Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah HENGKY NOVARIANTO Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001 Diterima 15 September 2010 / Direvisi 27 Oktober 2010 / Disetujui 29 November 2010
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi jumlah bunga betina, buah jadi dan buah dipanen dari hasil persilangan beberapa jenis kelapa hibrida Genjah x Genjah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2009 - Agustus 2010, di Kebun Percobaan Mapanget dan Kebun Percobaan Paniki, serta di Laboratorium Pemuliaan, Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain (BALITKA), Manado. Perlakuan terdiri atas persilangan antar kelapa tipe Genjah, yaitu Genjah Raja (GRA), Genjah Kuning Bali (GKB) dan Genjah Salak (GSK), dan resiprokalnya, yaitu: (1) GRA x GKB, (2) GRA x GSK, (3) GKB x GRA, (4) GKB x GSK, (5) GSK x GRA dan (6) GSK x GKB. Masing-masing jenis persilangan ini menggunakan sebanyak 15 pohon kelapa sebagai ulangan, dan setiap pohon contoh digunakan 3 tandan sebagai tetua betina. Sumber tepungsari diseleksi dari ketiga varietas kelapa Genjah tersebut. Parameter yang diamati pada tetua betina adalah: Jumlah bunga betina per tandan, jumlah buah jadi (fruit setting) umur 3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan per tandan, serta jumlah buah dipanen (umur 11 bulan) per tandan. Data morfologi daun, tandan, bunga, dan buah dari ketiga tetua diamati pula sebelum dilakukan hibridisasi. Analisis data menggunakan Anova Rancangan Acak Lengkap dan dilanjutkan uji beda dengan t Tests. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelapa varietas Genjah Salak (GSK) menghasilkan bunga betina nyata lebih banyak dibandingkan kelapa varietas Genjah Raja (GRA) dan Genjah Kuning Bali (GKB). Silangan kelapa paling potensial menghasilkan buah jadi terbanyak adalah kelapa hibrida GSK x GRA, dan diikuti oleh GSK x GKB, yaitu 12,90 buah dan 10,81 buah. Hasil panen buah tertinggi diperoleh pada silangan GSK x GRA, yaitu 11,31 buah/tandan.
Kata kunci: Kelapa, genjah, hibridisasi, bunga betina, buah jadi.
ABSTRACT
Female Flowers and Fruits Setting Characteristic of Hybrids Coconut Dwarf x Dwarf This study purpose to determine the performance of Dwarf x Dwarf coconut. The experiment was conducted from July 2009 until August 2010, at the Experimental Garden of Mapanget and Paniki, and at the Laboratory of Plant Breeding, Indonesian Coconut and Palmae Research Institute (ICOPRI), Manado. Treatment consists of crosses between Dwarf coconut types, namely Raja Dwarf (GRA), Bali Yellow Dwarf (GKB) and Salak Dwarf (GSK), and their resiprokal, (1) GRA x GKB, (2) GRA x GSK, (3) GKB x GRA, (4) GKB x GSK, (5) GSK x GRA dan (6) GSK x GKB. Each type of crossing it uses as many as 15 coconut trees as replicates, and each tree is used 3 bunches as examples of female parents. Parameters were observed in female parents are:
100
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Number of female flowers per bunch, number of fruit setting the age of 3 , 6 and 9 months per bunch, and number of fruit harvested (age 11 months) per bunch. Morphological data of leaf, stem, female flowers, and ripe fruit of the three female parents also observed prior to hybridization. Data analysis used Complete Random Design of ANOVA, and continued with t Tests. Research result showed that the Salak Dwarf coconut varieties (GSK), the female flowers produce more than the palm varieties Raja Dwarf (GRA) and the Bali Yellow Dwarf (GKB). The potential of hybrid coconut to produce fruit setting is so most GSK x GRA, and followed by GSK x GKB, ie. 12,90 fruits and 10,81 fruits. The highest fruit yields are obtained in crosses between GSK x GRA, which is 12.90 fruit/bunch.
Keywords: Coconut, dwarf, hybridization, female flowers, fruit setting.
