KARAKTERISASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PURUT DENGAN DISTILASI UAP DAN AKTIVITASNYA TERHADAP Staphylococcus aureus
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH ERIKA ANDRIANI NIM 08.005
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011
KARAKTERISASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PURUT DENGAN DISTILASI UAP DAN AKTIVITASNYA TERHADAP Staphylococcus aureus
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada Akademi Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang Untuk memenuhi salah satu persyratan Dalam menyelesaikan program D3 bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH ERIKA ANDRIANI NIM 08.005
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011
Lembar Persembahan Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahan untuk : Syukurku yang pertama kupersembahkan untuk ALLAH SWT yang telah memberikan karuniakarunia-Nya sehingga aku bisa merasakan keindahan karuniakarunia-Nya. Untuk ayah dan ibuku tercinta yang telah memberikan memberikan kasih sayangnya dan motivasi agar aku bisa selalu semangat, terimakasih atas segala pengorbananya yang tiada akhir. Kepada dosen pembimbing dan para dosen yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Terimakasih untuk adikku dan keluarga keluarga besarku yang selalu memberikan semangat trus agar bisa selalu melangkah maju dan pasti. Untuk seseorang yang udah memberikan aku do’a, semangat, kasih sayang sehingga aku bisa mempunyai arti lagi dalam hidup ini... ini... Untuk temanteman-temanku dijalan Simpang Barito Barito 1 yang selama 3 tahun ini menemani dan membantuQ dalam suka n duka. Pada temanteman-teman khususnya AKAFARMA angkatan 200820082011, serta temanteman-teman AKFAR angkatan 20082008-2011. Terimakasih untuk semuanya atas segala bantuan, do’a dan dukungannya.
ABSTRAK
Andriani, Erika. 2011. Karakterisasi Komponen Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Purut (Citrus histrix D.C) dengan Distilasi Uap dan Aktivitasnya terhadap Staphylococcus aureus. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing Drs. Sentot Joko Rahardjo, S.Si. Kata kunci : minyak atsiri, distilasi uap, antibakteri Minyak atsiri merupakan tanaman aromatik yang tersebar luas di Indonesia. Minyak atsiri banyak digunakan diberbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika, farmasi/obat-obatan, serta industri makanan dan minuman. Salah satu tumbuhan yang mengandung minyak atsiri adalah jeruk purut (Citrus histryx D.C). Jeruk purut merupakan tumbuhan perdu yang dimamfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Selain itu, minyak atsiri kulit buah jeruk purut juga dapat berfugsi sebagai bahan pembuat parfum. kosmetik, antiseptik dan antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hasil penyulingan minyak atsiri kulit buah jeruk purut, mengetahui komponen senyawa dan untuk mengetahui aktivitas senyawa minyak atsiri sebagai antibakteri Staphylococcus aureus pada saat jam ke-2,4,6, dan 8. Pengambilan minyak atsiri kulit buah jeruk purut dilakukan dengan distilasi uap. Waktu yang digunakan selama 8 jam dengan tiap-tiap pengambilan minyak atsiri 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hasil distilasi minyak atsiri ditentukan jumlah rendemennya. kemudian dianalisis komponen senyawa dengan KG-SM dan uji aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Lokasi penelitian dan penyulingan minyak atsiri dengan distilasi uap dilaksanakan di laboratorium Farmakognosi AKAFARMA Putra Indonesia Malang. Analisa senyawa minyak atsiri dengan menggunakan KG-SM dilaksanakan di laboratorium Kimia Universitas Negeri Malang. Uji aktivitas antibakteri dilaksanakan dilaboratorium Mikrobiologi AKAFARMA Putera Indonesia Malang. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni 2011. Sampel jeruk purut diambil dari daerah Tempursari Kecamatan Donomulyo, Malang. Hasil penelitian menunjukkan rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut terbesar pada saat distilasi 6 jam yaitu sebesar 0,3692%. Hasil analisis komponen senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut menggunakan KG-MS terdapat komponen utama yaitu beta-pinen. Hasil daya antibakteri hasil zona bening yang terbesar terdapat pada distilasi 2 jam yaitu 16,25 mm2. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi dari masing-masing senyawa dan isolasi senyawa utama yang diduga berkhasiat sebagai antibakteri dan perlu diakukan uji aktivitas senyawa terhadap mikroba lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ” Karakterisasi Komponen Minyak Atsiri
Kulit Buah Jeruk Purut
dengan Distilasi Uap dan Aktivitasnya terhadap Staphylococcus aureus ” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program akhir D III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan terselesainya penulisan Karya Ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak, yaitu: 1. Bapak Drs. Sentot Raharjo S.Si, selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan dan juga selaku dosen pembimbing 2. Bapak Hendik selaku pembantu Direktur Akademik Akademi Analis Farmasi dan Makanan 3. Sugeng Wijiono,S.Si.,Apt, selaku Dewan Penguji II 4. Bapak Drs. Mukhlis.,Apt, selaku Dewan Penguji III 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan beserta staf. 6. Kedua orang tuaku dan adikku yang memberikan doa dan motifasi. 7. Teman – teman dan semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang telah memberi bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran akan sangat diharapkan. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4
Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
1.5
Asumsi Penelitian ....................................................................... 5
1.6
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .............................. 5
1.7
Definisi Istilah ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kajian Umum Jeruk Purut .......................................................... 7
2.2
Minyak atsiri .............................................................................. 9
2.3
Kromatografi Gas-Spektrometri Massa ....................................... 15
2.4
Bakteri ....................................................................................... 24
2.5
Antibakteri ................................................................................. 27
2.6
Staphylococcus aureus................................................................ 28
2.7
Kerangka teori .......................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 33 3.2 Populasi dan sampel ....................................................................... 34 3.3 Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 34 3.4 Instrumen penelitian....................................................................... 34 3.5 Definisi oprasional variabel............................................................ 35 3.6 Pengumpulan data .......................................................................... 35 3.7 Analisis data .................................................................................. 40 BAB VI HASIL PENELITIAN 4.1
Determinasi tanaman jeruk purut ................................................ 41
4.2
Simplisia yang dibuat dari kulit buah jeruk purut ....................... 41
4.3
Perhitungan rendemen minyak atsiri ........................................... 42
4.4
Komponen senyawa minyak atsiri............................................... 42
4.5
Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri ................................... 46
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. . 48 BAB VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan ............................................................................... 52
6.2
Saran .......................................................................................... 53
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 54 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 55
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Definisi Operasional .................................................................... 35 Tabel 3.2 Perhitungan hasil minyak atsiri kulit buah jeruk purut.................... 40 Tabel 4.1 : Pengamatan rendemen minyak atsiri hasil distilasi ..................... 42 Tabel 4.2: Analisis komponen senyawa minyak atsiri dengan KG-SM .......... 43 Tabel 4. 3 Pengamatan minyak atsiri terhadap zona hambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam mm2 ............................................................... 46
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Determinasi tanaman jeruk purut ................................................ 55 Lampiran 2 Proses pembuatan simplisia........................................................ 56 Lampiran 3 Proses pemngambilan minyak atsiri ........................................... 57 Lampiran 4 Hasil analisis komponen senyawa minyak atsiri ......................... 58 Lampiran 5 Proses uji aktivitas antibakteri .................................................... 82 Lampiran 6 Hasil uji aktivitas antibakteri minyak atsiri ................................. 83
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Minyak atsiri merupakan keanekaragaman/ plasma nutfah tanaman aromatik yang tersebar luas diwilayah Indonesia. Terdapat 160-200 jenis tanaman aromatik yang berpotensi untuk dibuat minyak atsirinya. Dalam dunia perdagangan, terdapat sekitar 80 jenis minyak atsiri yang telah beredar. Oleh karena itu, terdapat peluang dan potensi besar dalam mengembangkan keanekaragaman minyak atsiri Indonesia (Rochim Arwando,2009:5). Minyak atsiri dapat diperoleh dari tanaman seperti terdapat pada bagian batang, daun, rimpang, bunga, biji, buah ataupun dari keseluruhan bagian tumbuhan. Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik banyak dipergunakan diberbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika, farmasi/obat-obatan, serta industri makanan dan minuman. Di Indonesia banyak sekali sumber minyak atsiri yang sudah banyak dikembangkan seperti nilam, serai wangi, kenanga, pala dan lain-lain. Adapun sumber minyak atsiri yang mempunyai potensi dikembangkan misalnya jeruk purut (Citrus hystrix D.C.). Jeruk purut (Citrus hystrix DC.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Minyak atsiri pada jeruk purut yang sering dipergunakan adalah pada bagian daun dan kulit buahnya. Oleh karena itu untuk memanfaatkan potensi kulit jeruk purut
menjadi suatu produk yang bernilai tinggi, yaitu dengan mengambil minyak atsiri sehingga dapat dipergunakan sebagai pengobatan dan bahan pewangi. Komponen kulit buah jeruk purut dalah D-limonena dan β-pinena (Agusta,2000:92) serta terdapat pula kandungan linalool, linaliil dan terpineol. Minyak atsiri jeruk dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, kosmetik, antibakteri dan penambah cita rasa pada makanan. Minyak atsiri jeruk juga bermanfaat bagi kesehatan, yaitu untuk aroma terapi. Aroma jeruk dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit karena minyak atsiri jeruk mengandung senyawa D- limonen yang berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, serta menghambat sel kanker. Kandungan kimia pada kulit buah jeruk purut mengandung saponin, tannin, steroid terpenoid, serta minyak atsiri yang mengandung sitrat. Menurut penelitian Mardyati ,2008, kadar rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut yang dihasilkan adalah 11,3 ml atau 2,13 % dengan waktu distilasi 7 jam dan ukuran rajangan 0,5 cm serta kapasitas bahan 1000 g. Pengambilan minyak atsiri kulit jeruk purut dalam penelitian tersebut menggunakan destilasi uap. Waktu yang digunakan pada destilasi uap penelitian tersebut adalah 7 jam. Pada penelitian sebelumnya minyak atsiri diambil saat 7 jam distilasi uap, jika minyak atsiri tersebut diambil tiap-tiap 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam dan 7 jam tentunya memiliki komponen dan jumlah hasil yang berbeda beda. Adanya perbedaan komponen senyawa minyak atsiri tersebut dapat berpengaruh terhadap daya aktivitasnya. Menurut Suri R , 2000, kulit jeruk purut menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap bakteri gram positif. Salah satu
bakteri gram positif adalah
Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus
aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit manusia. Namun, berdasarkan berbagai penelitian belum diketahui secara pasti hasil rendeman minyak atsiri kulit jeruk purut, komponen senyawa, serta perbedaan zona hambat minyak atsiri terhadap daya aktivitas bakteri Staphylococcus aureus pada tiap – tiap 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.2.1 Berapakah hasil rendemen minyak kulit buah jeruk purut pada saat 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam? 1.2.2 Komponen – komponen senyawa apa saja yang terdapat pada minyak atsiri kulit buah jeruk purut pada saat 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam? 1.2.3 Bagaimana hasil uji aktivitas senyawa pada saat 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam sebagai antibakteri Staphylococcus aureus ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan umum Dapat mengetahui karakterisasi komponen minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan distilasi uap dan aktivitasnya terhadap Staphylococcus aureus
1.3.2 Tujuan khusus Mengetahui diameter daerah hambatan disekitar cakram sebagai zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi mahasiswa Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman baru yang didapat dari pengetahuan teoritis menjadi praktek langsung sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi Diploma (D3) di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang 1.4.2 Bagi institusi Dapat menambah perbendaharaan perpustakaan sebagai informasi yang dapat
digunakan
untuk
menambah
ilmu
pengetahuan
tentang
perkembangan dunia industry dan pemanfaatan bahan dari alam. Serta sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 1.4.3 Bagi masyarakat Dapat meningkatkan potensi tanaman jeruk purut yang diambil minyak atsirinya pada bagian kulitnya sehingga mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
1.5 Asumsi Penelitian Asumsi penelitian ini adalah : 1.5.1 Distilasi uap minyak atsiri kulit buah jeruk purut pada 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam menghasilkan rendemen dan komponen-komponen senyawa yang berbeda-beda 1.5.2 Setelah diperoleh senyawa yang berbeda maka senyawa minyak atsiri tersebut juga memiliki daya aktivitas yang berbeda
pada bakteri
Staphylococcus aureus.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Peneliti Ruang lingkup penelitian ini adalah menggunakan metode penyulingan / distilasi uap ( steam destillation) pada 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam , analisa komponen senyawanya dengan KG-SM, dan uji antibakteri
Staphylococcus
aureus dengan metode difusi. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : a. Kulit buah jeruk purut yang dipakai pada penelitian ini adalah kulit buah jeruk purut kering b. Pengambilan minyak atsirinya pada bagian epicarp (flavedo) dan mesocarp (albedo)
1.7 Definisi Istilah Definisi istilah dalam penelitian ini adalah : 1.7.1 Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifatsifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari varietas yang bersangkutan. 1.7.2 Minyak atsiri merupakan cairan yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, kelarutan dalam pelarut organik dan kelarutan dalam air. 1.7.3 Jeruk purut (Citrus hystrix DC.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. 1.7.4 Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. 1.7.5 Aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar potensi atau
konsentrasi
suatu
senyawa
dapat
memberikan
efek
bagi
mikroorganisme. 1.7.6 Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif dan merupakan bakteri pathogen yang masuk tubuh melalui kulit dan dapat menyebabkan infeksi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Umum Jeruk Purut 2.1.1 Tinjauan umum jeruk purut Jeruk purut atau dalam bahasa latin dikenal sebagai (Citrus hystrix DC.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime, sementara nama lainnya ma kruut (Thailand), krauch soeuch (Kamboja), khi hout (Laos), shouk-pote (Burma), kabuyau, kulubut, kolobot (Filipina), dan truc (Vietnam). Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda, berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya, sehingga penampilannya mudah dikenali (Agusta,2000:92). Tumbuhan jeruk purut berbentuk pohon kecil (perdu). Rantingnya berduri, daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat pelekukan pada bagian tepi, tebal dan permukaannya licin, sedikit berlapis malam. Daun muda dapat berwarna ungu yang kuat, panjang daun 15 cm, lebar 6 cm. Buahnya berbentuk bulat dengan tonjolan-tonjolan dan permukaan kulitnya kasar dan kulit buahnya tebal lebih kurang 3 mm, dan lebar sampai 15 mm (Materia Medika Indonesia,:81). Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji atau dengan pencangkokan.
