J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127 ISSN 1829-5266 (print) ISSN 2301-8550 (online)
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TIPE PICTORIAL RIDDLE DENGAN KONTEN INTEGRASIINTERKONEKSI PADA MATERI SUHU DAN KALOR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Joko Purwanto, Binti Uswatun Hasanah Program Studi Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta * Keperluan korespondensi, email:
[email protected]
Abstract This research intents on knowing: (1) the effectivity of inquiry learning model pictorial riddle type with integration-interconnection content toward critical thinking skill of students on heat and temperature material. (2) the increasing of critical thinking skill of the students who join the lesson using inquiry model pictorial riddle type with integration-interconnection content on heat and temperature material. The research used a quasi experimental with pretest-posttest control group design. The population were the tenth grade students of SMA N 1 Piyungan years 2013/2014. The subject of the study are class XC and XD which chosed by purposive sampling technique. Instrument to examine critical thinking skill of the student was essay questions. Data was collected by test and analyzed using descriptive statistics and normalized gain (N-gain). The results showed that: (1) there is possitive effect between inquiry learning model pictorial riddle type with integration-interconnection content toward critical thinking skill of students on heat and temperature material. (2) the increasing of critical thinking skill of the students who join the lesson with inquiry learning model pictorial riddle type with integration-interconnection content on heat and temperature material is hingher than control class with average posttest score 60,65 and N-Gain 0,316. Keyword: Inquiry, pictorial riddle, integration-interconection, kalor and temperature.
(King, dkk., 1997: 1). Kemampuan
PENDAHULUAN Salah satu kecakapan hidup (life
berpikir
(thinking
skill)
merupakan
skill) yang perlu dikembangkan dalam
kemampuan seseorang yang berperan
proses pendidikan adalah kemampuan
dalam
berpikir
hidupnya di kemudian hari.
(Depdiknas,
2003).
Kemampuan berpikir dibagi menjadi beberapa
bentuk
yaitu:
berpikir
menentukan
keberhasilan
Robert H. Ennis mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir
reflektif, berpikir kreatif, berpikir logis,
reflektif
yang berfokus pada pola
berpikir metakognitif, dan berpikir kritis
pengambilan keputusan tentang apa
118
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
yang harus diyakini dan harus dilakukan
dan
(Hassoubah,
sistematik (Suparno, 2013: 71).
berpikir
2004:87).
kritis
Kemampuan
merupakan
memecahkan
persoalan
secara
modal
Proses inkuiri dapat dilakukan
intelektual yang sangat penting bagi
oleh guru dengan menggunakan model
siswa. Setiap siswa memiliki potensi
Pictorial Riddle dalam pembelajaran.
untuk tumbuh dan berkembang menjadi
Menurut
pemikir
merupakan
yang
sesungguhnya memiliki
kritis
karena
kegiatan
hubungan
berpikir
dengan
pola
Sund,
termasuk
Pictorial
salah ke
satu
dalam
Riddle
tipe
yang
pembelajaran
inkuiri. Pictorial Riddle adalah suatu
pengelolaan diri (self organization)
model
yang ada pada diri orang itu sendiri
mengembangkan aktivitas siswa dalam
(Liliasari, 2001: 55). Pengembangan
diskusi kelompok kecil maupun besar
kemampuan berpikir kritis menjadi
melalui
sangat penting bagi siswa di setiap
disajikan dalam bentuk ilustrasi gambar
jenjang
(Kristianingsih,
pendidikan
agar
mereka
pembelajaran
penyajian
untuk
masalah
dkk.,
yang
2010:
10).
memperoleh hasil belajar yang optimal.
