada usaha wirausaha ikut mempengaruhi keberhasilan suatu usaha. Konsep spritualitas menjadi menarik dan populer dalam literatur manajemen sejak dekade yang lalu, tidak hanya berhenti sebagai sebuah paradigma tetapi telah bergeser menjadi disaksikan dalam ilmu keorganisasian, teori dan praktek manajemen (Fornaciari and Dean 2004; Karakas 2010; Adamu et al 2011). Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kazemian and Ghamgosar (2011) yang menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi manajemen dalam Islam (keikhlasan, kesalehan, kerendahan hati,
5 kesabaran dan keadilan) dengan keorganisasian kewirausahaan, dengan variabel yang paling signifikan adalah kesabaran diikuti oleh variabel kerendahan hati. Penelitian yang dilakukan Adamu et al (2011) berjudul Spirituality in Entrepreneurship from Islamic Perspectives: A Conceptual Analysis on the Effects on Entrepreneurial Motivation and Social Responsibility mencoba mengeksplor manfaat dari spiritual dalam Islam pada hasil sebuah kewirausahaan. Kesimpulan yang diperoleh peneliti, menduga spiritual Islam dapat berpengaruh positif terhadap sikap wirausaha dan memberikan motivasi untuk bisnis dan memberikan sebuah katalisator untuk energi positif, peningkatan penampilan dan komitmen untuk tanggung jawab sosial. Oleh karena manfaat potensialnya, wirausaha muslim seharusnya menciptakan lingkungan kondusif untuk nilai rohani Islam dan pelatihan untuk kemajuan di tempat kerja mereka dengan membawa spiritual mereka untuk hidup di budaya organisasi mereka lewat aksi mereka. Kesuksesan Usaha Berperspektif Islam Menurut Wardoyo (dalam Ermawati 2006) karena berwirausaha termasuk sebagai salah satu ibadah, ada beberapa sifat dan patokan yang harus dimiliki seorang wirausahawan muslim ketika melakukan kegiatan wirausahanya, diantaranya: 1) menyadari adanya sesuatu aturan yang bersifat tetap da nada yang berubah. Aturan yang bersifat tetap adalah dalam masalah aqidah dan yang selalu mengalami perubahan adalah dalam hal bermuamalah yang berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup manusia, 2) inovatif, 3) bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berusaha agar dapat bermanfaat bagi orang lain, dan 4) usahanya berkelanjutan. Selanjutnya menurut Ermawati (2006), dalam Islam seorang wirausaha dikatakan sukses sebagai pemimpin dalam menjalankan usahanya, apabila memiliki kriteria sebagai berikut: 1) ketika pemimpin perusahaan dicintai karyawannya, 2) pemimpin yang mampu menampung aspirasi karyawannya, 3) pemimpin yang selalu bermusyawarah dan 4) memiliki sikap yang tegas. Apabila karakteristik dan manajemen berperspektif Islam dapat dipadukan maka pengembangan agribisnis akan mungkin diwujudkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Antonio et al (2010) menyebutkan bahwa kunci keberhasilan usaha Nabi Muhammad terkait dengan dua prinsip, (1) keberhasilan beliau dalam membangun kepercayaan, sehingga beliau sangat dipercaya (alAmin). Orang-orang senang bertransaksi dengan beliau dan tidak segan-segan menginvestasikan hartanya kepada beliau. Hal ini menunjukan bahwa beliau memiliki kredibilitas berkat karakter beliau; (2) kompetensi dan kemampuan teknis. Beliau mengetahui benar cara berinteraksi dengan (calon) pembeli atau mitra bisnis. Beliau mengenal pasar dan seluk-beluk aktivitas perdagangan dan perekonomian. Hal ini merupakan bentuk manajemen usaha yang baik yang dilakukan beliau.
6
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Wirausaha dan Kewirausahaan Wirausaha atau entrepreneur saat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Istilah ini telah lama muncul dalam sejarah keilmuan ekonomi sejak tahun 1755. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Holt (dalam Winardi 2003:1). “…Seorang perancis yang bernama Richard Cantillon, ahli ekonomi Perancis keturunan Irlandia dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur dan entrepreneurship. Dalam karya akbarnya yang berjudul: Essai Sur la nature Du Commerce en General, Cantillon memberikan peranan utama kepada konsep “Entrepreneurship” dalam ilmu ekonomi. Dalam karya tersebut, Cantillon menyatakan seorang entrepreneur sebagai seorang yang membayar harga tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang tidak pasti (an Uncertain Price), sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber daya, dan menerima risiko berusaha (The Risk of Entreprise)...” Terdapat banyak pandangan mengenai istilah entrepreneur ini. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh ekonom, diantaranya, pada tahun 1776, Adam Smith, dalam karya akbarnya yang berjudul: An Inquiry into The Nature and The Wealth of Nations, menggambarkan seorang entrepreneur sebagai seorang individu yang menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan-tujuan komersil yang mampu mentransformasikan permintaan menjadi penawaran. Selain itu, Jean Baptise Say, pada tahun 1803 menulis sebuah karya yang berjudul: Traite D’ econmomie Politique (dalam bahasa inggris: A Treatise on political economy) yang melukiskan entrepreneur sebagai individu ‘unik’ yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat untuk menghasilkan produk inovatif (Holt dalam Winardi 2003:4). Sedangkan Esthirahayu et al (2012:4) menyatakan bahwa: “… Entrepreneurship atau kewirausahaan merupakan suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik) sehingga bisa...”. Dari konsep tersebut, Suryana dalam Esthirahayu et al (2012) menyebutkan enam hakekat penting kewirausahaan, sebagai berikut: 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumberdaya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. 2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
7 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha. 5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan sesuatu yang berbeda yang bermanfaat member nilai lebih 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan baru kepada konsumen. Seorang bernama Clarence Danhof, dalam buku Economic Development, dengan editor H.F. Williamson dan J.A. Buttrick dalam Winardi (2003:21) menyajikan klasifikasi Entrepreneurship sebagai berikut: 1. Innovating Entrepreneurship Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang pada umumnya bereksperimentasi secara agresif, analisis dan terampil dalam mengkombinasikan dan mentransfomasi kemungkinan-kemungkinan atraktif. 2. Imitative Entreprenurship Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang menerapkan inovasi-inovasi yang berhasil diciptakan oleh kelompok innovating entrepreneur. 3. Fabian Entrepreneurship Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang teramat hati-hati dalam sikap skeptikal (yang mungkin sekedar sikap inersia) tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, untuk mempertahankan posisi relatif di dalam industri. 4. Drone Entrepreneurship Entrepreneurship demikian dicirikan oleh sikap entrepreneur yang menolak untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk perubahan rumus produksi, walaupun dengan demikian mereka dapat merugi. Wirausaha dan Kewirausahaan Berperspektif Islam Bagi orang muslim, kegiatan berdagang atau berwirausaha sebenarnya lebih tinggi derajatnya, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Kewirausahaan ini juga salah satu dari banyak aspek kehidupan yang didiskusikan dalam Al-Qur’an. Terdapat bukti-bukti dalam Al-Qur’an yang menyampaikan pentingnya memperoleh kekayaan melalui kewirausahaan, seperti pada surat AlA’raf ayat 10 dan Al-Qasas ayat73 (Yaqob and Azmi 2012). Hal ini juga diperkuat oleh ajaran Rasulullah kepada umatnya untuk mengoptimalkan potensi jasmani dan rohani dalam berkerja atau berbisnis, tidak malas, dan senantiasa berikhtiar mencari yang halal karena itu adalah ibadah (Antonio et al 2010). Sama halnya dalam mengamalkan rukun dalam Islam, mencari rezeki yang halal merupakan perintah Allah dan Rasulullah yang harus disikapi dengan sungguh-sungguh dalam mengamalkannya. Landasan bersungguh-sungguh dalam bekerja atau berbisnis adalah keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, keimanan merupakan prinsip dalam berkerja atau berbisnis. Islam
8 menganggap aktivitas bisnis yang tidak didasari keimanan adalah kedzaliman (Antonio et al 2010). Maqsood dalam Antonio et al (2010) memahami bisnis/usaha atau perkerjaan dalam tinjauan ibadah dan jihad, berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, yang meliputi: 1. Berbisnis atau berwirausaha sebagai bagian dari kewajiban yang diperintahkan Allah. 2. Bekerja sangat menentukan martabat seorang manusia. 3. Bisnis atau usaha yang halal merupakan sumber penghasilan yang baik. 4. Bekerja atau berbisnis/berwirausaha merupakan sarana untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat. 5. Bekerja tidak hanya ikhtiar demi memajukan standar ekonomi dan sosial seseorang, tetapi juga bertujuan untuk memajukan seluruh masyarakat. Karakter Wirausaha Berperspektif Islam Karakteristik wirausaha dalam perspektif Islam tentunya dibutuhkan dalam melakukan kegiatan usaha agribisnis secara profesional. Profesionalisme Nabi dalam berwirausaha merupakan teladan yang dapat kita ambil dari karakteristik yang ada pada diri beliau. Karakteristik ini mencakup dalam sifat-sifat Nabi yang mulia yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh. Dalam konteks bisnis, sifat-sifat tersebut menjadi dasar dalam setiap aktivitas bisnis beliau yang kemudian menjadi sikap dasar manusiawi yang mendukung keberhasilan suatu usaha (Antonio et al 2010). Antonio et al (2010) menjabarkan sifat-sifat mulia tersebut sebagai berikut: 1. Siddiq Siddiq berarti “jujur” atau “benar”. Dalam menjalankan bisnisnya, Nabi Muhammad SAW selalu menunjukan kejujuran. Beliau meyakini betul bahwa membohongi para pelanggan sama dengan mengkhianati mereka. Mereka akan kecewa, tertipu, berhenti bertransaksi bisnis lagi dan akhirnya lambat laun bisnis pun akan hancur. Beberapa kejujuran Nabi sebagai pebisnis, diantaranya, (1) tidak mengingkari janji yang telah disepakati, (2) tidak menyembunyikan cacat atas seseuatu yang ditransaksikan, dan (3) tidak mengelabui harga pasar (asymmetric information). 2. Amanah Amanah artinya “dapat dipercaya”. Dalam konteks ini, amanah adalah tidak mengurangi dan menambah sesuatu dari yang seharusnya atau dari yang telah disepakati diantara penjual dan pembeli. Seperti yang yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW selalu memberikan hak pembeli dan orang-orangnya yang mempercayakan modalnya kepada beliau. 3. Fatanah Fatanah berarti “cakap” atau “cerdas”. Wirausaha yang cerdas mempu memahami peran dan tanggungjawab bisnisnya dengan baik. Dia juga mampu menunjukan kreativitas dan inovasi guna mendukung dan mempercepat keberhasilan. Seiring itu, wirausaha yang cerdas mampu memberikan sentuhan nilai yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pemasaran. Beberapa cerminan sifat fatanah diantaranya, (1) mengadministrasi dokumen transaksi; 2) menjaga profesionalisme kualitas pelayanan, (3) kreatif dan inovatif, (4) mengantisipasi perubahan yang terjadi di pasar, baik yang berhubungan dengan produk, teknologi, harga maupun persaingan.
9 4. Tabligh Secara bahasa tabligh bisa dimaknai dengan “menyampaikan”. Dalam kontek berwirausaha, pemahaman tabligh bisa mencakup argumentasi dan komunikasi. Penjual hendaknya mampu mengkomunikasikan produknya dengan strategi yang tepat dalam memilih media promosi, mampu menyampaikan keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran, mampu memberikan pemahaman perihal bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Manajemen Manajemen adalah hal yang tidak dapat terlepas dari sebuah bisnis atau usaha. Seperti yang dikemukaan oleh Marry Parker Follet (dalam Sule dan Saefulah 2005), manajemen adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Penerapan manajemen pada sebuah usaha dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari alokasi sumberdaya-sumberdaya yang ada sehingga mencapai hasil yang maksimal. Agar manajemen yang dilakukan dapat mengarah dan sesuai dengan kegiatan bisnis, maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi-fungsinya atau yang dikenal dengan sebagai fungsi-fungsi manajemen (managerial functions). Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti tahapantahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen terdiri atas empat fungsi meliputi, perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi dan pengendalian. Berdasarkan operasionalnya, manajemen organisasi bisnis secara garis besar dapat dibedakan menjadi fungsi-fungsi, diantaranya manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen pemasaran dan manajemen sumber daya manusia (Marry Parker Follet dalam Sule dan Saefulah 2005). 1. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu berdasarkan profit. 2. Manajemen Produksi Manajemen produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang diterapkan berdasarkan keinginan konsumen dengan teknik produksi yang seefisien mungkin. 3. Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan. 4. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah penetapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah. Proses manajemen SDM meliputi
10 upaya untuk merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Manajemen Berperspektif Islam Manajemen berperspektif Islam menerapkan praktek manajemen yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beberapa ayat, menyebutkan bahwa amal pekerjaan termasuk ke dalam amal keagamaan, yakni melaksanakan syariah dan amalan lainnya. Dari perspektif Islam, Al-Qur’an mengingatkan kejujuran dan keadilan dalam perdagangan dan menyeru untuk adil dalam distribusi kekayaan kepada masyarakat begitu juga dalam manajemen Islam (Asnawi et al 2010). Menurut Kazemian and Gham gosar (2011) di dalam manajemen islami, terdapat beberapa karakteristik, diantaranya (1) ketulusan atau keikhlasan, (2) kesalehan, (3) kerendahan hati, (4) kesabaran dan (5) keadilan. Dalam penerapan manajemen usaha berbasiskan Islam dapat pula dibedakan sesuai teori ekonomi konvesional atau berdasarkan dengan operasionalnya, seperti berikut: 1. Manajemen Sumber Daya Manusia Berperspektif Islam Penerapan manajemen sumber daya manusia merupakan fungsi vital dalam keberhasilan sebuah wirausaha. Banyak pendekatan dari barat dalam mengelola (manajemen) pekerja dimana masih lazim digunakan saat ini, dan kebanyakan dari budaya perusahaan non-muslim memberikan dan menggabungkan banyak nilai etika Islam seperti kebaikan, kejujuran, dan kerja keras (Hashim 2009). Hal ini menunjukan bahwa Islam sendiri mengajarkan manajemen sumberdaya manusia dengan berbasiskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Penerapan manajemen sumber daya manusia berdasarkan Islam sering kali dikaitkan dengan kejujuran dan keadilan. Al-Qur’an sering menyebutkan kejujuran dan keadilan dalam perdagangan, dan berulang kali menyeru untuk adil dalam distribusi kekayaan alam dalam masyarakat (Asnawi et all 2011). Allah senantiasa menyuruh manusia untuk menegakan keadilan dalam kehidupan sehari-hari seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut: “Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun kepada dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.” (Q.S. An-Nisa (4):135). Studi terdahulu telah menguji peran Islam yang diterapkan pada manajemen sumber daya manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Asnawi et all (2011) misalnya, menyimpulkan bahwa praktek manajemen sumberdaya manusia berdasarkan Al-Qur’an di perbankan syariah Malang dilakukan secara baik dan adil, yaitu lebih dari 70 persen responden menyatakan praktek ini dilaksanakan secara baik dan adil.
11 2. Manajemen Pemasaran Berperspektif Islam Praktek usaha khususnya bidang pemasaran tengah mengalami pergesaran dan mengalami transformasi dari level intelektual (rasional), ke emosional, dan akhirnya spiritual. Spiritual marketing ini adalah puncak dari marketing itu sendiri, spiritual marketing merupakan jiwa dari bisnis (al-Arif 2010). Praktek pemasaran syariah atau syariah marketing menurut definisi adalah penerapan suatu disiplin bisnis strategis yang sesuai dengan nilai dan prinsip syariah dan prinsip syariah. Menurut al-Arif (2010) terdapat empat karakteristik yang terdapat pada syariah marketing: 1) ketuhanan (rabbaniyah) 2) etis (akhlaqiyyah) 3) realitas (al-waqi’yyah) dan 4) humanistis (insaniyyah). Paradigma syariah marketing terdiri atas: 1) syariah marketing strategy untuk memenangkan mind-share. 2) syariah marketing tactic untuk memenangkan market share, dan 3) syariah marketing value untuk memenangkan heart share (Hermawan dan Sula dalam Alma dan Priansa 2009). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa (4): 29) 3. Manajemen Produksi Berperspektif Islam “…Perkembangan ekonomi di setiap negara mengandalkan apa yang disebut dengan manajemen produksi. Pada dasarnya manajemen produksi ini berhubungan dengan perencanaan produksi, pengawasan, pemeliharaan, pengembangan produk dan pengendalian kualitas. Tujuan utama dari manajemen produksi itu sendiri adalah untuk mengambil target produksi berdasarkan kemampuan mesin, dan input lainnya untuk memproduksi produk berkualitas secara ekonomis dan tepat pada waktunya. Dari mulai awal peradaban, perkembangan ekonomi tergantung atas keberhasilan atau kegagalan manajemen produksi. Konsep manajemen produksi yang khususnya berhutang kepada pengelolaan alam Allah SWT…” (Mohiuddin 2012:1). Allah SWT telah memberikan sumber daya alam dan sumber daya lain yang melimpah. Manajemen produksi ini dapat diarahkan untuk memanfaatkan secara efektif, sehingga semua diberkahi Allah SWT. 4. Manajemen Keuangan Berperspektif Islam Manajemen keuangan merupakan salah satu bagian yang terpenting dimana berkaitan dengan uang hasil keuntungan usaha. Kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah transaksi, seperti pembelian, penjualan, pembiayaan, dan lain-lain. Seperti halnya wirausaha lain, wirausaha muslim juga melakukan kegiatan manajemen keuangan, tetapi dengan pedoman berwirausaha yang Allah SWT berikan. Hukum jual beli, misalnya, adalah mubah (diperbolehkan) sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW (Antonio, et al 2009). Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan kehalalan transaksi ini selama tidak mengandung unsur yang dilarang, seperti riba. “Dan Allah menghalalkan jual-beli dan mengaharamkan riba” (Q.S. Al-Baqarah (2):275)
12 Menurut akal sehat, manusia dilarang memiliki atau menggunakan sesuatu yang sudah menjadi hak orang lain, kecuali melalui transaksi muamalah (jual beli, sewa-menyewa, gadai-menggadai, pinjam-meminjam) yang didasari oleh cara-cara yang legal dan halal (Antonio et al 2010). Nabi Muhammad SAW telah menggaris bawahi beberapa transaksi yang baik sesuai tuntunan ajaran Islam. Hal ini tentunya dapat diaplikasikan oleh wirausaha muslim dalam menjalankan usahanya. Beberapa transaksi utama bisnis yang diperkenaankan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu: mudarabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan sebagainya. Kemudian Allah dan Rasul-Nya juga sudah menentukan aturan yang tegas untuk menjaga kemubahan atau kehalalan transaksi bisnis dan muamalah. Pasalnya dalam setiap transaksi terdapat berbagai kemungkinan adanya unsurunsur yang menjadikan suatu transaksi menjadi haram. Beragam bentuk transaksi dengan segala macam praktek yang mengakibat haram diantaranya adanya unsur-unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian, keraguan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan, dan pasar gelap. Sebaliknya dalam manajemen keuangan islami, penyaluran dana sosial diwajibkan dan diperkenankan. Dana sosial sebagaimana dimaksudkan adalah uang yang diperuntukan sebagai bantual sosial, baik diterimakan langsung oleh perorangan yang membutuhkannya atau melalui suatu badan sebagai pengelola sosial atau organisasi yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan yang didistribusikan kepada masyarakat banyak. Status dana sosial seperti itu, dalam agama Islam dikatakan haqqullah atau hak umat. Jenis dana tersebut meliputi: dana yang diperoleh dari zakat, infak, sedekah, dan wakaf, seperlima (khumus) dari harta ghanimah rampasan perang dan fae (harta yang ditinggalkan orang-orang kafir yang diperoleh kaum muslimin tidak melalui perang) (Hafidhuddin et al 2004). Konsep Kesuksesan Usaha Kesuksesan sebuah usaha merupakan tujuan dari aktivitas usaha yang dijalankan seorang wirausaha. Secara umum, kesuksesan dapat dilihat dari adanya perkembangan ke arah yang lebih baik. Untuk mengetahui kesuksesan sebuah usaha diperlukan indikator-indikator yang membuktikan kesuksesan usaha tersebut. Menurut Noor (dalam Ermawati 2006) indikator kesuksesan usaha adalah 1) laba (profitability), 2) produktivitas dan efisiensi (productivity and efficient), 3) daya saing (competitiveness), 4) kompetensi dan etika usaha (competence and ethics). Sedangkan Suryana (dalam Ermawati 2006) menyebutkan indikator kesuksesan sebagai berikut: 1) Inovasi dalam teknologi yang lebih mudah terjadi dalam pengembangan produk; 2) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja yang cukup banyak atau penyerapan terhadap tenaga kerja; 3) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis; 4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Menurut Andriany dan Rusli (2008) menyebutkan bahwa kesuksesan terlihat dari perkembangan usaha yang dilihat dari perkembangan modal, bahan baku, produksi, karyawan, dan keuntungan. Di sisi lain, Rodrigues (2012), kesuksesan ini tidak dapat dihasilkan sekejap. Artinya, calon wirausaha tidak bisa memulai
13 bisnis hari ini, dan berharap mendapatkan profit esok harinya. Tahapan indikator kesuksesan menurutnya, adalah: 1. Indikator pertama: mencapai break even point Pencapaian break even point setiap bulannya adalah indikasi pertama dimana bisnis wirausaha visible. Pada poin ini pemilik masih belum mendapatkan income. Break even berarti pengeluaran sama dengan revenue, profit masih nol. 2. Indikator kedua: menghasilkan biaya hidup Pada titik ini, wirausaha telah melakukannya dengan baik seperti mereka bekerja untuk orang lain pada level yang sama. Namun, bisnis belum menunjukan kemampuan return on investment. Kebanyakan usaha hanya mencapai tahap ini, hanya memberikan penghasilan yang layak bagi pemilik 3. Indikator ketiga: mencapai real profit Pada tahap ini, bisnis tidak hanya memberikan upah atas waktu yang telah dikeluarkan, tapi juga mengembalikan semua yang telah wirausaha investasikan. Diluar pembayaran hutang atau pajak pendapatan. Pada level ini sebuah usaha menjadi lebih berharga daripada nilai asetnya, karena memberikan return on investment dan alur kas yang positif. Kerangka Pemikiran Operasional Berwirausaha termasuk ke dalam sebuah ibadah. Seseorang harus berikhtiar sekuat tenaga (jihad) mencari yang halal karena itu adalah ibadah. Sehingga seorang wirausaha dalam berbisnis harus senantiasa sesuai (istiqomah) dengan aturan yang sudah digariskan Allah SWT. Potensi sumber daya yang luar biasa pada agribisnis Indonesia seharusnya dapat menjadi peluang untuk mensejahterakan masyarakat. Konsumsi komoditas pertanian yang masih besar dan sangat beragam dapat menyerap penawaran dari dalam negeri. Jumlah penduduk Indonesia yang besar menjamin tenaga kerja yang cukup untuk beroperasinya perusahaan agribisnis. Namun, permasalahan yang kini dihadapi adalah belum berkembangnya agribisnis di Indonesia. Sedikitnya wirausaha yang mendukung potensi agribisnis Indonesia dan masih banyak ditemukan kelemahan dan ketidakhalalan pada agribisnis di Indonesia. Dari sekian banyak penduduk Indonesia yang sedang berusaha, terdapat wirausaha muslim yang telah menuai kesuksesan. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana karakter wirausaha muslim sukses tersebut dan praktek manajemen agribisnis serta pengaruhnya terhadap keberhasilan usaha agribisnis mereka. Operasional penelitian dilakukan dengan menganalisis karakteristik wirausaha muslim secara kuantitatif, dengan skala likert yang dijelaskan melalui statistik deskriptif. Praktek manajemen agribisnis dianalisa secara kualitatif dengan metode analisis fenomenologis dengan pola teorisasi deduktif. Proses selanjutnya adalah menganalisis kesuksesan agribisnis tersebut dengan analisis perkembangan usahanya dari sisi pendapatan, aset usaha, pekerja dan kebermanfaatan secara sosial-ekonomi serta kesukesan yang diyakini sesuai dengan nilai-nilai Islam.