2.1.2 Klasifikasi tanaman jeruk purut Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
Genus
: Citrus
Spesies
: Citrus hystrix DC
Kerabat dekat dari jeruk purut yaitu Jeruk Sukade, Jeruk Nipis, Jeruk Asam, Jeruk Bali, Jeruk Garut, Jeruk Mandarin, Jeruk Manis, Jeruk Pepaya, Munteh Intalum, Jeruk Tangan, Jeruk Lemo, Jeruk Cina, Jeruk India, Jeruk Kasturi. 2.1.3 Kandungan kimia jeruk purut Karakteristik minyak daunnya terutama didominasi oleh minyak atsiri (-)(S)-citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol dan D-limonena. Kulit buahnya memiliki komponen yang serupa dengan kulit buah jeruk nipis, dengan komponen utama adalah D-limonena dan β-pinena. Pada daun jeruk purut mengandung minyak atsiri (1-1,5%), steroid triterpenoid, dan tannin ( 1,8%), sedangkan pada kulit buah jeruk purut mengandung saponin, tannin (1%), steroid triterpenoid, dan minyak atsiri yang mengandung sitrat 2-2,5 %(Materia Medika Indonesia, :85).
2.1.4 Kegunaan jeruk purut Jeruk purut merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Minyak atsiri jeruk purut dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, kosmetik, antiseptic, antibakteri dan penambah cita rasa pada makanan. Minyak atsiri jeruk juga bermanfaat bagi kesehatan, yaitu untuk aroma terapi. Aroma jeruk dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit karena minyak atsiri jeruk mengandung senyawa D- limonen yang berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, serta menghambat sel kanker. Minyak atsiri jeruk juga mengandung linalool, linalil, dan terpineol yang memiliki fungsi sebagai penenang (sedatif), serta sitronela sebagai penenang dan pengusir nyamuk.
2.2 Minyak Atsiri Minyak atsiri biasa dikenal sebagai minyak eteris, minyak essensial, minyak terbang, minyak aromatik, minyak menguap, merupakan senyawa mudah menguap yang tidak larut dalam air yang berasal dari tanaman dan memiliki bau khas. Minyak atsiri dapat dihasilkan oleh tanaman, baik batang, daun, rimpang, bunga, biji, buah, atau keseluruhan bagian pada tumbuhan. Pada umumnya minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Minyak atsiri dalam tanaman dipercaya sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama). Namun bagi tanaman tertentu, minyak atsiri
dapat menarik serangga, sehingga proses penyerbukan tanaman lebih efektif. Beberapa pengamat berpendapat bahwa minyak atsiri berfungsi sebagai penutup bagian kayu yang terluka atau berfungsi sebagai vernis untuk mencegah penguapan air (cairan sel) yang berlebihan. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa tanaman yang mengandung sejumlah minyak atsiri sebaiknya dihindarkan dari panas, karena panas yang diserap akan membantu menguapkan sejumlah minyak. Oleh karena itu, minyak atsiri dapat pula berfungsi sebagai penghambat penguapan air. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman. Minyak atsiri terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar, dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin. Minyak atsiri dalam industri sering digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan kosmetika, obat, makanan, rokok dan sebagainya. Selain itu minyak atsiri juga digunakan sebagai bahan antiseptik, analgesik, sedatif dan stimulan. Beberapa sifat fisika yang dimiliki minyak atsiri antara lain, tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan dan beberapa jenis ada yang berwarna kemerah-merahan atau biru, menguap pada suhu kamar. Pada umumnya larut dalam etanol, dan pelarut organik lain, kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70%. Daya larut lebih kecil jika minyak mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar. Minyak atsiri nilai bobot jenis berkisar antara 0,6961,188 pada suhu 15ºC. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam sinar atau cahaya yang dipolarisasikan mempunyai sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan atau ke kiri.
Komposisi minyak atsiri ditemukan bahwa minyak tersebut terutama terdiri dari persenyawaan (compound) kimia mudah menguap, termasuk golongan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta turunan hidrokarbon yang telah mengikat oksigen. Beberapa persenyawaan mengandung nitrogen dan belerang. Walaupun minyak atsiri mengandung berbagai macam komponen kimia yang berbeda, namun komponen tersebut dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu: a. Terpen, yang ada hubungan dengan isoprene atau isopentena; b. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang; c. Turunan benzena; d. Bermacam-macam persenyawaan lain. Anggota dari kelompok terakhir ini kurang penting dan kadang-kadang agak spesifik dalam beberapa spesies tanaman dan mengandung persenyawaan kimia yang berbeda dari persenyawaan yang dimiliki oleh ketiga kelompok pertama. 2.2.1 Metode Pengambilan Minyak Atsiri Cara memperoleh minyak atsiri dapat dilakukan dengan empat metode, yaitu penyulingan, pengepresan, enfleurasi, dan ekstraksi. 2.2.1.1 Metode Penyulingan Minyak atsiri atsiri adalah minyak yang bersifat mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap, denga komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi oleh suhu, pada umumnya tekanan uap ini sangat rendah untuk persenyawaan yang memiliki titik didih sangat tinggi.
Selanjutnya intensitas suatu bau merupakan manifestasi dari sifat mudah menguap persenyawaan yang menghasilkan bau harum yang dihasilkan tersebut. Penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing zat tersebut. Proses penyulingan minyak atsiri dengan menggunakan metode penyulingan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Penyulingan dengan Air Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap berlingkar terbuka atau berlubang. Ciri kahas metode ini adalah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisi kering yang tidak rusak dengan pendidihan. Keuntungan dari metode ini adalah alatnya sederhana, mudah diperoleh, mudah dilakukan. Kerugiannya adalah tidak semua bahan dapat dilakukan dengan cara ini, terutama bahan yang mengandung fraksi sabun, bahan yang larut dalam air, dan bahan yang mudah hangus. Selain itu adanya air kadang menyebabkan hidrolisa, dan waktu penyulingan lama. b. Penyulingan dengan Air dan Uap Pada metode penyulingan ini, bahan diletakkan diatas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dibawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu
dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas metode ini adalah pertama, uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. Kedua, bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Keuntungan metode ini adalah peralatan mudah didapat, dan hidrolisa hampir tidak terjadi, sehingga kualitas minyak yang diperoleh cukup baik. Kerugian dengan cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna. c. Penyulingan dengan Uap Metode ketiga disebut penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan prinsipnya sama dengan metode penyulingan air dan uap, namun air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfir. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak diatas saringan. Cara ini baik digunakan untuk menyuling minyak atsiri dari biji, akar, kayu yang umumnya mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi. Keuntungan dari metode ini adalah tekanan dan suhu dapat diatur, waktu penyulingan pendek, tidak terjadi hidrolisa serta kualitas minyak yang dihasilkan cukup baik. Kerugiannya adalah peralatan mahal dan memerlukan tenaga ahli. Namun dari proses penyulingan yang dilakukan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil minyak atsiri, yaitu sebagian besar tanaman aromatik mengandung sejumlah kecil minyak dan tidak cukup untuk menjenuhkan uap yang berpenetrasi kedalam bahan, sebagian minyak tertinggal dalam bahan, minyak atsiri terkurung didalam jaringan tanaman dan tidak dapat dikontak
langsung dengan uap, karena dalam bahan terdapat lapisan membran yang bersifat sangat kaku. Selain itu jika bahan dirajang terlebih dahulu, maka zat-zat yang bertitik didih sangat tinggi atau bahan yang tidak menguap seperti resin, paraffin, lilin dan lemak (dalam sel atau kelenjar minyak) bercampur dan larut dalam minyak atsiri yang dibebaskan sehingga menurunkan tekanan uap dan mengurangi laju penguapan (Ernest Guenter, 2006). 2.2.1.2 Metode Pengepresan Pembuatan minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap bahan yang berupa biji, buah atau kulit luar yang dihasilkan dari tanaman. Hal ini disebabkan minyak dari tanaman ini akan mengalami kerusakan jika dibuat dengan cara penyulingan. Pada metode pengepresan, alat yang digunakan berupa mesin pengepres. Alat ini bekerja dengan cara menekan bahan baku hingga sel penghasil minyak akan pecah dan minyak akan keluar. 2.2.1.3 Metode Enfleurasi Metode ini biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak bungabungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi. Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan bermutu baik, proses fisiologi dalam bunga selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin sehingga bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati. Metode enfleurasi dilakukan dengan beberapa tahapan. Mula-mula persiapkan bahan yang digunakan, biasanya bunga. Kemudian oleskan lemak
yang akan digunakan sebagai adsorben pada lempeng kaca setebal 1-2 cm. Selanjutnya bunga tersebut ditebarkan diatas lapisan lemak secara merata. Semakin lebar bidang bunga yang kontak langsung dengan lemak akan semakin baik. Simpan lempengan kaca beserta lemak dan bunga pada lemari atau rak tertutup. 2.2.1.4 Metode Ekstraksi Prinsip dari metode ini melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap. Simplisia diekstraksi dengan pelarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar, kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan yang dikurangi. Dengan cara ini diperlukan banyak pelarut, sehingga biaya cukup mahal dan harus dilakukan oleh tenaga yang ahli. Pelarut yang biasa digunakan dalam metode ini adalah petroleum eter. Syarat pelarut yang dapat digunakan dalam metode ini ,yaitu dapat melarutkan komponen dari minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman dengan sempurna, mempunyai titik didih rendah, tidak bercampur dengan air, inert (tidak bereaksi dengan komponen minyak atsiri), harganya murah dan bila mungkin tidak mudah terbakar.