Penerapan model pembelajaran inkuiri
Kemampuan
tipe Pictorial Riddle memiliki beberapa
berpikir
kritis
dapat
dikembangkan dengan membiasakan
langkah
proses inkuri dalam pembelajaran di
dalam
sekolah. Melalui proses inkuiri siswa
melatih
dapat
melalui riddle yang sudah dirancang
menemukan
masalah,
menganalisis dan mencari berbagai solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Model
yang bentuk
menyajikan media
kemampuan
masalah
grafis
untuk
berpikir
kritis
oleh guru. Integrasi-Interkoneksi islam dan sains dalam proses pembelajaran fisika
pembelajaran
inkuiri
merupakan
salah
model
Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga
pembelajaran yang dapat memfasilitasi
untuk membentuk siswa yang cerdas,
kemampuan berpikir kritis (Sutama,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
dkk., 2014: 8). Kindsvatter, Wilen, &
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
Ishler
inkuiri
sesuai dengan amanat UU No 20
pembelajaran
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
dimana guru melibatkan kemampuan
Integrasi-interkoneksi merupakan suatu
berpikir kritis siswa untuk menganalisis
proses penanaman nilai-nilai keislaman
merupakan
menjelaskan
merupakan
model
satu
bahwa
upaya
sadar
Prodi
ke dalam pembelajran umum dan
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
119
sebaliknya ilmu-ilmu umum ke dalam
interkoneksi pada materi suhu dan kalor
kajian-kajian keagamaan dan keislaman
saedangkan
(Pokja Akademik, 2006:12). Dengan
pembelajaran
penanaman
keislaman
pembelajaran yang biasa atau lazim
melalui proses integrasi-interkoneksi
digunakan guru dalam mengajar sehari-
diharapkan siswa tidak hanya berpikir
hari.
apa yang ada dan apa yang terjadi,
menggunakan ujian dengan soal pretest
melainkan juga dapat merenungkan dan
dan posttest dalam bentuk uraian. Soal
memahami bahwa ada sesuatu yang
soal
Maha Besar (Allah SWT) di balik
mengacu
peristiwa kealaman atau fisis yang
kemampuan berpikir kritis. Kriteria
menjadi objek dalam ilmu sains. Hal
efektivitas dalam penelitian ini mengacu
tersebut dapat dilakukan dalam proses
peningkatan hasil belajar (kemampuan
pembelajaran
dengan
berpikir kritis) siswa sebelum dan
mengintegrasikan materi fisika dengan
setelah pembelajaran dengan model
ayat-ayat Al-Qur’an.
inkuiri tipe pictorial riddle dengan
nilai-nilai
fisika
yaitu
pretest
dengan yaitu
pengumpulan
dan
posttest
pada
integrasi
data
disusun
indikator-indikator
interkoneksi
pada
materi suhu dan kalor. Peningkatan
METODE PENELITIAN ini
kontrol
konvensional,
Teknik
konten
Penelitian
kelas
menggunakan
kemampuan
berpikir
siswa
desain eksperimen semu dengan pretest
dihitung
posttest control group desain. Populasi
persamaan gain ternormalisasi (Meltzer,
penelitian ini adalah seluruh kelas X
2002),
SMA
Negeri
1
Piyungan
Bantul
N gain =
Yogyakarta yang berjumlah 5 kelas yang terdiri dari 135 siswa. Teknik
yang seluruh siswanya beragama islam. Sampel yang terpilih adalah kelas X D sebagai kelas eksperimen dan X C sebagai kelas kontrol. Kelas ekperimen diberi treatment berupa pembelajaran dengan model inkuiri tipe pictorial riddle
dengan
konten
integrasi
menggunakan
skor posttest - skor pretest . skor ideal - skor pretest
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yaitu diambil kelas
dengan
kritis
Model inkuiri tipe pictorial riddle dengan konten integrasi interkoneksi diterapkan
pada
sebagai
perlakuan
Treatment
ini
memfasilitasi kritis
kelas
eksperimen (treatment).
bertujuan
kemampuan
siswa.
untuk berpikir
Langkah-langkah
120
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
pembelajaran
inkuiri
tipe
pictorial
riddle, yaitu: 1. Siswa dengan
suatu
riddle
yang
menimbulkan
pertanyaan. Permasalahan tersebut disajikan gambar
permasalahan peristiwa
yang
menimbulkan teka-teki.
menimbulkan pertanyaan di benak siswa. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator berpikir kritis yaitu
Pada awal pembelajaran siswa
memfokuskan
pertanyaan.
dibagi dalam beberapa kelompok
Kemampuan peserta didik dalam
kemudian disajikan sebuah teka-teki
mengidentifikasi atau merumuskan
bergambar
pertanyaan
(pictorial
riddle)
dan
dapat
menggunakan slide di depan kelas.