14
Pengembangan ekonomi dan bisnis islami di Indonesia Sektor agribisnis di Indonesia sangat prospektif Penduduk muslim terbesar di dunia berada di Indonesia Agribisnis Indonesia belum berkembang Banyak wirausaha muslim melanggar etika bisnis Islam Analisis Karakteristik dan Praktek Manajemen Agribisnis Wirausaha Muslim Sukses Berperspektif Islam
Karakteristik Wirausaha Muslim Berperspektif Islam Sidiq (jujur atau benar) Amanah (dapat dipercaya) Fathanah (cakap dan cerdas) Tabligh (menyampaikan)
Praktek Manajemen Agribisnis Berperspektif Islam Manajemen Keuangan Manajemen Produksi Manajemen Pemasaran Manajemen Sumber Daya Manusia
Analisis Kuantitatif Statistik Deskriptif
Analisis Kualitatif Fenomenologis
Karakteristik Wirausaha Muslim Berperspektif Islam
Praktek Manajemen Agribisnis Berperspektif Islam
Analisis Kesuksesan Usaha Agribisnis Kualitatif : Kebermanfaatan praktek sosial-ekonomi dan nilai islami Kuantitatif : Pendapatan, aset dan pekerja
Wirausaha Muslim Agribisnis Sukses
Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional
15
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di usaha agribisnis yang menerapkan nilai-nilai Islam yang ada di Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive sampling) dan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah geografis yang ada dengan alasan Jawa Barat merupakan salah satu sentra perekonomian di Indonesia dan letaknya yang dekat dengan Ibukota. Selain itu, Jawa Barat merupakan daerah yang sangat potensial untuk usaha agribisnis sehingga dapat banyak ditemukan wirausaha agribisnis berbasis islami. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan pengisian kuisioner yang diajukan kepada responden. Observasi dilakukan secara langsung di lapangan untuk melihat keadaan usaha agribisnis dan manajemen dalam perspektif Islam yang diterapkan pada usaha agribisnis tersebut. Wawancara dilakukan secara mendalam kepada wirausaha muslim dan sedikit dilakukan kepada pihak-pihak lain yang terkait pada usaha agribisnis tersebut, seperti pelanggan dan pekerja. Sedangkan kuisioner akan diberikan kepada responden, yaitu pekerja dan pelanggan wirausaha yang akan menilai karakteristik wirausahanya tersebut. Data sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan seperti AlQur’an, Al-Hadits, buku, jurnal, internet, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi lainnya yang dapat membantu ketersedian data. Selain itu studi dokumentasi untuk mendapatkan data profile wirausaha yang lebih lengkap. Metode Penentuan Responden Responden pada penelitian tediri atas dua pihak. Pertama adalah wirausaha yang akan diwawancara terkait praktek manajemen agribisnis yang dijalankan dalam perspektif Islam. Kedua adalah pekerja dan pelanggan dari wirausaha muslim yang akan menilai karakteristik wirausahanya. Penentuan responden pertama secara sengaja (purposive sampling), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbanganpertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Idrus 2009). Metode ini digunakan dengan pertimbangan wirausaha yang dipilih adalah wirausaha muslim sukses di sektor agribisnis yang menerapkan manajemen kewirausahaan dalam perspektif Islam. Pada penelitian ini akan dipilih tiga wirausaha muslim sukses yang akan mewakili beberapa daerah di lokasi penelitian. Masing-masing wirausaha dikatakan sukses dengan pertimbangan dia mempunyai beberapa karakter dari usaha sukses seperti usaha yang telah bertahan lebih dari lima tahun,
16 memiliki banyak pekerja (minimal 9 pekerja), memiliki aset tetap, aset bersih dan peningkatan share capital (Kempster and Cope 2010; Yacob and Azmi 2012). Indikator kesuksesan usaha agribisnis dalam penelitian ini dilihat dari motivasi kesuksesan secara Islam dan kebermanfaatan sosial-ekonomi yang dilakukan serta perkembangan usahanya berupa peningkatan pendapatan (omzet) aset (cabang usaha) dan pekerja. Responden kedua yang diambil berasal dari populasi yang dalam penelitian ini adalah sebagian pekerja pada usaha tersebut atau anggota yang dipimpin oleh wirausaha muslim yang diteliti. Penentuan sampel yang dipilih didapatkan dengan sengaja (purposive sampling), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Idrus 2009). Hal ini dilakukan karena wirausaha-wirausaha muslim yang diteliti memiliki jumlah pekerja atau pelanggan yang memiliki situasi dan kondisi berbeda-beda (populasi tidak homogen, demografi (usia) dan tidak sama jumlahnya) dan keberadaannya tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, jumlah tersebut ditentukan agar memenuhi jumlah minimal pengujian dalam statistik. Sampel pekerja dipilih karena memiliki kedekatan secara langsung dengan wirausaha. Pekerja yang dipilih adalah pekerja yang telah lama bekerja di wirausaha dari level karyawan sampai manajer. Pelanggan dipilih yang merupakan konsumen tetap wirausaha dan sering berinteraksi dengan wirausaha. Pada kasus ini pelanggan MT Farm merupakan petani plasma yang menjadi mitra dan pelanggan Tiga Dara Group merupakan partner usaha yang melakukan sistem bagi hasil dengan wirausaha, sedangkan Amal Mulia Sejahtera tidak menggunakan sampel pelanggan karena status pelanggan yang tidak dekat dengan wirausaha, seperti agen supermarket, apotek atau penjual obat herbal sehingga dikhawatirkan penilaian yang dilakukan tidak tepat. Berikut ini jumlah sampel pekerja dan pelanggan pada masing-masing wirausaha: Tabel 2 Jumlah sampel pekerja dan pelanggana Jumlah Sampel No. Nama Usaha Pekerja 1. MT Farm 5 2. Tiga Dara Group 5 3. Amal Mulia Sejahtera 10 Jumlah a
Jumlah Sampel Pelanggan 5 5 0 30
Sumber: Data primer yang diolah (2013)
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu metode pengumpulan data dapat dibedakan ke dalam dua jenis sifat dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya atau triagulasi (Sugiyono dalam Oktina 2011). Sesuai dengan fokus penelitian, maka untuk mendapatkan data tentang penerapan manajemen agribisnis dalam perspektif Islam, sumber datanya adalah para stakeholder pada usaha tersebut. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan studi dokumentasi,
17 observasi, dan wawancara mendalam dengan wirausaha maupun mitra usaha di usaha tersebut seperti pekerja dan pelanggan. Dalam penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner. Sesuai dengan fokus penelitian, untuk mendapatkan data tentang karakteristik wirausaha muslim dalam perspektif Islam, sumber datanya adalah pekerja dan pelanggan di usaha tersebut. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan pengisian kuisioner oleh pekerja dan pelanggan wirausaha tersebut. Metode Pengolahan dan Analisis Data Secara umum metode pengolahan dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologis dan dikuatkan dengan metode kuantitatif berupa statistik deskriptif dengan skala likert. Analisis kesuksesan usaha agribisnis dari wirausaha muslim dianalisis dengan melihat perkembangan usaha baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perkembangan usaha secara kualitatif dilihat secara fenomenologis dengan melihat motivasi kesuksesan wirausaha secara islami dan kebermanfaatan sosial-ekonominya. Perkembangan usaha secara kuantitatif diukur dari perkembangan pendapatan (omzet) cabang usaha (aset) dan pekerja. Metode Fenomenologis Penelitian fenomenologis mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu yang dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Afriani 2009). Metode fenomenologis akan membantu peneliti memasuki sudut pandang orang lain, dan berupaya memahami mengapa mereka demikian. Metode fenomenalogi tidak hanya melihat sisi perspektif para partisipan saja, tetapi juga berusaha memahami kerangka yang telah dikembangkan oleh masing-masing individu (Mudjiyanto dan Kenda 2009). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode yang bersifat kualitatif untuk melihat bagaimana perilaku usaha wirausaha sehari-hari. Pada metode ini ditemukan istilah dunia-kehidupan yang akan dipahami dengan metode sosial yang dimulai dari batasan apa yang menjadi objek sosial simbolis yang dihasilkan dari dalam percakapan dan tindakan, mulai dari ungkapan-ungkapan langsung (seperti pikiran, perasaan, dan keinginan), melalui endapan-endapannya (seperti teks-teks kuno, tradisi-tradisi, karya seni, barang-barang kebudayaan, teknikteknik, dstnya) sampai pada susunan-susunan yang dihasilkan secara tidak langsung yang sifatnya stabil dan tertera (seperti pranata-pranata, sistem sosial, struktur kepribadian) (Hardiman 2003 dalam Mudjiyanto dan Kenda 2009). Oleh karena itu, peneliti akan memahami bagaimana kepribadiaan wirausaha dengan melihat karakteristik wirausahanya serta memahami tindakantindakan yang dilakukan wirausaha sebagai wujud praktek manajemen yang dilakukan di usahanya. Pada analisis ini melibatkan sebuah pertimbangan tentang teori karakteristik dan praktek manajemen islami yang didapatkan dari studi literatur seperti Al-Qur’an, Al-Hadits, jurnal, buku dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan oleh Diesing (1991) dalam Mudjiyanto dan Kenda (2009): “Peribahasa
18 hermeneutika di sini adalah tidak ada pengetahuan tanpa pengetahuan yang mendahului”. Darinya, peneliti akan membentuk sebuah keinginan tentang yang tidak kita ketahui dari sesuatu yang kita tahu. Pengetahuan awal kita mungkin dapat salah satu atau bersifat parsial atau tidak teratur atau tidak dapat diterapkan dalam teks/teori itu (Mudjiyanto dan Kenda 2009). Secara aplikatif Bogdan dan Taylor dalam Mudjiyanto dan Kenda (2009) memberikan arahan dengan tiga tahap, yaitu: 1) tahap pralapangan; 2) tahap di lapangan; dan 3) tahap analisis. Peneliti harus mengidentifikasikan diri dan bersatu rasa dengan subjek sehingga peneliti dapat mengerti mereka dengan menggunakan kerangka berpikir mereka. Kegiatan pralapangan berupa pengamatan awal merupakan kegiatan mengunjungi beberapa kali ke beberapa tempat tanpa berinteraksi dengan subjek. Pada waktu melakukan pengamatan awal, peneliti hanya mengamati subjek, lingkungan subjek, tindakan subjek, tanpa melakukan wawancara. Pada tahap di lapangan, pertanyaan penelitian yang dipersiapkan berupa pertanyaan substantif dan sosiologis yang mendasar dan masalah teoritis yang lebih luas. Pengamatan dapat dilakukan dengan dua cara, pengamatan secara terselubung (undercover research) dan terbuka. Statistik Deskriptif Pada penelitian ini akan digunakan metode analisis kuantitatif dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi menjadi subvariabel dan subvariabel menjadi indikatorindikator yang akan diukur. Kemudian indikator ini dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument berupa pertanyaan maupun pernyataan (Riduwan 2008). Dalam penelitian ini, peneliti telah menentukan variabel secara spesifik. Variabel yang akan diteliti adalah karakteristik wirausaha muslim yang didekatkan kepada karakter Nabi Muhammad SAW dengan indikator atau nilai Islam masing-masing variabel sebagai berikut (Idris, 2006; Antonio, et al 2010; Afdal 2011; Yaacob 2012;) yaitu: Tabel 3 Indikator variabel karakteristik siddiq No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Indikator Tidak pernah membohongi para pelanggan Tidak menyembunyikan cacat produk Menjelaskan kelemahan-kelemahan produk Tidak mencampurkan produk berbeda kualitas Memberikan upah yang layak Memberikan penghargaan kepada pekerja yang berprestasi Objektif dalam mengelola pekerja Menciptakan iklim saling menghormati
19 Tabel 4 Indikator variabel karakteristik amanah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Indikator Memberikan timbangan yang tepat Memberikan harga yang sesuai Memberikan produk sesuai dengan pesanan Berpegang kepada Al-Quran dan Al-Hadits Mengerjakan sholat fardhu tepat waktu Mengerjakan amalan sunnah Dapat dipercaya dalam mengelola modal Senang membantu pelanggan Memberikan hak untuk mengetahui kualitas produk Memberikan hak untuk membatalkan transaksi Tidak menjelekan usaha lain Menghargai perbedaan persepsi
Tabel 5 Indikator variabel karakteristik tabligh No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Indikator Tepat dalam memilih media promosi Tepat dalam membidik segmentasi pasar Tepat dalam menentukan target daya beli konsumen Memberikan pemahaman berwirausaha Islami Melayani dengan sopan santun Senantiasa bersemangat dalam melayani Membuat pekerja terbuka mengenai masalah pekerjaan Mampu mengkomunikasikan keungggulan dan kelemahan produk Tidak pernah memaksa atas transaksi yang dilakukan Senantiasa berusaha berbaik sangka dalam melayani
Tabel 6 Indikator variabel karakteristik fatanah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Indikator Sering menghasilkan produk baru Sering menghasilkan alat-alat baru Sering menghasilkan cara-cara baru Selalu mewaspadai adanya gejolak pada suplai bahan baku Selalu mewaspadai adanya kebijakan baru pemerintah Selalu mewaspadai masuknya pemain baru Selalu mewaspadai adanya inovasi teknologi baru Mengetahui permintaan dan penawaran pasar Mengetahui harga dalam pasar Memiliki pengetahuan yang tinggi terkait dengan usahanya Memberikan sentuhan nilai efektif dan efisien
Kueisioner akan dibagikan kepada pekerja dan pelanggan dari wirausaha muslim tersebut. Penilaian dan bobot nilai dengan menggunakan skala likert secara berurutan disebutkan, sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) sama dengan lima, Setuju (S) sama dengan empat, Ragu-ragu (RR) sama dengan tiga, Tidak Setuju (TS) sama dengan dua dan Sangat Tidak Setuju (STS) sama dengan satu. Pengolahan data kuantitatif menggunakan software Microsoft Office Excel 2013. Setelah data diolah, selanjutnya dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui gambaran kenyataan sebagaimana adanya, memperoleh pemahaman tentang makna tersebut dan mengembangkan suatu penjelasan teoritis. Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengolahan data yang hanya berhubungan
20 dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan dan fenomena. Analisis Kesuksesan Usaha Pada peneltian ini, peneliti akan melihat kesuksesan usaha yang dijalankan wirausaha muslim yang menjadi subjek penelitian. Analisis yang digunakan sebagai indikator kesuksesan usaha wirausaha muslim agribisnis yang diteliti secara kualitatif dan kuantitatif (informasi) dengan membuat tabel dan matrik perkembangan usaha agribisnis wirausaha yang terdiri atas peningkatan pendapatan (omzet), aset (cabang usaha) dan pekerja serta kesuksesan wirausaha secara islami serta kebermanfaatan sosial-ekonomi yang dilakukan.
ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA MUSLIM BERPERSPEKTIF ISLAM Keragaan Responden Wirausaha Muslim Mitra Tani Farm “Secara langsung sih tidak, tapi secara berlahan-lahan mengikuti Rasul. Kita pernah memakai uang dari bank konvensional, ternyata efeknya ke kita ya kurang baik dari ternak dan kandangnya, kandangnya rubuh. Ya udah sebisa mungkin uang dari bank telah kita lunasi, yang riba-riba kita tahu sudah tidak ada” (Wasom 2013) Muhammad Afnan Wasom, SPt, atau yang biasa dipanggil Om Nan ini memulai usahanya pada tahun 2002. Usahanya ini merupakan usaha yang dijalankan bersama tiga rekannya pada saat masih duduk di bangku kuliah. Sebagai mahasiswa peternakan, Pak Afnan sudah pasti mengetahui bagaimana cara merawat ternak. Oleh karena itu, pada saat memulai usahanya ini, Pak Afnan menjalankan usahanya secara mandiri hanya bersama tiga rekannya tanpa pekerja. Mereka membangun usaha ini dengan modal yang berasal dari IPB dalam program wirausaha mahasiswa. Pak Afnan mengawali karirnya saat ini tanpa melalui proses bekerja di perusahaan orang. Bahkan sampai saat ini, beliau mengaku tidak bergabung dalam organisasi manapun. Beliau memulai usahanya dengan terlebih dahulu terlatih menjual makanan-minuman seperti gorengan, krupuk, es, dan sebagainya. Hal ini yang melatih jiwa wirausahanya. Menurut wirausaha yang mengaku belum mencapai kesuksesannya ini, orang yang menjadi inspirasinya dalam berwirausaha adalah Nabi Muhammad SAW. Hal ini juga sejalan dengan motivasi utamanya dalam menjalankan usahanya, yaitu menyebarkan ajaran Allah. Walaupun demikian, layaknya sebuah usaha, permasalahan modal masih menjadi salah satu kendala pada pengembangan usahanya. Mitra Tani Farm merupakan usaha agribisnis di bidang peternakan yang berbentuk usaha Persekutuan Komanditer atau biasa disebut CV (Commanditaire Vennotschaap). Hal tersebut disebabkan usaha ini didirikan dan dimiliki oleh
21 empat orang sarjana lulusan S1 Peternakan IPB. MT Farm sendiri secara resmi berdiri sejak September 2004 yang berlokasi di Jalan Manunggal 51 No. 39 RT 04/05 Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. MT Farm telah memiliki beberapa unit usaha, diantaranya penggemukan ternak (kambing, domba, dan sapi), sayuran organik, pakan dan obat-obatan, katering dan aqiqah, produk olahan ternak, serta warung makan. Dalam menjalankan unit usaha utamanya, yaitu penggemukan kambing/domba, MT Farm menjalin kemitraan inti plasma dengan petani-petani sekitar lingkungan usaha MT Farm. Hal ini dilakukan sebagai upaya pengelolaan stock dan bentuk pemberdayaan masyarakat. MT Farm dalam mancapai tujuan usahanya, memiliki struktur organisasi. Walaupun belum setingkat perusahaan multinasional, namun pengelolaan telah dilakukan dari level karyawan hingga PJ atau manajer. Struktur organisasi di Mitra Tani Farm adalah sebagai berikut: Wirausaha MitraTani Farm
Hubungan Eksternal (Budi S S.)
Produksi (Amrul)
Administrasi dan Kesekretariatan
Pembinaan Suplier/Mitra (Bahrudin)
Pemasaran (M. Afnaan W)
PJ Unit Usaha
PJ Mitra Inti Plasma
Karyawan
Gambar 2 Struktur organisasi Mitra Tani Farm Tiga Dara Group “”Islam” dalam tanda kutip diturunkan banyak dalam konten muammalah yang melindungi semua pihak, investor, pengelola, pekerja, dan konsumen” (Yusuf 2013) Ir H Mukhlis Yusuf atau yang akrab dipanggil pak haji ini memulai usahanya dari tahun 1996. Berbagai usaha agribisnis pernah dijalankan, mulai dari peternakan ayam, perikanan, hingga saat ini subsektor kehutanan. Pria 41 tahun lulusan jurusan Agribisnis IPB ini sadar bahwa dalam menjalankan sebuah bisnis diperlukan fokus dan tujuan ke depan. Oleh karena itu, Pak Mukhlis mulai fokus menjalankan usaha sektor kehutanan pada tahun 2005 dengan menjual materialmaterial bangunan (kayu, papan, dan sebagainya) pada awalnya. Pak Mukhlis mengaku memulai usahanya ini dengan tidak menjadi pekerja di perusahaan orang lain. Beliau memulai usahanya dengan memperkerjakan empat orang pekerja dengan dibantu oleh istri dan keluarganya hingga sekarang.
