KARAKTERISTIK KOMPOSIT PARTIKEL IJUK MESH 50 DENGAN MATRIK KARET TERHADAP DAYA SERAP RADIASI SINAR GAMMA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Oleh:
FERI IRAWAN D 200 100 052
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i
KARAKTERISTIK KOMPOSIT PARTIKEL IJUK MESH 50 DENGAN MATRIK KARET TERHADAP DAYA SERAP RADIASI SINAR GAMMA Feri Irawan, Masyrukan, Agus Hariyanto Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta Email :
[email protected] ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembuatan komposit partikel ijuk bermatrik karet dan menghitung jumlah komposisi kimia pendukungnya serta mengetahui berapa besar daya serap komposit tersebut terhadap radiasi sinar gamma. Proses pembuatan komposit diawali dengan persiapan bahan yang akan digunakan, yaitu: serat ijuk, lateks pekat dengan kadar karet kering 60 %, Zno, ZDEC, Ionol, sulfur. Ijuk yang digunakan awalnya dari serat, lalu ijuk tersebut dibuat menjadi partikel serbuk tanpa perlakuan (treatment) yang bisa merubah sifat ijuknya sendiri. Proses penyerbukan ijuk dilakukan dengan cara digiling, ditumbuk dan diblender hingga menjadi partikel serbuk. Partikel ijuk tersebut kemudian di saring dengan mesh 50. Selanjutnya bahan kimia yang akan digunakan, dilakukan dispersi terlebih dahulu dengan komposisi yang telah ditentukan selama 24 jam. Setelah itu proses pencampuran bahan komposit dilakukan pada sebuah gelas dan diaduk selama 15 menit kemudian di tuang pada cetakan dengan dimensi yang sudah ditentukan. Proses selanjutnya vulkanisasi dengan menggunakan oven dan dipanaskan pada suhu 90 o dalam waktu 1 jam. Pengujian radiasi sinar gamma mengacu pada SNI 18-6478-2000. Hasil pengujian menunjukkan nilai daya serap komposit terhadap radiasi sinar gamma tertinggi yaitu pada komposit partikel ijuk yang komposisi ijuknya sebesar 20 PHR dengan daya serap sebesar 36,88 % yang kedua yaitu komposisi ijuknya 10 PHR dengan daya serap sebesar 34,03 % Sedangkan nilai daya serap terendah yaitu pada komposit tanpa partikel ijuk, dengan daya serap sebesar 28,49 %. Komposit karet dengan komposisi ijuk yang lebih besar mampu menyerap radiasi sinar gamma lebih besar pula daripada komposit karet dengan komposisi ijuk yang sedikit ataupun yang tanpa ijuk. Kata kunci : Serat Ijuk, Lateks KKK 60%, Bahan Kimia, Sinar Gamma
ABSTRACTION This study aimed to describe the manufacture of composite fibers bermatrik rubber particles and calculate the amount of the chemical composition of its supporters as well as find out how much absorption of the composite against gamma radiation. Composite manufacturing process begins with the preparation of materials to be used, namely: palm fiber, latex soupy with dry rubber content of 60%, ZnO, ZDEC, Ionol, sulfur. Fibers used originally from the fibers, then the fibers are made into powder particles without treatment (treatment) that could change the nature ijuknya own. Ijuk pollination process is done by milled, pulverized and blended up into powder particles. Particle fibers are then filtered by the mesh 50. Furthermore, the chemicals to be used, do dispersion first with a predetermined composition for 24 hours. After the mixing process of composite materials made on a glass and stirred for 15 minutes then pour in the mold with the dimensions specified. The next process of vulcanization by using an oven and heated at a temperature of 90o within 1 hour. Testing gamma refers to the SNI 18-6478-2000. The results show the value of the absorption of the composite to the highest gamma-ray radiation to the composite particles whose composition ijuknya fibers by 20 phr with absorption of 36.88% the second is the composition ijuknya 10 phr with absorption of 34.03%, while the value of absorption the lowest is without particle composite fibers, the absorption of 28.49%. Composite rubber composition larger fibers capable of absorbing radiation of gamma rays is greater than the composite rubber composition which fibers that little or no fibers.
