KARAKTERISASI TOMAT M1 HASIL IRADIASI SINAR GAMMA 495 Gy
USWATUN HASANAH
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Tomat M1 Hasil Iradiasi Sinar Gamma 495 Gy adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Uswatun Hasanah NIM A24110022
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
4
ABSTRAK USWATUN HASANAH. Karakterisasi Tomat M1 Hasil Iradiasi Sinar Gamma 495 Gy. Dibimbing oleh SURJONO HADI SUTJAHJO dan SITI MARWIYAH Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi keragaan tanaman tomat M1 hasil iradiasi sinar gamma dosis 495 Gy. Bahan yang digunakan merupakan 40 genotipe benih tomat hasil eksplorasi dengan perlakuan iradiasi sinar gamma 495 Gy. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pasca Panen pada bulan November 2014 hingga Maret 2015. Karakterisasi dilakukan dengan membandingkan karakter kualitatif dan kuantatif antara genotipe M1 dan M0. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan sinar gamma menyebabkan adanya keragaman pada keragaan genotipe, baik pada karakter kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat beberapa genotipe M1 yang memiliki keragaan kualitatif berbeda dibandingkan kontrolnya yaitu Kefaminano 6, Kefaminano 4, Situbondo GL, Lombok 4, Lombok 1, Gondol 2, Kudamati 1, Aceh 1, Makassar 3, Bogor Cibanteng, Berlian, CLN 4046, dan Kemir. Berdasarkan bobot panen didapatkan tiga genotipe dengan produksi lebih unggul dibandingkan dengan tanaman kontrol yaitu Aceh 5, Lombok 4, dan Kefaminano 4. Kata kunci : tomat, mutasi, sinar gamma, genotipe, karakterisasi
ABSTRACT USWATUN HASANAH. Characterization of M1 Tomato Irradiated by 495 Gy of Gamma Rays. Supervised by SURJONO HADI SUTJAHJO and SITI MARWIYAH This research aimed to obtain information about the performance of tomato plants M1 resulted from gamma irradiation treatment dose 495 Gy. Materials used are 40 genotypes of tomato with the treatment of 495 Gy of gamma ray irradiation. This research was conducted at the Leuwikopo Research Field and Post Harvest Laboratory from November 2014 until March 2015. The characterization was conducted by comparing the qualitative and quantitative characters between genotype M1 and M0. The result of this research elucidated the gamma rays treatment cause the diversity of genetic performance, both in qualitative or quantitative characters.There are several genotypes M1 which have different qualitative performance to the control, namely Kefaminano 6, Kefaminano 4, Situbondo GL, Lombok 4, Lombok 1, Gondol 2, Kudamati 1, Aceh 1, Makassar 3, Bogor Cibanteng, Berlian, CLN 4046, and Kemir. Based on the weight of the yield, there are three genotypes with superior production compared to control plants, namely Aceh 5, Lombok 4, and Kefaminano 4. Keyword : tomato, characterization, mutation, gamma ray, genotype
KARAKTERISASI TOMAT M1 HASIL IRADIASI SINAR GAMMA 495 Gy
USWATUN HASANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
6
Karakterisasi Tomat M I Hasil lradiasi Sinar Gamma 495 Gy
Judul Skripsi Nama
Uswatun Hasanah
NRP
A24110022
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Surjono Hadi Sutjahjo, MS
Siti Marwiyah, SP MSi
Pembimbing 1
Pembimbing II
Tanggal Lulus
:
'1 �
r
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi penelitian ini berhasil diselesaikan. Skripsi dengan judul Karakterisasi Tomat M1 Hasil Iradiasi Sinar Gamma 495 Gy dilaksanakan untuk mendapatkan keragaman tomat secara genetik, dan mempelajari pengaruh iradiasi sinar gamma. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tulus kepada penulis. 2. Prof Dr Ir Surjono Hadi Sutjahjo, MS selaku pembimbing skripsi pertama, dan Siti Marwiyah, SP MSi selaku pembimbing skripsi kedua yang telah menuntun dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Dr Ani Kurniawati, SP selaku pembimbing akademik atas arahan dan masukkannya selama penulis melaksanakan studi di Institut Pertanian Bogor. 4. Dr Ir Syarifah Iis Aisyah MSc Agr selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan. 5. Lisa, Rizki, Zafi, Galuh, Fera, Mimin, Siti, Widya, Iqbal, Angga, Ria, Yogi, Kak Nurul, Essy, Sinta, Usamah, Muti, Aring, Adis, Hamdan, Dede, Amel, Fitia, Asaf, Yara Mirza, Bimo yang telah membantu dilahan dan proses pasca panen. 6. Teman-teman Dandelion 48 yang memberikan dukungan dalam penyelesaian penelitian dan skripsi. Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi baru bagi pengembangan penelitian tomat, dan dapat bermanfaat bagi sesama.
Bogor, September 2015
Uswatun Hasanah
10
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Budidaya Tanaman Tomat Pemuliaan Mutasi Sinar Gamma METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Percobaan Pelaksanaan Percobaan Pengamatan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Sifat Kualitatif Sifat Kuantitatif SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii viii ix 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 6 6 7 12 13 13 15 21 32 32 32 33 35 36
12
DAFTAR TABEL 1. Genotipe-genotipe tomat yang digunakan dalam penelitian 2. Keragaan karakter arah perbentukan daun, tipe helai daun, dan tipe kerutan daun genotipe M1 dan M0 3. Keragaan karakter letak petiole, tipe susunan bunga, dan tipe tangkai bunga genotipe M1 dan M0 4. Keragaan karakter bentuk buah, ribbing, bentuk ujung buah, dan jumlah lokus 20 genotipe M1 5. Keragaan karakter diameter lokus, warna buah, dan cracking pada 20 genotipe M1 6. Keragaan karakter bentuk buah, ribbing, bentuk ujung buah, dan jumlah lokus 20 genotipe M1 7. Keragaan karakter diameter lokus, warna buah, dan cracking pada 20 genotipe M1 8. Persentase tanaman hidup setelah aklimatisasi M1 dan M0 9. Umur berbunga dan umur panen M1 dan M0 10. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman tinggi tanaman 11. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman diameter batang 12. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman jumlah cabang utama 13. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman diameter buah 14. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman panjang pedisel 15. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman bobot buah 16. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman panjang buah 17. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman kekerasan buah 18. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman padatan terlarut total 19. Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman bobot panen
5 16 16 18 18 19 20 22 23 24 25 26 26 27 28 29 30 31 32
DAFTAR GAMBAR 1. Arah perbentukan daun 2. Tipe helai daun 3. Tipe kerutan daun
8 8 9
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Letak petiol terhadap tulang daun utama Tipe susunan bunga di tangkai Tipe pemotongan tangkai bunga Bentuk buah secara membujur Bentuk buah berdasarkan lekukan atau gelombang Bentuk akhir dari pembungaan atau ujung buah Jumlah ruang pada buah Ukuran bagian tengah buah Warna buah berdasarkan tingkat kematangan Pertumbuhan tanaman tomat Penyakit yang menyerang tomat Keragaan bentuk buah Keragaan ribbing buah Keragaan jumlah lokus buah Cracking pada buah
9 9 10 10 10 11 11 11 12 14 14 17 20 21 21
DAFTAR LAMPIRAN 1. Data iklim Dramaga
33
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang menjadi kebutuhan masyarakat umum. Terbukti terjadi dengan adanya peningkatan konsumsi tomat setiap tahun dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dan makanan sehat (Wahyudi 2012). Jumlah konsumsi tomat pada tahun 2007 mencapai 2.09 kg tahun-1 per kapita dan meningkat 2.32 kg tahun-1 per kapita pada tahun 2008 (PUSDATIN 2008). Tomat mengandung beberapa nutrisi penting yaitu, vitamin C, sumber antioksidan, likopen, dan nitrosamine (Lingga 2010). Likopen berperan sebagai antioksidan dan memiliki pengaruh dalam menurunkan resiko berbagai penyakit kronis termasuk kanker (Kailaku et al. 2007). Produksi tomat nasional tahun 2013 mencapai 992 780 ton, produksi meningkat dari tahun 2012 dengan angka produksi 893 504 (BPSRI 2013a). Luas lahan produksi tomat pada tahun 2012 seluas 56 724 ha, pada tahun 2013 luas lahan meningkat seluas 59 758 ha (BPSRI 2013b). Hingga saat ini Indonesia masih melakukan impor baik dalam bentuk olahan, maupun tomat segar dengan nilai 307 893US$, dan nilai ekpor 128 091US$ (PUSDATIN 2014). Jumlah produksi tomat dan kegiatan impor yang berfluktuasi setiap tahun berdampak terhadap harga tomat yang tidak pernah stabil setiap tahunnya. Salah satu cara agar tanaman tomat memiliki produksi yang tinggi dan terdapat di pasar sepanjang tahun dan musim, diperlukan varietas dengan produksi buah tinggi, tahan layu bakteri, dan toleran pecah buah. Pemuliaan tanaman dapat menjadi alternatif bagi permasalahan budidaya tanaman tomat. Salah satunya dengan merakit varietas unggul baru yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam menghasilkan biomassa ke bagian yang dapat dipanen. Perbaikan resistensi terhadap hama dan penyakit, atau memperbaiki tingkat resistensi dapat dilakukan dengan menyusun ideotipe varietas (Syukur et al. 2012). Koleksi plasma nutfah merupakan sumber kekayaan keragaman genetik bagi kegiatan pemuliaan tanaman. Koleksi plasma nutfah merupakan hasil eksplorasi dari tempat dimana terdapat keragaman genetik yang tinggi, yaitu dari tempat asal berkembangnya spesies tanaman itu atau dari tempat dimana tanaman itu secara intensif telah dibudidayakan sejak lama (Syukur et al. 2012). Keragaman genetik yang tinggi dari ekplorasi dapat dijadikan sebagai galur-galur harapan hasil pemuliaan tanaman, salah satu teknik untuk mendapatkan keragaman genetik ialah dengan teknik mutasi iradiasi sinar gamma. Mutasi dapat terjadi secara alami atau spontan, dan mutasi terinduksi. Mutasi terinduksi dapat dilakukan dengan teknik iradiasi sinar-X, sinar gamma, sinar alpha, dan sinar beta. Pemuliaan mutasi memiliki keuntungan khusus yaitu dalam mengubah karakteristik tunggal sederhana yang diwariskan dalam sistem gen yang berkembang tinggi, serta menambah karakteristik genetik (Allard 1995), namun mutasi juga dapat merugikan, dengan hilangnya sifat-sifat unggul akibat iradiasi. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai teknik mutasi pada pemuliaan. Teknik iradiasi sinar gamma dilakukan terhadap benih
2 tomat, sehingga terdapat keragaman genetik yang akan diseleksi untuk mendapatkan tomat dengan karakter yang lebih unggul, tahan layu bakteri dan toleran pecah buah.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi keragaan tanaman tomat M1 hasil iradiasi sinar gamma dosis 495 Gy.