22 Beliau juga aktif dalam kegiatan pendidikan kewirausahaan dan ikut serta di beberapa organisasi seperti JPMI, PKS, MUI dan lain-lain. Menurut wirausaha yang mengaku belum mencapai kesuksesannya ini, orang yang menjadi inspirasinya dalam berwirausaha adalah Nabi Muhammad SAW. Hal ini juga sejalan dengan motivasi utamanya dalam menjalankan usahanya, yaitu untuk mencapai ridho Allah SWT. Walaupun demikian, pada awal merintis usahanya, Pak Mukhlis ingin menjadi orang terkaya se-Sukabumi. Saat ini, hambatan atau permasalahan yang dihadapi adalah pengelolaan manajemen usahanya. Tiga Dara Group (TDG) merupakan usaha agribisnis di bidang kehutanan yang bermula dari usaha keluarga. TDG terdiri atas beberapa unit usaha dari skala PT (Perseroan Terbatas) sampai PD (Perusahaan Dagang). TDG mulai mengintegrasikan usahanya di bidang peternakan sejak tahun 2005. Tempat usaha TDG yang utama berlokasi di Jalan Rambai, Desa Rambai, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. TDG telah memiliki beberapa unit usaha, diantaranya meubel, kusen, material, dan pembiayaan syariah. Dalam menjalankan usahanya, TDG senantiasa menggunakan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil digunakan untuk dapat meningkatkan semangat dan pertumbuhan aset cabang usahanya. Bagi hasil yang diterapkan dibedakan antara kerjasama dengan keluarga, kerabat atau orang yang dipercaya. Nilai presentasi perbandingannya diantaranya 30:70, 40:60 dan 50:50. TDG dalam mancapai tujuan usahanya, memiliki struktur organisasi. Walaupun belum setingkat perusahaan multinasional, pengelolaan dilakukan dari level karyawan hingga manajer yang terdiri atas beberapa ring atau tingkatan. Struktur organisasi di Tiga Dara Group adalah sebagai berikut: Wirausaha TDG CEO
Accounting
Asst. CEO
Divisi
Divisi
Divisi
Gambar 3 Struktur organisasi Tiga Dara Group Amil Mulia Sejahtera “Sangat, karena tidak mungkin kita sukses sendiri, sukses itu ada pemberi sukses, Allah SWT. Bisnis itu untuk mencari rezeki. Dalam Islam untuk mencari rezeki ada tiga, yaitu dengan bil qaul dengan doa, bil fi’li dengan amal perbuatan dan bil kasab, ini usaha atau manajemen” (Mulyadi 2013)
23 Drs H. Mulyadi, MAg atau yang akrab dipanggil Pak Mul atau Pak Haji ini memulai usahanya sejak kecil. Berbagai usaha telah dijalankan sejak di bangku sekolah dasar sampai saat ini, mulai dari berjualan es, gorengan, minuman rasa, domba, swalayan hingga saat ini sari kurma. Pria 48 tahun yang mengambil jurusan Dakwah di Program Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini sadar bahwa dalam menjalankan sebuah bisnis harus didasarkan kepada keimanan. Oleh karena itu, Pak Mul sangat meyakini secara keimanan bahwa kurma merupakan komoditi yang diberkahi Allah SWT. Pak Mul mengaku memulai usahanya ini dengan tidak menjadi pekerja di perusahaan orang lain. Beliau mengawali usahanya sebagai seorang da’i dan aktif sebagai pengurus yayasan. Beliau juga aktif dalam kegiatan pendidikan kewirausahaan dan pelatihan serta bergabung di beberapa organisasi seperti Asosiasi Pengusaha Herbal Muslim Indonesia, MUI Ciomas dan lain-lain. Menurut wirausaha yang mengaku belum mencapai kesuksesannya ini, orang yang menjadi inspirasinya dalam berwirausaha adalah Nabi Muhammad SAW. Hal ini juga sejalan dengan motivasi utamanya dalam menjalankan usahanya, yaitu menjadi sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, melalui usahnya ini beliau telah memperkerjakan masyarakat sekitar. Saat ini, hambatan atau permasalahan yang dihadapi adalah teknologi dan sumber daya manusia dalam usahanya. Amal Mulia Sejahtera (AMS) merupakan usaha agribisnis di bidang pertanian di subsektor hilir atau pengolahan buah kurma. Usaha AMS berbentuk CV (Commanditaire Vennotschaap). AMS telah mengintegrasikan usahanya dengan usaha distribusi obat-obatan dan minuman herbal sejak tahun 2011. Saat ini, usaha AMS telah memiliki beberapa cabang distribusi, diantaranya Bekasi, Depok, Jakarta dan Sukabumi serta Cianjur. Hal ini dimaksudkan agar pemasaran produk dapat menjangkau pasar yang luas. Oleh karena itu, AMS juga bekerjasama dengan perusahaan distribusi nasional PT. Antarmitra Sembada untuk menjangkau pasar nasional yang lebih luas lagi. Produk yang didistribusikan sejumlah kurang lebih 30 jenis, diantaranya Sari Kurma, habbatussauda, aromatherapy, teh rosella, dan lain-lain dengan brand terbaiknya adalah Sari Kurma Regular. Produk kurma yang digunakan merupakan kurma impor dengan kualitas II dengan syarat bagus, biji kecil dan murah. Dalam menjalankan usahanya, AMS telah menerapkan dan mengembangkan inovasi dan teknologi. Teknologi misalnya, teknologi yang diterapkan sudah semimodern dengan dilengkapi pengelolaan limbah pada pabrik. AMS memiliki struktur organisasi yang cukup rapih dan sistematis. Walaupun belum setingkat perusahaan multinasional, pengelolaan dilakukan dari level karyawan, leader hingga manajer. Struktur organisasi di Amal Mulia Sejahtera adalah sebagai berikut:
24 Wirausaha AMS Direktur Utama
Manajer Keuangan
Admin/ Asisten
Leader Blending
Manajer Produksi
Leader Stock Input
Manajer Pemasaran
Leader Stock Output
Produksi
Leader Cooking
Leader Filling
Distributor
Leader Packaging
Gambar 4 Struktur organisasi Amal Mulia Sejahtera Secara lengkap keragaan responden wirausaha muslim agribisnis dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Keragaan responden wirausaha muslim agribisnisa Nama Lengkap Nama Lengkap Jenis Kelamin Umur (tahun) Tahun Awal Bisnis Umur usaha saat ini (tahun) Pengalaman kerja (tahun) Jumlah Pekerja Awal (orang) Jumlah Pekerja saat ini (orang) Pendidikan Terakhir Sektor Usaha Agribisnis
MT Farm Muhammad Afnaan Wasom L 31 2002 11 0 0 35 S1 Budidaya Peternakan, RM, Pakan Ternak
Badan Usaha CV 20-39 Re-investasi dalam Usahab a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bPersentase (%)
Tiga Dara Group
Amal Mulia Sejahtera
Mukhlis Yusuf
Mulyadi
L 41 2005 8 0 4 250 S1 Produksi Meubel, Outlet Meubel, KBMT/Kredit, Senggon PT 80
L 48 2007 5 0 4 135 S2 Produksi Sari Kurma dan Obat Herbal CV 30
25 Karakteristik Wirausaha Muslim Berperspetif Islam Karakteristik wirausaha muslim dapat dianalisis dengan variabel dari sifat atau karakteristik Rasulullah SAW, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fatanah. Sebagaimana yang telah dikemukakan pada metode analisis data, karakteristik tersebut dihasilkan dari beberapa indikator berupa niilai-nilai Islam. Berikut ini tabel yang mengemukakan penilaian atau respon responden (pekerja dan pelanggan) tiga wirausaha terhadap indikator atau nilai-nilai Islam yang merujuk kepada karakteristik wirausaha muslim berperspektif Islam. Tabel 8 Penilaian terhadap nilai-nilai siddiq pada wirausahaa No
Indikator
Rata-rata skor
Tidak pernah membohongi para 4.60 pelanggan 2. Tidak menyembunyikan cacat produk 4.33 Menjelaskan kelemahan-kelemahan 3. 4.17 produk Tidak mencampurkan produk berbeda 4. 4.33 kualitas 5. Memberikan upah yang layak 4.13 Memberikan penghargaan kepada pekerja 6. 3.90 yang berprestasi 7. Objektif dalam mengelola pekerja 4.07 8. Menciptakan iklim saling menghormati 4.57 a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bpersentase (%) 1.
Persentase rata-rata skor dari rata-rata skor maksimalb 92.00 86.67 83.33 86.67 82.67 78.00 81.33 91.33
Tabel 9 Penilaian terhadap nilai-nilai amanah pada wirausahaa No 1. 2.
Indikator
Rata-rata skor
Memberikan timbangan yang tepat 4.37 Memberikan harga yang sesuai 4.33 Memberikan produk sesuai dengan 3. 4.30 pesanan Berpegang kepada Al-Quran dan Al4. 4.70 Hadits 5. Mengerjakan sholat fardhu tepat waktu 4.63 6. Mengerjakan amalan sunnah 4.17 7. Dapat dipercaya dalam mengelola modal 4.47 8. Senang membantu pelanggan 4.50 Memberikan hak untuk mengetahui 9. 4.47 kualitas produk Memberikan hak untuk membatalkan 10. 4.27 transaksi 11. Tidak menjelekan usaha lain 4.73 12. Menghargai perbedaan persepsi 4.47 a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bpersentase (%)
Persentase rata-rata skor dari rata-rata skor maksimalb 87.33 86.67 86.00 94.00 92.67 83.33 89.33 90.00 89.33 85.33 94.67 89.33
26 Tabel 10 Penilaian terhadap nilai-nilai tabligh pada wirausahaa No
Indikator
Rata-rata skor
1. 2.
Tepat dalam memilih media promosi 4.17 Tepat dalam membidik segmentasi pasar 4.17 Tepat dalam menentukan target daya beli 3. 4.13 konsumen Memberikan pemahaman berwirausaha 4. 4.47 Islami 5. Melayani dengan sopan santun 4.63 6. Senantiasa bersemangat dalam melayani 4.53 Membuat pekerja terbuka mengenai 7. 4.37 masalah pekerjaan Mampu mengkomunikasikan keungggulan 8. 4.23 dan kelemahan produk Tidak pernah memaksa atas transaksi 9. 4.43 yang dilakukan Senantiasa berusaha berbaik sangka dalam 10. 4.47 melayani a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bpersentase (%)
Persentase rata-rata skor dari rata-rata skor maksimalb 83.33 83.33 82.67 89.33 92.67 90.67 87.33 84.67 88.67 89.33
Tabel 11 Penilaian terhadap nilai-nilai fatanah pada wirausahaa No 1. 2. 3.
Indikator
Rata-rata skor
Sering menghasilkan produk baru 4.23 Sering menghasilkan alat-alat baru 3.83 Sering menghasilkan cara-cara baru 4.27 Selalu mewaspadai adanya gejolak pada 4. 4.23 suplai bahan baku Selalu mewaspadai adanya kebijakan baru 5. 3.90 pemerintah 6. Selalu mewaspadai masuknya pemain baru 3.97 Selalu mewaspadai adanya inovasi 7. 3.93 teknologi baru Mengetahui permintaan dan penawaran 8. 4.27 pasar 9. Mengetahui harga dalam pasar 4.20 Memiliki pengetahuan yang tinggi terkait 10. 4.47 dengan usahanya Memberikan sentuhan nilai efektif dan 11. 4.30 efisien a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bpersentase (%)
Persentase rata-rata skor dari rata-rata skor maksimalb 84.67 76.67 85.33 84.67 78.00 79.33 78.67 85.33 84.00 89.33 86.00
Berdasarkan Tabel 8 sampai 11 diatas, pekerja dan pelanggan yang dijadikan responden menilai bahwa karakteristik siddiq wirausaha tertinggi pada nilai Islam tidak pernah membohongi para pelanggan (92.00%), sedangkan amanah pada nilai tidak menjelekan usaha lain (94.67%), tabligh melayani dengan sopan santun (92.67%) dan fatanah memiliki pengetahuan yang tinggi terkait dengan usahanya (89.33%). Dua dari empat indikator tersebut berhubungan langsung dengan pelanggan. Pelayanan yang bagus atau service excellent akan membuat pelanggan ‘betah’ untuk selalu menggunakan produk tersebut. Nabi Muhammmad SAW telah mengajarkan kepada umatnya selalu berbuat baik pada orang lain (Andika 2012). Inilah sebenarnya dasar dari pelayanan yang optimal.
27 Allah SWT berfirman: “Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali-Imran (3): 159) 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
SS S RR TS STS
Siddiq
Amanah
Tabligh
Fatanah
Gambar 5 Distribusi responden terhadap karakteristik wirausaha berperspektif Islam Dari kelima karakteristik wirausaha berperspektif Islam (lihat Gambar 6), maka nilai karakteristik wirausaha dengan skor tertinggi, berturut-turut adalah amanah yaitu 188 responden (52%) menyatakan sangat setuju, tabligh yaitu 135 responden (45%), siddiq yaitu 106 responden (44%) dan fatanah 104 responden (32%). Hal ini mengindikasikan bahwa pada ketiga wirausaha, nilai amanah merupakan karakteristik wirausaha yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha berdasarkan nilai-nilai Islam. Nilai ini meliputi kewajiban seorang muslim terhadap Allah SWT dan pemberian hak-hak pelanggan seperti mendapat pelayanan yang baik, mengetahui kualitas produk dan membatalkan pembelian saat transaksi masih berlangsung. Mitra Tani Farm Analisis karakteristik juga dibahas untuk setiap wirausaha. Karakteristik wirausaha MTF dinilai dari lima pekerja dan lima pelanggan. Berikut ini jumlah rata-rata skor dan persentase penilaian responden untuk masing-masing karakteristik wirausaha berperspektif Islam: Tabel 12 Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik wirausaha Mitra Tani Farma No.
Karakteristik wirausaha
Rata-rata skor
SS 1. Siddiq 4.30 38.75 2. Amanah 4.46 50.83 3. Tabligh 4.23 38.00 4. Fatanah 3.91 15.45 a b Sumber: Data primer yang diolah (2013).; Persentase (%)
Jumlah respondenb S RR TS 52.50 8.75 0.00 44.17 5.00 0.00 48.00 13.00 1.00 60.00 24.55 0.00
STS 0.00 0.00 0.00 0.00
28 Berdasarkan Tabel 12, pekerja dan pelanggan secara umum setuju menilai wirausaha MTF memiliki karakteristik wirausaha secara Islami dalam berwirausaha. Karakteristik ini mencakup dalam sifat-sifat Nabi yang mulia yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh dengan penilaian karakteristik yang paling tinggi berada pada karakteristik amanah. Karakteristik amanah terlihat dari pada umumnya pekerja dan pelanggan menilai wirausaha amanah sebagai wirausaha dengan memberikan hak-hak pelanggan seperti hak untuk mengetahui kualitas ternak dan membatalkan pembelian ternak saat transaksi masih berlangsung. Wirausaha mempersilahkan petani mitra plasma MTF untuk memilih ternak yang akan digemukan secara langsung pada kandang. Dalam hubungan dengan ini, salah satu petani mitra plasma mengungkapkan sebagai berikut: “Kurang baik apa, kandang dibikinin, kambing tinggal milih” Tiga Dara Group Karakteristik wirausaha TDG dinilai dari lima pekerja dan lima pelanggan. Berikut ini jumlah rata-rata skor dan persentase penilaian responden untuk masing-masing karakteristik wirausaha berperspektif Islam: Tabel 13 Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik wirausaha Tiga Dara Groupa No.
Karakteristik wirausaha
Rata-rata skor
SS 1. Siddiq 4.58 65.00 2. Amanah 4.61 64.17 3. Tabligh 4.68 68.00 4. Fatanah 4.39 50.00 a b Sumber: Data primer yang diolah (2013).; Persentase (%)
Jumlah respondenb S RR TS 28.25 5.00 1.25 32.50 3.33 0.00 32.00 0.00 0.00 39.09 10.91 0.00
STS 0.00 0.00 0.00 0.00
Berdasarkan Tabel 13, pekerja dan pelanggan secara umum setuju menilai wirausaha TDG berkarakteristik wirausaha secara Islami dalam berwirausaha. Karakteristik ini mencakup dalam sifat-sifat Nabi yang mulia yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh dengan penilaian karakteristik yang paling tinggi berada pada karakteristik tabligh, bahkan mencapai angka 100 persen responden menyatakan setuju dan sangat setuju. Hal ini secara umum terlihat dari pekerja dan pelanggan menilai wirausaha memiliki kecakapan dalam melakukan komunikasi bisnis, seperti dalam penyampaian produk, pelayanan pelanggan, dan promosi. Menurut Antonio (2010), dengan sifat tablighnya, seorang pebisnis diharapakan mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran. Amal Mulia Sejahtera Karakteristik wirausaha AMS dinilai dari sepuluh pekerja. Berikut ini jumlah rata-rata skor dan persentase penilaian responden untuk masing-masing karakteristik wirausaha berperspektif Islam:
29 Tabel 14 Rata-rata skor dan jumlah penilaian responden terhadap karakteristik wirausaha Amal Mulia Sejahtera No.
Karakteristik wirausaha
Rata-rata skor
1. Siddiq 3.91 2. Amanah 4.28 3. Tabligh 4.17 4. Fatanah 4.14 a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bPersentase (%)
SS 28.75 41.67 29.00 29.00
Jumlah respondenb S RR TS 41.25 22.50 7.50 46.67 10.00 1.67 59.00 12.00 0.00 55.45 15.45 0.00
STS 0.00 0.00 0.00 0.00
Berdasarkan Tabel 14, pekerja secara umum setuju menilai wirausaha AMS memiliki karakteristik wirausaha secara Islami dalam berwirausaha. Karakteristik ini mencakup dalam sifat-sifat Nabi yang mulia yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh dengan penilaian karakteristik yang paling tinggi berada pada karakteristik amanah. Hal ini secara umum terlihat dari pekerja menilai wirausaha menjalankan kewajiban sesuai yang Allah perintahkan seperti sholat fardhu, menunaikan zakat dan berpuasa. Salah satu penuturan yang disampaikan pekerjanya, wirausaha selalu menyalurkan zakatnya ke saudara dan tetangga di lingkungannya. Hal ini juga sesuai menurut Yacoob and Azmi (2012) bahwa untuk menjadi seorang wirausaha sukses, wirausaha muslim harus mempunyai iman dan taqwa kepada Allah SWT. Mohammad Sahar (dalam Yacoob and Azmi 2012) menuliskan beberapa karakteristik keagamaan diantaranya menunaikan sholat lima waktu, zakat, sedekah, sholat dhuha dan tahajud serta selalu bersyukur. Perbandingan Penilaian Karakteristik Wirausaha Berperspektif Islam pada Tiga Wirausaha Muslim Berdasarkan hasil penilaian skor yang dilakukan terhadap pekerja dan pelanggan di pembahasan sebelumnya, diperoleh perbandingan ketiga wirausaha berdasarkan skor dan persentase penilaian responden. Persentase penilaian responden didapatkan dari perkalian jumlah jawaban responden dengan skor jawaban. Penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Perbandingan penilaian karakteristik wirausaha berperpektif Islam pada tiga wirausaha muslima Rata-rata skor MTF TDG 1. Siddiq 4.30 4.58 2. Amanah 4.46 4.61 3. Tabligh 4.23 4.68 4. Fatanah 3.91 4.39 Total skor 16.90 18.26 a Sumber: Data primer yang diolah (2013).; bPersentase (%) No
Karakteristik Wirausaha
AMS 3.91 4.28 4.17 4.14 16.50
Persentase penilaianb MTF TDG AMS 86.00 91.50 78.25 89.17 92.17 85.67 84.60 93.60 83.40 78.18 87.82 82.73
Berdasarkan Tabel 15, penilaian karakteristik wirausaha oleh pekerja dan pelanggan secara berurutan dari yang tertinggi adalah wirausaha TDG, MTF, dan AMS. Bapak Mukhlis Yusuf selaku wirausaha dari TDG sangat meyakini bahwa pekerjaan atau usahanya ini merupakan ibadah yang digunakan sebagai jalan mencapai ridha Allah SWT. Hal inilah yang menjadi landasan untuk senantiasa menjalankan usahanya secara baik dan benar sesuai syariat Agama Islam.
30 Menurutnya, kejujuran merupakan salah satu aspek penting yang wajib diterapkan dalam berwirausaha selain profesionalitas dan loyalitas. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu pelanggannya yang sekaligus menjadi mitra beliau: “Iyah, akang mah tara ngabohong, da mun ngabohong dicarekan” (Iya akang tidak pernah berbohong, karena jika berbohong dimarahi) Pak Mukhlis juga dinilai sebagai wirausaha yang ramah terhadap pekerja dan pelanggannya, berikut ini beberapa penuturan mereka: “Akang menghargai perbedaan, terkadang terjadi perselisihan, dan jika terjadi biasanya akang mengalah "Untuk kesekian kalinya bos mengalah kepada karyawan" setelah itu pulang walaupun agak cemberut, tetapi keesokan harinya sudah seperti biasa kembali”.
