KARAKTERISTIK PETANI KELAPA DAN PRODUKSI KOPRA RAKYAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA Zeth Patty Dosen Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera – Tobelo
ABSTRACT The aim of this research was (1) to know the characteristic of coconut farmers (2) to analyse the factors influencing the production of copra, (3) to determine the influencing of secondary crops on copra production. The location of this research was selected to avoid subjective sample selection. The collection of primary data was conducted through direct interview by utilizing a questionnaire. Farmer information was presented in the form of descriptive statistic data, for the factors influencing copra production, multiple linear regression with least square method (OLS) was used. The result of this research indicates that : (1) farmer but age group was 26 - 60 years 86,67%; about 57,78% had secondary education (SLTP and SLTA); and 30% of farmers planted their coconut trees using ideal plant spacing with 107 - 126 trees per hectare (2) factors influence copra production are : number of labourers, number of coconut trees, farmer experience and existence of secondary crops either as perennial or annual crop types (3) Cultivation of annual crops as secondary crops had an significant influence on increasing copra production Key words : characteristic, copra production, secondary crop PENDAHULUAN di pasar dunia adalah kopra, yang merupakan Indonesia merupakan salah satu negara hasil pengeringan daging kelapa, dan banyak agraris yang kehidupan perekenomiannya diusahakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tidak bisa lepas dari sektor pertanian. Hal ini bahan baku pembuatan minyak kelapa. Konsumsi karena sektor pertanian, masih tetap memegang kopra dalam pasar internasional dikelompokkan peranan penting yakni sebagai penyedia bahan ke dalam sektor industri (bahan baku), karena pangan bagi seluruh masyarakat, serta menopang kopra tidak dapat dikonsumsi langsung oleh pertumbuhan industri dalam hal penyediaan bahan konsumen akhir tetapi harus diubah menjadi baku industri.Sub sektor perkebunan, merupakan Crude Coconut Oil (CCO), yang kemudian bagian dari sektor pertanian yang memberikan diubah menjadi minyak goreng, bahan baku kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia. olekimia untuk pembuatan sabun, kosmetik, dan Secara umum tanaman perkebunan mempunyai lain sebagainya. Negara-negara yang dikenal peranan yang besar, terutama dalam penyediaan sebagai penghasil utama kopra antara lain lapangan kerja, pendapatan dari ekspor dan Filipina, Indonesia, India, Meksiko, Thailand dan Srilangka. sumber pertumbuhan ekonomi. Data BPS Halmahera Utara tahun 2009, Tanaman kelapa (Cocos nucifera. Linn.) menunjukkan bahwa tanaman kelapa masih dalam perekonomian Indonesia merupakan salah menjadi tanaman unggulan di daerah ini, dengan satu komoditi strategis karena perannya yang luas areal perkebunan kelapa mencapai 61.143,65 sangat besar, baik sebagai sumber pendapatan hektar dengan produksi ± 83.379,60 ton per tahun, maupun sumber bahan baku industri. Data dan jumlah petani kelapa yang mencapai 36.112 Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan kepala keluarga. Luasnya perkebunan kelapa bahwa luas tanaman kelapa Indonesia mencapai di daerah ini karena tanaman kelapa ( Cocos 3.728.600 ha, sekitar 92,40% diantaranya nucifera. Linn) memang sudah lama dikenal di adalah kelapa dalam yang diusahakan sebagai daerah Halmahera Utara, sejak diintroduksi sekitar perkebunan rakyat, sedangkan kelapa hibrida awal abad 19 yang lalu. Secara turun-temurun hanya sekitar 4%. Salah satu produk olahan dari kelapa yang cukup potensial diperdagangkan tanaman kelapa diusahakan sebagai tanaman
336
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