2.3 Kromatografi Gas-Spektometri Massa Kromatografi gas merupakan suatu metode pemisahan kromatografi yang digunakan untuk pemisahan campuran zat-zat yang mempunyai sifat mudah menguap. Metode ini merupakan metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk campuran
yang mengandung 500-1000 komponen. Setelah campuran zat dianalisis menggunakan kromatografi ini, maka akan menghasilkan kromatogram. Kromatogram merupakan grafik yang berupa kerucut-kerucut atau yang sering disebut “peak”, hasil rekaman yang menggambarkan urutan keluarnya komponen campuran dari kolom. Kromatogram biasanya diawali dari kiri ke kanan yang menyatakan waktu, biasanya dalam menit. Sementara itu sumbu vertikal menyatakan intensitas komponen. Jumlah peak yang muncul menyatakan jumlah komponen yang terdapat dalam campuran. Kemudian kuantitas tiap komponen dapat dihitung melalui puncak peak. Semakin besar luas peak, maka semakin besar pula kuantitas komponen tersebut. Bentuk kromatogram yang dihasilkan berkolerasi dengan proses pemisahan yang terjadi di dalam kolom. Ada beberapa parameter yang berhubungan satu dengan yang lain dan perlu dimengerti untuk memahami konsep kromatografi gas. Parameter-parameter tersebut adalah waktu retensi, faktor kapasitas, selektivitas, efisiensi, dan resolusi. Waktu retensi (tR) adalah ukuran waktu mulai injeksi cuplikan hingga suatu komponen campuran keluar kolom, dengan kata lain waktu yang diperlukan oleh suatu komponen campuran (solut) untuk keluar dari kolom. Waktu retensi diukur melalui kromatogram dari menit ke-0 hingga muncul puncak peak. Faktor kapasitas (k’) merupakan suatu ukuran kekuatan interaksi suatu komponen dengan fase diam. Senyawa-senyawa yang mempunyai harga faktor kapasitas tinggi menunjukkan komponen tersebut berinteraksi dengan fase diam secara kuat. Sebaliknya jika komponen-komponen yang mempunyai harga faktor kapasitas rendah menunjukkan komponen tersebut berinteraksi dengan fase diam secara lemah. Selektivitas (α) dapat diartikan sebagai ukuran keterpilihan dua komponen
campuran yang dipisahkan. Harga selektivitas dapat sama dengan satu atau lebih besar dari satu. Bila harga α=1 berarti senyawa 1 dan 2 keluar dari kolom bersama-sama. Dengan kata lain senyawa 1 tidak dapat dipisahkan dari senyawa 2. Sebaliknya jika harga α>1 maka senyawa 1 keluar dari kolom lebih cepat daripada senyawa 2. Semakin besar harga α, maka semakin baik pemisahannya. Tingkat efisiensi pemisahan dengan kromatografi tercermin pada peak-peak kromatogram yang dihasilkan. Semakin lebar suatu peak kromatogram maka dapat dikatakan pemisahan semakin kurang efisien. Secara kuantitatif, efisiensi dapat dijelaskan dengan teori plat (N), yaitu banyaknya distribusi keseimbangan dinamis yang terjadi di dalam suatu kolom. Semakin besar harga N, maka semakin efisien pula pemisahannya. Efisiensi pemisahan dapat juga dinyatakan dalam bentuk parameter lain, yaitu HETP (height equivalent to a theoretical plate). Kebalikan dari harga N, semakin kecil harga HETP maka semakin efisien. Oleh karena pemisahan terjadi di dalam kolom maka efisiensi pemisahan berarti menggambarkan baik atau jeleknya suatu kolom. Resolusi (RS) merupakan derajat pemisahan dua komponen campuran dalam proses kromatografi. Resolusi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor efisiensi, selektivitas, dan retensi (faktor kapasitas). Semakin besar harga resolusi, maka semakin baik pemisahannya. Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut, gas dalam silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fase diam. Cuplikan yang berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan, disuntikkan ke dalam aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan dibawa oleh gas pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan. Komponen-komponen
campuran
yang
telah
terpisahkan
satu
persatu
meninggalkan kolom. Suatu detektor diletakkan di ujung kolom untuk mendeteksi jenis maupun jumlah tiap komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam dengan rekorder dan dinamakan kromatogram yang terdiri dari beberapa peak. Jumlah peak yang dihasilkan menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang terdapat dalam campuran (Sumar Hendayana, 2006:9-32). 2.3.1 Instrumentasi Kromatografi Gas-Spektrometri Massa Pada alat KG-SM ini, kedua alat dihubungkan dengan suatu interfase. Kromatografi gas disini berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen campuran dalam sampel, sedangkan spektrofotometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada system kromatografi gas. Analisis dengan KG-SM merupakan metode yang cepat dan akurat untuk memisahkan campuran yang rumit, mampu menganalisis cuplikan dalam jumlah sangat kecil, dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur serta identitas senyawa organik. Berikut ini akan diuraikan beberapa unsur penting dalam sistem KG-SM : 1. Gas pembawa Faktor yang menyebabkan suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas ialah keatsiriannya, aliran gas yang melalui kolom yang diukur dalam satuan ml/menit, serta penurunan tekanan antara pangkal dan ujujng kolom. Gas pembawa yang sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar),
nitrogen
(N2),
hydrogen
(H2),
dan
karbondioksida
(CO2).
Keuntungannya adalah karena semua gas ini tidak reaktif dan dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Gas
pembawa haur inert (tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom), murni, dan mudah diperoleh. 2. Kolom Keberhasilan suatu proses pemisahan terutama ditentukan oleh pemilihan kolom. Kolom dapat terbuat dari tembaga, baja tahan karat, aluminium, atau gelas. Kolom dapat berbentuk lurus, melengkung, ataupun gulungan spiral sehingga lebih menghemat ruang. Ada dua macam kolom, yaitu kolom kemas dan kolom kapiler. Kolom kemas Kolom kemas adalah pipa yang terbuat dari logam, kaca, atau plastic yang berisi penyangga padat yang inert. Fase diam, baik berwujud padat maupun cair, diserap atau terikat secara kimia pada permukaan penyangga padat tersebut. Diameter kolom biasanya 2-4 mm dengan panjang 0,5-6 m. Kolom kapiler Jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya rongga pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa sehingga disebut juga kolom pipa terbuka. Bahan kolom biasanya terbuat dari gelas, baja tahan karat, atau silica dengan panjang 10-100 m dan diameter 0,2-0,5 mm. fase cair berupa lapisan film dilapiskan pada dinding kolom bagian dalam. Secara umum keuntungan penggunaan kolom kapiler adalah jumlah sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, gas pembawa yang dibutuhkan juga sedikit, dan pemisahan lebih sempurna. Kolom kapiler dibedakan menjadi 4 tipe yang didasarkan pada diameter sebelah dalamnya, yaitu narrow bore (0,1 mm), middle bore (0,220,25 mm), semi wide bore (0,32 mm), dan wide bore (0,50-0,53 mm). kolom
kapiler tipe narrow bore digunakan untuk melakukan analisis dengan waktu yang relative pendek atau analisis cepat. Kolom tipe ini dapat memisahkan campuran dengan konsentrasi sekitar 10 ng untuk masing-masing komponen. Kolom middle bore memiliki daya pisah yang tinggi, dapat memisahkan campuran dengan konsentrasi 50-100 ng untuk masing-masing komponen. Kolom tipe semi wide bore penggunaannya lebih ditujukan untuk analisis yang membutuhkan sensitivitas yang tinggi. Kolom ini dapat memisahkan campuran dengan konsentrasi 150-300 ng untuk masing-masing komponen, sedangkan tipe wide bore dapat memisahkan campuran dengan konsentrasi 500-2500 ng untuk masing-masing komponen, sehingga penggunaan kolom ini lebih ditujukan untuk analisis campuran yang relative banyak. 3. Fase diam Fase diam disapukan pada permukaan dalam medium, seperti tanah diatome dalam kolom atau dilapiskan pada dinding kapiler. Berdasarkan bentuk fisiknya, fase diam yang umum digunakan pada kolom adalah fase diam padat dan fase diam cair. Akan tetapi, untuk kolom kapiler lebih banyak digunakan fase cair yang disebut dengan istilah film thickness. Ketebalan fase diam ini berbeda untuk masing-masing tipe kolom kapiler. Kolom tipe narrow bore memiliki film thickness setebal o,1 mu, tipe middle bore 0,25-0,5 mu, tipe semi wide bore 0,5-1,0 mu, dan tipe wide bore 1,0-5,0 mu. Berdasarkan sifatnya, fase diam dibedakan berdasrakan kepolarannya, yaitu non polar, sedikit polar, setengah polar (semi polar), dan sangat polar.
4. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil analisis. Pada umumnya yang sangat menentukan adalah pengaturan suhu injektor dan kolom. Kondisi analisis minyak atsiri tertentu tidak selalu dapat memberikan hasil yang memuaskan jika diterapkan pada minyak atsiri lainnya. Jadi, kondisi analisis yang cocok sangat bergantung pada komponen minyak atsiri yang akan dianalisis itu sendiri. Minyak atsiri yang didominasi oleh senyawa monoterpena dan fenol sederhana biasanya dapat memberikan hasil yang memuaskan jika suhu kolom deprogram mulai dari 40 atau 50ºC sampai 150 atau 200ºC dengan kecepatan kenaikan suhu 2-4ºC/menit, sedangkan suhu injektor dapat deprogram antara 150-200ºC. Akan tetapi, jika komponen penyusunnya lebih didominasi atau hanya terdiri atas senyawa seskuiterpena (dengan titik didih relatif lebih tinggi), suhu awal kolom dapat diprogram dari 80 atau 100ºC sampai dengan 200-250ºC dengan kecepatan kenaikan suhu sekitar 2ºC/menit. 5. Sistem injeksi Sistem injeksi pada KG-SM memiliki dua sistem pemasukan sampel (injection), yaitu cara langsung (direct inlet) dan melalui sistem kromatografi gas (indirect inlet). Beberapa sampel campuran seperti minyak atsiri, pemasukan sampel harus melalui sistem KG, sedangkan untuk sampel murni dapat langsung dimasukkan kedalam ruang pengion (direct inlet). 6. Detektor Detektor yang digunakan pada system KG-SM harus stabil dan tidak merusak senyawa yang dideteksi. Pada sistem KG-SM, yang berfungsi sebagai detektor
adalah spektrometer massa yang terdiri atas sistem ionisasi dan sistem analisis. Ada beberapa metode ionisasi untuk analisis spektrometer massa, yang paling umum adalah Electron Impact Ionization (EI). Cara kerja sistem ionisasi adalah sebagai berikut, sampel diuapkan pada kondisi hampa udara pada tekanan 10-4 sampai 10-6 mmHg pada suhu tertentu. Sampel yang berupa uap akan diteruskan kedalam ruang pengion. Di dalam ruang pengion ini, sampel dibombardir dengan arus electron dengan energy sekitar 70 eV, sehingga terbentuk ion molekul. Kemudian ion molekul tersebut terpecah lagi menjadi ion-ion yang lebih kecil. Namun, harus diperhatikan jika energi yang digunakan untuk ruang pengion terlalu besar, maka fragmen molekul yang terbentuk kecil sekali sehingga susah untuk disusun kembali ke bentuk struktur awalnya. Sebaliknya, jika energi yang digunakan terlalu rendah, diperoleh fragmen ion yang relatif besar sehingga susah ditafsirkan. Ion yang terbentuk dalam ruang pengion akan dipercepat oleh suatu lempeng pemercepat kedalam suatu medan magnet. Di dalam medan magnet, ion tersebut dibelokkan sesuai dengan besarnya ion (berdasarkan perbandingan massa/muatan).