Keywords: Fibers, Latex KKK 60%, Chemicals, Gamma Rays
1
penggiat vulkanisasi yaitu ZnO ( Zinc Oxide). ZnO ( Zinc Oxide) digunakan untuk lebih mengaktifkan bahan pencepat vulkanisasi. Untuk bahan anti oksidant digunakan bahan yang disebut ionol. Ionol digunakan untuk bahan penangkal oksidasi yaitu bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi, Proses pembuatan kompon dilakukan dengan metode pencetakan (casting). Proses pencetakan adalah proses pembuatan barang jadi karet dengan cara menuangkan campuran komposit lateks ke dalam cetakan yang kemudian dipanaskan hingga mengeras. Dalam hal ini proses vulkanisasi menggunakan oven, karena mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan oleh komposit tersebut hingga menjadi barang jadi kompon (Fachry, A.R., 2012).
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembuatan komposit partikel ijuk bermatrik karet dan menghitung jumlah komposisi kimia pendukungnya serta mengetahui berapa besar daya serap komposit tersebut terhadap radiasi sinar gamma. Untuk pengembangannya bahan komposit ini digunakan sebagai rompi perisai radiasi sinar gamma. Dalam proses pembuatan barang jadi karet terlebih dahulu cairan lateks pekat harus dibuat kompon lateks yang cair (coumpounding). Kompon lateks adalah lateks pekat yang ditambahkan dengan berbagai bahan kimia untuk memberikan sifat bahan kimia yang diinginkan. Pembuatan kompon dilakukan dengan metode cetakan. Dalam proses barang jadi karet diperlukan juga bahan-bahan kimia tambahan sebagai alternatif untuk mempercepat proses vulkanisasi dan juga memperbaiki kualitas barang jadi karet yang akan dibuat. Untuk itu diperlukan bahan kimia yang mampu untuk mendukung pembuatan kompon tersebut . Bahan-bahan itu meliputi bahan pemvulkanisasi, penggiat vulkanisasi, pencepat vulkanisasi dan bahan anti oksidan. Lateks harus divulkanisasi untuk mendapatkan karakteristik barang jadi karet dengan kualitas tinggi. Proses vulkanisasi karet memerlukan sebuah alat vulkanisasi kompon yang mampu menyuplai panas dari mesin vulkanisasi ke kompon tersebut (Fachry, A.R., 2012). Dari berbagai bahan kimia penunjang komposit karet tersebut, perlu diketahui fungsi bahan kimia yang mempunyai karakter seperti yang disebutkan di atas. Bahan pencepat dari golongan dithiokarbomat mampu membantu reaksi vulkanisasi dengan ultra cepat. Contohnya senyawa ZDEC (Zinc Dietyl ldithio Carbamate) serta ZDBC (Zinc dibuthyldithiocarbamate). Bahan
1.2 BATASAN MASALAH 1. Jenis lateks yang digunakan yaitu lateks dari Karet alam (Natural Rubber) dengan kadar karet kering 60 %. 2. Pembuatan serat ke serbuk ijuk dilakukan tanpa adanya perlakuan (treatment) yang bisa merubah sifat dari ijuk. 3. Penyaringan serbuk ijuk berukuran mesh 50. 4. Komposisi partikel ijuk 0 phr, 10 phr dan 20 PHR (Per Hundred Rubber). Pengujian radiasi sinar gamma dengan mengacu pada SNI 18-6478-2000. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendiskripsikan cara pembuatan komposit partikel ijuk dengan menggunakan matrik karet karet (Natural Rubber). 2. Mendiskripsikan cara menghitung komposisi lateks dan campuran bahan kimia pendukung lainnya. 3. Mengetahui berapa besar daya serap komposit partikel ijuk terhadap radiasi sinar gamma dengan mengacu pada SNI 18-6478-2000. 2
2.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Dalam bidang akademis : a. Mengetahui apa saja bahan campuran karet alam untuk pembuatan komposit karet. b. Mampu mengembangkan pemanfaatan serat alam khususnya ijuk untuk variasi penelitian yang berkelanjutan. 2. Dalam bidang industri : a. Memberikan kontribusi pada kemajuan industri di Indonesia terutama dunia bahan dan komposit. b. Memberikan pengetahuan baru tentang keunggulan dari serat alam ijuk untuk dimanfaatkan sebagai produk baru berupa proteksi radiasi sinar gamma yang berguna industri yang ada di indonesia.