pekarangan, baik untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, obat bahkan bahan kosmetika tradisional. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke daerah-daerah di Pasifik merupakan awal dimulainya usaha komersialisasi kelapa dalam bentuk perkebunan di daerah Pasifik, termasuk daerah Tobelo di Kabupaten Halmahera Utara, yang kemudian dikenal dengan daerah WKO (Wari Klapper Onderneming dan Wosia Klapper Onderneming). Hal ini juga telah mendorong perkembangan usaha kelapa rakyat, tetapi terbatas dalam skala kecil. (Nanere, 2007). Potensi kelapa di atas, mestinya menjadi potensi yang luar biasa bagi pengembangan ekonomi masyarakat, namun sayangnya kondisi yang terjadi adalah potensi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga belum mampu melepaskan masyarakat dari kondisi kemiskinan. Kondisi kemiskinan di Halmahera Utara sampai saat ini masih cukup memprihatinkan. Hasil analisis dengan menggunakan 15 variabel kriteria penentuan status desa, menunjukkan bahwa 80% dari 196 desa, pada 17 kecamatan di kabupaten ini, dikategorikan desa tertinggal, dengan 19% penduduknya tergolong miskin. Masih tingginya tingkat kemiskinan masyarakat yang diduga sebagai akibat dari rendahnya produksi kopra dan pendapatan yang diterima. Kondisi ini dianggap perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutama pemerintah daerah untuk mengkaji lebih jauh berbagai hal yang terkait dengan produksi kopra rakyat dan pendapatan yang diterima petani kelapa di daerah ini. Berdasarkan penjelasan
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik petani kelapa di Halmahera Utara, (2) menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi produksi kopra, (3) mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap produksi kopra. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini mengunakan metode analisis deskriptif, yakni memusatkan pada suatu kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1983). Daerah sampel ditentukan secara sengaja (purposive sampling) yakni di Kecamatan Tobelo Selatan, Galela Barat dan Kao Utara, pada periode panen 2009 / 2010. Penentuan daerah penelitian didasarkan pada pertimbangan kecamatan tersebut merupakan daerah dengan luas lahan kelapa dan produksi kopra tertinggi di masing-masing wilayah. Petani sampel diambil secara acak (simple random sampling) sebanyak 90 petani sampel. Analisis Data Untuk karakteristik petani kelapa dijelaskan secara kualitatif dengan menggunakan metode statistik deskriptif, sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra digunakan Metode Regresi Linier Berganda, disesuaikan dengan pendapat Soekartawi (2003) maupun Widarjono (2007), sebagai berikut :
ln Y = β0 + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5 + β6 ln X6 + d1D11 + d1D12 + e Keterangan : Y (Prod) β0 β1, β2, β3, βn X1 (Labour) X2 (Trees)
: : : : :
X3 (Age_trees): X4 (Land) : X5 ((Edu) : X6 (Exprc) : D11 :
Produksi kopra (Kg) Intercept Koefisien regresi Jumlah tenaga kerja (HOK) Jumlah tanaman menghasilkan (pohon) Umur tanaman kelapa (tahun) Luas lahan kelapa (ha) Pendidikan petani (tahun) Pengalaman Petani (tahun) Dummy tanaman sela tahunan
d11 = 1 d11 = 0 D12
: Tanaman tahunan : lainnya : Dummy tanaman sela semusim d12 = 1 : Tanaman semusim d12 = 0 : lainnya e : Faktor pengganggu (error) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan komoditi kopra dilakukan dengan pengujian model secara statistik yakni : • Uji Koefisien Determinasi (R 2) untuk mengukur proporsi atau persentase dari total variasi variabel dependen (Y) yang dapat
Karakteristik Petani Kelapa dan Produksi Kopra Rakyat di Kabupaten Halmahera Utara
337
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 dijelaskan oleh variasi variabel independen (X). Koefisien R2 diformulasikan sebagai berikut : (Widarjono, 2007)
R2 =
[Σ (Yˆ
−Y )2 Σ (Yi − Y 2
[
Keterangan : R2 = Koefisien Determinasi
]
]
Yˆ = Hasil estimasi nilai variabel dependen Y = Rata-rata nilai variabel dependent Yi Y i = Nilai observasi variabel dependent ke i •
Uji Signifikansi Simultan (Uji F) untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependent, (Gujarati, 2006). Mencari nilai F hitung dengan rumus : (Widarjono, 2007)
F
=
R 2 / ( k − 1) (1 − R 2 ) / ( n − k )
Keterangan : R2 = Koefisien determinasi K =Jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstan n =jumlah observasi • Uji Signifikasi Individual (Uji t), untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Mencari nilai t hitung dengan rumus : (Gujarati, 2006)
t hitung =
βi Sβ i
Keterangan :
bβii = Koefisien Regresi variable ke i Sb Sβii = Standart error variabel ke-i
Jika nilai thitung > ttabel , berarti hipotesis nol (H0) ditolak, berarti bahwa variabel independen bersangkutan berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Jika nilai thitung ≤ ttabel , berarti hipotesis alternatif (Ho) diterima, berarti bahwa variabel