PENDAHULUAN Tujuan utama program pemuliaan kelapa di Indonesia (Novarianto, Rompas dan Darwis, 1998) adalah menghasilkan bahan tanaman yang dalam skala luas memiliki karakteristik : Hasil kopra tinggi dan cepat berbuah. Disamping itu diinginkan pula sifat ikutan lain yang mungkin bisa digabungkan dalam genepool, seperti: Kandungan minyak kopra tinggi, resisten terhadap penyakit busuk pucuk dan gugur buah, toleran terhadap lahan pasang surut, toleran terhadap keke-ringan, kandungan asam laurat (C12:0) tinggi dalam minyak, dan kandungan protein tinggi dalam daging buah. Pada saat ini dibutuhkan pula varietas kelapa yang super unggul dalam hal kecepatan berbuah, produksi buah banyak, serta hasil kopra dan minyak tinggi. Metoda perbaikan tanaman kelapa tergantung dari tipe kelapa yang akan diperbaiki, termasuk sistim penyerbukannya. Secara garis besar pola penyerbukan tanaman kelapa dibagi empat kelompok, yaitu: alogami sempurna, autogami langsung, autogami semi langsung, dan autogami tak langsung (Sangare et al., 1978). Tanaman kelapa tipe Dalam termasuk dalam kelompok alogami sedangkan kelapa Genjah termasuk dalam kelompok autoBuletin Palma No. 39, Desember 2010
gami. Frekuensi penyerbukan sendiri atau silang bervariasi antara 75-95% atau penyimpangan 5%-25%. Akibat penyerbukan silang maka terjadi keragaman sifat yang cukup besar, terutama pada sifat kecepatan berbunga pertama, tinggi tanaman, warna kulit buah, bentuk dan ukuran buah, hasil serta kualitas kopra, dan toleransi terhadap lingkungan serta daya resistensi terhadap hama penyakit (Anonim, 2005). Tanaman kelapa di Indonesia umumnya menggunakan kelapa Dalam yang berpenampilan tinggi, dan membutuhkan tenaga pemanjat saat panen, dimana dari hari ke hari makin sulit dan mahal biaya panen tersebut. Disamping itu, sekitar 30% kelapa rakyat ini sudah tua dan kurang produktif/rusak. Akibatnya produktivitas kelapa rendah, dan pendapatan petani rendah dan miskin. Untuk itu ke depan, perlu dipikirkan untuk bahan tanaman bagi kebutuhan peremajaan kelapa menggunakan varietas kelapa yang memiliki karakteristik pendek, cepat berbuah dan hasil tinggi. Melalui seleksi dan persilangan antar berbagai sumber genetik plasma nutfah kelapa diyakini dapat dirakit Kelapa Super Genjah produksi tinggi. Melalui seleksi dan persilangan antar berbagai sumber genetik plasma nutfah kelapa diyakini dapat dirakit Kelapa Super Genjah produksi tinggi.
101
Hengky Novarianto
Metode hibridisasi kelapa ditujukan untuk merakit kelapa hibrida yang memiliki daya heterosis atau daya gabung terbaik dalam hal produksi kopra dan kecepatan berbuah. Persilangan kelapa hibrida terdapat beberapa pola, yaitu Genjah x Dalam, Dalam x Genjah, Dalam x Dalam dan Genjah x Genjah. Di Indonesia yang sudah dilakukan adalah perakitan kelapa hibrida Dalam x Dalam dan Genjah x Dalam. Varietas kelapa hibrida yang sudah dilepas sejak tahun 1984 sampai tahun 2009 adalah empat hibrida Dalam x Dalam, dan lima kelapa hibrida Genjah x Dalam. (Novarianto et al., 1984; Novarianto et al., 1992; Tenda et al., 1996). Disamping itu, pelepasan varietas kelapa unggul melalui seleksi dan pemurnian telah berhasil pada empat kelapa tipe Genjah dan 10 kelapa tipe Dalam. Tanaman kelapa terdiri atas dua tipe, yaitu Genjah dan Dalam. Pola persilangan kelapa adalah Genjah x Dalam, Dalam x Genjah, Dalam x Dalam dan Genjah x Genjah. Di Indonesia, varietas kelapa hibrida yang sudah dirilis sejak tahun 1984 sampai tahun 2009 adalah empat hibrida Dalam x Dalam, dan lima kelapa hibrida Genjah x Dalam. (Novarianto et al., 1984; Novarianto et al., 1992; Tenda et al., 1996). Disamping itu, pelepasan varietas kelapa unggul melalui seleksi dan pemurnian telah berhasil pada empat kelapa tipe Genjah dan 10 kelapa tipe Dalam. Pemanfaatan minyak kelapa bukan saja sebagai minyak goreng, juga dapat dimanfaatkan untuk sumber energi, yaitu biofuel. Sumber energi ini lebih bersifat ramah lingkungan dan terbarukan. Perakitan Kelapa Super Genjah dengan produktivitas tinggi, yaitu 15000 btr/ha/tahun, jumlah buah sangat memungkinkan dihasilkan, karena sifat