Hipotesis 1. Terdapat keragaan tanaman tomat M1 yang berbeda dibandingkan kontrolnya. 2. Terdapat genotipe tomat M1 yang menunjukkan keragaan produksi unggul.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Tomat Tomat merupakan sayuran Solanaceae yang paling luas ditanam setelah tanaman kentang. Wilayah Vera Cruz dan Puebla Meksiko dianggap sebagai pusat domestikasi tomat. Taksonomi dua spesies Lycopersicon yang dibudidayakan memiliki buah berwarna merah dan rata, termasuk dalam sub genus Eulypersicon (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Tanaman tomat pada dasarnya terdiri dari dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Tipe determinate dicirikan oleh cepatnya perkembangan cabang produktif, namun perkembangan pucuk tunasnya akan terhenti, tipe ini cocok ditanam pada dataran rendah sampai menengah. Tomat tipe indeterminate perkembangan cabang produktif lambat, namun pertumbuhan pucuk tunasnya tidak pernah berhenti berkembang, tipe indeterminate cocok ditanam pada dataran menengah hingga tinggi (Wahyudi 2012). Buah tomat adalah buni (beri) berdaging, permukaannya berbulu ketika masih muda, tetapi halus ketika matang. Warna merah pada buah disebabkan oleh pigmentasi likopen, warna kuning disebabkan oleh karotenoid. Ketika matang, biji dikelilingi oleh bahan gel yang normalnya memenuhi rongga buah. Buah biasanya mengandung banyak biji, yang berbentuk pipih dan berwarna krem muda hingga coklat. Biji biasanya memiliki panjang 2-3 mm, sekitar 300-350 biji tomat memiliki bobot 1 g (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Tanaman tomat selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar dapat juga dikonsumsi dalam bentuk olahan. Tanaman tomat mengandung beta carotene yang tinggi, vitamin C, dan vitamin A. Tomat merupakan sumber utama vitamin dan mineral jika dikonsumsi secara rutin (Villareal 1980).
3 Budidaya Tanaman Tomat Budidaya tanaman tomat dapat dilakukan pada berbagai lingkungan, karena itu budidayanya menyebar luas dari wilayah dataran tinggi dekat khatulistiwa hingga daerah iklim sedang, kecuali di wilayah tropika basah karena tingginya serangan penyakit, dan wilayah iklim sedang dengan suhu rendah dan musim tanam singkat yang membatasi pertumbuhan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Tomat berhasil ditanam pada berbagai tipe tanah, dari tanah berpasir hingga liat bertekstur halus (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Tanaman tomat menyukai tingkat pH tanah berkisar 5.8 hingga 6.5 (Wahyudi 2012). Suhu ratarata untuk budidaya tomat diatas 160C minimum 3-4 bulan, suhu minimum untuk periode pertumbuhan tomat ialah 120C, sedangkan suhu optimum tomat 180C dan 240C (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Penggunaan air tanaman tomat umumnya sekitar 25-30 mm per minggu, untuk pengolahan air dapat dipasok 600-900 mm air. Nitrogen sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif. Campuran nitrogen NO3- dan NH4+ dengan bagian NO3- lebih tinggi dibandingkan NH4+ umumnya akan memberikan hasil terbaik, pupuk dasar diberikan sebelum atau pada saat tanam. Fosfor maupun kalium umumnya diberikan sebelum tanam dengan sebagian nitrogen, pemupukan nitrogen dilakukan pada saat awal pembungaan, dan ketika buah mulai membesar (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Tanaman tomat memasuki fase generatif saat tanaman mulai berbunga untuk pertama kalinya (Wahyudi 2012). Proses pematangan atau tanaman siap panen sekitar umur 75-105 hari jika ditanam langsung dari benih, atau 60-90 hari jika melalui proses persemaian terlebih dahulu. Proses pasca panen tomat ketika tanaman matang fisiologis, dan dapat dipanen empat hingga sebelas kali panen dalam satu musim (Villareal 1980).
Pemuliaan Mutasi Mutasi adalah suatu perubahan yang terjadi pada materi genetik suatu organisme yang menyebabkan perubahan ekspresinya. Organisme baru hasil mutasi disebut mutan sedangkan genotipe sebelum terjadi proses mutasi diberi istilah tipe liar (Yudiwanti 2006). Menurut Aisyah (2006) mutasi dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh tanaman dan setiap fase pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak terjadi pada bagian yang sedang aktif mengadakan pembelahan sel seperti tunas, biji, dan sebagainya. Secara umum mutasi dapat terjadi pada tingkat pasangan basa, tingkat ruas DNA, bahkan pada tingkat kromosom (Yudiwanti 2006). Mutasi dapat dikategorikan sebagai mutasi yang terjadi secara buatan dengan merekayasa karakter genetik pada bahan tanam yang akan digunakan. Mutasi yang secara alamiah lebih jarang terjadi dibandingkan dengan mutasi buatan, sehingga frekuensi keragaman yang dihasilkan lebih sedikit (Allard 1995). Penyebab mutasi alamiah antara lain sinar kosmos, batuan radioaktif, dan sinar ultraviolet matahari. Mutasi induksi dilakukan untuk meningkatkan peluang terjadinya mutasi yang menghasilkan perubahan karakter yang diinginkan, mutasi
4 ini dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia atau mutagen fisik (Aisyah 2006).
Sinar Gamma Mutagen adalah agen yang dapat menyebabkan mutasi. Mutagen dapat diklasifikasikan sebagai mutagen fisik, mutagen kimia, dan mutagen biologis. Para pemulia tanaman umumnya menggunakan sinar X, sinar gamma, ultraviolet dan neutron sebagai mutagen fisik. Keunggulan mutagen fisik ialah mempunyai daya tembus lebih tinggi, sehingga peluang terjadinya mutasi akan lebih besar. Mutagen kimia menjadi lebih mudah tersedia, dan lebih baik dibandingkan hasil iradiasi fisik, kelompok bahan kimia yang banyak digunakan adalah alkylating agent sehingga akan dapat memperluas keragaman genetik (Aisyah 2006). Teknik iradiasi berpengaruh terhadap radiosensitivitas tanaman. Umumnya iradiasi diberikan satu kali dengan dosis yang diinginkan secara cepat. Teknik ini dinamakan teknik acute irradiation, yaitu teknik pemberian dosis secara sekaligus dalam satu kali penembakan iradiasi. Selain acute irradiation, juga terdapat teknik chronic irradiation, iradiasi terbagi, dan iradiasi berulang (Aisyah 2006).
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB, Dramaga, Bogor pada bulan November 2014 hingga Maret 2015. Pengamatan laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Perlakuan iradiasi sinar gamma tanaman tomat dilaksanakan di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan ini adalah 40 genotipe tomat yang diberi perlakuan iradiasi sinar gamma dosis 495 Gy (M1) dan 40 genotipe tanpa perlakuan sebagai kontrol (M0). Genotipe tomat yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.
5 Tabel 1 Genotipe-genotipe tomat yang digunakan dalam penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama genotipe tomat Kefaminano 1 Kefaminano 2 Kefaminano 3 Kefaminano 4 Kefaminano 5 Kefaminano 6 Kefaminano 9 Kefaminano 12 Kefaminano 14 Kudamati 1 Kudamati 2 Kudamati 3 Aceh 1 Aceh 2 Aceh 3 Aceh 5 Lombok 1 Lombok 2 Lombok 3 Lombok Meranti 1 Meranti 2 Makassar 3 Makassar 4 Berlian Jember Kali acai Papua Bogor cibanteng Cherry NTT Chung Apel belgia Marmando extra Bajawa NTT Gondol 2 Situbondo gelombang Situbondo bulat kecil Kemir CLN 4046 Tanah datar
Kode lapang Kef 1 Kef 2 Kef 3 Kef 4 Kef 5 Kef 6 Kef 9 Kef 12 Kef 14 K1 K2 K3 A1 A2 A3 A5 Lom 1 Lom 2 Lom 3 Lom 4 Mer 1 Mer 2 Mak 3 Mak 4 Berlian Jember K.acai Papua Bgr Cbt Cherry NTT Chung Apel belgia M. extra Bajawa NTT Gl 2 Stb gl Stb bk Kemir CLN 4046 Tanah datar
6 Bahan lain yang digunakan ialah pupuk dasar Urea 300 kg ha-1, SP-36 500 kg ha-1, KCl 300 kg ha-1, NPK mutiara untuk pupuk kocor 10 g L-1, selain itu digunakan juga insektisida karbofuran 3% 5 kg ha-1. Alat yang digunakan adalah alat-alat pertanian, ajir, plastik, timbangan digital, mulsa hitam perak, meteran, penetrometer, handrefraktometer, jangka sorong, alat tulis, penggaris, dan label.
Metode Percobaan Percobaan dilakukan dengan menanam 40 genotipe tomat M0 dan M1 pada bedengan bermulsa. Setiap bedengan genotipe terdiri atas lima puluh lubang tanam. Jumlah bibit yang akan ditanam disesuaikan dengan jumlah bibit yang hidup sampai menjelang pindah tanam pada M1, dan 20 bibit untuk M0. Percobaan tidak menggunakan rancangan, karena tipe perubahan genetik mutasi terjadi secara acak, dan untuk mengoptimalkan koefisien keragaman genetik M1.
Pelaksanaan Percobaan Persemaian Benih tomat yang telah diberi perlakuan iradiasi sinar gamma dosis 495 Gy dan benih kontrol disemai dalam tray berisi media semai campuran tanah dan pupuk kandang (2:1 v/v). Pemeliharaan rutin meliputi pemupukan daun dan penyiraman. Pemupukan daun menggunakan pupuk daun (2 g L-1), dan aplikasi pupuk cair NPK mutiara (2 g L-1) setiap satu minggu sekali. Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Penyemaian dilaksanakan selama tiga minggu di dalam rumah plastik. Pengolahan lahan Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan gulma, dilanjutkan dengan pembuatan bedengan ukuran 1 m x 15 m sebanyak 40 bedengan dengan jarak lubang tanam 60 cm x 60 cm, ditambah 20 bedengan untuk kontrol. Aplikasi pupuk kandang sebanyak 1 500 kg ha-1 dan pupuk dasar Urea 300 kg ha-1, SP-36 500 kg ha-1, KCl 300 kg ha-1 dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pemasangan mulsa dilakukan satu hari setelah aplikasi pemupukan. Penanaman Bibit dipindah tanam ketika telah berumur tiga minggu setelah semai. Penanaman diawali dengan menyiram bibit tomat hingga terlihat lembap. Lubang tanam dibuat sedalam 8-10 cm dengan tugal. Bibit dilepaskan dari tray diusahakan sistem perakaran tidak terputus juga media tidak pecah. Pemasangan ajir dilakukan saat tanam dengan jarak 5-8 cm dari tanaman dengan sistem tegak, kemudian mengikat bibit tomat pada ajir dengan tali rafia dengan membentuk angka delapan. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyulaman, pewiwilan tunas air, pemupukan, penyiraman, dan pengendalian hama penyakit. Penyulaman dilakukan ketika
7 terdapat tanaman tomat yang mati jika persediaan bibit masih ada pada saat tanaman berumur dua MST. Pewiwilan tunas air dilakukan pada tanaman tomat ketika memasuki fase pertumbuhan generatif, agar pertumbuhan tomat tidak terkonsentrasi pada pertumbuhan vegetatif sehingga dapat memaksimalkan fase pertumbuhan generatif. Pemupukan rutin dilakukan setiap minggu sebanyak 250 ml tanaman-1 larutan NPK mutiara (10 g L-1). Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari apabila tidak turun hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan secara kimiawi sesuai dengan serangan, jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat, menggunakan fungisida mankozeb 80% atau propineb 2 g L-1, serta insektisida profenofos dengan dosis 2 ml L-1. Pemanenan Pemanenan dilakukan setiap satu minggu sekali selama enam kali panen terhadap buah tomat yang sudah matang fisiologis dengan kriteria buah minimal 75% berwarna merah hingga merah total.