Masing-masing komponen ion akan melewati celah
pengumpul dan akan menumbuk lempengan pengumpul. Arus yang timbul pada sistem pengumpul atau pendeteksi akan diperkuat dan akan terekam pada alat perekam. Rekaman kelimpahan ion terhadap massa (m/z) merupakan grafik spektrum massa yang terdiri atas sederetan garis yang intensitasnya berbeda-beda pada satuan massa yang berlainan.
Sistem analisis yang digunakan pada spektrometri massa ini ada beberapa macam, yang umum digunakan adalah sistem kuadrupol dengan batang (empat buah) yang memiliki empat kutub dan terletak antara sumber ion dan detektor. 7. Sistem Pengolahan Data dan Identifikasi Senyawa Komputerisasi untuk pengolahan data akan sangat membantu penafsiran hasil analisis. Hasil analisis KG-SM akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk spektrum massa. Dari kromatogram dapat diperoleh informasi mengenai jumlah komponen kimia yang terdapat dalam campuran yang dianalisis (jika sampel berbentuk campuran) yang ditunjukkan oleh jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram
beserta
kuantitasnya
masing-masing.
Pembentukan
kromatogram ini didasarkan pada jumlah total ion yang terbentuk dari masingmasing komponen kimia tersebut. Artinya, jika suatu komponen berada dalam persentase tinggi dalam campuran yang dianalisis, maka jumlah ion yang terbentuk dari molekul komponen tersebut akan tinggi juga, sehingga puncak yang tampil pada kromatogram juga memiliki luas area yang besar. Sebaliknya, jika suatu komponen kimia dalam campuran tersebut terdapat dalam persentase kecil, maka puncak yang tampil pada kromatogramnya otomatis akan kecil. Kromatogram yang didasarkan pada perehitungan ini sering disebut Total Ion Chromatogram (TIC). Spektrum massa hasil analisis sistem spektrometri massa merupakan gambaran mengenai jenis dan jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari suatu komponen kimia (masing-masing puncak pada kromatogram). Setiap
fragmen yang terbentuk pada pemecahan suatu komponen kimia memiliki berat molekul yang berbeda dan ditampilkan dalam bentuk diagram dua dimensi, m/z (m/e, massa/muatan) pada sumbu X dan intensitas pada sumbu Y yang disebut spektrum massa pada pemecahan (fragmentasi) molekul yang terbentuk untuk setiap komponen kimia sangat spesifik, sehingga dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan struktur molekul suatu komponen kimia. Selanjutnya, spektrum massa komponen kimia yang diperoleh dari hasil analisis diidentifikasi dengan cara dibandingkan dengan spektrum massa yang terdapat dalam suatu bank data (Agusta, 2000).
2.4 Bakteri 2.4.1 Tinjauan tentang bakteri Bakteri adalah suatu organisme prokariot yang memiliki sifat-sifat misalnya bentuk dan pengelompokan sel, susunan dinding sel, pembentukan kapsul dan pembentukan endospora. Bakteri umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 µm kali 2,0-5,0 µm ( Fardiaz, 1992 : 143) 2.4.2 Ciri-ciri bakteri Ciri-ciri dari bakteri adalah sebagai berikut : 1. Organisme multiselluler 2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel 3. Umumnya tidak memiliki klorofil 4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron. 5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit 7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas, kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan 8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan. 2.4.3 Bentuk bakteri Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: a. Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: 1. Mikrococcus, jika kecil dan tunggal 2. Diplococcus, jka bergandanya dua-dua 3. Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar 4. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus 5. Staphylococcus, jika bergerombol 6. Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai b. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: 1. Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua 2. Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai c. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut: 1. Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran 2. Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua. 2.4.4 Contoh-contoh bakteri gram positif dan gram negative Contoh bakteri gram positif : a. Aktinomicetes : corynebacterium diphteriae, mycobacterium tuberculosis, actinomyces israelii b. Bakteri coccus : nitrobacter sp, nitrococcus sp, nitrosolobus sp, sarcina sp, staphylococcus sp, streptococcus sp, leuconostic sp. Contoh bakteri gram negative : a. Bakteri luncur : Stigmatella aurantiaca,chondromyces crocatus, flexibacter polimorphus b. Bakteri spiroket : treponema pallidum c. Bakteri spiral & lengkung : campylobacter fetus d. Bakteri batang & cocus : francisella tularensis e. Bakteri fakultatif : E. Coli, shigella sp, yersinia pestis, vibrio chloreae. 2.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah : a.
Suhu
b.
Derajat keasaman atau pH
c.
Konsentrasi garam
d.
Sumber nutrisi
e.
Zat-zat sisa metabolism
f.
Zat kimia
2.5 Antibakteri 2.5.1 Tinjauan umum antibakteri Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. 2.5.2 Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri Menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein. 2.5.3 Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas senyawa anti bakteri Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri.
2.6 Staphylococcus aureus 2.6.1 Tinjauan umum Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif dan merupakan bakteri pathogen yang memasuki tubuh melalui kulit dan dapat menyebabkan
infeksi serta menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob
fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas ( hidung), ketiak dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang. 2.6.2 Klasifikasi staphylococcus aureus Kerajaan
: Bacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Cocci
Ordo
: Bacillales
Famili
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
2.6.3 Biakan bakteri Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 370 C , tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar ( 20-25
0
C). Staphylococcus aureus membentuk
koloni berwarna abu-abu sampai kuning emas tua ( Jawetz & Adelberg, 1996 :211) 2.6.4 Patogenesis staphylococcus aureus Staphylococcus aureus memproduksi koagulase yang mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan dapat membantu organisme ini untuk membentuk barisan perlindungan. Bakteri ini memproduksi enzim litik ekstraselular ( misalnya lipase), yang memecah jaringan pejamu dan membantu invasi ( Gillespie, S & Bamford, K , 2008 :32). 2.6.5
Infeksi yang disebabkan Staphylococcus aureus Infeksi kulit dapat terjadi pada kondisi hangat yang lembab atau saat kulit
terbuka akibat penyakit seperti luka pembedahan, atau akibat alat intravena. Impetigo dapat muncul pada kulit yang sehat yaitu infeksi ditransmisikan dari orang ke orang. Pneumonia akibat Staphylococcus aureus jarang terjadi, tetapi terjadi setelah influenza. Endokarditis akibat Staphylococcus aureus bersifat destruktif dan terjadi setelah penyalahgunaan obat intravena / kolonisasi pada alat intravena. Staphylococcus aureus merupakan agen yang sering menyebabkan osteomielitis dan arthritis septik ( Gillespie, S & Bamford, K , 2008 :33).
2.7 Kerangka teori Jeruk purut merupakan tanaman yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu penyedap masakan. Selain itu dapat juga berfungsi sebagai
antibakteri. Bagian jeruk purut yang digunakan sebagai antibakteri adalah pada bagian kulit buah jeruk purut. Pada kulit buah jeruk purut mempunyai kandungan saponin, tannin, steroid terpenoid, serta minyak atsiri yang mengandung sitrat. Kulit jeruk purut yang berfungsi sebagai antibakteri terdapat pada minyak atsirinya, karena pada minyak atsiri kulit jeruk purut mempunyai komponen terbesar adalah D- limonene dan β- pinena (Agusta,2000:92). Pengambilan sampel diperoleh dari beberapa kebun jeruk purut. Buah jeruk purut yang diambil adalah permukaan kulit buah yang berkerut, tidak rata dan berwarna hijau tua. Jeruk purut yang didapatkan kemudian dikupas dan diambil bagian kulitnya. Setelah itu kulit buah jeruk purut dikeringkan selama 5 hari dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam sampai diperoleh kulit jeruk purut kering sebanyak 3,5 kg. Pada proses pengeringan simplisia ditutup dengan kain hitam agar minyak atsiri yang didapatkan tidak ikut menguap sehingga diperoleh rendemen yang optimal. Kulit jeruk purut yang sudah kering kemudian dilakukan destilasi atau penyulingan untuk mengambil minyak atsirinya. Ada tiga macam distilasi yang digunakan untuk mengambil minyak atsiri yaitu distilasi dengan air, distilasi dengan uap-air, distilasi dengan uap. Namun umumya waktu yang diperlukan untuk distilasi uap adalah selama 7 jam. Menurut penelitian Mardyati, 2008, kadar rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut yang dihasilkan adalah 11,3 ml atau 2,13 % dengan waktu distilasi 7 jam dan ukuran rajangan 0,5 cm serta kapasitas bahan 1000 g. Dalam penelitian ini pengambilan minyak atsiri dilakukan setiap 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam.