ANALISIS PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Peternakan Mitra Tani Farm Sebagai salah satu usaha agribisnis peternakan di Jawa Barat, Mitra Tani Farm (MTF) yang telah mencapai usia satu dasawarsa, terbilang sukses dalam perkembangannya. Hal ini terlihat dari ekspansi yang dilakukan berupa pendirian cabang-cabang usaha serta memposisikan usahanya sebagai usaha yang memberdayakan petani dalam pengembangannya. MTF sampai saat ini telah memiliki beberapa usaha yang terintegarasi dari hulu hingga hilir untuk usaha peternaknya. Beberapa cabang usahanya selain penggemukan ternak, yaitu produk bahan baku peternakan, olahan susu, aqiqah, makanan kaleng, warung makan, katering, sayuran organik, dan sebagainya. Dengan adanya integrasi ini, MT Farm dapat memanfaatkan limbah peternakan untuk sayuran organik, daging untuk bahan baku masakan warung, dan sebagainya. Hal ini seperti yang diungkapkan wirausaha, Pak Afnaan Wasom: “Ekspansi yang dilakukan MT Farm ke depan adalah pengembangan pembibitan ternak yang sekalgius menyuplai bahan baku untuk warung atau restorannya nanti”. Manajemen Pemasaran Praktek manajemen pemasaran yang diterapkan oleh MTF yaitu dengan upaya meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produknya. MTF menyediakan ternak dengan kualitas terbaik serta dengan pelayanan yang maksimal, dan yang paling terpenting adalah halal, jelas dan baik. Beberapa praktek manajemen pemasaran yang dijalankan MTF adalah, sebagai berikut: 1. Produk MTF menjual ternak dalam keadaan hidup sampai keadaan siap makan. Kualitas produk dapat dilihat dari ternak yang dijual bebas dari penyakit dan cacat. Dalam menjual ternaknya, MTF tidak pernah menjual ternak yang sakit. Hal ini seperti yang disampaikan salah satu pekerjanya:
31 “Bapak tidak pernah menjual ternak yang sakit, biasanya ternak yang sakit parah segera disembelih sebelum meninggal dan terkadang dagingnya dibagikan kepada pekerja”. Selain itu, demi menjaga kualitas pelayanan, MTF senantiasa meminta konsumen untuk langsung dapat memilih ternak yang diinginkan di kandang langsung. Jika konsumen berhalangan untuk datang, maka MTF tidak keberatan untuk mengirimkan foto ternak yang akan dibeli. Hal ini menjelaskan bahwa produk yang ditransaksikan adalah jelas tidak gharar (tipuan/ketidakjelasan). Praktek-praktek tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara melempar batu dan jual beli gharar”. (H.R, Muslim) Dalam berwirausaha, wirausaha MTF juga senantiasa memelihara kejujuran. MTF selalu mengkomunikasikan keadaan produknya kepada pelanggan apa adanya, tanpa menutupinya. Jika terdapat kelemahan atau cacat pada ternaknya, maka wirausaha menyampaikan dalam penawarannya. Ternak ditimbang secara langsung tidak kurang atau lebih dari angka yang tertera pada timbangan. Proses penimbangan ternak dapat disaksikan langsung oleh pelanggan MTF menghitung harga ternak sesuai dengan takaran bobot ternak (dalam kg) tidak dengan menduga per ekornya (besar kecilnya). Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT: “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, timbanglah dengan timbangan yang lurus dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya.” (Q.S. AsySyuara (26):181-183) MTF mendapatkan pasokan ternak juga dengan melakukan kemitraan inti plasma dengan petani. Penjualan ternak tidak langsung menjual ternak petani saat masih berada di petani. MTF baru menjual ternak tersebut setelah ternak sampai ke kandang MTF. Hal ini sesuai dengan larangan Nabi Muhammad SAW tentang menjual barang yang belum selesai diserah-terimakan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Melarang seseorang menjual bahan makanan yang telah dibelinya sebelum ia menerimanya”. Seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas, “Kenapa dilarang? Ibnu Abbas menjawab, “Karena dirham ditukar dengan dirham sedangkan bahan makanan ditangguhkan”. (HR. Bukhari) 2. Harga MTF menetapkan harga dengan melihat mekanisme pasar, yang juga disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan. Strategi penetapan harga oleh MTF dilakukan dengan menghitung total biaya per satuan, kemudian ditambah margin atau untung bersih yang diinginkan oleh wirausaha. Oleh karena itu, kualitas menjadi hal yang diperhatikan oleh MTF dalam menghadapi persaingan. Menurut Andika (2012) diperlukan sikap sukarela (‘an taradhin) diantara permintaan dan penawaran yang bermakna tidak menganiaya dan mendzalimi. Hal ini bahkan terlihat dari sikap MTF dalam melakukan penawaran diantara
32 ppelaku usahha ternak (p pesaing). M MTF tidak sungkan untuk u membbagi order kkepada pesaaing apabila order tiddak terpenu uhi oleh MTF. Kemuddian harga yyang dihitung berdasaarkan bobott ternak dapat mengu urangi prakktek tawar m menawar yaang berlebih han dan kuurang jelas karena tidaak ada yangg dijadikan sebagai patookan penetuan harga. S ebagaimanaa Sabda Rassulullah SA AW: “Jangannlah seoran ng muslim menawar atas tawarran saudarranya” (H.R. Muslim) 3. P Promosi S Seiring berkkembangnyaa usaha inii, MTF tentu memerlu ukan promoosi sebagai bbentuk penggenalan keepada masyyarakat luas sebagai konsumen. Beberapa kkegiatan proomosi yang g dilakukaan diantaran nya melalu ui stasiun T TV, radio, suratkabar, dan brosu ur. Dalam promosi yang dilaakukan, M MTF selalu m menampilkaan promosi dengan m menarik tanp pa meningg galkan nilaii kejujuran ddan kebenarran atau jau uh dari sumppah palsu/k kebohongan. Selain itu MTF juga m mengemas promosi p meelalui buku risalah aqiq qah yang diiberikan graatis kepada ppelanggan MTF. M P Promosi yanng dilakukan n oleh MTF F juga tetap memperhattikan nilai-nnilai sosial. S Sebagai conntoh, pada saat launcching caban ng usaha baru, b Waruung Makan K Karasa, MT TF mengund dang seluruuh tukang ojek di sek kitar desa, anak-anak yyatim, ibu joompo dan tetangga t sekkitar untuk makan gratis di warunng. Hal ini bberarti MTF F telah melaakukan strattegi shared value dalam m berwirauusaha, yaitu m menjalankann aktivitas usaha u sekaliigus membeerdayakan masyarakat. m
Gam mbar 6 Maakan gratis ddalam rangk ka launching g Warung Maakan Karasaa Distribusi/Lokasi 4. D D Dalam menjjalankan seebuah usahaa, pertimbangan lokasi dan distriibusi (jalur ddistribusi) merupakan m faktor yaang pentin ng. Pertimb bangan fakktor lokasi ddimaksudkann dengan mempertimb m bangkan berrbagai sisi yang y berkaittan dengan lookasi perusahaan, sep perti aksessibilitas, baahan baku,, tingkat aakomodasi, kkeadaan linggkungan sek kitar dan seebagainya. Sedangkan S faktor distriibusi dapat ddilihat dari efisiensi e seb buah usaha dalam kegiaatan distribu usi, kepadaa konsumen aatau pemasook. U Usaha peterrnakan ini mengawali m penentuan lokasi den ngan melihaat keadaan liingkungan sekitar, seperti sumbber daya allam dan su umber dayaa manusia. S Sukarno (22010) meny yebutkan bbahwa keg giatan prod duksi adalaah bentuk kketundukan,, pengabdian man anusia, seerta peng gembangan potensi kkemanusiannnya dengan n cara menngolah alam m semesta dan faktorr produksi laainnya denggan berlandaskan keyakkinan terhad dap Allah SWT. S
33 MTF mengambil lokasi di Desa Tegal Waru, Ciampea, Bogor. Lokasi ini dipilih pada awalnya atas pertimbangan lokasi tersebut adalah area yang jarang penduduk dan bernuansa asri (banyak tumbuhan), tetapi masih berada di sekitar lingkungan masyarakat. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi dampak lingkungan usaha, baik dari sisi alam maupun sosial. Dari sisi alam, MTF memilih lokasi kandang ke wilayah yang kosong perumahan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan seperti bau kotoran dan suara ternak. Posisi kandang langsung berada di atas tanah agar langsung dapat menyerap kencing dan kotoran sehingga bau dapat dikurangi. Lokasi kandang ditempatkan di sebelah lahan rumput sebagai sumber daya pakan ternak. Ketersedian pakan dijaga agar ternak tidak kelaparan yang dapat mengakibatkan ternak mengembik. Sedangkan dari sisi sosial, MTF memberdayakan masyarkat sekitar untuk dilibatkan dalam pekerjaan. Masyarakat sekitar lokasi juga menjadi subjek amalan bagi usaha ini, yaitu melalui santunan anak yatim dan jompo, Beasiswa Agrobisnis Domba, dan sebagainya. 5. Pelayanan MTF menyediakan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Hal ini secara jelas terlihat dari pelayanan penjualan ternak yang dapat konsumen beli dalam kondisi masih hidup, sudah dipotong, sudah siap masak bahkan sudah siap makan. Konsumen dapat memilih ternak yang diinginkan secara langsung di kandang dan membatalkan transaksi selama transaksi masih berlangsung. MTF juga memberikan servis secara cepat tidak lama, murah senyum tidak cemberut, dan semangat serta sedikit bergurau, karena dengan begitu konsumen akan puas. Hal tersebut menjadi bukti adanya kualitas pelayanan terbaik (service excellent). Hal ini termaktub dalam firman Allah SWT: “Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali-Imran (3): 159) MTF, menjalankan usahanya dengan pelayanan yang terbaik dengan disertai kejujuran, ketulusan, dan bersungguh-sungguh dalam pelaksanaanya. Hal yang demikian adalah demi tercapainya keberkahan dan loyalitas pelanggan. Manajemen Produksi Konsep produksi Islam berangkat dari status manusia sebagai ‘abd dan khalifah fi al-ardh, dimana kegiatan produksi menjadi manifestasi ketundukan manusia pada Allah SWT (QS Hud (11): 61) sekaligus menjadi sarana untuk mengaktualisasi kemampuannya (QS Al-An’am (6): 165) (Sukarno 2010). Hal ini yang kemudian diterapkan dalam aspek produksi usaha MTF yang pada dasarnya meyakini bahwa usaha memelihara makhluk hidup dengan baik menjadi bagian dari konsep Islam. Beberapa praktek manajemen produksi dalam perspektif Islam sebagai berikut: 1. Pabrik dan Bahan Baku MTF sebagai usaha bidang peternak memiliki kekhususan dalam penentuan pabrik, yang dalam hal ini adalah kandang ternak. Empat kandang ternak
34 dibangun di area yang jauh dari perumahan warga namun dekat dengan lingkungan alam, seperti sawah, ladang dan sungai. Hal ini bermanfaat bagi ternak sehingga dapat menikmati suasana alam. Hal ini disebabkan pada usaha penggemukan, ternak hanya ditempatkan di dalam kandang. Kandang dibangun dengan atap dan umpak yang tinggi untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik dan kemudahan dalam pembersihan kandang. Selain itu, kandang ini dibangun di atas tanah langsung (tanpa semen) untuk menyerap air kencing dan kotoran ternak sehingga dapat mengurangi polusi udara. Limbah kotoran dan tanah tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk budidaya sayuran organik yang juga dikelola oleh MTF. Faktor-faktor produksi yang digunakan oleh MTF diantaranya adalah karkas, pakan, alat-alat produksi, dan obat-obatan. Persediaan ternak/bangkalan didapatkan oleh MTF dari beberapa daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. MTF tidak pernah berupaya menimbun produk, bahkan siklus keluar-masuk ternak pada kandang terjadi relatif cepat yaitu hampir setiap hari. Sebagian besar persedian ternak yang siap dijual, MTF penuhi dengan melakukan hubungan kemitraan inti-plasma dengan peternak sekitar desa. Hal ini merupakan upaya MTF agar tidak kekurangan ternak sekaligus dapat memberdayakan petani sekitar. Wirausaha MTF menyatakan: “Saya melakukan kemitraan seperti ini selain untuk stok ternak, juga niatnya berbagi rezeki dengan petani sekitar”. Bahan pakan yang digunakan oleh MTF terdiri atas rumput, konsentrat, ampas tahu dan ampas tempe yang diberikan sesuai takaran per ekor per hari. Wirausaha beranggapan bahwa sudah menjadi fitrahnya ternak sebagai herbivora diberikan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pakan yang berasal dari non-tumbuhan seperti tepung tulang, tepung darah dan sebagainya tidak selayaknya diberikan pada ternak, karena mungkin menjadi penyebab penyakit sapi gila, seperti yang ada di Amerika. 2. Faktor Manusia dan Desain Kondisi Kerja Wirausaha saat ini telah memiliki kurang lebih 35 pekerja yang terbagi atas admin, sekretaris bendahara, PJ dan pekerja kandang. Hampir seluruh pekerja yang bekerja di MTF merupakan saudara dari wirausaha dan masyarakat yang ada di lingkungan desa. Hal ini sesuai seperti yang dinyatakan dalam Firman Allah SWT: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." (QS. Al-Baqarah (2):215). Wirausaha memperlakukan pekerja sebagai rekan dalam berwirausaha. Hal ini terlihat dari sikap pekerja yang terbuka dan senang bergaul dengan wirausaha. Pekerja tidak sungkan mengkomunikasikan setiap masalah yang ditemuinya kepada wirausaha. Selain itu, tidak jarang pekerja ikut serta dalam pengajian bersama dengan wirausaha. MTF kemudian dilanjutkan dari jam 13.00 sampai 15.00 WIB. Total jam kerja yang dilakukan pekerja adalah 6.5 jam. Pekerja bekerja setiap hari dengan jatah
35 libur setengah hari dalam satu minggunya. Pekerja juga diminta bergilir per malam dua orang untuk jaga malam atau ronda dengan upah terpisah setiap minggunya. Jenis pekerjaan telah ditentukan di awal bekerja dan akan diberitahukan kemudian jika terdapat perubahan. Hal ini berarti wirausaha tidak mengeksploitasi pekerjanya untuk bekerja di luar kemampuan pekerja. 3. Proses Produksi, Persediaan dan Pengendalian Kualitas dan Biaya Usaha peternakan merupakan usaha yang berkaitan dengan makhluk hidup (merawat dan memberi pakan) yang menurut wirausaha sudah menjadi sebuah syiar tersendiri. Hal ini berimplikasi kepada kegiatan produksi yang harus dikerjakan setiap hari. Wirausaha akan merasa berdosa apabila ternak sampai sakit atau kelaparan. Kegiatan produksi yang dilakukan setiap hari diantaranya adalah membersihkan kandang pagi dan sore, memberi pakan pagi dan sore, dan memeriksa kesehatan. Kegiatan lain yang juga dilakukan adalah memberikan obat, mencukur rambut dan memandikan ternak. Masing-masing kandang dipegang oleh satu orang pekerja dengan dibantu satu manajer pada bagian produksi. Kegiatan produksi tersebut dilakukan MTF secara efektif dan efisien yang merupakan bagian dari etika produksi dalam Islam. Selain usaha penggemukan ternak, MTF juga melakukan kegiatan pembibitan atau pengembangbiakan. Dalam kegiatan produksinya, wirausaha tidak pernah melakukan pengembangbiakan dengan cara Insiminasi Buatan (IB). Suntik hormon untuk menyeragamkan birahi ternak juga tidak pernah dilakukan oleh wirausaha. Wirausaha membiarkan sang induk menyusui anaknya sendiri sampai waktu tiga bulan dan baru mengawinkan lagi (tidak langsung dikawinkan lagi). Menurut wirausaha, hal ini bertentangan dengan fitrah atau tidak seharusnya dilakukan oleh ternak. Penyembelihan hewan ternak dilakukan oleh MTF berkisar 5-10 ekor setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan pada malam hari dan dilakukan oleh pekerja khusus. Beberapa praktek dilakukan secara Islami oleh wirausaha, diantaranya membaca basmallah, doa, takbir dan shalawat untuk setiap ekor ternak yang disembelih. Ternak diposisikan dengan baik dan diikat, pisau yang digunakan tajam, serta ternak dikuliti setelah ternak dipastikan mati. Selain itu, untuk alasan kesehatan dan kenikmatan, daging yang selesai dikuliti dibiarkan sampai darah sudah tidak menetes. Praktek-praktek tersebut sesuai dengan perintah Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya dan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An’am (6): 121). “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu. Karenanya jika kalian membunuh (secara hak) maka perbaikilah cara kalian membunuh & jika kalian menyembelih maka perbaikilah cara kalian menyembelih, hendaknya orang yang menyembelih itu menajamkan pisaunya & memberikan kenyamanan kepada hewan yang akan dia sembelih.” (H.R. Muslim)
36 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan aspek penting yang harus diperhatikan wirausaha, apalagi dalam perspektif Islam. Agama Islam memerintahkan wirausaha untuk dapat saling bekerja sama demi tercapainya kemashlahatan manusia. Demikian juga praktek manajemen sumber daya manusia yang coba dilakukan MTF terhadap usaha peternakannya. Beberapa praktek manajemen sumber daya manusia islami yang dijalankan, sebagai berikut: 1. Rekrutment dan Seleksi Dalam tahapan rekrutmen dan seleksi ini MTF masih belum mencapai sebuah sistem seperti yang diadakan oleh perusahaan. Pengadaan pekerja baru dilakukan melalui rekomendasi dari pekerja yang telah lebih lama bekerja. Wirausaha mengakui belum mencapai proses rekrutment formal, hal ini karena skala usaha belum mencapai perusahaan besar. Pada tahap rekrutmen dan seleksi, wirausaha sebenarnya mencari pekerja lakilaki dengan usia muda dan memiliki semangat dan tenaga yang tinggi, tetapi pada kenyataanya, pekerja muda banyak yang tidak ingin bekerja yang berat, kotor dan bau. Oleh karena itu, sebagian besar pekerja yang ada di MTF adalah laki-laki rata-rata memiliki umur di atas 40 tahun. Sedangkan perekrutan pekerja wanita diminimalis mungkin dan ditempatkan pada kegiatan seperti sekretaris, bendahara, mencuci sayuran, dan memasak yang sesuai kemampuan (tidak berat) dan tidak berbaur dengan lawan jenis. Wirausaha meyakini bahwa perempuan tidak semestinya bekerja kecuali dengan syarat-syarat yang diperbolehkan seperti pekerjaan tidak terlarang, beradab Islam dan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri. Tidak terdapat persyaratan khusus dalam proses rekrutmen pekerja MTF, selain memiliki passion dan mau bekerja. Pada pekerja di level staff, wirausaha tidak mensyaratkan keahlian khusus. Sedangkan posisi manajer disyaratkan memiliki keahlian khusus seperti pengetahuan budidaya, administrasi, dan operasi komputer, sehingga dibutuhkan pengalaman pendidikan setingkat diploma atau sarjana. Saat ini terdapat beberapa manajer yang masih muda. Wirausaha berharap dapat menjadikan mereka sebagai calon penerus atau regenerisasi usaha peternakan ini. Pekerja sebagian besar berasal dari desa yang sama dimana usaha MTF berdiri. Hal ini selain dapat memberdayakan masyarakat sekitar, pekerja juga bisa datang dan pulang tepat waktu. Kemudian pekerja juga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar tempat usaha. Karakteristik awal pekerja dirasakan wirausaha masih belum beretika islami, contohnya pekerja yang belum sholat lima waktu dan pekerja wanita yang pada awalnya masih belum mengenakan jilbab. Wirausaha berusaha menghimbau dan memberikan nilainilai Islam terhadap pekerjanya. Hal ini ditegaskan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh wirausaha: “Kami mencari dulu pekerja kami, kemudian baru memberikan ketentuan. Mereka kami arahkan untuk sholat berjamah bersama pada saat waktu Dhuhur. Kalau menurut Ust. Yusuf Mansur, berdakwah sehari satu ayat, bagi kami satu huruf saja sudah alhamdulillah”.
37 2. Penilaian Kerja dan Kompensasi Sebagai usaha yang telah memiliki pekerja, penilaian kerja menjadi sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh MTF, namun wirausaha senantiasa memperhatikan dan menjaga komunikasi dengan semua pekerja. Berkenaan dengan hal ini, wirausaha memiliki prinsip untuk tidak sampai memecat pekerja. Setelah menilai kinerja dan mendapatkan kesalahan dari pekerja, wirausaha senantiasa mengingatkan dan memperbaiki seperti yang seharusnya dikerjakan. Apabila pekerja kembali melakukan kesalahan, maka kembali diingatkan dan seterusnya sampai pekerja dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Wirausaha belum pernah memberikan sanksi atau hukuman kepada pekerja. Kompensasi merupakan hak yang harus diberikan kepada pekerja. Upah yang diterima pekerja MTF saat ini berkisar 25-35 ribu rupiah yang disesuai dengan bobot dan lama bekerja. Besarnya gaji dihitung per hari serta disetorkan setiap minggunya pada hari Sabtu. Gaji saat ini masih belum sesuai atau masih di bawah dengan Upah Minimum Regional (UMR) di Bogor. Hal ini menurut sebagian pekerja dirasakan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari mereka, namun mereka menyadari gaji yang diberikan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Pekerja juga merasa bersyukur sudah mendapatkan makan siang yang sesuai dengan porsi mereka. Menurut wirausaha, gaji yang diberikan disesuaikan dengan besarnya gaji yang ada di pasaran lingkungan sekitar. Besarnya gaji yang diberikan MTF langsung ditentukan oleh wirausaha saat pertama kali pekerja bekerja dan disetujui oleh pekerja serta meningkat selama 2-3 tahun berjalannya lama pekerja bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ahmad dalam Hashim (2009), upah dan kompensasi berdasarkan kepada perjanjian di awal dan seharusnya meningkat sesuai keadaan. Islam melarang berbagai penyalahgunaan barang milik wirausaha oleh pekerja. Pekerja hanya berhak atas upah yang telah disepakati. Pembagian upah di luar yang ditetapkan, baik ketidakjujuran maupun pencurian, keduanya sangat dilarang oleh Islam. Wirausaha MTF juga memberikan kompensasi lain yang tidak berupa uang diantaranya menyediakan makan siang sebagai pengganti rokok dan kopi yang dianggap tidak baik, memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) baik Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha, memberikan daging atau jeroan pada saat ada kelebihan, atau ternak sakit yang harus dipotong, memberikan baju koko dan peci, serta memperhatikan kesehatan pekerja. Wirausaha menyatakan baru-baru ini menanggung biaya rumah sakit pekerja yang kecelakaan dan sakit. Hal ini juga dikuatkan dengan salah satu pernyataan pekerja MTF, “Saya misalnya kecelakaan saat bekerja, langsung diobati ke rumah sakit” 3. Pelatihan dan Pengembangan Pelatihan dan pengembangan pekerja merupakan aspek yang diperlukan untuk dapat meningkatkan kinerja pekerja. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh usaha MTF terhadap pekerjanya. Walaupun tidak dilakukan secara formal, namun kegiatan ini dapat dirasakan oleh wirausaha dan pekerja dalam hal peningkatan kinerja masing-masing.