102
genetik yang dibutuhkan, seperti kelapa berkarakter pendek, cepat berbuah, jumlah buah banyak 20 btr/tandan dan kualitas minyak baik, semua tersedia di koleksi plasma nutfah. Tujuan akhir dari semua kegiatan ini akan menghasilkan varietas kelapa pendek, cepat berbuah, produksi tinggi, dan sesuai untuk bahan baku biofuel. Program perakitan varietas unggul kelapa untuk bahan baku biofuel telah dimulai dengan melakukan 6 kombinasi persilangan genjah x genjah, pada tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi jumlah bunga dan buah hasil persilangan beberapa jenis kelapa hibrida Genjah x Genjah.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Agustus 2010, di Kebun Percobaan Mapanget dan Kebun Percobaan Paniki, serta di Laboratorium Pemuliaan, Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain (BALITKA), Jalan Raya Mapanget, Manado. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor, yaitu 6 kombinasi jenis persilangan kelapa hibrida sebagai perlakuan. Perlakuan terdiri atas persilangan antar kelapa tipe Genjah, yaitu Genjah Raja (GRA), Genjah Kuning Bali (GKB) dan Genjah Salak (GSK), dan resiprokalnya, yaitu: (1) GRA x GKB, (2) GRA x GSK, (3) GKB x GRA, (4) GKB x GSK, (5) GSK x GRA dan (6) GSK x GKB. Masing-masing jenis kombinasi persilangan ini menggunakan sebanyak 15 pohon kelapa sebagai ulangan, dan setiap pohon contoh digunakan 3 tandan sebagai tetua betina. Selanjutnya untuk sumber tepungsari atau polen diambil dari ketiga varietas kelapa Genjah tersebut, diseleksi
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
dari sedikitnya 5 pohon terbaik. Bunga jantan diemaskulasi, lalu dibawa ke laboratorium untuk diproses lebih lanjut menjadi polen. Pengambilan bunga jantan dan prosesing tepung sari dari ketiga varietas kelapa genjah tersebut. Bunga jantan yang siap untuk diproses tepung sarinya, yaitu mayang yang telah pecah seludang, dan beberapa ujung spikelet terlihat telah pecah/matang bunga jantannya. Spikelet dari mayang ini dipotong dan dimasukkan ke kantong plastik, dan selanjutnya dibawa ke laboratorium. Di laboratorium pemuliaan, spikelet tersebut dipipil bunga jantannya dan dipisahkan dari kotoran/ bunga jantan yang telah pecah. Pipilan bunga jantan ditimbang segar, dan digerus dengan silinder kayu sampai pecah semua bunga jantan. Bunga jantan yang telah pecah tersebut diletakkan merata di atas nampan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 35o-40oC, dengan kelembaban 45%-50%, selama 28-30 jam. Sesudah proses pengeringan dilanjutkan dengan pengayakan dua tahap, yaitu dengan ayakan 40 mesh, dan tahap dua menggunakan ayakan 115 mesh. Kemudian polen tersebut dimasukkan dalam botol plastik (tanpa vakum) dan disimpan dalam freezer. Sebagian kecil contoh polen diambil sebagai sampel untuk uji viabilitas. Polen yang baik untuk persilangan harus memiliki daya kecambah di atas 40%. Emaskulasi mayang sebagai calon bunga betina dilakukan melalui seleksi mayang yang telah matang, yaitu ditandai dengan ujung tandan telah memiliki garis berwarna kuning keputihan. Ujung tandan dipotong dengan pisau, lalu pelepah mayang dibuka, ditarik kebawah, dan dipotong pada bagian dasar tandan. Selanjutnya spikelet digunting dengan gunting stek dengan jarak terdekat sekitar Buletin Palma No. 39, Desember 2010
5 cm dari bunga betina teratas. Sisa bunga jantan pada bagian bawah spikelet dipipil sampai habis, agar tidak terjadi penyerbukan sendiri. Kemudian jumlah bunga betina dihitung, dan tandan bunga ditutup dengan kerodong, untuk mencegah penyerbukan silang dengan polen dari pohon disekitarnya. Proses persilangan dimulai dengan menyiapkan botol persilangan yang akan diisi polen dan dicampur dengan talkum dengan perbandingan 1 : 10. Campuran polen dan talkum ini diaduk merata dalam botol sebelum dibawa ke lapangan. Botol polen diisi polen sesuai dengan jenis hibrida yang akan disilangkan, yaitu enam