mengidentifikasi atau merumuskan
pada langkah awal ini bertujuan
kriteria untuk mempertimbangkan
untuk
kemungkinan jawaban.
memancing
mengembangkan berpikir
awal
siswa
untuk
kemampuan mereka
melalui
gambar-gambar yang menimbulkan
3. Siswa
melakukan
pengamatan
berdasarkan riddle bergambar yang mengandung permasalahan.
teka-teki tersebut. Contoh pictorial
Langkah
ketiga
riddle pada konsep kalor disajikan
mengidentifikasi
dalam Gambar 1
secara
setelah
masalah,
berkelompok
pengamatan
siswa
melakukan
terhadap
teka-teki
bergambar yang disajikan. Kegiatan mengamati bertujuan untuk melatih kecermatan dan ketelitian dalam berpikir.
Kemampuan
mengamati
dapat dilatih dengan sifat kritis dalam segala hal. Dalam hal ini siswa dituntut untuk cermat dan Gambar 1 pictorial riddle pada konsep kalor
mengembangkan berpikirnya
2. Siswa
mengidentifikasi
masalah
secara
berkelompok
dari
permasalahan yang diberikan.
untuk
aktif
dalam
melakukan
sehingga
dapat
memecahkan teka-teki tersebut. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator
Pada langkah kedua ini, siswa dituntut
pengamatan
kemampuan
dalam
mengidentifikasi permasalahan dari
berpikir kritis yaitu membuat dan menentukan
hasil
pertimbangan.
Kemampuan peserta didik dalam
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
membuat
dan
pertimbangan
121
menentukan
hasil
antar kelompok dalam diskusi ini
berdasarkan
latar
antara lain adalah sebagi berikut.
teka-teki bergambar yang disajikan,
:”Apakah pemuaian terjadi hanya pada benda padat dan cair? Bagaimana dengan pemuaian gas?” P2 :”Bagaimana caranya kita membedakan antara pengaruh kalor untuk menaikkan suhu dan pengaruh kalor untuk mengubah wujud zat?” P3 :”Apa saja penerapan peristiwa perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari?” Kegiatan ini mendukung salah
siswa melakukan diskusi.Kegiatan
satu indikator berpikir kritis yaitu
ini
mempertimbangkan
belakang
fakta-fakta,
akibat,
penerapan fakta, keseimbangan dan masalah. 4. Siswa
merumuskan
penjelasan
melalui diskusi. Dalam melakukan pengamatan, tiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda-beda.
Untuk
menyatukan
argumen dan pendapat mereka terkait
bertujuan
agar
siswa
dapat
P1
kebenaran
merumuskan penjelasan sementara
sumber. Kemampuan peserta didik
tentang
dalam mempertimbangkan keahlian,
pengertian
atau
definisi
konsep, penjabaran rumus, serta
kemenarikan
penerapan dalam kehidupan sehari-
sumber
hari. Hal ini sesuai dengan salah satu
mempertimbangkan
indikator
penggunaan yang tepat serta mampu
berpikir
mendefinisikan
kritis istilah
yaitu dan
untuk
konflik,
kesesuaian
dan
dapat prosedur
memberikan
alasan.Tiap
mempertimbangkan suatu definisi.
kelompok menyampaikan argumen-
Kemampuan peserta didik dalam
argumen dari hasil diskusi. Kegiatan
membuat
dan
ini termasuk bagian dari analisis
penjelasan
inkuiri. Setelah kegiatan presentasi
bertindak
bentuk
definisi
memberikan
lanjut.
selesai, guru megklarifikasi hasil
5. Siswa melakukan kegiatan analisis inkuiri melalui tanya jawab.
tiap
mempresentasikan
kelompok hasil
inkuiri
tiap
kelompok.