Proses pengambilan minyak atsiri kulit buah jeruk purut dilakukan dengan metode distilasi uap. Proses distilasi uap yaitu air dipanaskan hingga mendidih sampai keluar uap, kemudian uap tersebut menuju ketel yang berisi simplisia yang menyebabkan adanya proses hidrodifusi yaitu pecahnya dinding sel kulit buah jeruk purut karena adanya tekanan uap. Sehingga menyebabkan minyak atsiri keluar menuju kondensor, kemudian mengalir menuju corong pisah/penampung. Hasil minyak atsiri dengan air yang ditampung dalam corong pisah kemudian dipisahkan dengan pelarut n-heksan. Hal ini bertujuan untuk mengikat komponen penyusun minyak atsiri yang teremulsi dalam air, serta pelarut nheksan merupakan senyawa non polar sehingga dapat mengikat minyak atsiri. Pemisahan minyak atsiri dengan n-heksan diulang sampai tiga kali ekstraksi, tujuannya untuk mengoptimalkan komponen senyawa yang bersifat polar dan non polar yang teremulsi dalam fase air hasil distilasi uap. Setelah itu ditambahkan MgSO4 yang dioven terlebih dahulu selama ± 24 jam pada suhu 120oC yang bertujuan untuk mengikat sisa air yang masih tersisa pada proses pemisahan dengan pelarut n-heksan. Kemudian untuk memisahkan minyak atsiri dari n-heksan maka dilakukan evaporasi. Selanjutnya hasil minyak atsiri yang diperoleh ditampung pada botol vial. Untuk memastikan minyak atsiri terbebas dari pelarut n-heksan maka disemprotkan gas N2. Setelah diperoleh hasil minyak atsiri kulit buah jeruk purut kemudian diuji komponen senyawanya dengan KG-SM SHIMADZU QP 2010 PLUS, kolom HP 5 MS. Analisa senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dilakukan dengan KG-SM dengan cara sampel minyak atsiri yang diperoleh dari hasil distilasi uap
kemudian di injeksikan pada kolom KG-SM sehingga muncul spektrum kromatogram dan struktur senyawa. Setelah diperoleh minyak atsiri kemudian dilakukan uji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus dipilih karena kulit jeruk purut menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap bakteri gram positif dan salah satu bakteri yang termasuk gram positif adalah Staphylococcus aureus. Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi. Metode ini digunakan karena untuk mengetahui aktivitas daya hambat antibakteri melelui zona bening yang dihasilkan disekitar cakram kertas yang sudah mengandung zat uji. Dalam penelitian ini menggunakan cakram kertas yang sudah mengandung zat antibakteri ( minyak atsiri kulit jeruk purut) pada 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam yang ditanamkan pada media yang sudah ditumbuhi oleh bakteri Staphylococcus aureus kemudian diinkubasikan selama 1 x 24 jam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Pada penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang paling efektif dengan perbedaan waktu distilasi minyak atsiri kulit buah jeruk purut dan senyawa yang terkandung didalamnya. Pada penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental. Adapun tahap-tahapan dalam penelitian ini adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan, tahap persiapan ini meliputi
determinasi, persiapan
sampel / simplisia, persiapan alat, persiapan bahan yang digunakan dalam penelitian. Tahap pelaksanaan , pada tahap pelaksanaan ini meliputi penyulingan minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan metode distilasi uap ( steam destillation) dengan memvariasikan waktu pengambilan minyak atsirinya, analisa senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan menggunakan KG-SM, dan melakukan pengujian antibakteri dari senyawa minyak atsiri yang diperoleh. Tahap akhir, pada tahap akhir penelitian ini yaitu melakukan analisis data yang diperoleh dari penelitian dari hasil rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut, komponen senyawa dan aktivitas daya antibakteri minyak atsiri kulit buah jeruk purut.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah kulit buah jeruk purut yang diambil dari Desa Tempursari kecamatan Donomulyo, Malang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah kulit jeruk purut kering sebanyak 3,5 kg. 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dan penyulingan minyak atsiri dengan destilasi uap dilaksanakan di laboratorium Farmakognosi Akafarma Putra Indonesia Malang. Analisa senyawa minyak atsiri dengan menggunakan KG-SM dilaksanakan di laboratorium kimia Universitas Negeri Malang. Uji aktivitas antibakteri dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Akafarma Putra Indonesia Malang. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni. 3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Alat Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan adalah glassware, cawan petri, seperangkat alat distilasi uap, seperangkat alat KG-MS, seperangkat alat evaporasi, autoclave, laminar air flow. 3.5.2 Bahan Pada penelitian ini bahan-bahan yang digunakan adalah kulit buah jeruk purut, n-heksan,
MgSO4, media MSA, cakram kertas, N2, dan bakteri
Staphylococcus aureus.
3.5 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.1 Definisi Operasional NO.
Variabel
Definisi
Indikator
Skala ukur
1.
Rendemen
2.
Komponen senyawa
Berat pengambilan minyak Nominal atsiri saat 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam. Hasil komponen minyak Ordinal atsiri saat 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam.
3.
Aktivitas antibakteri
Berat yang diperoleh dari hasil destilasi minyak kulit jeruk purut Analisa senyawa minyak atsiri kulit jeruk purut yang diperoleh dari hasil GC-MS Pengukuran zona bening yang dihasilkan pada cakram kertas
Hasil pengukuran aktivitas Nominal minyak atsiri 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam dengan pengujian antibakteri
3.6 Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil distilasi uap yaitu pada saat 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. 3.6.1 Persiapan bahan Buah jeruk purut dicuci, ditiriskan, kulit buah jeruk purut dipisahkan dari daging buahnya kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari yang ditutup dengan kain hitam selama 5 hari untuk kemudian dilakukan penyulingan dengan menggunakan alat distilasi uap. 3.6.2
Penyulingan dengan distilasi uap a. Menimbang kulit jeruk purut kering sebanyak 3,5 kg b. Kulit jeruk purut kering tersebut dimasukkan kedalam ketel penyuling minyak atsiri. Partikel-partikel minyak pada kulit jeruk purut terbawa uap dan dialirkan ke alat pendingin. Didalam alat pendingin, uap air yang bercampur minyak akan mengembun dan mencair kembali
selanjutnya dialirkan ke alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri jeruk purut dengan air. c. Setelah 2 jam diperoleh fase air dan fase minyak . Fase minyak diambil dan dimasukkan kedalam botol. Sedangkan fase air diambil terlebih dulu dan dimasukkan kedalam alat pemisah yang lain kemudian ditambah n-heksan 10 ml lalu dikocok kuat
sampai
terbentuk fase minyak dan fase air lagi, perlakuan tersebut dilakukan sampai 3 kali, fase minyak yang didapatkan setelah 3 kali ekstraksi dicampurkan kedalam botol. d. Ditambahkan MgSO4 secukupnya. e. Fase minyak yang telah bercampur dengan n-heksan yang diperoleh pada saat 2 jam distilasi kemudian diuapkan dengan evaporator. f. Setelah itu disemprotkan gas N2 kedalam botol vial yang berisi minyak atsiri. g. Menimbang botol vial kosong h. Kemudian ditimbang hasil perolehan minyak sampai diperoleh berat konstan (diulang sampai 3x). i. Catat perolehan hasil minyak atsiri murni kulit jeruk purut pada waktu distilasi uap 2 jam. j. Setelah distilasi 4 jam, 6 jam, dan 8 jam, perlakuannya untuk fase air dan fase minyaknya sama seperti pada proses hasil distilasi 2 jam. 3.6.3 Penentuan rendemen Penentuan rendemen minyak atsiri kulit jeruk purut yang diperoleh dihitung dengan rumus :
Rendemen = Berat minyak yang dihasilkan (g) x 100 % Berat cuplikan yang disuling (g) 3.6.4 Analisa KG-SM (Kromatografi Gas- Spektrofotometri Massa) Percobaan dilakukan menggunakan alat KG-SM SHIMADZU QP-2010, kolom HP-5-MS, Cara kerja KG-SM adalah, sebagai berikut : a.
KG-SM dinyalakan dan diatur seluruh komponen yang terkait hingga sampel sebanyak 1 µl siap diinjeksikan dan siap running.
b.
Tampilan analisis diatur.
c.
Data sampel diisikan atau ditekan sample login pada monitor sambil menunggu KG dan SM pada monitor pada kondisi Ready.
d.
Tombol start pada monitor ditekan, sehingga automatic injector membersihkan syringe sesuai setting, kemudian sampel sebanyak 1 µl diinjeksikan ke dalam autoinjector.
e.
Selama setting waktu awal atau bila grafik sudah menunjukkan agak datar analisis KG dapat dihentikan dengan menekan tombol stop pada monitor.
f.
Puncak grafik diidentifikasi pada tiap waktu retensi dari puncak awal sampai puncak akhir dan dicocokkan dengan references pada program KG-SM tekan similary search. Hasil identifikasi akan menunjukkan komponen yang paling mirip dari beberapa komponen dari bobot molekul serta tinggi intens peaknya dan yang teratas adalah yang paling mendekati
g.
KG-SM dimatikan.
3.6.5 Analisa daya anti bakteri 3.6.5.1 Sterilisasi alat Alat yang digunakan penelitian dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memasukkan cawan petri kedalam oven dengan suhu 160oC selama 2 jam. Untuk alat seperti pinset, tabung reaksi, cakram kertas dan media MSA dibungkus kertas coklat kemudian dimasukkan kedalam autoclave pada suhu 121oC selama ± 15 menit. 3.6.5.2 Pembuatan Manitol Salt Agar Medium (MSA) Caranya adalah menyiapkan MSA, kemudian menimbang MSA sebanyak 20 g, selanjutnya masukkan bahan kedalam beaker glass, tambahkan aquadest sebanyak 200 ml dan dipanaskan sambil diaduk hingga semua larut. Setelah itu dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 15 ml, ditutup dengan kapas kemudian disterilkan dalam autoclave pada suhu 121OC. 3.6.5.3 Peremajaan biakan Staphylococcus aureus Meliputi : a) Cairkan media MSA dengan pemanasan diatas Bunsen b) Masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml c) Masukkan pada autoclave pada suhu 121OC selama ± 15 menit d) Miringkan media dan biarkan sampai padat e) Inokulasi biakan murni Staphylococcus aureus pada media padat secara aseptis f) Inkubasikan dalam inkubator pada suhu 37OC selama 2 x 24 jam
3.6.5.4 Persiapan pembuatan suspensi Staphylococcus aureus % T25 Caranya adalah : a) Menyiapkan larutan NaCl 0,9% sebanyak 50 ml pada labu ukur untuk mensuspensikan Staphylococcus aureus b) Biakan Staphylococcus aureus kemudian diambil secara aseptis dan dicampurkan dengan larutan NaCl 0,9% c) Serapan
suspense
Staphylococcus
aureus
diukur
dengan
spektrofotometri dengan panjang gelombang 580 nm kemudian diukur sampai diperoleh %T 25 3.6.5.5 Analisa daya antibakteri menggunakan metode difusi cakram, cara kerjanya adalah : a. Menyiapkan cawan petri. b. Dimasukkan 1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus pada cawan, kemudian tuang media MSA steril, campur hingga homogen, padatkan. c. Sampel minyak atsiri kulit buah jeruk purut diencerkan sebesar 2% dengan etanol. Kemudian rendam cakram pada campuran minyak atsiri dengan etanol selama 15 menit. d. Kemudian tempatkan 3 cakram kertas pada cawan petri. Jarak antar cakram kertas harus cukup luas, sehingga zona bening tidak berhimpitan. e. Inkubasikan pada suhu 370 C selama 1 x 24 jam. f. Hitung luas zona bening, dimulai dari titik tengah cakram kertas ke 5 titik terjauh dan hitung rata – ratanya dan catat hasilnya
3.7 Analisis Data Tabel 3.2 Perhitungan hasil minyak atsiri kulit buah jeruk purut No
Hasil
1.
Rendemen
2.
Komponen senyawa a. b. c. Aktivitas antibakteri
3.