38 MTF melakukan pelatihan dan pengembangan secara tidak formal, namun dengan cara mencontohkan, mengingatkan, serta mengajak kepada kegiatankegiatan yang bermanfaat baik dari sisi moral, fisik maupun spiritual. Beberapa prakteknya, yaitu MTF mehimbau pekerja untuk mengerjakan Sholat Dzuhur berjamaah di Mushola, membacakan Hadits setelah selesai Sholat Dzuhur, mengadakan pengajian, menghimbau pekerja wanita untuk mengenakan jilbab dan beberapa praktek dan adab Islam yang dilakukan oleh wirausaha saat bekerja seperti membaca basmalah, puasa sunnah, mengenakan peci, memelihara jenggot dan sebagainya. Hal tersebut sesuai pernyatan Altalib (dalam Hashim 2009) yang menegaskan bahwa pelatihan dan pengembangan secara islami adalah mencakup semuanya, mulai dari pengembangan moral dan spiritual manusia dan pada akhirnya pada pengembangan fisikal. Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat sebuah pengumuman yang tertempel di tempat kerja berkaitan dengan hal ini, bertuliskan sebagai berikut: “Pengumuman. 15 menit sebelum dan sesudah jadwal sholat, seluruh karyawan wajib istirahat shalat berjamaah di mushola!!” Khususnya pada pekerja wanita, wirausaha sebenarnya tidak pernah secara langsung meminta pekerja mengenakan jilbab, namun semakin lama mereka merasa segan terhadap wirausaha. Hal ini disebabkan mereka melihat bahwa pemimpin mereka memiliki adab Islam yang baik sehingga mereka mengenakan jilbab, walaupun mungkin ada yang hanya memakainya pada saat sedang bekerja di MTF. Wirausaha menghimbau pekerja untuk mengerjakan ibadah Sholat Dzuhur berjamah. Berkaitan dengan hal tersebut, wirausaha memberikan jam istirahat siang yang lebih lama yaitu dimulai dari jam 11.00 agar pekerja dapat mandi dan bersiap-siap terlebih dahulu untuk sholat berjamaah. Motivasi senantiasa diberikan wirausaha dalam bentuk arahan dan target kerja setiap harinya. Misalnya dari jam sekian sampai sekian pekerja harus menyelesaikan bagian ini. Hal ini dilakukan agar kerja pekerja dapat terkontrol. Walaupun jarang terjadi, permasalahan terkadang muncul diantara pekerja, misalnya karena ketidaknyamanan di antara pekerja. Untuk hal ini, wirausaha menyelesaikan permasalahan ini tanpa harus membicarakan secara langsung kepada pekerja bersangkutan. Menurut wirausaha, permasalahan yang ada bukan untuk diperbesar masalahnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Pak Afnaan Wasom: “Misal ada empat orang bekerja di kandang. Kemudian salah satunya dianggap kurang professional dan sebagainya. Maka yang saya lakukan adalah dengan memindahkan jobdesk satu orang tadi ke bagian lain, yang terpisah dengan mereka.” Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aspek penting yang harus dilakukan untuk mengetahui keadaan keuangan usaha. Laporan laba rugi, arus kas, perubahan modal, neraca dibutuhkan untuk menganalisis sejauh mana perkembangan sebuah usaha dari aspek finansial. MTF adalah usaha yang telah lama menghasilkan profit dan melakukan investasi sehingga membutuhkan pengelolaan keuangan. Beberapa praktek manajemen keuangan yang diterapkan oleh wirausaha, sebagai berikut:
39 1. Pengelolaan Keuangan dan Transaksi yang Diperkenankan Rasulullah MT Farm saat ini dibangun dengan modal dari investor, dengan presentase bagi hasil wirausaha dibandingkan investor adalah 70 : 30. Saat ini, wirausaha mendapatkan penghasilan dengan sistem gaji, artinya untung atau rugi, wirasuaha tetap mendapatkan alokasi gaji atau pendapatan. Hal ini berbeda pada awal berjalannya usaha yang menggunakan sistem bagi hasil yang besarnya tergantung dari keadaan usaha. Perubahan sistem ini disebabkan wirausaha saat ini telah berkeluarga sehingga memerlukan finansial untuk kebutuhan sehari-hari. Pada awal usaha, MTF hanya melakukan pencatatan keuangan dalam bentuk hardcopy atau berupa pencatatan dalam buku. Pencatatan yang dilakukan pun masih tergolong sederhana, yaitu hanya terbatas keluar-masuk barang. Seiring dengan perkembangannya, MTF di tahun 2012 mulai melakukan pengelolaan keuangan secara komputerisasi dengan Ms. Excel untuk tujuan pembuat laporan-laporan keuangan yang diperlukan shareholder. Laporan keuangan tersebut diantaranya, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca dan neraca lajur. Dalam perkembangannya, MTF membutuhkan lembaga keuangan perbankan untuk kebutuhan investasi lanjut. Saat ini MTF memperbesar skala produksinya dengan menjalin kemitraan dengan petani dan bank umum, yaitu Bank Mandiri dan Bank Permata. Wirausaha mengetahui sistem bunga dari bank konvensional yang mengandung unsur riba. Oleh karena itu pembiayaan yang digunakan berasal dari dana ZIS dan CSR bank. Pemanfaatan lain yang dilakukan hanya untuk mempermudah transaksi dengan pelanggan. Pola kemitraan yang dijalankan berupa kemitraan plasma dengan menggunakan akad bagi hasil mudharabah. Perbandingan bagi hasil untuk kemitraan antara bank : MTF : petani ini adalah 25 : 15 : 50. Dalam hal ini bank berperan sebagai penyedia dana, MT Farm sebagai penyedia faktor produksi dan pasar (manajemen) serta petani sebagai pengelola usaha ternak. Bank Mandiri menyediakan dana yang disetorkan ke MTF untuk membantu pembuatan atau perbaikan kandang, modal pembelian ternak, dan obat-obatan. Selanjutnya petani memilih ternak yang diinginkan secara langsung di kandang tanpa mengeluarkan modal. Petani kemudian diminta merawat dan menggemukan ternak selama dua sampai tiga bulan. Setelah itu, MTF menjemput hasil penggemukan ternak petani. Biaya transportasi dibagi dua dengan MTF. Salah satu penilaian dari petani plasma terhadap kerjasma kemitraan ini sebagai berikut: “Benar-benar kerjasama antar kelompok dengan MT Farm itu ada” Selain bersifat bagi hasil yang adil, kelebihan yang didapatkan petani pada kemitraan ini adalah berupa bonus domba untuk petani yang mendapatkan bobot ternak di atas standar. Selain itu, setiap bulannya petani juga mendapatkan ilmu, pengalaman serta wadah aspirasi melalui rapat yang diselenggarakan bergilir di rumah petani plasma. 2. Pengelolaan Dana ZIS Usaha MT Farm saat ini sedang dan terus berkembang. MTF saat ini telah lama menyalurkan dana ZIS-nya. MTF menyalurkan dana tersebut secara rutin dan non-rutin. Penyaluran rutin dana ZIS disalurkan setiap hari satu Rukun
40 Tetangga (RT) atau dalam seminggu lima RT. Setiap RT berkisar 5-10 orang yang mendapatkan dana ZIS. MTF juga menyalurkan ZIS setiap setelah Hari Raya Idhul Adha. Sedangkan untuk penyaluran non-rutin, biasanya wirausaha menyalurkan kepada pesantren, masjid, perayaan 17 Agustus-an, pembangunan fasiltias umum, dan sebagainya. Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Kehutanan Tiga Dara Group Sebagai salah satu usaha agribisnis yang berfokus pada subsistem hilir, Tiga Dara Group (TDG) telah berhasil mengintegrasikan usahanya di bidang kehutanan. Hal ini terlihat dari usahanya yang telah berhasil mencakup bidang produksi meubel, produksi kusen, material meubel, outlet meubel hingga kredit atau pembiayaan untuk meubel di beberapa tempat di Sukabumi, Jawa Barat. Usaha agribisnis yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam menjalankan usahanya ini, telah berhasil memberdayakan kurang lebih 250 pekerja. Hingga saat ini, TDG telah menjadi usaha keluarga yang dapat dibilang sukses dengan omzet mencapai 50 milyar rupiah per tahun. Adapun praktek manajeman dalam perspektif Islam yang dilakukan oleh usaha TDG ini adalah sebagai berikut: Manajemen Pemasaran Praktek manajemen yang diterapkan oleh perusahaan TDG adalah usaha dengan orientasi kepuasaan maksimal dari pelanggan. TDG menyediakan kualitas kayu yang terbaik yang dapat dijangkau oleh semua kalangan, khususnya daerah Kota dan Kabupaten Sukabumi. Beberapa praktek manajemen pemasaran yang dijalankan oleh TDG adalah, sebagai berikut: 1. Produk Tiga Dara Group adalah sebuah usaha yang bergerak pada bidang kehutanan. Usaha ini telah menjual berbagai produk kehutanan seperti material, kusen, meubel, dan lain-lain. Produk tersebut diusahakan secara terintegrasi, misalnya pada pembuatan meubel lemari. Material yang digunakan didapatkan dari toko material Tiga Dara, kemudian diproduksi di Bayu Furniture, kemudian meubel lemari tersebut dikirim ke outlet meubel Rumah Q-ta yang juga merupakan cabang usaha dari TDG. Produk Rumah Q-Ta yaitu meubel merupakan produk buatan sendiri dengan menggunakan bahan kayu berkualitas II. Hal ini dimaksudkan agar harga jual produk dapat terjangkau semua kalangan, namun dengan kualitas bahan yang tetap baik. Apabila produk meubel yang akan dijual terdapat cacat atau kualitasnya menurun, maka wirausaha akan menjelaskan kelemahankelemahan dan menawarkan kepada pelanggannya. Dalam mendesain bauran pemasaran dari sisi produknya, wirausaha memilih untuk menjual barang yang dibutuhkan oleh semua orang, yaitu meubel. Hal ini merupakan salah satu konsep yang diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam berdagang (Al-Fatih dalam Bahari et all 2011). Selain itu, karena meubel merupakan barang primer yang relatif mahal, wirausaha juga menawarkan penjualan produk secara kredit daripada secara tunai. Hal ini yang
41 menyebabkan usaha meubel-nya ini dapat dijangkau oleh hampir semua konsumen di setiap tingkatan ekonomi. Begitu pula dengan produk material kayu, wirausaha senantiasa memperhatikan kehalalan dan kebaikan produknya, yaitu dengan tidak menjual produk hasil illegal loging atau bentuk pelanggaran lainnya. Wirausaha juga tidak meletakan produk berkualitas rendah dan tinggi dalam satu tempat. Hal ini terbukti dari diferensiasi produk pada toko materialnya, misalnya: terdapat kayu besar atau kecil, kunci dengan harga 20, 30 atau 50 ribu rupiah dan sebagainya. 2. Harga Penerapan harga yang dilakukan oleh TDG adalah berdasarkan kepada mekasnisme pasar. Hal ini terlihat dari harga yang ditetapkan berdasarkan pada harga yang berlaku di pasar yang dapat dilihat dari harga yang diterapkan oleh kebanyakan pesaingnya. Wirausaha senantiasa mengikuti harga pasar untuk produk-produk yang umum dijual di pasaran. Wirausaha tidak menjual produk dengan harga yang terlalu rendah atau tinggi dari para pesaingnya. Produk inovatif dijual dengan menentukan margin secara pribadi tanpa mengikuti harga pasar. Hal ini disebabkan tidak adanya produk serupa di pasaran. Wirausaha memiliki prinsip untuk tidak menjual dengan margin yang terlalu tinggi. Margin yang ditetapkan oleh perusahaan adalah rata-rata sebesar 30 persen. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan perdagangan yang berlaku suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa (4):29) “…Hal ini sesuai dengan fatwa Komite Tetap untuk Riset Ilmiyyah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia seputar permasalahan ini. Keuntungan dalam perniagaan tidak dibatasi, akan tetapi menyesuaikan dengan banyak dan sedikitnya penawaran dan permintaan pasar. Namun amat dianjurkan bagi setiap muslim baik ia sebagai pedagang atau lainnya untuk senantiasa mudah dan memudahkan dalam setiap penjualan dan pembeliannya, dan hendaknya tidak memanfaatkan kelalaian saudaranya guna mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari penjualan atau pembeliannya…” (Arifin 2008) Meubel merupakan barang primer yang termasuk ke dalam barang mahal apalagi untuk masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, wirausaha tidak memaksakan pelanggan untuk membayar secara tunai, namun menyediakan fasilitas kredit (Sula dan Kartajaya dalam Bahari et al 2011). TDG menyediakan fasilitas pembiayaan syariah melalui cabang usaha berupa KBMT dengan akad Murabahah. 3. Promosi Seiring dengan berkembangnya usaha, TDG tentu memerlukan promosi untuk tujuan pengenalan kepada masyarakat luas. Untuk hal ini, wirausaha telah menyiapkan budget satu persen dari omzet penjualan untuk dialokasikan
42 sebagai biaya promosi. Biaya ini diambil dari setiap cabang usaha. Wirausaha meyakini bahwa promosi menjadi faktor yang penting dalam perkembangan usahanya. Promosi yang dilakukan oleh TDG terbagi atas promosi regular, intrik, dan event. Promosi regular dilakukan melalui media cetak dan audio. Media cetak dilakukan melalui iklan di suratkabar dan penyebaran brosur. Brosur yang dibagikan berupa informasi mengenai produk-produk dan perusahaan. Media audio dilakukan melalui iklan, adlipse dan live report melalui radio-radio lokal yang ada di Sukabumi seperti S-Radio, L-Mitra, NBS, Dian FM dan sebagainya. Promosi intrik dilakukan wirausaha dengan memberikan diskon produk. Diskon didapatkan dengan cara mengurangi margin penjualan, yang biasanya pada angka 30 persen menjadi hanya lima persen. Promosi ini diberikan pada moment tertentu misalnya Bulan Ramadhan, Bulan Kartini, dan sebagainya. Promosi event dilakukan wirausaha dengan membuat event atau acara-acara, misalnya yang bersifat sosial, pendidikan, olahraga atau yang lainya. Sebagai contoh, TDG mengadakan acara “Dari Rumah Q-ta untuk Anak Bangsa” yang berupa kegiatan pemberian meubel dan alat-alat sekolah seperti tempat tidur anak, meja belajar, kursi, tas, sepatu, dan sebagainya. Acara ini bekerjasama dengan pihak sekolah untuk menyaring siswa-siswi berprestasi yang memiliki rangking satu sampai lima besar di masing-masing Sekolah Dasar di Kabupaten dan Kota Sukabumi. Wirausaha juga dapat membedakan penggunaan dana promosi dan ZIS. Wirausaha mengaku melakukan publikasi pada kegiatan ini, karena wirausaha beranggapan bahwa dana tersebut berasal dari dana promosi, bukan dana ZIS. Wirausaha menyakinkan perihal ini dengan pernyataannya: “Ingat ya, kegiatan ini menggunakan dana promosi. Jadi ditunjukan untuk promosi. Ya, semoga Allah juga memberikan pahala” 4. Distribusi/Lokasi Lokasi cabang usaha TDG memperhatikan jangkauan konsumen. Delapan outlet Rumah Q-ta didirikan di beberapa titik di Kabupaten dan Kota Sukabumi yang memiliki pasar dan konsumen masing-masing. KBMT sebagai cabang usaha bagian pembiayaan juga ditempatkan dekat dengan outlet Rumah Q-ta untuk memfasilitasi kebutuhan konsumen. Begitu juga dengan cabang usaha bagian produksi Bayu Furniture dan material atau gudang Tiga Dara yang didirikan di Sukabumi. Ini merupakan strategi agar wirausaha dapat memberikan kontrol yang baik dan menciptakan manajemen rantai pasok. Manajemen rantai pasok TDG telah berjalan dengan baik. Wirausaha telah membentuk sebuah sistem, dimana terjalin integrasi pasokan diantara cabang usaha. Sebagai contoh, Rumah Q-ta Marsha dapat langsung menghubungi cabang usaha Bayu Furniture untuk pasokan meubel dan cabang usaha Gudang Rumah Q-ta untuk pasokan barang plastik. Adanya manajemen rantai pasok ini dapat menciptakan efisiensi dalam sistem distribusi. Distribusi bahan baku kayu dijalankan wirausaha dengan cara halal, tidak dengan cara memotong jalur distribusi. Menurut Andika (2012), para wirausaha tidak diperkenankan memotong jalur distribusi seperti mencegat perdagangan sebelum tiba di pasar. Hal ini pada intinya untuk menghindari
43 adanya tengkulak dan adanya keuntungan pribadi dengan merugikan banyak pihak. 5. Pelayanan Dalam pelayanannya, TDG senantiasa mengutamakan pelayanan. Hal ini sesuai dengan kalimat tagline yang ada pada atribut (sticker, spanduk, dll) pada tempat usaha TDG. Menurut wirausaha konsumen adalah boss yang harus dilayani sebaik-baiknya. Oleh karena itu wirausaha senantiasa menghimbau kepala cabang, manajer dan pekerja untuk memberikan service excellent kepada konsumen. Berikut ini merupakan isi tagline pada sticker usaha Tiga Dara Group: “INGAT…!!! MENGECEWAKAN BOSS ADALAH BAHAYA BESAR, TAPI MENGECEWAKAN KONSUMEN ADALAH BAHAYA YANG LEBIH BESAR KARENA KONSUMEN ADALAH BOSS DARI BOSS Q-TA” Beberapa pelayanan yang diberikan oleh TDG diantaranya wirausaha memfasilitasi jasa pengangkutan meubel sampai rumah dan melarang pekerjanya untuk meminta tips/uang ke pelanggan. Bahkan menurut penuturan salah satu kepala cabang, wirausaha pernah mengizinkan pelanggan untuk mengembalikan sofa yang tidak jadi dibeli, uangnya dikembalikan bahkan tanpa dipungut biaya tambahan sedikitpun karena tidak muat dengan spasi di rumahnya. Wirausaha juga memfasilitasi perbaikan meubel. Apabila dalam kurun waktu yang ditetapkan terdapat kerusakan, maka meubel dapat dikembalikan untuk diperbaiki atau diganti yang baru tanpa biaya tambahan. Syariat Islam tetap saja mengajarkan akhlak mulia dan kedermawaan dalam keadaan seperti ini. Walaupun wirausaha berhak untuk menolak pembatalan yang diajukan oleh pembeli, akan tetapi ia dianjurkan untuk mengalah dan menerima uang kembali barang yang pernah ia jual dan mengembalikan uang pembayaran pembeli (Arifin 2008). Bahkan Rasulullah menjanjikan kepada wirausaha yang melakukan hal ini dengan pahala yang amat besar: “Dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menerima pembatalan orang yang menyesali pembeliannya/ penjualannya niscaya Allah akan menghapuskan kesalahannya kelak pada hari kiamat.” (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Ibnu Hazm dan Al-Albani) Wirausaha juga memfasilitasi pelanggan yang kesulitan dalam pembayaran dengan fasilitas kredit. Fasilitas kredit atau pembiayan ini dilakukan oleh cabang usaha TDG yaitu KBMT. Saat ini, wirausaha telah memiliki lima KBMT untuk membantu pembiayaan dari pembelian meubel di Rumah Q-ta. Pembiayaan atau kredit ini menggunakan akad Murabahah dengan margin lima persen setiap bulannya. Wirausaha menjelaskan kelebihan dengan penggunaan down payment yang semakin besar akan mengurangi besarnya cicilan yang diangsur. Apabila terjadi keterlambatan (kredit macet) maka pelanggan hanya diminta membayar infaq sebesar Rp 1000 per hari keterlambatan. Kalau misalnya tidak mau dikenakan infaq, pelanggan harus menelepon terlebih dahulu, asalkan menyampaikan, walaupun belum punya uang, tidak masalah.