Pengamatan Percobaan Pengamatan dilakukan terhadap dua karakter, yaitu karakter kuantitatif dan karakter kualitatif. Pelaksanaan pengamatan mengacu pada Internasional Union for the Protection of New Varieties of Plant (UPOV 2010-2011), dan Florida Tomato Committee (2015). Pengamatan dilakukan terhadap semua tanaman tomat M1, dan lima tanaman contoh pada kontrol. Karakter kuantitatif meliputi: 1. Daya tumbuh tanaman saat dipindahkan ke lapang (persentase) Daya tumbuh tanaman dihitung saat tanaman tomat berumur dua minggu setelah tanam (MST) setelah dilakukan pindah tanam ke lapang. 2. Umur berbunga dan umur panen (HST) Umur berbunga ditentukan setelah 50% populasi tanaman pada setiap genotipe telah berbunga, dan 50% populasi tanaman telah siap dipanen. 3. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang diatas permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi, setelah panen ke-2 dan ke-3. 4. Jumlah cabang utama Jumlah cabang dihitung pada cabang utama yang terletak diatas dikotomus batang. 5. Diameter batang (cm) Diameter batang diukur pada bagian batang terbawah sebelum percabangan utama. 6. Diameter buah (mm) Diameter buah diukur pada bagian tengah buah secara horizontal terhadap tiga sampai lima buah tomat setiap tanaman pada masing-masing genotipe. 7. Panjang buah (mm) Panjang buah diukur pada bagian terpanjang dari buah tomat terhadap tiga sampai lima buah tomat setiap tanaman pada masing-masing genotipe.
8 8. Panjang pedisel (mm) Diukur menggunakan jangka sorong, diukur saat panen ke-2 pada tiga sampai lima buah yang dipilih secara acak untuk setiap genotipe. 9. Bobot panen (g) Bobot panen merupakan jumlah keseluruhan bobot buah yang dipanen setiap tanaman pada masing-masing genotipe. 8. Bobot per buah (g) Bobot buah merupakan bobot masing-masing buah terhadap tiga sampai lima buah tomat setiap tanaman pada masing-masing genotipe. 10. Padatan terlarut total (oBrix) Padatan terlarut total diukur saat panen ke-2 menggunakan handrefraktrometer pada tiga sampai lima buah yang dipilih secara acak untuk setiap genotipe per tanaman. 11. Kekerasan buah (mm 50-1g 5-1 s) Kekerasan buah diukur saat panen ke-2 menggunakan penetrometer pada tiga sampai lima buah yang dipilih secara acak untuk setiap genotipe per tanaman. Pengukuran dilakukan pada tiga titik yaitu ujung, tengah, dan pangkal. Karakter kualitatif meliputi : 1. Arah perbentukan daun: (3) semi-erect, (5) horizontal, (7) semi-drooping, (9) drooping. 3
5
7
9
Gambar 1 Arah perbentukan daun Gambar diadaptasi dari UPOV (2010) 2.
Tipe helai daun: (1) pinnate, (2) bipinnate. 1
2
Gambar 2 Tipe helai daun Gambar diadaptasi dari UPOV (2011)
9 3. Tipe kerutan daun: (1) blistering, (2) creasing. 1
2
Gambar 3 Tipe kerutan daun Gambar diadaptasi dari UPOV (2010) 4. Letak petiole terhadap tulang daun utama: (3) semi-erect, (5) horizontal, (7) semi-drooping.
3 5 7 Gambar 4 Letak petiole terhadap tulang daun utama Gambar diadaptasi dari UPOV (2011)
5.
Tipe susunan bunga di tangkai: (1) uniparous, (2) biparous, (3) triparous. 1
2
3
Gambar 5 Tipe susunan bunga di tangkai Gambar diadaptasi dari UPOV (2010)
10 6.
Tipe pemotongan tangkai bunga: (1) absent, (9) present. 1
9
Gambar 6 Tipe pemotongan tangkai bunga Gambar diadaptasi dari UPOV (2011) 7.
Bentuk buah secara membujur: (1) flattened, (2) oblate, (3) circular, (4) oblong, (5) cylindric, (6) elliptic, (7) cordate, (8) ovate, (9) obovate, (10) pyriform, (11) obcordate.
2
1
7
8.
3
4
5
6
8 9 10 11 Gambar 7 Bentuk buah secara membujur 0 Gambar diadaptasi dari UPOV (2010)
Bentuk buah berdasarkan lekukan atau gelombang: (1) absent, (3) weak, (5) medium, (7) strong, (9) very strong.
1
3
5
7
9
Gambar 8 Bentuk buah berdasarkan lekukan atau gelombang Gambar diadaptasi dari UPOV (2010)
11 9.
Bentuk akhir dari pembungaan atau ujung buah: (1) indented, (2) indented to flat, (3) flat, (4) flat to pointed, (5) pointed.
Gambar 9 Bentuk akhir dari pembungaan atau ujung buah Gambar diadaptasi dari UPOV (2011) 10. Jumlah ruang pada buah: (1) only two, (2) two and three, (3) three and four, (4) four, five, or six, (5) more than six.
2
1
3
5
4
Gambar 10 Jumlah ruang pada buah Gambar diadaptasi dari UPOV (2010) 11. Ukuran bagian tengah buah: (1) very small, (3) small, (5) medium, (7) large, (9) very large.
1
3
5
12
9 7 Gambar 11 Ukuran bagian tengah buah Gambar diadaptasi dari UPOV (2010)
12. Warna buah berdasarkan tingkat kematangan: (1) green, (2) breakers, (3) turning, (4) pink, (5) lightred, (6) red.
Gambar 12 Warna buah berdasaran tingkat kematangan Gambar diadaptasi dari Florida Tomato Committee (2015) 13. Cracking diamati dengan memberikan skor terhadap masing-masing tingkat serangan berdasarkan retakan buah yang terdapat pada tanaman tomat yang diamati. Skor yang diberikan yaitu: (0) tidak mengalami pecah buah (0%); (1) sedikit mengalami pecah buah (<25%); (2) mengalami pecah buah (25% ≤ 50%), (3) mengalami pecah buah agak berat (50%-75%), (4) mengalami pecah buah berat (>75%) (Susila 1995).
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program MINITAB, dan MS Excel2007,meliputi :
13 1. Pendugaan simpangan baku Pendugaan simpangan baku akan dihitung pada populasi tanaman pada setiap genotipe, dengan menggunakan statistik (Walpole 1988) : =
∑
(X − μ) N
Keterangan: = ragam X = nilai tengah genotipe ke-i μ = nilai tengah populasi N = jumlah populasi 2. Pendugaan nilai tengah Pendugaan titik bagi nilai tengah populasi µ adalah statistik ̅ , jadi nilai tengah contoh ̅ akan digunakan sebagai nilai dugaan titik bagi nilai tengah populasi µ (Walpole 1988). Rumus statistik µ: =
f(x)
Keterangan: = nilai tengah populasi = nilai pengamatan f(x) = frekuensi data ke-x 3. Koefisien keragaman genetik. Variasi genetik ditentukan berdasarkan pada koefisien keragaman (KK) (Singh dan Caudhari 1997). Rumus statistik KK : √ = 100% Keterangan: = akar ragam ̅
= rata-rata nilai sifat
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi umum Kondisi iklim curah hujan pada bulan penelitian berada pada kisaran yang sesuai untuk budidaya tanaman tomat. Kisaran curah hujan pada bulan November 2014 hingga Maret 2015 berdasarkan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kecamatan Darmaga, Bogor, yaitu 673.2 - 374 mm bulan-1 (Lampiran 1). Curah hujan tertinggi saat budidaya tanaman tomat berada pada bulan November (673.2 mm bulan-1), sedangkan curah hujan terendah 251 mm
14 bulan-1 pada bulan Januari 2015. Kebutuhan air pada tanaman tomat saat di persemaian membutuhkan air yang banyak, setelah pindah tanam kebutuhan air pada tanaman tomat muda akan menurun, kemudian meningkat saat tanaman akan berbunga, dan mencapai maksimum saat buah tomat mulai matang (Hidayat 1997).Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), suhu optimum tomat 180C dan 240C, sedangkan suhu di lapang 26.3-25.60C (Lampiran 1). Suhu tersebut masih berada pada rentang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Kelembapan udara di lapang 64-85% (Lampiran 1). Persemaian tanaman tomat tumbuh dengan baik (Gambar 13a), namun terdapat genotipe mutasi yang tidak dapat tumbuh yaitu Apel Belgia, sedangkan tanaman M0 genotipe tersebut tetap tumbuh normal . Hal ini diduga karena efek sinar gamma yang mengakibatkan penurunan yang signifikan terhadap tingkat fertilitas tanaman M1 (Aisyah 2006). Penyulaman tidak dapat dilakukan, karena terbatasnya jumlah bibit, sehingga jumlah tanaman antar genotipe tidak sama. Pewiwilan dilakukan pada semua tanaman saat berumur 2 MST hingga menjelang panen.
a
b
Gambar 13 Pertumbuhan tanaman tomat: a. Bibit tomat di persemaian umur 3 MST b. Tanaman tomat umur 2 MST Kondisi pertumbuhan dan perkembangan tomat secara umum memiliki gejala yang sama. Beberapa genotipe mengalami penghambatan pertumbuhan pada umur 4 MST, sehingga menyebabkan kematian. Jumlah genotipe tomat mutasi yang dapat tumbuh dengan baik adalah 20 genotipe dari 40 genotipe yang ditanam. Tanaman tomat juga menunjukkan gejala penyakit layu bakteri, pecah buah.
a
b
Gambar 14 Penyakit yang menyerang tomat: a. Tanaman terserang pecah buah b. Tanaman terserang layu bakteri
15 Pecah buah pada tomat (Gambar 14) diawali dengan adanya gejala pada pangkal buah yang menjadi kuning kecoklatan, lalu membusuk dan rontok. Gejala ini banyak terjadi pada musim hujan saat temperatur dan kelembapan tinggi. Layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, bakteri ini menyerang tanaman tomat di dataran rendah. Gejala serangan yang tampak pada tanaman tomat, terdapat beberapa daun muda pada pucuk tanaman menjadi layu dan daundaun tua sebelah bawah menguning. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman yang bukan merupakan inangnya, dan secara kimiawi dengan menggunakan Streptomisin sulfat 15%, Oksitetra siklin 1.5%, dan Streptomisin sulfat 25% (Cahyono 2008).