2 jam
4 jam
6 jam
8 jam
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Determinasi tanaman jeruk purut Tanaman jeruk purut yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Tempursari Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang. Tumbuhan jeruk purut berbentuk pohon kecil (perdu). Rantingnya berduri, daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun vertilkal akibat pelekukan pada bagian tepi, tebal dan permukaan licin, sedikit berlapis malam. Daun muda berwarna ungu kuat, panjang daun 15 cm, lebar 6 cm, buahnya berbentuk bulat dengan tonjolantonjolan dan permukaan kulitnya kasar serta kulit buahnya tebal lebih kurang 3 mm, lebar sampai 15 mm. Tanaman jeruk purut kemudian dilakukan determinasi yang dilakukan di UPT Materia Medica, Batu. Hasil determinasinya diperoleh species Citrus hystrix Dc. Dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.2 Simplisia yang dibuat dari kulit buah jeruk purut Pengambilan sampel diperoleh dari beberapa kebun jeruk purut. Buah jeruk purut yang diambil adalah pada bagian epicarp (flavedo) dan mesocarp (albedo). Jeruk purut yang didapatkan kemudian dikupas dan diambil bagian kulitnya. Setelah itu kulit buah jeruk purut dikeringkan selama 5 hari dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam sampai diperoleh kulit jeruk purut kering sebanyak 3,5 kg. Dapat dilihat pada lampiran 2. Pada proses pengeringan simplisia ditutup dengan kain hitam agar minyak atsiri yang didapatkan tidak ikut
menguap sehingga diperoleh rendemen yang optimal. Dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.3 Perhitungan rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut Rendemen =
Berat minyak yang dihasilkan (g) x 100 % Berat cuplikan yang disuling (g)
Tabel 4.1 : Pengamatan rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut dari hasil distilasi uap Waktu distilasi No. Hasil 2 jam 4 jam 6 jam 8 jam 1 Minyak atsiri 6.6608 g 4.4504 g 12.9228 g 4.9092 g kulit buah jeruk purut 2 Berat kulit 3500 g 3500 g 3500 g 3500 g buah jeruk purut 3 Rendemen 0.1903% 0.1274% 0.3692% 0.1403% Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil bahwa rendemen terbesar terdapat pada hasil distilasi ke-6 jam yaitu 0.3692%. dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.4 Komponen senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut Setelah diperoleh hasil minyak atsiri kulit buah jeruk purut selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam kemudian diuji komponen senyawa dengan KGSM. Sehingga diperoleh senyawa yang dapat terdeteksi. Pendeteksian komponen senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan cara melihat database dan membandingkan massa spektrum masing-masing komponen yang terdeteksi dengan literatur. Dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.2 : Analisis komponen senyawa minyak atsiri kulit purut dengan KG-SM No Waktu % area relative Komponen retensi 2 jam 4 jam 6 jam 8 jam penyusun senyawa 1 2
10 11
5.747-5.769 7.62
9.24
10.64 11.00 Dipentene
1.550000
12
5.857
-
0.09
-
1,8-cineol
1.900000
13
6.435-6.459 4.47
6.29
0.45
7.29
1.080000
14
6.662
-
-
-
15
6.788-6.766 0.16
0.48
0.70
0.72
16
7.174-7.197 0.79
1.55
-
1.95
Gammaterpinene Terpinyl isobutyrate (Z)-linalool oxide (furanoid) Terpinolene
17
7.184
-
0.45
-
0.028300
18
7.382-7.406 2.94
1.46
1.29
1.06
(-)-alpha terpineol Linalool
0.090500
19
7.715
0.56
-
-
-
20
8.165
0.18
-
-
-
21
8.681-8.690 -
-
0.19
0.19
Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi Isopulegol
Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi 0.099300
22
8.785-8.808 7.52
4.89
0.80
3.74
Citronellal
0.280000
23
8.981
-
0.18
-
(-)-isopulegol 0.099300
9
-
0.68
-
-
1.09
0.06 0.98
1.02
Tekanan uap (mmHg @25ºC) 4.630000 4.770000
nonane Alphathujene 3.767-3.923 2.99 4.21 4.20 4.17 Alpha pinene 4.189-4.207 0.30 0.30 0.29 camphene 4.600-4.716 19.33 16.96 15.47 11.94 sabinene 4.707-4.728 42.10 40.45 47.31 43.03 Beta-pinene 4.853-4.874 0.87 1.27 1.09 1.42 Myrcene 5.216-5.237 0.16 0.55 1.00 Alphaphellandrene 5.473-5.495 2.89 4.80 5.76 Alphaterpinene 5.645-5.667 0.33 1.02 12.15 0.82 Para-cymene
3 4 5 6 7 8
3.266 3.755-3.771 0.45
buah jeruk
3.489000 3.000000 2.630000 2.400000 2.290000 1.860000 1.638000 1.460000
0.006070 0.020500
1.130000
24
8.987
25
-
-
-
0.21
9.539-9.518 3.50
2.23
3.03
3.66
26
9.860-9.882 1.92
0.62
0.50
0.58
27
0.53
-
0.13
0.15
28
10.77910.795 15.940
-
0.45
-
-
29
15.543
-
1.24
-
-
30 15.592 0.89 Sumber : The Good Scents Company, 2011
(+)neoisopulego l 4carvomenthe nol (-)-betafenchol Citronellol Alphapatchoulene Alphaguaiene Seychellene
0.099300
0.020000
0.069300 0.020000 0.017700 0.006200 0.034000
Berdasarkan tabel 2. Diatas diperoleh hasil analisis komponen utama senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan KG-SM adalah beta-pinen dengan memiliki area sebesar 47.31 % pada waktu penampungan destilat 6 jam.
Dibawah ini merupakan gambar diagram batang yang menunjukkan adanya senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut. 50 nonane
alpha thujene
alpha pinene
camphene
40
sabinene
beta pinene
35
myrcene
alpha phelandrene
alpha terpinene
para cymene
dipentene
1,8 cineole
25
gamma terpinene
terpinyl isobutyrate
20
(Z)linalool oxide
terpinolene
(-)-alpha terpineol
linalool
tidak terdeteksi
tidak terdeteksi2
isopulegol
citronellal
(-)-isopulegoll
(+)-neoisopulegol
4-carvomenthenole
(-)-beta fenchol e
citronelol
alpha-patchoulene
alpha guaiene
seychellene
45
30
15 10 5 0 2 jam
4 jam
6 jam
8 jam
Gambar 4.1 Hasil grafik komponen senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan KG-SM
4.5 Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri Minyak atsiri setelah di KG-SM kemudian di uji aktivitas antibakterinya yaitu dengan menggunakan bakteri staphylococcus aureus metode difusi cakram. Dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengamatan diperoleh dengan didapatkan zona bening pada masing-masing cawan petri serta adanya kontrol etanol sebagai pembanding. Dapat dilihat pada lampiran 6. Tabel 4. 3 : Pengamatan minyak atsiri kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix D.C) terhadap zona hambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam mm2. Perlakuan Hambatan Distilasi 2 Distilasi 4 Distilasi 6 Distilasi 8 jam jam jam jam Replikasi 1 27.0 mm2 20.0 mm2 14.0 mm2 13.0 mm2 Replikasi 2 20.0 mm2 14.0 mm2 12.0 mm2 13.0 mm2 2 2 2 Replikasi 3 15.0 mm 18.0 mm 14.0 mm 13.0 mm2 Rerata zona 16.25 mm2 13.58 mm2 10.44 mm2 10.21 mm2 hambat Control Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada media hambatan hambatan hambatan hambatan Control Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada bakteri hambatan hambatan hambatan hambatan Control Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada etanol hambatan hambatan hambatan hambatan Hasil pengujian antibakteri didapatkan luas zona bening terbesar diperoleh pada waktu distilasi
2 jam yaitu sebesar 16.25 mm2. Pada waktu distilasi 2 jam
diperoleh zona bening terbesar karena dipengaruhi oleh kandungan sabinen terbesar yang terdapat pada minyak atsiri kulit buah jeruk purut pada saat distilasi 2 jam yaitu sebesar 19.33%.
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakterisasi komponen senyawa minyakatsiri yang terdapat pada kulit buah jeruk purut dan aktivitas minyak atsirinya terhadap Staphylococcus aureus, maka langkah awalnya adalah melakukan determinasi tanaman jeruk purut. Hal ini bertujuan yntuk mengetahui jenis jeruk purut yang dipakai penelitian. Tanaman jeruk purut kemudian dilakukan determinasi yang dilakukan di UPT Materia Medica, Batu. Hasil determinasinya diperoleh species Citrus hystrix DC. Pengambilan sampel diperoleh dari beberapa kebun jeruk purut. Buah jeruk purut yang diambil adalah pada bagian epicarp (flavedo) dan mesocarp (albedo). Jeruk purut yang didapatkan kemudian dikupas dan diambil bagian kulitnya. Setelah itu kulit buah jeruk purut dikeringkan selama 5 hari dibawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam sampai diperoleh kulit jeruk purut kering sebanyak 3,5 kg. Pada proses pengeringan simplisia ditutup dengan kain hitam agar minyak atsiri yang didapatkan tidak ikut menguap sehingga diperoleh rendemen yang optimal. Proses pengambilan minyak atsiri kulit buah jeruk purut dilakukan dengan metode distilasi uap dengan variasi waktu pengambilan minyak atsiri pada 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Adanya variasi waktu bertujuan untuk mengetahui waktu yang optimal dalam menghambat bakteri.
Proses distilasi uap yaitu air
dipanaskan hingga mendidih sampai keluar uap, kemudian uap tersebut menuju
ketel yang berisi simplisia yang menyebabkan adanya proses hidrodifusi yaitu pecahnya dinding sel kulit buah jeruk purut karena adanya tekanan uap. Sehingga menyebabkan minyak atsiri keluar menuju kondensor, kemudian mengalir menuju corong pisah/penampung. Hasil campuran minyak atsiri dengan air yang ditampung dalam corong pisah kemudian dipisahkan dengan pelarut n-heksan. Tujuannya untuk mengikat komponen penyusun minyak atsiri yang teremulsi dalam air, serta pelarut nheksan merupakan senyawa non polar sehingga dapat mengikat minyak atsiri. Pemisahan minyak atsiri dengan n-heksan diulang sampai tiga kali ekstraksi, tujuannya untuk mengoptimalkan pemisahan komponen senyawa yang teremulsi dalam fase air. Setelah itu ditambahkan MgSO4 yang dioven terlebih dahulu selama ± 24 jam pada suhu 120oC yang bertujuan untuk mengikat sisa air yang masih tersisa pada proses pemisahan dengan pelarut n-heksan. Kemudian untuk memisahkan minyak atsiri dari n-heksan maka dilakukan evaporasi. Untuk memastikan minyak atsiri terbebas dari pelarut n-heksan maka disemprotkan gas N2 dan minyak atsiri dianallisis komponen senyawanya dengan menggunakan KG-SM. Berdasarkan perolehan rendemen minyak atsiri hasil distilasi uap pada waktu 2 jam, 4 jam,6 jam, dan 8 jam berturut-turut adalah 0.1903%, 0.1274%, 0.3692%, dan 0.1403%. Rendemen terbesar diperoleh pada penampungan minyak atsiri ke-6 jam yaitu 0/3692%. Hal itu dipengaruhi oleh adanya tekanan uap komponen senyawa masing-masing sehingga senyawa dengan tekanan uap tertinggi akan keluar terlebih dahulu daripada senyawa yang mempunyai tekanan uap sedang dan rendah. Perolehan area tertinggi pada senyawa miyak atsiri yaitu
beta-pinen. Pada beta-piene muncul pada tekanan uap sedang, sehingga tekanan uap tersebut dapat mempengaruhi hasil rendemen. Jika suatu senyawa mempunyai area tertinggi tetapi muncul pada tekanan uap sedang, maka kemungkinan hasil rendemennya berada ditenggah-tengah. Setelah diperoleh hasil minyak atsiri kulit buah jeruk purut kemudian diuji komponen senyawanya dengan KG-SM SHIMADZU QP 2010 PLUS, kolom HP 5 MS. Analisis senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dilakukan dengan KG-SM dengan cara sampel minyak atsiri yang diperoleh dari hasil distilasi uap kemudian di injeksikan pada kolom KG-SM sehingga muncul spektrum kromatogram dan struktur senyawa. Berdasarkan hasil analisis komponen senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut dengan KG-SM diperoleh 30 komponen senyawa. Senyawa yang dapat terdeteksi sebanyak 28 komponen, sedangkan 2 kompoen tidak terdeteksi. Komponen utama senyawa minak atsiri kulit buah jeruk purut adalah beta-pinen, sabinene, dan dipentene. Hasil analisis KG-SM menunjukkan bahwa kandungan senyawa betapinen terbesar pada distilasi jam ke-6 sedangkan yang terendah pada distilasi jam ke-4. Hal tersebut dapat diihat pada area waktu distilasi jam ke-2,4,6 dan 8 berturut-turut adalah 42.10%, 10.45%, 47.31% dan 43.03%. pada senyawa sabinene menunjukkan bahwa semakin lama waktu distilasi maka kandungan senyawa sabinen semakin menurun. Hal itu dapat dilihat pada area waktu distilasi jam ke-2,4,6, dan 8 berturut-turut adalah 19.33%, 16.96%, 15.47% dan 11.94%. sedangkan pada senyawa dipentene semakin lama waktu distilasi maka kandungan
senyawa dipentene semakin besar. Hal tersebut ditunjukkan pada waktu distilasi jam ke-2,4,6,dan 8 berturut-turut adalah 7.62%, 9.24%, 10.64% dan 11.00%. Minyak atsiri yang sudah diketahui senyawanya kemudian diuji aktivitas antibakterinya dengan metode difusi cakram.
