KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS TITI PAPAN KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2012 Rio Iskandar1,Rasmaliah2, Hiswani2 1
2
Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU Staf Pengajar Departemen Epidemiologi FKM USU
Abstract Hypertension is one of the degenerative diseases that a public health problem and a leading cause of death and morbidity are high in Indonesia and often appear without symptoms. Hypertension is caused by many factors, such as smoking, drink alcohol, drink coffee, stress and many more. In Indonesia, the prevalence of hypertension ranged from 30.7%. Based on the profile of the North Sumatra Provincial Health Office in 2008 which refers to the results Riskesdas 2007 in North Sumatra, from 10 types of non-communicable diseases is known that the prevalence of hypertension was ranked the fourth highest proportion of 5.8%. This study aims to determine how the characteristics of patients with hypertension in the Health Center Titi Papan Deli Medan District in 2012. Type of research is a descriptive study design case series. The samples size in this study were 258 men who comprised 98 (38.0%) men and 160 (62.0%) women. This study uses secondary data collection were obtained from patients with hypertension status card in Titi Health Center Board in 2012. Processing data using SPSS version 15.0 and statistical analysis using Chi Square. From the analysis using a statistical test Chi Square test is obtained there is no significant relationship between sex (p = 0.483) and occupation (p = 0.360) with the degree of hypertension by Chi Square test. While statistical analysis of age, education and place with the degree of hypertension can not be done because there are expected cell count of less than 5. To the community health center to check the blood presure of each patient aged >20 years old, every who go to the community health center. Keywords: Characteristics of patients with hypertension PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia.Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker dan penyakit paru
Obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi
di perkotaan dan perdesaan 1. Kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia disebabkan oleh morbiditas dan mortalitas yang mengalami pergeseran dari berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit tidak menular. Perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular ini dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi 2. Transisi epidemiologi sangat dipengaruhi oleh transisi demografi dimana pada tahap transisi demografi terjadinya pola penurunan mortalitas sedangkan
fertilitas tetap rendah, sehingga menghasilkan
dampak mortalitas dan fertilitas relatif stabil, bahkan kadang fertilitas lebih rendah dari mortalitas sehingga pertumbuhan negatif 3. Hipertensi menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas (pola makan), inaktivitas fisik, dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025 4. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Diseluruh dunia, Hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, atau sekitar 12,8% dari total semua kematian. Ini menyumbang 57 juta ketidakmampuan mencapai usia hidup (DALY’s) atau 3,7% dari total DALY’s, Secara global, prevalensi keseluruhan Hipertensi pada orang dewasa berusia 25 tahun ke atas adalah sekitar 40% pada tahun 2008. Proporsi populasi dunia dengan hipertensi jauh lebih rendah antara tahun 1980 dan 2008. Namun, karena pertumbuhan penduduk dan proses penuaan, jumlah orang dengan hipertensi tidak terkontrol meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi hampir 1 miliar di Tahun 2008, Terdapat 56 pria yg berusia 75 tahun dan 323 wanita berusia 40 tahun ( QUALY’s). Menurut Ketua Umum Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PerHI) atau Indonesian Society of Hipertension ( InaSH), Soenarto, hipertensi sudah menjadi permasalahan dunia, tahun 2000, hipertensi menyumbang Proportionated Mortality Rate (PMR) 12,8% dari seluruh kematian dan proporsi dari semua kecacatan 4,4% 4. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah 29-31%, atau 58-65 juta penderita hipertensi terdapat di Amerika5. Di Indonesia prevalensi hipertensi berkisar 30,7%. Data Riset Kesehatan Dasar (2007) menyebutkan bahwa hipertensi (12,3%) sebagai penyebab kematian tidak menular kedua terbanyak setelah stroke (26,9%) dimana
insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih
banyak pada perempuan(52%) dibandingkan laki-laki (48%).Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur > 18 tahun adalah 29,8%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%6. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yang merujuk hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental7. Sedangkan berdasarkan penelitian Rasmaliah dkk (2004) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan diketahui bahwa prevalensi hipertensi tekanan darah ≥ 130 mmHg pada penduduk usia ≥ 26 tahun sebesar 26,4% 7. Penderita hipertensi di Kota Medan cukup banyak.Penyakit ini sudah di peringkat kedua dari 10 penyakit terbesar di Kota Medan setelah penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Tahun 2012 ada sebanyak 46.736 warga Medan dideteksi menderita penyakit hipertensi yang terdiri dari 23.497 laki-laki dan 23.239 perempuan 8. Berdasarkan data awal yang didapat di Puskesmas Titi Papan diperoleh data penderita hipertensi pada tahun 2011, terdapat 375 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 149 orang dan perempuan sebanyak 226 orang9. Pada tahun 2012 terdapat 258 orang penderita hipertensi yang terdiri dari laki-laki 96 orang 10 dan perempuan 162 orang penderita hipertensi . Mengacu kepada uraian pada latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang Karakteristik Penderita Hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli tahun 2012. Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian adalah belum diketahui karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli tahun 2012.
Rumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan
Medan Deli tahun 2012. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui Karakteristik Penderita Hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan
Deli tahun 2012. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan karakteristik (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal). b. Mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan jumlah kunjungan. c. Mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. d. Mengetahui distribusi proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. e. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. f. Mengetahui distribusi proporsi pendidikan penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. g. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. h. Mengetahui distribusi proporsi tempat tinggal penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. Manfaat Penelitian a. Memberikan bahan masukan bagi instansi terkait dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan terkait penyakit hipertensi.
b. Dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya. c. Buat mahasiswa sebagai syarat lulus dan menambah pengetahuan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat Deskriptif dengan desain case series. Populasi pada penelitian ini adalah semua data penderita hipertensi yang berobat di
Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012 yang berjumlah 258 penderita.Sampel dalam penelitian ini adalah data penderita hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012.dimana besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling). Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan Program SPSS ( Statisical Product and Service Solution ), dan dianalisis secara statistik deskriptif memakai uji statistik Chi square dan Anova kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie dan diagram bar. HASIL DAN PEMBAHASAN Diskriptif Karakteristik Penderita Hasil penelitian penderita hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli tahun 2012 berdasarkan karakteristik yaitu meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 1 dan 2 dibawah ini : Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan faktor internal adalah sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Proporsi Umur dan Jenis Kelamin Penderita Hipertensi Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli tahun 2012 Umur Laki-laki Perempuan Total (Tahun) 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 51 – 55 56 – 58 ≥ 59
f
%
f
%
f
%
0 0 5 0 6 8 24 9 46
0,0 0,0 5,1 0,0 6,1 8,2 24,5 9,2 46,9
1 0 0 2 12 23 27 15 80
0,4 0,0 0,0 1,3 7,5 14,4 16,9 9,4 50,0
1 0 5 2 18 31 51 24 126
0,4 0,0 1,9 0,8 7,0 12,0 19,8 9,3 48,8
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat bahwa umur penderita hipertensi yang tertinggi adalah pada umur ≥59 tahun sebanyak 126 orang (48,8%) dan yang paling terendah terdapat pada umur 21– 25 tahun sebanyak 1 orang (0,4%).
Mayoritas penderita hipertensi berjenis kelamin perempuan sebanyak 160 orang (62,0%) dan yang paling sedikit adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 98 orang (38,0%). Karakteristik penderita hipertensi dengan umur terendah pada penenelitian ini adalah 23 tahun, jenis kelamin perempuan, dan derajat hipertensi tidak parah.Sedangkan penderita hipertensi tertua berumur 80 tahun, perempuan, dengan derajat hipertensi tidak parah. Tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologi yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik.Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi.Tekanan darah diatur oleh serangkaian saraf dan hormon yang memonitor volume darah dalam sirkulasi, diameter pembuluh darah, dan kontraksi darah.Setiap faktor ini secara intrinstik berkaitan erat dengan pengaturan tekanan darah di dalam pembuluh darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukresna (2009) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah > 60 tahun sebesar 31,2% dan jenis kelamin penderita hipertensi tertinggi terdapat pada jenis kelamin perempuan sebesar 59,3%. Wanita pada masa monopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pria. Penyebabnya adalah sebelum menopause wanita relatif terlindung dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen, namun kadar estrogen menurun setelah menopause. Penurunan produksi estrogen akan meningkatkan kadar LDL kolesterol yang akan menyumbat pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar karena pembuluh darah menyempit menyebabkan tekanan pada pembuluh darah akan meninggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi (2012) menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin tertinggi adalah perempuan yaitu sebesar 92%, dimulai pada kelompok umur 41-50 tahun ke atas ada kecenderungan penderita hipertensi pada perempuan meningkat dibandingkan laki-laki. Hal ini kemungkinan karena faktor hormonal yaitu
berkurangnya hormon estrogen pada perempuan yang telah menopause sehinggga memicu meningkatnya tekanan darah. Tabel 2.
Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan
Karakteristik
Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012 Karakteristik f % Suku Jawa Batak Melayu Minang Banjar
35 176 20 19 8
13,6 68,2 7,8 7,3 3,1
258
100,0
f 217 28 13
% 84,1 10,9 5,0
258
100,0
f 100 20 59 73 6
% 38,8 7,8 22,9 28,2 2,3
258
100,0
f 158 8 25 34 5 18 10
% 61,2 3,1 9,7 13,2 1,9 7,0 3,9
Jumlah
258
100,0
Tempat Tinggal Dalam Wilayah Medan Deli Luar Wilayah Medan Deli
f 246
% 95,3
12
4,7
Jumlah
258
100,0
Jumlah Agama Islam Kristen Protestan Kristen Khatolik Jumlah Pendidikan Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Akademi / PT Jumlah
Pekerjaan IRT PNS Swasta Wiraswasta Pensiunan Pedagang Buruh
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa penderita hipertensi yang tertinggi adalah
suku Batak sebesar 68,2% (176 orang), dan yang paling terendah adalah suku Banjar sebesar 3,1% (8 orang). Agama penderita hipertensi tertinggi adalah beragama Islam sebesar 84,1% (217 orang), dan yang paling terendah beragama Kristen Khatolik sebesar 5,0% (13 orang). Mayoritas tingkat pendidikan penderita hipertensi tidak bersekolah sebesar 38,8% (100 orang), dan yang paling terendah adalah Akademi/Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 2,3% (6 orang). Mayoritas pekerjaan penderita hipertensi adalah ibu rumah tangga sebesar 61,2% (158 orang), dan yang paling terendah adalah pensiunan sebesar 1,9% (5 orang). Mayoritas penderita hipertensi bertempat tinggal di dalam wilayah Medan Deli sebesar 95,3% (246 orang), dan yang paling terendah di luar wilayah Medan Deli sebesar 4,7% (12 orang). Jumlah Kunjungan
No 1 2 3 4
Derajat hipertensi Ringan Sedang Berat Sangat Berat Jumlah
f 180 57 17 4
% 69,8 22,1 6,6 1,6
258
100,0
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa derajat hipertensi yang tertinggi adalah derajat hipertensi ringan sebanyak 180 orang (69,8%), derajat hipertensi sedang sebanyak 57 orang (22%), derajat hipertensi berat sebanyak 17 orang (6,6%) dan hipertensi sangat berat sebanyak 4 orang (1,6%). Analisa Statistik
Hasil penelitian penderita hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli tahun 2012 berdasarkan jumlah kunjungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi
No 1.
Berdasarkan Jumlah Kunjungan Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012 Jumlah Kunjungan f % 1 – 10 kali 218 84,5
2.
11 – 20 kali
34
13,2
3.
> 20 kali
6
2,3
258
100,0
Jumlah
hipertensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012
Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan penderita hipertensi yang tertinggi adalah dengan jumlah kunjungan 1-10 kali sebanyak 218 orang (84,5%), 11-20 kali sebanyak 34 orang (13,2%) dan > 20 kali sebanyak 6 orang (2,3%). Derajat Hipertensi Hasil penelitian penderita hipertensi di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli tahun 2012 berdasarkan derajat keparahan
Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi Distribusi proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi di Puskesmas Titi Papan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5. Distribusi Proporsi Umur Penderita
No
Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012 Derajat Umur Jumlah Hipertensi (tahun) < 35 f
%
≥ 35 %
f
%
f
1.
Parah
1
4,8
20
95,2
21
100
2.