Akhirnya dengan bimbingan guru,
Pada langkah ini, perwakilan dari
analisis
siswa dapat menemukan konsep sendiri melalui proses inkuiri.
diskusi
kelompoknya. Kegiatan dilanjutkan
Materi pembelajaran pada kelas
dengan tanya jawab antar kelompok.
ekperimen, konsep atau materi fisika
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
122
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
diintegrasikan dengan ayat Al-Qur’an
dan angin laut. Ayat tersebut menjadi
yang relevan. Hal ini bertujuan untuk
salah satu bukti tentang kuasa Allah
menanamkan nilai-nilai keagamaan atau
dengan
sifat
melalui
manusia ketika berlayar di lautan lepas
yang
dengan bantuan angin (Shihab, 2002:
ini
373). Allah telah menjelaskan fakta-
adalah perubahan wujud zat akibat
fakta alam berabad-abad sebelum ilmu
pengaruh kalor dengan ayat Al-Qur’an
sains
yaitu QS. An-Nur ayat 43 tentang
satunya adalah konsep angin darat dan
proses terjadinya hujan.
angin laut yang merupakan contoh
religius
pada
siswa
pembelajaran
fisika.
Materi
diintegrasikan
dalam
penelitian
Ayat
tersebut
menampilkan
dapat
pengalaman
mengungkapnya. Salah
menguraikan
penerapan perpindahan kalor secara
tentang kuasa Allah mengatur hujan
konveksi dalam kehidupan sehari-hari.
yang airnya bermula dari laut dan
Dalam hal ini guru mengajak siswa
sungai di darat, kemudian menguap lalu
untuk merenung dan menghayati betapa
turun kembali ke darat (Shihab, 2002:
besar dan agung kekuasaan Allah di
576). Dalam proses terjadinya hujan
dunia ini.
terdapat proses perubahan wujud zat
Berdasarkan penelitian yang telah
akibat pengaruh kalor yaitu proses
dilakukan
penguapan dan pengembunan. Dalam
diketahui bahwa kelas eksperimen dan
hal ini guru mengajak siswa untuk
kelas kontrol berangkat dari kondisi
merasakan betapa agung kekuasaan
awal yang sama. Rata-rata skor pretest
Allah di dunia ini. Segala sesuatu yang
kelas eksperimen adalah 34,96 dan rata-
terjadi di dunia ini seperti fenomena
rata skor pretest kelas kontrol adalah
alam tidak lepas dari kuasa Allah Dzat
34,73. Dari hasil ini secara garis besar
Penguasa dan Penggerak. Begitupun
tampak bahwa kemampuan berpikir
dengan proses terjadinya hujan yang
kritis siswa antara kelas eksperimen dan
dipelajari
kelas kontrol adalah sama sebelum
dengan
konsep
fisika,
sebenarnya telah dijelaskan terlebih dahulu oleh Allah dalam Al-Qur’an yaitu pada QS. An-Nur ayat 43.
dan
hasil
analisis
data
treatment diberikan. Sementara
setelah
diberikan
treatment, rata-rata skor posttest kelas
Materi lain yang diintegrasikan
eksperimen adalah 60,65 dan rata-rata
adalah konsep perpindahan kalor secara
skor posttest kelas kontrol adalah 46,27.
konveksi dengan ayat Al-Qur’an yaitu
Skor rata-rata posttest kelas eksperimen
QS. Yunus ayat 22 tentang angin darat
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
kontrol.
Setelah
treatment
terjadi
123
rendah.
Peningkatan
kemampuan
peningkatan rata-rata dari skor pretest
berpikir kritis kelas eksperimen lebih
ke skor posttest baik pada kelas
tinggi dari kelas kontrol.
eksperimen
kontrol.
Peningkatan kemampuan berpikir
ditunjukkan
kritis dapat dilihat dari pola hasil
dengan skor N-Gain. Rata-rata N-Gain
jawaban yang dikerjakan siswa pada
kelas eksperimen yang diperoleh dari
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
hasil perhitungan sebesar 0,316 yang
Setiap indikator kemampuan berpikir
termasuk dalam kategori sedang dan
kritis
rata-rata N-Gain kelas kontrol yang
peningkatan siswa setelah mengikuti
diperoleh dari hasil perhitungan sebesar
pembelajaran. Hasil analisis disajikan
0,087 yang termasuk dalam kategori
pada Tabel 1.