Sifat Kualitatif Sifat Kualitatif pada Beberapa Karakter Pertumbuhan Sifat kualitatif pertumbuhan yang diamati meliputi arah perbentukan daun, tipe helai daun, tipe kerutan daun, letak petiole, tipe susunan bunga, dan tipe tangkai bunga. Karakter pertumbuhan diamati pada tanaman M1 dan tanaman kontrol atau tanpa perlakuan iradiasi sinar gamma 0 Gy (M0). Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya perubahan karakter-karakter tersebut pada tanaman M1. Seluruh genotipe tomat M1 memiliki karakter arah perbentukan daun yang sama dengan tetuanya (M0) yaitu semi-erect, dimana arah daun menuju keatas. Tanaman M1 dan M0 memiliki karakter kerutan daun yang sama yaitu creasing. Pembagian helai daun pada sebelas genotipe M1 memiliki bentuk bipinnate, sedangkan sembilan genotipe lainnya memiliki bentuk helai daun pinnate (Tabel 2). Karakter pembagian helai daun pada tanaman M1 umumnya sama dengan tipe pada M0 kecuali genotipe Kefaminano 6 dan Kefaminano 4 memiliki bentuk bipinnate, pada genotipe Lombok 4 memiliki bentuk pinnate. Genotipe Kefaminano 6 dan Kefaminano 4 M1 memiliki bentuk pinnate, sedangkan genotipe Lombok 4 memiliki tipe helai daun bipinnate. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ratnasari (2007) bahwa penginduksian sinar gamma menghasilkan keragaman bentuk daun pada tanaman melati (Jasmimum spp). Hasil yang sama pada penelitian Purwati (2009) munculnya keragaman bentuk daun tanaman Artemisia (Artemisia annua L) hasil penginduksian sinar gamma. Letak petiole M1 memiliki tipe semi erect pada 20 genotipe. Keragaman tipe susunan bunga terdapat 3 genotipe memiliki susunan biparous atau susunan bunga ganda dan 17 genotipe memiliki susunan bunga uniporous atau susunan bunga tunggal. Tipe tangkai bunga juga terdapat perbedaan, yaitu terdapat 1 genotipe memiliki tipe tangkai bunga tanpa lapisan absisi atau absent, sedangkan 19 genotipe memiliki lapisan absisi pada tangkai bunga (Tabel 3). Perubahan juga muncul pada karakter letak petiole dimana pada M0 genotipe Kefaminano 6 dan Kefaminano 4 memiliki arah horizontal, sedangkan pada M1 memiliki letak petiole semi-erect. Tanaman M0 genotipe Situbondo GL dan Kefaminano 4 memiliki tipe susunan bunga uniparous dan biparous, sedangkan pada tanaman M1 terjadi perubahan tipe susunan bunga dimana genotipe Situbondo GL memiliki bentuk biparous, dan genotipe Kefaminano 4 memiliki tipe susunan bunga uniparous. Tipe tangkai bunga pada tanaman kontrol dan M1 tidak terdapat perbedaan.
16 Tabel 2 Keragaan karakter arah perbentukan daun, tipe helai daun, dan tipe kerutan daun genotipe M1 dan M0 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
Arah perbentukan daun M1 M0 Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect
Tipe helai daun M1 M0 Bipinnate Bipinnate Pinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Pinnate Pinnate Bipinnate Bipinnate Pinnate Pinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Pinnate Pinnate Bipinnate Bipinnate Bipinnate Pinnate Bipinnate Bipinnate Pinnate Bipinnate Pinnate Pinnate
Tipe kerutan daun M1 M0 Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing Creasing
Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect
Pinnate Bipinnate Pinnate Pinnate
Creasing Creasing Creasing Creasing
Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect
Pinnate Bipinnate Pinnate Pinnate
Creasing Creasing Creasing Creasing
Tabel 3 Keragaan karakter letak petiole, tipe susunan bunga, dan tipe tangkai bunga genotipe M1 dan M0 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
Letak petiole M1 M0 Semi-erect Semi-erect Semi-erect Horizontal Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect Horizontal Semi-erect Semi-erect
Tipe susunan bunga M1 M0 Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Biparous Biparous Biparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Uniparous Biparous Uniparous Uniparous
Tipe tangkai bunga M1 M0 Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Present Absent Absent Present Present Present Present Present Present
Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect
Biparous Uniparous Uniparous Uniparous
Present Present Present Present
Semi-erect Semi-erect Semi-erect Semi-erect
Biparous Uniparous Uniparous Uniparous
Present Present Present Present
17 Sifat Kualitatif pada Karakter Hasil Sifat kualitatif pasca panen yang diamati meliputi bentuk buah, ribbing, bentuk ujung buah, jumlah lokus, diameter lokus, warna tengah buah, dan cracking. Secara umum pada M1 keseluruhan genotipe memiliki karakter kualitatif yang berbeda-beda (Tabel 4). Genotipe tomat M1 Kudamati 1, Aceh 1, Aceh 5, Situbondo GL, Makassar 3, Lombok 3, Lombok 4, dan Kudamati 2 memiliki bentuk buah pipih. Genotipe Kefaminano 6, dan Tanah Datar memiliki bentuk buah elips, sedangkan genotipe Lombok 1, Kemir, Chung, Jember, Situbondo BK, Bogor Cibanteng, dan Berlian memiliki bentuk buah bulat. Bentuk buah genotipe CLN 4046 cordate, sedangkan Kefaminano 4 memiliki bentuk buah ovate (Gambar 15). A
B
D
C
E
Gambar 15 Keragaan bentuk buah: A. Bogor Cibanteng (Bulat), B. Kefaminano 4 (Ovate), C. Kefaminano 6 (Elips), D. Kudamati 1 (Pipih), E. CLN 4046 (Cordate)
Variasi juga terdapat pada karakter ribbing tomat M1, dimana 1 genotipe memiliki lekukan sangat kuat, 7 genotipe kuat, 1 genotipe lemah, dan 11 genotipe tidak ada lekukan. Terdapat keragaman pada karakter bentuk ujung buah yaitu terdapat 2 genotipe yang memiliki ujung buah melekuk, 6 genotipe melekuk agak datar, 7 genotipe datar, 3 genotipe datar meruncing, dan 2 genotipe memiliki ujung buah meruncing (Tabel 4).
18 Tabel 4 Keragaan karakter bentuk buah, ribbing, bentuk ujung buah, dan jumlah lokus pada 20 genotipe M1 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
Bentuk buah Pipih Elips Pipih Bulat Pipih Bulat Bulat Bulat Pipih Pipih Bulat Pipih Pipih Cordate Ovate Bulat Pipih Pipih Bulat Elips
Ribbing Kuat Tidak ada Kuat Tidak ada Kuat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kuat Kuat Tidak ada Sangat kuat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kuat Kuat Lemah Tidak ada
Karakter Bentuk ujung buah Melekuk agak datar Datar Melekuk Meruncing Melekuk agak datar Datar Datar Datar meruncing Meruncing agak datar Melekuk agak data Datar Melekuk agak datar Datar Meruncing Datar meruncing Datar Melekuk agak datar Melekuk Datar Datar meruncing
Jumlah lokus >6 3 dan 4 >6 2 >6 2 dan 3 2 2 >6 >6 3 dan 4 >6 2 dan 3 2 dan 3 2 2 >6 >6 3 dan 4 2
Tabel 5 Keragaan karakter diameter lokus, warna buah, dan cracking pada 20 genotipe M1 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
Diameter lokus Sedang Kecil Kecil Sangat kecil Sedang Kecil Sangat kecil Kecil Sedang Besar Kecil Sedang Sedang Kecil Sangat kecil Kecil Sedang Sedang Besar Kecil
Karakter Warna buah Cracking Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Sedikit mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah muda Sedikit mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Sedikit mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Sedikit mengalami pecah buah Turning Tidak mengalami pecah buah Merah muda Tidak mengalami pecah buah Merah cerah Sedikit mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Sedikit mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah muda Tidak mengalami pecah buah
19 Keragaman jumlah lokus pada tanaman M1 terdapat 6 genotipe memiliki dua jumlah lokus, 3 genotipe dua dan tiga lokus, 3 genotipe tiga dan empat lokus, 8 genotipe lebih dari enam lokus. Karakter diameter lokus juga terdapat keragaman yaitu 3 genotipe memiliki diameter sangat kecil, 8 genotipe kecil, 7 genotipe sedang, dan 2 genotipe memiliki diameter besar. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa karakter warna buah didominasi dengan warna buah merah, dan warna cerah. Terdapat 10 genotipe memiliki warna buah merah, 6 genotipe merah cerah, 3 genotipe merah muda, dan 1 genotipe memiliki warna turning. Karakter cracking diamati untuk melihat ketahanan terhadap gejala pecah buah, terdapat 14 genotipe sangat tahan, dan 6 genotipe tahan terhadap pecah buah. Keragaman karakter kualitatif pasca panen pada tanaman tomat sejalan dengan penelitian Gumelar (2014) yaitu terdapat keragaman dalam karakter bentuk buah, irisan melintang, depresi ujung tangkai, bentuk ujung buah, jumlah rongga buah, dan bahu hijau buah pada lima genotipe tomat. Secara umum terdapat keragaman karakter kualitatif pasca panen pada M0 dan perbedaan karakter dengan tanaman M1 (Tabel 6). Karakter bentuk buah pada tanaman kontrol genotipe Gondol 2 memiliki bentuk agak pipih, Lombok 1 cordate, sedangkan pada M1 genotipe Gondol 2 memiliki bentuk buah pipih, dan genotipe Lombok 1 bentuk bulat. Tabel 6 Keragaan karakter bentuk buah, ribbing, bentuk ujung buah, dan jumlah lokus pada 20 genotipe M0 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
Bentuk buah Pipih Elips Pipih Cordate Pipih Bulat Bulat Bulat Pipih Pipih Bulat Pipih Pipih Cordate Bentuk telur Bulat Pipih Agak pipih Bulat Elips
Ribbing Sangat kuat Tidak ada Sangat kuat Tidak ada Kuat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sangat kuat Sangat kuat Tidak ada Sangat kuat Kuat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Kuat Kuat Lemah Tidak ada
Karakter Bentuk ujung buah Melekuk agak datar Datar Melekuk agak datar Meruncing Melekuk agak datar Datar Datar Datar meruncing Melekuk agak datar Melekuk agak datar Datar Melekuk agak datar Melekuk agak datar Meruncing Datar meruncing Melekuk agak datar Melekuk agak datar Melekuk agak datar Melekuk agak datar Datar meruncing
Jumlah lokus >6 2 >6 2 >6 4, 5, 6 2 2 >6 >6 3 dan 4 >6 >6 2 2 2 >6 >6 4, 5, 6 2
Perubahan juga terjadi pada karakter ribbing yaitu tanaman M0 genotipe Kudamati 1, Aceh 1, Situbondo GL, Makassar 3 memiliki ribbing sangat kuat, pada genotipe Lombok 4 ribbing kuat. Genotipe Kudamati 1, Aceh 1, Situbondo GL, Makassar 3 pada tanaman M1 memiliki ribbing kuat, sedangkan Lombok 4 tidak terdapat ribbing (Gambar 16).