Tidak parah
5
2,3
232
97,7
237
100
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dari 21 orang penderita hipertensi yang mengalami derajat hipertensi parah, terdapat pada umur ≥ 35 tahun sebanyak 20 orang (95,2%). Dan dari 237 orang penderita hipertensi yang mengalami derajat hipertensi tidak parah terdapat pada umur ≥ 35 tahun sebanyak 232 orang (97,7%).
Karakteristik penderita hipertensi dengan umur terendah pada penenelitian ini adalah 23 tahun, jenis kelamin perempuan, dan derajat hipertensi tidak parah.Sedangkan penderita hipertensi tertua berumur 80 tahun, perempuan, dengan derajat hipertensi tidak parah. Tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologi yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi.Tekanan darah diatur oleh serangkaian saraf dan hormon yang memonitor volume darah dalam sirkulasi, diameter pembuluh darah, dan kontraksi darah.Setiap faktor ini secara intrinstik berkaitan erat dengan pengaturan tekanan darah di dalam pembuluh darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukresna (2009) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah > 60 tahun sebesar 31,2%. Analisa menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara umur berdasarkan derajat hipertensi.
Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi di Puskesmas Titi Papan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Distribusi Proporsi Jenis
No
Kelamin Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012 Jenis Kelamin Jumlah
Derajat hipertensi
Laki-laki f
%
Perempuan %
f
f
%
1.
Parah
6
28,6
15
71,4
21
100
2.
Tidak parah
92
38,8
145
61,2
237
100
Berdasarkan tabel 6 di samping dapat dilihat bahwa dari 21 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi parah adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (71,4%), dan laki-laki sebanyak 6 orang (28,6%). Sedangkan dari 237 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi tidak parah adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 145 orang (61,2%), dan laki-laki sebanyak 92 orang (38,8%). Kemungkinan tingginya pada perempuan diakibatkan beberapa faktor seperti pengaruh hormonal dan juga dapat diakibatkan oleh tingkat stress yang dialami. Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap. Wanita pada masa menopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari pria. Penyebabnya adalah sebelum menopause wanita relatif terlindung dari penyakit kardiovaskuler oleh hormon estrogen, namun kadar estrogen menurun setelah menopause. Penurunan produksi estrogen akan meningkatkan kadar LDL kolesterol yang akan menyumbat pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar karena pembuluh darah menyempit menyebabkan tekanan pada pembuluh darah akan meninggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi (2012) menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin tertinggi adalah perempuan yaitu sebesar 92%, dimulai pada kelompok umur 41-50 tahun ke atas ada kecenderungan penderita hipertensi pada perempuan meningkat dibandingkan laki-laki. Hal ini kemungkinan karena faktor hormonal yaitu berkurangnya hormon estrogen pada perempuan yang telah menopause sehinggga memicu meningkatnya tekanan darah Analisa menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna jenis kelamin dengan derajat hipertensi.
Pendidikan Berdasarkan Derajat hipertensi
Pekerjaan Berdasarkan Derajat Hipertensi
Distribusi proporsi pendidikan penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi di Puskesmas Titi Papan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Distribusi proporsi pekerjaan penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi di Puskesmas Titi Papan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di samping ini:
Tabel 7. Distribusi
Tabel 8. Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi
Proporsi Pendidikan Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012
No
Derajat hiper tensi
Tingkat Pendidikan Dasar f
1
2.
Parah
Tidak Parah
7
113
Menengah %
33,3
47,7
f 13
119
Berdasarkan Pekerjaan Di Puskesmas
Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012 No Derajat hipertensi
Tinggi %
61,9
50,2
Pekerjaan
Jumlah
Jumlah f 1
5
% 4,8
2,1
f 21
237
% 100
Tidak bekerja
bekerja
f
%
f
%
f
%
1.
Parah
15
71,4
6
28,6
21
100
2.