independen yang bersangkutan berpengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Agar menghasilkan model regresi yang BLUE, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang diuji dalam penelitian ini yaitu : • Uji Multikolinieritas, untuk menguji apakah terdapat hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut Gujarati (2006), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, digunakan uji nilai koefisien korelasi, dimana apabila nilai koefisien korelasi ≥ 0,8 maka variabel bebas tersebut terjadi multikolinearitas dan sebaliknya jika nilai koefsien korelasi ≤0,8 maka tidak terjadi multikolinearitas. • Uji Heterokedastisitas, untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Prosedur uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji White (Widarjono, 2007). Uji White didasarkan pada jumlah sampel (n) dikalikan dengan R2 yang akan mengikuti distribusi chi-squared dengan degree of freedom sebanyak variabel independen, tidak termasuk konstanta. Mencari nilai F hitung dengan rumus (Widarjono, 2007) :
n. R
2
= X
2 Df
Keterangan : R2 = Koefisien determinasi n =jumlah observasi Jika nilai X2 hitung ≥ X2tabel , hipotesis nol (H0) ditolak, berarti terjadi heteroskedastisitas. Jika nilai X 2 hitung < X 2 tabel , hipotesis alternatif (H a) ditolak, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi kondisi homoskedastisitas. Ada atau tidak masalah heteroskedastisitas diketahui dengan cara membandingkan nilai probabilitas yang dihasilkan dengan nilai α 5%. Jika nilai probabilitas chi-squared lebih besar dari α 5%, maka dugaan adanya masalah heteroskedastisitas tidak signifikan.
Zeth Patty
338
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Petani Dalam bagian ini akan diuraikan tentang karakteristik petani kopra rakyat di Kabupaten Halmahera Utara yang antara lain meliputi umur petani, pengalaman, pendidikan formal yang pernah diikuti, serta luas lahan yang dikuasai. Distribusi umur dan pendidikan petani sampel mengikuti kategori umum di Indonesia, sedangkan distribusi pengalaman, jumlah tenaga kerja tangga menggunakan nilai interval antara nilai maksimum dan nilai minimum dari seluruh petani sampel yang berjumlah 90 orang. 1. Umur Petani Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan kerja seseorang. Demikian juga dengan petani, umur petani sangat berhubungan erat dengan kemampuan fisik petani dalam mengerjakan usahataninya. Umumnya semakin bertambah umur seseorang akan diikuti dengan makin menurunnya kemampuan fisiknya untuk mengerjakan pekerjaan dibebankan kepadanya. Data umur dapat dipakai sebagai dasar untuk mengelompokkan petani ke dalam kelompok umur produktif atau kelompok umur yang sudah tidak produktif lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah petani sampel terdistribusi pada kelompok umur produktif yakni 26 - 60 tahun sebesar 86,67 %. Sisanya adalah petani yang sudah kurang produktif (kelompok umur 61-80 tahun) sebesar 13.33%. 2. Pendidikan Petani Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi keberhasilan usahatani yang dijalankannya. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan petani, akan semakin mudah menerima dan menerapkan teknologi baru dalam usahatani, sehingga diharapkan tingkat keberhasilan usahatani dapat ditingkatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum petani sampel pernah mengikuti pendidikan formal, meskipun terbatas pada pendidikan dasar dan menengah, dan hanya sekitar 10% dari jumlah petani sampel yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar. Proporsi petani yang
3.
berhasil menyelesaikan pendidikan dasar (SD) atau berpendidikan rendah berkisar 26,67%, sementara jumlah petani yang berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA) mencapai 57,78%, sedangkan petani yang pernah mengikuti pendidikan tinggi hanya berjumlah 5 orang atau 5,55 %. Pengalaman Petani Pengalaman berusahatani adalah lamanya petani menekuni kegiatan usahataninya. Petani yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih biasanya akan memberikan hasil dan kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan dengan yang belum berpengalaman. Umumnya petani kelapa telah mengenal metode pengolahan kopra sejak masih muda. Karena pengolahan kopra pada usahatani kelapa rakyat di Kabupaten Halmahera Utara merupakan hal yang ditekuni secara turun temurun dengan teknologi yang masih sangat tradisional. Ini menyebabkan faktor pengalaman akan sangat penting artinya bagi petani.