20
A
B
C
D
E
Gambar 16 Keragaan ribbing buah: A. Tanpa ribbing, B. Lemah, C. Medium D. Kuat, E. Sangat kuat Perubahan juga terjadi pada karakter bentuk ujung buah genotipe Aceh 1, Lombok 4, Bogor Cibanteng, Berlian, Gondol 2 memiliki bentuk ujung buah melekuk agak datar pada tanaman kontrol. Tanaman M1 genotipe Aceh 1, dan Gondol 2 memiliki bentuk melekuk, sedangkan genotipe Lombok 4, Bogor Cibanteng, dan Berlian memiliki bentuk ujung buah datar. Karakter jumlah lokus tanaman kontrol genotipe Kefaminano 6, CLN 4046 memiliki dua rongga lokus, pada genotipe Kemir, dan Berlian memiliki empat, lima, dan enam rongga lokus, sedangkan genotipe Lombok 4 lebih dari enam rongga lokus. Tanaman M1 genotipe Kemir, Lombok 4, dan CLN 4046 memiliki dua dan tiga rongga lokus, sedangkan pada genotipe Kefaminano 6, dan Berlian tiga, dan empat rongga lokus. Tabel 7 Keragaan karakter diameter lokus, warna buah, dan cracking pada 20 genotipe M0 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
Diameter lokus Sedang Kecil Besar Kecil Sedang Kecil Sangat kecil Kecil Besar Besar Kecil Sedang Sedang Kecil Sangat kecil Kecil Sedang Sedang Sangat besar Kecil
Karakter Warna buah Cracking Merah Tidak mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah muda Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah cerah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Turning Tidak mengalami pecah buah Merah muda Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah Tidak mengalami pecah buah Merah muda Tidak mengalami pecah buah Merah muda Tidak mengalami pecah buah
21
A
B
C
Gambar 17 Keragaan jumlah lokus buah: A. Lebih dari enam, B. Dua dan tiga, C. Tiga dan empat Tanaman M0 genotipe Kudamati 1, Aceh 1, dan Bogor Cibanteng memiliki warna buah merah, genotipe Kefaminano 6, dan Kemir merah cerah, sedangkan Lombok 1 dan Berlian merah muda. Perubahan warna M1 pada genotipe Kudamati 1, Aceh 1, Bogor Cibanteng, dan Lombok 1 memiliki warna merah cerah, genotipe Kefaminano 6 dan Berlian merah, sedangkan genotipe Kemir memiliki warna buah merah muda. Karakter cracking atau retakan buah pada M0 memiliki karakter tidak mengalami pecah buah pada 20 genotipe, sedangkan tanaman M1 pada genotipe Kefaminano 6, Kemir, Situbondo GL, Lombok 4, Bogor Cibanteng, dan Gondol 2 memiliki karakter sedikit mengalami pecah buah, dimana retakan buah terjadi kurang dari 25% (Gambar 18).
A B C Gambar 18 Cracking pada buah: A. Tidak mengalami pecah buah (0%), B. Sedikit mengalami pecah buah (<25%), C. Mengalami pecah buah (25% ≤ 50%)
Sifat Kuantitatif Daya Tumbuh Jumlah bibit M1 yang tumbuh dalam persemaian berbeda pada setiap genotipe. Beberapa genotipe memiliki jumlah bibit sedikit saat pindah tanam yang tidak terlalu banyak, sehingga jumlah tanaman hidup setelah berumur 2 MST cukup rendah (Tabel 8). Tanaman M1 genotipe Lombok 3, Kudamati 2, dan Gondol 2 memiliki persentase daya tumbuh tanaman tertinggi (100%), sedangkan pada tanaman
22 kontrol persentase tanaman hidup genotipe Kudamati 2 rendah yaitu 45%. Tanaman M0 genotipe Aceh 1, Situbondo BK, dan Gondol 2 memiliki persentase tanaman hidup tertinggi (100%), dan persentase terendah genotipe Tanah Datar (10%), dikarenakan jumlah tanaman hidup pada Tanah Datar hanya terdapat dua tanaman. Secara umum persentase daya tumbuh di lapang lebih tinggi pada M1 dibandingkn M0, karena jumlah bibit yang ditanaman lebih banyak pada M1, sehingga persentase tumbuhnya lebih besar. Tabel 8 Persentase tanaman hidup setelah aklimatisasi tanaman M1 dan M0 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
M1 M0 Daya Persentase Daya Persentase Transplanting Transplanting Tumbuh (%) Tumbuh (%) 37 34 91.80 20 17 85 50 38 76.00 20 19 95 50 47 94.00 20 20 100 50 47 94.00 20 17 85 30 26 86.60 20 14 70 16 15 93.75 20 17 85 29 25 86.00 20 8 40 38 29 76.32 20 14 70 50 41 82.00 20 18 90 29 28 96.55 20 16 80 38 32 84.00 20 20 100 49 49 100.00 20 18 90 50 46 92.00 20 17 85 19 17 89.47 20 17 85 50 47 94.00 20 15 75 19 15 78.90 20 18 90 37 37 100.00 20 9 45 50 50 100.00 20 20 100 26 25 96.00 20 7 35 42 28 66.67 20 2 10
Umur Berbunga Penentuan umur berbunga sangat penting karena merupakan bagian dari karakter seleksi (Purwati 2009). Umur berbunga tanaman tomat berkisar pada 2628 HST (Gumelar 2014), sedangkan umur panen tomat dari tanam hingga berkisar 50-65 HST (Jones 2008). Penentuan umur berbunga dilakukan saat tanaman telah berbunga 50% pada setiap genotipe, sedangkan penentuan umur panen dilakukan saat 50% populasi tanaman telah siap dipanen. Secara umum tanaman M1 memiliki umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat dibandingkan M0. Berdasarkan data pengamatan umur berbunga tanaman M1 berkisar pada 20-28 HST, sedangkan M0 27-32 HST. Umur panen pada M1 berkisar 46-51 HST, dan M0 52-57 HST. Terdapat 12 genotipe M1 yang memiliki umur genjah dibandingkan tanaman kontrol yaitu genotipe Kudamati 1, Kefaminano 6, Aceh 1, Lombok 1, Kemir, Chung, Situbondo BK, Lombok 3, Lombok 4, CLN 4046, Bogor Cibanteng, dan Tanah datar. Berdasarkan penelitian Hartati (2000) tanaman tomat D0 memiliki umur berbunga 18 hari, sedangkan D4 25 hari. Hal ini disebabkan pengaruh radiasi yang akan mempengaruhi sintesis auksin, yang akan berpengaruh pada pembelahan sel ( Davies 1968).
23 Tabel 9 Umur berbunga dan umur panen M1 dan M0 Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
M1 Umur berbunga Umur panen (HST) (HST) 28 46 28 51 20 51 20 51 21 53 25 46 28 46 20 53 20 58 28 58 20 53 20 46 28 46 21 51 24 58 20 51 20 58 20 58 21 58 22 46
M0 Umur berbunga Umur panen (HST) (HST) 32 52 27 57 32 52 32 52 32 52 32 52 27 50 32 52 27 57 27 57 27 57 27 57 32 52 32 52 27 57 32 52 32 52 27 57 27 50 27 52
Tinggi Tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setelah masa panen tomat kedua dan ketiga, hal ini dikarenakan karakter tersebut telah mencapai maksimum. Perbedaan karakter kuantitatif dilihat pada nilai tengah ( ̅ ), simpangan baku ( ), dan koefisien keragaman (KK) yang dihitung pada tanaman kontrol, dan M1. Nilai tengah tertinggi M1 terdapat pada genotipe Gondol 2 (145.72 cm) dan terendah pada genotipe Chung (45.92 cm) (Tabel 10). Keragaman tertinggi pada genotipe Jember (48.11%), dan terendah pada genotipe Tanah Datar (7.64%). Dosis 0 Gy atau tanaman kontrol nilai tengah tertinggi tinggi tanaman pada genotipe Makassar 3 (130.82 cm), dan terendah genotipe Kemir (59.00 cm). Keragaman tertinggi terdapat pada genotipe Kemir (37.45%) , dan terendah genotipe CLN 4046 (3.10%). Nilai koefisien keragaman pada tanaman M1 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol. Hasil ini sesuai dengan penelitian Fauziah (2015) bahwa perlakuan dosis 40 Gy terhadap tabat barito (F. deltoidea Jack) menghasilkan keragaman tertinggi dibandingkan dosis 0 Gy. Hal ini sesuai dengan tujuan pemuliaan dimana keragaman genetik merupakan salah satu syarat dasar untuk dilakukannya seleksi ( Hiremath et al. 2011).