Peningkatan
maupun
kelas
tersebut
dianalisis
untuk
mengetahui
Tabel 1 Analisis Skor Pretest, Posttest, dan N-Gain Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol
No. Soal 1 2
3
4 5
6 7
8
9 10
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Kelas Eksperimen Skor Pretest Posttest N-Gain
Kelas Kontrol Skor Pretest Posttest N-Gain
Memfokuskan pertanyaan Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Menganalisis argumen
119
175
0,504
141
153
0,151
110
180
0,466
195
203
0,320
8
25
0,050
70
53
-0,063
Mengidentifikasi asumsi-asumsi Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi Menentukan suatu tindakan Membuat dan menentukan hasil pertimbangan Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi Mempertimbangkan kebenaran sumber Bertanya dan menjawab pertanyaan Rata-rata N-Gain
131
152
0,372
79
127
0,340
21
265
0,753
0
55
0,166
62
186
0,738
0
151
0,686
76
32
-0,103
31
18
-0,068
175
190
0,272
165
157
-0,145
3
85
0,239
75
35
-0,156
39
105
0,345
8
66
0,263
0,316
0,087
124
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
Tabel 1 memberikan informasi
pada
penyelesaian
soal
dengan
bahwa siswa telah berhasil melatih
menerapkan aspek berpikir kritis.
kemampuan
selama
Hasil peningkatan rata-rata skor pretest
proses pembelajaran berlangsung. Hal
dan posttest kelas eksperimen dan kelas
itu
kontrol disajikan pada Gambar 2.
terlihat
posttest
berpikir
dari
siswa
kritis
peningkatan sesudah
skor
treatment.
Sebaran
data
skor
pretest,
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
posttest, dan N-Gain kelas eksperimen
siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dan kelas kontrol disajikan dalam
dibandingkan kelas kontrol. Namun,
diagram pencar, Gambar 3. Diagram
pada beberapa indikator terdapat skor
pencar di bawah menunjukkan titik-titik
N-gain yang minus. Hal ini berarti ada
tertentu yang memperlihatkan hubungan
beberapa
yang bermanfaat antara dua variabel.
siswa
yang
mengalami
penurunan kemampuan berpikir kritis
Diagram
setelah
untuk mengetahui apakah dua variabel
treatment.
Pada
kelas
eksperimen, penurunan terjadi pada satu indikator
yaitu
menentukan Sementara
hasil pada
“membuat
dan
pertimbangan”. kelas
kontrol,
pencar
memiliki
hubungan
(Supranto,
2000).
“menganalisis argumen, membuat dan
Skor
mendefinisikan
pertimbangan, istilah
Dua
tidak variabel
posttest dan grafik pretest-n-gain seperti pada Gambar 3.
hasil
atau
manfaat
digambarkan oleh grafik skor pretest-
penurunan terjadi pada 4 indikator yaitu
menentukan
memiliki
pretest
memperlihatkan
kemampuan awal kedua kelas diambil
dan
sebagai variabel bebas yang diwakili
mempertimbangkan suatu definisi, dan
oleh sumbu x. Skor posttest dan nilai n-
mempertimbangkan
kebenaran
gain, diambil sebagai variabel terikat
sumber”. Pola-pola jawaban siswa yang
yang diwakili oleh sumbu y, digunakan
mengikuti pembelajaran menggunakan
untuk mengetahui pengaruh atau akibat
model inkuiri tipe pictorial riddle lebih
dari treatment yang telah diberikan pada
beragam. Pola jawaban siswa mengarah
kedua sampel.
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
70
125
60,65
60 46,27
50 40
34,96
34,73
30 20 10 0 Pretest
Posttest
Pretest
Kelas Eksperimen
Posttest
Kelas Kontrol
Gambar 2 Grafik peningkatan skor pretest dan posttest
Posttest
Posttest
120 100 80 60 40 20 0 0
20
40
60
(a) Kelas eksperimen (b) Kelas kontrol
120 100 80 60 40 20 0
80
0
50 Pretest
0,8
0,8
0,3
0,3
-0,2 0
50
100
-0,7 -1,2
N-gain
N-Gain
Pretest
-0,2 0
20
40
100
60
80
-0,7 -1,2
Pretest
Pretest
Gambar 3 Diagram pencar skor posttest-pretest dan n-gain-pretest. Garis putus-putus menunjukkan rata-rata pretest, posttest, dan n-gain
Gambar 3 memperlihatkan bahwa
Namun
sebaran
data
pada
kelas
ada hubungan yang positif antara skor
eksperimen lebih tinggi kedudukannya
pretest dan posttest. Artinya treatment
dari pada sebaran data kelas kontrol.