44 Pembiayaan ini dijalankan sesuai dengan syari’at Islam, tanpa mengandung unsur ribawi. Syari’at Islam juga memerintahkan umatnya untuk senantiasa membelanjakan dan menggunakan harta benda tersebut pada jalan-jalan yang diridhai Allah Ta’ala. Diantaranya dengan cara membantu orang yang dalam kesusahan, baik dengan cara memberinya atau meminjamkan kepadanya, atau dengan menunda penagihan bila orang yang berhutang belum mampu untuk membayarnya (Arifin 2008). “Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 280) Dalam memberikan pelayanan, wirausaha pasti menghadapi komplen dari pelangganya. Wirausaha memandang komplen dalam dua hal, komplen yang disengaja dan tidak disengaja. Wirausaha setuju dengan adanya komplen dari pelanggan yang tidak disengaja. Komplen ini membuat wirausaha mengoreksi dan berusaha memperbaiki sehingga akan meningkatkan omzet secara tidak langsung. Manajemen Produksi Manajemen produksi merupakan bagian penting yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi, seperti bahan baku dan tenaga kerja. Oleh karena itu, Dalam menjalankan usahanya moralitas merupakan hal yang penting diperhatikan bagi wirausaha. Menurut Rahman (dalam Sukarno 2010), urgensi moral dalam produksi bermakna pengagungan manusia sebagai mahluk Tuhan, aktualisasi kemampuannya sebagai khalifah, serta menjalankan fungsi sosial bagi masyarakat. Hal ini yang kemudian diterapkan dalam aspek produksi usaha TDG yang memposisikan pekerja sebagai pemimpin dalam pekerjaannya. Beberapa praktek manajemen produksi dalam perspektif Islam yang dijalankan sebagai berikut: 1. Pabrik dan Bahan Baku TDG membangun usahanya dengan memanfaatkan tanah warisan dari orangtua wirausaha. Melihat lokasinya yang strategis, wirausaha memperluas kepemilikan tanah sebagai lokasi produksi meubel. Keberadaan lokasi produksi ini di daerah perdesaan yang memiliki kearifan lokal yang mendukung usaha. Walaupun dibutuhkan tenaga ahli pengrajin sofa dan lemari yang berasal dari luar daerah, namun wirausaha masih dapat memberdayakan masyarakat sekitar. Wirausaha memperkerjakan masyarakat dan menyalurkan dana ZIS ke beberapa Masjid serta Yayasan Yatim Piatu di sekitar lokasi pabrik. Pabrik pada perusahaan keluarga ini berada pada cabang usaha bagian produksi, Bayu Furniture. Pabrik terdiri atas dua jenis pabrik yaitu pabrik lemari dan pabrik sofa. Pabrik dirancang dengan layout sesuai dengan spesifikasi kerja, misalnya bagian perakitan, pengamplasan, pengecatan, dan lain-lain. Pabrik juga dilengkapi dengan gudang untuk persediaan produk. Wirausaha menyadari bahwa usahanya berhubungan dengan permasalahan lingkungan, seperti ketersediaan pohon, kerusakan lingkungan, dan sebagainya. Oleh karena itu, wirausaha mengantisipasi dan memperhatikan permasalahan ini dengan cara membuka cabang usaha baru berupa penanaman pohon
45 senggon. Saat ini, wirausaha telah menanam 20.000 pohon senggon. Wirausaha juga menggunakan limbah spon helm untuk bahan isian sofa yang bersifat ramah lingkungan. Selain itu, wirausaha mengguna kayu kualitas II seperti kayu senggon, mahoni, duren, dan sebagainya. Hal ini selain memperhatikan daya beli konsumen, kayu kualitas II juga memiliki umur panen yang relatif cepat, sehingga tidak merusak lingkuingan (hutan). 2. Faktor Manusia dan Desain Kondisi Kerja Wirausaha saat ini telah memiliki kurang lebih 250 pekerja yang terbagi atas asisten, manajer, dan pekerja biasa. Tingkatan pekerja terbagi atas tiga Ring, Ring 1 keluarga berstandar, Ring 2 non-keluarga berstandar, dan Ring 3 keluarga dan non-keluarga kurang berstandar. Saat ini Tiga Dara Group telah memiliki 21 cabang usaha yang terdiri atas usaha meubel, kusen, material, produksi, kredit, dan senggon. Dalam menjalin kerjasma atau perekrutan, wirausaha mengaku mengutamakan keluarga sebagai partner atau pekerja. Nilai akrabin atau kekerabatan ini yang wirausaha anggap sebagai nilai Islam yang diterapkan dalam berwirausaha. Hal ini sesuai Sabda Rasulullah SAW: “Rasulullah SAW, beliau bersabda: ''Sedekah kepada orang miskin mendapatkan satu pahala, sedangkan sedekah kepada kerabat mendapatkan dua pahala; pahala bersedekah dan pahala bersilaturahim.'' (H.R. At-Tirmidzi) Wirausaha memperlakukan manajer sebagai pemiliki usaha, bukan seperti pekerja. Hal ini membuat manajer menjadi lebih bebas dalam melakukan inovasi. Salah satu manajer bagian produksi, Bayu Furniture menyatakan bahwa wirausaha tidak banyak menuntut dan orangnya simpel. Hal ini juga didukung dengan sistem profit-sharing yang diterapkan antara wirausaha dengan manajer. Menurut wirausaha, sistem ini bersifat realisitas dan kebersamaan. Realistis berarti orang (pihak kedua) akan mengelola dengan sungguh-sungguh usahanya karena akan mempengaruhi bagi hasil yang didapatkannya. Kebersamaan ini menurutnya harus disertai dengan komitmen. 3. Proses Produksi, Persediaan dan Pengendalian Kualitas dan Biaya Proses produksi meubel yang dikerjakan wirausaha telah diserahkan kepada partner yang merupakan adik kandung wirausaha. Pada cabang usaha produksi meubel atau Bayu Furniture terdiri atas dua produksi, yaitu sofa dan lemari yang masing-masing dipegang oleh satu manajer. Setiap manajer bertanggung jawab atas order dan proses produksi meubel. Proses produksi meubel dilaksanakan pekerja per order yang diberikan. Manajer menentukan pekerja yang akan diberikan order dengan tingkat kesulitan dan upah yang berbeda. Order yang diberikan diputar agar adil dan pekerja mendapatkan setiap tingkat kesulitannya. Beberapa pekerja mengerjakan secara bersamaan dalam waktu rata-rata satu minggu. Dalam memberikan order kepada pekerja, manajer terlebih dahulu menanyakan kesanggupan pekerja apabila ingin mengambil banyak order. Hal ini tentu mengandung konsekuensi yaitu kerja lembur. Proses produksi diawali dengan pemilihan kayu, pemotongan, perakitan hingga pengecatan. Masing-masing kegiatan diberikan ruangan khusus sehingga pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Bahan baku juga disimpan
46 dalam gudang tersendiri yang dikunci rapi dan seizin manajer untuk membukannya. Hal ini merupakan bentuk pengendalian dan keamanan persediaan bahan baku dalam produksi. Selain itu, di pabrik ini juga didirikan gudang persediaan produk meubel sebagai usaha pengendalian persediaan produk. Hal ini disebabkan tidak mungkin manajer produksi dapat memasok barang pesanan pelanggan pada waktu yang tepat tanpa cadangan persedian yang dibutuhkan. Nabi Muhammad SAW melarang setiap persediaan lebih dari 40 hari, sehingga setiap orang tidak dapat mencapai laba lebih melalui bisnis spekulasi atau penciptaan krisis buatan. Dalam manajemen pengendalian persediaan, manajer melakukan persediaan dengan memperhatikan tingkat pembelian masing-masing produk. Hal ini dimaksudkan agar perputaran persediaan lancar dan tidak ada produk yang terlalu lama di gudang. Manajemen Sumber Daya Manusia Praktek manajemen sumber daya manusia merupakan aspek penting yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Hal ini dipahami wirausaha dalam menjalankan praktek manajemen seperti rekrutemen, seleksi, penilaian kerja, kompensasi, pelatihan dan pengembangan. Beberapa praktek manajemen yang dijalankan sebagai berikut: 1. Rekrutmen dan Seleksi Wirausaha mengakui bahwa TDG masih belum menjalankan proses rekrutmen dan seleksi secara formal seperti perusahaan nasional. Namun, wirausaha memiliki prinsip untuk menjunjung tinggi prinsip kejujuran dan loyalitas. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu orang yang benarbenar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun kepada dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.” (Q.S. An-Nisa (4):135) Dalam menjalankan rekrutmen pekerja, wirausaha lebih memilih keluarga dibandingkan yang non-keluarga, tapi selama tidak fatal. Fatal yang dimaksud adalah masalah kejujuran dan loyalitas yang ditinggalkan oleh pekerja. Hal ini menyiratkan wirausaha tetap menjunjung keadilan dalam proses rekrutmen dan seleksi. Wirausaha menegaskan tentang hal ini, sebagai berikut: “Misalnya kita membutuhkan kolektor, kita dari keluarga dulu, dengan standar atau orang lain yang punya standar. Jadi yang jelas keluarga dulu tapi standarnya sama. Seandainya ada keluarga empat, tetap aja yang diambil yang standar, tidak asal keluarga” Hal ini sesuai firman Allah SWT: “Dan apabila kamu berhukum (menjatuhkan putusan) di antara manusia, maka hendaklah kamu memutuskan dengan adil” (Q.S. AnNisa (4):59) Wirausaha biasanya mempercayakan keluarga yang memiliki kapabilitas dan loyalitas tinggi untuk memegang bagian kepala cabang atau ketua divisi. Sedangkan, anggota keluarga yang tidak mempunyai kemampuan yang
47 memadai, ditempatkan sebagai pekerja biasa dalam usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Hashim (2009), bahwa Islam melarang penugasan pekerjaan yang melebihi kapasitas individu. Hal ini karena seseorang tersebut tidak memungkinkan untuk bekerja pada pekerjaan yang berat dan diluar batas karena dapat membahayakan dia dan usaha dimana dia bekerja. 2. Penilaian Kerja dan Kompensasi Wirausaha sampai saat ini belum melakukan penilaian kerja secara formal. Wirausaha telah melakukan penilaian secara langsung dengan melihat proses dan hasil pekerjaan para manajer atau pekerjanya secara langsunag. Wirausaha juga secara tidak langsung melakukan kontrol dengan mempekerjakan asisten yang setiap harinya melakukan kontrol ke setiap cabang atau outlet secara bergantian. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu kepala cabang: “Abdi pernah jam salapan malem diteang, "Kunaon si bapak ieu koncina teu dilereskeun? Lereskeun koncina ayeuna teu hoyong terang! sok telepon bapakna payuneun akang ayeuna, kedah beres".”. (“Saya pernah didatangi akang jam sembilan malam."Kenapa bapak ini kuncinya tidak dibetulkan? Betulkan kuncinya sekarang, tidak mau tahu! Sekarang telpon bapaknya di depan akang, harus beres”.”.) Penilaian kerja yang dilakukan oleh wirausaha biasanya diikuti dengan pemberian bonus. Wirausaha senantiasa memberikan bonus dengan cara memberikan tantangan kepada kepala cabang untuk dapat meningkatkan perfoma bulan depan, misalnya peningkatan omzet lima persen. Untuk hal tersebut, wirausaha biasanya memberikan bonus uang atau bonus rekreasi. Selain itu, pekerja yang mengerjakan puasa sunnah Senin-Kamis juga mendapatkan bonus insentif dari wirausaha. Bahkan untuk manajer atau kepala cabang yang menunjukan penampilan yang selalu baik, wirausaha tidak segan memberikan bonus pergi umroh. Hal ini seperti penuturan yang disampaikan salah satu pekerja, sebagai berikut: “Kalau akang mah gini, “Teh sekarang Rp 77.000.000, teteh naikin 10 atau 20 persen dari yang kemarin, nanti dikasih Rp 400.000-600.000”. Terus kemarin ada piknik-piknik juga”. Sebaliknya, pekerja, manajer atau pemimpin cabang mungkin juga mendapatkan sanksi atau hukuman. Menurut wirausaha, kesalahan dalam berbisnis ada tiga, tidak mampu dan terampil, tidak bersungguh-sungguh dalam bekerja serta melakukan kecurangan. Wirausaha masih dapat memperbaiki kesalahan pertama dan kedua, misalnya dengan memberikan semangat baru, namun untuk tidak untuk kesalahan ketiga. Biasanya pada awal kerjasama, wirausaha membuat perjanjian dengan pihak kedua baik lisan maupun tertulis. Jika melakukan perbuatan curang, maka dengan terpaksa yang bersangkutan diminta untuk mengundurkan diri. Wirausaha memberikan gaji yang sesuai dengan UMR setempat, yaitu ratarata gaji harian yang diterima adalah sebesar Rp 45.000 per harinya. Penggajian diberikan dengan sistem harian untuk pekerja toko dan per order untuk pekerja bagian produksi. Wirausaha membayar gaji setiap minggunya
48 kepada semua pekerja. Wirausaha mengetahui perintah agama bahwa kompensasi atau gaji harus diberikan sebelum kering keringat pekerja. Oleh karena itu, penggajian tidak diberikan setiap bulan, melainkan setiap minggu atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. 3. Pelatihan dan Pengembangan Wirausaha memiliki filosofi, yaitu dalam mengembangkan sebuah usaha, wirusaha perlu mengembangkan SDM terlebih dahulu atau bersamaan. Tiga Dara Group telah melakukan pelatihan dan pengembangan, baik secara formal maupun non-formal. Pengembangan dan pelatihan secara formal dilakukan dengan mengadakan Training in House atau Capacity Building untuk para manajer dan pemimpin cabang. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jumat dua minggu sekali dengan metode seperti belajar di ruang kuliah. Materi yang disampaikan berkaitan dengan bisnis syariah, kepemimpinan, metode pengambilan keputusan dan manajemen strategi bisnis. Pengisi materi berasal dari wirausaha dan kerabatnya yang ahli di bidangnya. Pengembangan dan pelatihan non-formal telah banyak dilakukan wirausaha secara komperhensif dengan bersifat keagamaan. Wirausaha memposisikan manajer seolah-olah menjadi wirausaha, sehingga kreativitas dan inovasi produk dan pasar berkembang dengan baik. Wirausaha juga mengadakan pengajian rutin yang dilaksanakan seminggu sekali, sebulan sekali atau paling lama dua bulan sekali dengan mengadakan Mijitrama (Silaturahmi, Pengajian, dan Botram Bersama). Kegiatan ini merupakan kegiatan rutinan yang diadakan setiap dua bulan sekali dengan mengundang semua pekerja beserta keluarganya ke saung dengan tujuan mengevaluasi kinerja dan mengembangkan kemampuan pekerja. Selain itu, wirausaha juga menghimbau para manajer Tiga Dara Group untuk mengikuti Liqo/Mentoring sekali setiap minggunya. Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui keadaan keuangan usaha. Apalagi bagi usaha yang telah berbadan usaha Perseroan Terbatas (PT). TDG adalah perusahaan berbasis keluarga yang telah lama menghasilkan profit dan melakukan investasi, sehingga membutuhkan pengelolaan keuangan. 1. Pengelolaan Keuangan dan Transaksi yang Diperkenankan Rasulullah TDG dengan 21 cabang usahanya yang terintegerasi di bidang kehutanan telah melakukan kegiatan investasi atau kerjasama. Setiap kerjasama yang dilakukan menggunakan sistem transaksi yang diperkenankan Rasulullah yaitu berbasiskan akad bagi hasil atau profit-sharing. Secara umum dalam menjalankan sistem in, wirausaha membagi dasar presentasi bagi hasil menjadi tiga, yaitu pemilik dana (shaibul maal), pemilik konsep usaha dan pengelola bisnis (mudharib) dengan presentasi 33 : 33 : 33. Artinya jika wirausaha menjadi pemilik modal dan konsep usaha, maka wirausaha mendapatkan bagian 65 sampai 70 persen. Biasanya perbandingan ini diterapkan jika wirausaha menjalankan usahanya dengan orang kepercayaan non-keluarga. Wirausaha juga menjalankan kerjasama ini bersama dengan
49 keluarga, apabila sama-sama merintis dari nol usaha tersebut maka perbandingan presentasi bagi hasilnya adalah 50 : 50. Perbandingan profit sharing ini sebelumnya harus disepakati oleh kedua belah pihak. Menurut wirausaha, bentuk kerjasama ini diterima baik oleh pihak kedua sebagai pengelola. Wirausaha menambahkan bahwa kerjasama ini menempatkan pihak kedua sebagai pemilik usaha yang tanpa modal namun dapat menerima penghasilan yang layak sesuai dengan kerja kerasnya sampai 30 persen. Dalam perkembangannya, wirausaha juga melakukan bentuk bagi hasil lain, misalnya bagi hasil aset. Jadi bentuk bagi hasil yang diberikan adalah aset sebuah usaha di akhir tahun atau waktu yang telah ditentukan kedua belah pihak. Selain itu, wirausaha juga memberikan bonus kepada pekerja dengan menggunakan sistem ini, sebagai contoh untuk manajer cabang usaha bagian produksi yang digaji dengan persentase 15 persen dan manajer cabang usaha kredit KBMT yang diberikan bonus satu persen dari jumlah angsuran kredit setiap bulannya. Menurut wirausaha, hal ini juga menambah semangat pekerja atau pihak kedua untuk senantiasa meningkatkan performa usahanya. Seiring berkembanganya usaha, TDG tentu membutuhkan pendanaan investasi untuk meningkatkan modal usaha. Oleh sebab itu, wirausaha sampai saat ini telah melakukan kerjasma dengan dua bank umum syariah. TDG melakukan akad murabahah dengan Bank Syariah Mandiri dengan total dana sebesar 2.25 milyar dan sebesar 2 milyar dengan Bank Muamalat Indonesia melalui akad musyarakah. 2. Pengelolaan Dana ZIS Sebagai usaha yang sedang dan terus berkembang, TDG saat ini sudah dapat dikatakan telah memiliki laba yang positif dan telah berlalu masa satu haul (satu tahun). Oleh karena itu, perusahaan ini telah mencapai nisab-nya untuk menunaikan kewajiban zakat. Selain itu, perusahaan juga mengeluarkan biaya lain seperti promo, infaq dan sedekah. TDG pertama mengalokasikan dahulu satu persen omzet penjualan untuk biaya promosi. Kemudian setelah mendapatkan laba bersih sebelum biaya ZIS, perusahaan melakukan bagi hasil sesuai dengan persentase dengan pihak kedua. Kemudian, setelah itu wirausaha mengeluarkan zakat mal, infaq dan shadaqah yang dikenakan kepadanya, yaitu sebesar 10 persen dari laba bersih setelah dikurangi biaya promosi. Penyaluran zakat, infaq dan shadaqah dilakukan langsung oleh TDG divisi ZIS. Wirausaha menyalurkan dana tersebut di lingkungan sekitar Sukabumi melalui baik yang rutin dan tidak rutin. Penyaluran dana ZIS secara rutin disalurkan kepada KBMT Al-Manshur, Masjid-masjid, Yayasan-yayasan dan sebagainya. Penyaluran dana secara tidak rutin disalurkan kepada lembaga atau pihak yang mengajukan proposal pendanaan. Namun, wirausaha juga memperhatikan jenis kegiatan yang akan dibiayai, jika bersifat umum atau hiburan, maka pendanaan menggunakan dana promosi.
50 Analisis Praktek Manajemen pada Agribisnis Pertanian Amal Mulia Sejahtera Sebagai salah satu usaha agribisnis subsektor pertanian hilir di Jawa Barat, Amal Mulai Sejahtera merupakan usaha sari kurma yang terlaris dan dapat dikatakan pertama di Indonesia. Hal ini menjadi tagline perusahan dalam melakukan pemasaran produknya. CV. Amal Mulia Sejahtera (AMS) memposisikan usahanya sebagai usaha sari kurma dan obat herbal yang dikelola wirausaha muslim. AMS telah melakukan ekspansi usaha terhadap produk sari kurmanya yang terdistribusi ke seluruh Indonesia. Oleh karena itu, AMS telah membentuk sebuah usaha baru yang bergerak dalam distribusi yaitu Aljazira Herbal. Beberapa cabang usaha atau kantor distributor Aljazira Herbal tersebar di Jabodetabek, dengan Bekasi sebagai pusat distibusi. Selain sari kurma, produk yang dikembangkan adalah habbatussauda, aromatherapy, teh rosella, gula aren, dodol kurma dan obat herbal yang lainnya. Manajemen Pemasaran Praktek manajemen pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan AMS yaitu dengan upaya meningkatkan kepercayaan konsumennya terhadap produknya. AMS mengangkat pemasaran dengan mengarah ke mental atau batin konsumen yang mayoritas beragam muslim. Beberapa praktek manajemen pemasaran yang dijalankan oleh AMS adalah, sebagai berikut: 1. Produk AMS adalah sebuah usaha yang bergerak di subsektor pertanian hilir. Usahanya ini menjual kurang lebih 30 jenis produk olahan pertanian seperti sari kurma, teh bunga rosella, habbatussauda, aromatherapy, gula aren dan obat herbal dengan merk Aljazira Herbal. Produk tersebut diposisikan sebagai produk herbal yang bermanfaat bagi kesehatan dan mengandung nilai-nilai islami. Wirausaha AMS meyakini secara keimanan bahwa produk yang dihasilkan diberkahi oleh Allah SWT. Hal ini didasarkan kepada Al-Quran dan AsSunnah, misalnya kurma yang disebutkan 24 ayat pada Al-Quran yang menjelaskan kurma. Hal ini seperti yang disampaikan oleh wirausaha AMS: “Saya meyakini sekali secara keimanan, bahwa kurma ini, Allah memberikan barakah ya. Ternyata ada 24 ayat tentang kurma, bahkan di hadis juga banyak, baik menyangkut kesehatan”. Beberapa manfaat dan khasiat kurma ini telah banyak disebutkan, seperti menangkal racun, mencegah pemiliknya kelaparan, menjadi bekal yang baik, baik untuk berbuka dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: Diriwayatkan oleh Saad bin Abi Waqash, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Beliau bersabda “Barangsiapa mengkonsumsi kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia tidak akan terkena racun atau sihir”. (H.R. Buhari dan Muslim)
51 Hal ini menunjukan bahwa produk yang ditawarkan oleh AMS ini seringkali dilandaskan pada nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, tidak hanya bermanfaat, tetapi produk tersebut dapat dinyatakan kehalalannya. 2. Harga AMS menetapkan harga dengan melihat mekanisme pasar yang juga disesuaikan dengan biaya yang dikeluarkan setiap satuan produk. Mekanisme pasar terbentuk atas munculnya penawaran atas beberapa pelaku industri ini bertemu dengan permintaan pasar. Oleh karena itu, kualitas menjadi hal yang diperhatikan oleh AMS dalam menghadapi persaingan industri ini. Rasulullah SAW lebih menekankan pada persaingan kualitas, layanan dan nilai tambah yang akan menyebabkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan dapat diraih (Andika 2012). AMS sebagai distributor produk herbal menyalurkan ke beberapa agen seperti toko herbal, klinik, apotek, supermarket, klontongan dan sebagainya. Hal ini yang mengakibatkan wirausaha menerapkan diskon harga yang berbeda untuk pelanggannya yang merupakan pengecer maupun grosir tersebut. Besarnya diskon harga yang diberikan dengan rentang 20-50 persen dari harga eceran tertinggi. Besarnya disesuaikan dengan daya beli konsumennya dan besarnya pembelian. 3. Promosi Seiring dengan munculnya pesaing di industri sari kurma, AMS tentu memerlukan promosi sebagai bentuk pengenalan kepada masyarakat luas sebagai konsumen. Beberapa kegiatan promosi yang dilakukan diantaranya melalui stasiun TV, radio, suratkabar, dan brosur. Dalam promosi yang dilakukan, AMS selalu menampilkan promosi dengan menarik dengan disertai nilai-nilai Islam secara langsung, misalnya dengan kebermanfaatan produknya. Promosi yang saat ini dilakukan oleh AMS melalui media elektronik. Beberapa media elektronik tersebut diantaranya, TV lokal Mega Swara secara rutin, TV swasta seperti Trans 7, SCTV, Global TV dan Metro TV yang seasonal seperti ada bulan puasa. Saat diwawancarai dalam acara televisi tersebut, wirausaha juga menyampaikan dakwah kepada pemirsa, seperti kebermanfaatan dan berkah shadaqah dalam usaha yang dijalankannya. Promosi AMS juga dilakukan melalui website di aljaziraherbal.com. Pada tampilan website-nya, disediakan beberapa menu seperti home, tentang kami, produk, harga, testimoni, liputan dan sebagainya. Menurut wirausaha, pemasaran melalui on-line sah dan sangat membantu dengan syarat tidak ada unsur-unsur penipuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarmizi (2012) bahwa untuk barang yang tidak disyaratkan serah terima tunai dalam jual-belinya, yaitu seluruh jenis barang, kecuali emas/perak dan mata uang maka jual beli melalui internet dapat di-takhrij dengan jual beli melalui surat menyurat. 4. Distribusi/Lokasi Wirausaha AMS menentukan lokasi usahanya berdampingan dengan rumahnya. Hal ini disebabkan peran wirausaha sebagai kepala keluarga. Wirausaha menyatakan bahwa kedekatan tempat usaha dan rumahnya membuat wirausaha dapat mengawasi dan mendidik anak-anaknya sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari aktivitas kegiatan anak-anaknya yang salah satunya adalah menghafal Al-Quran. Kedekatan tempat tinggal dan