B. Karet Alam Karet alam adalah karet yang dibuat dari getah pohon karet. Sari yang berupa susu yang dipanaskan sampai kering untuk dibuat karet mentah. Proses selanjutnya adalah diplastikan supaya dapat proses dengan lebih mudah dicampur pengisi seperti karbon hitam, zat pewarna, belerang, dan dibentuk memberikan tekanan. Kekenyalan karet alam dapat ditunjukan dengan kekuatan tarik yang tinggi dan titik transisi getasnya. Warnanya agak kecoklatan, tembus cahaya, atau setengah tembus cahaya dengan berat jenis 0,91 kg – 0,93 kg. Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat menghasilkan banyak jenis seperti ebonit (karet yang keras) (Ismail, 2001). Keistimewaan sifat dari karet, yang tetap menarik perhatian para insinyur perencana adalah dalam hal kemampuan penyimpanan energy yang baik. Kelebihan ini pada umumnya adalah konteks pembebanan. Pada tahun 1839 Charles Good Year menambahkan sulfur dan basic lead carbonate kedalam karet alam dan pemanasan campuran, dan pengubahan dari barang mainan anak-anak atau menjadi terbaik, suatu bahan yang kurang bisa memuaskan sehingga membuktikan produk barunya dalam pemakain sehari-hari hingga hari ini. Sejak 1839 terdengarlah kimia dasar dari karet dan bagian terbesar dari metode vulkanisasi, suatu bentuk improvisasi dalam rangka meningkatkan tegangan tarik, tahan sobek, tahan panas, dan fleksibel (Ismail, 2001).
1.5 LANDASAN TEORI A. Komposit Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite ini berasal dari kata kerja to compose yang berarti menyusun atau menggabungkan. Jadi definisi komposit dalam lingkup ilmu material adalah gabungan dua buah material atau lebih yang digabung pada skala makroskopis untuk membentuk material baru yang lebih bermanfaat, ini berbeda dengan alloy atau paduan yang digabung secara mikroskopis. Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat dengan jelas, sedangkan pada alloy atau paduan sudah tidak kelihatan lagi unsur-unsur pendukungnya (Gibson, 1994). Bagian utama dari komposit yaitu : 1.
Matrik adalah bagian dari komposit yang biasanya bersifat lebih ulet, kurang keras, dan berkarakter kontinyu. Matriks sebagai mengikat serat dan menyalurkan beban pada serat. Serat biasanya memilki sifat lebih kuat daripada matrik (Surdia, 1999).
Penguat adalah salah satu bagian utama dari komposit yang mempunyai sifat tidak dapat dibentuk (unductile) tetapi lebih keras (rigid) dan lebih kuat. Semakin kecil bahan (diameter serat) maka semakin kuat bahan tersebut (Surdia, 1999).