24 Tabel 10 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman tinggi tanaman Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 (cm)
111.75 ± 21.32 63.38 ± 12.08 77.13 ± 28.05 88.57 ± 15.04 71.38 ± 14.32 63.86 ± 15.15 45.92 ± 11.65 64.00 ± 46.67 120.65 ± 26.30 127.43 ± 15.65 60.00 ± 5.66 126.31 ± 17.24 108.26 ± 26.35 74.83 ± 14.20 74.07 ± 18.54 60.14 ± 15.25 77.21 ± 31.10 145.72 ± 35.55 57.21 ± 5.13 84.50 ± 6.45
KK (%) 19.08 17.66 36.37 16.99 20.07 23.72 25.37 48.11 21.80 12.28 9.43 13.65 24.34 18.97 25.03 25.35 40.28 24.39 8.97 7.64
̅ ±
M0 (cm)
113.86 ± 14.68 72.13 ± 8.01 126.00 ± 22.63 74.50 ± 12.04 106.00 ± 14.86 59.00 ± 12.94 71.33 ± 11.15 80.50 ± 4.04 119.29 ± 13.96 130.82 ± 13.27 64.00 ± 6.08 113.50 ± 14.85 119.00 ± 24.88 68.50 ± 2.12 65.20 ± 11.12 78.33 ± 12.66 72.20 ± 9.04 105.54 ± 14.30 66.50 ± 3.54 113.50 ± 6.36
KK (%) 12.89 11.10 17.96 16.16 14.02 21.94 15.63 5.02 11.70 10.14 9.50 13.08 20.91 3.10 17.06 16.16 12.52 13.55 5.32 5.61
Diameter Batang Nilai tengah tertinggi diameter batang M1 pada genotipe Gondol 2 (3.56 cm), dan terendah genotipe Berlian (0.64 cm) (Tabel 11). Nilai tengah tertinggi M0 terdapat pada genotipe Kudamati 1 (0.92 cm), sedangkan terendah genotipe Lombok 1 (0.50 cm). Keragaman tertinggi M1 terdapat pada genotipe Jember (35.36%), dan terendah Gondol 2 (13.71%). Keragaman tertinggi tanaman kontrol genotipe Jember (41.94%), sedangkan terendah terdapat pada genotipe Makassar 3 (6.38%). Genotipe Jember pada tanaman kontrol terdapat dua tanaman contoh, dan memiliki selisih diameter batang yang tinggi sehingga mengakibatkan nilai koefisien keragamannya lebih tinggi dibandingkan M1. Jumlah Cabang Utama Pengamatan jumlah cabang utama dilakukan pada saat pertumbuhan vegetatif telah mencapai maksimum. Nilai tengah tertinggi M1 terdapat pada genotipe Lombok 3 (2.25), dan terendah terdapat pada genotipe Kemir (1.14). Keragaman tertinggi pada genotipe Jember (47.14%), dan terendah genotipe Kefaminano 6 (17.87%) (Tabel 12). Jumlah cabang utama pada tanaman kontrol memiliki nilai tengah tertinggi pada genotipe Kudamati 1 (2.07), dan terendah pada genotipe Tanah Datar, Kefaminano 6, Lombok 1, Situbondo BK, Lombok 4, dan Kefaminano 4 (1.00). Keragaman tertinggi terdapat pada genotipe Jember (57.74%), sedangkan terendah terdapat pada 15 genotipe (0.00%), dimana genotipe tersebut telah memiliki jumlah cabang utama yang seragam. Koefisien keragaman genotipe
25 Jember tanaman kontrol (57.74%), lebih besar dibandingkan M1 (47.15%). Hal ini disebabkan hanya terdapat dua tanaman pada tanaman kontrol, dimana masingmasing tanaman memiliki satu dan dua cabang utama, sehingga nilai koefisien keragaman yang besar. Secara umum, jumlah cabang utama pada tanaman M0 lebih tinggi dibandingkan M1. Hartati (2000) menyatakan jumlah cabang tertinggi pada perlakuan D0 yaitu 17.54, terendah dicapai perlakuan D4 13.26. Hal ini disebabkan radiasi yang tinggi dapat menyebabkan enzim yang merangsang pertunasan menjadi aktif, sehingga pertumbuhan terhambat yang berhubungan dengan jumlah cabang tanaman (Prayitno dan Nastiti 1979). Diameter Buah Kudamati 1 pada M1 memiliki diameter buah tertinggi yaitu 37.96 mm, sedangkan Chung memiliki diameter terendah yaitu 15.86 mm. Nilai koefisien keragaman tertinggi terdapat pada genotipe Makassar 3 (29.98%), dan terendah Tanah Datar (13.95%) (Tabel 13). Diameter buah tertinggi pada tanaman kontrol yaitu genotipe Gondol 2 dengan nilai tengah 41.33 mm, sedangkan terendah Chung 18.33 mm. Nilai koefisien keragaman tertinggi Situbondo GL (12.53%), sedangkan keragaman terendah Lombok 1 (2.28%). Koefisien keragaman M1 lebih besar dibandingkan tanaman kontrol pada semua genotipe. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanaman kontrol memiliki keragaman yang sempit dan penampilan yang seragam, sedangkan tanaman M1 memiliki keragaman yang luas dan penampilan yang tidak seragam. Tabel 11 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman diameter batang Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 KK (%) (cm)
1.03 ± 0.22 0.74 ± 0.21 0.79 ± 0.21 0.93 ± 0.21 0.89 ± 0.28 0.81 ± 0.14 0.69 ± 0.11 0.80 ± 0.28 1.04 ± 0.17 1.08 ± 0.16 0.70 ± 0.10 0.96 ± 0.19 3.53 ± 0.73 2.56 ± 0.55 3.15 ± 0.40 0.72 ± 0.25 3.14 ± 0.79 3.56 ± 0.49 0.64 ± 0.19 0.70 ± 0.10
21.80 27.97 26.83 22.31 32.09 17.37 16.68 35.36 15.89 14.32 14.29 19.73 20.60 21.44 12.78 34.57 25.27 13.71 29.81 14.29
̅ ±
M0 (cm)
0.92 ± 0.18 0.80 ± 0.20 0.85 ± 0.21 0.50 ± 0.10 0.90 ± 0.18 0.80 ± 0.10 0.65 ± 0.07 0.60 ± 0.25 0.91 ± 0.24 0.73 ± 0.05 0.73 ± 0.11 0.55 ± 0.07 0.73 ± 0.11 0.90 ± 0.14 0.80 ± 0.14 0.70 ± 0.28 0.78 ± 0.19 0.79 ± 0.08 0.75 ± 0.07 0.75 ± 0.07
KK (%) 19.59 25.00 24.96 20.00 19.70 12.50 10.88 41.94 15.89 6.38 14.63 12.86 14.63 15.71 17.68 40.41 24.66 10.51 9.43 9.43
26 Tabel 12 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman jumlah cabang utama ̅ ±
Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 KK
2.08 ± 0.55 2.09 ± 0.37 1.58 ± 0.70 1.34 ± 0.52 1.56 ± 0.50 1.14 ± 0.31 1.33 ± 0.58 1.50 ± 0.71 1.95 ± 0.50 2.22 ± 0.59 1.50 ± 0.50 2.25 ± 0.48 2.00 ± 0.63 1.33 ± 0.47 1.40 ± 0.49 1.83 ± 0.37 1.71 ± 0.59 1.92 ± 0.44 1.43 ± 0.49 1.75 ± 0.43
26.23 17.87 44.64 38.56 31.75 27.50 43.30 47.14 25.51 26.45 33.33 21.28 31.62 35.36 34.99 20.33 34.36 22.92 34.64 24.74
M0 KK
2.07 ± 0.27 1.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.70 ± 0.21 1.89 ± 0.33 2.00 ± 0.00 1.00 ± 0.58 2.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00 2.00 ± 0.00 1.92 ± 0.28 2.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00
12.90 0.00 0.00 0.00 28.41 17.65 0.00 57.74 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.42 0.00 0.00
Tabel 13 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman diameter buah Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 KK (%) (mm)
37.96 ± 7.02 32.87 ± 5.23 31.61 ± 7.45 28.76 ± 5.32 32.92 ± 7.06 30.40 ± 7.58 15.86 ± 2.75 25.95 ± 4.00 27.75 ± 5.24 30.47 ± 9.13 29.17 ± 6.37 31.29 ± 7.59 28.32 ± 6.82 25.96 ± 4.42 35.10 ± 6.60 30.68 ± 8.12 35.56 ± 5.22 31.56 ± 5.51 30.33 ± 4.47 29.33 ± 4.09
18.48 15.91 23.56 18.51 21.45 24.92 17.35 15.42 18.89 29.98 21.84 24.25 24.07 17.04 18.81 26.48 14.67 17.46 14.74 13.95
̅ ±
M0 (mm)
37.00 ± 1.73 24.50 ± 2.12 37.67 ± 1.53 25.33 ± 0.58 23.67 ± 0.58 33.00 ± 1.73 18.33 ± 0.58 26.33 ± 1.53 39.50 ± 4.95 34.33 ± 1.53 28.33 ± 2.08 41.00 ± 1.73 30.33 ± 1.53 22.67 ± 1.53 27.00 ± 1.73 35.67 ± 1.15 30.33 ± 1.53 41.33 ± 4.62 35.00 ± 2.83 29.67 ± 3.21
KK (%) 4.68 8.66 4.06 2.28 2.44 5.25 3.15 5.80 12.53 4.45 7.35 4.22 5.04 6.74 6.42 3.24 5.04 11.17 8.08 10.84
27 Panjang Pedisel Panjang pedisel diamati pada tiga sampai lima buah tomat pada semua tanaman setiap genotipe. Nilai tengah tertinggi M1 yaitu genotipe Kefaminano 4 dengan nilai 8.67 mm, dan terendah Kemir 4.20 mm. Koefisien keragaman tertinggi pada genotipe Lombok 1 (79.18%), sedangkan terendah genotipe Jember (8.15%). Karakter panjang pedisel juga diamati pada tanaman kontrol. Genotipe Kefaminano 4 memiliki nilai tengah tertinggi yaitu 11.00 mm, dan terendah Kefaminano 6 dengan nilai tengah 5.00 mm. Koefisien keragaman tertinggi Kefaminano 6 (28.28%), sedangkan keragaman terendah Aceh 5 (6.66%). Koefisien keragaman genotipe Kefaminano 6 tanaman kontrol (28.28%), lebih tinggi dibandingkan M1 (21.84%). Hal tersebut diduga pengambilan tanaman contoh pada Kefaminao 6 memiliki panjang pedisel dengan selisih yang besar, sehingga memiliki nilai koefisien keragaman yang tinggi. Tabel 14 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman panjang pedisel Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 (mm)
6.83 ± 1.13 6.70 ± 1.46 6.54 ± 1.50 8.62 ± 6.83 5.94 ± 1.62 4.20 ± 1.61 6.05 ± 1.41 6.33 ± 0.52 6.92 ± 1.31 6.73 ± 1.16 6.17 ± 1.17 7.35 ± 0.86 5.87 ± 1.61 4.94 ± 1.80 8.67 ± 3.01 6.00 ± 1.67 7.78 ± 3.14 7.20 ± 1.07 6.44 ± 1.13 6.00 ± 2.96
KK (%) 16.52 21.84 22.92 79.18 27.26 38.39 23.35 8.15 18.96 17.27 18.96 11.72 19.78 36.36 34.68 27.89 40.31 14.80 17.54 49.30
̅ ±
M0 KK (%) (mm)
9.50 ± 0.71 5.00 ± 1.41 7.67 ± 0.58 8.33 ± 0.58 8.67 ± 0.58 7.33 ± 0.58 6.67 ± 0.58 10.50 ± 0.71 8.33 ± 1.15 7.67 ± 0.58 6.67 ± 0.58 7.50 ± 0.71 7.33 ± 0.58 6.33 ± 0.58 11.00 ± 1.00 7.00 ± 1.00 6.67 ± 0.58 8.00 ± 1.00 7.33 ± 1.15 6.33 ± 0.58
7.94 28.28 7.53 6.93 6.66 7.87 8.66 6.73 13.86 7.53 8.66 9.43 7.87 9.12 9.09 14.29 8.66 12.50 15.75 9.12
Bobot Buah Bobot buah tertinggi M1 terdapat pada genotipe Bogor Cibanteng dengan nillai tengah 21.90 g, dan terendah Chung 2.10 g. Keragaman tertinggi juga terdapat pada genotipe Bogor Cibanteng (63.99%), sedangkan terendah Kudamati 2 (29.05%). Nilai tengah tertinggi tanaman kontrol terdapat pada genotipe Aceh 1 yaitu 30.53 g, dan terendah Chung 3.73 g. Genotipe Kefaminano 4 memiliki koefisien keragaman tertinggi (38.90%), sedangkan terendah genotipe Kudamati 2 (1.32%) (Tabel 15).