52 tempat usahanya membuat wirausaha dapat menjalankan usaha dan mengawasi keluarganya. AMS mengambil lokasi di Desa Kota Batu, Ciapus, Bogor. Lokasi tersebut termasuk pabrik produksi, gudang, outlet, dan kantor. Lokasi ini masih dalam lokasi perdesaan di Bogor. Hal ini sebagai upaya AMS dalam memberdayakan masyarakat sekitar, seperti pengadaan tenaga kerja dari tetangga atau masyarakat sekitar. Untuk mempermudah distribusi, AMS telah membuka usaha distribusi di Jabodetabek, yaitu Aljazirah Herbal. Letak kantor/cabang perusahaan ini diantaranya Jakarta 1, Jakarta 2, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi dan kedepan di Cianjur dan Sukabumi. Masing-masing dari lokasi distribusi ini memiliki daerah jangkauan pemasaran yang berbeda-beda dengan pusat gudang produk jadi berada di Bekasi. Pendistribusian produk Aljazira Herbal juga dibantu oleh perusahaan distribusi nasional PT. Antarmitra Sembada untuk menjangkau pasar nasional yang lebih luas. Sampai saat ini, distribusi produk AMS telah mencapai ke seluruh penjuru nasional, bahkan wirausaha mendengar produknya telah sampai ke Malaysia, Thailand, dan Singapura. 5. Pelayanan AMS menyediakan pelayanan yang terbaik bagi konsumen. Hal ini secara jelas terlihat dari pelayanan penjualan mulai dari outlet produk sampai jasa antar sampai tujuan untuk pedagang grosir, eceran hingga konsumen akhir. Pedagang tersebut dapat melakukan pemesanan barang dan pembiayaan dilakukan setelah barang dijual, biasanya dalam waktu satu bulan. Selain itu servis yang diberikan juga adalah berupa pengembalian produk-produk yang telah kadaluarsa atau expired. Wirausaha menjalankan usahanya dengan pelayanan yang terbaik dengan disertai kejujuran, ketulusan, dan bersungguh-sungguh dalam pelaksanaanya. Hal yang demikian adalah demi tercapainya keberkahan dan loyalitas pelanggan. Manajemen Produksi Manajemen produksi merupakan seluruh proses dan kegiatan produksi mengarah pada pemuliaan status manusia, peningkatan kesejahteraan hidup, menghilangkan ketimpangan sosial-ekonomi, dan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan kemandirian ekonomi (Sukarno 2010). Hal ini yang kemudian diterapkan dalam aspek produksi usaha AMS dengan mempekerjakan tetangga, saudaranya yang belum sejahtera. Beberapa praktek manajemen produksi dalam perspektif Islam sebagai berikut: 1. Pabrik dan Bahan Baku AMS mendirikan usahanya dari skala rumah tangga dengan luas lahan produksi 4x17 m2. Seiring dengan berkembangnya usaha, AMS mulai mendirikan pabrik dan gudang produksi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pabrik dibangun dengan bagian terdiri atas beberapa proses produksi, seperti blending, pressing, cooking, fiiling, dan packaging. Desain dan layout pabrik dibuat agar proses ini dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pabrik juga disertai bagian pengolahan limbah dengan proses
53 sterilisasi bakteri. Hal ini merupakan bentuk usaha ramah lingkungan, sehingga limbah dapat dibuang dan tidak berbahaya. Faktor-faktor produksi yang digunakan oleh AMS diantaranya adalah buah kurma, glukosa, botol plastik, label, dan sebagainya. Buah kurma didapatkan dari beberapa importir di Indonesia. Hal ini merupakan strategi perusahaan untuk menghindari kurangnya pasokan dan harga yang tinggi. Buah kurma dipilih dengan kualitas standar, dengan biji kecil, daging besar dan harga yang murah. Kriteria tersebut untuk menjaga kualitas dan harga yang terjangkau bagi konsumen. 2. Faktor Manusia dan Desain Kondisi Kerja Wirausaha saat ini telah memiliki 135 pekerja yang terbagi atas manajer, leader, dan karyawan. Seluruh pekerja yang bekerja di AMS merupakan saudara atau tetangga desa dimana wirausaha tinggal. Wirausaha bahkan meperkerjakan orang-orang sekitar yang kurang berpendidikan namun masih bisa bekerja seperti orang tunanetra dan keterbelakangan mental dengan asas tolong menolong. Allah berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Ma’idah (5): 2) Manajer pada usaha AMS tediri atas manajer keuangan, pemasaran, dan produksi. Pada bagian produksi terdiri atas beberapa leader yaitu bagian blending, cooking, filling, packaging, gudang bahan baku, gudang akhir dan driver. Para leader tersebut adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi dan membantu manajer produksi dalam penilaian karyawan. AMS memberlakukan jam kerja normal yaitu delapan jam yang terbagi atas tiga shift kerja. Shift satu untuk semua jenis divisi dari jam 07.00-15.00 WIB, shift dua untuk divisi cooking, fiiling, dan packaging jam 15.00-23.00 WIB, dan shift tiga untuk divisi pengelolaan limbah dari jam 23.00-07.00 WIB. Pekerja bekerja setiap hari dengan hari libur sabtu dan minggu. Jenis pekerjaan telah ditentukan di awal bekerja dengan spesifikasi sesuai divisi pekerjaan. Hal ini menandakan wirausaha tidak mengeksploitasi pekerjanya untuk bekerja di luar kemampuan pekerja. 3. Proses Produksi, Persediaan dan Pengendalian Kualitas dan Biaya Kegiatan produksi yang dilakukan setiap hari 2000 kg kurma atau mencapai 10 ton kurma per minggunya. Proses produksi diawali dengan mencampurkan kurma dan air panas untuk menghaluskan kurma dan memisahkan daging dengan bijinya. Kemudian kurma dipress dengan menggunakan mesin press untuk memisahkan ampas dengan air dan sari kurma. Selanjutnya kurma dimasak dengan tambahan bahan seperti glukosa sampai air menguap dan tersisa sari kurmanya. Setelah kurma dingin, kurma diisi ke dalam botol-botol kemudian dikemas dan siap didistribusikan ke gudang. Manajemen persediaan gudang dilakukan secara terpisah antara persediaan bahan baku dan persedian produk. Manajemen persediaan ini misalnya dengan memperhatikan persediaan bahan baku kurma yang tidak boleh kurang dari
54 (stock limit) lima ton. Sedangkan persedian produk jadi sari kurma ditentukan oleh jumlah permintaan. Manajemen ini juga termasuk ke dalam pengelolaan produk-produk kadaluarasa. Produk dianggap kadaluarsa sampai pada umur 13-14 bulan. Produk yang kadaluarsa dikelola sebagian dengan diberikan ke ternak sedangkan selebihnya masih dibuang saja. Pengendalian kualitas dilakukan pada produk lama dan baru. Pengendalian dilakukan dengan mengontrol produk dan mengganti produk yang cacat. Uji coba produk dilakukan pada awal pengembangan produk baru dengan melakukan uji coba laboratorium. Wirausaha juga menguji kandungan nutrisi yang ada pada produk tersebut. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan aspek penting yang harus diperhatikan wirausaha muslim, apalagi dalam perspektif Islam. Demikian juga praktek manajemen sumber daya manusia yang coba dilakukan AMS pada usaha pengolahan buah kurma. Beberapa praktek manajemen sumber daya manusia Islami yang dijalankan, sebagai berikut: 1. Rekrutment dan Seleksi Dalam tahapan rekrutmen dan seleksi ini AMS masih belum mencapai sebuah sistem seperti yang diadakan oleh perusahaan besar. Pengadaan pekerja baru dilakukan melalui rekomendasi dari pekerja yang telah lebih lama bekerja. Setelah itu, wirausaha mewawancarai calon pekerjanya itu. Pada tahap rekrutmen dan seleksi, wirausaha mensyaratkan pekerja yang takut dengan Allah SWT, sesuai dengan bidangnya, jujur dan mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Ahmad (dalam Hashim 2009) Selanjutnya, menurut Ahmad (dalam Hashim 2009), standar Al-Qur’an memenuhi syarat untuk pekerjaan yang diperlukan dan kompetensi untuk itu. Hal ini menekankan bahwa kompetensi dan kejujuran menjadi syarat yang diperlukan untuk efisiensi pada usaha. Sebagai contoh Al-Qur’an menyatakan: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: `Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Q.S. Al-Qashash (28):26) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ditemui kebanyakan pekerja di AMS menunjukan penampilan yang sesuai dengan Islam. Salah satunya adalah pekerja di sana memelihara jenggot yang merupakan adab yang disunnah-kan Rasulullah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah) Pekerja sebagian besar berasal dari desa yang sama dimana usaha AMS berdiri. Hal ini selain dapat memberdayakan masyarakat sekitar, pekerja juga bisa datang dan pulang tepat waktu. Kemudian pekerja juga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar tempat usaha.
55 2. Penilaian Kerja dan Kompensasi Seperti usaha yang telah memiliki pekerja, penilaian kerja menjadi sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh AMS. Tidak terdapat penilaian secara khusus atau resmi terhadap pekerja, namun wirausaha telah menerapkan adanya absensi dengan menggunakan sidik jari. Pekerja yang melakukan kesalahan seperti bolos kerja, maka wirausaha akan diberikan peringatan-peringatan berupa SP-1, SP-2, dan apabila pekerja masih melakukannya, wirausaha akan memperhentikan pekerja. Di sisi lain, wirausaha juga tidak lupa memberikan imbalan selain gaji, yaitu dengan adanya THR dan jalan-jalan setiap tahunnya. Menurut Hashim (2009), Dalam Islam, ada imbalan dan hukuman dalam kehidupan duniawi dan akhirat. Kabar baik dan peringatan dari Allah untuk umat manusia melalui sumber-sumber wahyu dan Rasulullah. “Barangsiapa yang salah, dia akan kita hukum; kemudian dia akan kembalikan kepada Tuhannya, dan Dia akan menghukum dengan hukuman yang tidak pernah terdengar (sebelumnya). Tetapi barangsiapa percaya, dan bekerja dengan kebenaran, ia akan mendapat pahala besar, dan mudah melaksanakan tugasnya sebagai perintahku (Nabi).” (Q.S. Al-Kahfi (18):87-88). Kompensasi merupakan hak yang harus diberikan kepada pekerja. Upah yang diterima pekerja AMS saat ini berkisar 750 ribu sampai 1.5 juta rupiah per bulan yang disesuai dengan tingkat pendidikan, bobot dan lama bekerja. Besarnya gaji dibayarkan setiap bulannya, namun pekerja dapat meminta cashbond apabila dibutuhkan. Gaji saat ini masih belum sesuai atau masih di bawah dengan Upah Minimum Regional (UMR) di Bogor. Hal ini menurut pekerja juga dirasakan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, namun mereka menyadari bahwa usaha masih berupa CV yang masih berkembang dan gaji tersebut lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan serupa lain di kawasan sekitar. Pekerja juga merasa leluasa dalam bekerja, tidak ada tekanan dan peraturan-peraturan yang memberatkan dalam bekerja. 3. Pelatihan dan Pengembangan Wirausaha AMS melakukan pelatihan dan pengembangan secara tidak formal. Wirausaha senantiasa mehimbau pekerja untuk mengerjakan Sholat Dzuhur dan Ashar pada saat waktunya tiba, dan meninggalkan pekerjaan mereka. Motivasi dan ilmu agama juga senantiasa diberikan wirausaha dalam pengajian setiap hari selasa malam rabu di rumah wirausaha. Sebagai seorang da’i juga, wirausaha memimpin pengajiannya secara langsung. Salah satu pekerja mengungkapkan bahwa selama bekerja di usaha ini, secara pribadi ada peningkatan yang terjadi. “Saya dulu suka masih kurang, bolong-bolong dalam menjalankan Ibadah sholat, Alhamdulilah awalnya terpaksa lama-lama menjadi kebiasaan” Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aspek penting yang harus dilakukan oleh usaha untuk mengetahui keadaan keuangan usaha. Laporan laba rugi, arus kas,
56 perubahan modal, neraca dibutuhkan untuk menganalisis sejauh mana perkembangan sebuah usaha dari aspek finansial. AMS adalah usaha yang telah lama menghasilkan profit dan melakukan investasi, sehingga membutuhkan pengelolaan keuangan. Beberapa praktek manajemen keuangan yang diterapkan oleh wirausaha, sebagai berikut: 1. Pengelolaan Keuangan dan Transaksi yang Diperkenankan Rasulullah Usaha AMS awalnya dibangun dengan bermodalkan 25 juta rupiah hasil menjual modal pada usaha peternakan. Pada awal usaha, pengelolaan keuangan usaha diatur oleh manajer produksi. Namun, karena semakin besar usahanya dan menyadari pentingnya pembukuan dan pelaporan keuangan, sejak tahun 2009 wirausaha telah mempekerjakan seorang manajer keuangan. Walaupun punya usaha, wirausaha menggaji dirinya sendiri, sebagaimana layaknya seorang manajer. Wirausaha melihat kebutuhan pribadi dan tidak mengeluarkan uang untuk kebutuhan pribadi melebihi gaji tersebut. Menurut wirausaha, pengeluaran dan penggunaan uang usaha yang berlebihan tidak diperkenankan. Dalam perkembangannya, sebuah usaha membutuhkan investasi yang lebih besar untuk memperbesar skala produksinya. Namun, wirausaha memahami dan meyakini bahwa peminjaman modal atau uang ke bank merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan syariat agama, yaitu mengandung unsur riba. Wirausaha juga tidak berminat untuk mengadakan kerjasama kepada investor. Menurutnya, kegiatan investasi adalah kegiatan dengan kepastian pengeluaran tanpa kepastian penerimaan. Wirausaha juga merasa kecukupan dengan yang diterima sekarang dan dapat mengembangkan sendiri, tanpa modal orang lain. Wirausaha mengakui tidak ingin terlalu mengambil risiko besar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh wirausaha: “Tidak, jadi memang, bukan kita tidak ini ya. Yang pertama kita mengembangkan yang ada dan yang kedua di situ ada hal-hal yang rumit seperti salah input dan pembagian. Sampai sekarang banyak yang meminta kerjasama, modal berapun. Selama ini kita lebih nyaman seperti ini, tidak mendzalimi”. 2. Pengelolaan Dana ZIS Sebagai usaha yang telah menghasilkan profit tetap, AMS telah mengeluarkan zakat. Sebelum memiliki yayasan, Wirausaha AMS biasanya menyalurkan dana ZIS tersebut ke keluarga-keluarga yang berhak. Wirausaha juga memberikan zakat sambil bersilaturahmi dengan tetangga-tetangga yang ada di desa. Zakat juga diberikan kepada anak yatim yang ingin sekolah dan muslim yang sakit dan membutuhkan pertolongan. Menurutnya, hal ini lebih terasa bagi mereka yang menerima zakat. Biasanya wirausaha menyalurkan zakatnya di Bulan Ramadhan agar amal ibadah dilipatgandakan. Menurut penuturan manajer keuangan, zakat dihitung dari total aset atau kekayaan perusahaan, selanjutnya dikeluarkan zakatnya sejumlah 2.5 persen. Pada tahun 2012, zakat yang dikeluarkan oleh perusahaan mencapai angka kurang lebih 250 juta rupiah.
57 Perbandingan Praktek Manajemen Berperspektif Islam pada Tiga Usaha Agribisnis Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap ketiga wirausaha, diperoleh perbandingan ketiga wirausaha sebagai berikut: Tabel 16 Perbandingan praktek manajemen berperspektif Islam pada tiga usaha agribisnisa Indikator
MTF Manajemen Pemasaran 2 Manajemen Produksi 2 Manajemen SDM 1 Manajemen Keuangan 2 Total 7 a Sumber: Data primer yang diolah (2013) Ket: 1 : kurang menerapkan; 2 : menerapkan
Skor Pengamatan TDG 2 2 2 2 8
AMS 2 2 1 2 7
Berdasarkan Tabel 16, pengamatan praktek manajemen agribisnis ketiga wirausaha oleh pekerja dan pelanggan secara berurutan dari yang tertinggi adalah wirausaha TDG, MTF, dan AMS. Hasil pengamatan menunjukan kurang diterapkannya praktek manajemen pada manajemen sumber daya manusia yang dilakukan oleh MTF dan AMS yaitu pemberian upah yang masih di bawah UMR. Islam menekankan bahwa pekerja seharusnya diberikan upah yang cukup dan layak untuk pekerjaan mereka, menjaga kualitas dan kuantitas pekerjaan, kebutuhan dan perlengkapan mereka, dan keseluruhan kondisi ekonomi di masyarakat (Hashim 2009).
ANALISIS KESUKSESAN USAHA AGRIBISNIS Analisis kualitatif dengan metode fenomenologis digunakan untuk menganalisis kesuksesan usaha wirausaha dengan mendeskripsikan makna kesuksesan wirausaha yang didasarkan kepada nilai Islam yang diyakini wirausaha. Selanjutnya secara kualitatif kesuksesan juga dipandang dari sisi kebermanfaatan sosial-ekonomi pada internal dan eksternal usaha. Hal lain yang diamati namun secara kuantitatif adalah perkembangan usaha seperti peningkatan pendapatan (omzet), aset (cabang usaha) dan pekerja. Kesuksesan usaha agribisnis ini digambarkan melalui matrik kesuksesan usaha agribisnis ketiga wirausaha. Menurut ketiga wirausaha, kesuksesan yang dialami mereka ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam berwirausaha. Hal ini seperti yang disampaikan salah satu wirausaha yaitu Wirausaha TDG, Pak Mukhlis: “Sangat! Nilai Islam ini tercermin dari kita melakukan pelanggan dan pekerja dengan baik sehingga usaha senantiasa tumbuh. Saat omzet turun artinya terdapat kesalahan karena tangan-tangan kita dan saat omzet naik itu semua karena Allah SWT. Selalu banyak yang harus kita syukuri dari Allah SWT, tetapi selalu ada yang harus kita perbaiki”
58 Bahkan apabila mereka melakukan kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, wirausaha juga menyadari dampak buruk yang dialami oleh usahanya. Hal ini sesuai dengan penuturan dari Wirausaha MTF, Pak Afnaan Wasom: “Kita penggunaan uang dari bank, kita pernah memakai uang dari bank. Ternyata ya efeknya ke kita jadi kurang baik, dari segi ternak dan kandang. Ya ga tahu, kandang sapinya rubuh. Ya sudah sebisa mungkin dengan sekuat tenaga hutang yang ke bank kita lunasi. Istilahnya kalau dihitung-hitung uang yang riba-riba yang kita tahu sudah tidak ada” Wirausaha AMS, Pak Mulyadi mengemukakan arti kesuksesan dalam usahanya. Menurut beliau, sukses itu karena ada Allah yang telah memberikan sukses. “Sukses itu banyak. Hari ini lebih baik dari masa lalu. Bisa juga mencapai sesuatu yang kita inginkan. Tapi menurut Agama, “Sukses itu ketika sudah masuk surga. Konsepnya adalah bagaimana kita mensyukuri apa yang telah diberikan” Sedangkan kesuksesan diutarakan oleh Pak Afnaan Wasom dan Pak Mukhlis Yusuf di saat mencapai kebermanfaatan dan kemashlahatan. Menurut Pak Afnaan selaku wirausaha MTF, sukses itu sebagai berikut: “Sukses itu adalah Mitra Tani Farm dapat bermanfaat untuk Desa Tegal Waru pada khususnya dan Bogor pada umumnya” Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap ketiga wirausaha, kesuksesan hakiki wirausaha muslim bukanlah diukur dari materi saja, tetapi juga kebermanfaatan untuk sesama. Kesuksesan diberikan oleh Allah SWT Yang Maha Pengasih. Wirausaha muslim menjalankan usahanya sesuai dengan ketentuan yang Allah berikan dan dijalankan sebagai upaya untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Menurut Antonio et al (2010) Nabi mengajarkan kepada kita untuk menyikapi harta dengan berorientasi pada kebaikan dan manfaat optimal. Bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk kebahagiaan bersama saudara-saudara yang lain. Rasulullah SAW menegaskan bahwa pemilik mutlak harta adalah Allah SWT, sementara manusia hanyalah pemegang amanah (agent of trust) Berdasarkan tabel perkembangan usaha agribisnis (Lampiran 1, 2, dan 3), ketiga wirausaha mengalami perkembangan usaha. Hal ini terlihat dari pendapatan usaha yang relatif meningkat, seperti MTF yang dulu hanya memiliki pendapatan 21 juta per tahun, saat ini mencapai angka 8 milyar dengan peningkatan tertinggi sampai pada 2023 persen; TDG dari 9 milyar per tahun, saat ini mencapai angka 52 milyar per tahun; AMS melonjak secara signifikan (3233 persen) di tahun ke dua dari 25.92 juta per tahun menjadi 864 juta dan saat ini mencapai angka tujuh milyar. Selain itu, jumlah cabang usaha yang semakin luas atau banyak, seperti MTF yang awalnya menjadi makelar untuk menjual ternak, saat ini sampai usaha penggemukan, pembibitan, hingga siap makan; TDG berawal sebagai toko material kini merambat ke usaha meubel dan kusen lengkap dengan produksi dan pembiayaan syariahnya; AMS yang dulu hanya memiliki satu cabang distribusi dan satu jenis produk saat ini telah mendistribusikan 30 jenis produknya ke tujuh jalur distribusi dengan mencapai pasar hamper ke seluruh penjuru Indonesia. Hal
59 ini juga diiringi dengan peningkatan jumlah pekerja. MTF yang awal usaha tidak memiliki pekerja, saat ini telah memiliki 35 pekerja dan TDG serta AMS yang berawal dari 4 pekerja menjadi 250 pekerja dan 135 pekerja. Usaha agribisnis ini juga berhasil memberikan manfaat sosial-ekonomi lingkungan internal dan eksternal usaha (Lampiran 1, 2, dan 3). Ketiga usaha ini telah membantu mensejahterakan warga sekitar dengan memberikan rezeki melalui pekerjaan. MTF hampir setiap hari memberikan infaq dan shadaqah kepada orang-orang yang membutuhkan seperti jompo dan anak yatim di lingkungan usahanya. TDG dan AMS juga telah menyalurkan zakatnya kepada lingkungan sekitar setiap tahunnya, yaitu berkisar 150-250 juta. MTF memberikan beasiswa dan mengadakan kemitraan yang membantu usaha peternakan petani sekitar. TDG memberikan umroh kepada keluarga dan pekerja yang telah sungguh-sungguh dalam bekerja. AMS mendirikan yayasan dan pondok pesantren serta memberikan kesempatan pekerjaan untuk kerabat yang mengalami keterbatasan. Ketiga wirausaha juga berbagi ilmu dan pengalaman melalui kegiatan pelatihan, magang dan kunjungan serta konsultasi kepada masyarakat. Ketiga wirausaha telah berhasil memaknai kesuksesannya masing-masing. Ketiganya meyakini bahwa nilai Islam sangat berpengaruh dalam kesuksesannya. Sedangkan jika dilihat dari perkembangan usaha agribisnisnya, usahanya menunjukan perkembangan usaha dan kebermanfaatan secara sosial-ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan pada pendapatan, aset, pekerja dan kebermanfaatn sosial-ekonomi. Kesuksesan usaha dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Kesuksesan tiga usaha agribisnisa Indikator
MTF 1 3 3 3 10
Skor Kesuksesan Usaha TDG 3 3 3 3 12
AMS Jumlah pendapatan 3 Jumlah aset 3 Jumlah pekerja 3 Kebermanfaat sosial-ekonomi 3 Total 12 a Sumber: Data primer yang diolah (2013) Ket: 3 : mengalami peningkatan.; 2 : mengalami keadaan yang sama.; 1: mengalami penurunan
HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DAN PRAKTEK MANAJEMEN BERPERSPEKTIF ISLAM TERHADAP KESUKSESAN USAHA AGRIBISNIS Berdasarkan pada penilaian pekerja dan pelanggan serta pengamatan yang dilakukan terhadap ketiga wirausaha muslim, terdapat kesuksesan dari sisi ekonomi usaha agribisnis yang dijalankan. Hal ini menunjukan hubungan yang positif, dimana seiring dengan semakin tingginya karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam yang dijalankan wirausaha muslim, maka berpengaruh terhadap kesuksesan usaha agribisnis yang dijalankan. Karakteristik wirausaha, praktek manajemen, dan kesuksesan usaha agribisnis dapat dilihat pada Tabel 18.