Tidak parah
143
60,3
94
39,7
237
100
100
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa dari 21 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi parah adalah pendidikan menengah sebanyak 13 orang (61,9%), Pendidikan dasar sebanyak 7 orang (33,3%), dan pendidikan tinggi sebanyak 1 orang (4,8%). Sedangkan dari 237 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi tidak parah adalah pendidikan menengah sebanyak 119 orang (50,2%), pendidikan dasar sebanyak 113 orang (47,7%) dan pendidikan tinggi sebanyak 5 orang (2,1%). Tidak sekolah cenderung tidak bekerja, sekalipun bekerja tidak mendapatkan penghasilan yang besar. Golongan ini diduga memiliki tekanan psikis yang lebih besar dari lingkungan sekitar. Rasa tertekan (depresi) berhubungan dengan kejadian hipertensi (Yan et al, 2003). Sementara itu contoh yang memiliki tingkat pendidikan tinggi diduga memiliki penghasilan yang tinggi, sehingga mempermudah akses terhadap pangan, konsumsi pangan berlebih (khususnya pangan berisiko) diduga berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Suhardjo, 1989). Analisa menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pendidikan berdasarkan derajat hipertensi.
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa dari 21 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi parah adalah tidak bekerja sebanyak 15 orang (71,4%), dan bekerja sebanyak 6 orang (28,6%). Sedangkan dari 237 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi tidak parah adalah tidak bekerja sebanyak 143 orang (60,2%), dan yang bekerja sebanyak 94 orang (39,7%). Hasil penelitian Mubin, dkk (2010) terhadap pekerjaan penderita hipertensi kebanyakan terjadi pada mereka yang bekerja sebagai buruh/petani/nelayan (39,5%). Hipertensi lebih banyak terjadi pada kekerja sebagai buruh/petani/nelayan karena salah satu faktor resikonya adalah berkaitan erat dengan cara hidup kita seperti cara kita dalam menghadapi permasalahan dan dipengaruhi juga oleh berat ringannya pekerjaan seseorang seperti para buruh/petani maka kejadian hipertensi paling banyak terjadi pada golongan pekerja seperti mereka. Analisa menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p> 0,05, artinya tidak ada hubungan yang bermakna pekerjaan dengan derajat hipertensi.
Tempat Tinggal Berdasarkan Derajat
2.
Hipertensi Distribusi proporsi tempat tinggal penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi di Puskesmas Titi Papan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
3.
4. Tabel 9. Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Di Puskesmas Titi Papan Kecamatan Medan Deli Tahun 2012. Tempat Tinggal
No
Derajat hipertensi
Dalam Wilayah Medan Deli
Jumlah
Luar Wilayah Medan Deli
6.
7.
f
%
f
%
f
%
1.
Parah
21
100
0
0,0
21
100
2.
Tidak parah
225
94,9
12
5,1
237
100
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa dari 21 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi parah adalah bertempat tinggal didalam wilayah medan deli sebanyak 21 orang (100%), Sedangkan dari 237 orang penderita hipertensi dengan derajat hipertensi tidak parah adalah bertempat tinggal didalam wilayah medan deli sebanyak 225 orang (94,9%), dan di luar wilayah medan deli sebanyak 12 orang (5,1%). Keberadaan Puskesmas Titi Papan yang berada di Kecamatan Titi Papan yang menjadikan jumlah penderita hipertensi yang menderita hipertensi lebih banyak berasal dari dalam wilayah Medan Deli. Analisa menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tempat tinggal berdasarkan derajat hipertensi. KESIMPULAN 1.
5.
Proporsi penderita hipertensi berdasarkan kelompok umur yang tertinggi adalah pada kelompok umur≥59 tahun sebesar 48,8% (126 orang).
8.
9.
Proporsi penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah jenis kelamin perempuan sebesar 61,2% (60 orang) Proporsi penderita hipertensi berdasarkan suku yang tertinggi adalah suku Batak sebesar 68,2% (176 orang) Proporsi penderita hipertensi berdasarkan agama yang tertinggi adalah beragama Islam sebesar 84,1% (217 orang). Proporsi penderita hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah pada tidak bersekolah sebesar 38,8% (100 orang) Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan yang tertinggi adalah ibu rumah tangga sebesar 61,2 (158 orang). Proporsi penderita hipertensi berdasarkan tempat tinggal yang tertinggi adalah bertempat tinggal didalam wilayah Medan Deli sebesar 95,3% (246 orang). Proporsi penderita hipertensi berdasarkan jumlah kunjungan yang tertinggi adalah jumlahkunjungan 1–10 kali sebesar 84,5% (218 orang). Proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang tertinggi adalah derajat hipertensi ringan sebesar 69,8% (180 orang).