Karakteristik Usahatani Kelapa 1. Luas Lahan Kelapa Lahan yang dikuasai petani merupakan salah satu faktor produksi penting dalam berusahatani. Banyak cara yang sering diapaki untuk mengukur besar kecilnya usahatani. Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas tanaman utama sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hernanto (1996). Distribusi Petani Menurut Ukuran Luas Lahan Kelapa di Kabupaten Halmahera Utara secara detail ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Petani Menurut Ukuran Luas Lahan Kelapa di Kabupaten Halmahera Utara. Luas Lahan (hektar) 0,5 – 1 1,1 – 2 2,1 - 3,5 3,5 Jumlah
Jumlah Petani Per Kecamatan (Orang) Galela Barat
Tobelo Selatan
Kao Utara
12
13
16
6
7
6
10
5
6
2
5
2
30
30
30
Sumber : Data primer diolah, 2010
Karakteristik Petani Kelapa dan Produksi Kopra Rakyat di Kabupaten Halmahera Utara
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan minimum yang dikuasai petani adalah sebesar 0,5 hektar sedangkan luas lahan maksimum adalah 6 hektar. Hal ini berarti petani dilokasi penelitian tidak dikategorikan petani dengan lahan sempit. Umumnya petani kelapa mengusasai lahan yang berukuran 0,5 - 1 hektar, yakni sebesar 45,56% yang sebagian besar terdistribusi pada Kecamatan Kao Utara. Untuk persentase petani dengan ukuran luas lahan 2,1 – 3,5 hektar adalah sebesar 23,33% dari total petani, dan sebagian besar terdistribusi pada Kecamatan Galela Barat. Petani dengan ukuran luas lahan sangat luas (lebih luas dari 3,5 hektar) sebagian besar terdistribusi di Kecamatan Tobelo Selatan dengan persentase sebesar 10% dari total petani. Populasi Kelapa per Hektar Populasi kelapa diartikan sebagai jumlah tanaman kelapa produktif per hektar, yang dimiliki oleh petani. Pada lokasi penelitian jumlah populasi kelapa per hektar ratarata adalah sebanyak 144 pohon dengan jumlah minimum sebanyak 47 pohon dan jumlah maximum adalah 196 pohon. Besar kecilnya populasi tanaman kelapa sangat tergantung dari jarak tanam yang diterapkan oleh petani. Jumlah petani terbesar yakni mencapai 30% adalah kelompok petani yang menanam dengan jarak tanam ideal dengan jumlah populasi 107 – 126 pohon/ha. Petani yang menanam dengan jarak tanam yang lebar hanya berkisar 5,55%, dengan jumlah populasi tanaman 47 – 66 pohon/ha. Populasi yang kecil selain oleh jarak tanam yang lebar juga karena banyaknya tanaman yang rusak atau mati. Sisanya sekitar 2,22% adalah peani yang menanam kelapa dengan jarak tanam yang sangat rapat sehingga populasi tanamannya mencapai 187 – 206 pohon/ha.
3.