yang diberikan pada kedua sampel
Grafik pretest-posttest dan pretest-n-
berpengaruh
gain pada Gambar 3 juga memberikan
kemampuan
positif berpikir
terhadap kritis
siswa.
informasi
bahwa
ada
perbedaan
126
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
penyebaran skor posttest-pretestdan ngain-pretest antara kelas eksperimen
SIMPULAN Berdasarkan
analisis
hasil
dan kelas kontrol. Titik-titik data pada
penelitian dapat ditarik kesimpulan
kelas
sebagai berikut.
eksperimen
lebih
menyebar,
artinya treatment yang diberikan telah
1. Model pembelajaran inkuiri tipe
berhasil melatih kemampuan berpikir
pictorial
kritis
pola
integrasi-interkoneksi efektif untuk
penyebaran yang variatif artinya pola
meningkatkan kemampuan berpikir
berpikir
berkembang.
kritis siswa pada materi suhu dan
kelaskontrol
kalor
pada
kemampuan berpikir kritis siswa.
siswa.
Terlihat
siswa
Penyebaran cenderung
telah
data
pada
mengumpul
dari
suatu
riddle
dengan
berdasarkan
konten
peningkatan
wilayah. Artinya pola berpikir siswa
2. Peningkatkan kemampuan berpikir
kelas kontrol masih terpusat pada materi
kritis siswa kelas eksperimen lebih
dan pola menyelesaikan masalah yang
tinggi
diberikan oleh guru. Rata-rata skor
dengan N-gain kelas eksperimen
posttest kelas eksperimen (60,65) lebih
(0,316) termasuk kategori sedang
tinggi daripada rata-rata skor posttest
dan N-gain
kelas kontrol (46,27). Terlihat juga
termasuk kategori rendah.
dibanding
kelas
kontrol
kelas kontrol (0,087)
bahwa rata-rata n-gain kelas eksperimen (0,316) lebih tinggi dari pada rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
n-gain kelas kontrol (0,087).
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Hassoubah, Zaleha Izhab. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills Cara Berpikir Kreatif & Kritis. Bandung: Nuansa. King, FJ., Goodson, L., Rohani, F. (1997). Higher Order Thinking Skills Definition, Teaching Strategies, Assessment. The Center for Advancement of Learning and Assessment. Tersedia: http://www.cala.fsu.edu/files/high er_order_thinking_skills.pdf
Hal ini
menunjukkan bahwa treatment yang diberikan pada kelas ekperimen berhasil melatih dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran inkuiri tipe pictorial riddle dengan konten
integrasi-interkoneksi
untuk
meningkatkan
berpikir kritis siswa.
efektif
kemampuan
J. Kaunia Vol. X No. 2, Oktober 2014/1435: 117-127
Kristianingsih, D.D., Sukiswo, S.E., Khanafiyah, S. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan AlatAlat Optik di SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 10-13 ISSN: 1693-1246 Januari 2010. Liliasari. (2001). Model Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi Calon Guru sebagai Kecenderungan Baru pada Era Globalisasi.Jurnal Pengajaran MIPA 2 (1). Juni 2001. Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible ‘Hidden Variable’ in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics [online] Tersedia: http://www.physics.iastate.edu/pe r/docs/AJP-Dec-2002-Vol.701259-1268.pdf. Pokja Akademik. (2006). Kerangka Dasar Keilmuan dan Pengembangan Kurikulum Universitas Islam Negeri (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Yogyakarta: Departemen Agama UIN Sunan Kalijaga. Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. Suparno, Paul. (2013). Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik & Menyenangkan. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga. Sutama, I Nyoman., Arnyana, Ida Bagus Putu.. Swasta, Ida Bagus Jelantik.
127
(2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kinerja Ilmiah pada Pelajaran Biologi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 4 Th. 2014)