SARAN 1.
2.
Kepada pihak Puskesmas disarankan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah kepada setiap pasien yang berumur >20 tahun yang datang berobat ke Puskesmas. Selain meningkatkan pelayanan kesehatan, disarankan kepada pihak Puskesmas untuk lebih aktif dalam memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat khususnya mengenai hipertensi diposyandu lansia yang terdapat diwilayah kerja puskesmas titi papan.
DAFTAR PUSTAKA
KemenKes RI. 2013. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab KematianTerbanyak di Indonesia. http://www.depkes.go.id/ index.php/berita/press-release/1637penyakit-tidak-menular-ptm-penyebabkematian-terbanyakdi indonesia.html.%20Diakses%2019%20 Oktober %202011.Diakses pada tanggal 9 Februari 2013. Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta . Rajab, Wahyudi M.Epid. 2009. Buku Ajar Untuk Mahasiswa Kebidanan. penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. Simposia. 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. Majalah Farmacia. Vol.6 No.7.Error! Hyperlink reference not valid.. diakses pada tanggal 06 Februari 2013. Sudoyo, Aru W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan. Rasmaliah, dkk.2004. Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.FKM USU. Medan.Info Kesehatan Masyarakat Vol.IX No.2. Puskesmas Titi Papan.2012. Profil Puskesmas Titi Papan Tahun 2011.Medan. Puskesmas Titi Papan.2013. Profil Puskesmas Titi Papan Tahun 2012.Medan.
Hendraswari, Desyana Endarwati. 2008. Beberapa Faktor Resiko Hipertensi. FKM UI. Jakarta. Jan Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sobel, Barry J, dkk. 1998. Hipertensi Pedoman Klinis: Diagnosa & Terapi. Penerbit Hipokrates. Jakarta. Williams, Lippincott & Wilkins. 2009. Nursing Procedures. Fifth Edition.Wolters Kluwer Health. Wiryowidagdo, Sudjaswadi, M. Sitanggang. 2008. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi & Kolesterol.PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Yulianti, Sufrida & Maloedyn S., 2006.30 Ramuan Penakluk Hipertensi.Penerbit PT AgroMedia Pustaka. Jakarta. Davey, Patrick. 2002. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta. Andiyani SF. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup dan Coping Mecanism Guru SD Negeri dan Swasta (Kejadian di Kecamatan Purwakarta, Kota Cilegon Jawa Barat).Skripsi IPB .Gould, B.E, 2006. Pathophysiologyfor the health Professions. Elsevier Inc. Canada. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study (PDS) to Identify and Compare Health Care Privader and Consumer Views of Antihypertensive therapy, Journal og Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, p397. Anonymous. Hipertensi Primer. Error! Hyperlink reference not valid. 3498615 / HIPERTENSI PRIMER?autodown=doc.
(Diakses pada tanggal 3 februari 2013). Wiryowidagdo, S, 2008. Tatanan Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi & Kolesterol. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Purwati, S, dkk. 2007. Perencanaan Menu Untuk Penderita Darah Tinggi. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Hayens, B, et. Al. 2003. Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Penerbit Ladang Pustaka dan Intimedia. Jakarta.
Soenardi, T& Susirah Soetardjo. 2005. Hidangan Sehat Untuk Penderita Hipertensi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Joewono, B, S. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press. Surabaya. Sunanto, H, 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Tierney, L, M, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Salemba Medika. Jakarta. Soeparman, dkk. 1998. ILMU PENYAKIT DALAM. Jilid II. Balai penerbit FKUI. Jakarta Julianti, E, D, dkk. 2006. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Penerbit Niaga Swadaya. Yulianti, S & Maloedyn S. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Penerbit PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.P Sigalingging, G, 2009. Pengaruh Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi Keluarga Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah kerja Puskesmas Darussalam
Medan (Http://www.scribd.com/mobile/doc 147981690 ) Wahyuni, S, 2004. Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap dibagian Penyakit dalam di RSU Tanjung Pura Tahun 2000-2004 (http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/31892)