jenis persilangan di atas. Sebelum dilakukan persilangan, bunga betina diperiksa untuk mengetahui sudah reseptif (siap menerima polen) atau belum, yaitu ditandai dengan ujung stigma telah mengeluarkan nektar berwarna putih bening. Botol polen yang disambungkan dengan selang kecil, lalu dimasukkan melalui lobang kecil pada plastik di kerodong sebagai wadah kontrol bunga betina, dan disemprot campuran polen tersebut pada bunga betina yang telah reseptif. Proses ini dilakukan setiap hari sampai semua bunga betina telah selesai menerima polen. Persilangan dalam satu tandan biasanya membutuhkan waktu 5-10 hari tergantung musim. Kerodong dibuka 4-5 hari kemudian sejak bunga betina terakhir menerima polen, dan pada saat itu ujung stigma bunga betina telah berwarna kecoklatan. Parameter yang diamati pada tetua betina adalah: Jumlah bunga betina per tandan, jumlah buah jadi (fruit setting) umur 3 bulan, 6 bulan dan 9 bulan per tandan, serta jumlah buah dipanen (umur 11 bulan) per tandan. Selain data pengamatan sesudah dilakukan persilangan, maka terhadap ketiga tetua betina, yaitu
103
Hengky Novarianto
kelapa GRA, GKB dan GSK diamati penampilan dan potensi produksi, yaitu karakter jumlah daun per pohon, jumlah tandan per pohon, jumlah spikelet per tandan, jumlah bunga betina per tandan, dan jumlah buah per tandan dari tiga tandan terakhir. Penelitian ini menggunakan RAL, dengan analisis data menggunakan ANOVA dan t test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Viabilitas Polen Hasil uji viabilitas polen rata-rata antara 45-48%, dan tertinggi pada kelapa GSK 48%. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu bahwa polen baik untuk digunakan dalam hibridasasi jika memiliki viabilitas di atas 40%, agar polinasi dan fertilisasi dapat berhasil dengan baik. Bunga Betina Jumlah bunga betina per tandan dari tetua betina kelapa Genjah Raja (GRA), Genjah Kuning Bali (GKB) dan Genjah Salak (GSK) disajikan pada Tabel 2. Rataan jumlah bunga betina per tandan dari tetua betina kelapa GRA, GKB dan GSK adalah beragam antara 37,73 pada kelapa GRA buah sampai 93,89 buah pada kelapa GSK. Hasil analisis menunjukkan bahwa varietas kelapa Genjah berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina pada taraf a 5%. Pada setiap pohon contoh diamati jumlah bunga betina pada tiga tandan secara berurutan umur tandannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tandan bunga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina. Antar varietas kelapa dengan tandan berbeda tidak
104
memperlihatkan interaksi. Jumlah bunga betina terbanyak dijumpai pada varietas kelapa GSK yang disilangkan dengan GRA, yaitu rataan 93,89 buah, diikuti oleh kelapa GSK x GKB sebanyak 76,33 buah. Varietas kelapa GSK berbeda nyata jumlah bunga betina per tandan dibandingkan dengan varietas kelapa GKB dan GRA. Varietas kelapa GKB yang disilangkan dengan GRA dan GSK, serta GRA yang disilangkan dengan GSK memiliki jumlah bunga betina yang sama dan lebih rendah dari silangan lainnya, yaitu antara 35,40 sampai 40,84 buah per tandan. Dilaporkan oleh Perera et al. (2010) bahwa pengamatan pada kelapa Genjah Coklat Sri Lanka di Kebun Madampe, Puttalam District, dijumpai jumlah bunga betina yang banyak dalam satu tandan, yaitu rerata 64 buah dengan ragam antara 15 buah sampai 208 buah. Ternyata variasi jumlah bunga betina kelapa GSK lebih sempit, yakni antara 76 buah sampai 93 buah. Hasil pengamatan ini memperlihatkan bahwa kelapa varietas Genjah Salak (GSK) menghasilkan bunga betina nyata lebih banyak dibandingkan kelapa varietas Genjah Raja (GRA) dan Genjah Kuning Bali (GKB). Diduga jika kelapa hibrida GSK x GRA dan GSK x GKB telah ditanam dan menghasilkan buah, maka produksi buah akan tinggi yang diakibatkan efek heterosis kedua tetua. Seperti dilaporkan Manna et al. (2002) bahwa kelapa hibrida Malayan Orange Dwarf x West Coast Tall memiliki bunga betina yang banyak, yaitu 102 buah per tandan, dan produksi buah 161,9 butir per pohon per tahun.