C. Serat Ijuk Serat ijuk mempunyai sifat fisik diantaranya berupa helaian serat berwarna 3
hitam, berdiameter 0,1-0,5 mm, bersifat kaku namun tidak mudah putus. Ijuk (duk, injuk) adalah serabut hitam dan keras pelindung pangkal pelepah aren (Arenga pinnata). Serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren ini memiliki banyak keistimewaan. Banyak sekali fungsinya, disamping penggunaannya untuk sapu, sikat, tali, atap, juga sangat banyak keistimewaan dari serat ijuk, diantaranya sebagai berikut (Widyawati, 2011) : a. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih. Fakta membuktikan telah ditemukanya benda purbakala berupa tali ijuk dalam kondisi yang masih kuat. Petirtaan yang diduga berasal dari abad ke 8 itu Tali yang ditemukan relatif masih kuat terbuat dari anyaman ijuk berwarna hitam (Widyawati, 2011). b. Tahan terhadap asam dan garam air laut. Serat ijuk merupakn salah satu serat yang tahan terhadap asam dan garam air laut, oleh karana itu sudah sejak lama nenek moyang kita menggunakan tali ijuk untuk pengikat bambu baik itu di darat maupun di dalam air tawar ataupun air laut (Widyawati, 2011). c. Mencegah penembusan rayap tanah hingga 100%. Sebuah lembaga penelitan Universitas Hasanudin telah melakukan penelitian mengenai serat ijuk sebagai perintang fisik (Physical Barrier) serangan rayap tanah. Hasil pengujian di lapangan selama periode waktu 6 bulan juga memberikan indikasi yang sama di mana lapisan ijuk mampu melindungi kayu dari serangan rayap tanah (Widyawati, 2011). d. Sebagai perisai radiasi nuklir Penelitiannya telah dilakukan oleh Mimpin Sitepu dan kawan – kawan dari Universitas Sumatera Utara (USU) dan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Hasanuddin. Hasil temuan kedua penelitian sama yaitu memodifikasi serat ijuk dengan radiasi
sinar (C0– 60). Fraksi berat serat ijuk ternyata mempengaruhi koefisien serapan papan ijuk terhadap sinar dan dengan fraksi sekitar 40%, koefisien serapan papan komposit ijuk ternyata lebih tinggi dari Alimunium (Widyawati, 2011). D. Mesh 50 Mesh adalah satuan yang digunakan untuk menentukan besar dan kecilnya ukuran tertentu material yang lolos dalam proses screening (penyaringan) atau biasa disebut pengayaan. Material dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butiran halus) dan yang tertinggal di ayakan (butiran kasar). Ukuran mesh yaitu jumlah lubang per inchi kuadrat. Jadi itu artinya mesh 50 berarti per inchi kuadrat terdapat lubang sebanyak 50 lubang. Ukuran mesh digunakan pada proses penghalusan suatu bahan padatan, yang sebelum dihaluskan memiliki ukuran yang lebih besar. Misal mesh 50, partikel yang masuk ayakan yaitu partikel yang mempunyai ukuran 300 µm ke bawah. Jadi semakin besar mesh-nya semakin kecil ukuran partikel yang masuk ayakan (Sudjaswadi, R, 2002). E. Bahan Kimia Karet Dalam pembuatan kompon karet diperlukan sebuah bahan pembantu yang masing-masing bahan berbeda fungsinya. Bahan-bahan kimia tersebut yaitu (Winahyu, K.R, 2002) : a. Sulfur Dalam hal ini sulfur berfungsi sebagai bahan pemvulkanisasi (vulkanisator), untuk mengeraskan kompon juga sebagai bahan pemasak karena tanpa bahan tersebut lateks kompon yang tidak akan matang. (Winahyu, K.R, 2002). b. ZnO ( Zinc Oxide) ZnO ( Zinc Oxide) berfungsi sebagai bahan penggiat vulkanisasi (Activators Accelerators) yaitu sebagai bahan pengaktif dan mempercepat
4
proses vulkanisasi secara (Winahyu, K.R, 2002).
maksimal
berasal dari inti atom, radiasi gamma akan memancar secara terus-menerus, dan tidak dapat dinyalakan atau dimatikan seperti halnya sinar x. Pemancaran radiasi dari suatu bahan radioaktif tidak dapat dimatikan atau dimusnahkan. Pemancaran radiasi hanya akan berkurang secara alamiah. Akibat memancarkan radiasi, suatu bahan radioaktif akan melemah aktivitasnya (kekuatannya), disebut peluruhan (Pusdiklat BATAN, 2004).
c. ZDEC (Zinc Dietyl dithio Carbamate) ZDEC (Zinc Dietyl ldithio Carbamate) berfungsi sebagai bahan pencepat vulkanisasi (Winahyu, K.R, 2002). d. Ionol Dalam proses ini ionol merupakan bahan penangkal oksidasi. Bahan penangkal oksidasi (Antioksidant) yaitu bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi (reaksi dengan oksigen) pada produk karet alam (Winahyu, K.R, 2002).