28 Koefisien keragaman genotipe Berlian tanaman kontrol (37.03%), lebih tinggi dibandingkan M1 (34.90%). Hal tersebut diduga pengambilan tanaman contoh pada bobot buah yang dilakukan secara acak mengakibatkan bobot buah pada tanaman contoh memiliki selisih yang besar, sehingga nilai koefisien keragaman menjadi tinggi. Panjang Buah Karakter panjang buah dengan nilai tengah tertinggi pada M1 yaitu Kefaminano 6 dengan nilai 38.68 mm, dan terendah Chung 14.58 mm. Tanah Datar memiliki keragaman tertinggi (27.34%), sedangkan Kudamati 2 memiliki keragaman terendah (9.44%). Tanaman kontrol genotipe Kefaminano 4 memiliki panjang buah tertinggi dengan nilai tengah 44.67 mm, dan Kudamati 1 memiliki panjang buah terendah yaitu 15.33 mm. Koefisien keragaman tertinggi terdapat pada genotipe Kefaminano 6 (15.71%), sedangkan Tanah Datar memiliki keragaman terendah (1.57%) (Tabel 16). Koefisien keragaman M1 lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol pada semua genotipe. Hal ini menunjukkan karakter yang diamati pada tanaman kontrol memiliki keragaman yang sempit dan penampilan seragam. Tabel 15 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman bobot buah
Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 (g)
22.11 ± 7.22 25.63 ± 9.55 16.32 ± 8.81 16.05 ± 8.25 20.72 ± 11.24 17.80 ± 10.96 2.10 ± 1.02 19.33 ± 6.09 10.75 ± 3.55 15.05 ± 6.99 15.67 ± 6.74 12.80 ± 6.60 9.55 ± 5.02 10.94 ± 5.30 18.28 ± 7.74 21.90 ± 14.02 21.66 ± 6.29 12.89 ± 5.39 19.08 ± 6.66 18.93 ± 7.39
KK (%) 32.63 37.27 53.97 51.37 54.24 61.59 48.55 31.49 32.99 46.49 43.04 51.56 52.60 48.40 42.36 63.99 29.05 41.80 34.90 39.06
̅ ±
M0 (g)
14.67 ± 1.53 29.00 ± 9.85 30.53 ± 3.15 20.05 ± 7.30 10.31 ± 0.25 24.67 ± 4.04 3.73 ± 0.46 26.19 ± 8.93 8.82 ± 2.81 25.89 ± 10.82 21.16 ± 11.65 24.98 ± 3.74 11.17 ± 3.12 9.82 ± 3.02 18.49 ± 7.19 15.05 ± 4.89 10.74 ± 0.14 21.43 ± 4.28 14.65 ± 5.42 20.41 ± 5.27
KK (%) 10.41 33.96 10.33 36.38 2.40 16.38 12.35 3.40 31.85 41.81 53.80 14.96 27.93 30.73 38.90 32.23 1.32 19.98 37.03 25.82
29 Tabel 16 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman panjang buah
Genotipe Kudamati 1 Kefaminano6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅ ±
M1 (mm)
23.50 ± 4.26 38.68 ± 5.83 27.36 ± 5.53 32.72 ± 7.33 31.97 ± 5.87 29.07 ± 5.19 14.58 ± 2.70 31.87 ± 6.75 22.00 ± 3.98 22.60 ± 3.33 23.17 ± 4.40 19.76 ± 4.75 17.83 ± 3.85 26.72 ± 5.19 27.86 ± 8.31 34.77 ± 8.86 22.17 ± 2.09 20.02 ± 3.35 35.22 ± 3.35 28.33 ± 7.75
KK (%) 18.14 15.08 20.20 22.39 18.37 17.85 18.52 21.19 18.08 14.75 19.00 24.03 21.60 19.43 29.85 25.47 9.44 16.75 9.50 27.34
̅ ±
M0 (mm)
15.33 ± 2.52 22.50 ± 3.54 20.33 ± 1.15 37.00 ± 3.46 25.33 ± 0.58 32.67 ± 2.31 17.00 ± 1.00 27.00 ± 3.61 23.00 ± 2.65 24.00 ± 1.00 30.00 ± 2.00 24.33 ± 1.53 28.33 ± 1.53 33.00 ± 2.65 44.67 ± 6.35 25.33 ± 0.58 26.00 ± 1.73 22.67 ± 1.53 26.00 ± 1.00 36.67 ± 0.58
KK (%) 16.41 15.71 5.68 9.36 2.28 7.07 5.88 13.35 11.50 4.17 6.67 6.28 5.39 8.02 14.22 2.28 6.66 6.74 3.85 1.57
Kekerasan Buah Gumelar (2015) menyatakan semakin rendah nilai kekerasan buah maka buah tersebut semakin keras begitu pula sebaliknya. Genotipe Situbondo GL memiliki nilai tertinggi (87.83 mm 50 g-1 5 s-1) maka genotipe tersebut lunak, sedangkan Lombok 4 memiliki nilai terendah (42.95 mm 50 g-1 5 s-1) maka genotipe tersebut keras. Keragaman tertinggi dimiliki oleh Kefaminano 4 (47.96%), sedangkan terendah Lombok 4 (22.39%). Genotipe Jember pada tanaman kontrol memiliki buah lunak dengan nilai kekerasan buah terendah (37.78 mm 50 g-1 5 s-1), sedangkan Kemir memiliki buah keras dengan nilai kekerasan buah tertinggi (77.78 mm 50 g-1 5 s-1). Nilai koefisien keragaman tertinggi terdapat pada Kemir (29.22%), dan terendah Lombok 1 (11.70%). Koefisien keragaman M1 lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol pada semua genotipe, namun pada genotipe Lombok 3 dan Bogor Cibanteng memiliki nilai koefisien keragaman yang tidak jauh berbeda dari tanaman kontrol (Tabel 17). Hal ini menunjukkan setiap genotipe memiliki respon yang berbeda terhadap iradiasi sinar gamma. Bhatia et.al (2001) menyatakan bahwa pemberian iradiasi sinar gamma terhadap tanaman kacang hijau memiliki respon yang berbeda pada setiap spesies tanaman, tahap perkembangan dan keadaan fisiologis (adanya cekaman biotiok atau abiotik).
30 Tabel 17 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman kekerasan buah ̅ ± (mm 50 g-1 5 s-1)
M1
Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
70.61 ± 30.82 57.24 ± 19.51 58.83 ± 26.08 45.72 ± 15.74 52.47 ± 24.60 79.22 ± 23.35 68.96 ± 23.93 57.83 ± 18.87 87.83 ± 34.22 62.33 ± 25.27 47.06 ± 13.40 84.67 ± 21.21 42.95 ± 9.62 72.85 ± 23.59 40.93 ± 19.63 48.57 ± 12.42 77.81 ± 26.97 73.85 ± 25.34 53.89 ± 18.46 86.52 ± 32.18
̅ ± (mm 50 g-1 5 s-1) M0
KK (%)
43.65 34.07 44.33 34.42 46.88 29.47 34.71 32.64 38.96 40.54 28.47 25.05 22.39 32.37 47.96 25.57 34.67 34.31 34.26 37.19
66.78 42.89 61.00 59.56 51.11 77.78 52.00 37.78 59.78 50.67 53.11 42.50 50.67 39.67 38.33 41.17 46.67 49.33 40.89 65.56
± 13.97 ± 7.99 ± 10.20 ± 6.97 ± 7.66 ± 22.73 ± 8.35 ± 8.64 ± 8.60 ± 7.60 ± 7.49 ± 10.31 ± 6.95 ± 6.46 ± 7.20 ± 9.77 ± 8.67 ± 6.36 ± 6.13 ± 11.18
KK (%)
20.92 18.63 16.72 11.70 14.98 29.22 16.06 22.88 14.39 15.00 14.10 24.26 13.71 16.29 18.79 23.72 18.59 12.90 15.00 17.06
Padatan Terlarut Total Padatan terlarut total dinyatakan dalam satuan oBrix. Nilai padatan terlarut total pada tomat bukan hanya menyatakan kandungan gula, namun juga asam organik, senyawa nitrogen terlarut atau mineral (Suarez et al.2008). Kadar oBrix merupakan salah satu faktor terpenting untuk menentukan kualitas produksi buah, dan merupakan tujuan penting dalam pemuliaan tanaman (Ikeda et al.2013). Genotipe Chung pada tanaman M1 memiliki nilai padatan terlarut total tertinggi dengan nilai 6.89 oBrix, sedangkan terendah Aceh 5 dan Kefaminano 4 memiliki nilai yang sama yaitu 4.76 oBrix. Koefisien keragaman tertinggi terdapat pada Kudamati 1 (94.32%), dan terendah Situbondo BK (1.61%). Karakter padatan terlarut total tertinggi pada tanaman kontrol terdapat pada genotipe Tanah Datar dengan nilai 6.75 oBrix, dan terendah Jember dengan nilai 4.67 oBrix. Nilai koefisien keragaman tertinggi pada genotipe Bogor Cibanteng (10.83%), sedangkan keragaman terendah Situbondo GL, dan Gondol 2 (0.00%) (Tabel 18). Koefisien keragaman M1 lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol pada semua genotipe. Hal ini menunjukkan karakter yang diamati pada tanaman kontrol memiliki keragaman yang sempit dan penampilan seragam. Sa’diyah et al. (2009) menjelaskan bahwa keefektifan seleksi dipengaruhi oleh ketersediaan keragaman dalam populasi yang akan diseleksi.
31 Tabel 18 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman padatan terlarut total
Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅±
M1 o ( Brix)
5.99 ± 5.65 5.30 ± 1.08 5.03 ± 0.88 5.05 ± 1.37 4.76 ± 0.92 5.06 ± 0.65 6.89 ± 1.20 6.17 ± 1.33 5.33 ± 0.54 5.75 ± 1.60 5.07 ± 0.08 5.93 ± 0.52 5.16 ± 0.79 6.06 ± 1.40 4.76 ± 0.55 5.93 ± 1.62 5.64 ± 1.49 5. 09 ± 0.11 7.03 ± 1.04 4.97 ± 0.50
KK (%) 94.32 20.32 17.43 27.05 19.24 12.87 17.43 21.55 10.16 27.91 1.61 8.70 15.32 23.20 11.50 27.37 26.40 2.13 14.72 10.17
̅±
M0 o ( Brix) 5.40 ± 0.17 5.27 ± 0.12 5.40 ± 0.26 4.80 ± 0.17 5.20 ± 0.26 5.23 ± 0.15 5.27 ± 0.23 4.67 ± 0.29 6.20 ± 0.00 5.33 ± 0.15 5.05± 0.07 5.13 ± 0.23 5.17 ± 0.31 5.10 ± 0.20 5.00 ± 0.14 5.33 ± 0.58 5.90 ± 0.20 5.60 ± 0.29 4.83 ± 0.29 6.75 ± 0.07
KK (%) 3.21 2.19 4.90 3.61 5.09 2.92 4.38 6.19 0.00 2.86 1.40 4.50 5.91 3.92 2.83 10.83 3.39 0.00 5.97 1.05
Bobot Panen Karakter bobot panen merupakan komponen produksi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas dari buah tomat. Tanaman tomat dengan perlakuan iradiasi sinar gamma 495, bobot panen tertinggi pada genotipe Aceh 5 dengan nilai tengah 133.00 g, dan terendah Situbondo BK13.42 g. Koefisien keragaman tertinggi terdapat pada Situbondo BK (134.27%), sedangkan keragaman terendah CLN 4046 (48.17%). Berdasarkan pengamatan pada bobot panen, tanaman kontrol dengan bobot tertinggi yaitu Kudamati 1 dengan nilai tengah 185.83 g, dan terendah Berlian dengan nilai tengah 20.49 g. Keragaman tertinggi terdapat pada Kefaminano 4 (102.03%), sedangkan keragaman terendah Aceh 5 (18.50%). Terdapat beberapa genotipe pada tanaman tomat 495 Gy yang memiliki bobot panen lebih tinggi daripada tanaman kontrol antara lain Aceh 5 (133.00 g), Lombok 4 (54.27 g), dan Kefaminano 4 (97.95 g). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dari iradasi sinar gamma dapat meningkatkan bobot panen pada beberapa genotipe. Koefisien keragaman tanaman kontrol genotipe Aceh 1, Kemir, Jember, Situbondo GL, Lombok 4, CLN 4046, Kefaminano 4, Gondol 2, Berlian, dan Tanah Datar lebih tinggi dibandingkan dengan M1. Hal tersebut diduga karena pada tanaman M1 hanya mendapatkan hasil hingga panen ke-2 sampai panen ke4, sedangkan pada tanaman kontrol hingga panen ke-6 sehingga bobot panen tanaman kontrol memiliki keragaman yang lebih tinggi dibandingkan M1.