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Buah Jadi Salah satu parameter keberhasilan persilangan buatan adalah dilihat dari jumlah buah jadi. Perkembangan buah kelapa sejak penyerbukan sampai buah matang penuh membutuhkan waktu 1112 bulan. Menurut Abeywardena (1971) prosentase buah jadi pada umur 2 bulan setelah penyerbukan 31%. Berdasarkan hasil penelitian pada tanaman kelapa dilaporkan bahwa pembuahan polen terhadap bakal buah telah berhasil jika telah melewati waktu 3 bulan sejak
polinasi, berkembang normal dan tidak gugur. Jika sesudah waktu 3 bulan masih ada buah yang gugur dari tandan, maka faktor penyebabnya bukan karena kegagalan penyerbukan, tetapi terutama disebabkan oleh faktor luar/lingkungan, seperti mekanis, serangan hama atau penyakit, iklim, seperti kekurangan air karena kemarau panjang. Artinya, potensi genetik kelapa terhadap kemampuan pembentukan bakal buah kelapa dapat diukur dari buah jadi sesudah berumur di atas 3 bulan sejak polinasi.
Tabel 1. Rataan jumlah spikelet, berat pipilan bunga jantan segar, berat dan viabilitas polen dari ketiga kelapa genjah Table 1. The mean number of spikelet, fresh weight of male flowers, weight of pollen and pollen viability of the three coconut dwarf varieties Varietas Variety
Jumlah spikelet/Tandan Number of spikelet/bunche
Berat pipilan bunga jantan/ tandan (g) Weight of male flowers/bunche (g)
Berat polen/ tandan (g) Weight of pollen/bunche (g)
Viabilitas polen (%) Pollen viability (%)
35,83 30,25 35,25
386,67 322,50 517,50
4,26 5,37 5,54
45 46 48
GRA GKB GSK
Tabel 2. Rerata jumlah bunga betina, jumlah buah jadi dan jumlah buah dipanen dari enam jenis silangan kelapa. Table 2. The mean number of female flowers, number of fruit setting and number of fruit harvest of six types of coconut crossing. Jenis persilangan Type of crossing
Jumlah bunga betina/tandan (buah) Number of female flowers/bunch
Jumlah buah jadi/tandan (buah) Number of fruit setting/bunch
Jumlah buah dipanen (butir) Number of fruit harvested (nuts)
Prosentase buah panen dari total bunga betina (%) Percentace of fruit harvested from number of female flowers (%)
GRA X GKB GRA X GSK GKB X GRA GKB X GSK GSK X GRA GSK X GKB F-hit F (0.05)
55,20 c 37,73 d 40,84 d 35,40 d 93,89 a 76,33 b 31,93 5,252
5,51 c 3,50 d 5,67 c 6,36 c 12,90 a 10,81 b 103,32 2,24
5,33 c 3,38 d 5,33 c 5,93 c 11,31 a 8,71 b 18,49 3,02
9,66 8,96 13,05 16,75 12,05 11,41 -
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda t (LSD) pada taraf 5%. Notes : Number followed by the same letters within each colomn are not significantly different according to 5% LSD. Buletin Palma No. 39, Desember 2010
105
Hengky Novarianto
Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis silangan berpengaruh nyata terhadap jumlah buah jadi pada taraf a 5%, berpengaruh nyata terhadap jumlah buah jadi pada taraf a 0,05. Kemudian antara jenis silangan kelapa dengan umur buah ternyata terdapat interaksi. Perlakuan interaksi antara jenis silangan dengan umur buah kelapa diperoleh hasil tertinggi pada silangan GSK x GRA, yaitu 12,90 buah/tandan dan nyata lebih banyak dibandingkan lima silangan lainnya. Tertinggi kedua pada silangan GSK x GKB, yakni 10,81 buah/tandan. Hasil terendah tetap dijumpai pada silangan GRA x GSK, yaitu 3,50 buah/ tandan. Sedangkan ketiga jenis silangan lainnya, yaitu GRA x GKB, GKB x GRA dan GKB x GSK adalah sama banyak, yaitu berturut-turut 5,51 buah, 5,67 buah dan 6,36 buah/tandan (Tabel 2). Penelitian sebelumnya juga dilaporkan bahwa prosentase buah jadi umur 3 bulan sesudah dilakukan persilangan antar kelapa GKN x DTA diperoleh rerata 6,23 buah (17,1%). Keguguran buah muda dapat disebabkan oleh gagalnya penyerbukan, kekurangan nutrisi, serangan hama dan penyakit, pengaruh iklim/ perubahan suhu yang ekstrim, varietas, faktor genetik dan fisiologi lainnya (Sayeed, 1975). Jumlah buah jadi secara alami pada kelapa Genjah Coklat Sri Lanka dilaporkan sekitar 50 buah sampai 80 buah per tandan, tetapi berukuran kecil (Perera et al., 2010). Silangan kelapa paling potensial menghasilkan buah jadi terbanyak adalah kelapa hibrida GSK x GRA, dan diikuti oleh GSK x GKB. Jumlah buah jadi terbanyak ini kemungkinan dipengaruhi oleh genetik dari tetua betina, yaitu kelapa GSK. Hasil kenyataan ini didukung oleh jumlah bunga betina tertinggi dijumpai pada tetua betina kelapa GSK,
106
dan nyata berbeda dengan kelapa GRA dan GKB. Buah Panen Buah kelapa Genjah siap untuk dipanen pada umur 11 bulan sesudah polinasi. Pada umur ini sudah cukup matang untuk berkecambah dan berkembang menjadi bibit kelapa yang baik. Hasil analisis statistik terhadap jumlah buah dipanen untuk 6 jenis kelapa hibrida pada 3 tandan buah berturut-turut diperoleh bahwa jenis silangan kelapa berpengaruh nyata terhadap jumlah buah dipanen, sedangkan tandan buah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah dipanen, dan antar jenis silangan dengan tandan buah tidak terdapat interaksi. Artinya jumlah buah dipanen pada umur 11 bulan saat buah kelapa matang penuh hanya ditentukan oleh varietas kelapa atau jenis kelapa hibrida. Hasil uji BNT seperti disajikan pada Tabel 2 terlihat bahwa hasil panen tertinggi diperoleh pada kelapa hibrida GSK x GRA, yaitu rataan 12,90 butir/ tandan, dan nyata berbeda dibandingkan 5 kelapa hibrida lainnya. Tertinggi kedua dijumpai pada kelapa hibrida GSK x GKB, yakni 10,81 butir/tandan. Menurut Menon dan Pandalai (1958) buah muda yang gugur berkisar 55% sampai 95% tergantung pada keadaan lingkungan. Secara alami buah matang panen dapat mencapai 35% sampai 45% dari jumlah bunga betina per tandan. Prosentase buah jadi pada persilangan antar kelapa Genjah ini ternyata lebih rendah, yaitu terendah 8,96% pada silangan GRA x GSK, dan tertinggi 16,75% pada silangan GKB x GSK. Prosentase buah hasil persilangan buatan dilaporkan lebih rendah dari persilangan alami (Novarianto et al., 1984).
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Pada Tabel 3 disajikan karakteristik jumlah daun, tandan buah, bunga betina dan buah dari ketiga tetua yang digunakan untuk persilangan ini, yaitu varietas kelapa Genjah Raja (GRA), Genjah Kuning Bali (GKB) dan Genjah Salak (GSK). Jumlah daun terbanyak dihasilkan oleh kelapa GSK dan GKB, yaitu 21,30 helai dan 20,43 helai, dibandingkan kelapa GRA sebanyak 16,33 helai per pohon. Dilaporkan Gutierrez, Dizon and Santos (2005) bahwa sesudah ditanam selama 5 tahun diperoleh jumlah kumulatif daun pada kelapa Dalam Tacunan (TAC) yang tertinggi, yaitu 60 helai, dibandingkan Genjah Merah Malaysia (MRD) dan Genjah Hijau Equatorial (EGD), berturut-turut 55,1 dan 55 helai. Kelapa GRA, GKB dan GSK lebih rendah karena dihitung jumlah daun satu kali pengamatan sebelum persilangan dilakukan. Secara umum telah diketahui bahwa setiap helai daun biasanya akan keluar satu mayang bunga/tandan buah dari ketiak daun. Sehingga biasanya kalau tanaman kelapa menghasilkan banyak daun, maka peluang untuk menghasilkan tandan buah juga akan banyak. Hasil peng-amatan pada ketiga tetua kelapa Genjah ini dapat dilihat bahwa jumlah tandan terbanyak adalah kelapa GKB, diikuti GRA dan GSK, yaitu berturut-turut 14,07 buah, 13,03 buah dan 12,9 buah. Sebenarnya jumlah ini tidak jauh berbeda, tetapi kelapa GSK menghasilkan jumlah tandan tidak paralel dengan jumlah daun yang diproduksi per pohon. Walaupun demikian dapat dilihat lebih lanjut bahwa untuk karakter jumlah bunga betina ternyata kelapa GSK paling potensi secara genetik, yaitu rata-rata 108,10 buah per tandan, dan ini jauh lebih banyak daripada kelapa GRA dan GKB, yakni 52,60 buah dan 50,37 buah Buletin Palma No. 39, Desember 2010