G. Penghitungan Daya Serap (DS) Penghitungan Daya Serap (DS) radiasi sinar gamma bertujuan untuk mengetahui berapa besar komposit karet mampu untuk menyerap radiasi sinar gamma tersebut. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut (kristiyanti, 2011) :
e. Darvan Darvan digunakan sebagai bahan pemantap. Bahan pemantap ditambahkan agar lateks terlindung dari tegangan terhadap beberapa campuran (Winahyu, K.R, 2002).
DS = 𝐼𝑜 − 𝐼 𝑋 100% 𝐼𝑜 Ket : DS = Daya Serap Io = Intensitas radiasi sebelum melewati perisai I = Intensitas radiasi sesudah melewati perisai
F. Radiasi Nuklir Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Jika suatu inti tidak stabil, maka inti mempunyai kelebihan energi dan akan melepaskan satu atau dua partikelnya. Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat terjadi pada inti yang stabil maupun, inti yang tidak stabil. Pada sebagian besar kasus, inti melepaskan energi elektromagnetik yang disebut radiasi gamma, yang dalam banyak hal mirip dengan sinar-X (Arma, A.J.A., 2004). Radiasi gamma dipancarkan secara acak (random) sehingga pengukuran radiasi berulang meskipun dilakukan dengan kondisi yang sama akan memperoleh hasil pengukuran yang berfluktuasi (berbedabeda). Radiasi gamma mempunyai sifat yang serupa dengan sinar x, namun radiasi gamma berasal dari inti atom. Karena
Pelaksanaan pengujian radiasi sinar gamma dilakukan seperti pada gambar berikut :
Gambar 1. Tata letak pengujian Keterangan : 1. Sumber Radiasi 2. Perisai Radiasi 3. Detektor
5
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai Studi Pustaka dan Survey Lapangan
Persiapan Alat dan Bahan
Bahan-bahan Compounding
Serat Ijuk
Dispersi Bahan Kimia
Pembuatan Serbuk Ijuk Mesh 50
Pembuatan Bahan komposit
Proses Pencetakan
Ijuk 0 phr
Ijuk 10 phr
Ijuk 20 phr
Uji Sinar Gamma SNI 18-6478-2000 Hasil dan Pembahasan Selesai Kesimpulan Selesai
Gambar 2. Skema Diagram Alir Penelitian
6
2.1 Tahap Penelitian A. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan guna mencari bahan-bahan teori dan mencari materi referensi yang berkaitan dengan pembuatan komposit karet alam serta standar pengujian melalui buku, jurnal dan juga beberapa situs internet. B. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mencari informasi tentang alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan spesimen dan mencari referensi mengenai alat uji yang akan diperlukan untuk proses pengujian.
c. Sulfur Bentuk : Serbuk Fungsi : Sebagai kompon.
bahan
pengeras
2.2 Alat Dan Bahan Gambar 5. Sulfur
A. Bahan Ada beberapa bahan penelitian yang digunakan dalam peneltian, diantaranya adalah :
d. ZnO ( Zinc Oxide) Bentuk : Serbuk Fungsi : Bahan penggiat
a. Serat Ijuk Bentuk : Serat Fungsi : Sebagai bahan pengisi
Gambar 6. ZnO ( Zinc Oxide)
Gambar 3. Serat Ijuk
e. ZDEC (Zinc Dietyl dithio Carbamate) Bentuk : Serbuk Fungsi : Sebagai bahan pencepat vulkanisasi
b. Lateks Pekat KKK 60% Bentuk : Cairan Kental Fungsi : Sebagai Matrik
Gambar 4. Lateks Pekat
Gambar 7. ZDEC 7
b. Saringan Mesh Saringan mesh berfungsi untuk menyaring serbuk ijuk. Saringan mesh yang digunakan yaitu yang berukuran mesh 50.
f. Ionol Bentuk : Serbuk Fungsi : Sebagai bahan penangkal oksidasi (Antioksidant)
Gambar 8. Ionol g. Darvan Bentuk Fungsi
Gambar 11. Saringan Mesh : Serbuk : Sebagai bahan pendispersi
c. Timbangan Digital Timbangan digital berfungsi untuk menimbang berat komposisi penyusun kompon yang terdiri dari lateks, ijuk serta bahan kimia yang sebelumnya telah ditentukan jumlahnya.