60 Tabel 18 Karakteristik wirausaha, praktek manajemen dan kesuksesan usaha agribisnis tiga wirausahaa No.
Aspek
Karakteristik wirausaha Siddiq Amanah Fatanah Tabligh Total skor Persen skor karakteristik dari skor maksimalb 2. Praktek manajemen agribisnis Manajemen pemasaran Manajemen produksi Manajemen SDM Manajemen keuangan Total skor Persen skor praktek manajemen dari skor maksimalb 3. Kesuksesan usaha agribisnis Jumlah pendapatan Jumlah aset Jumlah pekerja Kebermanfaat sosial-ekonomi Total skor Persen skor kesuksesan usaha agribisnis dari skor maksimalb a sumber: Data primer yang diolah.; bdalam persen
MTF
Angka /uraian TDG
AMS
1.
4.30 4.46 4.23 3.91 16.90 84.50
4.58 4.61 4.68 4.39 18.26 91.30
3.91 4.28 4.17 4.14 16.50 82.50
2 2 1 2 7
2 2 2 2 8
2 2 1 2 7
87.50
100
87.50
1 3 3 3 10
3 3 3 3 12
3 3 3 3 12
83.33
100
100
Dari gambaran ketiga wirausaha muslim, tampak bahwa ketiga wirausaha mengalami kesuksesan usaha agribisnis, tetapi usaha MTF sedikit mengalami penurunan pada pendapatan yang diterima. Hal ini disebabkan usaha peternakan yang dijalankan tengah melakukan ekspansi usaha dengan mendirikan cabang usaha dan usaha sempat mengalami kerugian akibat pengembalian kredit bank konvensional. Dari gambaran tersebut juga dapat dinyatakan bahwa kesuksesan dari analisis ekonomi yang paling besar dengan dialami oleh usaha TDG, dengan peningkatan pendapatan mencapai diatas 52 milyar per tahun, cabang usaha 21 cabang, dan pekerja mencapai angka 250 pekerja. Kesuksesan usaha agribisnis ini sejalan dengan karakteristik wirausaha yang dinilai pekerja dan pelanggannya dan praktek manajemen yang diterapkan. Semakin tinggi skor karakteristik wirausaha dan praktek manajemen berperspektif Islam maka semakin tinggi pula skor kesuksesan usaha agribisnis.
61
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ketiga wirausaha muslim agribisnis tersebut dinilai memiliki karakteristik wirausaha secara islami dalam berwirausaha. Karakteristik ini mencakup dalam sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yaitu siddiq, amanah, fatanah, dan tabligh. Mereka secara umum telah menjalankan praktek manajemen agribisnis berperspektif Islam. Wirausaha muslim menjalankan usahanya sesuai dengan ketentuan yang Allah SWT berikan dan dijalankan sebagai upaya untuk mendapatkan ridhaNya. Menurut ketiga wirausaha, kesuksesan mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam berwirausaha. Hal ini juga dapat terlihat dari adanya kesuksesan usaha agribisnis berupa perkembangan usaha, seperti peningkatan pendapatan, cabang usaha, pekerja dan kebermanfaatan sosial-ekonomi yang diberikan oleh ketiga wirausaha. Terdapat hubungan positif antara karakteristik wirausaha dan praktek manajemen terhadap kesuksesan usaha agribisnis. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disimpulkan adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan penelitian bersifat kuantitatif. Hal ini dimaksudkan agar kesimpulan yang didapat dapat mewakili keadaan usaha agribisnis di Indonesia. Sehingga dengan begitu, penerapan nilai-nilai Islam dapat diterapakan dalam usaha agribisnis Indonesia supaya dapat menuju perkembangan usaha agribisnis Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
DAFTAR PUSTAKA Adamu IM, Kedah Z, Osman-Gani A. 2011. Spirituality in entrepreneur from Islamic perpective: a conceptual analysis on the effect on entrepreneurial motivation and social responbility. Di dalam 10th International Conference of the Academy of H.RD (Asia Chapter) [internet]. [2011 Des 3-6; Kuala Lumpur, Malaysia]. Kuala Lumpur (MLY): hlm 1-33; [diunduh 2012 Des 18]. Tersedia pada: http://www.ipedr.com/vol46/016-ICBER2012N10014.pdf. Afdal AMN. 2011. Studi pemahaman nilai-nilai syariah pada praktisi perbankan syariah. [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin Afriani I. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. [Internet]. [Diunduh 2013 Februari 6]. Terdapat pada: www.ut.ac.id/html/suplemen/sats4510/materi_04.swf. Al-Arif MNR. 2010. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung (ID): Alfabeta. Hlm 16-28. Alma B, Priansa DJ. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung (ID): Alfabeta. Hlm 257-269.
62 Andika F. 2012. Analisa strategi marketing Gumati Café dalam meningkatkan konsumen menurut perspektif Islam. J Eko Islam Al-Infaq Maret 2012. 3(1):l96-149. Andriany ID, Rusli S. 2008. Kepemimpinan dan Tingkah Laku Kewiraswastaan dalam Industri Skala Kecil dan Menengah. Jur Trans Sos, Kom, dan Eko Man [internet]. [diunduh 2012 Des 04]. 2 (2): 235-248. Tersedia pada http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/5883/4548 Antonio MS, Mahfudz S, Ali NM, Muhammad S, Khairunnas. 2010. Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager” Bisnis dan Kewirausahaan. Volume 2. Bogor (ID): Tazkia Publishing. 276 hlm. Arifin, M. 2008. Sifat Perniagaan Nabi. Bogor (ID): CV. Darul Ilmi. 287 hlm. Asnawi N, Siswanto, Munir M. 2011. Praktek Quran-based human resource management di perbankan syariah berdasarkan karakteristik biografis. J Keu dan Perban [Internet]. [diunduh 2012 Des 12]. 15 (1): 303-313. Tersedia pada: http://jurkubank.files.wordpress.com/2012/01/15nurasnawi_ ncrypted.pdf. Bahari MA, Faizal, Yue M, Anwar. 2011. Marketing mix from Islamic marketing perspective. [diunduh 2013 Februari 118]. Tersedia pada http://ssrn.com/abstract=2017488. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Wirausaha Indonesia. [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]. Tersedia pada: http://bps.go.id. Ermawati T. 2006. Kewirausahaan dalam Islam. penerbit dan lokasi tidak diketahui Esthirahayu DP, L Ekawati S, Herani R, R Pima N. 2012. Konsep dasar kewirausahaan dan proses kewirausahaan [Internet]. [makalah]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Fornaciari C J, Lund Dean K. 2004. Diapers to car keys: the state of spirituality. J of mana [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]. Religion and Work Research. Spirituality and Religion. 1: 7-33. Tersedia pada: http://www.tandfonline. com/doi/abs/10.1080/14766080409518540 Ghoul WA. 2011. Islam and entrepreneurship. Dana Print [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]; 34: 293-301. Tersedia pada: http://xa.yimg.com/kq/groups /2442597/1612446984/name/Ghoul-islamic-entrep-in--encyclopedia.pdf. Hafidhuddin D, Mas’udi MF, Djamil F, Mulia SM, Enizar, et all. 2004. Reinterprestasi Pendayagunaan ZIS. Jakarta (ID): Piramedia. 177 hlm. Hashim, J. 2009. Islamic revival in human resource management practices among selected Islamic organisation in malaysia. I J of Isla and Mid East Fin Mana [Internet]. [Diunduh 2013 Feb 12]. 2(3): 251-267. Tersedia pada www.emeraldinsight.com/1753-8394.html. Idris M. 2006. Pengaruh karakteristik kepemimpinan Islam dalam membentuk perilaku belajar tim pada bank syariah (Studi kasus BMT-BMT di DIY). Fenomena [Internet]. [Diunduh 2012 Des 12]. 4(1): 78-91. Tersedia pada http://journal.uii.ac.id/index.php/Fenomena/article/view/1130 Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Volume 2. Jakarta (ID): Erlangga. hlm: 96-97.
63 Karakas F. 2010. Spirituality and performance in organizations: a literature review. J Busin Eth [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]. 94: 89-106. Tersedia pada http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id =1743453 Kazemian Z, Ghamgosar B. 2011. The relationship between Islamic management and organizational entrepreneurship. Aus J Bas and App Scien [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]. 5(10): 967-971. Tersedia pada http://www.ajbasweb.com/ajbas/2011/October-2011/967-971.pdf. [Kementerian Koperasi dan UKM]. 2010. Rekapitulasi Sasaran Unit Usaha UMKM Baru 2006-2009 Per Provinsi. Jakarta (ID): Kementerian Koperasi dan UMKM Kempster S, Cope J. Learning to lead ini the entrepreneurial context. Inter J Entre Behav Res [Internet]. [Diunduh 2012 Des 20]. 16(1):5-34. Terdapat pada: http:dx.doi.org/10.1108/13552551011020054. Merdeka. 2012. Boraks Bahan Deterjen untuk Buat Kenyal Makanan. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 20]. Tersedia pada http://www.merdeka.com/ peristiwa/boraks-bahan-deterjen-untuk-buat-kenyal-makanan.html. Mohiuddin MG. 2012. Production management and indrustrialization: a divine perspective. I J Scient Res Pub [Internet]. [Februari 2012 21]. Tersedia pada www.ijsrp.org/research_paper_may2012/ijsrp-may-2012-37.pdf. Mudjiyanto B, Kenda N. 2009. Metode fenomenologis sebagai salah satu metodologi penelitian dalam komunikologi. J Kom Opi Pub [Internet]. [diunduh 2013 Februari 6]. [MUI]. Majelis Ulama Indonesia. 2013. Berita Utama. [Internet]. [diunduh 2013 Juli 11]. Tersedia pada: http://mui.or.id. Oktina L. 2012. Praktek penerapan manajemen berbasis Islam pada perusahaan (Studi pada PT Toha Putra Semarang). [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Pew Research Center. 2011. The future of global muslim population. [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]; Tersedia pada: http://www.pewforum.org/thefuture-of-the-global-muslim-population.aspx. Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta. Rodriguez G. 2012. Is your business successful? 3 indicators of success. [Diunduh 2004 Februari 24]. Tersedia pada: http://www.powerhomebiz.com/ starting-a-business/success-factors/indicators-of-success.html. Sukarno F. 2010. Etika produksi perspektif ekonomi Islam. J Eko Islam Al-Infaq. 1(1). Sule ET, Saefullah K. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta (ID): Kencana. Hlm 4-16. Tarmizi, E. 2012. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor (ID): Berkat Mulia Insani. 529 hlm. Winardi J. 2003. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta (ID): Kencana. 325 hlm. Yaacob Y, Azmi IAG. 2012. Entrepreneurs’ personality from Islamic perspective: a study of successful muslim entrepreneur in Malaysia. [Internet]. [diunduh 2012 Des 18]. 46(16):86-90. Tersedia pada: http://www.ipedr.com/vol46/016-ICBER2012-N10014.pdf.
64
64
Lampiran 1 Matriks perkembangan usaha agribisnis peternakan MT Farm 2002 – 2013a Tahun 2002 2003 2004 2005
Perubahan Usaha dan Kebermanfaatan Sosial-ekonomi Menjadi makelar domba dan kambing 25 ekor, tanpa pekerja, pakan berupa rumput teki Penyewaan kandang di IPB Pembangunan kandang domba dengan kapasitas 100 ekor, menjadi makelar sapi 15 ekor Penambahan kapasitas kandang menjadi 750 ekor, pendirian Salamah Aqiqah, pemberian infaq di lingkungan RT setempat dan ikut serta dalam pengajian Darul Fallah 2006 Pengembangan usaha Salamah Aqiqah : paket produk, pasar, dsb 2007 Pemberhentian pasokan ke jagal/pemotongan hewan, pendirian usaha penggemukan sapi dengan kapasitas 40 ekor 2008 Pendirian usaha pertanian terpadu sayur organik 2009 Penerimaan kunjungan, liputan, pelatihan dan KKP atau PKL mahasiswa 2010 Pembimbitan domba dan kambing dengan kapasitas kandang menjadi 1000 ekor 2011 Penyediaan fasilitas tabungan kurba dan rumah kambing, pemberhentian pasokan ke aqiqah orang lain, Penambahan kapasitas kandang menjadi 1300 ekor, Pendirian usaha penjualan produk olahan: susu, yogurt, dll. 2012 Penjalinan kerjasama kemitraan inti plasma 23 petani, musibah ambruknya kandang sapi akibat kredit bank konvensional 2013 Penjualan ternak domba/kambing mencapai angka 5000 ekor, sapi 200 ekor, pencapaian lebih dari 30 pekerja MT Farm (Gaji masih di bawah UMR dan mendapat makan siang serta pelayanan cashbond), peningkatan petani mitra menjadi 50 petani, pembukaan usaha baru warung makan, pengurangan kemitraan dan kerjasama dengan non-muslim, konsultasi gratis masyarakat sekitar perihal ternak Tahun / Perkembangan usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013b Sayur organik (Rp juta) 50 50 50 50 50 16.67 Salamah aqiqah (Rp juta) 180 180 192 216 216 360 360 360 120 Sapi (Rp juta) 120 240 320 360 450 500 500 2000 2000 666.67 Domba/kambing (Rp juta) 21.25 73.1 135 4 995 4 590 8 500 10 000 10 000 10 000 7 000 5 750 1 916.67 21.25 73.1 255 5 415 5 090 9 052 10 716 10 766 10 910 9 410 8 160 2 720.01 Jumlah pendapatanc Peningkatan pendapatand 0 70.93 248.84 2023.53 (6.00) 77.84 18.38 0.47 1.34 (13.75) (13.28) Jumlah cabang/anak usahae 0 0 1 2 2 3 4 4 4 6 8 10 a Sumber: Data primer yang diolah (2013). ; bper April 2013.; cdalam juta rupiah.; ddalam persen.; edalam unit
65
Lampiran 2 Matriks perkembangan usaha agribisnis kehutanan Tiga Dara Group 2005 – 2013a Tahun 2005 2006 2007 2008 2009
Perubahan Usaha dan Kebermanfaatan Sosial-ekonomi Usaha material secara meluas dengan sasaan end user dengan empat orang pekerja Pembuatan administrasi usaha material secara rapih dan mulai fokus dalam satu bidang Pengintegrasian usaha kusen dengan material, pemanfaatkan kayu potongan material menjadi kusen Pengembangkan pekerja kusen membuat lemari dalam perintisan usaha meubel Penggunakan sistem bagi hasil dalam berwirausaha, penambahan dua cabang usaha meubel, penjajakan usaha pembiayaan/kredit lingkup kecil (angsuran untuk pelanggan yang belum punya uang cash) 2010 Penanaman 12.000 senggon, pendirian usaha produksi meubel, penambahan empat cabang usaha meubel dan dua usaha pembiayaan (KBMT), penyaluran dana ZIS sebesar 150 Juta, alokasi 5-10 % keuntungan untuk promosi, pengadaaan liqo untuk pekerja 2011 Pemenang kompetisi wirausaha nasional ‘LSPI 2011’ Bentoel, penambah pohon senggon menjadi 20 000, penyaluran dana ZIS 150 Juta, pemberian umroh satu orang keluarga dan satu orang pekerja, penambahan satu cabang usaha meubel dan satu cabang usaha KBMT, penjalinan kemitraan dengan FIF dan Adira Finance dengan sistem syariah, pendirian gudang pusat 2012 Penyaluran dana ZIS 180 Juta, pemberian umroh satu orang keluarga dan dua orang pekerja, penambahan satu cabang usaha meubel dan dua cabang usaha KBMT, musibah kecelakaan supir akibat tidak mengeluarkan infaq 2013 Usaha bidang meubel dan material kebuthan pendirian sebuah rumah dan perabotannya, pencapaian lebih dari 250 pekerja (Gaji di atas UMR dan mendapatkan makan siang), pengadaan Mijitrama (musyawarah besar) dan Itiqaf (kompetisi futsal antar pekerja dan mitra), pengadaan promosi beasiswa pelajar SD Sukabumi Tahun / Perkembangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013b 420 960 2 400 1 600 Produksi (Rp juta) 2 400 8 400 13 800 5 120 Pembiayaan (BMT) (Rp juta) 60 360 1 800 9 600 13 800 5 000 Meubel (Rp juta) 84 240 360 480 480 480 200 Kusen (Rp juta) 9 000 10 800 14 400 16 800 18 600 20 400 21 600 21 600 7 200 Material (Rp juta) 9 000 10 800 14 484 17 100 19 320 25 500 41 040 52 080 19 120 Jumlah pendapatanc Peningkatan pendapatane 20 34.11 18.06 12.98 31.99 60.94 26.90 Jumlah cabang/anak usaha 2 2 3 4 5 14 17 20 21 a Sumber: Data primer yang diolah.; bper April 2013.; cdalam juta rupiah.; ddalam persen.; edalam unit
65
66
66
Lampiran 3 Matriks perkembangan usaha agribisnis pertanian Amal Mulia Sejahtera 2007 – 2013a Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perubahan Usaha dan Kebermanfaatan Sosial-ekonomi Pendirian usaha dengan modal Rp 25 juta, skala home industry dengan luas tempat produksi 4x17 m2, teknologi tradisional skala rumah tangga (blender juice, kain) dengan kapasitas 10 Kg kurma hari, satu jenis produk (Sari Kurma Reguler), empat pekerja Penggunaan mesin cuci sebagai mesin pemisah sari kurma Penciptaan inovasi produk sari kurma: Sari Kurma Gold, Premium, +Madu, dsb. Pendirian parbik dan teknologi baru semimodern, penyelesaikan amanah sebagai Ketua MUI Ciomas, perekrutan pekerja dengan asas tolong menolong: pendidikan rendah, satu tunanetra dan keterbelakangan mental, selesai menjadi Ketua MUI Ciomas, Ketua Dewan Syuro Asosiasi Pengusaha Herbal Muslim Indonesia Penambahan produk-produk herbal: habbatussauda, aroma terapi, gula aren, dsb, pendirian perusahaan distributor Aljaziraherbal dengan pusat di Bekasi. Cabang distributor di Bogor dan Depok Pembangunan Yayasan/Pondok Pesantren Al-Hidayah, penambahan cabang usaha distributor di Jakarta 1 dan Jakarta 2, penyaluran dana zakat sebesar Rp 250 juta Usaha Aljaziraherbal dengan kapasitas produksi mencapai 2 000 Kg kurma dengan kurang lebih 30 jenis produk, pencapaian kurang lebih 130 pekerja (Gaji hampir UMR ditambah uang makan dan pelayanan cashbond), penambahan produk sampingan dodol kurma, penambahan cabang usaha distributor Tanggerang, Sukabumi dan Cianjur
Tahun / Perkembangan usaha
2007
2008
2009
2010
25.92 864 1058.4 1620 Sari kurma (Rp juta) Produk herbal (Rp juta) Total pendapatanc 25.92 864 1058.4 1620 Peningkatan pendapatand 0 3233.33 22.50 53.06 Jumlah cabang/anak usaha 1 1 1 1 a Sumber: Data primer yang diolah.; bper April 2013.; cdalam juta rupiah.; ddalam persen.; edalam unit
2011 16 347.31 170.28 16 517.59 900.20 3
2012 17 672.90 184.09 17856.99 8.11 5
2013b 7149.6 165.500 7 315.10 7
67
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 18 Maret 1991 dari ayah H. Sobirin dan ibu Hj. Waisah. Penulis adalah putra keenam dari tujuh bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Slawi pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selain itu, penulis juga mengambil Program Minor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis menerima beasiswa dari Dikti Kemendiknas, Karya Salemba 4, dan Bungaran Saragih. Penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di IPB seperti Pengurus Organisasi Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) periode tahun 2009/2010, Anggota UKM Forum for Scientific Student (FORCES) 2009/2010, Anggota sekaligus Pengurus UKM PSM IPB Agriaswara 20092012, dan Ketua Umum Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Ekonomi Umum TPB di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB tahun 20112012 dan sebagai pengajar Tutor Sebaya TPB mata kuliah Kimia dan Kalkulus 20092010. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten pengajar di Incubie IPB serta asisten penelitian di PT. Nutrifood Indonesia pada tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa penulis juga mengikuti beberapa seminar, training dan konferensi baik skala nasional maupun internasional. Beberapa kegiatan yang diikuti, diantaranya International Conference SUSTAIN 2012 di Universitas Kyoto, Jepang, dan International Conference Zakat 2012 di International Islamic University of Malaysia (IIUM), Malaysia. Penulis juga selama kuliah telah mendapatkan beberapa penghargaan seperti Juara 1 pada Call for Paper Dinar Tazkia 2012 dan Call for Paper Green Economy Universitas Sriwijaya 2013 serta Mahasiswa Berprestasi II di Departemen Agribisnis dan Mahasiswa Berprestasi III di Fakultas Ekonomi dan Manajemen 2012.