per tandan. Hasil ini juga sejalan dengan yang diperoleh pada saat melakukan persilangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelapa GSK paling potensial secara genetik menghasilkan jumlah bunga betina tertinggi per tandan. Tetapi pada pengamatan jumlah buah tertua untuk 3 tandan terakhir diperoleh jumlah buah masih rendah untuk ketiga varietas tersebut, yaitu antara 3,20 buah sampai 4,64 buah (Tabel 3). Hasil persilangan buatan antar varietas kelapa Genjah berbeda ternyata lebih tinggi dibandingkan buah hasil persilangan alami ini, yaitu tertinggi pada silangan kelapa GSK x GRA sebanyak 11,31 buah dan silangan GSK x GKB sebanyak 8,71 buah, sedangkan silangan lainnya antara 4-6 buah per tandan. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa dalam waktu satu tahun maka silangan kelapa GSK x GRA dapat menghasilkan buah kelapa sebanyak: 13 tandan x 11 butir = 143 butir kelapa per pohon, atau 22.308 butir per hektar (jarak tanam 8 m x 8 m segi empat, atau 156 pohon/ha). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan kelapa Dalam lokal di India, yaitu rerata produksi buah 6.898 butir/ha, tertinggi di Tamil Nadu (11.620 butir/ha), Andhra Pradesh (8.296 butir/ha), Kerala (5.793 butir/ha) dan Karnataka (5.204 butir/ha) (Markrose, 2010). Sedangkan varietas kelapa Dalam Orgullo, yaitu varietas synthetic San Ramon dari Zamboanga, Filipina dilaporkan menghasilkan buah rerata 105 butir/pohon dan jumlah tandan 17 buah/tahun lebih tinggi daripada kelapa Dalam lokal, yakni rerata 80 butir/pohon dan 12 tandan/tahun. Berat buah dari 1,5 kg sampai 2 kg, kadar kopra buah 280 g sampai 440 g, dan produksi mencapai 3,2 ton sampai 6,7 ton per hektar (Sarian, 2010).
107
Hengky Novarianto
Tabel 3. Jumlah daun dan tandan per pohon, serta jumlah bunga betina dan buah per tandan dari varietas kelapa GRA, GKB dan GSK. Table 3. Number of leaf and bunches per palm, and female flowers and fruits harvested per bunch of GRA, GKB and GSK coconut varieties. No.
Jumlah daun/ pohon (helai) Number of leaf/palm
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. ? X SD KK (%)
GRA 17 14 17 16 15 17 18 18 17 16 14 17 16 18 17 490 16,33 1,47 9,00
GKB 21 18 21 19 22 23 21 21 20 20 19 21 20 20 22 613 20,43 1,50 7,34
GSK 22 24 21 25 23 24 23 22 21 21 23 24 18 22 24 639 21,3 2,04 9,58
Jumlah tandan/ pohon (buah) Number of bunch/palm GRA 16 16 12 10 13 11 15 14 9 15 10 17 10 18 12 391 13,03 2,81 21,57
GKB 14 14 15 15 14 15 16 16 16 15 16 16 15 16 16 422 14,07 1,68 11,94
GSK 16 11 12 13 12 12 16 16 15 15 13 11 11 10 12 387 12,9 1,71 13,26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Viabilitas polen rata-rata antara 45-48%, dan tertinggi pada kelapa GSK 48%. Hasil ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu bahwa polen baik untuk digunakan dalam hibridasasi jika memiliki viabilitas di atas 40%. Kelapa varietas Genjah Salak (GSK) menghasilkan bunga betina nyata lebih banyak dibandingkan kelapa varietas Genjah Raja (GRA) dan Genjah Kuning Bali (GKB). Silangan kelapa paling potensial menghasilkan buah jadi terbanyak adalah kelapa hibrida GSK x GRA, dan diikuti oleh GSK x GKB, yaitu 12,90 buah dan 10,81 buah. Hasil panen buah tertinggi diperoleh pada silangan GSK x GRA, yaitu 11,31 buah/tandan.