Gambar 9. Darvan 2. Alat Penelitian a. Alat Roll Alat ini berfungsi sebagai tahap awal dari proses membuat serat menjadi serbuk. Serat ijuk dilakukan proses roll supaya serat tersebut menjadi pipih sehingga mempermudah saat proses penumbukan.
Gambar 12. Timbangan Digital d. Toples Toples berfungsi untuk tempat pencampuran bahan-bahan kimia yang akan dilakukan proses dispersi. Pertoples hanya bisa berisi bahan kimia 200 gram, serta bola-bola penyaduknya.
Gambar 10. Alat Roll 8
g. Gelas Gelas berfungsi sebagai tempat untuk mencampur bahan-bahan untuk pembuatan kompon.
Gambar 13. Toples e. Bola – bola pengaduk Bola-bola ini terbuat dari keramik, berfungsi sebagai pencampur dan pengaduk dari formula kimia yang akan di dispersi.
Gambar 16. Gelas h. Cetakan (mold) Mold adalah alat untuk mencetak suatu lembaran pada spesimen. Mold ini berbentuk persegi panjang.
Gambar 17. Cetakan (Mold) Gambar 14. Bola-bola batu f. Mesin Agitator (Ball Mill) Mesin agritator yaitu mesin yang digunakan untuk proses dispersi zat kimia yang akan digunakan sebagai pencampur kompon. Dengan alat ini zat kimia yang awalnya serbuk diubah menjadi cair dengan komposisi tertentu.
3. Alat Pengujian a. Detector Detector adalah alat untuk memancarkan sinar gamma ke sumber radiasi.
Gambar 18. Detector
Gambar 15. Mesin Agitator (BBKKP Yogyakarta, 2016) 9
b. Sumber Energi (Cs-137) Sumber energi berfungsi untuk memberikan energi dari detector. Sumber energi Cs-137 mempunyai energi sebesar 662 keV.
Intensitas Radiasi
200 177,3
180
177,3
177,3
160 140
Io I
125,4 115,7
120
110,7
100 0
10
Komposisi Ijuk (PHR)
20
Gambar 21. Grafik Hubungan Intensitas Radiasi dan Komposisi Ijuk (PHR) Gambar 19. Sumber Energi
3.1 Pembahasan Hasil Pengujian Radiasi Sinar Gamma Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa nilai intensitas radiasi sebelum ada perisai tetap yaitu 177,3. Setelah melewati perisai yang komposisi ijuk 0 PHR nilai intensitasnya 129,9; komposisi ijuk 10 PHR nilai intensitasnya 126,9 dan komposisi ijuk 20 PHR nilai intensitasnya 113,6. Itu berarti semakin besar komposisi ijuknya semakin kecil intensitas radiasi sinar gamma yang melewati perisai. Hal itu terjadi karena intensitas yang masuk perisai terhalangi oleh komposisi dari partikel ijuk tersebut.
c. Surveimeter / Sistem Pencacah GM Surveimeter / Sistem Pencacah GM digunakan untuk mengatur berapa waktu pencacahan serta melihat hasil dari percobaan yang telah dilakukan.
Tabel 2. Hasil Daya Serap (DS) Radiasi Sinar Gamma
Gambar 20. Surveimeter
Variasi Ijuk (PHR)
Intensitas Radiasi Sebelum Melewati Perisai (Io)
Intensitas Radiasi Sesudah melewati perisai (I)
Daya Serap DS (%)
0
177,3
125,4
28,49
10
177,3
115,7
34,03
20
177,3
110,7
36,88
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Nilai Intensitas Radiasi Sinar Gamma Intensitas Intensitas Variasi Ijuk Radiasi Radiasi (PHR) Sebelum Setelah Perisai Io Perisai I 0
177,3
125,4
10
177,3
115,7
20
177,3
110,7 10
Intensitas Radiasi ( I )
150
125,4
120
115,7
2. Jumlah komposisi lateks serta bahan kimia pendukung lainnya diperoleh dari perhitungan konversi PHR (Part Hundred Rubber) atau berat per seratus karet ke gram.