Bakteri yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus karena bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang banyak menyerang kulit manusia dan infeksi pada saluran pernafasan atas manusia. Metode difusi dipilih kaena lebih spesifik untuk mengetahui daya hambat senyawa aktif terhadap suatu bakteri. Berdasarkan hasil uji antibakteri minyak atsiri kulit uah jeruk purut maka didapatkan zona bening disekitar cakram yang menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Luas zona bening mengalami penurunan daya hambat, hal itu dapat dilihat pada waktu distilasi jam ke-2,4,6 dan 8 beturut-turut adalah 16.25 mm2, 13.58 mm2, 10.44 mm2 dan 10.21 mm2. Adanya penurunan zona bening ini berbanding lurus dengan penurunan senyawa sabinene dari masing-masing waktu distilasi. Semakin lama waktu distilasi uap maka kandungan senyawa sabinene semakin menurun, sehingga menyebabkan penurunan daya antibakteri. Karena senyawa sabinene merupakan golongan monoterpen dimana monoterpen merupakan golongan terpenoid. Sedangkan menurut penelitian sebelumnya senyawa monoterpenoid banyak dimanfaatkan sebagai antiseptik, ekspektoran, spasmolotik dan sedatif.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian karakterisasi komponen senyawa dengan distilasi uap dan antibakteri minyak atsiri kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix D.C) terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah : 6.1.1 Rendemen minyak atsiri kulit buah jeruk purut pada waktu distilasi jam ke-2,4,6, dan 8 berturut-turut adalah 0.1903%, 0.1274%, 0.3692%, dan 0.1403%. Rendemen yang optimal terdapat pada hasil distilasi 6 jam yaitu 0.3692% . 6.1.2 Komponen penyusun senyawa utama pada minyak atsiri kulit buah jeruk purut adalah beta-pinen dengan memiliki area sebesar 47.31 % pada waktu penampungan destilat 6 jam. Adapun komponen penyusun senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut yang lain yang dapat terdeteksi adalah sabinene dengan area sebesar 19.33% pada waktu penampungan destilat 2 jam, dipentene dengan area sebesar 11.00% pada waktu penampungan destilat 8 jam, serta alpha-thujene, alphapinene, camphene, alpha-phellandrene, alpha-terpinene, para cymene, gamma-terpinene, (Z)-linalool axide(furanoid), terpinolene, (-)-betafenchol, citronellol, alpha-guaiene, dan seychellene. Selain itu terdapat juga dugaan komponen penyusun senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut yaitu myrcene, terpinyl isobutyrate,
linalool, citronellal, 4-carvomenthenol, alpha-patchoulene, nonane, 1,8 cineole, (-)-alpha terpineol, (-)-isopulegol, , (+)-neoisopulegol, dan isopulegol. 6.1.3 Uji aktivitas senyawa pada waktu distilasi uap jam ke-2,4,6,dan 8 berturut-turut adalah 16.25 mm2, 13.58 mm2, 10.44 mm2, dan 10.21 mm2. Aktivitas antibakteri senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut yang lebih optimal yaitu pada waktu distilasi uap jam ke-2 (16.25 mm2) 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti menyarankan bahwa : 6.2.1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi dari masingmasing komponen senyawa dalam nminyak atsiri kulit buah jeruk purut. 6.2.2 Perlu dilakukan isolasi komponen senyawa utama yang diduga berkhasiat sebagai antibakteri pada minyak atsiri kulit buah jeruk purut. 6.2.3 Perlu dilakukan uji aktivitas senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut pada mikroba/bakteri lain.
DAFTAR RUJUKAN Agusta, Andria.2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB. Bandung Jakarta : Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia. Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Gillespie, Stephen dan Kathleen Bamford. 2008. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta : Erlangga. Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri. Jakarta : Universitas Indonesia Jawetz, Melnich & Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta Kurniawati, Nia & Tim redaksi Qanita. 2010. Sehat & Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur . Bandung Suryaningrum, Sinta. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk Purut Citrus hystrix D.C terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi thesis Univerversitas Muhammadiyah Surakarta.
Lampiran 1. Determinasi tanaman jeruk purut
Lampiran 2. Proses pembuatan simplisia
Pemilihan buah
Simplisia
Pengupasan kulit
Pengeringan simplisia
Lampiran 3. Proses pengambilan minyak atsiri
Simplisia
didistilasi uap
Hasil dievaporasi
2 jam
pemisahan dengan n-heksan
4 jam
6 jam
Perolehan minyak atsiri
8 jam
Lampiran 4. Hasil analisis komponen senyawa minyak atsiri kulit buah jeruk purut 1. TIC minyak atsiri distilasi 2 jam
Peak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu retensi 3.764 3.916 4.610 4.716 4.865 5.227 5.485 5.657 5.758 6.447 6.662 6.777 7.184 7.393 7.715 8.165 8.794 9.526 9.867 10.779
2. TIC minyak atsiri distilasi 4 jam
% area relatif 0.45 2.99 19.33 42.10 0.87 0.16 2.89 0.33 7.62 4.47 0.68 0.16 0.79 2.94 0.56 0.18 7.52 3.50 1.92 0.53
Peak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu retensi 3.755 3.906 4.189 4.600 4.707 4.853 5.216 5.473 5.645 5.747 6.435 6.766 7.174 7.382 8.785 9.518 9.860 15.543 15.592 15.940
% area relatif 1.09 4.21 0.30 16.95 40.45 1.27 0.55 4.80 1.02 9.24 6.29 0.48 1.55 1.46 4.89 2.23 0.62 1.24 0.89 0.45\
3. TIC minyak atsiri distilasi 6 jam
Peak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu retensi 3.266 3.767 3.919 4.202 4.614 4.721 4.869 5.661 5.763 5.857 6.452 6.782 7.184 7.399 8.681 8.802 8.981 9.532 9.875 10.788
% area relatif 0.06 0.98 4.20 0.30 15.47 47.31 1.09 12.15 10.64 0.09 0.45 0.70 0.45 1.29 0.19 0.80 0.18 3.03 0.50 0.13
4. TIC minyak atsiri distilasi 8 jam
Peak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Waktu retensi 3.771 3.923 4.207 4.619 4.728 4.874 5.237 5.495 5.667 5.769 6.459 6.788 7.197 7.406 8.690 8.808 8.987 9.539 9.882 10.795
% area relatif 1.02 4.17 0.29 11.94 43.03 1.42 1.00 5.76 0.82 11.00 7.29 0.72 1.95 1.06 0.19 3.74 0.21 3.66 0.58 0.15
Hasil spektra minyak atsiri kulit buah jeruk purut pada saat 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam adalah sebagai berikut :. 1. alpha-thujene .
kelimpahan
a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 3.755-3.771 menit.
kelimpahan
m/z b. Spektrum massa senyawa alpha thujene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:97
c. Data sifat fisika Nama Nama lain
alpha-thujene 4-methyl-1-propan-2-ylbicyclo[3.1.0]hex3-ene
Rumus Molekul Titik didih Tekanan Uap
C10 H16 150.00 to 152.00 °C. @ 760.00 mm Hg 4.770000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est)
Densitas 0.935 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 17.36 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 2. alpha-pinene Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 3.767-3.923 menit
kelimpah
a.
m/z Spektrum massa senyawa alpha pinene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:97
kelimpaha
b.
m/z c.
Data sifat fisika Nama Nama lain Rumus Molekul Titik didih
alpha-pinene 4,7,7-trimethylbicyclo[3.1.1]hept-3-ene C10 H16 155.00 to 156.00 °C. @ 760.00 mm Hg
72.00 to 73.00 °C. @ 50.00 mm Hg Tekanan Uap 3.489000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.879 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 17.42 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
3. Sabinene . Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 4.600-4.716 menit
kelimpahan
a.
m/z Spektrum massa senyawa sabinene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:97
kelimpahan
b.
m/z c. Data sifat fisika Nama Nama lain
Sabinene 4-methylidene-1-propan-2ylbicyclo[3.1.0]hexane Rumus Molekul C10 H16 Titik didih 163.00 to 164.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 2.630000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.88 ± 0.1 g/cm3 (est) Polarisability 17.34 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 4. beta-pinene . Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 4.707-4.728 menit
kelimpahan
a.
m/z
Spektrum massa senyawa beta-pinene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:98
kelimpahan
b.
m/z c. Data sifat fisika Nama
beta-pinene
Nama lain
7,7-dimethyl-4methylidenebicyclo[3.1.1]heptane Rumus Molekul C10 H16 Titik didih 163.00 to 166.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 2.400000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.88 ± 0.1 g/cm3 (est) Polarisability 17.34 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 5. Myrcene . Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 4.853-4.874 menit kelimpahan
a.
m/z Spektrum massa diduga merupakan senyawa myrcene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:94
kelimpahan
b.
m/z c.
Data sifat fisika Nama
Myrcene
Nama lain Rumus Molekul
7-methyl-3-methylideneocta-1,6-diene C10 H16
Titik didih
166.00 to 167.00 °C. @ 760.00 mm Hg
65.00 to 66.00 °C. @ 20.00 mm Hg Tekanan Uap 2.290000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.769 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.85 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 6. alpha-phellandrene. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 8 jam pada waktu retensi 5.216-5.237 menit m/z
kelimpahan
a.
m/z Spektrum massa senyawa “WILEY8.LIB” dengan SI:93
alpha
phellandrene
dari
pustaka
kelimpahan
b.
m/z
c.
Data sifat fisika Nama
alpha-phellandrene
Nama lain
2-methyl-5-propan-2-ylcyclohexa-1,3diene C10 H16 175.00 to 176.00 °C. @ 760.00 mm Hg
Rumus Molekul Titik didih
93.00 to 94.00 °C. @ 50.00 mm Hg Tekanan Uap 1.860000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.835 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.01 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
7. alpha-terpinene .
kelimpahan
a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 8 jam pada waktu retensi 5.473-5.495 menit
m/z alpha-terpinene
dari
pustaka
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa “WILEY8.LIB” dengan SI:94
m/z c. Data sifat fisika Nama
Alpha-terpinene
Nama lain
1-methyl-4-propan-2-ylcyclohexa-1,3diene Rumus Molekul C10 H16 Titik didih 73.00 to 175.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 1.638000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.845 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.01 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 8. para-cymene .
kelimpahan
a.
Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 5.645-5.667 menit
m/z m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa “WILEY8.LIB” dengan SI:89
para-cymene
dari
pustaka
c. Data sifat fisika Nama
para-cymene
Nama lain Rumus Molekul Titik didih
1-methyl-4-propan-2-ylbenzene C10 H16 176.00 to 178.00 °C. @ 760.00 mm Hg
91.00 to 92.00 °C. @ 50.00 mm Hg Tekanan Uap 1.460000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.861 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 17.94 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
9. Dipentene a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 5.747-5.769 menit m/z
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa dipentene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:98
m/z c. Data sifat fisika Nama
Dipentene
Nama lain 1-methyl-4-prop-1-en-2-ylcyclohexene Rumus Molekul C10 H16 Titik didih 170.00 to 180.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 1.550000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.834 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 17.98 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
10. gamma-terpinene . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 6.435-6.459 menit
m/z m/z gamma-terpinene
dari
pustaka
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa “WILEY8.LIB” dengan SI:96
m/z c. Data sifat fisika Nama
gamma-terpinene
Nama lain
1-methyl-4-propan-2-ylcyclohexa-1,4diene Rumus Molekul C10 H16 Titik didih 181.00 to 183.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 1.080000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.845 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.01 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
11. terpinyl isobutyrate a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam pada waktu retensi 6.662 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa terpinyl isobutyrate dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:87
m/z
c. Data sifat fisika Nama
Terpinyl isobutyrate
Nama lain
2-(4-methyl-1-cyclohex-3-enyl)propan2-yl 2-methylpropanoate Rumus Molekul C14 H24 O2 Titik didih 242.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.006070 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.945 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 26.08 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
12. (Z)-linalool oxide (furanoid) a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 6.788-6.766 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa (Z)-linalool oxide (furanoid) dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:79
m/z m/z
c. Data sifat fisika Nama
(Z)-linalool oxide (furanoid)
Nama lain
2-[(2R,5S)-5-ethenyl-5-methyloxolan2-yl]propan-2-ol Rumus Molekul C10 H18 O2 Titik didih 188.00 to 192.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.020500 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 1.023 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 20.03 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 13. Terpinolene . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu
kelimpahan
distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 8 jam pada waktu retensi 7.1747.197 menit m/z
kelimpahan
m/z b. Spektrum massa senyawa terpinolene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:91
m/z c. Data sifat fisika Nama
Terpinolene
Nama lain
1-methyl-4-propan-2ylidenecyclohexene Rumus Molekul C10 H16 Titik didih 183.00 to 185.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 1.130000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.853 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.02 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
14. Linalool . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 7.382-7.406 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa linalool dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:93
m/z
c. Data sifat fisika Nama
Linalool
Nama lain Rumus Molekul Titik didih
3,7-dimethylocta-1,6-dien-3-ol C10 H18 O 194.00 to 197.00 °C. @ 760.00 mm Hg
117.00 to 118.00 °C. @ 50.00 mm Hg Tekanan Uap 0.090500 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.858 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 19.62 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
15. Citronellal . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 8.785-8.808 menit
kelimpahan
m/z b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa citronellal dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:95
m/z c. Data sifat fisika Nama
Citronellal
Nama lain Rumus Molekul Titik didih
3,7-dimethyloct-6-enal C10 H18 O 206.00 to 207.00 °C. @ 760.00 mm Hg
106.00 to 108.00 °C. @ 15.00 mm Hg Tekanan Uap 0.280000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.835 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 19.19 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
16. 4-carvomenthenol . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 9.539-9.518 menit
m/z m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa 4-carvomenthenol dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:87
m/z
c. Data sifat fisika Nama
4-carvomenthenol
Nama lain
4-methyl-1-propan-2-ylcyclohex-3-en-1ol C10 H18 O 88.00 to 90.00 °C. @ 6.00 mm Hg
Rumus Molekul Titik didih
212.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.020000 mm/Hg @ 20.00 °C. (est) Densitas 0.933 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.76 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
17. (-)-beta-fenchol a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 9.860-9.882 menit
m/z m/z
b. Spektrum massa senyawa “WILEY8.LIB” dengan SI:91
(-)-beta-fenchol
dari
pustaka
kelimpahan
m/z
c. Data sifat fisika Nama
(-)-beta-fenchol
Nama lain
(1S,2R,4R)-1,3,3trimethylbicyclo[2.2.1]heptan-2-ol Rumus Molekul C10 H18 O Titik didih 202.00 to 203.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.069300 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.992 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.17 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
18. Citronellol a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 10.77910.795 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa citronellol dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:91
m/z c. Data sifat fisika Nama
Citronellol
Nama lain Rumus Molekul Titik didih
3,7-dimethyloct-6-en-1-ol C10 H20 O 225.00 °C. @ 760.00 mm Hg
Tekanan Uap Densitas Polarisability
105.00 to 105.50 °C. @ 15.00 mm Hg 0.020000 mm/Hg @ 25.00 °C.(est) 0.845 ± 0.06 g/cm3 (est) 19.73 ± 0.5 10-24cm3 (est)
Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
19. Camphene a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 4 jam, 6 jam, 8 jam pada waktu retensi 4.1894.207 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa camphene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:96
m/z c. Data sifat fisika Nama
Camphene
Nama lain
6,6-dimethyl-5methylidenebicyclo[2.2.1]heptane C10 H16 159.00 to 160.00 °C. @ 760.00 mm Hg
Rumus Molekul Titik didih
78.00 to 79.00 °C. @ 50.00 mm Hg Tekanan Uap 3.000000 mm/Hg @ 20.00 °C. Densitas 0.88 ± 0.1 g/cm3 (est) Polarisability 17.34 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
20. alpha-guaiene a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 4 jam pada waktu retensi 15.543 menit
m/z m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa “WILEY8.LIB” dengan SI:92
alpha
guaiene
dari
pustaka
m/z m/z
c. Data sifat fisika Nama
Alpha-guaiene
Nama lain
1,4-dimethyl-7-prop-1-en-2-yl1,2,3,4,5,6,7,8-octahydroazulene Rumus Molekul C15 H24 Titik didih 281.00 to 282.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.006200 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.89 ± 0.1 g/cm3 (est) Polarisability 26.29 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
21. seychellene a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 4 jam, pada waktu retensi 15.592 menit
m/z m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa senyawa seychellene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:84
m/z c. Data sifat fisika Nama
Seychellene
Nama lain
(1S,4S,4aS,6R,8aS)-(-)-decahydro1,4,8a-trimethyl-9-methylene-1,6methanonaphthalene C15 H24 250.00 to 251.00 °C. @ 760.00 mm Hg
Rumus Molekul Titik didih
Tekanan Uap 0.034000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.93 ± 0.1 g/cm3 (est) Polarisability 25.71 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
22. alpha-patchoulene . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 4 jam pada waktu retensi 15.940 menit.
kelimpahan
m/z b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa alpha-patchoulene dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:94
m/z c. Data sifat fisika Nama
alpha-patchoulene
Nama lain
2,3,6,7,8,8alpha-hexahydro-1,4,9,9tetramethyl-1H-3alpha,7methanoazulene Rumus Molekul C15 H24 Titik didih 262.00 to 263.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.017700 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.94 ± 0.1 g/cm3 (est) Polarisability 25.76 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
23. nonane . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 2 jam pada waktu retensi 3.266 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa nonane dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:94
m/z c. Data sifat fisika Nama Nama lain Rumus Molekul Titik didih
Nonane N-nonane C9 H20 149.00 to 152.00 °C. @ 760.00 mm Hg 70.00 to 71.00 °C. @ 50.00 mm Hg Tekanan Uap 4.630000 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.724 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 17.34 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
24. 1,8-cineole . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 6 jam pada waktu retensi 5.857 menit
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa 1,8-cineole dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:94
m/z c. Data sifat fisika Nama
1,8-cineole
Nama lain
4,7,7-trimethyl-8oxabicyclo[2.2.2]octane C10 H18 O 176.00 to 177.00 °C. @ 760.00 mm Hg 90.00 to 91.00 °C. @ 760.00 mm Hg
Rumus Molekul Titik didih
Tekanan Uap 1.900000 mm/Hg @ 25.00 °C. Densitas 0.922 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.18 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
25. (-)-alpha-terpineol . a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 6 jam pada waktu retensi 7.184 menit.
kelimpahan
m/z b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa (-)-alpha-terpineol dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:83
m/z c. Data sifat fisika Nama
(-)-alpha-terpineol
Nama lain
2-[(1S)-4-methyl-1-cyclohex-3enyl]propan-2-ol Rumus Molekul C10 H18 O Titik didih 217.00 to 218.00 °C. @ 760.00 mm Hg Tekanan Uap 0.028300 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.934 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.66 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
26. (-)-isopulegol a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 6 jam pada waktu retensi 8.981 menit
m/z
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa (-)-isopulegol dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:86
m/z
c. Data sifat fisika Nama
(-)-isopulegol
Nama lain
(1R,2R,5S)-5-methyl-2-prop-1en-2-ylcyclohexan-1-ol Rumus Molekul C10 H18 O Titik didih 216.00 to 218.00 °C. @ 760.00 mm Hg . 91.00 °C. @ 12.00 mm Hg Tekanan Uap 0.099300 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.912 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.76 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
kelimpahan
27. (+)-neoisopulegol a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 8 jam pada waktu retensi 8.987 menit m/z
m/z
kelimpahan
b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa (+)-neoisopulegol dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:91
m/z
c. Data sifat fisika Nama
(+)-neoisopulegol
Nama lain
(1R,2S,5S)-5-methyl-2-(prop-1-en-2yl)cyclohexanol Rumus Molekul C10 H18 O Titik didih 196.00 to 197.00 °C. @ 760.00 mm Hg (est) Tekanan Uap 0.099300 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.912 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.76 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011 28. Isopulegol
kelimpahan
a. Spektrum massa komponen penyusun minyak atsiri kulit buah jeruk purut hasil distilasi uap dari perlakuan optimasi waktu distilasi uap selama 6 jam dan 8 jam pada waktu retensi 8.6818.690 menit m/z
kelimpahan
m/z b. Spektrum massa diduga merupakan senyawa isopulegol dari pustaka “WILEY8.LIB” dengan SI:90
m/z m/z
c. Data sifat fisika Nama
Isopulegol
Nama lain 5-methyl-2-prop-1-en-2-ylcyclohexan-1-ol Rumus Molekul C10 H18 O Titik didih 197.00 to 198.00 °C. @ 760.00 mm Hg (est) Tekanan Uap 0.099300 mm/Hg @ 25.00 °C. (est) Densitas 0.912 ± 0.06 g/cm3 (est) Polarisability 18.76 ± 0.5 10-24cm3 (est) Sumber : The Good Scents Company, 2011
Lampiran 5. Proses uji aktivitas antibakteri
Pembuatan media
bakteri induk
Pencampuran suspensi bakteri dan media peremajaan
peremajaan bakteri
Bakteri hasil
Lampiran 6. Hasil uji aktivitas antibakteri minyak atsiri kulit buah jeruk purut
Gambar 1. Waktu 2 jam
Gambar 2. Waktu 2 jam Gambar 3. Waktu 4 jam dan 4jam
Gambar 4. Waktu 6 jam
Gambar 5. Waktu 6 jam
Gambar 6. Waktu 8 jam
dan 8 jam
Gambar 7. Control bakteri Gambar 8. Control media
Gambar 9. Control etanol