339 Umur Tanaman Kelapa Dalam kondisi pertumbuhan yang optimal, jenis kelapa dalam telah dapat dipanen hasilnya setelah berumur 6 -7 tahun. Produksi buah kelapa akan terus meningkat sampai tanaman kelapa mencapai umur 60 – 65 tahun, bahkan lebih bila kondisi pertumbuhan tanaman tetap baik. Setelah mencapai umur puncak produksi, hasil buah kelapa akan turun secara berangsur-angsur. Berdasarkan data, terlihat bahwa jumlah petani dominan terdistribusi pada tanaman kelapa berumur 18 sampai dengan 41 tahun yakni sekitar 55,5%. Sisanya sekitar 8,89% adalah petani dengan tanaman kelapa yang berumur muda, sedangkan petani pemilik tanaman tua berkisar 7,78%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tanaman kelapa yang masih produktif. Besarnya jumlah petani pada kelompok umur tanaman 18 – 41 tahun salah satunya penyebabnya adalah telah dilakukan peremajaan tanaman kelapa sekitar awal tahun 1980 sampai dengan akhir tahun 1990-an, oleh Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Utara, yang menanam sejumlah tanaman baru menggantikan tanaman tua.
Produksi Kopra Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi kopra dihasilkan per petani sampel adalah 4,227 ton dengan nilai produksi maksimum adalah 16,2 ton / tahun (± 5,60 ton pada musim panen pertama) dan nilai produksi minimum adalah 0,63 ton per tahun (±0,25 ton pada musim panen pertama), sedangkan rata-rata produktifitas lahan adalah 2,014 ton/ha/tahun (± 0,731 ton per /ha per musim panen) dengan nilai produktifitas lahan maksimum adalah 1,867 ton/ha/musim panen dan nilai minimum 0,25 ton/ ha/musim panen. Secara detail, rata-rata produksi dan produktifitas kopra menurut musim panen di Kabupaten Halmahera Utara dapat disimak pada tabel 2.
Zeth Patty
340
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Tabel 2. Rata-rata Produksi dan Produktifitas Kopra Per Musim Panen di Kabupaten Halmahera Utara. Uraian
Galela Barat Produksi Kopra (kg / UT) Musim Panen I 1.858 Per Tahun 5.253 Produktifitas (Kg/ha) Musim Panen I 853 Per Tahun 2.380
Per Kecamatan Tobelo Kao Selatan Utara 1.480 4.142
1.115 3.288
698 1.914
641 1.749
Sumber : Data primer diolah, 2010 Tanaman Sela Menurut Soeharyanto,dkk (2004), dan Atman, (2007), produksi tanaman kelapa cenderung meningkat apabila di bawahnya ditanami tanaman sela yang dikelola dengan baik. Penanaman tanaman sela oleh petani selain untuk meningkatkan produktivitas lahan, juga sebagai upaya meningkatkan pendapatan usahatani kelapa. Selain itu penanaman tanaman sela oleh petani juga sebagai sumber pendapatan alternative, bila tanaman kelapa sebagai tanaman utama mengalami kegagalan, baik pada produksi karena adanya serangan hama, ataupun terhadap pendapatan akibat jatuhnya harga kopra di pasaran. Kondisi dapat dipahami sebagai bentuk perlindungan petani terhadap keluarganya, artinya masih ada sumber pendapatan usahatani lain yang bisa diharapkan bila produksi tanaman utama mengalami kegagalan. Jumlah petani yang menanam tanaman sela di antara tanaman kelapa dapat disimak pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Petani Kelapa Menurut Lokasi dan Pola Penanaman Tanaman Sela Jenis Tanaman Sela
Jumlah Per Kecamatan Galela Barat
Tobelo Selatan
Kao Utara
Tanaman tahunan Tanaman semusim Tahunan + semusim Tanpa tanaman sela
17 6 2 5
13 4 1 12
5 2 0 23
Jumlah
30
30
30
petani yang telah menanam tanaman sela, baik jenis tanaman tahunan, tanaman semusim maupun pola campuran dengan menanam tanaman tahunan dan semusim bersamaan. Jumlah petani yang paling banyak menanam tanaman sela ditemukan di Kecamatan Galela Barat yakni sebesar 18,88 %, sedangkan petani yang tidak menanam tanaman sela terbanyak berada pada daerah Kecamatan Kao Utara yakni 25,55% dari total petani. Data jenis tanaman sela yang ditanam, menunjukkan bahwa petani cenderung menanam jenis tanaman tahunan yakni sekitar 38,88%, sedangkan untuk tanaman semusim hanya berkisar 13,33% dari total petani. Jenis tanaman sela tahunan yang ditanami petani adalah tanaman pala dan kakao, sedangkan jenis tanaman semusim antara lain pisang, ubi-ubian dan jagung Data yang ada juga menunjukkan bahwa jumlah petani yang tidak melakukan penanaman tanaman sela relatif besar yakni sebesar 44,44%. Besarnya jumlah petani yang tidak melakukan penanaman tanaman sela di lokasi penelitian disebabkan kurangnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tentang cara mengusahakan jenis tanaman baru selain tanaman kelapa. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopra Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra digunakan analisis regresi berganda dengan model Ordinary Least Square (OLS). Produksi kopra yang dianalisis adalah produksi kopra pada saat penelitian dilaksanakan yaitu produksi musim panen I. Hasil analisis regresi secara rinci ditampilkan pada Tabel 4.