110,7 I
90 60
28,49
36,88
34,03
3. Nilai daya serap radiasi sinar gamma paling besar yaitu pada komposisi partikel ijuk 20 PHR dengan nilai daya serap sebesar 36,88 %, yang kedua yaitu komposisi yang partikel ijuknya 10 PHR dengan nilai daya serap sebesar 34,03 %, dan yang terakhir yaitu pada komposisi partikel ijuk 0 phr atau tanpa partikel ijuk yaitu dengan nilai daya serap sebesar 28,49 %.
DS %
30 0 0
10
20
Komposisi ijuk (PHR) Gambar 22. Grafik Hubungan Intensitas Radiasi, Daya Serap dan Komposisi Ijuk (PHR) 3.2 Pembahasan Nilai Daya Serap (DS)
4.2 SARAN
Dari nilai daya serap tersebut diperoleh nilai paling besar pada komposisi partikel ijuk 20 PHR dengan nilai daya serap sebesar 36,88 %, yang kedua yaitu komposisi yang partikel ijuknya 10 PHR dengan nilai daya serap sebesar 34,03 %, dan yang terakhir yaitu pada komposisi partikel ijuknya 0 PHR. Sedangkan nilai intensitas radiasinya paling besar pada komposisi partikel ijuk 0 PHR yaitu 125,4 yang ke dua yaitu komposisi partikel ijuk 10 PHR sebesar 115,7 dan yang terakhir yaitu komposisi ijuk 20 PHR sebesar 110,7. Jadi nilai intensitas radiasi berbanding terbalik dengan nilai daya serap (DS).
Dari hasil penelitian yang telah dibahas, dengan berbagai kekurangannya maka saran untuk penelitian selanjutnya adalah : 1.
2.
Minimnya alat pembuatan partikel ijuk membuat kendala lamanya waktu penelitian, diharapkan kedepannya ada alat yang lebih efisien serta lebih cepat dalam pembuatan partikel ijuk.
Cara menimbang dan mencampur yang baik dan benar dapat mengurangi jumlah bahan yang tercecer, jadi komposisi tetap solid seperti yang dikehendaki. 3. Perlu adanya pengujian kadar air dalam proses pembuatan komposit karet.
4. Penutup 4.1 Kesimpulan Dari hasil analisa, pengujian komposit dan pembahasan data yang diperoleh, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu : 1. Pembuatan komposit dilakukan dengan metode cetakan (casting). Proses pencampuran bahan dilakukan pada gelas dan diaduk merata sebelum akhirnya dituangkan pada cetakan. 11
DAFTAR PUSTAKA Arma, A.J.A., 2004, “Zat Radio Aktif Dan Penggunaan Radio Isotop Bagi Kesehatan”, Universitas SumateraUtara, Medan. Gibson, R.F., 1994., “Principle Of Composite Material Mechanic”. McGraw-Hill Interrnational Book Company, New York. Ismail, 2001, “Thermoplastic Elastomers Based on Polypropylene/Recycle Rubber Blends”, Polimer testing 21 (2002) 398-395, School of Industry Technology, Universiti Sains Malaysia, 11800, Minden, Penang, Malaysia. Kristiyanti, 2011, “Metoda Penentuan Daya Serap Perisai Radiasi Untuk Gonad Dari Komposit Lateks Cair Timbal Oksida”, Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, BATAN Jogjakarta. Pusdiklat BATAN, 2004, “Proteksi Radiasi”, URL:http://ansn.bapeten.go.id/?modul=topic&findDoc=proteksi+radiasi&m enu=item&topic_id=&shw=1&did=23 (Diakses Maret 2016) Sudjaswadi, R., 2002, “Hand Out Kimia Fisika”, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta. Surdia, 1999, “Pengetahuan Bahan Teknik”. 3nd edition, Jakarta. Widyawati, 2011, “Sukses Investasi Massa Depan Dengan Bertanam Pohon Aren”, Lily Publisher, Yogjakarta. Winahyu, K.R, 2002 “Laporan Pengembangan Formulasi Kompon Pada Pembuatan Karet Ebonit”, Balai Besar Kulit Karet Dan Plastik, Jogjakarta.