32 Tabel 19 Nilai tengah, standar deviasi, dan koefisien keragaman bobot panen
Genotipe Kudamati 1 Kefaminano 6 Aceh 1 Lombok1 Aceh 5 Kemir Chung Jember Situbondo GL Makassar3 Situbondo BK Lombok 3 Lombok 4 CLN 4046 Kefaminano 4 Bogor Cibanteng Kudamati 2 Gondol 2 Berlian Tanah Datar
̅±
̅±
M1 KK (%)
(g)
114.45 ± 74.94 118.25 ± 101.43 55.83 ± 33.26 115.65 ± 57.59 133.00 ± 114.04 76.18 ± 61.14 24.15 ± 28.05 81.20 ± 44.00 79.12 ± 46.54 102.97 ± 76.70 13.42 ± 18.02 95.47 ± 89.19 54.27 ± 31.60 30.65 ± 14.77 97.95 ± 57.42 76.31 ± 79.85 126.58 ± 90.09 97.97 ± 63.18 18.02 ± 10.44 31.77 ± 16.27
65.48 85.78 59.57 49.80 85.75 80.26 116.14 54.19 58.83 74.48 134.27 93.42 58.22 48.17 58.62 104.65 71.17 64.49 57.92 51.22
M0 (g)
185.83 ± 86.67 161.41 ± 116.30 68.67 ± 46.77 183.68 ± 65.64 27.15 ± 5.02 151.60 ± 138.63 44.42 ± 28.07 85.74 ± 70.79 160.43 ± 157.75 129.23 ± 73.32 68.17 ± 17.42 138.72 ± 65.88 47.59 ± 28.33 38.31 ± 24.41 63.26 ± 64.55 85.48 ± 81.17 128.36 ± 78.25 126.40 ± 97.55 20.49 ± 13.69 43.83 ± 32.03
KK (%) 46.64 72.06 68.10 35.74 18.50 91.45 63.19 82.56 98.33 56.74 25.56 47.49 59.52 63.73 102.03 94.96 60.96 77.18 66.81 73.08
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan iradiasi pada benih tomat dengan iradiasi sinar gamma 495 Gy menyebabkan adanya keragaman pada keragaan genotipe, baik pada karakter kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat beberapa genotipe M1 yang memiliki keragaan kualitatif tipe helai daun, letak petiole, susunan bunga, tangkai bunga, dan karakter hasil yang berbeda dibandingkan M0 yaitu Kefaminano 6, Kefaminano 4, Situbondo GL, Lombok 4, Lombok 1, Gondol 2, Kudamati 1, Aceh 1, Makassar 3, Bogor Cibanteng, Berlian, CLN 4046, dan Kemir. Berdasarkan bobot panen diperoleh tiga genotipe dengan produksi lebih unggul dibandingkan dengan tanaman kontrol yaitu Aceh 5, Lombok 4, dan Kefaminano 4.
Saran Penelitian tentang tanaman tomat hasil iradiasi perlu dilanjutkan dan dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe yang memiliki karakter lebih unggul dibandingkan dengan tanaman kontrol. Jumlah tanaman contoh yang diamati pada tanaman kontrol sebaiknya diperbanyak, agar data yang didapatkan dapat mewakili setiap genotipe tanaman.
33
DAFTAR PUSTAKA Aisyah SI. 2006. Sitogenetika Tanaman. Sarsidi S, editor. Fakultas Pertanian (ID): Institut Pertanian Bogor. Allard RW. 1995. Pemulian Tanaman. Manna, penerjemah; Mulyani M, editor. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Terjemahan dari: Principle of Plant Breeding. Ed ke-2. Bhatia CR, Maluszynski M, Nichterlein K, Van ZL. 2001. Grain legume cultivars derived from induced mutations, and mutations affecting nodulation. Mutation Breeding Review. 13:1-44. [BPSRI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2013a. Produksi sayuran dan buah-buahan semusim di Indonesia, 1997-2013. Jakarta (ID): BPSRI. [BPSRI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2013b. Luas panen dan produktivitas hortikultura di Indonesia, 2012-2013. Jakarta (ID): BPSRI. Cahyono B. 2008. Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta (ID): Kanisius. Davies CP. 1968. Effect Irradiation on Growth and Yield of Agriculture Crops in Radiation Botany. Britain (GB): Pargamon Press. Fauziah DM. 2015. Induksi mutasi pda tabat barito (Ficus deltoidea Jack) dengan iradiasi sinar gamma [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Florida Tomato Committee. 2015. Maturity and ripening stages for tomato. [Internet]. [diunduh 2015 Jan 12]. Tersedia pada: http//www.Floridatomatocommitte.org. Gumelar RM. 2014. Karakterisasi dan respon pemangkasan air terhadap produksi serta kualitas buah lima genotipe tomat local [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hartati S. 2000. Penampilan genotip tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) hasil mutasi buatan pada kondisi stress air dan kondisi optimal. Agrosains. 2(2000): 35-42. Hidayat A. 1997. Ekologi tanaman tomat. Teknologi Produksi Tomat. Lembang (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Hiremath CP, Nadaf HL, Keerthi CM. 2011. Induced genetic variability and correlation studies for yield and its component traits in ground nut (Arachis hypogaea L.). Electronic Journal of Plant Breeding 2(1) : 135-142. Ikeda H, Hiraga M, Shirasawa K, Nishiyama M, Kanahama K, Kanayama Y.2013. Analysis of a tomato introgression line IL8-3 with increased brix content. Scientia Horticulture. 153(2013):103-108. Jones JB. 2008. Tomato Plant Culture in the Field, Greenhouse, and Home Garden. Second edition. New York (US): CRC Press Taylor and Francis Group Kailaku SI, Dewandari T, Sunarmani. 2007. Potensi likopen dalam tomat untuk kesehatan. Bul Teknologi Pascapanen Pertanian. 3:51. Lingga L. 2010. Cerdas Memilih Sayuran. Nixon MT, editor. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Prayitno P, Nastiti P. 1979. Pengawetan Bawang Merah (Allium cepa L) Untuk Pembibitan Dengan Cara Radiasi. Yogyakarta (ID): UGM Press.
34 [PUSDATIN] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2008. Konsumsi sayuran per kapita, 2006-2008. Jakarta (ID): Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. [PUSDATIN] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Ekspor dan impor komoditi pertanian subsektor hortikultura 2014. Jakarta (ID): Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Purwati. 2007. Evaluasi lapangan keragaman genotipe-genotipe somaklonal Artemisia (Artemisia annua L.) hasil induksi mutan iradiasi sinar gamma [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ratnasari. 2007. Evaluasi keragaman fenotipe melati (Jasmimum spp.) hasil iradiasi berulang sinar gamma [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rubatzky E, Yamaguchi M. 1999. Sayuran Dunia; Prinsip, Produksi, dan Gizi. Herison C, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Value. Ed ke-3. Sa’diyah N, Basoeki TR, Putri AE, Maretha D, Utomo SD. 2009. Korelasi keragaman genetik dan heritabilitas karakter agronomi kacang panjang populasi F3 keturunan persilangan testa hitam x lurik. Jurnal Agrotropika. 14(1): 37-41. Singh RK, Chaundhary BD. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetics Analysis. New Delhi (IND): Kalyani Publishers. Sri W. 2014. Analisis genetik karakter kuantitatif dan pecah buah pada tanaman tomat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suarez MH, Rodriguez EM, Romero CD. 2008. The chemical composition and nutritional value of tomato. Food Chemistry. 106 (2008): 1046-1056. Susila AD. 1995. Studi pecah buah (fruit cracking) dalam rangka peningkatan kualitas buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill. L) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [UPOV] International Union for The Protection Of New Varieties Of Plants. 2010. Description for Tomato (Solanum lycopersicum L). Geneva (UE): UPOV. [UPOV] International Union for The Protection Of New Varieties Of Plants. 2011. Tomato guidelines for conduct of test for distinctness, uniformity, and stability. Geneva (UE): UPOV. Villareal RL. 1980. Tomatoes in The Tropics. Breth SA, editor. Colorado (USA): Westview Press. Wahyudi. 2012. Bertanam Tomat. Jakarta (ID): Agromedia. Walpole RE. 1988. Pengantar Statistika. Bambang S, penerjemah. Jakarta (ID): Introduction to Statistics. Ed ke-3. Yudiwanti. 2006. Sitogenetika Tanaman. Sarsidi S, editor. Fakultas Pertanian (ID): Institut Pertanian Bogor.
35
LAMPIRAN Lampiran 1 Data iklim Dramaga Lokasi Lintang Bujur Elevasi
: Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor : 06o31’LS : 106o44’BT : 201 m
Bulan November 2014 Desember 2014 Januari 2015 Februari 2015 Maret 2015
Suhu rata-rata (oC) 26.3 26.3 25.2 25.0 25.6
Curah hujan (mm bulan-1)
Kelembaban (%) 673.2 64 209.5 45 251.0 87 351.0 88 374.0 85 (BMKG Darmaga Bogor 2015)
36
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Jember, provinsi Jawa Timur pada tanggal 06 November 1993 dari ayah Umar Hasan dan ibu Asiani Hasanah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Jember dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan SNMPTN IPB dan berhasil diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, serta mendapatkan beasiswa Bidik Misi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi TPB tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015, asisten praktikum Dasar Pemuliaan Tanaman tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian tahun 2013 dan 2014 menjabat sebagai sekretaris divisi Budaya, Olahraga, dan Seni, selain itu penulis juga aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa yakni AIESEC dan Gentra Kaheman, serta sebagai panitia pada berbagai acara baik pada tingkat departemen, fakultas, dan IPB. Penulis juga aktif mengikuti berbagai lomba seni. Beberapa prestasi yang diraih antara lain Juara I Tari Tradisional Semarak Bidik Misi tahun 2012, Juara II Tari Kontemporer dan Tradisional IAC IPB tahun 2013. Penulis juga aktif menjadi Master of Ceremony (MC) pada berbagai acara antara lain pada Masa Perkenalan Departemen, dan Leadership Training bersama Billy Boen Departemen Agronomi dan Hortikultura.