Sumber : Data primer diolah, 2010 Data menunjukkan bahwa secara umum petani di lokasi penelitian, dapat dikatakan telah melaksanakan penanaman tanaman sela di antara kelapa. Ini ditunjukkan dengan adanya 66,6% Karakteristik Petani Kelapa dan Produksi Kopra Rakyat di Kabupaten Halmahera Utara
341
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010
Tabel 4.Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopra di Kabupaten Halmahera Utara Variabel Constant
Expected Sign +
Variabel Dependent (Y) : Produksi Kopra Koefisien Std Error Regresi 1,041 0,742 0,100
t-statistik
Prob.
1,402
0,1645
2,389
0,0192
Labour (lnX1)
+
0,240**
Trees (lnX2)
+
0,692***
0,132
5,204
0,0000
Age_Trees (lnX3)
_
-0,035ns
0,087
-0,411
0,6820
Land (lnX4)
+
0,007ns
0,054
0,132
0,8947
Edu (lnX5)
+
0,054ns
0,120
0,448
0,6551
Exprc (lnX6)
+
0,213**
0,092
2,316
0,0231
Sela Tahunan (D11)
+
0,167**
0,079
2,099
0,0388
Sela Semusim (D12)
+
0,245**
0,102
2,395
0,0189
R-squared
0,8186
F-statistic
Adjusted R-squared
0,8006
Prob(F-statistic)
Durbin-Watson stat
1,9082
Sumber : Analisis data primer, 2010 Keterangan : ***= Signifikan pada tingkat kepercayaan 99 % ** = Signifikan pada tingkat kepercayaan 95 % LnProd =
* = Signifikan pada tingkat kepercayaan 90 % Berdasarkan hasil regresi yang ditampilkan pada Tabel 4, maka dapat disusun persamaan regresinya sebagai berikut :
1,0410 + 0,2403Lnlabour + 0,6920LnTrees – 0,0357LnAge_trees + 0,007Lnland + 0,0541Lnedu + 0,2134Lnexprc + 0,1670d11 + 0,2453d12
Uji Statistik Hasil uji regresi yang didapat kemudian dilanjutkan dengan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan terhadap hasil regresi factorfaktor yang mempengaruhi produksi kopra dengan model Ordinary Least Square (OLS), meliputi uji ketepatan model (goodness of fit) yang ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien determinasi (R2), uji signifikansi Simultan (uji F) untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel-variabel independen yang dimasukkan dalam model terhadap variabel dependen, serta uji signifikasi individual (Uji t) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. a.
45,69 0,000***
dimasukkan ke dalam model (tenaga kerja, jumlah tanaman kelapa, umur tanaman, luas lahan, pendidikan, dan pengalaman petani serta penanaman tanaman sela tahunan dan tanaman sela semusim), sedangkan sisanya sebesar 18,14% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. b.
Koefisien Determinasi (R2) Hasil uji ketepatan model berdasarkan nilai koefisien deteminasi (R 2) sebesar 0.8186 menunjukkan bahwa 81,86% variasi variabel dependen (produksi kopra) mampu dijelaskan oleh variabel independen yang Zeth Patty
Uji F (Uji Signifikansi Simultan) Berdasarkan hasil analisis, nilai Fhitung adalah sebesar 45,69. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai Fhitung > FTabel pada tingkat kepercayaan 99 %. Hal ini berarti produksi kopra dipengaruhi secara simultan oleh variabel independen yang ada dalam model. Dengan demikian hipotesis pertama yang menduga bahwa produksi kopra dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, jumlah tanaman kelapa, luas lahan kelapa, umur tanaman kelapa, tingkat pendidikan, pengalaman petani serta adanya tanaman sela tahunan dan tanaman sela semusim diterima.