108
Jumlah bunga betina/ tandan (buah) Number of female flower/bunch GRA GKB GSK 35 60 126 18 30 128 31 42 71 107 40 90 17 83 97 132 75 79 38 58 105 125 45 178 89 34 102 45 64 115 42 33 109 18 46 75 127 41 48 20 50 148 96 33 209 1578 1511 3243 52,60 50,37 108,1 36,35 19,95 44,0 69,11 39,61 40,70
Jumlah buah/tandan (butir) Number of fruit harvested/bunch GRA 10,67 6,67 4,67 3,67 2,67 5,33 3,33 3,00 2,67 3,00 3,67 5,00 7,33 4,67 3,3 69,68 4,64 2,18 47,07
GKB 4,33 3,33 2,33 2,67 1,33 2,00 2,00 4,00 4,33 4,67 7,33 9,33 8,67 9,67 2,00 67,99 4,53 2,85 62,99
GSK 8,00 1,33 0,67 3,33 7,00 3,67 8,33 0,67 4,00 2,33 3,33 1,67 1,00 1,33 1,33 47,99 3,20 2,62 81,80
Saran Untuk tindak lanjut, yaitu buah hasil persilangan keenam kelapa hibrida ini agar dilanjutkan dengan pengujian potensi hasil hibridanya di lapangan, dan menggunakan ketiga tetuanya sebagai kontrol. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Saudara Teuku Ahmad Iqbal yang telah membantu analisis statistik data penelitian. Terima kasih disampaikan pula kepada penyandang dana penelitian dari Program SINTA Tahun 2009 dan Program Insentif Riset Terapan Tahun 2010.
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah
DAFTAR PUSTAKA Abeywardena V. 1971. Yield variations in coconut. Coconut Research Institute. Lunuwila, Ceylon. In: Ceylon Coconut Quart Volume 21 and 22. 1970 and 1971. Published by The Coconut Research Institute of Ceylon. Anonim 2005. Buku pedoman pengelolaan plasma nutfah perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal. 267. Gutierrez BA, Dizon RC, and Santos GA. 2005. Growth performance and flowering precocity of eighteen dwarf coconut varieties in Western Visayas, Philippines. Philippines Journal of Coconut Studies. 30(1 and 2): 31-41. Manna S, Mathew B,. Hasan MA and Chattopadhyay PK. 2002. Inflorescence and nut characters of some coconut cultivar and hybrids grown in West Bengal. Journal of Applied Horticulture. 4(1): 14-16. Markrose VT. 2010. Coconut in India. Coconut Development Board, Kochi 11, Kerala, India. BGCI (Plant for Planet: www.bgci.org/ education/1685/. Menon KPV and Pandalai. 1958. The coconut palm a Monograph. Indian Central Coconut Committee Ernakulam, India. p.384. Novarianto H, Kangiden DI, Tampake H, dan Rompas T. 1984. Penyerbukan buatan pada kelapa. Pemberitaan Penelitian Tanaman Industri. VIII (50-51): 13-16. Novarianto H, Miftahorrachman, Tampake H, Tenda E, dan Rompas T. 1984. Pengujian F1 kelapa Genjah x Dalam. Pemberitaan Puslitbangtri, Bogor. 8(49) : 21-27. Buletin Palma No. 39, Desember 2010
Novarianto H, Hartana A, dan Mattjik A. 1992. Analisis kuantitatif karakter agronomi kelapa Hibrida dan tetuanya. Forum Pasca Sarjana IPB, Bogor. 15(1) : 11-16. Novarianto H, Rompas T, and Darwis SN. 1998. Coconut breeding programme in Indonesia. Pp.28-41 in Coconut Breeding Pro-ceeding. Paper presented at a Workshop on Standardization of Coconut Breeding Research Techniques, 2025 June 1994, Port Bouet, Cote de Ivoire (P.A. Batugal and V. Ramanatha Rao, editors), IPGRIAPO, Serdang Malaysia. Perera L, Padmasiri MHL and Peries RRA. 2010. Sri Lanka brown dwarf (SLBD) coconuts: a potential coconut variety for future breeding. PGR Newsletter, FAO-Bioversity. Issue No.131, p.70-71. Sangare AF, Rognon, and M. de Nuce de Lamothe. 1978. Male and female phases in the inflorecencia of coconut. Oleagineux. 30(12):609617. Sarian, Zac B. 2010. New coconut yield high. Agri Plain Talk. Mb.Com.ph. Manila Bulletin Publishing Corporation. Sayeed PM. 1975. Some observations on the shedding on butons in the coconut. The Indian Coconut Journal. 8(2): 49-57. Tenda ET, Rompas T, Miftahorrachman dan Novarianto H. 1996. Kelapa hybrid potensial baru. Prosiding Seminar Regional Hasil Penelitian Kelapa dan Palma Lain. Manado, 25-26 Februari 1998. p.17-25.
109
Hengky Novarianto
Lampiran Gambar :
110
Gambar 1. Pohon induk GKB x GRA
Gambar 3. Buah jadi umur 3 bulan kelapa GSK x GRA
Gambar 2. Bunga betina kelapa GRA
Gambar 4. Buah umur 9 bulan kelapa GSK x GRA
Karakteristik Bunga dan Buah Hasil Persilangan Kelapa Hibrida Genjah x Genjah