342 c.
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 Uji t ( Uji Signifikasi Individual) Berdasarkan hasil uji signifikasi individual (uji t), diketahui bahwa terdapat 5 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra, antara lain jumlah tenaga kerja (labour), jumlah tanaman (trees), pengalaman petani (exprc), tanaman sela baik pada jenis tanaman tahunan (D11) maupun jenis tanaman semusim (D12). Penjelasan secara rinci mengenai faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra adalah sebagai berikut : 1) Variabel jumlah tenaga kerja (labour) Variabel jumlah tenaga kerja mempunyai nilai thitung sebesar 2,389 lebih besar dari nilai tTabel (1,671), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi sebesar 0,240% dan bertanda positif dapat diartikan bahwa kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar 1 % akan meningkatkan produksi kopra sebesar 0,240%. 2) Variabel jumlah tanaman kelapa (trees) Variabel jumlah tanaman kelapa mempunyai nilai thitung sebesar 5,204 lebih besar dari tTabel (2,390), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanaman kelapa berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan nilai koefisien regresi sebesar 0,692% dan bertanda positif dapat diartikan bahwa kenaikan jumlah tanaman kelapa sebesar 1 % akan meningkatkan produksi kopra sebesar 0,692%. 3) Variabel pengalaman petani (Exprc) Variabel Pengalaman Petani mempunyai nilai thitung sebesar 2,316 lebih besar dari nilai tTabel (1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman petani berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi sebesar 0,213 dan bertanda positif dapat diartikan bahwa setiap kenaikan pengalaman petani sebesar 1 % akan
meningkatkan produksi kopra sebesar 0,213%. 4) Variabel tanaman sela tahunan (D11) Variabel tanaman sela tahunan mempunyai nilai thitung sebesar 2,099 lebih besar dari nilai tTabel (1,671) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman petani berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai koefisien regresi sebesar 0,167% dan bertanda positif menunjukkan bahwa produksi kopra pada lahan dengan tanaman sela tanaman tahunan lebih tinggi dibandingkan lahan tanpa tanaman sela. 5) Variabel tanaman sela semusim (D12) Variabel tanaman sela semusim mempunyai nilai thitung sebesar 2,395 lebih besar dari nilai tTabel (2,390), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tanaman sela semusim berpengaruh signifikan terhadap produksi kopra pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai koefisien regresi sebesar 0,245 dan bertanda positif menunjukkan bahwa produksi kopra pada lahan dengan tanaman sela tanaman semusim lebih tinggi dibandingkan lahan tanpa tanaman sela. Hasil yang ditunjukkan pada variabel tanaman sela ini sesuai dengan hasil penelitian Kaat, H. dan Darwis, S.N. (1986), serta Darwis (1988), yang mengemukakan bahwa dengan adanya tanaman sela, maka pemupukan yang diberikan pada tanaman sela sebagian akan mengalir ke perakaran tanaman kelapa. Demikian juga dengan pengolahan tanah yang teratur dapat memperbaiki aerase tanah dan mengurangi gulma dan hama atau penyakit, sehingga produksi kelapa dapat meningkat. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa variabel lainnya yakni luas lahan (land), umur tanaman kelapa (age_trees) dan pendidikan petani (edu) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi kopra. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel umur tanaman kelapa memberikan tanda negatif sesuai yang diharapkan, meskipun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopra. Kondisi ini diperkirakan karena umur tanaman kelapa yang dimiliki petani
Karakteristik Petani Kelapa dan Produksi Kopra Rakyat di Kabupaten Halmahera Utara
343 343 Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 DesemberJurnal 2010 Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 tidak terlalu bervariasi karena telah dilakukan peremajaan yang berlangsung hampir serempak di awal tahun 1980. Besar kemungkinan variabel ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi kopra karena dalam mengolah kopra, petani kelapa belum memanfaatkan pendidikan yang pernah diikuti untuk mengembangkan teknologi baru, sebaliknya tetap mempertahankan cara-cara tradisional yang diwarisi dari orang tua mereka. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk melihat ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik pada model yang digunakan. Dua pengujian yang dilakukan meliputi uji asumsi yang berkaitan dengan masalah adanya hubungan antara variabel independen di dalam regresi model (multikolinieritas) dan uji adanya varian variabel gangguan yang tidak konstan (heteroskedastisitas). a.
b.
Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah hubungan yang linier antara variabel independen di dalam regresi. Hasil deteksi multikolinieritas antara variabel independen dalam analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan kopra, yang ditampilkan dalam bentuk matriks korelasi menunjukkan bahwa hasil estimasi masih BLUE (best linier unbiased estimators) namun bukan yang terbaik, karena masih terdapat koefisien korelasi yang nilainya lebih besar dari 0,8 tetapi dengan persentasi yang sangat kecil. Secara umum model masih dapat dikatakan cukup baik sehingga model masih tetap bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. Uji Heteroskedastisitas Asumsi lain dari regresi dengan model Ordinary Least Square (OLS) mengisyaratkan kondisi homogenitas varian error. Untuk menguji ada tidaknya masalah heteroskedastisitas pada model digunakan Uji White. Hasil deteksi heteroskedastisitas antar variabel independen dalam analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopra ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Deteksi heteroskedstisitas dengan Uji White Terhadap Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopra. F-statistic
0.913730
Probability
0.548021
Obs*R-squared
13.11391
Probability
0.517574
Sumber : Analisis data primer, 2010 Hasil deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White menunjukkan bahwa nilai probability obs*R-squared lebih besar dari alpha 0,05 yakni sebesar 0,517. Ini berarti bahwa model yang digunakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. jumlah petani sampel terdistribusi pada kelompok umur produktif yakni 26 - 60 tahun sebesar 86,67 %; 2. 57,78% petani yang berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA). 3. 30% jumlah petani adalah kelompok petani yang menanam dengan jarak tanam ideal dengan jumlah populasi 107 – 126 pohon/ ha. 4. Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatkan produksi kopra secara signifikan adalah jumlah tenaga kerja, jumlah tanaman kelapa, pengalaman petani, dan keberadaan tanaman sela baik pada jenis tanaman tahunan maupun jenis tanaman semusim. 5. Penanaman tanaman semusim sebagai tanaman sela berpengaruh meningkatkan produksi kopra secara signifikan. Saran 1. Perlunya upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi kopra rakyat baik lewat penanaman tanaman baru, peremajaan terhadap tanaman kelapa yang tidak lagi produktif, maupun penanaman tanaman semusim sebagai tanaman sela di antara tanaman kelapa. 2. Perlunya dikembangkannya jenis tanaman sela semusim sebagai komoditi alternatif bagi petani kelapa di lokasi penelitian untuk mendorong peningkatan produksi kelapa.
Zeth Patty
344
Jurnal Agroforestri Volume V Nomor 4 Desember 2010 DAFTAR PUSTAKA
Atman, 2007, Tanaman Sela Jagung dengan Kelapa, Artikel Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.2 Biro Pusat Statistik (BPS), 2009. Halmahera Utara Dalam Angka. Halmahera Utara. Tobelo Darwis. S.N, 1988. Tanaman Sela di antara Kelapa, Seri pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri No.2 Gujarati, D. 2006. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, IKAPI Jakarta. Kaat, H. dan Darwis, S.N. 1986. Pengaruh tanaman sela terhadap produksi kelapa. Artikel Jurnal Penelitian Kelapa. Vol. 1. Balai Penelitian Kelapa Manado Nanere. J.L , Pengembangan Halmahera Utara, suatu tinjauan komprehensif. Artikel Jurnal agroforestri, Volume II Nomor 3 september 2007, Politeknik Perdamaian Halmahera Nazir, M.1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia Jakarta. Soekartawi, 2003, Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soeharyanto, Suprapto dan Robiyo, 2004. Analisis Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Perkebunan Berbasis Kelapa di Tabanan, Artikel jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Volume 7 No 2. Widarjono, A. 2007. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta
Karakteristik Petani Kelapa dan Produksi Kopra Rakyat di Kabupaten Halmahera Utara